Asuhan Keperawatan Pada Ibu dengan Resiko Tinggi
dan Komplikasi Selama Periode Perinatal
Disusun oleh :
Kelompok 6
Anggun Makyana 04101003033
Dewi Ayu Puspitasari 04101003012
Dewi Ismarina 04101003036
Dian Kusuma Putri 04101003032
Felia Nur Fitrianti 04101003002
Mifta Hussaadah 04101003027
Nurjana Rachmawati 04101003009
Puteri Pratiwi 04101003026
Riza Umami 04101003004
Syofwatun Ngulya 04101003025
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
TA. 2012/2013
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas seizin-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Dalam makalah ini ,kami membahas berbagai masalah yang terjadi pada ibu hamil baik dalam
masa prenatal, intranatal maupun postnatal beserta asuhan keperawatannya. Karena itu kami susun
makalah ini dengan judul Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Resiko Tinggi dan
Komplikasi Selama Periode Perinatal.
Kami sangat menyadari segala kekurangan yang sangat mungkin ada dalam penulisan makalah ini
,untuk itu kami sangat mengharapkan saran maupun kritik guna membangun penulisan makalah
yang lebih baik di waktu selanjutnya. Atas perhatian pembaca ,kami mengucapkan terimakasih.
Semoga bermanfaat.
Palembang, 24 April 2013
Penulis
(Kelompok 6)
Daftar Isi
Bab. I Pendahuluan ....................................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang .................................................................................................................................... 4
1.2. Tujuan ................................................................................................................................................ 5
1.3. Manfaat .............................................................................................................................................. 5
1.4. Rumusan masalah .............................................................................................................................. 5
Bab.II Pembahasan........................................................................................................................................ 6
2.1. Gangguan pada Masa Prenatal (Kehamilan) ...................................................................................... 6
2.1.1. Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus ............................................................................................ 6
2.1.2. Ibu dengan Preeklamsi .................................................................................................................... 7
2.1.3. Masalah Abruptio Plasenta ......................................................................................................... 9
2.2.Gangguan pada Masa Intranatal (Persalinan) .................................................................................. 10
2.2.1.Masalah Emboli Cairan Ketuban ............................................................................................... 10
2.2.2.Ibu dengan Ekstraksi Vakum ..................................................................................................... 11
2.2.3.Ibu dengan Ketuban pecah dini .................................................................................................. 11
2.3. Gangguan pada Masa Postnatal (Postpartum/Nifas) ...................................................................... 12
2.3.1.Ibu dengan Infeksi Puerpuralis .................................................................................................. 12
2.3.2.Ibu dengan Hemorragia Postpartum .......................................................................................... 14
2.4.Asuhan Keperawatan Periode Perinatal ............................................................................................ 15
2.4.2.Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan Preeklamsi .......................................................... 15
2.5..Asuhan Keperawatan Pada Periode Intranatal ................................................................................ 21
2.5.1.Asuhan Keperawatan Ibu dengan Ketuban pecah dini .............................................................. 21
2.6.Asuhan Keperawatan Periode Postnatal .......................................................................................... 24
2.6.1.Asuhan Keperawatan Ibu dengan Hemoragia postpartum ......................................................... 24
Bab.III Penutup ........................................................................................................................................... 29
3.1.Kesimpulan ........................................................................................................................................ 29
3.2.Saran ................................................................................................................................................. 29
Daftar Pustaka
Bab. I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu masa yang sangat membahagiakan bagi suatu keluarga
terutama bagi ibu hamil itu sendiri. Semua ibu hamil tentu menginginkan kehamilan maupun
persalinannya berjalan dengan lancar . Namun ,tak dapat dihindari, banyak masalah yang terjadi
yang dapat menjadi penyulit dalam masa perinatal, baik kehamilan, persalinan maupun masa
nifas. Berbagai penyulit ini bahkan dapat menjadi masalah serius yang dapat mengancam nyawa
ibu.
Gangguan dan penyulit pada kehamilan umumnya ditemukan pada kehamilan resiko
tinggi. Yang dimaksud dengan kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang
dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan
kehamilan persalinan dan nifas normal. Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat
bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin. Jika ibu sehat dan
didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahanbahan organis dalam jumlah yang cukup,
maka pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan akan berjalan baik. (Roeshadi,
2004)
Dalam kehamilan, plasenta akan befungsi sebagai alat respiratorik, metabolik, nutrisi,
endokrin, penyimpanan, transportasi dan pengeluaran dari tubuh ibu ke tubuh janin atau
sebaliknya. Jika salah satu atau beberapa fungsi di atas terganggu, maka janin seperti tercekik,
dan pertumbuhannya akan terganggu.
Demikian juga bila ditemukan kelainan pertumbuhan janin baik berupa kelainan bawaan
ataupun kelainan karena pengaruh lingkungan, maka pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
kandungan dapat mengalami gangguan.
Menurut penelitian telah diketahui bahwa umur reproduksi sehat pada seorang wanita
berkisar antara 20-30 tahun, artinya ; melahirkan setelah umur 20 tahun jarak persalinan sebaiknya
2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur 30 tahun. Berarti anak cukup 2-3 orang. Telah
dibuktikan bahwa kelahiran ke empat dan seterusnya akan meningkatkan kematian ibu dan janin.
(Roeshadi, 2004)
Penyakit yang diderita ibu baik sejak sebelum hamil ataupun sesudah kehamilan, seperti :
penyakit paru, penyakit jantung sianotik, penyakit ginjal dan hipertensi, penyakit kelenjar endokrin
( gondok , diabetes mellitus, penyakit hati ), penyakit infeksi ( virus, bakteri parasit ), kelainan
darah ibu-janin ataupun keracunan obat dan bahan-bahan toksis, juga merupakan penyabab yang
mengakibatkan terjadinya gangguan dan penyulit pada kehamilan.
