7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
1/56
Materi Hukum Perusahaan:
Badan Hukum
1. A. PENDAHULUAN
A.1. SUBYEK HUKUM
Dalam hukum perkataan orang berarti pembawa hak dan kewajiban atau
subyek dalam hukum. Di samping orang dalam arti manusia (natuurlijk-
persoon) dalam hukum ada juga badan atau perkumpulan yang memiliki hak dan
dapat melakukan perbuatan hukum seperti manusia. Badan dan perkumpulan
tersebut mempunyai kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan
perantaraan pengurusnya, dapat digugat dan juga dapat menggugat di mukahakim. Atau dengan perkataan lain, diperlakukan sepenuhnya sebagai orang.
Badan atau perkumpulan sedemikian, dinamakan badan hukum (rechts-
persoon).
Tiap orang menurut hukum (baiknatuurlijk persoon maupun rechts-persoon),
harus mempunyai tempat tinggal (domisili). Tempat tinggal (domisili) tersebut
penting untuk menetapkan beberapa hal, seperti: dimana seseorang harus
melangsungkan perkawinan, dimana seseorang dapat dipanggil di muka hakim,
pengadilan mana yang berkuasa terhadap seseorang dan lain sebagainya.
Biasanya domisili adalah di tempat kediaman pokok, tetapi bagi orang yang
tidak mempunyai tempat kediaman tertentu, domisili dianggap di tempat dimana
ia sungguh-sungguh secara fisik berada. Ada juga domisili yang berhubungan
dengan urusan, misalnya 2 (dua) pihak dalam suatu kontrak memilih suatu
domisili tertentu.
Dahulu sebelum ada ketentuan Pasal 3 Kitab Undang Undang Hukum Perdata
(KUH Perdata) dikenal yang dinamakan kematian perdata yaitu suatu
hukuman yang menyatakan bahwa seseorang tidak memiliki suatu hak lagi.
Dengan adanya Pasal 3 KUH Perdata, konsep kematian perdata tidak ada lagi
yang dimungkinkan sekarang adalah bahwa seseorang sebagai hukuman- dicabutsementara haknya, misalnya karena kekuasaannya sebagai orang tua terhadap
anak, kekuasaan sebagai wali dan lain sebagainya.
A.2. SUBYEK HUKUM PERORANGAN
Meskipun menurut hukum setiap orang tiada yang terkecuali dapat memiliki hak-
hak, akan tetapi dalam hukum tidak semua orang diperbolehkan bertindak sendiri-
sendiri dalam melaksanakan hak-haknya. Orang yang cakap bertindak dalam
hukum (bekwaam) atau mempunyai legal capacity adalah seseorang yang bisa
melakukan perbuatan atau tindakan hukum apabila ia sudah dewasa dan tidak
berada di dalam pengampuan atau di bawah perwalian (onder curatele). Perihal
1
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
2/56
kecakapan bertindak dalam hukum ini akan dibahas lebih lanjut dalam BAB III.
Berlakunya seseorang sebagai pembawa hak, di mulai dari saat ia dilahirkan dan
berakhir pada saat ia meninggal. Untuk kepentingannya, dalam hal waris dapat
dihitung surut mulai orang itu berada dalam kandungan, asal saja kemudian diadilahirkan hidup (Pasal 2 KUH Perdata).
A.3. SUBYEK HUKUM BERBENTUK BADAN HUKUM
Badan hukum mempunyai hak yang sama dengan orang-perorangan, namun
perbedaan antara orang (natuurlijk persoon) dan badan hukum (rechts
persoon) terletak pada beberapa hak perorangan yang tidak dimiliki badan
hukum seperti hak untuk mewaris, menikah, mempunyai dan mengakui anak,
membuat wasiat dan lain-lain.
Para sarjana pada umumnya mendefinisikan badan hukum sebagai suatu bentukanhukum yang mempunyai hak dan kewajiban (zelfstandige drager van rechten en
verplichtingen). Dikatakan bentukan hukum karena badan hukum memang
merupakan ciptaan atau fiksi hukum yang sengaja diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu.
Badan hukum sengaja diciptakan artinya ialah suatu bentukan hukum apabila
diciptakan oleh undang-undang. Dengan demikian penunjukkan suatu konstruksi
sebagai badan hukum ditentukan oleh undang-undang yang mengaturnya, apakah
ia mempunyai kualifikasi demikian.
Sebagai konsekuensi yuridisnya, maka badan hukum memiliki
pertanggungjawaban sendiri (eigen aansprakelijkheid), dapat melakukan
perbuatan hukum, menuntut dan dituntut di muka pengadilan dan memiliki harta
kekayaan sendiri terpisah dari hak dan kewajiban para pengurus, anggota atau
pendirinya. Oleh karena mempunyai hak dan kewajiban sendiri maka badan
hukum dikatakan sebagai subyek hukum.
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, badan hukum
merupakan bentukan hukum yang anggaran dasarnya memerlukan pengesahan
dari instansi pemerintah yang berwenang (dalam hal ini Menteri Kehakiman dan
Hak Asasi Manusia) atau dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangantersendiri. Di Indonesia pada saat ini terdapat beberapa badan hukum, yaitu
Perseroan Terbatas, Perusahaan Umum, Perusahaan Jawatan, Koperasi, Dana
Pensiun, Yayasan dan beberapa Perguruan Tinggi Negeri tertentu.
B. BENTUK-BENTUK BADAN HUKUM
B.1. PERSEROAN TERBATAS (PT)
DASAR HUKUM
a. Undang-undang No.1 tahun 1995 tertanggal 1 Maret 1995 tentang Perseroan
2
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
3/56
Terbatas (UUPT).
b. Undang-undang No.8 tahun 1995 tertanggal 10 November 1995 tentang Pasar
Modal (UUPM).
PENGERTIAN
PT adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang Perseroan Terbatas
dan Peraturan Pelaksanaannya (Pasal 1 butir 1 UUPT).
KARAKTERISTIK
1. Pemegang saham PT tidak bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan
yang dibuat atas nama PT dan tidak bertanggungjawab atas kerugian PTmelebihi nilai saham yang telah diambilnya (Pasal 3 ayat 1 UUPT).
2. Ketentuan tersebut tidak berlaku apabila :
(i) persyaratan PT sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
(ii) pemegang saham yang bersangkutan (baik langsung maupun tidak
langsung) dengan iitikad buruk memanfaatkan PT semata-mata untuk kepentingan
pribadi;
(iii) pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh PT; atau
(iv) pemegang saham yang bersangkutan (baik langsung maupun tidak langsung)
secara melawan hukum menggunakan kekayaan PT yang mengakibatkan
kekayaan PT menjadi tidak cukup untuk melunasi hutang PT (Pasal 3 ayat 2
UUPT).
Ketentuan tersebut di atas merupakan penjabaran dari prinsip tanggungjawab
terbatas (limited liability) dari pemegang saham, namun demikian undang-
undang mengatur bahwa tanggung jawab terbatas tersebut bisa hapus karena
keadaan tertentu (Pasal 3 ayat 2 UUPT), sehingga dalam hal keadaan tertentutersebut terjadi, pemegang saham harus bertanggungjawab penuh secara pribadi,
hal tersebut dikenal dengan istilah piercing the corporate veil atau lifting the
veil yang artinya menembus cadar perusahaan atau membuka kerudung.
JENIS PT
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam UUPT dan UUPM, maka PT dapat
dibedakan ke dalam 2 (dua) jenis, yaitu :
(i) PT Terbuka yaitu perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya
memenuhi kriteria tertentu atau perseroan yang melakukan penawaran umum,
3
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
4/56
sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal (Pasal 1 ayat
6 UUPT). Menurut UUPM yang dimaksud dengan PT Terbuka atau dalam UUPM
disebut Perusahaan Publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki
sekurang-kurangnya oleh 300 pemegang saham dan memiliki modal disetor
sekurang-kurangnya Rp.3 milyar atau suatu jumlah pemegang saham atau modaldisetor yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.
(ii) PT Tertutup adalah perseroan yang tidak termasuk dalam kategori PT
Terbuka.
PENDIRIAN, PENDAFTARAN DAN PENGUMUMAN PT
a. PT didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta pendirian dalam bahasa
Indonesia yang dibuat secara Notariil;
b. Akta Pendirian tersebut telah diajukan kepada dan untuk disahkan oleh MenteriKehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Menkeh);
1. PT memperoleh status badan hukum setelah Akta Pendirian disahkan oleh
Menkeh;
2. Direksi wajib mendaftarkan Akta Pendirian berikut pengesahannya dalam
Daftar Perusahaan sesuai dengan Undang-undang No.3 tahun 1982 tentang
Wajib Daftar Perusahaan;
3. Direksi wajib mengumumkan pendirian, pengesahan serta pendaftaran
Akta Pendirian dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.
STATUS BADAN HUKUM PT BERDASARKAN PENDIRIAANNYA
PT YANG
BELUM
DISAHKAN
PT YANG
SUDAH
DISAHKAN
TETAPI BELUM
DIDAFTARKAN
DAN
DIUMUMKAN
PT YANG
SUDAH
DISAHK
ANSTATUS Bukan Badan
Hukum
Badan Hukum
(status badan
hukum diperoleh
setelah Akta
Pendirian disahkan
oleh Menkeh )
(Pasal 7 ayat 6
UUPT)
Badan Hukum
4
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
5/56
PERWAKILAN
DALAM
MELAKUKAN
PERBUATANHUKUM
Perbuatan hukum
bagi kepentingan
PT dilakukan oleh
Pendiri.
Perbuatan hukum
bagi kepentingan
PT dilakukan oleh
Direksi.
Perbuatan hukum bagi
kepentingan PT dilakukan
oleh Direksi.
TANGGUNG
JAWAB
Perbuatan hukum
tsb
akan mengikat PT
apabila kemudian
ada pernyataan PT
untuk menerima,
mengambil alih
ataumengukuhkan
perbuatan hukum
tsb.
Selama perbuatan
hukum tsb tidak
dikukuhkan maka
Pendiri yang
melakukan
perbuatan hukum
tsbbertanggungjawab
secara pribadi atas
segala akibat yang
timbul.
(Pasal 11 ayat 1
dan 2 UUPT)
Selama
pendaftaran dan
pengumuman
tersebut belum
dilakukan oleh
Direksi, maka
Direksi secara
tanggungrenteng
bertanggungjawabatas segala
perbuatan hukum
yang dilakukan PT
(Pasal 23 UUPT)
Sebagai badan hukum PT
melalui Direksi dapat
melakukan perbuatan
hukumyang sesuai dengan
isi anggaran dasar dan
ketentuan undang-undang
yang berlaku, perbuatan
mana merupakan tanggungjawab PT.
