i
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang layak terucap seiring dengan terselesaikannya penulisan buku
ini kecuali ‟syukur alhamdulillah‛ karena hanya atas ijin-NYA , segala tantangan,
hambatan, dan cobaan dapat terlewati satu per-satu sampai ke ujung penyelesaian
Buku ini.
Buku ini merupakan hasil penelitian disertasi penulis pada Program Doctoral
Bidang Pengkajian Islam dengan Konsentrasi Ekonomi Islam di Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan ini diawali ketika periode perkuliahan di mulai di Sekolah Pasca
Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ketika harus memilih pokok kajian dasar
keahlian (konsentrasi) di bidang ekonomi Islam Penulis mulai tertarik pada keuangan
mikro Islam, pendalaman terhadap kajian topik ini berlanjut dengan keikutsertaan
Penulis dalam Program-Program pengembangan keuangan mikro (microfinance) yang
disponsori oleh Asean Development Bank (ADB) yang dilaksanakan di Aceh (NAD)
selama dua tahun. Pengalaman di lapangan disertai dengan dukungan lingkungan yang
kondusif dalam pengembangan keilmuan di Kampus SPs UIN inilah yang
menyemangati Penulis untuk tetap bersemangat menyelesaikan tugas akhir ini.
Keuangan mikro Islam menjadi kajian yang sangat menarik karena ‚dunia‛
telah mengakui bahwa keuangan mikro menjadi instrumen yang efektif dalam
mengatasi masalah kemiskinan di dunia. Islam sebagai al-di>n yang sempurna
menyimpan nilai-nilai moral yang tinggi dalam mengangkat harkat dan martabat
manusia, maka ketika praktek terbaik keuangan mikro yang dijalankan oleh berbagai
masyarakat di seluruh dunia bersentuhan dengan prinsip-prinsip Islam (al-maqos}id al-
shari’ah), lalu berkolaborasi diantara keduanya menjadikan ‚keuangan mikro Islam‛
lebih berwajah ramah, bersahabat, adil dan mensejahterakan umat.
Ucapan terima kasih ingin Penulis haturkan kepada mereka yang sangat berjasa
dalam mengantarkan Penulis ke ujung penyelesaian penulisan buku ini.
Prof.DR.Fathurahman Djamil,MA., beliau guru besar yang pertama penulis kenal
ketika seleksi awal masuk ke SPs UIN, di kelas beliau telah memberikan pencerahan
ii
luar biasa dan di tugas akhir ini bersedia menjadi promotor. Prof. DR. Ir. H. M. Amin
Aziz, M.Sc. Sosok yang bagi Penulis subhanallah luar biasa, pelopor dan penggerak
keuangan mikro Islam ‚BMT‛ di Indonesia ini bersedia dengan sabar membimbing
Penulis dari penyusunan desain riset sampai terselesaikannya penulisan ini. Prof. DR.
H. Soewito, DR. Fuad Djabali, MA., DR. Yusuf rahman, MA., tiga serangkai yang
mengawal, mendorong, dan memotivasi studi bagi teman-teman mahasiswa SPs UIN,
termasuk Penulis merasakan manfaatnya atas peran mereka yang luar biasa. Prof. DR.
Ahmad Rodoni, MM., yang sejak awal penulisan telah memberikan masukan dan saran
yang sangat bermanfaat. Prof. DR. Azyumardi Azra, MA., melalui kebijakan-kebijakan
beliau di kampus tercinta ini telah banyak perubahan dan perbaikan yang sangat
membanggakan, terutama fasilitas yang mendukung untuk dapat mengakses informasi,
data dan literatur pustaka utama di seluruh dunia. Ketika detik-detik terakhir
penyelesaian Buku ini, Penulis kembali harus menyempurnakan hasil penulisan ini,
koreksi yang luar biasa dari Prof.DR. Sri Edi Swasono tentang pemahaman nilai-nilai
luhur bangsa yang mesti dikaji dan menjadi landasan dalam keuangan mikro Islam di
Indonesia, hal itu telah menjadi sumbangan yang luar biasa dan yang tak kurang
evaluasinya dari Prof. DR. Bambang Pranowo juga patut Penulis sampaikan ucapan
terima kasih sedalam-dalamnya atas koreksi dan masukannya, sehingga tulisan akhir
ini menjadi buahnya.
Kepada seluruh ‚crew‛ Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah,
terutama Pak Feni dan Pak Rodian yang tiada jemu-jemu untuk direpoti Penulis.
Petugas dan staf di perpustakaan Pasca yang sering nungguin Penulis pulang kesorean.
Sahabat-sahabat seperjuangan ‚mahasiswa SPs UIN‛, wabil khusus kang Dede abd
Fatah, Fudhail Rahman, Sofyan Rijal, Taufik Hidayat, Yadi Nurhayadi, Yulizar
Sanrego, ibu Oneng Badariah, Gusriani, Ali Murtadho, Desmadi dan Abd Muflih.
Kalian telah menjadi teman diskusi yang baik.
Ketua Yayasan Nusa Jaya, bapak H.Nudin Rifa’i yang telah mengijinkan
Penulis untuk sering meninggalkan kampus ‚GICI Business School‛, karena aktivitas
studi ini. Rekan-rekan kerja, bu Titin, bu Angel, mba Ika Lestari, Pak Ugik, pak Intan,
mba Lina, mas Dian,pak Yono, pak Horas, dan rekan lainnya. Rekan kerja di MICRA
iii
FOUNDATION yang telah mengantarkan Penulis ke Aceh, rekan kerja di PT.MADEP
yang telah memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan Instansi Pemerintah
dalam pengembangan ‚Keuangan Mikro‛, rekan-rekan di PINBUK PUSAT, Bp.
Aslichan Burhan yang membuka jalan untuk bertemu dengan BMT Seluruh Indonesia.
Ada orang yang luar biasa jasanya, dengan segala pengorbanan, kesabaran dan
kesetiaannya telah mengantarkan, mendorong dan memotivasi Penulis hingga
terselesaikannya tugas akhir studi ini, dia adalah Drg. Ari Kurniasih, istri dan
motivatorku. Untuk putra-putraku : Avecenna karim Ahmad dan Averroes Raihan
Ahmad, terima kasih dan mohon ma’af, ayah tidak dapat mendampingi kalian setiap
saat di masa-masa kalian semestinya berhak untuk mendapatkannya.
Hanya kepada Allah SWT, Penulis berdo’a dan berharap semoga segala
kontribusi yang telah kalian berikan tidak sia-sia adanya, dan menjadi catatan baik
‚amal sholeh‛ serta mendapatkan balasan ‚yang lebih baik‛ dari Allah ta’ala. Amin.
Akhirnya, Apa yang tertuang dalam buku ini hanyalah sebahagian kecil saja
dari ‚begitu besarnya‛ topik dan permasalahan dalam keuangan mikro Islam, namun
mudah-mudahan yang ‚kecil‛ ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi
perkembangan pemikiran ekonomi Islam yang dewasa ini sedang membutuhkan
peranserta aktif dari umatnya.
Depok, 11 Januari 2011 M
Ahmad Subagyo
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
Allah Subhanallahu Ta’ala
Kedua Orang tuaku :
Muhammad Jufrie (almarhum)
Zumaroh
Istri tercinta Drg. Ari Kurniasih
Kedua Putraku :
Avecenna Karim Ahmad
Averroes Raihan Ahmad
Guru-Guruku Yang Mulia
v
ABSTRAK
Studi ini membuktikan bahwa konsep keuangan mikro Islam tidak sekedar
‚keuangan mikro minus interest‛ , namun justru sebaliknya, dari hasil penelusuran pustaka
diketemukan bukti evolusi bayt al-ma>l sejak masa Rasulullah SAW, yang diteruskan oleh
Khulafah al- Rasidin , terutama ketika ‘Umar Ibn al-Khattab menjadi khalifah, fungsi bayt al-mal menjadi lembaga keuangan mikro Islam (berfungsi menghimpun dana, menyalurkan
kepada yang berhak, dan meminjamkan kepada yang membutuhkan). Perkembangan bayt al-mal terus berlanjut sampai ke khalifah berikutnya (masa kerajaan Islam) yang
menjadikan bayt al-mal sebagai Badan Keuangan Negara. Di Cordoba telah berdiri usaha
gadai (al-Rahn) pada tahun 1401, lalu di Irlandia tahun 1462 M berdiri juga usaha gadai
dan Koperasi tanpa bunga yang sebelumnya belum dikenal di Eropa, sebagai bukti adanya
perjalanan konsep Islam ‚benang merah‛ kepada pemikiran dan gerakan ekonomi di Eropa
yang pelopori para pemikir barat Albertus Magnus(1206-1280M) tentang konsep harga
yang adil dimana sejalan dengan Abu Yusuf (731-798M) dan St.Thomas Aquinas(1225-
1274M) dalam bukunya summa theologica yang mengutuk bunga. Kehadiran paham baru
‚protestan‛ yang melahirkan ‚kapitalisme‛ di Eropa pada abad 15 telah mengubah tatanan
ekonomi yang sudah ada, paham ini menganjurkan diberlakukannya ‚bunga‛. Sehingga
lembaga-lembaga keuangan yang muncul setelah itu menjadi berbasis bunga. Maka konsep
dan prinsip keuangan mikro telah direduksi oleh paham kapitalis menjadi ‚minus keadilan-
kejujuran-kemitraan‛.
Dengan pendekatan fenomenologi maupun kajian fiqh ditemukan prinsip-prinsip
keuangan mikro Islam berupa (1) prinsip keadilan (justice), (2) prinsip kejujuran (honesty),
dan (3) prinsip kemitraan (partnership). Dalam bab yang sama dikaji praktek-praktek
keuangan mikro terbaik di dunia yang dilakukan untuk menemukan prinsip-prinsip
keuangan mikro konvensional, diketemukan tiga prinsip keuangan mikro, yaitu (1)
Kedalaman jangkauan pelayanan (outreach), (2) keberlanjutan (sustainability), dan (3)
pemberdayaan (social intermediary).
Berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang telah diketemukan berupa prinsip-prinsip
kepatuhan sebagai variabel exogenous yang terdiri dari variabel sasaran, variabel tujuan,
variabel akad, dan variabel jaminan, dan variabel performance lembaga sebagai variabel
endegenous. Variabel-variabel tersebut diuji secara kuantitatif. Data yang dikumpulkan
melalui kuisioner lalu ditabulasi dengan skala likert dan di analisis dengan menggunakan
Structural Equation Model (SEM) serta dihitung dengan alat bantu komputer (software)
LISREL 8.7. Diperoleh kesimpulan bahwa variabel yang mempengaruhi secara signifikan
terhadap performance organisasi (LKMS) adalah variabel sasaran (kepatuhan terhadap
prinsip keuangan mikro) dan variabel tujuan (kepatuhan terhadap prinsip shariah).
Kesimpulan akhir Studi ini adalah membantah pendapat Edib Smolo (2008), dan
A.L.M. Abdul Gafoor (1997), yang menyatakan keuangan mikro Islam adalah keuangan
mikro konvensional minus interest dan mendukung pendapat Mohammad Obaidullah
(2008) dan Ajaz Ahmed Khan (2008), yang menyatakan bahwa keuangan mikro Islam
adalah mengawinkan keuangan mikro dengan prinsip-prinsip syariah, sedangkan pendapat
penulis adalah model keuangan mikro Islam adalah keuangan mikro konvensional plus
prinsip shari’ah (K3-keadilan, kejujuran, kemitraan).
vi
ABSTRACT
This study proves that the concept of Islamic micro finance is not merely ‚ micro
finance minus interest‛, on the contrary, some evidences were found from the library
research that the evolution of bayt al-ma>l from the era of Prophet Muhammad SAW to his
successors, the Khulafa’ur Rashidin particularly during the reign of ‘Umar ibn al-Khattab,
funtioned as Islamic micro finance with program as fund raising, distribution to the right
target, and credit offering to the needy. The development of bayt al-mal continued to the
following caliphates (during the kingdoms of Islam) which then turned the bayt al-ma>l into the state financial Institution. In 1401 AD, in Cordoba, a pawn institution (al-rahn)
was established, and in Ireland, in 1462 AD, there were institution of pawn and
cooperatives with no interest as it was not known before in Europe. This Islamic concept
of ‚ no interest policy‛ is in line with the thoughts and economic movement in Europe
initiated by thinkers as Albertus Magnus (1206-1280 AD) on the concept of fair price
similar to that of Abu Yusuf (731-798 AD) and santo Thomas Aquinas (1225-1247 AD) in
his book summa theologia that opposed interest. The presence of ‚protestant‛ which
entailed the birth of ‚capitalism‛ in Europe in the 15th Century, changed the prevailing
economic order with its concept of ‚interest’. Consequently, financial institution after this
era mostly interest based. Thus, the concept and principle of micro finance were reduced
by capitalism to a ‚minus justice-honesty-partnership‛.
The tracing of islmaic values in micro finance were reviewed on Chapter II using
both phenomenological approach and fiqh approach to find the principle of Islamic micro
finance, namely (1) the principle of justice, (2) the principle of honesty, and (3) the
principle of partnership. On the same chapter, reviews on the best practices of micro
finance were also done in order to find the principle of conventional micro finance namely
(1) the principle of outreach, (2) the principle of sustainability, and (3) the principle of
social intermediary.
Based on the basic principles found in the previous chapter, principles of discipline
as exegenous variables were established consosts of variable of target, variabel of goal,
variable of aqad, variable of warranty, and institution performance variable as endegenous
variable. Those variable are quantitatively analyzed. Data collected from the
questionnaires were then tabulated using the Likert Scale and analyzed using Structutal
Equation Model (SEM) assisted by computer technology with the software of LISREL 8.7
From this, it was found that the significant affecting variables to the organization
performance (LKMS) are; variable of target (discipline toward the principle of micro
finance) and the variable of goal (discipline towards the principle of sharia).
The final conclusion of this study is the rejection to the concept of Edib Smolo
(2008), and A.L.M. Abdul Gafoor (1997) who claim that Islamic micro finance is a
conventional micro finance minus interest. On the other hand, this dissertation support the
concepts of Mohammad Obaidullah (2008) and Ajaz Ahmed Khan (2008) who claim that
Islamic micro finance is the combination between micro finance and the principle of
sharia. Meanwhile the concept of the writer himself is that the model of Islamic Micro
finance is a conventional micro finance plus principle of sharia namely; Justice, Honesty
and Partnership.
vii
ملخص البحث
وبعد االطالع . تثبت ىذه األطروحة أن ادلفهوم اإلسالمي للمالية ادلصغرة ليس رلرد ادلالية ادلصغرة بدون الفائدة، واحلق ىو العكسعلى استقصاء ادلصادر العلمية اكتشفت وقائع بشأن تطور يف بيت ادلال منذ عهد رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم ومن جاء بعده من اخللفاء الراشدين، وفضال عن اخلليفة عمر بن اخلطاب، وقد أدى بيت ادلال عدة وظائف باعتباره ىيئة مالية مصغرة إسالمية،
واستمر تطور بيت ادلال إىل عهود اخللفاء . ومن بني ىذه الوظائف مجع األموال وتوزيعها على ادلستحقني وإقراضها للمحتاجني، كما 1401وقد تأسست يف قرطوبة شركة رىن يف عام . الالحقني للدولة اإلسالمية، والذين جعلوا بيت ادلال ىيئة مالية حكومية
وذلك يدل على دينامية مفهوم . م شركة رىن ومجعية تعاونية بدون فائدة مل تعرؼ من قبل يف أوربا1462 تأسست يف إرلندة-1206)اإلسالم االنتقائي لألفكار واحلركة االقتصادية بأوربا اليت قام بريادتػها ادلفكرون الغربيون من أمثال ألربتوس ماجنوس
-1225)والقديس طوما أكويناس ( م798-731)عن مفهوم السعر العادل، والذي يتناسب مع رأي أيب يوسف ( م1280وإن ظهور ادلذىب اجلديد الربوتستانيت . الذي ألعن فائدة ربوية (رلموع ثيولوجيا) Summa Teologiaيف كتابو ( م1274
وىذا ادلذىب الرأمسايل . الذي أدى إىل ظهور الرأمسالية يف أوربا يف القرن اخلامس عشر قد أحدث تغريا يف النظام االقتصادي القائمومن ىنا، فإن مفهوم . نادى بتطبيق الفائدة الربوية، مما أدى بو إىل أن اذليئات ادلالية اليت نشأت بعد ذلك مبنية على نظام الفائدة
. ادلالية ادلصغر وأسسها مت ختفيضو لدى ادلذىب الرأمسايل ليكون ناقصا أو بدون العدالة والصدؽ والشراكة إن ادلباحث يف القيم اإلسالمية يف ادلالية ادلصغرة تدرس يف الباب الثالث من ىذه األطروحة، سواء أكانت الدراسة فيها
أساس (1)متبعة للمدخل الظواىري أم دراسة فقهية، وتوصلت إعادة الدراسة إىل عدة أسس للمالية ادلصغرة اإلسالمية، وىي ويف نفس الباب يتناول الباحث أجود ممارسات مالية مصغرة يف العامل مت . وأساس الشراكة (3)أساس الصدؽ، و (2)العدالة، و
( 3)االستمرارية، و (2)سعة نطاؽ اخلدمات، و (1)تنظيمها إلجياد أسس ادلالية ادلصغرة التقليدية، واكتشفت ثالثة أسس ىي . متكني اجملتمع
وبناء على ادلبادئ األساسية اليت مت عرضها يف الباب السابق، تصاغ أسس الطاعة وااللتزام باعتبارىا متغريا خارجيا وىذه ادلتغريات مت اختبارىا بشكل . يتكون من متغريات اذلدؼ والغاية والعقد والضمان، ويعترب متغري أداء اذليئة ادلالية متغريا داخليا
والبيانات اليت مت مجعها عن طريق االستبيانات رلدولة باتباع مقياس ليكرت، وقام الباحث بتحليلها باستخدام منوذج ادلعادلة . كميووصل الباحث إىل خالصة مفادىا أن . 8.7 (LISREL)اذليكلية، ومت حسابػها باستخدام وسيلة برنامج احلاسوب ليسريل
التزام اذليئة )ومتغري الغاية (طاعة أو التزام اذليئة بأسس ادلالية ادلصغرة)ادلتغري ادلؤثر يف أداء اذليئة تأثريا داال ىو متغري اذلدؼ . (باألسس الشرعية
القائلني إن ادلالية (1997)عبد الغفار . م.ل.وع (2008) واخلالصة النهائية لألطروحة ترفض رأي أديب مسولو وعجاز أمحد خان (2008)ادلصغرة اإلسالمية ىي ادلالية ادلصغرة التفليدية بدون الفائدة، بينما تؤيد األطروحة رأي زلمد عبيد اهلل
القائلني إن ادلالية ادلصغرة اإلسالمية إدماج ادلالية ادلصغرة على أسس شرعية، على حني يرى الباحث أن منوذج ادلالية (2008). ادلصغرة اإلسالمية ىي ادلالية ادلصغرة التقليدية ادلبنية على األسس الشرعية وىي العدالة، والصدؽ والشراكة
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
(ARAB-LATIN)
A. Konsonan
Arab Latin Arab Latin
{d ض ā ,’ ا
{t ط b ب
{z ظ t ت
‘ ع th ث
gh غ j ج
f ف {h ح
q ق kh خ
k ك d د
l ل dh ذ
m م r ر
n ن z ز
w و s س
h, t هـ ، ة sh ش
y ي {s ص
B. Vokal dan Diptong
_
__
__
a
u
i
__ ا
__ ى
__ و
ā
á
ū
--- ي
و __
ي __
ī
aw
ay
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
PERSEMBAHAN ........................................................................................ iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................. vi
لخص بحث م vii ………………………………………..…………………… ال
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan 5
1. Identifikasi Masalah 5
2. Pembatasan Masalah 6
3. Perumusan Masalah 7
C. Kajian dan Penelitian Sebelumnya 8
D. Tujuan Penelitian 10
E. Manfaat Penelitian 10
F. Metodologi Penelitian 11
G. Sistematika Penulisan
BAB II EVOLUSI KEUANGAN MIKRO
A. Memahami Keuangan Mikro Islam dalam Berbagai Pendapat 22
B. Urgensi Keuangan Mikro Islam Dalam Pembangunan Ekonomi 23
C. Perkembangan Keuangan Mikro Islam di Dunia 25
1. Fase I : Perkembangan Peletakan Dasar Keuangan Mikro 25
2. Fase II: Masa Khulafaur Rasyidin 27
3. FaseIII : Masa Dinasti Kerajaan Islam 34
4. FaseIV: Masa Kolonialisme Barat 40
5. Fase V: Masa Kebangkitan Ekonomi Islam 42
a. Masa Perintisan 43
b. Masa Pertumbuhan 45
D. Perkembangan Keuangan Mikro Islam di Indonesia 48
E. Bentuk Aliran Dana Dalam Perkembangan Keuangan Mikro 51
F. Perubahan Paradigma Dalam Keuangan Mikro 53
x
BAB III ANATOMI NILAI-NILAI DASAR KEUANGAN MIKRO ISLAM
A. Dimensi Ruhiyah Dalam Pembiayaan Keuangan Mikro Islam 62
1 Prinsip Keadilan 64
2 Prinsip Kejujuran 73
3 Kemitraan 75
B Praktek Terbaik Keuangan Mikro di Dunia 77
C. Metodologi Pembiayaan Dalam Keuangan Mikro 80
D. Prinsip-Prinsip keuangan Mikro 83
1 Skala dan Kedalaman Jangkauan Pembiayaan 84
2 Keberlanjutan Organisasi 88
3 Pemberdayaan 90
BAB IV PRAKTEK KEUANGAN MIKRO ISLAM
A. Penetapan Tujuan Pembiayaan 93
B. Sasaran Pembiayaan Dalam Keuangan Mikro Islam 98
C. Mode Pembiayaan Keuangan Mikro Islam 102
1 Mud}araba 102
2 Musyarakah 105
3 Murabahah 109
4 Salam 111
5 Ijarah Muntahiiya bit-Tamlik 113
D. Jaminan Pembiayaan Pada Keuangan Mikro Islam 117
E. Analisis Struktural Model Keuangan Mikro Islam 122
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 148
B. Saran 149
DAFTAR INDEKS 151
GLOSSARY 156
DAFTAR PUSTAKA 162
LAMPIRAN 170
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 189
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Evolusi Keuangan Islam di Indonesia
Tabel 2.2 Mode Produk Keuangan Mikro Islam di Dunia
Tabel 3.1 Performa Lembaga Keuangan Mikro Dunia
Tabel 3.2 Tingkat Akses Penduduk terhadap Jasa Keuangan di Berbagai Negara
Tabel 4.1 Tingkat Kemiskinan dan Akses Keuangan di berbagai Negara
Tabel 4.2 Tingkat Pendapatan dan Bentuk Jasa Keuangan
Tabel 4.3 Klasifikasi Pendapatan Masyarakat
Tabel 4.4 Indikator Variabel Exogenous
Tabel 4.5 Variabel dan Indikator Endogenous
Tabel 4.6 Sebaran Lokasi LKMS Sampel
Tabel 4.7 Variasi Tahun Berdiri LKMS Sampel
Tabel 4.8 Skala Jangkauan Pelayanan Sampel
Tabel 4.9 Tingkat Kedalaman Pelayanan Keuangan
Tabel 4.10 Kualitas Pembiayaan LKMS Sampel
Tabel 4.11 Tingkat Kesehatan BPR Nasional
Tabel 4.12 Tingkat LDR LKMS Sampel
Tabel 4.13 Performance Sampel
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan LISREL 1
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan LISREL 2
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan LISREL 3
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan LISREL 4
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lack Off Pelayanan Keuangan Mikro
Gambar 4.1 Jenis Etika Keuangan Mikro
Gambar 4.2 Konsep keterkaitan variabel endeogenous dan Variabel Exogenous
Gambar 4.3 Sebaran Lokasi Sampel Riset
Gambar 4.4 Variasi Asset LKMS Sampel
Gambar 4.5 Skala jangkauan Pelayanan LKMS sampel
Gambar 4.6 Tingkat Kedalaman Pelayanan LKMS Sampel
Gambar 4.7 Performance Kualitas Pembiayaan LKMS Sampel
Gambar 4.8 Tingkat LDR LKMS Sampel
Gambar 4.9 Diagram Portofolio Kepatuhan
Gambar 4.10 Posisi LKMS dalam Kuadran Portofolio Kepatuhan
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis Pengujian Kuisioner
Lampiran 2 Analisis Portofolio Kepatuhan
Lampiran 3 Uji Validitas Kuisioner
Lampiran 4 Hasil Output Analisis LISREL
Lampiran 5 Tabel P-Value
Lampiran 6 Tabel t-distribution
Lampiran 7 Kuisioner Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada sekitar 3 miliar orang dari penduduk dunia yang hidup dengan
pendapatan kurang dari US$2 per hari. Mereka adalah masyarakat miskin dengan
lima anak dan satu diantaranya meninggal sebelum usia 5 hari1. Jumlah penduduk
Indonesia yang hidup dengan penghasilan kurang dari US$2 perhari hampir sama
dengan jumlah total penduduk yang hidup dari semua negara di kawasan Asia
Timur kecuali Cina2. Setiap 100 penduduk Indonesia terdapat 15 orang miskin
atau secara total ada 35.000.000 penduduk miskin menurut perhitungan Badan
Pusat Statistik tahun 2008.3
Kemiskinan telah menjadi masalah akut masyarakat dunia. Upaya
memberantas kemiskinan menjadi agenda bersama. Berbagai studi telah
dilakukan oleh banyak kalangan ilmuwan di dunia barat maupun di timur. Hasil
studi menyimpulkan bahwa alat pemberantas kemiskinan yang saat ini dianggap
paling berhasil adalah implementasi microfinance (keuangan mikro).4
Masyarakat miskin di dunia muslim jumlahnya lebih dari 1,2 miliar orang.
Dalam wilayah yang membentang dari Senegal sampai ke Philipina yang
meliputi enam benua, Afrika Utara, Afrika Sahara, Timur tengah, Asia Tengah,
Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Pertumbuhan tingkat kemiskinan di wilayah ini
paling tinggi, kecuali di Asia Tenggara dan Timur Tengah. Di Indonesia yang
1 Michael S Barr, Microfinance and Financial Development (Michigan: The John M.
Olin Centre for Law & Economics Working Paper Series, University of Michigan Law School,
2005), 271.
2 The World Bank, Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia,( office
Jakarta, November 2006)
3 Rohmatin Bonasir . Wartawan, BBC Siaran Indonesia . 26 Januari, 2009 - Published
13:24 GMT. Pada tahun 2009 menurut laporan BPS Jumlah penduduk miskin (penduduk yang
berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia pada Bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15
persen). Walaupun angka kemiskinan terlihat menurun namun beberapa pakar sosial ekonomi
seperti Prof. Sri-Edi Swasono meragukan angka tersebut, karena kemiskinan telah direduksi
definisinya. Garis kemiskinan yang digunakan BPS sebesar 2,100 kalori per orang per hari yang
disetarakan dengan pendapatan tertentu. Pendekatan yang dipergunakan oleh BPS untuk menarik
garis kemiskinan adalah pendekatan pengeluaran, sedangkan pengeluaran agregat (rata-rata) tidak
mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Pendekatan BPS hampir sama dengan pendekatan yang
dipergunakan oleh Bank Dunia yang menggunakan 1 dolar AS per orang per hari sebagai standar
perhitungannya. Sedangkan menurut Michael jika garis kemiskinan dihitung 2 dolar AS per orang
per hari, maka hampir separoh penduduk Indonesia berada dalam garis kemiskinan.
4 Mohammed Obaidullah, Role of Microfinance in Poverty Alleviation (Jeddah: Islamic
Development Bank, 2008), 27-28.
2
memiliki penduduk muslim terbesar di dunia, lebih dari separoh penduduknya
yaitu sekitar 129 juta orang tergolong miskin dengan pendapatan kurang dari $2
perhari. Bangladesh dan Pakistan dengan jumlah 122 juta orang, diikuti Negara
India dengan jumlah kurang lebih 100 juta muslim berada di bawah garis
kemiskinan. 5 Negara – Negara yang penduduknya mayoritas muslim memiliki
Product Domestic Bruto (PDB) dalam kategori rendah (miskin) yaitu sebesar
40% dari 55 negara6.
Suatu kondisi yang kontradiksional antara kelimpahan sumber daya alam
yang dimiliki wilayah-wilayah tersebut dengan kondisi ekonomi yang
melingkupinya. Sementara penduduknya yang sebagaian besar muslim berada
dalam kemiskinan. Padahal Tuhan telah berfirman dalam kitab sucinya ‚ kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,..‛.7 Menangani
persoalan sosial ekonomi ini telah dilakukan berbagai ikhtiar dan strategi, baik
dalam skala lokal, nasional maupun global.
Beberapa pakar sepakat untuk mengubah kondisi perekonomian di
Negara-negara miskin dan berkembang dengan menggunakan paradigma baru,
yaitu memberdayakan kaum miskin dan cara yang terbukti paling efektif adalah
implementasi microfinance (studi kasus di Bangladesh dapat mengentaskan
kemiskinan dari 52% penduduk di Bangladesh)8.
Sebagai upaya untuk mendorong peningkatan pembangunan dunia, PBB
meluncurkan program The Millennium Development Goals (The MDGs) yang
bertujuan untuk mengurangi kemiskinan pada tahun 2015. Sedangkan PBB
merekomendasikan microfinance sebagai bentuk pembangunan financial yang
tujuan utamanya adalah pengurangan kemiskinan.9 Menindaklanjuti program
tersebut PBB mencanangkan tahun 2005 sebagai the International Year of Microcredit.
Keuangan mikro (microfinance ) telah menjadi isu internasional dan
menjadi pusat perhatian masyarakat dunia dewasa ini, terutama sejak
5 Muhammad Obaidullah, ‚Introduction to Islamic Microfinance,‛ IBF Net: The Islamic
Business and Finance Network (September-2008)
6 IMF, Annual Report, dalam Ahmad Subagyo ‚ Analisis Perbandingan Implementasi
Islamic Microfinance di Negara negara Muslim,‛ (Jakarta: Graha Ilmu, 2007), 13.
7 Q.S. Ali Imran (3): 110
8Wawancara Muhamad Yunus dengan www.ikhlasmedia.com
9 The MDGs ditandatangani oleh 147 kepala Negara dan pemerintahan dalam acara UN
Millenium Summit bulan September 2000. Ada 8 agenda utama (goals) yaitu (1) memberantas
kemiskinan dan kelaparan,(2) meningkatkan pendidikan dasar seluruh dunia, (3) mempromosikan
persamaan jender dan pemberdayaan wanita,(4) mengurangi angka kematian bayi, (5)
peningkatan kesehatan ibu, (6) memberantas HIV/Aids, malaria dan penyakit lainnya, (7)
menjamin keberlanjutan lingkungan hidup,(8) membangun kerjasama global dalam pembangunan.
Framework and Strategies for Development of Islamic Microfinance Services, Working Paper for
IFSD Forum 2007 edisi May 27, 2007. Published by (Senegal: Islamic Development Bank, 2007)
3
Muhammad Yunus memenangkan hadiah Nobel Perdamaian tahun 200610
.
Mainstream telah berubah, masyarakat miskin dengan segala keterbatasannya
dari sudut pandang Bank Komersial dianggap tidak layak untuk diberikan
pinjaman (pembiayaan) karena unbankable.11
Namun bukti empiris dari
pengalaman Grameen Bank ternyata NPF (Non Performing Finance)-nya tidak
lebih dari 1%12
, artinya tingkat pengembalian pembayaran nasabah mencapai
99%. Nasabah bank tersebut 98%nya adalah wanita dan berasal dari keluarga
miskin. ini telah membalikkan paradigma lama yang mengatakan bahwa wanita
itu lemah dan orang miskin itu tidak ada kemampuan ‚berdaya‛ adalah keliru.
Sebaliknya, apabila mereka diberi jalan dan dipercaya maka mereka memiliki
potensi untuk berubah menjadi lebih baik, secara social maupun ekonominya.
Diperkirakan ada 72% masyarakat yang hidup di negara-negara yang
mayoritas penduduknya muslim tidak dapat menggunakan jasa keuangan formal.
Studi yang dilakukan oleh Honohon menyatakan bahwa 56 negara anggota
Islamic Development Bank (IDB), hanya 28% penduduk dewasa yang
menggunakan lembaga keuangan formal, baik dalam menabung maupun
meminjam. Persentase ini termasuk penduduk non-muslim yang tinggal di
Negara tersebut.13
Asian Development Bank (ADB) telah membentuk Microfinance Task Force untuk mempersiapkan strategi pengembangan microfinance. Proposal dari
tim yang dibentuk ADB tersebut telah disetujui oleh ADB pada tanggal 6 Juni
2006.14
hasilnya disebarkan ke seluruh dunia dan mengajak semua komponen,
10
Muhammad Yunus, ‛Banker to the Poor: Micro-Lending and the Battle Againts World
Poverty‛. Pendiri Grameen Bank ini memulai sebuah proyek percontohan tahun 1976 di desa
Jebra dekat kampus Chittagong University, di mana ia mengajar. Penduduk miskin Jebra inilah
yang mengilhami Yunus tentang bagaimana pemberian kredit ke kaum miskin bukanlah suatu
yang mustahil, bahkan mampu berperan m
emotong lingkaran setan kemiskinan. Ia menemukan ‛metodologi‛ dan ‛cara kerja‛ baru yang
mampu membantu si miskin dengan ‛kredit mikro‛. Intinya adalah bagaimana memberdayakan si
miskin dengan usaha mandiri, self-employment, dan percaya bahwa si miskin selalu dapat
membayar kembali pinjamannya. Kendati kredit mikro bukan obat ajaib untuk melenyapkan
kemiskinan, namun kekuatan kredit mikro dapat membantu kaum dhuafa untuk memulai usaha
sendiri atau memperluas usaha bisnisnya (Bangladesh, Chittagong University, 1997)
11Bankable jika memenuhi persyaratan antara lain : (1) Collateral – yaitu memiliki
jaminan yang dapat mengkover pinjamannya, (2) Capacity – yaitu memiliki kemampuan dan
pengalaman yang sudah cukup lama (minimal 2 tahun, (3) Character – sudah teruji
kepribadiannya, (4) Cash Flow : yaitu memiliki pembukuan dan memiliki kemampuan bayar, (5)
Condition of economic – yaitu kondisi ekonomi di lingkungan dimana mereka berada dinilai
kondusif (baik).
12 www.ikhlasmedia.com
13 Patrick Honohon, Cross-Country Variations in Household Access to Financial
Services. Presented at Conference on Access to Finance ( Washington, D.C: The World Bank 15
March 2007)
14 First International Islamic Conference, Kumpulan Makalah, vol.1. 24.
4
baik swasta maupun negara untuk terlibat dalam microfinance sebagai upaya
membangun ekonomi baru dunia.
Perkembangan microfinance di seluruh dunia mengalami percepatan yang
luar biasa setelah menjadi mainstream keuangan dunia. Beberapa Negara muslim
telah mengadakan First International Islamic Conference on Inclusive Islamic Financial Sector Development di Negara Brunei Darussalam pada tanggal 17
sampai 19 April 2007, dengan mengusung tema ‚meningkatkan jasa pelayanan
keuangan Islam untuk Usaha Skala Mikro dan Menengah ‚. Konferensi tersebut
mengangkat topik tentang Keuangan Mikro Islam sebagai bahasan utamanya dan
para peserta menyampaikan pengalamannya dalam mempraktekkan dan
mengimplementasikan kegiatan keuangan mikro (microfinance) di negaranya
masing-masing.
Ciri khas praktek keuangan mikro Islam yang dimiliki oleh masing-
masing lembaga keuangan mikro di seluruh dunia pada hakekatnya dibedakan
hanya pada aplikasi produk (akad) dan metodologi (cara kerja) keuangan mikro.15
Dalam praktek keuangan mikro konvensional dikenal beberapa model dalam
kaitannya dengan metodologi (cara kerja) keuangan mikro tersebut dalam
melayani jasa keuangan kepada sasarannya, yaitu (1) model Grameen Bank
berasal dari Bangladesh, (2) model bank desa (Village Bank) muncul dari
Philipina dan berkembang luas di Amerika Latin, (3) model Self Help Group
(SHG) yang berkembang di India, dan (4) model Credit Union yang berkembang
di Srilanka.
Di Indonesia nilai-nilai keuangan mikro sudah lahir sebelum Indonesia ini
ada lalu teraktualisasi secara eksplisit dalam Undang-Undang Dasar negara
Republik Indonesia (UUD 45)16
. Founding Fathers negara ini telah meletakkan
dasar-dasar yang kuat dalam membangun sistem ekonomi untuk masa yang akan
datang. Falsafah dan nilai-nilai ekonomi yang positif ini tereduksi dalam praktek
kenegaraan dan perekonomian nasional17
, namun di sektor keuangan mikro
prinsip ini mengemuka dengan munculnya lembaga keuangan mikro Islam yang
15
Mudrajad Kuncoro ‚ Grameen Bank & Lembaga Keuangan Mikro‛ , Kedaulatan
Rakyat, http://www.kr.co.id Sabtu, 2 Agustus 2008.
16 Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Ayat 1 dalam pasal ini menyebutkan bahwa
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam hal ini
Mohammad Hatta sebagai desainer ekonomi Indonesia telah mengejawantahkan nilai-nilai
budaya bangsa yang telah mengakar kuat di masyarakat beratus-ratus tahun sebelumnya, yang
mana masyarakat Indonesia memiliki budaya gotong royong, kebersamaan dan kekeluargaan.
Lihat Anwar Abbas dalam bukunya Bung Hatta dan Ekonomi Islam (Jakarta: Kompas
Media Nusantara, 2010), 125-166
17 Praktek privatisasi Badan usaha Milik Negara (BUMN) yang bersifat strategis bagi
kepentingan rakyat dan maraknya hypermart di Indonesia, serta masuknya pasar-pasar modern ke
lingkungan terkecil masyarakat (kecamatan dan desa-desa) telah memicu persaingan yang tidak
sehat dan telah menyingkirkan masyarakat (ekonomi) lemah ke jurang kebangkrutan, terlebih lagi
kepentingan rakyat banyak terabaikan demi mengejar keuntungan. Lihat Sri Edi Swasono dalam
Kelengahan Kultural dalam Pemikiran Ekonomi (Catatan Akhir Tahun 2010), (Jakarta:
BAPPENAS, 2010).
5
dipelopori oleh Muhammad Amin Aziz dalam gerakan ekonominya melalui
PINBUK18
.
Keberadaan lembaga keuangan mikro Islam sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat miskin merupakan fungsi sosial dan ekonomi sebagai wujud
mas}lah}ah19 bagi umat. Potensi keuangan mikro Islam di negara Indonesia yang
mayoritas penduduknya muslim saat ini belum mencapai jumlah yang
maksimal.20
Hal ini diperlukan kajian yang mendalam tentang model keuangan
mikro Islam yang sesuai dengan ke-indonesia-an dan memenuhi kaidah shari’ah.
Maka dalam penelitian ini, penulis ingin mengkaji secara mendalam
tentang bentuk model keuangan mikro Islam di Indonesia yang memiliki ciri khas
tersendiri dan memiliki metodologi yang berbeda dengan model-model
sebelumnya. Judul dalam penelitian ini adalah Keuangan Mikro Islam (Suatu
Kajian Model Pembiayaan dalam praktek keuangan mikro Islam di Indonesia)
B. PERMASALAHAN
1. Identifikasi Masalah
Dalam prakteknya keuangan mikro berkembang sesuai dengan kondisi,
budaya, lingkungan dan karakter bangsa dimana keuangan mikro itu
diimplementasikan. Bentuk praktek keuangan mikro yang memiliki perbedaan
antara negara satu dengan negara lainnya mendorong munculnya suatu pola
tertentu (Model) yang khas di wilayah tersebut dan menjadi rujukan bagi bentuk
praktek keuangan mikro di wilayah lainnya.
Pengelompokan praktek keuangan mikro ke dalam beberapa model
dilakukan dengan menganalisis fitur yang dimiliki oleh masing-masing lembaga
keuangan mikro dalam melayani sasaran pasarnya. Ada delapan fitur yang
18
M.Amin Aziz adalah seorang Perintis Keuangan Mikro Islam di Indonesia melalui
lembaga yang didirikannya yaitu Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha kecil. Saat ini PINBUK telah
membina lebih dari 3.000 BMT di Indonesia. Lihat M.Amin Aziz , Kegigihan Sang Perintis(
Jakarta: Embun Publishing, 2007), 55
19Mas}lah}ah yaitu terpeliharanya prinsip-prinsip shari’ah yaitu memelihara kemanfaatan
atau mencegah kemudaratan dari kesulitan manusia. Lihat:’Abd al-Wahha>b Khalla>f, ‘Ilm Us}ūl al-
Fiqh (Kuwait: Dār al-Qalam, 1398H/1978), 84; Dalam ilmu ushul fikih keberadaan lembaga bayt
al ma>l dan bayt al tamwil (BMT) merupakan bentuk dari al-mas}lah}ah al-mursalah. Arti al-maslah}ah al-mursalah yaitu kemaslahatan manusia yang tidak atau belum diatur ketentuannya
oleh syara’ dan tidak ditemukan nas yang menyatakan kebolehan atau tidaknya. Mohammad
Hashim Kamali, Principles of Islamic Jurisprudence (Cambridge: The Islamic Texas Society,
1991), 267
20 Hal ini terlihat adanya ketimpangan antara potensi zakat dengan hasil yang terkumpul.
Karena sebagian besar penduduk berdasarkan survey hanya 6% dan 1,2% responden yang
menyalurkan zakatnya ke BAZ atau LAZ, sementara 59% menyalurkannya ke mesjid atau panitia
khusus di sekitar rumah. Sumber: Mustafa Edwin Nasution (Ed), Indonesia Zakat & Development Report 2009, Kerjasama DD Republika, CID & PEBS FEUI, 29
6
membedakan antara model satu dengan lainnya, yaitu (1) pelayanan, (2) proses
pembiayaan, (3) pengikatan, (4) jaminan, (5) cara pembayaran, (6) plafon
pembiayaan, (7) sistem tabungan, (8) sasaran pelayanan.21
Ada empat kerangka
kerja sistem yang membagi dan membedakan antara model keuangan mikro satu
dengan lainnya.22
Pertama: keuangan mikro menjadi intermediasi finansial, atau
penyediaan produk dan jasa keuangan seperti tabungan, pembiayaan, asuransi,
dan sebagainya. Kedua : keuangan mikro menjadi intermediasi sosial, atau proses
pengembangan modal manusia dan sosial yang dibutuhkan oleh intermediasi
finansial berkelanjutan bagi masyarakat miskin. Ketiga : Jasa pengembangan
usaha, atau jasa non-keuangan yang membantu pengusaha mikro. Meliputi :
pelatihan bisnis, jasa pemasaran dan teknologi, pengembangan ketrampilan, dan
sebagainya. Keempat : Layanan sosial, atau jasa bukan keuangan yang
memusatkan perhatian pada kesejahteraan pengusaha mikro. Meliputi :
pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Jika suatu lembaga keuangan
mikro tidak mempraktekkan salah satu kategori dari keempat kategori yang ada,
berarti tidak mempraktekkan secara penuh prinsip keuangan mikro (minimalis).
2. Pembatasan Masalah
Kajian dalam penelitian ini akan menitikberatkan pada beberapa berikut
ini :
a. Pengkajian tentang prinsip-prinsip keuangan Islam;
Kajian ini bersumber pada berbagai referensi utama tentang teori dan
konsep keuangan Islam kontemporer.
b. Lembaga keuangan mikro Islam yang menjadi obyek penelitian adalah
lembaga keuangan mikro Islam (LKMS) yang beroperasi di wilayah
Indonesia.
c. Fitur model keuangan mikro terindikasi dalam bentuk produk pembiayaan
yang dihasilkan dari lembaga keuangan tersebut. Sehingga analisis
terhadap model keuangan mikro dibatasi pada variabel prinsip keuangan
mikro yang terdiri dari 23
:
(1) Sasaran pembiayaan,
(2) Jaminan pembiayaan,
Sedangkan variabel prinsip keuangan mikro Islam, terdiri dari :
21
Ahmad Subagyo, Budi Purnomo, Grassroot and Commercial Microfinance, Konsep
dan Implementasi (Aceh : Penerbit Bank BPD Aceh ,2009),16.
22 Joanna Ledgerwood,. Microfinance handbook, An Institusional and Financial
Perspective. Internatinal Bank for Recontruction and Development. The Word Bank, (Toronto,
The World Bank, 2008) 75, Lembaga keuangan mikro yang hanya berfungsi sebagai lembaga
intermediasi saja, maka penulis buku tersebut menyebutnya sebagai keuangan mikro minimalis,
bahkan Muh.Yunus pendiri Grameen Bank tidak memasukkan lembaga tersebut sebagai
keuangan mikro. www.ikhlasmedia.com
23Ahmad Subagyo dan Budi Purnomo, Account Officer for Commercial Microfinance,
(Yogyakarta: PT. Graha Ilmu, 2009), 48
7
(1) Tujuan pembiayaan ;
(2) Akad pembiayaan
Keempat variabel tersebut di atas disebut dengan variabel eksogen.
Data kuantitatif yang merupakan indikator performance (sruktur
keuangan) lembaga antara lain :
a) Jumlah total asset lembaga
b) Jumlah non performing financing
c) Loan to Deposit Ratio (LDR)
d) Rasio nasabah dengan jumlah pembiayaan (outreach)
Keempat variabel data kuantitatif di atas disebut dengan variabel
endogen
3. Perumusan Masalah
Model keuangan mikro sebagaimana diuraikan di atas telah menjadi
mainstream dalam sistem keuangan mikro saat ini, sementara tujuan ekonomi
Islam adalah kesamaan, keterbukaan, solidaritas sosial melalui risk sharing, hak
kepemilikan dan kesucian akad. Kewirausahaan, kerjasama, peningkatan penda
patan melalui aktivitas produktif untuk mengurangi kemiskinan.24
Tujuan
keuangan mikro itu sendiri tidak jauh berbeda dengan tujuan ekonomi Islam.
Namun prinsip keuangan ekonomi Islam25
memiliki tataran ideologis yang
berbeda, sehingga menimbulkan perbedaan pendapat dari berbagai pemikir
muslim, antara lain model keuangan mikro Islam cukup hanya model keuangan
mikro minus interest (bunga) atau dalam istilah Farook (2009), Obaidullah
(2008), Smolo (2008), Ahmed (2004) ‚mengawinkan keuangan mikro dengan
keuangan Islam‛26
. Untuk mengetahui dan memahami praktek keuangan mikro
Islam di Indonesia perlu dilakukan kajian secara mendalam. Untuk mencapai
tujuan penelitian dirumuskan beberapa rumusan masalah berikut ini :
(1) Bagaimana praktek keuangan mikro Islam di Indonesia ditinjau dari aspek
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip shari’ah dan prinsip-prinsip keuangan
mikro?
24
Mohammad Obaidullah, Model of Islamic Microfinance. IRTI & Islamic Development
Bank dalam Sanabel Fourth Annual Conference. 2009. 141
25 Prinsip Ekonomi Islam menurut Metwally (1995) menyebutkan ada 5 (lima) prinsip,
yaitu (1) segala sumber daya adalah titipan Tuhan kepada manusia, (2) Islam mengakui
kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu, (3) Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam
adalah kerjasama, (4) Asset tidak boleh menganggur (tidak produktif), (5) Islam menjamin
kepemilikan masyarakat bermanfaat untuk orang banyak, dan (6) Muslim takut kepada Allah,
sehingga tingkah lakunya mengacu kepada ketentuan-NYA.
26 Sayd Farook, Social Responsibility. Islamic Banking & Finance Volume Six Issue
Five Number 20,2008, 18. Pemikir lainnya antara lain: Edib Smolo (2008) dalam thesisnya juga
menyatakan yang sama bahwa keuangan mikro Islam adalah keuangan mikro minus bunga.
Ahmed, Habib (2004) dalam artikelnya berjudul Frontiers of Islamic Banking : A synthesis of
Social Role and Micro Finance, yang dimuat dalam The European Journal of Management and
Public Policy, Jeddah. Menyatakan bahwa bank Islam dapat mendanai orang miskin dengan
tanpa biaya ekstra yaitu dengan menggunakan skema linkage dengan lembaga keuangan mikro.
8
(2) Apakah variabel kepatuhan (compliance) berpengaruh secara signifikan
terhadap performance lembaga keuangan mikro Islam di Indonesia?
C. KAJIAN DAN PENELITIAN SEBELUMNYA
Penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa pakar keuangan mikro
Islam, yang melihat dari berbagai perspektif yang berbeda menghasilkan
beberapa pendapat dan pandangan sebagaimana tersebut di bawah ini :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Hans Seibel (2004) yang berjudul
‚Islamic Microfinance in Indonesia‛ menguraikan tentang studi kasus
lembaga keuangan mikro di Indonesia yang meliputi Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS) dan Koperasi Simpan Pinjam Syariah (Baitul
Maal wat Tamwil – BMT). Hasil penelitian ini menjelaskan bagaimana
proses pengembangannya, perbandingan dengan lembaga keuangan
konvensional, dan bagaimana prospek pertumbuhannya. Peneliti
merekomendasikan bahwa selama 13 tahun terakhir sejak ‚Islamic microfinance‛ populer di masyarakat dalam bentuk lembaga keuangan
(bank dan non-bank) berbasis syariah seperti BPRS dan BMT, ada dua
opsi dalam meningkatkan jasa keuangan syariah, yaitu :
a. Focus secara penuh kepada Bank Komersial Islam (Bank Syariah)
dan mendampingi mereka sehingga mapan dalam membangun
jaringan ke cabang-cabang dengan menawarkan produk keuangan
mikro.
b. Menilai kembali proses partisipasi (keterlibatan) BMT dan BPRS
dalam memasuki masyarakat mikro, yang mana dapat memisahkan
secara jelas pasar sasaran untuk BPR Syariah dan Koperasi
Simpan Pinjam Syariah. Sehingga tidak muncul adanya lack of yaitu daerah yang kosong (tidak terlayani) antara orang yang
miskin dan tidak miskin dalam sebuah pertumbuhan pasar
keuangan yang dinamis.