Disamping itu, kehamilan sendiri dapat menyebabkan terjadinya penyakit pad ibu hamil.
Penyakit yang tergolong dalam kelompok ini antara lain : toksemia gravidarum ( keracunan hamil),
perdarahan hamil tua yang disebabkan karena plasenta previa ( plasenta menutupi jalan lahir ), dan
solusio plasenta ( plasenta terlepas sebelum anak lahir ). Penyebab kematian ibu bersalin di
Indonesia masih di dominasi oleh perdarahan, infeksi dan toksemia gravidarum.
Adapun peran perawat sangat dibutuhkan untuk meminimalisir masalah-masalah yang
terjadi selama periode perinatal. Keprofesionalan perawat dituntut untuk menjadikan asuhan
keperawatan yang sempurna yang dapat membantu ibu hamil melewati masa sulitnya.
1.2. Tujuan
Dengan penulisan makalah ini mahasiswa Ilmu Keperawatan diharapkan dapat menambah
pengetahuannya mengenai komplikasi yang terjadi selama masa perinatal ,baik mengetahui
konsep dasar dan etiologinya maupun bagaimana melakukan asuhan keperawatannya.
1.3. Manfaat
Makalah ini dapat menjadi sarana dalam proses belajar- mengajar.
1.4. Rumusan masalah
Adapun materi yang akan kami sampaikan dalam makalah ini ,antara lain :
1. Periode Prenatal
a. Ibu dengan diabetes mellitus
b. Ibu dengan Preeklamsi
c. Abruptio plasenta
2. Periode Intranatal
a. Ibu hamil dengan emboli cairan ketuban
b. Ibu dengan Ekstraksi vakum
c. Ibu dengan Ketuban pecah dini
3. Periode Postnatal
a. Ibu dengan Infeksi puerperalis
b. Ibu dengan Hemorragia postpartum
4. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan Preeklamsi
5. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan Ketuban pecah dini
6. Asuhan keperawatan pada ibu dengan Hemorragia postpartum
Bab.II
Pembahasan
2.1. Gangguan pada Masa Prenatal (Kehamilan)
2.1.1. Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus
A. Definisi
Diabetes Melitus Gestasional ( DMG ) / Diabetes dalam kehamilan adalah suatu
intoleransi karbohidrat ringan ( Toleransi Glukosa Terganggu ) maupun berat ( Diabetes
Melitus ) yang terjadi. (Kamal, 2011).
B. Etiologi
Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya
jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa
melewati membran sel.
C. Faktor Resiko
Hal-hal yang menjadi faktor resiko pada diabetes melitus adlah sebagai berikut (Mitayani,
2011).
1. Riwayat keluarga dengan DM.
2. Glukosuria dua kali berturut-turut.
3. Kegemukan.
4. Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan).
5. Adanya hidramnion.
6. Kelahiran anak sebelumnya besar.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dirasakan dapat berupa : polidipsi, poliuri, polifagi, penurunan
berat badan, lemah, mengantuk (somnolen), dan dapat timbul ketoasidosis.
Pengaruh diabetes pada kehamilan adalah sebagai berikut.
1. Hiperemis gradivarum.
2. Pemakaian glikogen bertambah.
3. Meningkatnya metabolisme basal.
Pengaruh diabetes pada bayi yang dilahirkan adalah sebagai berikut.
1. Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus.
2. Cacat bawaan.
3. Dismaturitas.
4. Janin besar.
5. Kelainan neurologis
Efek Yang Ditimbulkan Akibat Diabetes Melitus Gestasional (Kamal, 2011) :
1. Preeklampsia ( naiknya tekanan darah dalam kehamilan )
2. Polihidramnion ( jumlah air ketuban banyak )
3. Meningkatkan persalinan dengan bedah cesar akibat bayi besar
4. Bayi kuning akibat perusakan sel darah merah yang berlebihan
5. Bayi lahir premature
2.1.2. Ibu dengan Preeklamsi
A. Pengertian
Preeklampsi adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema, atau
keduanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul
lebih awal. (Mitayani, 2011).
B. Etiologi :
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah iskemia
plasenta. faktor resiko preeklampsia antara lain :
1. Primigravida, terutama primigravida tua dan primigravida muda
2. Kelompok social ekonomi rendah
3. Hipertensi essensial
4. Penyakit ginjal kronis
5. DM (Diabetes Melitus)
6. Multipara
7. Polihidramnion
8. Obesitas
9. Riwayat preeklampsia pada kehamilan yang lalu dalam keluarga
C. Manifestasi Klinis :
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia, yaitu hipertensi dan proteinuria yang
biasanya tidak disadari oleh wanita hamil.
Penyebab dari kedua masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah dimana tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang
terus-menerus menunjukkan keadaan abnormal.
2. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan preeklampsia dan bahkan
kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan merupakan tanda pertama preeklampsia pada
sebagian wanita. Peningkatan BB normal adalah 0,5 kg per minggu. Bila 1 kg dalam
minggu, maka kemungkinan terjadinya preeklampsi harus dicurigai. Peningkatan berat
badan terutama disebabkan karena retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum
timbul gejala edema yang terlihat jelas seperti kelopak mata bengkak atau jaringan tangan
yang membesar.
3. Proteinuria
Pada preeklampsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif dua atau tidak
sama sekali. Pada kasus berat, proteinuria dapat ditemukan dan dapat mencapai 10 g/dl.
Proteinuria hamper selalu timbul kemudian dibandingkan hipertensi dan kenaikan BB yang
berlebihan.
Gejala-gejala subjektif yang dirasakan pada preeklampsia adalah sebagai berikut:
1. Nyeri kepala
Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital, serta tidak sembuh dengan
pemberian analgetik biasa.
2. Nyeri epigastrum
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat. Keluhan ini
disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar akibat edema atau perdarahan,
3. Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme aterial, iskemia dan
edema retina dan pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasia retina.
