BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Meningkatnya tingkat konsumsi manusia terhadap produk-produk
yang dihasilkan oleh ternak khususnya ternak unggas seperti daging ayam,
telur ayam, telur puyuh dan sebagainya mengakibatkan para peternak
berloma-lomba untuk meningkatkan kualitas ternak mereka.
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas ternak adalah dengan
meningkatkan kualitas pakan ternak, karena pakan ternak merupakan
aspek penentu keberhasilan dalam usaha peternakan. Untuk menghasilkan
suatu produk pakan ternak yang berkualitas dan dengan kuantitas tertentu,
maka diperlukan proses produksi yang tepat. Dimulai dari bahan baku
yang digunakan, proses pembuatan pakan, dan pengepakan serta proses
pendistribusian pakan ternak tersebut.
Kebutuhan yang tinggi akan pakan ternak yang berkualitas untuk
hasil ternak yang berkualitas, maka sebagai produsen pakan ternak PT.
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Makassar melakukan proses produksi
pakan ternak berkualitas yang sesuai dengan prinsip dan standar
operasional prosedur yang telah diuji dapat meningkatkan kualitas pakan
ternak.
Sehingga dalam proses produksi pakan ternak yang sesuai dengan
prinsip dan standar operasional prosedur diperlukan adanya pengawasan
mutu (Quality Control) serta pengendalian proses (Process Control) untuk
menjamin mutu pakan ternak yang dihasilkan. Pengawasan mutu
dilakukan pada setiap tahapan tahapan produksi pakan ternak, mulai dari
penerimaan bahan baku, penyimpanan bahan baku dan pakan ternak,
proses produksi pakan ternak, serta proses akhir.
1.2. Rumusan Masalah
Terdapat berbagai macam produk pakan ternak yang dihasilkan oleh PT.
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Makassar yang mengakibatkan luasnya
materi yang diperoleh sehingga kali ini penyususun membatasi masalah yang
akan dibahas yaitu dalam ruang lingkup pengawasan mutu pada produksi
pakan ternak secara umum. Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :
Bagaimanakah proses produksi pakan ternak secara umum?
Bagaimanakah proses pengawasan mutu dan pengendalian proses
pada produksi pakan ternak secara umum?
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui aspek teknologi yang digunakan pada proses
produksi pakan ternak.
Untuk mengetahui proses pengawasan mutu dan pengendalian proses
pada produksi pakan ternak.
Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam
menganalisa serta memecahkan masalah yang ada dalam industri
berdasarkan disiplin ilmu melalui latihan kerja.
1.4. Manfaat yang Diperoleh
Dapat memperluas wawassan tentang aspek teknologi yang digunakan
pada proses produksi yang ada dalam industri.
Dapat memiliki dan mengembangkan kemampuan yang telah
diperoleh dalam kegiatan yang ada dalam industri.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah Singkat
Pada awal didirikannya, PT. Japfa Comfeed Indonesia bernama PT.
Ometraco yang berstatus kantor cabang sesuai dengan akte kuasa yang dibuat
dihadapan notaries sastra Kosasih, SH., nomor 37 tanggal 27 Juni 1968 di
Surabaya. Perusahaan ini bergerak dibidang ekspor impor komoditas non-migas
yang saat itu sedang digalakkan pemerintah dalam usaha meningkatkan usaha
pemasukan devisa negara.
Jenis komoditi yang diekspor perusahaan yaitu gaplek pellet, katul pellet,
dan kopra pellet. Selanjutnya, perkembangan ekspor komoditi tersebut tidak
sesaui dengan hasil yang diharapkan karena harga di dalam negeri tidak sesuai
dengan harga di pasaran Eropa. Sehingga untuk menambah volume usaha, maka
mulai awal tahun 1980 perusahaan mencoba untuk ikut memasarkan ransum
makanan untuk ternak dengan merek Comfeed yang saat itu diproduksi oleh PT.
Comfeed Indonesia yang berlokasi di Sidoarjo.
Berkat kerja keras dari seluruh karyawan dan karyawati, akhirnya produk
pakan ternak tersebut diterima oleh masyarakat Jawa Barat. Setelah itu, keluar
Keputusan RIS No. 50 tahun 1981 yang menghimbau agar perusahaan swasta
berartisipasi dalam meningkatkan taraf hidup petani kecil dengan jalan membantu
pembuatab pakan ternak secara alamiah. Maka pada saat itulah perusahaan mulai
mengalihkan usaha dari perusahaan yang bergerak dalam bidang ekpor menjadi
perusahaan industry pakan ternak.
Peralatan awal yang digunakan cukup sederhana yaitu dengan kapasitas
tiga ton perjam dan dimulailah produksi pakan ternak secara komersial. Sejak
bulan Agustus 1981 jumlah produk yang dihasilkan adalah 300-400 ton per
bulannya, setelah itu produksi dari perusahaan ini telah mencapai 400 ton
perbulannya. Akhirnya perusahann ini dianjurkan untuk berdiri sendiri.
Berdasarkan akte No. 35 tanggal 21 November 1987 yang dikeluarkan
oleh notaries Abd. Rahim, SH., perusahaan ini berubah nama menjadi PT.
Ometraco Satwafeed. Pada bulan November 1987, perusahaan ini menggunakan
mesin otomatis yang didatangkan langsung dari pabrik Van Aarsen Netherland,
Belanda.
Perkembangan dari perusahaan ini berlanjut secra terus-menerus hingga
pada akhir 1989, sesuai dengan akte No. 179 tahun 1989 yang dikeluarkan oleh
notaries Susanti, SH., yang berkedudukan di Surabaya, perusahaan ini berganti
nama menjadi PT. Japfa Comfeed Indonesia.
Sampai saat ini PT. Japfa Comfeed Indonesia telah memiliki sebelas unit
cabang perusahaan yang tersebar di Indonesia dan tiga cabang yang berada di luar
negeri. Untuk area Sulawesi terdapat unit cabang dari PT. Japfa Comefeed
Indonesia yaitu PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Makassar yang berdiri
pada 10 Februari 2004. Merek pakan ternak yang diproduksi oleh PT. Japfa
Comefeed Indonesia Tbk. Unit Makassar yaitu Comfeed dan Benefeed.
2.2. Tugas dan Fungsi
Tugas dan fungsi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Makassar yaitu :
1. Menyediakan sumber protein hewani yang baik untuk ternak yang ada
diseluruh kawasan Sulawesi.
2. Menyediakan dan memberikan stok pakan ternak bagi para peternak yang
berada di kawasan Sulawesi.
3. Melakukan pengawasan, pengendalian dan pengkajian mengenai kualitas
an kondisi pakan ternak yang diproduksi.
4. Memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan memberikan pelayanan
yang tepat dan sesuai dengan standar yang berlaku.
2.3. Visi dan Misi
2. 3. 1. Visi
“Menjadi market leader di wilayah Sulawesi”
2. 3. 2. Misi
“Menyediakan sumber protein hewani melalui pakan ternak yang
bermutu menuju kesejahteraan bersama”.
2.4. Kebijakan yang Diberlakukan
a) Kebijakan Mutu
Dalam mewujudkan visi dan misi tersebut, maka PT. Japfa
Comfeed Indonesia Tbk. Unit Makassar menerapkan Sistem Manajemen
ISO 9001:2008 dengan melakukan perbaikan terus menerus yang mengacu
pada persyaratan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
b) Kebijakan K3
Untuk dapat memberikan rasa aman dan nyaman dalam melakukan
setiap aktivitas kegiatan yang berhubungan dengan perusahaan maka PT.
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Makassar menerapkan Sistem
Manajemen K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yang berdasarkan
pada perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
c) Kebijakan 5S
Untuk melengkapi kebijakan-kebijakan yang telah diberlakukan
oleh perusahaan maka perusahaan juga menerapkan Program 5S yang
diadaptasi dari budaya Jepang yakni Seiri/Pilah, Seiton/Tata,
Seiso/Bersihkan, Seiketsu/Mantapkan dan Shitsuke/Biasakan pada setiap
kegiatan kerja dalam perusahaan demi mencapai kesejahteraan bersama.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Teori Pakan Ternak
3.1.1. Pengertian Pakan Ternak
Pakan ternak adalah pakan-pakan hasil produksi yang khusus di
konsumsi oleh ternak, dimana pakan ini hanya diproduksi oleh pabrik yang
dikhususkan dalam bidang ini. Pakan ternak dapat berupa pakan jadi yandg
siap di komsumsi dan dapat juga berupa pakan konsentrat (tepung) yang
nantinya harus dicampur dahulu dengan bahan lain sebelum digunakan
sebagai pakan ternak yang baik dikonsumsi. Pakan ternak merupakan salah
satu aspek penentu keberhasilan dalam bidang peternakan, pakan juga
merupakan factor utama dalam suatu usaha peternakan sehingga harus
terpenuhi kulaitas dan kuantitas pakan tersebut. Pakan juga adalah semua
yang bisa dimakan oleh ternak dan tidak mengganggu kesehatannya.
Untuk menghasilkan suatu produk pakan untuk unggas yang berkualitas
maka bahan pakan yang harus digunakan harus berkualitas pula. Oleh karena
itu, pemilihan bahan baku yang digunakan memerlukan pengangan sendiri
termasuk dalam proses penyimpanan dan pemanfaatannya. Bahan baku yang
digunakan untuk menyusun pakan ternak adalah bahan makanan yang
memiliki unsure-unsur yang dibutuhkan oleh ternak agar proses
pertumbuhannya sesuai dengan yang diinginkan.
Secara umum pakan ternak unggas terdiri dari bahan makanan yang
berasal dari tanaman, hewan dan sisa proses pengolahan pangan dan pabrik.
Melalui ternak unggas, bahan makanan yang tidak bermanfaat lagi kebutuhan
pangan manusia dapat diubah menjadi daging dan telur yang potensial
sebagai bahan pangan manusia.
Pengadaan dan pemanfaatan bahan baku pakan ternak untuk setiap
industry pakan harus berdasarkan prinsip-prinsip dalam menghasilkan suatu
pakan ternak yang berkualitas. Perkembangan pakan ternak menuntut
diperlukannya suatu system pengawasan mutu dan pengendalian proses untuk
menjamin mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang
ditentukan.
3.1.2. Jenis – jenis Pakan Ternak
Adapun jenis-jenis pakan ternak yang dapat digolongkan berdasarkan
pemakaiannya, bentuknya, kadar/konsentrasi Ashnya, kadar kalsium, dan
lama penyimpanan.
a. Berdasarkan pemakaiannya, pakan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
Pakan Jadi
Pakan jadi adalah jenis pakan yang dapat langsung dikomsumsi oleh
ternak tanpa penambahan bahan-bahan lainnya, contoh:
PAR L-1 L/B
MS 44
MS 42
BBR I
AD-I
AD-II
PB-I
PB-II
Par L-II L/B
Par jantan L/B
Par S L/B
Pakan Konsetrat
Berdasarkan kandungan gizinya, Konsetrat dibagi dua golongan yaitu
Konsetrat sebagai sumber energy dan sebagai protein.
Konsetrat sebagai sumber protein apabila kandungan protein
lebih dari 18% Total Digestible Nutrision (TDN) 60%. Ada
Konsetrat yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Berasal dari
hewan mengandung protein lebih dari 47%. Mineral Ca lebih
dari 1% dan P lebih dari 1,5% serta kandungan serat kasar
dibawah 2,5%. Contohnya : tepung ikan, tepung susu, tepung
daging, tepung darah, tepung bulu dan tepung cacing. Berasal
dari tumbuhan, Kandungan proteinnya dibawah 47%, mineral
Ca dibawah 1% dan P dibawah 1,5% serat kasar lebih dari2,5%
Contohnya : Tepung kedelai, tepung biji kapuk, tepung bunga
matahari, bungkil wijen, bungkil kedelai,bungkil kelapa,
bumgkil kelapa sawit dll.
Konsetrat sebagai sumber energy apabila kandungan protein
dibawah 18%, TDN 60% dan serat kasarnya lebih dari 10%
Contohnya : dedak, jagung, empok, jagung, empok dan polar.
Contoh produk Konsetrat :
- CAL 9 Parama/KLKS Parama
- CAB/KBR
- CAB Parama /KBR Parama
- CAL – 5
- Cal -9/KLKS
- dll
b. Berdasarkan bentuknya, pakan dapat dibedakan menjadi beberapa be
ntuk, yaitu :
Pellet
Pellet adalah ransum yang berasal dari berbagai bahan pakan dengan
perbandingan komposisi yang telah dihitung dan ditentukan. Bahan
tersebut diolah menggunakan mesin pellet (pelletizer) untuk
mengurangi loss nurisi dalam bentuk yang lebih utuh, contohnya : MS
44, AB-II, PB 2.
