MASJID RAYA BAITURRAHMAN BANDA ACEHSEBAGAI MEDIA DAKWAH BAGI NONMUSLIM
SKRIPSI
Diajukan Oleh
MASROLNIM. 411206623
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH2018 H / 1439 M
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillahbeserta syukur kepada Allah
Swt.,karena berkat rahmat, taufiq, syafaat dan hidayah-Nyalahpenulis dapat
menyelesiakan penulisan karya ilmiah ini.Shalawat dan salam penulis panjatkan
kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa umat manusia dari alam
kebodohan kepada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, sehingga penulis
dapat menyelesaiakan skripsi ini dengan judul “Masjid Raya Baiturrahman
Banda Aceh Sebagai Media Dakwah bagi Nonmuslim”.
Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-
Raniry Banda Aceh. Selama pelaksanaan penelitian dan penyelesaian penulisan
skripsi ini, banyak mendapatkan bimbingan, arahan, motivasi dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, kepada Ketua prodi KPI dan Penasehat Akademik (PA) yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis dalam
perkuliahan dari awal semester 1 sampai penulis selesai.
Kepada bapakDr. Jasafat, MA selaku pembimbing I dan bapak Dr.
Abizal Muhammad Yati, Lc, M.A selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, saran, kritik yang membangun dan memberi motivasi
kepada penulis dalam penyusunan skripsi. Kepada staf-staf yang ada di Fakultas
v
Dakwah dan Komuniksi yang telah memberikan membekali penulis dengan ilmu
pengetahuan.
Yang teristimewa kepada orang tua ayahnda tersayang Syardi.M dan
ibunda tercinta Nurmani beserta keluarga abang dan adik tercinta yaitu Zufriadi,
Salman, Samsuar, Manijar dan Mairi yang selalu memberi semangat dan
dukungan, motivasi beserta do’anya dalam penulisan skripsi ini.Dan untuk para
sahabat penulis banggakan yaitu bapak Naisaburi, Nurlinda Yani, Asmadi, S.sos.
JamalulAkmal, S.sos. Fitriana, S.sos Maisarah, S.Sos. Meraman Sari, S.sos Mauli
Novitasri, S.sos Firdaus, S.sos. dan banyak lagi yang tak mungkin disebutkan
semuanya, semoga Allah Swt dapat membalas segala kebaikan kalian semua.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan
baik dalam tata cara penulisan maupun dari segi isi, untuk itu mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat dalam peningkatan mutu pendidikan secara umum
dan bagi pembaca secara khusus. Dan untuk terakhirnya penulis sampaikanyang
bahwa kesempurnaan itu hanya milik Allah Swt dan segala kekurangan hanya
milik hamba-Nya.
Banda Aceh, 25 Januari 2018
Penulis.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... iLEMBARAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. iiLEMBARAN PENGESAHAN SIDANG ............................................................. iiiKATA PENGANTAR............................................................................................ ivABSTRAK .............................................................................................................. viDAFTAR ISI.......................................................................................................... vii
BABI PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah..........................................................................1B. Rumusan Masalah ...................................................................................9C. Tujuan Penelitian.....................................................................................9D. Manfaat Penelitian..................................................................................10E. Definisi Operasional...............................................................................10
BAB II KAJIAN TEORITISA. Penelitian Terdahulu ..............................................................................14B. Pengertian Masjid dan Fungsi Masjid ....................................................17
1. Masjid sebagai Sumber Aktifitas ....................................................202. Masjid dalam Arus Informasi Modern ............................................233. Masjid sebagai Pusat Pembinaan Umat dan Kegiatan Dakwah......25
C. Media Dakwah dan Perkembangannya ..................................................301. Pengertian Media Dakwah ..............................................................302. Media Dakwah Era Rasulullah........................................................333. Media Dakwah Era Modern ............................................................38
D. Masyarakat Sebagai Objek Dakwah ......................................................451. Pengertian Dakwah .........................................................................452. Tingkat Dakwah ..............................................................................483. Mad’u Dakwah................................................................................53
BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian dan Pendekatan.............................................................71B. ObjekPenelitian ......................................................................................71C. Sumber Data...........................................................................................72D. Informan Penelitian ................................................................................73E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................73F. Teknik Analisis Data ..............................................................................75G. Keabsahan Data......................................................................................77
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................78B. Penyebab Nonmuslim Mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman
Banda Aceh ............................................................................................85C. Media Dakwah Pengunjung Nonmuslim ke Masjid Raya
Baiturrahman Ada yang Beralih Agama ................................................94D. Penyebab Pengunjung Nonmuslim Masuk Islam di Masjid Raya
Baiturrahman.........................................................................................103
viii
BAB VPENUTUPA. Kesimpulan............................................................................................122B. Saran-Saran ...........................................................................................123
DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................124DARTAR RIWAYAT HIDUP
vi
ABSTRAK
Skripsi dengan judul “Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh sebagaiMedia Dakwah bagi non-Muslim”.Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh,merupakan masjid yang memiliki lembaran sejarah tersendiri. Masjid RayaBaiturrahman juga merupakan salah satu masjid termegah di asia Tenggara.Masjid Raya Baiturrahman ini berada di pusat kota Banda Aceh yangbersebelahan dengan pasar Tradisional Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam,Indonesia. Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui danmendeskripsikan penyebab nonmuslim mengunjungi Masjid Raya BaiturrahmanBanda Aceh, untuk mengetahui dan mendeskripsikan media dakwah pengunjungnonmuslim ke Masjid Raya Baitrurrhaman ada yang beralih agama. Serta untukmengetahui dan mendeskripsikan penyebab pengunjung nonmuslim masuk Islamdi Masjid Raya Baiturrahman. Yang menjadi informan dalam penelitian adalah 25orang yaitu 2 orang pengurus masjid, 7 orang nonmuslim serta 16 orang muallaf.Penelitian ini menggunakan pendekatan teknik kualitatif yang bersifat deskriptifanalisis. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dandokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab nonmuslimmengunjungi Masjid Raya Baitrurrahman Banda Aceh disebabkan oleh (a) MasjidRaya Baiturrahman mempunyai nilai sejarah yang tinngi, (b) Arsitektur bangunanmasjid yang indah dan megah, (c) Masjid kebanggaan orang Aceh. Sedangkanmedia dakwah bagi pengunjung nonmuslim ada yang beralih agama ketikamendengarkan lantunan ayat suci Al-qur’an dan suara azan di Masjid RayaBaiturrhaman, karena tidak ada dakwah secara khusus bagi nonmuslim.Sementara penyebab pengunjung nonmuslim masuk Islam di Masjid RayaBaiturrahman disebabkan beberapa faktor yaitu (a) Keindahan masjid itu sendiridari Arsitektur masjid, (b) suara azan pada waktu subuh, zuhur, ashar, magrib daninsya.
Kata kunci: Masjid, Media Dakwah, Nonmuslim.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rasulullah S.a.w. ketika sampai ke Yatsrib (Madinah) kegiatan yang
pertama sekali yang dilakukan oleh Rasulullah S.a.w. adalah membangun masjid.
Masjid pertama kali di bangunkan oleh Rasulullah S.a.w. adalah Masjid Quba
pada tahun 622 M, Quba adalah salah satu daerah yang terletak di wilayah
Madinah yaitu tempat Rasulullah S.a.w. tinggal beberapa hari, sebelum sampai ke
Madinah, jaraknya sekitar dua mil atau kurang lebih lima kilo meter dari pusat
kota Madinah, sambil menunggu kedatangan Ali bin Abi Thalib RA dari Makkah
bersama rombongannya, kemudian Rasulullah S.a.w. menbangun sebuah masjid
di Desa Quba yaitu Masjid Quba, Masjid Quba ini dibangun atas dasar takwa,1
sebagaimana di dalam firman Allah S.w.t surat at-Taubah ayat 108 yaitu:
Arinya: Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya.Sesungguh-nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba),sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya, didalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. danSesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.2
Ayat di atas menjelaskan bahwa keberadaan masjid ini merupakan
tonggak kokoh syiar keislaman periode awal. Masjid Quba dipuji Allah S.w.t.
1Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era RasulullahSampai Indonesia, (Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2008), hlm. 55.
2Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 9, (Jakarta: Penjimas, 1983), hlm. 189.
2
karena diniatkan sejak awal pendiriannya untuk meningkatkan kualitas dalam
beribadah dan meningkatkan ketakwaannya kepada Allah S.w.t. Begitu juga
ketika Rasulullah S.a.w. membangun masyarakat muslim di Madinah pertama
dilakukan adalah membangun sebuah masjid. Secara tidak langsung telah
mengumumkan bahwa di tempat tersebut telah berdiri sebuah masyarakat
muslim.3
Berdasarkan penjelasan dari Nizar dapat dipahami bahwa pada saat
Rasulullah S.a.w. Berhijrah dari Makkah ke Madinah, Rasulullah S.a.w. singgah
di Desa Quba beberapa hari sambil menunggu kedatangan Ali bin Abi Thalib RA
dari Makkah bersama Rombongannya, kemudian Nabi Muhammad S.a.w.
menbangun sebuah masjid di Desa Quba yaitu Masjid Quba, Masjid Quba ini
dibangun atas dasar ketakwaan Rasulullah S.a.w. kepada Allah S.w.t. yang
pertama sekali dibangun oleh Rasulullah S.a.w. pada tahun 622 M.
Rasulullah S.a.w. ketika sampai ke Madinah, kemudian Rasulullah S.a.w.
membangun masjid Nabawi pada tahun 622 M, Masjid Nabawi dibangun di mana
unta tunggangan Rasulullah S.a.w. menghentikan perjalanannya. Lokasi itu
semula adalah tempat penjemuran buah kurma milik anak yatim dua bersaudara
Sahl dan Suhail bin ‘Amr, yang kemudian dibeli oleh Rasulullah S.a.w. untuk
dibangun masjid. Disebut Masjid Nabawi karena Rasulullah S.a.w. selalu
menyebutnya dengan kalimat masjidku. Pada masa Rasulullah S.a.w. panjang
Masjid Nabawi sekitar 70 hasta dan lebarnya 60 hasta atau panjangnya 35 m dan
lebar 30 m. Dulu Masjid Nabawi sangat sederhana, namun sekarang bangunannya
sangat besar dan megah. Dulu lantai masjid Nabawi adalah tanah yang berbatu,
3Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 9, (Jakarta: Penjimas, 1983), hlm. 189.
3
atapnya pelenah karma dan terdapat tiga pintu.4
Rasulullah S.a.w. membangun masjid selain digunakan tempat beribadah
juga digunakan sebagai tempat pelaksanaan pendidikan Islam (dakwah),5 seperti
mendidik umatnya agar dapat mengatur urusan dunia dan urusan agama pada
tingkat individu keluarga, masyarakat dan negara. Lantaran itu, masjid telah
memainkan peran yang amat luas mencakup aspek-aspek ibadah, ilmu, politik,
ekonomi, kemiliteran, pengelolaan, membentukan dasar negara, perhubungan
antara negara dan sebagainya. Masjid adalah lembaga yang paling sakral bagi
umat Islam dan setiap muslim dapat memfungsikannya.6
Fungsi utama masjid adalah sebagai tempat ibadah umat muslim kepada
Allah S.w.t. seperti shalat zikir bersama dan juga kajian keagamaan, Lima kali
sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan
shalat berjamaah, Masjid juga tempat yang paling banyak dikumandangkan nama
Allah S.w.t. melalui azan, qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istiqhfar dan ucapan lain
yang dianjurkan dibaca di masjid sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan
pengagungan asma Allah S.w.t.7 Sebagaimana kata masjid diulang sebanyak 28
kali di dalam al-Quram Dari segi bahasa kata tersebut diambil dari kata sajada-
sujudun, yang berarti, patuh, taat, serta tunduk dengan
hormat.8 Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah S.w.t. surat Al-Jin ayat
18 yaitu:
4SyamsuI Kumiawan, Masjid dalam Lintasan Sejarah Umat Islam, Jurnal Khatulistiwa(Journal of lslmic Studies), Vol. 4 No. 2 September 2014, hlm. 172.
5Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era RasulullahSampai Indonesia..., hlm. 55.
6Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah Respon Da’i Dinamika Kehidupan diKaki Ceremai, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 92.
7Mohammad E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm. 7.8Budiman Mustofa, Manqjemen Masjid, (Solo: Ziyad Visi Media, 2008), hlm. 19.
4
Artinya: Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah, maka
janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping(menyembah) Allah.9
Ayat di atas menjelaskan bahwa masjid-masjid ini milik-Nya tidak
seorang pun diizinkan menyembah di dalamnya selain-Nya dan tidak pula
menyekutukan-Nya.10 Justru itu masjid bukan saja sebagai tempat shalat,
melainkan digunakan untuk berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan dan juga
difungsikan sebagai tempat kegiatan dakwah.
Pada dasarnya masjid berfungsi sebagai media dakwah dalam
pengembangan agama Islam, perlu diketahui bahwa akhir-akhir ini masjid telah
mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun
fungsi dan perannya, hampir dikatakan di mana komunitas umat Islam berada
disitu ada masjid.11
Sebagaimana yang terlihat di Kota Banda Aceh juga terdapat beberapa
masjid, salah satunya yaitu Masjid Raya Baiturrahman yang paling banyak di
kunjungi masyarakat baik masyarakat Aceh maupun masyarakat di luar Aceh
seperti Singapura, Thailand, Malaysia, dan lain-lain. Berdasarkan Badan Pusat
Statistik (BPS) Aceh menunjukkan wisatawan mancanegara ke Provinsi Aceh
hingga bulan September 2014 telah tercapai angka di atas rata-rata dan
mengalami peningkatan hingga bila dibandingkan dengan periode yang sama pada
tahun 2013 yang lalu. Hermanto merincikan secara kumulatif kunjungan wisata
ke Aceh hingga September 2014 masing-masing telah meningkat hingga di atas
9Hamka, Tafsir AI-Azhar, Juz 29..., hlm. 171.10Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 29..., hlm. 171.11Ahmad Yani, 125 Cahaya dari Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 2011), hlm. 11.
5
rata-rata, baik dari Malaysia, Jerman, Filipina, dan Australia begitu pula Inggris,
kemudian dari pengunjung negara-negara lain seperti AS (Amerikat Serikat),
Singapura dan negara lainnya sudah masuk peringkat yang banyak sebagai
pengunjung.12
Rasanya belum lengkap jika para wisatawan yang mengunjungi Kota
Banda Aceh terutama mereka yang beragama Islam tidak berkunjung atau
melaksanakan shalat di Masjid Raya Baiturrahman. Bagi wisatawan muslim
setelah shalat di dalam Masjid Raya Baiturrahman juga tidak lupa berfoto dengan
latar belakang halaman depan masjid yang telah menjadi kebanggaan masyarakat
berjuluk Serambi Mekkah tersebut. Tidak hanya yang beragama Islam, wisatawan
nonmuslim juga merasakan hambar saat tiba di Kota Banda Aceh jika mereka
tidak mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman.13
Para wisatawan mancanegara nonmuslim, biasanya hanya berfoto di
halaman depan dengan latar belakang Masjid Raya Baiturrahman. Bagi setiap
pengunjung, baik laki-laki maupun perempuan Islam harus menggunakan pakaian
muslim /muslimah, namun nonmuslim juga harus berpakaian sopan seperti tertera
di pintu gerbang masuk Masjid Raya Baiturrahman.14
Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu lambang kebanggaan
masyarakat Aceh. Selain sebagai tempat ibadah, di masjid inilah syiar Islam
seperti hari-hari besar Islam, terutama pada Idul Fitri dan Idul Adha, Masjid Raya
12Reza Munawir, Wajah Baru Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh Yang SemakinIndah, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan, Vol I, No. I, Oktober, Program Studi PendidikanSejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Mei 2017, hlm. 3.
13Zazhari, Baiturrahman Objek Wisata Spiritual Kebanggaan Aceh, Jurnal PKM, Vol. I,No. 2, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Desember 2015, hlm. 16.
14Reza Munawir, Wajah Baru Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh yang SemakinIndah…, hlm.3.
6
Baiturrahman menjadi lokasi favorit kunjungan warga dari berbagai kabupaten
dan provinsi. Masjid ini tidak hanya kebanggaan Aceh, tetapi rakyat Indonesia.
Tidak hanya itu, Masjid Raya Baiturrahman juga telah dijadikan sebagai transit
para calon haji dari berbagai kabupaten dan Kota di Aceh sebelum mereka
berangkat ke Mekkah Para calon haji melaksanakan shalat wajib dan sunat di
Masjid Raya Baiturrahman sebelum diharapkan satu malam di asrama haji,
kemudian bam berangkat ke Arab Saudi.15
Area bangunan Masjid Baiturrahman merupakan bangunan yang memiliki
gaya bangunan antara corak Islam dengan corak Mughal di India dan masjid
Nabawi. Walaupun dipengaruhi oleh arsitektur Mughal, itu tidak menghilangkan
ciri khas budaya asli terhadap bentuk masjid.16 Kehadiran payung elektrik ini
menjadi daya menarik bagi wisatawan, sebagaimana ramai orang yang berfoto-
foto di bawahnya dengan latar belakang masjid mulai ramai bertebaran di media
sosial. Warga sekitar Banda Aceh menjadi lokasi ini sebagai objek wisatawan.
Sore menjelang malam, beberapa payung dibiarkan mengembang. Jamaah shalat
fardhu biasanya menyempatkan diri untuk melihat-lihat secara dekat keberadaan
payung. Meski demikian beberapa petugas keamanan masjid tetap berjaga-jaga.
Masjid Raya Baiturrahman masih terus mengalami perbaikan untuk
menunjang aktivitas ibadah. Pembangunan ini meliputi tempat wudhu serta toilet
pria dan wanita, dan dilengkapi dengan tempat parkiran mobil dan sepeda motor,
serta payung otomatis yang telah terdiri dari 12 unit payung raksasa yang
15Tjoet Nia Usmawanda, Konsep Arsitektur Akustik Modem sebagai Upaya PeningkatanKenyamanan Peribadatan di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Jumal PKM, Vol. 1, No. 2,Universitas Syiak Kuala Banda Aceh 2016, hlm. 4.
16Utomo, Tipologi dan Pelestarian Bangunan Bersejarah, Jurnal Sent Rupa STSI Sukarta,Vol 2, No. I Januari 2005, hlm. 141.
7
menyerupai payung di Masjid Nabawi, dimaksudkan tidak saja untuk menambah
keindahan masjid, namun juga sebagai sarana untuk kenyamanan beribadah para
jamaah. Payung yang dipasang di Masjid Raya Baiturrahman yaitu enam payung
terletak disebelah Selatan dan enam disebelah Utara, semua bahannya terbuat dari
batu manner Italia atau Spanyol Masjid Raya sangat ramai dikunjungi masyarakat
saat waktu shalat, zikir akbar, dan aktivitas ibadah lainnya, karena terletak di
pusat kota, kebisingan di Masjid Raya tidak dapat dihindarkan, terlebih lagi
Masjid Raya sangat dekat dengan pusat perbelanjaan di Aceh.17
Wisatawan lokal dan nusantara ramai mengunjungi Masjid Raya
Baiturrahman dan mereka menghabiskan waktunya di bawah payung elektrik
yang terlihat seperti Masjid Nabawi di Madinah. Lantai halaman depan masjid
kini sudah berganti menjadi marmer. Dua belas unit payung bermodel Masjid
Nabawi dibangun di sisi Utara dan Selatan masjid. Lokasi ini juga dapat
digunakan untuk ibadah dan lainnya. Menjelang sore hari, wisatawan yang
berkunjung ke masjid semakin ramai. Untuk berada di lokasi bawah payung atau
pun marmer, bagi pengunjung harus meninggalkan alas kaki. Panitia masjid
menyediakan tempat penitipan sepatu atau pun sandal. Para pengunjung dapat
berkeliling untuk melihat lebih dekat wajah baru Masjid Raya Baiturrahman.
Masjid Raya Baiturrahman ini berada di pusat kota Banda Aceh yang
bersebelahan dengan pasar tradisional Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam. Masjid
Raya Baiturrahman menempati area kurang lebih empat hektar ini berarsitektur
indah dan unik, memiliki tujuh kubah, empat menara dan satu menara induk.
17Tjoet Nia Usmawanda, Konsep Arsitektur Akustik Modem sebagai Upaya PeningkatanKenyamanan Peribadatan..., hlm. 4.
8
Ruangan dalam berlantai marmer buatan Italia. Di halaman depan Masjid Raya
Baiturrahman terdapat sebuah kolam besar. Kolom ini memiliki ornamen-
ornamen khas arsitektur Islam yang kental. Warna putih dari kolom ini
disesuaikan dengan wama dinding eksterior masjid. Warna putih ini
menggambarkan kebersihan dan kesucian dari bangunan Masjid Baiturrahman,
dan juga ditanam rumput yang tertata rapi dengan tanaman hias dan pohon kelapa
yang tumbuh di atasnya.18
Masjid Raya Baiturrahman memiliki payung elektrik dan menara yang
indah, sehingga dapat memberikan aksitektur yang menarik. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya peningkatan dalam hal keunikan dan keragaman kehidupan bentuk
tempat beragama akan memberikan dampak melalui media dakwah dalam
memberi pemahaman nilai-nilai spiritual kebudayaan agama Islam. Kebudayaan
sendiri juga sebagai hasil karya cipta dan karya rasa, yang berupa hasil dari benda,
sehingga dapat membentuk suatu integritas yang memiliki oleh masyarakat Aceh,
seperti bangunan masjid, pedang, lukisan, dan sebagainya. Masjid pada dasarnya
memiliki nilai-nilai dakwah, sebagai tempat ibadah umat muslim, sehingga
manusia dapat menjalankan amar makruf dan nahi mungkar.
Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas bahwa Masjid Raya
Baiturrahman merupakan masjid kebanggaan orang Aceh, keberadaan Masjid
Raya Baiturrahman telah banyak mengikatkan hati orang. Baik orang Aceh
maupun orang luar Aceh seperti Singapura, Thailand, Malaysia, Amerika, Korea
dan lain-lain, begitu juga baik muslim maupun nonmuslim seperti Kristen, Budha,
18Utomo, Tipologi dan Pelestarian Bangunan Bersejarah, Jurnal Sent Rupa..., hlm. 141.
9
di mana nonmuslim yang datang ke Banda Aceh sebelum datang ke Masjid Raya
Baiturrahman belum dinamakan datang ke Aceh, karena salah satu membuktikan
bahwa mereka dengan mendatangi Masjid Raya Baiturrahman, bagi mereka
Masjid Raya Baiturrahman adalah masjid yang mempunyai nilai sejarah.
Maka berdasarkan uraian di atas, dalam hal ini penulis membahas
permasalahan ini dalam bentuk karya tulis ilmiah yakni dengan judul “Masjid
Raya Baiturrahman Banda Aceh sebagai Media Dakwah Bagi Nonmuslim”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dijadikan objek kajian dalam skripsi ini adalah:
1. Apakah yang penyebab nonmuslim mengunjungi Masjid Raya
Baiturrahman Banda Aceh?
2. Bagaimana Masjid Raya Baiturrahman sebagai media dakwah, sehingga
pengunjung nonmuslim bisa beralih agama?
3. Apa yang penyebab pengunjung nonmuslim masuk Islam di Masjid Raya
Baiturrahman?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan penyebab nonmuslim
mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Masjid Raya Baiturrahman
sebagai media dakwah sehingga pengunjung nonmuslim bisa beralih
agama.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan penyebab pengunjung nonmuslim
masuk Islam di Masjid Raya Baiturrahman.
10
D. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat penelitian yang diharapkan penulis sehingga
memilih judul skripsi ini yaitu:
1. Secara teoritis
Bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
pengembangan khazanah keilmuan serta sebagai bahan referensi atau rujukan dan
tambahan pustaka pada perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
2. Secara Praktis
Bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pimpinan
lembaga pendidikan Islam yang bersangkutan atau instansi lain yang terkait
khususnya takmir masjid untuk meningkatkan peranan masjid sebagai media
dakwah dan fungsinya sebagai pemersatu umat Islam.
Hasil penilitian ini juga diharapkan bermanfaat untuk menambah ilmu
pengetahuan dan pengalaman dalam mengembangkan Masjid sebagai media
dakwah, khususnya Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Sebagai bahan
kajian untuk penulis dalam meneliti lebih jauh, agar dapat dipakai juga sebagai
bahan masukan bagi pemerintah daerah, yang meliputi beberapa dinas pariwisata,
dinas syari’at Islam, dan para ulama di Banda Aceh.
E. Definisi Operasional
Dalam mencegah kekeliruan pembaca dalam memahami tulisan ini,
peneliti mencoba memberikan beberapa pengertian yang menyangkut dengan apa
yang penulis tulis dalam skripsi ini, antara lain sebagai berikut:
11
1. Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
Menurut Gazaba bahwa masjid selain sebagai tempat shalat juga berfungsi
sebagai tempat muslim berkumpul, tempat menumbuhkan keyakinan manivestasi
hubungan manusia dengan Tuhan dan sebagai sumber ijtihad.19 Masjid juga sering
disebut sebagai tempat muslim berkumpul lima kali sehari. Seperti sholat jumat,
maupun shalat lima waktu membuat pula masjid tempat berkumpul dan
bertemunya anggota masyarakat muslim yang lebih luas.
Jadi Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh yang penulis maksud di sini
adalah sebuah Masjid Kesultanan Aceh yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda
Mahkota Alam pada Tahun 1022H/1612. Masjid ini terletak di Kota Banda Aceh,
Masjid Raya Baiturrahman adalah tempat ibadah sekaligus landmark utama di
Aceh. Tetapi tidak hanya megah, masjid tersebut juga salah satu yang selamat dari
tsunami pada tahun 2004 silam. Masjid ini merupakan salah satu masjid
kebangaan masyakarakat Aceh, beramai-ramai orang di sini berkumpul untuk
beribadah kepada Allah S.w.t. Akan tetapi sekarang ini banyak sekali orang dari
luar (nonmuslim) yang mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman yang disebabkan
oleh keunikan dan kemegahan masjid tersebut Masjid Raya Baiturrahman Banda
Aceh yang penulis maksud dalam skripsi ini adalah tempat penulis penelitian.
Masjid ini penulis memilih dikarenakan ada media dakwah dan juga kegiatan
zikir/ceramah secara rutin pada malam selasa dan malam jumat yang dilaksanakan
ba’da insya.
19Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Pelajar,1994), hlm. 127.
12
2. Media Massa
Media massa adalah media yang digunakan untuk menyampaikan materi
dakwah (ajaran Islam) kepada mad'u nya. Untuk menyampaikan ajaran Islam
kepada umat, dakwah dapat menggunakan bebagai media. Sedangkan secara
termonologi bahwa media merupakan bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dan informasi.20 Menurut Hamzah Yaqup membagi wasilah
dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audio visual dan
akhlak.21 Sedangkan media massa yang penulis maksud dalam penelitian ini yaitu
meliputi berupa lisan yaitu, berupa dakwah secara langsung di mana da’i
menyampaikan dakwah kepada mad’u, misalnya ceramah atau diskusi, audio
visual yaitu suatu cara penyampain yang sekligus merangsang penglihatan dan
pendengaran melalui panca indra yakni berupa arsitektur masjid, lukisan kaligrafi,
azan dan lantunan ayat suci al-Quran di Masjid Raya Baiturrahman secara
langsung, yang mampu menarik perhatian para mad’u yakni objek dakwah.
3. Nonmuslim
Nonmuslim berasal dari bahasa arab dari kata kaafirun-kaafirun yaitu
orang-orang (kafir).22 Secara terminologis, kafir adalah orang-orang yang
menolak atau menentang agama Allah S.w.t mereka disebut kafir karena akal dan
hati mereka tertutup dari mengakui agama Allah S.w.t atau secara singkatnya bisa
berarti bahwa mereka yang berada di luar Islam (nonmuslim) disebut sebagai
20 Committee, T. & Communications, E. Definition and Terminology Committee of theAssociation for Educational Communications and Technology. Educ. Technol(2007), hlm. 1–14 .
21Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 120.22Nita Rohmawati, Kamus Akbar Indonesia Arab, (Mutiara Alamah Utama, 2014), hlm. 159.
13
orang kafir.23 Jadi nonmuslim yang penulis maksud di sini adalah mereka yang
memeluk agama seperti Katolik, Hindu, Budha, Yahudi, Konghucu dan agama-
agama lainnya, yang berkeinginan masuk Islam.
23Luthfi Bushori, Musuh Besar Umat Islam, (Jakarta: Bineka Cipta, 2006), hlm. 29.
14
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan suatu karya ilmiah yang sudah pernah
dibuat dan ditulis oleh orang lain. Penelitian terdahulu juga merupakan cara untuk
mengetahui suatu hasil karya yang sudah dibuat, guna untuk membandingkan
dengan karya ilmiah yang penulis susun. Adapun menurut hasil studi yang penulis
lakukan, skripsi yang mempunyai sedikit tidaknya persamaan yang bisa
dibandingkan sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Qaharuddin Tahir “Masjid Kampus
sebagai Media Komunikasi Aktivis Dakwah dalam Pembentukan Karakter
Mahasiswa”, di dalamnya dibahas tentang masjid kampus mempunyai peranan
penting dalam aktifitas dakwah di kampus, sehingga menarik untuk menjadi objek
penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, observasi dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktifitas dakwah dan
penggunaan masjid kampus sebagai media komunikasi berhubungan secara
simultan dan signifikan terhadap pembentukan karakter mahasiswa dan karakter
mahasiswa yang terbentuk melalui aktifitas dakwah menggunakan masjid sebagai
media komunikasi berupa karakter pribadi, karakter ibadah dan karakter sosial.24
24Qaharuddin Tahir dan Hafled Cangar, Masjid Kampus sebagai Media KomunikasiAktivis Dakwah dalam Pembentukan Karakter Mahasiswa, Junal Komunikasi Kareba, Vol. 3, No. 3Juli-September 2014, (Universitas Hasanuddin, Makassar: Fakultas Ilmu Komunikasi, 2014), hlm.39.