D. Komplikasi :
Bergantung pada derajat preeklampsia yang dialami. Yang termasuk komplikasi antara lain
1. Pada ibu
a. Eklampsia
b. Solusio plasenta
c. Perdarahan subskapula hepar
d. Kelainian pembekuan darah (DIC)
e. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, dan low platelet count)
f. Ablasio retina
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian
2. Pada janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b. Prematur
c. Asfeksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan pperinatal.
2.1.3. Masalah Abruptio Plasenta
A. Definisi
Abruptio plasenta adalah pelepasan sebagian atau keseluruhan plasenta dari uterus selama
kehamilan dan persalinan. (Chapman, 2003)
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Mekanisme terjadinya abrupsio plasenta tidak diketahui, beberapa faktor yang dapat
meningkatkan terjadinya abrupsio plasenta telah terindentifikasi, diantaranya adalah
wanita hamil yang mengkonsumsi yang merupakan penyebab utama dari abrupsio
plasenta. Faktor resiko lain adalah pada wanita hamil yang merokok, kehamilan kedua atau
lebih, tali pusat yang pendek, serta trauma abdominal.
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari abrupsio plasenta ada empat, yaitu :
1. Perdarahan per vaginam atau perdarahan yang tersembunyi di belakang plasenta.
2. Uterus menjadi lunak atau lembek.
3. Aktivitas uterus berlebihan tanpa relaksasi di antara keduanya.
4. Nyeri abdomen.
Dua tipe utama dari kasus abrupsio plasenta adalah sebagai berikut.
1. Abrupsio plasenta dengan perdarahan tertutup, yang berarti perdarahan terjadi di
belakang plasenta, tetapi memiliki batas tegas karena posisi hematom.
2. Abrupsio plasenta dengan perdarahan terbuka, yaitu perdarahan yang terlihat ketika
pemisahan atau pemotongan membran juga lapisan endometrium dan darah mengalir
keluar melalui vagina. Perdarahan yang terlihat tak selalu sama jumlahnya dengan
jumlah darah yang hilang. Tanda-tanda syok (takikardi, hipertensi, pucat, demam, dan
berkeringat) mungkin akan timbul ketika sedikit atau tidak ada perdarahan luar yang
muncul.
2.2.Gangguan pada Masa Intranatal (Persalinan)
2.2.1.Masalah Emboli Cairan Ketuban
A. Definisi
Suatu kondisi yang mengancam kehidupan yang terjadi disaat cairan amnion memasuki
sirkulasi ibu dan selanjutnya mencapai kapiler di paru-paru.( Chapman, 2003).
B. Etiologi
1. Lepasnya bagian pinggir plasenta, robekan uterus, atau serviks yang menimbulkan
kebocoran.
2. Persalinan yang kuat, yang diinduksi dengan oksitoksin yang berlebihan yang
menyebabkan tekanan yang kuat.
Tanda dan gejala embolisme cairan amnion (Fahy,2001 dalam Chapman, 2003)
Tanda/gejala % ibu
Hipotensi (syok) 100
Gawat janin (bila belum
dilahirkan)
100
Edema paru atau sindrom distress
pernapasan dewasa
93
Henti kardiopulmoner 86
Sianosis 83
Koagulopati 83
Dispnea (napas susah atau sesak) 49
Kejang 48
2.2.2.Ibu dengan Ekstraksi Vakum
A. Definisi
Suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum)
pada kepalanya.Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse. (Mitayani ,2011)
B. Indikasi
1. Ibu dengan tujuan mempersingkat kala II,misalnya ibu dengan penyakit jantung
kompensansi, penyakit paru-paru fibrotik, dilakukan pada :
a. kala II yang memanjang;
b. pada saat ibu merasa lebih dan tidak mampu mengejan dengan efektif .
2. Janin : gawat janin.
Memutar presentasi oksiput posterior menjadi oksiput anterior.
C. Komplikasi
1. Ibu
a. trauma jalan lahir
b. infeksi
c. perdarahan
2. Janin.
a. Ekskoriasi kulit kepala.
b. Sefalhematona.
c. Subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat diabsorpsi tubuh janin.bagi janin yang
mempunyai fungsi hepar yang belum matur,dapat menimbulkan ikterus
neonatorum yang agak berat.
2.2.3.Ibu dengan Ketuban pecah dini
A .Definisi
Ketuban pecah dini yaitu pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum memulai persalinan
yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilan mencapai 37
minggu dengan atau tanpa kontraksi.(Hossam,1992 dalam Mitayani ,2011)
B. Etiologi
1. Trauma, amniosinesis, pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual
2. Peningkatan tekanan intrauterus, kehamilan kembar atau polihidromnion
3. Infeksi vagina, serviks atau karioamniolotis streptokokus , serta bakteri vagina
4. Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah / selaput terlalu tipis
5. Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi
6. Kelainan pada serviks atau alat genitalia seperti ukuran serviks yang pendek(
8. Defisiensi nutrisi
C. Manifestasi klinis
Terjadi karioamnionitis. dapat diketahui dari terjadinya infeksi. Mula-mula terjadinya
takikardi pada janin. Kemudian terjadi pada ibu. Jika ibu demam maka diagnosis
karioamnionitis dapat ditegakkan dan diperkuat dengan terlihat adanya pus dan bau pada
secret. Pembuktiannya dengan menggunakan speculum steril guna melihat kumpulan cairan
amnion disekitar serviks atau dapat dilihat langsung dengan cairan amnion yang keluar melalui
vagina.
Resiko infeksi pada ketuban pecah dini tinggi sekali. Disebabkan oleh organism yang ada
divagina seperti E,coli, streptokokus fastafis, streptokokus B. Hemolitikus, proteus, klebsiela,
pseudomonas, stafilokokus. Jika terdapat karioamnionitis , diberi antibiotic dan akan lebih
baik jika diberikan melalui intravena. Antibiotic yang paling efektif yaitu gentasimin,
cepalosporine, dan ampiciline.