Gambar 1.1 Lack off (daerah yang tidak terlayani) menurut Seibel
9
2. Widiyanto dan Abdul Ghafar dalam risetnya yang berjudul Sustainability of BMT Financing for Developing Micro-enterprises meneliti tentang
keberlanjutan Islamic Microfinance dalam membangun Usaha mikro di
Indonesia. Ada dua cara yang digunakan dalam pendekatan penelitian ini,
yaitu menilai keberlanjutan dengan analisis DEA dan level of outreach. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pada umumnya tingkat
efisiensi BMT adalah relatif rendah. Skala efisiensi juga mengindikasikan
bahwa BMT di Indonesia beroperasi masih jauh dari skala optimal.
Persoalan yang dihadapi BMT Indonesia adalah masalah managerial.
Kesimpulan kedua menyatakan bahwa keuangan mikro Islam dalam
usahanya membangun usaha mikro dan memberikan kontribusi manfaat
yang besar bagi masyarakat, walaupun tingkat keuntungan BMT relatif
rendah, namun pembiayaan syariah diprediksikan dapat berlanjut dan
mampu menjadi penyedia pembiayaan keuangan Islam yang
berkelanjutan.
3. Thesis yang berjudul Islamic Microfinance : Outreach & Sustainability
yang ditulis oleh Muhammad Keequzzaman menjelaskan pemfokusan
perluasan dan keberlanjutan menjadi faktor paling signifikan atas
keberhasilan keuangan mikro, membandingkan efektivitas penerapan
prinsip-prinsip Islam dengan praktek-praktek sekuler dan tuntunan
kerangka operasional dalam keuangan mikro Islam. Meskipun prospek
pengembangan keuangan mikro Islam sangat besar terutama di wilayah
berpenduduk mayoritas muslim tapi kebanyakan memiliki keterbatasan
sumber daya (manusia)-nya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara
lain permodalan yang lemah, terkosentrasi pada produk tertentu27
,
kurangnya ahli syariah28
, upaya anjuran untuk menghubungkan antara
persepsi kebijakan publik dengan modal sosial Islam29
untuk mencapai
keunggulan dalam kualitas dan komitmen umat masih rendah.
Kesimpulan akhir dalam thesisnya adalah bahwa mainstream dan
pendekatan komersial dalam Islamic microfinance dapat membawa
perbedaan aktual30
.
27
Di negara-negara berkembang, produk keuangan Islam (perbankan) lebih terkosentrasi
pada akad murabahah, sedangkan bentuk akad-akad lainnya kurang berkembang, seperti
musyarakah dan mudharaba.
28 Ahli syariah yang memahami terhadap konteks bisnis riil.
29Modal sosial Islam adalah semangat keagamaan, etika, akhlak, jihad, saling tolong
menolong, bersedia berkorban dalam bentuk apapun untuk mendapatkan keridloan Allah SWT.
Modal sosial Islam seperti Semangat jihad, akhlakul karimah, tolong-menolong dan
sebagainya.
30 Membawa dampak perubahan yang signifikan, misalnya : sustainabilitas usaha yang
lebih terjamin, dari aspek pasar mampu diterima (marketabel), menguntungkan sehingga
memberikan dampak sosial yang lebih besar karena usahanya mampu berekspansi.
10
Berdasarkan uraian dan pendapat di atas bahwa keberlanjutan keuangan
mikro Islam dapat terjamin jika dikelola secara komersial31
namun menggunakan
pendekatan modal sosial Islam32
.
D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jawaban atas beberapa
pokok masalah yang ada dalam perumusan masalah di atas. Adapun tujuannya
adalah :
1. Untuk menemukan model keuangan mikro Islam di
Indonesia.
2. Untuk menguji tingkat signifikansi keterkaitan antara
variabel-variabel kepatuhan dengan performa lembaga
keuangan mikro Islam di Indonesia.
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi yang
berarti bagi pihak-pihak berikut ini :
1. Manfaat teoritis
Berdasarkan analisis sumber pustaka yang penulis kaji, sampai penelitian
ini dilakukan belum diketemukan peneliti yang menganalisis model
keuangan mikro di Indonesia. Sehingga diharapkan hasil penelitian ini
sumbangan pemikiran bagi perkembangan teori keuangan Islam, terutama
keuangan mikro Islam di dunia dan di Indonesia khususnya. Dimensi
keuangan mikro Islam yang diketemukan dalam penelitian ini dapat
digunakan bagi para peneliti selanjutnya untuk menilai tingkat ketaatan
suatu praktek keuangan mikro Islam kepada syariah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Regulator (pemerintah)
Model keuangan mikro Islam dapat dipertimbangkan sebagai bagian
integral dari sistem keuangan negara karena peran, fungsi dan fitur
produknya yang aplicable33, proven34
dan syar’i. Hasil penelitian ini dapat
31
Komersial maksudnya adalah lembaga pengelola keuangan mikro Islam harus ‚untung‛
dalam usahanya, sehingga semua biaya organisasi dapat tertutup dan sebagaian keuntungannya
dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya.
32 Lihat ref. 33 di atas tentang pengertian modal sosial Islam.
33 Maksudnya dimensi operasi dan dimensi layanan yang secara inklusif terdapat dalam
suatu produk keuangan syariah dapat menjadi salah satu line produk bagi lembaga keuangan
syariah (LKS-seperti: Bank).
34Maksudnya teruji secara bisnis dapat menguntungkan, karena sudah dipraktekkan
dalam rentang waktu tertentu. Cara dan metode yang digunakan mampu mencapai sasaran dan
tujuan keuangan mikro Islam.
11
menjadi bahan dalam pengambil kebijakan di bidang pengembangan
keuangan mikro di Indonesia.
b. Bagi praktisi keuangan mikro
Hasil penelitian ini dapat menjadi panduan dalam menjalankan praktek
keuangan mikro Islam di lembaga-lembaga yang dikelolanya.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat meningkatkan apresiasi dan pemahaman yang lebih
mendalam tentang keuangan mikro Islam. Memahami pemikiran para ahli
yang telah mengkaji tentang keuangan mikro Islam dalam beberapa dekade
terakhir ini. Sehingga pemahaman secara komprehensif tentang keuangan
mikro Islam dapat diperoleh melalui penelitian ini.
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka metode penelitian yang dipilih
adalah deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif 35
,
dengan menggunakan pendekatan phenomenologi36
. Edmund Husserl dalam
Muhadjir menyatakan bahwa Ilmu tidak terbatas pada yang empirik
(sensual), melainkan mencakup phenomena yang tidak lain daripada
persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan subyek tentang sesuatu di
luar subyek, ada sesuatu yang transenden disamping yang aposteriorik.37
Untuk menilai tingkat kepatuhan lembaga keuangan mikro terhadap
ketentuan syariah dan pemenuhan terhadap fitur-fitur keuangan mikro
Islam digunakan penelitian survei.
2. Data yang dibutuhkan
a. Data Primer : sumber data primer yang diperlukan dalam penelitian
ini akan dipergunakan untuk menganalisis sampel dari sejumlah
populasi yang dipilih dalam penelitian ini.
b. Data Sekunder : sumber data sekunder diperoleh dari hasil-hasil riset
sebelumnya yang telah dipublikasikan, baik berbentuk Jurnal Ilmiah,
35
Nazir, M. (2003) mendefinisikan metode deskriptif sebagai Suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau
pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya untuk membuat deskripsi secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai suatu fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki . .54. Dengan menggunakan data kualitatif lihat Koentjaraningrat
(1991: 31).
36 Untuk mengkaji praktek-praktek terbaik (the best practices) dalam keuangan mikro
modern digunakan pendekatan phenomologik melalui penelusuran pustaka dan studi lapangan
akan diperoleh data tentang berbagai fenomena empiris dimana fitur-fitur keuangan mikro
berhasil mencapai tujuan dan sasarannya sehingga teruji (proven) baik sistem maupun
produknya.
37 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi III (Yogyakarta: Rake
Sarasin, 1996), 12
12
Laporan Keuangan yang dipublikasikan, annual review, Yearbook,
bibliografi, Journal Indeks, Journal abstract, dan sebagainya.38
3. Tahapan Penelitian
a. Tahap pertama : pada tahap ini akan dilakukan kajian pustaka (library research). Dalam pembahasan kajian pustaka ini akan diuraikan
kerangka acuan komprehensif mengenai konsep, prinsip, atau teori
yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan pokok masalah
dalam penelitian ini. Hasil pembahasan dalam peneltiain ini menjadi
pijakan dalam menentukan langkah – langkah penelitian selanjutnya.
Kajian pustaka dipaparkan dengan maksud untuk memberikan
gambaran tentang kaitan upaya pengembangan dengan upaya-upaya
lain yang mungkin sudah pernah dilakukan para ahli untuk mendekati
permasalahan yang sama atau relatif sama. Dengan demikian
pengembangan yang sudah dilakukan memiliki landasan empiris yang
kuat.39
Dalam kajian ini akan diperoleh jawaban dari perumusan
masalah pertama dan perumusan masalah kedua.
b. Tahap kedua : pada tahapan ini akan dilakukan penelitian survei
untuk menguji elemen-elemen fitur keuangan mikro Islam dalam
model yang diketemukan di kajian pustaka (riset) sebelumnya.
Peneliti akan mengambil sampel dari populasi yang ada berdasarkan
kriteria yang ditentukan. Dalam tahap ini pertanyaan ketiga dari
perumusan masalah akan dijawab, apakah lembaga keuangan mikro
Islam yang ada di Indonesia sudah memenuhi kaidah syariah dan
kriteria fitur model yang ditemukan ?.
c. Tahap Ketiga : Menerjemahkan makna formulasi statistik hasil uji
model yang ditemukan dalam penelitian ini.
d. Tahap Keempat : Menyimpulkan hasil analisis model setelah
dilakukan pembahasan pada tahap sebelumnya.
4. Populasi
Pada penelitian tahap kedua, peneliti akan menganalisis tingkat kepatuhan
terhadap syariah (grade of sharia compliant) dan tingkat pengaplikasian
kriteria (grade of utilizing criteria) fitur model terbaik pada lembaga
keuangan mikro syariah di Indonesia. Populasi dalam penelitian survei ini
adalah lembaga keuangan mikro syariah yang telah memiliki legalitas
organisasi, dan telah beroperasi minimal 2 (dua) tahun.
5. Tahapan Survei
Survei sampel berkenaan dengan pengukuran keadaan ataupun atribut dari
entitas tertentu. Atribut serta obyek yang menjadi tujuan penelitian disebut
38
Muhammad Nazar, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Gia Indonesia,2003), 102
39 Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, , Artikel, Makalah, dan Laporan
Penelitian. Diterbitkan oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), tahun 2005.
13
dengan sifat atau ciri (characteristic). Unit yang mempunyai sifat ini
dinamakan unsur atau elemen. Unsur atau elemen adalah sebuah obyek
dimana akan dilakukan pengukuran-pengukuran baik bersifat kuantitatif
maupun kualitatif.40
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
purposive sampling.
Langkah-Langkah Penentuan Sampel :
(1) Peneliti memilih data LKMS di Indonesia;
(2) Survei dilakukan melalui pengiriman kuisioner ke alamat
responden;
(3) Responden yang mengembalikan kuisioner akan diinput
sebagai data;
(4) Data responden akan diseleksi menurut kriteria yang sudah
ditentukan;
(5) Responden terpilih akan dijadikan sampel dalam analisis data ;
6. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian survei dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a. Metode pengamatan;
b. Metode Wawancara, dan
c. Metode Kuisioner.
Untuk kegunaan penganalisaan dalam penelitian ini, peneliti akan
menggunakan kuisioner dalam mengumpulkan data dari obyek yang
diteliti. Skala Guttman akan digunakan dalam proses penyusunan
kuisioner. Skala guttman dapat mengukur dimensi dari suatu variabel yang
memiliki beberapa dimensi, selain itu skala ini merupakan bentuk skala
kumulatif.41
Berdasarkan analisis pustaka akan diketemukan fitur produk
pada model keuangan mikro yang kemudian disebut dengan dimensi fitur produk tersebut. Untuk mengukur tingkat kepatuhan terhadap syariah
(sharia compliant grade) akan dipergunakan alat ukur berupa kuisioner.
Pengujian penggunaan kuisioner berdasarkan dimensi-dimensi yang akan
diukur tiap pertanyaan yang disusun akan uji terlebih dahulu dengan
menggunakan koofiesien reprodusibilitas dan koofisien skalabilitas.
Pertanyaan-pertanyaan yang sudah teruji akan dipergunakan dalam
kuisioner. Metode pengukuran kuisioner menggunakan semantik deferensial scala (skala perbedaan semantik).
42
40 Muhammad Nazar, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Gia Indonesia,2003), 272-273.
41 Umar, Husein , Metodologi Penelitian. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997),
65
42Muhammad Nazar, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Gia Indonesia, 2003), .344. Skala
perbedaan semantik adalah bentuk skala kuisioner yang dikembangkan oleh Osgood,Suci dan
Tannenbaum yang berkehendak untuk mengukur pengertian suatu obyek atau konsep oleh
seseorang. Responden diminta untuk menilai suatu konsep atau obyek dalam skala bipolar. Misal:
baik-buruk, tinggi-rendah dan sebagainya (pen.)
14
7. Definisi Istilah
a. Keuangan mikro adalah aktivitas keuangan yang memberikan
pelayanan jasa keuangan kepada usaha mikro (microenterprises).
b. Usaha Mikro adalah usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut:43
1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
c. Keuangan mikro Islam adalah keuangan mikro yang menjalankan
prinsip-prinsip ekonomi Islam.
d. Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan
suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa
penyederhanaan atau idealisasi.44
e. Dimensi adalah parameter atau pengukuran yang dibutuhkan untuk
mendefinisikan sifat-sifat suatu objek45
8. Pengujian Instrumen Penelitian
a. Skala Pengukuran
Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan penelitian survei,
ini disebabkan penelitian ini akan mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang tentang suatu fenomena maupun pengukuran tentang status
sosial ekonomi, kelembagaan, dan proses kegiatan lainnya. Pengukuran
menggunakan skala Likert dengan menerjemahkan variabel-variabel ke
dalam indikator-indikator. Kemudian indikator variabel dijadikan sebagai
titik tolak untuk menyusun item – item instrumen yang berupa
pertanyaan atau pernyataan. Skala gradasi dari setiap item mulai dari
sangat positif sampai dengan sangat negatif, yaitu : sangat baik, baik,
cukup baik, buruk,dan sangat buruk atau sangat puas, puas, cukup puas,
tidak puas, sangat tidak puas.
Selanjutnya untuk keperluan analisis kuantitatif, maka pada
lembar jawaban itu diberi skor mulai dari 1 s/d 5, seperti di bawah ini :
- Indikator implementasi
a) Sangat tinggi : 5
b) Tinggi : 4
c) Cukup : 3
d) Rendah : 2
43
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2008. Pasal 6
44 www.wikipedia.org/wiki/model
45 ------------------------------/dimensi
15
e) Sangat Rendah : 1
Data nominal kuantitatif ( classificatory) akan diubah menjadi
skala ordinal (ranking)46
, dengan teknik sebagai berikut :
1) Mencari nilai rata-rata (mean) ;
2) Mencari nilai tertinggi dan nilai terendah
3) Pengelompokan nilai antara nilai rata-rata dan nilai di atas
rata-rata
4) Pengelompokan nilai antara nilai rata-rata dan nilai di
bawah rata-rata
Nilai
Nominal
Terendah(a) d Rata-
Rata (b)
e Tertinggi
(c)
Nilai
Ordinal
1 2 3 4 5
Pengujian instrumen penelitian digunakan uji validitas konstruksi ( construction validity) dan uji realibilitas (realibility).
Penentuan Kriteria untuk variabel construct
a. Validitas Konstruksi
Validitas konstruksi dilakukan dengan mengkorelasikan masing –
masing variabel terhadap nilai total. Indikator perilaku (behavior
validitation) meliputi 4 faktor yaitu : sasaran pembiayaan dikembangkan
menjadi lima (5) pertanyaan, faktor akad dikembangkan menjadi lima
(5) pertanyaan, faktor tujuan dikembangkan menjadi lima (5) pertanyaan,
faktor jaminan dikembangkan menjadi lima (5) pertanyaan. Faktor –
faktor pertanyaan ini menjadi pertanyaan kuisioner variabel perilaku ,
sedangkan variabel konstruksi meliputi 4 (empat) faktor yaitu (1) total
aset, (2) non performing financing, (3) outstanding pembiayaan, dan (4)
total dana pihak ketiga . Setelah menentukan komponen skala pengukur,
maka skala pengukur ini akan diuji kevaliditasannya, dengan
menggunakan teknik korelasi product moment yakni dengan melakukan
korelasi antar skor faktor.
Berikut ini merupakan rumus teknik product moment :
𝑟 = 𝑁 ∑𝑋𝑌 − (∑𝑋 ∑𝑌
[𝑁∑𝑋2 – (∑𝑋)2[𝑁∑𝑌2 − ∑𝑌 2]
46
Lihat Widi, R.K., , Asas Metodologi Penelitian.(Yogyakarta: Graha Ilmu ,2009),
176-180.
16
b. Realibilitas
Realibilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Bila suatu alat ukur dipakai
dua kali- untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang
diperoleh relatif sama, maka alat ukur tersebut dapat disebut reliabel.
Dengan kata lain, reliabilitas menunjukan konsistensi suatu alat ukur di
dalam mengukur gejala yang sama. (Singarimbun : 1989). Berikut ini
adalah rumus pengukuran realibilitas :
𝑟11= 𝑘
𝑘 − 1 1 −
∑𝜎2𝑏
𝜎𝑡2
Berikut ini kriteria indeks realibilitas yang dipaparkan oleh
Arikunto (dalam Agung,W, Febuari 2010 :95) :
No Interval Kriteria
1 ‹ 0,200 Sangat Rendah
2 0,200 – 0,399 Rendah
3 0,400 – 0,599 Cukup
4 0,600 – 0,799 Tinggi
5 0,800 – 1,00 Sangat Tinggi
9. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh lembaga keuangan mikro syariah
(LKMS) di Indonesia.47
Jumlah lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) di
Indonesia sebanyak 3.174 LKMS.48
Adapun sebaran lokasi wilayah LKMS
tersebut adalah sebagai berikut :
47
Istilah populasi dalam penelitian kualitatif oleh Spradley dinamakan ‚social situation‛ yang terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Lihat Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif.
Hal. 215 48
Adapun jumlah seluruh LKMS di Indonesia sampai akhir tahun 2009 sebanyak 3174
unit yang tersebar mulai dari banda Aceh sampai tanah Papua. Lihat Amin Aziz, BMT, Outlook and Prospect. ICMI, Jakarta. 2010. Hal. 20-21
17
Sumber : Data diolah dari Amin Aziz, BMT, Outlook and Prospect. ICMI,
Jakarta.2010
11. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling, dengan teknik proportionate stratified random sampling .
49
Berdasarkan teknik tersebut , peneliti menentukan proporsi sampel
berdasarkan keterwakilan dari seluruh wilayah di Indonesia.50
12. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan deskriptif analisis dengan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif.
49 Pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara
proporsional. Lihat Riduwan dan Engkos. Analisis Jalur. Alfabeta.Bandung. 2009. Hal. 41. Lihat
juga Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif, Alfabeta. Bandung. 2009. Hal. 82.
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata
secara proporsional.
50 Syarat LKMS yang dapat menjadi responden ada dua kriteria, yaitu (1) telah berdiri
minimal dua tahun (2) Bersedia menjadi responden serta bersedia memberikan data dan informasi
lembaganya.
2% 5% 2% 2% 0% 1% 2% 1%5%
20%19%
2%
19%
0% 1% 0% 1% 1% 2% 0% 1%8%
3% 0% 1% 1%
AC
EH
SUM
UT
SUM
BA
R
RIA
U
JAM
BI
BEN
GK
ULU
SUM
SEL
LAM
PU
NG
DK
I
JAB
AR
JATE
NG
DIY
JATI
M
BA
LI
KA
LBA
R
KA
LTEN
G
KA
LTIM
KA
LSEL
SULU
T
SULT
ENG
SULT
RA
SULS
EL
NTB
NTT
MA
LUK
U
PA
PU
A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
SEBARAN JUMLAH LOKASI LKMS DI INDONESIA
%
18
Data primer yang dikumpulkan melalui instrumen kuisioner akan diolah
dengan menggunakan analisis structural equation modelling (SEM)51
yang
dibantu dengan perangkat lunak (software) aplikasi Linear Structural Relationship (LISREL) versi 8,7.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan ini terbagai dalam enam bab sebagai berikut:
Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah
identifikasi, pembatasan, dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
kajian literatur, kajian teori, metodologi penelitian, dan sistematika penyusunan
Bab kedua berisi uraian tentang Evolusi keuangan mikro yang
menganalisis dan mengkaji kronologi munculnya keuangan mikro yang terdiri
dari dua pembahasan, yaitu (1) menjelaskan tentang perkembangan keuangan
mikro Islam, dan (2) menjelaskan tentang perkembangan keuangan mikro Islam
di Indonesia.
Bab Ketiga membahas tentang Prinsip-Prinsip Keuangan Mikro Islam
dengan pendekatan phenomologi, dengan sub-kajian yang meliputi (1) mode
pembiayaan keuangan mikro Islam , (2) Dimensi ruhiyah dalam pembiayaan
keuangan mikro Islam, dan (3) Pemaparan praktek terbaik keuangan mikro di
dunia .
Bab keempat berisi kajian tentang Praktek Prinsip-Prinsip Keuangan
Mikro Islam. Bab ini menguraikan Praktek Keuangan Mikro Islam dalam
menerapkan prinsip-prinsip keuangan mikro dan prinsip keuangan Islam.
Hubungan Dimensi Produk Pembiayan Keuangan Mikro dengan Performance
51
Adapun tahapan dalam analisis Structural Equation Modeling ini adalah sebagai
berikut : Tahap pertama adalah konseptualisasi model. Tahap ini berhubungan dengan
pengembangan teori sebagai dasar dalam menghubungkan variabel laten dengan variabel laten
yang lain, dan juga indikator-indikatornya. Dengan kata lain, model yang dibentuk adalah
persepsi kita mengenai bagimana variabel laten dihubungkan berdasarkan teori dan bukti yang
kita peroleh dari disiplin ilmu kita. Konseptualisasi model ini juga harus merefleksikan
pengukuran variabel laten melalui bebagai indikator yang dapat diukur. Tahap kedua yaitu
penyusunan diagram alur (path diagram construction), akan memudahkan kita dalam
memvisualisasikan hipotesis yang telah kita ajukan dalam konseptualisasi model di atas. Tahap
ketiga adalah spesifikasi model dan menggambarkan sifat dan jumlah parameter yang diestimasi.
Tahap keempat adalah identifikasi model. Informasi yang diperoleh dari data diuji untuk
menentukan apakah cukup untuk mengestimasi parameter dalam model. Tahap kelima dilakukan
setelah model struktural dapat diiedntifikasi, maka estimasi parameter untuk suatu model
diperoleh dari data karena program LISREL menghasilkan matriks kovarian berdasarkan model
yang sesuai dengan matriks kovarian sesungguhnya. Uji signifikansi dilakukan dengan
menentukan apakah parameter yang dihasilkan secara signifikan berbeda dari nol. Tahap keenam
dilakukan penilaian model fit. Suatu model dikatakan fit apabila kovarian matriks suatu model
(model-based covariance matrix) adalah sama denan kovarian matriks data (observed). Lihat
lebih lanjut pada Imam Ghozali, Structural Equation Modeling (SEM), (Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2008), 8-10
19
Lembaga. yang menguraikan model keuangan mikro Islam dengan menggunakan
analisis kuantitatif untuk mengetahui konstruk model kepatuhan terhadap
prinsip-prinsip syari’ah dan prinsip-prinsip keuangan mikro. Kajian terhadap
kondisi responden, verifikasi dimensi model, lalu menguji signifikasi model
berdasarkan hasil penelitian.
Bab Kelima berisi kajian tentang rumusan akhir sebagai kesimpulan dari
hasil penelitian yang dibahas pada bab sebelumnya. Dalam bab kelima juga berisi
implikasi dan saran-saran sebagai masukan berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh. Selain itu, hasil penelitian ini disertai pula sumber rujukan (pustaka)
yang dijadikan sumber dalam penelitian serta dilengkapi dokumen berupa
lampiran-lampiran yang mendukung penelitian.
20
BAB II
EVOLUSI KEUANGAN MIKRO ISLAM
Kajian terhadap evolusi keuangan mikro Islam diperlukan untuk
menemukan nilai-nilai historis yang telah diwariskan oleh para pendahulu ( al
sala>fus} al-s}oleh) dalam upayanya untuk memberdayakan umat melalui kegiatan
keuangan dengan mendasarkan pada ajaran-ajaran agama Islam. Penelusuran
pustaka ini juga dimaksudkan untuk mencari benang-merah ‚titik-temu antara
praktek keuangan yang dijalankan saat ini dengan nilai-nilai Islam‛.
Perkembangan keuangan mikro Islam mengalami proses perjalanan
panjang sejak dirintis oleh Muhammad SAW. yang mewariskan prinsip-prinsip
dasarnya1, pemikiran ekonomi Islam berusia setua Islam itu sendiri.
2 Hal ini
berdasarkan bahwa ajaran Islam, yang bersumber pada Al-Quran dan al-Hadith,
sejak awal sangat mendorong dan berpandangan positif terhadap kegiatan
ekonomi.3 Bahkan nabi Muhammad SAW sendiri sebelum diangkat sebagai
Rasul berprofesi sebagai seorang pedagang yang berhasil,4 lalu keteladanan
beliau di bidang muamalah dikembangkan oleh Khulafaur Rasyidin dan
dilanjutkan oleh para intelektual muslim5 dalam mengembangkan prinsip-prinsip
dasar keuangan Islam yang kemudian dipraktekkan oleh pemerintahan Islam
dalam menjalankan kebijakan di bidang keuangan negara dan keuangan publik.
Tahapan perkembangan keuangan mikro Islam ini disebut dengan evolusi
keuangan mikro Islam. Menurut Spencer (1972:71) dalam Piotr Sztompka
dikatakan bahwa evolusi menjadi prinsip umum semua realitas, alam dan sosial.
1Prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam tercantum dalam al-Qur’an dan keteladanan
Muhammad SAW dalam kegiatan ekonomi tertuang dalam al-Hadith.
2M.Nejatullah Siddiqie, Muslim Economic Thinking, a survey of contemporary literature
(Jeddah: ICRI Economics King Abdul Aziz University, 1981).
3 lihat misalnya 10 surat pertama yang diturunkan Tuhan setelah surat al-‘Alaq dan al-
Mudatsir, hampir seluruhnya berkaitan dengan respon al-Quran terhadap kondisi sosial-
ekonomi masyarakat, di samping berbagai ayat-ayat lainnya, seperti QS. Al-Jum’at : 10, dan Al-
An’am : 165.
4 Lihat, Afzalurrahman, Muhammad as trader, yang diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia oleh Tim Yayasan Swarna Bhumi, Muhammad Sebagai pedagang,( Jakarta : Yayasan
Swarna Bhumi, 1996),18
5 Intelektual muslim di abad pertengahan menguasai berbagai macam bidang ilmu. Ibn
Sina (980-1037 M) sebagai contoh selain terkenal sebagai ahli kedokteran juga adalah ahli
filsafat, bahkan ia juga mendalami psikologi dan musik. Al-Ghazali (1058 –1111 M), selain
banyak membahas masalah-masalah fiqh (hukum), ilmu kalam (teologi), dan tasauf, beliau juga
banyak membahas masalah filsafat, pendidikan, psikologi, ekonomi, dan pemerintahan. Ibn
Khaldun (1332-1404) selain banyak membahas masalah sejarah juga banyak menyinggung
masalah-masalah sosiologi dan antropologi budaya, ekonomi, geografi pembangunan dan
peradaban bahkan futurology
21
Adanya sifat umum (generality) ini adalah karena realitas pada dasarnya adalah
material, yang terdiri dari zat, energi, dan gerakan. Evolusi didefinisikan sebagai
perubahan dari homogenitas tak beraturan ke heterogenitas yang logis, yang
diikuti kehilangan gerak dan integrasi zat. Evolusi berlangsung melalui
differensiasi struktural dan fungsional sebagai berikut: (1) dari yang sederhana
menuju ke yang lebih kompleks; (2) dari tanpa bentuk yang dapat dilihat ke
keterkaitan bagian-bagian; (3) dari keseragaman, homogenitas ke spesialisasi,
heterogenitas; dan (4) dari ketidakstabilan ke kestabilan.
Definisi keuangan mikro (microfinance) adalah microenterprises finance
yang berarti ‚pelayanan keuangan bagi usaha mikro‛6. Menurut pakar yang lain
mendefinisikan microfinance sebagai jasa keuangan yang melayani orang-orang
yang berpendapatan rendah.7 Peneliti Microfinance
8United State‛ menjelaskan
bahwa microfinance adalah layanan keuangan skala kecil khususnya pembiayaan
dan simpanan, bagi mereka yang bergerak di sektor pertanian, perikanan,
peternakan; kepada perseorangan atau kelompok baik di pedesaan maupun di
perkotaan di negara-negara berkembang. Mereka mengelola usaha kecil atau
mikro yang meliputi kegiatan produksi, daur ulang, reparasi atau perdagangan.
Ada pengertian microfinance yang lebih komprehensif didefinisikan oleh
Seibel (2005) microfinance yaitu sektor keuangan formal maupun informal yang
memberikan pelayanan jasa keuangan microsaving9, microcredit
10, dan
microinsurance11
yang diberikan kepada pelaku ekonomi mikro , dan
mengalokasikan sumber daya yang langka ke investasi mikro dengan tingkat
imbal jasa yang tertinggi.12
Microfinance menurut pengertian di atas dapat
berupa lembaga keuangan mikro informal bukan Bank yang berlokasi di daerah
maupun lembaga keuangan Bank yang memiliki jasa keuangan untuk melayani
usaha mikro yang berlokasi secara nasional. Keuangan mikro menyediakan jasa
keuangan kepada masyarakat miskin produktif yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi mereka. Program keuangan mikro yang baik memiliki
karakter antara lain: pinjaman jangka pendek, penilaian investasi (analisis
6 Maria Otero, Microfinance (Washington D.C.: The World Bank, 2005), 2
7 Don Johnson, ‚Commercial Microfinance‛, Makalah Workshop, Asean Development
Bank , 4 Februari 2007. 2-3
8 Marguearte Robinsom, Revolotuin of Microfinance (Washington D.C : The World
Bank, 2007)
9 Microsaving adalah fasilitas tabungan untuk simpanan yang akan digunakan
memenuhi kebutuhan konsumsi, darurat dan alat penyimpan kekayaan (asset).
10 Microcredit adalah akses pembiayaan untuk berbagai kebutuhan masyarakat miskin
(konsumsi, emergensi, dan investasi) dengan jumlah dan jangka waktu yang disesuaikan dengan
kemampuannya
11 Microinsurance adalah jasa pelayanan asuransi khusus untuk melayani orang miskin
(jiwa,kesehatan dan kecelakaan) dan jasa jaminan atas simpanan dan pembiayaan dalam
kaitannya dengan risiko pembiayaan (pembiayaan).
12 Matthias Range, Islamic Microfinance, thesis di RWTH Aachen University, Jerman.
tahun 2004. . 12
22
pembiayaan) sederhana, waktu proses yang singkat (cepat), pemberian pinjaman
kembali setelah pelunasan, dan lokasi pelayanan yang mendekati tempat tinggal
nasabah.13
Dari beberapa pengertian diatas tidak ada suatu definisi baku mengenai
microfinance. Pengertian mikro tidak dikaitkan dengan ukuran, karena sangat
relatif antar wilayah, tapi lebih dikaitkan dengan inferioritas/keterbatasan akses
terhadap pelayanan jasa keuangan formal.
Berbagai perbedaan pendapat tentang pengertian keuangan mikro telah
memunculkan berbagai bentuk praktek dalam lembaga keuangan mikro. Dalam
kenyataannya saat ini keuangan mikro Islam hanya menjadi follower dalam
dinamika perkembangan keuangan mikro itu sendiri dan belum menemukan
model yang dianggap paling ideal dalam tataran syariah (syariah compliance) dan
proven dalam aspek implementasinya.
A. MEMAHAMI KEUANGAN MIKRO ISLAM DALAM BERBAGAI
PENDAPAT
Sarjana muslim yang mendefinisikan Islamic Microfinance, antara lain
Ajaz Ahmed Khan (2008) : Microfinance sebagai jasa keuangan mikro yang mengimplementasikan
prinsip-prinsip keuangan syariah (Islam). Sementara sarjana non-muslim
Segrado (2005) menulis Islamic microfinance is constituted by a range of financial services for people who are traditionally considered non bankable, mainly because they lack the guarantees that can protect a financial institution against a loss risk.. Diterjemahkan secara bebas oleh penulis sebagai berikut :
keuangan mikro Islam adalah dimaksudkan sebagai skim pelayanan keuangan
terhadap orang-orang yang pada umumnya dianggap tidak bankabel, terutama
mereka yang tidak memiliki jaminan yang dapat melindungi lembaga keuangan
mereka terhadap risiko kerugian. Dalam keuangan Islam suatu institusi bisnis
tidak hanya bertanggung jawab terhadap kemampuan untuk mendapatkan laba
namun lebih dari itu14
. Chiara belum memasukkan yang paling prinsip yaitu
adanya larangan bunga dalam keuangan Islam. Sehingga penulis lain Edib Smolo
(2008) mengatakan bahwa dalam prakteknya Islamic microfinance tidak berbeda
dengan konvensional hanya bebas bunga. Pendapat ini juga didukung oleh Abdul
Gafoor (1997) yang menyatakan bahwa Perbankan komersial dapat diterima di
13
Tariqullah Khan, Islamic Microfinance Development (Clenges and Initiatives). Policy
Dialoge Paper No. 2. (Jeddah: IRTI-IDB,2008), 1
14Tujuan utama adalah maksimasi kemanfaatan social sebagai lawan dari maksimisasi
profit, melalui penciptaan lembag a keuangan yang lebih sehat yang dapat menyediakan jasa
keuangan secara efektif dalam level akar rumput (mikro). Beberapa pengarang (Al Harran, 1996)
berargumen bahwa keuangan Islam jika masuk menjadi sebuah paradigma baru yang dapat
menjadi alternative dalam krisis social ekonomi yang hidup dalam paradigma barat.
23
negara muslim dengan cara menghilangkan elemen interest dalam sistem
operasinya.15
B. URGENSI KEUANGAN MIKRO ISLAM DALAM PEMBANGUNAN
EKONOMI
Kredit Mikro telah menjadi program seluruh dunia. Pertama: metodologi
yang orisinil dalam memberdayakan orang miskin, terutama wanita16
.
Pendekatan ini menunjukkan tingkat pembayaran kembali yang lebih baik dan
tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor keuangan
formal yang dipraktekkan di sebagaian besar negara-negara berkembang. Kedua :
orang-orang miskin memiliki kemauan dan kemampuan untuk membayar kembali
pinjamannya dengan tingkat pengembalian (return) yang mampu menutup
seluruh biaya mereka.
Kebutuhan orang miskin di negara-negara muslim tidak berbeda dengan
masyarakat miskin lainnya. Mereka membutuhkan jasa keuangan sebab mereka
sering menghadapi kejadian yang memerlukan dana (uang) lebih besar
dibandingkan dengan uang yang mereka miliki. Ada tiga kategori utama
pengalokasian dana dalam memenuhi kebutuhan orang miskin yaitu (1)
keberlanjutan hidup, (2) kebutuhan darurat, (3) kebutuhan modal usaha. 17
Kebutuhan untuk mempertahankan keberlanjutan hidup seperti biaya kelahiran
(melahirkan), menikah, makan, pakaian, dan rumah, pendidikan, dan sebagainya.
Kebutuhan mendadak atau kejadian yang tidak terduga meliputi sakit,
kecelakaan, kehilangan pekerjaan tiba-tiba (PHK), kehilangan sumber
pendapatan, terkena musibah bencana alam, gagal panen, banjir, dan sebagainya.
Kebutuhan modal usaha (investasi) menjadi kebutuhan utama karena jika tidak
ada usaha berarti tidak ada pendapatan. Ketiga kebutuhan akan dana tersebut di
atas menjadi obyek bagi kegiatan lembaga keuangan mikro.
Microfinance memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya
dengan system keuangan formal. Mainstream dalam melihat komponen
collateral dalam proses perpembiayaanan menjadi salah satu pembeda antara
microfinance dengan system keuangan formal. Konsep pinjaman secara
individual ke dalam bentuk kelompok kecil juga menjadi ciri khas microfinance.
Metode pendampingan melalui pelatihan secara berjenjang sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari aktivitas microfinance dalam persyaratan pemberian
15
A.L.M Abdul Gafoor, Interest-free Commercial Banking (Gontingen: Apptec
Publication, 1997), 1-2
16 Chiara Segrado, Case Study: Islamic Microfinane and Social Responsible Investment.
(Paris : University of Torino 2005), 2
17Mohammed Obaidullah,. Introduction to Islamic Microfinance, The Islamic Business
and Finance Network. (India: Published by: IBF Net(P) Limited, 2008) . 2
24
pembiayaan kepada nasabahnya juga menjadi keunikan tersendiri. Pembiayaan ke
calon nasabah dapat dilakukan melalui kelompoknya setelah terlebih dahulu
disetujui oleh anggota kelompok lainnya. Pembayaran angsuran atas pembiayaan
yang diterimanya menjadi tanggung jawab kelompok dan anggotanya. Ada
pembagian risiko diantara mereka, jika salah satu gagal membayar maka yang
lain ikut menanggungnya.
Teori keuangan modern tidak mampu memberikan solusi atas
permasalahan besar yang dihadapi dunia ‚kemiskinan‛. Namun aktivitas
keuangan masih diyakini tetap menjadi jalan pemecahan (breakthrough) bagi
masalah kemiskinan. Teori-teori yang dipelajari dan dikembangkan dalam ranah
disiplin ilmu keuangan konvensional yang berakar (basis) company and corporate
akan menjadi asing dan keliru manakala harus dipaksakan dan dipergunakan
sebagai instrument dalam menganalisis untuk memecahkan persoalan-persoalan
‚mikro‛ baik bisnisnya (microenterprises) maupun pelakunya
(microentrepreneurs).
Ohmae, K. (2005) dalam bukunya The Next Global Stage menyebutkan
bahwa ‚.. keputusan-keputusan ekonomi dengan perkiraan-perkiraan realitas
konvensional-ekonomi Keynes dalam perekonomian global yang dinamis
mungkin akan mendapati bahwa hasil-hasil yang dicapai tidaklah seperti yang
mereka kehendaki.‛ Output ekonomi di akhir abad 20 dan memasuki awal abad
ke-21 yang paradoks menunjukkan perlunya teori dan konsep baru di bidang
ekonomi, dan keuangan khususnya. Kasus nostra perekonomian Keynes terhadap
masalah perekonomian di Amerika Serikat. Saat perekonomian di sana
menikmati rejim tingkat suku bunga rendah, semestinya akan mendorong
aktivitas perekonomian di sektor riil, namun dalam prakteknya sebagian besar
uang surplus dalam perekonomian tersebut merembes ke luar negeri memburu
return tinggi walaupun lebih berisiko. Sehingga paham yang meyakini bahwa
tingkat suku bunga dapat menjadi instrumen Bank Sentral dalam pengendalian
moneter terbantahkan.
Lawang memberikan pengantarnya dalam Yunus (2007) mengatakan
bahwa Muhamad Yunus telah membongkar kepalsuan kapitalisme yang jelas-
jelas diskriminatif terhadap orang miskin seperti terlihat dalam praktek
perbankan, mulai dari bank lokal sampai bank internasional18
. Apartheid finansial
adalah konsep yang cocok menggambarkan diskriminasi institusional yang
dilakukan oleh sistem perbankan di seluruh dunia. Rasionalisme berlandaskan
logika kapitalisme menjadi bagian dalam melaksanakan dan mempertahankan
‚politik apartheid‛ ini. Silogisme kapitalisme perbankan mempunyai premis-
premis yang sangat ketat: (i) Bank harus untung dari usaha deposito dan kredit,
tanpa membedakan apakah uang itu didepositokan atau dipinjam oleh orang kaya
atau orang miskin, yang penting memenuhi prinsip – prinsip ekonomi yang
sangat rasional. (ii) dengan premis ini maka kredit yang disalurkan adalah kredit
dalam jumlah besar yang menguntungkan bank, hanya dapat dilakukan oleh
18
Muhammad Yunus, Bank untuk Kaum Miskin (Jakarta: Marjin Kiri, 2007), 4
25
orang kaya saja, (iii) oleh karena itulah, tidak rasional dan tidak ekonomis kalau
bank meminjamkan uangnya dalam jumlah kecil; karena alasan rasional dan
ekonomis itulah bank tidak memihak kepada orang miskin.
Pembalikan premis di atas menjadi dasar dalam membangun keuangan
mikro. Silogisme keuangan mikro memiliki premis-premis sebagai berikut : (i)
Manusia memiliki potensi yang sama, (ii) akses manusia terhadap faktor-faktor
produksi seperti uang (permodalan), tenaga kerja (man), pengetahuan dan
teknologi, dan sumber daya alam (SDA), tidak sama. (iii) pemberian kesempatan
akses yang sama atas faktor-faktor produksi akan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Sehingga sangat irrasional jika ada keinginan, harapan
dan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun tidak
memberikan akses yang sama kepada mereka.
C. PERKEMBANGAN KEUANGAN MIKRO ISLAM DI DUNIA
Pada dua dekade terakhir ini, keuangan mikro telah mengalami
perkembangan yang sangat cepat dari ruang lingkup terbatas ‚micro credit‛ ke
arah yang lebih komprehensif menjadi ‚micro finance‛ yang meliputi kegiatan
pembiayaan (kredit) , jasa tabungan, transfer dana, insurance dan dana pensiun
untuk orang-orang miskin. Fenomena ini menjadi tantangan yang luar biasa
untuk membangun sistem keuangan yang inklusif.
Ide dan aspirasi tentang keuangan mikro bukan sesuatu yang baru.
Kelompok-kelompok dan organisasi yang menjalankan kegiatan penyaluran dana
dalam bentuk kredit dan menghimpun dana dari masyarakat yang bersifat
informal telah beroperasi beberapa abad tahun yang lalu di dunia. Dasar
pemikiran dan praktek keuangan Islam sepanjang sejarah telah memberikan
pengertian dan pemahaman kepada kita bahwa keuangan mikro Islam telah
dilakukan sejak masa kenabian Muhammad salallahu’alaihi wassalam, namun
kegiatannya belum dilembagakan. Hal ini dilandasi oleh kondisi saat itu umat
Islam relatif masih sangat sederhana dan jumlahnya masih sedikit. Rasulullah
bertindak langsung dalam mengkoordinasikan dan membagikan dana sosial yang
diperoleh dari zakah, infaq dan s}adaqah.19
1. Fase I : Masa Peletakan Dasar Keuangan Mikro Islam
Peletakan dasar prinsip-prinsip keuangan Islam telah diberikan oleh
Muhammad SAW selama masa hayatnya. Menggali ajaran Islam tentang
tuntunan kegiatan muamalah yang menjadi pijakan bagi kegiatan-kegiatan
19 Sa‘i>d Sa‘ad Mart}an, Al-Madkhal li al- fikr al-Iqtis}a>d fi> al-Isla>mi> (Bayru>t: al
Mu’assasah al-Risa>lah,t.t), 164.
26
ekonomi modern dewasa ini telah banyak dikaji oleh berbagai ahli, baik tinjauan
dari aspek fiqh20
, ah}laq21
, sejarah pemikiran22
, dan kelembagaan23
.
Beberapa prinsip dasar yang melandasi gerak dan ruang lingkup kegiatan
keuangan mikro Islam, antara lain (1) Sumber Hukum Ekonomi Islam24
, (2)
Mode transaksi syariah25
, (3) Prinsip Keuangan Islam26
, dan (4) Pemberdayaan
umat.
20
Kajian fiqh yang menghasilkan berbagai produk hukum dalam empat madzab dapat
menjadi rujukan bagi prinsip-prinsip pelaksanaan transaksi keuangan Islam.
21 Akh}la>q dalam kajian ekonomi sering diartikan dengan etika atau norma. Al-Tahanawi
(Kasyaf al-Ist}ilah}at al-funu>n) dalam Subhi (2001) mendefinisikan etika adalah ilmu tentang
kemashlahatan individu atau pengaturan rumah tangga dan masyarakat (Subhi, 2001). Dalam
kajian filsafat Islam, ‛etika‛ kurang mendapat perhatian para pemikir Islam karena kaum muslim
merasa cukup dengan ajaran – ajaran yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadith. Sikap ini yang
membuat mereka tidak butuh terhadap teori-teori tentang etika.Menurut pendapat Yusuf
Qard}awi dalam bukunya Da>rul Qiyam wa al- ah}laq fi al- iqtis}ad al- isla>mi dijelaskan bahwa Islam
juga mengaitkan masalah muamalah dengan etika, yaitu kejujuran, amanah, adil, ihsan,
silaturahim, dan kasih sayang. Selain itu Islam juga mengaitkan seluruh aktivitas kehidupan
dengan etika. Tidak perlu dipisahkan antara ilmu dengan etika, ekonomi dengan etika,...
ringkasnya, etika adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan Islam.21
Sedangkan
menurut Franz magnis Suseno dalam bukunya Etika Dasar menjelaskan bahwa etika adalah
sebuah ilmu bukan ajaran.Etika berasal dari bahasa Yunani kuno ‛ ethikos‛, berarti timbul dari
kebiasaan. Etika dalam ilmu pengetahuan sebagai cabang utama filsafat yang mempelajari nilai
atau kualitas. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti, benar,salah, baik, buruk,
dan tanggung jawab. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika),
etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai
etika). Baca lebih lanjut dalam bukunya Yusuf al-Qard}awi terjemahan dalam bahasa Indonesia
‚Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam‛ (Jakarta, Robbani Press,2004), dan ‚Norma
dan Etika Ekonomi Islam‛ (Jakarta: Gramata Publising,1997).
22 Kajian ini membahas tentang pengembangan dan penerapan hukum-hukum Islam yang
disesuaikan dengan perkembangan jaman, terutama yang menyangkut kegiatan muamalah.
Menyangkut kegiatan ekonomi individu dan perekonomian publik. Sejarah pemikiran ekonomi
Islam dapat dipelajari dalam buku yang ditulis oleh Adiwarman Azwar Karim (Jakarta: Rajawali
Pers, 2004) dan Euis Amalia (Jakarta: Gramata Publishing, 2005).
23Kelembagaan dalam perekonomian Islam sepanjang sejarah ditulis oleh berbagai
ilmuwan dan fuqaha yang menghasilkan prinsip, konsep dan praktek ekonomi Islam dalam
kehidupan masyarakat, seperti pendirian lembaga Bayt al-Ma>l, Di>wa>n, H{>\\isbah, Bank Islam, dan
lembaga keuangan Islam lainnya.
24 Sumber hukum Ekonomi Islam menurut Mannan (1970:13-27) dalam bukunya Islamic
Economics; Theory and Practice adalah (1) Al-Qur’an, (2) Sunnah dan Hadith, (3) Ijma’, (4)
Qiyas dan Ijtihad.
25 Zulkifli (2003:12) menjelaskan tentang akad dalam transaksi syariah terbagi menjadi
dua, yaitu akad tabarru’ (kebaikan) dan akad tijarah (perdagangan). Akad tabarru’ misal : akad al-
Qard, waqaf dan akad-akad lain yang bertujuan bukan untuk mendapatkan keuntungan material,
sedangkan akad tijarah berorientasi pada profit walaupun tetap berpegang pada maslahah dan
hukum Islam.
26 Menurut Iqbal dan Mirakhor (2007) dalam bukunya an introduction to Islamic
Finance: theori and Practice menjelaskan bahwa dalam sistem ekonomi Islam sistem berdasarkan
hukum yang dibangun di atas prinsip penjagaan hak milik dan kesakralan akad. Syariah. Prinsip-
27
2. Fase II : Masa Khulafaur Rasyidin
Bayt al-Ma>l yang sudah dirintis oleh Rasulullah Muhammad SAW,
dilanjutkan oleh pemimpin pemerintahan Islam pasca Muhammad SAW yaitu
Abu Bakar Ash Shiddiq. Beliau menjalankan kegiatan Bayt al-Ma>l sebagaimana
yang dicontohkan oleh Muhammad SAW, dimana dana (harta) yang
dikumpulkan melalui lembaga ini langsung didistribusikan kepada sahabat dan
umat Islam tanpa membedakan senioritas, antara hamba sahaya dan orang
merdeka27
. Namun Abu Bakar tidak menerima gaji sedikit pun dalam
pemerintahannya28
. Beliau berpendapat bahwa dalam masalah hidup, prinsip
persamaan lebih utama dibandingkan prinsip keutamaan.29
Dampak dari
kebijakan ini, dana (harta) di Bayt al-Ma>l tidak pernah menumpuk dalam jangka
waktu yang lama. Seluruh kaum muslimin mendapatkan bagian yang sama dari
harta rampasan perang (jizyah, Khums dan kharaj), sedangkan dana zakat, infaq
dan shadaqah langsung bisa diterima oleh mereka yang berhak . Pada masa
khalifah Abu Bakar ra terdapat sekelompok muslim yang menolak membayar
zakat. Beliau mengambil sikap secara tegas dengan mengumumkan perang
Riddah (memerangi orang-orang murtad). Dana zakat yang dikumpulkan
langsung dibagikan kepada mereka yang berhak. Fenomena ini membuktikan
bahwa Abu Bakar ash Shiddiq selain menegakkan perintah agama juga
menunjukkan bahwa hak-hak kaum miskin perlu dijamin oleh pemerintah Islam.
Perkembangan aktivitas keuangan yang dilembagakan dalam
pemerintahan Islam dilakukan pertama kali oleh ‘Umar Ibn al-Khattab sebagai
khalifah Islam kedua. Seiring dengan perkembangan umat Islam beserta wilayah
Islam yang makin meluas, khalifah memikirkan dan mempertimbangkan
berdirinya lembaga keuangan negara yang berfungsi menghimpun dana dan
memanfaatkannya untuk operasional pemerintahan, sekaligus sebagai sumber
pendanaan infrastruktur publik dan menjamin kesejahteraan umat melalui
pendistribusian dana zakat, infak dan sodaqah. Kegiatan keuangan negara ini
dilembagakan dalam bentuk Bayt al-Ma>l.
