Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 1
M a k a l a h
Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Pengetahuan Agama Islam Semester 2
OLEH :
Agam Surya Rizaldi 31601 300 722
PROGAM TEKNIK INDUSTRI ( A )
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2 0 1 4
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan RahmatNyalah sehingga
Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar,Makalah ini disusun agar pe mbaca dapat
memperluas ilmu , di dalam penyusunan tugas ini tidak sedikit hambatan dan rintangan yang
dihadapi, namun dengan bantuan, bimbingan, dorongan dan petunjuk berbagai pihak, akhinya semua
hambatan dan rintangan tersebut dapat teratasi . Oleh karena itu dalam kesempatan ini penyusun
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak AN Zaenudin S Ag. MM, selaku dosen pengajar mata kuliah “ Pendidikan Agama
Islam 2 “ yang telah memberikan arahan atau bimbingan hingga kami bisa menyusunan
makalah ini.
2. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama
mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulisan
makalah ini.
Kami sadari bahwa apa yang ditulis dalam Makalah ini masih jauh dari apa yang diharapkan,
oleh sebab itu kami mohon adanya keritik dan saran dalam rangka perbaikan/ penyempurnaan
dimasa yang akan datang.
Demikan penyusunan tugas ini dan semoga Allah SWT.Memberikan kekuatan kepada kami.
Semarang 10Juni 2014
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkawinan atau pernikahan merupakan sunatullah yang berlaku bagisemua makhluk Allah swt, termasuk
manusia. Di dalam ajaran Islam perkawinan merupakan salah satu sunnah Rasulullah saw yang harus kita
laksanakan sebagai salah satu kebutuhan biologis manusia untuk hidup bersama, saling menyayangi, saling
mengasihi dan saling mencintai. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Yaasin ayat 36, yang artinya
“Maha suci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan
oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” (QS. 36:36). Kemudian
dalam surat Al Hujarat ayat 13, Allah swt berfirman, yang artinya “Hai Manusia, sesungguhnya Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha teliti” (QS: 49:13). Rasulullah
saw dengan tegas menyatakan bahwa orang-orang yang tidak mau menikah, padahal sudah mampu menurut
syari’at Islam untuk melaksanakan pernikahan maka orang tersebut bukan termasuk dari golongan umat Nabi
Muhammad saw, sebagaimana beliau bersabda, yang artinya
“Nikah itu adalah sunnahku, maka barang siapa yang membenci sunnahku(tidak mau menikah), maka
bukanlah mereka termasuk dalam golonganku” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
Di dalam Al-Qur’an Allah menyatakan bahwa perkawinan merupakan salah satu kebesaran Allah dan
sekaligus merupakan karunia Allah yang wajib di syukuri dengan cara memelihara dan menjaga kelestarian,
ketenangan dan keharmonisan serta berupaya memupuk dan menumbuh kembangkan cinta dan kasih sayang
dalam keluarga, sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 21, yang artinya “Dan diantara tanda-
tanda kebesaran-Nya ialahDia menciptakan pasang-pasangan (jodoh-jodoh) untukmu dari jenismu sendiri,
agar kamu cendrung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berfikir” (QS:30:21).
Di dalam Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 Pasal 1, dinyatakan bahwa “Perkawinan ialah ikatan lahir
bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(Rumah Tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Undang-Undang
Perkawinan ini memberikan pengertian kepada kita bahwa sebuah keluarga (Rumah Tangga) haruslah
terbentuk dari niat yangikhlas yang diikat dengan perjanjian suci (Miitsaaqan Ghalidzan) sehingga cita- cita
untuk terwujudnya keluarga sejahtera dan bahagia itu akan tercapai.
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 4
Inilah tujuan yang ensensial dan mulia dari sebuah perkawinan dan sebuah keluarga, sebagaimana yang
tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam diIndonesia, dimana memberikan ketegasan bahwa “Perkawinan
bertujuanuntuk mewujudkan kehidupan rumah tanggga yang Sakinah, Mawaddah dan Rahmah”. Keluarga
Sakinah akan melahirkan generasi yang berkualitas, beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia sekaligus sebagai
upaya untuk meningkatkan ketahanan keluarga. Inilah yang diingatkan Allah kepada kita dalam Al-Qur’an
surat An Nisak ayat 9, yang artinya “Dan hendaklah takut kepada Allah orang- orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah (tidak berkualitas), yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar. (Q.S:4:9)
Oleh karena itu dalm makalh ini akan dibahas secara lebih terperinci bagaimana membentuk keluarga bahagia
yang sakinah , mawadah warohmah , yang islami ..
1.2 Rumusan Masalah
Pengertian Keluarga islami
Hal – hal yang mempengaruhi kehidupan keluarga dalam sudut pandang islam islam
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui pengertian keluarga islami
Mengetahui hal – hal yang mempengaruhi kehidupan keluarga dalam sudut pandang islam
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penelitian terbagi menjadi dua yakni bagi para penulis dan para pembaca
Bagi penulis :
Penulis dapat memperoleh data ataupun pembahasan tentang pengertian keluarga secara
islami .
Mendapatkan informasi atau cara membuat kelurga bahagia yang sakinah mawadah dan
warohmah .
Bagi pembaca :
Pembaca dapat memperoleh informasi tentang pengertian keluarga secara islami
Mendapatkan solusii atau cara untuk membentuk keluarga bahagia yang sakinah , mawadah
dan warohmah .