2.3. Gangguan pada Masa Postnatal (Postpartum/Nifas)
2.3.1.Ibu dengan Infeksi Puerpuralis
A. Definisi
Infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktusgenitalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 380C atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama. (Mitayani,
2011)
Istilah infeksi puerperium dapat dibagi dalam dua golongan berikut.
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
2. Penyebaran melalui vena, saluran limfe (sistemik), dan melalui permukaan
endometrium.
B. Etiologi
Melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen yang kebanyakan merupakan flora
normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Bentuknya bisa berupa kuman
anaerob, biasanya berupa kokus gram positif, seperti: streptokokus, bakteriode, dan
klostridium. Bisa juga berbentuk kuman aerob bakteri gram positif dan E.Coli. selain itu,
dapat juga diakibatkan oleh streptokokus hemolitikus aerobikus dan stafilokokus aureus.
C. Faktor resiko
Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti perdarahan, anemia,
nutrisi buruk, status sosial ekonomi rendah, dan imunosupresi.
1. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama.
2. Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perluakaan pada jalan lahir.
3. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.
D. Manifestasi Klinis
Infeksi nifas dibagi atas dua golongan.
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
a. Infeksi perineum, vulva, dan serviks.
Tanda dan Gejala
1) Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria dengan atau tanpa distensi
urine.
2) Jahitan luka mudah lepas, merah, dan bengkak.
3) Bila getah radangbisa keluar, biasanyakeadaan tidak berat, suhu sekitar 380C,
dan nadi kurang dari 100 kali per menit.
4) Bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam
bisa meningkat hingga 39-40 0C, kadang-kadang disertai menggigil.
b. Endometriosis
1) Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah sisa plasenta dan selaput
ketuban yang disebut lokiametra.
2) Pengeluaran lokia bisa banyak/sedikit, kadang-kadang berbau/tidak, lokia
berwarna merah/cokelat.
3) Suhu badan meningkat mulai 48 jam postpartum, sering kali dengan pola gigi
gergaji (38,5-40 0C), menggigil, nadi biasanya sesuai dengan kurva suhu tubuh.
4) Sakit kepala, sulit tidur, dan anoreksia.
5) Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, his susulan
biasanya sangat mengganggu.
6) Leukositosis dapat berkisar antara 10.000-13.000/mm3.
2. Penyebaran dari tempat-tempat infeksi melalui vena-vena jalan limfe dan permukaan
endometrium.
a. Septikemia dan piemia.
1) Pada septikemia, dari permulaan ibu sudah sakit dan lemah sampai 3 hari
postpartum suhu meningkat dengan cepat. Biasanya disertai menggigil suhu
39-40 0C. Keadaan umum cepat memburuk, nadi sekitar 140-160 kali per
menit atau lebih, juga ibu dapat meninggal dalam 6-7 hari postpartum.
2) Pada ibu dengan piemia, ciri khasnya adalah suhu tinggi disertai menggigil
yang terjadi berulang-ulang. Suhu meningkat dengan cepat disertai
menggigil, kemudian suhu turun dan lambat laun timbul gejala abses paru,
pneumonia, dan pleuritis.
b. Peritonitis.
1) Pada umumnya terjadi peningkatan suhu, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri, serta ada defensif muskuler. Muka ibu mula-mula
kemerahan, kemudian menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, serta
terdapat facishipocratica.
2) Pada peritonitis yang terdapat di daerah pelvis, gejala tidak seberat
peritonitis umum ibu demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap
baik. Bisa terdapat pembentukan abses.
c. Selulutis pelvis
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kir atau kanan.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus.
Dalam keadaan ini, suhu yang mula-mula tinggi menetap menjadi naik turun
disertai menggigil. Ibu tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
2.3.2.Ibu dengan Hemorragia Postpartum
A. Definisi
Hemoragia postpartum adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama
setelah lahirnya bayi (William, 1981 dalam Mitayani,2011).
Perdarahan postpartum dibagi 2:
1. Perdarahan postpartum awal (sampai 24 jam pacsa kelahiran).
2. Perdarahan postpartum lambat (28 jam pasca kelahiran).
B. Etiologi
1. Trauma jalan lahir.
a. Kegiatan kompresi pembuluh darah tempat implantasi plasenta.
b. Miometrium hipotonia.
c. Retensi sisa plasenta.
d. Gangguan koagulasi.
C. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor predisposisi sbb :
1. Kelahiran besar.
2. Kelainan forsep tengah.
3. Rotasi forsep.
4. Kelahiran sebelum pembukaan serviks lengkap.
5. Insisi serviks.
6. Kelahiran pervaginam.
7. Post-seksio caesarea.
8. Insisi uterus lain.
D. Tanda Klinis
Pengaruh perdarahan bergantung pada hal-hal berikut :
1. Volume darah yang ada sebelum kehamilan.
2. Besarnya hipovolemi akibat kehamilan.
3. Tingkat anemia waktu kelahiran.
Tanda klinis perdarahan postpasrtum antara lain :
1. Hipovolemi yang berat, hipoksia, takipnea, dyspnea, asidosis, dan sianosis.
2. Kehilangan darah dalam jumlah besar.
3. Distensi kavum uterus.
2.4.Asuhan Keperawatan Periode Perinatal
2.4.2.Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan Preeklamsi
Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan terhadap ibu preeklampsia antara lain :
1. Identitas umum ibu
2. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
1) Kemingkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebalum hamil
2) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklampsia pada kehamilan ter dahulu
3) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas
4) Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal
2) Terasa sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium
3) Gangguan virus: penglihatan kabur, skotoma, dan diplopia
4) Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan
5) Gangguan serebral lainnya: terhuyung-0huyung, refleks tinggi, dan tidak tenang
6) Edema pada ekstremitas
7) Tengkuk terasa berat
8) Kenaikan BB mencapai 1 kg seminggu
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kemingkianan mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia dalam keluarga
d. Riwayat perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau di atas 35
tahun.