Crumble
Pakan berbentuk crumbl ini merupakan perkembangan lebih lanjut
dari bentuk pellet. Bentuk ini banyak digunakan untuk semua umur
broiler. Contohnya : BK-I, AB-I, MS 42, PB-1
Coarse Crumble
Pakan berbentuk coarse crumble, contohnya : PAR L-II L/B, PAR L-I
L/B.
Tepung kasar
Pakan berbentuk layer, Contohnya : Layer 100/PAR G Tepung.
Konsetrat/Tepung
Pakan berbentuk Konsetratnya, Contohnya : CAB,CAB Parama.
c. Berdasarkan kadar/Konsetrat abunya, pakan dapat digolongkan menjadi
beberapa golongan, yaitu :
Pakan jadi Ash rendah
- BK I
- MS 44
- PAR JANTAN
- DB I
- PB I
- BBR I
Pakan jadi Ash Medium
- PAR L-0
- ABS (Ayam Buras)
- ABS (Ayam Buras) Parama
Pakan jadi Ash tinggi
- PAR L-I
- PAR L-II
- Layer 100
- Puyuh Layer
Pakan Konsentrat Ash Rendah
- CAB/KBR
- CAB Parama/KBR Parama
- CAL-5
- KGR-1
- Konsentrat Layer
Pakan Konsentrat Ash Tinggi
- KLKS/CAL 9
- Cal 9 Parama/KLKS Parama
- ML-24 KS-36
d. Berdasarkan lama penyimpanan, pakan dibedakan menjadi :
- Pakan Breeder adalah golongan pakan yang lama penyimpanannya
maksimal 8 hari
- Pakan komersial adalah pakan yang lama penyimpanannya maksimal
30 hari. Pakan yang termasuk pakan komersial adalah pakan yang non
breeder.
3.2. Teori Bahan Baku Pakan Ternak
3.2.1. Pengertian Bahan Baku Pakan Ternak
Bahan baku untuk pakan ternak adalah bahan – bahan yang
dipergunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan pakan ternak, dimana
dengan takaran yang tepat sehingga dapat menghasilkan pakan ternak yang
berkualitas tinggi.
Isu kesehatan (pertumbuhan dan pengendalian penyakit) merupakan
pertimbangan utama dalam pemilihan / pengguanaan bahan baku, selain
pertimbangan biaya produksi. Kualitas pakan ikan/udang dalam produksi
akuakultur bergantung pada tingginya kualitas bahan baku pakan. Hindari
pemakaian bahan baku dengan kondisi jelek, rusak / busuk, atau
terkontaminasi. Produser pakan harus mampu menyediakan produk pakan
dengan kualitas yang bagus dengan konsisten secara kontinyu untuk
memenuhi permintaan / kebutuhan konsumen. Pemilihan bahan baku
bergantung pada :
- Kualitas dan kuantitas bahan baku
- Kandungan gizi / kadar nutrisi
- Kecernaannya (digestibility)
- Daya serap (bioavailability)
- Tidak mengandung senyawa anti-nutrisi dan/atau zat racun.
3.2.2. Jenis - jenis Bahan Baku
Bahan baku untuk pakan ternak memiliki bermacam – macam jenis
yang dapat digolongkan berdasarkan asal bahan baku dan berdasarkan
sumber bahan baku.
a. Berdasarkan asal bahan baku
Bahan Baku Lokal
Bahan baku lokal yang biasa digunakan sebagai bahan baku
untuk pakan ternak antara lain :
- Tepung Batu
- Wheat Brand Pellet
- Jagung
- Katul
- Biji Batu
- Gaplek
Bahan Baku Import
Bahan baku import yang biasa digunakan sebagai bahan baku
untuk pakan ternak antara lain :
- MBM (Meat and Bone Meal)
- CGM (Corn Gluten Meal)
- PBPM (Poultry by Product Meal)
- SBM (Soya Bean Meal)
- HCFM (Hidrolyzed Chicken Feather Meal)
- RSM (Rape Seed Meal)
- Jagung Import
- Tepung Tulang
- Tepung Industri
b. Berdasarkan Sumber Bahan Baku
Bahan Baku Hewani
Bahan baku hewani adalah jenis bahan baku yang terbuat dari
unsur - unsur hewani, dimana bahan baku ini disimpan selama
maksimal 2 bulan lamanya sebelum dipakai dalam pembuatan pakan
ternak. Yang termasuk jenis bahan baku hewani antara lain :
- MBM (Meat and Bone Meal)
MBM ini terbuat dari daging dan tulang hewan yang digiling
dan diproses .
- PBPM (Poultry by Product Meal)
PBPM ini terbuat dari bulu-bulu hewan yang dihaluskan hingga
menjadi bahan baku.
- HCFM (Hidrolyzed Chicken Feather Meal)
HCFM ini terbuat dari bulu-bulu ayam yang diproses hingga
menjadi bahan baku.
Bahan Baku Nabati
Bahan baku nabati adalah bahan baku yang komponennya
terbuat dari unsure-unsur nabati. Bhan baku ini biasanya disimpan
selama maksimal 3 bulan. Yang termasuk jenis bahan baku nabati
adalah :
- SBM (Soya Bean Meal)
SBM adalah bahan baku yang terbuat dari ampas atau limbah
kedelai.
- RSM (Reap Sead Meal)
RSM adalah bahan baku yang terbuat dari jagung.
- CGM ( Corn Gluten Meal)
CGM adalah bahan baku yang terbuat dari jagung.
- Copra Chips
Copra Chips adalah bahan baku yang terbuat dari ampas atau
limbah kelapa.
- Wheat Brand Pellet
Wheat Brand Pellet adalah bahan bakuyang terbuat dari ampas
atau limbah pabrik tepung berdikari.
- Katul
Katul adalah bahan baku yang terbuat dari ampas atau tepung –
tepung padi yang diambil saat dipisahkannya beras dan kulitnya
(gabah) .
3.3. Teori Pakan Ternak Ayam Pedaging
Pakan ternak adalah campuran dari beberapa bahan baku, baik yang
sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara
khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak agar dapat
digunakan sesuai dengan jernik ternaknya.
Pada laporan ini, akan dibahas tentang pakan ternak ayam pedaging.
Dalam pebuatan pakan ternak ayam pedaging dapat dibagi menjadi beerapa
komposisi yaitu bahan baku pakan (feed ingredients), pelengkap pakan (feed
suplement), dan imbuhan pakan (feed additives). Adapun komposisi dari pakan
ternak ayam pedaging jenis pellet, yaitu :
Raw Material Premix1. Jagung Lokal B 2. L - Lysine3. CGM 4. Garam5. SBM 6. DL – Methionine7. MBM 8. MCP9. DDGS 10. Sodium Bicarbonat11. Palm Olein 12. L - Lysine13. Tepung Batu
Bahan – bahan yang digunakan seperti diatas memiliki peran yang
penting baik dalam kualitas pakan maupun kualitas unggas yang dihasilkan.
Penambahan pelengkap pakan (feed suplement) seperti protector mineral
berguna sebagai vitamin, mineral dan asam amino yang sangat berguna dalam
kualitas unggas yang dihasilkan untuk pedaging nantinya. Penambahan tepung
batu pada pembuatan pakan tersebut berguna dalam pembentukan tulang yang
kuat. Penambahan garam pada pembuatan pakan ini berguna sebagai
penambahan nafsu makan dari unggas. Sedangkan penambahan bahan-bahan
lain diatas sebagai penunjang kualitas pakan mulai dari kandungan protein,
lemak, air, mineral dll sehingga dapat menghasilkan unggas yang memiliki
daging yang berkualitas.
Pakan ternak ayam pedaging ini merupakan pakan komersil. Lama
penyimpanan pakan ini maksimal 30 hari karena pakan ini ditujukan kepada
customer PT.Japfa Comfeed Indonesia, Tbk – Unit Makassar, baik internal
maupun eksternal.
3.4. Departemen Quality Control
Quality control (QC) merupakan suatu departemen yang bertugas
mengawasi dan mengontrol mulai dari penerimaan bahan baku, proses
produksi pakan hingga pakan tersebut sampai ketangan konsumen. Departemen
quality control terdiri dari 3 unit yaitu sebagai berikut :
3.4.1. Entrance Control
Entrance Control yaitu salah satu unit quality control yang menangani
proses pengendalian kualitas bahan baku, mulai dari diterimanya bahan
baku pada setiap truk/kontainer hingga penyimpanan bahan baku didalam
gudang.
Pada entrance control dilakukan 2 tahap pengambilan bahan baku,
yaitu :
Presampling, adalah proses pengambilan bahan baku sebelum masuk
digudang.
Unloading, adalah proses pengambilan bahan baku saat
pembongkaran digudang.
Adapun parameter yang dilakukan dalam tahapan pengambilan bahan
baku antara lain :
- Analisa berat jenis (g/l)
- Analisa aflatoxin (ppb)
- Analisa kadar air jagung dengan alat Grain Moisture Tester PM-
410 (%)
- Analisa kadar air dengan menggunakan alat Mettler Toledo (%)
- Analisa partikel size pada biji dan tepung batu (%)
3.4.2. Stock Control
Stock control merupakan salah satu unit quality control yang
menangani pemeriksaan kualitas pada bahan baku dan pakan ternak. Pada
stock control terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
I. Stock Raw Material
Stock raw material bertugas untuk mengontrol dan
mempertahankan kualitas bahan baku selama penyimpanan sampai
pada saat digunakan dalam proses produksi. Dalam stock raw material
terbagi atas 6 bagian, yaitu :
1) Pemeriksaan Identitas dan FIFO bahan baku
2) Pemeriksaan fisik dan temperatur bahan baku
3) Pemeriksaan Umur bahan baku
- Nabati ( 3 bulan )
- Hewani ( 2 bulan )
4) Pemeriksaan kualitas jagung dalam silo (fisik dan temperature
perminggu)
5) Pemeriksaan Palm Olein (PO), analisa lanjutan di laboratorium.
6) Pemeriksaan tingkat serangan kutu
II. Finish Product
Stock finish product bertugas untuk menangani pakan ternak
mulai dari pembuatan pakan ternak hingga penjualannya. Pada unit ini
mematikan bahwa kualitas pakan tidak mengalami penurunan selama
penyimpanan di gudang. Dalam stock finish prduct terbagi atas 5
bagian pemeriksaan yaitu :
1) Pemeriksaan layak jual pakan jadi
2) Pemeriksaan penyimpanan dan muatan pakan jadi atau umur
pakan jadi
3) Pemeriksaan bahan block feed
4) Pemeriksaan proses reprossing
5) Pemeriksaan pakan return
Fumigasi terdiri atas 3 cara :
- Gassing, adalah pembasmian hama dengan cara pemberian obat
dalam bentuk tablet. Dengan aturan setiap 1 ton/kavling diberi 2
tablet
- Spraying, adalah pembasmian hama dengan cara penyemprotan
yang dilakukan disekitar palet pada lantai kavling.
- Foging, adalah pembasmian hama dengan cara pengasapan.
Dilakukan pada bahan baku dan produk pada daerah kavling dan
palet.
Fumigasi pada silo dilakukan saat kondisi auger (mau habis).
Spray dilakukan 1x seminggu dengan batas penyimpanan jagung
disilo < 6 bulan.
3.4.3. Inproses Control
Inproses control bertugas untuk mengontrol jalannya proses produksi
mulai dari intake bahan baku (curah bahan baku) hingga ke bagging off
(pengemasan produk). Dalam pembuatan pakan ternak, melalui beberapa
proses produksi yaitu :
1) Intake bahan baku (curah bahan baku)
2) Pregrinding (Penghancuran bahan baku)
3) Dosing (Penimbangan bahan baku)
4) Mixing dan Hand add (Pencampuran)
5) Pelletting
Proses pelleting terdiri dari beberapa tahap yaitu :
- Conditioner (steam 80 - 85◦C)
- Press (pembentukan pellet)
- Cooler (pendinginan pellet)
- Crumble (pembentukan crumble)
- Shieveter (pengayakan)
- Bintap
- Bagging Off
Adapun parameter yang dilakukan dalam pemeriksaan pakan antara
lain :
a. Partikel size
b. Panjang Pellet
c. Test Durability
E. DEPARTEMEN LABORATORIUM
Laboratorium merupakan suatu departemen yang bertugas melakukan
analisa pada sampel-sampel yang masuk, baik itu merupakan sampel pakan jadi
maupun bahan baku (hewani dan nabati). Adapun parameter yang dilakukan
adalah :
1. Predict NIRS FOSS
NIRS FOSS adalah alat instrument yang digunakan untuk menganalisa sampel
organic seperti pakan. Pada dasarnya alat ini berdasarkan hokum Lambert-
Beer, yang berbunyi:
“Bila seberkas cahaya monokromatis melalui suatu media transparan maka
bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan tergantung pada
tebal media dan konsentrasi.”
Dengan kata lain, semakin tebal media/ konsetrasi suatu larutan maka serapan
cahaya yang diteruskan akan semakin sedikit.