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 5
BAB 2
PEMBAHASAN
MODEL KELUARGA BAHAGIA ISLAM
Dalam membincangkan pembangunan sebuah keluarga yang bahagia, beberapa elemen yang terpilih mesti
dipraktikkan seperti mana yang telah diperlihatkan dalam contoh kehidupan berkeluarga oleh Rasulullah SAW
dan juga para Sahabat. Antara elemen-elemen penggerak kepada pembinaan sebuah keluarga bahagia menurut
Islam adalah seperti di bawah:
Iman
Dalam membincangkan mengenai keluarga bahagia, Allah SWT telah menekankan kepentingan memelihara
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW sebagai inspirasi utama dalam menjaga
perhubungan antara manusia termasuklah keluarga. Firman Allah SWT:
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 6
Maksudnya: “Wahai sekalian manusia! Bertaqwalah kepada Tuhan kamu yang telah menjadikan kamu
(bermula) dari diri yang satu (Adam) dan yang menjadikan daripada (Adam) itu pasangannya (isterinya-
Hawa) dan juga yang membiakkan dari keduanya -zuriat keturunan- lelaki dan perempuan yang ramai.Dan
bertaqwalah kepada Allah yang kamu selalu meminta dengan menyebut-nyebut namaNya, serta peliharalah
hubungan (silaturahim) kaum kerabat”. Surah al-Nisa’ (4): 1
Akidah
Selanjutnya, kekuatan iman bergantung kepada keutuhan akidah dalam diri setiap Muslim termasuklah suami
dan isteri iaitu dengan mendalami bab akidah yang berasaskan kepercayaan dan keyakinan yang kukuh
tentang kewujudan Allah SWT berlandaskan al-Quran dan al-Sunnah di samping menjauhkan diri daripada
mensyirikkan Allah serta sifat-sifat kesempurnaanNya. Berdasarkan dalil naqli yang menggunakan al-Quran
dan hadis serta dalil aqli yang bersandarkan kepada akal. Firman Allah SWT:
Maksudnya: “Sesungguhnya Kami telah mengutuskan Nabi Nuh kepada kaumnya, lalu berkatalah ia: “Wahai
kaumku!Sembahlah kamu akan Allah, (sebenarnya) tidak ada Tuhan bagi kamu selain daripadanya”. Surah
al-A‘raf (7): 59
Ilmu
Selain akidah, ilmu pengetahuan yang mendalam juga menjadi jaminan utama bagi pembangunan bangsa yang
kuat dan dihormati kerana melaluinya manusia akan mendapatkan kemuliaan, kehormatan, ketenangan dan
kebahagiaan di dunia dan ganjaran di akhirat. Ilmu pengetahuan merupakan prasyarat terpenting dalam
mendapatkan nilai kebahagiaan kerana setiap perkara di dunia ini mestilah disandarkan kepada ilmu seperti
iman dan perkara keagamaan, ekonomi, politik, sosial dan perpaduan. Justeru orang Islam yang berilmu
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 7
haruslah bertindak sesuai dengan ilmunya dalam proses bertaqwa kepada Allah SWT sebagaimana disifatkan
dalam al-Quran:
Maksudnya: “Dan demikian pula di antara manusia dan binatang-binatang yang melata serta binatang-
binatang ternak, ada yang berlainan jenis dan warnanya? Sebenarnya yang menaruh bimbang dan takut
(melanggar perintah) Allah dari kalangan hamba-hambaNya hanyalah orang-orang yang berilmu.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Pengampun”. Surah al-Fatir (35): 28
Amal
Prasyarat kesejahteraan semestinya digandingkan dengan penyepaduan iman dan amal.Orang Islam mestilah
mengamalkan segala aktiviti menjurus kepada pelaksanaaan tugas sebagai khalifah Allah.Segala cabang amal
termasuklah niat, akhlak, sosial, amanah dan keselamatan fizikal. Firman Allah SWT:
Maksudnya: “Sesiapa yang beramal soleh daripada lelaki atau perempuan, sedang ia beriman, maka
sesungguhnya Kami akan menghidupkan dia dengan kehidupan yang baik dan sesungguhnya Kami akan
membalas mereka dengan memberikan pahala yang lebih dari apa yang mereka telah kerjakan”.
Surah al-Nahl (16): 97
Niat
Menurut al-Qaradawi, niat membawa maksud kemahuan yang tertuju terhadap perbuatan demi mengharapkan
keredaan Allah dan mematuhi peraturanNya.Ianya merupakan perbuatan hati semata namun sebagai seorang
Muslim, niat adalah dilihat sebagai perkara yang wajib dan menjadi rukun dalam ibadah-ibadah tertentu
seperti di dalam solat, wuduk, puasa, nikah dan perceraian. Dalam pembinaan sebuah keluarga yang
cemerlang, asas utama pembentukan keluarga Muslim adalah berdasarkan kepada objektif dan matlamat yang
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 8
penting seperti memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi, mewujudkan ketenteraman dan ketenangan jiwa
dan ruh, menegakkan rumahtangga yangbahagia, melahirkan zuriat dan keturunan yang soleh dan solehah.
Firman Allah SWT:
Maksudnya: “Wahai orang-orang yang beriman, sahut dan sambutlah seruan Allah dan seruan RasulNya
apabila ia menyeru kamu kepada perkara-perkara yang menjadikan kamu hidup sempurna. Dan etahuilah
bahawa sesungguhnya Allah berkuasa mengubah atau menyekat di antara seseorang itu dengan (pekerjaan)
hatinya, dan sesungguhnya kepadaNyalah kamu akan dihimpunkan.”Surah al-Anfal (8): 24
Akhlak
Pendidikan akhlak dalam keluarga sangat penting dilaksanakan agar tercipta generasi muda yang erakhlak
mulia (al-akhlaq al-karimah). Dalam mendapatkan sebuah keluarga yang harmoni, al-Farabi menjelaskan
bahawa ia mestilah seiring dengan akhlak yang mulia dan amalan yang baik maka lahirlah sifat eutamaan dan
terpuji iaitu (al-fada’il al-khuluqiyyah) seperti kesederhanaan (wasatiah), keadilan (‘adalah), ebenaran (al-
haq), budi bahasa (al-akhlaq), penghormatan diri (tahrim nafs) dan kebaikan (al-khayr). Kesemua akhlak
mulia ini akan menjadi faktor penentu kejayaan dan kebahagiaan hidup manusia. Firman Allah SWT:
Maksudnya: “Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik, iaitu
bagi orang yang sentiasa mengharapkan (keredaan) Allah dan (balasan baik) hari akhirat, serta ia pula
menyebut dan mengingati Allah banyak-banyak (dalam masa susah dan senang)”.Surah al-Ahzab (33): 21
Sosial
Perkahwinan menjadikan hubungan kemanusiaan lebih meluas dan tidak terbatas pada kelompok yang kecil
sahaja. Islam menganjurkan perkahwinan dengan individu yang tidak mempunyai tali persaudaraan bagi
membolehkan manusia saling berkenal-kenalan antara satu sama lain. Pembentukan keluarga juga diasaskan
atas dasar husn al-mu‘asharah ataupun al-mu‘asharah bi al-ma‘ruf iaitu pergaulan yang baik sesama suami
dan isteri serta ahli keluarga yang lain. Maksud baik di sini ialah pergaulan dan hidup bersama dengan baik
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 9
dan diredhai Allah.Sesuatu itu tidak dikatakan baik (ma‘ruf) melainkan ianya baik dan diredhai Allah serta
jauh dari kemungkaran, kemaksiatan dan penganiyaan.Hubungan jaringan sosial yang kuat diperlukan sebagai
pemangkin kepada keluarga bahagia termasuklah komuniti masyarakat, ahli keluarga, anak-anak yang
berasaskan kepada hubungan baik sesama manusia. Firman Allah SWT:
Maksudnya: “Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya, ibunya telah
mengandungnya dengan menanggung susah payah dan telah melahirkannya dengan menanggung susah payah.