15
Dalam penelitian selanjutnya yang diteliti oleh M. Muhadi, berjudul “
Masjid sebagai Pusat Dakwah Islam (Studi tentang Aktifis Dakwah di Masjid
Agung Jawa Tengah)“, di dalamnya dibahas bahwa masjid tidak hanya digunakan
sebagai tempat sujud (shalat) saja. Namun, lebih dari itu masjid memiliki banyak
fungsi yang membuat keberadaanya menjadi pusat kegiatan Islam. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan
metode interview, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa aktifitas di Masjid Agung Jawa Tengah difungsikan sebagai aktifitas
dakwah Islam diselenggarakan oleh para tokoh dan ulama dalam memberikan
dakwah kepada muslim, faktor pendukung dalam segi pendanaan ditanggung
penuh oleh APBD Jawa Tengah.25
Penelitian selanjutnya, skripsi yang diteliti oleh Muhsinah Ibrahim,
berjudul “Pendayagunaan Masjid dan Meunasah sebagai Lembaga Pembinaan
Dakwah Islamiyah” di dalamnya menjelaskan bahwa masjid dan meunasah tidak
hanya berfungsi sebagai sarana ibadah semata-mata, tetapi juga merupakan pusat
segala kegiatan sosial kemasyarakatan dan lebih jauh lagi masjid dan meunasah
merupakan sentral segala kegiatan umat. Hasil penelitian menunjukkam bahwa di
Aceh masjid dan meunasah pada masa lalu dan sekarang memiliki multifungsi,
masjid dan meunasah juga berfungsi sebagai sosial kemasyarakatan seperti
silaturrahmi untuk memperkuat persaudaraan, tempat pengumpulan zakat, infaq
dan sedekah, tempat penyelesaian sengketa, lembaga solidaritas dan bantuan
25M. Muhadi, Mesjid Sebagai Pusat Dakwah Islam (Studi tentang Aktifitas Dakwah diMesjid Agung Jawa Tengah), Skripsi (Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN WalisongoSemarang: Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, 2015).
16
kemanusiaan, juga tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pemimpin
umat Islam.26
Penelitian yang penulis lakukan tidak jauh berbeda dengan penelitian
sebelumnya. Di mana penelitian 1, 2, dan 3 yang telah penulis paparkan sama-
sama membahas masjid sarana dakwah islamiyah, subyeknya lebih kepada orang
muslim sedangkan skripsi penulis lebih kepada nonmuslim. Nonmuslim cuma
mendengarkan syiar-syiar Islam seperti azan dan lantunan ayat-ayat suci al-Quran,
yang melihat secara langsung melalui bangunannya Masjid Raya Baiturrahman
Banda Aceh.
Selain itu penulis melakukan penelitian tentang Masjid Raya
Baiturrahman Banda Acehsebagai media dakwahnya bagi nonmuslim,
dikarenakan Masjid Raya Baiturrahman mempunyai nilai sejarah serta terdapat
keunikan sebagai tempat ibadah umat Islam. Oleh demikian banyak orang
nonmuslim yang mengunjunginya, sehingga masuk Islam. Dengan hal ini, maka
penulis untuk melanjutkan penelitian, dikarenakan belum pernah diteliti atau
dikaji sebelumnya oleh mahasiswa lainnya, khususnya mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Komunikasi selama sepuluhan tahun terakhir.
26Muhsinah Ibrahim, Pendayagunaan Masjid dan Meunasah sebagai Lembaga PembinaanDakwah Islamiyah, Jurnak al-Bayan Vol 19, No. 28, Juli-Desember 2013, (Fakultas Dakwah danKomunikasi IAIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh. 2013), hlm. 81.
17
Kemudian untuk lebih jelasnya dapat dilihat dapat dilihat pada tabulasi 2.1
berikut ini.
Tabel. 2.1. Review Penelitian 2017
Noo
Nama Judul Lokasi Alamat Tahun1. Qaharuddin
Tahir danHafiedCangar
Masjid Kampus Sebagai MediaKomunikasi Aktivis Dakwahdalam Pembentukan KarakterMahasiswa
UniversitasHasanuddin,Makassar
Makassar 2014
2. M.Muhadi Masjid Sebagai Pusat DakwahIslam (Studi tentang AktifitasDakwah di Masjid Agung JawaTengah)
UINWalisongo
Semarang 2015
3. Muhsinah
Ibrahim
Pendayagunaan Mesjid danMeunasah sebagai LembagaPembinaan Dakwah Islamiyah
IAIN Ar-Raniry
BandaAceh
2013
B. Pengertian Masjid dan Fungsi Masjid
Secara etimologi masjid berasal dari bahasa Arab سجد - سجود - یسسجد yang
berarti tempat sujud. Sujud mengandung arti taat, patuh, tunduk dengan hormat
dan takzim.27Masjid adalah tempat bersujud yaitu tempat umat Islam mengerjakan
shalat, zikir kepada Allah S.w.t. dan untuk hal-hal yang berhubungan dakwah
Islamiyah.28 Masjid juga sering disebut bukan saja tempat shalat, tetapi juga
sebagai pusat pendidikan, pengajian keagamaan, pendidikan, militer dan fungsi-
fungsi sosial dan ekonomi lainnya.29
27Ahmad Warson AI-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif,2002), hlm. 610.
28M. Abdul Mujid, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), hlm. 201.29Dalmeri, Evitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi dan Dakwah Multikultural,
Jurnal Walisongo, Vol. 22, No. 2, November 2014, (Jakarta: Universitas Indraprasta PGR, 2014),hlm. 325.
18
Secara terminologi masjid diartikan sebagai pusat ibadah berarti berbagai
ibadah dapat dilakukan di dalam masjid yang secara khususnya ibadah yang
langsung berhubungan kepada Allah S.w.t. Di dalam masjid juga seluruh umat
muslim dapat memecahkan persoalan hidup, bermusyawarah untuk mewujudkan
berbagai tujuan, menjauhkan diri dari kerusakan, serta menghadang berbagai
penyelewengan akidah. Bahkan masjid pun dapat menjadi tempat mereka
berhubungan dengan penciptanya dalam rangka memohon ketentraman,
ketaubatan, pertolongan Allah S.w.t. Di masjid, mereka mengisi hatinya dengan
kekuatan spiritual yang baru sehingga Allah S.w.t selalu menganugrahkan,
kesabaran dan ketangguhan, kesadaran kewaspadaan serta aktifitas yang penuh
semangat.30 Masjid juga diartikan sebagai bentuk, model, dan simbol yang tampak
dari masjid itu sendiri yaitu bentuk dan model fisik bangunan, yang ditepati oleh
kaum Islam untuk beribadah kepada Allah S.w.t.31
Istilah masjid di Aceh, sebagian tempat, kelihatannya sangat terkait
dengan shalat jumat, demikian dikatakan karena dibeberapa tempat masjid hanya
digunakan untuk shalat jumat. Maksudnya bangunan yang diberi nama masjid
tersebut pada biasanya tidak digunakan kecuali untuk kegiatan shalat jumat: pintu
masjid terkunci sepanjang hari kecuali pada hari jumat untuk menunaikan shalat
jumat dan setelah shalat jumat selesai pintu tersebut dikunci kembali. Sedangkan
shalat fardhu berjamaah pada biasanya dilaksanakan di meunasah namun shalat
jumat tidak dilaksanakan di meunasah, mungkin juga perbedaan kepada masjid
dan meunasah ini terjadi karena pengaruh pemerintahan Aceh pada masa
30Abdurrahman an Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 136.
31Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia..., hlm. 610.
19
kesultanan dahulu, yang hanya mengizinkan masjid pada tingkat kemukiman,
sedang pada tingkat gampong (desa) disediakan meunasah.32
M. HR. Songge menyatakan bahwa masjid bermakna sebagai tempat para
hamba yang beriman bersujud melakukan ibadah seperti shalat wajib dan berbagai
shalat sunnah lainnya kepada Allah S.w.t.33
Sedangkan menurut Susanta masjid adalah bangunan karya peradaban
umat yang berkembang setiap masanya sebagai tuntutan kebutuhan umat dalam
beribadah, bersyukur, berserah diri kepada Allah S.w.t. yang menciptakan alam
semesta ini.34
Sementara menurut Mohammad E. Ayub masjid adalah tempat orang-
orang muslim berkumpul dan melakukan shalat berjamaah dengan tujuan
meningkatkan solidaritas dan silaturrahmi dikalangan kaum muslimin, dan di
masjid pulalah tempat terbaik untuk melangsungkan shalat jumat.35
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa masjid artikan
sebagai suatu bangunan, gedung atau suatu lingkungan yang memiliki batas jelas
(benteng/pagar) didirikan secara khusus sebagai tempat beribadah umat Islam
kepada Allah S.w.t. khususnya untuk menunaikan shalat dan juga suatu tempat di
mana seseorang dapat melakukan sujud, merendahkan diri, dan menyembah
kepada Allah S.w.t. Serta tempat untuk memecahkan permasalahan berhubungan
32Muhsinah Ibrahim, Pendayagunaan Masjid dan Meunasah sebagai Lembaga PembinaanDakwah Islamiyah..., hlm. 84.
33M. Hr. Songge, Pesan Risalah Masyarakat Madani, (Jakarta: Media Citra, 2001), hlm. 1213.
34Novita, Masjid Raya Sintang, Jurnal Teknik Sipil Untan / Vol. 13 No. 2 Desember 2013,(Universitas Tanjungpura: Prodi Teknik Arsitektur Jurusan Teknik Sipil, 2013), hlm. 340
35Mohammad, E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani, 1996) hlm.1-2.
20
dengan persoalan manusia atau dengan kata lain tempat seseorang untuk
melakukan aktifitas dakwah Islamiah.
Menurut Quraish Shihab, masjid bukan hanya berfungsi sebagai tempat
meletakkan dahi atau shalat, tetapi tempat melakukan aktifitas yang mengandung
makna kepada kepada Allah S.w.t. paling tidak tempat mendorong lahirnya
aktifitas yang menghasilkan kepatuhan kepada Allah S.w.t.36Adapun fungsi
masjid ada beberapa macam yaitu :
1. Masjid sebagai Sumber Aktifitas
a. Masjid sebagai tempat ibadah
Masjid adalah tempat sujud, maka fungsi utamanya sebagai tempat ibadah
shalat. Sedangkan ibadah dalam Islam mencakup (1) Hubungan manusia dengan
Allah S.w.t. yang berwujud shalat, i’tikaf, dan lain-lain. (2) Hubungan manusia
dengan manusia yang berwujud zakat, fitrah, dan lain-lain. (3) Hubungan manusia
dengan dirinya, yang berwujud mencari ilmu, mengaji, dan lain-lain. (4)
Hubungan manusia dengan alam, yang berwujud memelihara, memanfaatkan dan
tidak merusak alam.37
Sebagaimana diketahui bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas
menyangkut segala aktifitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridha
Allah S.w.t. maka fungsi masjid di samping sebagai tempat shalat juga sebagai
tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam. Seperti masjid
difungsikan oleh orang muslim untuk beribadah pada Bulan Ramadhan. Di bulan
36AbduI Basit, Strategi Pengembangan Masjid Bagi Generasi Muda, Jurnal Dakwah danKomunikasi, Vol. 3 No. 2 Juli-Desember 2009, (Purwokerto: Jurusan Komunikasi (Dakwah) STAINSTAIN Purwokerto, 2009), hlm. 1.
37Novita, Masjid Raya Sintang..., hlm. 340.
21
Ramadhan, masjid-masjid biasanya menyelenggarakan acara pengajian yang amat
diminati oleh masyarakat. Tradisi lainnya adalah menyediakan makanan buka
puasa. Ada beberapa masjid yang juga menyediakan makanan untuk sahur.38
Pada malam hari setelah salat insya dilaksakan, umat muslim disunahkan
untuk melaksanakankan shalat tarawih berjamaah di masjid. Setelah shalat
tarawih, ada beberapa orang yang akan membacakan al-Quran. Pada sepuluh hari
terakhir di bulan Ramadhan, masjid-masjid besar akan menyelenggarakan i’tikaf,
yaitu sunnah Nabi Muhammad S.a.w. untuk berdiam diri di masjid
mengkhususkan hari-hari terakhir Ramadhan guna meningkatkan amal ibadah dan
memperbanyak mengingat Allah S.w.t.39
Begitu juga shalat jenazah, biasanya diadakan di masjid. Shalat jenazah
dilakukan untuk muslim yang telah meninggal, dengan dipimpin seorang imam.
Shalat jenazah dilakukan di area sekitar masjid, begitu juga ketika gerhana
matahari muncul, kaum muslimin juga mengadakan shalat khusus untuk
mengingat kebesaran Allah S.w.t. Pada dua hari raya yaitu Idul Fitri dan Idul
Adha umat muslim juga melakukan shalat.
b. Masjid sebagai tempat menuntut ilmu
Masjid tidak hanya sekedar tempat untuk ibadah ritual saja. Masjid juga
dijadikan sebagai pusat ilmu pengetahuan. Dengan adanya banyak memabaca
seseorang akan mengetahui apa yang belum diketahuinya. Para Ilmuwan-ilmuwan
Islam bahkan menjadi rujukan bagi dunia Barat seperti Ibnu Sina, al-Farabi, Ibnu
Rusyd dan lain-lain. Keberhasilan yang mereka raih tersebut dikarenakan banyak
38Muhammad ‘Ajaj al-Khatib, Ushulu al-Hadits, ‘Ulumuhu wa Mushthalahuhu, (Beirut:Lebanon, 2006), hlm. 39.
39Muhammad ‘Ajaj al-Khatib, Ushulu al-Hadits..., hlm. 40.
22
membaca, oleh karenanya untuk mengembalikan kejayaan tersebut masjid harus
dilengkapi dengan buku bacaan. Keberadaan perpustakaan masjid adalah suatu
keniscayaan. Buku-buku yang dipajang di sana haruslah buku-buku yang sangat
dibutuhkan oleh jamaah. Tentu tidak hanya buku keagamaan belaka. Buku-buku
lainnya juga harus tersedia agar pengetahuan jamaah masjid semakin bertambah.
Jika setiap masjid yang ada memiliki perpustakaan maka tentu akan memudahkan
masyarakat dalam mengakses bahan bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan.40
Masjid yang dinamai oleh pemerintah, biasanya menyediakan tempat
belajar baik ilmu keislaman maupun ilmu umum. Pendidikan di masjid ditujukan
untuk segala usia, dan mencakup seluruh pelajaran, mulai dari keislaman sampai
sains. Selain itu, membaca al-Quran dan bahasa Arab sering sekali dijadikan
pelajaran di beberapa negara berpenduduk muslim di daerah luar Arab, termasuk
Indonesia. Madrasah, walaupun letaknya agak berpisah dari masjid, tetapi tersedia
bagi umat Islam untuk mempelajari ilmu keislaman.41
Tradisi ini diadopsi di Indonesia dengan model pesantren menurut sejarah
berdirinya pesantren-pesantren di Indonesia dimulai dengan adanya kyai dan
masjid. Pada perkembangan selanjutnya ketika proses taklim di adakan di
madrasah, tradisi halaqah masih tetap dilestarikan di berbagai tempat sebagai
madrasah non formal, namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa tradisi ini
40Puji Astari, Mengembalikan Fungsi Masjid sebagai Pusat Peradaban Masyarakat, JurnalIlmu Dakwah dan Pengembangan Komunitas, Vol. 9 No. I Januari 2014, (Lampung: Fakultas Dakwahdan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung), hlm. 40.
41Muhammad ‘Ajaj al-Khatib, Ushulu al-Hadits...,hlm. 39.
23
merupakan cikal bakal berdirinya universitas-universitas Islam besar di dunia.
Salah satu contohnya adalah al-Azhar di Mesir.42
c. Masjid sebagai pusat pengembangan ekonomi umat
Dari waktu-kewaktu peranan masjid semakin luas dan meningkat. Selain
sebagai tempat ibadah, masjid juga berfungsi sebagai tempat kegiatan sosial umat,
seperti dalam upaya membantu dan meningkatkan perekonomian umat melalui
zakat, infaq dan shadaqah bagi anak yatim piatu dan fakir miskin. Pada saat idul
fitri, masjid menjadi tempat penyaluran zakat fitrah dan membentuk panitia amil
zakat.43 Panitia zakat, biasanya dibentuk secara lokal oleh orang-orang atau para
jamaah yang hidup di sekitar lingkungan masjid. Begitu juga dalam
pengelolaannya, namun, untuk masjid-masjid besar seperti di pusat kota, biasanya
langsung ditangani oleh pemerintah daerah setempat. Masjid, idealnya dibangun
atau didirikan tidak hanya untuk merealisasikan keimanan dan ketakwaan tetapi
juga untuk memakmurkan berbagai aspek kehidupan umat Islam.44 Masjid milik
jamaah umat Islam, sebaliknya masyarakat memiliki masjid. Persoalan masjid
adalah persoalan masyarakat dan sebaliknya persoalan masyarakat adalah
persoalan masjid.
2. Masjid dalam Arus Informasi Modern
Di samping fungsi masjid yang signifikan dalam Islam, masjid juga
dijadikan indikator dalam seni bangunan dan berkaitan erat dengan perluasan
wilayah Islam dan pembangunan kota baru. Masjid merupakan salah satu karya
42Puji Astari, Mengembalikan Fungsi Masjid Sebagai Pusat Peradaban Masyarakat...,hlm. 35.
43Muhammad ‘Ajaj al-Khatib, Ushulu al-Hadiis..., hlm. 39.44DaJmeri, Evitaiisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi dan Dakwah
Multikultural...., hlm. 326.
24
budaya umat Islam di bidang teknologi konstruksi yang telah dirintis sejak masa
permulaannya, dan menjadi ciri khas dari suatu negeri atau kota Islam. Keindahan
bangunan masjid yang menakjubkan di bumi Spanyol, India, Suriah, Mesir, Irak,
dan sejumlah tempat di Afrika menjadi bukti peninggalan monumental umat Islam
yang pemah mengalami kejayaan di bidang teknologi konstruksi, seni, dan
ekonomi. Pada era sekarang, bangunan masjid sudah semakin berkembang sesuai
dengan perkembangan ilmu dan teknologi.45
Sebagaimana para ulama Islam sepanjang sejarah, khususnya sampai abad
ke-10 Hijriyah senantiasa melakukan kajian ekonomi Islam, karena itu kitab-kitab
Islam tentang mu‘amalah (ekonomi Islam) sangat banyak dan berlimpah. Para
ulama tidak pernah mengabaikan kajian mu‘amalah dalam kitab-kitab fikih mereka
dan dalam halaqah(pengajian-pengajian) keislaman mereka. Jika dilihat pada masa
sekarang terjadi berbagai keanehan yang luar biasa, kajian-kajian ekonomi Islam
jarang sekali di masjid-masjid, karena hanya diutamakan sebagai pusat aktifitas
dakwah.46
Fenomena baru di perkotaan, yang menunjukkan sebagian masjid telah
menunjukkan fungsinya sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan, tempat
pemberdayaan ekonomi umat dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Dengan
demikian, keberadaan masjid memberikan manfaat bagi jamaah dan masyarakat
lingkungannya khususnya yang terkena musibah misalnya bencana alam. Upaya
peningkat kesejahteraan masyarakat dan komunitas miskin pasca bencana,
khususnya di wilayah pinggiran kota dan pedesaan dapat dilakukan dengan
45Abdul Basit, Strategi Pengembangan Masjid bagi Generasi Muda..., hlm. 2.46Dalmeri, Evitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi dan Dakwah
Multikultural..., hlm. 328.
25
menggiatkan pengelola masjid-masjid untuk berperan lebih aktif dalam kehidupan
jamaah dan masyarakat di lingkungan masjid menangani pemulihan kondisi
masyarakat pasca bencana dengan manajemen kebencanaan (disaster management)
melalui kegiatan pemberdayaan (empowerment) dan strategi pendampingan dengan
menggunakan dakwah Islam kepada masyarakat setempat sebagai mekanisme
perubahan sosial dan peningkatan motivasi komunitas miskin pasca bencana
untuk kembali berdaya dalam berusaha sehingga dapat mempercepat perubahan
sosio-ekonomi di wilayah-wilayah masjid tersebut berada.47
Seperti dalam pengembangan kegiatan, banyak hal yang dilakukan di
masjid seperti pendidikan, pelatihan, kajian-kajian keagamaan dan ilmiah,
perekonomian, perpustakaan, pembinaan muslimat, dan sebagainya.48 Ada
kelompok pengajian majelis taklim yang dilakukan di masjid pada tiap selasa dan
jumat pagi. Jamaah ini didominasi oleh kaum perempuan dari berbagai usia tetapi
didominasi oleh kaum tua. Sedangkan tiap minggu juga ada wirid atau diskusi
yang membicarakan persoalan agama. Bahkan setiap menjelang shalat dan
sesudah shalat fardu diadakan pengajian rutin.49
3. Masjid sebagai Pusat Pembinaan Umat dan Kegiatan Dakwah
a. Masjid sebagai pusat pembinaan umat
Sebagai tempat pembinaan jamaah dan kepemimpinan umat, masjid
memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan
berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti, karena itu pembinaan kader
47Dalmeri, Evitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi dan DakwahMultikultural..., hlm. 329.
48Abdul Basit, Strategi Pengembangan Masjid bagi Generasi Muda..., hlm. 3.49Dalmeri, Evitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi dan Dakwah
Multikultural..., hlm. 329
26
perlu dipersiapkan dan dipusatkan di masjid sejak mereka masih kecil sampai
dewasa. Adapun masjid sebagai pusat pembinaan umat yaitu :
1) Pembinaan aqidah
Masjid sebagai pembina aqidah untuk membina masyarakat, agar
mendapatkan kedamaian dan kesejahteraan umat adalah dasar utama yang
diajarkan dalam Islam. Melalui masjid rasa kesatuan dan persatuan ditumbuh
suburkan, tidak ada perbedaan derajad di antara strata masyarakat dan semua
dapat bertemu dalam derajat yang sama, karena Allah S.w.t. tidak memandang
strata masyarakat di atas dunia.50
Dari uraian daiatas dapat diketahui bahwa masjid merupakan sautu
benteng kuatnya aqidah agama Islam. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah Saw, dimna beliau membenarkan serta memperkuat suatu aqidah bagi
umatnya dengan bermusyawarahnya dari permasalahan-permasalahan yang ada,
agar umat Islam selamat dari jalan-Nya Allah Swt. Pada zaman sekarang banyak
sekali aliran yang muncul untuk mengacaukan Islam. Ia memelintir ayat dan hadis
untuk mengikuti syahwat mereka. Sehingga jika masyarkat tidak memiliki
sarangan maka aqidahnya akan bercampur baur. Oleh karena itu dengan
memperkuat aqidah maka alangkah indahnya peran masjid jika
pengoptimalisasiannya dengan mengisi kajian-kajian masalah benteng dari
kemurtadan.
50Dalmeri, Evitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi dan DakwahMultikultural...., hlm. 324.
27
2) Pembinaan ibadah
Selain masalah aqidah tentu masalah ibadah pun penting. Banyak di antara
masyarakat hari ini yang masih bingung terhadap ibadah hariannya. Jangankan
yang sunnah, ibadah shalat wajib pun masih ada yang asal gerak. Modal
mengikuti imam tanpa mengetahui apa yang disunahkan dan yang masuk larangan
dalam ibadah tersebut.51
Paling mendasar dari ibadah thahara pun banyak yang tidak tahu. Tidak
ada beda antara mandi janabah dengan mandi hariannya. Tidak peduli dengan
rukun dan sunnah-sunnahnya. Jadi lewat pembinaan ini bisa menjembatani supaya
masyarakat tidak salah dalam melaksanakan ibadah hariannya, supaya terjauh dari
bid’ah. Karena orang yang melakukan bid’ah lebih susah untuk diingatkan dari
pada orang yang melaksanakan dosa besar lainnya, menurut orang yang
melaksanan bid’ah apa yang mereka lakukan adalah sunnah nabi yang harus
dilestarikan.52
3) Pembinaan akhlak
Masjid juga dapat digunakan sebagai pembinaan akhlak masyarakat.
Akhlak antara muda dengan orang yang lebih tua, akhlak seorang anak dengan
orang tuanya. Sebagaimana akhlak sekarang ini khususnya remaja sudah banyak
yang hancur.53 Materi akhlak meliputi akhlak yang terpuji, dan akhlak yang
tercela. Akhlak terpuji antara lain ikhlas, tolong menolong, sabar dan sebagainya.
Akhlak tercela meliputi sombong, kikir, dusta, bohong dan hasud. Tentang akhlak
51Sidi Gazalba, Mesjid, Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna,1994), hlm. 316.
52Sidi Gazalba, Mesjid, Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam..., hlm. 316.53Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial.., hlm. 18.
28
merupakan ilmu budi pekerti yang membahas sifat-sifat manusia yang buruk dan
baik, dengan ilmu akhlak akan memberikan jalan dan membuka pintu hati orang
untuk berbudi pekerti yang baik dan hidup berjasa dalam masyarakat. Berbuat dan
beramal untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.54
Sebagaimna Rasulullah S.w.t. diutus pun di dunia untuk memperbaiki
akhlak manusia. Juga masalah kejujuran, terlihat sekarang ini kejujuran dianggap
barang langka, bahkan orang yang jujur sering dikatakan culun.55Inilah pentinnya
pembinaan akhlak di kalangan masyarakat. Supaya dapat menembatkan orang lain
sesuai dengan tempat Juga tidak mendahulukan ego pribadi di atas kepentingan
bersama, juga saling memahami antara satu dengan lainnya. Boleh jadi dapat
memaksa diri kita untuk memahami orang lain, namun tidak bisa memaksa orang
lain untuk memahami diri kita dan kepribadian kita.
Kehadiran masjid menjadi pengingat manusia yang menjalankan beragam
aktifitas supaya selalu berlaku dan berbuat sesuai dengan perintah dan larangan
Tuhan. Suasana yang dipancarkan oleh masjid mempengaruh akhlak muslim yang
melakukan kerjanya sehari-hari, dengan berfungsinya di pusat-pusat ramai maka
ia ramai dikunjungi.56
b. Masjid sebagai kegiatan dakwah
Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut
untuk menyebarluaskan dakwah islamiyah dan budaya Islami. Di Masjid pula
direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan dakwah
54Oemar Bakry, Akhlak Muslim, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 10.55Amruliah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial..., hlm. 18.56Sidi Gazalba, Mesjid, Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam..., hlm. 371.
29
dankebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat, karena masjid,
berperan sebagai sentra aktifitas dakwah.57
Pusat kegiatan dakwah bagi umat Islam, masjid berperan besar bagi umat
dalam melakukan pembahan nilai-nilai kehidupan dalam pengamalan beragama
dan pembinaan umat melalui program kesalehan sosial dan ekonomi yang
meliputi semangat spiritual yang diwujudkan jamaah. Masjid mempunyai
kepedulian sosial diwujudkan dalam membantu saudara-saudaranya yang terkena
musibah dan miskin seperti pemberian zakat, infaq dan shadaqah.
Masjid dan dakwah merupakan dua faktor yang erat sekali hubungannya
satu sama lain, saling isi mengisi di antara keduanya, kalau diumpamakan laksana
gudang dengan barangnya, dengan demikian masjid yang didirikan di dalam suatu
lokasi tertentu harus dapat berperan sebagai tempat atau media dakwah islamiah.
Dakwah pada dasarnya meliputi berbagai aspek kegiatan, termasuk di dalamnya
masalah sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya, oleh karenanya dakwah
dipandang penting sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan syiar Islam dan
kehidupan beragama dalam masyarakat. Kegiatan-kegiatan dakwah melalui
masjid sebenarnya tercakup dalam kegiatan-kegiatan dalam rangka pembinaan
umat, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah S.a.w. dan sahabat-sahabatnya
yang menggunakan masjid sebagai tempat pengajaran dan pendidikan Islam,
peradilan, musyawarah, pemilihan khalifah dan sebagainya.58
57Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kreasindo Mediacita, 2009), hlm. 112.58Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002), hlm. 52.
30
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa fungsi dan peran masjid
sangat penting, karena masjid bukan hanya sebagai tempat beribadah kepada
Allah S.w.t. saja, tetapi masjid juga sebagai tempat melakukan kegiatan-kegiatan
sosial, maupun sebagai aktifitas lainnya. Masjid juga merupakan media dakwah
bagi umat Islam, selain dari itu media dakwah juga berlaku bagi nonmuslim yang
ingin melihat dan mendengarkannya. Pada hakikatnya masjid adalah tempat
melakukan segala aktivitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah
S.w.t. semata.
C. Media Dakwah dan Perkembangannya
1. Pengertian Media Dakwah
Secara etimologi media berasal dari bahasa Latin medius berarti perantara,
tengah atau pengantar.59 Sedangkan dalam bahasa Arab media berasal dari kata
wasilah dalam bentuk jama’ wasail yang berarti alat atau perantara.60 Kata media
seringkali digunakan dalam berbagai kegiatan usaha, seperti media dalam
penyampaian pesan,61 apabila media tersebut membawa pesan-pesan atau
informasi yang bertujuan instruksional atau maksud-maksud dakwah maka media
itu disebut media dakwah.62
Secara terminologi media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi
atau penerima pesan, demikian peranan media dalam proses dakwah sebagai
59Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 35.60Asmuni Syukri, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1983), hlm. 17.61Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), hlm. 589.62Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 4.
31
teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
dakwah atau sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi dakwah.63 Media
juga diebut sebagai alat yang menghubungkan pesan komunikasi yang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan (penerima pesan).64
Sementara menurut Wahyu Ilaihi media adalah alat atau wahana yang
digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Untuk itu
komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana
untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya atau
banyak jumlahnya. Komunikasi yang dituju dengan menggunakan media
bentukannya bisa hanya seorang, dapat dengan kelompok kecil orang, bisa juga
sejumlah orang yang amat banyak.65
Sedangkan menurut Wilbur Schramm media diartikan sebagai teknologi
informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran, dimaksud dengan media
adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku,
film, video dan sebagainya.66
Menurut uraian di atas dapat dipahami bahwa media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada
penerima informasi atau penerima pesan.
63Wina Sanjaya, Perempuan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009),hlm. 204.
64Mubasyaroh, Film Sebagai Media Dakwah (Sebuah Tawaran Alternatif Media DakwahKontemporer), Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 2014, (Kudus: Dakwahdan Komunikasi STAIN Kudus, 2014), hlm. 4.
65Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 104.66Azhar Arsyad, Media Pembelajaran..., hlm. 5.