Media
Ir
Cahaya Io It
MonokromatikIa
Io = Cahaya masuk yang intensitas 0
Ir = Cahaya yang dipantulkan
Ia = Cahaya yang diserap
It = Cahaya yang dipancarkan
Maka :
I0 = Ir + Ia + It
Biasanya Ir adalah sangat kecil, 3% sehingga dapat diabaikan :
I0 = Ia + It
Seperti pada prinsip Hukum Lambert-Beer, maka system kerja alat NIRS FOSS
ini adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan lampu Tungsten Halogen sebagai sumber energy
2. Cahaya dari lampu dipecah menjadi individual wavelength oleh holograph
grating
3. Energy cahaya ini kemudian diarahkan ke sampel dimana akan terjadi
interaksi dengan molekul sampel. Sebagian energy cahaya akan diserap
oleh molekul sampel
4. Reflectance M easurement
Jika sampel berupa zat padat, maka energy cahaya yang tidak diserap akan
dipantulkan kembali ke Reflectance Detector.
5. Transmission Measurement
Jika sampel berupa liquid/cairan maka energy cahaya yang tidak diserap
akan langsung diteruskan ke Transmittor Detector.
2. Analisa Clorida (Cl)
Klorida merupakan salah satu unsure halogen yang bervalensi -1.
Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsure klor mendapatkan satu
electron untuk membentuk suatu anion ( ion bermuatan negative) Cl - . Garam
dari asam klorida HCL mengandung ion klorida; contohnya adalah garam
meja, yang adalah natrium Klorida dengan formula kimia NaCl. Dalam air,
senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl-.
Kata Klorida dapat pula merujuk pada senyawa kimia yang satu atau
lebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti klorida
dapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling sederhana
dari suatu klorida anorganik adalah hydrogen klorida (HCL), sedangkan
contoh sederhana senyawa organic (suatu organoklorida) adalah klorometana
(CH3Cl), atau sering disebut metil klorida.
3. Analisa Kalium (K+)
Kalium adalah suatu unsure kimia dalam table periodic yang memiliki
lambang K dan nomor qtom 19. Kalium berbentuk logam lunak berwarna
putih keperakan dan termasuk golongan alkali tanah. Secara alami, kalium
ditemukan sebagai senyawa dengan unsure lain dalam air laut atau mineral
lainnya. Kalium terkosidasi dengan sangat cepat dengan udara, sangat reaktif
terutama dalam air, dan secara kimiawi memiliki sifat yang mirip dengan
natrium. Dalam bahasa Inggris, Kalium disebut Potassium.
4. Analisa Natrium ( Na+)
Natrium adalah unsure kimia dalam table periodic yang memiliki
symbol Na dengan nomor atom 11. Natrium adalah logam reaktif yang lunak,
keperakan, dan seperti lilin, yang termasuk ke logam alkali yang banyak
terdapat dalam senyawa alam (terutama Halite). Dia sangat reaktif, apinya
berwarna kuning, beroksidasi dalam udara, dan bereaksi kuat dengan air,
sehingga harus disimpan dalam minyak. Karena sangat reaktif, natrium
hampir tidak pernah ditemukan dalam unsure murni. Seperti logam alkali
lainnya, natrium adalah unsure reaktif yang lunak, ringan, dan putih
keperakan, yang tak pernah berwujud sebagai unsure murni di alam. Natrium
mengapung di air, menguraikannya menjadi gas hydrogen dan ion hidroksida.
Jika digerus menjadi bubuk, natrium akan meledak dalam air secara spontan.
Namun, biasanya ia tidak meledak di udara bersuhu di bawah 388 K. Natrium
juga bila dalam keadaan berikatan dengan ion OH- maka akan membentuk
basa kuat yaitu NaOH.
5. Analisa Kadar Air (Moisture)
Analisa kadar air (Moisture) merupakan analisa yang dilakukan pada
suatu sampel yang ingin diketahui jumlah kandungan molekul airnya. Salah
satu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air pada suatu bahan
adalah dengan menggunakan metode “Penetapan air dengan metode oven”,
yaitu suatu metode yang dapat digunakan untuk seluruh produk makanan,
kecuali produk tersebut mengandung komponen-komponen yang mudah
menguap atau jika produk tersebut mengalami dekomposisi pada pemanasan
1000C-1020C sampai diperoleh berat yang konstan pada penimbangan berkali-
kali.
Kadar air dalam makanan dapat ditentukan dengan berbagai cara:
1. Metode Pengeringan (Thermogravimetri)
Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan
pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan berarti
semua air sudah diuapkan. Cara ini relative mudah dan murah.
Kelemahannya antara lain:
a. Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang
bersama dengan uap misalnya alcohol, asam asetat, minyak atsiri
dan lain-lain.
b. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau
zat yang mudah menguap lain. Contoh gula mengalami
dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan
sebagainya.
c. Bahan yang mengandung bahan yang mengikat air secara kuat sulit
melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.
2. Metode Destilasi
Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air
dengan “pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi
daripada air dan tidak dapat dicampur dengan air serta mempunyai berat
jenis lebih rendah daripada air. Zat kimia yang dapat digunakan antara lain
: toluene, xylen, benzene, tetrakhloroethilen, dan xylol.
Cara penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia sebanyak
jumlah yang ditentukan biasanya 75-100 ml pada sampel yang
diperkirakan mengandung air sebanyak 2-5 ml, kemudian dipanaskan
sampai mendidih. Uap air dan zat mimia tersebut diembunkan dan
ditampung dalam tabung penampung. Karena berat jenis air lebih besar
daripada zat kimia tersebut maka air akan berada pada bagian bawah pada
tabung penampung. Bila pada tabung penampung dilengkapi skala maka
banyaknya air dapat diketahui langsung. Alat yang dipakai sebagai
penampung ini antara lain tabung Strak-Dean dan Sterling-Bidwell atau
modifikasinya.
3. Metode Khemis
Ada beberapa jenis penentuan kadar air metode khemis antara lain:
a. Cara Titrasi Karl Fischer
b. Cara Kalsium Karbid
c. Cara Asetil Klorida
d. Metode Fisis
Ada beberapa cara penentuan kadar air cara fisis antara lain:
a. Berdasarkan tetapan dielektrikum
b. Berdasarkan konduktivitas listrik (daya hantar listrik) atau
resistensi
c. Berdasarkan resonansi nuklir magnetic
d. Metode khusus misalnya dengan kromatografi
6. Analisa Kalsium (Ca+)
Kalsium adalah unsure kimia dengan symbol dan Ca nomor atom 20. Ini
memiliki massa atom 40,078 Amu. Kalsium adalah logam alkali tanah yang
lunak berwarna abu-abu, dan merupakan unsure yang paling berlimpah kelima
massa dikerak bumi. Kalsium, dengan kerapatan 1,55 g/cm3 adalah yang
paling ringan dari logam alkali tanah, magnesiuam (gravitasi spesifik 1,74)
dan berilium (1,84) lebih padat, meskipun lebih ringan dalam massa atom.
Dari seterusnya strontium, logam-logam alkali menjadi lebih padat dengan
massa atom meningkat. Kalsium juga ion terlarut kelima paling melimpah di
air laut.baik oleh molaritas dan massa, setelah natrium, klorida, magnesium,
dan sulfat.
Kalsium sangat penting untuk organism hidup, terutama dalam fisiologi
sel, di mana pergerakan ion kalsium Ca2+ ke dalam dan keluar dari fungsi
sitoplasma sebagai sinyal untuk banyak proses seluler. Sebagai bahan utama
yang digunakan dalam minerilisasi tulang dan kerang, kalsium adalah logam
paling berlimpah oleh massa dibanyak hewan. Garam kalsium tidak berwarna
dari setiap kontribusi kalsium, dan solusi ion Kalsium (Ca2+) yang berwarna
juga. Banyak garam kalsium yang tidak larut dalam air. Ketika dalam larutan,
ion kalsium dengan selera manusia sangat bervariasi, yang dilaporkan sebagai
sedikit asin, asam “seperti mineral” atau bahkan “menenangkan”. Hal ini jelas
bahwa banyak bias merasakan, atau mengembangkan rasa, untuk kalsium,
dan dengan menggunakan akal ini untuk mendeteksi mineral dalam menjilati
garam atau sumber lain.
Kalsium adalah unsure paling berlimpah kelima oleh massa dalam tubuh
manusia, dimana itu adalah utusan ionic umum seluler dengan banyak fungsi,
dan berfungsi juga sebagai elemen structural dalam tulang. Kalsium tidak
alami ditemukan dalam keadaan unsurnya. Kalsium terjadi paling sering pada
batuan sedimen di kalsit mineral, dolomite dan gypsum. Hal ini juga terjadi
pada batuan beku dan metamorf terutama dalam mineral silikat : plagioklas,
amphiboles, pyroxenes, dan garnet.
7. Analisa FFA (Free Fat Acid)
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas
tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas tidak terikat sebagai
trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi
biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit
adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya factor-
faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini
berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.
Kadar Asam Lemak Bebas
Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah
1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1%, jika dicicipi
akan terasa pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun
intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak
bebas. Asam lemak bebas, walaupun berada dalm jumlah kecil mengakibatkan
rasa tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam lemak
yang tidak dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14.
Akibat Mengingkatnya Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak
sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan
rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan
terbentuknya asam lemak bebas dal minyak sawit.
Kenaikan asam lemak bebas ditentukn mulai dari tandan dipanen sampai
tandan diolah dipabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa
pada minyak.
Beberapa factor dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif
tinggi dalam minyak sawit antara lain:
1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu
2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah
3. Penumpukan buah yang terlalu lama
4. Proses hidrolisa selama di pabrik
Bahaya Asam Lemak Bebas
Jaringan lemak melepaskan asam lemak bebas dan gliserol ke dalam
darah, dimana asam lemak tersebut diangkut dengan albumin ke hampir semua
organ. Dilain pihak, gliserol berjalan terutama ke dalam hati dan sedikit ke
dalam ginjal, hanya jaringan-jaringan ini tempatnya dapat digunakan. Proporsi
asam lemak bebas yang lebih besar dalam sirkulasi dikonversi menjadi badan-
badan keton, yang merupakan prinsip dalam hati. Badan-badan keton adalah
bentuk energy yang lebih larut dalam air daripada asam lemak.
Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisa enzim
selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan
kadar lebih besar dari berat asam lemak akan mengakibatkan rasa yang tidak
diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Timbulnya racun dalam
minyak yang dipanaskan telah banyak dipelajari. Bila lemak tersebut diberikan
pada ternak atau diinjeksikan kedalam darah, akan timbul gejala diare,
keterlambatan pertumbuhan, pembesaran organ, kanker, control tak sempurna
pada pusat saraf dan mempersingkat umur.
Kadar kolestrol darah yang meningkat berpengaruh tidak baik untuk
jantung dan pembuluh darah telah diketahui luas oleh masyarakat. Namun ada
salah pengertian, seolah-olah yang paling berpengaruh terhadap kenaikan
kolestrol darah ini adalah kadar kolestrol makanan. Sehingga banyak produk
makanan, bahkan minyak goreng diiklankan sebagai nonkolestrol. Konsumsi
lemak akhir-akhir ini dikaitkan dengan penyakit kanker. Hal ini berpengaruh pada
jumlah lemak dan mungkin asam lemak tidak jenuh ganda tertentu yang terdapat
dalam minyak sayuran.
Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas
Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat
asam dengan menggunakan baku basa. Alkalimetri termasuk reaksi netralisasi
yakni reaksi antara ion hydrogen yang berasal dari asam dengan ion hidrolisa
yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Suatu indicator merupakan asam atau basa lemah yang berubah warna
diantara bentuk terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya. Sebagai contoh
fenolflatein(PP), mempunyai pka 9,4 (perubahan warna antara pH 8,4-10,4).
Struktur fenolflatein akan mengalami perataan ulang pada kisaran pH ini karena
proton dipindahkan dari struktur fenol dari PP sehingga pH meningkat akibatnya
akan terjadi perubahan warna.
8. Analisa POV (Peroxide Value)
Bilangan peroxide adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah
mengalami oksidasi. Angka peroxide sangat penting untuk identifikasi tingkat
oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh
dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroxide.
Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroxide adalah dengan
metode titrasi iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida dilakukan
dengan titrasi iodometri. Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng
adalah bilangan peroxida.
Penurunan angka proxida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroxide
dan hidroperoxida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak.
Bilangan peroxide yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah
mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu
menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroxide rendah bisa
disebabkan laju pembentukan peroxide baru lebih kecil dibandingkan dengan
laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroxide cepat
mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain. Oksidasi lemak oleh
oksigen terjadi secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan
udara, sedangkan kecepatan proses oksidasimya tergantung pada tipe lemak
dan kondisi penyimpanan.