Sedang tempoh .mengandungnya berserta dengan tempoh menceraikan susunya ialah da lam masa tiga puluh
bulan” Surah al-Ahqaf (46): 15
Amanah
Islam menekankan tentang pentingnya amanah dalam menunaikan kewajipan dan tanggungjawab
rumahtangga. Islam mengadakan pembahagian tugas antara suami isteri agar segala keperluan rumahtangga
terlaksana dengan baik, teratur dan sempurna tanpa melebihkan mana-mana pihak terhadap yang lain. Islam
telah membahagikan tanggungjawab tersebut kepada tiga bahagian antaranya tugas suami terhadap isteri,
tugas isteri terhadap suami dan tugas ibu bapa terhadap anak-anak seperti pemberian nafkah, bimbingan
agama, taat dan menjaga harta, kehormatan suami, mengasuh dan memberi didikan agama yang sempurna
kepada anak-anak. Allah menyebut dalam firmanNya:
Maksudnya: “Kaum lelaki itu adalah pemimpin dan pengawal yang bertanggungjawab terhadap kaum
perempuan, oleh kerana Allah telah melebihkan orang-orang lelaki (dengan beberapa keistimewaan) atas
orang-orang perempuan dan juga kerana orang-orang lelaki telah membelanjakan (memberi nafkah)
sebahagian dari harta mereka. Maka perempuan-perempuan yang soleh itu ialah yang taat (kepada Allah dan
suaminya) dan yang memelihara (kehormatan dirinya dan apa jua yang wajib dipelihara) ketika suami tidak
hadir bersama, dengan pemuliharaan Allah dan pertolonganNya”.Surah al-Nisa’ (4): 38
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 10
Keselamatan Fizikal dan Ekonomi
Dalam Islam, soal kesihatan adalah penting. Bagi mencapai kesejahteraan individu, keselamatan fizikal,
kesihatan mental dan keelokan spiritual adalah sesuatu elemen yang menjadi sumber kekuatan.Islam
meletakkan kesemua aspek tersebut pada kedudukan tertinggi kerana dengan memelihara kesihatan fizikal dan
spritual dapat membentuk keluarga yang mempunyai nilai kesihatan moral, fizikal, mental, psikologi, rohani
dan material yang menyeluruh. Kesihatan ditakrifkan sebagai tidak menghadapi sebarang penyakitsama ada
daripada aspek moral atau fizikal, mendatangkan kebaikan sama ada kepada setiap individu yang berada di
dalamnya, berjalan lancar dan diterima oleh semua pihak. Firman Allah SWT yang menyuruh manusia ke arah
menjaga kesihatan tubuh
Maksudnya: “Dan belanjakanlah (apa yang ada pada kamu) kerana (menegakkan) agama Allah, dan
janganlah kamu sengaja mencampakkan diri kamu ke dalam bahaya kebinasaan (dengan bersikap bakhil); dan
baikilah (dengan sebaik-baiknya segala usaha dan) perbuatan kamu kerana sesungguhnya Allah mengasihi
orang-orang yang berusaha memperbaiki amalannya”.Surah al-Baqarah (2): 195:
Aspek keselamatan ekonomi dan kebebasan hak pada diri adalah berkait rapat dengan kecukupan pendapatan
dan kekukuhan sistem ekonomi.Perkara ini sekaligus turut mempengaruhi kelangsungan harta dan
berpengaruh besar kepada ketenangan dan kebahagiaan hidup.Selain itu, pengurusan dan pembahagian
kekayaan, pendapatan dan pengurusan hutang adalah penting dan perlu dititikberatkan hingga terlepas
daripada ketidakcukupan yang boleh menganggu kesejahteraan keluarga.Justeru perkara yang menggalakkan
kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga .adalah memenuhi asas-asas penting kehidupan berkeluarga seperti
pendapatan yang stabil, ekonomi yang kukuh, tempat penginapan yang sejahtera, pendidikan dan sokongan
keluarga.
Bentuk Keluarga Bahagia dalam Islam
Justru daripada penyatupaduan dua cabang utama dalam kehidupan iaitu iman dan amal, pastinya akan
melahirkan pelbagai perasaan yang damai dan bahagia dalam diri dan keluarga setiap individu muslim.
Perasaan damai dan bahagia ini boleh dibahagikan kepada tiga unsur asas iaitu:
Al-Sakinah
Al-Sakinah yang membawa maksud ketenangan, ketenteraman, kedamaian jiwa yang difahami dengan
suasana damai yang melingkupi rumahtangga di mana suami isteri yang menjalankan perintah Allah SWT
dengan tekun, saling menghormati dan saling toleransi. Dalam al-Quran ia disebutkan sebanyak enam kali
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 11
serta dijelaskan bahawa sakinah itu telah didatangkan oleh Allah SWT ke dalam hati para Nabi dan orang-
orang yang beriman. Daripada suasana tenang (al-sakinah) tersebut akan muncul rasa saling mengasihi dan
menyayangi (al-mawaddah), sehingga rasa bertanggungjawab kedua belah pihak semakin tinggi. Firman Allah
SWT:
Maksudnya: “Tuhan yang membuka jalan kemenangan itu) Dia lah yang menurunkan semangat tenang
tenteram ke dalam hati orang-orang yang beriman (semasa mereka meradang terhadap angkara musuh) supaya
mereka bertambah iman dan yakin berserta dengan iman dankeyakinan mereka yang sedia ada pada hal Allah
menguasai tentera langit dan bumi (untuk menolong mereka) dan Allah adalah Maha Mengetahui, lagi Maha
Bijaksana”.Surah al-Fath (48): 4
Al-Mawaddah (Kasih Sayang)
Al-Mawaddah ditafsirkan sebagai perasaan cinta dan kasih sayang antara suami isteri yang melahirkan
kesenian, keikhlasan dan saling hormat menghormati antara suami isteri dan semua ini akan melahirkan
kebahagiaan dalam rumahtangga. Melalui al-mawaddah, pasangan suami isteri dan ahli keluarga akan
mencerminkan sikap lindung melindungi dan tolong menolong. Sikap ini akan menguatkan lagi hubungan
silaturahim di antara keluarga dan masyarakat luar. Bagi pasangan campur, al-mawaddah ini tidak hanya
terhad kepada suami dan isteri, ibu bapa dan anak-anak, tetapi juga dengan seluruh keluarga dan masyarakat.