Perkembangan ekonomi Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat,
ketika masa kekhalifahan ‘Umar ibn al-Khatab. Ditulis oleh Phillip Hitti dalam
bukunya The History of Arab (1937:218) bahwa ‘Umar (634-644 M) ketika
diangkat menjadi khalifah tetap menjalani penghidupannya dengan berdagang
dan sepanjang hayatnya menjalani kehidupan sederhana. Ia adalah yang terbesar
dalam tradisi Islam setelah Muhammad dan menjadi idola para penulis Islam
karena kesalehan, keadilan, dan kesederhanaan patriakhisnya.
prinsip transaksi keuangan dalam Islam tidak boleh mengandung unsur-unsur berikut ini : (a)
Riba, (b) gharar (asimetris information), (c) qimar (berjudi), dan (d) maisir (penipuan). 53.
27 Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dhana Bakti Wakaf,
1995), jilid 2.163
28 Philip K. Hitti, The History of Arabs (Jakarta: Serambi, 2006).terjemahan.cet.II.218
29 Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam, 320
28
Pembangunan institusi Bayt al-Ma>l yang dilengkapi dengan sistem
administrasi yang tertata dengan baik dan rapih merupakan kontribusi terbesar
yang diberikan oleh Khalifah ‘Umar
ibn Al-Khattab kepada dunia Islam dan kaum muslimin.30
Perbedaan
Bayt al-Ma>l masa Rasululullah dan masa khalifah sebelumnya adalah setiap ada
pemasukan dana ke Bayt al-Ma>l langsung didistribusikan kepada yang berhak,
sehingga akan langsung habis dipergunakan. Ketika khalifah ‘Umar memerintah,
lembaga ini dikelaola secara efektif dan efisien. Setelah Khalifah ‘Umar
bermusyawarah dengan para sahabat yang lain, beliau memutuskan untuk tidak
menghabiskan dana (harta) Bayt al-Ma>l, tetapi dikeluarkan secara bertahap
sesuai kebutuhan yang ada, sebagaian digunakan sebagai cadangan.31
Upaya
pengembangan ekonomi pada masa ‘Umar r.a. terfokuskan pada penanggulangan
kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan dasar bagi individu masyarakat. ‘Umar
mengatakan, ‚ sungguh aku berupaya keras agar aku tidak meninggalkan
kebutuhan umat melainkan aku menutupnya, selama sebagian kita mendapatkan
keluasan bagi sebagaian yang lain.‛32
Beliau mengatakan, ‚ sungguh jika aku
masih ada, niscaya akan datang kepada penggembala di gunung-gunung Shan’a
(Yaman) bagian dari harta ini, dan dia berada ditempatnya‛33
, maksudnya bahwa
beliau menjamin harta Bayt al-Ma>l akan didistribusikan kepada fakir miskin
sampai Yaman, dimana ketika itu Yaman adalah bagian wilayah yang tidak mau
membayar zakat ke Madinah, ketika Rasulullah wafat dan digantikan oleh Abu
Bakar ash-Shiddiq34
. Pemikiran Ekonomi ‘Umar ibn-Al-Khattab sudah menjadi
landasan filosofis keuangan mikro, ketika dana dikumpulkan dari masyarakat
dalam bentuk zakat, infaq, shadaqah dan hasil pengumpulan harta dari jizyah35
,
kharaj36
, khums37
, dan fa’i yang dipergunakan selain untuk kepentingan negara
dan pemerintahan tapi ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat miskin adalah
sebuah pemikiran yang kontemporer dan mencerahkan, namun ketika itu lembaga
30
M.A. Sabzwari. Economic and Fiscal System During Khilafat E-Rashida, dalam
Journal of Islamic Banking and Finance, Karachi, Vol. 1 No.4, 1984.51
31 Adiwarman A.K. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2004).
59
32 Jaribah Ibn Ahmad Al-Harithi. Fikih Ekonomi ‘‘Umar Ibn Al-Khathab. (Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2006). 399
33 Jaribah Ibn Ahmad Al-Harithi ------. 400
34 Lihat : Philip K. Hitti, History of Arabs (Jakarta: Serambi, 2006). 176
35 Pajak yang dibebankan kepada orang non muslim yang hidup di wilayah negara Islam
sebagai pengganti layanan sosial-ekonomi dan jaminan perlindungan, keamanan dari negara
Islam.
36 Pajak terhadap tanah. Pajak ini ditentukan berdasarkan tingkat produktivitas tanah.
Secara spesifik, besarnya pajak ini ditentukan oleh tiga , yaitu karakteristik atau tingkat
kesuburan, jenis tanaman dan jenis irigasi.
37 Pajak proporsional sebesar 20%. Lihat lebih lanjut pada Adiwarman A. Karim,
Ekonomi Islam: Suatu kajian Ekonomi Makro, (Jakarta:Karim Business Consulting,2001).97
29
formal yang terbentuk masih menjadi satu, yaitu Bayt al-Ma>l. Bayt al-Ma>l pada
masa ‘Umar ibn al-Khatab terbagi menjadi empat fungsi38
, yaitu :
1. Bayt al-Ma>l al-zakah yang berfungsi menampung semua harta
yang berasal dari dana zakat,
2. Bayt al-Ma>l ah}mas yang berfungsi menyimpan harta yang berasal
dari ghanimah dan pajak,
3. Bayt al-Ma>l fa’i yang berfungsi sebagai penyimpan dana jizyah,
usr’ dan kharaj,
4. Bayt al-Ma>l d}awa’i yang berfungsi sebagai penyimpan harta yang
asalnya tidak diketahui pemiliknya dan harta warisan yang tidak
ada ahlinya.
Melihat keempat fungsi Bayt al-Ma>l di atas dan kebijakan-kebijakan yang
telah dilakukan khalifah ‘Umar ibn al-Khatab membuktikan bahwa beliau
menerapkan prinsip-prinsip manajemen kelembagaan modern. Tokoh manajemen
klasik Henry Fayol yang memberikan ciri-ciri manajemen modern dalam 14
prinsip yaitu (1) Division of work, (2) Authority, (3) Discipline, (4) Unity of Command, (5) Unity of Direction, (6) Subordination of individual interest to the common, (7) Remuneration, (8) Centralization, (9) The hierarchy, (10) Order, (11) Equity, (12) Stability of staff, (13) Initiative, (14) Esprit de Corps.
Division of work tercermin dalam pembagian fungsi Bayt al-Ma>l sesuai
dengan tujuan dan sasarannya masing-masing39
. Authority terlihat dari
pemberian wewenang kepada masing-masing Bayt al-Ma>l di wilayah kerjanya
untuk menghimpun dana dan menyalurkan di daerahnya masing-masing yang
bersifat desentralisas kecuali ada kelebihan dana harus disetorkan ke pusat dan
atau sebaliknya40
. Discipline dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, beliau
sangat terkenal dalam menerapkan sikap disiplin ini, bahkan ketika kewajibannya
sebagai khalifah yang bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya beliau
mengetahui (mendapati) ada diantara rakyatnya yang kelaparan, beliau langsung
mengambil barang di Bayt al-Ma>l dan dibawanya (dipikul) sendiri lalu diberikan
kepada rakyatnya yang kelaparan tanpa mau meminta bantuan kepada
bawahannya untuk membawakan barang itu, padahal beliau seorang pemimpin
negara. Unity of command (kesatuan dalam perintah) terlihat selama
kepemimpinan ‘Umar ibn al-Khatab selama masa pemerintahannya, juga dalam
kegiatan penghimpunan dana wajib (zakat) dan dana sosial (infak dan sodaqah)
tidak ada dalam catatan sejarah ada pihak yang berani menentangnya, walaupun
dalam mengambil keputusan dilakukan secara musyawarah. Subordination of individual interest to the common yaitu mendahulukan kepentingan umum dari
38
Yusuf Ibrahim, al-Nafaqat al-‘A<mmah fi> al-Isla>m: Dira>sah Muqa>ranah (Da>r al-Kita>b
al-Jama‘i>, 1980). Lihat juga Sa‘i>d Sa‘ad Mart}a>n, Al-Madkhal li al-Fikr al-Iqtis}a>di> fi> al-Isla>m, 107.
Kedua penulis menjelaskan fungsi kelima yaitu pertambangan dan hasil laut.
39 Lihat empat fungsi Bayt al-Ma>l di atas. .6
40Sa‘i>d Sa‘ad Mart}a>n, Ekonomi Islam: di tengah krisis keuangan global. Terjemahan oleh
Ahmad Ikhrom, dkk. (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007), 107.
30
pada kepentingan pribadi, dalam sejarah banyak mencatat tentang
kedermawanan ‘Umar ibn al-Khatab. Perilaku seorang muslim terpengaruh oleh
atsrah (mementingkan diri sendiri) dan Itsar (mementingkan orang lain atas diri
sendiri), itsar akan mendorong untuk berinfak kepada orang lain dengan
mengesampingkan kepentingan pribadi yang segera didapatkan.41
Al-Qur’an dan
As-Sunnah menghimbau dan menganjurkan itsar, serta mengecam sikap atsar. ‘Umar ibn al-Khatab mengatakan , ‚Demi Allah, sesungguhnya aku melihat
kamu akan menjadikan rizki yang dikaruniakan Allah dalam perut kamu dan
punggung kamu, dan meninggalkan para janda, anak-anak yatim, dan orang-
orang miskin di antara kamu,‛ 42
. Remuneration atau imbal jasa atas pekerjaan
yang telah dilakukan juga dipraktekkan oleh Khalifah ‘Umar RA. Pengelola Bayt
al-Ma>l mendapatkan hak atas jasa yang diberikannya untuk melayani umat yang
bersumber dari dana yang berhasil dihimpun oleh lembaga Bayt al-Ma>l yang
dikelolanya43
. Centralization dalam mengelola dan mengoperasikan Bayt al-Ma>l
‘Umar ibn al-Khatab selalu mengadakan koordinasi dengan Bayt al-Ma>l yang ada
di wilayah-wilayah lain dalam kekuasaan Islam, jika ada kelebihan dana, maka
diminta untuk dikirim ke Pusat dan sebaliknya, jika ada wilayah dana sosialnya
kurang, maka diminta untuk mengambil di pusat wilayah kekuasaan Islam. The hierarchy telah dirintis selama pemerintahan ‘Umar ibn al-Khatab, hirarki dalam
manajemen Bayt al-Ma>l44
. Order juga dijalankan oleh ‘Umar ibn al-Khatab,
sebagai pemimpin Negara sekaligus amirul mukminin yang bertanggung jawab
atas kesejahteraan rakyatnya beliau sangat tegas dalam memberikan perintah.
Kaitannya dengan Bayt al-Ma>l, ketika beliau memerintahkan ‘Ammar Ibn Yasir,
Abdullah Ibn Mas’ud, dan Usman Ibn Hanif ke Kufah, maka beliau membagi
diantara mereka ke dalam tanggung jawab dan pembagian tugas, yang mana
beliau menugaskan ‘Ammar dalam urursan sholat dan perang, mengangkat ‘Abd
Allah dalam bidang Bayt al-Ma>l dan peradilan, serta menugaskan Usman dalam
urusan pertanahan.45
Equity Persamaan dalam mendapatkan hak bagi setiap
muslim. ‘Umar ibn al-Khatab adalah orang yang menegakkan keadilan dan
persamaan, dalam hal keadilan penah tertulis dalam sejarah, diriwayatkan ia telah
41
Muhammad Anas al-Zarqa>’, Tahqi>q Islamiyah Ilmi al-Iqtishad, 18
42Makna ketepatan (efektifitas dan efisiensi) dalam ekonomi Islam berbeda dengan
makna ketepatan dalam ekonomi konvensional. Dalam pandangan Islam berinfak dan sodaqah
merupakan salah satu jenis perdagangan yang tidak akan pernah rugi karena berorientasi akhirat.
43 Lihat QS. At-Taubah ayat 60
44 Dalam lembaga Bayt al-Ma>l terdapat pengelola (manajemen) yang terdiri dari amilin
(petugas pengumpul dana), hisbah (pengawas-muhtasib) yang mengawasi kegiatan umat Islam
dalam bidang ekonomi termasuk memastikan bahwa dana Bayt al-Ma>l dipergunakan sebagaimana
mestinya (sesuai syariah) dalam masa kontemporer lembaga ini semisal Dewan Pengawas Syariah
(DPS), lihat Jaribah, Fiqh ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b, 587-591. Aktifitas produktif dengan
mempergunakan dana Bayt al-Ma>l sudah dilaksanakan sejak masa kifah ‘‘Umar, terbukti dengan
beberapa pendapat beliau yang memperbolehkan dana anak yatim untuk dikelola sehingga
menghasilkan (produktif) dengan konsep mudharabah. Dalam ini Bayt al-Ma>l berfungsi sebagai
Mudharib.
45 Abu> Yu>suf, Al-Kharra>j , Juz VII, 37
31
menghukum mati anaknya sendiri46
karena mabuk-mabukan dan berperilaku
amoral. Dalam menegakkan persamaan di bidang ekonomi, Beliau membiarkan
daerah taklukan berada di tangan para pemiliknya untuk dikerjakannya, dan
mewajibkan kepada mereka kharaj yang diserahkan dalam setiap tahun kepada
Bayt al-Ma>l, dan bagi mereka apa yang tersisa setelah pembayaran kharra>j tersebut
47. Stability of staff tercermin dalam penegasan dan pemisahan
pekerjaan yang dilakukan oleh ‘Umar ibn al-Khatab sehingga tidak terjadi over lapping dan adanya kestabilan dalam bekerja. Kaitannya dengan pekerjaan di
Bayt al-Ma>l, ‘Umar ibn al-Khatab selain membagi divisi48
juga di tingkat
pelaksanaan (staf lapangan) terbagi-bagi lagi ada nazhir wakaf49
, mudharib dan
muzari50
’. Abu Shalih (mantan hamba sahaya ‘Umar ibn al-Khatab)
meriwayatkan bahwa dia berkata, ‚ ‘Umar memerintahkan agar kami bertiga
bekerjasama, maka seorang menyuplai barang, dan yang lain menjual, sedangkan
orang ketiga berperang dijalan Allah51
. Initiative, telah banyak dicontohkan
oleh ‘Umar ibn al-Khatab, antara lain ketika Abu Dzibyan Al-Asadi datang ke
Irak, ‘Umar bertanya kepadanya tentang jumlahnya gajinya. Ketika ‘Umar
diberitahunya, maka ‘Umar menasehatinya agar menggunakan sebagian gajinya
diinvestasikan dalam sebagian aktifitas yang produktif, dan berkata kepadanya, ‚
Nasehatku kepadamu, dan kamu berada disisiku, adalah seperti nasehatku
terhadap orang yang di tempat terjauh dari wilayah kaum muslimin. Jika keluar
gajimu, maka sebagiannya agar kaubelikan kamIbng, lalu jadikanlah (pelihara) di
daerahmu. Dan jika keluar gajimu yang selanjutnya, belilah satu atau dua ekor,
lalu jadikanlah sebagai harta pokok.52 Esprit de Corps, semangat korps
ditanamkan kepada umat yang diawali oleh ‘Umar RA ketika pertama kali
khotbah saat pengangkatan beliau menjadi khalifah, ‚ Demi Allah, tidak dating
kepadaku sesuatu urusan dari urusan kalian, lalu dilakukan orang lain, dan dia
tidk menghilang dariku, maka aku memberikannya kepada orang yang lebih baik
46
Al-Nuwayri>, Niha>yat al-‘Arab Jilid IV (Kairo,1925), 89-90.
47Ibn Quda>mah, Al-Mughni> Juz V, 492.
48Jaribah, Fiqh Ekonomi‘Umar ibn al-Khat}t}a>b, 587-591.
49 Pengelola wakaf, apabila ada umat Islam yang mewakafkan hartanya, maka harus ada
pihak yang mengelola dan pengelolanya disebut dengan Nazhir Wakaf.
50 Orang (pihak) yang dipercaya untuk mengelola atau mengerjakan/mengolah lahan
dalam bahasa modern adalah pekerja, namun konsepnya berbeda dengan buruh dalam terminology
saat ini dimana buruh dibayar (upah) tanpa melihat hasil (output) yang dikerjakannya, besar
/kecil hasil tidak berpengaruh terhadap pendapatannya; sedangkan dalam konsep muzaraah pihak
pekerja mendapatkan haknya berdasarkan dari hasil pekerjaannya (panen). Sebagi sebuah ilustrasi
: ‘‘Umar ibn al-Khatab (pemilik lahan) akan memberikan sepertiga hasil panen kepada muzari’
(jika modal benih,bajak,sapi dan peraltan lainnya berasal dari ‘‘Umar) dan dua pertiga hasil panen
untuk ‘‘Umar; sedangkan jika modal perlengkapan dan peralatan kerja dari pihak muzari’ maka
dibagi dua hasil panennya. Lihat lebih lanjut Ibnu Qudamah, al-Mughni (5:416)
51 Jaribah, Fikih Ekonomi ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b, 95.
52 Jaribah, Fikih Ekonomi ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b, 43.
32
dan amanah. Apabila mereka berbuat baik maka aku akan berbuat baik
kepadanya, dn apabila mereka berbuat jelek maka aku akan menghukumnya‛53
.
Sebagaimana fungsi lembaga keuangan yang menghimpun dana dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat54
, maka Bayt al-Ma>l pada masa
khalifah ‘Umar RA selain berfungsi menghimpun dana juga berfungsi
menyalurkan kepada pihak yang membutuhkan. Jaribah dalam bukunya Fiqhu al-Iqtishad lil Amiril Mukminin ‘Umar ibn al-Khatab menulis bahwa ketika Hindun
Ibnti ‘Utbah ditalak Abu Sufyan, dia meminjam kepada ‘Umar uang dari Bayt al-
Ma>l sebanyak empat ribu dirham untuk dagang dan menjamin akan
membayarnya, maka ‘Umar memberikannya pinjaman. Lalu dia (Hindun) keluar
ke daerah Kalb untuk melakukan jual-beli55
. Khalifah ‘Umar R.A. dalam upaya
pengentasan kemiskinan di wilayah kekuasaannya juga memberikan dorongan
kepada kaum miskin dan hamba sahaya untuk berdagang agar dapat
membebaskan mereka dari perbudakan dan kemiskinan, dan beliau mendoakan
mereka dengan keberkahan.56
Kegiatan penggunaan dana dari pihak lain untuk kegiatan usaha sudah ada
sejak masa awal Islam. Khalifah ‘Umar RA dalam menjalankan usahanya juga
meminjam dana dari Bayt al-Ma>l57
. Beliau menggunakan sebagaian permodalan
usahanya dari dana Bayt al-Ma>l. Hasil usaha yang dijalankan ‘Umar ibn Al-
Khatab sangat berhasil tercermin dari peninggalan ‚harta warisan‛ yang dibagi
ahli warisnya sebanyak tujuh puluh ribu ladang pertanian.58
Dua khalifah penerus ‘Umar ibn al-Khatab yaitu Utsman Ibn Affan dan
Ali Ibn Abi Thalib tidak melakukan perubahan yang significant terhadap
53
Al-Suyu>t}i>, Ta>ri>kh al-Khulafa>’, 134.
54Menurut pendapat pakar keuangan modern, bahwa suatu lembaga dapat disebut
sebagai lembaga keuangan, manakala kegiatan usahanya minimal terdiri dari , yaitu menghimpun
dana dan menyalurkannya kembali kepada pihak yang deficit. Lihat Kewon, Arthur J., dkk.. Basic Financial Management. Edisi 7, (Upper Saddle River: Prentice Hall, 2000), 5. Dapat juga dilihat
di Weston, J.F. dan Copeland. Managerial Finance. Edisi 9 ( Fort Worth: The Dryden
Press,1992),7 atau Weston dan Brigham. Fundamental of Financila Management. Edisi 11 ( Fort
Worth: The Dryden Press, 1996),4
55Al-T{abari>, Ta>rikh} Al-Umam wa al-Mulu>k Juz V, 16. Ibn Al-Athi>r, Al-Ka>mil fi> al-
Ta>ri>kh Juz II, 457. Ibn ‘Asa>kir, Ta>rikh} Dimasyq Juz VII, 185.
56Jaribah (2006:45-48). Aktifitas produktif sangat dianjurkan oleh Kifah ‘‘Umar kepada
umat Islam, bahkan dirinya sendiri walau seorang kifah tapi tetap produktif dan melakukan
perniagaan, bahkan kegiatan pinjam-meminjam tetap beliau lakukan dalam rangka meningkatkan
volume usahanya. Ada riwayat yang menceritakan bahwa beliau seringkali mencari utang untuk
pengembangan modal dagangnya. Lihat Jaribah, Fiqh Ekonomi ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b, 45-48.
57 Adapun sebelum perang Qadisiyah, maka ‘‘Umar berdagang dan mengambil dari Bayt
al-Ma>ll sesuatu yang tidak ditentukan jumlahnya, dan dia berkata, ‚sesungguhnya aku
memposisikan diriku dari harta Allah (Bayt al-Ma>l) dalam posisi wali yatim; jika aku kecukupan,
aku menghindari; dan jika aku membutuhkan , aku makan dengan yang ma’ruf, kemudian aku
bayar.‛ Lihat Ibn Kathi>r, Al-Ka>mil fi al-Ta>ri>kh Juz II, 43-52.
58 Lihat S}ah}i>h} Al-Bukha>ri>, hadith no.3700
33
kebijakan di lembaga keuangan Bayt al-Ma>l. Utsman Ibn Affan melanjutkan
kebijakan ‘Umar ibn al-Khatab dalam cara pendistribusian dana yaitu dengan
menggunakan prinsip keutamaan, sedangkan di masa pemerintahan Ali Ibn Abi
Thalib menggunakan prinsip persamaan.59
Hubungan dagang dan kerjasama antar umat Islam yang sudah dirintis
dan dikembangkan oleh Muhammad SAW semasa di Madinah dengan
menggunakan akad mudharabah60, musyarakah61, muzara’ah62, muzara’ah63, Ijarah64, Rahn65, Wadiah66, Ariyah67, Kafalah68, wakilah69, Hiwalah70 dan
59
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Gramata
Publishing,2010).95-98
60Mudharabah adalah bila seseorang menyerahkan harta kepada orang lain untuk
dikelolanya, dan keuntungan dibagi di antara keduanya sesuai kesepakatan berdua (kedua belah
pihak). Lihat lebih lanjut pada Ibnu Qudamah (5:26), secara terminology fikih mendefinisikan
mudharabah adalah pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk
diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan dibagi menurut
kesepakatan bersama. Lihat Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah (2007). 175-176.
61Musyarakah digunakan dalam kaitannya dengan usaha di bidang produksi yaitu
menyerahkan modal untuk andil dalam proses produksi dan berhak mendapatkan persentase
tertentu dari hasil kegiatan tersebut. Lihat Jaribah, terjemahan (2007:102). Lihat juga di Nasroen
Haroen (2007:164) yang menjelaskan tentang jenis kerja sama lainnya yang disebut dengan
istilah syirkah yang dipraktekkan dalam dunia perdagangan. Syirkah secara terminology berarti
percampuran, yaitu percampuran antara pihak satu dengan pihak lainya. Asy-syirkah adalah salah
satu bentuk kerjasama dagang dengan rukun dan syarat tertentu yang dalam hokum positif
disebut dengan perseritakatan dagang.
62Menyerahkan lahan tanah kepada orang lain yang akan menanamnya dan mengelolanya
dengan bagian (keuntunan/pendapatan) dari hasil tanaman yang dipanennya. mengutip dari
beberapa pendapat ulama fiqh (fuqaha), antara lain: Ma>likiyyah mendefisnisikan muza>ra‘ah
adalah perserikatan dalam pertanian, Hanabilah mendefinisikan penyerahan tanah pertanian
kepada seorang petani untuk digarap dan hasilnya dibagi berdua. Lihat Nasroen Haroen, Fiqh Mu’amalah (Jakarta: Gaya Media Pratama,2006), 275
63Musa>qah secara etimologi berarti transaksi dalam pengairan yang oleh penduduk
Medina disebut dengan al-Mu‘a>malah. Secara terminologi didefinisikan dengan penyerahan
sebidang kebun pada petani untuk digarap dan dirawat dengan ketentuan bahwa petani
mendapatkan bagian dari hasil kebun itu. Akad musaqat ini dikaitkan dengan pepohonan, karena
kerjasama yang dibentuk para pihak memiliki obyek yang sama yaitu perkebunan. Misalnya (10
musaqah adalah akad untuk pemeliharaan pohon kurma, tanaman (pertanian) dan yang lainnya
dengan syarat-syarat tertentu, lalu Malikiyah, al-musaqah ialah sesuatu yang tumbuh di tanah.
Menurut Syafi’I, yang dimaksud al-musaqah adalah memberikan pekerjaan orang yang memiliki
pohon tamar, dan anggur kepada orang lain untuk kesenangan keduanya dengn menyiram,
memlihara, dn menjaganya dan pekerjaan memperoleh bagian tertentu dari buah yang dihasilkan
pohon-pohon tersebut. Lihat Nasroen Haroen. Fiqh Mu’amalah, 281. Lihat juga Hendi Suhendi,
Fiqh Muamalah (Jakarta: Rajawali Press. 2002), 145-151. ‘Abd al-Rah}ma>n al-Jaziri, Al-Fiqh ‘la>
al-Madha>hib al-Arba‘ah (1969), 21.
64Ijarah yaitu menyewakan - yang dapat dimanfaatkan, namun tidak habis pakai ketika
dipergunakannya. Dalam ini ‘‘Umar r.a. berkata, ‚ siapa pun orangnya yang menyewa seseorang
(untuk membawa barang), lalu ia melewati Zul Hulaifah, maka kad itu telah menjadi wajib, dan
tidak ada dhman (kewajiban menanggung) baginya. Lihat Jaribah. 102. Menurut Hanafiyah
ijarah adalah akad untuk membolehkan pemeilikan manfaat yang dikethui dn disengaja dari suatu
zat yang di sewa dengan imbala. Menurut Malikiyah, ijarah adalah nama bagi akad-akad untuk
34
qardhul hasan.71
Akad-akad tersebut yang kemudian dijadikan sebagai produk
dalam lembaga keuangan modern pada periode kebangkitan Islam Abad 20.
3. Fase III : Masa Dinasti Kerajaan Islam
kemanfaatan yang bersifat manusiawi dn untuk sebgaian yang dapat dipindahkan‛. Menurut
Sayid Sabiq bahwa Ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan
penggantian. Lebih lanjut bias baca. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah. 113-123, dan Haroen
Nasroen, Fiqh Muamalah. 228.
65Menurut isitilah Rahn adalah akad yang obyeknya menahan harga terhadap sesuatu hak
yang mungkin diperoleh bayaran dengan sempurna darinya. Menurut bahasa berarti penahanan.
Rahn dalam bahasa Indonesia diartikan dengan gadai, yaitu menjadikan harta benda sebagai
jaminan atas utang. Lihat Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah. 105-111. Haroen Nasroen, Fiqh Muamalah. 251.
66Wadiah secara etimologi berarti menempatkan sesuatu yang ditempatkan bukan pada
pemiliknya untuk dipelihara, sedang secara terminology dikemukakan oleh ulama Hanafiyah,
bahwa wadiah yaitu mengikutsertakan orang lain dalam memelihara harta, baik dengan ungkapan
yang jelas, melalui tindakan, maupun melalui isyarat. Pendapat yang kedua menurut Malikiyah,
Syafiiayah dan Hanabilah, wadiah yaitu mewakilkan orang lain untuk memlihara harta tertentu
dengan cara tertentu.
67 Al-‘A<riyah secara etimologis berarti sesuatu yang dipinjam, pergi dan kembali atau
beredar, sedangkan menurut terminologi fiqih ada beberapa pendapat, antara lain : Malikiyah,
ariyah adalah pemilikan manfaat sesuatu tanpa ganti rugi, sedangkan menurut pendapat Syafiiyah
, ariyah adalah kebolehan memanfaatkan barang orang lain tanpa ganti rugi. Lihat. Haroen
Nasroen 238. Hendi Suhendi mendefinisikan bahwa ariyah adalah memberikan manfaat suatu
barang dari seseorang kepada orang lain secara Cuma-Cuma (gratis). Bila digantikan dengan sesuatu atau ada imbalannya, itu tidak dapat disebut ariyah.
68Al-kafa>lah menurut bahasa berarti al-D{aman (jaminan), sedangkan menurut istilah
dijelaskan oleh beberapa ulama, antara lain Hanafiyah, al-kafalah adalah menggabungkan
dzimmah kepada dzimmah yang lain dalam penagihan, dengan jiwa, utang atau zakat benda.
Menurut Malikiyah, kafalah adalah orang yangmempunyai hak mengerjakan tanggungan pemberi
beban serta bebannya sendiri yang disatukan, baik menanggung pekerjaan yang sesuai (sama)
maupun pekerjaan yang berbeda. Pengertian popular menurut Hendi Suhendi adalah
menggabungkan dua beban (tanggungan) dalam permintaan dan utang.
69 Al-Wakalah secara bahasa berarti penyerahan, pemberian mandate, pendelegasian.
Menurut istilah ada pendapat Malikiyah yaitu seseorang menggantikan (menempati) tempat yang
lain dalam hak (kewajiban), dia yang mengelola pada posisi itu. Menurut Hanafiyah yaitu
seseorang menempati diri orang lain dalam tasharruf (pengelolaan. Menurut Syafiiyah, yaitu
suatu ibarah seorang menyerahkan sesuatu kepada yang lain untuk dikerjakan ketika hidupnya.
Secara popular didefinisikan oleh Suhendi (2009:233) al-waklah adalah penyerahan dari
seseorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu, perwakilan berlaku selama yang
mewailkan masih hidup.
70Menurut etimologsi hiwalah berarti pengalihan, pemindahan, sedangkan secara
etimologis didefinisikan dengan pemindahan kewajiban membayar utang dari orang yang
berutang (al-muhil) kepda orang yang berutang lainnya (al-muhtal’alaih). Lihat Haroen
Nasroen.Fiqh Muamalah. 221
71Pemilik modal meminjamkan uangnya kepada orang yang akan menggunakannya
dalam kegiatan produktif. Lihat Jaribah. Fikih Ekonomi ‘Umar Ibn al-Khat|t}a>b. 102.
35
Periode ini disebut dengan masa dinasti kerajaan Islam, karena para
penguasa yang memimpin pemerintahan Islam tidak lagi berdasarkan
musyawarah dalam pengangkatan kepemimpinannya, tapi karena faktor
keturunan dan kepemimpinan diperoleh karena kekuasaan. Sebagai bagian dari
sejarah Islam, periode ini menjadi masa terlama dalam sejarah Islam. Selama
periode ini tersimpan banyak sejarah dan hasil dari proses sejarah yang telah
menorehkan berbagai catatan emas dalam sejarah dunia, terutama sumbangan
pemikiran dan peradaban dunia.
Ketika bani Umayyah berkuasa di bawah kepemimpinan Abdul al-malik
dan al-Walid terjadi reformasi administrasi kenegaraan, dana (income) negara
yang pada awalnya dikumpulkan di Bayt al-Ma>l diganti istilahnya menjadi al-Diwan yang berasal dari bahasa Yunani yang diadopsi ke dalam bahasa Arab di
Damaskus. Kemajuan yang lain adalah pencetakan uang logal Arab dalam bentuk
dinar dan dirham pada tahun 695M yang murni hasil karya orang Arab.72
Tokoh
pemikir ekonomi Islam yang hidup sejak berdirinya Diwan (Lembaga Keuangan
Negara) adalah Abu Yusuf (731-798M)73
yang hidup di masa Khalifah Harun al-
Rasyid. Sehingga dalam pemerintahan Islam waktu itu sudah memiliki dua
lembaga keuangan yang mengelola dana yang berasal dari pajak (kharaj) dan
sumber-sumber lainnya yang menjadi kewajiban warga negara dan warga asing
(non muslim) dengan lembaganya yang disebut dengan Lembaga Diwan74
, dan
lembaga keuangan yang mengelola dana kewajiban umat Islam75
yaitu Lembaga
Bayt al-Ma>l.
Hitti (2006:737) Dunia Eropa abad pertengahan berhutang besar kepada
constantine (1087 M) yang telah menerjemahkan karya al-Razi yang berjudul al-Manshur, dan al-Qonun karya Ibnu Sina. Karya sejarah dan hukum Islam ini telah
menginspirasi masyarakat Eropa dalam menjalankan aktivitas kehidupan dan
pemikiran mereka. Hukum-hukum Islam (fiqh) yang dikembangkan oleh para
ulama Islam abad pertengahan dijadikan landasan dalam praktek berekonomi
masyarakat Eropa. Ketika Ibnu Khaldun (tahun 1332-1406) menulis kitab yang
berjudul al-‘ibar wa Diwan al-Mubtada, wa al-Khabar fi Ayyam al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar
76 (buku tentang Ibarat, Daftar Subjek dan Predikat, dan
sejarah Bangsa Arab, Persia, dan Barbar), lalu kitab ini diterjemahkan ke dalam
72
Phillip K. Hitti, The History of Arabs (Jakarta: Serambi, 2006). 272.
73Beliau penulis kitab yang sangat terkenal yaitu Kitab al-Kharra>j (Buku tentang
perpajakan).
74Kewajiban warga negara di negara muslim, antara lain : kharaj (pajak atas tanah atau
hasil tanah), fai’ yaitu seluruh harta yang di dapat dari musuh, baik harta bergerak maupun harta
tidak bergerak, Jizyah (pajak kepala), dan ushr (bea pajak impor) yang dikenakan kepada
pedagang non-muslim. Lihat : Ahmad Subagyo, Kamus Istilah Ekonomi Islam (Jakarta: PT.
Elexmedia Komputindo, 2009). 110,256.
75 Zakat (kewajiban orang muslim), Infaq, dan shadaqah.
76Dibagi dalam 3 bagian, yaitu (a) muqaddimah, bagian kedua(b) membahas kehidupan
bangsa Arab, dan bagian terakhir (c) sejarah Barbar dan dinasti Muslim di Afrika.
36
bahasa Eropa, terutama bagian muqaddimah-nya77
yang memuat aspek-aspek
moral (ethic) dan spiritual yang mempengaruhi perkembangan ilmu sosial, bagi
bangsa Eropa, beliau disebut penemu sejati ilmu sosiologi. Aspek-aspek moral
dan spiritual inilah yang mengilhami sebagian masyarakat Eropa dalam
menjalankan aktifitas ekonominya.
Abad pertengahan masehi, para pemikir muslim yang menulis tentang
ekonomi antara lain : Abu Yusuf (113-182H/731-798M)78
, Al-Syaibani (750-
804M)79
, Abu Ubaid (150-224 H)80
, Yahya Ibn ‘Umar (213-289H)81
, Al-
Mawardi ( 364H/974M – 450 H)82
, Al-Ghozali (450-505H/1058-1111M)83
, Ibnu
Taimiyah (661-728H/1263-1328 M)84
, Al-Syatibi (790 H/1388M)85
, Ibnu
77
Ibn Khaldun, The Muqaddimah, diterjemahkan oleh Frans Rosent, 3 jilid (New York,
1958).
78Salah satu karya monumental beliau adalah kitab al-Kharaj (buku tentang perpajakan),
landasan pemikiran beliau berorientasi pada al-mashlahah al-ammah (kemashlahatan umum),
karena beliau berpikir universe, sehingga masyarakat non-muslim respect dan mudah mengadopsi
serta menerima pemikirannya.
79Beliau adalah salah satu ulama yang menggunakan al-Istih}sa>n sebagai metode
ijtihadnya. Kitab yang populer hasil karya beliau antara lain al_kasb (pendapatan), perilaku
produksi dan konsumsi. Oleh DR. Al-Janidal disebutnya sebagai perintis ilmu ekonomi Islam.
80Karya monumental beliau antara lain kitab al-Amwa>l, kitab ini terdiri dari tiga bagian,
bab pertama pendahuluan yang menjelaskan tentang hak dan kewajiban pemeritnah terhadap
rakyatnya. Bab berikutnya membahas tentang pendapatan negara, dan yang terakhir
redistribution asset. Kitab ini jika dievaluasi dari sisi filosofi hukum tampak menekankan
keadilan sebagai prinsip utama, bagi Abu Ubaid bahwa pengimplementasian prinsip-prinsip ini
akan membawa kepada kesejahteraan dan keselarasan sosial.
81Kitab yang beliau susun dan paling populer adalah kitab al-muntah}abah fi Ih}tis}ar al-
Mustah}rijah fi al-Fiqh al-Ma>liki> dan Kitab Ah}ka>m al-Su>q. Kitab Ah}ka>m al-Su>q merupakan kitab
pertama di Dunia yang membahas tentang h}isbah dan berbaggai hukum pasar. Beliau
menyatakan bahwa aktivitas ekonomi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ketakwaan
seorang muslim kepada Allah SWT. Lebih lanjut beliau menyatakan bahwa keberkahan akan
selalu menyertai orang-orang yang bertakwa, sesuai firman Allah SWT: ‚Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahka kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami Siksa mereka disebabkan perbuatannya‛. (Q.S. Al-Araf [7]:96). Ada 2 tindakan ekonomi yang dilarang
dalam Islam, yaitu (1) al-Ikhtikar (monopoly’s rent-seeking) mengambil keuntungan di atas
keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang dengan harga yang lebih tinggi. (2)
Siyasah al-Ighraq (dumping Policy) meraih keuntungan dengan cara menjaul barang pada tingkat
harga lebih rendah daripada harga yang berlaku di pasaran.
82Pemikiran ekonomi al_mawardi tercantum dalam tiga kitab karya beliau, yaitu Kitab
Adab al-Dunya wa al-Di>n, al-H{a>wi> dan al-Ah}ka>m al-Sult}a>niyyah. Dalam kitab al-H{a>wi>, al-
Ma>wardi> secara khusuh membahas tentang mudharabah dalam pandangan berbagai madzab.
83Beliau terkenal sebagai fuqaha, namun sebagai cendikiawan muslim beliau tidak
mengabaikan persoalan ekonomi, pendekatannya lebih ke arah tasawuf yang tersurat dalam
beberapa karyanya, antara lain: Ihya>’ ‘Ulu>m al-Di>n, al-Mustas}fa>, Mi>za>n Al-‘Amal, dan al-Tibr al-Masbu>k fi> nasi>hat al-Mulu>k.
84Karya beliau yang mengangkat tema ekonomi ada pada kitab Majmu’ Fatawa Syaikh
al-Islam, al-Siya>sah al-Shar‘iyyah fi Is}la>h} al-Ra>‘i> wa al-Ra‘iyyah dan al-H{isbah fi> al-Isla>m.
37
Khaldun (732-808 H/ 1332-1406)86
, Al-Maqrizi ( 766 – 845 H / 1364 – 1442
M)87
.
Lembaga keuangan yang sudah terstruktur dengan baik muncul pada masa
al-Mawardi. Beliau mengemukakan bahwa untuk membiayai belanja negara
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar setiap warganya, negara membutuhkan
lembaga keuangan negara (Bayt al-Ma>l) yang didirikan secara permanen. Melalui
lembaga ini, pendapatan negara dari berbagai sumber akan disimpan dalam pos
yang terpisah dan dibelanjakan sesuai dengan alokasinya masing-masing.88
Tugas
Bayt al-Ma>l dalam kaitannya dengan redistribusi asset adalah mendistribusikan
harta zakat kepada orang-orang fakir miskin hanya pada taraf sekedar untuk
membebaskan mereka dari kemiskinan. Untuk menjamin pendistribusian harta
Bayt al-Ma>l berjalan dengan lancar dan tepat sasaran, negara harus
memberdayakan Dewan Hisbah. Salah satu fungsi muhtasib adalah
memperhatikan kebutuhan publik serta merekomendasikan pengadaan proyek
kesejahteraan bagi masyarakat umum.89
Menilik pemikiran dan praktek kegiatan keuangan yang dilakukan oleh
pemerintah Islam pada masa al-Mawardi 974-1058M di Basrah, Irak. Berarti
kegiatan keuangan mikro sudah terjadi saat itu, karena kegiatan Bayt al-Ma>l
tidak hanya berfungsi sebagai alat negara (lembaga) penghimpun dana melalui
pajak (kharaj), jizyah, zakat dan sodaqoh yang dipergunakan untuk kepentingan
negara saja, tapi juga didistribusikan untuk kepentingan dan bantuan kepada
fakir miskin. Ketika aktivitas keuangan dikelola dan ditujukan untuk melayani
orang miskin, berarti lembaga tersebut sudah dapat disebut sebagai keuangan
mikro (microfinance). Pada masa al-Mawardi (974-1058M) sudah ada 3 (tiga)
lembaga keuangan yang beroperasi, yaitu (1) al-Diwan90 sebagai lembaga
keuangan publik (negara), (2) Bayt al-Ma>l sebagai lembaga penghimpun dana
sosial, dan (3) Hisbah yang berfungsi sebagai Dewan Pengawas.
85
Karya ilmiahnya, antara lain: Sharh Jali>l ‘ala> al-Khula>s}ah fi> al-Nah}w dan Ushul al-Nah}w dan al-Muwa>faqat fi Us}u>l al-Shari>‘ah dan al-I‘tis}a>m dalam bidang ushul Fiqih.
86Diantara hasil karya beliau yang paling populer adalah al-Ibar, yang didalamnya
terdapat bab yang paling banyak dikutip orang yaitu al-Muqaddimah.
87Al-Maqrizi termasuk penghujung pemikir muslim pada abad pertengahan.
88Lihat lebih lanjut : Adiwarman Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta:
Rajawali Press, 2006). 309-310
89Pernyataan al-Mawardi ‚ jika mekanisme pengadaan air minum ke kota mengalami
kerusakan, atau dinding sekitarnya bocor, atau kota tersebut banyak dilintasi oleh para musafir
yang sangat membutuhkan air, maka muhtasib (petugas hisbah) harus memperbaiki sistem air
minum, merekonstruksi dinding dan memberikan bantuan keuangan kepada orang-orang miskin,
karena ini adalah kewajiban Bayt al-Ma>l dan bukan kewajiban masyarakat‛ baca lebih lanjut. ----
. 312-313.
90Diwan terbagi menjadi tiga bidang, yaitu : (1) Di>wa>n al-Khiza>nah, bertugas mengurus
seluruh perbendaharaan negara, (2) Di>wa>n al-Azra, bertugas mengurus kekayaan negara berupa
hasil bumi, (3) Di>wa>n Khaza>’in al-Silah bertugas mengurus perlengkapan angkatan perang. Baca :
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Gramata Publishing, 2010). 108
38
Al-Ghozali (1058-1111M) yang hidup setelah Al-Mawardi ( 974-1058M)
makin memperkuat bangunan keuangan mikro Islam, beliau menegaskan bahwa
aktivitas ekonomi harus dilakukan secara efisien karena merupakan bagian dari
pemenuhan tugas keagamaan seseorang.91
Selanjutnya, beliau mengidentifikasi
alasan seseorang melakukan aktivitas-aktivitas ekonomi, yaitu : pertama, untuk
mencukupi kebutuhan hidup yang bersangkutan; kedua, untuk mensejahterakan
keluarga; dan , ketiga, untuk membantu orang lain yang membutuhkan.
Menurutnya, tidak terpenuhinya ketiga alasan ini dapat dipersalahkan oleh
agama. Lembaga keuangan mestinya mampu mengangkat taraf kehidupan sosial
masyarakat yang dilayaninya, sebagaimana Al-Ghozali sampaikan ‚ jika orang-orang tetap tinggal pada tingkatan subsisten (sadd al ramaq) dan menjadi sangat lemah, angka kematian akan meningkat, semua pekerjaan dan kerajinan akan berhenti, dan masyarakat akan Ibnasa. Selanjutnya agama akan hancur. ...‛.
92
Maka sasaran keuangan mikro adalah orang-orang miskin yang perlu
ditingkatkan skala pendapatannya melalui usaha (bisnis) dengan memberikan
sumber permodalan (pembiayaan).
Ibnu Taimiyah (1263-1328M) memberikan landasan yang kuat tentang
etika penentuan harga. Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW. Ibnu
Taimiyah melarang penjualan yang dilakukan kepada orang miskin dengan cara
mengeksploitasi keadaanya. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa penjual harus
menjual dengan harga yang dapat diterima secara umum (al-Qimah al-ma’rufah),
apabila pembelinya adalah orang yang sangat membutuhkan. Orang miskin
diperkenankan membeli barang-barang yang dibutuhkan (pakaian dan makanan)
dengan harga yang dapat diterima dan seharusnya tidak membayar lebih besar
daripada harga tersebut. Pada kenyataannya praktek-praktek keuangan mikro
memberikan harga yang lebih besar kepada orang-orang miskin dengan alasan
memiliki risiko yang lebih besar.
Al-Syatibi (1388 M) mengemukakan konsep al-maqashid al-Syariah. Konsep ini dalam ekonomi Islam dijadikan sebagai dasar/landasan gerak
organisasi ekonomi Islam. Menurut Al-Syatibi, maqashid al-syari’ah adalah
kemaslahatan ummat93
. Pernyataan al-Syatibi semakin memperkuat sendi-sendi
bangunan keuangan mikro Islam, dimana visi keuangan mikro Islam sebenarnya
adalah mewujudkan kemashlahatan ummat. Kemashlahatan manusia dapat
terealisasi apabila lima unsur pokok kehidupan manusia dapat diwujudkan dan
dipelihara, yaitu agama, jiwa , akal, keturunan, dan harta. Masyarakat miskin
adalah lapisan masyarakat yang paling rentan terhadap berbagai macam bentuk
91
Al-Ghozali, Mizan al-Amal (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1964). 377
92Lihat lebih lanjut : Adiwarman Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta:
Rajawali Press, 2006). 320
93 ‚sesungguhnya syariah bertujuan untuk mewujudkan kemashlahatan manusia di dunia
dan di akhirat‛, Al-Shatibi>, al-Muwa>faqa>t fi> Us}u>l al-Shari>‘ah (Kairo: Musthafa Muhammad, t,th),
jilid 2. 374
39
eksploitasi. Eksploitasi tenaga94
, pemikiran95
, objek perdagangan96
, dan tindak
kejahatan lainnya.
Beberapa abad semenjak keruntuhan kerajaan Islam di abad pertengahan
yang ditandai dengan jatuhnya dinasti Abbasiyah di Baghdad pada Abad 1297
,
lalu diiringi jatuhnya khalifah Umayyah di Spanyol pada abad 1398
, lalu
keruntuhan Dinasty Arab terakhir pada masa Bani Mamluk pada abad 15 di
Mesir setelah dikuasai oleh Dinasti Turki Utsmani99
. Masa penjajahan Eropa di
berbagai wilayah Islam telah ikut menyurutkan berbagai perkembangan
pemikiran Islam, terutama yang menyangkut fiqh muamalah.
Hampir kurang lebih 5 abad, Islam berada pada masa kegelapan. Masa
kebangkitan Islam mulai tampak di akhir abad ke-20 yang ditandai dengan
kemerdekaan negara-negara Islam di berbagai belahan dunia, seperti Mesir,
Pakistan, Bangladesh, Indonesia, Malaysia dan negara-negara lainnya. Aktivitas
mencipta peradaban terhenti di Maghribi (Maroko)100
dan di Andalusia. Ilmu-
ilmu pengetahuan mundur bersama merosotnya peradaban. Konsekuensinya,
aktivitas ilmiah lenyap di sana, kecuali sebagian kecil saja dari sisa yang bisa di
dapat pada beberapa individu yang terpisah dan berada di bawah kontrol sarjana-
sarjana ahlus Sunnah.101
Semenjak kejatuhan dua kerajaan Islam terbesar
sepanjang sejarah di Maghribi (Maroko) dan Andalusia (Spanyol) pada abad XIV,
maka peradaban mengalir ke Eropa.
94
Tenaga kerja yang dibayar murah (di bawah standar biaya hidup regional), bekerja di
bawah umur, lama waktu kerja yang melebihi jam kerja normal (Pembantu rumah tangga), dan
sebagainya.
95Orang miskin mudah dipengaruhi keyakinan dan kepercayaannya, perpindahan agama
seringkali terjadi pada masyarakat miskin karena mereka menginginkan adanya perubahan nasib
secara instan, iming-iming makanan, pakaian dan rumah atau pekerjaan dapat mengubah
keyakinan mereka. Selain itu masyarakat miskin juga mudah terprovokasi dalam berbagai yang
sebenarnya merugikan diri mereka sendiri. inilah yang menyebabkan peri selanjutnya yaitu
menjadi objek perdagangan.
96Perdagangan manusia makin meningkat intensitasnya seiring dengan tingkat
kemiskinan di suatu negara. Perbudakan di abad modern muncul dalam berbagai bentuk
ragamnya, dan yang menjadi sasaranya adalah masyarakat miskin.
97 Pada masa Bani Abbasiyah muncul tokoh-tokoh pemikir Islam yang sangat terkenal di
dunia seperti al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Maskawaih, dan Ibn Rusyd dalam bidang
kedokteran, dalam bidang sains seperti al-Farghani dan al-Biruni, bidang matematika seperti al-
Khawarizmi, ‘‘Umar al-Khayam dan al-Thusi, bidang Kimia seperti Jabir ibn al-Hayyan dan al-
Razi, dalam bidang optik seperti Ibn Haytam, dan masih banyak ilmuwan lainnya. Baca lebih
lanjut di : Nasution, H., (1994). Islam Rasional. Mizan Bandung. . 102-103.
98 Phillip Hitti, History of The Arab, edisi 10 (Palgrave : Macmillan,2002), 700-707
99 Phillip Hitti, ----------------, , 860
100 Ibnu Khaldun, Muqaddimah, (terjemah oleh Ahmadie, Jakarta: Pustaka Firdaus,
2009). 7
101 Ibnu Khaldun, Muqaddimah, ---------------------. 655.
40
Prinsip-prinsip dasar keuangan Islam pada hakekatnya telah dipahami dan
diterima oleh masyarakat muslim sampai tingkat paling bawah, namun tidak
dilembagakan dalam industri keuangan formal. Kolonialisme yang dilakukan oleh
bangsa Eropa ke Timur Tengah pada abad 19, telah memberikan peluang kepada
Yahudi dalam mengendalikan sistem keuangan (perbankan) di Mesir dan Irak
(Baghdad). Invasi sebenarnya sudah dilakukan mulai sekitar abad 16 oleh
Bangsa Eropa ke negara-negara Asia, Afrika dan Timur Tengah. Perpindahan
hegemoni timur ke barat turut mewarnai mainstream pemikiran dan praktek
perekonomian masyarakat dunia.
4. Fase IV : Masa Kolonialisme Barat
Perkembangan keuangan mikro berkembang di Eropa , setelah abad XIII.