Minyak curah terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen dan cahaya
pada minyak curah lebih besar dibandingkan dengan minyak kemasan.
Paparan oksigen, cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa factor yang
mempengaruhi oksidasi. Penggunaan suhu tinggi selama penggorengan
memacu terjadinya oksidasi minyak. Kecepatan oksidasi lemak akan
bertambah dengan kenaikan suhu dan berkurang pada suhu rendah. Peroxide
terbentuk pada tahap inisiasi oksida, pada tahap ini hydrogen diambil dari
senyawa oleofin menghasilkan radikal bebas. Keberadaan cahaya dan logam
berperan dalam proses pengambilan hydrogen tersebut. Radikal bebas yang
terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroxi, selanjutnya
dapat mengambil hydrogen dari molekul tak jenuh lain menghasilkan
peroksida dan radikal bebas yang baru.
Peroxide dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang
tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroxide lebih dari 100
meq peroxide/kg minyak kan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau
tidak enak. Kenaikan bilangan peroxide merupakan indicator bahwa minyak
akan berbau tengik.
9. Analisa Crude Ptotein
Protein adalah zat organic yang terdiri dari unit-unit pembentuk berupa
asam asam-asam amino. Molekul protein mengandung unsure C, H,O , N.
komponen dasar protein adalah senyawa organic sederhana disebut asam
amino, yang meliputi.
Asam amino esensial (utama). Asam amino yang harus ada dan
didapatkan dari luar tubuh manusia karena tubuh tidak mampu
mensintesisnya , meliputi 10 macam, yaitu:
Lisin
Triptofan
Histidin
Feneilalanin
Leusin
Isoleusin
Treonin
Metionon
Valin
Ariginin
Asam amino non esensial, asam amino yang dapat disintesis oleh
tubuh sendiri meiputi:
Alanin
Glisin
Treosin
Sistein
Prolin
Dll
Protein merupakan polimer asam amino. Ada puluhan asam amino yang
berbeda merupakan penyusun protein alami. Protein dibedakan satu sama lain
berdasarkan tipe, jumlah dan susunan asam aminonya. Perbedaan ini
menyebabkan perbedaan struktur molecular, kandungan nutrisi dan sifat
fisikokimia. Protein merupakan konstituen penting dalam makanan, dimana
protein merupakan sumber energy sekaligus mengandung asam-asam amino
esensial seperti lysine, tryptophan, methionine, leucine, isoleucine dan valine
(esensial berarti penting bagi tubuh, namun tidak bisa disintesis dalam tubuh).
Protein juga merupakan komponen utama dalam berbagai makanan alami,
yang menentukan tekstur keseluruhan, misalnya keempukan produk daging
atau ikan dan sebagainya. Protein terisolasi sering digunakan dalam makanan
sebagai unsure kandungan (ingredient) karena sifat atau fungsi uniknya, antara
lain kemampuannya menghasilkan penampilan tekstur atau stabilitas yang
diinginkan.
Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan
nitrogen total pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung
nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan
katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan ammonium sulfat. Setelah
pembebasan dengan alkali kuat, ammonia yang terbentuk disuling uap secara
kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini
telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara
semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit
dan waktu analisa yang pendek. Metode ini kurang akurat bila diperlukan pada
senyawa mengandung atom nitrogen yang terikat secara langsung ke oksigen
atau nitrogen. Tetapi untuk zat-zat seperti amina, protein, dan lain-lain
hasilnya lumayan.
Prinsipnya adalah penentuan jumlah Nitrogen (N) yang dikandung oleh
suatu bahan dengan cara mendegradasi protein bahan organic dengan
menggunakan asam sulfat pekat untuk menghasilkan nitrogen sebagai
ammonia, kemudian menghitung jumlah nitrogen yang terlepas sebagai
ammonia lalu mengkonversikan ke dalam kadar protein dengan
mengalihkannya dengan konstanta tertentu. Disebut sebagai metode mikro
(Mikrokjeldahl) karena ukuran sampel kecil, yaitu kurang dari 300 mg. jika
sampel yang digunakan lebih dari 300 mg disebut metode makro. Metode
mikro digunakan pada bahan yang diduga hanya mengandung sedikit N.
Analisa protein cara Kjeldhal pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
1. Tahap destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanasakan dalam asam sulfat pekat
sehingga terjadi destruksi menjadi unsure-unsurnya. Elemen karbon,
hydrogen teroksidasi menjadi CO, CO2, dan H2O. sedangkan
Nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4 dan HgO (20:1).
Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4. Dengan
penambahan katalisator tersebut titik didih asam sulfat akan
dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Selain katalisator
yang telah disebutkan tadi, kadang-kadang juga diberikan selenium.
Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut
selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari
valensi tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya.
2. Tahap Destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia
(NH3) dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan.
Agar supaya selama destilasi tidak terjadi superheating ataupun
pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar maka
dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang dibebaskan
selanjutnya akan ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat 4%
dalam jumlah yang berlebihan. Agar supaya kontak antara asam dan
ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup
sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam
keadaan berlebihan maka diberi indicator misalnya BCG + MR atau
PP.
3. Tahap titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam klorida maka sisa asam
klorida yang bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar
(0,1 N). Akhir titrasi ditandai dengan tepat perubahan warna larutan
menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30 detik bila
menggunakan indicator PP.
%N = N NaOH × 14,007 × 100 %
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya
asam borat yang berekasi dengan ammonia dapat diketahui dengan
titrasi menggunakan asam klorida 0,1 N dengan indicator
(BCG+MR). Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan
dari biru menjadi merah muda.
%N =N HCl × 14,007 × 100%
Setelah diperoleh % N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan
mengalikan suatu factor. Besarnya factor perkalian N menjadi protein
ini tergantung pada persentase N yang menyusun protein dalam suatu
bahan.
10. Analisa Kadar Oil (Fat)
Crude oil atau minyak kasar dapat ditetapkan dengan cara ekstraksi,
yaitu pemisahan minyak dari contoh berdasarkan sifat-sifat kelarutan
dimana zat yang akan diekstrak harus lebih mudah larut dalam pelarut
atau solvent yang dipakai (media 2) daripada contoh serbuk atau
larutan contoh (media 1). Dimana media 1 dan 2 tidak dapat campur.
Adapun beberapa cara menetapkan kadar minyak/lemak yaitu:
a. Metode Kocok
Metode ini dipakai untuk menetapkan jumlah asam lemak. Alat
yang digunakan adalah labu kocok. Contoh direaksikan dengan
asam kuat sehingga lemak terhidrolisis dan asam lemak dari contoh
dibebaskan semuanya. Masukkan ke dalam corong pemisah,
diekstrak dengan pelarut organic heksana, eter minyak tanah atau
benzene. Dikocok dan larutan lemak hasil ekstrak dipisahkan.
Pengekstrakan dilakukan berulang kali hingga asam lemak
terekstrak semua.
Pelarut dapat diperoleh kembali dengan cara menyulingkan
larutan lemak. Bobot lemak dapat diketahui.
b. Metode soxlet
Metode ini digunakan dalam menetapkan kadar minyak pada
contoh padatan. Dimana pada contoh padatan tersebut dihaluskan
menjadi serbuk atau kering. Alat soxlet dan contoh yang akan
digunakan harus dalam keadaan kering. Jika terdapat air atau alat
soxlet dan contoh masoh basah maka dapat mengganggu proses
ekstraksi dan lemak akan sukar menguap sehingga mempersulit
didapatkannya bobot tetap sehingga mengakibatkan kesalahan
positif.
Pelarut organic atau solvent yang biasa digunakan dalam
penetapan kadar minyak ini adalah:
Heksana dengan titik didih 68,80C
Petroleum eter dengan titik didih 400C-600C
Benzene dengan titik didih 800C
c. Metode Perforator
Metode ini dipakai untuk menetapkan lemak pada contoh yang
kadar lemaknya tinggi dan dapat cair atau teremulsi dengan air.
Prinsip kerjanya sama dengan metode soxlet, hanya disini dipakai
air sebagai media, misalnya lemak dalam margarine.
Lemak dihidrolisis dengan asam kuat (H2SO4/HCl) sehingga
asam lemak dibebaskan. Supaya mentega mudah dimasukkan
kedalam alat, dipanaskan dulu diatas penangas air sehingga
mencair. Pemakai air/asam harus diperhitungkan maksimal 1/3
tinggi reservoir pada alat perforator. Bila air/asam terlalu tinggi
maka pelarut tidak dapat turun.
Lamanya ekstraksi tergantung dari macam contoh yang
dianalisis dan pelarut yang dipakai. Umumnya ekstraksi
berlangsung 6-8 jam, tetapi ada juga yang sampai 12 jam, misalnya
toksafana. Bila diekstrak dengan eter minyak tanah.
d. Metode Weibull
Metode ini dipakai untuk menetapkan lemak yang secara fisik
terikat dengan komponen lain, misalnya protein , karbohidrat ,
serat kasa, dll sehingga lemak susah diekstrak.
e. Metode Gerber
Metode ini dipakai untuk menetapkan lemak susu. Contoh
dimasukkan kedalam alat butyrometer, dimana lemak pada susu
diekstrak menggunakan H2SO4 91-92% dan amil alcohol.
Sehingga lemak akan terpisah dengan bantuan alat pemusing dan
dapat langsung dibaca kadarnya pada skala alat butyrometer.
11. Analisa Kadar Abu (Ash)
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organic.
Kandungan abu dan komposisinya tergantung dari jenis bahan dan cara
pengabuannya. Kadar abu memilki hubungan dengan mineral suatu bahan.
Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam
organic dan anorganik. Contoh mineral yang termasuk dalam garam organic
misalnya garam-garam Asam Mallat, Oksalat, Asetat. Sedangkan garam
anorganik antara lain dalam bentuk garam Fosfat, Karbonat, Sulfat dan Nitrat.
Penentuan abu total dapat dilakukan melalui pengabuan secara
kering/langsung dan pengabuan secara basah/tidak langsung:
1. Penentuan Kadar Abu secara Langsung (Cara Kering)
Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi
semua zat organic pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-600 0C dan
kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses
pembakaran tersebut. Dalam melakukan pengabuan beberapa hal
yang perlu diperhatikan yaitu:
Bahan yang mempunyai kadar air tinggi sebelum pengabuan
hendaknya dikeringkan terlebih dahulu.
Pemilihan wadah khusus untuk bahan yang akan diabukan
hendaknya disesuaikan dengan jenis bahan yang akan diabukan.
Wadah khusus yang digunakan untuk pengabuan yaitu krus.
Pengaturan temperature pengbuan harus diperhatikan karena
banyak elemen abu yang dapat menguap pada suhu tinggi,
misalnya unsure K, Na,S,Ca, Cl, dan P. suhu pengabuan juga
dapat menyebabkan dekomposisi senyawa tertentu.
Lama pengabuan tiap bahan berbeda-beda dan berkisar antara 2-8
jam
Pengabuan dengan cara langsung memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan. Beberapa kelebihan dari cara langsung, antara lain:
Digunakan untuk penentuan kadar abu total bahan makanan dan
bahan hasil pertanian, serta digunakan untuk mendeteksi sampel
yang relative banyak,
Digunakan untuk menganalisa abu yang larut dan tidak larut
dalam air, serta abu yang tidak larut dalam asam, dan
Tanpa menggunakan regensia sehingga biaya lebih murah dan
tidak menimbulkan resiko akibat penggunaan reagen yang
berbahaya.
Sedangkan kelamahan dari cara langsung antara lain:
Membutuhkan waktu yang lebih lama
Memerlukan suhu yang relative tinggi
Adanya kemungkinan kehilangan air karena pemakaian suhu
tinggi.
2. Penentuan Kadar Abu secara tidak langsung (Cara Basah)
Pengabuan basah merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki cara
kering yang sering memakan waktu lama. Prinsip pengabuan basah adalah
memberikan reagen kimia tertentu ke dalam bahan sebelum digunakan
untuk pengabuan. Contoh reagen kimia yang dapat ditambahkan ke dalam
bahan yaitu:
Asam sulfat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk membantu
mempercepat terjadinya reaksi oksidasi
Campuran asam sulfat dan potassium sulfat. Potassium sulfat yang
dicampurkan pada asam sulfat akan menikkan titik didih asam
sulfat sehingga suhu pengabuan dapat ditingkatkan
Campuran asam sulfat, asam nitrat yang merupakan oksidator kuat.
Dengan penambahan oksidator ini akan menurunkan suhu degesti
sampai 3500 C, sehingga komponen yang mudah pada suhu tinggi
dapat tetap dipertahankan dalam abu dan penentuan kadar abu
lebih baik.
Penggunaan asam perklorat dan asam nitrat dapat digunakan untuk
bahan yang sangat sulit mengalami oksidasi.