Firman Allah yang menggesa anak-anak mengasihani dan berbakti kepada kedua ibu bapa. Antaranya firman
Allah dalam al-Quran:
Maksudnya: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapaku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang soleh yang Engkau redhai berilah
kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada
Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. Surah al-Ahqaf (46): 15
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 12
Al-Rahmah (Belas Kasihan)
Al-Rahmah dimaksudkan dengan perasaan belas kasihan, toleransi, lemah-lembut yang selalunya diikuti oleh
ketinggian budi pekerti dan akhlak yang mulia. Tanpa kasih sayang dan perasaan belas kasihan, sebuah
keluarga ataupun perkahwinan itu akan tergugat dan boleh membawa kepada kehancuran. Kebahagiaan amat
mustahil untuk dicapai tanpa adanya rasa belas kasihan antara individu keluarga. Allah SWT berfirman:
Maksudnya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNyaialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir”.Surah al-Rum (30): 21
Oleh yang demikian, tidak ada satu prinsip yang lebih mantap mengenai pergaulan hidup dan perhubungan
bersuami isteri selain daripada apa yang tersurat dan tersirat dalam ayat al-Quran di atas. Menurut Prof. Dr
Hamka, rahmah lebih tinggi kedudukannya daripada mawaddah sebab ia kasih mesra di antara suami isteri
yang bukan lagi berasaskan keinginan syahwat, sebaliknya rasa kasih sayang murni yang tumbuh dari jiwa
yang paling dalam sehingga suami isteri merasakan kebahagiaan yang tidak bertepi dan ketenangan yang tidak
berbatas.
Asas pembinaan sesebuah perkahwinan adalah untuk keluhuran dan ketenteraman hidup (al-sakinah)
sekaligus sebagai pembentukan sebuah masyarakat yang harmoni. Keharmonian masyarakat umumnya
bermula daripada institusi keluarga yang mampu mewujudkan ketenangan dan kemantapan hidup bersama
berasaskan kepada hubungan baik dan rasa kasih sayang antara satu sama lain. Dengan erti kata lain
masyarakat yang harmoni mestilah terbina dari institusi keluarga yang bahagia dan harmoni. Oleh yang
demikian, adalah penting teori kebahagiaan keluarga difahami dan diaplikasi secara menyeluruh agar keluarga
yang dibina mencapai keredaan dan keberkatan di dunia dan akhirat .
Definisi Kebahagiaan Menurut al -Farab i, al -Ghaz alidan Ibn Maskawa askawaaskawayh
Al-Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan ,Kupasan kebahagiaan terbahagi
kepada bidang falsafah, tasawwuf dan syariah. Menurut al-Farabi (870M-950M), kebahagiaan
merupakan suatu yang dirindui oleh setiap orang kerana ia merupakan kebaikan paling besar di antara segala
kebaikan yang ada. Namun, dalam menemukan bahagia, sebuah keluarga memerlukan seorang pemimpin
terbaik.Beliau menggandingkan konsep negara yang baik dengan konsep bahagia kerana tujuan manusia
menjalani hidupnya adalah untuk meraih kebahagiaan. Seterusnya al-Farabi menyatakan sesuatu perbuatan
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 13
yang berlandaskan niat (iradiyyah) secara sedar dan terancang yang membawa manfaat untuk mencapai
kebahagiaan ditakrifkan sebagai satu amalan yang baik dan terpuji (al-fada’il). Jelas
pandangan al-Farabi di atas membawa maksud apa saja perbuatan yang baik dalam keluarga dan rumah
tangga seperti menunaikan tanggungjawab suami dan isteri dengan niat untuk mencapai kebahagiaan adalah
sesuatu yang mulia dan terpuji. Al-Farabi juga telah mengaitkan secara rapat jiwa manusia (al-nafs al-
insaniyyah) dengan kebahagiaan. Justeru, al- Farabi menjelaskan pembahagian jiwa manusia melalui lima
fakulti iaitu tenaga makan (al-quwwah al-ghaziyah), tenaga Model Keluarga Bahagia Menurut Islam perasaan
(al-quwwah al-hassah), tenaga ingatan (al-quwwah
al-mutakhayyilah), tenaga berfikir (al-quwwah al-natiqah) dan tenaga kemahuan (al-quwwah al-nuzu‘iyyah).
Kesemua cabang-cabang ini menurut al-Farabi adalah kesempurnaan pertama (kamal al-’awwal) yang harus
dilakukan oleh manusia dalam memperolehi kebahagiaan. Jiwa akan menjaga kesemua fakulti tersebut maka
manusia akan cenderung melaksanakan sifat keutamaan dan terpuji (al-fada’il al-khuluqiyyah),
kesederhanaan (wasatiyyah), keadilan (‘adalah), kebenaran (al-haq), budi bahasa (akhlaq), penghormatan diri
(tahrim nafs) dan kebaikan (al-khayr). Secara keseluruhannya, al-Farabi membahaskan hidup yang bahagia
dan aman harus mengamalkan nilai-nilai keinsanan dan kemanusiaan serta tingkah laku yang baik kerana
semua amalan tersebut berperanan dalam menentukan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Seterusnya, al-
Farabi menjelaskan bahawa dalam memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat, ianya berkait dengan jiwa
yang baik (al-fadilah) iaitu jiwa yang terlepas daripada ikatan kebendaan dan tuntutan hawa nafsu,
melaksanakan amanah dan janji, menunaikan tugas-tugas syarak dengan sempurna, menjauhkan dosa-dosa
besar, meninggalkan perkara yang diharamkan oleh Allah SWT dan lain-lain lagi. Oleh yang demikian jiwa
akan menjadi bahagia apabila manusia berjaya melaksanakan kesemua perkara yang mulia dan menjauhi
perkara yang dilarang . Imam al-Ghazali (1058M-1111M), menjelaskan, kebahagiaan ditafsirkan sebagai
penyatuan antara ilmu, amal, rohani dan jasmani.
Ciri-ciri kebahagiaan yang dijelaskan oleh al-Ghazali adalah terletak kepada semua ilmu yang bermanfaat
kepada manusia mencakupi ilmu teori dan ilmu amali. Ilmu teori adalah
tergolong daripada ilmu mengenal Allah, Malaikat, Kitab, Rasul dan ilmu akidah kerana kesemuanya
mempunyai matlamat yang tertinggi iaitu mengenal Allah. Al-Ghazali menyatakan ilmu
mengenal Allah SWT (ma‘rifat Allah) adalah kunci kebahagiaan seperti mana maksudnya: “Bahagia dan
kelazatan sejati, ialah bila mana dapat mengingat Allah”. Manakala ilmu amali ialah ilmu yang dipraktikkan
dalam perbuatan dan amalan seharian seperti sosial, undang-undang, politik, syariah, ekonomi dan
sebagainya. Justeru, kebahagiaan akan tercapai jika kesemua ilmu-ilmu teori dan amali digabungkan kerana
kedua-dua ilmu tersebut memberi kebaikan serta kenikmatan kepada hidup manusia. Menurut al-Ghazali,
fungsi tertinggi jiwa atau rohani ialah berminat kepada kebenaran kerana dalam mencerap kebenaran tersebut
ia boleh memberikan kesenangan tersendiri. Justeru apabila ia diaplikasikan dalam kehidupan
berumahtangga, ia akan membawa kepada kebaikan dalam berkeluarga seperti bersikap baik di antara suami
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 14
dan isteri adalah merupakan suatu perbuatan yang memberikan rasa santai kepada fikiran dan lebih
bersemangat untuk beribadah kepada Allah SWT. Seterusnya, al-Ghazali juga menggariskan wasilah dalam
mendapatkan kebahagiaan iaitu melalui rohani yang mengenal .