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
1. Perubahan tertentu Anggaran Dasar PT sebagaimana tersebut di bawah iniharus mendapat persetujuan Menkeh, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan
serta diumumkan di Tambahan Berita Negara (Pasal 15 ayat 2 UUPT):
(i) nama PT;
(ii) maksud dan tujuan PT;
(iii) kegiatan usaha PT;
(iv) jangka waktu berdirinya PT, apabila Anggaran Dasar menetapkan jangka
waktu tertentu;
5
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
6/56
(v) besarnya modal dasar;
(vi) pengurangan modal ditempatkan dan disetor;
(vii) status perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka atau sebaliknya.
1. Perubahan Anggaran Dasar selain sebagaimana dimaksud butir a di atas
cukup dilaporkan kepada Menkeh dalam waktu paling lambat 14 (empat
belas) hari terhitung sejak keputusan RUPS dan didaftarkan dalam Daftar
Perusahaan (Pasal 15 ayat 3 UUPT).
2. Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam butir a di atas
mulai berlaku sejak tanggal persetujuan diberikan.
3. Perubahan Anggaran Dasar sebagaimna dimaksud dalam butir b di atas
mulai berlaku sejak tanggal pendaftaran.
KETENTUAN PERALIHAN TENTANG PERUBAHAN AD SESUAI UUPT
1. Akta Pendirian PT yang telah disahkan atau Anggaran Dasar yang
perubahannya telah disetujui sebelum UUPT berlaku tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan UUPT.
2. Akta Pendirian PT yang belum disahkan atau Anggaran Dasar yang
perubahannya belum disetujui oleh Menkeh pada saat berlakunya UUPT
wajib disesuaikan dengan ketentuan UUPT.
3. Dalam waktu 2 tahun terhitung sejak UUPT mulai berlaku semua PT yang
didirikan dan telah disahkan berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum
Dagang harus telah disesuaikan dengan ketentuan UUPT.
4. Dalam jangka waktu 3 tahun terhitung sejak tanggal 24 Februari 1998, PT
wajib melakukan penyesuaian nama. Dalam hal ini, penyesuaian dapat
dilakukan antara lain pada saat:
(i) PT mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pertama
kalinya sejak tanggal 24 Februari 1998, atau
(ii) PT mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk mengubah
Anggaran Dasar.
e. Nama PT yang Anggaran Dasarnya belum disesuaikan dengan ketentuanUUPT dalam jangka waktu 6 bulan terhitung sejak tanggal 7 Maret 1998 dapat
dipakai oleh pihak lain.
HAK-HAK PEMEGANG SAHAM
Hal yang juga tidak kalah pentingnya dalam pembahasan tentang PT adalah hak-
hak pemegang saham, terutama hak-hak pemegang saham minoritas. Menurut
UUPT, hak-hak pemegang saham adalah sebagai berikut:
(i) mengajukan gugatan terhadap PT ke Pengadilan Negeri, apabila
dirugikan karena tindakan PT yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar
6
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
7/56
sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi atau Komisaris (Pasal 54 ayat 2 UUPT);
(ii) Atas nama PT, apabila mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh)
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan
gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi atau Komisaris yangkarena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan (Pasal
85 butir 3 danPasal 98 butir 2 UUPT);
(iii) Atas nama diri sendiri atau atas nama PT , apabila mewakili paling
sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara
yang sah dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri setempat agar
dilakukan pemeriksaan terhadap PT (Pasal 110 butir 3.a. UUPT);
(iv) 1 (satu) orang pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit
1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang
sah dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri setempat agarmembubarkan PT (Pasal 117 butir 1.b UUPT).
ORGAN PT
Organ PT terdiri dari:
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
2. Komisaris
3. Direksi
RUPS
1. RUPS adalah organ PT yang memegang kekuasaan tertinggi dalam PT dan
memegang segala wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau
Komisaris (Pasal 1 butir 3 UUPT).
2. Sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, RUPS mempunyai
kewenangan antara lain :
(i) Mengangkat anggota Komisaris dan Direksi untuk jangka waktu tertentu,
termasuk untuk memberhentikannya sewaktu-waktu atau mengangkatnya kembali
apabila jangka waktu tertentu tersebut berakhir (Pasal 80 jo Pasal 95 UUPT)
(ii) Menyetujui perubahan Anggaran Dasar PT (Pasal 14 UUPT).
(iii) Menyetujui rancangan penggabungan, peleburan dan pengalihan PT (Pasal
102 ayat 3 jo Pasal 103 ayat 3 butir b UUPT);
(iv) Menyetujui pembubaran PT (Pasal 114 UUPT);
(v) Melakukan tindakan lainnya yang tidak diatur lebih lanjut dalam anggaran
dasar serta tidak dilimpahkan kewenangannya kepada Direksi atau Komisaris
(Pasal 1 butir 3 UUPT).
7
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
8/56
KOMISARIS
1. Komisaris adalah organ PT yang bertugas melakukan pengawasan secara
umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam
menjalankan PT (Pasal 1 butir 5 UUPT).2. Yang dapat diangkat menjadi anggota Komisaris adalah :
(i) orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum; dan
(ii) tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris
yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu PT dinyatakan pailit; atau orang
yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan
negara dalam waktu 5 tahun sebelum pengangkatan (Pasal 96 UUPT).
1. Wewenang dan kewajiban Komisaris ditetapkan dalam anggaran dasar PT
(Pasal 94 ayat 1 UUPT).2. PT yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, PT yang
menerbitkan surat pengakuan utang atau perseroan terbuka wajib
mempunyai paling sedikit 2 Komisaris (Pasal 94 ayat 2 UUPT).
3. Dalam hal terdapat lebih dari 1 orang Komisaris, mereka merupakan
sebuah majelis, dengan konsekuensi bahwa sebagai majelis, Komisaris
tidak dapat bertindak sendiri-sendiri untuk mewakili PT (Pasal 94 ayat jo.
Penjelasan Pasal 94 ayat 33 UUPT).
4. Komisaris diangkat oleh RUPS untuk jangka waktu tertentu dengan
kemungkinan diangkat kembali (Pasal 95 ayat 1 dan ayat 3 UUPT).
5. Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada
Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi
dalam melakukan perbuatan hukum tertentu (Pasal 100 ayat 1 UUPT).
6. Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, Komisaris dapat
melakukan tindakan pengurusan PT dalam keadaan tertentu untuk jangka
waktu tertentu (Pasal 100 ayat 2 UUPT).
7. Bagi Komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu
melakukan tindakan pengurusan tsb di atas, maka berlaku semua ketentuan
mengenai hak, wewenang dan kewajiban Direksi terhadap PT dan pihak
ketiga (Pasal 100 ayat 3 UUPT).
DIREKSI
1. Direksi adalah organ PT yang bertanggungjawab penuh atas pengurusan
PT untuk kepentingan dan tujuan PT serta mewakili PT baik di dalam
maupun di luar pengadilan (Pasal 1 butir 4 UUPT).
2. PT yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, menerbitkan
surat pengakuan utang atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling
sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi (Pasal 79 ayat 2).
3. Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah :
(i) orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum; dan
8
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
9/56
(ii) tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris
yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; atau
orang yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan negara dalam waktu 5 tahun sebelum pengangkatan (Pasal 79 ayat 3
UUPT).
1. Kewenangan Bertindak
Kewenangan Direksi biasanya tercantum dalam pasal 10, 11 atau 12 anggaran
dasar PT. Ketentuan anggaran dasar PT seringkali berbeda dalam merumuskan
kewenangan bertindak Direksi, namun pada umumnyamenyebutkan sebagai
berikut :
Direksi mewakili perseroan di dalam dan di luar Pengadilan tentang segala hal
dan dalam segala kejadian dan karenanya berhak untuk menandatangani atas nama
perseroan, menjalankan segala hak dan kekuasaan balk bersifat pengurusanmaupun yang bersifat pemilikan.
Demikian pula ketentuan anggaran dasar PT seringkali berbeda dalam
merumuskan pembatasan kewenangan bertindak Direksi, namun pada umumnya
menyebutkan antara lain sebagai berikut :
meminjam atau meminjamkan uang atas nama PT;
mengikat PT sebagai Penjamin;
membeli, atau dengan cara lain memperoleh barang yang tidak bergerak
kepunyaan PT;
menjual atau dengan cara lain melepaskan barang tidak bergerak
kepunyaan PT;
mengagunkan atau dengan cara apapun menjaminkan barang tidak
bergerak kepunyaan PT;
menggadaikan atau dengan cara apapun menjaminkan barang bergerak
kepunyaan PT.
Dalam hal demikian, apabila untuk tindakan tersebut di atas harus mendapatkan
persetujuan tertulis terlebih dahulu atau dokumen yang berkenaan dengan itu turut
ditandatangani oleh :
Dewan Komisaris; atau
RUPS
Berarti sebelum tindakan tertentu dilakukan oleh Direktur, maka persetujuan
tertulis harus diperoleh terlebih dahulu.
Setiap anggota Direksi secara pribadi wajib dengan itikad baik dan penuh
tanggungjawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha PT, sehingga
dengan demikian setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi
apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya (Pasal 85
ayat 1 & 2 UUPT).
9
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
10/56
TINDAKAN PT BERHUBUNGAN DENGAN BANK
PT Sebagai Nasabah
1. Kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar PT, maka umumnyatindakan PT untuk membuka rekening pada Bank (e.g.: Giro, Deposito
dan/atau Tabungan) cukup diwakili oleh angota Direksi yang berwenang
mewakili Direksi, tanpa perlu mendapat persetujuan Dewan Komisaris /
RUPS, karena tindakan tersebut termasuk tindakan kepengurusan PT
sehari-hari.
2. Konsekuensinya adalah bahwa anggota Direksi yang berwenang mewakili
Direksi PT tersebut berhak pula menentukan karyawan PT atau kuasanya
sebagaiAuthorized Signeratas rekening pada Bank yang bersangkutan.
3. Hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam pemberian kuasa tersebut
adalah agar kuasa yang diberikan bersifat khusus (tidak bersifat umum),
hal demikian mengingat sesuai dengan ketentuan Pasal 1796 KUH Perdataditentukan bahwa pemberian kuasa yang dirumuskan dalam kata-kata
umum hanya meliputi perbuatan pengurusan,sementara tindakan yang
dapat dilakukan berkaitan dengan rekening PT pada Bank pada umumnya
termasuk juga tindakan yang meliputi perbuatan kepemilikan. Pemberian
kuasa tersebut harus sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam anggaran
dasar perseroan.
PT Sebagai Peminjam
1. Dalam hal PT bertindak sebagai peminjam, maka pada umumnya anggaran
dasar PT mewajibkan anggota Direksi yang bersangkutan untuk
memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Dewan
Komisaris/RUPS.
2. Perlu menjadi perhatian adalah bahwa apabila anggaran dasar PT
mensyaratkan demikian, maka persetujuan tertulis tersebut agar diperoleh
terlebih dahulu sebelum dilaksanakannya perbuatan tersebut, hal demikian
untuk mencegah timbulnya gugatan di kemudian hari dari pihak yang
seharusnya memberikan persetujuan Dewan Komisaris/RUPS) yang
mengakibatkan perbuatan tersebut dapat dimintakan pembatalannya di
muka hakim.