Langkah-lankah penentuan kadar abu dengan cara basah yaitu:
a. Sampel dengan berat 2-5 gram dimasukkan dalam Erlenmeyer
kemudian ditambahkan campuran HNO3 pekat : HClO4 = 4:1
sebanyak 10 ml dan ditutup dengan gelas arloji (1 malam).
b. Pemanasan sampel diatas hotplate pada suhu 1150 C selama 6-8
jam sampai larutan berwarna bening
c. Larutan hasil destruksi lalu dimasukkan dalam labu ukur 10 ml dan
ditambah HNO3 10% hingga miniskus
d. Larutan tersebut siap untuk pengukuran dengan AAS.
3. Perbedaan Pengabuan Cara Kering dan Cara Basah
Berikut ini adalah table yang menjelaskan perbedaan pengabuan cara
kering dan cara basah.
No Pengabuan Cara Kering Pengabuan Cara Basah
1. Digunakan untuk penentuan
total abu dalam suatu bahan
dan hasil pertanian
Digunakan untuk trace element
2. Memerlukan waktu yang
relative lama
Memerlukan waktu yang lebih
singkat
3 Memerlukan suhu yang
relative tinggi
Memerlukan suhu yang relative
rendah
4 Penggunaannya untuk sampel
yang banyak
Sampel lebih sedikit dan
memerlukan reagen kimia
12. Analisa Phospor (P)
Fosfor
Fosfor merupakan salah satu mineral terbanyak dalam tubuh yang
jumlahnya hanya dilampaui oleh kalsium. Jumlah fosfor rata-rata dalam
tubuh pria dewasa kurang dari 700 gram, sedangkan kalsium 1200 gram.
Kira-kira 85 % fosfor terdapat dalam tulang sebagai mineral tulang,
kalsium fosfat [Ca3(PO4)2], dan Hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2]. Sisanya
terdapat dalam sel dn cairan ekstraseluler sebagai ester asam fosfat
organic, fosfoprotein, fosfolipida, dan ion fosfat anorganik, H2PO4- dan
HPO42- . Walaupun peranan fosfat sangat penting sebagai unsure pokok
dari asam nukleat dan membrane sel, serta sebagai factor yang esensial
pada seluruh reaksi pembentukan energy didalam sel dan juga sebagai
komponen berbentuk Kristal dari tulang rangka, fosfor tidak banyak
mendapat perhatian sebagai komponen gizi karena banyak terdapat dalam
berbagai jenis makanan yang dikonsumsi. Semua bahan makanan yang
berasal dari sel tumbuh-tumbuhan maupun hewan sangat kaya akan fosfat
karena fosfat merupakan komponen penting bagi kehidupan. Fosfat juga
terdapat dalam air susu hewan dan dengan demikian juga terdpat dalam
makanan.
Spectrophotometer
Teknik analisis spektrofotometer berasaskan antar aksi radiasi
electromagnet dengan komponen atom atau moleku yang menghasilkan
fenomena bermakna sebagai parameter analisis. Pada spektrofotometer
pembangkit sinyal adalah hasil antar aksi energy radiasi electromagnet
dengan electron dalam atom-atom molekul analit yang menyebabkan
transisi electron tertentu yang lebih tinggi atau meningkatkan energy
vibrasi-rotasi ikatan antara atom dalam molekul. Karena pada setiap teknik
spektrofotometer antar aksi radiasi ,electromagnetk dengan komponen
atom atau molekul khas dan tidak semuanya sama, uraian teknik analisiis
didahului dengan mekanisme antaraksi tersebut, serta fenomena yang
dipakai sebagai parameter analisisnya. Radiasi ultraviolet (UV) dan sinar
tampak (Visible/VIS) diabsorpsi oleh molekul organic aromatic, molekul
yang mengandung electron-π terkonjugasi dan atau atom yang
mengandung electron-n, menyebabkan transisi electron di orbit terluarnya
dari tingkat energy electron dasar ke tingkat energy electron tereksitasi
lebih tinggi. Besarnya absorban radiasi tersebut sebanding dengan
banyaknya molekul analit yang mengabsorbsi dan dapat digunakan untuk
analisa kuantitatif.
Frekuensi radiasi ultraviolet dan sinar tampak terletak pada 1,5 × 108
Hz sampai 4,28×107 Hz, dengan panjang gelombang antara 200 nm sampai
700 nm, serta energy yang besarnya antara 9,939 × 10-26 joule, sesuai
dengan energy yang diperlukan oleh molekul organic aromatic, molekul
yang mengandung electron-π terkonyugasi dan atau molekul heterosiklik
mengandung atom dengan electron-n, untuk meningkatkan electron dalam
orbit molekul terluarnya ke tingkat tereksitasi. Parameter yang
menentukan panjang gelombang absorpsi maksimum yang tepat pada
suatu transisi electron bukan hanya kromofornya saja, tetapi juga pelarut,
gugus subsituent pada kromofor, dan geometri kromofor. Senyawa yang
tidak mengabsorbsi radiasi UV-VIS dapat juga ditentukan dengan
spectrophotometer UV-VIS, apabila ada reaksi kimia yang dapat
mengubahnya menjadi kromofor atau dapat disambungkan dengan suatu
pereaksi kromofor.
BAB IV
METODE ANALISA
A. Departemen Quality Control
1) Intrance Control
Beberapa parameter yang dilakukan dalam unit intrance control antara
lain:
a. Pengambilan Sampel Bahan Baku
Presampling
Alat
Tusukan (Probee Stainless Steel)
Diameter 3 cm panjang 50-60 cm
Diameter 1,5 cm panjang 50-60 cm
Kantong plastic 5 kg/ nampan
Sampling pan/cingkrak
Prosedur Kerja
1) Pada bahan baku karung ambil secara random pada permukaan yang
terlihat, dimana tiap karung diambil 2 kali tusukan pada sisi yang berbeda.
Pada bahan bakucurah, dibagi 5 bagian pada truk kemudian diambil
masing-masing 3 kali tusukan pada setiap bagian.
2) Lakukan pemeriksaan fisik pada saat pengambilan.
3) Hasil sampling minimal 2 kg.
4) Beri label identitas pada masing-masing sampel yang telah disampling.
5) Sampel yang telah diambil dikerjakan sesuai dengan ketentuan parameter
bahan baku masing-masing.
Unloading
Alat
Tusukan (Probee Stainless Steel)
Diameter 3 cm panjang 50-60 cm
Diameter 1,5 cm panjang 50-60 cm
Kantong plastic 5 kg/ nampan
Sampling pan/cingkrak
Prosedur Kerja
1) Ambil sampel setiap karung yang telah diturunkan dari truk, dimana
sampel yang telah diambil pada saat presamplingdiperbolehkan untuktidak
dilakukan sampling pada saat unloading.
2) Hasil sampling minimal 5 kg.
3) Beri label identitas pada masing-masing sampel yang telah disampling.
Sampel yang telah diambil dikerjakan sesuai dengan ketentuan parameter
bahan baku masing-masing.
b. Preparasi Sampel
Alat
Bak plastic
Skat pembagi (Quarterer)
Sendok
Prosedur Kerja
1) Dituang masing-masingsampel yang telah dipilih kedalam bak plastic
dengan ukuranyang sesuai dengan jumlah sampelnya dan diaduk rata. Bagi
dengan sekat pembagi menjadi 4 bagian. Diambil darisatu bagian atau dua
bagian yang berseberangan bila diperlukan.
Preparasi ke 2 : jika jumlah preparasi 1 masih banyak, ulangi prosedur
preparasi 1 hingga mendapatkan jumlah yang diperlukn untuk Quick tes,
analisa laboratorium, dan filing sampel.
2) Disiapkan masing-masing sampel tersebut:
Seperempat/seperdua bagian untuk QC.
Seperempat bagian untuk dianalisa laboratorium dan NIRS.
Seperempat bagian disimpan untuk filling sampel.
3) Dituang bagian sampel yang telah disiapkan unntuk analisa laboratorium
kedalam nampan plastic. Diaduk secara rata dan bagi 4 bagian degan sekat
pembagi. Diambil seperempat bagian (100 gram) dan masukkan dalam
mangkok. Beri label dan giling dengan ukuran screen grinder sesua SOP
laboratorium,sesudah digiling lalu dimasukkan dalam kantong plastic.
c. Screen Test
Jagung
Alat
Neraca digital
Cawan pelastik
Sieve mesh no.4
Prosedur Kerja
1) Ditimbang 100 gram sampel yang telah direduksi, keudian tuang kedalam
sieve mesh no.4 diatas nampan plastic.
2) Ayakan yang lolos dianggap sebagai benda asing, jika terdapat biji
pecahmaka biji tersebut dipindahkan ke biji khusus biji pecah.
3) Lakukan pemilihan dan pemisahan dari sampel yang tertahan pada sieve
seperti:
Biji jamur
Biji mati
Biji putih
Biji lubang
Biji pecah
Benda asing
Analisa Aflatoksin (jumlah sampel sekitar 800 gram)
1) Ditimbang dan catat hasil pemilihan dan pemisahan sampel tersebut.
Biji Batu
Alat
Neraca digital
Cawan pelastik
Sieve mesh no.10,18 dan Pan
Prosedur Kerja
1) Ditimbang 100 gram sampel yang telah direduksi, kemudian
tuangkedalam sieve mash yang tersusun (no.10,18 dan Pan)
2) Ditimbang hasil ayakan yang tertinggal pada masing-masing sieve mesh.
3) Dicatat hasil yang didapat pada lembaran yang disediakan.
d. Analisa Kadar Air
Alat :
Grain Moisture Tester PM – 410
Mettler Toledo
Prosedur Kerja :
1) Menggunakan alat Grain Moisture Tester PM – 410 untuk sampel jagung
Gelas pengukur dilepaskan dan corong penuang dari alat. Tuang sampel
kedalam gelas pengukur hingga penuh lalu ratakan permukaannya.
Ditekan power untuk menyalakan alat, lalu tekan measure dan tunggu
hingga muncul pour yang berkedap kedip. Ditunggu hasil yang muncul
pada layar alat tersebut. Hasil yang didapat dicatat pada lembar laporan
yang disediakan.
2) Menggunakan alat Mettler Toledo
Ditimbang 4 gram sampel bahan baku pada Mettler Toledo. Temperature
diset berdasarkan jenis bahan baku. Dilakukan analisa sampai terdengar
bunyi alarm kemudian catat hasilnya.
e. Analisa Aflatoksin
Alat :
Grinder
Nampan
UV Lamp
Counter
Prosedur Kerja :
1) Ditimbang 800 gram sampel yang telah disiapkan kemudian digiling
dengan menggunakan grinder.
2) Sampel dituang kedalam nampan ukuran 30x50x2 cm di dalam ruang
gelap.
3) Diletakkan nampan di bawah UV Lamp dengan ketinggian lampu 15-20
cm dari nampan.
4) Sampel dikumpulkan kesatu sisi nampan, diambil sampel sedikit demi
sedikit dan sebarkan tipis-tipiskemudian baca dan hitung aflatoksin dengan
menggunakan counter, demikian seterusnya sampai sampel habis.
5) Cara menghitung aflatoksin yantiu dengan melihat sinar yang berpendar
hijau tergantung besar kecilnya ukuran dan intensitas pendarannya.
6) Dibaca hasil akhir sebagai kadar aflatoksin dalam satuan ppb (part per
billion).
f. Analisa Berat Jenis
Alat :
Gelas ukur plastik 1 liter
Neraca digital
Prosedur Kerja :
Ditimbang bobot kosong gelas ukur plastik 1 liter. Dimasukkan sampel bahan
baku kedalam gelas ukur plastic 1 liter, kemudian ditimbang. Bobot yang
diperoleh catat sebagai berat jenis sampel dalam satuan g/l.
g. Analisa Rice Hulls
Alat :
Grinder
Neraca digital
Petridish
Prosedur Kerja :
Sampel yang telah direduksi ditimbang 75 gram. Digiling dengan grinder
menggunakan screen 0,75 mm untuk estimasi rice hulls. Setelah digiling
ditimbang lagi 1 gram kedalam petridish. Ditambahkan 4 ml pholorogucinol
dan diratakn dengan menggoyangkan petridish. Diamkan sampai muncul titik
merah, kemudian dibaca.
h. Uji HCL 30% pada Tepung Tulang
Alat :
Grinder
Neraca digital
Petridish
Prosedur Kerja :
Sampel yang telah direduksi ditimbang 1 gram kedalam petridish. Lalu
ditetesi 3 tetes larutan HCL 30%. Diamati reaksi yang terjadi, bila terbentuk
buih maka positif (+) mengandung Ca.
i. Analisa Partikel Size pada Biji Batu dan Tepung Batu
Alat :
Ayakan mesh (sieve) 8
Ayakan mesh (sieve) 10
Pan
Neraca digital
Prosedur Kerja :
Sampel yang telah direduksi ditimbang 100 gram. Mesh disusun
berurutan mesh 8, mesh 10 dan Pan. Sampel dituang ke mesh lalu diayak
dengan menggunakan tangan. Kemudian ditimbang sampel yang tertinggal
dimasing-masing mesh. Gram yang tertinggal dihitung sebagai persen (%)
yang tertinggal pada setiap mesh.