Allah yang lahir melalui akhlak yang mulia dan amal yang baik. Seseorang yang ingin mendapatkan
kebahagiaan harus menyucikan hati melalui amal soleh kerana melalui hati yang bersih, manusia boleh
mendapatkan ilmu dan melengkapkan kebahagiaan . Secara ringkasnya dapat difahami dengan jelas bahawa
penghayatan terhadap Islam melalui keimanan dan ketaqwaan, kefahaman akidah, pemantapan ilmu mampu
memberi kebahagiaan dan ketenangan kepada manusia. Al-Ghazali juga menggesa agar teori kesederhanaan
(al-tawasut) dapat mengimbangi akhlak manusia dengan sikap yang bersederhana dan tidak melampaui batas
dalam semua aspek kehidupan kerana kebahagiaan yang dibina berlandaskan nafsu semata-mata adalah
kebahagiaan yang sementara, hina dan membawa kehancuran. Beliau menjelaskan pengaruh luar berupa
keseronokan dan kesenangan material serta fizikal seperti wang, pangkat, darjat yang hanya bersifat palsu dan
sementara yang harus dibendung untuk memberi laluan terhadap kesuburan rohani dan ‘aqliyyah. Manakala
Ibn Miskawayh (923M-1030M) turut mengakui bahwa kebahagiaan adalah matlamat tertinggi bagi setiap
insan. Menurut beliau, diri manusia terdiri dari tiga jiwa iaitu (al-nafs al-bahimiyyat) sebagai jiwa yang paling
bawah iaitu menjaga kesucian diri (al-‘iffat) sebagai jiwa yang bersifat sederhana, (al-nafs al-ghadabiyyat)
sebagai jiwa tengah (al-shaja‘at) yaitu sebagai jiwa yang berani dan (al-nafs al-natiqat) sebagai jiwa tertinggi
(al-hikmah) iaitu jiwa kebijaksanaan. Sekiranya seseorang itu menggunakan akalnya untuk melihat segala
yang wujud di muka bumi ini, ia akan dapat mengenal Allah dan menikmati kebahagiaan.
Hikmah di sini dapat dijelaskan dengan membawa maksud suatu keadaan jiwa yang dengannya dapat
dicapai kebenaran dan menyingkirkan mana-mana yang salah. Justru, ketiga jiwa ini merupakan unsur rohani
manusia yang mempunyai peranan yang berbeza namun gabungan ketiganya menghasilkan keadilan (al-
‘adalah). Seterusnya, rohani yang baik juga berkait dengan tindakan manusia (akhlaq) sebagai fokus untuk
memperolehi kebahagiaan kerana akhlak yang baik dan mulia adalah dengan melaksanakan sifat-sifat
mahmudah dan nilai-nilai murni sejagat. Bagi al-Miskawayh, kekayaan harta benda tidak mempengaruhi
kebahagiaan insan kerana kegembiraan dan keseronokan adalah sesuai untuk haiwan-haiwan dan orang-orang
yang jahat. Selain itu, bagi al-Miskawayh mengasingkan diri dengan masyarakat bererti membuang
kebahagiaan kerana kebahagiaan hanya boleh didapati di dunia dan akhirat. Justeru kebahagiaan kedua boleh
diperolehi apabila ada kebahagiaan pertama iaitu kebahagiaan di dunia namun ia harus berlandaskan agama.
Oleh yang demikian syariat telah memberi petunjuk dan panduan bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan
sejati. Al-Attas pula menegaskan al-sa‘adah pada manusia adalah kemuncak kebahagiaan terakhir iaitu
dengan cara menyerahkan diri secara sukarela kepada Islam dengan beriman kepada Allah SWT dan mentaati
segala perintah dan laranganNya. Beliau melihat kebahagiaan mempunyai pertalian dengan dua dimensi
kewujuduan iaitu kewujudan di dunia (duniawiyyah) dan di akhirat (ukhrawiyyah).
Pandangan al-Attas ini adalah selari dengan Imam al-Ghazali dalam bukunya Qimiyat al-Sa‘adat yang
menyatakan ketaatan kepada Allah dan agama Islam adalah jalan utama manusia untuk mendapatkan
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 15
keberkatan dalam sesebuah pekerjaan. Keimanan manusia ialah suatu keyakinan diri dan kepercayaan yang
melibatkan usaha menunaikan tanggungjawab dan amanah yang diberikan kepada Allah SWT, bukan sekadar
mengikrarkan keimanan dengan lisan semata-mata, tanpa mengaku akan kebenarannya (tasdiq) dengan hati
serta melaksanakan amalan yang seiring dengan anggota badan.Al-Attas mengklasifikasi bahagia itu ada pada
tiga perkara yaitu diri (nafsiyyah); badan (badaniyyah); persekitaran atau perkara yang di luar dari diri
manusia (kharijiyyah) seperti kekayaan dan selainnya yang menggalakkan kesejahteraan diri, badan dan
perkara-perkara lain yang berkaitan dengannya. Oleh yang demikian, makna dan pengalaman kebahagiaan ini
ditafsirkan oleh al-Attas sebagai pengalaman mereka yang beriman (amanu) dan tenang (tatma’inna) kerana
mengingati Allah (dhikr), perkara ini penting dalam usaha untuk mencapai ketenangan dan ketenteraman diri
(tama’ninah) Secara ringkasnya, keadaan diri yang tenang dan tenteram (al-nafs al-mutma’innah), terhasil
daripada hati yang ada dalam diri yang bebas daripada kerisauan akibat syak serta terlepas daripada rasa
bimbang bahkan merasa ketenangan batin, suatu kepuasan, suatu keriangan dan kegembiraan yang
tertinggi.Berdasarkan kepada definisi dan pandangan ilmuwan serta ahli falsafah mengenai kebahagiaan dan
ketenangan hati, dapat difahami bahawa kebahagiaan itu mestilah mencakupi dua cabang utama dalam diri
setiap Muslim iaitu cabang iman dan amal. Selari dengan pandangan al-Ghazali mengenai mengenal Allah
(ma‘rifat Allah) melalui iman yang jitu dan penyerahan diri secara suka rela kepada Allah, manusia akan
mengenal sifat-sifat Allah dan mengakui segala perintah dan laranganNya. Cabang iman harus diperteguh
dengan akidah yang kukuh mela lui segala rukun Iman dan Islam serta ilmu agama yang mendalam. Ini
disabitkan berdasarkan al-Quran di mana Allah berfirman:
Maksudnya: “(Iaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikrullah. Ketahuilah
dengan “zikrullah” itu, tenang tenteramlah hati manusia.” Surah al-Ra‘d (13): 28
Manakala cabang kedua dalam mencari kedamaian dan kesejahteraan daripada Allah SWT ialah melalui amal
yang melingkungi niat iaitu sesuatu maksud dan tujuan yang baik, akhlak iaitu mengamalkan nilai-nilai Islam
dan sifat mahmudah, kemantapan hubungan sosial iaitu mempunyai hubungan yang baik dan positif dengan
komuniti dan masyarakat, melaksanakan amanah dan tanggungjawab yang diberi dengan ikhlas serta
memelihara keselamatan fizikal seperti kesihatan tubuh, mental, psikologi dan sebagainya. Justeru, apabila
kesemua cabang utama dan sampingan dipenuhi sudah tentu ia melahirkan satu perasaan yang damai iaitu
ketenangan jiwa (sakinah), cinta mencintai (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah). Firman Allah SWT:
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 16
Maksudnya: “Sesiapa di antara mereka itu beriman kepada Allah dan (beriman kepada) hari akhirat serta
beramal soleh, maka bagi mereka pahala balasannya di sisi Tuhan mereka dan tidak ada kebimbangan (dari
berlakunya kejadian yang tidak baik) kepada mereka dan mereka pula tidak akan berdukacita”.