PT Sebagai Penjamin atau Pemberi Jaminan
1. Dalam hal PT bertindak sebagai Penjamin atau Pemberi Jaminan, maka
pada umumnya anggaran dasar PT yang bersangkutan mewajibkan
anggota Direksi yang bersangkutan memperoleh persetujuan secara tertulis
terlebih dahulu dari Dewan Komisaris/RUPS.
2. Perbedaan akibat hukum bagi PT sebagai Pemberi Jaminan dan PT sebagai
penjamin (corporate guarantee) adalah sebagai berikut :
(i) PT sebagai pemberi jaminan yaitu dimana PT menyerahkan suatu asset
tertentu milik PT sebagai jaminan untuk jaminan atas pelunasan hutang pada
10
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
11/56
Bank, berarti pemberian jaminan hanya terbatas pada harta kekayaan PT yang
dijaminkan ;
(ii) PT sebagai penjamin (corporate guarantee)berarti kekayaan PT seluruhnya
secara hukum menjadi jaminan atas pelunasan hutang pada Bank, kecuali jikadisetujui lain oleh para pihak di dalam corporate guarantee tersebut. Tentang
pemberian Corporate Guarantee ini lebih terperinci akan dijelaskan dalam BAB
V.
BEBERAPA ISTILAH KHUSUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN PT
Penggabungan/Merger
Satu PT atau lebih menggabungkan diri menjadi satu dengan PT yang telah ada,
dimana PT yang telah ada tersebut tetap berdiri sedangkan PT yang
menggabungkan diri tersebut menjadi bubar (Pasal 102 ayat 1 UUPT).
Peleburan/Konsolidasi
Satu PT atau lebih meleburkan diri dengan PT yang lain dan membentuk PT baru,
dimana seluruh PT yang meleburkan diri tersebut seluruhnya menjadi bubar dan
akhirnya membentuk PT baru (Pasal 102 ayat 1 UUPT).
Pengambilalihan/Akuisisi
1. Satu PT mengambil alih saham yang telah ada atau saham yang akan
dikeluarkan oleh PT lain, dengan ketentuan bahwa istilah
pengambilalihan / akuisisi umumnya dipergunakan apabila
pengambilalihan tersebut mengakibatkan timbulnya pengendalian atas PT
yang sahamnya diambilalih (Pasal 103 UUPT).
2. UUPT tidak mengatur mengenai definisi pengendalian, namun mengacu
pada ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal,
yang dimaksud dengan pengendalian adalah pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung, dengan cara apapun, mempengaruhi pengelolaan
dan atau kebijakan PT.
Pembubaran PT dan Likuidasi
a. PT bubar karena (Pasal 114 UUPT):
(i) Keputusan RUPS;
(ii) Jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah
berakhir.
(iii) Penetapan Pengadilan.
1. Direksi Perseroan dapat mengajukan usul pembubaran kepada RUPS.
11
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
12/56
Keputusan RUPS tentang pembubaran PT sah apabila diambil sesuai
dengan ketentuan mengenai pengambilan keputusan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 74 ayat 1 dan ketentuan mengenai korum
sebagaimana diatur dalam Pasal 76 UUPT (Pasal 115 ayat 1 & 2 UUPT).
2. Perseroan bubar pada saat yang ditetapkan dalam keputusan RUPS.(Pasal115 ayat 3 UUPT).
3. Pembubaran perseroan sebagaimana dimaksud di atas diikuti dengan
likuidasi oleh likuidator(Pasal 115 ayat 4 UUPT).
4. Dalam hal PT bubar karena jangka waktu berdirinya berakhir sebagaimana
ditetapkan dalam anggaran dasar, Direksi PT dapat mengajukan
permohonan kepada Menkeh untuk perpanjangan jangka waktu tersebut
(Pasal 116 ayat 1 UUPT).
5. Namun demikian permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut hanya
dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS yang dihadiri oleh
pemegang saham yang mewakili paling sedikit tiga per empat bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui palingsedikit oleh tiga per empat bagian dari jumlah suara tersebut (Pasal 116
ayat 2 UUPT).
1. Pengadilan Negeri dapat membubarkan PT atas :
(i) permohonan kejaksaan berdasarkan alasan kuat PT melanggar kepentingan
umum.
(ii) permohonan satu orang pemegang saham atau lebih yang mewakili paling
sedikit 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah.
(iii) permohonan kreditor berdasarkan alasan PT tidak mampu membayar
utangnya setelah dinyatakan pailit atau harta kekayaan PT tidak cukup untuk
melunasi seluruh utangnya setelah persyaratan pailit dicabut Mengenai kepailitan
ini secara lebih terperinci akan dibahas dalam BAB X.
(iv) permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat
hukum dalam akta pendirian PT (Pasal 117 ayat 1 UUPT).
1. Dalam hal PT bubar, maka PT tidak dapat melakukan perbuatan hukum
kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaannya dalam proses
likuidasi (Pasal 119 ayat 1 UUPT).2. Dalam hal PT sedang dalam proses likuidasi, maka pada surat keluar
dicantumkan kata-kata dalam likuidasi di belakang nama PT (Pasal 119
ayat 3 UUPT).
3. Likuidator dari PT yang telah bubar wajib memberitahukan kepada semua
krediturnya dengan surat tercatat mengenai bubarnya PT (Pasal 120 ayat 1
UUPT).
4. Likuidator bertanggungjawab kepada RUPS atas likuidasi yang dilakukan
(Pasal 124 ayat 1 UUPT).
5. Sisa kekayaan hasil likuidasi diperuntukkan bagi para pemegang saham
(Pasal 124 ayat 2 UUPT).
6. Likuidator wajib mendaftarkan dan mengumumkan hasil akhir proses
12
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
13/56
likuidasi sesuai dengan ketentuan Pasal 21 dan 22 tentang pendaftaran
dalam Daftar Perusahaan dan pengumuman dalam Berita Negara Republik
Indonesia (Pasal 124 ayat 2 UUPT).
PERIZINAN YANG DIPERLUKAN
Dalam menjalankan usahanya, pada umumnya PT harus memenuhi izin-izin
sebagai berikut:
a. Persetujuan yang dikeluarkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Republik Indonesia:
(i) Izin Usaha Industri;
(ii) Izin Perluasan untuk Perusahaan;
(iii) Surat Izin Usaha Perdagangan
1. Persetujuan yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya:
Izin lokasi/ Surat Keputusan Hak Guna Bangunan/Hak Guna Usaha/Hak
Pengelolaan.
c. Persetujuan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pekerlaan Umum Dati II /
Satuan Kerja Tehnis atas nama Bupati/Walikotamadya/Kepala Dinas Pengawasan
Pembangunan Kota (Jakarta a/n Gubernur DKI- Jaya):
Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
d. Persetujuan yang dikeluarkan oleh Sekretaris Wilayah/Daerah Tingkat II a/n
Bupati/Walikotamadya/Kepala Biro Penerbitan a/n Gubernur DKI-Jawa :
Izin Undang-undang Gangguan/Hinder Ordonasi (UUG/HO). (Tidak
berlaku bagi perusahaan industri yang diharuskan mempunyai amdal atau
yang berlokasi di Kawasan industri/berikat).
e. Persetujuan yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja:
Izin Kerja Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (IKTA).
B.2. BENTUK-BENTUK KHUSUS PERSEROAN TERBATAS
(i) PT PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PT PMDN)
PENGERTIAN
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah penggunaan daripada
13
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
14/56
kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak dan benda, baik secara langsung
atau tidak langsung, untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan
ketentuan Undang -undang No.6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-undang No.12 tahun 1970
tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang No.6 tahun 1968 tentangPenanaman Modal Dalam Negeri (UU PMDN).
DASAR HUKUM
a. UU PMDN.
b. Keputusan Meninves/Kepala BKPM No.38/SK/199 tertanggal 6 Oktober 1999
tentang Pedoman dan Tatacara Permohonan Penanaman Modal Yang Didirikan
Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal Asing
(Kep BKPM No.38).
PROSEDUR PERMOHONAN PMDN
a. permohonan PMDN berpedoman kepada:
(i) Daftar bidang usaha yang terbuka bagi penanaman modal (berdasarkan
Keppres No.96 tahun 2000 tanggal 20 Juli 2000 tentang Bidang Usaha Yang
Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Tertentu Bagi
Penanaman Modal jo. Keppres No.118 Tahun 2000 tanggal 16 Agustus 2000
tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden No.96 tahun 2000 tentang Bidang
Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan
Tertentu Bagi Penanaman Modal) (Negative List);
(ii) Bidang/jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang/jenis
usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar dengan syarat
kemitraan (berdasarkan Keppres No.99 tahun 1998 tanggal 14 Juli 1998 tentang
Bidang/Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis
Usaha Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah atau Usaha Besar Dengan Syarat
Kemitraan) (Peraturan Kemitraan);
(iii) Ketentuan lain yang dikeluarkan oleh pemerintah.
1. Permohonan PMDN dapat diajukan oleh PT, Koperasi, BUMN, BUMD,
CV, Firma atau perorangan.
2. Permohonan diajukan kepada Meninves/Kepala BKPM atau Ketua
BKPMD setempat dan persetujuan atas permohonan dikeluarkan dalam
bentuk Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (SP PMDN).
d. Permohonan menikmati pembebasan dan keringanan pajak seperti bea masuk,
PPN dan PPn-BM atas pemasukan barang modal/alat perlengkapan yang
diperlukan untuk pelaksanaan penanaman modal.
IZIN YANG DIPERLUKAN
14
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
15/56
Berdasarkan Keputusan Presiden No.97 tahun 1993 tanggal 23 Oktober 1993
tentang Tatacara Penanaman Modal sebagaimana terakhir diubah dengan
Keputusan Presiden No.117 tahun 1999 tanggal 30 September 1999 dan Kep
BKPM No.38, diatur sebagai berikut:
1. a. Persetujuan yang dikeluarkan oleh Meninves/Kepala BKPM atau
Ketua BKPMD :
(i) SP PMDN berlaku untuk 3 tahun;
(ii) persetujuan pemberian fasilitas pembebasan/keringanan bea masuk dan
fasilitas perpajakan atas pengimporan barang modal;
(iii) persetujuan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk atas pengimporan
bahan baku dan/atau bahan penolong untuk keperluan produksi 2 tahun
berdasarkan kapasitas terpasang;
(iv) persetujuan pemberian fasilitas pajak penghasilan yang ditanggung oleh
pemerintah untuk usaha industri tertentu;
(v) Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT), untuk keperluan impor yang
dilakukan sendiri;
(vi) Keputusan tentang Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing
Pendatang (RPTK), apabila dipergunakan tenaga kerja warga negara asing;
(vii) Izin Usaha Tetap (IUT), Izin Usaha Perluasan dan perbaruan IUT.