32
Sedangkan dakwah adalah kegiatan penyampaian petunjuk Allah S.w.t.
kepada seseorang atau sekelompok masyarakat, agar terjadi perubahan pengertian,
cara berpikir, pandangan hidup (way of life) dan keyakinan, sikap, tingkah laku,
dan nilai, yang akan mengubah tatanan kemasyarakatan dalam proses yang
dinamis.67 Menurut Asep Muhiddin dakwah adalah upaya kegiatan mengajak atau
menyeru umat manusia agar berada di jalan Allah S.w.t. yang sesuai fitrah dan
kehanifannya secara integral.68
Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan
materi dakwah kepada penerima dakwah. Pada zaman modem seperti sekarang
ini, seperti televisi, video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar merupakan
beberapa alat yang menjadi media dalam berdakwah. Media dakwah dapat
dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu (1) Lisan, merupakan media
sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato,
ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan sebagainya; (2) Tulisan, merupakan
media berupa tuslisan seperti buku, majalah, surat menyurat, spanduk dan
sebagainya; (3) Lukisan, dapat berupa gambar, karikatur dan sebagainya; (4)
Audio Visual, merupakan alat dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran
atau penglihatan dan kedua-duanya, bisa berbentuk televisi, slide, ohp, internet dan
sebgainya; (5) Akhlak, merupakan suatu perbuatan-perbuatan nyata yang
mencerminkan ajaran Islam, yang dapat dilihat dan didengarkan oleh mad’u.69
Seorang da’i sudah tentu memiliki tujuan hendak dicapai, agar mencapai tujuan
67Efa Ida Amaliyah, Islam dan Dakwah: Sebuah Kajian Antropologi Agama, JurnalKomunikasi Penyiaran Islam, Vol. 3, No. 2 Desember 2015,(STAIN: STAIN Kudus, 2015), hlm. 343.
68Asep Muhiddin, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 19.69Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 403.
33
yang efektif dan efisien, da’i harus mengorganisir komponen-komponen (unsur)
dakwah secara baik dan tepat. Salah satu komponen adalah media dakwah.70
Menurut Samsul Munir media dakwah diartikan sebagai salah satu unsur
dakwah. Hal tersebut merupakan alat atau sarana untuk menyampaikan pesan
dakwah kepada mitra dakwah, ketika media dakwah berarti alat dakwah maka
bentuknya adalah alat komunikasi. Secara garis besar media meliputi manusia,
materi, dan lingkungan, yang membuat orang lain memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.71 Jadi media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan
untuk menyampaikan isi pesan atau pengajaran, seperti buku, film,
gambar/lukisan, vidio, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa media dakwah adalah
segala suatu yang dapat digunakan sebagai alat atau sarana untuk menyampaikan
pesan dakwah kepada objek dakwah. Jadi media dakwah dijadikan sebagai alat
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan dakwah seperti mengunakan film,
radio, majalah dan lain sebagainya sebagai media dakwah.
2. Media Dakwah Era Rasulullah
Rasulullah S.a.w. adalah manusia teladan yang mempunyai sikap-sikap
mulia. Sikap mulia ini akan mendorong banyak orang berfikir dan merenung,
sehingga tidak mustahil ia mendapat mengubah jalan hidup untuk umat
mansuianya dari jalan sesat pada jalan yang lurus. Pada masa kehidupan
Rasulullah S.a.w. media yang digunakan dalam menyampaikan dakwah yaitu
dengan surat. Dakwah yang dibawa oleh Rasulullah S.a.w. adalah dakwah
70Wardi Bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), hlm. 35.71Samsul Munir Amin, Ihnu Dakwah, (Jakarta: Amza, 2009), hlm. 113.
34
islamiyah yaitu menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil umat
manusia agar menerima dan mempercayai keyakinan dan pandangan hidup.
Menurut J.S. Badudu dan Sutan Mahmud Zain surat adalah sesuatu yang
telah ditulis atau dicetak di dalamnya memuat maksud dan tujuan yang diinginkan
oleh penulis (subyek surat). Dalam hal ini isi surat itu dapat berupa permohonan,
permintaan, perintah dan sebagainya.72Segala hal yang menjadi dari isi akurat
tersebut ditujukan kepada obyek surat atau orang yang menerima surat. Maksud
dan tujuan penulis surat itu bisa berupa penegasan, keterangan, penjelasan,
tawaran, ajakan, gagasan dan sebagainya yang semuanya dituangkan dalam
bentuk bahasa tulis yang dapat dimengerti oleh obyek (penerima) surat tersebut.
Surat Rasulullah S.a.w. adalah surat yang telah ditulis di mana dalam surat
tersebut mengandung isi berupa tujuan dan maksud yang dikehendaki oleh
Rasulullah S.a.w. dalam hal ini Muhammad bin Sa’ad seperti telah dikutip Ali
Mustafa Ya’cub, memberikan klasifikasi terhadap semua keseluruhan surat
Rasulullah S.a.w. yang telah diketahui yaitu :
1. Surat yang berisi seruan untuk masuk agama Islam. Surat jenis seperti ini
ditujukan kepada orang nonmuslim (ahli kitab atau kaum musyrikin) yang
pada saat itu berkedudukan sebagai penguasa (kaisar, atau kedudukan
lainnya yang setara), wali negara (jabatan setingkat gubernur), pemimpin
suku (kabilah), juga kepada perseorangan.
2. Surat yang berisi tentang aturan agama Islam, seperti surat yang di
dalamnya memuat mengenai penjelasan zakat, shadaqahdan sebagainya.
72S. Badudu & Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PustakaSinar Harapan, 1994), hlm. 131.
35
Surat dalam kelompok ini biasanya disampaikan kepada mereka yang
sudah menjadi muslim tetapi masih membutuhkan beberapa penjelasan
dari Rasulullah S.a.w.
3. Surat yang berisi tentang hal-hal wajib dikenakan orang-orang nonmuslim
yang tinggal dan hidup di wilayah dan pemerintahan Islam (Madinah).
Surat dengan jenis seperti ini disampaikan kepada golongan nonmuslim
yang telah membuat perjanjian damai dengan Rasulullah S.a.w.73
Sebagaimana butir-butir perjanjian yang dibuat antara Rasulullah S.a.w.
dan umat Islam dengan kaum Yahudi di Madinah, di mana butir-butir dari
kesepakatan dan perjanjian itu dituangkan dalam bentuk surat tertulis yang
disepakati oleh kedua belah pihak. Tujuan penulisan surat dan sejalan dengan
pengertian dari surat terklasifikasi pada urutan pertama, maka surat disampaikan
Rasulullah S.a.w. kepada para pemimpin di luar Jazirah Arabia itu memuat isi
berupa ajakan mengikuti dan mengimani ajaran Islam.74Dengan begitu penulisan
dan penyampaiannya ini merupakan salah satu cara yang ditempuh Rasulullah
S.a.w. dalam rangka melaksanakan dakwah Islam.
Berdasarkan uraian di atas dipahami bahwa Rasulullah S.a.w. menulis
surat kepada para raja dunia dan para pemimpin Arab, tujuannya untuk mengajak
mereka masuk Islam, menuju jalan Tuhannya dengan cara bijaksana dan nasihat
73Ali Mustafa Ya’cub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997),hlm. 8.
74Kholid Sayyid Ali, Surat-Surat Nabi Muhammad, Terj H.A. Aziz Salim Basyarahil,(Jakarta: Gema Insani Press, 1991), hlm. 7.
36
baik, Rasulullah S.a.w. sangat memperhatikan hal ini dan memilih orang yang
layak untuk menguntusnya, orang yang mengetahui bahasa dan negaranya.75
Terdapat empat orang raja yang meniadi obyek dakwah Rasulullah S.a.w.
melalui media surat. Rasulullah S.a.w. menyuruh sahabatnya yaitu Zaid bin Tsabit
untuk menuliskan suratnya kepada; (1) Ibnu Hisyam dalam Sirah Nabawiyah-nya
menyebutkan yaitu: Raja Negus Najasyi di Abbessinia (Ethiopia sekarang ini); (2)
Raja Heraclius (Kaisar Imperium Romawi yang berpusat di Konstatinopel atau
Byzantium); (3) Raja Khosru II (Kisra Abrawaiz penguasa Persia); (4) Raja
Muqauqis penguasa Koptik (Qihthi wilayah Mesir),76 Jadi mereka adalah raja-raja
yang menjadi obyek dakwah Rasulullah S.a.w. dengan menggunakan media surat.
Adapun isi surat Rasulullah S.a.w. kepada Kaisar Heraclius yaitu:
BismillahirrahmanirrahimDari Muhammad Utusan AllahKepada Heraclius pemimpin Romawi
Salam sejahtera semoga dilimpahkan kepada orang yang mengikutipetunjuk Allah. Maka sesungguhnya, saya mengajak anda dengan ajakan Islam.Masuklah anda dalam agama Islam, maka anda akan selamat, dan Allah akanmemberikan pahala dua kali lipat. Apabila anda menolak, maka anda akanmenanggung dosa para petani.
Hai ahli kitab, marilah pada satu kalimat (ketetapan) yang tidak adaperbedaan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dantidak persekutukan dia dengan sesuatu apa pun dan tidak (pula) sebagian kitamenjadikan bagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah, saksikan bahwa kamiadalah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah).77
Sebagai gambaran, sosok penguasa yang mendapatkan surat dakwah dari
Rasulullah S.a.w. itu adalah Kaisar Najasyi (Kaisar di Hasby (Hahasyah) atau
Negara Ethiopia sekarang ini, Kaisar Heraclius (penguasa Romawi yang berpusat
75Abdul Hasan Ali AI-Hasan An-Nadwi, Shirah Nabawiyah, Sejarah Lengkap NabiMuhammad Saw, (Yogyakarta: Darul Mana, 2011), hlm. 341.
76Abdul Malik Ibnu Hisyam, Shirah Nabawiyah, (Beriut: Darul Kutub Al-Ilmiah, 1971),hlm. 556.
77Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah..., hlm. 195-197.
37
di Konstantinopel atau Byazantum), Kisra Eperwiz (penguasa Persia). Al
Muqaugis (Walinegara yang berkedudukan di Aleksandria, Mesir), Harits Al
Ghissani (Walinegara yang berkedudukan di Damaskus), Syam atau sekarang
menjadi Negara Suriah), dan beberapa para penguasa yang lainnya.78 Dakwah
dengan media surat adalah salah satu bentuk dakwah tulisan, dalam ilmu dakwah
disebut dengan metode dakwah bil-qalam yang berarti berdakwah dengan tulisan,
dakwah dengan tulisan sangat diperlukan dan dikembangkan sesuai dengan
tuntunan zaman.79
Media dakwah pada zaman Rasulullah S.a.w. dan sahabat sangat terbatas,
yakni berkisar pada dakwah qauliyah bi al-lisan dan dakwah fi’liyahbi al-uswah,
ditambah dengan media penggunaan surat (rasail)yang sangat terbatas. Rasulullah
S.a.w. menggunakan media dakwah melalui surat atau tulisan, dikarenakan jarak
yang jauh untuk menyampaikan isi pesan-pesan dakwahnya. Satu abad kemudian,
dakwah menggunakan media, yaitu qashah(tukang cerita) dan muallafat (karangan
tertulis) diperkenalkan. Media yang disebut terakhir ini berkembang cukup pesat
dan dapat bertahan sampai saat ini. Pada abad ke-14 Hijrah, kita menyaksikan di
bidang ilmu pengetahuan dan teknlogi yang sangat pesat. Dalam rangka inilah,
dakwah dengan menggunakan media-media baru seperti surat kabar, majalah,
cerpen, kaset, film, radio, televisi, stiker, lukisan, iklan, puisi dan nyanyian musik,
78Muhammad Husain Heikal, Sejarah Hidup Nabi Muhammad Saw, (Jakarta: PustakaAntar Nusa, 1992), hlm. 411.
79Suf Kasman, Jurnalisme Universal, Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi al-Qalam dalam al-Qur’an, (Jakarta: Teraju, 2004), hlm. 119.
38
dan media seni lainnya, dapat mendorong dan membantu para penyampai dakwah
dalam menjalankan tugasnya.80
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa media dakwah era
Rasulullah S.a.w. yaitu melalui surat. Surat adalah suatu informasi yang
disampaikan dalam bentuk tulisan tentang suatu hal atau kebenaran, Rasulullah
S.a.w. menyuruh sahabatnya yaitu Zaid bin Tsabit untuk menuliskan suratnya
yang nantinya dikirimkan kepada terutama raja-raja terdahulu agar raja tersebut
masuk dan memeluk Agama Islam,
3. Media Dakwah Era Modern
Di zaman kemajuan sekarang ini dakwah tidaklah cukup disampaikan
dengan lisan belaka tanpa bantuan alat-alat modem yang sekarang ini terkenal
dengan yaitu percetakan, radio, film, internet, dan televisi. Kata-kata terucapkan
dari manusia hanya dapat menjangkau jarak yang sangat terbatas, sedangkan
dengan alat-alat komunikasi massa itu jangkauan dakwah tidak lagi terbatas pada
waktu dan ruang.81 Dakwah dapat berjalan secara efektif dan efisien apabila
terlebih dahulu mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah-masalah yang
muncul dan bakal muncul dan dilengkapi dengan pengenalan objek secara tepat.82
Dengan berkembangnya media dakwah yang sangat beragam di
masyarakat seperti televisi, internet dan lain-lain, maka lebih mudah pula
masyarakat untuk memperoleh pencerahan dalam keagamaan tanpa harus bertatap
muka secara langsung dan ketika pemirsa (dalam hal ini mad’u) ingin dialog
80Irzum Farihah, Media Dakwah Pop, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 1, No. 2,Juli-Desember 2013, (Kudus: Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Kudus, 2013), hlm. 28.
81Abdul Munir Mulkhan Ideologisasi Gerakan Dakwah,(Yojakarta: Smress 19961).hlm. 58.
82Mahmudin, Manajemen Dakwah Rasulullah, (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), hlm. 7.
39
interatifpun sudah tersedia fasilitas untuk hal tersebut, tanpa harus bertatap muka
secara langsung, hai ini bisa lebih efektif dan efisien.83
Adapun media dakwah era modem yaitu :
a. Radio
Radio adalah sebuah benda atau pesawat yang dapat menerima pancaran
gelombang elektromagnetik sehingga mengeluarkan suara, bisa dipegang dan
dapat dibawa ke mana-mana.84 Menurut Kamus Bahasa Indonesia radio adalah
siaran (pengiriman) suara atau bunyi melalui udara.85 Jadi radio adalah sesuatu
yang menghasilkan bunyi atau suara, karena dipancarkan oleh gelombang atau
frekuensi melalui udara.
Radio sebagai media dakwah memiliki beberapa keutamaan antara lain:
(1) Program radio dipersiapkan oleh seorang ahli, sehingga bahan yang
disampaikan benar-benar berbobot atau bermutu. (2) Orang bisa menikmati acara
siaran radio sambil makan, sambil tidur-tiduran, (3) Harga dan biaya cukup
murah, sehingga masyarakat mudah menjangkaunya (4) Mudah dijangkau oleh
masyarakat Artinya audien/pendengar cukup di rumah, (5) Mudah dibawa ke
mana-mana.86 Keterbatasan atau kelemahan media radio sebagai media dakwah
antara lain adalah (a) Siaran hanya sekali didengar (tidak dapat diulang), (b)
Siaran radio tidak setiap saat dapat didengar menurut kehendaknya (obyek
83Irzum Farihah, Media Dakwah Pop..., hlm. 26.84Didin S, Radio Siaran, (Yogyakarta: Lkis, 2005), hlm. 8.85Departemen Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI)..., hlm. 612.86Widjaja, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 36.
40
dakwah), (c) Terlalu peka akan gangguan sekitar, baik bersifat alami maupun
tehnis.87
b. Televisi
Televisi adalah salah satu media massa yang mempunyai pengaruh cukup
efektif sebagai penyebar pesan-pesan kepada khalayak ramai. Kehadiran televisi
sebagai media komunikasi dapat membawa dampak positif maupun dampak
negatif, tergantung bagaimana memanfaatkan media tersebut.88
Televisi memang memiliki kelebihan dibandingkan dengan media massa
lainnya karena memiliki tampilan audio visual yang tidak dimiliki media lainnya.
Dari segi kecepatan liputan berita, televisi sudah jauh meninggalkan surat kabar.
Berbagai program siaran televisi utamanya menyangkut hiburan informasi sangat
diminati oleh masyarakat. Sehingga media ini sangat baik jika digunakan untuk
menyebarkan berbagai informasi seperti berita, hiburan, film dan lain sebagainya.
Hal ini terkait dengan asumsi bahwa televisi merupakan alat informasi yang
ampuh dalam mengubah sikap dan perilaku pemirsa, karena efek suara bentuk
gambarnya secara nyata dapat dilihat oleh masyarakat lainya. Kenyataan bila
gambar yang tertayang di televisi (paket acara) baik film, drama, berita maupun
iklan, akan mempengaruhi kejiwaan pemirsa, demikian pula halnya dengan acara-
acara kerohanian khususnya yang berkaitan dengan pembinaan rohani Islam,
khususnya acara dakwah.89
87Umul Baroroh, Efek Berdakwah Melalui Media Tradisional, (Semarang: IAIN Walisongo,2009), hlm. 34-35
88Irzum Farihah, Media Dakwah Pop..., hlm. 36.89Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta: Pustaka,
1990), hlm. 191.
41
Melalui tayangan televisi akan kita dapatkan beberapa program yang
bernafaskan Islam, misalnya sinetron salah satunyaTukang Bubur Naik Haji, dan
sebagainya. Ceramah ustad/ulama yang ada di Indonesia maupun di luar negeri
dan film bernuasa keagamaan serta hafis da’i cilik. Begitu juga dengan Islam
dalam iklan, misalnya ustad maulana dalam iklan telkomsel, mamah dedeh
dengan iklan cap kaki tiga.90
Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa acara seperti ini kurang
diminati oleh pemasang iklan sehingga paket acaranya pun cenderung monoton
dan kurang menarik. Berbagai acara siraman rohani Islam muncul dilayar kaca
nasional. Paket acara ini menjadi santapan rohani umat Islam di pagi hari. Acara
ini ternyata mendapat perhatian yang luas dari kalangan umat Islam karena
dirasakan cukup bermanfaat bagi pemirsa di rumah.91Meskipun demikian,
kehadiran paket acara keagamaan di layar televisi nasional sudah patut di syukuri
karena dapat diharapkan memberikan bimbingan mental bagi umat Islam
Indonesia setiap harinya. Fakta ini membuktikan bahwa siaran televisi dapat
menjadi media penyampaian pesan-pesan dakwah bagi masyarakat banyak.92
Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerapan dan pemanfaatan
hasil tekhnologi modern, yang mana dengan pemanfaatan hasil tekhnologi itu di
harapkan seluruh aktifitas dakwah dapat mencapai sasaran (tujuan) yang lebih
optimal.
90Irzum Farihah, Media Dakwah Pop..., hlm. 37.91Ahmad Atabik, Prospek Dakwah Melalui Media Televisi, Jurnal Komunikasi Permlaran
Islam, Vol. 1, No. 2 Juli-Desember 2013, (Kudus Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Kudus,2013), hlm. 194.
92Stan Le Roy Wilson, Mass Media Mass Culture..., hlm. 240.
42
c. Film
Sudah menjadi keharusan bahwa setiap muslim mempunyai tugas dan
kewajiban mulia untuk menyampaikan dakwah kepada orang lain, sesuai dengan
pengertian dakwah itu sendiri ialah mendorong atau mengajak manusia dengan
hikmah untuk melakukan kebijakan, kebaikan serta mengikuti petunjuk Allah
S.w.t. dan Rasulnya, menyuruh mereka berbuat baik serta melarang mereka
melakukan perbuatan munkar, agar memperoleh kesejahteraan dan kebahagian
dunia dan akhirat.93
Dalam penyampain dakwah itu sendiri harus sesuai dengan perkembangan
zaman agar pesan dakwah yang kita sampaikan mampu diterima dengan baik oleh
penerima pesan dakwah tersebut. Seperti halnya saat ini, bahwa selama ini tidak
seorang pun yang menyangkal bahwa masjid merupakan pusat penyampaian
pesan dakwah yang sangat efektif. Akan tetapi dengan kemajuan teknologi yang
pesat dari tahun-ketahun, kini dakwah tidak cukup disampaikan di masjid saja
tanpa mencoba mencari alternatif lain untuk mengembangkannya dengan
menggunakan berbagai sarana prasarana yang tersedia.94
Seperti halnya media film, karena dengan menggunakan film yang
notabenenya hanya sebagai hiburan, penonton akan merasa terhibur dan mampu
menyerap intisari dari pesan-pesan dakwah yang terdapat dalam film yang
ditontonnya, di samping itu film juga memberikan pengaruh yang sangat besar
pada jiwa manusia. Dalam proses menonton film, terjadi suatu gejala yang disebut
oleh ilmu sosial sebagai identifikasi psikologis, maka dari itu pesan-pesan yang
93Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm.10-11.
94Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah..., hlm. 17.
43
termuat dalam film akan membekas dalam jiwa penonton. Lebih jauh, pesan itu
akan membentuk karakter penonton.95
Meskipun film bukan satu-satunya media yang terbaik dalam berdakwah,
namun dengan menggunakan film sebagai media dakwah diharapkan mad’u akan
menemukan karakter positif dalam film tersebut, sehingga diharapkan dengan
menonton film tersebut mad’u akan terpengaruh pada karakter dalam film tersebut
dan diharapkan akan mengambil contoh/keteladanan dari film tersebut. Di
samping itu dengan pemutaran film diharapkan penonton mad’u dapat mengambil
pelajaran/ibadah dari tayangan film tersebut.96
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diahami bahwa dari beberapa fungsi
film di atas, dalam kaitannya dengan aktifitas dakwah, film sebagai media dakwah
diharapkan dapat memerankan dirinya dengan baik dalam kaitannya
menyampaikan dakwah, dengan film dapat digunakan sebagai media informasi,
dengan demikian da ’i akan dapat lebih banyak menginformasikan hal-hal positif
tentang Islam meliputi beberapa materi akidah, syari’ah maupun akhlak, dapat
memberikan pendidikan film sebagai media dakwah juga digunakan untuk
mempengaruhi orang lain, dalam hal ini dengan pembuatan dan pemutaran film
diharapkan da’i dapat mempengaruhi kepada mad’u agar mad’u selaku penerima
dan sasaran dakwah dapat terpengaruh pemikiran dan ajaran Islam sehingga akan
menyetujui pendapat mad’u yang pada akhirnya akan menyetujui dakwah yang
disampaikan lewat film. Di samping itu dengan film ini kegiatan dakwah tidak
monoton tapi ada variasinya, karena film juga memiliki fungsi entertaint (hiburan),
95 Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Pres, 2004),hlm. 93-94.
96 Mubasyaroh, Film sebagai Media Dakwah..., hlm. 14.
44
dengan hiburan ini masyarakat selaku penerima dakwah akan terhibur ketika
mengikuti kegiatan dakwah, sehingga dakwah yang mereka terima menjadi
sesuatu yang menarik dan sayang untuk ditinggalkan.
Melihat kenyataan tersebut, perlu peran serius dari da’i untuk
mempergunakan fasilitas-fasilitas tersebut sebagai media dakwah. Da’i dapat
memilih media-media yang akan dipergunakan untuk berdakwah, lalu diisi
dengan materi-materi dakwah, di sinilah peran da’i harus lebih siap meningkatkan
kualitas sumber daya manusia untuk mengisi media-media modem yang tersedia
pada zaman sekarang ini.97
d. Surat kabar dan majalah.
Majalah memiliki peran sentral dalam penyampaian nilai-nilai Islam
dengan memadukan dua pendekatan sekaligus, pendekatan tulisan dan
visual.98Surat kabar dan majalah adalah media dakwah menggunakan tulisan.
Media ini memiliki keunggulan antara lain; (1) Mudah dijangkau oleh
masyarakat, karena harganya relatif murah; (2) Dapat dibaca berulang kali,
sehingga dapat dipahami atau dihafal sampai mendetil. Sedangkan ke
kelemahannya yaitu (a) Memiliki keterbatasan pada mereka yang bisa membaca
dan yang dapat memahami bahasa pers; (b) Bilamana surat kabar itu sering dibaca
akan menghabiskan uang yang relatif banyak jika dibandingkan dengan media
lainnya.99
97Jakfar Putih Saifullah, Dakwah Tekstual dan Konstektual, (Yogyakarta: AK Group 2006),hlm. 103.
98 Irzum Farihah, Media Dakwah Pop..., hlm. 40.99 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm. 170.
45
Saat ini banyak majalah yang menyuguhkan fashion muslim dan atribut-
atribut lain yang sesuai dengan syari’ah. Misalnya, majalah Aulia dan Paras yang
beritanya banyak didominasi nada dunia fashion Islami. Perihal penyampaian
pesan-pesan Dakwah Islam melalui majalah, pertama-tama yang harus
diperhatikan, berkaca pada majalah-majalah sebagaimana tersebut dimuka adalah
bagaimana meposisikan pesan-pesan Islam memasuki segmen pasar itu. Strategi
dakwah demikian, bukan saja makin mengakraban dunia Islam dengan dunia
manusiawi, lebih dari itu, Islam memang harus membumi aktualisasi Islam
sebagai rahmat bagi semesta alam.100
2. Masyarakat Sebagai Objek Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi dakwah berasal dari kata masdar, yad’u (fiil mudhari) dan
da’a (fiil madhi) berarti memanggil, mengundang, mengajak, mendorong dan
memohon.101
Secara terminologi dakwah adalah aktifitas mengajak, memanggil dan
menyeru orang lain agar mengikuti perintah dan petunjuk Allah S.w.t. agar
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Dakwah sebagai aktifitas umat Islam
dalam perkembangannya senantiasa mengalami perkembangan baik dari sisi
metode maupun media yang digunakan. Di samping itu dakwah mengandung
pengertian, mendorong manusia agar berbuat kebajikan dan menurut pada
petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan
mungkar agar mereka mendapat kebahagian dunia dan akhirat, dengan demikian
100Irzum Farihah, Media Dakwah Pop..., hlm. 40.101Warson Munawir, Kamus Al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1994), hlm. 439.
46
yang dimaksud dengan dakwah adalah memanggil, menyeru ke jalan Allah S.w.t.
untuk kebahagiaan dunia dan akhirat dengan menggunakan bahasa keadaan
manusia yang didakwahi (mad'u) atau memanggil, menyeru ke jalan Tuhan untuk
kebahagiaan manusia dunia dan akhirat dengan perbuatan nyata yang sesuai
dengan keadaan manusia. Bahasa keadaan dalam konteks dakwah ini meliputi
segala hal yang berhubungan dengan keadaan mad’u baik fisiologis maupun
psikologis.102
a. Menurut Amrullah Ahmad dakwah adalah mengadakan dan memberikan
arahan perubahan, budaya dari kedhaliman ke arah keadilan, kebodohan
kearah kemajuan (kecerdasan), kemiskinan ke arah kemakmuran,
keterbelakangan ke arah kemajuan semuanya dalam rangka meningkat
derajat manusia dan masyarakat ke arah puncak kemanusiaan.103
b. Menurut Dzikron Abdullah dakwah adalah semua usaha untuk
menyebarluaskan Islam dan merealisasikan ajaranya di tengah masyarakat
serta mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan hari-hari.104
c. Hamzah Ya’qub dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah
kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah S.w.t. dan Rasul-Nya.105
Dakwah Islamiyah adalah salah satu kegiatan penting yang wajib
dilakukan oleh umat Islam. Berdakwah mempunyai landasan normatif yaitu al-
Quran dan hadis. Al-Quran memuat banyak ayat yang berisi tentang dakwah dan
102Mubasyaroh, Film Sebagai Media Dakwah..., hlm. 2.103Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Partama Duta,
1983), hlm. 17.104Dzikron Abdullah, Metodologi Dakwah, (Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo
Semarang, 1987), hlm. 7.105Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam, (Bandung: Diponegoro, 1972), hlm. 13.
47
prinsip-prinsip cara melaksanakannya yang diperuntukkan semua umat Islam.106
Sebagaimana terdapat dalam firman Allah S.w.t. surat Ali-Imran ayat 104 yaitu:
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyerukepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dariyang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.107
Secara normatif, Allah S.w.t. menegaskan bahwa tidak ada perkataan yang
lebih baik dari pada menyeru di jalan Allah S.w.t. dan melakukan amal saleh serta
menyatakan diri sebagai orang Islam, orang yang berserah diri kepada Allah
S.w.t. Secara tegas, pernyataan imperatif menyuruh setiap muslim untuk menyeru
kepada umat manusia agar selalu di jalan Allah S.w.t dengan bijaksana, nasihat
yang baik, dan argumen yang logis dan metodologis.108
Dalam beberapa hadis juga dijelaskan, antara lain Dari Abu Asim dari
Amru, bahwa Nabi Muhammad S.a.w. bersabda ولو بلغواعنى sampaikanlah dariku
walau hanya satu ayat. Hadits di atas memuat dorongan yang sangat kuat bagi
setiap orang Islam tanpa kecuali untuk turut berperan aktif mengambil bagian
dalam aktifitas dakwah ke jalan Allah S.w.t. masing-masing dalam batas
kemampuannya. Dan hal itu tanpa membedakan antara ulama dan orang awam,
antara kyai dan santrinya, antara ustadz dan jamaahnya, dan seterusnya.
Semuanya wajib berdakwah dalam rangka menyampaikan ajaran Islam yang
106Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Quran: Studi Kritis Atas Visi, Misi danWawasan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 32.
107Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 29..., hlm. 58.108Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 29..., hlm. 58.
48
merupakan warisan Rasulullah S.a.w. karena umat ini memang telah ditetapkan
sebagai umat dakwah.109
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa dakwah adalah dakwah
memiliki makna sebagai sebuah usaha menyeru ataupun mengajak seluruh
manusia kepada ajaran Islam serta menerapkan dalam segala aspek kehidupannya
agar Undang-Undang Ilahi tegak dan menjadi pewarna dasar bagi sikap dan
prilaku manusia dalam kehidupan dan pergaulan untuk mencapai dunia akhirat.