2. Inproses Control
Beberapa parameter yang dilakukan dalam Unit Inproses Control antara
lain:
a. Partikel Size
Alat :
Ayakan mesh (sieve) no. 8, 10 dan 18
Alat shaker
Pan
Neraca digital
Prosedur Kerja :
1) Diambil sampel dari bagging off dengan prode panjang 1 meter sebanyak
3 kali tusukan yaitu mulai dari bagian kiri, tengah dan kanan dimana berat
sampel berkisar antara 500 hingga 600 gram.
2) Ditimbang seluruh sampel yang telah diambil, lalu catat bobotnya
3) Disusun sieve secara berurutan sesuai denagn ketentuan nomor sieve
pakan menurut SOP (Standar Operating Procedure).
Ketentuan no. sieve untuk pakan :
Tepung : Mesh no.10 dan 18
Crumble : Mesh no. 8,10 dan 18
Pellet : Mesh no. 8 dan 10
4) Sampel diayak dengan menggunakan shaker selama 2 menit.
5) Ditimbang bagian yang tertahan dari masing-masing sieve dan hitung
presentasenya dengan rumus :
% = Berat yang tertahanBerat awal
x 100 %
b. Durability Test
Alat :
Mesin tumbling
Neraca digital
Ayakan mesh no. 10 (untuk pakan berbentuk pellet)
Ayakan mesh no. 12 (untuk pakan berbentuk crumble)
Ayakan mesh no. 18 ( untuk pakan berbentuk fine crumble)
Pan
Prosedur Kerja :
1) Diambil sampel dari cooler atau bagging off (untuk pakan berbentuk
pellet).
2) Diambil sampel dari crumbler atau bagging off (untuk pakan berbentuk
crumble dan fine crumble).
3) Pengambilan sampel kurang lebih 600 gram, lalu diayak dengan sieve.
4) Ditimbang sampel yang tertahan sejumlah 500 gram (W1), dimasukkan ke
dalam mesin tumbling dan nyalakan 10 menit.
5) Diayak kembali sampel yang telah ditumbling dengan sieve masing-
masing lalu ditimbang kembali sampel yang tertahan pada sieve tersebut
(W2).
% Durability = W 2W 1
x 100 %
c. Panjang Pellet
Alat :
1) Kertas karton skala 10 cm
Prosedur Kerja :
1) Sampel pakan berbentuk pellet diambil secara acak, dituang kedalam
kertas karton berskala 10 cm.
2) Sampel disusun sepanjang skala.
3) Dilakukan pengulangan sebanyak 3x lalu hitung rata-ratanya.
4) Hasil rata-rata dicatat kedalam lembar laporan yang disediakan.
Panjang Pellet = 100Rata−rata jumlah pellet
d. Temperatur
Alat :
1) Termos
2) Termometer Stick
Prosedur Kerja :
Sampel yang terdapat di conditioner dimasukkan kedalam termos kemudian
diukur suhunya menggunakan termometer stick lalu dicatat suhunya. Sampel
yang terdapat di press dimasukkan ke dalam termos kemudian diukur suhunya
menggunakan termometer stick lalu dicatat suhunya.
B. Departemen Laboratorium
Analisa NIRS (Near Infrared Reflectance System)
Prinsip Kerja :
Komputer menggunakan Scan Reference untuk menghitung berapa banyak
energy. Cahaya yang diteruskan atau dipantulkan pada Wavelength dengan
mengetahui energy cahaya yng dikembalikan ke Detector setelah berinteraksi
dengan sampel, maka software menampilkan informasi berupa Spectra yang
menunjukkan berapa banyak dan pada Wavelength berupa energy cahaya
sudah diserap oleh cahaya.
Cara Kerja NIRS :
1. Menggunakan lampu tungsten Halogen sebagai sumber energy.
2. Cahaya dari lampu dipecah menjadi individual wavelength oleh holograph
grating.
3. Energy cahaya ini kemudian diarahkan ke sampel dimana akan terjadi
interaksi dengan molekul sampel. Sebagian energy cahaya akan diserap
oleh molekul sampel.
Reflectance Measurement
Jika sampel berupa zat padat, maka energy cahaya yang tidak diserap
akan dipantulkan kembali ke Reflectance Detector.
Transmission Measurement
Jika sampel berupa liquid/cairan maka energy cahaya yang tidak
diserap akan langsung diteruskan ke Transmission Detector.
Analisa Kadar Klorida (CI) Cara Mohr
Tujuan
Untuk mengetahui kandungan klorida (Cl-)yang terdapat dalam bahan
baku maupun ternak ayam khususnya pada sampel KLKS bentuk tepung
dengan metode pengabuan.
Dasar Prinsip
Kandungan kloroda dapat ditentukan dengan metode pengabuan.
Dimana kandungan klorida yang terdapat dalam sampel diabukan
kemudian dititrasi dengan AgNO3 0,05 Nmenggunakan indicator
K2Cr2O4. Titik akhir ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih
AgCl dan warna merah bata pada larutan titran.
Reaksi
Sampel.xH2O Abu(NaCl) + xH2O +CO2
NaCl + AgNO3 AgClputih + NaNO3
Alat dan Bahan
Alat : Tanur
Gegep
Kertas saring berabu
Cawan porselin
Labu ukur 100 ml
Erlenmeyer 250 ml
Pipet Volume 50 ml
Buret Teflon 50 ml
Corong
Bulb
Spatula
Neraca Analitik
Bahan: Sampel KLKSAgNO3 0,05 NAgNO3 0,1 NIndikator K2Cr2O4 5%Aquadest
Prosedur Kerja
Untuk sampel Pakan dan Bahan Baku
1. Ditimbang 2,5 gram sampel
2. Diabukan dalam tanur 2,5 jam, kemudian didinginkan dalam eksikator.
3. Dilarutkan dalam labu ukur 100 ml, kemudian disaring kedalam
Erlenmeyer 250 ml.
4. Dipipet 50 ml kedalam Erlenmeyer 250 ml + Indikator K2Cr2O4 5% 1
ml.
5. Dititar dengan AgNO3 0,05 N hingga larutan kuning dan endapan
merah bata.
6. Dihitung kadar Clorida.
Untuk sampel Garam, Choline, Lysine
1. Ditimbang 0,2 gram sampel.
2. Ditambahkan 100 ml aquadest dan 1 ml indicator K2Cr2O4 5%
3. Dititar dengan larutan AgNO3 0,1 N hingga larutan orange permanen.
4. Hitung kadar Clorida.
Perhitungan
% NaCl = v . penitar x N . penitar x fp x bst NaClberat sampel x 1000
x 100 %
Keterangan : v. penitar = volume AgNO3
N. penitar = konsentrasi AgNO3
fp = factor pengenceran (2) bst NaCl = 58,44 gram/mol
% Cl = v . penitar x N . penitar x fp x bst Clberat sampel x 1000
x 100 %
Keterangan : v. penitar = volume AgNO3
N. penitar = konsentrasi AgNO3
fp = factor pengenceran (2) bst NaCl = 35,46 gram/mol
Referensi :Accociation Organization Analitycal Control (AOAC) Edisi 14 Tahun 1984
Analisa Kalium (K+)
Tujuan
Untuk dapat mengetahui kandungan Kalium (K+) yang terdapat dalam
bahan baku maupun pakan ternak khususnya pada sampel KLKS bentuk
tepung dengan menggunakan metode ion analyzer.
Dasar Prinsip
Ion K+ dipisahkan terlebih dahulu dari zat lain dengan jalan
mengekstraknya dengan menggunakan K-Extraction. Ion K+ yang
terpisah ditangkap oleh K- reagen konsentrat encer, ion K+ tersebut yang
akan dibaca oleh elektroda K+.
Prosedur Kerja
Preparasi Omnion Meter
1. Dihubungkan dengan arus listrik.
2. Standby pada channel Kalium.
3. Mode di set kebagian Na+/K+/Ca+
Kalibrasi
1. Tombol range diputar ke angka 2000 (tombol bagian atas).
2. Disiapkan K standar solution 100 ppm kedalam gelas piala 50 ml
sebanyak 30 ml. Elektroda K dibilas menggunakan larutan tersebut dan
didiamkan hingga stabil.
3. Disiapkan K standar solution 100 ppmyang baru (seperti pada saat
dibilas), elektroda K dicelupkan kedalam larutan baru yang telah
dibuat tersebut kemudian tunggu hingga stabil lalu diputar tombol Cal
sampai mencapai angka 100 pada display. Diamkan hingga stabil.
4. Jika telah stabil pada angka 100 maka selanjutnya dilakukan langkah
slope.
Slope
1. Tombol range diputar ke angka 200 (tombol dibagian kanan atas).
2. Disiapkan K standar solution 50 ppm kedalam gelas piala 50 ml
swbanyak 30 ml. Elektroda K dibilas menggunakan larutan tersebut
dan didiamkan hingga stabil.
3. Disiapkan K standar solution 50 ppm yang baru (seperti pada saat
dibilas), elektroda K dicelupkan kedalam larutan baru yang telah
dibuat tersebut, kemudian didiamkan hingga stabil lalu diputar tombol
slope sampai mencapai angka 10 pada display dan diamkan sampai
stabil angka 10.
Tes Baca
1. Tombol range diputar kembali ke angka 2000 (tombol dibagian kanan
atas)
2. Elektroda tetap berada pada larutan K standar 50 ppm. Bila angka pada
display berada diantar 98-102 maka alat sudah siap untuk digunakan.
Bila tidak maka dilakukan pengerjaan kalibrasi dan slope kembali
hingga pada saat pengecekan angka display berada pada batas tersebut
(98-102).
Utuk sampel :
1. Pakan jadi dan jagung, ditimbang 1 gram
2. White Bran Pellet dan DDGS, ditimbang 0,5 gram
3. Katul dan CCGM, ditimbang0,6 gram
4. SBM,ditimbang 0,4 gram
Ditambah Na-Extract 10 ml, diaduk selama 20 menit, diamkan selama 10
menit, ditambahkan 90 ml Na Reagent Konsentrat Encer. Diamkan hingga
larutan diatas menjadi jernih, kemudian dibaca dengan alat omnion meter.
Untuk KCL, sampel Potassium ditimbang 1 gram lalu ditambahkan
aquadest 1 gram (pada neraca), larutkan. Larutan tersebut ditimbang lagi 1
gram + 99 ml Potassium Reagen Konsentrat Encer kemudian dibaca
dengan alat Omnion meter.
Perhitungan
K =angka display x 0 ,01berat sampel
Referensi :
Omnion Manual Book (Omnion Meter Ion Analyzer)
Analisa Natrium (Na+)
Tujuan
Untuk dapat mengetahui kandungan Natrium (Na) yang terdapat dalam
bahan baku maupun pakan ternak khususnya pada sampel KLKS bentuk
tepung dengan metode ion analyzer.
Dasar Prinsip
Ion Na+ dipisahkan terlebih dahulu dengan zat lain dengan jalan
mengekstraknya menggunakan larutan Na-Extract. Ion Na+ yang terpisah
ditangkap oleh Na Reagen Konsentrat Encer, ion Na+ tersebut yang akan
dibaca oleh elektroda Na+.
Reaksi
NaCO3 + HCL NaCl + H2O +CO2
NaCl Na+ + CL-
Na+ + Na Na+
Alat dan Bahan
Alat : Batang Pengaduk
Gelas Piala 250 ml, 100 ml dan 50 ml
Neraca Analitik
Spatula
Cawan Porselin
Omnion Meter
Bahan: Sampel KLKS
Na-Extract Solution
Na Reagen Konsentrat Encer
Na Standar 10 ppm
Na Standar 100 ppm
Prosedur Kerja
Preparasi Omnion meter
1. Dihubungkan dengan arus listrik.
2. Standby pada channel Natrium.
3. Mode di set kebagian Na+/K+/Ca+
4. Tombol bagian belakang dipastikan berada diposisi “100”
5. Elektroda Natrium dan reference dihubungkan pada alat bagian
belakang.
Kalibrasi
1. Tombol range diputar ke angka 200 (tombol bagian kanan atas).
2. Disiapkan Na standar solution 100 ppm kedalam gelas piala 50 ml
sebanyak 30 ml. Elektroda Na dibilas menggunakan larutan tersebut
dan didiamkan hingga stabil.
3. Disiapkan Na standar solution 100 ppm yang baru (seperti pada saat
dibilas), elektroda Na dicelupkan kedalam larutan baru yang telah
dibuat tersebut kemudian tunggu hingga stabil lalu diputar tombol Cal
sampai mencapai angka 100 pada display. Diamkan hingga stabil.