3. Pemeriksaaan fisik biologis
Keadaan umum : lemah
Kepala : sakit kepala, wajah edema
Mata : konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina
Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual, dan
muntah.
Ekstremitas : edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari
Sistem pernafasan : hiper refleksia, klonus pada kaki
Genitourinaria : oliguria, proteinuria
Pemeriksaaan janin : bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin
melemah
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita
hamil adalah 12-14 gr %)
b) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol %)
c) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3)
2) Urinalisis
Ditemukan protein dalam urin
a) Pemeriksaan fungsi hati
9) Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl)
10) LDH (laktat dehidrogenase) meningkat
11) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul
12) Serum glutamate pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45 u/ml)
13) Serum glutamate oxaloacetic transaminase (SGOT) meningkat (N=< 31 u/l)
14) Total protein serum menurun (6,7-8,7 g/dl)
b) Tes kimia darah
Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)
b. Radiologi
c) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrauterus. Pernafasan intrauterus lambat,
aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
d) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung bayi lemah
c. Data sosial ekonomi
Preeklampsia berat lebih banyak terjadi pada wanita golongan ekonomi rendah, karena
mereka kurang mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan juga kurang
melakukan perawatan antenatal yang teratur.
d. Data psikologis
Biasanya ibu preeklampsia ini berada dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu
khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, dia takut nanti
anaknya lahir cacat atau meninggal dunia sehingga ia takut untuk melahirkan.
Diagnosis Keperawatan :
Setelah data terkumpul dan kemudian dianalisis, sehingga diagnosis yang mungkin
ditemukan pada ibu preeklampsia berat adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan dengan penurunan tekanan
osmotic, perubahan permeabilitas, pembuluh darah.
2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan hipovolemi atau penurunan aliran
balik vena.
3. Resiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke
plasenta.
4. Resiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan adanya masalah sirkulasi,
peningkatan tekanan darah
5. Resiko cedera pada ibu yang berhubungan dengan edema/ hipoksia jaringan, kejang
tonik klonik.
6. Nyeri epigastrik yang berhubungan dengan peregangan kapsula hepar.
Perencanaan :
Perencanaan keperawatan merupakan tugas lanjut dari perawatan setelah mengumpulkan
data yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ibu sesuai dengan pengkajian yang telah
dilakukan.
Pada tahap ini ditetapkan tujuan dan alternative tindakan yang akan dilakukan pada tahap
implementasi dalam upaya memecahkan masalah atau mengurangi masalah ibu.
Berikut ini akan diuraikan rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan
kemungkinan diagnosis yang telah dijelaskan sebelumnya.
1. Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan dengan penurunan tekanan
osmotik, perubahan permeabilitas pembuluh darah, serta retensi sodium dan air.
Tujuan : volume cairan kembali seimbang
Rencana tindakan :
a. Pantau dan catan intake dan output setiap hari
Rasional : dengan memantau intake dan output diharapkan dapat diketahui adanya
keseimbangan cairan dan dapat diramalkan keadaan dan kerusakan glomerulus.
b. Pemantauan tanda-tanda vital, catat waktu pengisian kapiler (Capillary Refill Time-
CRT)
Rasional : dengan memantau tanda-tanda vital dan pengisian kapiler dapat dijadikan
pedoman untuk penggantian cairan atau menilai respon dari kardiovaskular.
c. Memantau atau membimbing berat badan ibu
Rasional : dengan memantau berat badan ibu dapat diketahui berat badan yang
merupakan indikator yang tepat untuk menentukan keseimbangan cairan.
d. Observasi keadaan edema
Rasional : keadaan edema merupakan indikator keadaan cairan dalam tubuh.
e. Berikan diet rendah garam sesuai hasil kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional : diet rendah garram akan mengurangi terjadinya kelebihan cairan.
f. Kaji distensi vena jugularis dan perifer
Rasional : retensi cairan yang berlebihan dapat dimanifestasikan dengan pelebaran
vena jugularis dan edema perifer.
g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti diuretic
Rasional : diuretic dapat meningkatkan filtrasi glomerulus dan menghambat
penyerapan sodium dan air dalam tubulus ginjal.
2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan hipovolemi atau penurunan aliran
balik vena.
Tujuan : agar curah jantung kembali normal.
Rencana tindakan :
a. Pemantauan nadi dan tekanan darah
Rasional : dengan memantau nadi dan tekanan darah dapat melihat peningkatan volume
plasma, relaksasi vaskuler dengan penurunan tahanan perifer.
b. Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi miring kiri
Rasional : meningkatkan aliran balik vena, curah jantung dan perfusi ginjal.
c. Pemantauan parameter hemodinamik invasive (kolaborasi)
Rasional : memberikan gambaran akurat dari perubahan vascular dan volume cairan.
Konstruksi vaskular yang lama,peningkatan dan hemokonsentrasi, serta perpindahan
cairan menurunkan curah jantung.
d. Berikan obat antihipertensi sesuai kebutuhan berdasarkan kolaborasi dengan dokter
Rasional : obat anti hipertensi bekerja secara langsung pada arteriol untuk
meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskuler dan membantu meningkatkan suplai
darah.
e. Pemantauan tekanan darah dan obat hipertensi
Rasional : mengetahui efek samping yang terjadi seperti takikardi, sakit kepala, mual,
muntah, dan palpitasi.
3. Resiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke
plasenta.
Tujuan : agar cedera tidak terjadi pada janin.