Tokoh, ilmuwan dan agamawan yang berperan dalam mewarnai peradaban dunia
muncul dari dari Eropa. Albertus Magnus (1206-1280M) salah satu pandangan
dalam bidang ekonomi adalah tentang harga yang adil dan pantas (just price),
yaitu harga yang sama besarnya dengan biaya-biaya dan tenaga yang
dikorbankan untuk menciptakan barang tersebut, pandangan ini juga pernah
diungkap sebelumnya oleh pemikir muslim Abu Yusuf yang hidup pada masa
kekhalifan Harun al-Rasyid (786-809M)102
. St. Thomas Aquinas (1225-1274M)
seorang filosof dan teolog Italy adalah pemikir barat yang mengutuk bunga dan
memvonisnya sebagai riba. Orang yang memperanakkan uang disebut dengan
pendosa. Dalam bukunya yang sangat terkenal, summa theologica, Aquinas
menjelaskan bahwa memungut bunga dari uang yang dipinjamkan adalah tidak
adil sebab ini sama artinya dengan menjual sesuatu yang tidak ada103
. Pandangan
dan pemikiran intelektual Eropa di masa transisi perpindahan hegemoni dari
Timur ke Barat masih diwarnai dengan kedekatan prinsip-prinsip dasar nilai
(ethic) yang melandasi kemunculan teori-teori dan praktek ekonomi saat itu.
Di Eropa, pada awal abad ke-15 tepatnya tahun 1462 M, Gereja Katholik
mendirikan usaha gadai sebagai bentuk perlawanan terhadap praktek
pembungaan yang tinggi104
. Penulis buku ini tidak menyebutkan negara mana
kegiatan tersebut dilaksanakan. Usaha gadai ini sebelumnya belum dikenal oleh
bangsa Eropa, kecuali seperti yang telah dipraktekkan di Barcelona (Spanyol)
pada tahun 1401105
. Padahal tidak dapat dipisahkan antara peninggalan Dinasti
Islam di Spanyol dengan perjalanan sejarah berikutnya. Spanyol (Andalusia dan
Cordoba) sebagai pusat ilmu pengetahuan abad pertengahan sudah diakui oleh
sejarah dunia. Sehingga bukan tidak mungkin bahwa berdirinya lembaga
keuangan di Barcelona merupakan warisan budaya Islam yang ditinggalkan di
102
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Gramata Publishing, 2010).
116
103 Deliarnov, Sejarah Pemikiran ekonomi (Jakarta: Rajawali Press, 2007). 18
104 Helms, B. Access for All : Building inclusive financial systems. (Washington, D.C:
The World Bank,2006), 2
105 Homoud , Islamic Banking.(London: Arabian Information,1985), 16
41
sana. Pada abad yang sama Weber (1968) mengatakan bahwa di Florence pada
abad ke-14, saat itu pasar uang dan pasar modal yang menjadi seluruh kekuasaan
politis besar, dipandang sebagai sesuatu yang tidak bisa dibenarkan secara etis.
Kritik terhadap praktek-praktek keuangan yang cenderung elitis dan
mengesampingkan masyarakat kelas bawah digencarkan oleh para sarjana yang
memiliki integritas sosial tinggi.
Perubahan pemikiran dan etika di Barat (Eropa) berpengaruh terhadap
praktek-praktek keuangan pada abad-abad selanjutnya (abad ke-15 sampai
dengan abad ke-20), ketika paham kapitalisme yang dipelopori oleh kaum
protestan (Calvin dan Luther) menjadi mainstream masyarakat Eropa106
.
Ungkapan-ungkapan di atas berasal dari Benjamin Franklin, hal yang sama juga
diungkap oleh Ferdinan K dalam bukunya Pictur of American Culture, sebagai
kesaksian iman dari kelompok yankee. Itulah semangat kapitalisme yang disini
terungkap dengan cara yang khas. Keberhasilan masyarakat Eropa dalam
membangun peradabannya tidak terlepas dari spirit yang diungkap oleh Weber di
atas. Industri keuangan yang di bangun pasca munculnya teologi baru dalam
masyarakat Eropa mewarnai bentuk dan struktur lembaga keuangan, terutama
mengenai produk-produknya. Hampir semua produk keuangan yang dihasilkan
berbasis dengan bunga.
Pada tahun 1700-an, Jonathan Swift berinisiatif untuk mendirikan the Irish Loan Fund System. Organisasi ini memberikan pinjaman tanpa agunan
kepada orang miskin dan para petani di Irlandia107
. Kegiatan keuangan ini
sebelumnya tidak dikenal oleh masyarakat Eropa. Kegiatan peminjaman uang
yang dilakukan ketika itu, selalu menggunakan agunan bahkan para peminjam
akan dikenakan bunga yang tinggi, sedangkan mereka yang terlibat dalam
kegiatan keuangan (perbankan) hanyalah para pedagang, produsen, raja-raja dan
aparat kerajaan dan organisasi-organisasi gereja yang membutuhkan jasa
perbankan untuk melancarkan kegiatannya.108
Jika dilihat dari sisi teologi, maka
ada kemungkinan hubungan antara keyakinan keagamaan dengan praktek
ekonomi masyarakatnya. Irlandia memiliki teologi yang berbeda dengan
masyarakat Eropa barat lainnya. Irlandia termasuk penganut Katholik ortodoks,
sedangkan Inggris, Perancis, dan Jerman adalah penganut Protestan109
.
106
Max Weber (), The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, ( New York:
Charles Scribner’s Son,1968), 80-84.
107 Helms, B. Access for All : Building inclusive financial systems (Washington
D.C.,The World Bank,2006 ), 3
108 Hamoud , Islamic Banking, The Adaption of Banking Practice to Conform with
Islamic Law (London: Arabian Information, 1985), 16-17.
109 Pandangan para pendeta Kristen (abad I-XII) berdasarkan kitab Perjanjian Lama
menyatakan bahwa bunga adalah haram, lalu para sarjana Kristen (abad XII-XVI) ketika
perekonomian dan perdagangan berkembang pesat di Eropa, mereka mendefinisikan ulang
tentang bunga, bunga dibedakan menjadi dua yaitu interest dan usury. Menurut mereka interest
adalah bunga yang diperbolehkan, sedangkan usury adalah bunga yang berlebihan. Lebih lanjut
42
Tahun 1800an, Konsep koperasi simpan pinjam dikembangkan oleh
Friedrich Wilhelm Raiffesein di Jerman. Mulai tahun 1865, koperasi menyebar
dengan sangat cepat ke Jerman dan negara-negara lain di Eropa, Amerika Utara
dan masuk ke negara-negara berkembang. Awal tahun 1900-an model ini
diadopsi di Amerika Latin dengan nama Rural Latin America110
. Tujuan
organisasi ini adalah untuk membantu masyarakat pedesaan agar dapat memutus
ketergantungan terhadap rentenir (moneylenders) dan meningkatkan
kesejahteraan hidup mereka. Penyebaran model ini masuk ke Indonesia pada
akhir tahun 1880an, tepatnya tahun 1895 didirikan Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) yang menjadi institusi keuangan mikro terbesar di Indonesia.
Konsep koperasi pada hakekatnya adalah salah satu jenis dari bentuk
mode transaksi syariah yaitu musyarakah. Konsep kerjasama yang dikembangkan
dalam model ini tidak jauh berbeda dengan mode musyarakah. Hitti (2006 : 751)
sekitar abad ke-13 ilmu pengetahuan dan filsafat Arab telah dipindahkan ke
Eropa , dan karya orang Spanyol sebagai perantara telah melakukan tugasnya
dengan baik. Meenai, A.A. dalam Moore (1997) menyatakan bahwa 1400 tahun
lalu, para pemikir dan ulama Islam telah bersepakat tentang larangan riba.
Sungguh sial, pada pertengahan abad ke-19 ketika hampir seluruh dunia muslim
dikuasai oleh kolonial barat, sistem ekonomi yang telah dikembangkan oleh
Islam telah diganti dengan sistem kapitalis. ...... dan para sarjana muslim tanpa
sadar telah masuk dalam filosofi hidup masyarakat barat. Sementara di sektor riil
pengembangan industri dan perdagangan global di Eropa diwarnai oleh sistem
ekonomi Islam yang diambil dari teks hukum-hukum Islam (fiqh) yang ditulis
pada abad kedua hijriah, dimana bentuk usaha mereka mengarah dan mencakup
bagian tentang mudarabah dan bentuk-bentuk lain dalam profit sharing.111
Sebagaimana yang disinyalir oleh Homoud bahwa bentuk-bentuk kelembagaan
yang muncul di Eropa diilhami dari referensi pemikiran ulama Islam abad
pertengahan yang buku-bukunya mengalir ke Eropa dan menjadi sumber inspirasi
masyarakat terpelajarnya. Perbedaan yang paling menyolok dalam dua budaya
masyarakat yang berbeda (Islam dan non-muslim) di abad kolonialisme adalah
keberanian mengimplementasikan syariah ‚keyakinan‛nya dalam bentuk
perwujudan ‚kelembagaan‛. Dalam kondisi yang tertindas budaya yang
dianggap paling baik adalah budaya penindas (penjajah), sehingga ada
kecenderungan meniru dan sikap inferior masyarakat tertindas terhadap para
penjajahnya. Budaya ini bahkan tidak langsung begitu saja hilang tapi masih
terwariskan ke generasi berikutnya, walaupun secara de jure mereka sudah
merdeka.
5. Fase V : Masa Kebangkitan Ekonomi Islam (Abad ke-20 M)
bisa baca : Antonio, M,S., Bank Syariah, dari teori ke praktek (Jakarta: Gema Insani Press,2001),
45-48.
110
Helms, B. Access for All : Building inclusive financial systems (Washington
D.C.,The World Bank,2006 ), 4
111 Moore, Islamic Finance. ( London: Euromoney Books , 1997) 5-6
43
Rintisan keuangan Islam sebagai perlambang bangkitnya kembali
pemikiran Islam ditandai dengan adanya rintisan awal tentang perbankan syariah
di Mesir pada dekade 1960-an yang beroperasi sebagai Rural-Social Bank di
sepanjang delta Sungai Nil. Lembaga ini berrnama Mit Ghamr. Operasi lembaga
keuangan ini di wilayah Pedesaan Mesir dan berskala kecil112
. Melihat dari nama
dan sasaran pembiayaannya, maka sebenarnya lembaga ini adalah bentuk dari
praktek keuangan Mikro Islam, namun saat itu belum dikenal istilah
microfinance (keuangan mikro), karena istilah ini baru dikenal pada tahun 1990-
an.
Program pengentasan kemiskinan dan bahaya kelaparan dicetuskan
dengan Program Revolusi Hijau ‚Green Revolution‛ pada tahun 1960-an.
Program ini telah menginspirasi berbagai negara dalam upayanya untuk menekan
bahaya kelaparan dan kemiskinan dunia. Di Indonesia dengan adanya revolusi
hijau berhasil membebaskan diri dari defisit pangan kronis, sedang Thailand
berhasil mengubah diri menjadi pengekspor beras, dan di India dan Pakistan
berhasil membebaskan dari persoalan defisit gandum yang kronis.113
Untuk
mengimbangi program ini Pemerintah berupaya untuk memperluas akses petani
melalui kredit pertanian dengan menggunakan lembaga keuangan milik
pemerintah, atau Koperasi Simpan Pinjam Petani yang menghubungkan pihak
yang kelebihan dana (nasabah peminjam) dengan tingkat suku bunga yang
rendah. Lembaga ini mengalami kerugian dan hampir kehilangan seluruh
modalnya sebab bunga pinjaman mereka disubsidi oleh Lembaga (Keuangan-
Penyalur) , sehingga tidak dapat menutup seluruh biaya atas kegagalan kredit
mereka. Program kredit mikro dalam periode ini banyak mengalami kegagalan.
Tahun 1950-1960an, Upaya pemberantasan kemiskinan telah dilakukan
oleh pemerintah di berbagai negara , baik dalam bentuk proyek maupun
program. Kegagalan program pengentasan kemiskinan telah menjadi pengalaman
pahit hampir di seluruh negara miskin dan berkembang. Program – program yang
dilakukan hampir serupa di seluruh dunia, yaitu pemberian bantuan uang tunai
(BLT), pelaksanaan proyek infrastruktur padat karya, bantuan sanitasi,
kesehatan, perbaikan gizi dan sebagainya. Ujung dari semua proyek dan program
pengentasan kemiskinan selama ini adalah munculnya ketergantungan ‚orang
miskin‛ terhadap pemerintah dan atau donor. Sehingga kesinambungan program
menjadi terhenti manakala penyediaan dana (donor) berhenti.
a. Masa Perintisan
Di Pakistan, tepatnya di kota Karachi telah didirikan Bank Koperasi yang
memberikan pelayanan ke masyarakat bawah (grassroot) pada tahun 1965. Tokoh
yang berjasa dalam pendirian ini adalah S.A. Irshad, namun lembaga keuangan
112
Muh. Syafi’i Antonio. Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek.(Jakarta: Penerbit Gema
Insani Press) 19. Lihat juga di M.Umer Chapra. Masa Depan Ilmu Ekonomi (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), 228.
113 Baca lebih lanjut di Notohadiprawiro, (2006) R., Revolusi Hijau dan Konservasi
Tanah. dalam Jurnal Ilmu Tanah UGM. Yogyakarta. . 1-2.
44
ini tidak berhasil karena terjadinya salah pengelolaan dan kurangnya supervisi
resmi.
Kedua eksperimen tersebut menginspirasi berdirinya lembaga-lembaga
keuangan berikutnya. Lembaga keuangan formal yang dibentuk pertama kali di
dirikan di Dubai dengan nama Dubai Islamic Bank pada tahun 1975. Lembaga
keuangan mikro Islam di Timur Tengah didirikan pada tahun 1980 yang
didukung oleh negara-negara Teluk Arab dengan nama Arab Gulf Fund for
United Nations Development Organizations (AGFUND).
Awal tahun 1970an, lahir program micro credit di Bangladesh , Brazil dan
beberapa negara lain yang memberikan pinjaman kepada pengusaha wanita
miskin. Setiap anggota kelompok ditanggung pengembalian pembayarannya oleh
semua anggota lainnya. Beberapa tokoh yang muncul saat itu antara lain :
Muhammad Yunus dengan Grameen Banknya, ACCION International, yang
didirikan di Amerika Latin dan kemudian menyebar ke seluruh Amerika Serikat
dan Afrika, terakhir ke India dengan berdirinya the self Employment Women’s Association Bank, dimana bank tersebut didirikan dan dimiliki oleh Asosiasi
pengusaha wanita. Usaha mereka telah menginspirasi orang di seluruh dunia
untuk dapat mereplikasi keberhasilan mereka.
Pada tahun 1980an , program microcredit ‚kredit mikro‛ dikembangkan
di seluruh dunia dengan pendekatan dan metodologi yang berbeda tentang
pembiayaan kepada orang miskin. Pertama: program termenej dengan baik yang
ditujukan kepada masyarakat miskin, khususnya wanita. Pengalaman
membuktikan cara pembayaran mereka lebih baik dibandingkan kualitas
pembayaran pada kredit komersial. Kedua : menunjukkan bahwa orang-orang
miskin memiliki kemauan dan kesanggupan membayar biaya (interest rate)
kepada lembaga keuangan mikro (LKM) bersama menghidupi dirinya sendiri
tanpa banyak mengandalkan bantuan dari donor dan pemerintah.
Praktek keuangan mikro Islam ditemukan di Sudan pada tahun 1983114
.
Hans115
menemukan praktek keuangan mikro Islam ini ketika sedang melakukan
studi kelayakan untuk proyek usaha kecil. Usaha mikro (UKM) di Sudan
menghadapi masalah-masalah teknis dalam pengembangan usahanya, namun
secara general persoalan yang dihadapi oleh UKM adalah masalah kesulitan
akses dalam memperoleh pelayanan keuangan ke lembaga keuangan. Produk
yang ditawarkan oleh lembaga keuangan Islam di Sudan ini adalah mudharaba,
murabahah dan qardhul-hasan. Namun implementasi produk mudharaba banyak
menghadapi kesulitan, sedangkan yang paling besar dalam portofolio
pembiayaannya adalah murabaha. Beberapa praktek keuangan mikro lainnya di
114
Hans Dieter Seibel, Islamic Microfinance The Clenge of Institutional Diversity.
Jurnal ICMIF Takaful. No. 12: October 2007.
115 Dosen di Universitas Cologne, Jerman. Seorang peneliti dan pemerhati keuangan
mikro Islam, karya dan hasil riset beliau antara lain : Islamic Microfinane in Indonesia.
45
Sudan ditandai dengan berdirinya Sudan Islamic Bank (SIB) tahun 1992.
Lembaga keuangan ini secara khusus didirikan untuk melayani kredit-mikro.116
b. Masa Pertumbuhan
Awal tahun 1990an, ada kecenderungan perubahan paradigma pada
gerakan keuangan mikro di dunia, yaitu dari term ‚micro credit‛ berubah ke arah
‚ micro finance‛. Perubahan ini ditandai dengan munculnya variasi pelayanan
yang tidak hanya ‚pembiayaan atau kredit‛ tapi juga, simpanan (tabungan),
asuransi, jasa transfer dan jasa pelayanan keuangan lainnya.
Keuangan mikro Islam mulai berkembang pada era tahun 1990-an. Di
Yaman kegiatan keuangan mikro dimulai sejak tahun 1997, di salah satu kota
yang cukup padat di dekat Pelabuhan yang bernama Hodeidah telah didirikan
sebuah lembaga microfinance (MF) yang di sebut dengan the Hodeidah Microfinance Program (HMFP).117
Keuangan mikro islam di Malaysia di
praktekkan dengan nama ‚ ar-Rahnu‛, yang berasal dari kata ‚ar-Rahn‛ yang
berarti gadai. Sistem gadai di Malaysia mendapat respon yang baik dari
masyarakat.118
116
Hatem (2007) Bank ini paling banyak mengadopsi prinsip partnership financing,
diantara metode pembiayaan syariah lainnya. Pengalaman SIB bahwa pengguna dana tidak
memiliki kontribusi berupa dana cash ke dalam proposal investasi yang diajukan, maka sharing
pengguna berupa input (labor), atau sewa mesin (peralatan) dan di depresiasi selama periode
musharakah. Relativitas keuntungan usaha berupa tingkat pengembalian investasi kepada Bank
lebih besar dari pada metode pembiayaan lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gaffar
Abdala Ahmed (2006) di Sudan, mendeskripsikan bahwa total dana yang didistribusikan dengan
mengguanakan metode pembiayaan syariah antara lain : musharakah, murabahah, salam dan
lainnya antara tahun 1995 sampai 2005. menunjukkan bahwa Bank di Sudan lebih menyukai
murabaha daripada jenis pembiayaan syariah lainnya. Menurut penelitian ini murabaha
menduduki posisi terbesar dengan rata-rata 47,3% dari total pembiayaan, sedangkan musharaka
menduduki urutan kedua dengan rata-rata sharenya sebesar 29,3% dari total pembiayaan. Urutan
ketiga adalah salam dengan proporsi sebesar 22% dari total pembiayaan dan sisanya terdistribusi
pada jenis pembiayaan lainnya.
117 Kota Hodeidah ini memiliki aktivitas ekonomi yang berbasis pada perdagangan,
perikanan, produksi makanan, industri kecil, handicraft dan transportasi. Program Islamic
microfinance ini termasuk yang pertama di Yaman. Pada bulan Juni 2000, telah memiliki anggota
(nasabah) sebanyak 1770 orang, dan 23% diantaranya adalah wanita dengan jumlah outstanding
pembiayaanya sebesar US $ 350.000, rata-rata pengeluaran pembiayaan untuk masing-masing
anggota sebesar US $ 240. masing-masing anggota yang tergabung dalam kelompok-kelompok
mendapatkan jumlah yang berbeda-beda sesuai dengan jangkauan dan kemampuannya.
Peningkatan jumlah pembiayaan dinaikkan sebesar 10% untuk bentuk pinjaman pribadi dari total
jumlah pinjaman yang ada. HMFP memiliki dua elemen yang berbeda dari sisi akuntansi dan
keuangannya yang membuatnya berbeda dari lembaga microfinance lainnya dan keduanya
memiliki implikasi terhadap bentuk laporan keuangannya. Pertama : kapitalisasi biaya pelayanan
tergantung biaya pengeluaran pembiayaannya, oleh karena itu mempengaruhi neracanya. Kedua :
elemen yang menyangkut ketiadaaan prinsip bunga pada outstanding pinjamannya yang akan
mempengaruhi yield portofolio dan selanjutnya akan berpengaruh pada perolehan pendapatannya.
118 Lihat : Burhan, Muhammad (2005), ‚Ar-Rahnu A New Microfinance Era in
Malaysia‛, National Cooperative Organization of Malaysia (ANGKASA). Sistem ini
mendasarkan pada gagasan yang diterima secara luas yaitu ‚emas adalah teman terbaik wanita‛.
46
Keuangan mikro islam di Iran dirintis mulai tahun 2000 yang dimulai dari
Provinsi Irfahan dengan nama Al-Taha Gharzul-Hasanah Fund. Produk yang
ditawarkan sebagai jenis pelayanan kepada masyarakat adalah berupa produk
simpanan untuk jangka waktu enam bulanan (deposito) dan disalurkan untuk
pembiayaan perumahan rakyat. Keberhasilan Al-Taha dalam pengalaman
menghimpun dana, investasi dalam kegiatan ekonomi dan memperoleh
pendapatan yang relatif tinggi, telah menginspirasi berdirinya Mohammad
Rasulullah Jay Ghazrul-Hasanah Fund pada tahun 2001, dan menjadi sparing partner dalam menggalang dana masyarakat. Selanjutnya dana yang terkumpul
dalam bentuk deposit nominal kecil-kecil ini dibelikan atau dipergunakan untuk
andil dalam the government cooperative-shares (musharakah papers).119
Di Pakistan, keuangan mikro islam dipraktekkan dalam sektor pertanian
karena pertanian menjadi salah satu andalan bagi Negara Pakistan. Sektor ini
mampu menyumbang GDP sebesar 23% dan menyumbang bagi pekerjaan (tenaga
kerja) sebesar 44,8% dari total tenaga kerja (economic survey of Pakistan, 2005).
Akses permodalan formal selama ini mengalami hambatan untuk masuk ke sektor
ini, karena adanya kewajiban covering collateral berupa tanah. Akhirnya
pembiayaan informal yang masuk ke sektor ini dengan jumlah sekitar 72% dari
total pembiayaan pertanian di Pakistan (World Bank Report, 2004).120
Di Bangladesh lembaga keuangan syariah pertama yang melayani
pengusaha mikro adalah Islamic Bank Bangladesh Limited (IBBL) yang
menyediakan jasa pelayanan kredit mikro melalui Skema Pembangunan Rakyat
(Rural Development Schema – RDS). RDS telah mencoba mendesain sebuah
model berbasis syariah untuk mengurangi kemiskinan rakyat melalui program
Orang-orang Malaysia menggunakan fakta sederhana itu sebagai suatu kesempatan. Oleh karena
itu emas menyatakan secara tidak langsung sebagai symbol (status) kekayaan seseorang, hamper
semua orang Malaysia memiliki emas. Emas juga identik dengan uang cash karena secara cepat
dan mudah untuk diperjualbelikan, dan inilah yang dijadikan AGUNAN. Ar-Rahnu menerima
simpanan berupa emas maupun meminjamkan jasa keuangan dengan jaminan emas. ini diterima
secara luas oleh rakyat Malaysia, terutama masyarakat miskin.
119 Jumlah anggota (nasabah) yang aktif dalam FUNDER di Iran diperkirakan sebanyak
400.000 orang sejak awal tahun 2000. Lembaga microfinance ini telah mampu menyerap 6.000
miliar rial (sama dengan $670 juta) dalam waktu kurang dari 2 tahun. Jumlah ini di luar Bank
Islam yang terdapat di Provinsi Irfahan dikutip dari Hortamani & Pirasteh (2007) dalam
artikelnya yang berjudul Micro-Medium enterprises and Micro-Finance Institutions: The Iranian Expericnce with SGG Funds. The first International Conference on Inclusive Islamic Financial
Secgtor Development. 442.
120 Produk pembiayaan yang diterapkan di Pakistan untuk sektor pertanian adalah bai
salam. Bentuk lembaga yang melayani para petani dalam memperoleh pembiayaan bai salam ini
melalui Microfinance Bank. Jumlah petani yang dilayani sebanyak 0,57 juta yang aktif dan
memiliki potensi sebesar 5,44 juta (State Bank of akistan, 2002). Lihat : Kaleem (2007) dalam
artikelnya yang berjudul Application of Islamic Banking Instreumen (Bai Salam) for agriculture Financing in Pakistan. The first International Conference on Inclusive Islamic Financial Sector Development. Volume 1.254
47
pembangunan rakyat mengikuti prinsip pendekatan manajemen partisipasi dan
pinjaman kelompok.121
Di Syria, praktek keuangan mikro Islam dimulai tahun 1998, di wilayah
pedesaan paling miskin di Syria. Nama programnya adalah Jabal al-Hoss. Produk
keuangan mikro Islam ini dijadikan sebagai pilot project pada lembaga keuangan
formal (Bank), namun yang berhasil dijalankan hanya di Bank Pertanian dengan
melayani sebagaian besar para petani. Setelah pilot project ini dinyatakan
berhasil, akhirnya diinisiasi untuk didirikan lembaga keuangan mikro Islam yang
kemudian dikenal dengan nama sanduq. lembaga ini memberikan pembiayaan
kepada kaum wanita dengan akad murabaha. Dalam praktek murabaha, Sanduq
membelikan 10 ekor kamIbng dan menjual kepada anggota, lalu anggota
membayar kembali dengan cara mengangsur (cicil). Pada akhir tahun , Sanduq
akan membagi keuntungan yang diperoleh kepada anggotanya. Sunduq memiliki
markas (pusat), yang di sebut sanduq markazi (central fund). Sehingga Sanduq
di daerah-daerah kekuangan dana, mereka dapat mengakses dana ke sanduq
markazi. Pada bulan Juni 2006, anggota mereka berjumlah 7.360 dan 47%
anggotanya adalah wanita, tersebar di 32 desa.
Keuangan mikro Islam di Australia, tumbuh melalui the Muslim
Community Co-operative Australia Limited (MCCA). Mereka menyediakan jasa
keuangan dengan menggunakan prinsip-prinsip Syariah. Pada bulan Juni 2004,
lembaga ini telah memiliki 5.824 anggota aktif dan menerima lebih dari 60
anggota baru yang bergabung tiap bulannya. Pada akhir tahun 2004, lembaga ini
membukukan pendapatan yang meningkat sebesar 19,45% , dan memperoleh
pertumbuhan dari keuntungan sebesar 50,64%, dan total asset meningkat sebesar
11,22%.122
Produk yang dikembangkan menjadi bentuk layanan keuangan antara
lain : murabaha, musharaka, mudaraba, qord hasan dan dana zakat.
121
Model kelompok yang digunakan hampir sama dengan yang diterapkan oleh
Grameen Bank. Kelompok yang dibentuk memiliki kesamaan-kesamaan tertentu, misalnya:
tinggal dalam wilayah yang sama, memiliki ketrampilan yang sama, memiliki pekerjaan yang
sama, dan sebagainya. Anggota kelompok harus memiliki karakter yang baik dan berkomitmen
dalam menjalankan agama. Sebagai lembaga IMFI (Islamic Microfinance Institution) RDS
mendesain dan mensyaratkan semua anggota untuk menabung setiap minggu minimal 1 taka.
Produk pembiayaan yang dikembangkan di Bangladesh antara lain : Bai-Muajjal, Bai-murabaha,
dan bai-salam. Ada 1368 tenaga lapangan yang terlibat dalam pengawasan (supervise) di RDS
dan menjadi trainer dalam Pelatihan Bank Islam dan Akademi Penelitian (IBTRA). Skema ini
telah diimplementasikan sejak 1995 sebagai cabang (divisi) dari IBBL. Tahun 2006, jumlah dana
yang diinvestasikan sejumlah Tk.9300,5 juta dengan jumlah nasabah sebanyak 294.908 orang,
dengan proporsi peminjam 92% adalah wanita dan sisanya adalah laki-laki, memiliki 118 cabang
yang tersebar di 857 desa dan sejumlah 275 kantor kas. Tingkat pengembalian (recovery rate)
mencapai 99 persen , artinya tingkat Non Performaing Finance (NPF)nya tidak lebih dari 1%.
Lihat : Ahmed, Mahmood (2007) dalam artikelnya The Role of RDS in The Development of Women Entreprenuership Under Islamic Microfinance: Case Study of Bangladesh. The first
International Conference on Inclusive Islamic Financial Secgtor Development. Volume 2. 480.
122 Di Australia Penduduk muslim mengalami pertumbuhan secara terus-menerus dalam
dekade terakhir ini, terutama dari wilayah Timur Tengah dan Asia Tenggara. Menurut laporan
48
D. PERKEMBANGAN KEUANGAN MIKRO ISLAM DI INDONESIA
Indonesia telah mengembangkan keuangan mikro Islam (IMF) yang
melayani masyarakat, baik simpanan maupun pembiayaan di Indonesia dalam
bentuk Bayt al-Ma>l wat Tamwil (BMT), istilah lain seperti Bayt al Qiradh di
Aceh. Lembaga Keuangan Mikro Islam dalam badan hukum Koperasi pertama
kali yang didirikan di Indonesia adalah BMT ‘Ridho Gusti‛ pada tahun 1990 di
Bandung123
. Bayt al mal wa al tamwil (BMT) yang lebih dikenal di Indonesia
dengan istilah Baitul Mal wa Tamwil adalah lembaga ekonomi tingkat mikro dan
kecil, yang bukan termasuk koperasi bukan pula bank, tapi berada di tengah-
tengah antara kedua lembaga tersebut, yang melayani tabungan maupun
pembiayaan, dengan sistem shari’ah124
. Namun saat ini diakomodir oleh
Pemerintah melalui Departemen Koperasi, yang mana secara kelembagaan dapat
terdaftar sebagai koperasi jasa keuangan syariah (KJKS). BMT secara konseptual
memiliki dua fungsi yaitu sebagai bayt al tamwil125 dan bayt al mal. Model inilah
yang berkembang luas di Indonesia.
Beberapa Lembaga Keuangan Mikro Islam126
pelopor lainnya antara lain
BMT Bina Insan Kamil (BIK) yang berdiri di Jakarta pada tahun 1992 dan BMT
Ibnama yang berdiri di Semarang pada tahun yang sama.127
Pada masa itu
kegiatan keuangan mikro konvensional juga telah banyak berdiri yang
diselenggarakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di bawah naungan
Biro Statistik Australia tahun 1991, ada 147.500 orang Islam, dan tahun 1996 tumbuh menjadi
200.900 orang muslim, tahun 2001 diperkirakan sebanyak 500.000 warga pendatang yang
beragama Islam. Tanggapan terhadap kebutuhan masyarakat atas microfinance makin meluas.
MCCA didirikan pada bulan Februari 1989, dengan modal awal A$22.300, dengan kantor pusat di
Burwood, Victoria. Kegiatan MCCA meliputi kegiatan keuangan yang berbasis pada prinsip-
prinsip keuangan Islam. Selain itu lembaga ini juga menampung dana-dana amal yang dikonversi
ke dalam instrument-instrumen ekonomi yang produktif dan bermanfaat secara social. Lihat :
Lihat di situs : http://www.mcca.com. Financial Highlight for the Year Ended 30th
June 2004.
‚Treasury Report‛.
123 Seibel (2005). Islamic Microfinance in Indonesia, GTZ. . 18.
124 M.Amin Aziz, Kegigihan Sang Perintis (Jakarta: Embun Publishing, 2007), 55
125 Asal kata dari bayt yang berarti rumah dan al tamwil yang berarti pengembangan
harta, sehingga badan ini berfungsi sebagai wadah yang melakukan kegiatan ekonomi dengan
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi untuk meningkatkan kualitas ekonomi
pengusaha mikro dan kecil, terutama dalam mendorong kegiatan menabung dan menunjang
kegiatan ekonomi lainnya, sedang fungsi yang kedua berasal dari kata bayt (=rumah) dan al ma>l (=harta) yang berarti menerima titipan dana zakat, infaq dan sedekah serta mengoptimalkan
distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.
126 Di Indonesia istilah lembaga keuangan mikro Islam lebih sering disebut dengan
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS), maka dalam tulisan ini lebih banyak menyebut
LKMI dengan LKMS.
127 Iqbal S, dan Sunaryo A. Perbedayaan tak pernah Berhenti, Catatan dan Refleksi
Dompet Dhuafa. Khairul Bayan Press. Jakarta. 2005
49
PHBK (Program Hubungan Bank dan Kelompok Swadaya Masyrakat) Bank
Indonesia.
Perkembangan LKMS di Indonesia tidak bisa terlepas dari peran dua
lembaga sosial ekonomi yang sampai saat ini masih eksis dan kredibel di
masyarakat yaitu Dompet Dhuafa (DD)128
dan Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha
Kecil (PINBUK)129
. Kedua lembaga ini yang melahirkan banyak Bayt al-Ma>l wa Tamwil (BMT) di Indonesia.
Jumlah BMT di Indonesia pada tahun 1995 sebanyak 300 dan pada akhir
tahun 1997 telah bertambah menjadi 1.501, lalu tahun 1998 menjadi 2.470 BMT.
Tahun 2005 yang terdaftar dalam anggota PINBUK sebanyak 3,037 BMT.
Jumlah asset sekitar Rp. 1 triliun dengan jumlah pekerja sebanyak 30.000 orang
dan 40%-nya adalah wanita. BMT telah melayani 2 juta penyimpan dan
didistribusikan ke pengusaha mikro dan kecil lebih dari 1,5 juta pengusaha
mikro. (Aziz, 2000). Prinsip keuangan syariah yang digunakan dalam produk
BMT ada dua yang paling utama, yaitu jual beli (murabaha, istisna, bai-salam),
Bagi hasil (mudarabah dan musyarakah). Namun yang paling banyak digunakan
adalah murabahah, dibandingkan produk lainnya.130
Evolusi keuangan mikro Islam di Indonesia, dibagi dalam beberapa
tahap, yaitu131
:
(1) Tahap pertama, Perkenalan : Pendirian Koperasi Syariah pada
tahun 1990.
(2) Tahap Kedua, Pertumbuhan yang sangat cepat : berdirinya
PINBUK tahun 1995 yang mensponsori dan mensosialisasikan
koperasi syariah di Indonesia, tahun 1997 s/d 1998
(3) Tahap Ketiga, Pertumbuhan melambat: pasca krisis moneter,
tahun 2000
(4) Tahap Keempat, Stagnan dan menurun : tahun 2003
Tabel 2.1. Evolusi Keuangan Islam di Indonesia
No. Fase Periode Jumlah
1 Initial growth 1990-1995 300
128
DD menggelar DIKLAT BMT di beberapa daerah. Pertama kali di BPRS Amanah
Ummah, Bogor (1994), di susul di Ibnama Semarang (1994), dan Yogyakarta (1995). Dari ketiga
diklat melahirkan 59 BMT pada awal 1995.
129 PINBUK lahir pada tahun 1995, yang dibidani para tokoh nasional dan sejumlah
petinggi pemerintah pada saat itu, dan tokoh terdepan yang menggerakkan lembaga ini adalah
Prof. DR. M.Amin Aziz.
130 Lihat dalam artikelnya Wahyuni (2007) yang berjudul The Accountability of
Islamic Microfinance Institution: Evidence from Indonesia, dalam The first International
Conference on Inclusive Islamic Financial Secgtor Development. Volume 2. 531.
131 Hans Dieter Seibel, Islamic Microfinance The Clenge of Institutional Diversity.
Jurnal ICMIF Takaful. No. 12: October 2007.4
50
2 Rapid growth 1996
1997
1998
700
1501
2470
3 Slowing-down 2000 2938
4 Stagnasi dan penurunan 2001
2003
3037
2856
Sumber : dikutip dari Seibel (2007)
Dompet Dhuafa mendesain konsep triangle dalam menjalankan BMT di
Indonesia. Pertama, Bayt al-Ma>l (BM) berperan sebagai lembaga sosial, Baitut
Tamwil yang berperan menjalankan fungsi keuangan (simpan-pinjam). Sedang
dana pihak ketiga, didayagunakan secara konkrit untuk usaha. BT dan Usaha di
sektor rill ini berorientasi profit untuk pendanaan dan keberlangsungan
lembaga.132
Tiap-tiap negara memiliki karakteristik produk yang berbeda-beda dalam
mempraktekkan lembaga keuangan mikro yang berbasis pada prinsip-prinsip
keuangan islam. Produk – produk keuangan Islam yang dominan di masing-
masing negara yang diuraikan di atas, adalah :
Tabel 2.2 : Mode produk keuangan mikro islam di berbagai negara
Nama Negara Produk Keuangan
Mikro
Nama
Lembaga
Berdiri
Tahun
Sudan Murabaha 1983
Indonesia Murabaha,
Mudarabah, ZIS
Bayt al-Ma>l
wat-Tamwil
(BMT)
1991
Sudan Murabahah Sudan Islamic
Bank (SIB)
1992
Banglades Murabaha Islamic Bank
Bangladesh
Limited
(IBBL)
1995
Malaysia Rahn Ar-Rahnu 1996
Yaman Murabaha the Hodeidah Microfinance Program (HMFP)
1997
Syria Murabaha Sanduq 1998
132
Iqbal S, dan Sunaryo A. Pemberdayaan tak pernah Berhenti, Catatan dan Refleksi
Dompet Dhuafa. Khairul Bayan Press. Jakarta. 2005..84
51
Iran Murabaha, Ijarah Al-Taha
Gharzul-
Hasanah Fund
2000
Pakistan Murabaha
Australia murabaha,
musharaka,
mudaraba, qord
hasan dan dana
zakat.
melalui the
Muslim
Community
Co-operative
Australia
Limited
(MCCA)
2004
Sumber : Primer diolah dari berbagai artikel
Tahun 2000-an, batas antara keuangan mikro tradisional ‚ sistem
keuangan informal‛ dengan keuangan mikro modern ‚ sistem keuangan mikro
formal‛ menjadi terbuka tanpa sekat pemisah yang jelas di antara keduanya.
Keuangan mikro sudah menjadi salah satu produk dalam sistem keuangan
modern (formal). Awal tahun 2000-an, di Indonesia berdiri unit-unit usaha
(divisi) kredit mikro di beberapa Bank Nasional di Indonesia. Bank Mandiri
membuka divisi kredit mikro, Bank Danamon mendirikan Danamon Simpan
Pinjam, Bank BTPN membuka unit usaha Mikro, dan sebagainya.
E. BENTUK ALIRAN DANA DALAM PERKEMBANGAN KEUANGAN
MIKRO
Kegiatan pendistribusian dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) ke
pihak yang kekurangan dana (defisit) dapat dibedakan dalam beberapa pola,
antara lain :
1. Pola Pertama
Pola ini terjadi pada Lembaga Amal, dimana kegiatan keuangan berawal
dari (input) sumber dana yang mensuplai kegiatan organisasi dan ujungnya
berupa pendistribusian dana kepada pihak-pihak yang sudah ditentukan.
Kegiatan keuangan semacam ini akan sangat tergantung kepada donator (donor)
atau pihak yang mensuplai dana. Ia akan dapat terus berjalan manakala donator
(donor) masih memberikan dananya kepada organisasi, sebaliknya akan berhenti
jika aliran dana hibah tersebut habis atau terhenti.
Pada masa-masa awal keuangan mikro di rintis oleh Muhammad SAW
beserta Khulafah al-Ras}idin, pola kegiatan keuangan berbentuk seperti pola di
Kelebihan dana (surplus)
Panitia
(mendistribusikan)
Object
(defisit)
52
atas. Kegiatan pinjam-meminjam dan perdagangan terjadi secara langsung antara
produsen dan pedagang atau antara pedagang dan konsumen. Financial intermediary belum berfungsi dalam bentuk kelembagaan.
2. Pola Kedua
Pola ini merupakan pengembangan dari pola sebelumnya, selain sumber
dana di peroleh dari sumbangan, ada sumber lain yang diperoleh dari kegiatan
produktif yang dilakukan oleh organisasi tersebut sehingga memperoleh dana
bukan berasal dari sumbangan saja tapi juga hasil usaha yang dilakukannya.
Aliran dana berujung ke pihak yang membutuhkan. Aplikasi pola ini terjadi pada
organisasi nirlaba yang melaksanakan kegiatan produktif dalam menghasilkan
sumber pendanaannya, misalnya organisasi keagamaan ‚Muhammadiyah‛ yang
memiliki lembaga pendidikan, usaha di bidang kesehatan dan sosial. Selain
organisasi tersebut mampu menghasilkan pendapatan sendiri, juga memberikan
pelayanan sosial bagi masyarakat. Begitu juga organsasi ‚ Nahdhatul Ulama‛
yang memiliki berbagai lembaga sosial dan pendidikan dan dapat beroperasi
secara mandiri.
3. Pola Ketiga
Pola ini adalah bentuk kegiatan keuangan yang berkesinambungan, karena
kegiatan keuangan berproses secara terus – menerus dari sumber dana (surplus)
dikelola dan disalurkan ke pihak tertentu yang membutuhkan lalu dikembalikan
endowment
Produktif
Object
Proses
(financial intemediary)
Defisit
• Pihak membutuhkan dana
Surplus• Pihak yang
kelebihan dana
53
lagi dan diputar (disalurkan) kembali, begitu seterusnya. Tipikal pola ini terjadi
pada entitas ‚bisnis‛. Lembaga keuangan mikro yang mengoperasikan usahanya
dengan menggunakan pola ini, maka keberlanjutannya lebih terjamin. Pola yang
terakhir inilah yang saat ini sedang dikembangkan oleh para praktisi dan
penggiat keuangan mikro di dunia.
Praktek keuangan mikro dalam berbagai tempat dan waktu yang berbeda
telah dijalankan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda-beda. Program-
program pengentasan kemiskinan dalam bentuk bantuan, hibah dan santunan
tunai kepada masyarakat miskin pada kenyataannya hanya menciptakan
ketergantungan ‚orang miskin‛ terhadap orang lain dan diri mereka sendiri masih
tetap tidak berdaya. Maka bentuk pola keuangan yang akan dipergunakan harus
disesuaikan dengan sasaran dan tujuan kegiatan tersebut.
Dalam hal ini (bentuk aliran dana) antara keuangan ‚konvensional‛ dan
keuangan mikro adalah sama, yaitu keberlanjutan kegiatan secara mandiri
menjadi pola yang dipilih agar entitas usaha (konvensional maupun mikro) dapat
berlangsung (beroperasi) dalam jangka panjang.
F. PERUBAHAN PARADIGMA DALAM KEUANGAN MIKRO
Pembahasan mengenai ‚keuangan mikro‛ pasti tidak akan terlepas dari
konsep dasar tentang pengertian ‚keuangan‛, sedangkan ‚keuangan‛ dalam
perspektif konvensional merupakan cabang dari disiplin ‚ilmu ekonomi‛133
.
Teori-teori yang muncul di ranah ‚keuangan‛ banyak di ilhami dari munculnya
berbagai persoalan ‚problem‛ di sekitar perusahaan. Perusahaan yang beroperasi
untuk memperoleh keuntungan yang maksimal134
, ternyata dalam realitanya
banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Sehingga teori-teori keuangan yang
lahir sengaja diciptakan untuk membantu para pengambil keputusan bisnis agar
segala aktivitas bisnisnya berjalan secara efektif dan efisien.
Teori-teori keuangan konvensional yang lahir dan berkembang sampai
saat ini selalu berorientasi kepada maksimalisasi kesejahteraan para pemilik
modal. Sehingga cakupan bahasan dalam keuangan konvensional sebatas pada
lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi yang berorientasi kepada
keuntungan ( profit oriented ). Hal ini wajar karena ketika bicara profit, maka
pemilik modal-lah yang akan menerimanya. Paradigma ini akhirnya membentuk
133
Cabang ilmu ekonomi lainnya, antara lain manajemen, akuntansi, produksi,
pemasaran dan sumber daya manusia.
134 Beberapa referensi menyebutkan bahwa tujuan keuangan adalah memaksimalisasi
kekayaan pemegang saham ( Martin, dkk. 2004. Hal : 4 ), Sutrisno (2007: 4) menyebutkan bahwa
tujuan manajemen keuangan sama dengan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan kemakmuran
para pemegang saham atau pemilik, sedangkan Arthur, dkk (1999 : 4) tujuan keuangan
memaksimalkan nilai pasar saham perusahaan karena seluruh keputusan keuangan akan terefleksi
di dalamnya.
54
suatu mindset bisnis bahwa yang mampu memberikan kontribusi laba-lah yang
akan dilayani dalam bisnis.
Fungsi utama keuangan adalah keputusan pendanaan , keputusan investasi
, dan keputusan dividen. Ketiga keputusan keuangan tersebut pada hakekatnya
muncul dari tiga pertanyaan, yaitu (1) dari sumber mana saja dapat diperoleh
dana dengan biaya yang paling murah, (2) akan dipergunakan atau disalurkan
kemana dana yang dimiliki, dan (3) bagaimana cara menghasilkan profit yang
maksimal. Ujung kegiatan keuangan adalah mendapatkan laba maksimal yang
akan dibagikan kepada pem ilik modal. Maksimalisasi laba atau mendapatkan
laba yang lebih besar hanya dapat diperoleh melalui perdagangan di sektor
keuangan yaitu pasar modal dan pasar uang135
. Kondisi terakhir itulah yang
kemudian dikenal dengan istilah keuangan konvensional136
. Keuangan muncul
sebagai disiplin ilmu tersendiri sejak tahun 1900-an, ketika perusahaan-
perusahaan di Amerika Serikat membutuhkan permodalan yang cukup besar
dengan menerbitkan sekuritas di Pasar Modal137
. Tahun 1930-an terjadi
perubahan yang radikal selama masa depresi, banyak terjadi kepailitan dan
reorganisasi, likuidasi dan regulasi pemerintah AS terhadap pasar sekuritas yang
bertujuan untuk mempertahankan keberlangsungan usaha (survival). Tahun
1940- 1950-an, keuangan telah diajarkan sebagai mata kuliah yang deskriptif dan
institusional.
Tahun 1960-1970-an, muncul teori portofolio dalam kaitannya dengan
pengambilan keputusan investasi (bauran sekuritas yang optimal). Tahun 1980-
1990an, beberapa teknik pembiayaan jangka panjang bermunculan seiring dengan
kemajuan dan perkembangan di bidang teknologi informasi. Perkembangan IT
telah memicu akselerasi industri keuangan dengan munculnya berbagai instrumen
derivatif di Pasar Uang dan Pasar Modal. Sekali lagi, yang mengambil
keuntungan dari transaksi perdagangan tersebut adalah pemilik modal besar
(kapitalis).
135
Instrumen-instrumen keuangan derivatif yang muncul dan diperdagangkan di Pasar
Keuangan bersifat spekulatif, sehingga seseorang yang berdagang di pasar ini dapat
memungkinkan untuk mendapatkan return yang tinggi dan sebaliknya.
136 Keuangan terdiri dari tiga bidang kegiatan utama menurut Brigham yaitu (1) Pasar
uang dan Pasar modal, (2) investasi, dan (3) keuangan perusahaan. Lihat Brigham, Financial Management (New York: Mc. Hill, 1998), 4
137 Aktivitas Pasar modal di dunia, sebenarnya sudah ada sejak tahun 1262 Masehi,
yaitu ketika pemerintah Venice mengalami kesulitan dalam melunasi hutang (bad debt) sehingga
mereka mengubah hutang – hutang tersebut ke dalam bentuk bonds dan di pasarkan secara bebas.
Strategi ini mencatat prestasi yang baik, sehingga diikuti oleh Pemerintah lainnya. Tahun 1693
Masehi, Raja William III dari Inggris membentuk sebuah lembaga yang disebut The English National Debt (Lembaga Nasional Utang Inggris). Usman, Marzuki (1997 : 12) menjelaskan
bahwa Lembaga Nasional Utang Inggris ini menerbitkan surat-surat berrharga mirip obligasi,
yang kemudian diikuti oleh serikat-serikat dagang Inggris, dan tahun 1773, mereka memutuskan
untuk menyebut tempat bertemunya para pemegang surat berharga diantara mereka dengan ‚ the stock exchange‛.
55
Pada dekade yang sama umat Islam terpelajar dari berbagai dunia Islam
mulai bangkit dengan pemikiran-pemikiran baru yang mencerahkan, terutama
yang berkaitan dengan ekonomi Islam. Buku yang ditulis oleh A.H. Abu
Sulaiman, Nadhariyyat Al-Isla>m Al- Iqtis}adiyah: Al- Falsafah wa Al-Wasa’il Al-Mu’ashirah (Konsep Ekonomi Islam: Filosofi dan sarana-sarana modern) terbit
di Kairo, pada tahun yang sama terbit juga buku Al-Fa>idah al Ra’sh al-Ma>l dan
Al-Iqtis}ad al-siya>si (Ekonomi Politik) pada tahun 1960, menandai bangkitnya
Islam melalui kekuatan ekonomi. Kemudian muncul berbagai konferensi138
,
workshop dan seminar Internasioanl mengenai Ekonomi Islam, termasuk cabang-
cabang ilmunya, seperti Perbankan, Asuransi, dana Pensiun, dan sebagainya.
Serangkaian data empiris di atas menjelaskan bahwa kegiatan keuangan
dan keuangan sebagai teori dan disiplin ilmu menjadikan subyek dan obyek
kajiannya adalah masyarakat yang memiliki ‚modal‛139
. Kajian disiplin ilmu
keuangan yang berbasis pada modal (capital) inilah yang akhirnya mewarnai
kemunculan lembaga-lembaga keuangan yang dibangun selama ini. Paradigma
inilah yang menyebabkan masyarakat yang tidak memiliki ‚modal‛ kurang
terlayani oleh jasa keuangan dalam aktivitas usahanya.
Pemilik perusahaan ‚corporate‛, pastilah mereka yang memiliki modal
besar, namun ketika berbicara siapa yang mereka layani tentu bukan orang
miskin tapi mereka yang memiliki modal besar juga, terutama masyarakat
konsumen di Lembaga Keuangan formal, sebagai contoh, di Perbankan
Konvensional berlaku syarat 6 C (capital, collateral, capacity, character, condisition of economics, constraint) sebagai prinsip dalam pengambilan
keputusan pembiayaan (kredit)140
. Mereka yang tidak memiliki modal dan
agunan akan sulit mendapatkan pembiayaan permodalan dari dunia perbankan.