4. Jika telah stabil pada angka 100 maka selanjutnya dilakukan langkah
slope.
Slope
1. Tombol range diputar ke angka 200 (tombol dibagian kanan atas).
2. Disiapkan Na standar solution 50 ppm kedalam gelas piala 50 ml
swbanyak 30 ml. Elektroda Na dibilas menggunakan larutan tersebut
dan didiamkan hingga stabil.
3. Disiapkan Na standar solution 50 ppm yang baru (seperti pada saat
dibilas), elektroda Na dicelupkan kedalam larutan baru yang telah
dibuat tersebut, kemudian didiamkan hingga stabil lalu diputar tombol
slope sampai mencapai angka 10 pada display dan diamkan sampai
stabil angka 10.
Tes Baca
1. Tombol range diputar kembali ke angka 2000 (tombol dibagian kanan
atas).
2. Elektroda tetap berada pada larutan Na standar 10 ppm. Bila angka
pada display berada diantara 98-102 maka alat sudah siap untuk
digunakan. Bila tidak maka Bila tidak maka dilakukan pengerjaan
kalibrasi dan slope kembali hingga pada saat pengecekan angka
display berada pada batas tersebut (98-102).
Cara Kerja
1. Untuk sampel Pakan jadi dan bahan baku ditimbang 1 gram
Ditambah Na-Extract 10 ml, diaduk selama 20 menit. Diamkan
selama 10 menit, ditambahkan 90 ml Na Reagen Konsentrat Encer.
Didiamkan hingga larutan diatas jernih, kemudian dibaca dengan alat
Omnion meter.
2. Untuk sampel garam
Ditimbang 1 gram lalu ditambahkan aquadest 100 gram (pada neraca),
larutkan. Larutan tersebut ditimbang lagi 1 gram + 99 ml Na Reagent
Konsentrat Encer, Kemudiandibacadengan alat Omnion meter.
Perhitungan
Na =angka display x 0 ,01berat sampel
Referensi :
Omnion Manual Book (Omnion Meter Ion Analyzer)
Analisa Kadar Air (Moisture)
Tujuan
Untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam bahan baku
maupun pakan ternak ayam petelur khususnya pada sampel KLKS 36
bentuk tepung.
Dasar Prinsip
Selisih bobot sebelum dan setelah pemanasan pada suhu 120◦C - 130◦C
adalah bobot air yang hilang, diasumsikan sebagai jumlah air yang
terkandung dalam sampel sehingga dapat ditentukan kadar air dalam
sampel tersebut.
Reaksi
Sampel.xH2O Sampel Kering + xH2O
Alat dan Bahan
Alat : Oven
Wadah yang terbuat dari aluminium
Eksikator
Spatula
Neraca analitik
Gegep
Bahan: Sampel KLKS
Prosedur Kerja
Preparasi sampel
1) Sampel digiling terlebih dahulu menggunakan alat giling dengan
memakai screen 0,75 mm.
2) Sampel bahan baku digiling kasar terlebih dahulu menggunakan
blender.
Cara kerja
1) Wadah yang sudah dicuci dimasukkan kedalam oven dengan
temperature 120◦C dan 130◦C (sesuai sampel yang akan dianalisa)
selama 1 jam.
2) Ditimbang sampel KLKS sebanyak 3 gram kedalam wadah kemudian
dimasukkan kedalam oven selama 3 jam pada suhu 120◦C.
3) Setelah 3 jam wadah yang berisi sampel dimasukkan ke dalam
eksikator kemudian ditimbang.
4) Sampel dimasukkan kembali ke dalam oven untuk mendapatkan bobot
tetap (constan weight) selama 1 jam.
5) Setelah 1 jam sampel dimasukkan ke dalam eksikator kemudian
ditimbang.
Perhitungan
% Air = Bobot sampel sebelum dipanaskan−Bobot sampel setelah dipanaskanBobot sampel
x 100 %
Referensi :
Accociation Organization Analitycal Control (AOAC) Edisi 14 Tahun 1984
Analisa Kadar Kalsium (Ca2+)
Tujuan
Untuk mengetahui kandungan total abu (zat anorganik) yang terdapat
dalam bahan baku maupun pakan ternak ayam petelur khususnya pada
sampel KLKS bentuk tepung dengan metode ion analyzer.
Dasar Prinsip
Ion Ca2+ dipisahkan terlebih dahulu dari zat lain dengan jalan
mengekstraknya dengan menggunakan menggunakan larutan Ca-Extract.
Ion Ca2+ yang terpisah ditangkap oleh Ca Reagen Konsentrat Encer, ion
Ca2+ tersebut yang akan dibaca oleh elektroda Ca2+.
Reaksi
CaCO3 + HCl CaCl2 + H2O + CO2
CaCl2 Ca2+ + 2Cl-
Ca2+ + Ca Ca2+
Alat dan Bahan
Alat : Batang Pengaduk
Gelas Piala 250 ml, 100 ml dan 50 ml
Magnetic Stirrer
Volumetric 2 ml
Gelas Ukur 100 ml
Stirrer
Spatula
Neraca Analitik
Omnion meter
Bahan: Sampel KLKS
Ca-Extract Solution 5 %
Ca Reagen Konsentrat Encer
Ca Standar Solution 1 ppm
Ca Standar Solution 10 ppm
Prosedur Kerja
Preparasi Sampel
1. Sampel digiling terlebih dahulu menggunakan alat giling dengan
memakai screen 0,75 mm.
2. Sampel yang telah dipreparasi diberi identitas dengan menggunakan
label.
Preparasi Omnion meter
1. Dihubungkan dengan arus listrik.
2. Standby pada channel Natrium.
3. Mode di set kebagian Na+/K+/Ca+
4. Tombol bagian belakang dipastikan berada diposisi “1”
5. Elektroda Kalsium dan reference dihubungkan pada alat bagian
belakang.
Kalibrasi
1. Tombol range diputar ke angka 20 (tombol bagian kanan atas).
2. Disiapkan Ca standar solution 1 % kedalam gelas piala 50 ml sebanyak
30 ml. Elektroda Ca dibilas menggunakan larutan tersebut dan
didiamkan hingga stabil.
3. Disiapkan Ca standar solution 1 % yang baru (seperti pada saat
dibilas), Elektroda Ca dicelupkan kedalam larutan baru yang telah
dibuat tersebut kemudian tunggu hingga stabil lalu diputar tombol Cal
sampai mencapai angka 1,00 pada display. Diamkan hingga stabil.
4. Jika telah stabil pada angka 1,00 maka selanjutnya dilakukan langkah
slope.
Slope
1. Tombol range diputar ke angka 200 (tombol dibagian kanan atas).
2. Disiapkan Ca standar solution 10 % kedalam gelas piala 50 ml
sebanyak 30 ml. Elektroda Ca dibilas menggunakan larutan tersebut
dan didiamkan hingga stabil.
3. Disiapkan Ca standar solution 10 % yang baru (seperti pada saat
dibilas), elektroda Ca dicelupkan kedalam larutan baru yang telah
dibuat tersebut, kemudian didiamkan hingga stabil lalu diputar tombol
slope sampai mencapai angka 10,0 pada display dan diamkan sampai
stabil angka 10,0.
Pengecekan Alat
1. Tombol range diputar kembalike angka (tombol pada bagian kanan
atas).
2. Elektroda Ca dibilas dengan menggunakan larutan standar Ca 1 %
yang lama,kemudian dicelup kedalam larutan standar Ca 1 % yang
baru.
3. Bila angka pada display alat berada diantara range 1,00-1,03 maka alat
siap untuk digunakan. Bila tidak maka dilakukan pengerjaan kalibrasi
dan slope kembali hingga pada saat pengecekan angka display berada
pada batas tersebut (1,00-1,03).
Pengerjaan Blanko
Dipipet sebanyak 2 ml larutan HCL 5 % kemudian ditambah 100 ml Ca
Reagen Konsentrat Encer dan aduk hingga homogeny.
Pengerjaan Sampel
1. Sampel yang mengandung Ca < 3 % (Wheat Brand Pellet, RSM
INDIA, SBM ARGENTINA, dan SBM INDIA) ditimbang sebanyak 2,5
gram. Sampel yang mengandung Ca > 3 % (MBM USA, PBPM USA)
ditimbang 1 gram dan Tepung Batu ditimbang 0,2 gram. Dilarutkan
kedalam gelas piala 250 ml dengan HCL 5 % sebanyak 100 ml.
Diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer diatas stirrer selama 30
menit (Ca < 3%) dan 45 menit (Ca > 3 %). Untuk sampel KLKS 36
ditimbang 1 gram kemudian diaduk selama 45 menit dan didiamkan
selama 1 jam.
2. Dipipet 2 ml lerutan jernihnya kedalam gelas piala 100 ml dan
ditambahkan 100 ml Ca Reagen Konsentrat encer, kemudian
dihomogenkan dan didiamkan selama 20 menit.
3. Dimasukkan 30 ml larutan tersebut kedalam gelas piala 50 ml untuk
membilas elektroda Ca.
4. Elektroda Ca dicelupkan kedalam gelas piala 100 ml yang berisi
larutan tersebut
5. Dibaca angka yang muncul pada display dan dicatat angka tersebut
setelah stabil.
Perhitungan
% Ca =(angka display−blanko ) x faktor
bobot sampel
Referensi :
Accociation Organization Analitycal Control (AOAC) Edisi 14 Tahun 1984
Analisa FFA (Free Fat Acid)
Tujuan
Untuk mengetahui kandungan asam lemak bebas (Free Fat Acid) yang
terdapat didalam Palm olein dengan metode volumetric.
Dasar Prinsip
Asam Lemak Bebas (Free Fat Acid) dalam sampel dapat diukur dengan
cara titrasi menggunakan alkali dalam larutan alcohol netral (petroleum
eter).
Reaksi
O
CH2 – O – C – R1 CH2OH
O O
CH2 – O – C – R + 3 NaOH CH – OH + 3R – C –
O – Na
O
CH2 – O – C – R2 CH2 – OH
Alat dan Bahan
Alat : Erlenmeyer 250 ml
Gelas Piala 100 ml
Gelas Ukur 50 ml
Batang Pengaduk
Neraca Analitik
Pipet Tetes
Bhan: Pam OleimCampuran Alkohol Netral (Petroleum Eter) 1:1NaOH 0,05 NIndicator PP 1 %
Prosedur Kerja
1. Ditimbang 10 gram sampel Palm Olein Kedalam Erlenmeyer 300 ml.
2. Ditambahkan larutan Neutralized Alcohol Mixture (C2H5OH:PE) 1:1
sebanyak 50 ml.
3. Dikocokkuat, ditambahkan indicator PP 1 %.
4. Dititar dengan NaOH 0,05 N hingga titik akhir terjadi (warna merah
muda).
Perhitungan
% FFA = v . penitar x N . pentar x faktorBerat sampel x 1000
x 100 %
Keterangan : v. penitar = volume NaOH N. penitar = konsentrasi NaOH yang sudah
distandarisasi Factor P.O = 256
Referensi :
Accociation Organization Analitycal Control (AOAC) Edisi 14 Tahun 1984
Analisa POV (Peroxide Value)
Tujuan
Untuk mengetahui jumlah bilangan peroksida (Peroxide Value) yang
terdapat dalam palm oleim.
Dasar Prinsip
Bilangan peroksida adalahbilangan yang menunjukkan banyaknya
mgreekkg sampel adanya ikatan rangkap pada asam-asam lemak tak
jenuh menyebabkan minyak tak dapat teroksidasi. Peroksida dalam
minyak mengoksidasi I- menjadi I, kelebihan I dititar dengan Na2S2O3.
Amilum sebagai penunjuk sehingga titik akhir ditunjukkan dengan
perubahan warna larutan dari biru menjadi tak berwarna.
Reaksi
RCOO- + KI RCO2- + H2O + I2 + K+
I2 + 2 Na2S2O3 2NaI + Na2S2O3
Alat dan Bahan
Alat : Gelas Piala 100 ml
Gelas Ukur 50 ml
Erlenmeyer Tutup Asah 250 ml
Mikroburet 10 ml
Hot Plate
Batang Pengaduk
Neraca Analitik
Bahan: Palm Olein
Larutan KI jenuh
Larutan Kanji 1 %
Larutan Acetic Acid- Chloroform (3:2)
Prosedur Kerja
1. Ditimbang 5 gram sampel Palm Olein kedalam Erlenmeyer asah 250 ml.
2. Dilarutkan dengan Larutan Acetic Acid- Chloroform (3:2) sebanyak 25
ml, kemudian ditambahkan 1 ml KI jenuh.
3. Setelah itu ditutup dan dikocok kuat, kemudian disimpan ditempat gelap
selama 10 menit.
4. Ditambahkan 30 ml aquadest dan indicator kanji maka akan timbul warna
bitu hitam.