SP PMDN akan batal dengan sendirinya apabila dalam jangka waktu 3 tahun sejak
tanggal dikeluarkan tidak ada realisasi proyek dalam bentuk kegiatan nyata baik
dalam bentuk administrasi ataupun dalam bentuk fisik.
Perubahan atas ketentuan proyek PMDN berikut ini yang wajib memperoleh
persetujuan Meninves/Kepala BKPM:
perubahan lokasi proyek;
perubahan bidang usaha dan produksi; perubahan penggunaan tenaga bkerja asing;
perubahan investasi dan sumber pembiayaan;
perubahan status PMA menjadi PMDN; dan
pembelian saham perusahaan PMDN dan Non PMA/PMDN yang sudah
berdiri oleh perusahaan PMA, warga negara asing dan badan hukum asing;
perpanjangan waktu penyelesaian proyek; dan
penggabungan perusahaan (merger).
b. Persetujuan yang dikeluarkan oleh penyelenggara Kawasan Berikat bagi
yang berlokasi di Kawasan Berikat dan oleh Badan Penyelenggara Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) bagi yang berlokasi di KAPET.
15
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
16/56
(i) Untuk PMDN proyek baru/perluasan/perubahan lokasi di kawasan berikat,
Pengusaha/Pengelola Kawasan Berikat diberi wewenang menilai/memberi surat
persetujuan (SP) a.n. Meninves/Kepala BKPM;
(ii) untuk mengeluarkan persetujuan atas permohonan izin-izin pelaksanaanpenanaman modal.
Selain izin-izin yang disebut dalam butir a dan b di atas, izin yang berlaku untuk
PT pada umumnya, seperti tertera dalam butir Perizinan Yang Diperlukan di
muka, berlaku pula untuk PT PMDN.
DOKUMEN YANG HARUS DIPERHATIKAN OLEH BANK DALAM
BERTRANSAKSI DENGAN PT PMDN
a. Akta Pendirian Perusahaan, serta perubahan-perubahannya bila ada, khususnya
perlu diperhatikan mengenai batas wewenang Direksi.
b. SP PMDN yang dikeluarkan Meninves/Kepala BKPM atau Ketua BKPMD,
khususnya perlu diperhatikan jangka waktu berakhirnya.
c. Izin Usaha Tetap (IUT) dikeluarkan oleh Meninves/Kepala BKPM atas nama
Menteri terkait dengan macam bidang usahanya; IUT diberikan kepada
perusahaan agar bisa mulai produksi komersial.
1. Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT), khususnya bila PMDN
mendapat fasilitas impor.
e. Surat persetujuan BKPM untuk setiap adanya:
(i) perubahan lokasi proyek;
(ii) perubahan bidang usaha dan produksi;
(iii) perubahan penggunaan tenaga kerja asing;
(iv) perubahan investasi dan sumber pembiayaan;
(v) perubahan status PMA menjadi PMDN; dan
(vi) pembelian saham perusahaan PMDN dan Non PMA/PMDN yang sudah
berdiri oleh perusahaan PMA, warga negara asing dan badan hukum asing;
(vii)perpanjangan waktu penyelesaian proyek; dan
(viii)penggabungan perusahaan (merger);
1. Laporan realisasi kegiatan penanaman modal atau realisasi proyek dalam
bentuk kegiatan nyata baik dalam bentuk administrasi ataupun dalam
16
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
17/56
bentuk fisik.
2. Persetujuan dari Meninves/Kepala BKPM atau Ketua BKPMD atas
perubahan SP PMDN dalam rangka melakukan kemitraan dengan usaha
kecil.
3. Surat pemberitahuan kepada Meninves/Kepala BKPM atau KetuaBKPMD dalam hal terjadi perubahan bentuk pola kemitraan dan/atau mitra
usaha untuk PMDN yang bidang usahanya mensyaratkan kemitraan
dengan usaha kecil.
4. Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) dan Hak Guna Usaha (SHGU) dan
Jangka waktu berlakunya SHGB dan SHGU tersebut dalam hal hak atas
tanahnya hendak digunakan sebagai jaminan kredit.
5. Surat Keterangan Domisili dari kantor Kelurahan.
k. Tanda Daftar Perusahaan yang dikeluarkan Departemen Perdagangan. Berlaku
untuk 5 (lima) tahun.
(ii) PT PENANAMAN MODAL ASING (PT PMA)
PENGERTIAN
Penanaman Modal Asing (PMA) adalah penanaman modal asing secara langsung
yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia. Perusahaan
penanaman modal asing harus suatu badan hukum yang didirikan berdasarkan
hukum yang berlaku di Indonesia, yang modalnya secara langsung berasal dari:
a. 100% yang ditanam/dimiliki oleh warga negara atau badan hukum asing, atau
b. patungan antara modal asing dan warga negara Indonesia/badan hukum
Indonesia.
DASAR HUKUM
1. Undang-undang No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing,
sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-undang No.11 tahun 1970
tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang No.1 tahun 1967 (UU
PMA).
2. Kep BKPM No.38.
c. Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1994 tertanggal 19 Mei 1994 tentang
Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman
Modal Asing dan S.K. Meninves/Kepala BKPM No.5/SK/1994 tanggal 29 Juli
1994 tentang Ketentuan Pelaksanaan Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang
Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing.
BENTUK PENANAMAN MODAL ASING
Bentuk Penanaman Modal Asing:
17
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
18/56
(i) Langsung: seluruh modalnya (100%) dimiliki oleh warga negara asing
(WNA) dan/atau badan hukum asing (BHA), dengan ketentuan sebagai
berikut:
Dalam jangka waktu maksimum 15 tahun sejak produksi komersialWNA/BHA, harus menjual sebagian sahamnya kepada WNI/BHI, baik
langsung maupun melalui pasar modal;
Besarnya saham yang dialihkan ke WNI/BHI adalah menurut kesepakatan
para pihak.
Pengalihan saham tersebut tidak mengubah status perusahaan (tetap
PMA);
Setelah berproduksi komersial PMA tersebut dapat mendirikan perusahaan
baru yang berstatus:
o PMA : apabila diantara peserta baru terdapat WNA/BHA;
o PMDN : apabila 100% modal saham perusahaan baru dimiliki oleh
PT PMA bersangkutan atau peserta baru terdiri dari WNI/BHI;
(ii) Patungan: antara modal asing yang dimiliki oleh perorangan WNA atau
BHA dengan modal yang dimiliki perorangan warga negara Indonesia (WNI)
dan/atau badan hukum Indonesia (BHI), dengan ketentuan sebagai berikut :
Minimum 5% dari modal yang disetor pada saat pendirian harus ditangan
peserta Indonesia;
Besarnya penyertaan modal saham selain 5% tersebut diatas ditetapkan
atas dasar kesepakatan para pihak;
Penjualan lebih lanjut dapat dilakukan kepada WNI / BHI, secarakepemilikan langsung atau melalui pasar modal dalam negeri;
PROSEDUR PERMOHONAN PMA
a. permohonan PMA berpedoman kepada:
(i) Daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal asing (sesuai
dengan Negative List);
(ii) Bidang/jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang/jenis
usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar dengan syaratkemitraan (sebagaimana diatur oleh Peraturan Kemitraan);
(iii) Ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah.
b. Permohonan PMA dapat diajukan oleh PT, Koperasi, BUMN, BUMD, CV,
Firma atau perorangan.
c. Permohonan diajukan kepada Meninves/Kepala BKPM atau Kepala
Perwakilan RI setempat di luar negeri atau Ketua BKPMD setempat dan
persetujuan atas permohonan dikeluarkan dalam bentuk Surat Persetujuan PMA.
18
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
19/56
d. Permohonan untuk menikmati pembebasan dan keringanan pajak seperti bea
masuk, PPN dan PPn-BM atas pemasukan barang modal/alat perlengkapan yang
diperlukan untuk pelaksanaan penanaman modal.
e. Dalam segala hal kepemilikan saham pihak Indonesia tidak boleh lebih kecildari modal yang disetor/ditempatkan semula.
1. PMA harus berbentuk perseroan terbatas, berkedudukan di Indonesia;
2. Investasi dapat terdiri dari modal sendiri dan/atau pinjaman;
3. Jumlah modalnya relatif sesuai kelayakan ekonomi kegiatan macam
usahanya;
i. Lokasi usaha dapat diseluruh Indonesia, tapi diutamakan dikawasan
berikat/industri;
1. Jangka waktu Izin Usaha adalah 30 tahun sejak produksi komersial;
k. Izin Usaha (IU) dapat diperbaharui oleh Meninves/Kepala BKPM bila
perusahaan PMA masih tetap menjalankan usahanya yang bermanfaat bagi
perekonomian/ pembangunan nasional (mempunyai dampak positip a.l. untuk
ekspor/tenaga kerja, pajak, lingkungan hidup, perekonomian nasional).
l. PMA yang mengadakan perluasan usaha diperpanjang IU nya selama 30 tahun
sejak usaha perluasan berproduksi komersial;
m. Setelah berproduksi komersial:
perusahaan dapat menambah modal perusahaan sendiri;
mendirikan perusahaan baru;
membeli saham PMDN/perusahaan non-PMA;
membeli saham PMDN yang telah berdiri baik yang sudah/belum
berproduksi komersial melalui pasar modal dalam negeri;
n. Pembelian saham-saham tersebut di atas sepanjang bidang usahanya tetap
terbuka bagi penanaman modal;
o. Badan Hukum Asing (BHA) dapat membeli saham perusahaan PMA/PMDN/Non-PMA/PMDN yang belum atau telah berproduksi komersial, baik melalui
kepemilikan langsung atau lewat pasar modal dalam negeri dan selama bidang
usaha dari perusahaan yang sahamnya akan dibeli tersebut terbuka bagi PMA dan
dilakukan dalam upaya penyelamatan dan penyehatan perusahaan.
IZIN YANG DIPERLUKAN
Seperti halnya PT PMDN, berdasarkan Keputusan Presiden No.97 tahun 1993
tanggal 23 Oktober 1993 tentang Tatacara Penanaman Modal sebagaimana
terakhir diubah dengan Keputusan Presiden No.117 tahun 1999 tanggal 30
September 1999 dan Kep BKPM No.38, izin untuk PMA diatur sebagai berikut :
19
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
20/56
1. Surat Persetujuan (SP PMA) yang dikeluarkan oleh Meninves/Kepala
BKPM atau Ketua BKPMD yang berlaku untuk 3 tahun;
2. Selain SP PMA di atas Perizinan lainnya sama dengan PT PMDN dengan
catatan SP PMDN harus dibaca SP PMA.