Pelayanan jasa keuangan lainnya juga sama, seperti Asuransi, Pasar modal141
,
138
Konferensi Islam I tentang Ekonomi Islam dilaksanakan pada tahun 1976 di Mesir. ,
lihat Ahmad Izzan dan Syahri Tanjung, Referensi Ekonomi Syariah ( Bandung: Remaja
Rosdakarya,2006), 28-29
139 Pemilik modal yang dimaksud disini adalah mereka yang memiliki perusahaan.
Perusahaan yang berbadan hukum, baik persekutuan komanditer maupun perseroan terbatas.
Sedangkan masyarakat yang dapat bertransaksi dengan perusahaan tersebut adalah mereka yang
sama-sama memiliki modal, baik supliernya, distributornya maupun konsumennya, kecuali
karyawannya. Dalam berbagai referensi manajemen keuangan selalu disebutkan bahwa obyek
bahasannya adalah perusahaan perseroan, lalu yang menjadi pertanyaan adalah siapa yang
melayani kebutuhan jasa keuangan orang-orang miskin.
140 Dalam analisis kredit tujuannya adalah menilai apakah calon nasabah memiliki
kemampuan untuk membayar pinjaman dan memiliki jaminan yang dapat menutup permohonan
kreditnya. Lihat dalam Veitzal Rivai ,Credit Management handbook (Jakarta: Rajawali Press,
2006), 288 dan Bank & Financial Institution (Jakarta: Rajawali Press, 2007), 457
141 Perusahaan publik adalah perseroan yang sahamnya dimiliki sekurang-kurangnya oleh
300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp.
3.000.000.000 (tiga milyar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang
ditetapkan Peraturan Pemerintah. Persyaratan untuk memasuki Pasar Modal juga sangat ketat,
hanya perusahaan-perusahaan skala menengah dan besar saja yang dapat memasuki dan terdaftar
56
Pasar Uang142
, Dana Pensiun, Investasi dan lain-lainnya menjadi tertutup bagi
para pemilik modal kecil (mikro).
Pemikiran dalam bidang manajemen keuangan konvensional telah
membawa gap antara orang kaya (pemilik modal besar – kapitalis) dengan orang
miskin ( berpenghasilan rendah) semakin melebar. Orang-orang berpenghasilan
besar (kaya) akan mudah untuk melipatkangandakan kekayaannya melalui
instrumen-instrumen keuangan yang sengaja diciptakan untuk mereka di pasar
uang dan pasar modal. Kecenderungan ini adalah bentuk pelanggaran perintah
Tuhan (Q.S.: Al-Hasyr: 7)143
. Sementara orang-orang miskin untuk mengakses
jasa keuangan sangat sulit bahkan tertutup sama sekali bagi mereka. Kesenjangan
antara kaya dan miskin tidak terjadi hanya di negara-negara miskin saja, tapi di
negara-negara maju juga mengalami hal yang demikian, walaupun tingkat
keparahannya tidak seperti yang terjadi di negara dunia ketiga.
Teori, konsep dan kebijakan di bidang keuangan yang sudah masuk ke
ranah public melalui para sarjana ekonomi telah mempengaruhi pengambil
kebijakan (legeslatif) dan pemerintahan (eksekutif) di berbagai belahan dunia
dalam arah pembangunan ekonomi nasional negaranya. Perbedaan perspektif
ilmu ekonomi mengalami dikotomi antara pro-kapitalis dan pro-rakyat. Dalam
domain ekonomi konvensional tercermin perbedaan-perbedaan tersebut pada
teknik pengambilan keputusan, kebijakan pemerintahan dalam pengendalian
ekonomi nasionalnya, dan dalam tataran ekonomi mikro terlihat dari cara
pengambilan keputusan para pemimpin perusahaan dalam langkah dan strategi
pencapaian optimalisasi keuntungannya. Namun hampir semua sektor baik publik
maupun privat dan sektor konvensional maupun mikro mengukur kinerja
keberhasilan dalam aktivitasnya selalu dinilai dengan angka-angka kuantitatif
tingkat rasio antara income dan outcome, sedangkan indikator rasio tersebut
adalah adanya selisih positif antara income dan outcome atau dalam bahasa
bisnisnya adalah profit. Akhirnya kembali lagi posisi lemah ‚rakyat miskin‛
yang hidup tanpa power, modal, dan intelektual menjadi objek kebijakan publik
yang tidak memberdayakan dan menjadi pelengkap industri nasional, orang
miskin berada pada posisi tawar yang lemah dan harga yang murah. Hal inilah
yang kemudian menjadikannya masuk dalam siklus lingkaran setan
kemiskinan144
.
(listing) di Pasar Modal, sementara usaha mikro dan kecil tertutup kesempatan untuk
mendapatkan alternatif pembiayaan bisnisnya dari Pasar Modal.
142 Perusahaan yang dapat terlibat dalam transaksi di pasar uang, hanya lembaga
keuangan yang terdaftar di Bank Sentral saja dan yang memenuhi persyaratan ini hanyalah
Lembaga Keuangan Formal saja saja, antara lain Perbankan. Sedangkan Lembaga keuangan
mikro tidak diakomodir oleh Bank Sentral.
143 Lihat (Q.S. Al-Hasyr:7) ‚ janganlah harta itu beredar di di atara orang-orang kaya di
antara kamu,..‛
144 Kemiskinan dapat digolongkan dalam kemiskinan struktural, kemiskinan kultural
dan kemiskinan natural. Kemiskinan struktural disebabkan oleh kondisi struktur perekonomian
yang timpang dalam masyarakat, baik karena kebijakan ekonomi pemerintah, penguasaan faktor-
57
Sejak tahun 1960-an, organisasi-organisasi donor international telah
mengkonsentrasikan aktivitas mereka pada berbagai pendekatan yang berbeda
untuk mengurangi kemiskinan. Dunia telah menggunakan pendekatan yang
berbeda dalam mendefinisikan dan mencari penyebab kemiskinan yang selalu
berubah hampir setiap dekade145
. Ada ungkapan yang terkenal dari Karl Marx ‚
Negara-negara maju menunjukkan visi pada masa depan diri mereka sendiri ‚.
Tricle down effect (1960s) mengasumsikan bahwa ekspansi pertumbuhan
ekonomi, melalui transfer modal (foreign Direct Investment, financial development aid, etc.), nilai-nilai asing, teknologi dan organisasi akan menetes
kepada orang miskin, ternyata gagal146
. Akhir abad ke-20 , hampir seperempat
penduduk dunia menguasai 80% kekayaan dunia. Meskipun kelaparan dan
malagizi sudah diperangi dengan berbagai program, namun masih ada semilyar
orang yang menderita kelaparan terus – menerus, yang 455 juta diantaranya
menderita malagizi gawat. Mereka hidup di negara-negara sedang berkembang
yang paling miskin (Tanco, Jr.; 1994).
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada tahun 1963, telah
memperkenalkan dan mensosialisasikan program baru ‚ World Food Program ‚.
Program ini bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan dunia dengan
peningkatan produksi pertanian dan penyediaan bahan makanan di seluruh dunia.
Perkembangan lanjutnya adalah diperkenalkannya ‚ the Green Revolution ‚ pada
tahun 1968.147
Di Indonesia diadopsi dengan Program BIMAS pada tahun 1970-
an dan dilanjutkan dengan program INMAS pada tahun 1980-an. Program ini
pernah menciptakan keberhasilan swasembada beras di Indonesia tahun 1985 –
1989148
. Akhirnya program ini tidak berjalan lama dan Indonesia kembali
faktor produksi oleh segelintir orang, monopoli, kolusi antara pengusaha dan pejabat dan lain-
lainnya. Intinya kemiskinan struktural ini terjadi karena faktor-faktor buatan manusia. Adapun
kemiskinan kultural muncul karena faktor budaya atau mental masyarakat yang mendorong orang
hidup miskin, seperti perilaku malas bekerja, rendahnya kreativitas dan tidak ada keinginan hidup
lebih maju. Sedangkan kemiskinan natural adalah kemiskinan yang terjadi secara alami, antara
lain yang disebabkan oleh faktor rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya
sumber daya alam
145 Mathias Range, Islamic Microfinance (Aachen: RWTH Aaachen University,2008),
13.
146 Indonesia memiliki pengalaman pahit dengan konsep tricle down effect ini, ketika
pemerintahan orde baru memfasilitasi dan memberikan berbagai kemudahan kepada para
pengusaha besar negeri ini untuk mendapatkan fasilitas perbankan dan proyek-proyek pemerintah
serta fasilitas insentif laiinya sehingga mereka cepat membesar dan menjadi konglomerat dengan
harapan dapat membuka lapangan kerja dan assetnya menetes ke bawah (masyarakat) banyak,
ternyata GAGAL. Ketika terjadi KRISMON 1997, justru mereka menjadi beban rakyat banyak
dengan BLBI yang GAGAL BAYAR (default). Akhirnya rakyat yang harus menanggung beban
kegagalan mereka, bukannya mereka yang telah diberikan fasilitas lebih oleh pemerintah.
147 Baca lebih lanjut : Robinson, M.S., ‚The Microfinance Revolution, Vol.2, Lesson
from Indonesia‛, Washington D.C. 2003, halaman 90-93. Baca juga di : The Green Revolution by
Bolang, N.E. (Rockefeller Foundation): The Introduction of High Yielding Varieties.
148Lihat di : http/www.rully-syumanda.blogspot.com/ revolusi-hijau-gagal-
mensejahterakan.html
58
menjadi pengimpor beras terbesar di dunia. Program pengembangan di sektor
pertanian dilanjutkan dengan Program Kredit Usaha Tani atau lebih dikenal
dengan KUT. Petani diberikan fasilitas kredit dalam bentuk natura berupa bibit,
obat-obatan (pestisida) dan pupuk. Program yang berjalan sampai akhir abad ke-
20 ini berujung pada dimasukkannya beberapa tokoh masyarakat petani di
berbagai desa di Indonesia ke dalam penjara karena tersangkut kredit macet
KUT. Program – program pemberdayaan lainnya di era tahun 1980-1990an yang
cukup populer adalah Inpress Desa Tertinggal (IDT) yang digagas oleh
Mubyarto149
.
Berbagai program yang dijalankan oleh pemerintah tersebut, lebih banyak
menuai kegagalan dibandingkan dengan keberhasilannya. Program Kredit Usaha
Tani (KUT) misalnya, merupakan salah satu di antara serangkaian program
pemerintah yang menuai kegagalan. Program ini menempatkan Bank, Koperasi,
LSM dan kelompok tani hanya sebagai mesin penyalur kredit, sedangkan
tanggungjawab kredit terletak di tangan Departemen Koperasi. Pada tahun 1998,
plafon KUT mencapai 8,4 triliun rupiah naik 13 kali lipat dari sebelumnya.
Sejak tahun 2000, program KUT yang dianggap gagal total diganti
pemerintah dengan program baru yakni Program Kredit Ketahanan Pangan
(KKP) yang pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada bank, pemerintah
hanya bertindak sebagai pemberi subsidi pada tahap awal. Berdasarkan target
pemerintah, program ini menuai sukses tahun 2004, tetapi lagi-lagi mengalami
kegagalan karena kesulitan bank menyalurkan kredit kepada petani dan kesulitan
petani membayar bunga kredit. Dari platfon sebesar 2,3 triliun rupiah, sampai
Maret 2001 baru terealisasi 3,85 miliar rupiah atau 1,57%. Akibatnya, terjadi
kelangkaan kredit usaha tani di desa. Di samping program KUT dan KKP juga
ada Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Program ini bertujuan
mengurangi kemiskinan di tingkat pedesaan, sekaligus memperbaiki kinerja
pemerintah daerah dengan cara memberi bantuan modal dan pengadaan
infrastruktur. Inti dari program ini adalah perencanaan yang melibatkan
masyarakat, laki-laki dan perempuan, termasuk masyarakat miskin. Program ini
dirancang melalui mekanisme musyawarah mulai dari tingkat dusun hingga ke
tingkat kecamatan. Pelaksanaan program didampingi oleh seorang fasilitator
kecamatan, dua orang fasilitator desa, satu laki-laki, satu perempuan di tiap desa,
juga dibantu lembaga pengelola yaitu Unit Pengelola Keuangan (UPK) di
kecamatan yang melibatkan LMD. Program ini di beberapa daerah mengalami
kegagalan, karena tidak adanya perencanaan yang matang dan juga kuranya
transparansi penggunaan dan alokasi anggaran kepada masyarakat desa.
Kisah kegagalan program yang dirancang dan didanai oleh pemerintah
dan Bank Dunia, juga terjadi dalam Program Padat Karya Desa-Pengembangan
Wilayah Terpadu (PKD-PWT) di NTT , Sulawesi Selatan, NTB dan Sulawesi
Utara serta program PDMDEK di Jawa Barat. Program PKD-PWT membagikan
149
Dosen Universitas Gajah Mada Yogyakarta, yang sangat terkenal dengan konsep-
konsep ekonomi kerakyatannya.
59
uang bantuan sebesar 50 juta rupiah kepada setiap desa dan langsung disalurkan
ke rekening Tim Pelaksana Desa (TPD). Jumlah desa yang dibantu dengan
program ini mencapai 1.957 desa. Program ini mengalami kegagalan, karena
proses perencanaan, pelaksanaan dan penyaluran bantuan kepada desa, sangat
tergantung kepada TPD. Sementara PDMDEK di Jawa Barat, mengalami
kegagalan karena dana bergulir yang diberikan kepada masing-masing desa
sebanyak 14 juta rupiah per desa, digunakan masyarakat untuk tujuan
konsumtif.150
Kegiatan yang menyangkut keuangan mikro lainnya, terakhir yang
dilakukan oleh Pemerintah dengan program Bantuan Langsung Tunai (BLT)
tahun 2007-2008 yang juga menuai pro-kontra.
Hampir semua program yang dilaksanakan dengan menggunakan dana
pinjaman dari luar negeri, baik ke Bank Dunia maupun IMF ternyata tidak cukup
significant dalam melakukan perubahan di bidang perekonomian rakyat. Perlu
dilakukan terobosan pendekatan baru dalam memberdayakan masyarakat miskin,
sehingga mereka ikut terlibat secara aktif dengan tingkat kesadaran yang tinggi
dan rasa memiliki terhadap kegiatan yang mereka lakukan dalam pengembangan
ekonomi keluarga maupun usaha bersama yang saling menguntungkan diantara
mereka.
Kegiatan keuangan yang dipraktekkan sebagaimana terjadi pada berbagai
program pemerintah di atas pada akhirnya selalu mengalami kegagalan.
Kegagalan ini bukan karena tidak ada sebab, tapi karena beberapa hal151
, (1)
menempatkan masyarakat sebagai obyek, sehingga sense of bellonging atas
program rendah, (2) Arus dana mengalir searah, sehingga ketergantungan
terhadap sumber dana sangat besar , dan ketiga (3) Program keuangan yang
berhasil dilaksanakan (implementasi) selalu disertai dengan jaminan (fisik/non-
fisik), sanksi yang kurang jelas inilah yang membuat masyarakat enggan untuk
patuh terhadap suatu kewajiban. Dalam terminologi masyarakat miskin sanksi
moral akan lebih berdampak dibandingkan dengan sanksi badan. Budaya
masyarakat miskin yang hidup secara komunal dengan bersendikan gotong
royong dan keeratan kekerabatan diantara mereka menyebabkan disakitinya salah
satu anggota mereka akan dianggap menyakiti semuanya dan dampaknya adalah
bentuk perlawanan. Maka pendekatan kepada orang miskin tidak dapat
disamakan dengan orang kaya yang individual dan ego sentris. (4) pendekatan
top-down yang dilakukan pemerintah kurang efektif terhadap perubahan yang
diharapkan bagi masyarakat kelas bawah. Ketika aktivitas keuangan akan
digerakkan dengan sasaran masyarakat kelas bawah dan yang menggerakkan
langsung dari pemerintah tingkat keberhasilan akan menjadi rendah. Piots
Sztompka (2007) mengatakan rakyat berpersepsi bahwa pemerintah beroposisi
terhadap mereka. Ini terungkap dari ungkapan seperti: ‘mereka‛ melawan
150
Baca di Gregorius Sahdan (2004), Yogyakarta : Kajian Politik dan Pembangunan
Kawasan Center for Humanity and Civilization Studies (CHOICES)
151 Ditinjau dari aspek keuangan, bahwa kegiatan keuangan mengalir dari funding
proses lending.
60
‚kami‛. Mereka merasa seakan tak ada sesuatu pun yang berubah, seakan sistem
masih asing, dipaksakan dan karena itu harus ditolak.152
Berbagai bentuk represi
yang sering dilakukan aparat pemerintah dan tindakan amoral serta
penyimpangan penggunaan wewenang dan jabatan yang ditayangkan secara luas
oleh berbagai media massa dewasa ini telah menimbulkan sikap apatisme
masyarakat kelas bawah terhadap pemerintah. Mereka akan membandingkan
tingkat korupsi yang dilakukan oleh aparat pemerintah yang nilai milyaran
bahkan triliunan dengan jumlah ‚jatah‛153
yang mereka terima dari
pemerintahannya. Hal ini menjadikan faktor ketidakberhasilan dalam program
pemerintah yang ingin memasuki ranah grassroot dalam bidang keuangan mikro.
Keuangan mikro mestinya dijalankan dan digerakkan oleh masyarakat
sendiri, sedangkan pemerintah hanya sebagai regulator/fasilitator saja. Bentuk
sanksi yang paling efektif dalam masyarakat mikro adalah sanksi sosial.
Pemahaman dan praktek terhadap konsep ini dijalankan oleh Moh. Yunus pendiri
Grameen Bank di Banglades. Praktek Grameen Bank tidak menerapkan jaminan
fisik sudah teruji, karena dilandasi dengan keyakinan bahwa orang miskin dapat
dipercaya.154
Pelibatan mereka ‚masyarakat miskin‛ dalam sistem keuangan
mikro tidak sebatas hanya sebagai objek tapi juga sebagai subjek, dalam Sistem
Grameen menjadikan nasabah sebagai anggota merupakan pelibatan mereka
sebagai subjek dalam keuangan mikro. Bahkan Muhammad Yunus sendiri
mengatakan bahwa biaya yang mereka bayar adalah untuk menutup beban
penyelenggaraan lembaga dan selebihnya adalah nilai return yang dipergunakan
untuk keberlangsungan dan pengembangan usaha yang pada akhirnya keuntungan
yang diperoleh dari usaha simpan pinjam yang dilaksanakan oleh Grameen Bank
akan dikembalikan lagi kepada mereka (nasabah) sebagai pemiliknya.155
Nasabah
memiliki share atas Grameen Bank sebesar 94%, sedangkan 6%-nya dimiliki oleh
Pemerintah Bangladesh.156
Sehingga ketika para sarjana muslim mengkritik
sistem Grameen yang menerapkan bunga, Muhammad Yunus menjawab bahwa
tujuan perintah agama yang melarang bunga adalah untuk melindungi kaum
miskin dari eksploitasi kaum kaya (kapitalis) melalui riba, tetapi ketika kaum
152
Lihat dalam Piotr Sztompka, Sosiologi perubahan Sosial (Jakarta: Penerbit Prenada,
2007). 290-291
153 Ketika masyarakat miskin menerima pinjaman dari pemerintah, maka mereka
menganggap bahwa itu adalah bantuan, dan tidak perlu dikembalikan. Asumsi dan mindset ini
sudah menjadi budaya terutama mereka yang sudah pernah mendapatkan bentuk ‚kekerasan‛ dari
pemerintah seperti, penggusuran yang tidak ganti untung, pengusiran dari tempat berdagang
mereka, ketidakadilan dalam sistem peradilan di negara ini, dan bentuk pemerasan lainnya seperti
pungutan liar dalam mendapatkan hak layanan publik dalam sistem administrasi pemerintahan
(pembuatan KTP, KK, dsb).
154 Ram Chandara Joshee, Grameen Model : Problem and Prospect.(New Delhi, t.t), 3
155 Baca Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin (Jakarta : Marjin Kiri, 2007). 107-109
156 Makalah presentasi Muhammad Yunus yang berjudul Grameen bank owned by the
poor yang dikompilasi oleh Md.Ekramul Haque dan Amadea Goresh (USA: Pepperdine
University,t.t).
61
miskin memiliki sendiri bank-nya, dan kelebihan pembayaran (diistilahkan
dengan interest) yang dibayarkan mereka ke bank tersebut sebenarnya adalah
milik mereka sendiri.157
Kenyataan membuktikan kepemilikan Grameen Bank
sebagaian besar (96%) dimiliki oleh nasabah dan sisanya dimiliki sahamnya oleh
Pemerintah Bangladesh.
157
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin (Jakarta: Marjin Kiri, 2007). 109
62
BAB III
ANATOMI NILAI-NILAI DASAR KEUANGAN MIKRO ISLAM
Untuk mengetahui model keuangan mikro Islam ada dua prinsip dasar
yang menjadi instrumen pokok analisis yaitu (1) memahami prinsip-prinsip
keuangan Islam, dan (2) memahami prinsip-prinsip keuangan mikro. Prinsip-
prinsip keuangan Islam memiliki dua dimensi yaitu dimensi materiil dan
immateriil. Dimensi materiil mengindikasikan karakter eksplisit yang terkandung
dalam produk pembiayaan keuangan, sedangkan dimensi immateriil adalah
karakter implisit yang menjiwai atau menjadi spirit dimensi materiil. Dimensi
materiil merupakan atribut-atribut yang melekat pada suatu produk pembiayaan,
seperti jenis akad pembiayaan, tujuan, sasaran, jaminan, dan persyaratan lainnya
yang ditentukan dalam rangka menjalankan (mengoperasionalisasikan) produk
tersebut, sedangkan dimensi immateriil merupakan bentuk spirit ruhiyah yang
menjadi sumber energi dalam menggerakkan hati, perilaku dan tindakan yang
mendorong untuk ikhlas bekerja, membantu meringankan beban orang lain1,
memenuhi akad (janji)2, mengeluarkan bagian harta yang bukan haknya (zakah),
dan berbuat adil kepada siapapun3.
A. DIMENSI RUHIYAH DALAM PEMBIAYAAN KEUANGAN MIKRO
ISLAM
Konsep keuangan mikro Islam dibangun atas dasar prinsip-prinsip
keuangan Islam. Prinsip-Prinsip keuangan Islam sebagai bagian dari ekonomi
Islam telah banyak dibahas oleh berbagai pemikir muslim dari masa awal Islam
sampai saat ini.4 Ada pertanyaan mendasar ketika suatu sistem yang akan
dibangun dengan berbasis Islam yaitu yang berkaitan dengan apa yang akan
1 ‚Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya‛ (al-hadith)
2 Q.S. Al-Ma’idah : 1
3 Q.S. al-Ma’idah : 8
4 Pemikir Islam dibagi pada 4 (empat) fase, yaitu fase pertama sejak awal Islam sampai
1058 M; fase kedua 1058-1446; fase ketiga Dari tahun 1446 – 1932; dan Fase Dari 1932 –
sekarang. Di antara tokoh pemikir yang melakukan pembahasan ekonomi pada fase pertama
adalah : Zaid ibn Ali (699-738 M), Abu Hanifa (699-767M), al-Awza’I (707-774), Malik ibn Anas
(712-796), Abu Yusuf (731-796),. Muhammad ibn Hasan al-shaibani (750-804), Abu Ubaid al-
Qasim Ibn Sallam ( - 838 M), Haris ibn Asad al-Muhasibi ( - 859), Junaid al-Baghdadi ( - 910),
Ibn Miskawih ( - 1030 M), dan al-Mawardi ( - 1058 M). Yang masuk fase kedua adalah : Al-
Ghazali (1055-1111 M), Ibn Taimiyah (1263-1328 M), Ibn Kdun (1332-1404 M). Yang masuk
fase ketiga adalah : Shah Waliyullah (1703-1762M), Muhammad Iqbal (1873-1938 M). dan fase
setelahnya Dari tahun 1932 – sekarang di antaranya Yusuf Qardhawi, Muhammad A. Mannan,
Khursid Ahmad, M. Nejatullah Siddiqie, dll. Baca lebih lanjut dalam M.Nejatullah Siddiqie,
Muslim Economic Thinking, a survey of contemporary literature, Jeddah : ICRI Economics King
Abdul Aziz University, 1981.
63
dihasilkan (barang atau jasa), bagaimana caranya, siapa yang akan
menjalankannya, bagaimana sebuah keputusan diambil, siapa yang memiliki
otoritas dalam mengambil keputusan dan bagaimana lembaga Islam dapat
mengatasi berbagai masalah masyarakat modern.5 Namun jauh sebelum
pertanyaan-pertanyaan tersebut di jawab, seharusnya ada landasan yang dapat
dijadikan pijakan yang benar dalam mengkonstruksi dasar-dasar keuangan mikro
Islam.
Dasar-dasar kelembagaan keuangan mikro yang sudah berkembang
dewasa ini sebagai hasil rekayasa manusia memiliki berbagai kelemahan karena
dibangun hanya dengan filosofi ‚humanity‛, sementara unsur ‚spiritualitas -
yang bertendensi keilahian‛ tidak dijadikan pijakan, hal mana sebagai sesuatu
yang jamak karena keuangan mikro yang berkembang pesat di awal
pertumbuhannya dikembangkan dalam tradisi kapitalistis. Kritik dan kecaman
terhadap kelemahan teori pembangunan sosio-ekonomi yang menjadi acuan
dalam praktek pembangunan ekonomi selama ini, dilontarkan oleh para ilmuwan
lain.6 Mereka berpendapat bahwa kelemahan paling mendasar dari paradigma
teori ekonomi tersebut adalah pengabaiannya terhadap dimensi moral, nilai-nilai
sosial dan etika.7 Menyadari adanya kelemahan mendasar tersebut, mereka bukan
hanya menyarankan agar digunakan pendekatan interdisipliner dalam
mempelajari fenomena ekonomi, tetapi juga menyarankan agar dilakukan
pendekatan holistik. Pendekatan ini mengintegrasikan kebutuhan material dan
spiritual manusia.
Membahas model keuangan mikro yang ideal dalam perspektif Islam perlu
kajian terhadap prinsip-prinsip ekonomi Islam yang meliputi, (1) Prinsip keadilan
(justice)8, (2) Prinsip keterbukaan dan kejujuran (transparance & fairness)
9. dan
5 Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, An Introduction to Islamic Finance, Teory and
Practice. (Sinagpore: John Willey & Sons, 2007), 2
6 Para ilmuwan tersebut di antaranya, E.F.Schumacher, Kenneth Boulding, Quentin
Skinner, Theodore Roszak, Erich Fromm, Gunnar Myrdal, J.K. Galbraith, R. Heilbroner, John
Brome, Amartya Sen. Lihat Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: IIIT Indonesia,
2002), 12
7 Umer Chapra, Islam and The Economic Chalenge, (USA: IIIT, 1992), .55.
8 Tokoh-tokoh pemikir Islam yang mensyaratkan keadilan sebagai prinsip ekonomi Islam
antara lain M.Baqir Ash Shadr dalam bukunya Iqtishaduna, Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor
dalam bukunya An Introduction to Islamic Finance, Theory and Practice, Taqyuddin an_Nabhani
dalam bukunya an Nidlom al-Iqtishadi fil-Islam, M.Umer Chapra dalam bukunya The Future of Economics: an Islamic Perspective, M.A. Mannan dalam bukunya Islamic Economic : Theory and Practice.
9 Konsep keterbukaan dan kejujuran dalam Islam dapat dilihat di beberapa tulisan pada
Munawar Iqbal (ed) dalam Islamic Economics Series-13 yang berjudul Distributive Juctice and Need Fulfilment in an Islamic Economiy. M.Hashim Kamali dalam bukunya Equity and Fairness in Islam. Said Sa’ad Marthon dalam bukunya al-Madkhal li al-fikr al-Iqtishad fi al-Islam. Yusuf
Qardawi dalam bukunya Dauruul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami. Abdul Aziz ibn Fathi
as-Sayyid Nada dalam bukunya Mausu’ah al-Adab al-Islamiyyah.
64
Prinsip kemitraan (partnership)10
, dan Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan
tentang prinsip-prinsip keuangan mikro yang telah menjadi landasan praktek
dalam dunia keuangan mikro. Prinsip-prinsip keuangan mikro yang dimaksud,
antara lain : (1) Skala dan kedalaman jangkauan pembiayaan,11
(2) Keberlanjutan
(sustainability)12
, (3) Pemberdayaan (empowerment)13, (4) Komersial (financial
intermediatory).14
Berikut ini uraian tentang prinsip-prinsip shari’ah yang melekat pada
keuangan mikro Islam berbasis pada tujuan maqas}idul al shariah :
1. Prinsip Keadilan
Kajian terhadap konsep keadilan dilakukan untuk mempelajari secara
mendalam tentang nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai pemahaman
(aliran) yang berbeda yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang keyakinan
dan pemikiran. Lebih lanjut karena keuangan mikro yang dipraktekkan dewasa
ini lahir dari perbedaan latar belakang tersebut itulah perlu memahami makna
keadilan, yang pada ujungnya akan melahirkan konsepsi dan praktek serta
implementasi yang seharusnya sama.
Memahami Makna Keadilan
Memaknai ‚keadilan‛ yang berasal dari kata kerja ‚adil‛15
mengalami
diskursus didalam prakteknya, dikarenakan hukum atau aturan perundangan
seharusnya adil, tapi nyatanya seringkali dirasakan ‚tidak‛. Maka keadilan hanya
bisa dipahami jika ia diposisikan sebagai keadaan yang hendak diwujudkan
10
Tulisan-Tulisan tentang Partnership dalam Islam dapat dilihat di : M.Nejatullah
Siddiqi dalam bukunya Partnership and Profit Sharing in Islamic Law, Philip Moore dalam
Islamic Finance : A Partneship for Growth. Sheikh Ghazali, dkk.dalam bukunya An Introduction to Islamic Economics & Finance. Islamic Research and Training Institute, IDB dalam Seminar
Proceeding Series No. 30 yang berjudul Financing Development in Islam. Imran Ahsan Khan
Nyazee dalam bukunya PARTNERSHIP : Islamic Law of Business Organization.
11 Marguerite Roibnson, The Microfinance Revolution: Sustainable Finance for the Poor.
(Washington DC: The World Bank, 2001), 59
12 Marguerite Robinson menggunakan istilah commercial microfinance dalam
mengartikan keuangan mikro yang berkelanjutan. Lihat lebih lanjut pada bukunya The Microfinance Revolution. (New York: The World Bank, 2008), 75
13 Joanna menggunakan istilah intermediasi sosial sebagai salah satu fungsi keuangan
mikro dalam melaksanakan misinya.Lihat Joanna Ledgerwood. Microfinance Handbook : An Institutional and Financial Perspective. (New York: The World Bank,2007), 75.
14 Kemandirian keuangan mikro dapat terwujud jika tidak menggantungkan dirinya pada
lembaga donor, tapi mampu menghimpun dana (dalam bentuk tabungan/simpnana) Dari
masyarakat sebagai sumber pembiayaan (pendanaan) bagi lembaganya. Baca lebih lanjut, Joanna
Ledgerwood. 76
15 Secara kebahasaan berarti lurus (istiqama). Al-qur’an menunjukkan konsep keadilan
dengan beberapa sinonim, yaitu qist (kesetaraan), mizan (keseimbangan), dan haqq
(kebenaran).Istilah-istilah tersebut identik dan mencerminkan nilai-nilai keadilan. Lihat lebih
lanjut pada Amelia, dkk. Filantropi Islam dan Keadilan Sosial (Jakarta: PBB UIN,2006), 47-48
65
dalam praktek ekonomi. Upaya untuk mewujudkan keadilan dalam ekonomi
tersebut merupakan proses yang dinamis. Upaya ini seringkali juga didominasi
oleh kekuatan-kekuatan yang ‚saling berebut pengaruh‛ dalam kerangka umum
tatanan politik untuk mengaktualisasikannya.16
Dalam kerangka kajian akademis memaknai keadilan sebagai salah satu
prinsip dalam ekonomi Islam, penulis akan melihat makna ‚keadilan‛ dari
perspektif teori keadilan Aristoteles dan John Rawl. Sedangkan dalam perpektif
filsafat Islam, maqasyid shari’ah dijadikan sebagai landasan orientasi keadilan
ekonomi Islam. Teori-teori ini menyangkut hak dan kebebasan, peluang
kekuasaan, pendapatan dan kemakmuran.
a. Teori keadilan Aristoteles
Dalam karyanya17
dia berpendapat bahwa keadilan mesti dipahami dalam
pengertian kesamaan. Namun Aristoteles membuat pembedaan penting antara
kesamaan numerik dan kesamaan proporsional. Kesamaan numerik
mempersamakan setiap manusia sebagai satu unit. Kesamaan proporsional
memberi tiap orang apa yang menjadi haknya sesuai dengan kemampuannya,
prestasinya, dan sebagainya. Dari pembedaan ini Aristoteles menghadirkan
banyak kontroversi dan perdebatan seputar keadilan. Lebih lanjut, dia
membedakan keadilan menjadi jenis keadilan distributif dan keadilan korektif.
Yang pertama berlaku dalam hukum publik, yang kedua dalam hukum perdata
dan pidana. Keadilan distributif dan korektif sama-sama rentan terhadap
problema kesamaan atau kesetaraan dan hanya bisa dipahami dalam
kerangkanya. Dalam wilayah keadilan distributif, hal yang penting ialah bahwa
imbalan yang sama-rata diberikan atas pencapaian yang sama rata. Pada yang
kedua, yang menjadi persoalan ialah bahwa ketidaksetaraan yang disebabkan
oleh, misalnya, pelanggaran kesepakatan, dikoreksi dan dihilangkan.
Keadilan distributif menurut Aristoteles berfokus pada distribusi, honor,
kekayaan, dan barang-barang lain yang sama-sama bisa didapatkan dalam
masyarakat. Dengan mengesampingkan ‚pembuktian‛ matematis, jelaslah bahwa
apa yang ada dibenak Aristoteles ialah distribusi kekayaan dan barang berharga
lain berdasarkan nilai yang berlaku dikalangan warga. Distribusi yang adil boleh
jadi merupakan distribusi yang sesuai dengan nilai kebaikannya, yakni nilainya
bagi masyarakat.18
Di sisi lain, keadilan korektif berfokus pada pembetulan
sesuatu yang salah. Jika suatu pelanggaran dilanggar atau kesalahan dilakukan,
maka keadilan korektif berusaha memberikan kompensasi yang memadai bagi
pihak yang dirugikan; jika suatu kejahatan telah dilakukan, maka hukuman yang
16
Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, (Bandung: Nuansa dan
Nusamedia, 2004), 239.
17 Buku yang dijadikan rujukan dalam berbagai kajian tentang etika dan moral manusia
yang berjudul nicomachean ethics
18 Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum ...., 24.
66
sepantasnya perlu diberikan kepada si pelaku. Bagaimanapun, ketidakadilan akan
mengakibatkan terganggunya ‚kesetaraan‛ yang sudah mapan atau telah
terbentuk. Keadilan korektif bertugas membangun kembali kesetaraan tersebut.
Dari uraian ini nampak bahwa keadilan korektif merupakan wilayah peradilan
sedangkan keadilan distributif merupakan bidangnya pemerintah (penguasa).
b. Keadilan sosial ala John Rawls
John Rawls19
menjelaskan teori keadilan sosial sebagai the difference principle dan the principle of fair equality of opportunity. Inti the difference principle, adalah bahwa perbedaan sosial dan ekonomis harus diatur agar
memberikan manfaat yang paling besar bagi mereka yang paling kurang
beruntung.20
Istilah perbedaan sosil-ekonomis dalam prinsip perbedaan menuju pada
ketidaksamaan dalam prospek seorang untuk mendapatkan unsur pokok
kesejahteraan, pendapatan, dan otoritas. Sementara itu, the principle of fair equality of opportunity menunjukkan pada mereka yang paling kurang
mempunyai peluang untuk mencapai prospek kesejahteraan, pendapat dan
otoritas. Mereka inilah yang harus diberi perlindungan khusus. Rawls
mengerjakan teori mengenai prinsip-prinsip keadilan terutama sebagai alternatif
bagi teori utilitarisme sebagaimana dikemukakan Hume, Bentham dan Mill.
Rawls berpendapat bahwa dalam masyarakat yang diatur menurut prinsip-prinsip
utilitarisme, orang-orang akan kehilangan harga diri, lagi pula bahwa pelayanan
demi perkembangan bersama akan lenyap. Rawls juga berpendapat bahwa
sebenarnya teori ini lebih keras dari apa yang dianggap normal oleh masyarakat.
Memang boleh jadi diminta pengorbanan demi kepentingan umum, tetapi tidak
dapat dibenarkan bahwa pengorbanan ini pertama-tama diminta dari orang-orang
yang sudah kurang beruntung dalam masyarakat. Menurut Rawls, situasi
ketidaksamaan harus diberikan aturan ‚pranata-pranata sosial‛ yang sedemikian
rupa sehingga paling menguntungkan golongan masyarakat yang paling lemah.21
Hal ini terjadi kalau dua syarat dipenuhi. Pertama, situasi ketidaksamaan
menjamin maximum minimorum bagi golongan orang yang paling lemah.
19
Pemikir berkebangsaaan Amerika Serikat yang menelorkan sebuah karya berpengaruh,
‚ A Theory of Justice‛ tahun 1971.
20 Ada dua prinsip keadilan sosial menurut Rawls, yaitu (1) setiap orang berhak
memperoleh kebebasan-kebebasan dasar yang setara sebagaimana yang diperoleh orang lain.
Kebebasan tersebut meliputi kebebasan berbicara dan berkumpul, kebebasan berpikir, kebebasan
Dari penindasan psikologis dan penyiksaan fisik, serta kebebasan memiliki kekayaan sendiri. (2)
ketidaksetaraan sosial dan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat harus dikelola sedemikian
rupa untuk keuntungan semua, dan setiap orang berhak untuk mendpatkan akses yang sama
dalam masyarakat. Lebih lanjut lihat John Rawls, A Theory of Justice (London: Oxford
University press, 1973, 53
21 John Rawls, A Theory of Justice ( London: Oxford University press, 1973), 54
67
Artinya situasi masyarakat harus sedemikian rupa sehingga dihasilkan untung
yang paling tinggi yang mungkin dihasilkan bagi golongan orang-orang kecil.
Kedua, ketidaksamaan diikat pada jabatan-jabatan yang terbuka bagi semua
orang. Maksudnya supaya kepada semua orang diberikan peluang yang sama
besar dalam hidup. Berdasarkan pedoman ini semua perbedaan antara orang
berdasarkan ras, kulit, agama dan perbedaan lain yang bersifat primordial, harus
ditolak.
Lebih lanjut John Rawls menegaskan bahwa maka program penegakan
keadilan yang berdimensi kerakyatan haruslah memperhatikan dua prinsip
keadilan, yaitu, pertama, memberi hak dan kesempatan yang sama atas
kebebasan dasar yang paling luas seluas kebebasan yang sama bagi setiap orang.
Kedua, mampu mengatur kembali kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi
sehingga dapat memberi keuntungan yang bersifat timbal balik (reciprocal benefits) bagi setiap orang, baik mereka yang berasal dari kelompok beruntung
maupun tidak beruntung.22
Dengan demikian, prinsip perbedaan menuntut
diaturnya struktur dasar masyarakat sedemikian rupa sehingga kesenjangan
prospek mendapat hal-hal utama kesejahteraan, pendapatan, otoritas
diperuntukkan bagi keuntungan orang-orang yang paling kurang beruntung. Ini
berarti keadilan sosial harus diperjuangkan untuk dua hal: Pertama, melakukan
koreksi dan perbaikan terhadap kondisi ketimpangan yang dialami kaum lemah
dengan menghadirkan institusi-institusi sosial, ekonomi, dan politik yang
memberdayakan. Kedua, setiap aturan harus memosisikan diri sebagai pemandu
untuk mengembangkan kebijakan-kebijakan untuk mengoreksi ketidak-adilan
yang dialami kaum lemah.
c. Keadilan dalam perspektif kapitalisme dan sosialisme
Dalam suatu sistem ekonomi tercakup seluruh proses dan kegiatan
masyarakat dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan dengan alat pemuas
kebutuhan yang terbatas. Sistem ekonomi yang dianut tiap kelompok masyarakat
atau antara negara satu dengan lainnya tidak sama. Hal ini tergantung dari
keputusan-keputusan dasar tentang kepemilikan, produksi, distribusi, serta
konsumsi yang dilakukannya. Ada keputusan-keputusan yang diserahkan kepada
orang per-orang (private) dan ada pula yang lebih diserahkan atau diatur oleh
pusat (pemerintahan). Bentuk sistem dengan pola keputusan pertama (lebih
banyak diserahkan kepada kemauan orang perorang) disebut sistem
liberal/kapitalisme. Sebaliknya, sistem yang serba diatur dan dikomando oleh
pemerintah disebut sistem sosialisme23
.
22
John Rawls, A Theory of Justice, London: Oxford University press, 1973, yang sudah
diterjemahkan dalam bahasa indonesia oleh Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 16
23 Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi,(Jakarta: Penerbit Rajawali Press,,
2007), 3
68
Untuk memahami perbedaan kedua sistem ekonomi tersebut, dapat
dilakukan dengan menggali ide pokok munculnya gagasan kapitalisme dan
sosialisme. Menilik lahirnya kapitalisme di Eropa yang diawali dengan spirit of protestant ethics yang ditulis Max Weber bahwa semangat (revolusi) keagamaan
mewarnai munculnya paham baru dalam bidang ekonomi pada abad ke-16.
Mengubah makna ‚bekerja keras untuk mendapatkan kekayaan material –
sebagai appetitus divitarium infinitus atau nafsu tak terbatas untuk mendapatkan
lebih banyak hasil – sebagai anti sosial dan tidak bermoral menjadi bermakna
calling (panggilan tuhan). Memperbaharui keyakinan akan arti ‚kerja keras‛
sebagai calling telah memberikan semangat baru bagi masyarakat Eropa tentang
pemahaman konsep agama yang mengajarkan mereka untuk memandang
pencarian kekayaan tidak hanya sebagai suatu kemajuan, tetapi sebagai tugas
(tuhan) yang harus dijalankan.24
Dalam perkembangannya gagasan ini
memunculkan empat varian. Pertama, diakuinya hak milik perorangan secara
luas, bahkan hampir tanpa batas. Kedua, diakui adanya motif ekonomi, mengejar
keuntungan secara maksimal pada semua individu. Ketiga, adanya kebebasan
untuk berkompetisi antar individu, dalam rangka peningkatan status sosial
ekonomi masing-masing. Keempat, adanya mekanisme pasar yang mengatur
persaingan dan kebebasan tersebut.25
Pemikir-pemikir ekonomi yang muncul
pada abad-abad berikutnya yang beraliran individualisme, protestanisme,
Liberalisme dan Pragmatisme dianggap sebagai tokoh-tokoh kapitalisme.
Pemikir yang paling populer adalah Adam Smith dengan bukunya yang berjudul
An Inquiry into the Nature and Cause of the Wealth of Nations (1776) telah
memberikan sumbangan yang sangat besar dalam memantapkan paham
kapitalisme ini yaitu dengan istilah yang dia sebut dengan ‚invisible hand‛ yang
akan mengatur alokasi sumber daya secara efisien jika kebebasan individu
dijamin dalam aktivitas ekonominya.26
Doktrin selanjutnya adalah laissez faire-laissez passer (let do, let pass) yang berarti ‚biarkanlah semua terjadi, biarkanlah
semua berlalu‛.27
Doktrin ini menjadi pijakan dalam menjalankan paham pasar
bebas, yaitu yang dapat menentukan harga dan properti (kekayaan) individu
adalah mekanisme pasar, tanpa adanya campur tangan dan intervensi pemerintah.
Maka keadilan dalam konsep kapitalistik dipahami berdasarkan nilai-nilai
yang mereka angkat dan yakini sebagai suatu kebenaran. Ketika nilai-nilai pasar,
nilai individu, nilai modal lebih besar dibandingkan dengan nilai-nilai moral dan
kemanusiaan akan dapat dipastikan eksploitasi manusia atas manusia yang lain
akan terjadi. Timbangan keadilan akan timpang dan memberat ke posisi dimana
24
Baca lebih lanjut Max Weber, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme
(terjemahan), (Yogyakarta: Penerbit jejak, 2007), 9-10
25 Awalil Rizki, Nasyith Majidi. Neo Liberalisme. (Jakarta:E-Publishing Company,
2009), 216.
26 Awalil Rizki, Nasyith Majidi. Neo Liberalisme. (Jakarta:E-Publishing Company,
2009), 218
27 Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Penerbit Rajawali Press, Jakarta. 2007.
23
69
harta (modal) dan penghargaan material membesar (lebih besar) dibandingkan
lainnya. Bentuk ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat marginal akibat
praktek liberalisme-kapitalisme adalah pernyataan yang ditulis oleh William
Blake (175-1827) dalam bukunya England Green and Pleasent Land yang
mengungkap akibat praktek kapitalisme di Inggris. Sebelum paham ini muncul,
di Inggrsi para petani hidup damai, harmonis dan tenang. Namun ketika paham
ini menguasai pikiran banyak orang menimbulkan perubahan seratus delapan
puluh derajat. Ajaran ini telah membawa masyarakat ke arah hidup yang penuh
persaingan dan perkelahian.28
Whitakker (1960) dalam Deliarnov (2007:62) menyebutkan bahwa Istilah
sosialisme pada awalnya digunakan untuk menunjukkan sistem-sistem pemilikan
dan pemanfaatan sumber-sumber produksi secara kolektif . dalam masyarakat
sosialis yang menonjol adalah rasa kebersamaan atau kolektivitas. Salah satu
bentuk kolektifitas ekstrim adalah komunisme. Keputusan-keputusan ekonomi
disusun, direncanakan dan dikendalikan oleh kekuatan pusat. Menurut Brinton
(1981), sosialisme menggambarkan pergeseran hak milik kekayaan dari swasta ke
pemerintah yang berlangsung secara perlahan-lahan melalui prosedur peraturan
pemerintah dengan memberikan kompensasi pada pemilik-pemilik swasta. Dalam
kegiatan ekonomi paham ini bermotto : from each according to his ablities, to each according to his need (dari setiap orang sesuai kemampuan, untuk setiap
orang sesuai kebutuhan).
Sosialisme mengedepankan hak milik umum. Falsafah ini beranggapan
bahwa dasar pokok yang utama adalah orang banyak. Individu hanyalah bagian
dari salah satu anggota masyarakat yang tidak memiliki hak-hak, kecuali hak
yang diakui dan memenuhi syarat terpeliharanya hak orang banyak.29
Sistem ini
juga tidak mengakui adanya pemindahan kekayaan melalui warisan dan investasi,
sehingga menyebabkan tidak terpenuhinya keadilan distribusi pendapatan.30
Ketika sistem ekonomi kapitalis dan liberalis-sosialis dipraktekkan, ternyata
tidak mampu menyelesaikan (menjadi solusi) permasalahan besar umat manusia
dewasa ini. Permasalahan kemiskinan, kelaparan, kesenjangan yang makin
melebar antara kaya dan miskin serta persoalan-persoalan kemanusiaan lainnya
yang disebabkan faktor ekonomi. Komponen keadilan ekonomi dalam
masyarakat Islam adalah (i) kesamaan kebebasan dan peluang bagi semua
anggota masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya alam , (ii) keadilan
dalam bertransaksi, dan (iii) keadilan dalam distribusi.31
28
Deliarnov, ----------, 60
29 Zaki Fuad Cil, Pemerataan Distribusi Kekayaan dalam Ekonomi Islam, (Jakarta:
Penerbit Rajawali Press,2009), 151
30 Muhammad Abdul Mun’im Ghafar, al-Iqtishad al-Islami: al-Iqtishad al-juz’i Jilid 3
(Irak: Da>r al-Bayan, 1985), 407. dalam Euis Amalia. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. ,
(Jakarta: Rajawali Press, 2009), 104.
31 Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam, teori dan praktek.
(terjemahan oleh A.K. Anwar), (Jakarta: Penerbit Kencana Jakarta, 2008), 58
70
Kedua sistem ekonomi di atas berbeda dengan sistem ekonomi Islam.
Islam sangat menghormati kebebasan individu tanpa merusak kepentingan
bersama. Sistem ekonomi Islam memiliki sikap tersendiri dalam memandang hak
milik. Ekonomi Islam meletakkan secara bersama-sama dua macam hak milik
tersebut sebagai landasan pokok.
d. Maqas}id al shari’ah : cita keadilan ekonomi Islam
Salah satu konsep penting dan fundamental yang menjadi pokok bahasan
dalam filasafat hukum Islam adalah konsep maqasid at-tasyri' atau maqasid al-shari’ah yang menegaskan bahwa hukum Islam disyari'atkan untuk mewujudkan
dan memelihara maslahat umat manusia. Konsep ini telah diakui oleh para ulama
dan oleh karena itu mereka memformulasikan suatu kaidah yang cukup
populer,"Di mana ada maslahat, di sana terdapat hukum Allah."32
Teori maslahat
di sini menurut Masdar F. Masudi sama dengan teori keadilan sosial dalam istilah
filsafat hukum.33
Adapun inti dari konsep maqasid al-shari’ah adalah untuk
mewujudkan kebaikan sekaligus menghindarkan keburukan atau menarik
manfaat dan menolak mudarat, istilah yang sepadan dengan inti dari maqasid al-shari’ah tersebut adalah maslahat, karena penetapan hukum dalam Islam harus
bermuara kepada maslahat. Untuk memahami hakikat dan peranan maqasid al-
shari’ah, berikut akan diuraikan secara ringkas teori tersebut.
Imam al-Haramain al-Juwaini dapat dikatakan sebagai ahli teori (ulama
usul al-fiqh) pertama yang menekankan pentingnya memahami maqasid al-shari’ah dalam menetapkan hukum Islam. Ia secara tegas mengatakan bahwa
seseorang tidak dapat dikatakan mampu menetapkan hukum dalam Islam,
sebelum ia memahami benar tujuan Allah mengeluarkan perintah-perintah dan
larangan-larangan-Nya.34
Kemudian al-Juwaini mengelaborasi lebih jauh maqasid al-shari’ah itu dalam hubungannya dengan illat dan dibedakan menjadi lima
bagian, yaitu: yang masuk kategori daruriyat (primer), al-hajat al-ammah
(sekunder), makramat (tersier), sesuatu yang tidak masuk kelompok daruriyat dan hajiyat, dan sesuatu yang tidak termasuk ketiga kelompok sebelumnya
35.