Surah al-Baqarah (2): 62
Jelas, daripada iman yang jitu dan amal soleh yang cemerlang mampu memberikan impak yang besar bagi
manusia dalam mendambakan ketenteraman. Kesemua perkara tersebut akan menghasilkan ketaqwaan dan
kepercayaan yang tinggi kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Justeru, ketaqwaan inilah yang boleh
mendatangkan perasaan yang tenang, tenteram, aman, damai, sejahtera, berjaya, gembira dan inilah yang
dimaksudkan dengan kebahagiaan.
SEMUA HAL YANG BAIK HARUS DIAWALI DENGAN YANG BAIK PULA
Memilih Kriteria Calon Suami atau Istri dengan Tepat
• Kriteria memilih pasangan misalnya : beragama Islam dan shaleh maupun shalehah; berasal dari
keturunan yang baik-baik; berakhlak mulia,sopan santun dan bertutur kata yang baik; mempunyai
kemampuan membiayai kehidupan rumah tangga (bagi suami).
• Rasulullahbersabda, “Perempuan dinikahi karena 4 faktor:
1. karena harta;
2. karena kecantikan;
3. kedudukan;
4. karena agamanya.
Mengingat perkawinan adalah salah satu bagian terpenting dalam menciptakan keluarga dan masyarakat,
maka dalam memilih jodoh (pasangan hidup) haruslah berlandaskan atas norma agama sehingga pendamping
Konsep-konsep Cara Membangun Keluarga Islam
Memilih Kriteria Calon Suami atau Istri dengan Tepat Saling Mengerti Antara Suami-Istri Saling Menerima
Saling Menghargai Saling Mempercayai Suami-Istri Harus Menjalankan Kewajibanya Masing-Masing
Suami Istri Harus Menghindari Pertikaian Hubungan Antara Suami Istri Harus Atas Dasar Saling Membutuhkan
Suami Istri Harus Senantiasa Menjaga Makanan yang Halal
Suami Istri Harus Menjaga Aqidah yang Benar
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 17
hidupnya nanti mempunyai akhlak/moral yang terpuji. Hal ini dilakukan agar kedua calon tersebut dalam
mengarungi kehiduapan rumah tangga nantinya dapat hidup secara damai dan kekal, bahu membahu, tolong-
menolong sehingga keharmonisan dan keutuhan rumah tangga dapat selalu terpelihara.Ajaran Islam
memberikan tuntunan dalam memilih jodoh (pasanganhidup) bagi seorang laki-laki sebagaimana sabda
Rasulullah saw, yangartinya “Nikahilah seorang perempuan karena 4 (empat) hal, yaitu kekayaannya,
keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya, maka pilihlah yang beragama agar hidupmu beruntung
(bahagia)” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim). Disamping faktor dalam Hadits diatas dalam memilih jodoh
(pasangan hidup), yang juga cukup penting diperhatikan adalah faktor “kafa’ah atau kufu” yakni sepadan atau
serasi antara calon suami dan calon isteri. Kafa’ah atau kufu dalam memilih jodoh meliputi kafa’ah dalam
beragama, kafa’ah dalam akhlak, kafa’ah dalam pendidikan, kafa’ah dalam keturunandan kafa’ah dalam umur.
Saling Mengerti Antara Suami-Istri
Seorang suamiatauistri harus tahu latar belakangpribadimasing-
masing. Karenapengetahuanterhadap latarbelakang pribadimasing-masing adalah sebagai dasar untuk
menjalin komunikasi masing-masing. Dan dari sinilah seorang suami atau istri tidakakan memaksakan egonya.
Banyak keluarga hancur,disebabkan oleh sifategoisme.Ini artinya seorang suami tetap bertahan dengan
keinginannya dan begitu pula istri. Seorang suami atau istri hendaklah mengetahui hal -hal sebagai berikut :
1. Adat istiadat daerah masing-masing
2. Kebiasaan masing-masing
3. Selera, kesukaan atau hobi
4. Pendidikan
5. Karakter/sikap pribadi secara proporsional
Saling Menerima
Suami istri harus saling menerima satu sama lain. Suami istri itu ibarat satu tubuh dua nyawa. Tidak salah
kiranya suami suka warna merah, si istri suka warna putih, tidak perlu ada penolakan. Dengan keridhaan dan
saling pengertian, jika warna merah dicampur dengan warna putih, maka aka terlihat keindahannya.
Saling Menghargai
Seorang suami atau istri hendaklah saling menghargai:
1. Perkataan dan perasaan masing-masing
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 18
2. Bakat dan keinginan masing-masing
3. Menghargai keluargamasing-masing. Sikap saling menghargai adalah sebuah jembatan
menujuterkaitnya perasaan suami-istri.
Saling Mempercayai
Dalam berumahtangga seorang istri harus percaya kepada suaminya, begitu pula dengan suami
terhadap istrinya ketika ia sedang berada di luar rumah. Jika diantara keduanya tidak
adanya saling percaya, kelangsungan kehidupan rumahtangga berjalan tidak seperti yang dicita-citakan
yaitu keluarga yang bahagia dansejahtera. Akan tetapi jika suami istri saling
mempercayai,maka kemerdekaan dan kemajuan akan meningkat, serta hal ini merupakan amanah Allah.