Rencana tindakan :
a. Istirahatkan ibu
Rasional : dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolisme tubuh menurun dan
peredaran darah ke plasenta menjadi adekuat, sehingga kebutuhan oksigen untuk janin
dapat dipenuhi.
b. Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri
Rasional : dengan tidur miring ke kiri diharapkan vena kava yang di bagian kanan tidak
tertekan oleh uterus ysng membesarr, sehingga aliran darah ke plasenta menjadi lancar.
c. Pantau tekanan darah ibu
Rasional : dengan memantau tekanan darah ibu dapat diketahui keadaan aliran darah ke
plasenta seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke plasenta berkurang, sehingga suplai
oksigen ke janin berkurang.
d. Memantau bunyi jantung ibu
Rasional : dengan memantau denyut jantung janin dapat diketahui keadaan jantung janin
lemah atau menurun menandakan suplai oksigen ke plasenta berkurang, sehingga dapat
direncanakan tindakan selanjutnya.
e. Beri obat hipertensi setelah kolaborasi dengan dokter
Rasional : dengan obat antihipertensi akan menurunkan tonus arteri dan menyebabkan
penurunan afterload jantung dengan vasodilatasi pembuluh darah, sehingga tekanan darah
turun. Dengan menurunnya tekanan darah, maka aliran darah ke plasenta menjadi adekuat.
Implementasi Keperawatan :
Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan yang nyata untuk
mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangya atau hilangnya masalah ibu. Pada
tahap implementasi ini terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan,
menuliskan atau mendokumentasikan rencana keperawatan, serta melanjutkan
pengumpulan data.
Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup mendetail dan jelas supaya
semua tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan baik dalam waktu yang telah
ditentukan. Perawat dapat melaksanakan langsung atau bekerjasama dengan para tenaga
kesehatan lainnya.
Evaluasi :
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, dimana perawat
menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai sejauhmana
masalah ibu dapat diatasi. Disamping itu perawat juga memberikan umpan balik atau
pengkajian ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini
proses keperawatan dapat dimodifikasi.
2.5..Asuhan Keperawatan Pada Periode Intranatal
2.5.1.Asuhan Keperawatan Ibu dengan Ketuban pecah dini
Pengkajian
1. Identifikasi ibu
2. Riwayat penyakit.
a. Riwayat kesehatan sekarang: ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum
usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi.
b. Riwayat kesehatan dahulu:
1) Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion.
2) Sintesis pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual.
3) Kehamilan ganda, polihidromnion
4) Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptokokus
5) Selaput amnion yang tipis
6) Posisi fetus yang tidak normal
7) Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang
pendek.
8) Multipara dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
c. Riwayat kesehatan keluarga.
Ada atau tidanya keluahan ibu yang pernah hamil kembar atau keturunan
kembar.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
1) Mata,perlu diperiksa dibagian sclera, konjungtiva
2) Hidung, ada/tidaknya pembekakan konka nasalis. Ada/tidaknya
hipersekresi mukosa.
3) Mulut, gigi karies/tidak, mukosa mulut kering dan warna mukosa gigi
4) Leher berupa pemeriksaan JVP,KGB dan tiroid.
b. Dada
Torak
1) inspeksi kesimetrisan dada, jenis pernapasan torakoabdominal, dan tidak
ada retraksi dinding dada. Frekuensi pernafasan normal 16-24kali/menit.
Ikus cordiks terlihat/tidak.
2) Palpasi: payudara tidak ada pembekakan.
3) Auskultasi: terdengar BJ dan IIdi IC kiri/kanan. Bunyi nafas normal
vascular.
Abdomen
1) Inspeksi: ada/tidaknya bekas operasi, striae, dan linea
2) Palsasi: TFU, kontraksi ada/ tidaknya, posisi, kandung kemih/ tidak.
3) Auskultasu: DJJ ada /tidak
c. Genitalia
1) Inspeksi: keberhasilan, ada/tidaknya tanda-tanda REEDA( red, edema,
discharge, approximately); pengeluaran air ketuban ( jumlah, warna, bau);
dan lender merah muda kecoklatan.
2) Palpasi: pembukaan serviks 0-4
3) Ekstremitas; edema, varises ada/tidak
4. Pemeriksaan diagnostic
a. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi
b. Golongan darah dan factor Rh
c. Rasio lesitin terhadap spingomielin(rasio US) menentuksn maturasi janin
d. Tes ferning dan kertas nitrazine: memastika pecah ketuban
e. Utrasonografi: menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan jantung janin.
Dan lokasi plasenta.
f. Pelvimetri: identifikasi posisi janin
Diagnose keperawatan
1. Resiko tinggi maternal berhubungan dengan resiko invasive, pemeriksaan vagina
berulang, dan rupture membrane amniotic
2. Kerusakan pertukaran gas pada janin yang berhubungan dengan adanya penyakit
3. Risiko cedera pada janin yang berhubungsn dengan aanya penyakit
4. Ansietas berhubungan dengan adanya krisis situasi, ancamanan pada diri sendiri/janin
5. Risiko tinggi penyebaran infeksi/sepsis yang berhubungan dengan adanya infeksi ,
prosedur invasive dan peningkatan pemahaman lingkungan
6. Risiko tinggi keracunan karena toksik yang berhubungan dengan dosis/efek samping
tokolitik
7. Risiko tinggi cedera pasa ibu yang berhubungan dengan intervensi
pembedahan,penggunaan obat tokolitik
8. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan hipersensitivitas otot
9. Risiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan
masukan cairan.
Intervesi keperawa
1. Risiko tingi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan
vagina berulang atau rupture membrane amniotic. Tujuannya infeksi maternal tidak
terjadi.