Dengan demikian pada prinsipnya al-Juwaini membagi tujuan tasyri' itu menjadi
tiga macam, yaitu daruriyat, hajiyat dan makramat (tahsiniyah).
Pemikiran al-Juwaini tersebut dikembangkan oleh muridnya, al-Gazali.
Al-Gazali menjelaskan maksud syari'at dalam kaitannya dengan pembahasan
32
Muhammad Sa'id Ramdan al-Buti, Dawabit al-Maslahah fi as-Shari’ah al-Islamiyah,
(Beirut: Mu'assasah ar-Risalah,1977), 12.
33 Masda>r F. Mas'udi, "Meletakkan Kembali Maslahat Sebagai Acuan Shari’ah" Jurnal
Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur'an No.3, Vol. VI Th. 1995. hlm. 97.
34 Abd al-Malik ibn Yusuf Abu al-Ma'ali al-Juwaini, Al-Burhan fi Usul al-Fiqh (Kairo:
Da>r al-Ansar,1400 H), 295
35 Abd al-Malik ibn Yusuf Abu al-Ma'ali al-Juwaini, Al-Burhan fi Usul al-Fiqh----, 923-
930
71
tema istislah36
. Maslahat menurut al-Gazali adalah memelihara agama, jiwa,
akal, keturunan dan harta. Kelima macam maslahat di atas bagi al-Gazali berada
pada skala prioritas dan urutan yang berbeda jika dilihat dari sisi tujuannya, yaitu
peringkat primer, sekunder dan tersier. Dari keterangan ini jelaslah bahwa teori
maqasid al-shari’ah sudah mulai tampak bentuknya.
Pemikir dan ahli teori hukum Islam berikutnya yang secara khusus
membahas maqasid al-shari’ah adalah Izzuddin ibn Abd al-Salam dari kalangan
Syafi'iyah. Ia lebih banyak menekankan dan mengelaborasi konsep maslahat
secara hakiki dalam bentuk menolak mafsadat dan menarik manfaat.37
Menurutnya, maslahat keduniaan tidak dapat dilepaskan dari tiga tingkat urutan
skala prioritas, yaitu: daruriyat, hajiyat, dan takmilat atau tatimmat. Lebih jauh
lagi ia menjelaskan, bahwa taklif harus bermuara pada terwujudnya maslahat
manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Pembahasan tentang maqasid al-shari’ah secara khusus, sistematis dan
jelas dilakukan oleh al-Syatibi dari kalangan Malikiyah. Dalam kitabnya al-Muwafaqat yang sangat terkenal itu, ia menghabiskan lebih kurang sepertiga
pembahasannya mengenai maqasid al-shari’ah. Sudah tentu, pembahasan tentang
maslahat pun menjadi bagian yang sangat penting dalam tulisannya. Ia secara
tegas mengatakan bahwa tujuan utama Allah menetapkan hukum-hukum-Nya
adalah untuk terwujudnya maslahat hidup manusia, baik di dunia maupun di
akhirat. Karena itu, taklif dalam bidang hukum harus mengarah pada dan
merealisasikan terwujudnya tujuan hukum tersebut.38
Seperti halnya ulama
sebelumnya, ia juga membagi urutan dan skala prioritas maslahat menjadi tiga
urutan peringkat, yaitu daruriyat, hajiyat, dan tahsiniyat. Yang dimaksud
maslahat menurutnya seperti halnya konsep al-Gazali, yaitu memelihara lima hal
pokok, yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Konsep maqasid al-shari’ah atau maslahat yang dikembangkan oleh al-Syatibi di atas sebenarnya telah
melampaui pembahasan ulama abad-abad sebelumnya. Konsep maslahat al-
Syatibi tersebut melingkupi seluruh bagian shari’ah dan bukan hanya aspek yang
tidak diatur oleh nas. Sesuai dengan pernyataan al-Gazali, al-Syatibi merangkum
bahwa tujuan Allah menurunkan shari’ah adalah untuk mewujudkan maslahat.
Meskipun begitu, pemikiran maslahat al-Syatibi ini tidak seberani gagasan at-
Tufi.39
Pandangan at-Tufi mewakili pandangan yang radikal dan liberal tentang
maslahat. At-Tufi berpendapat bahwa prinsip maslahat dapat membatasi
(takhsis) Al-Qur’an, sunnah dan ijma' jika penerapan nas Al-Qur’an, sunnah dan
36
Al-Gazali, al-Mustasfa min Ilm al-Usul (Kairo: al-Amiriyah, 1412), 250 dan
seterusnya
37 Izzuddin ibn Abd al-Salam, Qawaid al-Ahkam fi Masalih al-Anam (Kairo: al-
Istiqamat, t.t), 9
38 Al-Syatibi, al-Muwafaqat fi Usul al-Shari’ah (Kairo: Mustafa Muhammad, t.t,) II:4.
39 Nur A. Fadhil Lubis, Hukum Islam dalam Kerangka Teori Fikih dan Tata Hukum
Indonesia (Medan :Pustaka Widyasarana,1995), 34-35.
72
ijma' itu akan menyusahkan manusia.40
Akan tetapi, ruang lingkup dan bidang
berlakunya maslahat at-Tufi tersebut adalah mu'amalah. Sejak awal shari’ah
Islam sebenarnya tidak memiliki tujuan lain kecuali kemaslahatan manusia.
Ungkapan standar bahwa shari’ah Islam dicanangkan demi kebahagiaan manusia,
lahir-batin; duniawi-ukhrawi, sepenuhnya mencerminkan maslahat. Akan tetapi
keterikatan yang berlebihan terhadap nas, seperti dipromosikan oleh faham
ortodoksi, telah membuat prinsip maslahat hanya sebagai jargon kosong, dan
shari’ah yang pada mulanya adalah jalan-telah menjadi jalan bagi dirinya
sendiri.41
Dengan demikian, jelas bahwa yang fundamental dari bangunan
pemikiran ekonomi Islam adalah maslahat, maslahat manusia universal, atau-
dalam ungkapan yang lebih operasional- "keadilan sosial". Tawaran teoritik
(ijtihadi) apa pun dan bagaimana pun, baik didukung dengan nas atau pun tidak,
yang bisa menjamin terwujudnya maslahat kemanusiaan, dalam kacamata Islam
adalah sah, dan umat Islam terikat untuk mengambilnya dan merealisasikannya.
Sebaliknya, tawaran teoritik apa pun dan yang bagaimana pun, yang secara
meyakinkan tidak mendukung terjaminnya maslahat, lebih lebih yang membuka
kemungkinan terjadinya kemudaratan, dalam kacamata Islam, adalah fasid, dan
umat Islam secara orang perorang atau bersama-sama terikat untuk
mencegahnya.
Untuk mempermudah pemahaman, dapat dikemukakan satu ilustrasi
syari'at zakah. Tujuan disyari'atkan zakah adalah jelas: terwujudnya keadilan
sosial dan kesejahteraan bersama dengan prinsip yang kuat membantu yang
lemah. Di sini tidak ada keperluan sedikit pun untuk melakukan ijtihad guna
menentukan hukumnya menegakkan keadilan sebagaimana dicita-citakan oleh
konsep zakah tersebut. Yang perlu dilakukan ijtihad adalah dalam hal-hal berikut
ini: pertama, mendefinisikan keadilan sosial dan pemerataan kesejahteraan dalam
konteks ruang dan waktu tertentu, misalnya konteks bangsa Indonesia dalam
dasawarsa kini dan mendatang; kedua, berapa beban yang harus ditanggung oleh
mereka yang mampu (miqdar al-zakah), atas basis kekayaan apa saja (mahall al-zakah), kapan harus dibayar (waqt al-‘ada), dan siapa-siapa serta dimana
alamatnya yang secara riil dan definitif harus diuntungkan oleh zakah, dan
sektor apa saja yang secara riil dan definitif harus didukung oleh dana zakah
(masraf al-zakah), dan sebagainya; dan ketiga, kelembagaan apa saja yang
seharusnya tersedia dalam realitas sosial politik Indonesia yang bisa mendukung
terwujudnya keadilan sosial dengan zakah tersebut; bagaimana mekanisme
pembentukannya, kerjanya dan kontrolnya.
Al-Mawardi dalam Chapra (2008) berpendapat, ‚ keadilan komprehensif
menanamkan rasa saling mencintai dan kasih sayang, ketaatan kepada hukum,
pembangunan negara, perluasan kekayaan, pertumbuhan keturunan, dan
40
Najmuddin at-Tufi, Syarh al-Hadis Arba'in an-Nawaiyah dalam Mustafa Zaid, al-Maslahat fi at-Tasyri'i al-Islami wa Najmuddin at-Tufi,( Mesir: Da>r al-Fikr al-Arabi,1954) , 46
41 Masdar F. Mas'udi, "Meletakkan Kembali Maslahat ....", 94.
73
keamanan kedaulatan, dan bahwa tak ada unsur yang lebih cepat menghancurkan
dunia dan nurani manusia selain kezaliman. Praktek keuangan mikro pada
hakekatnya merupakan perwujudan dari nilai-nilai keadilan yang dimaksud di
atas. Nilai spiritualisme tertinggi ‚tauhid‛ memandang bahwa ‚keadilan‛ sebagai
hasil pokok tauhid atau keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.‛ Segala
sesuatu yang baik adalah komponen dari keadilan dan segala sesuatu yang buruk
adalah komponen dari kezaliman dan penindasan.42
Maka aktivitas keuangan
yang memihak kepada mereka yang terpinggirkan dan tidak tersentuh jasa
pelayanan keuangan formal menjadi suatu bentuk keberpihakan kepada kaum
lemah yang menjadi wujud ‚keadilan distribusi‛ dalam doktrin ekonomi Islam.
2. Prinsip Kejujuran (honesty)
Kejujuran merupakan puncak moralitas iman dan karakter yang paling
menonjol dari orang-orang beriman. Prinsip ini menjadi dasar pijakan bagi pelaku
keuangan mikro Islam dalam menjalankan visi dan misinya. Keutamaan ‚jujur‛
dalam diri seorang muslim dapat dilihat dari hadith yang diriwayatkan at-
Tirmidzi, ‚Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya (penuh) adalah bersama para
nabi , orang-orang yang membenarkan risalah nabi dan para syuhada ‚.43
Nilai yang mengikuti prinsip ini adalah amanat (kepercayaan), karena
jujur maka dampaknya dapat dipercaya. Lembaga keuangan mikro shari’ah
mutlak memiliki dan memegang teguh prinsip ini. Amanah merupakan elemen
terpenting dari modal sosial dalam Islam dan merupakan pondasi hubungan
individu dengan Allah SWT. dan dengan orang lain dalam masyarakat.44
Al-
Qur’an menjelaskan bahwa melaksanakan kewajiban sesuai dengan kontrak (akad
perjanjian) merupakan perintah kepada orang-orang yang beriman. Menepati
janji dan pasal-pasal akad yang telah dibuat , dan memperthankan sikap amanah,
dipandang sebagai karakteristik penting dari orang-orang beriman yang sejati.
Menjaga amanah dan janji merupakan dua karakteristik utama orang-
orang beriman.45
Orang-orang yang beriman diperintahkan untuk mematuhi
42
Lihat M. Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi (Jakarta : Gema Insani Press,
2001), 56-57
43 Lihat Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam ekonomi Islam. (Jakarta :
Robbani Press, 2004), 293. Penulis menjelaskan tentang bentuk ketidakjujuran adalah aktivitas
promosi dan iklan yang melebih-lebihkan keadaan Dari yang sebenarnya. Dengan iklan dan
promosi itu masyarakat didorong untuk membeli yang sebenarya tidak perlu dan tidak ada
kemampuan untuk membelinya. Alternatif hutang menjadi pilihan, pada hutang mendatangkan
kegelisahan dan ketidaktenangan hati.
44 Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam, Teori dan Praktek.
(Jakarta.: Kencana Press, 2007), 46. Terapan dalam keuangan Islam dijelaskan oleh penulis
bahwa memnuhi ketentuan kontrak dan selalu menepati janji dengan anggota masyarakat lain
adalah konsep yang didasarkan pada keharusan untuk setia kepada perjanjian orisional dan
primordial antara manusia dan Allah SWT. Lihat Q.S. 7:172
45 Q.S. Al-Mu’minu>n:1-8
74
janji-janjinya sesuai dengan akad yang diperjanjikannya.46
Mereka diminta untuk
menepati janji mereka karena mereka akan dimintai pertanggungjawaban tentang
janji yang telah mereka ikrarkan.47
Setiap transaksi yang dilakukan untuk waktu
tertentu sudah seharusnya untuk ditulis dalam suatu akad perjanjian. Sehingga
masing-masing pihak dapat mengetahui hak dan kewajibannya.48
Nilai-nilai
moral yang ditanamkan oleh Islam ini pada hakekatnya telah menjadi pedoman
umum bagi masyarakat secara universal. Bagi mereka yang memegang teguh
nilai-nilai ini maka mereka akan mendapatkan keberuntungan jangka panjang,
karena mereka dapat dipercaya (credible), dan terbuka (transparance).
Payandeh dalam Zabir dan Abbas (2008:47) memetik sebuah hadith
pendek, Rasulullah SAW bersabda :
‚Orang yang tidak dapat dipercaya tidak memiliki iman, dan orang
yang melanggar janjinya tidak memiliki agama ‚
‚ Menepati janji mereupakan tanda keimanan ‚
‚Ada tiga perkara yang wajib dipatuhi oleh setiap orang:
memperlakukan orang tua dengan baik, terlepas mereka beriman atau
tidak; menepati janji baik janji tersebut diberikan kepada orang
muslim atau non muslim, dan mengembalikan apa yang ditipkan,
terlepas dari orang yang menitipkan muslim atau nonmuslim‛
‚ Jagalah apa-apa yang diamanahkan kepada kamu dan janganlah
pernah berkhianat bahkan kepada orang yang pernah mengkhianati
anda ‚
Akhirnya, Rasulullah SAW. Menspesifikasikan karakteristik utama
orang-orang munafik, sebagai berikut :
‚Tiga sikap, apabila ditemukan dalam diri seorang muslim, maka ia
adalah orang munafik bahkan walaupun dia melaksanakan sholat,
pergi umroh dan berhaji, serta menyatakan ‘saya seorang muslim’,
yaitu ketika berbicara berbohong, ketika berjanji dia mengingkari,
dan ketika diberikan kepercayaan dia berkhianat‛.49
Lembaga keuangan mikro Islam sebagai sebuah entitas bisnis dan
sosial semestinya memegang nilai-nilai kejujuran dan amanah dalam
menjalankan visi dan misinya. Kejujuran dan amanah dalam keuangan mikro
Islam tercermin dari cara mereka beriklan dan berpromosi, menyampaikan isi
46
Q.S. Al-Ma’idah : 1
47 Q.S. Al-Isra’ : 34
48 Q.S. Al-Baqarah : 282
49 Dalam s}ahihain disebutkan ‚ tiga sifat, barang siapa yang ketiga sifat tersebut terdapat
pada dirinya maka ia adalah seorang munafiq, meskipun ia berpuasa,sholat dan mengaku dirinya
seorang muslim: apabila berkata dusta, apabila berjanji mengingkari dn apabila dipercaya
berkhianat.‛ (HR. Muntafaq alaih Dari Ibnu ‘Amr dan Abu Hurairah, al-Jami’ash-Shaghir: 3043.
75
perjanjian (akad) secara terbuka kepada anggota, customer, dan pihak lain dalam
setiap transaksi, saling memegang teguh akad sesuai dengan yang diperjanjikan,
memberikan informasi yang benar kepada anggota, partner, counter part, dan
pihak yang berwenang lainnya.
3. Kemitraan (partnership)
Islam mengajarkan untuk saling bantu-membantu dalam kebaikan dan
ketakwaan50
, dimensi ‚ta’awwun‛ tidak hanya sekedar dalam bidang sosial, tapi
semua aspek termasuk dalam bidang ‚mu’amalah‛. Pada hakekatnya kebaikan
‚birr’ terdapat pada semua aspek kehidupan manusia, jika manusia itu sendiri
menyadarinya. Salah satu bentuk kebaikan yang dianjurkan dalam bidang
mu’amalah antara lain kerja-sama. Kerja-sama atau dalam istilah lain kemitraan
dalam mu’amalah sudah banyak di bahas dalam fiqh mu’amalah.51
Suatu kerjasama akan dapat terjalin dengan baik, jika pihak yang saling
bekerja sama menempatkan pihak lainnya dalam posisi yang sama (kesetaraan).
Dalam Islam, persamaan merupakan substansi keadilan, sebab keadilan
mengharuskan persamaan di antara manusia dalam segala bidang.52
Keadilan
bukanlah berarti persamaan secara mutlak, namun adanya kesetaraan antara hak
dan kewajiban.53
Ketika ada lembaga keuangan yang melakukan hubungan
dengan pelanggannya (anggotanya) , baik dalam transaksi komersial maupun
kebaikan (tabarru’), sudah semestinya masing-masing pihak mengetahui hak dan
kewajibannya secara jelas. Apalagi keuangan mikro yang melayani masyarakat
miskin yang notabene banyak yang tidak memahami tentang hukum, maka
Lembaga keuangan mikro harus dapat memberikan penjelasan yang sejelas-
jelasnya kepada mereka, sehingga tidak ada yang merasa di dzalimi oleh pihak
lain.
Semua pihak harus mendapat pelayanan yang sama tanpa membeda-
bedakan kaya-miskin, laki-laki – perempuan, orang desa atau orang kota, saudara
50 Q.S. Al-Ma’idah : 2
51 Para fuqaha membagi bentuk kerjasama dalam empat macam, yaitu (1) syirkah abdan,
(2) syirkah mufawadhah, (3) syirkah wujuh, dan (4) syirkah ‘inan. Lihat lebih lanjut Hendi S.
Fiqih Mu’amalah (Jakarta:. Rajawali Press, 2008), 292
52 Lihat Q.S. al-Hujurat: 13. ‚ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu Dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.‛. Rasulullah SAW menyampaikan
khutbah pada pertengahan hari tasyriq dalam haji wada’ ‚ Hai manusia! Ketahuilah bahwa
sesungguhnya Tuhan kamu adalah satu, dan bapak kamu adalah satu. Ketahuilah, tiada
keutamaan bagi orang Arab atas orang ajam (non-Arab), dan orang Ajam atas orang Arab; dan
tiada keutamaan bagi orang merah atas orang hitam, dan orang hitam atas orang merah,
melainkan dengan takwa‛.
53 Lihat, DR. Yusuf Qardhawi, Al-Fatwa bayna al-Ind}iba>t} wa Al-Tasayyub, 130
76
atau bukan saudara, muslim atau pun non-muslim. 54
Memposisikan masyarakat
miskin sebagai partner usaha dalam memandirikan ekonomi adalah pilihan yang
terbaik dan benar. Ketika masyarakat miskin dijadikan sebagai obyek ‚dana
sosial-filantrofi‛ , maka mereka hakekatnya telah kehilangan kebebasan dan
memilih, dan menempatkan mereka pada posisi ‚tangan di bawah‛. Selain dalam
pandangan agama mereka ‚hina‛ atau kita yang menghinakan mereka dengan
cara ‚diberi‛ bukannya mereka di’angkat‛ dan disetarakan dengan kita
‚keuangan mikro Islam‛ sebagai mitra dalam menjalankan kegiatan ekonomi
produktif. Sehingga akhirnya mereka dapat mandiri dan berdikari.
Hubungan kemitraan antara lembaga keuangan mikro Islam dengan
masyarakat miskin dapat terwujud dalam berbagai pilihan akad yang
dishari’ahkan. Namun organisasi yang dibangun untuk mengoperasionalisasikan
pelayanan jasa keuangan mikro pun semestinya menggunakan prinsip kemitraan.
Prinsip kemitraan dalam bahasa Mahmud Syaltut adalah Syirkah Ta’awwuniyah. Bentuk organisasi ‚lembaga/badan usaha‛ yang mendekati prinsip tersebut
adalah koperasi.
54
‘Umar berpendapat bahwa manusia jika dikebiri kebebasan dan hak memilihnya,
maka dia akan kehilangan keseimbangan dan kepribadiannya yang mandiri. Lihat Fikih Ekonomi
‘Umar ibn al-Khattab. 416
77
C. PRAKTEK TERBAIK KEUANGAN MIKRO DI DUNIA
Keuangan mikro dipraktekkan oleh berbagai lembaga di dunia, baik oleh
lembaga keuangan formal55
maupun lembaga keuangan non-formal56
. Sejak tahun
1997, kredit mikro dalam ‚Microcredit Summit 1997‛ telah menjadi paradigma
baru dalam mengatasi masalah kemiskinan di dunia, dan dikukuhkan oleh
Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB) dalam ‚Microfinance Summit 2005‛ yang
menjadikan tahun 2005 sebagai ‚The International Year of Micro Credit‛ sebagai
alat pengentas kemiskinan dan pembangunan ekonomi di dunia. Masyarakat
dunia, baik pemerintah maupun swasta mencoba untuk mempraktekkan
keuangan mikro dalam berbagai model dan pendekatan yang berbeda. Namun
tidak semua pihak yang mencoba mempraktekkannnya dapat berhasil dengan
baik.
Ada lembaga-lembaga yang berhasil mempraktekkan keuangan mikro di
berbagai negara di dunia57
. Organisasi yang berhasil mempraktekkan keuangan
mikro ini antara lain Grameen Bank di Banglades58
, Bank Rakyat Indonesia
(BRI) Unit59
di Indonesia, BancoSol di Bolivia60
, Association for Social
Advancement (ASA) di Bangladesh61
. Actuar Bogota di Colombia62
, Share
55
Lembaga keuangan yang telah mendapatkan ijin operasional dari otoritas moneter
(Bank Sentral) negara yang bersangkutan, misalnya Perbankan.
56 Lembaga yang menjalankan kegiatan keuangan, namun ijin operasionalnya diperoleh
bukan dari otoritas moneter, misal Perusahaan Leasing, Pegadaian, Asuransi, dsb. Yang
mendapatkan ijin operasional dari Departemen keuangan, atau Koperasi yang mendapatan ijin
dari Departemen Koperasi, serta Yayasan di bawah pembinaan Departemen Sosial.
57 Indikator keberhasilan mereka dapat diukur dari luas jangkauan pelayanan terhadap
masyarakat miskin, tingkat kedalaman jangkauan dengan besaran pinjaman yang relatif kecil,
memberikan dampak perubahan kesejahteraan ekonomi bagi nasabah dan anggotanya, dan dapat
berlanjut dalam jangka panjang karena dikelola secara efektif dan efisien.
58 Grameen Bank didirikan oleh Prof.Muh.Yunus tahun 1976, baca lebih lanjut
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin (Jakarta:marjin Kiri, 2008), 2-5
59 BRI sebagai Bank milik Pemerintah Indonesia membuka dan melayani jasa keuangan
di desa-desa di seluruh Indonesia dengan produknya yang sangat terkenal yaitu BIMAS
(Bimbingan Massal) dan KUPEDES (Kredit Usaha Pedesaan) yang di mulai pada tahun 1970an.
Lihat lebih lanjut Soetanto Hadinoto, Kredit Mikro (Jakarta: PT.Elexmedia Komputindo, 2005),
1-13
60 Berdiri pada bulan Februari 1992 yang dimiliki oleh Bank Komersial ‚ La Paz‛ di
Bolivia yang fokus pada pembiayaan mikro. Baca lebih lanjut pada Elisabeth Rhyne dan Linda
S.Rotblatt, What Makes Them Tick? (New York: ACCION International, 1997), 7
61 Berdiri tahun 1978 di Banglades, Baca lebih lanjut Kelly Hattel, ‚Microfinance
Clients, Product/Services and Market Niches‛, Microfinance Network (Calmeadow: ACCION
International, 2002), 44-48
62 Berdiri tahun 1988 di Bogota, Colombia. Baca lebih lanjut, pada Elisabeth Rhyne dan
Linda S.Rotblatt, What Makes Them Tick?, 10-11
78
Microfin Limited di India63
, Banco del Desarollo di Cili64
, K-Rep Bank di
Kenya65
, MiBanco di Peru66
, Citi Savings and Loans Company Ltd di Ghana67
.
Untuk mengilustrasikan keberhasilan lembaga yang mempraktekkan
keuangan mikro di atas, di bawah ini (Lihat Tabel : 4.1) disajikan performance
masing-masing organisasi.
Tabel 3.1 Performa Lembaga Keuangan Mikro Dunia
Nama Lembaga Jumlah
Nasabah
Outstanding
Portofolio (M
US$)
Rata-2 Jml
Pinjaman
(US$)
NPL Nasabah
Wanita
Grameen Bank,
Bangladesh (2007)68
7.600.000 $609 $72 0.8% 97%
Credit Union69
700.000 $600 $558 2% -
BRI unit,Indonesia 2.615.679 $669.3 $386 4.7% 25%
BancoSol, Bolivia 19.861 $63 $833 2.0 65%
ASA 638.294 $41.8 $106 0.1% 82%
SML, India 216.000 $14.88 - 0% 100%
Banco del Sarollo,
Chili
75.755 $63 $1.250 6.4% 45%
Sumber: Data yang diolah dari Sumber Pustaka
63
Berdiri tahun 1993 di India yang disponsori oleh the Asia Pacific Development Center
di Malaysia dan Grameen Trust di Bangladesh. Baca lebih lanjut Kelly Hattel, ‚Microfinance
Clients, Product/Services and Market Niches‛, Microfinance Network (Calmeadow: ACCION
International, 2002), 8-9
64 Berdiri pada 30 Juni 2003 di Cili yang dimiliki oleh Bank swasta, baca lebih lanjut
Kelly Hattel, ‚Microfinance Clients, Product/Services and Market Niches‛, Microfinance Network (Calmeadow: ACCION International, 2002), 10
65 Berdiri pada bulan Juni 1997 di Kenya yang didirikan oleh investor lokal Kwa
Multipurpose Co-operative Society, dan kepemilikannya sebagian besar oleh K-Rep Bank. Baca
lebih lanjut Craig F. Churchill, Moving Microfinance Forward ( Washington D.C: Microfinance
Network, 1998), 9
66 Berdiri tahun 1996 yang diprakarsai oleh Accion Comunitaria del Peru termasuk
lembaga keuangan non-bank di Peru. Baca lebih lanjut Craig F. Churchill, Moving Microfinance Forward ( Washington D.C: Microfinance Network, 1998), 13-14
67 Berdiri tahun 1992 yang didirikan oleh Lembaga Keuangan non-Bank (Non-Bank
Financial Institutions (NBFI) di Ghana. Craig F. Churchill, Moving Microfinance Forward (
Washington D.C: Microfinance Network, 1998), 15
68Latifee, ‚the Experience of Grameen Bank‛, Presented at the Conference on Deepening
Financial Sector Reforms and RegionalCooperation in South Asia‛ held at the Gulmohar Hall, India Habitat Centre, Lodi Road,New Delhi-110003, India, November 06 – 07, 2008
69 Elisabeth Rhyne dan Maria Otero, ‚ The Changing Face of Microfinance: Closing the
Quality Gap‛, MicroBanking Bulletin, Issue 13, Autumn 2006. 3
79
Pada penelitian ini penulis hanya membahas mengenai produk
pembiayaan (kredit) saja, sehingga pengalaman terbaik yang dipraktekkan oleh
praktisi keuangan mikro tersebut akan dikaji dari sisi fitur produk pembiayaan
dan metodologi pembiayaannya. Bentuk-bentuk fitur produk pembiayaan pada
dasarnya sama, antara Lembaga yang satu dengan lainnya, yang membedakannya
adalah metodologi dan pendekatan yang digunakannya.
Karakteristik utama dari produk pembiayaan bagi keuangan mikro,
meliputi (1) Plafon pembiayaan70
, (2) Kegunaan pembiayaan71
, (3) jangka
waktu72
, (4) frekuensi pembayaran73
, (5) analisa kelayakan kredit74
, (6) mitigasi
risiko75
, (7) sustainability76
, dan (8) kualitas portofolio. 77
Kredit mikro yang
laksanakan oleh berbagai organisasi ada yang bersifat hanya sebagai salah satu
bentuk program charity saja, ada juga yang masih menjadi pilot project untuk
institusi tertentu maupun telah menjadi line product bagi organisasi yang sudah
mapan.
Produk pembiayaan yang menjadi objek dalam riset ini adalah produk
pembiayaan yang sudah menjadi line product dan proven. Keberhasilan para
praktisi keuangan mikro dalam mengembangkan produk mereka menjadi
perhatian utama dalam riset ini78
. Mereka rata-rata memulai kegiatan keuangan
mikro dengan membuka usaha pembiayaan, tentunya ini cukup logis karena
mereka beroperasi tanpa dukungan legal dari otoritas moneter sehingga ketika
akan menghimpun dana dari masyarakat akan mendapat kesulitan. Dua lembaga
keuangan formal yang mengoperasikan kredit mikro yaitu BRI dan Grameen
Bank, mereka memulai usahanya dari meminjamkan dana kepada masyarakat79
.
Mereka melayani nasabah melalui lebih dari seribu lokasi yang tersebar di
70
Plafon pembiayaan berkisar antara Rp. 1juta sampai Rp. 50juta, tergantung dari
wilayah geografiknya.
71 Pinjaman digunakan untuk modal kerja
72 Jangka waktu pinjaman berkisar antara 6 sampai 18 bulan
73 Pada umumnya mingguan atau bulanan
74 Analisis pembiyaaan berbasis penilaian kualitatif
75 Mitigasi risiko dilaksanakan pada seleksi pribadi di tingkat kelompok
76 Untuk mempertahankan pelayanan dan keberlanjutan usaha di bidang jasa keuangan
mikro pada umumnya melalui tingkat suku bunga yang relatif lebih tinggi dari tingkat bunga
pasar.
77Mario La Torre dan Gianfranco A. Vento, Microfinance (Hampshire: Palgrave
Macmillan,2006), 23
78 Performance mereka dalam perannya sebagai intermediasi keuangan dapat terlihat
pada jumlah anggota (nasabah), ukuran portofolio pinjaman, jumlah tabungan, dan tingkat
kemacetan pinjaman (NPL)
79 Jumlah anggota dan nasabah BRI sebanyak 1,9 juta orang dan Grameen Bank
sebanyak 1,6 juta orang.
80
seluruh negeri,80
sedang lembaga keuangan non-formal lainnya diinisiasi oleh
Lembaga Swadaya Masyarakat (non goverment Organization-NGO).
Lembaga keuangan yang menjalankan keuangan mikro dengan jumlah
portofolio anggota (nasabah) antara 10.000 anggota sampai satu juta lebih
anggota, mereka rata-rata memiliki dasar metodologi pembiayaan yang sudah
teruji dan stabil. Tingkat kegagalan bayar (default) dan tingkat kemacetannya
terkontrol secara ketat.81
Mereka telah menemukan cara dari praktek terbaik
pelaku keuangan mikro yang telah fokus memilih menjadi institusi keuangan
mikro komersial yang berhasil di dunia82
.
D. METODOLOGI PEMBIAYAAN DALAM KEUANGAN MIKRO
Pendekatan yang dinilai dapat dijadikan model dalam proses delivery
dana dan metodologi pembiayaan dapat merujuk pada praktek yang dilakukan
oleh organisasi-organisasi yang berhasil dalam implementasi keuangan mikro,
antara lain (1) Grameen Bank, (2) Association for Social Advancement (ASA),
(3) Credit Union, dan (4) the Village Bank
Grameen Model telah banyak diadpsi dan direplikasi oleh lembaga-
lembaga microfinance di seluruh dunia. Model ini diambil dari Grameen Bank
yang didirikan oleh Muh. Yunus di Banglades telah berhasil menjadi ikon
microfinance internasional. Bank ini membiayai masyarakat miskin di daerah
pedesaan Bangladesh83
. Grameen Bank membuat pembiayaan yang berbasis
kelompok yang beranggotakan lima orang, dan adanya ‚center‛ yang menjadi
media bertemunya tiap-tiap kelompok tiap seminggu sekali. Pinjaman ini tidak
mensyaratkan adanya agunan ‚jaminan‛ namun ada kewajiban tanggung renteng
apabila ada anggota yang mengalami ‚default‛. Frekuesni pembayaran dalam
bentuk mingguan, ketika bertemu di Center. Jangka waktu pinjaman sampai
dengan 50 minggu atau satu tahun.Tingkat marjin (bunga) pinjaman sekitar 20%,
sejak tahun 1983 Grameen Bank telah di akui oleh Pemerintah Bangladesh
sebagai Bank. Grameen Bank melayani masyarakat miskin dan wanita.
Kebanyakan anggota Grameen Bank adalah wanita.84
Grameen Bank ini telah
menjadi model bagi pengembangan praktek keuangan mikro di dunia.
80
Elisabeth Rhyne dan Linda S.Rotblatt, What Makes Them Tick? , Exploring The
Anatomy of Major Microfinance organization (New York: ACCION International, 1997), 11
81 Elisabeth Rhyne dan Linda S.Rotblatt, What Makes Them Tick----------, 17
82 David Roodman dan Uzma Qureshi, Microfinance as Business (New Delhi: Center for
Global Development, November 2006), 1
83Elisabeth Rhyne dan Linda S.Rotblatt, What Makes Them Tick----------, 5
84 Metode Pembiayaan dengan teknik kelompok dapat dipelajari lebih lanjut
sebagaimana terlampir dalam penelitian. Lihat lampiran :3
81
Association for Social Advancement (ASA) berdiri tahun 1978 dengan
tujuan untuk menegakkan keadilan sosial. ASA memulai kegiatannya berupa
pemberian pinjaman dana dalam bentuk micro credit program ke wilayah-
wilayah baru yang belum tersentuh program dana dari donor. Tahun 1995 ASA
telah menjadi program yang mandiri dalam melakukan pelayanan kepada
nasabah. Perubahan-perubahan besar yang dilakukan pada tahun 1995 antara lain:
(1) melakukan assesment tanpa melibatkan asesor dari luar, (2) sistem operasi
diperketat dan dilakukan desentralisasi, (3) kelompok-kelompok yang dibiayai
diubah dari laki-laki menjadi wanita.
Metodologi yang dikembangkan oleh ASA sedikit berbeda dengan model
keuangan mikro lainnya85
. ASA bekerja melalui tanggung jawab individu
dengan metode yang lebih sederhana dan fleksibel. Manajemen, pembukuan,
sistem pengarsipan dan sebagainya disusun lebih sederhana dan non-
konvensional. ASA merupakan salah satu bentuk model LKM yang tumbuh
sangat cepat di Bangladesh. Lembaga ini memiliki misi untuk mendukung
masyarakat berpenghasilan rendah (miskin) melalui fasilitas tabungan dan
pembiayaan.86
ASA menggunakan strategi low-cost dalam menjalankan metodologi
pelayanan jasa keuangannya, dimana didesain untuk membuat kegiatan berjalan
secara efektif dan efisien. Manual kegiatan operasi telah diperkenalkan dan
disusun secara detail sebagai buku panduan dalam mengimplementasikan
program. Petugas ASA yang berkantor di Kantor Cabang mengunjungi ke desa-
desa dan mengidentifikasi calon anggota setelah melakukan penilaian tingkat
pendapatan mereka. Kelompok dibentuk hanya menjadi sarana untuk
mengumpulkan mereka. Jumlah calon anggota yang dikumpulkan rata-rata
berjumlah 25 orang wanita miskin. Ada empat petugas pembiayaan ASA (Credit
Officer) dari Cabang dan masing-masing memegang 18 kelompok yang
mengkover sebanyak 450 anggota. Selanjutnya, masing-masing kantor cabang
melayani 1.800 wanita miskin. Anggota kelompok dapat menerima pinjaman
dana untuk memulai usaha mereka. Beban administrasi untuk pinjaman mereka
diberikan sebesar 15% dengan pembayaran selama setahun dalam bentuk
mingguan selama 46 minggu secara installment.
Program tabungan ASA dijadikan sebagai sumber utama dalam
pembiayaan, sehingga inovasi produk terus dilakukan. ASA membuat program
85
Pada umumnya LKM yang menggunakan metode kelompok dalam sistem
pembiayaannya menggunakan tanggung jawab renteng (tanggung renteng), misal sistem
grameen.
86 ASA sudah tidak tergantung terhadap dana donor mulai tahun 2001, dimana struktur
modalnya berasal dari tabungan anggota sebesar 24%, modal sendiri 41%, pinjaman 0,57%,
Penempatan pihak lain 29%, lainnya 5,43%. Lihat Kelly Hattel, ‚Microfinance Clients,
Product/Services and Market Niches‛, Microfinance Network (Calmeadow: ACCION
International, 2002), 46
82
tabungan yang dihimpun mingguan. ASA menentukan jumlah minimum
tabungan yang wajib dilakukan oleh anggota ASA sebesar Tk.15 dan Tk.3087
tiap
minggu. Selain itu juga ada tabungan sukarela, yang dikenalkan kepada anggota
dan ternyata hasilnya sangat signifikan.88
Pada tahun 2003, ASA menciptakan dua jenis produk baru yaitu asuransi
pinjaman dan asuransi jiwa kepada anggotanya. Prosesnya sangat sederhana,
biaya premi sebesar Tk.3 untuk pinjaman per-seribu dan Tk.10 dibayarkan per-
minggu untuk asuransi jiwa. Apabila ada kematian atau kecelakaan yang
menimpa anggota, maka sisa pinjaman dibayarkan dari asuransi dan
mendapatkan dana asuransi sebesar 6x lebih dari jumlah dana yang disimpan,
namun jika tidak terjadi sesuatu (kematian/kecelakaan), maka anggota menerima
total simpanannya ditambah dengan dividen.
Tantangan yang dihadapi ASA adalah mempertahankan tingkat
pembayaran kembali yang tinggi. ASA berhasil muncul sebagai pionir dalam
pendekatan minimalis, mendesain sebuah model keuangan mikro yang
replicable89 dalam semua lingkungan dan wilayah yang luas. ASA berkomitmen
untuk memperluas jangkauan, menekan biaya dan beban kredit secara optimal,
dan mengembangkan sumber keuangan mandiri.
Model Credit Union hampir sama dengan model koperasi di Indoensia,
yang mensyaratkan kepada calon nasabahnya untuk bergabung terlebih dahulu
menjadi anggota organisasi sebelum menjadi debitur. Lembaga yang
menggunakan model ini banyak menggunakan asas-asas koperasi, sehingga ada
pembinaan kepada anggota dan kegiatan pertemuan anggota dalam periode
tertentu. Pendekatan dalam deliveri kreditnya menggunakan individual lending.
Tanggung jawab memenuhi kewajiban apabila terjadi kegagalan bayar
sepenuhnya ada di masing-masing anggota (debitur). Dalam model ini jaminan
tidak menjadi syarat utama dalam proses pencairan pinjaman90
.
Model Village Bank (Bank Desa) dipraktekkan oleh banyak lembaga
keuangan mikro sebagai model yang paling sederhana, karena menggunakan
pendekatan individual lending. Model ini cukup konvensional karena produknya
hampir sama dengan perbankan konvensional. Lembaga berdiri dan beroperasi
87
Nilai tukar Taka terhadap dolar adalah US$1 = Tk.62 atau nilai Tk.30 = ± Rp. 4500,-,
jika US$1 = Rp.9000
88 Pada bulan April 1997, ASA memperkenal proeduk baru yang disebut ‚
VOLUNTARY SAVINGS PRODUCT‛ , produk ini ditawarkankepada anggotanya untuk
menabung dan menarik kembali secara sukarela. ASA memberikan bunga sebesar 7% kepada
penabung dan membebankan biaya pinjaman sebesar 15%. Kelly Hattel, ‚Microfinance Clients,
Product/Services and Market Niches‛, Microfinance Network ---------, 47
89 Model yang dikembangkan ASA disebarluaskan dengan metode yang lebih sederhana
melalui model SHG (Self Help Group) yang terlampir dalam penelitian ini. Lihat lampiran 4
90 Kelly Hattel, ‚Microfinance Clients, Product/Services and Market Niches‛,
Microfinance Network ---------, 22
83
secara mandiri yang menempatkan nasabah sebagai pihak debitur dan tidak
terikat dengan aturan-aturan tertentu. Pihak LKM akan menilai secara obyektif
calon debiturnya, baik penilaian secara kualitatif maupun kuantitatif tentang
kelayakan usahanya dan kemampuan membayarnya. Setelah dinyatakan layak,
maka calon nasabah dapat dilayani menjadi nasabah peminjam. Model ini di
Indonesia dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BRI Unit. Dalam
model ini jaminan menjadi syarat mutlak dalam proses pencairan kreditnya.
Petugas kredit melakukan penilaian terhadap kelayakan usaha calon debitur
dengan melihat kemampuan bayar dan persyaratan 5C lainnya91
.
E. PRINSIP-PRINSIP (KEY SUCCESS FACTOR) KEUANGAN MIKRO
Berdasarkan analisis fenomenologis di atas, maka ada beberapa prinsip-
prinsip keuangan mikro yang menjadi dasar dalam mencapai keberhasilan
mempraktekkan keuangan mikro , antara lain : (1) Skala dan kedalaman
jangkauan pembiayaan, (2) Keberlanjutan (sustainability), (3) Pemberdayaan
(social intermediatory).
(1). Skala dan kedalaman Jangkauan Pembiayaan (Outreach)
Keuangan mikro yang memiliki sasaran masyarakat miskin dengan jumlah
populasi terbesar dari bagian masyarakat di negara-negara berkembang dan
negara dunia ketiga (miskin) membutuhkan metodologi pendekatan khusus
dalam menjangkau kelompok sasarannya. Masyarakat miskin yang tinggal di
sebagaian besar wilayah-wilayah pedesaan dan di daerah pinggiran kota
membuat makin sulitnya mereka menjangkau akses infrastrukur kehidupan yang
layak. Lembaga keuangan formal yang berlokasi di daerah-daerah perkotaan
(pusat kota) hampir di seluruh negara telah menjadi Institusi elit yang tidak
terjangkau oleh masyarakat miskin, terutama yang tinggal di wilayah pedesaan.
Lembaga keuangan formal (perbankan) yang sudah mulai masuk ke
wilayah pedesaan pun, ternyata mengalami hambatan untuk menjangkau
masyarakat miskin akibat tidak bankabel. Kemampuan menjangkau nasabah
masyarakat miskin di wilayah yang tersebar di daerah-daerah pedesaan
merupakan parameter tersendiri dalam mengukur tingkat keberhasilan (dampak)
keuangan mikro dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga akan
mengurangi angka kemiskinan.92
Ada sekitar 95% dari 190 juta masyarakat
91
Prinsip-prinsip kehati-hatian dalam perbankan konvensional digunakan untuk menilai
kelayakan calon debitur. Lihat David Roodman dan Uzma Qureshi, Microfinance as Business
(New Delhi: Center for Global Development, November 2006), 6
92 Keuangan mikro adalah alat penanggulangan kemiskinan yang paling efektif di dunia.
Lihat Artikel yang diterbitkan Asean Development Bank (ADB) yang berjudul Finance for the
Poor : Microfinance Development Strategy. Baca juga laporan IRTI dan IDB yang berjudul
84
miskin di wilayah Asia dan Pasifik yang masih belum dapat mengakses jasa
keuangan.93
Dunia Islam yang berpenduduk lebih 1,2 Miliar orang, tinggal dari
wilayah Sinegal sampai Filipina yang meliputi 6 wilayah yaitu Afrika Utara, sub-
sahara Afrika, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Kecuali Asia Tenggara dan Timur Tengah, mayoritas penduduknya berada dalam
tingkat kemiskinan yang tinggi, terutama di daerah pedesaan dan masyarakat
urban. Indonesia memiliki angka kemiskinan sebesar 17,4% (36,3juta jiwa)94
,
Pada sisi lain, keluarga prasejahtera, yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya (pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan) juga
terus meningkat. Pada 2004, keluarga prasejahtera baru mencapai 12,91 persen
dari jumlah penduduk. Sedangkan pada 2008 sudah mencapai 20,04 persen,
sebuah peningkatan yang luar biasa. Dalam rentang waktu empat tahun, orang
paling miskin meningkat sekitar tujuh persen. Gambaran tersebut dapat
diterjemahkan bahwa jurang pemisah antara yang kaya dan miskin semakin
jauh.95
Dalam catatan IDB dalam kertas kerjanya tahun 2007, ditulis bahwa
Indonesia dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia memiliki orang
miskin lebih dari separoh penduduknya yaitu 129 juta orang tergolong miskin
dengan penghasilan kurang dari US$2 perhari.96
Dunia di luar anggota IDB
yang memiliki penduduk muslim cukup besar seperti India memiliki penduduk
muslim sebanyak 180 juta orang dan Rusia sebanyak 28 juta orang.
Keberadaan keuangan mikro adalah untuk menjembatani terjadinya lack
dan gap antara kebutuhan jasa keuangan masyarakat miskin dengan lembaga
keuangan formal. Sehingga masyarakat miskin dapat mengakses jasa keuangan
baik pembiayaan, tabungan, asuransi maupun jasa keuangan lainnya. Melalui
berbagai layanan jasa keuangan yang dimiliki oleh keuangan mikro, orang miskin
diharapkan mampu melakukan investasi, memperoleh penghasilan lebih besar,
menabung dan menjadi sejahtera kualitas hidupnya.
Skala adalah jumlah atau besaran atau volume-kuantitas masyarakat yang
dilayani oleh jasa keuangan mikro. Makin besar masyarakat miskin yang
terlayani oleh lembaga keuangan mikro, maka mengindikasikan lembaga tersebut
berdaya guna bagi masyarakatnya. Sedangkan kedalaman jangkauan pembiayaan
maksudnya makin miskin masyarakat yang dilayaninya maka mengindikasikan
Framework and strategies for Development of Islamic Microfinance Services, Working Paper for
IFSD Forum, Sinegal. 2007.
93 Asean Development Bank (ADB). Rural Asia Study: Beyond the Green Revolution.
(Manila:ADB, 2000)
94 Irfan Abu bakar, dkk (editor). Filantropi Islam dan Keadilan Sosial. (Jakarta: CSRC
UIN, 2006), 4
95 Agus Suroso, Potret Buram Kemiskinan. Harian Pikiran Rakyat, Selasa 31 Maret
2009
96 Asumsinya, jika saat ini US$1 ekuivalen dengan Rp. 9500,- , maka sebagian besar
penduduk Indonesia berpenghasilan kurang Dari Rp. 19.000,- perhari.
85
kedalaman jangkauan. Hal ini mengisyaratkan bahwa lembaga keuangan mikro
dengan asset tertentu dan menggunakan dananya untuk melakukan pembiayaan
dengan jumlah plafon yang makin kecil relatif akan menjangkau jumlah
masyarakat miskin lebih banyak dibandingkan dengan asset yang sama tapi
dengan plafon yang lebih besar. Sebagai sebuah ilustrasi misalnya ada dua
LKMS yaitu A dan B, dimana A memiliki outstanding pembiayaan sebesar Rp.
100 juta dan LKMS B juga sama, namun LKMS A memiliki nasabah sebanyak
1000 orang, sedangkan LKMS B memiliki nasabah sebanyak 100 orang. Berarti
LKMS A memiliki skala dan kedalaman jangkauan dibandingkan dengan LKMS
B.
Prinsip skala dan kedalaman jangkauan ini penting dipahami oleh praktisi
dan akademisi keuangan mikro karena keberadaan keuangan mikro untuk dapat
mengakses sebanyak mungkin masyarakat miskin agar terlayani jasa keuangan.
Studi yang dilakukan oleh beberapa peneliti97
terhadap kemampuan masyarakat
di berbagai negara dalam mengakses jasa keuangan menunjukkan bahwa akses
terhadap jasa keuangan dari 56 negara anggota IDB (Islamic Development
Bank), penduduk Indonesia yang mampu mengakses jasa keuangan tidak lebih
dari setengahnya. Sebagai perbandingan terlihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 3.1 Tingkat Akses Penduduk terhadap Jasa Keuangan
di berbagai negara
Negara Akses Jasa Keuangan (%)
Lebanon 79 %
Saudi Arabia 62%
Malaysia 57%
Kazakhtan, Turki, Tunisia,
Mesir dan Indonesia
40%
Sumber : diolah dari hasil riset : Patrick Honohon, Cross
Country Variations in Houshold Access to Financial
Services. World Bank Conference on Access to Finance,
March 15-16, 2007.
97
Para peneliti yang mengukur tingkat akses penduduk di suatu negara terhadap jasa-
jasa keuangan antara lain Cristen, Robert Peck, Veena Jayadeva dan Richard Rosenberg (2004)
yang hasilnya dipublikasikan dalam bentuk paper dengan judul ‚ Financial Insitution with a
Double Bottom Line: Implication for the future of Microfinance‛. Washington DC.
86
Dimensi akses terhadap jasa keuangan didefinisikan oleh Nimal Fernando
(2007) sebagai berikut :
Akses penuh yaitu seseorang yang memenuhi persyaratan
menggunakan jasa keuangan formal atau semiformal sehingga
ia dapat menggunakan jasa keuangan tersebut ketika
membutuhkannya.
Akses tidak penuh, meliputi :
Dimensi ruang lingkup (scope) yaitu seseorang yang memiliki
akses terhadap beberapa jasa keuangan saja dari lembaga
keuangan formal dan semiformal. Misal : seseorang dapat
mengakses simpanan tapi tidak dapat mengakses pembiayaan
(kredit) dan asuransi.
Dimensi kelembagaan yaitu beberapa orang yang memiliki
akses jasa keuangan ke lembaga semiformal (koperasi) tapi
tidak dapat mengakses ke lembaga keuangan formal (bank).
Dimensi kuantitas yaitu seseorang yang memiliki akses
terhadap jasa keuangan tapi tidak dapat memenuhi kebutuhan
yang diharapkannya secara penuh.
Dimensi Harga yaitu seseorang yang mungkin memiliki akses
tetapi tidak mampu membayar harga (administrasi+provisi
dan bunga) yang ditetapkan lembaga keuangan tersebut.
Dimensi Kualitas yaitu seseorang hanya dapat mengakses
untuk jasa keuangan dengan produk yang tidak (sesuai)
dengan yang dibutuhkannya.
Dimensi gender yaitu hanya laki-laki saja yang dapat
mengakses jasa keuangan tapi perempuan tidak.
Dimensi Umur yaitu orang tua dan anak muda tidak dapat
mengakses jasa keuangan.
Dimensi lain yaitu jasa keuangan hanya untuk kelompok ,
suku, agama, etnis dan golongan tertentu saja.