Dakwah ada hakekatnya adalah segala aktifitas dan kegiatan yang mengajak orang
untuk berubah dari satu situasi ke situasi yang mengandung nilai kehidupan yang
bukan islami kepada nilai kehidupan yang islami. Aktifitas dan kegiatan tersebut
dilakukan dengan mengajak, mendorong, menyeru, tanpa tekanan, paksaan dan
provokasi, dan bukan pula dengan bujukan dan rayuan pemberian sembako dan
sebagainya. Jadi perubahan yang dilakukan oleh mad’u adalah berdasarkan
kesadaran, hati nurani dan keinginannya sendiri. Dalam prakteknya dakwah
memerlukan media sebagai sarana yang digunakan untuk menyampaikan materi
dakwah dari da’i kepada mad’u.
2. Tingkat Dakwah
Setiap manusia yang menjadi objek dakwah adalah mad’u, yaitu pihak
yang diseru kejalan Allah S.w.t. Pada hakikatnya dakwah merupakan aktualisasi
imani yang disyiarkan dalam suatu sistem kegiatan manusia dalam bidang
kemasyarakatan. Hal tersebut dilaksanakan secara teratur untuk memperbaiki cara
109Syaikh, Muhammad Nashiruddin al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, (Kairo: PustakaSunnah, 1983), hlm. 3202.
49
bersikap dan bertindak manusia dalam rangka terwujudnya ajaran Islam dalam
kehidupan manusia. 110
Orang atau kelompok yang lazim disebut dengan jamaah yang sedang
mempelajari ajaran agama dari seorang da’i adalah mad’u. Mad’u atau penerima
dakwah adalah seluruh umat manusia, baik laki-laki maupun perempuan, tua,
maupun muda, miskin atau kaya, muslim maupun nonmuslim, kesemuanya
menjadi objek dari kegiatan dakwah Islam ini. semua berhak menerima ajakan
dan seruan kejalan Allah S.w.t.111Adapun dengan kata lain, mad’u adalah manusia
yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai
individu maupun kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak,
atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.112
Secara umum objek dakwah tidak harus orang Islam, tetapi manusia
secara keseluruhan. Bahkan dalam al-Quran sendiri disebutkan bahwa golongan
manusia dikelompokan menjadi tiga golongan. Golongan yang pertama adalah
orang mukmin. Golongan yang kedua, orang kafir dan golongan yang ketiga
orang munafik.113 Muhammad Abduh membagi golongan manusia menjadi tiga
golongan yaitu:
a. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran dan berfikir secara
kritis, cepat menangkap persoalan.
b. Golongan awam yaitu kebanyakkan orang belum dapat berfikir secara
kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang
110Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, (Jakarta:Amzah, 2008), Cet 1. hlm. 230.
111Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i..., hlm. 230.112Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 90.113M. Munir, dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 22.
50
tinggi.
c. Golongan yang berbeda dengan golongan yang di atas adalah mereka
yang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas tertentu, tidak
sanggup mendalami.114
Golongan yang dihadapi, masing-masingnya menghendaki cara yang
mengandung kemudahan dan kesulitannya sendiri, oleh karena itu, bagi seorang
pembawa dakwah adalah bagaimana menentukan cara yang tepat dan efektif
dalam menghadapi suatu golongan tertentu dalam sualu keadaan dan suasana
tertentu, untuk itu, ia harus menguasai isi dakwah yang akan disampaikan serta
dan maksud-maksud yang terkandung di dalamnya, harus dapat menilai golongan
apa yang dihadapi, harus dapat dirasakan keadaan dan suasana, ruang dan waktu,
dan harus bisa memilih cara dan kata yang tepat setelah memahami semua itu.115
Dakwah Islam adalah mengajak dan menggerakkan manusia agar mentaati ajaran-
ajaran Allah S.w.t termasuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar untuk bisa
membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.116
Penerima dakwah adalah seluruh umat manusia, baik laki-laki ataupun
perempuan, tua, maupun muda, miskin atau kaya, muslim maupun nonmuslim,
kesemuannya menjadi objek dari kegiatan dakwah Islam, ini semua berhak
menerima ajakan dan seruan ke jalan Allah S.w.t.117 sebagaimana yang terdapat
dalam firman Allah S.w.t surat Saba’ ayat 28 yaitu:
114Eva Maqhfiroh, Komunikasi Dakwah: Dakwah Interaktif Melalui Media Komunikasi,Jurnal K omunikasi Penyiaran Islam, Vol. 2, No. 1, Pebruari 2016, hlm, 5.
115Mohammad Nasir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 2003), hlm. 163.116Masdar Halmy, Dakwah dan Pengembangan, (Jakarta: Wijaya, 1976), hlm. 1.117Moh ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 90.
51
Artinya: Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberiperingatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.118
Pada ayat di atas menerangkan bahwa Nabi Muhammad Saw bukan saja
sebagai utusan kepada seluruh manusia, tetapi beliau juga bertugas sebagai
pembawa dakwah atau berita gembira bagi orang-orang yang mempercayai dan
mengamalkan risalah yang dibawanya itu dan sebagai pembawa peringatan
kepada orang-orang yang mengingkarinya atau menolak ajaran-ajarannya. 119
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa objek atau sasaran
dakwah secara umum adalah sejumlah manusia, dan objek secara khusus dapat
ditinjau dari berbagai aspek secara khusus sebagai berikut:
1) Aspek usia, anak-anak, remaja dan orang tua.
2) Aspek kelamin laki-laki dan perempuan.
3) Aspek agama: Islam dan kafir atau nonmuslim.
4) Aspek sosilogis; masyarakat terasing, pendesaan, kota kecil dan kota
besar, serta, masyamkat marginal dari kota besar.
5) Aspek stuktur keseimbangan; legislatif, eksekutif dan yudikatif.
6) Aspek stuktur keberagamaan; priyayi, abangan santri.
7) Aspek ekonomi; golongan kaya, menegah dan miskin.
8) Aspek mata pencaharia; petani, perternak, pedagang nelayan, karyawan
dan buruh.
118Hamka, Tafsir, Al-Azhar..., hlm. 432.119Hamka, Tafsir, Al-Azhar..., hlm. 432.
52
9) Aspek khusus; gologongan masyarakat tuna susila, netra, tuna rungu, tuna
karya, tuna wisma dan para pidana.
10) Komunitas masyazakat seniman, baik seni musik, seni lukis, seni tari dan
artis.120
Msyarakat sebagai objek dakwah atau sasaran dakwah merupakan salah
satu unsur yang penting dalam sistem dakwah tidak kalah peranannya
dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lainnya. Oleh sebab itu masalah
masyarakat ini seharusnya dipelajari dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah
keaktifitas dakwah yang sebenarnya, itu sebagai bekal dakwah dari seseorang da’i
hendaknya bekal dirinya dengan beberapa pengetahuan dan pengalaman erat
hubungannya dengan masalah masyarakat.121
Pengetahuan tentang apa dan bagaimana objek dakwah, baik jika ditinjau
dari aspek psikologi, pendidikan, lingkungan sosial, ekonomi serta keagamaan,
merupakan suatu hal yang pokok dalam dakwah, karena hal tersebut akan sangat
membantu dalam pelaksanaan dakwah, terutama dalam hal penentuan tingkat dan
macam materi yang akan disampaikan, atau metode mana yang akan diterapkan,
serta melalui media apa yang tepat untuk dimanfaatkan, guna menghadapi objek
dakwah dalam proses dakwahnya.122 Pada dasarnya manusia dalam pandangan
Islam terbagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok yang pertama telah
120Eva Maqrhfiroh, Komunikasi Dakwah: Dakwah Interaktif Melalui Media Komunikasi,Jurnal K omunikasi Penyiaran Islam, Vol. 2, No. 1, Pebruari 2016, hlm. 5.
121Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012),hlm. 280-281.
122Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i..., hlm.230.
53
menyatakan dirinya sebagai muslim dan kelompok kedua adalah manusia yang di
luar Islam. Kedua, golongan inilah yang akan menjadi sasaran dakwah.
3. Mad’u Dakwah
Adapun kelompok dakwah terbagi atas dua macam yaitu:
a. Mukmin
Mukmin adalah orang yang bertakwa kepada Allah S.w.t. dengan sebenar-
benarnya takwa. Dalam arti sangat taat menjalankan segala perintah-Nya,
menjauhi semua larangan-Nya, dan berjihat dengan harta jiwa mereka pada jalan
Allah S.w.t.123 Orang-orang mukmin di dunia digambarkan oleh Allah S.w.t.
dalam al-Quran surat Al-Taubah ayat 71 yaitu:
Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagianmereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain, merekamenyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah danRasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnyaAllah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.124
Ayat di atas menjelaskan bahwa sifat-sifat mukmin haruslah diperiksa oleh
setiap orang yang mengaku mukmin. Seseorang yang tidak memiliki kepedulian
menolong sesama, tidak tergerak hatinya untuk menolong ketika melihat seorang
muslim membutuhkan bantuan maka orang tersebut tidak memiliki sifat
sebagaimana sifat orang mukmin yang Allan S.w.t firmankan. Bahkan seorang
123Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, (Jakarta: Cahaya Islam, 2002), hlm.69.
124Abdul Ghaffar, Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 298.
54
muslim yang zholim pun wajib berikan pertolongan. Amar ma’ruf nahi munkar, ini
juga termasuk tolong-menolong dalam kebaikan, karena orientasi mukmin adalah
akhirat, maka perlu ada bantuan dari mukmin yang lain untuk menyokong agar
sampai di tujuan dengan selamat. Menolong mukmin yang menzholimi termasuk
dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar. Perintah shalat dan zakat disebut secara
beriringan. Aktifitas shalat dan zakat adalah aktifitas yang memenuhi baiknya
hubungan kepada Allah S.w.t. dan hubungan dengan manusia. Shalat mewakili
keshalehan vertikal, sedangkan zakat melambangkan keshalehan horizontal. Taat
kepada Allah S.w.t. dan Rasul-nya. Cara mentaati Allah S.w.t. adalah
menjalankan semua perintah Allah S.w.t. dan menjauhi larangan-Nya secara
keseluruhan tanpa menyeleksi dan meninggalkan sebagian perintah dengan
sengaja.125
Orang mukmin adalah orang yang percaya akan eksistesi Allah S.w.t.
karena iman secara bahasa adalah percaya, namun percaya kepada Allah S.w.t.
menurut para ulama, jika dikaitkan dengan keimanan dalam Islam adalah
ungkapan lisan dan keyakinan hati yang dibarengi dengan perbuatan. Iman kepada
Allah S.w.t. bukan hanya sekedar ungkapan dibibir, namun harus direalisasikan
dalam bentuk amal perbuatan.126
125Abdul Ghaffar, Tafsir Ibnu Katsir..., hlm. 298.126H. Lalu Mucshin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009), hlm. 199.
55
b. Muttaqin
Muttaqin adalah orang mukmin yang telah menjiwai nilai-nilai kebenaran
dan allergi terhadap kebatilan. Seorang muttaqin adalah orang yang setiap
perbuatannya sudah merupakan perwujudan dari komitmen iman dan moralnya
yang tinggi. Adapun pengertian lain muttaqin adalah orang yang bertaqwa atau
orang yang memelihara diri dengan menjalankan semua perintah-perintah Allah
S.w.t. dan menjauhi semua larangan-larangan-Nya. Sedangkan taqwa menurut
syarat adalah orang yang benar-benar tunduk kepada perintah Allah S.w.t. Syarat
menjadi orang yang bertaqwa haruslah beriman atau mukmin. Seorang muttaqin
adalah orang yang setiap perbuatannya sudah merupakan perwujudan dari
komitmen iman dan moralnya yang tinggi. Kata taqwa menurut istilah adalah
orang yang melaksanakan perintah Allah S.w.t. dan menjauhi segala larangan
Allah S.w.t. Sedangkan takwa menurut segi syarat adalah orang yang benar-benar
tunduk kepada perintah Allah S.w.t. Sifat-sifat dan karakter orang-orang muttaqin
yaitu sifat kaum mukminin sebagaimana yang terdapat dalam al-Quran surat al-
Baqarah ayat 3-4 yaitu:
Artinya: (3) (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikanshalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkankepada mereka. (4) dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Quran)yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkansebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.127
127Syahid Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zkilalil Quran di Bawah Naugan al-Quran, (Surah al- Fatihah al-Baqarah) Jilid 1,Terj. As’ad Yasin, Abdul Azir Salim Basyarahil, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hlm. 15.
56
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang beriman kepada yang gaib,
mereka juga mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dengan shalat yang
merupakan zikrullah, mereka memenuhi tuntutan-tuntutan ruhani dan jiwa
mereka. Sesungguhnya shalat saja dengan sendirinya tidaklah cukup. Seseorang
hendaklah menegakkan shalat, juga mengajak orang lain untuk menegakkan
shalat. Hendaknya shalat dilakukan di awal waktu dan akan lebih baik dilakukan
di masjid dengan berjamaah. Berkenaan dengan masalah sedekah pun, Islam tidak
menganjurkan pemberian bantuan-bantuan material saja lalu selesai. Akan tetapi
yang ditegaskan di dalam al-Quran untuk diberikan kepada orang lain yaitu apa
saja yang telah Allah S.w.t. berikan, meliputi kekayaan harta, kekuatan,
kekuasaan, ilmu pengetahuan, dan segala fasilitas.128
Wahyu adalah salah satu jalan untuk mencapai pengetahuan, di mana
orang yang bertakwa beriman kepada-Nya. Jalan pengetahuan manusia tidak
terbatas pada indera. Terdapat suatu alam dibalik alam materi ini yang telah
dibuktikan keberadaannya oleh akal, namun akal tidak mampu mengetahui alam
tersebut secara terperinci. Untuk itulah, dengan menurunkan wahyu, Allah S.w.t.
telah menyempurnakan pengetahuan seseorang. Akal mengatakan bahwa Tuhan
yang kita sebut Allah S.w.t. itu ada dan nyata. Akan tetapi wahyu, menjelaskan
sifat-sifat dan kekhususan-kekhususan Allah S.w.t. kepada kita. Dengan demikian
akal dan wahyu saling menyempurnakan dan orang-orang beriman menggunakan
keduanya sebagai perantara mencapai pengetahuan yang benar dan sempurna.
Wahyu bukan sesuatu yang khusus bagi Nabi Muhammad S.a.w. akan tetapi juga
128Syahid Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zkilalil Quran di Bawah Naugan al-Quran..., hlm. 15.
57
kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad S.a.w. Mereka menyakini seluruh
nabi dan Rasul ilahi serta segala sesuatu yang telah diwahyukan kepada mereka.
Alam akhirat adalah alam gaib yang hanya dapat dikenali dengan baik dan benar
melalui wahyu. Oleh karena itu, orang-orang yang beriman meyakini keberadaan
hari kiamat dan kehidupan akhirat berdasarkan al-Quran. Mereka tidak
menganggap bahwa kematian adalah akhir kehidupannya.129
c. Ahli Maksiat
Ahli maksiat adalah orang yang cenderung membuat perkara-perkara yang
dilarang oleh Tuhan. Ahli maksiat ini zalim, tetapi justru merasa dizalimi. Seperti
orang-orang yang penuh dengan kesombongan selalu membawa bahaya dan
menghilangkan segala kemuliaan. Menurut bin Iyadh juga menyampaikan
nasehat, wahai orang yang patut dikasihani, kamu orang jahat, tetapi menganggap
dirimu baik, kamu bakhil, tetapi menganggap dirimu dermawan, tetapi angan-
anganmu panjang.130
Berdasarkan urain diatas dapat di pahami yang bahwa seorang yang
melakukan maksiat bisa lebih baik dari pada orang yang selalu berbuat baik ahli
ibadah apabila sang ahli ibadah disebutkan dengan kesombongannya. Sedangkan
orang yang maksiat menyadari begitu rendahnya dia dan mengakui dosanya dan
meminta ampunan kepada Allah Swt.
129‘Adullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishag Alu Syaikh, Tafsir Ihitit KaisirJilid 1, Terj. M. ‘Abdul Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafi’i, 2009), hlm. 7.
130Abdul Aziz bin Nashir Al-Julayyil; Baha’ udin Fatih Uqail, Aina Nahmu min AkhlaqAs-Salaf, (Meneladani Akhlak Generasi Terbaik), (Jakarta: Darul Haq, 2011), hlm. 37.
58
d. Orang yang Taubat
Ditinjau dari aspek kebahasaan maka taubat berasal dari bahasa Arab yang
berbunyi taba, yatubu, taubatan. Artinya, raja’a, yarji’u, ruju’an (kembali).
Sedangkan menurut istilah agama ditinjauan beragam pengertian yang pada
prinsipnya bermuara pada satu makna, yaitu kembali kepada ajaran
Islam.131Sebagian ulama ada yang mengartikan taubat sebagai upaya meningalkan
perbuatan jahat yang pernah dilakukan, demi menjauhkan diri dari kemurkaan-
Nya. Ibnu Abi AI-Izz Al-Hanafi mengatakan taubat adalah kembali (kepada
kebenaran) yang mengharapkan perlindungan dari keburukan perbuatan yang
dikhawatirkan terjadi padanya dimasa yang akan datang.132 Sedangkan taubat
berasal dari bahasa Arab yaitu Nadm (penyesalan).133
Menurut Al-Kulabi taubat adalah seseorang meminta ampun dengan
lidahnya, menyesal dengan hatinya, serta menjaga tubuhnya untuk tidak
mengulangi lagi. Sedangkan menurut Muhammad bin Ka’b Al-Qarzhi taubat
adalah beristighfar dengan lidah, melepaskannya dari tubuh, berjanji dalam hati
untuk tidak mengulanginya kembali, serta meninggalkan sahabat-sahabat yang
buruk.134Sebagaimana dalam firman dalam surat al-Tahrim ayat 8 yaitu:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).135
131Idrus Abidin, 1000 Jalan Menuju Taubat, (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2013), hlm. 4.132Ibnu Abil Izz al-Hanafi, Syarah Al-Aqidah At-Tkakawiyah, (Beirut: Al-Maktab Al- Islami,
1988), hlm. 327.133Harun Nasution, Dosa dalam Ensiklopedia Islam Indonesia IAIN Syarif Hidayatullah
(Jakarta: Djambatan, 1992), hlm. 224-225.134Hanm Nasution, Dosa dalam Ensiklopedia Islam Indonesia..., hlm. 224-225.135Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), hlm. 189.
59
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah Yang Maha Kuasa memerintahkan
orang-orang beriman untuk memurnikan tobatannya. Taubat jika dinisbahkan
kepada hamba mengandung arti, kembalinya seorang hamba kepada Allah S.w.t.
setelah sebekunya melakukan maksiat terhadap ketaatan. Sedangkan bila
dinisbahkan kepada Allah S.w.t. maka itu artinya Allah S.w.t. menerima taubat,
memaafkan, serta mengampuni kesalahan hambanya.136
Menurut Imam al-Ghazali taubat adalah menyadari bahwa dirinya telah
berdosa, menyesal, segera menghentikan perbuatan dosa tersebut dan bertekad
tidak mengulanginya lagi. Jadi taubat adalah pelaksanaan hal-hal tersebut. Cukup
banyak ayat-ayat di dalam al-Quran yang mengambarkan diterimanya taubat
orang-orang yang bertaubat, kalau memang taubatnya itu tulus dan benar,
tentunya harus diikuti dengan cara-cara tertentu. Penerimaan taubat ini
dilandaskan kepada karunia, ampunan dan rahmat Allah S.w.t.137
e. Munafik
Munafik berasal dari bahasa Arab munqfiqon yang artinya suatu sikap pada
diri seseorang yang mengaku Islam, tetapi jauh lubuk hatinya menyimpan bara
kekufuran yang menyala dan tujuan-tujuan yang menjijikan.138Menurut al-
Ashfahany, kemunafikan adalah suatu sikap keagamaan yang timpang tidak utuh,
yaitu menerima agama dari satu sisi, tetapi menolaknya dari sisi yang
lain.139Sedangkan menurut Ibn Manzur munafi adalah sebuah julukan bagi orang
Islam yang secara kasatmata menunjukkan keimanan, namun menyembunyikan
136Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., hlm. 189.137Ibrahim Al-Kaarazkani, Taman Orang-Orang yang Bertaubat, (Jakarta: Pustaka Zahra,
2005), hlm. 21.138Rusyadi, Kamus Indonesia-Arab..., hlm. 563.139Abu Ahmadi, Dosa dalam Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 44.
60
kekufuran dalam batinnya.140 Jadi munafik ialah orang yang berpura-pura (lain di
mulut lain dihati).
Sifat-sifat yang terdapat dalam orang yang munafik antara lain adalah
perkataannya selalu bohong dan dusta, perbuatannya dipenuhi bahaya dan
kerusakan, bodoh, selalu memakai topeng yang berganti-ganti sesuai dengan
kondisi yang dihadipinya. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah S.w.t.
surat al-Baqarah ayat 8 yaitu:
Artinya: Di antara manusia ada yang mengatakan kami beriman kepada Allah
dan hari kemudian, pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.141
Ayat di atas menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang munafik yang
luarnya menampakkan keislaman, namun batinnya kafir. Kemunafikan ini adalah
kemunafikan besar yang terkait dengan akidah dan mengeluarkan pelakunya dari
Islam. Berbeda dengan kemunafikan kecil yang terkait dengan amalan, ia tidaklah
mengeluarkan pelakunya dari Islam namun sebagai wasilah/sarana yang bisa
mengarah kepada kemunafikan besar, misalnya bila bicara berdusta, bila berjanji
mengingkari, bila diamanahkan berkhianat, malas beribadah, berat melaksanakan
shalat berjamaah. Di antara kelembutan Allah S.w.t kepada kaum mukminin
adalah ditampakkan-Nya kepada kaum mukminin, sifat mereka yang
membedakan dengan yang lain agar kaum mukminin tidak tertipu oleh mereka.
Mereka dikatakan tidak beriman karena iman yang sesungguhnya adalah
pengakuan lisan yang dibenarkan oleh hati dan dipraktekkan oleh anggota badan,
140Kaelany HD, Islam &Aspek-Aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 19.141Hamka, Tafsir al-Azhar..., hal 27.
61
jika tidak seperti itu sama saja hendak menipu. Orang munafik adalah orang yang
selalu berbuat mungkar kepada Allah S.w.t maupun terhadap sesama umat Islam
itu sendiri.142
f. Kafir (Nonmuslim)
Secra etimologi kafir berasal dari bahasa arab dari kata kaafirun-kuffarun
yaitu orang-orang (kafir).143 Secara terminologis kafir adalah orang-orang yang
menolak atau menentang agama Allah. Dalam al-Quran kafir disebut nonmuslim,
hal ini dikarenakan mereka tidak beriman kepada Allah S.w.t. dan Rasul-Nya.
Menurut Said Hawa kafir adalah orang yang ingkar terhadap kebenaran Islam.
Mereka disebut kafir karena akal dan hati mereka tertutup dari mengakui agama
Allah S.w.t. atau orang karing sering disebut orang yang berada di luar Islam
(nonmuslim). Yang termasuk di dalamnya adalah penganut agama-agama di luar
Islam seperti Khatolik, Hindu, Budha, Kristen, dan agama-agama lainnya.144
Nonmuslim dapat dilihat dari pengertian muslim dengan mendapat kata
tumbuhan non yang berarti tidak atau bukan. Maka nonmuslim berarti orang tidak
atau bukan beragama Islam.145 Pengertian nonmuslim mempunyai makna bahwa
seluruh pemeluk agama selain agama Islam. Oleh karenanya Islam Nabi
Muhammad S.a.w. sebagai penyempurna agama yang di bawa oleh nabi
sebelumnya agama Islam, yang di bawa Nabi Muhammad S.a.w. adalah agama
yang Islam terakhir. Dalam agama Islam, tidak terdapat ajaran yang memaksa
142Hamka, Tafsir Al-Azhar..., hal 27.143Nita Rohmawati, Kamus Akbar Indonesia Arab, (Jakarta: Mutiara Alamah Utama, 2014),
hlm. 159.144Luthfi Bushori, Musuh Besar Umat Islam, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 17.145Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indoesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1994), hlm. 692.
62
seorang manusia menjadi muslim. Hal ini sesaui dengan firman Allah S.w.t.
dalam surat al-Baqarah ayat 8 yaitu:
Artinya: Di antara manusia ada yang mengatakan kami beriman kepada Allah
dan hari kemudian, pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.146
Ayat di atas menjelaskan bahwa dalam agama Islam tidak ada ajaran yang
memaksa kepada siapapun untuk menjadi seorang muslim, karena dengan
memaksakan agama kepada agama kepada seseorang hanya akan membuat
sesorang merasa tertekan dalam menjalankan ibadahnya. Tuhan sendiri telah
memberikan kebebasan kepada mahkluknya untuk memilih keyakinan masing-
masing, dan bagi Allah S.w.t tidaklah sulit jika menginginkan makhluk ciptaan-
Nya untuk menjadi muslim semua.147
Islam memberikan masing-masing individu untuk memeluk keyakinan
yang dianggapnya benar, Islam juga memberikan toleransi untuk beribadah sesuai
dengan keyakinannya masing-masing tanpa harus mengganggu ibadah dari umat
Islam itu sendiri. Allah S.w.t. berfirman dalam surat AI-Kafirun ayat 1-6 yaitu :
Artinya: (1) Katakanlah hai orang-orang kafir, (2) aku tidak akan menyembah apayang kamu sembah, (3) dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku
146Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra,1989), hlm. 63.
147Hamka, Tafsir Al-Azhar..., hlm. 84.
63
sembah, (4) dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamusembah, (5) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhanyang aku sembah, (6) untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.148
Surat ini adalah surat yang menyatakan pembebasan diri dari apa yang
dilakukan oleh orang-orang musyrik dan surat ini memerintahkan untuk
membersihkan diri dengan sebersih-bersihnya dari segala bentuk kemusyrikan.
Surat ini diturunkan di Makkah dan yang dituju ialah kaum musyrikin,
yang kafir, artinya tidak mau menerima semua dan petunjuk kebenaran yang
dibawakan nabi kepada mereka.149
Dalam menghadapi golongan ini, seorang da 'i dituntut memiliki sikap dan
tidak putus asa untuk menyeru mereka. Metode yang dapat dipakai oleh para da ’i
adalah dengan mengadakan dialog antar umat beragama, mencari persamaan atau
titik temu dalam ajaran-ajaran yang bersifat universal, sehingga mereka dapat
memandang Islam sebagai agama yang membawa berkah bagi seluruh makhluk
(rabmatan lil ‘alamin). Orang-orang kafir dapat digolongkan dalam empat macam
(a) Kafir ingkar, ialah orang yang tidak mengetahui akan Allah S.w.t. (b) Kafir
inad, ialah orang yang hatinya mengakui keberadaan Allah S.w.t. dan
mengingkar-Nya secara lisan, namun tidak mau mematuhi perintah dan larangan-
Nya. (c) Kafir junud, ialah orang yang mengenal Allah S.w.t. namun tidak mau
mengakui-Nya. (d) Kafir nifaq, ialah orang yang mengakui Allah S.w.t. secara
lisan, namun hatinya tidak. Mereka adalah orang-orang munafik.150
148Syekh, H. Abdul Halim Hasan, Tafsir al-Hakam..., hlm. 319.149Syekh, H. Abdul Halim Hasan, Tafsir al-Hakam..., hlm. 319.150Abdullah Nasih Ulmwan, Konsep Islam Terhadap Non Muslim,Terj. Kathur Suhardi,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1990), hlm. 32.
64
g. Ahlul Al-Kitab
Ahlu al-Kitab berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata yaitu, ahl
dan al-kitab. Kata ahl terdiri dari huruf alif, ha dan lam yang secara harfiah
mengandung makna ramah, senang atau suka, kata ahl juga berarti orang yang
tinggal bersama dalam suatu tempat tertentu. Selain itu, kata ahl juga berarti
keluarga, pengikut, masyarakat atau komunitas. Kata tersebut kemudian
digunakan untuk menunjuk kepada sesuatu yang mempunyai hubungan yang
sangat dekat. Seperti ungkapan ahl al-rajul, yaitu orang yang menghimpun mereka,
baik karena hubungan nasab maupun agama, atau hal-hal yang setara denganya,
seperti profesi, etnis dan komunitas. Sebuah keluarga disebut ahl karena anggota-
anggotanya diikat oleh hubungan nasab, demikian pula komunitas yang mendiami
daerah tertentu disebut ahl, karena mereka diikat oleh hubungan geografis.151
Kata ahl juga digunakan menunjuk hubungan yang didasarkan atas ikatan
ideologi atau agama, seperti ungkapan ahl al-Islam untuk menunjuk penganut
agama Islam, Kata ahl dalam al-Quran, disebutkan sebanyak 125 kali. Kata
tersebut ditemukan penggunaanya secara bervariasi, tetapi secara umum, makna
yang dikandungnya dapat dikembalikan kepada pengertian kebahasaan. Misalnya
menunjuk kepada sesuatu kelompok tertentu, seperti ahl al-bayt ditujukan kepada
keluarga Nabi. Secara umum ahl al-kitab berarti kaum yang memiliki kitab suci.
Secara khusus sebelum istilah ahl-kitab dipakai untuk menyebut para penganut
agama sebelum datangnya Islam. Bagi mereka telah diturunkan kitab-kitab suci
seperti Injil, Taurat dan Zabur, yang diwahyukan kepada para Rasul atau Nabi.
151Syafrudm, Paradigma.... hlm. 43.
65
Namun para penganut agama yang dimaksud, lebih tampak tertuju kepada kaum
Yahudi dan Nasrani.152
Ahl al-kitab juga disebut bagi orang-orang yang berpengang kepada agama
yang mempunyai kitab suci yang berasal dari Tuhan. Al-Quran dan Nabi
Muhammad S.a.w. Menamakan orang-orang Yahudi dan Nasrani itu dengan ahl
al-kitab untuk membedakan mereka dari para penyembah berhala dan orang-orang
kafir lainnya. Menurut al-Quran, kitab suci tersebut, telah diubah oleh pendeta-
pendeta mereka, yang diimani oleh kaum muslimin bukan yang sudah diubah itu
tetapi yang asli diturunkan kepada Nabi Musa dan Nabi Isa. Adapun perbedaan
yang mendasar antara orang Islam dengan ah al-kitab (Yahudi dan Nasrani) adalah
soal keyakinan mereka tentang kenabian Muhammad S.a.w. Orang Islam
menyakini kenabian dan kerasulan yang lain, ahl al-kitab tidak mengakui kerasulan
Nabi Muhammad S.a.w. Ini akibat perbuatan pendeta yang mengubah Taurat dan
Injil, padahal dalam kedua kitab itu, nama Nabi Muhammad S.w.t. disebut Nabi
terakhir.153
h. Murtad
Secara bahasa, murtad adalah kembali ke jalan yang semula dilalui.