Suami-Istri Harus Menjalankan Kewajibanya Masing-Masing
• Suamimempunyai kewajiban mencari nafkah untuk menghidupikeluarganya,tetapi disamping itu ia
juga berfungsisebagai kepala rumah tangga atau pemimpin dalam rumah tangga.
• Istrimempunyaikewajiban taat kepadasuaminya,mendidik anak dan menjaga kehormatannya.
• Suami sebagai pimpinan,bertanggung jawablangsungmenghidupi keluarga,melindungikeluarga dan
menjaga keselamatan mereka lahir-batin, dunia-akhirat.
• Ketaatan seorang istri kepadasuami dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul -
Nya adalah jalan menujusurgadi duniadan akhirat.
• Istri boleh membangkangkepada suaminya jika perintah suaminya bertentangan dengan hukum
syara’, missal : disuruh berjudi, dilarang berjilbab, dll.
Suami Istri Harus Menghindari Pertikaian
• Pertikaian adalah salah satu penyebab retaknya keharmonisan keluarga,bahkan apabila
pertikaian tersebut terusberkesinambungan makadapat menyebabkan perceraian.
• Rasulullah bersabda: “Laki-laki yang terbaik dari umatku adalah orang yang tidak menindas
keluarganya, menyayangi dan tidak berlaku zalim pada mereka.” (Makarim Al-Akhlaq : 216-217)
• “Barangsiapa yang bersabar atas perlakuan buruk isterinya, Allah akan memberinya pahala seperti
yang Dia berikan kepada Nabi Ayyub alaihi sallam yang tabah dan sabar menghadapi ujian-ujian Allah
yang berat. (Makarim Al-Akhlaq : 213)
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 19
• “Barangsiapa yang menampar pipi isterinya satu kali, Allah akan memerintahkan malaikat penjaga
neraka untuk membalas tamparan itu dengan 70x tamparan di neraka jahanam.” (Mustadrak Al-
Wasail 2 : 550)
Hubungan Antara Suami Istri Harus Atas Dasar Saling Membutuhkan
Seperti pakaian dan yang memakainya (Al-Qur’an surat Al-Baqarah [2] ayat : 187),yaitu menutup
aurat, melindungi diri dari panas dan dingin, dan sebagai perhiasan. Suami terhadap istri dan sebaliknya
harus menfungsikan diri dalam 3 hal tersebut. Jika istri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak
menceriterakan kepadaorang lain, begitu juga sebaliknya. Jika istri sakit, suami segera mencari obat atau
membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Istri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga
harus tampil membanggakan istri.
Suami Istri Harus Senantiasa Menjaga Makanan yang Halal
Menurut hadis Nabi, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan haram,
cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga (qith`at al lahmi min al haram ahaqqu ila annar).
Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil, pakaian dan lain-lainnya.
Suami Istri Harus Menjaga Aqidah yangBenar
Akidah yang keliru atau sesat, misalnya mempercayai kekuatan dukun, magic, dan sebangsanya.
Bimbingan dukun dan sebangsanya bukan saja membuat langkah hidup tidak rasional, tetapi juga bias
menyesatkan pada bencana yang fatal.
Membina suatu keluarga yang bahagia memang sangat sangat sulit. Akan tetapi jika masing-
masing pasangan mengerti konsep-konsep keluarga sakinah seperti yang telah diuraikan di atas,
Insya Allah cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan kekal dalam aturan syari’at Islam, yang
disebutkan dengan “Rumahku adalah surgaku” akan terwujud.
Membina hubungan antara keluarga dan lingkungan
Keluarga dalam lingkungan yang lebih besar tidak hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak (nuclear family) akan
tetapi menyangkut hubungan persaudaraan yang lebih besar lagi (extended family), baik hubungan antara
anggota keluarga maupun hubungan dengan lingkungan masyarakat. Hubungan yang harmonis antara suami
isteri dan anggota keluarga tidak akan terjadi dengan sendirinya, tetapi keharmonisan membutuhkan usaha
yang sungguh-sungguh, ibarat sebatang tanaman yang perlu disiram, dipupuk dan dirawat serta dibersihkan
dari hama agar dapat tumbuh dengan akar dan batang yang kuat. Oleh karena itu cinta, kasih dan sayang perlu
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 20
dijaga dan dipelihara dengann jalan membangun komunikasi yang kondusip dan edukatif, meluangkan waktu
untuk keluarga, saling pengertian, saling hormat dan menghormati antara satu dengan yang lainnya.
Menanamkan sifat qana’ah dalam keluarga
Sifat qana’ah perlu ditumbuh-kembangkan dalam keluarga, sebab dengan sifat qana’ah suami atau isteri
merasa rela dan cukup atas apayang dimiliki. Apalagi dalam era globalisasi yang ditandai dengan tingginya
tuntutan kebebasan individu dan hak azasi, menonjolkan sifat materialistis ditengah masyarakat akan dapat
mengancam ketentraman rumah tangga. Oleh karena itu sifat qana’ah harus menjadi benteng dalam rumah
tangga agar keharmonisan kehidupan rumah tangga dapat terpelihara serta keretakan dan kehancuran rumah
tangga dapat dihindari. 5) Melaksanakan pembinaan kesejahteraan keluarga Dalam membina kebahagiaan dan
kesejahteraan keluarga adabeberapa upaya yang dapat ditempuh, antara lain dengan caramelaksanakan
Keluarga Berencana, Usaha Perbaikan Gizi Keluarga,melakukukan imunisasi Ibu dan Anak. Keluarga
Berencana merupakan salah satu upaya mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.Tujuan utama
dari program Keluarga Berencana adalah untuk lebih meningkatkan kesejhteraan ibu dan anak.Dengan
mengatur kelahiran, isteri banyak mendapat kesempatan untuk memperhatikan dan mendidik anak disamping
memiliki waktu untuk melakukan tugas-tugas sebagai ibu rumah tangga. Disisi lain suami tidak terlalu
direpotkan oleh tuntutan-tuntutan biaya hidup serta biaya pendidikan anak-anak. Dalam upaya mewujudkan
kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga,gizi memegang peranan yang sangat penting. Sehubungan dengan
itu, Islam mengajarkan kepada umatnya agar dapat mewariskan keturunan yang baik dan kuat dengan cara
menjaga kesehatan tubuh melalui makanan yang halal lagi baik, Sebagaimana firman Allah dalam surat An-
Nisak ayat 9, yang artinya “Dan hendaknya takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di
belakang mereka anak-anak (keturunan) yang lemah yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar” (QS:4:9). Program imunisasi merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk memberikan
kekebalan tubuh terhadap penyakitt, seperti TBC, batuk rejan, tetanus, polio, dipteri dan campak dengan cara
menyuntikkan atau memberikan kuman yang telah dilemahkan ke dalam tubuh. Manfaatnya ialah agar badan
atau tubuh yang diimunisasi akan semakin kaya dengan zat penolak (anti bodi) yang mampu mencegah
penyakit-penyakitt tersebut. Oleh sebab itu untuk menjaga kesehatan kelurga mintalah imunisasi BCG, DPT,
Polio dan Campak bagi anak-anak usia 2-14 bulan, serta imunisasi TT bagi Calon Pengantin dan Ibu Hamil di
tempat-tempat pelayanan kesehatan.