DOKUMEN YANG HARUS DIPERHATIKAN OLEH BANK DALAM
BERTRANSAKSI DENGAN PT PMA
Sama dengan PT PMDN dengan ketentuan SP PMDN harus dibaca SP PMA dan
butir g berbunyi sebagai berikut:
g. Persetujuan dari Meninves/Kepala BKPM atau Kepala Perwakilan RI atau
Ketua BKPMD atas perubahan SP PMA dalam rangka melakukan kemitraan
dengan usaha kecil.
(iii) PT PERSERO
Salah satu bentuk khusus PT adalah Perusahaan Persero. Namun mengingat
Perusahaan Persero merupakan juga bagian dari Perusahaan Negara, maka
pembahasan mengenai Perusahaan Persero akan dibahas di Butir B.3 di bawah ini.
(iv) PT SEBAGAI KELOMPOK USAHA
PENGERTIAN
1. UUPT tidak mengatur secara tegas mengenai pengertian kelompok usaha,
namun dalam beberapa pasal menyebutkan istilah induk perusahaan dan
anak perusahaan tanpa memberikan penegasan lebih lanjut mengenai
apa yang dimaksud dari kedua istilah tersebut.
2. UUPT hanya menegaskan bahwa anak perusahaan dilarang memiliki
saham yang dikeluarkan oleh induk perusahaannya(Pasal 29 ayat 2
UUPT).
3. Dalam hal saham induk perusahaan dibeli oleh anak perusahaannya, maka
saham tersebut tidak dapat digunakan untuk mengeluarkan suara dalam
RUPS dan tidak diperhitungkan dalam menentukan jumlah korum yang
harus dicapai sesuai dengan ketentuan UUPT dan anggaran dasar(Pasal
33 ayat 2 UUPT).4. Pengertian yang umum mengenai suatu kelompok usaha adalah sebagai
berikut:
Suatu kelompok usaha pada umumnya memiliki induk perusahaan (parent
company) yang merupakan holding company yaitu suatu perusahaan yang
tujuannya adalah menguasai saham atau manajemen dari perusahaan yang
dimiliki/dikuasainya.
1. Dalam kelompok usaha dikenal 2 (dua) hubungan yaitu :
(i) Anak Perusahaan (subsidiary corporation) yaitu suatu anak perusahaan
20
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
21/56
dimana persentase kepemilikan saham oleh induk perusahaan adalah mayoritas,
umumnya melebihi 50% dari saham anak perusahaan. Pengendalian yang
dilakukan oleh induk perusahaan antara lain kewenangan untuk mengusulkan
kepada RUPS mengenai susunan pengurus perseroan melalui RUPS atau
kebijakan yang dianggap penting bagi perusahaan.
(ii) Perusahaan Afiliasi (affiliate company) yaitu suatu perusahaan yang (melalui
kepemilikan saham) berada di bawah kontrol perusahaan lain, namun pada
umumnya persentase kepemilikan saham induk perusahaan adalah tidak melebihi
50 % dari saham anak perusahaan.
Umumnya perusahaan terafiliasi memiliki kewajiban kepada perusahaan induknya
antara lain kewajiban untuk memberikan informasi penting atas jalannya PT,
seperti mengetahui keadaan keuangan PT, mengetahui adanya kontrak yang
material dari PT tersebut, demikian pula kontrol terhadap perusahaan terafliliasi
dilakukan induk perusahaan melalui Direksi/Komisaris yang merupakan wakildari induk perusahaan tersebut.
1. Holding Company dalam manajemen perusahaan dibedakan antara
operating holdingdan invesment holding. Operating Holdingadalah induk
yang hidup dari usahanya sendiri serta deviden anak perusahaan. Berbeda
denganInvestment Holdingyang tidak memiliki usaha sendiri, sehingga
induk perusahaan hanya menikmati keuntungan dari deviden anak
perusahaan.
KETENTUAN KELOMPOK USAHA MENURUT BANK INDONESIA
Sehubungan dengan belum lengkapnya ketentuan hukum di Indonesia yang
mengatur kelompok usaha secara spesifik, maka ketentuan Bank Indonesia yang
berlaku saat ini dapat dijadikan acuan dalam menangani kelompok usaha sebagai
kelompok peminjam maupun pihak terkait dengan peminjam atau kelompok
peminjam.
Bank Indonesia menetapkan kriteria berkenaan dengan kelompok usaha berkaitan
dengan pemberian kredit yaitu ketentuan mengenai Batas Maksimum Pemberian
Kredit (BMPK) dimana ditetapkan ketentuan mengenai Kelompok Peminjam
maupun Pihak Terkait dari Peminjam atau Kelompok Peminjam.
Dasar Hukum
1. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tertanggal 31 Desember 1998
No.31/177/KEP/DIR tentang BMPK sebagaimana diubah dengan
Peraturan Bank Indonesia No. 2/16/PBI/2000 tanggal 12 Juni 2000.
2. Peraturan Bank Indonesia No. 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001
tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank.
Pengertian
21
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
22/56
Peminjam adalah nasabah perorangan atau perusahaan/badan yang
memperoleh satu atau lebih lebih penyediaan dana;
Kelompok Peminjam adalah sejumlah Peminjam yang satu sama lain
mempunyai kaitan dalam hal kepemilikan, kepengurusan dan/atau
hubungan keuangan. Pihak Terkait adalah Peminjam atau Kelompok Peminjam yang
mempunyai keterkaitan dengan Bank karena merupakan:
1. pemegang saham perorangan yang memiliki saham 10% atau lebih dari
modal disetor Bank;
2. pemegang saham berbentuk perusahaan/badan yang memiliki saham 10%
atau lebih dari modal disetor Bank;
3. anggota Dewan Komisaris Bank;
4. anggota Direksi Bank;
5. keluarga dari pihak-pihak tersebut dalam angka 1, angka 3 dan angka 4;
6. perorangan yang memiliki saham 25% atau lebih dan/atau yangmengendalikan operasional, pengawasan atau pengambilan keputusan,
baik langsung maupun tidak langsung, atas perusahaan-perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam angka 2;
7. pejabat Bank yang mempunyai fungsi eksekutif, yaitu yang mempunyai
pengaruh terhadap operasional Bank dan/atau bertanggungjawab langsung
kepada Direksi termasuk pejabat Satuan Kerja Audit Intern dan Dewan
Audit;
8. perusahan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan dari pihak-
pihak dimaksud dalam angka 1 sampai dengan 7 di atas dengan
kepemilikan 10% atau lebih dari modal disetor perusahaan;
9. perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat pengaruh dalam
operasional, pengawasan atau pengambilan keputusan dari pihak-pihak
sebagaimana dimaksud dalam angka 1 sampai dengan angka 7 walaupun
pihak-pihak tersebut tidak memiliki saham pada perusahaan dimaksud;
10. anak perusahaan Bank dengan kepemilikan saham Bank lebih dari 25% dari
modal disetor perusahaan dan/atau apabila Bank mempengaruhi perusahaan
tersebut.
Pengendalian adalah:
1. Bank mempunyai hak suara yang lebih dari 50% berdasarkan suatu
perjanjian dengan investor lainnya;
2. Bank mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial
dan operasional perusahan berdasarkan angaran dasar atau perjanjian;
3. Bank memiliki kewenangan untuk menunjuk atau memberhentikan
mayoritas pengurus perusahaan;
4. Bank mampu menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus;
5. Bank memiliki atau mengendalikan sekurang-kurangnya 10% saham dan
merupakan pemegang saham terbesar dibandingkan dengan kepemilikan
pihak lain dalam perusahaan;
6. Bank dan pihak terkait dengan Bank memiliki jumlah saham lebih dari
22
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
23/56
50% dari modal perusahaan;
7. Aktivitas utama perusahaan tempat penyertaan adalah untuk memberikan
manfaat bagi Bank; dan atau
8. Bank memiliki saham dan merupakan kreditur terbesar dari perusahaan
tempat penyertaan.
Perusahaan Induk adalah badan hukum yang dibentuk untuk
mengkonsolidasikan suatu kelompok usaha dan memiliki saham bank baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan kepemilikan lebih dari
50% atau melakukan Pengendalian terhadap Bank.
Perusahaan Indukdi Bidang Keuangan adalah badan hukum yang
dibentuk oleh Perusahaan Induk untuk mengkonsolidasikan seluruh
aktivitas perusahaan induk atau kelompok usaha yang bergerak di bidang
keuangan atau yang melakukan Pengendalian terhadap seluruh aktivitas
perusahaan induk atau kelompok usaha yang bergerak d bidang keuangan.
Perusahaan Anak adalah badan hukum yang dimiliki atau dikendalikanoleh Bank baik secara langsung maupun tidak langsung yang terdiri dari:
1. Perusahaan Subsidiari yaitu Perusahan Anak dengan kepemilikan Bank
lebih dari 50%;
2. Perusahaan Partisipasi adalah Perusahaan Anak dengan kepemilikan Bank
50% atau kurang namun Bank memiliki Pengendalian terhadap
perusahaan.
Perusahaan Afiliasi adalah perusahaan anak dari Perusahaan Induk
Bank atau dari Perusahaan Induk di Bidang Keuangan.
Karakteristik
Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tersebut di atas, suatu perusahaan
digolongkan sebagai anggota suatu Kelompok Peminjam apabila memenuhi
salah satu kriteria keterkaitan dalam hal kepemilikan, kepengurusan dan hubungan
keuangan dengan satu atau lebih perusahaan lainnya, yaitu sebagai berikut :
1. 25% atau lebih dari hak kepemilikan masing-masing perusahaan dikuasai
oleh suatu perusahaan atau seseorang atau secara bersama oleh suatu
keluarga;2. salah satu perusahaan menguasai 25% atau lebih hak kepemilikan
perusahaan lain;
3. anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan lainnya yang mempunyai
fungsi eksekutif pada salah satu perusahaan, menjadi anggota Direksi,
anggota Dewan Komisaris, atau pejabat eksekutif pada perusahaan lainnya
yang berwenang memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan operasional
perusahaan;
4. dalam hal tidak terdapat hubungan kepemilikan dan/atau kepengurusan
sebagaimana dimaksud dalam angka 1, 2 dan 3 di atas, dua atau lebih
perusahaan dianggap sebagai kelompok apabila terdapat hubungan
keuangan sebagai berikut:
23
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
24/56
(i) satu perusahaan bertindak sebagai penjamin penyediaan dana yang diterima
oleh perusahaan lainnya;
(ii) satu perusahaan memberikan bantuan keuangan kepada perusahaan lainnya
sehingga mengakibatkan adanya pengendalian usaha oleh perusahaan pemberibantuan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan kelompok usaha
sebagai kelompok peminjam
Baik perusahaan anak maupun perusahaan induk pada prinsipnya dapat menjadi
debitur, namun demikian sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tersebut di atas,
namun demikian ditentukan sebagai berikut :
(i) BMPK kepada Pihak Terkait dari Peminjam maupun Kelompok Peminjam
tersebut ditetapkan setinggi-tingginya 10% dari Modal Bank;
(ii) BMPK untuk jumlah seluruh Pihak Terkait ditetapkan setinggi-tingginya
sebesar 10% dari Modal Bank.