Secara istilah, mrutad bermakna kembalinya orang yang telah beragama Islam
yang berakal dan sudah baliq pada kekafiran karena kehendaknya sendiri tanpa
ada paksaan dari orang lain, baik laki-laki maupun perempuan.154Murtad adalah
152Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, (Jakarta: Cahaya Islam, 2002), hlm. 69.153Zulyadin, Menimbang Kontorversi Pemaknaan Konsep Ahl Al-Kitab dalam Al-
Qur’an, Jurnal Studi Keislaman, Vol. 16 No. 2 Desember 2012, hlm. 295-296.154Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 2, (Jakarta: Al-I’itishom Cahaya Umat, 2008), hlm.
655.
66
orang yang meninggalkan agama Islam beralih kepada agama lain, seperti
Nasrani, Yahudi atau beralih kepada aliran yang bukan agama, seperti mulhid
(mengingkari agama) dan komunisme. Orang itu (meninggalkan Islam dan beralih
keagama atau kepercayaan lain yaitu dalam keadaan) berakal dan atas
kemauannya diri sendiri, tanpa dipaksa.155 Diskursus tentang murtad (berpindah
agama) merupakan salah satu hal yang banvak diperbincangkan oleh berbagai
pihak. Banyak pandangan yang telah dikemukakan dan tidak kurang juga jumlah
persoalan yang diutarakan.
Berpindah agama dalam bahasa Arab disebut Riddah. Sedangkan murtad
sendiri mengarah pada pelakunya, yaitu orang yang berbuat riddah, Riddah secara
bahasa artinya Ar-ruju 'u ‘anialsya’iilaghairihi (berpaling dari sesuatu kepada yang
lainnya). Menurut istilah adalah ke luar dari agama Islam kepada kekafiran baik
dilakukan dengan perbuatan, perkataan, i’tiqadatau keraguan. Kata riddah
merupakan isim masdar dari kata irridad yang secara harfiyah berarti kembali,
dikembalikan, berpaling, dipalingkan.156 Yakni lari dari sesuatu menuju sesuatu
yang lain, murtad dalam arti kembali-dikembalikan terdapat dalam al-An’am ayat
28 yaitu:
Artinnya: Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang merekadahulu selalu menyembunyikannya, sekiranya mereka dikembalikan kedunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang
155Hartono Ahmad Jaiz, Nabi-Nabi Palsu & Para Penyesat Umat, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsal, 2008), hlm. 63
156Zainuddin bin Abdul Aziz al-Mailbaba Al Fannani, Fat-Hul Mu’in, (Bandung: SinarBaru Algensindo, 1994), hlm. 548.
67
mengerjakannya, dan sesungguhnya mereka itu adalah pendustabelaka.157
Ayat ini menyinggung dalam mengetahui sikap dan perilaku manusia, dan
mengatakan, kadang-kadang manusia juga tertipu oleh dirinya sendiri. Ia
menginginkan fitrah dirinya tertutupi, apalagi kalau ia telah melakukan perbuatan
dosa, ia pasti memahami dan menyadari,namun dikarenakan ia tidak menggunakan
fitrahnya, maka sesuatu yang belum ia pahami itu pasti diusahakan agar dia
memperoleh sejenis kepahaman ini. Perbuatan yang jelek dan dosa pada hari
kiamat bagi para pendosa akan menjadi jelas dan gamblang, dan segala sesuatu
yang telah mereka usahakan akan jelas dan nyata bagi mereka. Ayat ini
mengatakan, dikarenakan mereka masih beranggapan bahwa harapan untuk
kembali ke dunia itu ada, maka semua perbuatan jelek dan dosa bagi mereka telah
nyata, tetapi kesadaran ini sementara dan cepat berlalu. Apabila mereka bisa
kembali lagi ke dunia, pastilah mereka akan kembali melakukan perbuatan dosa
dan jelek.158
Dari ayat di atas terdapat dua poin pelajaran yang dapat diambil bahwa (1)
Pemberian kesempatan bagi beberapa orang adalah merupakan harapan agar
mereka bisa melakukan perbaikan, sebagaimana kesempatan taubat yang
diberikan kepada para pendosa di dunia. Tetapi dikarenakan jiwa mereka telah
tercemari kotoran dan dosa, maka mereka tetap tidak bisa melihat kotoran dan
dosa itu, dan tidak bisa melakukan perbaikan. (2) Sesuatu yang di dunia dapat
menggerakkan nalurinya, sehingga kita dapat menyadarkan orang lain, maka pada
hari kiamat perbuatan baik itu akan nyata dan jelas.
157Abdul Ghaffar, Tafsir Ibnu Katsir..., hlm. 86.158Abdul Ghaffar, Tafsir Ibnu Katsir..., hlm. 86.
68
Sedangkan murtad yang berarti paling-berpaling terdapat dalam surat
Muhammad ayat 25 yaitu:
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepadakekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telahmenjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka.159
Ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya orang-orang yang kembali
karena nifaq (ke belakang sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, setan telah
menjadikan mereka memandang baik) artinya, setan telah menghiasi mereka (dan
memanjangkan angan-angan mereka).160 Keadaan orang yang murtad dari
petunjuk dan iman kepada kesesalan dan kekafiran. Hal itu terjadi bukanlah
karena ada dalil yang mengalihkan mereka darinya, akan tetapi karena hiasan dan
ravuan musuh mereka, vaitu setan serta pemaniangan angan-angan darinya.
i. Musyirikin
Musyirik dalam bahasa Arab dari kata dasarnya adalah musyirikun-
asyirku.161Musyirik adalah keyakinan bahwa di samping Allah S.w.t. yang artinya
menyembah selain-Nya. Musyirik adalah orang yang mempersekutukan Allah
S.w.t. mengaku akan adanya Tuhan selain Allah S.w.t. atau menyamakan sesuatu
dengan Allah S.w.t. maka perbuatan itu disebut musyirik.162 Sebagaimana yang
terdapat dalam firman Allah S.w.t. surat Luqman ayat 13 yaitu:
159Sayyid Abbas Shadr, Tafsir Nurul Quran Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya Al-Qur’an,(Jakarta: Al-Huda, 2003), hlm. 197.
160Sayyid Abbas Shadr, Tafsir Nurul Quran..., hlm. 197.161Rusyadi, Kamus Indonesia-Arab, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 568.162Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam..., hlm. 298.
69
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu iamemberi pelajaran kepadanya hai anakku, janganlah kamumempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)adalah benar-benar kezaliman yang besar.163
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah S.w.t. menceritakan tentang nasihat
Luqman kepada anaknya, Luqman adalah anak Anqa Ibnu Sadun, dan nama
anaknya ialah saran, Allah S.w.t. menyebutkan kisah Luqman dengan sebutan
yang baik, bahwa dia telah menganugerahinya hikmah, dan Luqman menasihati
anaknya yang merupakan buah hatinya, maka wajarlah bila ia memberikan kepada
orang yang paling dikasihinya sesuatu yang paling utama dari pengetahuannya.
Karena itulah hal pertama yang dia pesankan kepada anaknya ialah hendaknya ia
menyembah Allah S.w.t. semata, jangan mempersekutukannya dengan sesuatu
pun. Kemudian Luqman memperingatkan anaknya, bahwa sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar: perbuatan
mempersekutukan Allah S.w.t. adalah perbuatan aniaya yang paling besar,
kemudiannyaanaknya menyembabkan Allah S.w.t. semata.164
Orang musyirik di samping menyembah Allah S.w.t. mengabdikan kepada
Allah S.w.t. ia juga mengabdikan dirinya kepada selain Allah S.w.t. Jadi orang
musyirik itu ialah orang yang mempersekutukan Allah S.w.t. baik dalam bentuk
i’tikad (kepercayaan), ucapan maupun dalam bentuk amal perbuatan. Mereka
163Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an, (Jakarta: Lenterahati, 2005), hlm. 239.
164Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an..., hlm.239.
70
(orang musyirik) menjadikan mahkluk yang diciptakan Allah S.w.t ini baik yang
berupa benda maupun manusia sebagai Tuhan.
Syirik juga disebut tindakan mempersekutukan Allah S.w.t. sedangkan
pelakuannya disebut musyirik. Syirik termasuk dosa besar, dan orang Islam yang
meninggal dunia dalam keadaan syirik belum sempat bertaubat, maka tidak akan
mendapatkan ampunan dari Allah S.w.t. Sebagaimana yang terdapat dalam firman
Allah S.w.t. surat An-Nisa ayat 48 yaitu:
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Diamengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yangdikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, Makasungguh ia telah berbuat dosa yang besar.165
Ayat di atas menyebut perbuatan syirik bahkan menjauhkan manusia dari
tauhid dan berbuat dengan dasar ikhlas. Selain itu, meskipun Allah Maha
Pengasih dan Penyayang, namun Dia tidak akan memaafkan dosa syirik, karena
syirik dengan sendirinya menghapus keimanan dalam diri manusia. Sebagai
catatan, ampunan Allah S.w.t. yang dimaksud dalam ayat ini adalah ampunan
tanpa taubat. Artinya, Allah S.w.t. mengampuni dosa siapa saja yang
dipandangnya layak sekalipun ia tidak bertaubat, namun untuk dosa syirik
tidaklah demikian. Selagi seseorang melakukan dosa syirik tidak bertaubat, maka
ia tidak akan mendapatkan ampunan Allah S.w.t.166
165Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an..., hlm.124166Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur ’an..., hlm.124
71
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Sehubungan dengan masalah yang penulis teliti, maka penulis memilih
bentuk penelitian melalui pendekatan kualitatif.166 Penelitian melalui pendekatan
kualitatif tersebut memusatkan perhatiannya pada Masjid Raya Baiturrahman
Banda Aceh sebagai media dakwah bagi nonmuslim yang menggunakan jenis
penelitian lapangan (field research). Jenis penelitian ini dipilih karena infonnasi
dan data yang dicari melalui penelitian lebih banyak mempelajari studi kasus dan
dukungan referensi. Pendekatan penelitian kualitatif ini berisi tentang bahan
prosedur dan strategi yang digunakan dalam riset.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang atau
keadaan, yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian. Sifat keadaan
dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas dan kualitasnya yang bisa berupa perilaku,
kegiatan, pendapat, pandangan penelitian, sikap pro-kontrak atau simpati-antipati,
keadaan batin dan bisa pula berupa proses,167 dalam peneitian ini yang menjadi
sasaran yaitu Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dan dakwah, karena masjid
ini yang paling orang yang mengunjungi dan juga di masjid ini merupakan pusat
penyampaikan dakwah bagi orang Islam, di mana masjid tersebut banyak
166Kualitatif adalah jenis penelitian yang bertujuan memahami peran kelompok atauinteraksi pada situasi sosial tertentu. Metode kuantitatif juga dapat diartikan sebagai prosedurpenelitian yang menghasilkan dari deskriptif berupa kata-kata lisan dari orang-orang dan perilakuyang dapat diamati. Lihat: Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: RemajaRosda Karya, 2001), hlm. 3.
167Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 35.
72
orang nonmuslim mengujunginya, sehingga penulis ingin meneliti lebih lanjut
mengenai nonmuslim masuk Islam apa disebabkan oleh kemegahan masjid
ataupun dipengaruhi oleh penyampai dakwah.
C. Sumber Data
Sumber data merupakan asal informasi yang diperoleh dalam kegiatan
penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari sumbernya dan
diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan. Berarti data primer
merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-
petugasnya) dari sumber pertamanya.168 Adapun dalam penelitian ini yang
menjadi data primer adalah hasil wawancara dengan pengurus masjid, muallaf dan
nonmuslim.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh suatu organisasi dalam
bentuk yang sudah jadi berupa publikasi.169 Adapun yang akan menjadi data
sekunder dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan tentang landasan teori
seperti gambaran umum gambaran umum Masjid Raya Baiturrahman,
168J. Supranto, Metode Ramalan Kuantitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 8.169J. Supranto, Metode Ramalan Kuantitatif…, hlm. 9.
73
D. Informan Penelitian
Informan merupakan seseorang yang diasumsikan mempuyai informasi
penting tentang sautu objek penelitian.170Yang menjadi informan dalam penelitian
ini adalah 2 orang pengurus masjid, 7 orang nonmuslim, 11 orang muallaf. Maka
keseluruhan informan yang diwancarai 20 orang.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data.171
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah dengan cara observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi.
1. Observasi
Menurut Rusdi Pohan observasi atau pengamatan adalah suatu teknik yang
dilakukan dengan cara pengamatan langsung atau melihat dengan penuh
penelitian.172 Teknik observasi ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke
lokasi penelitian, untuk melihat secara langsung di Masjid Raya Baiturrahman
Banda Aceh dengan cara mengamati dan mencatat seluruh indikator yang akan
diteliti.
Melalui komunikasi dan interaksi, peneliti mendapatkan kesempatan untuk
mengetahui aktivitas di sana, dengan melibatkan diri sebagai aktifitas subjek,
sehingga tidak dianggap orang asing, melainkan sudah merupakan bagian dari
170Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm.158.
171Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,2008), hlm. 308
172Rusdi Pohan, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Banda Aceh: Ar-Rijal Institute, 2007),hlm. 45.
74
setiap proses aktifitas dakwah yang berlangsung. Dengan metode observasi atau
pengamatan ini, peneliti ingin mengetahui proses interaksi antara da’i dengan
nonmuslim secara langsung. Dalam penelitian ini, peneliti datang langsung ke
Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh untuk melihat secara langsung dan
mencatat hal-hal yang diperlukan, serta mengambil dokumentasi dari tempat atau
lokasi penelitian yang berkaitan dengan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
sebagai media dakwah bagi nonmuslim dan kondisi bangunan.
2. Wawancara
Menurut M.Nasir Budiman wawancara adalah data sekunder, yaitu
kegiatan percakapan antar dua pihak dengan tujuan-tujuan tertentu.173Teknik
pengumpulan data ini dilakukan dengan cara tanya jawab atau dialog secara
langsung dengan para informan yaitu dengan pengurus masjid, imam masjid,
muallaf dan nonmuslim.
Dari wawancara ini diharapkan akan mendapatkan informasi-informasi
yang lebih jelas, lengkap dan sedalam-dalamnya tentang Masjid Raya
Baiturrahman Banda Aceh sebagai media dakwah bagi nonmuslim. Adapun
hubungan antara peneliti dengan subjek yang diwawancarai adalah dalam suasana
biasa dalam kehidupan sehari-hari saja, sehingga tidak terlihat kalau menakutkan.
Setelah selesai wawancara, peneliti menyusun hasil wawancara sebagai hasil
catatan dasar sekaligus abstraksi untuk keperluan analisis data.
173M. Nasir Budiman, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan Desertasi, (BandaAceh IAIN Ar-Raniry, 2004), hlm. 24.
75
3. Dokumentasi
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata dokumentasi adalah suatu teknik
pengumpulan data dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik.174 Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data-
data tertulis yang diambil dari Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh mengenai
gambaran umum lokasi penelitian baik data yang berhubungan dengan batas-batas
wilayah geografis, keadaan masjid, data latar seperti sejarah berdirinya masjid,
struktur organisasi masjid, keadaan para da’i dan data-data lain yang sekitarnya
dibutuhkan sebagai pelengkap dalam penelitian ini.
F. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisa data dalam penelitian ini adalah teknik yang
bersifat deskriptif analisis yaitu penyelidikan serta pemecahan masalah yang ada
dari data-data yang diperoleh dengan menganalisanya secara objektif, dalam
mengolah data yang diperoleh dari penelitian ini, dengan cara mendeskripsikan
hasil wawancara setiap responden, kemudian membandingkan antara hasil
wawancara yang satu dengan wawancara yang lainnya selanjutnya data-data
tersebut dianalisis untuk menarik seluruh kesimpulan.
Data yang terkumpul melalui hasil wawancara penulis menggunakan
teknik analisisnya sesuai dengan yang dikemukakan oleh Miles dan Huberma
sebagaimana yang dikutip Sugiyono yaitu dilakukan secara interaksi, yang dapat
dijelaskan dengan menggusnakan langkah-langkah sebagi berikut:
174Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2006), hlm. 221
76
1. Reduksi data yaitu kegiatan penulis menelaah kembali seluruh catatan
yang diperoleh melalui teknik observasi, wawancara dan sebagainya.
Reduksi data adalah mengabstraksi atau merangkum data dalam suatu
laporan evaluasi tentang Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh sebagai
media dakwah bagi nonmuslim secara sistematis dan difokuskan kepada
hal-hal yang inti. Setelah direduksi, data akan memberikan gambaran yang
lebih tajam mengenai hasil observasi, dapat mempermudah penulis dalam
mencari data yang masih diperlukan. Dalam evaluasi program, data subjek
yang dievaluasi atau sumber data dapat dipilih dan dipilah dari bagian-
bagian menjadi susunan yang berurutan secara sistematis.
2. Penyajian data yaitu penulis merangkumkan hal-hal pokok dan kemudian
penulis menyusun dalam bentuk diskripsi yang naratif dan sistematik,
sehingga dapat memudahkan untuk mencari tema sentral tentang Masjid
Raya Baiturrahman Banda Aceh sebagai media dakwah bagi nonmuslim
sesuai dengan fokus atau rumusan unsur-unsur yang dievaluasi serta
memperoleh memberi makna, kegiatan inipun mempermudah penulis
dalam melihat gambaran unsur-unsur yang dievaluasi secara menyeluruh.
3. Verifikasi data yaitu melakukan pencarian makna dari data yang
dikumpulkan secara lebih teliti. Kegiatan ini dilakukan penulis dengan
mencari pola, tema, bentuk, hubungan, persamaan dan perbedaan, faktor-
faktor yang mempengaruhinya.175
175Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R & D..., hlm. 244.
77
G. Keabsahan Data
Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif, karena
itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melalui
keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai.
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan
trianguiasi. Adapun trianguasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.176
Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi
dengan sumber. Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.177
Triangulasi dengan sumber yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu
membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.
176Lexy J, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif..., hlm. 330.177Lexy J, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif..., hlm. 29.
78
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
1. Profil Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman berada di pusat Kota Banda Aceh tepatnya
beralamat di Jalan Mohd. Jin. No.l, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh,
Provisi Aceh. Masjid Raya Baiturrahman berdiri pada tahun 1022 Hijriyah
bertepatan tahun 1612 Miladiyah dan juga mengatakan bahwa Masjid Raya
Baiturrahman ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Aceh masa Pemerintah Sulthan
Alaidin Mahmudsyah tahun 1292 Miladiyah. Masjid ini dibangun dengan tujuan
untuk dijadikan sebagai pusat pengajaran ilmu agama yang ada di Nusantara.
Sehingga banyak sekali pelajar yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia
datang ke tempat ini. Bahkan beberapa di antaranya ada yang berasal dari Negara
lain seperti India, Turki, India, Persia, dan Arab. Sehingga Aceh diberi julukan
Kota Serambi Mekah.178
Pada tanggal 26 Maret 1873 Kerajaan Belanda menyatakan perang kepada
Kesultanan Aceh, mereka mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh
dari kapal perang Citadel Van Antwerpen. Pada 5 April 1873. Belanda mendarat
di Pante Ceureumen di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf Kohler, ia
membawa 3.198 tentara dan sekitar 168 perwira. Peperangan pertama meletus,
berselang kurang lebih 10 hari, pasukan Belanda ini berhasil merebut Masjid Raya
Baiturrahman. Pejuang Aceh tidak tinggal diam. Mereka membuat serangan
178Zulfikri, Profil Masjid Raya Baiturraman, (Kementerian Agama RI Direktorat JenderalBimbingan Masyarakat Islam, 2016), hlm. 1.
79
balasan sehingga menyebabkan Jenderal Kohler tewas setelah tertembus peluru di
dada. Waktu Kohler tertembak, keadaan di sekitar masjid sangat ramai. Kohler
berada di tengah-tengah keramaian itu. Jenderal Kohler merupakan Jenderal besar
Belanda akibat ditembak dengan menggunakan senapan oleh seorang pasukan
perang Kesultanan Aceh yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya pada
sebuah monumen kecil di bawah Pohon Kelumpang yang berada di dekat pintu
masuk sebelah Utara Masjid Raya Baiturrahman.179
Saat agresi tentara Belanda kedua pada tanggal 10 April bulan Shafar
1290H/ 1873 M yang dipimpin oleh Jenderal van Swieten, Masjid Baiturrahman
habis dibakar. Tindakan Belanda yang membakar Masjid Raya Baiturrahman
yang merupakan masjid kebanggaan milik Kesultanan Aceh Darussalam inilah
yang membuat rakyat Aceh murka sehingga melakukan perlawanan yang semakin
hebat untuk mengusir Belanda dari Kesultanan Aceh. Pembakaran Masjid Raya
Baiturrahman yang dilakukan oleh pihak Belanda ini membuat salah
seorang putri terbaik Aceh, Cut Nyak Dhien sangat marah dan berteriak dengan
lantang tepat di depan Masjid Raya Baiturrahman yang sedang terbakar sambil
membangkitkan semangat Jihad Fillsabilillah Bangsa Aceh dengan mengatakan:
Wahai sekalian mukmin yang bemama orang Aceh! Lihatlah! Saksikansendiri dengan matamu! Masjid kita dibakamya! Mereka menentang AllahSubhanahuwataala! Tempatmu beribadah dibinasakannya! Nama Allahdicemarkannya! Camkanlah itu! Janganlah kita melupakan budi si kafiryang serupa itu! Masih adakah orang Aceh yang suka mengampuni dosa sikafir yang serupa itu? Masih adakah orang Aceh yang suka menjadi budakkafir Belanda?. 180
179Zulfikri, Profil Masjid Raya Baiturraman..., hlm. 2.180Syamsul Kumiawan, Masjid dalam Lintasan Sejarah Umat Islam..., hlm. 175.
80
Empat tahun setelah Masjid Raya Baiturrahman itu terbakar, pada
pertengahan shafar 1294 H/Maret 1877 M, dengan mengulangi janji Jenderal Van
Sweiten dan sebagai permintaan maaf juga untuk meredam kemarahan rakyat
Aceh maka Gubernur Jenderal Van Lansberge menyatakan akan membangun
kembali Masjid Raya Baiturrahman yang telah terbakar itu.181
Kerajaan Belanda membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman pada
saat Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat masih bertahta sebagai Sultan
Aceh yang terakhir. Pernyataan ini diumumkan setelah diadakan
permusyawaratan dengan kepala-kepala negeri disekitar Kota Banda Aceh. Di
mana disimpulkan bahwa pengaruh masjid sangat besar kesannya bagi rakyat
Aceh yang 100% beragama Islam. Janji tersebut dilaksanakan oleh Jenderal
Mayor Jenderal Karel Van Der Heijden selaku gubernur militer Aceh pada waktu
itu dan tepat pada hari Kamis 13 Syawal 1296 H/9 Oktober 1879 M, diletakan
batu pertama dilakukan Gubernur Militer Belanda di Aceh yaitu Mayjen Vander
diwakili oleh Tengku Qadhi Malikul Adil. Dalam bentuk bangunan masjid
berkubah.182
Belanda-lah yang pertama sekali memperkenaikan bangunan masjid di
Aceh dengan menggunakan kubah. Sebelum itu, hampir semua bangunan masjid
di Aceh berbentuk atap bertingkat. Pola bangunan ini masih dapat dilihat pada
sejumlah masjid-masjid lama yang masih tersisa di Aceh. Bentuk masjid berkubah
pertama pada Masjid Raya Baiturrahman itu, baru satu kubah yang semua
181Rihan Rizaldy Wibowo, Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagaiPembentuk Karakter Visual Bangunan, Jurnal Heritage IPLBl Vol. 3. No. 2, (Institut TeknologiBandung (ITB): Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perancanaan dan Pengenbangan Kebijakan (SAPPK), 2017), hlm. 140.
182Zulfikri, Profit Masjid Raya Baiturraman..., hlm. 3.
81
material bangunannya dibawa dari luar Aceh. Masjid bangunan Belanda ini juga
dihiasi ukiran-ukiran kaligrafi Arab yang sangat indah, dilengkapi dengan sebuah
jam besar di tengah mihrab bagian depan. Jam tersebut tulisan menggunakan
angka Arab, dalam lima tahun pembangunannya pun selesai, kemudian
diserahkan kepada rakyat Aceh bertetapan pada tahun 1299 H. Pada tahun 1935
M, Masjid Raya Baiturrahman diperluas bagian kanan dan kirinya dengan
tambahan dua kubah. Perluasan ini dikerjakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum
dengan biaya sebanyak 35.000,- (tiga puluh lima ribu gulden) dengan pimpinan
proyek Ir. M. Thahir dan selesai dikerjakan pada akhir tahun 1936 M.183
Pada tahun 1935 diperluas dengan penambahan dua kubah. Perluasan
masjid kembali dilakukan pada 1956 atas permintaan Gubernur Aceh Ali Hasjmy
pada Presiden Sukarno saat berkunjung ke Aceh kala itu, dengan keputusan
menteri tanggal 31 Oktober 1975 disetujui pula perluasannya yang kedua dan
pelaksanaannya diserahkan pada pemborong NV. Zein dari Jakarta. Perluasan ini
bertambah dua kubah lagi dan dua buah menara sebelah utara dan selatan. Dengan
perluasan kedua ini Masjid Raya Baiturrahman mempunyai lima kubah dan
selesai dekerjakan dalam tahun 1967 M.184
Rakyat Aceh berkumpul di pelataran Masjid Raya Baiturrahman Dalam
rangka menyambut Musabaqah Tilawatil Qur’an Tingkat Nasional ke-XII pada
tanggal 7 s/d 14 Juni 1981 di Banda Aceh, Masjid Raya Baiturrahman diperindah
dengan peralatan, pemasangan klinkers di atas jalan-jalan dalam pekarangannya.
Perbaikan dan penambahan tempat whudu dari porselin danpemasangan pintu
183 Rihan Rizaldy Wibowo, Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh..., hlm. 142.184Zulfikri, Profil Masjid Raya Baiturraman..., hlm. 3-4.
82
krawang, lampu chandelier, tulisan kaligrafi ayat-ayat al-Quran dari bahan
kuningan, bagian kubah serta instalasi air mancur di dalam kolam halaman
depan.185
Pada tanggal 26 Desember 2004 lalu, Masjid Raya Baiturrahman masih
tetap berdiri dengan megahnya, ombak tsunami yang mulai membasahi Bumi
Aceh sungguh tak mampu menghancurkan rumah Allah ini. Pada saat itu Masjid
Raya Baiturrahman menjadi tempat bagi rakyat Aceh berlindung juga sebagai
tempat evaluasi jenazah para korban tsunami yang bergelimpangan. Setelah
melewati berbagai peristiwa-perisíiwa bersejarah, sampai saat ini Masjid Raya
Baiturrahman masih tetap berdiri kukuh sebagai simbol agama, budaya, semangat,
kekuatan, perjuangan dan nasionalisme suku Aceh.186
Bangunan Masjid Raya Baiturrahman pada saat sekarang seluas 3. 760
mberdiri dalam areal tanah seluas 4 Hektar. Tanah seluas 4 Hektar tersebut secara
hukum berstatus hak miiik Masjid Raya Baiturrahman. Setiap pelaksanaan shalat
fardhu ada 200 lebih jamaah dan kapasitas maksimun jamaah dapat memuat
sampai 9000 jamaah, dalam tugasnya menjalankan aktifitas pelaksanaan ibadah
dan sebagaimana Masjid Raya Baiturrahman memiliki 32 orang pengurus masjid,
7 orang imam, 7 orang mu’azzin, 52 orang khatip per tahun dan 50 orang remaja
masjid.187
185Zulfikri, Profil Masjid Raya Baiturraman..., hlm. 7.186Syamsul Kumiawan, Masjid dalam Lintasan Sejarah Umat Islam..., hlm. 177.187Zulfikri, Profil Masjid Raya Baiturraman..., hlm. 6.
83
2. Kegiatan Dilaksanakan di Masjid Raya Baiturrahman
Kegiatan dilaksanakan di Masjid Raya Baiturrahman yaitu pemberdayaan
zakat, infaq, shadaqah dan wakaf, menyelenggarakan kegiatan sosial ekonomi,
menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan dakwah lslam/tabliq akbar,
menyelenggarakan kegiatan hari besar Islam, menyelenggarakan shalat jumat,
menyelenggarakan ibadah shalat fardhu.188
3. Visi, Misi dan Motto Pelayanan
a. Visi: menuju masyarakat beriman bertakwa.
b. Misi:
1) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah S.w.t. dan
meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah S.a.w. seluruh warga
masyarakat, Meningkatkan kemakmuran Masjid Raya Baiturrahman
dengan kegiatan-kegiatan yang bersiat membina umat sesuai
syariat,
2) Membangun masyarakat yang berjiwa sehat baik jasmani maupun
rohani,
3) Membangun masyarakat yang berkarakter jujur, tanggimg jawab,
adil dan peka terhadap lingkungan,
4) Membentuk masyarakat yang beijiwa sosial, peduli lingkungan dan
siap sebagai pedukung kegiatan kemasyarakatan.189
188Zulfikri, Profil Masjid Raya Baiturraman..., hlm. 7.189Zulfikri, Profil Masjid Raya Baiturraman..., hlm. 7.
84
c. Motto:
1) Melayani jamaah Masjid Raya Baiturrahman dengan senang hati,
2) Melayani jamaah dengan aman dan nyaman,
3) Masjid Raya Baiturrahman kebanggaan masyarakat Aceh,
4) Masjid Raya Baiturrahman saksi sejarah kemegahan Islam Asia
Tenggara,
5) Masjid Raya Baiturrahman lambang kemegahan dan harapan
umat.190
d. Tugas Pokok masjid Raya Baiturrahman
Dalam tugas pokok yang dilakukan sehari-hari oleh pengurus Masjid
Raya Baiturrahman meliputi:
1) Bidang idarah yaitu:
a) Bekerja sama dengan sekretaris dan keuangan dalam bidang
perencanaan, pengadministrasian, keuangan, pengawasan dan
pengorganisasian,
b) Membuat papan jadwal/pengumuman,
c) Membuat papan waktu shalat dan khatib.