Criteria hasil. Dalam waktu 3x24 jam ibu bebas dari tanda-tanda infeksi(tidak demam,
cairan amnio jernih,hampir tidak berwarna, dan tidak berbau)
Intervensi Rasional
Mandiri
a. Lakukan pemeriksaan vagina awal,
ulangi bila pola kontraksi atau
perilaku ibu nandakan kemajuan
a. Pengulangan pemeriksaan vagina
berperan dalam insiden infeksi saluran
asendens
b. Gunakan teknik aseptic selama
pemeriksaan vagina
b. Pencegahan pertumbuhan bakteri dan
kontaminasi pada vagina
c. Anjurkan perawatan perineum setelah
eliminasi setiap 4 jam dan sesuai
indikasi
Menurunkan risiko saluran asendens
d. Pantau dan gambarkan karekteristik
cairan amnion
Pada infeksi, cairan amnion menjadi
lebih kental dan kuning pekat serta
dapat terdeteksi pada bau yang kuat
e. Pantau suhu, nadi, pernapasan dan sel
darah putih sesuai indikasi
Dlam 4 jam membrane rupture,
insidens korioamnionitis meningkat
secara progresif sesuai waktu yang
ditunjukan dengan TTV
F Tekankan pentingnya mencuci tangan
dengan baik dan benar
Mengurangi perkembangan
microorganism
Kolaborasi
g. Berikan cairan oral dan parental
sesuai indikasi. Berikan
enemapembersih bula sesuai indikasi
Meski tidak boleh sering dilakukan,
namun evaluasi usus dapat
meningkatkan kemajuan persalinan
dan menurunkan resiko infeksi
Berikan antibiotic profilaktik bila
diindifikasikan dapatkan kultur darah
bila gejala sepsis ada
Antibiotic dapat melindungi
perkembangan karioamnionitis pada
ibu beresiko
dapatkan kultur darah bila gejala
sepsis ada.
Mendeteksi dan mengidentifikasi
organism penyebab terjadinya infeksi
2 : Ansietas berhubungan dengan adanya krisis situasi, ancamanan pada diri sendiri/janin.
Tujuan: mengurangi kecemasa
Criteria yang diharapkan dalam waktu 1x24 jam
a. Menggunakan teknik pernapasan dan relaksasi yang efektif
b. Berpartifipasi aktif dalam proses melahirkan
Pada panggul yang normal pada waktu pembukaan lengkap, janin harus segera dilahirkan.
Pada letak sungsan janin harus dilahirkan ekstrasi kaki, pada letak lintang dilairkan versi
ektraksi, sedangkan pada presentasi belakang kepala dilakukan tekanan yang cukup pada
fundus uteri ketika his, agar kepala Janis pasuk pada rongga panggul dan dpat segera
dilahirkan , bila tindakan ini dapat dibantu dengan melakukan ektrasi cunam.
Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup
tindakan mandiri dan kolaboratif. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan
berdasarkan analisi dan kesimpulan keperawatan dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan
lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter dan petugas keperawatn lain.
Evaluasi keperawatan
Merupkan hasil perkembangan ibu dengan pedoman perkembangan kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai.
2.6.Asuhan Keperawatan Periode Postnatal
2.6.1.Asuhan Keperawatan Ibu dengan Hemoragia postpartum
Pengkajian
Pada Kasus perdarahan postpartum seharusnya lebih dilakukan pemeriksaan fisik secara
keseluruhan dan lebih difokuskan pada :
1. Aktivitas dan istirahat
2. Sirkulasi. Kehilangan darah umumnya 400-500 ml (kelahiran pervaginam), 600-800
ml (kelahiran seksio caesaria). Riwayat anemia kronis, defek koagulasi kongenital atau
incidental dan idiopatik trombositopenia purpura.
3. Integritas ego : cemas ,ketakutan , dan khawatir.
Perdarahan postpartum awal (sampai 24 jam pasca kelahiran)
1. Sirkulasi
a. TD dan nadi
b. Perlambatan pengisian kapiler
c. Pucat, kulit dingin atau lembap.
d. Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (plasenta tertahan).
e. Dapat mengalami perdarahan per vaginam, rembesan dari episiotomy atau insisi
caesaria.
f. Hemoragi berat atau gejala syok.
2. Eliminasi
Kesulitan berkemih. Menunjukkan hematoma dari porsi vagina.
3. Nyeri/ketidaknyamanan
Sensasi nyeri terbakar ,nyeri vulva/vagina/pelvis/punggung berat (hematoma), nyeri uterus
lateral, nyeri panggul, nyeri tekan abdominal, nyeri abdominal.
4. Keamanan
a. Laserasi jalan lahir.
b. Hematoma.
5. Seksualitas
a. Pembesaran uterus lunak dan menonjol, sulit dipalpasi, perdarahan merah terang dari
vagina.
b. Uterus kuat, kontraksi baik atau kontraksi parstial dan agak menonjol.
c. Fundus uterus terinversi mendekat pada kontak atau menojol melalui os.oeksternal.
d. Kehamilan baru dapat memengaruhi hiperdistensi uterus.
Perdarahan postpartum lambat (24-28 hari pasca kelahiran).
1. Sirkulasi
a. Rembesan kontinu atau tiba-tiba.
b. Pucat, anemis.
2. Nyeri/ Ketidaknyaman
a. Nyeri tekan uterus
b. Ketidaknyamanan vagina/pelvis/sakit punggung (hematoma).
3. Keamanan
a. Lokia baerbau busuk (infeksi)
b. Ketuban pecah dini
4. Seksualitas
a. Tinggi fundus badan uterus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum
kehamilan.
b. Leukore mungkin ada
c. Terlepasnya jaringan
Pemeriksaan diagnostic
1. Golongan darah (Rh, AB0)
2. Jumlah darah lengkap (penurunan Hb dan peningkatan leukosit)
3. Kultur uterus dan vagina (infeksi)
4. Urinalitas (kerusakan kandung kemih)
5. Profil koagulasi
6. Sonografi (jaringan plasenta tertahan)
Diagnosis Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan vascular berlebihan.