KETENTUAN KELOMPOK USAHA MENURUT UUPM
Menurut ketentuan UUPM yang masuk kategori PT sebagai kelompok usaha
adalah hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik langsung
maupun tidak langsung, oleh Pihak yang sama. Hal tersebut tersirat dalam butir e
definisi tentang Afiliasiyang berbunyi sebagai berikut:
a. hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua,
baik secara horizontal maupun vertikal;
b. hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris dari Pihak
tersebut;
c. hubungan antara 2 (dua) perusahaan di mana terdapat satu atau lebih anggota
direksi atau dewan komisaris yang sama;
d. hubungan antara perusahaan dan Pihak, baik langsung maupun tidak langsung,mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut;
e. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik langsung maupun
tidak langsung, oleh Pihak yang sama; atau
f. hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.
Berdasarkan definisi dalam butir e di atas 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan,
baik langsung maupun tidak langsung, oleh Pihak yang sama merupakan affiliasi.
Sedangkan yang dimaksud Pihakdalam UUPM adalah orang perseorangan,
perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi.
24
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
25/56
B.3. PERUSAHAAN NEGARA
(i) PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)
PENGERTIAN
Perusahaan Perseroan (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang
dibentuk berdasarkan Undang-undang No.9 tahun 1969 tertanggal 1 Agustus 1969
tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara (UU No.9/1969) yang berbentuk
Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam UUPT yang seluruh atau paling
sedikit 51% saham yang dikeluarkannya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan
modal secara langsung. Tidak termasuk sebagai Persero adalah Perseroan Terbatas
yang sahamnya dimiliki oleh Persero. Setiap penyertaan modal Negara ke dalam
modal saham Persero ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Maksud dan
tujuan pendirian Persero adalah:
1. menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing
kuat baik di pasar dalam negeri ataupun internasional; dan
2. memupuk keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.
DASAR HUKUM
Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1998 tanggal 17 Januari 1998 tentang
Perusahaan Perseroan (PP No.12/1998).
STATUS HUKUM
Berdasarkan Pasal 3 PP No.12/1998 dinyatakan bahwa terhadap Persero berlaku
prinsip-prinsip sebagaimana diatur dalam UUPT. Oleh karenanya Persero
memiliki status badan hukum.
ORGAN PERSERO
Organ Persero terdiri dari:
1. RUPS
2. Direksi
3. Komisaris
Menteri Keuangan adalah menteri yang mewakili Pemerintah selaku pemegang
saham Negara pada Persero dan dapat memberikan kuasa kepada pihak lain untuk
mewakilinya dalam RUPS.
Dengan Peraturan Pemerintah No.64 tahun 2001 tertanggal 13 September 2001
tentang Pengalihan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada
Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan
Jawatan (PERJAN) kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, maka
kedudukan, tugas dan kewenangan Menteri Keuangan yang mewakili Pemerintah
25
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
26/56
selaku :
1. pemegang saham atau RUPS sebagaimana diatur dalam PP No.12/1998
dan Perseroan Terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Negara
Republik Indonesia;2. Wakil Pemerintah pada Perusahaan Umum (PERUM) sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah No.13 tahun 1998 tertanggal 17 Januari 1998
tentang Perusahaan Umum (PERUM); (PP No.13/1998) dan
3. Pembina Keuangan pada Perusahaan Jawatan (PERJAN) sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah No.6 tahun 2000 tertanggal 21 Februari
2000 tentang Perusahaan Jawatan (PERJAN) (PP No.6/2000);
dialihkan kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, dengan ketentuan
bahwa pengalihan tersebut tidak meliputi :
1. penatausahaan setiap penyertaan modal negara berikut perubahannya kedalam PERSERO/Perseroan Terbatas dan PERUM serta kegiatan
penatausahaan kekayaan negara yang dimanfaatkan oleh PERJAN;
2. pengusulan setiap penyertaan modal negara ke dalam
PERSERO/Perseroan Terbatas dan PERUM, serta pemanfaatan kekayaan
negara dalam PERJAN;
3. pendirian PERSERO, PERUM dan PERJAN;
dimana dalam melaksanakan kedudukan, tugas dan kewenangan tersebut Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara wajib memperoleh persetujuan Menteri
Keuangan terlebih dahulu, dalam hal penggunaan sisa penerimaan PERJAN pada
akhir tahun anggaran.
Persetujuan Menteri Keuangan disyaratkan apabila dalam RUPS mengambil
keputusan untuk:
1. Perubahan jumlah modal;
2. Perubahan anggaran dasar;
3. Rencana pembagian dan penggunaan laba;
4. Penggabungan, peleburan dan pemecahan Persero;
5. Investasi dan pembiayaan jangka panjang;
6. Kerjasama Persero;7. Pembentukan anak perusahaan dan penyertaan;
8. Pengalihan aktiva.
Pengangkatan dan pemberhentian Direksi Persero dilakukan oleh RUPS. Masa
jabatan Direksi Persero adalah 5 tahun dan dapat diangkat kembali. Direksi
bertugas melaksanakan pengurusan Persero untuk kepentingan dan tujuan Persero
serta mewakili Persero baik di dalam maupun di luar pengadilan. Direksi
bertanggung jawab atas pengurusan Persero sesuai dengan ketentuan UUPT.
Pengangkatan dan pemberhentian Komisaris Persero dilakukan oleh RUPS. Masa
jabatan Komisaris Persero adalah 5 tahun dan dapat diangkat kembali.
26
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
27/56
Pengangkatan anggota Komisaris tidak bersamaan waktunya dengan
pengangkatan anggota Direksi. Komisaris melakukan tugas dan kewenangan
sesuai dengan ketentuan UUPT.
Persero yang sehat selama 2 tahun berturut-turut dapat mempersiapkan diri danmengambil langkah-langkah untuk menjadi Persero Terbuka. Terhadap Persero
Terbuka berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
TINDAKAN PERSERO BERHUBUNGAN DENGAN BANK
Persero Sebagai Nasabah
Dalam hal Persero sebagai pemegang rekening (Nasabah Giro) maka tindakan
tersebut diwakili oleh Direksi sesuai anggaran dasar Persero.
Persero Sebagai Peminjam/Penjamin
Dalam hal Persero sebagai Peminjam dan/atau Penjamin maka pada
umumnya persetujuan RUPS/Komisaris tetap diperlukan selama anggaran
dasar mengaturnya.
Disamping itu, sesuai dengan maksud dan tujuan tersebut di atas, dalam
hal investasi dan pembiayaan jangka panjang persetujuan dari Menteri
Keuangan wajib diperoleh terlebih dahulu.
(ii) PERUSAHAAN UMUM (PERUM)
PENGERTIAN
Perusahaan Umum (Perum) adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk
berdasarkan UU No.9/1969 yang seluruh modalnya dimiliki oleh Negara berupa
kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Maksud dan
tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan
umum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus
memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
DASAR HUKUM
PP No. 13 /1998.
STATUS HUKUM
Perum didirikan dengan peraturan pemerintah. Karenanya Perum memperoleh
status badan hukum setelah peraturan pemerintah pendirian Perum berlaku. Sesuai
dengan Undang-undang No.19/Prp/1960 tertanggal 30 April 1960 Perusahaan
Negara adalah badan hukum.
ORGAN PERUM
27
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
28/56
Organ Perum terdiri dari:
1. Direksi
2. Dewan Pengawas
DIREKSI
Kewenangan Bertindak
Direksi bertanggung jawab atas kepengurusan Perum untuk kepentingan dan
tujuan Perum serta mewakili Perum baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Keuangan berdasarkan
usul dari Menteri yang lingkup dan kewenangannya meliputi bidang usaha Perum.
Jumlah anggota Direksi paling banyak 5 orang dan diangkat untuk masa jabatan 5
tahun dan dapat diangkat kembali.
Setiap anggota Direksi berhak mewakili Perum kecuali ditentukan lain dalam
anggaran dasar. Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perum apabila:
1. terjadi perkara di pengadilan antara Perum dengan anggota Direksi;
2. anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang
bertentangan dengan kepentingan Perum.
Anggaran dasar dapat menentukan pembatasan wewenang anggota Direksi dalam
melakukan tindakan tertentu.
DEWAN PENGAWAS
Dewan Pengawas bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat
kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan kepengurusan Perum. Anggota
Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Keuangan berdasarkan
usul dari Menteri yang lingkup dan kewenangannya meliputi bidang usaha Perum.
Jumlah anggota Dewan Pengawas paling sedikit 2 orang dan diangkat untuk masa
jabatan 5 tahun dan dapat diangkat kembali. Pengangkatan Dewan Pengawas tidak
bersamaan waktunya dengan pengangkatan anggota Direksi.
TINDAKAN PERUM BERHUBUNGAN DENGAN BANK
Perum Sebagai Nasabah
Dalam hal Perum sebagai pemegang rekening (Nasabah Giro) maka tindakan
tersebut diwakili oleh anggota Direksi sesuai Anggaran Dasar.
Perum sebagai Peminjam/Penjamin
Tata cara penjualan, pemindahtanganan atau pembebanan atas aktiva tetap Perum
serta penerimaan pinjaman jangka menengah/panjang dan pemberian pinjaman
dalam bentuk dan cara apapun serta tidak menagih lagi dan menghapuskan dari
28
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
29/56
pembukuan piutang dan persediaan barang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
(iii) PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN)
PENGERTIAN
Perusahaan Jawatan (Perjan) adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk
berdasarkan UU No.9/1969 yang seluruh modalnya dimiliki oleh Pemerintah dan
merupakan kekayaan Negara yang dipisahkan serta tidak terbagi atas saham.
Maksud dan tujuan Perjan adalah menyelenggarakan kegiatan usaha yang
bertujuan untuk kemanfaatan masyarakat umum, berupa penyediaan jasa
pelayanan yang bermutu tinggi dan tidak semata-mata mencari keuntungan.
DASAR HUKUM
PP No. 6/2000.
STATUS HUKUM
Perjan didirikan dengan peraturan pemerintah. Karenanya Perjan memperoleh
status badan hukum setelah peraturan pemerintah pendirian Perjan berlaku.
Usulan pendirian Perjan diajukan oleh Menteri yang lingkup tugas dan
kewenangannya meliputi bidang usaha Perjan (Menteri) setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan dan Menteri yang bertanggung jawab di bidang
pendayagunaan aparatur Negara.
Peraturan Pemerintah untuk mendirikan Perjan sekurang-kurangnya memuat:
1. penetapan pendirian Perjan;
2. penetapan besarnya kekayaan Negara yang ada dalam Perjan;
3. anggaran dasar Perjan;
4. penunjukan Menteri yang bertanggung jawab dalam pembinaan teknis
Perjan.