2) Bidang Imarah yaitu:
a) Pembinaan peribadahat atau ibadah sosial,
b) Majelis taklim,
c) Remaja masjid,
d) Mengelola TPQ (Taman Pengajiaan Al-Quran),
190Zuliikri, Profil Masjid Raya Baiturraman..., hlm. 9.
85
e) Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah,
f) Peringatan Hari-Hari Besar Islam,
g) Pembinaan majelis taklim,
h) Pembinaan Koperesi Syari’at,
i) Pembinaan Kesehatan.
3) Bidang Ri’ayah yaitu:
a) Menjaga keaslian arsitektur/desain seni bangunan Masji Raya
Baiturrahman Banda Aceh,
b) Pemeliharaan peralatan dan fasilitas masjid,
c) Pemeliharaan halaman dan lingkungan,
d) Penentuan arah kiblat shalat. 191
Raya Baiturrahman adalah masjid bersejarah yang menjadi ikon bagi Aceh
sekaligus sebagai simbol peradaban Islam di Tanah Rencong dalam menjalankan
misi perjuangan dan penyebaran Islam di tanah air.
B. Penyebab Nonmuslim Mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman Banda
Aceh
Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, merupakan masjid yang memiliki
lembaran sejarah tersendiri, yang kini merupakan Masjid Negara yang berada di
jantung Kota Banda Aceh. Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah
satumasjid termegah di Asia Tenggara. Masjid Raya Baiturrahman ini berada di
pusat kota Banda Aceh yang bersebelahan dengan pasar tradisional Aceh,
Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Masjid Raya Baiturrahman menempati
191Zulfikri, Profil Masjid Raya Baiturraman..., hlm. 3.
86
area kurang menara dan satu menara induk. Ruangan dalam berlantai marmer
buatan Italia, luasnya mencapai 4.760 m2, dan dapat menampung hingga 9, 000
jamaah. Di halaman depan Masjid Raya Baiturrahman terdapat sebuah kolam
besar, rerumputan yang tertata rapi dengan tanaman hias dan pohon kelana yang
tumbuh di atasnya.192
Masjid Raya Baiturrahman sekarang ini sudah menjadi salah satu daya
tarik untuk dikunjungi wisatawan ketika tiba di Kota Banda Aceh. Sebagian
wisatawan non muslim merasakan belum lengkap jika mengunjungi Kota Banda
Aceh tidak berkunjung Masjid Raya Baiturrahman. Kebanyakan wisatawan tidak
lupa berfoto dikalangan masjid. Para wisatawan mancanegara nonmuslim,
biasanya hanya berfoto di halaman depan dengan latar belakang masjid
RayaBaiturrahman, maka untuk lebih jelas dapat dilihat hasil wawancara di
bawah ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh Corlos bahwa:
Tidak, pernah lupa mengujungi Masjid Raya Baiturrahman, apabila tiba diKota Banda Aceh, saya sangat kagum dengan arsitektur bangunan MasjidRaya Baiturrahman. Masjid ini tidak hanya kebanggaan Aceh, tetapirakyat Indonesia, tujuan mengujungi masjid ini, ingin melihat arsitekturIslam yang menarik, masjid ini juga mempunyai nilai sejarah sepertisejarah Tsunami.193
Senada yang dikatakan oleh JM. Wiwiok Diayawati bahwa:
Keinginan sendiri mengujungi masjid ini. Tujuan mengujungi masjid inikarena mempunyai mukjizat di waktu Tsunami semua selamat yangberada di masjid ini, saya sangat terharu kejiadian itu. Luar biasamerasakan nyaman/damai setelah mengujungi, ingin berfoto di bawahdipayung elektronik. Yang paling suka adalah payung elektronik karenapayung ini sama dengan payung yang ada di Mekkah dikatakan olehorang, tetapi saya belum pernah ke Mekkah. Mengenai arsitektur luar
192Hasil observasi di Masjid Raya Baiturrahman Kota Banda Aceh, pada tanggal 10 Juli2017.
193Wawancara dengan Corlos, Pengunjung Masjid Raya Baiturrahman Kota Banda Acehdari Spayol, pada tanggal 23 Juli 2017.
87
biasa menggahnya.194
Sarah Willers juga menembahkan bahwa:
Saya sangat menyukai seni-seni yang ada di Masjid Raya Baiturrahmanseperti arsitektur bangunannya. Tujuan mengujungi masjid ini karenaingin melihat kalangan masjid, serta berfoto-foto, masjid ini bagi sayasangat menarik dan penuh dengan pemandangan indah.195
Apa yang dikatakan oleh responden benar, penulis merasakan seyuk,damai dan nyaman saat berada di Masjid Raya Baiturrah baikdi dalammaupun di luar, ketenangan yang luar biasa sekan-akan pingin beradaterus di masjid, saya pun tidak pemah lupa berfoto apabila berada dimasjid apalagi sudah ada payung elektronik. Arsitektur bangunan masjidjuga indah dan menggah, masjid ini juga paling banyak oleh orang baikmuslim itu sendiri maupun nonmuslim, semakin semangat kitamengunjungi masjid ini.
Hal ini sebagaimana yang ditakan oieh Teungku Hamdan bahwa:
Tujuan orang mengunjungi masjid Raya Baiturrahman ada tiga sebabpertama, karena mempunyai sejarah yang tinggi, kedua, berprovinsi KotaBanda Aceh, ketiga, masjid tempat ibadah orang muslim dan mempunyaigaya tarik besar dari masjid lain, jadi ketiga sebab itu menjadi banyakpengujung nonmuslim mengunjungi masjid ini, karena apabila orangnonmuslim tidak mengunjungi masjid ini maka tidak dinamakan datang keAceh, karena salah satu dinamakan datang ke Aceh dengan buktimendatangi masjid desertai dengan berfoto-foto di kawasan masjid.196
Horng Woei Haur juga menambahkan bahwa :
Masjid Raya Baiturrahman ini sering muncul di internet seperti difacebook, sehingga menyebabkan ia ingin mengujungi, apabila tiba diKota Banda Aceh, tujuan mengujungi masjid ini ingin mengetahui tradisiorang Islam dan arsitektur masjid, setelah mereka mengujunginya hatiterasa senang.197
Senada yang dikatakan oleh Ruby bahwa:
Masjid Raya Baiturrahman ini sering muncul di internet dengan gambaryang menarik, masjid ini juga mempunyai nilai sejarah seperti sejarahTsunami, tujuan mengujungi masjid ini ingin melihat langsung arsitektur
194Wawancara dengan JM.Wiwiok Diayawati, Pengunjung Masjid Raya BaiturrahmanKota Banda Aceh dari Solo Indonesia, pada tanggal 20 Agustus 2017.
195Wawancara dengan Sarah Willers, Pengunjung Masjid Raya Baiturrahman Kota BandaAceh dari New Zealend, pada tanggal 20 Agustus 2017.
196Wawancara dengan Tgk. Hamdan Syamsuddin, Kepala Sekretariat Masjid RayaBaiturrahman Kota Banda Aceh, pada tanggal 17 Juli 2017.
197Wawancara dengan Horng Woei Haur, Pengunjung Masjid Raya Baiturrahman KotaBanda Aceh dari Taiwan, pada tanggal 12 Agustus 2017,
88
masjid dan ingin berfoto-foto di kalangan masjid terutama di bawahpayung elektronik. Saya berpikir agama Islam sangat menarik, tetapi tidakmengetahui terlalu banyak tentang Islam karena hanya mengujunginya.198
Kehadiran payung elektronik ini menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Berfoto di bawah payung elektronik dengan latar belakang masjid sering muncul
media sosial seperti facebook, sehingga menyebabkan nonmuslim ingin
mengujungi, mereka mengangap lokasi ini sebagai objek wisata baru.
Sebagaimana yang terlihat sekarang ini telah berdiri 12 unit payung
elektronik yang menyerupai dengan payung di Masjid Nabawi, dimaksudkan tidak
saja untuk menambah keindahan masjid, namun juga sebagai sarana untuk
kenyamanan beribadah para jamaah. Payung yang dipasang yaitu enam payung
dipasang di sebelah Selatan dan enam di sebelah Utara, serta dilengkapi dengan
tempat parkiran mobil dan sepeda motor, dan juga tempat wudhu serta tolet pria
dan wanita, semua bahannya terbuat dari batu marmer Italia atau Spayol.199
Wisatawan lokal dan Nusantara ramai mengunjunginya. Mereka
menghabiskan waktu di bawah payung Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi
atau pun bermain di atas marmer. Lantai halaman depan masjid kini sudah
berganti menjadi marmer. Dua belas unit payung bergaya Masjid Nabawi
dibangun di sisi Utara dan Selatan masjid. Lokasi ini juga dapat digunakan untuk
shalat, ibadah dan lainnya. Menjelang sore hari, wisatawan yang berkunjung ke
masjid semakin ramai. Untuk berada di lokasi bawah payung atau pun marmer,
pengunjung harus meninggalkan alas kaki. Jangan khawatir hilang. Panitia masjid
198 Wawancara dengan Ruby, Pengunjung Masjid Raya Baiturrahman Kota Banda Acehdari Scolodya, pada tanggal 29 Juli 2017.
199Hasil observasi di Masjid Raya Baiturrahman Kota Banda Aceh, pada tanggal 10 Juli2017.
89
menyediakan tempat penitipan sepatu atau pun sandal. Para pengunjung dapat
berkeliling untuk melihat lebih dekat wajah baru Masjid Raya Baiturrahman.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Sastrowardoyo Gonzales bahwa:
Saya mengujungi Masjid Raya Baiturrahman, karena saya berpikir bahwamasjid ini termegah di Aceh dan tempat beribadah orang Islam, serta inginmelihat arsektur bangunan masjid.200
Nasruddin Ibrahim juga menambahkan bahwa:
Nonmuslim mengujungi Masjid Raya Baiturrahman hanya sekedar melihatsaja/memperhatikan arsitektur Islam, kalau misalnya ada tujuanpemelitian, terlebih dahulu dipertanyakan apa tujuan penelitian, tetapikebanyakan mereka hanya berfoto dikalangan masjid.201
Azman Ismail juga menambahkan bahwa:
Faktor nonmuslim mengujungi masjid, karena mengenal sejarah, inginmelihat profil masjid, ingin melihat kemegahan masjid di Aceh serta inginmenikmati keindahan masjid, karena masjid sangat terkenal di NegaraAsia, ingin melihat lingkungan orang Aceh dan ingin melihat bagaimanaorang Aceh bekerja di masjid. Suka masjid karena ingin mendengar suaraazan indah sekali seakan-akan ingin masuk Islam karena suara azan inisecara langsung, mereka ingin menikmati, banyak dari mereka masukIslam, kami ingin masuk dalam masjid tetapi tidak dikasih masuk dalammasjid, saya juga berkeinginan masuk Islam tetapi belum tau kapan.202
Masjid bukan saja sebagai mihrab bagi kaum muslim dalam beribadah
tetapi sebagai tempat untuk menunjukan eksistensi sebuah budaya. Masjid
memang dipengaruhi budaya lokal walau memang ada standarisasi yang tidak
tertulis. Sebagaimana Emnovva Eapon juga mengatakan bahwa:
Saya mengujungi Masjid Raya Baiturrahmah karena termegah diNusantara. Masjid ini tempat yan menarik dan penuh pemandangan indah
200Wawancara dengan Sastrowardoyo Gonzales, Pengunjung Masjid Raya BaiturrahmanKota Banda Aceh dari Filipina, pada tanggal 27 Agustus 2017
201 Wawancara dengan Nasruddin Ibrahim, Ketua PLT UPTD Masjid Raya BaiturrahmanKota Banda Aceh, pada tanggal 3 Oktober 2017.
202Wawancara dengan Azman Ismail, Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman KotaBanda Aceh, pada tanggal 17 Juli 2017.
90
seperti arsitektur bangunan masjid, serta dipenuhi oleh orang-orangmuslim dan Aceh.203
Junaidi mengatakan bahwa semenjak menjadi pengurus masjid sampai
sekarang, banyak sekali orang berwisata ke masjid dan berfoto-foto. Masjid ini
dikatakan tempat kereaksi yang paling indah iya juga, masjid ini juga dikatakan
yang paling nyaman ia juga. Kebanyakan orang datang ke masjid tidak tau dari
manapun, kalau orang sudah masuk dalam masjid kayak sudah datang ke Kota
Banda Aceh, kalau tidak masuk dalam masjid bukan namanya datang ke Kota
Banda Aceh. Kebanyakan orang masuk dalam kawasan masjid merasa kenyaman,
sejuk, dinggin dan ketenangan jiwa seperti orang tidak pernah ribut dalam rumah
tangga, dan orang yang banyak mengalami beban dalam hidupnya bila datang ke
masjid terasa hilang beban tersebut. Kadang-kadang orang gila datang dalam
masjid hilang gilanya. Tidak tau di mana orang stres yang datang kemasjid hilang
stresnya sangat membawa pengaruh bukan percaya dengan masjid itu karena
Allah S.w.t. Setiap masjid dikatakan rumah Allah S.w.t. Baitullah sebagimana
yang terdapat dalam hadis yaitu barang siapa yang mengerjakan shalat jum’at 44 x
di dalam masjid tidak pernah berhenti-henti mereka itu sudah melaksanakan 1 x
rukun haji, dinamakan haji fakir. Kenapa orang sangat kesan dalam masjid itu,
bukan masjid itu saja masjid lain juga begitu, tetapi sangat kesan pada arsitektur
yang indah, masjid ini juga bersejarah sangat menarik, sehingga banyak orang
ingin berkunjung.204
203Wawancara dengan Emnovva Eapon, Pengunjung Masjid Raya Baiturrahman KotaBanda Aceh dari Freenctg, pada tanggal 20 Agustus 2017.
204Wawancaradengan Junaidi, Pengurus Perlengkapan-Perlengkapan dan PengawasanMasjid Raya Baiturrahman Kota Banda Aceh, pada tanggal 20 Agustus 2017.
91
Masjid Raya Baiturrahman mempunyai nilai sejarah dan hari ini termasuk
salah satu masjid dari 10 masjid yang terbaik di dunia, sehingga muslim dan
nonmuslim merasa kagum untuk melihat arsektur dan suasana masjid, mereka
juga merasakan kenyamanan berada di masjid. Sebagai pengelola masjid
memberikan kesempatan bagi mereka untuk masuk masjid, akan tetapi mereka
mempunyai syarat-syarat ketika masuk baik dalam masjid maupun dikalangan
masjid. Kita sebagai umat muslim sendiri kalau masuk masjid diwajibkan dalam
Islam bersuci (tidak bemajis), sedangkan bagi nonmuslim walaupun tidak
berwudhu memang mereka sudah nonmuslim. Nonmuslim tidak diizinkan masuk
dalam masjid karena mereka bemajis, jadi mereka hanya boleh diperkarangan
masjid berfoto-foto saja tetapi harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan.
Mereka juga diawasi oleh pengawas masjid atau panitia masjid agar mereka tidak
memasuki dalam masjid serta membuat kacau dikalangan masjid, akan tetapi
orang yang mengujungi masjid harus berpakaian sopan,205 hal ini dapat dilihat
hasil wawancara di bawah ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh M. Jamal
bahwa:
Ketika orang mengujungi masjid harus berpakaian sopan baik muslimmaupun nonmuslim, akan tetapi bagi nonmuslim mengujungi masjid,panitian telah menyediakan pakaian sopan seperti bagi kaum perempuandengan pakaian jubah, sedangkan bagi kaum laki-laki pakaian kain sarungtidak bisa berpakaian dengan pakaian celana di atas lutut, akan tetapi bilamemakai celana panjang diperbolehkan tanpa menggunakan kainsarung.206
205 Wawancara dengan Nasruddin Ibrahim, Ketua PLT UPTD Masjid Raya BaiturrahmanKota Banda Aceh, pada tanggal 3 Oktober 2017.
206Wawancara M. Jamal, Pengurus Kepala Urusan Kebersihan Luar Masjid RayaBaiturrahman Kota Banda Aceh, pada tanggal 27 Agustus 2017
92
JM. Wiwiok Diayawati juga mengatakan bahwa:
Mengenai pakaian jubah yang diberikan oleh penelitian masjid, sayamenyukai, sayapun belum pernah memakaiannya wamapun sangatmenarik bagi saya, bagi saya tidak ada masalah, karena harus mengikutiperaturan/tradisi apabila memasuki tempat orang. Padahal saya sudahmembawa baju sendiri yang muslimah namun sudah diberikan tidak apa-apa. Ini pun menjadi kenang-kenangan mengambil foto denganmengunakan pakaian ini, baju ini sangat menarik bagi saya.207
Ruby juga menambahkan bahwa:
Mengenai persyaratan yang diberikan oleh penitia memakaian kain sarungtida ada masalah bagi saya, karena kita harus mengikuti/tradisi setempat,apalagi kain sarung belum penah saya memakainya dan ini menjadikenang-kenangan bagi saya pertamakan saya menggunakan pakain sarungdengan mengambil foto di depan Masjid Raya Baiturrahman orang Aceh,sangat menarik bagi saya.208
Junaidi juga menambahkan bahwa:Orang masuk dalam kawasan masjid harus berpakaian sopan baik muslimmaupun nonmuslim sebagaimana yang sudah dipaparkan dipintu gerbangmengenai pakaian masuk dalam kawasan masjid, akan tetapi bagi orangnonmuslim sudah disediakan oleh panitia masjid bagi perempuan bajujubah bagi laki-laku kain sarung. Bila kalangan masjid untuk orangmuslim yang berpakaian ketat dilarang masuk karena rumah Allah S.w.t.harus berpakaian menutup aurat karena dari segi pakaian merupakancermin yang baik. Bagi orang yang masuk dalam kawasan masjid harusmempnyai tujuan yang baik, jika tidak baik tidak boleh masuk baik itumuslim maupun nonmuslim.209
Berdasarkan observasi bahwa benar apa yang dikatakan oleh respondenbahwa orang yang mengunjungi masjid harus berpakaian sopan baikmuslim maupun nonmuslim, akan tetapi bagi orang nonmuslim sudahdisediakan oleh penitia kalau untuk perempuan disediakan baju jubahkalau untuk laki-laki disediakan kain sarung, mereka sangat senangmengenai baju yang berikan oleh penitia, penulis mengetahui senangdengan melihat ceria gembira waktu berfoto-foto. Mengenai orang muslim
207Wawancara dengan JM. Wiwiok Diayawati, Pengunjung Masjid Raya BaiturrahmanKota Banda Aceh dari Solo Indonesia, pada tanggal 20 Agustus 2017.
208Wawancara dengan Ruby, Pengunjung Masjid Raya Baiturrahman Kota Banda Acehdari Scolodya, pada tanggal 29 Juli 2017.
209Wawancara dengan Junaidi, Pengurus Perlengkapan-Perlengkapan dan PengawasanMasjid Raya Baiturrahman Kota Banda Aceh, pada tanggal 20 Agustus 2017.
93
harus berpakaian muslimah penulis lihat sendiri orang muslimmengunakan pakaian muslimah masuk berkunjung masjid baik masukdalam masjid maupun dikalawasan masjid, tidak ada satu penulismenemukan orang yang berpakaian ketat waktu masuk masjid.210
Setiap pengunjung, baik laki-laki maupun merempuan Islam harus
menggunakan pakaian muslim/muslimah seperti tertera di pintu gerang masuk
masjid, namun bagi nonmuslim juga harus berpakaian sopan, tetapi bagi
nonmuslim apabila memasuki kalangan Masjid Raya Baiturrahman telah
disediakan pakaian oleh panitia masjid seperti jubah bagi kaum perempuan
sedangkan bagi kaum laki-laki kain sarung, karena dengan pakaian yang
membuka aurat, masuk masjid dengan tidak sopan dan tidak menghormati rumah
Allah S.w.t. maka hukumnya dilarang, sebab itu merupakan kemungkaran yang
tidak boleh dibiarkan.
Tenggapan dari kami nonmuslim masuk kawasan masjid tidak ada masalah
cuma perlu konfirmasi jangan mengedepan prinsip tetapi kalau perlu ajakan
mereka dengan baik, kalau perlu kita ajak, jadilah mereka itu pengikut kita yaitu
golongan Islam, kalau bisa tergantung dari segi kita juga, dari segi itu mereka
tidak ada keberatan dan punya kebanggaan karena dengan adanya mereka datang
kemari, jadi negara-negara lain memantau bahwa di Aceh itu tidak memilih
siapapun diterima, begitu juga rezeki juga makin bertambah sedikit disitu ada
kelebihan.211
210Hasil observasi di Masjid Raya Baiturrahman Kota Banda Aceh, pada tanggal 20Agustus 2017.
211Wawancara dengan Tgk. Hamdan Syamsuddin, Kepala Sekretariat Masjid RayaBaiturrahman Kota Banda Aceh, pada tanggal 17 Juli 2017.
94
C. Masjid Raya Baiturrahman Sebagai Media Dakwah, Sehingga
Pengunjung Nonmuslim Bisa Beralih Agama
Menyampaikan pesan Islam kepada nonmuslim, adalah kewajiban umat
Islam. Allah S.w.t. memerintahkan dan menuntun kita dalam al-Quran untuk
melakukan dakwah (dengan aturan-aturan tertentu). Sebenarnya menyampaikan
dakwah baik secara lisan dan nonlisan tidak pernah secara khusus kepada
nonmuslim.
Nonmuslim masuk Islam dipengaruhi mengikuti ajaran Islam melalui
dakwah, kadang-kadang terpengaruhi dari orang ahli berbicara seperti da’i
pendakwah khusus dakwah. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w. jika engkau
mengajak non muslim masuk Islam janganlah memaksa ajaklah dengan pelan-
pelan, dengan suara yang lemah lembut seperti yang terdapat dalam surat al-
Kafirun untukmu agamamu untuk ku agamaku tidaklah paksaan. Seperti orang
Islam aja kita shalat sangat susah kita ajak untuk shalat padahal shalat itu wajib.
Apalagi nonmuslim itu tergantung orang dakwah, apabila orang pebawa dakwah
kurang bagus orang Islam aja tidak suka mendengar apalagi orang nonmuslim.212
Adapun media dakwah yang ada di Masjid raya Baiturrahman yaitu:213
1. Radio RRI
Masjid Raya Baiturrahman memiliki media elektronik yang diberi nama
Radio Baiturrahman yang selalu menyiarkan secara langsung setiap
212 Wawancara dengan Tgk. Hamdan Syamsuddin, Kepala Sekretariat Masjid RayaBaiturrahman Kota Banda Aceh, pada tanggal 17 Juli 2017.
213 Hasil Obsevasi di Masjid Raya Baiturrahman Kota Banda Aceh, pada tanggal 15 Juli2017.
95
waktu kegiatan masjid, berupa pelaksanaan shalat lima waktu, menyiarkan
halaqah maqhrib dan kuliah subuh.
2. Tabloid
Masjid Raya Baiturrahman memiliki media cetak dengan nama Tabloid
Gema Baiturrahman yang dikeluarkan setiap hari Jum’at dengan
menyajikan Khutbah Jum’at dan tulisan yang bernuansa Islam.
3. IPQAH (Ikatan Persaudaraan Qari-Qariah dan Hafidh-Hafidhah)
Masjid Raya Baiturrahman berperan dalam pendidikan qari-qariah dan
hafidh-hafidhah yang bergabung dalam organisasi Ikatan Persaudaraan
Qari-Qariah dan Hafidh-Hafidhah (IPQAH) dengan jumlah anggota 60
Qari-Qariah. Mereka telah mampu meningkatkan prestasinya untuk
tampil di tingkat kecamatan, kabupaten, Provinsi, Nasional bahkan
Internasional. Salah seorang diantaranya Sdr. Hamli Yunus S,Ag qari
terbaik Aceh yang terpilih sebagai utusan Indonesia ke hafiah Al-qur’an
bulan Ramadhan 1421 H di Cape Twon Afrika Selatan.
4. Perpustakaan
Masjid Raya Baiturrahman memiliki perpustakaan dengan fasilitas dan
koleksi buka dan kitab sebanyak 3.800 eksamplar dari 1.260 judul buku.
Kini berkunjung rata-rata 150 orang perharinya.
5. Majlis Taklim
Setiap hari Minggu jam 08.30-11.30 pengajian ibu-ibu yang tergabung
dalam Muslimat Masjid Raya Baiturrahman dan masyarakat umum.
Masjid Raya Baiturrahman juga membina para generasi muda Islam lewat
96
organisasi remaja masjid, BKPRMI, pengajian malam An-nur, dan
menyediakan ruang pertemuan bagi orang Islam lainnya. Masjid Raya
Baiturahman juga memiliki lembaga pendidikan formal, yaitu
Madrasah Tsanawiyah Darusysyariah yang diasuh oleh 28 guru negeri
dan swasta.
6. Baitul Qiradh Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman memiliki swadaya masyarakat yang bergerak
dalam bidang finalsial, yaitu Baitul Qiradh Baiturrahman Banda Aceh,
dalam upaya membantu masyarakat ekonomi lemah yang dikelola oleh
seorang direktur dengan lima orang anggotanya. Setiap tahun dalam bulan
Ramadhan menerima zakat fitrah dari masyarakat Kota Banda Aceh dan
sekitarnya, serta menyalurkan kepada fakir miskin, kaum dhuaffa, muallaf
dan fisabilillah.
Dari keenam gema Masjid Raya Baiturrahman tersebut dapat mempengaruhi bagi
nonmuslim masuk Islam, baik di sekitar masjid maupun jauh dari lingkungan masjid,
namun dengan adanya gema tersebut dapat menyampaikan isi dakwah kepada semua
orang untuk mendegarkan isi dakwa, tanpa harus mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman.
Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Tgk. Hamdan Syamsuddin bahwa:
Di Masjid Raya Baiturrahman ada media dakwah melalui media cetak,ataupun melalui alat elektronik seperti radio. Media dakwah melalui cetakyaitu beruba tabloid yang di keluarkan pada setiap hari jumat, sedangkanmelalui media dakwah melalui radio dilakukan setiap ba’da sgalat magribdan subuh, kami selalu ada protokol setiap subuh misalnya kepada jamaah,hadirin hadirat shalat subuh dirahmati Allah Swt dan para pendengarmasjid kepada radio RRI dan peserta lain, pada subuh oleh asya a’ri.Mungkin saya orang nonmuslim masuk Islam melalui media dakwah ini,kami membawa dakwah bukan memanggil orang untuk berkumpul, tetapi
97
mereka bisa mendengar dakwah kami di manapun mereka berada.Kamipun belum pernah menyampaikan dakwah/isi dakwah secara khususkepada nonmuslim.214
Nasruddin Ibrahim juga menambahkan bahwa:
Menyampaikan dakwah atau isi ceramah kepada nonmuslim tidak adamenyampaikan apa-apa. Mungkin nonmuslim masuk Islam hidayah AllahS.w.t. mungkin karena media dakwah melalui azan yang didengarkan.Berdasarkan data yang didapatkan pada tahun 2011 ada nonmuslim masukIslam. Pertama sekali nonmuslim masuk Islam dilakukan oleh da’i adalahmenyuruh mengucapkan dua kalimat syahadat, kamudian memberikanbimbingan (ceramah), kemudian bertanya faktor apa yang mempengaruhimasuk Islam ia menjawab karena mendengar azan, ia merasa hati terasadamai bila mendengar azan di saat ia lagi bermasalah, sehinggaterpengaruh untuk masuk Islam, al-Quran, keindahan masjid, dan shalat.215
Untuk membuktikan hasil wawancara penulis mewawancarai orang
muallaf bahwa benar apa yang dikatakan oleh pengurus masjid bahwa muallaf
masuk Islam dipengaruhi oleh media dakwah melalui azan. Maka penulis
melakukan wawancara dengan Delita, bahwa Delita masuk Islam dipengaruhi
oleh suara azan, maka untuk lebih jelas dapat dilihat hasil wawancara di bawah
ini, sebagaimana yang dikatakan oleh delita bahwa masuk Islam dipengaruhi oleh
suara azan.
Delita adalah salah satu muallaf dari agama Protestan. Ayah menginginkan
nya menjadi penganut Protestan yang taat, baik di rumah maupun di masyarakat
dan sekolah. Ayah selalu mengedepankan nilai-nilai agama Protestan dalam
kehidupan kami. Ayah juga menerapkan kedisiplinan dalam keluarga. Untuk
masalah ini ayah sangat ketat. Setiap pulang sekolah, saya dan adik harus tetap
214 Wawancara dengan Tgk. Hamdan Syamsuddin, Kepala Sekretariat Masjid RayaBaiturrahman Kota Banda Aceh, pada tanggal 17 Juli 2017.
215 Wawancara dengan Nasruddin Ibrahim, Ketua PLT UPTD Masjid Raya BaiturrahmanKota Banda Aceh, pada tanggal 3 Oktober 2017.
98
berada dalam rumah. Boleh bergaul, asal jangan main-main, apalagi jika bermain
dengan teman-teman non Protestan. Hal ini sangat diterapkan ayah, mengingat
saya tinggal dan bersekolah di lingkungan yang mayoritas muslim.216
Ayah tidak menginginkan saya terlalu dekat dengan mereka. Ayah takut
terpengaruh oleh ajaran agama mereka. Pokoknya, bagi ayah sekali Protestan
tetap Protestan. Terus terang saya tidak suka dengan sikap ayah yang seperti itu.
Sikap ayah ini menjadi bahan renungannya. Saya tidak habis mengerti. Rasanya
mulai kurang percaya dalam beragama seperti itu. ia mulai berpikir untuk segera
meninggalkan agama yang diajarkan ayah itu.
Keinginan untuk segera pindah keyakinan semakin menggebu. Mulanya
tertarik dengan kumandang suara azan. Kalimat-kalimat yang dilantunkan melalui
pengeras suara dari Masjid Raya Raiturrahman dekat rumah, sangat menggetarkan
hatinya. Bulu kuduk jadi merinding dan ada getaran aneh yang seakan-akan
memanggilnya untuk masuk ke agama Islam. Ia heran, mengapa ini bisa terjadi.
Padahal suara itu dulu sering dengar dan tidak terjadi apa-apa tidak tahu mengapa
sekarang hatinya bergetar,sehingga membuatnya tambah bingung. Kejadian inilah
yang membuatnya merenung kembali.