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 21
Tips Lain Cara Menjadi Keluarga Islam
1. Menyadari adanya lika-liku kehidupan;
2. Ketika biduk rumahtanggaoleng,janganlahsaling berlepas tangan,tetapi sebaliknya justru semakin
erat berpegangan tangan.
3. Ketika belum dikaruniai anak, cintailai istri atau suami dengan sepenuh hati.
4. Ketika sudah mempunyai anak, jangan bagi cinta kepada suami atau istri dan anak-
anak denganbeberapabagiantetapi cintailah suami-istridananak-anak dengan masing-masing
sepenuh hati.
5. Ketika ekonomikeluargabelum membaik,yakinlahbahwa pintu rezeki akan terbuka lebar berbanding
lurus dengan tingkat ketaatan suami istri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
6. Ketika ekonomi sudah membaik, jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi
ketika menderita (justru godaan banyak terjadi disini, ketika hidup susah, suami selalu setia namun
ketika sudah hidup mapan dan bahkan lebih dari cukup, suami sering melirik yang lain dan bahkan
berbagi cinta dengan wanita yang lain).
7. Jika Anda adalah suami, boleh bermanja-manja bahkan bersifat kekanak-kanakan kepada istri dan
segeralah bangkit menjadi pria perkasa secara bertanggung-jawab ketika istri membutuhkan
pertolongan.
8. Jika Anda seorang istri, tetaplah anda berlaku elok, tampil cantik dangemulai serta
lemah embut,tetapi harusselalusiap menyelesaikan semua pekerjaandengan sukses.
9. Ketika mendidik anak, jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak
pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak.
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 22
BAB 3
SIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Secara kesimpulannya dapatlah dijelaskan bahawa keluarga bahagia itu ialah satu keluarga yang dapat merasa
senang terhadapsatu sama lain dan terhadap hidup sendiri serta mempunyai objektif pembinaan keluarga yang
jelas dan positif. Elemen kebahagiaan dalam Islam sebenarnya adalah penzahiran penyatuan di antara iman
dan amal serta cabang-cabang lain seperti akidah, ilmu, niat,akhlak, sosial, amanah dan keselamatan fizikal
yang akhirnya mencetuskan situasi yang dinamakan al-sakinah iaitu ketenangandan ketenteraman, al-
mawaddah iaitu cinta serta al-rahmah yaitu kasih sayang.
Dapatlah difahami bahwa Keluarga Sakinah merupakan keluarga yang dicita-citakan oleh semua
orang, karena melalui Keluarga Sakinah akan melahirkan generasi yang berkualitas, beriman, bertaqwa dan
berakhlak mulia sekaligus akan terwujudnya ketahanan keluarga dar persoalan dan permasalahan yang
dihadapi. Membentuk Keluarga Sakinah bukanlah suatu hal yang mudah untuk diwujudkan, melainkan harus
melalui tekad dan perjuangan yang besar dan sunguh-sunguh serta pengorbanan yang tinggi agar mampu
menahan ombak dan badai yang akan menerpa biduk rumah tangga. Langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah dimulai dari usaha memilih jodoh (pasangan hidup) yang ideal sesuai dengan anjuran agama Islam,
membina dan menanamkannilai-nilai agama dalam keluarga agar menjadi keluarga yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah swt, membina hubungan antara keluarga dan lingkungan agar terjalin komunikasi dan
hubungan yang harmonis dalamkehidupan sehari-hari serta menanamkan sifat qana’ah dalam keluarga
agarnikmat yang diberikan Allah dapat diarasakan oleh keluarga.
SARAN
Sikap saling menerima dan saling memahami memang hanya salah satu diantara sekian penjelasan dalam
makalah ini yang mempengaruhi terbentuknya keluarga bahagia yang sakinah mawadah warohmah . Namun
kedua hal tersebut sering kurnang diperhatikan generasi islami zaman sekarang . Mereka hanya mencari
kebahagian , mencari keutuhan dan kesempurnaan masing – masing pasangannya tanpa mau meneriama
kekurangan . Oleh sebab itu banyak kasus perceraian yang sekarang marak terjadi dilingkungan selebritis dan
masyarakat . Karena merek kurang meperhatikan kedua hal tersebut . Jika saja sikap saling menerima dan
saling memahami selalu diingat dan diterapkan , INsya allah sebuah bahtera rumah tangga akan berjalan
dengan damai . Istilah jawa pernah mengatakan jikalau sudah menikah itu ibarat orang tidur mepunyai yang
mempunyai 4 posisi sebagai penyempurna atau penyeimbang dalam kehidupa berumahtangga .
Pertama “Melumah “ atau berbaring , rebahan yang artinya setiap insan yang telah disatuka dalam tali
pernikahan hendaknya jujur satu sama lain tanpa ada yang ditutup – tutupi jikalau menghadapi suatu masalah
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 23
yang sedang dialami baik dari pihak suami , maupunistri . “ Mengkurep “ atau tengkurap suami – isteri saling
menutupi kekurangan satu sama lain menjaga aib satu sama lain sampai tidak ada pihak luar yang mengetahui
masalah atau problema yang sedang terjadi didalam suatu rumah tangga . “ Miring Tengen “atau miring ke
kanan Selalu mencari solusi yang terbaik dalam menyeesaikan sutu problema serta melangkah kea rah yang
lebih baik . “ Mirig Kiwo “ atau miring ke kiri , menghidari adanya perslisihan serta sikap saling memaafkan
dan saling memperingatkan jika dari pihak suami atau isteri melakukan suatu yang menuju kepada
kemaksiatan atau pelanggaran norma .
Membentuk Keluarga Bahagia Yang Sakinah , Mawadah , Warohmah | 24
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/Cintiaclarissa/membangun-keluarga-islam?qid=07b91cce-e4c3-43cf-9594-
ee37d19c00c8&v=qf1&b=&from_search=1
http://umexpert.um.edu.my/file/publication/00002815_79627.pdf
http://bengkulu.kemenag.go.id/file/file/Dokumen/qzvu1365088398.pdf
http://www.slides.share.net/bab5munakahat12ipa1-140110212310-phpapp02
Top Related