87
Berkaitan dengan daya jangkau keuangan mikro terhadap sebanyak
mungkin masyarakat miskin di suatu wilayah atau negara sangat tergantung
kepada fitur produk yang dikembangkan oleh lembaga keuangan mikro yang
menyelenggarakannya. Fitur produk yang memiliki dimensi-dimensi akses
sebagaimana tersebut di atas akan mampu memecahkan masalah kemiskinan.98
Rajan dan Zingales (2004:28) dalam Nimal menjelaskan bahwa keterbatasan
mengakses jasa keuangan akan mengurangi pilihan bagi para warga dalam
menentukan cara kerja dan hidup mereka. Sehingga perluasan kemampuan
mengakses jasa keuangan akan berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi
alokasi sumber daya dan keuangan, pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita
dan redistribusi asset bagi masyarakat banyak.99
Untuk dapat menjangkau masyarakat miskin seluas mungkin diperlukan
pemahaman terhadap kebutuhan mereka. Mereka membutuhkan jasa keuangan
karena mereka sering menghadapi kegiatan-kegiatan yang dapat menghabiskan
dana yang lebih besar dibandingkan dengan dana yang mereka miliki. Rutherford
dalam bukunya The Poor and Their Money, menjelaskan tiga kategori kejadian
utama mereka yaitu (1) kegiatan siklus hidup100
, (2) kebutuhan mendadak101
, (3)
peluang investasi102
. Mereka membutuhkan tidak hanya sekedar pembiayaan,
tapi juga simpanan, pengiriman uang (transfer), dan jaminan kesehatan dan masa
tua (asuransi).
Studi dampak yang dilakukan oleh M. Rahman (2010) menjelaskan bahwa
program keuangan mikro Islam (Rural Development Schema) yang didirikan
pada tahun 1995 di Bangladesh, saat ini (tahun 2010) telah mampu melayani
520.000 orang dengan nasabah 94%-nya adalah wanita. Berdasarkan hasil survey
terhadap 1.020 responden (nasabah) menunjukkan secara significant telah
meningkatkan kegiatan keberagamaan mereka (sholat dan puasa), serta secara
98
Ahmad Subagyo dan Budi Purnomo dalam bukunya Grassroot and Comercial
Microfinance: Theory and Practice, menyebutkan fitur produk keuangan mikro meliputi sasaran
(nasabah) pembiayaan, tujuan pembiayaan, persyaratan (umur,pekerjaan,tempat tinggal)
pembiayaan, biaya pembiayaan.
99 Baca lebih lanjut Nikmal A Fernando. Low Income household Access to Financial
Services,(Manila: ADB, 2007), 2
100 Kegiatan dalam siklus hidup seperti menikah, kelahiran anak, kematian, membangun
rumah, dsb). Pengeluaran yang berkaitan dengan pendidikan, perayaan-perayaan tertentu, dan
masa panen atau panceklik)
101 Kebutuhan investasi, misalnya membeli tanah, membeli perlengkapan rumah tangga,
membuka usaha dan sebagainya.
88
ekonometrika mampu meningkatkan pendapatan, meningkatkan tingkat
produktivitas hasil panen (bagi petani), dan mengurangi pengangguran.103
(2). Keberlanjutan Organisasi (sustainability)
Jasa keuangan mikro diselenggarakan oleh lembaga keuangan formal dan
lembaga keuangan informal.104
Lembaga keuangan yang menyediakan jasa
keuangan mikro menghadapi tantangan dan risiko yang lebih besar dibandingkan
dengan lembaga keuangan yang melayani masyarakat mapan ekonominya.
Secara teori LKM/S menghadapi risiko kegagalan bayar para nasabahnya yang
tinggi berkaitan dengan kondisi ekonomi sasaran pembiayaannya. Namun dalam
praktek keuangan mikro di dunia, sebagian lembaga keuangan mikro mampu
tetap eksis dan berlanjut (sustainable) bahkan bertumbuh makin besar.105
Kunci keberlanjutan lembaga keuangan mikro adalah mampu beroperasi
secara komersial, dalam arti nilai pengembalian yang diterima dari nasabah
berupa pokok plus marjin dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan oleh
lembaga ditambah dengan profit marjin yang dapat dipergunakan untuk
pengembangan organisasi. Paradigma baru merujuk kepada semua konsep dan
metode yang telah dikembangkan untuk memungkinkan lembaga keuangan
mikro mampu melayani jasa keuangan tanpa subsidi dan bantuan donor.
Penelitian menemukan bahwa jasa keuangan mikro dapat berjalan secara
berkelanjutan dalam berbagai lingkungan ekonomi, politik dan geografis, dan
diantara berbagai kondisi ekonomi makro.106
Robinson membagi tingkat
keberlanjutan dalam tiga kelompok, yaitu :
\Lembaga dimana pendapatan dari usaha (marjin,pen) dan provisi tidak
menutup biaya operasional.
Lembaga dimana pendapatan menutup biaya operasional namun tidak
menutup biaya komersial dari dana yang dipinjamkan.
103
Miazur Rahman, Islamic micro-finance programme and its impact on rural poverty alleviation, International Journal of Banking and Finance, Volume 7, Issue 1 2010 Article 7.
_Islami Bank Bangladesh Ltd
104 Lembaga keuangan formal adalah lembaga keuangan yang dalam operasionalisasinya
mendapatkan ijin Dari lembaga otoritas moneter di negara yang bersangkutan, seperti Bank. dan
sebaliknya lembaga keuangan informal adalah lembaga keuangan yang beroperasi tanpa ijin Dari
otoritas moneter namun mendapatkan ijin Dari lembaga pemerintah lainnya, seperti Koperasi,
BMT, dan Badan Kredit Desa (BKD),
105 Beberapa LKM diantaranya (1) YAMIDA dengan anggota 8.986 orang berdiri tahun
2005 dengan NPL 0,18% (2008), (2) yayasan Para Sahabat memiliki nasabah 54.649 berdiri tahun
1999, (3) KOSPIN JASA beranggotakan 3.177 dengan asset sebesar Rp. 1,1 triliun (2006), (4)
Koperasi Wanita (KOPWAN) memiliki 11.998 orang dengan NPL 0,66%. Baca lebih lanjut
Nining I Soesilo, dkk. Keuangan Mikro Indonesia, Buku 1 : Profil dan Perkembangan. UKMC-FE
UI. Jakarta, 2009
106 M. Roibnson. The Microfinance Revolution. (Washington DC: The World Bank.
2009.). 58
89
Lembaga yang mandiri sepenuhnya, dimana mampu menutup seluruh
biaya dan risiko, serta menghasilkan keuntungan.
Analisis Robinson menyimpulkan bahwa sebagian besar program
keuangan mikro di dunia masuk kelompok pertama. Kelompok ini mendapatkan
sumber pendanaan dari hibah atau pinjaman lunak dari donor atau pemerintah,
dan mereka sangat mengandalkan subsidi. Mereka menentukan tingkat marjin
(bunga) sebagai sumber pendapatannya terlampau rendah107
, volume kredit
(skala) terlampau kecil, kegagalan bayar (default) nasabahnya tinggi, sehingga
tidak dapat menutup biaya dana dan operasionalnya.
Suatu penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh seorang guru besar dari
Malaysia dengan judul sustainability of BMT Financing for Developing Micro-enterprises menyimpulkan bahwa untuk menjelaskan sustainability digunakan
dua pendekatan yaitu (1) mengukur tingkat efisiensi (technical effisiency) dan,
(2) tingkat skala jangkauan (level of outreach). Hasil analisisnya menunjukkan
bahwa tingkat efisiensi operasi BMT di Indonesia masih rendah yang
mengindikasikan BMT beroperasi masih jauh dari skala optimal108
. Tingkat
efisiensi sendiri mengukur perbandingan antara keluaran (output) dengan
107
Metode perhitungan tingkat marjin agar harga yang ditetapkan dapat menutup biaya-
biaya kredit adalah sebagai berikut Base Lending Rate digunakan untuk menentukan pada tingkat
harga (marjin/bunga) berapa, perusahaan akan dapat sustain dan viable dalam proses perjalanan
bisnisnya.
FORMULA : 𝑅 = (𝐴𝐸+𝐿𝐿+𝐶𝐹+𝐾)
(1−𝐿𝐿) …. Sumber : SBFIC, Product Costing and Branch
Profitability, Jun2 2008
Dimana :
R = Rate : tingkat suku bunga yang dicari, AE = Administrative Expense, LL=
Loan Losses CF = Cost of Fund, K= Capitalitation Rate
Dimana :
R = Rate yaitu tingkat suku bunga yang sustainable bagi LKM ; istilah lain R
dalam beberapa buku disebut dengan BLR (Base Lending Rate)
CF = Cost of Fund adalah sejumlah biaya dana (bunga) yang harus dibayar oleh
bank atas setiap rupiah dan atau valas yang berhasil dihimpun Dari masyarakat dalam bentuk
giro, tabungan, deposito, dan pinjaman yang diterima. Dalam bukunya Joanna Ledgerwood yang
berjudul Microfinance handbook overhead cost ini ditulis dengan istilah CF.
AE = Administration Expense yaitu persentasi hasil perbandingan antara total
biaya operasional dengan portofolio kredit (outstanding) rata-rata; dalam bukunya Joanna
Ledgerwood yang berjudul Microfinance handbook overhead cost ini ditulis dengan istilah AE.
LL = Loss of Loan adalah kerugian kredit atau dalam istilah lain bad debt atau
kredit macet yaitu persentase antara jumlah kredit yang macet dibagi dengan jumlah outstanding
kredit rata-ratanya.
K = Profit margin yang diinginkan yaitu tingkat persentase keuntungan tertentu
Dari jumlah rata-rata portopolio kredit yang dimilikinya. Dalam bukunya Joanna Ledgerwood
yang berjudul Microfinance handbook overhead cost ini ditulis dengan istilah K.
108 Abdul Ghafar dan Widiyanto, Sustainability of BMT Financing for Developing
Micro-enterprises. (Kuala Lumpur : School of Economics, University kebangsaan Malaysia).12
90
masukan (input). Output berupa biaya-biaya yang dikeluarkan (total cost) dan
inputnya berupa pendapatan yang diperolehnya.
Kelompok LKM/S yang dapat sustain adalah pendapatan yang mereka
peroleh mampu menutup biaya keuangan dan bukan keuangan109
yang dihitung
secara komersial. LKMS seperti itu dapat beroperasi seperti halnya perusahaan
swasta. Lembaga pada tingkatan ini bisa menghimpun dana dari masyarakat dan
bisa melakukan leverage investasi yang menguntungkan. Kemampuan untuk
mengungkit (leverage) dana sangat penting bagi LKM/S penyedia keuangan
mikro, karena membantu memaksimalkan skala dan kedalaman cakupan
keuangan mikro. Di Indonesia, lembaga keuangan mikro yang dianggap berada di
kelompok ketiga, antara lain : Badan Kredit Desa (BKD), Lembaga Perkreditan
Desa (LPD) di Jawa dan Bali.110
(3) Pemberdayaan (Empowerment)
Prinsip ini sering disebut sebagai social intermediary, karena lembaga
keuangan mikro memiliki uda fungsi selain social intermediary, dia tentuanya
juga financial intermediary. Fungsi pemberdayaan ini menjadi kunci pembeda
utama antara keuangan makro dan keuangan mikro. Pemberdayaan sering
diartikan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya. 111
Proses
pemberdayaan menurut Malcolm Payne112
pada dasarnya ditujukan untuk
membantu nasabah memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan yang akan ia lakukan terkait dengan dirinya termasuk
mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.
Dengan demikian pemberdayaan itu merupakan suatu daya kekuatan yang timbul
sebagai usaha untuk mengadakan perubahan agar terjadinya perbaikan dan
peningkatan kualitas kehidupan suatu masyarakat dapat terwujud.
Keterlibatan lembaga keuangan mikro dalam proses pemberdayaan
meliputi beberapa tahapan..113
Ada empat tahapan yang dilakukan oleh lembaga
109 Biaya bukan keuangan meliputi gaji dan biaya administrasi, penyusutan aktiva tetap,
dan biaya gagal bayar: lihat Cristen, Rhyne, and Vogel (1995. 10).
110 M. Robinson. The Microfinance Revolution. (Washington DC: The World Bank.
2009), 59
111 Istilah pemberdayaan atau empowerment (bahasa Inggris) berasal dari kata power
(kekuasaan atau keberdayaan). Pemberdayaan menurut Steven Shardlow dalam Onny S. Prijono
dan A.M.W Pranarka memfokuskan pembahasan pada masalah bagaimana individu atau
kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan
untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. Lihat Onny dan Pranaka, Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi (Jakarta: CSIS, 1996), 62
112 Malcolm Payne, Modern Social Work Theory, Second Edition (London: Macmillan
Press Ltd, 1997), 266
113 Tahapan itu meliputi: Tahap assesment, tahap perencanaan alternatif program atau
kegiatan, tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan, dan terakhir tahap evaluasi
(termasuk di dalamnya evaluasi input, proses, dan hasil. Lihat Isbandi Rukminto Adi,
Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Jakarta:FE-UI, 2003), 298
91
keuangan mikro dalam menjalankan proses pemberdayaan di lingkungan
masyarakatnya.114
Sementara itu, Hogan berpendapat bahwa proses
pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai suatu siklus terdiri dari lima
tahapan utama.115
Semua tahapan dalam proses pemberdayaan harus dilakukan
secara terus-menerus agar dapat diperoleh suatu perubahan. Lembaga keuangan
mikro memiliki kemampuan untuk memberdayakan nasabahnya untuk
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik sehingga akan meningkat tingkat
kemakmurannya
Sesuai dengan bahasan model keuangan mikro yang diuraikan pada sub-
bab sebelumnya116
, ternyata dari keempat model yang dirumuskan oleh penulis
bahwa hanya satu model yang tidak mempertimbangkan atau memasukkan
anggota (nasabah) sebagai bagian yang integral dari suatu lembaga keuangan
mikro. Model terakhir yaitu Village Bank masih menggunakan paradigma
perbankan konvensional, dimana menempatkan nasabah di satu sisi, sementara
Lembaga Keuangan berada di sisi yang lain. Posisi yang saling berhadapan inilah
dalam paradigma baru teori keuangan mikro sudah dianggap tidak pantas untuk
diterapkan, karena pendekatan itu hanya cocok untuk diaplikasikan pada
keuangan makro industri perbankan ‚BANK‛.
Dalam prakteknya, beberapa praktisi mengadopsi model ini tapi di-tailor-mate dengan prinsip keuangan mikro yang lain, seperti yang diterapkan oleh
FINCA (Foundation for International Community Assitance). Menurut FINCA
Bank Desa merupakan asosiasi kredit dan tabungan yang dikelola komunitas
untuk menyediakan akses atas jasa keuangan di daerah pedesaan, membangun
kelompok mandiri komunitas, dan membantu para anggota menghimpun
tabungan117
.
114
LKM sebelum mendistribusikan dana dalam bentuk pinjaman selalu melakukan
penilaian untuk meyakinkan ssaran yang dituju tepat sesuai dengan tujuan pembiayaan, lalu
menyalurkannya dalam bentuk pinjaman, untuk meningkatkan kemampuan (capacity) nasabah
LKM memberikan pelatihan ketrampilan, pembinaan usaha dan peningkatan akses (modal dan
pasar) dengan menjalin hubungan dengan berbagai pihak (swasta dan pemerintah) dalam berbagai
program, terutama pemanfaatan dana-dana CSR dari perusahaan-perusahaan besar yang
disalurkan melalui LKM untuk membina para anggotanya.
115Kelima tahapan itu adalah: 1) Menghadirkan kembali pengalaman yang
memberdayakan dan tidak memberdayakan (recall depowering/empowering experience). 2)
Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan ketidakberdayaan (discuss reasons for
depowerment/empowerment). 3) Mengidentifikasi suatu masalah atau proyek (identify one
problem or project). 4 Mengidentifikasi basis daya yang bermakna (identify useful power bases).
5) Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimpelementasikannya (develop and
impelement action plan). Lihat: Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan
Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Jakarta:FE-UI, 2003), 304-305
116 Keempat model keuangan mikro tersebut adalah Grameen Bank, SHG, Credit Union
dan Village Bank.
117 Joanna Ledgerwood, Microfinance handbook, --- 99
92
Kunci sukses keaungan mikro tidak terlepas dari adanya modal sosial
yang dibangun oleh Lembaga Keuangan Mikro (LKM) itu sendiri, walaupun
sebenarnya di masyarakat sudah ada, namun keberadaan LKM kembali
memunculkan dan memperkuat nilai-nilai positif yang ada di masyarakatnya.
Kegiatan intermediasi sosial yang dilakukan oleh LKM antara lain (1)
membangun kelompok-kelompok yang percaya pada diri sendiri dalam bidang
manajemen, pembukuan rumah tangga dan ketrampilan-ketrampilan hidup
lainnya.118
Pandangan ini dianggap sebagai sistem ekonomi yang berhasil
menemukan kebenaran-kebenaran penting tentang hakikat modal dan manusia.
Fenomena ini hampir senada seperti yang diungkapkan oleh Adam smith dalam
bukunya Theory of moral Sentiment, bahwa ekonomi tertanam sangat mendalam
pada kehidupan sosial dan ia tidak bisa dipahami secara terpisah dari adat, moral,
dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat di mana proses ekonomi itu terjadi.119
Pada perkembangan selanjutnya, semestinya membangun institusi
keuangan dirasakan perlu memasukkan bidang-bidang lain seperti faktor faktor
sosial di luar ekonomi.120
Menurut G Scheneider, T Plumper; and S Baumann,
dalam Bringing Putnam to the European Regions, on The Relevance of Social Capital for Economic Growth. (2000) menjelaskan bahwa hubungan budaya
dengan kemakmuran ekonomi sebenarnya sudah pernah diulas Max Weber dalam
karya klasiknya tentang Etika Protestan dan Kapitalisme. Dan setelah itu
kemudian bermunculan beberapa karya tentang hubungan budaya dan
ekonomi.121
Hal ini menunjukkan bahwa ada sumber daya lain di luar modal fisik
dan modal manusia yang berperan dalam pembangunan ekonomi.
118
Joanna Ledgerwood, Microfinance handbook, --- 90
119 Munculnya perspektif neoklasik ini merupakan pengembangan lebih luas yang telah
dilakukan sejak dasawarsa-dasawarsa sebelumnya, yaitu ketika kaum Marxis dan Keynesian
mulai goyah.
120 K Martin, A Note on The Evolution of Development Thinking. Ekonomi dan
Keuangan Indonesia, Vol. XXXII No. 3, September. (Jakarta: LPEM-FEUI, ) 291-315
121 Sebagaimana yang ditunjukkan Weber dalam Economic and Society dan Christian
Ethics and The Spirits of Capitalism., Weber menunjukkan reifikasi dari agama Kristen kepada
kerja keras. Kerja keras dan hidup hemat merupakan etika protestan dalam sekte calvinis (tidak
untuk sekte lainnya seperti Luther atau Zwing Lie).
93
BAB IV
PRAKTEK KEUANGAN MIKRO ISLAM DI INDONESIA
Untuk memahami praktek keuangan mikro Islam di Indonesia berdasarkan
analisis fenomenologi, berikut ini akan diuraikan mengenai praktek
pengimplementasian prinsip-prinsip keuangan Islam yang telah dikembangkan
menjadi produk pembiayaan bagi lembaga-lembaga keuangan mikro di Indonesia
yang berbasis shari’ah.1
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam analisis
ini, antara lain observasi, interview dan kajian literatur dan kuisioner. Dalam bab ini
akan diuraikan mengenai praktek-praktek keuangan mikro Islam yang berkaitan
dengan model pembiayaan dan kelembagaannya. Selanjutnya akan dianalisis dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif untuk melihat dan mengukur tingkat
keterkaitan (hubungan) antara model pembiayaan dengan performa lembaganya.
Dalam bab ini akan dikaji mengenai fitur-fitur pembiayaan yang
dipraktekkan dalam kegiatan keuangan mikro Islam, baik oleh lembaga keuangan
formal (perbankan) maupun oleh lembaga keuangan non-formal (Koperasi, BMT,
Baitul Qiradh-BQ). Fitur pembiayaan yang akan dibahas meliputi (1) Sasaran
pembiyaaan, (2) Tujuan pembiayaan, (3) Akad pembiayaan, dan (4) Jaminan
pembiayaam.
A. PENETAPAN TUJUAN PEMBIAYAAN
Tujuan kegiatan keuangan ‚corporate‛ adalah memaksimalkan keuntungan
(profit) para pemegang saham dengan indikasi keberhasilannya berupa earning per share (laba perlembar saham), sedangkan tujuan kegiatan keuangan ‚micro‛ adalah
memaksimalkan kemanfaatan (benefit) bagi masyarakat berpenghasilan rendah
(miskin), dengan indikasi keberhasilannya adalah (1.1) mengurangi kemiskinan,
(1.2) memberdayakan kaum wanita atau kelompok penduduk yang serba kekurangan,
1 Peneliti menggunakan sumber utama dalam kajian ini dari Buku Pedoman dan Buku
Standar Operasi dan Prosedur (SOP) Lembaga Keuangan formal yang mempraktekkan keuangan
mikro Islam (Bank BPD Aceh Shari’ah) dan SOP LKMS yang disusun oleh PT.Permodalan Nasional
Madani (PNM) dan SOP LKMS yang disusun oleh Aceh Micro Finance (AMF), dan SOP BPRS
Baiturahman Banda Aceh. Buku Pedoman dan SOP Lembaga Keuangan dan provider LKMS yang
dijadikan sebagai acuan untuk melihat praktek keuangan mikro Islam di Indonesia, Penulis menilai
sudah cukup representatif untuk mewakili profil LKMS di seluruh Indonesia karena PT.PNM telah
memiliki jaringan LKMS (ULAMM) sebanyak 100 unit lebih kantor pelayanan di seluruh Indonesia,
SOP AMF digunakan oleh 150 LKMS di seluruh Wilayah Aceh dan SOP Pinbuk memiliki jaringan
lebih dari 20 Propinsi di seluruh Indonesia.
94
(1.3) menciptakan lapangan pekerjaan, (1.4) membantu pertumbuhan usaha yang
ada, (1.5) mendorong pengembangan usaha baru2. Copestake (2000) menyatakan
bahwa tujuan utama microfinance bukan hanya mengejar keuntungan maksimal, tapi
memaksimalkan fungsi ‚benefit‛ bagi pihak yang dilayani saat ini dan di masa yang
akan datang. Yunus ( 2004) menolak indikator keberhasilan microfinance dengan
pendapatan per-kapita, definisi keberhasilan pembangunan adalah peningkatan
kualitas hidup 50% populasi terbawah. Dia menganalogikan indikator kapitalis
dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi dengan kereta api (lokomotif
dan gerbong)-nya. Ketika lokomotif dibangun dengan harapan dapat menarik
gerbong-gerbong di belakang-n`ya, dengan cara mengayakan sebagian kecil penduduk
suatu negeri dengan harapan dapat menarik rakyat miskin untuk menjadi sejahtera
adalah hal yang salah3. Pemaksimalan keuntungan para pemegang saham akan
mampu menaikkan rata-rata pendapatan perkapita suatu negeri, tapi kenaikan
pendapatan perkapita itu hanya kontribusi segelintir orang saja dari sebagaian
pemilik modal, tapi sebaliknya jika kegiatan ekonomi dan keuangan melibatkan
semua populasi masyarakat, terutama masyarakat miskin yang jumlahnya besar akan
dengan sendirinya selain meningkatkan kualitas hidup juga akan meningkatkan
pendapatan per-kapita negara tersebut.
Webster, dkk dalam Joanna (2008) menyebutkan bahwa tujuan keuangan
mikro adalah (1) menciptakan lapangan kerja dan peluang pendapatan melalui
pendirian dan perluasan usaha mikro, (2) meningkatkan produktivitas dan
pendapatan kelompok rentan, terutama kaum wanita dan orang miskin, dan (3)
mengurangi ketergantungan keluarga pedesaan pada tanaman rawan kekeringan
melalui diversifikasi kegiatan dalam menghasilkan pendapatan. Sedangkan tujuan
keuangan mikro sebagai organisasi pengembangan adalah melayani kebutuhan
keuangan dari pasar yang belum terlayani atau tidak cukup dilayani sebagai cara
untuk mencapati tujuan pengembangan.4
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan
yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di
suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat
mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara
maju dari pada di negara berkembang.5
Hampir setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan.
Garis kemiskinan berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk
2 Marguirete Robinson, Microfinance Handbook: An Institutional and Financial Perspective
(Washington, D.C: Published by The World Bank,1998), 37
3 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin ( Jakarta: Penerbit Marjin kiri,2004), 205.
4 Joanna Ledgerwood, Microfinance Handbook, 38
5 http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_kemiskinan
95
mengukur rakyat miskin dan mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi,
misalnya seperti program peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran
untuk menanggulangi kemiskinan. Garis kemiskinan dapat digunakan sebagai
pembatas antara masyarakat miskin dan tidak miskin, sehingga dapat berguna bagi
pemerintah dan lembaga amal dalam menjalankan fungsinya.
Upaya mengentaskan kemiskinan ini juga merupakan anjuran agama Islam
agar yang bersangkutan menjadi orang yang taqwa. Ciri-ciri orang yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT. adalah 6:
(1) Beriman kepada Allah SWT,
(2) Percaya kepada hari akhirat,
(3) Percaya kepada malaikat,
(4) Percaya kepada para nabi,
(5) Memberikan harta kepada kaum kerabatnya,
(6) Menafkahi anak yatim,
(7) Membantu orang-orang miskin,
(8) Memberikan bantuan kepada para musafir,
(9) Membantu orang yang membutuhkan,
(10) Membebaskan budak,
(11) Mendirikan sholat,
(12) Menunaikan zakat, menepati janji,
(13) Sabar dalam ujian dan cobaan,
Definisi miskin menurut Umar Ibn Al-Khathab, adalah :
(1) Bukanlah miskin orang yang tidak memiliki harta, tapi miskin adalah orang
yang memiliki pekerjaan yang tidak mencukupi kebutuhannya,
(2) Orang yang memiliki harta kurang dari satu auqiyah7. Satu auqiyah setara
dengan 2,295 gram emas, jika 1 gram emas saat ini seharga Rp. 320.000,-,
6 ‚ Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab, dan nabi-nabi, memberikan harta yang dicintai kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, orang-orang di tangah perjalanan (yang memerlukan pertolongan), orang-orang yang
meminta-minta, dan di dalam (membebaskan) perbudakan, mendirikan sholat dan menunaikan zakat,
orang-orang yang menempati janji apabila mereka berjanji, dan orang-orang yang sabar di dalam
kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya),
dan merekalah orang-orang yang bertaqwa‛. (QS. Al-Baqarah: 177).
7 Diriwayatkan dari Abdurrozaq (11:94-95), Abu Ubaid.548, Ibnu Hazm, al-Muballa
(4:278), al_muttaqi Al-Hindi (6:606) dalam Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih ekonomi Umar bin Al-Khathab (Jakarta: Khalifa, 2006). 294. Seorang wanita datang kepada Umar r.a. meminta zakat,
maka beliau berkata kepadanya, ‚jika kamu memiliki satu auqiyah, maka tidak halal bagi kamu
zakat‛. Auqiyah setara denan 40 dirham.Dirham adalah mata uang perak, dengan berat 2,295 gram.
Dinar dan dirham dibedakan menurut beratnya. Lihat Ahmad Subagyo, Kamus Istilah ekonomi Islam
96
maka pendapatan seseorang yang masuk dalam kategori miskin adalah mereka
yang memiliki pendapatan kurang dari Rp. 734.400,-. Menurut Schreiner &
Chen (2009) mengatakan bahwa orang miskin adalah mereka yang memiliki
pendapatan kurang dari $2.5 , jika $1 setara dengan Rp. 9.500, maka orang
miskin di Indonesia adalah mereka yang memiliki pendapatan kurang dari Rp.
712.500,-. Pendapat Umar ibn Al-Khathab (abad VII M) hampir sama dengan
sarjana barat 14 Abad kemudian.
Dalam konsep Islam, yang termasuk dalam kategori orang tidak mampu terdiri dari
dua macam, yaitu :
a. Fakir
Fakir (mufrad) dari fuqara menurut ulama mazhab syafi’i dan Hambali, fakir
adalah orang yang tidak memiliki harta dan tidak mempunyai pendapatan
yang dapat memenuhi kebutuhannya, juga tidak memiliki
suami/ibu/bapak/anak/cucu yang dapat memberikan/menyantuni nafkah
kepadanya dalam kadar yang mencukupi. Pendapatan yang diperolehnya
tidak mencukup untuk keperluan makan, pakaian dan tempatnya.
b. Miskin
Miskin adalah golongan kedua. Kalimat masakin ialah jama’ dan mufradnya
ialah miskin yaitu orang yang berupaya memenuhi hajatnya (bekerja) tetapi
tidak tercukupi kebutuhannya.
Menurut ulama mazhab Syafi’i dan Hambali, fakir lebih buruk keadaannya
dibandingkan dengan miskin. Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta atau
pendapatan yang kurang dari setengah dari kebutuhan dasar yang diperlukannya
beserta orang yang ditanggungnya. Argumentasi (hujjah) yang dipegang oleh mereka
bahwa fakir lebih buruk keadaannya dibandingkan dengan miskin adalah (1) skala
prioritas, yang terpenting disebutkan terlebih dahulu dan yang kurang penting lebih
akhir.8
Dalam menentukan tujuan ada prinsip etika dalam keuangan mikro yang
membedakan dengan keuangan ‚konvensional‛. Keuangan ‚konvensional‛ tidak
ada panduan etikanya, yang ada hanya hukum-hukum ekonomi an sich yaitu
rasionalisme9, sedangkan dalam keuangan ‚mikro‛ ada istilah yang disebut Ethical
(Jakarta: PT.Elexmedia Komputindo, 2009).105. Jika 1 gram emas saat ini seharga Rp. 320.000,-,
maka pendapatan seseorang yang masuk dalam kategori miskin adalah mereka yang memiliki
pendapatan kurang dari Rp. 734.400,- perbulan.
8 Lihat QS. 18:79 ‚ Adapun bahtera (perahu,pen) itu adalah kepunyaan orang-orang miskin
yang bekerja di laut.....‛(terjemahan DEPAG RI), dan Rasulullah SAW pernah berdo’a ‚ Wahai
Tuhanku hidupkanlah aku dalam keadaan miskin. Matikanlah aku dalam keadaan miskin dan
himpunkanlah aku bersama orang miskin‛.
9Rasionalisme ekonomi patuh terhadap hukum-hukum ekonomi seperti hukum permintaan
97
finance10. Etika keuangan
11 ini terbagi menjadi tiga kategori, yaitu (1) inclusive
finance yaitu keuangan yang mendorong perlawanan terhadap kemiskinan (fight against financial exclusion and poverty), (2) Selective Finance, yaitu mendorong
sektor-sektor ekonomi yang dipilih atas kesadaran dan kesepakatan bersama
masyarakat (support of selected sectors of production), dan (3) compliant finance,
yaitu keuangan yang patuh aturan kelompok dan regulasi organisasi yang mengarah
pada kejujuran, keadilan, dan keterbukaan (respect of stakeholder interest).
dan penawaran, teori terbentuknya harga yg disebabkan karena adanya mekanisme pasar, aktifitas
usaha selalu berorientasi kepada efisiensi dan efektifitas, persaingan adalah jalan menuju efisiensi
usaha dan ujung-ujungnya adalah pasar bebas, dimana perusahaan atau negara yang dapat
menghasilkan produk dengan kualitas yang baik dan dengan harga jual yang relatif lebih murah, maka
yang akan menang dalam persaingan. Pasar bebas menganut paham liberal, dalam paham ini pemilik
modal besar (kapitalis) yang akan mengendalikan pasar, faktor-faktor produksi termasuk di dalamnya
manusia (tenaga kerja) menjadi obyek yang lemah, posisi tawarnya lemah sehingga cenderung terjadi
eksploitasi si kaya kepada yang lemah (exploitation zon to zon).
10 Torre & Fento , Microfinance (New York: Published by Palgrave Macmillan,2006), 12.
11 Suatu kegiatan industri keuangan tidak mungkin bersih secara menyeluruh dari
penyimpangan. Semua penyimpangan pada dasarnya akan dikenakan sanksi hukum apabila dapat
dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum, baik dalam bentuk kejahatan maupun pelanggaran.
Namun dapat terjadi suatu penyimpangan tidak dikenakan sanksi meskipun termasuk kategori
criminal behavior, dan menimbulkan kerugian. Apabila belum ada sanksi terhadap perbuatan yang
menyimpang tersebut, maka diperlukan suatu sarana untuk mengurangi tindakan yang menyimpang
tersebut. Kode etik dan kesadaran moral menjadi satu harapan untuk menanganinya. Kesadaran moral
merupakan faktor penting untuk memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berperilaku susila,
lagi pula tindakannya akan sesuai dengan norma yang berlaku. Dirumuskannya prinsip-prinsip dan
asas etika dalam bentuk kode etik, untuk memberikan kemudahan dalam pembinaannya dan juga
memudahkan untuk meningkatkan kesadaran moral anggota institusi atau profesi yang bersangkutan.
Kode etik juga merupakan bentuk penjabaran sikap dan perilaku yang dituntut dari dan yang
diberlakukan untuk semua komunitas lembaga tersebut. Selain kode etik, dalam industri perbankan
juga dikenal adanya budaya perusahaan (corporate culture) yang lebih khusus, karena hanya berlaku
pada perusahaan yang bersangkutan. Budaya perusahaan terbentuk melalui penetapan prinsip-prinsip
dasar (guiding principle),nilai-nilai (value), dan norma-norma (norms) yang disepakati serta
dilaksanakan secara konsisten dalam perusahaan.
98
Gambar 1. Jenis Etika Keuangan Mikro
Inclusive finance : keuangan mikro dibangun untuk tujuan kemanusiaan dan
sosial yang menjadi perhatian nasional maupun internasional (pemerintah, negara
donor, Bank Pembangunan, dan NGO).
Selective finance : keuangan mendorong dalam pembiayaan yang didukung
secara etis yang bersifat subjective, dimana secara umum menyepakati bahwa obyek
yang dibiayai adalah sesuatu yang baik, diantaranya tidak membiayai peternakan
babi, pembangunan industri tembakau dan alkohol, perjudian, pronografi; serta
mendorong untuk pembiayaan yang ramah lingkungan, kebudayaan, seni dan sosial.
Compliant finance : etika berarti mengakomodir dan menerima kebiasaan dan
adat istiadat setempat yang baik sehingga dapat mengurangi risiko conflict of interest antara organisasi yang bergerak di microfinance dengan stakeholders
(masyarakat, pemerintah, kelompok-kelompok keagamaan, dan sebagainya ).
Dalam dunia perbankan ada istilah yang dikenal dengan ETIKA BANKIR12
.
Etika Bankir ini memberikan pedoman bagi setiap individu yang terlibat dalam
12 Kode etik bankir menjadi salah satu sumber etik bagi pelaku keuangan (bankir), adapun
isinya adalah (1) Seorang Bankir patuh dan taat pada ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang
berlaku.(2) Seorang Bankir melakukan pencatatan yang benar mengenai segala transaksi yang bertalian dengan
kegiatan Banknya. (3) Seorang Bankir menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat. (4) Seorang Bankir
tidak menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi. (5) Seorang Bankir menghindarkan diri dari
keterlibatan dalam pengambilan keputusan dalam hal terdapat pertentangan kepentingan. (6) Seorang Bankir
menjaga kerahasiaan nasabah dan Banknya. (7) Seorang Bankir memperhitungkan dampak yang merugikan dari
setiap kebijakan yang ditetapkan Banknya terhadap keadaan ekonomi, sosial dan lingkungan. (8) Seorang Bankir
tidak menerima hadiah atau imbalan yang memperkaya diri pribadi maupun keluarganya.(9) Seorang Bankir
tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra profesinya.
Ethical
Finance
Inclusive
finance
Social and
humanitaria
n aims
Selective
finance
Exclusion
criteria
Inclusion
critera
Compliant
Finance
Rules and
codes of
conduct
99
kegiatan keuangan dan bekerja di sektor perbankan. Pelanggaran terhadap etika
bankir ini akan dinilai sebagai fraud dan dapat dikenakan sanksi profesi, baik berupa
peringatan maupun pemecatan dari profesi bankir.
B. SASARAN PEMBIAYAAN DALAM KEUANGAN MIKRO ISLAM
Keuangan ‚konvensional‛ memiliki sasaran para pemilik modal (dana),
logika rasionalismenya adalah bahwa uang akan mengalir ke wilayah-wilayah yang
dapat memberikan keuntungan (return) yang lebih tinggi dengan tingkat
ketidakpastian ( risk probability)nya lebih rendah. Di sektor keuangan (Pasar uang
dan Pasar Modal) hanya melayani mereka yang memiliki dana, uang, dan yang
berasset besar saja, sedangkan sasaran keuangan ‚mikro‛ sebaliknya yaitu
masyarakat atau penduduk yang berpenghasilan rendah. Negara – negara maju
memiliki sektor keuangan formal ‚konvensional‛ yang melayani mayoritas
penduduknya, misal : di Denmark ada 99% penduduknya dilayani dengan jasa
keuangan formal ‚konvensional‛, di Jerman ada 96%, di Amerika Serikat 91% dan
di Perancis 96% (Peachy and Roe. 2004, 31) dalam Fernando (2007 : 1). Sebaliknya
di negara-negara berkembang menurut The World Savings Bank Institute (2004),
hanya 20% saja penduduknya yang terlayani oleh jasa keuangan ‚mikro‛, terutama
di negara-negara Asia dan Pasifik. 70%-80% penduduk di negara-negara tersebut
adalah penduduk (rumah tangga) yang berpenghasilan rendah (low-income household) yang hidup di wilayah-wilayah pedesaan
13.
Tabel 4.1 Tingkat Kemiskinan dan Akses Keuangan di Bangladesh,
Indonesia dan Turki.
Nama
Negara
Human
Poverty
Index
Income Poverty Index Juml.
Pendd
(jutaan)
Juml.
Pendd
Miskin
Dalam
jutaan
Pendd
yang
mengakses
keuangan
(Honohan,
2007)
US$1 aday
(%)
US$2
aday
(%)
Garis
kemiskina
n
nasional
Banglades 85 36 82,8 45 147,37 122 32
Indonesia 41 7,5 52,4 17,8 245,45 128,6 40
Turki 21 3,4 18,7 20 70,41 13,2 49
Sumber: Islamic Microfinance Development: Challenges and Initiave,
2008,IRTI.IDB dalam Mohammed Obaidullah, Role of Microfinance (2009).
Robinson (2004:21) dalam bukunya Revolusi Keuangan Mikro menjelaskan
13 Baca lebih lanjut di Fernando (2007). Low-Income Households Access to financial
services. Asean Development Bank (ADB), 11
100
tentang adanya strata kemiskinan yang terdiri dari :
a. Masyarakat berpendapatan menengah ke bawah (lower middle income).
Masyarakat kelas ini memiliki akses kepada jasa keuangan komersial
dengan berbagai produk pembiayaan, simpanan dan jasa-jasa keuangan
lainnya.
b. Masyarakat miskin yang aktif secara ekonomi (economically active poor). Masyarakat ini sebagaian besar sudah memiliki akses kepada jasa
keuangan komersial karena sudah memiliki kegiatan usaha yang
berkelanjutan, kemampuan berirausaha. Namun kasesnya masih terbatas
karena masih sederhana dan kepemilikan atas aset yang terbatas sebagai
salah satu prasyarat pembiyaaan komersial.
c. Masyarakat sangat miskin (extremely poor). Masyarakat ini sama sekali belum tersentuh oleh perbankan. Kegiatan
keuangan yang dapat mereka jangkau adalah lembaga keuangan informal
yang ada di wilayah tempat tinggalnya seperti rentenir, pengijon dan
pelepas uang lainnya.
Skema strata penggolongan kemiskinan tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut14
:
Tabel 4.2. Tingkat Pendapatan dan bentuk Jasa Keuangan
Sumber: diolah oleh penulis dari Robinson (2001), The Microfinance
Revolution. The World Bank. hal. 21
14
Garis kemiskinan rumah tangga di Indonesia menurut Schreiner & Chen, A Simple Poverty Scorecard for Indonesia. 2 March 2009 dapat diakses di
http://www.microfinance.com/#Indonesia.
101
Penduduk yang menjadi sasaran kegiatan keuangan mikro adalah penduduk
dengan pendapatan menengah ke bawah dan masyarakat miskin yang aktif secara
ekonomi, sedangkan masyarakat sangat miskin adalah mereka yang berhak
mendapatkan subsidi atau hibah dari pemerintah dan donator melalui lembaga amal.
Dalam terminologi perundang-undangan di Indonesia, pembiayaan untuk
sasaran sektor mikro diklasifikasikan sebagai berikut15
:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.
Sasaran keuangan mikro harus dapat diidentifikasi secara jelas sesuai dengan
klasifikasi dan persyaratan yang ditentukan. Joanna ( 1998: 37) mengatakan bahwa
organisasi yang tidak menetapkan tujuan dan target pemasarannya, atau gagal
menyusun produknya untuk memenuhi kebutuhan pasar, seringkali mengalami
kesulitan dalam beroperasi. Sasaran dan target keuangan mikro adalah masyarakat
yang memiliki usaha mikro dengan skala usaha sebagai berikut16
:
(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka sasaran keuangan mikro yang
paling tepat adalah kelompok masyarakat miskin. Jenjang pendapatan dalam
15
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Pasal 1.
16 ------------ Bab IV, Pasal 6
102
masyarakat dapat dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu :
Tabel. 4.3 Klasifikasi Pendapatan Masyarakat
GOLONGAN PENDAPATAN SASARAN
KEUANGAN
KAYA Di atas rata-rata
pendapatan upah
minimum regional
(UMR)
Pembiayaan Komersial
MISKIN Berpendapatan antara
setengah dari UMR
sampai dengan UMR
Pembiayaan Mikro
FAKIR Kurang dari separoh
UMR
Dana Amal (Sosial)
C. MODE PEMBIAYAAN PADA KEUANGAN MIKRO ISLAM DI
INDONESIA
Mode pembiayaan shari’ah mengalami perkembangan yang pesat, namun
yang di praktekkan oleh LKMS masih menggunakan akad-akad dasar. Akad
pembiayaan shari’ah yang dipraktekkan di lembaga-lembaga keuangan mikro di
seluruh dunia, meliputi (1) Musharakah, , (2) Mud}arabah, (3) Murabahah (4) Salam, (5) ‘Ijarah Muntahiya bi-Tamli>k.
17 Manakala membahas suatu akad transaksi
shari’ah yang dijadikan produk pembiayaan oleh lembaga keuangan, maka produk
tersebut dilengkapi dengan aksesoris (fitur) yang melekat di dalamnya.18
Dalam
bahasan ini akan dikaji fitur produk pembiayaan dalam perspektif shari’ah dengan
mengulas landasan dasarnya dengan mengaitkan praktek dalam dunia keuangan.
1. Mud}arabah
Mud}arabah atau disebut juga muqaradhah berarti bepergian untuk urusan
dagang. Secara mu’amalah berarti pemilik modal (s}ah}ib al- ma>l) menyerahkan
modalnya kepada pekerja/pedagang (mud}arib) untuk diperdagangkan/diusahakan,
17
Murabahah menjadi produk unggulan di Indonesia, sedangkan Rahn menjadi produk
unggulan di Malaysia, Musharakah di praktekkan di Iran dan Australia, Salam dan Istishna di
praktekkan di Philipina, Mud}arabah di menjadi unggulan di wilayah Timur Tengah. Lihat lebih lanjut
di Proceeding ‚Enhancing Islamic Microfinance Services for Micro and Medium Sized Enterprises
(MMES). Brunei Da>rusSalam, 2008. Vol. 1 dan Vol.2
18 Dasar fiqihnya, dasar akad, rukun syarat dan sahnya, jaminan, tujuan, dasar hukum
(fatwa), bagi hasil (penentuan marjin), sanksi wanprestasi, dan dokumentasi (teknis operasional).
103
seadangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut kesepakatan bersama.19
Akad mud}arabah adalah akad kerjasama antara lembaga keuangan mikro
(LKMS) selaku pemilik dana (s}ah}ib al-ma>l) dengan anggota (nasabah) selaku
mud}arib yang mempunyai keahlian atau keterampilan untuk mengelola suatu usaha
yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi
bersama berdasarkan nisbah yang disepakati.20
Akad mud}arabah diperbolehkan dalam Islam, karena bertujuan untuk saling
membantu antara pemilik modal dan seseorang yang ahli dalam memutarkan uang
(usaha/dagang). Mud}arib sebagai enterpreuner adalah sebagian dari orang-orang
yang melakukan perjalanan untuk mencari karunia dan Ridha Allah.21
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abbas bahwasanya Sayyidina Abbas jikalau memberikan dana kemitra
usaha secara mud}arabah, dia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi
lautan, menuruni lembah yang berbahaya, menyalahi peraturan maka yang
bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikannyalah syarat-
syarat tersebut ke Rasulullah SAW dan rasul pun memperkenankan. 22
Kesepakatan kedua belah pihak antara lembaga keuangan mikro (LKMS) dan
19
SubulusSalam jilid III, 275-278, nailul Authar jilid IV, 726-732, Ensiklopedi Hukum
Islam, jilid 4.
20 Yang dimaksud dengan pembiayaan mudharabah adalah suatu bentuk fasilitas pembiayaan
jangka pendek (max 1 tahun). Pembiayaan diberikan oleh pihak LKMS kepada nasabah (anggota)
perorangan atau badan usaha Koperasi/ LKMS yang ditujukan untuk pembiayaan modal investasi
(Fasilitas Installment) dan modal kerja (Fasilitas Reguler) dalam suatu kegiatan yang penarikan
dananya dapat ditarik sekaligus atau bertahap sesuai kebutuhan.Penarikan dana dilakukan sesuai
jadual/ kebutuhan dengan disertai akad pembiayaan kepada LKMS sejumlah nilai pembiayaan yang
ditarik, dan rencana pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan sumber pendapatan/
penghasilan yang diperoleh dari pembiayaan tersebut. Dari pembiayaan ini, LKMS akan
memperoleh bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh oleh nasabah (anggota) sebesar nisabah
(porsi) yang telah disepakati. Perjanjian bagi hasli mulai diberlakukan secara efektip setelah proyek
investasinya selesai, atau obyek yang dibiayai telah dapat menghasilkan pendapatan sesuai jangka
waktu yang disepakati.
21 Lihat : QS. Al-Muzammil (73) : 20 yang artinya ‚ Dan orang-orang yang berjalan dimuka
bumi mencari sebagian karunia Allah ‚ . Lihat juga QS : Al-Jum’ah (62) : 10. Yang artinya ‚ Apabila telah ditunaikan s}alat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi: dan carilah karunia Allah dan Ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung‛. Juga lihat QS; Al-Baqarah (2) : 198. Artinya : ‚Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) Dari Tuhanmu’
22 Hadits dipetik oleh imam Alfasi dalam ma’jama assawaid empat/161 : Dari Syu’ib ra,
bahwa Rasulullah SAW bersabda : ‚ tiga perkara didalamnya terdapat keberkatan, (1) menjual dengan pembayaran secara tanggung, (2) muqaradah (nama lain Dari mud}arabah), (3) mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual.‛ (HR. Ibnu Mazah). Lihat juga hadith
yang artinya ‚rahmat Allah SWT tercurahkan atas dua pihak yang sedang bekerja sama selama meraka tidak melakukan penghianatan, manakala berkhianat maka bisnisnya akan tercela dan keberkahanpun akan sirna Dari padanya (Hr. Abu daud, Baihaqi, dan AlHakim).
104
anggota (nasabah) sangat diperlukan dalam menentukan keputusan, sehingga segala
sesuatunya diharapkan akan berjalan dengan baik dan memberikan kemaslahatan
bagi masing-masing pihak. Masing-masing mempunyai hak serta kewajiban dan
secara kebersamaan menjaga amanah dana masyarakat. 23
Dalam mode pembiayaan ini jaminan diperlukan untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya risiko yang merugikan lembaga keuangan mikro (LKMS)
akibat kelalaian, salah urus atau pelanggaran akad yang dilakukan oleh anggota
(nasabah) selaku pengurus (Mud}arib). 24
Dokumentasi merupakan salah satu aspek
penting dalam pelaksanaan transaksi dengan anggota (nasabah) dan karenanya harus
dikelola dengan baik. Pada saatnya dan apabila diperlukan, dokumentasi yang baik
dan tertib dapat berfungsi sebagai alat pengaman bagi lembaga keuangan mikro
(LKMS) atas fasilitas yang diberikannya kepada anggota (nasabah). 25
Untuk melengkapi administrasi akad pembiayaan mud}arabah diperlukan
adanya persaksian yang merupakan alat bukti bagi hakim untuk memutuskan
perkara.saksi harus orang yang adil bijaksana,tidak cacat mata, bisa bicara (bukan
bisu),dan juga tidak cacat hukum.26
Jika terjadi wanprestasi maka para pihak dapat
23
Lihat dalil naqli berikut : ‚hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu‛ (QS.
Al-Ma’idah (5) :1). ‚Hai orang-orang yang beriman, jangalah kamu mngkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui..(QS. Al-Anfal (8) :27). Dan hadis berikut ini : ‚rahmat Allah SWT mencurahkan atas dua pihak yang sedang bekerja sama selama mereka tidak melaukan pengkhianatan, manakala berkhianat maka bisnisnya akan tercela dan keberkahanpun akan sirna Dari padanya…‛(HR.Abu Daud, Baihaqi, Dan Alhakim).
24 Lihat dalil naqli sebagai dasar atas pengenaan suatu jaminan dalam suatu akad kerjasama
‚ JIka kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendakklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (Hutangnya) dan hendaklah Ia bertaqwa kepada Allah tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.‛(QS.Al-Baqarah (2) : 283)
25 Dalil naqli yang menegaskan urgensi kegiatan administrasi terdapat dalam ayat berikut ini
‚hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagai mana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah tuhannya, dan janganlah ia mengulangi sedikitpun Dari pada hutangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akal atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur ‚(QS. Al-Baqarah (2) : 282).