Kejadian ini segera diceritakan kepada saudaranya yang muslim. Menurut
saudaranya suara azan yang dikumandangkan oleh muadzin merupakan tanda
panggilan shalat bagi kaum muslimin. Setiap hari ada lima waktu yang harus
dijalankan oleh setiap muslim. Itu yang dinamakan shalat wajib. Selain shalat
wajib, menurutnya, ada shalat sunnah. Mengenai bergetarnya hati ini, saudara
216Wawancara dengan Delita, Pengunjung Masjid Raya Baiturrahman dari Kota Alam,pada tanggal 17 Juli 2017.
99
saya mengatakan bahwa itu tandanya sudah meresapi makna dibalik kalimat-
kalimat azan itu. Artinya, sudah mendapatkan titik terang untuk segera menerima
Islam. Mendengar itu, hatinya sangat gembira. Tanpa sadar air mata pun mulai
menggalir dipipi saya, lalu saya terdiam, kemudian dalam hatinya berkata, terima
kasih Tuhan. Engkau telah memberiku petunjuk.
Kejadian dan penjelasan saudaranya itu disimpan dalam hati. Saya sengaja
tidak menceritakan kepada saudara maupun keluarga, karena takut jika mereka
tahu, apalagi ayah. Pastilah akan memarahinya habis-habisan. Bukan itu saja,
mungkin akan diusir atau makin dikekang bergaul.
Lamanya pendam niat untuk pindah agama. Makin lama disimpan, makin
menguat keinginan, akhirnya saya ceritakan juga pada teman-teman sekolahnya
yang muslim. Pada awalnya mereka heran, saat duduk dalam kelas mengikuti
pelajaran agama, namun, mereka akhirnya maklum akan keingintahuan saya akan
agama Islam. Mereka juga tidak mengusir saya, tetapi mendekati saya, sangat
bahagia dapat mengikuti pelajaran itu. Terus terang, senang jika duduk dengan
mereka sama-sama mengikuti pelajaran agama Islam, kemudian saya utarakan
keinginan untuk pindah agama. Mereka kaget bercampur gembira, oleh mereka,
saya disarankan untuk segera menghadap da’i di Masjid Raya Baiturrahman. Pada
saat saya ceritakan keinginan itu pada da’i, da’i menyembutkan dengan baik.
Kepada da’i saya berkonsultasi keagamaan, dari da’i, saya banyak mendapat
penjelasan tentang agama Islam.
Setelah sekian lama berkonsultasi, akhirnya saya mantapkan diri untuk
menjadi seorang muslimah. Proses pengislaman saya berlangsung di Masjid Raya
100
Baiturrahman, dihadapan da’i saya berikrar mengucapkan dua kalimat syahadat,
kemudian digantikan nama dari nama Nursia Hutajuli menjadi Delita pada tahun
2013. Keislamam saya kembali ditutup rapat-rapat buat keluarganya, tidak ingin
mereka mengetahui, sengaja merahasiakan. Ada beberapa kalangan yang tahu, di
antaranya teman-teman sekolah, para da’i, saudara yang muslim, karena masih
rahasia, saya sendiri jadi kesulitan untuk beribadah. Untuk shalat saja, misalnya,
harus sembunyi-sembunyi atau shalat di masjid yang jauh dari rumah. Atau pergi
ke rumah saudara yang muslim untuk menumpang shalat, tetapi dengan cara
begini, merasa bersyukur dapat beribadah. Saya bertekad untuk mempertahankan
apa yang sudah saya pegang.
Saya bertekad untuk mempertahankan Islam apa pun yang terjadi. Islam
memberi saya ketenangan dan ketenteraman batin, untuk memantapkan keimanan,
saya banyak membaca buku-buku agama Islam, walaupun harus sembunyi-
sembunyi. Selain itu, juga mengikuti pengajian di masjid-masjid dan
berkonsultasi dengan guru agama. Baginya mereka semua adalah saudara yang
mengantarkan iman saya kepada agama Islam. Saya bersyukur dapat bersaudara
dengan mereka. Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas, kemudian
dilamarkan oleh seorang pemuda beragama Islam, keluarga saya pun menerima
tawaran pemuda tersebut akhir saya menikah dengan pemudah tersebut, sekarang
saya sudah dikaruniakan dua orang anak.
Sekarang ini sangat bersyukur dipertemukan suami yang taat beribadah
kepada Allah S.w.t. dan bisa membimbing saya lebih dalam lagi mengenai Islam,
101
saya senang sekali dapat memeluk agama Islam serta beribadah kepada Allah
S.w.t kapanpun tanpa sembunyi-sunyi lagi.
Sama halnya dengan Halinatun Sakdiah masuk Islam juga dipengaruhi
pleh suara azan. Halinatun Sakdiah adalah salah satu orang muallaf yang
beragama Budha, masuk Islam pada tahun 2017. Ia memeluk agama Islam
tergugah mendengar suara azan dari Masjid Raya Baiturrahman. Sebetulnya saya
hampir tiap hari mendengar suara azan. Terutama pada saat melakukan olah raga
jogging (di sore hari). Saat itu, tidak merasakan getaran apapun pada batinnya.
Saya memperhatikannya sepintas lalu saja. Tetapi, ketika sedang mempunyai
masalah dengan orang tuanya, saya melakukan aksi protes dengan jalan
mengurung diri di dalam kamar selama beberapa hari. Saya tidak mau bekerja,
tidak mau berbicara kepada siapapun, tidak mau menemui siapapun. Pokoknya
marah.217
Pada saat mengurung diri itulah, menjadi lebih menghabiskan waktu
menonton televisi. Disaat waktu masuk azan di Kota Banda Aceh siaran televisi
dihentikan sejenak untuk mengumandangkan azan seperti azan waktu subuh,
zhuhur, ashar, magrib dan insya. Biasanya setiap kali disiarkan azan televisi
langsung saya matikan. Tetapi pada saat itu saya betul-betul sedang malas, dan
membiarkan saja siaran azan magrib kumandang sampai selesai. Begitulah sampai
berlangsung dua hari. Pada hari ketiga, saya mulai menikmati alunan azan
tersebut. Apalagi ketika saya membaca teks terjemahannya dilayar televisi.
217 Wawancara dengan Halinatun Sakdiah, Pengunjung Masjid Raya Baiturrahman dariPenayong, pada tanggai 20 Agustus 2017.
102
Sungguh, selama ini saya telah lalai, tidak perhatikan betapa dalam arti dari
panggilan azan tersebut.
Saya yang sedang bermasalah seperti diingatkan, bahwa ada satu cara
untuk meraih kesuksesan hidup di dunia dan di akhirat kelak yaitu dengan shalat.
Di sisi lain, suara azan yang mengalun syahdu, sanggup menggetarkan relung hati
saya yang paling dalam. Hati yang lagi resah, seperti disirami kesejukan. Disaat
saya mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman ingin mendengar secara langsung
suara azan, dari situlah terasa damai dan tenteram batin, sehingga memutuskan
untuk memeluk agama Islam. Pulang dari masjid saya mulai mempelajari agama
Islam sebelum memutuskan memeluk agama Islam, semakin saya pelajari
semakin yakin untuk memeluk agama Islam. Beberapa beberapa tahun kemudian
saya memutuskan untuk memeluk agama Islam, kemudian menjumpai seorang
dai’i di Masjid Raya Baiturrahman melalui teman sahabat yang beragama Islam
yang bernama Nur laila satu tempat kerja.
Setelah saya mengucapkan dua kalimat syahadat yang diajari oleh Tgk.
Ridwan Johan di Masjid Raya Baiturrah, kemudia saya diganti nama dari nama
Govisle menjadi Hafinatun Sakdiah. Kedua orang tua sayu tidak mempersoalkan
masalah agama apa yang dianut. Sehingga menyababkan semakin mudah untuk
mempelajari ajaran agama Islam, saya merasa ketengan batin dan kedamaian
dalam hati setelah memeluk agama Islam. Alhamdulillah, rupanya, masuk
Islamnya membawa berkah bagi saya.
Dengan Islamnya merasa mempunyai teman untuk berkompetisi
103
mendalami ajaran Islam. Pada setiap sore, ba'da shalat ashar, kami berdua tekun
mendalami Islam kepada seorang guru mengaji. Sekarang ini saya sedang tekun
mempelajari al-Quran. Meskipun saya akui masih rada-rada susah. Dari hasil
pengkajian terhadap Islam dan al-Quran, saya berpendapat bahwa semua
permasalah yang ada didunia ini, jawabannya ada di dalam al-Quran. Sebagai
orang yang baru merintis usaha, saya tentu pernah mengalami benturan-benturan
bisnis. Jika kegagalan dikembalikan kepada takdir Allah S.w.t. maka insya Allah
S.w.t. akan ada hikmahnya. Menurut saya, manusia boleh saja merencanakan
seribu satu playning, akan tetapi yang menentukan yang di atas (Allah S.w.t).
Menurutnya, pada waktu-waktu tertentu ia selalu berintrospeksi mengenai
kekurangan apa saja yang telah diperbuat hari ini. Bila ada kesalahan pada Allah
S.w.t. ia selaiu meminta ampun. Bila ada kesalahan kepada orang lain, ia juga
akan minta maaf karena manusia memang tidak luput dari kesalahan.
D. Penyebab Pengunjung Nonmuslim Masuk Islam di Masjid Raya
Baiturrahman
Menyebabkan nonmuslim masuk Islam terutama sekali karena nonmuslim
telah mengkaji tentang Islam, dipantau, dipraktek dan dipelajari seperti melihat
bukti di dalam al-Quran surat Ar-Rahman dan ayat mengenai laut terbelah, dan
memisahkan air tawar dengan air asin, karena ada kebesaran Allah S.w.t. itu bukti
yang kuat adanya Allah S.w.t. dari situlah nonmuslim masuk Islam bukan dari
faktor itu saja, ada pengaruh dari lingkungan, ada pengaruh dari kawan-kawan,
ada pengaruh dari segi ekonomi dan ada juga pengaruh dari situasi daerah. Pada
dasarnva nonmuslim masuk Islam dari kenyakinanya. Ada juga masuk Islam
104
bukan dari kenyakinan dengan maksud tujuan tertentu, berhati-hati terhadap
nonmuslim masuk Islam. Sebenamya nonmuslim masuk Islam bukan paksaan,
bukan suka-suka, itu semua ada pertanyaan yang besar terhadap nonmuslim dari
ulama-ulama, teungku-teungku dari kampung menyeiidiki, dan ada seleksi-seleksi
apa tujuan masuk Islam ini apa ada paksaan, apa dengan hati nurani atau dengan
kesadaran dari diri sendiri, maka nonmuslim menjawab dengan hati nurani dan
dengan keinginan diri sendiri, bukan paksaan, kemudian disumpahkan bahwa saya
masuk Islam.218
Adapun menyebab pengunjung nonmuslim masuk Islam di Masjid Raya
Baiturrahman ada beberapa sebab yaitu:
1. Keindahan Masjid
Sebagaimana Tgk Hamdan Syamsuddin mengatakan bahwa:
Orang nonmuslim masuk Islam dipengaruhi oleh kemegahan masjid itusendiri bagi nonmuslim, karena saat berada dalam kawasan masjid merasaketenangan jiwanya.219
Sesuai apa yang dikatakan oleh Tgk. Hamdan bahwa orang nonmuslim
masuk dipengaruhi oleh pengaruhi melihat kemengahan masjid, untuk lebih jelas
dapat diiihat basil wawancara di bawah ini.
a. Jeky220
Jeky adalah salah satu muallaf yag berasal dari agama Budha. Pertama
sekali masuk Islam, tidak mengetahui secara mendalam tentang Islam, namun
setelah mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman merasa tertarik mengenai Islam
218 Wawaneara dengan Nasruddin Ibrahim, Ketua PLT UPTD Masjid Raya BaiturrahmanKota Banda Aceh, pada tanggal 3 Oktober 2017.
219Wawaneara dengan Hamdan Syamsuddin, Kepala Sekretariat Masjid RayaBaiturrahman Kota Banda Aceh, pada tanggal 17 Juli 2017.
220Wawaneara dengan Jeky, Pengunjung Masjid Raya Baiturrahman di Kota Banda Aceh,pada tanggal 9 Oktober 2017.
105
karena kemengahan masjid. Ayah angkat saya seorang muslim juga berteman
dengan iman Masjid Raya Baiturrahman, kemudian diperkenalkan saya dengan
temannya. Seringnya mengujungi masjid berkeiginan masuk dalam Islam, ayah
angkat saya mengatakan kamu hams masuk Islam terlebih dahulu baru dibolehkan
masuk dalam masjid, sehingga menyebabkan penasaran bagaimana rasanya kalau
masuk dalam masjid di luar aja sudah merasa nyaman apalagi di dalam pasti lebih
sejuk lagi, malam hari tidak tidur memikirkannya, kemudian memutuskan untuk
masuk Islam.
Di hari itu, saya menceritakan kepada ayah angkat bahwa saya
berkeinginan masuk Islam, masuk Islam ini betul-betul ikhlas, kemudian ayah
angkat membawa saya berjumpa dengan kawannya yaitu imam Masjid Raya
Baiturrahman yang bernama Azman Ismail. Yang mengsyahadat langsung oleh
Tgk. Azman Ismail setelah pensyahadatan selesai dilakukan, pun mengganti
namanya dari nama Jason Gots Sudirja menjadi Jeky, acara pensyahadatan
tersebut pun kemudian ditutup dengan pembacaan doa yang dibacakan oleh Tgk.
Azman Ismail, kemudian diberikan bimbingan dan arahan. Alhamdulillah, sangat
bersyukur bisa masuk rumah Allah S.w.t. yang selama ini kutunggu kesampai
juga. Temyata betul merasa sejuk luar biasa, hati merasa adem, nyaman betah
sekali berlama-lama dalam masjid, bangunannyapun sangat bagus, senang sekali
berada dalam masjid.
Sayapun belajar bagaimana tata cara shalat lima waktu dan waktunya,
serta belajar yang berkaitan dengan agama Islam. Saya juga sering mengikuti
kegiatan zikir/ceramah yang diadakan di Masjid Raya Baiturrahman pada malam
106
selasa dan malam jumat. Kadang-kadang saya datang kemasjid untuk shalat
zhuhur, maqrib, insya dan shubuh, tetapi itu tergantung di mana saya berada,
kadang-kadang juga sering shalat dimasjid setui atau di masjid lainnya.
Sekarang ini sudah banyak mengetahui tentang Islam baik mengenai zikir
maupun mangenai tata shalat dan lain-lain. Di masjidpun sudah banyak
tausiahnya, sayapun suka mendengarkan dakwah karena ingin mengetahui lebih
dalam lagi tentang Islam, isi dakwah yang disampaikan biasanya lebih kepada taat
dan bertakwa Allah S.w.t.
Masalah orang tua saya masuk Islam tidak ada bermasalah, karena kedua
orang tua sudah meninggai dunia, saya berada di Kota Banda merantau dari
Medan. Sekarang sudah berumah tangga, isteri dan anak saya sudah masuk Islam.
b. Siti Muriayanti221
Siti Muriyanti adalah salah satu seorang muallaf yang berasal dari agama
Protestan. Siti Muriayanti masuk Islam karena terinspirasi dari Bangunan Masjid
Raya Baiturrahman Banda Aceh pada tahun 2005, di Masjid Raya Baiturrahman
yang mensyahadat saya Tgk. Ridwan Johan, dari nama Mardariati Sinuaya
menjadi Siti Muriayanti.
Menurut Siti Muriayanti Masjid Raya Baiturrahman mempunyai kelebihan
dan nilai sejarahnya. Banyak hal membuat hati saya untuk masuk Islam yang
pertama ketika saya melihat Masjid Raya Baiturrahman disisitulah hati saya
tersentuh dan mulai berfikir kok bisa bangunannya tidak runtuh sama sekali
221 Wawaneara dengan Siti Muriayanti, Pengunjung Masjid Raya Baiturrahman di KotaBanda Aceh, pada tanggal 9 Oktober 2017.
107
setelah bencana di tahun 2004, padahal bangunan yang lainnya runtuh total hancur
dibawa oleh air gelombang stunami dan saya melihat sendiri cuma hanya ada
masjid-masjid yang bisa selamat dari cobaan Allah Swt terutama Masjid Raya
Baiturrahman Kota Banda Aceh. Dari kejadian tersebut yang menyebabkan saya
untuk mengkaji lebih jauh mengenai Islam dan bangunan masjid. Lama-kelamaan
saya mendapat hidayah dari Allah, karena yang namanya hidayah itu macam-
macam ada yang menikah dengan orang Islam ada yang berteman dengan orang
Islam dan lain-lain. Saya masuk Islam dan mulai besyahadat disitulah saya mulai
menangis karena Allah telah memberikan hidayah kepada saya, setelah saya
melihat tanda-tanda kebesaran dari Allah.
Setelah saya masuk Islam merasa nyaman masuk ke dalam Masjid Raya
Baiturrahman dan hati saya menjadi tentram dan saya pun sering ke Masjid Raya
Baiturrahman untuk melaksanakan shalat lima waktu seperti biasanya, tapi
sekarang saya sudah jauh tempat tinggalnya di Lhoknga, akan tetapi yang
namanya tempat ibadah tidak mesti di masjid tertentu di masjid lain juga boleh.
Setelah saya masuk Islam banyak cobaan yang datang dari keluarga saya ada 4
saudara yang tidak masuk Islam termasuk dulunya kedua orang tua saya tapi
alhamdulliah orang tua saya sudah memeluk agama Islam, memang dari awalnya
orang tua saya setuju untuk masuk Islam, cuma masalahnya dulunya jarang
silaturrahmi dengan keluarga saya, bagaikan tetangga saja.
Dulu, saya sebelum saya masuk Islam saya melihat ada ke anehan bagi
orang beragama lain selain Agama Islam, waktu masuk ke dalam gereja orang itu
tidak pernah ada berwudhu seperti agama Islam, mereka juga tidak mengenal suci
108
atau tidaknya ketika masuk ke dalam tempat ibadah. Di sini lah saya melihat
bahwa agama Islam lebih sempurna jika dilihat dengan agama-agama yang lain.
b. Irwan222
Irwan adalah seorang muallaf yang berasal dari agama Kristen pada tahun
2012. Setahun sebelum masuk Islam, banyak menghabiskan waktu mencari dan
melihat hal-hal yang berhubungan dengan seni. Saat mengikuti pendidikan bidang
seni rupa, saya duduk berjam-jam dalam ruang kelas yang gelap untuk melihat
dan mendengarkan penjelasan profesor melalui infokus proyektor, ia menjelaskan
tentang kehebatan hasil karya Seni Barat.
Pertama sekali mengujungi Kota Banda Aceh ia melihat karya seni Islam,
yang menjadi salah satu tugasnya untuk mempersiapkan slide dan seni. Karenanya
setiap kali masuk ke perpustakaan, menurut Irwan, ia selalu mengumpulkan buku-
buku seni sejarah. Dan untuk mendapatkan bahan-bahan guna keperluan
pembuatan katalog seni, ia terpaksa harus pergi ke museum dan ke Masjid Raya
Baiturrahman untuk melihat kaligrafi Islam secara langsung. Saat ia berada masjid
sedang berfoto-foto kaiigrafi masjid, kemudian berjumpa dengan seorang muslim.
Dan ia berkata kepada orang muslim tersebut bahwa peradaban Barat memang
dikenal memiliki tradisi menggambarkan sesuatu dalam bentuk visual, termasuk
penggambaran mengenai keberadaan Tuhan sedangkan peradaban Islam tidak
menganut sistem penggambaran sesuatu dalam bentuk visual di dalam mengingat
dan memuji Tuhan dan menghargai seorang Nabi. Kemudian orang muslim
menjawab bahwa Allah S.w.t. adalah Rhobbi kita hanya kepada-Nya tempat
222Wawancara dengan Irwan, pengunjung Masjid Raya Baiturrahman, pada tanggal 19Oktober 2017.
109
manusia untuk kembali.
Tersembunyi dalam pantulan mata umat manusia, tetapi, orang yang
memiliki penglihatan dapat mengenali Tuhannya dengan mempelajari pengaruh
dari kekuatan ciptaan-Nya. Selain penggambaran terhadap Tuhan, umat Islam
juga melarang penggambaran terhadap semua Nabi Allah S.w.t. Umat Islam
hanya menuliskan nama-nama Rasul dalam bentuk kaligrafi. Kata-kata, tulisan
dan ucapan serta akhlak mulia dalam kehidupan merupakan media utama bagi
Nabi Muhammad s.a.w. di dalam menyebarkan pengaruhnya ke seluruh umatnya.
Dari sinilah kemudian ia mutai tertarik untuk mempelajari keyakinan
yang dianut oleh orang muslim. Ia pun mulai menggali tentang ketuhanan dan
kepribadian Nabi Muhammad s.a.w. melalui al-Quran terjemahan. Setelah banyak
mempelajari lebih jauh mengenai Islam dari al-Quran, Irwan akhirnya menyadari
dan yakin adanya Allah S.w.t. akhirnya ia memutus untuk menemui orang muslim
tersebut untuk membicara tentang Islam lebih dalam, serta mencerita bahwa ia
sudah berkenan untuk masuk Islam, kemudian orang muslim tersebut membawa
ia ke Masjid Raya Baiturrahman untuk dapat mengucapkan dua kaiimat syahadat
yang diajari oleh Tgk. Ridwan Johan, namapun diganti dari nama Piere Lorus
Berillon menjadi Irwan setelah masuk Islam, masalah orang tua ia masuk Islam
tidak ada masaiah apa-apa, karena ia pun sudah bekerja dan berkeluarga dengan
orang Islam, tetapi belum memiliki keturunan.
Sekarang ini ia semakin tertarik dengan ajaran agama Islam, karena semua
umat Muhammad S.a.w. tidak hanya mengikuti saja dalam hal beribadah, tetapi
juga di dalam semua aspek kehidupan, mulai dari kebersihan diri sampai pada
110
cara bersikap terhadap anak-anak dan tetangga. Semua perbuatan, perkataan, dan
perilaku Nabi Muhammad S.a.w. inilah yang disebut dengan sunnah. Dan
pengaruh sunah Nabi Muhammad S.a.w. tersebut telah tergambar pada kehidupan
para orang tua, muda, kaya, miskin, yang menjadikannya sebagai suri teladan bagi
semua pengikutnya.
c. Andika223
Andika adalah salah seorang muallaf yang berasal dari agama Kristen
Katolik taat yang rutin menghadiri massa mingguan dan membaca Alkitab setiap
hari, namun setelah mengunjungi Masjid Raya Baiturrah ia mendapat hidayah dari
kemegahan masjid yang selaludiperhatikan, ia pun merasakan kedamaian dalam
hati saat berada di masjid. Andika masuk Islam pada tahun 2014.
Selepas itu Andika pulang kerumah mulai memperbanyak mempelajari
pengetahuan tentang agama Islam. Andika sering ke masjid untuk berfoto dan
berkumpul dengan orang Islam, karena di masjid banyak orang yang mengunjungi
jadi dapat mengetahui menganai Islam lebih dalam lagi.
Memutuskan Andika untuk memeluk agama banyak ketika orang bertanya
kepada saya tentang perubahan hati dan perpindahan dari Kristen ke Islam, saya
memberikan jawaban yang sederhana, yaitu Allah ingin Islam menjadi pilihan
saya dan hidup saya.
223Wawancara dengan Andika, pengunjung Masjid Raya Baiturrahman di LampasehKota, pada tanggal 9 November 2017.
111
Saya untuk mengucap dua kalimat syahadat yang diajari oleh Tgk. Ridwan
Johan di Masjid Raya Baiturrahman, kemudian di ganti nama dari nama Alfaro
Gcazprom menjadi nama Andika setelah masuk Islam. Saya masuk Islam berbeda
dengan kebanyakan teman-teman saya yang tidak tertarik kepada masalah agama,
saya justru rajin pergi ke gereja setiap hari minggu dan rutin membaca Alkitab.
Pada waktu itu, saya benar-benar tidak tahu tentang Islam. Percakapannya dengan
tetangganya, seorang musiim Aljazair, telah mengenalkan Andika kepada Islam
pada saat mengunjungi masjid ia banyak sekali mencerita masalah Masjid Raya
Baiturrahman saya tertarik mengenai masjid ini.
Saya sangat kagum mendengar cerita masjid ini, dari cerita tersebut
motivasi untuk menggali lebih dalam informasi tentang masjid dan Islam.
Selanjutnya yang saya lakukan adalah pergi ke perpustakaan dan meminjam buku
mengenai tentang Islam. Saya membawa pulang buku tersebut ke rumah dan
mulai membacanya secara hati-hati. Perubahan pun terjadi, ketika membaca
sejarah tentang Isiam dan Masjid Raya Baiturrah mengenai peristiwa Tsunami
pada tahun 2004 semakin menghanyut hati untuk memeluk agama Islam.
2. Azan
a. Muhammad Saiful224
Muhammad Saiful memeluk Islam dipengaruhi oieh suara azan di waktu
subuh yang selalu menganggu di waktu tidurnya, sehingga menyebabkan ia
terbangun di waktu shubuh, untuk lebih jelas dapat dilihat dari hasil wawancara di
bawah ini.
224Wawancara dengan Muhammad Saiful, Pengunjung Masjid Raya Baiturrahman dariKeddah, pada tanggal 20 Agustus 2017.
112
Muhammad Saifui adalah saiah satu orang muailaf yang beragama
Katholik yang merantau ke Kota Banda Aceh dari Medan, masuk Islam pada
tahun 2010. Awalnya, suara azan subuh adalah musuh baginya, karena merasa,
suara itu sangat terganggu tidurnya. Namun suara azan subuh itu pula yang justru
membawanya menemukan jalan menjadi seorang muallaf, karena rumahnya
terdekat dengan masjid yaitu di Keddah, karena tidak jauh dari masjid, tidak
mengherankan kaiau setiap pagi suara azan subuh itu seperti meraung-raung di
dekat daun telinganva. Rutinitas itu akhimya membuatnya selalu terbangun di
pagi hari, bahkan sering terbagun terbangun 5-10 menit lebih awal dari azan
subuh. Ini yang membuatnya heran.
Kemudian mulai banyak bertanya-tanya tentang Islam. Hal-hal sederhana
tentang Islam seperti shalat sampai puasa menjadi pertanyaan yang mengusik
batinnya. Terkadang ia pun tidak langsung untuk bertanya kepada rekan-rekannya
yang menganut Islam. Pergaulan yang kian terjalin akrab dengan lingkungan
ternyata merubahnya maka lahirlah sebuah sikap toleransi beragama pada dirinya.
Ketika Ramadhan tiba dan teman-temannya berpuasa, dia seakan terpanggil untuk
ikut-ikutan berpuasa. Awalnya cuma Íngin mengetahui saja sepertí apa sih
rasanya ingin berpuasa, kemudian juga berpuasa. Dalam menjalani ibadah puasa
maupun rutinitas bangun pagi meujelang azan subun itu kemudian memberikan
pula semacam perasaan tenang yang mengajar di dalam dirinya. Saat itu merasa
seperti sudah sangat dekat saja dengan orang-orang di sekitarnya.
Tidak merasa cukup terjawab tentang Islam pada teman pergaulannya,
113
kemudian memberanikan diri untuk bertanya kepada ketua pengurus masjid dekat
tempatnya tinggal. Tapi sekali lagi, hasratnya untuk mengetahui Islam masih
belum terpuaskan. Maka pada suatu ketika, bertemulah dia dengan seorang ustad.
Ustad ini masih berada satu kampung dengan tempat tinggalnya yaitu bernama
ustad Khairul. Dari sosok ustad itu, ia mendapatkan sebuan buku tentang Islam
dan muallaf. Dan pada saat itu pula, niatnya untuk mempelajari shalat kian
menggelora. Di saat nasrat di dalam ciri semakin merasa Islam. Beberapa bulan
setelah mempelajari Islam dan membaca yang dikasih oleh ustad tersebut,
memutuskan menemukan tersebut untuk mengatakan bahwa ia sudah siap
memeluk agama Islam dengan penuh kenyakinan.
Ustadz tersebut membawa saya ke Masjid Raya Baiturrahman untuk
mengucap dua kalimat syahadat yang diajari oleh Tgk. Ridwan Johan, kemudian
di ganti nama dari nama Paul Nicola menjadi nama Muhammad Saiful setelah
masuk Islam. Saya sangat bersyukur dapat memeluk agama Islam secara
sempurna dan sudah banyak mempunyai persaudara dengan orang Islam, saya
semangat dalam mengerjakan ibadah, apalagi di masjid juga mengadakan kegiatan
keagamaan seperti kegiatan zikir/ceramah pada malam selasa dan malam jumat.
Mengenai isi ceramah juga mudah didengar karena Masjid Raya
Baiturrahman juga mengadakan media dakwah melalui radio RRI Baiturrahman
dan mengeluar tabloid pada setiap hari jumat, sehingga menyebabkan saya
semakin mudah untuk memperdalam ajaran Islam.
114
b. Hasanuddin225
Hasanuddin adalah salah satu seorang muallaf dari agama Kristen,
Hasanuddin masuk Islam pada tahun 2011, disebabkan oleh suara azan pada saat
mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman. Hasanuddin juga salah satu seorang
penyair jalán hidupnya. Bagi Hasanuddin seorang penyair masuk dalam konteks
realitas karena kepedulian akan panggilan kharismatik dari alam sekitarnya, dari
debu, kerikil, lava, angin, pohon, kupu-kupu, margasatwa. Dari yatim piatu,
orang-orang papa, lingkungan kampung halamannya, lingkungan bangsanya,
lingkungan kemanusiaannya. la harus selalu peduli. Tetapi tidak cukup cuma
peduli, karena harus dikaitkan dengan perintah dan larangan Allah S.w.t.
Kalimat di atas adalah sepenggal dari pendermaan buah pikir seniman
terbaik. Bagi Hendra proses kreatif dalam menulis sebuah karya sastra adalah
misteri. Dia mengatakan waktu untuk menulis dalam kehidupan hanya 2-3 persen.
Beberapa jam selesai. Selebihnya menyiapkan diri untuk hidup secara kreatif,
menjaga daya cipta, dan daya hidup. Si burung merak ini adalah seorang
penderma pikiran yang tidak pernah menangis tidak kala menghadapi kekuasaan
politik. Dulu saya pernah diminta membaca sebuah sajak. Lalu ada rekan
mahasiswa yang menangis, terharu. Saya pun ikut menangis. Saya juga gampang
menangis kalau membaca riwayat Nabi Muhammad s.a.w. indah sekali.