ORGAN PERJAN :
Organ Perjan terdiri dari:
1. Direksi
2. Dewan Pengawas
DIREKSI
Kewenangan Bertindak
Direksi bertanggung jawab atas kepengurusan Perjan untuk kepentingan dan
tujuan Perjan serta mewakili Perjan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri dengan persetujuan
29
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
30/56
Menteri Keuangan. Jumlah anggota Direksi paling banyak 5 orang dan paling
sedikit 3 orang serta diangkat untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat diangkat
kembali.
Menteri menetapkan pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi sertahak dan kewajiban anggota Direksi. Anggota Direksi tidak dibenarkan untuk
memangku jabatan rangkap sebagai berikut:
1. Direktur Utama atau Direktur pada Badan Usaha Milik Negara lainnya
atau perusahaan swasta atau jabatan lainnya yang berhubungan dengan
pengurusan perusahaan;
2. Jabatan struktural dan fungsional dalam instansi/lembaga Pemerintah
Pusat dan Daerah;
3. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar Perjan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya Anggaran dasar Perjan sekurang-kurangnya memuat:
1. nama dan tempat kedudukan Perjan;
2. maksud dan tujuan serta kegiatan pelayanan Perjan;
3. jangka waktu berdirinya Perjan;
4. susunan dan jumlah anggota Direksi serta jumlah anggota Dewan
Pengawas;
5. penetapan tata cara penyelenggaraan rapat Direksi dan/atau Dewan
Pengawas dengan Menteri Keuangan dan Menteri yang bertanggung jawab
dalam pembinaan teknis Perjan.
Direksi wajib menyiapkan Rencana Jangka Panjang yang merupakan rencana
strategis yang memuat sasaran dan tujuan Perjan yang hendak dicapai dalam
jangka waktu 5 tahun. Direksi juga wajib menyiapkan Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan sebagai penjabaran tahunan dari Rencana Jangka Panjang.
Bentuk, isi dan tata cata penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
DEWAN PENGAWAS
Dewan Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap pengurusan Perjanyang dilakukan Direksi mengenai pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan, Rencana Jangka Panjang, ketentuan-ketentuan dalam Peraturan
Pendirian Perjan, ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Anggota
Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Menteri atas persetujuan
Menteri Keuangan. Jumlah anggota Dewan Pengawas disesuaikan dengan
kebutuhan dan paling banyak 5 orang dan diangkat untuk masa jabatan 5 tahun
dan dapat diangkat kembali. Pengangkatan Dewan Pengawas tidak bersamaan
waktunya dengan pengangkatan anggota Direksi.
Dewan Pengawas mempunyai kewajiban:
30
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
31/56
1. memberikan pendapat dan saran kepada Menteri dan Menteri Keuangan
mengenai Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan yang diusulkan
Direksi;
2. mengikuti perkembangan kegiatan Perjan, memberikan pendapat dan saran
kepada Menteri dan Menteri Keuangan mengenai setiap masalah yangdianggap penting bagi pengurusan Perjan;
3. melaporkan dengan segera kepada Menteri dan Menteri Keuangan apabila
terjadi gejala menurunnya kinerja Perjan;
4. melakukan tugas pengawasan lain yang ditetapkan dalam Peraturan
Pendirian Perjan;
5. memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan
Perjan;
6. melakukan hal-hal lain yang dianggap perlu sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pendirian Perjan.
Dewan Pengawas Perjan terdiri dari unsur-unsur pejabat departemen yangmembawahi Perjan, Departemen Keuangan dan departemen/instansi lain yang
kegiatannya berhubungan serta tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan usaha
Perjan.
TINDAKAN PERJAN BERHUBUNGAN DENGAN BANK
Perjan Sebagai Nasabah
Dalam hal Perjan sebagai pemegang rekening (Nasabah Giro) maka tindakan
tersebut diwakili oleh anggota Direksi (Penandatangan pihak-pihak yang ditunjuk
ditetapkan oleh Menteri).
Perjan Sebagai Peminjam/Penjamin
Perjan dapat menerima pinjaman dari bank atas persetujuan Menteri Keuangan.
Pengalihan atau perjanjian dengan pihak ketiga yang menyangkut kekayaan Perjan
yang mengakibatkan pengalihan harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
B.4. KOPERASI
DASAR HUKUM
Undang-undang No.25 tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992 tentang
Perkoperasian (UU Koperasi).
Dengan berlakunya UU Koperasi, maka Undang-undang No.12 Tahun 1967
tentang Pokok-pokok Perkoperasian (UU No.12/1967) dinyatakan tidak
berlaku, namun peraturan pelaksanaan dari UU No.12/1967 dinyatakan masih
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan UU
Koperasi (Pasal 66 UU Koperasi).
PENGERTIAN
31
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
32/56
Menurut Pasal 1 UU Koperasi istilah-istilah di bawah ini mempunyai arti sebagai
berikut:
1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau
badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsipKoperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas
asas kekeluargaan.
2. Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan
koperasi.
3. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
orang-seorang.
4. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan
beranggotakan koperasi primer.
5. Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi koperasi dan kegiatan
perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama
koperasi.
SYARAT PEMBENTUKAN
1. Koperasi Primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang (Pasal 6
ayat 1 UU Koperasi).
2. Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 Koperasi. (Pasal
6 ayat 2 UU Koperasi).
3. Pembentukan koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang memuat
anggaran dasar(Pasal 7 UU Koperasi).
4. Koperasi mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah negara Republik
Indonesia (Pasal 7 ayat 2 UU Koperasi).
ANGGARAN DASAR KOPERASI
Menurut Pasal 8 UU KoperasiAnggaran Dasar Koperasi memuat sekurang-
kurangnya:
1. daftar nama pendiri;
2. nama dan tempat kedudukan;
3. maksud dan tujuan serta bidang usaha;
4. ketentuan mengenai keanggotaan;5. ketentuan mengenai rapat anggota;
6. ketentuan mengenai pengelolaan;
7. ketentuan mengenai permodalan;
8. ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya;
9. ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha;
10. ketentuan mengenai sanksi.
STATUS BADAN HUKUM
1. Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya
disahkan oleh Pemerintah (cq Menteri yang bertanggung jawab di bidang
32
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
33/56
koperasi) (Pasal 9 UU Koperasi).
2. Untuk mendapatkan pengesahan, para pendiri mengajukan permintaan
tertulis disertai akta pendirian Koperasi (Pasal 10 ayat 1 Koperasi).
3. Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) bulan setelah diterimanya permintaan pengesahan (Pasal 10 ayat 1UU Koperasi).
4. Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia. (Pasal 10 ayat 3 UU Koperasi).
5. Pengaturan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pengesahan
atau penolakan akta pendirian dan perubahan anggaran dasar diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 13 UU Koperasi).
KEANGGOTAAN
1. Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa Koperasi
(Pasal 17 ayat 1 UU Koperasi).2. Keanggotaan Koperasi dicatat dalam buku daftar anggota (Pasal 17 ayat 2
UU Koperasi).
3. Yang dapat menjadi anggota Koperasi ialah setiap warganegara Indonesia
yang mampu melakukan tindakan hukum atau koperasi yang memenuhi
persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar(Pasal 18 ayat
1 UU Koperasi).
4. Setiap anggota mempunyai kewajiban (Pasal 20 ayat 1 ayat 2 UU
Koperasi):
(i) mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan yang
telah disepakati dalam rapat anggota;
(ii) berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi;
(iii) mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas
kekeluargaan.
(iv) Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat
anggota;
(v) Memilih dan/atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas;
(vi) Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam anggaran dasar;
(vii) Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar rapat
anggota baik diminta maupun tidak diminta;
(viii) Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara
sesama anggota;
(ix) Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut
ketentuan dalam anggaran dasar.
33
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
34/56
PERANGKAT ORGANISASI
Perangkat organisasi koperasi (Pasal 21 UU Koperasi) terdiri dari :
1. Rapat Anggota;2. Pengurus;
3. Pengawas.
RAPAT ANGGOTA
1. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi
(Pasal 22 ayat 1 UU Koperasi).
2. Rapat Anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam
anggaran dasar(Pasal 22 ayat 2 UU Koperasi).
3. Rapat Anggota menetapkan :
(i) anggaran dasar;
(ii) kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi;
(iii) pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan pengawas;
(iv) rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, serta
pengesahan laporan keuangan;
(v) pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya;
(vi) pembagian sisa hasil usaha;
(vii) penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran koperasi.
(Pasal 23 UU Koperasi)
1. Rapat anggota dilakukan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun (Pasal
26 ayat 1 UU Koperasi).
2. Rapat anggota untuk mengesahkan pertanggungjawaban pengurus
diselenggarakan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku lampau(Pasal 26 ayat 2 UU Koperasi).
3. Selain rapat anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 1 tersebut
di atas, Koperasi dapat melakukan Rapat Anggota Luar Biasa apabila
keadaanmengharuskan adanya keputusan segera yang wewenangnya ada
pada Rapat Anggota (Pasal 27 UU Koperasi).
4. Persyaratan, tata cara dan tempat penyelenggaraan rapat anggota dan rapat
anggota luar biasa diatur dalam anggaran dasar(Pasal 27 UU Koperasi).
PENGURUS
1. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam rapat anggota
34
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
35/56
(Pasal 29 ayat 1 UU Koperasi)
2. Pengurus merupakan pemegang kuasa rapat anggota (Pasal 29 ayat 2 UU
Koperasi)
3. Masa jabatan pengurus paling lama 5 (lima) tahun (Pasal 29 ayat 3 UU
Koperasi)4. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat menjadi anggota pengurus
ditetapkan dalam anggaran dasar(Pasal 29 ayat 5 UU Koperasi)
5. Pengurus bertugas :
(i) mengelola koperasi dan usahanya;
(ii) mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran
pendapatan dan belanja koperasi;
(iii) menyelenggarakan rapat anggota;
(iv) mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;
(v) menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib;
(vi) memelihara daftar buku anggota dan pengurus;
(Pasal 30 ayat 1 UU Koperasi).
KEWENANGAN BERTINDAK PENGURUS
1. Pengurus berwenang :
(i) mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan;
(ii) memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian
anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar;
(iii) melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan
koperasi sesuai dengan tanggungjawabnya dan keputusan rapat anggota.
(Pasal 30 ayat 2 UU Koperasi)
1. Pengurus bertanggungjawab mengenai segala kegiatan pengelolaan
koperasi dan usaha kepada rapat anggota atau rapat anggota luar biasa
(Pasal 31 UU Koperasi)
2. Pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi wewenang dan
kuasa untuk mengelola usaha, dengan ketentuan sebagai berikut :
(i) dalam hal pengurus koperasi bermaksud untuk mengangkat pengelola,
maka rencana pengangkatan tersebut diajukan kepada rapat anggota untuk
mendapat persetujuan;
35
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
36/56
(ii) pengelola bertanggungjawab kepada pengurus;
(iii) pengelolaan usaha oleh pengelola tidak mengurangi tanggungjawab
pengurus.