2. Perubahan perfusi jaringan b.d. hipovolemi.
3. Risiko penurunan curah jantung b.d. gangguan sirkulasi.
4. Gangguan pola napas b.d. intake O2 rendah.
5 . Nyeri b.d. episiotomy dan laserasi.
6 . Risiko tinggi terjadi infeksi b.d. adanya trauma jalan lahir.
7. Gangguan pola eliminasi urine b.d.pengeluaran renin.
Intervensi Keperawatan
Diagnosis 1 : Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan vaskuler berlebihan ditandai
dengan asidosis, sianosis, takipnea, dyspnea, dan syok hipovolemik.
Tujuan: volume cairan adekuat.
Kriteria hasil : tanda-tanda vital dalam batas normal, pengisian kapiler cepat (< 3 detik),
sensorium tepat, input dan output cairan seimbang, BJ urine dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan. Timbang dan
hitung pembalut. Simpan
bekuan dan jaringan untuk
dievaluasi oleh dokter
Perkirakan kehilangan darah, arterial versus vena dan adanya bekuan-bekuan
membantu diagnosis banding serta
menentukan kebutuhan penggantian (1
gr peningkatan berat pembalut sama
dengan kurang lebih 1 ml kehilangan
darah).
Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan
masase, penonjolan uterus
dengan satu tangan sambil
menempatkan tangan yang
lain di atas simfisis pubis
Derajat kontraktilitas uterus membantu menentukan diagnose banding.
Peningkatan kontraktilitas
myometrium dapat menurunkan
kehilangan darah, Penempatan satu
tangan di atas simfisis pubis mencegah
kemungkinan inversi uterus selama
masase.
Perhatikan hipotensi dan takikardi, perlambatan
pengisian kapiler atau sianosis
dasar buku, serta membrane
mukosa dan bibir.
Tanda-tanda menunjukkan hipovolemi dan terjadinya syok. Perubahan
tekanan darah tidak dapat dideteksi
sampai volume cairan telah menurun
hingga 30-50%. Sianosis adalah tanda
akhir dari hipoksia.
Pantau masukan dan keluaran : perhatikan berat jenis urine.
Memperkirakan luas kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi
adekuat ditunjukkan dengan keluaran
30-50%. Sianosis adalah tanda akhir
dari hipoksia.
Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan
psikologis
Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas, dan kebutuhan metabolic.
Diagnosis 2 : Perubahan perfusi jaringan b.d. hypovolemia, ditandai dengan pengisian
kapiler lambat, pucat, kulit dingin atau lembap, penurunan produksi ASI.
Tujuan : perfusi jaringan kembali normal.
Kriteria hasil : TD, nadi, Hb/Ht dalam batas normal, pengisian kapiler cepat, fungsi
hormonal normal menunjukkan dengan suplai ASI adekuat untuk laktasi dan mengalami
kembali menstruasi normal.
Intervensi
Intervensi Rasional
Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah. Kaji
status nutrisi, tinggi, dan BB.
Nilai bandingan membantu menentukan beratnya kehilangan
darah. Status sebelumnya dari
kesehatan yang buruk
meningkatkan luasnya cedera
karena kekurangan O2.
Pantau tanda vital, catat derajat, dan durasi episode hipovolemik.
Luasnya keterlibatan hipofisi dapat dihubungkan dengan derajat dan
durasi hipotensi. Peningkatan
frekuensi pernapasan dapat
menunjukkan upaya untuk
mengatasi asidosis metabolic.
Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan perilaku.
Perubahan sensorium adalah indicator dini hipoksia, sianosis
tanda lanjut, mungkin tidak tampak
smapai kadar PO2 turun di bawah
50 mmHg.
Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi, dan lidah serta
perhatikan suhu kulit.
Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ vital, sirkulasi pada
pembuluh darah perifer diturunkan
yang mengakibatkan sianosis dan
suhu kulit dingin.
Kaji payudara setiap hari, perhatikan ada atau tidaknya laktasi
dan perubahan ukuran payudara.
Kerusakan hipofisis anterior menurunkan kadar prolactin,
mengakibatkan tidak adanya
produksi ASI, dan akhirnya
menurunkan jaringan kelenjar
payudara.
Kolaborasi
Pantau kadar pH Membantu dalam mendiagnosis derajat hipoksia jaringan atau
asidosisyang diakibatkan oleh
terbentuknya asam laktat dari
metabolism anaerobic.
Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transport sirkulasi ke
jaringan.
Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan ,mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi.
Evaluasi Keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai.
Bab.III
Penutup
3.1.Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari pembahasan makalah ini yaitu :
1. Setiap masa atau periode perinatal (prenatal, intranatal, dan postnatal) terdapat gangguan
ataupun komplikasinya.
2. Komplikasi dapat timbul karena factor internal (ibu) ataupun factor eksternal (lingkungan,
pola hidup, trauma).
3. Masalah yang terjadi pada ibu berkemungkinan besar berdampak pada bayinya.
3.2.Saran
Kepada perawat dan tenaga kesehana lainnya diharapkan untuk lebih meningkatkan
kinerjanya dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu-ibu hamil hingga nifas yang
mengalami komplikasi ,sehingga resiko untuk parah dapat diminimalisir dan harapan hidup dapat
ditingkatkan.
Kepada pihak ibu supaya lebih peduli untuk memperhatikan kehamilannya. Menjaga pola hidup
sebaik mungkin dan rutin untuk melakukan check selama kehamilan.
Daftar Pustaka
Chapman, Vicky.2003. Asuhan Kebidanan : Persalinan dan Kelahiran. Jakarta : EGC
Mitayani.2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
dr. Reza Kamal ,Sp.OG.2011. DIABETES MELITUS GESTASIONAL ( Diabetes Dalam
Kehamilan ) (online). (http://www.mitrakeluarga.com/depok/diabetes-melitus-gestasional-
diabetes-dalam-kehamilan/ ,diunduh pada tanggal 24 April 2013)