Membayangkan pengorbanan Nabi yang tidak mementingkan diri sendiri. Tidak
ada agama Islam, kalau tidak ada Nabi. Saya juga menangis kalau mengenangkan
Asmaul Husna, namun di saat mengunjungi Masjid Raya Baiturrah betul-betul
225Wawancara dengan Hendra Saputra Pengunjung Masjid Raya Baiturrahman dari Setui,pada tanggal 21 November 2017.
115
saya menangis merasapi suara azan yang semakin mendalam masuk keperasaan,
sehingga membuat saya tidak berdaya untuk merasapinya, seakan-akan Allah
S.w.t. memanggil untuk memasuki Masjid Raya Baiturrahman.
Setelah azan beberapa kali terpanggil untuk mencari tahu lebih dalam lagi
mengenai Islam. Lama kelamaan saya menemukan kawan muslim untuk
mengajari tentang Islam, lalu ia membawa saya ke masjid untuk berjumpa
langsung dengan imam masjid yang bernama Tgk. Ridwan Johan untuk mengucap
dua kalimat syahadat, kamudian dari nama Raul Gonzalez menjadi Hesanuddin.
Hasanuddin mengaku tidak tahu alasan kenapa dia tertarik dengan Islam,
tetapi dia sendiri tidak mengerti mengapa memutuskan masuk Islam. Saya
sebetulnya kagum dengan Agama Islam dan merasa takut akan siksa-Nya Allah
dalam kubur jika meninggal saya nanti. Tetapi saya sudah lama tertarik kepada
Islam, namun setelah mendengar suara azan semakin yakin untuk memeluk Islam.
Menurutnya memutuskan untuk memeluk Islam adalah keputuhan yang bulat,
karena saya sudah terlebih dahulu mempelajari Islam sebelum masuk Islam.
3. Al-Quran
a. Kelompok berasal dari Muzila226
Nonmuslim masuk dipengaruhi oleh bacaan ayat al-Quran, ada dulu
sekolompok nonmuslim yang datang dari muzila, yang mengajak mereka masuk
Islam yaitu orang Aceh sendiri berasal dari Pidie Jaya, ia membawa empat orang
ini ke Masjid Raya Baiturrahman untuk diserahkan kepada da’i untuk
mengucapkan dua kalimat syahadat, ia menceritakan orang nonmuslim masuk
226Wawancara dengan Tgk. Hamdan Syamsuddin, Kepala Sekretariat Masjid RayaBaiturrahman Kota Banda Aceh, pada tanggal 17 Juli 2017.
116
Islam disebabkan dengan membaca ayat al-Quran surat Ar-Rahman dan
menceritakan sejarahnya Rasul Nabi Muhammad s.a.w. itu adalah nabi yang
terakhir, oleh karena itu nonmuslim masuk Islam dengan mendengar bacaan ayat
al-Quran tersebut.
c. Fatimah227
Fatimah adalah muallaf yang berasal dari agama Budha, masuk Islam pada
tahun 2007. Sebelum masuk Islam saya bersekolah di Kota Banda Aceh di sini,
jadi terus saya belajar, sebenarnya saya belajar tidak segaja pelajaran agama
Islam, karna kami dulunya sebagain nonmuslim bersekolah di sekolah orang
muslim, guru bilang kalau nonmuslim boleh ke luar tidak ikut pelajaran agama
Islam, cuma saya merasa tidak enak kalau saya harus duduk dikantin selama dua
jam di jam pertama lagi dan saya merasa tidak enak, jadi saya minta kegurunya
untuk boleh tidak duduk di sini terus kata ibu itu boleh asalkan jangan ganggu
katanya.
Jadi yang namanya guru Islamkan menceritakan Nabi Nuh, Ibrahim, saya
merasakan semua itu seperti dogeng awalnya, kebetulan SMP di Khatolik, di SD
juga khatolik di Blang Padang, jadi disatukan katanya itu diwajibkan kalau agama
Kristen kita diwajibkan walaupun agama Budha harus diwajibkan belajar agama,
jadi banyaklah dengan cerita tentang Nabi Nuh begitu juga cerita mereka sama
seperti itu. Terus saya berpikir koksama, terus ada perbedaan waktu praktek shalat
tu yang beda sekali, di Kristen tidak ada shalat itu tidak ada mealainkan cuma
mereka berdoa saja ,nah terus dijelasin cara berwudhu ataupun segala macam,
227Wawancara dengan Patimah Zahra, di Kota Banda Aceh, pada tanggal 15 Oktober2017.
117
disitulah saya mulai merasa bahwa saya ini ada yang hilang di Kristen tidak ada
dan ini menemukan sesuatu yang baru dan disitulah saya mulai belajar mulai mau
tau tentang Islam, nama sebelum masuk Islam.
Sebenarnya semua orang bagi nonmuslim kalau mau belajar membuka
dirinya untuk belajar tentang Islam pasti masuk Islam, cuma orang nonmuslim
tidak membuka dirinya belajar tentang Islam dan tidak mau tau tentang Islam, jadi
mereka lihat itu Isilamnya. Oleh karena itu tidak mau dekat-dekat makanya
kenapa banyak pendeta nonmuslim yang tiba-tiba masuk Islam setelah debat
dengan sama orang Islam, karena mereka mau mengkaji tentang Islam. Ada
beberapa pendeta untuk mereka mepelajari Kristen itu lebih jauh mereka akan
menemukan diakhir cerita itu dan memang nama Nabi Muhammad S.a.w. diakui
dalam bibel itu, dan mereka akanmerasa tertipu bahwasannya kitab mereka itu
sudah diselewengkan oleh manusia.
Saya masuk Islam di Masjid Raya Baiturrahman orang yang
mengsyahadatkan saya masih hidup yang bernama Ridwan Johan, sekarang ia
masih juga sebagai imam besar di Masjid Raya Baiturrahman, kemudian saya
diganti nama dulunya nama saya Luciana menjadi Fatimah. Namanya kita
memang sudah belajar tentang Islam, jadi masuk Islam itu seperti hanya
pengukuhan saja sebenarnya seperti mencari jati diri, jadi ya awalnya sebelum
Islam saya sudah mulai puasa, sudah mulai mengakui diri saya sebagai orang
Islam, padahal dulunya gak pakek jelbab dan sekarang saya sudah senang dan bisa
berteman dengan orang Islam, karena di sini di Banda Aceh kawan saya orang
Islam semua.
118
Saya masuk Islam bukan tertarik dengan Masjid Raya Baiturrahman, tetapi
karena waktu itu saya menemukan ada yang lebih sempurna dari pada yang tidak
saya pelajari, karena hanya di shalat saja lain tidak ada, jadi kita itu menghadap
yang menciptakan kita, kita berwhudu suci dulu, agama lain tidak ada bersuci
tidak mau dia agama sebenarnya, cuma sekarang orang berpendapat bahwa Islam
itu anerkis itukan bagaimana orang lihat, bagi saya enggak, kalau emang salah
wajib dibunuh kalau bagi saya wajib dihukum, jadi Islam itu jelas adil, bijaksana
juga dan sempurna.
Berpakaian muslim itu merpakan salah satu untuk melindungi diri kita
sebagaimana perempuan yang sebenarnya jadi agama Islam itu menggajarkan dari
semua aspek, baik itu sampai melindungi semua perempuannya, juga dengan cara
berpakaian juga ada aturannya, sekarang gini, misalnya pakaian itu terbuka akan
mengundang para lelaki yang berbuat jahat sama kita, dengan adanya berpakaian
sesuai syariat/tertutup orang akan segan dengan kita, jadi seharusnya nonmuslim
juga mengetahui bagaimana melindungi dirinya sendiri dengan dari cara
berpakaian.
Sebenarnya itukan sedapat mungkin dan itukan habduminallah hubungan
kita sama Allah S.w.t. jadi di mana saja dan kapan saja kita dalam setiap nafas
kita wajib mengingat Allah S.w.t. terus ada juga habdulminannas makanya kita
juga mengikuti pengajian-pengajian yang bertemu untuk bersiturrahim kan gitu,
kalau sekarang ini kita sebagai muallaf setiap hari minggu ada jadwal pengajian di
kantor wali kota setiap hari minggu jam-jam khusus bagi komunitas kita dan
disini kita juga tidak mau menutupi kalau ada orang muslim lainnya yang mau
119
datang belajar tetapi mana ada orang yang lainnya mau bergabung dengan kami,
di mushala kantor walikota terus sabtu kadang-kadang dua minggu sekali selama
ada program dari dinas syariat Islam. Dua minggu sekali di dinas syariat Islam
Kota Banda Aceh ada pengajian juga terus dikampung kita juga ada setiap hari
minggu/jumat ada pengajian.
Perasaannya merasa bahagianya itu kan kalau saya gambarkan pasti tidak
jadi cukup dengan katpa-kata intinya geni dulunya sudah megaku-gaku saya Islam
tapikan dulunya masih Islam ecek, tetapi pada kita sudah disyahadatkan perasaan
kita itu sama Allah S.w.t saya merasa ibadah sudah diterima dirumahnya Allah
S.w.t saya sampai saat ini seakan-akan baru masuk Islam.
Pekerjaan saya sebenarnya ibu ramah tangga dan dikamunitas sebagai
ketua provinsi ketua persatuan muallaf Aceh sejahtera, jadi kita sekarang Aceh
ditamiyang kita ada komunitas punya kita juga dan pendiamanan. Saya jarang
kemasjid, karena bantu pemerintah Aceh lagi dipercaya, makanya saya bismillah
aja mana tau saya dapat rizeki itulah yang bisa buat rumah singgah muallaf nanti.
Saya dengan keluarga ibaratnya bagaikan berhubungan dengan tetangga,
jadi hubungan emesionalnya tidak terlalu dekat lagi, cuma silaturrahmi tetap,
cuma saya waktu itu tidak pulang kerumah, karena tidak diterima, kalau dari segi
ekonomi misalnya ini kita sama-sama Islam, saya ibunya dan ini anaknya kalau
anaknya susah pasti saya kasih dong uang atau apalah, nah kalau ini tidak, saya
mau lihat kapan kamu lelah dan capek, kalau udah capek sengerakan balek ke
rumah balek agama itu aja konsekkuensinya, tetapi saya sudah merasa lapar tapi
belum merasa mati kelaparan dalam Islam, karena saat lapar ada yang bantu gak
120
perlu dari orang tua kita, karena saya tidak bergantungan hidup sesama manusia
akan tetapi sama Allah S.w.t. saja, karena saya tidak pernah terlalu bergantung
kepada manusia karena manusia itu pasti mengingkari tetapi saya hanya sama
Allah S.w.t. saja sudah. karena yang paling menjaga rahasia itu Allah S.w.t. yang
paling memberikan kita solusi cuma Allah S.w.t. lain dari itu tidak ada. Sekarang
saya sudah punya anak lima orang sudah gadis, kami semua masuk Islam.
Fatimah mengatakan sangat mengsyukuri apa yang didapatkannya dalam
hidup ini, karena Allah S.w.t. masih memberikan umur yang panjang sehingga
ada kesempatan untuk berbuat amal kebaikan. Ia pun selalu berdoa agar anak-
anak dan keluarganya dari hari ke hari diberi keselamatan. Bila ada apa-apa, saya
akan pasrahkan semua kepada Allah S.w.t.
d. Ikhsan228
Ikhsan adalah salah satu orang muallaf dari agama Budha memeluk agama
Islam pada tahun 2001. Ikhsan memeluk agama Islam dipengaruhi oleh bacaan al-
Quran di kalangan Masjid Raya Baiturrahman pada saat Ikhsan mengunjungi
masjid bersama temannya. Ikhsan sangat berkesan dengan alunan bacaan ayat al-
Quran, seakan-akan ia mendapat ketenangan hati.
Pada saat ia mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman ia bertemu dengan
seorang muslim, yang namanya Abdul Qadir yang berasal dari Kota Banda Aceh,
la mempunyai senyuman yang manis dan sangat sopan, sehingga menyebabkan
Ikhsan tidak malu bertanya mengenai bacaan yang ia dengar di dalam masjid,
228Wawancara dengan Ikhsan, Pengunjung Masjid Raya Baiturrahman dari Penayong,pada tanggal 19 November 2017.
121
kemudian orang itu mengatakan bahwa bacaan ia dengar adalah bacaan ayat al-
Quran. Dari situlah ia mengetahui bacaan ayat al-Quran yang begitu merdu.
Ikhsan akhirnya memutuskan pulang ke rumah. Ia ingin lebih meluangkan
waktu untuk mencari kebenaran agama Islam, ingin mengetahui lebih banyak
mengenai orang Islam. Pada hari jumat sering datang ke masjid untuk mendengar
bacaan al-Quran. Hatinya mulai tersentuh dengan cahaya Islam, tetapi dalam
hatinya belum siap menjadi seorang muslim. Masih banyak ganjalan pertanyaan
memenuhi kepalanya. Dan Ikhsan terus melanjutkan pencariannya tentang agama
Islam. Selama kurun waktu dua tahun masa pencarian akhirnya Ikhsan malam itu,
membulatkan tekad untuk menerima Islam sebagai agamanya.
Kemudian Ikhsan memutuskan untuk berjumpa dengan Abdul tujuan
untuk menceritakan bahwa ia ingin memeluk agama Islam, la menyambut dengan
hati ikhlas, kemudian ia mengajak saya ke Masjid Raya Baiturrahman untuk
menjumpai da’i agar membimbing saya membaca dua kalimat syahadat yang
bernama Tgk. Ridwan Johan. Setelah menjadi seorang muslim, nama saya dari
Kay Kolocotronis diganti menjadi Ikhsan, kemudian belajar membaca Al- Quran.
Ikhsan membutuhkan beberapa hari untuk beradaptasi dengan orang
Islam, tetapi ia sudah merasakan kedamaian. Ia melakukan pencarian begitu lama
dan sekarang saya menemukan tempat yang damai. Pada awainya, setelah menjadi
muslimin, Ikhsan menyembunyikan keislamannya dari teman-teman agama
Budha bahkan keluarganya. Lama-kelamaan ia mencerita kepada keluarganya
bahwa ia sudah menjadi seorang muslim bukan persoalan gampang buat Ikhsan,
tetapi sangat sulit, orang tuanya pun menerima keputusannya ia masuk Islam.
122
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti paparkan pada bab
sebelumnya, maka peneliti mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran yang
berhubungan dengan penelitian ini. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari
hasil penelitian yang dilakukan sebagai berikut:
1. Penyebab nonmuslim mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman Banda
Aceh disebabkan oleh (a) Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
mempunyai nilai sejarah yang tinggi, (b) Arsitektur bangunan masjid yang
indah dan megah, (d) Masjid kebanggan orang Aceh. Apalagi sekarang ini
Masjid Raya Baiturrahman semakin indah arsitektur bangunannya dan juga
paling sering muncul di internet dan facebook, sehingga menyebabkan
nonmuslim semakin menarik untuk mengujunginya.
2. Sebagai Media Dakwah bagi pengunjung nonmuslim yang datang ke
Masjid Raya Baiturrahman ada yang beralih agama dikarenakan mereka
tertarik mendengar lantunan suara azan dan bacaan ayat suci Al-qur’an dan
juga ditambah dengan tempat beribadah yang sangat bersih dan nyaman.
Sehingga mereka merasakan ketenangan dalam diri mereka yang
nonmuslim.
3. Penyebab nonmuslim masuk Islam di Masjid Raya Baiturrahman
disebabkan beberapa faktor yaitu, (a) Keindahan masjid itu sendiri seperti
arsitektur bangunan masjid, (b) Suara azan pada waktu subuh, zuhur, ashar,
123
magrib dan insya, (c) Bacaan suara ayat al-Qur’an pada waktu mejelang
shalat fafdhu di dalam masjid.
B. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis paparkan, maka dalam hal
ini penulis memberikan beberapa saran dan masukan, sehingga saran dan
masukan tersebut nantinya dapat bermanfaat demi kemajuan bersama, baik
bagi peneliti maupun pihak yang terkait. Berikut beberapa saran dan masukan:
1. Diharapakan kepada pengurus Masjid Raya Baiuturrahman lebih
memperhatikan persoalan hal-hal yang berhubungan dengan masjid
sebagai tempat ibadah terutama dalam ketertiban bagi penjaga
keamanan masjid agar pengunjungya mengikuti aturan-aturan yang
berlaku.
2. Diharapkan kepada pengurus Masjid Raya Baiturrahman agar terus
meninggkatkan kemampuan untuk melakukan aktifitas atau program
masjid yang lebih banyak dan variatif,sehingga syiar Islam lebih kuat
serta dapat menambah pengetahuan baru bagi generasi muda. Maka
dengan hal tersebut para nonmuslim terus meningkat untuk
mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman dan terinspirasi untuk masuk
Islam.
3. Diharapakan kepada pihak pengurus masjid Raya Baitrurrhman agar
lebih memperhatikan bagi pengunjung umumnya baik muslim maupun
nonmuslim dalam berpakaian sehingga terjagannya syariat Islam di
Aceh.
124
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz bin Nashir Al-Julayyil; Baha’udin bin Fatih Uqail, Aina Nahnu MinAkhlaq As-Salaf, (Meneladani Akhlak Generasi Terbaik), Jakarta: Darul Haq,2011.
Abdul Ghaffar, Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Abdul Hasan Ali AI-Hasan An-Nadwi, Shirah Nabawiyah, Sejarah Lengkap NabiMuhammad Saw, Yogyakarta: Darul Mana, 2011.
Abdul Malik Ibnu Hisyam, Shirah Nabawiyah, Beriut: Darul Kutub Al-Ilmiah,1971.
Abdul Munir Mulkhan Ideologisasi Gerakan Dakwah,Yojakarta: Smress 19961.
Abdullah Nasih Ulmwan, Konsep Islam terhadap Non Muslim ,Terj. Kathur Suhardi,Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1990.
Abdurrahman an Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
Abu Ahmadi, Dosa dalam Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.
Adullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishag Alu Syaikh, Tafsir IbnuKaisir Jilid 1, Terj. M. ‘Abdul Ghoffar, Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafi’i,2009.
Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bandung: Benang Merah Pres,2004.
Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Ahmad Warson AI-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: PustakaProgressif, 2002.
Ahmad Yani, 125 Cahaya dari Masjid, Jakarta: Qema Insani Press, 2011.
Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, Jakarta: Kencana, 2009.
Ali Mustafa Ya’cub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus,1997.
Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Partama Duta,1983.
Asep Muhiddin, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 2002.
125
Asmuni Syukri, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Bandung: Remaja RosdaKarya, 1983.
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Bahdi Nur Tanjung, Ardial, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2005.
Bazruzzaman Ismail, Manajemen Masjid dan Adat Kebiasaan di Aceh, BandaAceh: Yayasan Nurul Awal, 1990.
Budiman Mustofa, Manajemen Masjid, Solo: Ziyad Visi Media, 2008.
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Semarang: CV. Toha Putra,1989.
Departemen Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar BahasaIndonesia KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 1990.
Didin S, Radio Siaran, Yogyakarta: Lkis, 2005.
Dzikron Abdullah, Metodologi Dakwah, Semarang: Fakultas Dakwah IAINWalisongo Semarang, 1987.
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal! Perjuangan Para Da’i, Jakarta:Amzah, 2008.
H. Lalu Mucshin Effendi, Psikologi Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2009.
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 9, Jakarta: Penjimas, 1983.
Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam, Bandung: Diponegoro, 1972.
Hartono Ahmad Jaiz, Nabi-Nabi Palsu & Para Penyesat Umat, Jakarta: Pustaka AlKautsal, 2008.
Harun Nasution, Dosa dalam Ensiklopedia Islam Indonesia IAIN SyarifHidayatullah Jakarta: Djambatan, 1992.
Ibnu Abil Izz al-Hanafi, Syarah Al-Aqidah At-Tkakawiyah, Beirut: Al-Maktab AlIslami, 1988.
Ibrahim al-Kaarazkani, Taman Orang-Orang yang Bertaubat, Jakarta: Pustaka Zahra,2005.
Idrus Abidin, 1000 Jalan Menuju Taubat, jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2013.
J. Supranto, Metode Ramalan Kuantitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 1993.
126
Jakfar Putih Saifullah, Dakwah Tekstual dan Konstektual, Yogyakarta: AK Group2006.
Kaelany HD, Islam & Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Kholid Sayyid Ali, Surat-Surat Nabi Muhammad, terj H.A. Aziz Salim Basyarahil,Jakarta: Gema Insani Press, 1991.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja RosdaKarya, 2001.
Luthfi Bushori, Musuh Besar Umat Islam, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
M. Abdul Mujid, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.
M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Burni Aksara, 2009.
M. Hr. Songge, Pesan Risalah Masyarakat Madani, Jakarta: Media Citra, 2001.
M. Muhadi, Mesjid Sebagai Pusat Dakwah Islam Studi tentang Aktifitas Dakwahdi Mesjid Agung Jawa Tengah), Skripsi (Fakultas Dakwah dan KomunikasiUIN Walisongo Semarang: Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, 2015.
M. Munir, dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006.
M. Nasir Budiman, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan Desertasi,Banda Aceh IAIN Ar-Raniry, 2004.
Mahmudin, Manajemen Dakwah Rasulullah, Jakarta: Restu Ilahi, 2004.
Masdar Halmy, Dakwah dan Pengembangan, Jakarta: Wijaya, 1976.
Masduki, Jurnalistik Radio, Yogyakarta: Lkis, 2001.
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2004.
Mohammad E. Ayub. Alanajemen Masjid, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
Mohammad Nasir, Fiqhud Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 2003.
Muhammad ‘Ajaj al-Khatib, Ushulu al-Hadits, ‘Ulumuhu wa Mushthalahuhu.Beirut: Lebanon, 2006.
Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, Sittuna Qiskshah, Rawaha An-Nabi WatshSkakabah Al-Kiram, 61 Kisah Pengantar Tidur, Jakarta: Darul Haq,2013.
Muhammad Husain Heikal, Sejarah Hidup Nabi Muhammad Saw, Jakarta:Pustaka Antar Nusa, 1992.
Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
127
Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002.
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: RemajaRosdakarya, 2006.
Nita Rohmawati, Kamus Akbar Indonesia Arab, Jakarta: Mutiara Alamah Utama,2014.
Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan EraRasulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008.
Nurudin, Problematika Dakwah Islam Masjid Al-Ikhsan Desa BangunharjoKecamatan Sewon Kabupaten Bantul, Skripsi, Universitas Islam NegeriSunan Kalijaga Yogyakarta: Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi danPenyiaran Islam, 2007.
Oemar Bakry, Akhlak Muslim, Bandung: Angkasa, 1993.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indoesia,Jakarta: Balai Pustaka, 1994.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an, Jakarta:Lentera hati, 2005.
--------, Tafsir al-Misbah, Ciputat: Lentera Hati, 2000.
Rusdi Pohan, Metodologi Penelitian Pendidikan, Banda Aceh: Ar-Rijal Institute,2007.
Rusyadi, Kamus Indonesia-Arab, Jakarta: Rineka Cipta, 1995.
S. Badudu & Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 1994.
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kreasindo Mediacita, 2009.
Sayyid Abbas Shadr, Tafsir Nurul Quran Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya AlQur’an,Jakarta: Al-Huda, 2003.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 2, Jakarta: Al-I’itishom Cahaya Umat, 2008.
Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: PustakaPelajar, 1994.
Stan Le Roy Wilson, Massa Media Mass Culture, New York: Me Graw Hill. Inc,1992.
128
Suf Kasman, Jurnalisme Universal, Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi al-Qalamdalam al-Qur’an, Jakarta: Teraju, 2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2012.
Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.
Syahid Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zkilalil Quran di Bawah Naugan al-Quran, Surah alFatihah al-Baqarah Jilid 1,Terj. As’ad Yasin, Abdul Azir Salim Basyarahil,Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Qairo:Pustaka Sunnah, 1983.
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Jakarta: Cahaya Islam, 2002.
Syekh, H. Abdul Halim Hasan, Tafsir AI-Hakam,Jakarta: Kencana, 2006.
Umul Baroroh, Efek Berdakwah Melalui Media Tradisional, Semarang: IAINWalisongo, 2009.
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Wardi Bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997.
Warson Munawir, Kamus Al-Munawir, Surabaya: Pustaka Progresif, 1994.
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Televisi, Jakarta:Pustaka, 1990.
Widjaja, Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.
Winamo Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar-Pelajar Dasar dan TeknikMetodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito, 1986.
Zainuddin bin Abdul Aziz al-Mailbaba Al Fannani, Fat-Hul Mu’in, Bandung: SinarBaru Algensindo, 1994.
Zulfikri, Profil Masjid Raya Baiturraman, Kementerian Agama RI DirektoratJenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2016.
129
Jurnal
AbduI Basit, Strategi Pengembangan Masjid Bagi Generasi Muda, JurnalDakwah dan Komunikasi, Vol. 3 No. 2 Juli-Desember 2009, Purwokerto:Jurusan Komunikasi Dakwah) STAIN STAIN Purwokerto, 2009.
Ahmad Atabik, Prospek Dakwah Melalui Media Televisi, Jurnal KomunikasiPermlaran Islam, Vol. 1, No. 2 Juli-Desember 2013, KudusJurusan`Dakwah dan Komunikasi STAIN Kudus, 2013.
Ahmad Atabik, Prospek Dakwah Melalui Media Televisi, Jurnal KomunikasiPenyiaran Islam, VoL 1, No. 2 Jtdi-Desemker 2012.
Dalmeri, Evitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi dan DakwahMultikultural, Jurnal Walisongo, Vol. 22, No. 2, November 2014, Jakarta:Universitas Indraprasta PGR, 2014.
Efa Ida Amaliyah, Islam dan Dakwah: Sebuah Kajian Antropologi Agama, JurnalKomunikasi Penyiaran Islam, Vol. 3, No. 2 Desember 2015, STAIN:STAINKudus, 2015.
Eva Maqrhiroh, Komunikasi Dakwah: Dakwah Interaktif Melalui MediaKomunikasi, Jurnal K omunikasi Penyiaran Islam, Vol. 2, No. 1, Pebruari2016.
Irzum Farihah, Media Dakwah Pop, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 1,No. 2, Juli-Desember 2013, Kudus: Jurusan Dakwah dan KomunikasiSTAIN Kudus, 2013.
Mubasyaroh, Film sebagai Media Dakwah (Sebuah Tawaran Alternatif MediaDakwah kontemporer), Junal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 2, No. 2,Juli Desember 2014, Kudus: Dakwah dan Komunikasi STAIN Kudus,2014.
Muhsinah Ibrahim, Pendayagunaan Masjid dan Meunasah sebagai LembagaPembinaan Dakwah Islamiyah, Jurnal Al-Bayan VoL 19, No. 28, JuliDesember 2013, Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Ar-RaniryDarussalam Banda Aceh. 2013.
Novita, Masjid Raya Sintang, Jurnal Teknik Sipil Untan / Vol. 13 No. 2 Desember2013, Universitas Tanjungpura: Prodi Teknik Arsitektur Jurusan TeknikSipil, 2013.
130
Puji Astari, Mengembalikan Fungsi Masjid sebagai Pusat Peradaban Masyarakat,Jurnal Ilmu Dakwah dan Pengembangan Komunitas, Vol. 9 No. I Januari2014, Lampung: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN RadenIntan Lampung.
Qaharuddin Tahir dan Hafled Cangar, Masjid Kampus sebagai Media KomunikasiAktivis Dakwah dalam Pembentukan Karakter Mahasiswa, JunalKomunikasi Kareba, Vol. 3, No. 3 Juli-September 2014, UniversitasHasanuddin, Makassar: Fakultas Ilmu Komunikasi, 2014
Rihan Rizaldy Wibowo, Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagaiPembentuk Karakter Visual Bangunan, Jurnal Heritage IPLBl Vol. 3.No. 2, (Institut Teknologi Bandung ITB: Arsitektur, SekolahArsitektur, Perancanaan dan Pengenbangan Kebijakan SA PPK, 2017.
SyamsuI Kumiawan, Masjid dalam Lintasan Sejarah Umat Islam, Journal oflslmicStudies, Vol. 4 No. 2 September 2014.
Tjoet Nia Usmawanda, Konsep Arsitektur Akustik Modem sebagai UpayaPeningkatan Kenyamanan Peribadatan di Masjid Raya BaiturrahmanBanda Aceh, Jumal PKM, Vol. 1, No. 2, Universitas Syiak Kuala BandaAceh 2016.
Zazhari, Baiturrahman Objek Wisata Spiritual Kebanggaan Aceh, Jurnal PKM,Vol. I, No. 2, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Desember 2015.
Zulyadin, Menimbang Kontorversi Pemaknaan Konsep Ahl Al-Kitab dalam AlQur’an, Jurnal Studi Keislaman, Vol. 16 No. 2 Desember 2012.
Fathurahman, Masjid sebagai Pusat Pendidikan Islam Masa Klasik, Jurnal StudiPemikiran Pendidikan Agama Islam”. Volume XII No. 1 Januari 2015.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Masrol2. Tempat / Tgl Lahir : Blang Raja 31-0ktober-1992
Kecamatan Babahrot Kabupaten Aceh Barat Daya3. Jenis Kelamin : Laki-Laki4. Agama : Islam5. NIM / Jurusan : 411206623/ Komunikasi dan Penyiaran Islam6. Kebanggaan : Indonesia7. Alamat dosimili : Jln Tgk Chik Ditiroe, Simpang Surabaya
a. Kecamatan : Baiturrahmanb. Kabupaten : Kota Banda Acehc. Propinsi : Aceh
8. Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
9. MI/SD/Sederajat : SDN 2 Babahrot 200610. MTs/SMP/Sederajat : SMP N 1 Babahrot, Tahun Lulus 200911. MA/SMP/Sederajat : SMA N 1 Babahrot Tahun Lulus 2012
Orang Tua/Wali
12. Nama ayah : Syardi. M13. Nama Ibu : Nurmani14. Pekerjaan Orang Tua : Tani15. Alamat Orang Tuan : Desa Blang Raja
a. Kecamatan : Babahrotb. Kabupaten : Aceh Barat Dayac. Propinsi : Aceh
Banda Aceh, 23 Desember 2017
Penulis.
Top Related