(iv) Hubunga antar pengelola usaha dengan pengurus koperasi merupakan
hubungan kerja atas dasar perikatan.
(Pasal 32 jo Pasal 33 UU Koperasi)
1. Pengurus, baik bersama-sama, maupun, sendiri-sendiri, menanggung
kerugian yang diderita koperasi, karena tindakan yang dilakukan dengan
kesengajaan atau kelalaiannya. (Pasal 34 ayat 1 UU Koperasi)
2. Di samping penggantian kerugian tersebut, apabila tindakan itu dilakukan
dengan kesengajaan, tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum
untuk melakukan tindakan penuntutan (Pasal 34 ayat 2 UU Koperasi)
PENGAWAS
1. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam rapat anggota
(Pasal 38 ayat 1 UU Koperasi).
2. Pengawas bertanggungjawab kepada rapat anggota (Pasal 38 ayat 2 UU
Koperasi).
3. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota pengawas
ditetapkan dalam anggaran dasar ((Pasal 38 ayat 2 UU Koperasi).
4. Pengawas bertugas :
(i) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan
pengelolaan koperasi;
(ii) membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.
(Pasal 39 ayat 1 UU Koperasi)
KEWENANGAN BERTINDAK PENGAWAS
Pengawas berwenang :
(i) meneliti catatan yang ada pada koperasi;
(ii) mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.
(Pasal 39 ayat 2 UU Koperasi).
TINDAKAN KOPERASI BERHUBUNGAN DENGAN BANK
Koperasi Sebagai Nasabah
36
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
37/56
Untuk menjadi nasabah, Pengurus berwenang mewakili dan secara sah bertindak
untuk dan atas nama Koperasi sesuai anggaran dasar Koperasi.
Koperasi Sebagai Debitur
Pengurus berwenang bertindak untuk dan atas nama Koperasi meminjam uang
sebagai debitur kepada Bank. Dalam hal ini perlu diperhatikan pula ketentuan
anggaran dasar koperasi yang mengatur mengenai hal tersebut. Kemungkinan ada
ketentuan anggaran dasar yang mengatur secara spesifik mengenai peminjaman
uang, misalnya terdapat pembatasan atau keharusan adanya persetujuan dari
pengawas atau rapat anggota untuk keperluan itu.
Koperasi Sebagai Penjamin
Sebagai penjamin, perlu diperhatikan pula ketentuan anggaran dasar koperasi
yang mengatur hal tersebut.
B.5. DANA PENSIUN
DASAR HUKUM
Undang-undang No.11 tahun 1992 tertanggal 20 April 1992 tentang Dana
Pensiun (UU Dapen).
PENGERTIAN
Dana Pensiun atauPension Fundsebenarnya merupakan suatu institusi atau
pranata yang berasal dari sistem hukum Anglo-Amerika.
Pension Fundmerupakan dana yang sengaja dihimpun secara khusus untuk tujuan
memberikan manfaat kepada karyawan pada saat mereka mencapai usia pensiun,
meninggal dunia atau cacat.Dana yang terhimpun ini dikelola dalam suatu
lembaga yang disebut trust sedangkan pengelolanya disebut sebagai trustee.
Trustdi negara asalnya tunduk dan diatur berdasarkan asas common law dan
equity. Dalam sistem ini dikenal 2 (dua) macam sistem pemilikan atas kebendaan
(dual ownership) yaitu legal ownerdan equitable owner.
Seorang trustee merupakan legal ownerdari kekayaan yang diurusnya, sedangkan
beneficiary merupakan equitable owneratas kekayaan yang diurus trustee.
Trustee atau dalam bahasa Indonesia disebut Wali Amanat, memiliki legal title
atau interestdan trustee dapat melakukan semua perbuatan kepemilikan atas
kekayaan tersebut sepanjang menguntungkan beneficiary.
Beberapa ciri dari trust :
1. Harta yang ada dalam trust (trust fund) terpisah dari kekayaan pribadi
37
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
38/56
trustee.
2. Harta trustdapat berubah-ubah, namun dengan ketentuan bahwa
beneficiary tetap memiliki hak;
3. Trustbiasanya dibentuk berdasarkan perjanjian. Apabila trustee melanggar
perjanjian trust (breach of trust), misalnya dengan mengalihkan aset trustkepada pihak ketiga, maka beneficiary sebagai equitableownerdapat
melaksanakan hak-haknya kepada pihak ketiga tersebut.
Di Indonesia dengan UU Dapen bentuk trust ini diadaptasi menjadi Dana Pensiun,
Dana Pensiun mana dapat dijalankan oleh pemberi kerja, perusahaan asuransi atau
bank.
Menurut Pasal 1 ayat 1 UU Dapen, Dana Pensiun adalah badan hukum yang
mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat persiun.
STATUS BADAN HUKUM
Dana Pensiun memiliki status sebagai badan hukum dengan syarat dan tata cara
yang diatur dalam UU Dapen (Pasal 3 UU Dapen).
JENIS DANA PENSIUN
Dana Pensiun terdiri dari 2 jenis:
1. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan
2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
DPPK
DPPK adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang
mempekerjakan karyawan selaku pendiri, untuk menyelenggarakan Program
Pensiun Manfaat Pasti atau Program Pensiun Iuran Pasti, bagi kepentingan
sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta, dan yang menimbulkan
kewajiban terhadap pemberi kerja. (Pasal 1 ayat 2 UU Dapen).
PEMBENTUKAN DAN TATA CARA PENGESAHAN
1. Pembentukan didasarkan pada :
(i) pernyataan tertulis pendiri yang menyatakan keputusannya untuk
mendirikan Dana Pensiun dan memberlakukan peraturan Dana Pensiun;
Hal tersebut disebabkan karena pendirian Dana Pensiun dikaitkan dengan
kemampuan pendiri / pemberi kerja untk secara jangka panjang memenuhi
kewajibannya terhadap Dana Pensiun. Dengan mendirikan Dana Pensiun berarti
akan timbul suatu kewajiban pada pemberi kerja untuk wajib membayar iuran
sejumlah yang telah disepakatinya kepada Dana Pensiun selama Dana Pensiun
tersebut berada. Selain itu, sekalipun karyawan turut juga membayar iuran ke
38
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
39/56
dalam Dana Pensiun, akan tetapi iuran karyawan sepenuhnya tergantung dari
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang berupa pembayaran
gaji sekaligus juga di dalamnya termasuk pula iuran.
(ii) peraturan Dana Pensiun yang ditetapkan oleh Pendiri;
(iii) penunjukan pengurus, dewan pengawas dan penerima titipan.
1. Ketentuan mengenai hal-hal yang wajib dimuat dalam peraturan Dana
Pensiun tersebut serta tata cara perubahannya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
2. Pendiri mengajukan permohonan pengesahan DPPK kepada Menteri
Keuangan dengan melampirkan dokumen terkait sebagaimana diatur
dalam Pasal 6 ayat 1 UU Dapen.
3. Dana Pensiun memiliki status sebagai badan hukum dan dapat memulai
kegiatannya sebagai suatu Dana Pensiun sejak tanggal pengesahan MenteriKeuangan (Pasal 7 ayat 1 UU Dapen).
4. Pengurus wajib mengumumkan pembentukkan Dana Pensiun dengan
menempatkan keputusan Menteri Keuangan tentang pengesahan atas
peraturan Dana Pensiun pada Berita Negara Republik Indonesia (Pasal 7
ayat 2 UU Dapen).
5. Setiap perubahan Peraturan Dana Pensiun harus mendapat pengesahan dari
Menteri Keuangan. Proses pengesahan perubahan Peraturan Dana Pensiun
tersebut adalah sama dengan proses pengesahan peraturan Dana Pensiun.
Menteri Keuangan juga dapat menolak pengesahan perubahan peraturan
Dana Pensiun, misalnya apabila ternyata perubahan tersebut
mengakibatkan pertentangan dengan ketentuan yang berlaku, maka
pengesahan perubahan tersebut juga harus dicatat dalam daftar yang
diperuntukkan untuk itu dan ditempatkan dalam Berita Negara RI (Pasal 9
UU Dapen).
STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi DPPK terdiri dari:
1. Pengurus dan
2. Dewan Pengawas.
PENGURUS
1. Pengurus dalam Dana Pensiun memegang peranan yang sangat sentral,
yaitu bahwa pengurus bertanggungjawab atas pelaksanaan peraturan Dana
Pensiun, pengelolaan Dana Pensiun, melakukan tindakan hukum untuk dan
atas nama Dana Pensiun serta mewakili Dana Pensiun di dalam dan di luar
Pengadilan (Pasal 3 ayat 3 UU Dapen).
2. Untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
ketentuan dalam Dana Pensiun, pengelolaan Dana Pensiun, pengelolaan
investasi dan menjamin keamanan kekayaan Dana Pensiun, pengurus dapat
39
7/27/2019 Materi Hukum Perusahaan Badan
40/56
mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga (Pasal 11 UU Dapen).
3. Secara lebih detil, kewajiban pengurus Dana Pensiun diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Pemerintah No.76 tahun 1992 tentang DPPK (PP
No.76/1992).
4. Pengurus, masing-masing atau bersama-sama, bertanggungjawab secarapribadi atas segala kerugian yang timbul pada kekayaan Dana Pensiun
akibat tindakan pengurus yang melanggar atau melalaikan tugas dan/atau
kewajibannya sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun dan
peraturan perundang-undangan tentang Dana Pensiun, serta wajib
mengembalikan kepada Dana Pensiun segala kenikmatan yang diperoleh
atas atau dari kekayaan Dana Pensiun secara melawan hukum (Pasal 21
PP No.76/1992).
DEWAN PENGAWAS
1. Keanggotaan Dewan Pengawas terdiri dari wakil pemberi kerja dan pesertadengan jumlah yang sama (Pasal 12 ayat 1 UU Dapen)
2. Anggota Dewan Pengawas diangkat oleh pendiri (Pasal 12 ayat 2 UU
Dapen)
3. Tugas dan wewenang Dewan Pengawas:
(i) melakukan pengawasan atas pengelolaan Dana Pensiun oleh pengurus;
(ii) menyampaikan laporan tahunan secara tertulis atas hasil pengawsannya
kepada pendiri dan salinannya diumumkan agar peserta mengetahuinya.
(Pasal 12 UU Dapen)
1. Secara lebih detil, kewajiban Dewan Pengawas Dana Pensiun diatur lebih
lanjut dalam PP No.76/1992.
DPLK
DPLK adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh Bank atau perusahaan asuransi
jiwa untuk menyelenggarakan Program Iuran Pasti bagi perorangan, baik
karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun Pemberi
Kerja baik bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan (Pasal 1 ayat 4UU Dapen).
PEMBENTUKAN DAN TATA CARA PENGESAHAN
1. DPLK hanya dapat menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti
(Pasal
Top Related