5. Dititrasi dengan Na2S203 0,01 N sambil dikocok kuat hingga larutan tak
berwarna (untuk memastikan titik akhir maka dapat diteteskan indicator
kanji,bila larutan biru hitam terbentuk pada tetesan pertama maka
penitaran dilanjutkan).
6. Dilakukan pengerjaan Blanko.
Perhitungan
POV =( v . penitar− blanko ) x N . penitar x 1000
berat sampel
Keterangan : v. penitar = volume Tio N. penitar = konsentrasi Tio yang sudah distandarisasi
Referensi :
Accociation Organization Analitycal Control (AOAC) Edisi 14 Tahun 1984
Analisa Kadar Crude Protein
Tujuan
Untuk dapat mengetahui kandungan protein kasar (crude protein) yang
terdapat dalam bahan baku maupun pakan ternak khususnya pada sampel
KLKS bentuk tepung.
Dasar Prinsip
Banyaknya protein yang terkandung dalam contoh dapat ditentukan dari
jumlah nitrogen (N) yang ada. Senyawa nitrogen organic yang
terkandung dalam sampel diubah menjadi senyawa anorganik (NH4)2SO4
dengan cara mendidihkan sampel dengan H2SO4 pekat dengan bantuan
katalisator campuran selenium kemudian didestilasi dengan basa kuat
NaOH dan ditampung dengan H3BO3. NH4H2BO3 yang terbentuk
dititrasi dengan HCL menggunakan indicator mixture (BCG:MM)
hingga larutan berwarna merah muda.
Dengan kata lain penentuan kadar protein dilakukan dalam 3 tahap;
a. Tahap dekstruksi
b. Tahap destilasi
c. Tahap titrasi
Reaksi
Tahap Dekstruksi
Norganik + H2SO4(P) (NH4)2SO4 + CO2 + H2O
+ SO2
Tahap Destilasi
(NH4)2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + 2 NH3 + H2O
2 NH3 + H3BO3 NH4H2BO3
Tahap Titrasi
NH4H2BO3 + HCL NH4Cl + H3BO3
Alat dan Bahan
Alat : Alat Dekstruksi
Alat Destilasi (Destilasi Unit)
Erlenmeyer 300 ml
Tabung Kjehdal
Automatic Buret 50 ml
Gelas Ukur 50 ml
Neraca Analitik
Spatula
Kertas Minyak
Bahan: Sampel KLKS
(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
Asam Glutamat
Katalis Selenium
H2SO4 98%
NaOH 40%
H3BO3 4%
Indicator Mix Campuaran
HCl 0,1 N
Aquadest
Prosedur Kerja
1. Ditimbang 1 gram sampel, kecuai sampel yang protein diatas 55 % =
Asam Glutamat sebanyak 0,5 gram. CGM, HCFM, PBPM, MBM, dan
Tepung Ikan sebanyak 0,7 gram.
2. Ditambahkan Katalis dengan ketentuan
3. Dilarutkan dengan larutan H2SO4 sebanyak 15 ml.
4. Didestruksi menggunakan alat Degestor selama 40 menit pada suhu 400◦.
5. Didiamkan selama 1 menit kemudian ditambahkan H2O sebanyak 30 ml.
6. Dimasukkan 25 ml larutan H3BO3 kedalam Erlenmeyer 300 ml lalu
ditambahkan indicator.
7. Dilakukan destilasi selama 7 menit pada masing-masing sampel, kemudian
dititrasi hingga titik akhir (larutan berwarna pink) dengan menggunakan
HCl 0,1 N.
8. Untuk pembuatan recovery,ditimbang 0,5 gram (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O.
dilarutkan dengan H2O sebanyak 25 ml, dimasukkan 25 ml larutan H3BO3
kedalam Erlenmeyer 300 ml, lalu ditambahkan indicator. Didestilasi
kemudian dititrasi hingga berubah warna dengan mneggunakan larutan
HCl 0,1 N.
Perhitungan
% Pr otein Recov ery = vol . penitar x N , penitar x Ar .. Ngram sample x 10
Mr . Amonium Fero SulfatAr . N
x 100 %
Keterangan : v. penitar = volume HCl 0,1 N N. penitar = konsentrasi HCl yang sudah
distandarisasi Ar.N = 14,007 g/mol Mr (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O = 7,145 g/mol
Ar.N
% Re c . Asam Glutamat =(vol . penitar − blanko ) x N . penitar x Ar . N
gram sampel x 10Ar .. N
x 100 %
Keterangan : v. penitar = volume HCl 0,1 N N. penitar = konsentrasi HCl yang sudah
distandarisasi Ar.N = 14,007 g/mol MrAsam Glutamat = 9,519 g/mol
Ar.N
% Pr otein Sampel =(vol . penitar− blanko ) x N . penitar x Ar . N x faktor
x 100 %
Keterangan : v. penitar = volume HCl 0,1 N
N. penitar = konsentrasi HCl yang sudah distandarisasi
Ar.N = 14,007 g/mol Faktor =6,25
Referensi: KJELTEC (Teator unit 1991) FOSS Tecator (Tess Tecator Distiling Unit) tahun 2000
Analisa Kadar Lemak (Fat)
Tujuan
Untuk mengetahui kandungan lemak (fat) yang terdapat dalam bahan
baku maupun pakan ternak ayam petelur khususnya pada sampel KLKS
bentuk tepung denganmetode proksimat.
Dasar Prinsip
Minyak dapat ditetapkan secara ekstraksi, yaitu pemisahan minyak dari
sampel berdasarkan sifat kelarutannya dimana pelarut yang digunakan
harus memiliki titik didih yang rendah.
Alat dan Bahan
Alat : Penangas Air
Labu Lemak
Gegep
Oven
Eksikator
Spatula
Neraca Analitik
Selongsong/huls
Soxlet
Kertas Saring
Bahan: Sampel KLKS
Ptroleum Eter
Prosedur Kerja
Preparasi Sampel
1) Sampel digiling terlebih dahulu menggunakan alat giling dengan
memakai screen 0,75 mm.
2) Sampel yang telah dipreparasi diberi identitas dengan menggunakan
label.
Cara Kerja
1) Ditimbang 1 gram sampel KLKS kemudian dibungkus dengan
menggunakan kertas minyak.
2) Sampel yang telah dibungkus tersebut dimasukkan kedalam
selongsong/huls.
3) Labu lemak kosong dipanaskan dalam oven selama 2,5 jam pada suhu
105◦C. kemudian didinginkan kedalam eksikator selama 30 menit.
Bobot diketahui sebagai bobot labu kosong.
4) Labu lemak dan soxhletyang berisi sampel dihubungakan kemudian
ditambahkan Petrolium Eter kedalam soxlet sehingga setara pipa
kapiler pada soxlet. Rangkaian tersebut lalu dihubungkan dengan
kondensor.
5) Proses ekstraksidilakukan selama 2,5 jam diatas penangas air.
Kemudian selongsong dikeluarkan dari soxlet, petroleum eter
disulingkan kembali sehingga petroleum eter dapat dipakaiuntuk
analisa selanjutnya.
6) Labu lemak yang berisi minyak tersebut dimasukkan lagi kedalam
oven selama 2,5 jam pada suhu 105◦C. Didinginkan kedalam eksikator,
kemudian ditimbang sebagai bobotlabu lemak + minyak.
7) Dihitung kadar lemak (fat).
Perhitungan
% Fat =(bobot labu lemak + min yak )− bobot labu lemak kosong
bobot sampelx 100 %
Referensi :
Accociation Organization Analitycal Control (AOAC) Edisi 14 Tahun 1984
Analisa Phospor
Tujuan
Untuk mengetahui kandungan Phospor (P) yang terdapatdalam bahan
baku maupun pakan peternak ayam petelur khususnya pada sampel
KLKS bentuk tepung dan menggunakan metode serapan cahaya.
Dasar Prinsip
Pengukuran fosfor pada panjang gelombang maksimum 600
nm,setelahsebeumnya ditambahkan pereaksi molibdatvanadat untuk
pembentukan warna melalui reaksi kompleksometri dengan menggunkan
spektofotometer UV-VIS.
Reaksi
NH4VO3 + H2O NH4VO3.xH2O
(NH4)6MO7O24.4H2O + H2O (NH4)6MO7O24.xH2O
NH4VO3. H2O + 2 HClO4 NH4Cl2 + 2HVO3 +
H2O
Ca2PO4 + HNO3 + H2O 2CaNO3 +H3PO4 +
H2O
Alat dan Bahan
Alat : Tanur
Cawan Porselin
Neraca Analitik
Hot Plate
Beaker Gelas 250 ml
Kuvet
Corong
Nerca Analitik
Labu Ukur 100 ml dan 50 ml
Pipet Ukur 5 ml dan 2 ml
Pipet voume 5ml dan 10 ml
Bahan: (NH4)6MO7O24.4H2O
NH4VO3
HClO4
KH2PO4
HNO3
HCl
Aquabidest
Prosedur Kerja
Preparasi Sampel
1) Sampel digiling terlebih dahulu menggunakan alat giling dengan
memakai screen 0,75 mm.
2) Sampel yang telah dipreparasi diberi identitas dengan menggunakan
label.
Cara Kerja
Ashing Methde
1) Ditimbang 1 gram sampel kedalam cawan porselin.
2) Diabukan sampel didalam tanur pada suhu 600◦C selama 3 jam,
kemudian diinginkan.
3) Dipindahkan sampel ke beaker gelas 250 ml, kemudian dilarutkan
dengan HNO3 : H2O (1:1) sebanyak 10 ml.
4) Sampel didestruksi dengan hot plate hingga timbul asap putih pada
larutan.
5) Didinginkan sampel lalu diencerkan dengan aquabidest kedalam labu
ukur 100 ml kemudian dihomogenkan.
Preparasi standar
1) Dipipet 10 ml reagen molybdovanadate kedalam labu ukur 50 ml.
2) Ditambahkan aquabidest.
3) Dipipet standarmasing-masing 1,3,5 ppm.
4) Diencerkan dengan aquabidest hingga 50ml.
Preparasi Blanko
1) Dipipet 10 ml reagen molybdovanadate kedalam labu ukur 50m l.
2) Diencerkan dengan aquabidest hingga 50 ml.
Preparasi Larutan Sampel
1) Dipipet 10 ml reagen molybdovanadate kedalam labu ukur 50 ml,
tambahkan aquabidest.
2) Ditambahakan larutan sampel yang sudah disiapkan (1), dipipet larutan
sampel sedikit demi sedikit kedalam labu ukur tersebut dengan
membandingkan warna. Diantara warna standar 3 ppm dan 5 ppm (2).
3) Lalu dicatat volume sampel yang telah dipipet.
4) Kemudian diencerkan dengan aquabidest hingga 50 ml.
Larutan 2,3,4 masing-masing dihomogenkan dan didiamkn selama 30
menit lalu dideteksi dengan menggunakan spektofotometer dengan
panjang gelombang 400 nm.
Perhitungan
% P = ppm Phospor dari grafik x 0,5v . sampel yang dipipet x bobot sampel
Analisa Kadar Abu (Ash)
Tujuan
Untuk mengetahui kandungan total abu (zat anorganik) yang terdapat
dalam bahan baku maupun pakan ternak ayam petelur khususnya pada
sampel KLKS bentuk tepung dengan metode gravimetri.
Dasar Prinsip
Pemijaran dilakukan pada suhu 600◦C selama 3 jam, dimana selisih
antara bobot sebelum pemijaran dengan bobot setelah pemijaran
dihitung sebagai bobot abu.
Reaksi
Sampel⋅xH 20 ⃗ Abu + xH 2O↑+ CO2↑
Alat dan Bahan
Alat : Tanur
Cawan Porselin
Gegep
Eksikator
Spatula
Neraca Analitik
Bahan: Sampel KLKS
Prosedur Kerja
Preparasi Sampel
1) Sampel digiling terlebih dahulu menggunakan alat giling dengan
memakai screen 0,75 mm.
2) Sampel yang telah dipreparasi diberi identitas dengan menggunakan
label.
Cara Kerja
1) Cawan porselin dimasukan kedalam tanur pada suhu 600◦C selama 1
jam.
2) Setelah 1 jam, cawan dimasukkan kedalam eksikator selama 1 jam
kemudian ditimbang sebagai bobot cawan kosong.
3) Ditimbang sampel 1 gram ke dalam cawan yang telah ditimbang
tersebut.
4) Cawan yang berisi sampel tersebut dimasukkan ke dalam tanur pada
suhu 600◦C selama 3 jam.
5) Setelah 3 jam, cawan dimasukkan ke dalam eksikator selama 1 jam.
6) Ditimbang.
Perhitungan
% Abu =(Bobot cawan + Sampel )−Bobot setelah pemijaran
Bobot samplx 100 %
Referensi :
Accociation Organization Analitycal Control (AOAC) Edisi 14 Tahu