26 Urgensi saksi dalam suatu transaksi ditegaskan dalam ayat berikut : ‚Dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi Dari orang-orang lelaki diantaramu. Jika tak ada dua orang lelaki maka (boleh) seoarng lelaki dan dua orang perempuan Dari saksi-saksi yang kamu rid}ai, supaya jika seorang
105
melakukan tuntutan berdasarkan akad yang diperjanjikan dan sanksi yang sepakati
bersama. Wanprestasi dimaksudkan bila anggota (nasabah) melakukan cidera janji,
yaitu tidak menepati kewajibannya terhadap lembaga keuangan mikro (LKMS)
dalam suatu perjanjian. Dalam hukum Islam, seseorang diwajibkan untuk
menghormati dan mematuhi setiap perjanjian atau amanah yang dipercayakan
kepadanya.27
Rukun mud}arabah meliputi : (1) orang yang berakal, (2) S}ah}ib al- ma>l, (3)
mud}arib, (4) modal, (5) adanya kerja-usaha, (6) nisbah yang disepakati, dan (7) akad-
ijab qabul. Sedangkan syarat-syarat sahnya, antara lain : (1) Orang yang terkait
dalam akad cakap hukum, (2) Syarat modal yang digunakan harus (a) Berbentuk
uang (bukan barang), (b) Jelas jumlahnya, (c) Tunai (bukan berbentuk hutang), (d)
Langsung diserahkan kepada mud}arib, dan (d) Pembagian keuntungan harus jelas
dan sesuai nisbah yang disepakati.
Dasar hukum di Indonesia berkaitan dengan produk pembiayaan mud}arabah
ini adalah Fatwa Dewan Shari’ah Nasional (DSN) No.: 07/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Pembiayaan Mud}arabah.
2. Musharakah
Musharakah asal kata dari shirkah yang berarti percampuran. Menurut ahli
fuqaha Musharakah berarti : ‚ Akad antara orang-orang yang berserikat dalam hal
modal dan keuntungan ‚.28
Kerjasama tersebut bisa berupa modal dan jasa. Sebagai
pelaksana/pengelola usaha boleh berasal dari salah satu anggota penyerta dana atau
pihak lain (diluar anggota perkongsian) dan disepakati bersama.
lupa maka seoarang lagi mengingatkannya. Jangalah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil disisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keteranganmu, (tulislah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian) maka sesungguhnya itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertaqwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; and Allah mengetahui segala sesuatu.‛(QS.Al-Baqarah (2) : 282)
27 Landasan naqlinya sebagaimana ayat berikut ini ‚dan orang-orang yang memelihara
amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,‛ (QS.Al-Mu’minu>n (23) : 8), lihat juga , ‚Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu menkhianati Allah Dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu menkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu ketahui. (QS. Al-Anfal (8) : 27). Bersumber Dari Amir ibn Syuraid dai ayahnya Dari Nabi SAW.Beliau bersabda :
‚memperpanjang (menunda-nunda) pembayaran (hutang) atas orang yang mampu adalah keziman yang mengalkan kehormatannya dan siksanya‛.(HR.Imam Yang Lima Kecuali Imam Tarmizi)
28 Sayd Sabiq, Fiqih sunnah, jilid 13 (Kairo,t.t.), 174.
106
Menurut ulama fikih , bentuk kerjasama (shirkah) terbagi dalam beberapa
golongan, yaitu: Shirkah al-Inan,29
Shirkah al-Mufawadhah30, Shirkah al-Abdan al-
‘amal,31 Shirkah al’wujuh,
32 Shirkah al-mud}arabah,
33 . Dalam pengertian teknis
musharakah adalah akad kerjasama antara LKMS dengan anggota (nasabah) untuk
mengikatkan diri dalam perserikatan modal dengan jumlah yang sama atau berbeda
sesuai kesepakatan. Percampuran modal tersebut digunakan untuk pengelolaan
proyek/usaha yang layak dan sesuai dengan prinsip shari’ah . Pembagian
keuntungan akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang telah disetujui dalam
akad34
.
Musharakah adalah kerjasama yang dilakukan dua orang atau lebih untuk
mengikatkan diri dalam perserikatan modal dan keuntungan.35
Konsep kerjasama
dalam musharakah adalah kesepakatan kedua belah pihak antara LKMS dan Anggota
(nasabah) sangat diperlukan dalam menentukan keputusan dan akan memperlancar
uusan. Masing-masing dan mempunyai hak kewajiban yang sama, serta bersama-
sama menjaga amanah dana masyarakat.36
Sedangkan jaminan diperlukan untuk
29
Penggabungan harta atau modal dua orang atau lebih yang tidak harus sama jumlahnya
dan keuntungannya dibagi secara proporsional dengan jumlah modal masing-masing atau sesuai
dengan kesepakatan .
30 Perserikatan yang modal semua pihak dan bentuk kerjsama dilakukan baik kualitas dan
keuntitasnya harus sama dan keuntungan dibagi rata
31 Perserikatan dalam bentuk kerjasama yang hasilnya dibagi bersama.
32 perserikatan tanpa modal.
33Bentuk kerjsasama antara pemilik modal dan seorang yang punya keahlian dagang dan
keuntungan perdagangan Dari modal itu dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.
34 Yang dimaksud dengan pembiayaan Musyarakah adalah suatu perjanjian kesepakatan
bersama antara LKMS dengan beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada suatu
proyek atau usaha, dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan. Penarikan dana dilakukan sesuai jadual/ kebutuhan dengan disertai
promes atau aksep kepada LKMS sejumlah nilai pembiayaan yang ditarik, Rencana pengembalian
pokok pembiayaan disesuaikan dengan sumber pendapatan/ penghasilan yang diperoleh dari
pembiayaan tersebut. Dari pembiayaan ini LKMS akan memperoleh keuntungan berupa bagi hasil
yang besarnya diperhitungkan secara proporsional dari pembiayaan/ modal usaha yang disertakan.
35Landasan dalil naqli antara lain Q.S. Al-S>}ad (38):24 yang artinya ‚…dan sesungguhnya
kebanyakan Dari orang-orang yang berserikat itu sebagaian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal seh.‛ Juga dalam hadith qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW telah berkata, ‚Allah SWT telah berfirman: AKU ini ketiga Dari dua orang yang berserikat, selama salah seorang Dari mereka tidak menghianati temannya. Apabila salah seorang telah berkhianat terhadap temannya , maka saya keluar Dari perserikatan tersebut.‛(HR. Abu Daud) , hadith berikut dapat menjadi landasan bagi kegiatan
musharakah ‚Sesungguhnya orang-orang yang mengelola harta Allah dengan tidak benar, maka bagi mereka api neraka pada hari kiamat‛. (HR. Bukhari).
36‚Hai orang-orang yang beriman penuhilah aqad-aqad itu ‛ (QS Al-Ma’idah (5) :1 ) Dari
107
memperkecil kemungkinan terjadinya risiko yang dapat merugikan LKMS dan
sekaligus untuk memastikan kesungguhan anggota (nasabah) dalam melakukan
pembayaran kembali atas hutang yang diperolehnya dari LKMS.37
Dokumentasi dan
pembukuan merupakan salah satu aspek penting dalam pelaksanaan transaksi dengan
anggota (nasabah) dan karenanya harus dikelola dengan baik. Pada saatnya dan
apabila diperlukan, dokumentasi yang baik dan tertib dapat berfungsi sebagai alat
pengaman bagi LKMS atas fasilitas yang diberikannya kepada anggota (nasabah). 38
Saksi juga menjadi instrumen dalam produk ini, persaksian merupakan alat bukti
bagi hakim untuk memutuskan perkara. Saksi harus orang yang adil bijaksana, tidak
cacat mata, bisa bicara (bukan bisu), dan juga tidak cacat hukum. Apabila terjadi
wanprestasi atau anggota (nasabah) melakukan cidera janji, yaitu tidak menepati
kewajibannya terhadap LKMS dalam suatu perjanjian. Dalam hukum Islam,
seseorang diwajibkan untuk menghormati dan mematuhi setiap perjanjian atau
amanah yang dipercayakan kepadanya.39
Abu Said Al hudri bahwa Rasulullah SAW bersabda : ‚Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan secara suka sama suka‛. (HR. Al Baihaqi, Ibnu Majah, dan S}ahih menurut Ibnu Hiban). Dari Abdulah
Ibnu Harith Dari Hakim Ibnu Hizam berkata : Rasulullah SAW bersabda : ‚Penjual dan Pembeli sama-sama bebas menentukan jual belinya selagi keduanya belum berpisah ; jika keduanya Jujur dan berterus terang, makajual beli mereka akan diberkahi Allah, tetapi jika saling mendustai dan curang maka berkah dalam jual beli mereka itu akan terhapus.‛ Rasulullah SAW bersabda : ‚Umatku tidak akan sepakat terhadap suatu kesesatan.‛ (HR.Ahmad ibn Naval, Ibnu Majah dan Ath Thabrani).
37‚Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa dipada Allah Tuannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya, sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.‛ (HR. Bukhari, Muslim dan Nasa’i) Dari Aisyah r.a.
bahwasanya : ‚Nabi SAW pernah membeli bahan makanan Dari seorang Yahudi dengan hutang dan beliau memberikan baju besinya sebagai jaminan‛. (HR. Bukhari, Muslim dan Nasa’i) . Dari Abu
Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda : ‚Siapapun yang bangkrut (muflis), lalu kreditornya mendapatkan barangnya sendiri pada si bangkrut, maka kreditor itu lebih berhak untuk menarik kembali barangnya itu Daripada lainnya‛. (Hadits ini dikeluarkan oleh Bukhari, Muslim, Tirmidzi,
Nasa’I, dan Ibnu Majah).
38 Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar, dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka Hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun Daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaanya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan Jujur…‛….. (QS. AL Baqarah (2) : 282)
39 ….Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,‛
(QS. Al Mu’minu>n (23) : 8), hadith yang memperkuat ayat tersebut , ‚Hai orang-orang yang beriman,
108
Rukun dan syarat musharakah, adalah (a) Pemilik Modal (s}ah}ib al- Ma>l), (b)
Modal (Ma>l), (c) Proyek/Usaha, (d) Pelaksana Proyek (Musharik), dan (e) Ijab
Qabul. Syarat sahnya musharakah antara lain (1) jenis usahanya halal, (2) dan syarat-
syarat lainnya. 40
Dasar hukum operasional sesuai dengan Keputusan Dewan
Nasional (DSN) No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang musharakah.
Dalam aspek teknis akad musharakah digunakan oleh LKMS untuk
memfasilitasi pemenuhan kebutuhan permodalan bagi anggota (nasabah) guna
menjalankan usaha atau proyek dengan cara melakukan penyertaan modal bagi usaha
atau proyek yang bersangkutan41
. Pembagian keuntungan dilaksanakan sesuai
kontribusi modal atau sesuai kesepakatan yang saling menguntungkan.
LKMS tidak diperkenankan merubah atau mengurangi nisbah bagi hasil
tanpa adanya kesepakatan dari para pihak yang terlibat dalam kerjasama perkongsian
dana tersebut. Apabila terjadi perubahan komposisi modal maka akan secara
otomatis porsi nisbah juga akan berubah. Jika ada kerugian, maka kerugian tersebut
ditanggung bersama oleh para pemilik modal menurut porsi (nisbah) modal masing-
masing. Jika salah satu pemilik modal keluar perjanjian / ingkar janji atau
mengundurkan diri, maka usaha / proyek yang sudah disepakati sebelumnya tidak
langsung secara otomatis putus kecuali pemilik modal tersebut mencari gantinya.
janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.‛ (QS. Al
Anfal (8) 27), riwayat lain yang bersumber Dari Amiribn Syuraid Dari ayahnya Dari Nabi SAW,
beliau bersabda : ‚Memperpanjang (menunda-nunda) pembayaran (hutang) atas orang yang mampu adalah keziman yang mengalkan kehormatannya dan siksanya‛.(HR Imam yang Lima kecuali Imam
Timidzi)
40 Jenis usaha yang dilakukan harus jelas dan tidak melanggar shari’ah. Modal diberikan
berbentuk uang tunai atau asset yang likuid (dapat segera dicairkan) dan mempunhyai nilai ekonomis
(economic value).Perserikatan ini merupakan transaksi yang bias diwakilkan, artinya salah satu pihak
jika bertindak hukum terhadap objek perseritakatan itu, dengan ijin pihak lain dianggap sebagai wakil
seluruh pihak yang berserikat. Pembagian keuntungan untuk masing-masing pihak yang berserikat
dijelaskan dalam akad. Keuntungan diambil Dari hasil laba harta perserikatan, bukan harta lain.
41Modal terdiri Dari beberapa pengertian, seperti : a. Berupa uang atau harta benda lain yang
bisa dinilai dengan uang, seperti emas, perak. b. Bisa berupa barang perdagangan (trading asset),
property, equipment, atau intangbile right (seperti hak paten). c. semua modal tadi dicampur dan
menjadi hak proyek usaha dan bukan milik perseorangan pemilik modal. Percampuran modal tersebut
dan bentuk usaha yang akan dijalankan harus tertulis dan atau bernotaris. (a). Pengurus proyek boleh
berasal Dari pemilik modal sendiri atau beberapa orang di luar mereka (bukan pemilik modal) asalkan
para pengurus tersebut mendapat persetujuan Dari seluruh pemilik modal.(b) biaya actual Dari
usaha/proyek yang akan dilakukan dan lama proyek tersebut harus diketahui bersama. (c). LKMS
berhak untuk turut serta berperan dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana
usaha atau proyek
109
3. Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual
menyebutkan dengan jelas barang yng diperjual-belikan, termasuk harga pembelian
barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnya laba / keuntungan dalam
jumlah tertentu.42
Dalam pengertian teknis keuangan Murabahah adalah akad jual
beli antara LKMS selaku penyedia barang, dengan anggota (nasabah) yang
memesan untuk membeli barang dan LKMS memperoleh keuntungan yang
disepakati bersama. Berdasarkan akad jual-beli dimaksud LKMS membeli barang
yang dipesan dan menjualnya kepada anggota (nasabah). Harga jual LKMS adalah
harga beli dari supplier ditambah keuntungan yang disepakati. Oleh karenanya
anggota (nasabah) mengetahui besarnya keuntungan yang diambil oleh LKMS. Cara
pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama, dapat secara lumpsum
ataupun dengan angsuran. 43
Murabahah merupakan bagian dari jual-beli, sistem ini mendominasi
produk-produk yang ada di semua LKMS . Dalam Islam, jual-beli merupakan salah
satu sarana tolong menolong antara sesama umat manusia yang dirid}ai oleh Allah
SWT.44
Kesepakatan kedua belah pihak antara LKMS dan Anggota (nasabah)
sangat diperlukan dalam menentukan keputusan dan akan memperlancar urusan.
Masing-masing pihak mempunyai hak kewajiban yang sama, serta bersama-sama
menjaga amanah dana masyarakat. 45
42
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid , jilid ll , t.t. 83
43 Pembiayaan ini mensyaratkan harga beli barang dikenakan terlebih dahulu marjin/mark-up
sehingga menjadi harga baru untuk kemudian menjadi hutang yang harus dibayar/dilunasi. Pelunasan
pokok hutang dan marjin/mark-up dilakukan sekligus pada saatu jatuh tempo atau dilunasi dengan
cara mencicil/mengangsur pokok hutang berikut marjin/mark-up dalam periode tertentu (al-ba’i
bithaman ‘a>jil). Sifat pembiayaan ini merupakan transaksi jual beli yang menimbulkan piutang
penjualan dari menjual sesuatu, dan menyegerakan penyerahan baangnya kepada pembeli (nasabah
(anggota)) dengan cara ditangguhkan pembayaran harganya sampai kepada saat yang telah ditetapkan
atau dengan cara pembayran angsuran.
44 QS. Al Baqarah (2) : 275 ‚…Allah telah mengalkan jual beli dan mengharamkan riba.‛
Dan ayat lainnya, yang artinya ‚Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu…..‛ (QS. An Nisaa (4) : 29). Hadith yang berkaitan dengan ini antara lain
‚Pendapatan yang paling afd adalah hasil karya tangan sesorang dan jual beli yang mabrur‛. (HR.
Ahmad, Al Bazzar, Ath-Thabarani). Dari Suaib ar Rumi ra, bahwa Rasulullah bersabda : ‚Tiga perkara yang di dalamnya terdapat keberkatan : (1) menjual dengan pembayaran tangguh (Murabahah), (2) muqaradhah (nama lain Dari mud}arabah), (3) mencampurkan tepung dengan gandum untuk kepentingan rumah bukan untuk diperjual-belikan.‛
45 ‚Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan sat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian Dari rezki yang Kami berikan kepada mereka‛. (QS Asy Syu>ra (42) : 38). Dari Abu Said Al
hudri bahwa Rasulullah SAW bersabda : ‚Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan secara suka
110
Rukun dan syaratnya sesuai yang dishari’ahkan.46
Dasar hukum
operasionalnya termaktub dalam keputusan DSN No. Majlis Ulama Indonesia NO:
04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah. Tujuan akad Murabahah digunakan oleh
LKMS untuk memfasilitasi anggota (nasabah) melakukan pembelian dalam rangka
memenuhi kebutuhannya47
. LKMS berhak menentukan suplier atas barang yang
dibeli oleh anggota (nasabah). Menerbitkan Purchase Order (PO) dan Delivery Order (DO) kepada supplier sesuaikan kesepakatan dengan anggota (nasabah), agar
barang tersebut dikirimkan kepada anggota (nasabah). Persyaratan anggota
(nasabah) harus cakap hukum dan Mempunyai kemampuan untuk membayar.
Ketentuan harga jual LKMS ditetapkan pada awal perjanjian dan tidak boleh
berubah selama waktu akad.Apabila anggota (nasabah) memberikan uang muka
(down payment), maka uang muka tersebut dianggap sebagai angsuran pertama yang
akan mengurangi jumlah kewajiban yang harus dibayar / diangsur. Namur demikian
akad jual beli yang dibuat antara LKMS dengan anggota (nasabah) tetap
berpedoman kepada harga jual beli awal yang telah disepakati.
Berdasarkan ketentuan DSN poin keenam tentang penundaan Pembayaran
dalam Murabahah: (1) Seorang anggota (nasabah) yang memiliki
kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya, (2) Jika ia menunda
dengan sengaja, LKMS dapat mengambil tindakan sebagai berikut:
a. Mengambil prosedur hukum pidana yang diperlukan.
b. Mengambil prosedur perdata untuk mendapatkan kembali piutang
sama suka‛. (HR. Al Baihaqi, Ibnu Majah, dan S}ahih menurut Ibnu Hiban). Dari Abdulah Ibnu Harith
Dari Hakim Ibnu Hizam berkata : Rasulullah SAW bersabda : ‚Penjual dan Pembeli sama-sama bebas menentukan jual belinya selagi keduanya belum berpisah ; jika keduanya Jujur dan berterus terang, makajual beli mereka akan diberkahi Allah, tetapi jika saling mendustai dan curang maka berkah dalam jual beli mereka itu akan terhapus.‛
46 Rukun Jual beli adalah (1) Penjual (Ba’i), (2) Pembeli (Mushtari), (3) Obyek Jual Beli
(Mabi’), (4) Harga (Traman), (5) Ijab Qabul. Syarat – s yarat Jual Beli, (1) Pihak yang berakad: (2)
Sama-sama rid}a / ikhlas. (3) Mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli. Barang/Obyek antara
lain (1) Barang itu ada meskipun tidak ditempat, namun ada pernyataan kesanggupan untuk
mengadakan barang itu. (2) Barang itu milik sah penjual. (3) Barang yang diperjual belikan harus
berwujud. (4) Tidak termasuk kategori yang diharamkan. (5) Barang tersebut sesuai dengan
pernyataan penjual. Harga yang ditentukan untuk barang obyek adalah (1) Harga jual LKMS adalah
harga beli ditambah keuntungan. (2) Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian., (3)
Sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama.
47 (1) Barang konsumsi ; seperti rumah, kenDa>raan / alat transportasi, alat-alat rumah-
tangga dan sejenisnya (tidak termasuk renovasi atau proses membangun). (2) Persediaan barang
dagangan. (3) Bahan baku dan atau bahan pembantu produksi (tidak termasuk proses produksi). (4)
Barang modal; seperti pabrik, mesin dan sejenisnya. (5) Asset lainya yang tidak bertentangan dengan
shari’ah dan disetujui LKMS.
111
tersebut.
Jangka waktu fasilitas Murabahah pada umumnya berkisar antara 1 bulan
sampai 2 tahun. Anggota (nasabah) dapat dibebani biaya administrasi sehubungan
dengan pengelolaan fasilitas, seperti biaya notaris dan lainnya. Apabila di kemudian
hari anggota (nasabah) ternyata tidak dapat menyelesaikan kewajibannya kepada
LKMS sebagaimana yang telah disepakati, maka harus dicarikan jalan penyelesaian
yang sebaik-baiknya.
Fasilitas Murabahah dapat dicairkan setelah akad ditanda-tangani dan LKMS
telah menerima dokumen bukti transaksi serta penyerahan barang dari suplier
kepada anggota (nasabah) selaku wakil LKMS kepada suplier, sedangkan anggota
(nasabah) selaku pembeli akhir, menanda-tangani tanda tarima barang yang dibeli
dari LKMS dengan pembayaran secara tangguh.
LKMS berhak meminta dan memperoleh surat kuasa dari anggota (nasabah)
untuk mendebit rekening anggota (nasabah) pada LKMS guna pembayaran
kewajiban (angsuran) pada setiap saat kewajiban jatuh tempo. Jika anggota
(nasabah) melakukan pembayaran uang muka, maka pembayaran tersebut dianggap
sebagai angsuran kewajiban pertama.
4. Salam Salam secara etimologi artinya salaf (Pendahuluan). Secara Terminologi
(ta’rif) mu’amalah Salam adalah ‚Penjualan suatu barang yang disebutkan sifat-
sifatnya sebagai persyaratan jual beli dan barang tersebut masih dalam tanggungan
penjual, dimana syarat-syarat tersebut diantaranya adalah mendahulukan
pembayaran pada waktu dia akad majlis (akad disepakati).48
Secara teknis keuangan
Salam adalah akad jual-beli suatu barang (komoditi) di mana harganya dibayar
dengan segera, sedang barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu
yang disepakati. Salam Pararel adalah suatu transaksi dimana LKMS melakukan
dua akad Salam dalam waktu yang sama. Dalam akad Salam pertama LKMS (selaku
Muslim) melakukan pembelian suatu barang kepada pihak penyedia barang (muslam ilaihi) melakukan pembayaran dimuka dan pada akad Salam kedua LKMS (selaku
muslam ilaihi) menjual lagi kepada pihak lain (muslim) dengan jangka waktu
penyerahan yang disepakati bersama. Pelaksanaan kewajiban LKMS selaku Muslam
Ilaih (Penjual) dalam akad Salam kedua tidak tergantung pada akad Salam yang
pertama. Tujuan produk Salam ini diutamakan untuk pembelian dan penjualan hasil
produksi pertanian atau peternakan atau perkebunan. Menurut Ibn Qudamah,
‚Karena orang-orang mempunyai kebutuhan akan Salam dan karena petani,
perkebun, peternak memerlukan uang untuk biaya-biaya hidup mereka dan
48
Syamsudidin Muhammad ibn Abi Abbas, Nih}a>yatu Al Muh}taj Ila Syarah Al Minhaj , Jilid
4 (Beirut-Libanon: Da>r Al Fikr,1984), 182
112
melakukan pengeluaran atas usaha mereka agar mendatangkan hasil, sehingga
mereka menghadapi kebutuhan keuangan ‚. Salam-lah sebagai salah satu cara bagi
mereka sehingga mereka bisa mengambil manfaat.
Dalam Islam Jual Beli sebagai sarana untuk tolong menolong antara sesama
umat manusia yang di rid}ai oleh Allah SWT.49
Kesepakatan kedua belah pihak
antara LKMS dan Anggota (nasabah) sangat diperlukan dalam menentukan
keputusan dan akan memperlancar urusan. Masing-masing mempunyai hak dan
kewajiban yang sama, serta bersama menjaga amanah dana masyarakat. Jaminan
diperlukan untuk memperkecil risiko-risiko yang merugikan LKMS. Dokumentasi
merupakan salah satu aspek penting dalam pelaksanaan transaksi dengan anggota
(nasabah) dan karenanya harus dikelola dengan baik. Pada saatnya dan apabila
diperlukan, dokumentasi yang baik dan tertertib dapat berfungsi sebagai alat
pengaman bagi LKMS atas fasilitas yang diberikannya kepada anggota (nasabah).
Persaksian merupakan alat bukti bagi hakim untuk memutuskan perkara. Saksi
harus orang yang adil bijaksana, tidak cacat mata, bisa bicara (bukan bisu), dan juga
tidak cacat hukum. Wanprestasi dimaksudkan bila anggota (nasabah) melakukan
cidera janji, yaitu tidak menepati kewajibannya terhadap LKMS dalam suatu
perjanjian.dalam hukum Islam, seseorang diwajibkan untuk menghormati dan
mematuhi setiap perjanjian atau amanah yang dipercayakan kepadanya.50
Syarat
dan rukun yang sudah ditentukan. 51
Dasar hukum operasionalnya adalah
49
Landasan hukum akad Salam , antara lain QS. Al Baqarah (2):275: ‚Allah telah menghalalkan Jual Beli dan mengharamkan riba...‛ , lalu QS. An Nisa (4) : 29 yang berbunyi ‚Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu…‛ , beberapa
hadith berikut ini Dari Abu Sa’id Al Khudri bawa Rasullulah SAW bersabda : ‚Sesunguhnya jual beli itu harus dilakukan secara suka sama suka‛ (HR. Al Baihaqi, Ibnu Majah, dan s}ahih menurut Ibnu
Hiban). Rasulullah SAW bersabda : ‚Barangsiapa hendak melakukan akad Salam, maka hendaknya berSalam dalam takaran yang ditentukan dan timbanganyang ditentukan hingga batas waktu yang ditentukan‛. Rasullah bersabda : ‚Siapa yang mensalafkan (mengambil panjar) sesuatu maka dia tidak boleh mengopernya kepada orang lain‛. (HR. Ad Da>ruquthni)
50 ….Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan
janjinya,‛(QS. Al Mu’minu>n (23) : 8), Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.(QS. Al Anfal (8): 27). Bersumber Dari Amir ibn
Syuraid Dari ayahnya Dari Nabi SAW, beliau bersabda :‚Memperpanjang (menunda-nunda) pembayaran (hutang) atas orang yang mampu adalah kezaliman yang menanggalkan kehormatannya dan siksanya‛.(HR Imam yang Lima kecuali Imam Timidzi).
51 Rukun dan Syarat Salam, rukunnya adalah (a) Penjual (Muslam Ilaih), (b) Pembeli
(Muslim/Salam), (c) Hasil produksi/Barang yang akan diserahkan (Muslam Fiih), (d) Harga (Ra’su al-
ma>li as Salam), dan (e) Ijab Qabul (sighat), sedangkan syaratnya (1) Pihak yang berakad: a) Aqil-
baligh (cakap hukum), b) Sama-sama rid}a / ikhlas , c) Tidak ingkar janji, (d) Barang (muslam Fiih);
(2) Hasil produksi yang akan dibeli (dipesan) harus jelas jenis, tipe, ukuran, mutu, dan jumlahnya, (3)
Hasil produksi tersebut tidak termasuk dalam katagori yang dilarang syara’ (najis, haram, samar
(tidak jelas), atau menimbulkan kemudharatan (maksiat). (4) Ra’su al Ma>l as Salam, (5) Harga jual
113
Berdasarkan keputusan Dewan Shari’ah Nasional (DSN) Majlis Ulama Indonesia
NO: 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Salam.
Akad Salam dipakai oleh LKMS untuk memfasilitasi pemenuhan
permodalan / pembiayaan bagi petani/perkebunan/peternak dengan cara melakukan
pemesanan pembelian dengan pembayaran sekaligus di muka. Hasil
Produksi/Barang. (a) Hasil produksi pertanian , perkebunan atau peternakan harus
diketahui jelas cirri-cirinya dan bersifat umum, seperti : jenis (type), macam (kind),
ukuran (size), mutu (quality), dan banyaknya (quantity). (b) Hasil produksi diterima
harus sesuai dengan cirri-ciri yang diminta, apabila terjadi kekeliruan atau cacat ,
maka produsen harus bertanggung jawab.
Mekanismenya :
a. Anggota (nasabah) I (produsen/muslam alaih) menjual hasil
pertanian kepada LKMS dengan pembayaran dimuka dan
penyerahan kemudian (lihat skema), atau
b. Anggota (nasabah) II (pembeli/muslim) memesan kepada
LKMS agar menyediakan produk pertanian yang dikehendaki
untuk dibeli. Kemudian LKMS mencari / meminta anggota
(nasabah) I (muslam alaih) agar segera mengadakan produk
tersebut (dalam jangka waktu yang ditetapkan) dengan
memberikan pembayaran dimuka. Bila sudah selesai produk
tersebut harus diserahkan kepada LKMS dan selanjutnya
LKMS tersebut menyerahkan barang tersebut kepada muslim.
c. Jika anggota (nasabah) I (muslam alaih) ingkar janji, misalnya
gagal menyediakan hasil produksi atau menjual kepada pihak
lain, maka ia bertanggung jawab atas seluruh perjanjian yaitu
mengganti seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan LKMS.
Ketentuan harga jual ditetapkan di awal perjanjian dan tidak boleh berubah
selama waktu perjanjian. Jangka waktu Salam adalah untuk jangka pendek. Anggota
(nasabah) dapat dibebani biaya administrasi sehubungan dengan pengelolaan
fasilitas seperti biaya notaries dan lain-lain. Apabila dikemudian hari anggota
(nasabah) ternyata tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajibannya,
maka penyelesaiannya diputuskan oleh Komite Penyelesaian Pembiayaan
Bermasalah.
dan masa penyerahannya harus jelas dan dicantumkan dalam perjanjian dan tidak boleh berubah., (6)
Pembayaran Salam harus diakui pada saat modal Salam dibayarkan kepada Muslam alaihi., (7) Cara
penyerahan barang dan jangka waktunya disepakati bersama., (8) Transaksi Salam pararel harus
diakui ketika LKMS menerima modal Salam Dari anggota (nasabah) kedua.
114
5. ‘Ijarah Muntahiya bit-Tamli>k
Al ‘Ijarah disebut juga Al Ajru (upah) atau Al ‘Iwadhu (ganti), artinya ‚Suatu jenis akad untuk mengambil manfaat (Ajran) dengan jalan penggantian‛52 Maksud
‚manfaat‛ adalah berguna, yaitu barang yang mempunyai banyak manfaat dan
selama menggunakannya barang tersebut tidak mengalami perubahan atau musnah.
Manfaat yang diambil tidak berbentuk zatnya melainkan sifatnya, dan dibayar sewa.
Misalnya, rumah yang dikontrakkan/disewa, mobil disewa untuk perjalanan. Ada
dua jenis ‘Ijarah, pertama : didasarkan atas periode/masa sewa biasanya sewa
peralatan. Peralatan itu disewakan selama masa tanam hingga panen. Dalam
perbankan Islam dikenal sebagai Operating ‘Ijarah. Kedua: ‘Ijarah Muntahiyya Bi al-Tamli>k (‘Ijarah Wa Iqtina) yaitu sewa menyewa yang berkombinasi, bila masa sewa
berakhir penyewa boleh membelinya.
Secara teknis ‘Ijarah adalah akad antara LKMS (Mu’ajjir) dengan anggota
(nasabah)/(Musta’jir) untuk menyewa suatu barang/obyek sewa (Ma‘jur) milik
LKMS dan LKMS mendapatkan imbalan jasa atas barang yang disewanya. ‘Ijarah muntahiyyah Bi al-Tamli>k adalah perjanjian sewa suatu barang antara LKMS
(Mu’ajjir) dengan Anggota (nasabah)/(Musta’jir) yang diakhiri dengan pembelian
obyek sewa (Ma ‘jur).
‘Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan mu’amalah dalam memenuhi
kebutuhan hidup manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak. Ulama fiqih
membolehkan adanya akad ‘Ijarah Muntahiyyah Bi al-Tamli>k.53
Antara Anggota
(nasabah) dan LKMS sepakat mengadakan perjanjian khusus, yaitu bila masa sewa
berakhir maka anggota (nasabah) akan membeli obyek yang disewanya. Jaminan
diperlukan untuk memperkecil risiko-risiko yang merugikan LKMS serta juga untuk
melihat kemampuan anggota (nasabah) dalam menanggung pembayaran kembali
atas utang yang diterima dari LKMS. Dokumentasi adalah syarat
transaksi/pengikatan antara anggota (nasabah) dengan LKMS yang dipergunakan
sebagai bukti. Persaksian merupakan alat bukti bagi hakim untuk memutuskan
perkara. Saksi harus orang yang adil bijaksana, tidak cacat mata, bias bicara (bukan
bisu), dan juga tidak cacat hukum. Wanprestasi diberlakukan bila anggota (nasabah)
melakukan cidera janji, yaitu tidak menepati kewajibannya terhadap LKMS dalam
52
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, jilid 13, 15
53 Lihat QS. Al Qas}as (28) : 26 ‚… Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada
kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya‛. Ahmad, Abu Daud, dan An Nasa’I meriwayatkan Dari Saad
ibn Abi waqqash r. a., berkata: ‚dahulu kami menyewa tanah dengan (jalan membayar Dari) tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami cara itu dan memerintahkan kami embayarnya dengan uang emas atau perak‛.
115
suatu perjanjian. Dalam Hukum Islam , seseorang diwajibkan untuk menghormati
dan mematuhi setiap perjanjian atau amanah yang dipercayakan kepadanya.54
Rukun dan Syarat ‘Ijarah & ‘Ijarah Muntahiyyah Bi al-Tamli>k. Rukun IMBT
yakni (1) Penyewa (Musta’jir), (2) Pemilik (Mu’ajjir), (3) Barang/Obyek sewaan
(Ma’jur), (4) Harga sewa/manfaat sewa (Ajrun/Ujrah), (5) Ijab Qabul. Sedangkan
syaratnya (1) Kerelaan dua pihak melakukan akad, (2) Ma’jur (Barang/Objek sewa)
ada manfaatnya dan: (3) Manfaat tersebut dibenarkan agama/halal, (4) Manfaat
tersebut dapat dinilai dan diukur /diperhitungkan , (5) Manfaatnya dapat diberikan
kepada pihak yang menyewa , (6) Ma’jur adalah milik Mu’ajjir. Dasar Hukum Fatwa
DEWAN SHARI’AH NASIONAL Majelis Ulama Indonesia (MUI) NO: 09/DSN-
MUI/IV/2000 Tentang pembiayaan ‘Ijarah. 55
54
Bersumber Dari Amir ibn Syuraid Dari ayahnya Dari Nabi SAW, beliau bersabda:
‚Memperpanjang (menunda-nunda) pembayaran (hutang) atas orang yang mampu adalah keziman yang mengalkan kehormatannya dan siksanya‛. (HR. Imam yang Lima kecuali Imam Tirmidzi) . Dari
Amru ibn Said, Dari bapaknya r. a. berkata ia : bersabda Rasulullah SAW: ‚Orang-orang yang telah sanggup untuk membayar kewajibannya, tetapi dilalaikannya uga, bolehlah orang merampas hartanya dan menyiksanya (memasukkan ke penjara)‛ (HR. Abu Daud dan Nasa’I)
55 Landasan: Firman Allah QS. al-Zukhruf [43]: 32: ا بيى يعيشتى قس ت ربك، ح رح أى يقس
ع ا ي ت ت ربك ي ر ي رح ا يضا، بعطض ر ااض نيتت بع ى بع ض ر عا بع ى يا، . نحياا نلد
‚Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar seba-gian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik Dari apa yang mereka kumpulkan.‛ Firman Allah QS. al-
Baqarah [2]: 233:
‚…Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.‛
Firman Allah QS. al-Qas}as} [28]: 26:
د يي ت ا نق ت ي ي ا ي أبت ت ، . قانت حل
‚Salah seorang Dari kedua wanita itu berkata, ‘Hai ayahku! Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.’‛
Hadis riwayat Ibn Majah Dari Ibnu ‘Umar, bahwa Nabi bersabda:
ي ت ق . أ ي أ ق م أ
‚Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.‛
Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq Dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w.
bersabda:
قوا هللا، تم ن أرد...وإ أن تسترضعوا أوالدكم فال جناح عليكم إذا سلمتم ماآتيتم بالمعروف، وات
واعلموا أن هللا بماتعملون بصير.
116
Tujuan memberikan fasilitas kepada anggota (nasabah) yang membutuhkan
manfaat atas barang (sewa) dengan pembayaran tangguh dengan opsi memiliki
dikemudian hari. Ma’jur (Barang/Obyek sewa) yang digunakan, seperti : Properti,
Peralatan (Appliances), Alat Transportasi. Jumlah, ukuran, dan jenis Ma’jur yang
akan dibeli harus diketahui jelas serta tercantum dalam akad, Kecuali: (1) Perjanjian
‘Ijarah untuk eksplorasi atau penggunaan sumber alam seperti minyak gas, timber,
metal dan sejenisnya, (2) Transaksi yang berhubungan dengan lisensi seperti film,
perekaman video, manuskrip, hak patent, dan hak cipta. (3) Perjanjian mengenai
tenaga kerja dan penewan jasa profesi.
Musta’jir (Penyewa) untuk ‘Ijarah Muntahia Bi al-Tamli>k, setelah habis masa
sewa Musta’jir wajib membeli Ma’jur (barang/obyek sewa). Musta’jir dilarang
menyewakan kembali barang yang disewanya. Ajran/Ujrah (Harga Sewa dan Harga
Beli) ditentukan sebagai berikut : (1) Harga sewa dan Harga Beli (dalam IMBT)
ditetapkan bersama di awal perjanjian. (2) Dalam ‘Ijarah Muntahiya Bi al-Tamli>k
harga sewa sudah termasuk angsuran harga barang (obyek sewa). Jangka waktu
‘Ijarah Muntahiyyah Bi al-Tamli>k adalah antara 2 sampai 5 tahun.
Pembelian barang (obyek sewa) dibayar oleh LKMS setelah akad perjanjian
‘Ijarah Muntahiyyah Bi al-Tamli>k dengan anggota (nasabah) ditanda-tangani dan
dilengkapi dokumen resmi pembelian barang yang akan di’Ijarahkan. Kewajiban
Anggota (nasabah) (1) Anggota (nasabah)/(Musta’jir) berkewajiban utnuk
melakukan pembayaran harga sewa kepada LKMS sesuai dengan jadwal yang telah
disepakati dalam akad. (2) LKMS dapat meminta dan memperoleh kuasa untuk
mendebit rekening anggota (nasabah) pada LKMS guna melakukan pembayaran
kewajiban anggota (nasabah).
أ ت أ ي ض هيعه . ي
‚Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.‛
Hadis riwayat Abu Daud Dari Sad Ibn Abi Waqqash, ia berkata:
أي ا أ ذنك هتى آن ل هللا صهتى هللا هي ا، اا ر اء ي يا عل بان رع نزت ق ي ا هى نست كتا ك رض ب
ت ض . ك يا ب ض أ
‚Kami pernah menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil pertaniannya; maka, Rasulullah melarang kami melakukan tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak.‛
Hadis Nabi riwayat Tirmidzi Dari ‘Amr ibn ‘Auf:
ا أحمت ح يض و حالالض أ ى الت ش طضا ح ت هى ش ط سه ن ا أحمت ح يض و حالالض أ ا ح ت الت صهحض ي سه ن هح ائزر بي . نصد
‚Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang al atau mengalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang al atau mengalkan yang haram.‛
117
Pendapatan, terdiri dari (1) Pendapatan LKMS diakui bila kewajiban anggota
(nasabah) sudah dibayar. (2) Semua biaya administrasi yang timbul akibat dari
perjanjian ini dibebankan kepada anggota (nasabah), dan diakui sebagai pendapatan
LKMS.
D. JAMINAN PEMBIAYAAN PADA KEUANGAN MIKRO ISLAM
Hasil observasi dan penelusuran dokumen terhadap LKMS di Indonesia56
,
dalam manual pembiayaannya mensyaratkan adanya jaminan57
. Jaminan dapat
berupa beberapa bentuk yaitu personal dan barang58
. Jaminan dalam Islam
diperbolehkan dalam berbagai mazhab. Jaminan diperlukan untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya risiko yang dapat merugikan LKMS dan sekaligus untuk
memastikan kesungguhan anggota (nasabah) dalam melakukan pembayaran kembali
atas hutang yang diperolehnya dari LKMS.59
Praktek mensyaratkan jaminan dalam produk pembiayaan LKMS memiliki
bentuk yang berbeda-beda. Bagi lembaga keuangan formal (Bank) masih
menggunakan bentuk jaminan tradisional60
, sedangkan untuk lembaga keuangan
56
Dokumen (SOP) sampel antara lain, BPRS Baiturahman, BPD Aceh Unit Syariah,
PT.PNM (unit Mikro), dan SOP Pinbuk serta LKMS Aceh Microfinance (AMF).
57 Jaminan adalah hak dan kekuasaan atas barang jaminan yang diserahkan oleh nasabah
kepada bank guna menjamin pelunaan utangnya apabila kredit yang diterimanya tidak dapat dilunasi
sesuai waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit atau adendum. Lihat Rivai, dkk dalam
Credit Management Handbook (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), 439
58 Jaminan perorangan (personal gurantee) yaitu suatu perjanjian penanggungan utang
dimana pihak ketiga mengikatkan diri untuk memenuhi kewajiban nasabah dalam hal nasabah tidak
dapat memenuhi kewajibannya kepada lembaga keuangan (wanprestasi). Jaminan perusahaan
(corporate guarantee) adalah suatu perjanjian penanggungan utang yang diberikan oleh perusahaan
lain untuk memenuhi kewajiban nasabah dalam hal nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya
kepada lembaga keuangan. Jaminan kebendaan (agunan) yaitu penyerahan hak oleh naabah atau pihak
ketiga atas barang-barang miliknya kepada lembaga keuangan (LKMS) guna dijadikan jaminan atas
pembiayaan yang diperoleh nasabah. Lihat M.Kabir Hassan dan Mervyn K. Lewis, Handbook of Islamic Banking ( Massachussetts: Edward Elgar Publishing, 2007), 155
59 Dari Aisyah r.a. bahwasanya : ‚Nabi SAW pernah membeli bahan makanan Dari seorang
Yahudi dengan hutang dan beliau memberikan baju besinya sebagai jaminan‛. (HR. Bukhari, Muslim
dan Nasa’i)Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda :‚Siapapun yang bangkrut (muflis), lalu kreditornya mendapatkan barangnya sendiri pada si bangkrut, maka kreditor itu lebih berhak untuk menarik kembali barangnya itu Daripada lainnya‛. (Hadits ini dikeluarkan oleh Bukhari,
Muslim, Tirmidzi, Nasa’I, dan Ibnu Majah).
60 Jaminan tradisional adalah jaminan yang berbebtuk material (barang bergerak dan atau
barang tidak tidak bergerak) yang telah dipergunakan oleh perbankan konvensional pada umumnya,
seperti tanah dan bangunan, kendaraan bermotor dan barang-barang berharga lainnya. Sedangkan
jaminan non-tradisonal seperti barang modal kerja (persediaan), jaminan personal, dan jaminan
kelompok (tanggung renteng) sebagaimana halnya yang dilakukan oleh koperasi-koperasi di daerah
118
mikro (LKMS) sudah menggunakan jaminan non-tradisional. Jaminan pembiayaan
sebagai salah satu mitigasi dalam manajemen risiko pembiayaan dalam perspektif
bisnis memang diperlukan. Walaupun dalam beberapa hal ada yang memperdebatkan
masalah ini61
. Namun dalam prakteknya lembaga keuangan formal masih
menerapkan jaminan kebendaan dalam persyaratan pembiayaan mereka.
Beberapa ketentuan yang disusun dalam SOP lembaga keuangan formal
adalah sebagai berikut:
1. Jaminan yang dapat diserahkan berupa :
Harta Bergerak : dana tabungan, giro, deposito, peralatan rumah
tangga, persediaan barang dagangan, piutang dagang, peralatan kerja,
mesin dan kenderaan.
Harta tak Bergerak : tanah dan bangunan
Bukti kepemilikan atas agunan/jaminan harus dapat dibuktikan sesuai
yang tercantum dalam Sertifikat / Akta Jual Beli.
2. Besar agunan/jaminan yang harus diserahkan sebesar 100% dari Plafon
Kredit yang diusulkan.
3. Nilai agunan/jaminan harus ditetapkan berdasarkan liquidation basis/nilai likuidasi.
4. Prosentase nilai pasar agunan/jaminan yang dapat diterima sebagai nilai
likuidasi minimal sebagai berikut:
Jenis Agunan/Jaminan
Prosentase Maksimal/Nilai Likuidasi
Tabungan, Giro, Deposito………………………………….. 100%
Tanah Hak Milik/HGB…………………………………….. 85%
Bangunan ………………………………………………….. 75%
Bangunan di atas Tanah Hak Pakai …………………….... 75%
Mesin Berat ………………………………………………... 60%
Persediaan …………………………………………………. 50%
Piutang Dagang (diikat dengan cessie)…………………… 50%
Inventaris, peralatan, mesin-mesin ringan………………... 50%
Kenderaan baru (maximal 1 tahun pemakaian)………….. 80%
Indonesia dan dipraktekkan oleh Grameen Bank.
61 Kelompok-kelompok aktivis sosial sering mempermasalahkan bentuk agunan ini, karena
akan menghambat proses intermediasi dan distribusi keuangan dari pihak yang surplus dana ke pihak
yang defisit dana. Produk perbankan akan kesulitan masuk dan sampai ke tangan orang miskin ketika
bank mensyaratkan adanya jaminan. Masyarakat miskin memiliki profil sebagai berikut: (1) mereka
tidak dapat mengakses teknologi, air bersih, modal kerja dan kesulitan mengakses kredit, (2) mereka
tidak dapat mengakses organisasi publik dan pemerintahan, (3) mereka tidak terlindungi oleh hukum,
(4) mereka menjadi korban korupsi dalam birokrasi. Kondisi semacam ini bagi lembaga keuangan
formal sangat tidak menarik. Lihat Muhammad Akram Khan, Rural Development Through Islamic Bank ( Leicester: The Islamic Foundation, 1994), 10
119
Kenderaan bekas …………………………………………... 50%
Alat-alat rumah tangga (Kulkas, TV, Kompor Gas, dll)….. 50%
5. Agunan/jaminan harus dinilai kembali (retaksasi) apabila:
Kolektibilitas kredit berubah memburuk
Restrukturisasi kredit ataupun pemberian kredit yang kedua
(repetition).
6. Jaminan pihak ketiga diperbolehkan hanya sebatas jaminan tersebut
dimiliki oleh pihak yang memiliki hubungan darah langsung dengan
nasabah (anggota) (orang tua, kakak atau adik).
Jaminan dalam mud}arabah, ulama’ dari kalangan Malikiyah membolehkan
dengan syarat jaminan tersebut diberikan oleh pihak ketiga bukan oleh mud}arib.
Akademi Fiqh Islam dan Organisasi Konferensi Islam juga membolehkan asal
anggunan itu dibuat bebas tanpa pertimbangan apapun. Hal ini didasarkan atas
kehati-hatian terhadap adanya moral hazard dan sekaligus menjadi bukti tanggung
jawab dan kesungguhan dari mud}arib, dan bukan dijadikan sebagai persyaratan
utama yang ketat
Beberapa LKMS ada yang menggunakan gaji sebagai jaminan. Beberapa
pertimbangan LKMS yang mempergunakan gaji sebagai jaminan pembiayaan ada
beberapa alasan, antara lain: (1) gaji sebagai pendapatan tetap calon nasabah lebih
memiliki kepastian cash flow (cash in) dibandingkan usaha dagang yang memiliki
fluktuasi pendapatan, (2) cara pembayaran angsuran (pokok+margin) dalam sistem
payroll (gaji) biasanya langsung dipotong ketika pembayaran diberikan oleh pemberi
kerja, sehingga tingkat risiko default (gagal bayar) menjadi rendah, (3) pemotongan
gaji dalam pembayaran angsuran pembiayaan biasanya bekerjasama dengan bagian
keuangan (juru bayar) perusahaan dimana nasabah (anggota) bekerja, sehingga
LKMS langsung berhubungan dengan juru bayar di perusahaan tersebut. Hal seperti
ini dinilai lebih efektif dan efisien karena biasanya jumlah nasabah (anggota) yang
dilayani dalam satu perusahaan berjumlah besar, selain memudahkan collecting bagi
LKMS risikonya menjadi lebih kecil. LKMS yang menjalankan sistem seperti ini
rata-rata yang sudah memiliki modal cukup kuat karena jangka waktu pembiayaan
biasanya lebih dari satu tahun.
Gaji sebagai obyek Jaminan pembiayaan dalam pandangan Islam ada
beberapa pendapat. Menurut sebagaian besar ulama tidak memperbolehkan,
argumennya adalah bahwa aqad kafalah (jaminan) merupakan ‚aqad tabarru’‛.62
Namun pemikir muslim kontemporer Wahbah al-Zuhaili berpendapat bahwa jaminan
dengan menggunakan gaji diperbolehkan demi kebaikan (maslahah) dan adanya
kebutuhan masyarakat.63
Sedangkan Dewan Shari’ah AAOIFI64
memutuskan bahwa
62 Al-Hattab, Mawahib al-Jalil (Beirut: Dar al-Fikr,1992), vol.5, 111-113
63 Wahbah al-Zuhaili, Usul al-fiqh al-Islami, (Damascus: Dar-al Fikr, 1986), vo.2.161
120
gaji yang dipergunakan untuk jaminan tidak diperbolehkan.65
Sementara beberapa
produk keuangan mikro Islam yang dipraktekkan di Lembaga Keuangan di Indonesia
ada yang mempergunakan gaji sebagai jaminan66
.
Ada sebagaian LKMS yang menggunakan sistem tanggung renteng sebagai
jaminan alternatif dalam sistem pembiayaan kepada nasabah, sistem tanggung
renteng telah menggunakan suatu pola tertentu, sebagaimana tersebut dibawah ini :
Calon nasabah dalam melakukan pengajuan pembiayaan kepada LKMS dengan tidak
dikenakan persyaratan kredit secara administratif, tetapi harus bersedia mengikuti
tahapan kegiatan sebagai berikut67
:
1. Bersedia membentuk kelompok diantara calon nasabah (anggota),
kelompok dibentuk secara swadaya.
2. Bersedia dilakukan Uji Kelayakan dan dilakukan di rumah calon nasabah
(anggota).
3. Bagi nasabah (anggota) yang layak dalam Uji Kelayakan, diwajibkan
mengikuti Latihan Wajib Kumpulan (LWK) selama 5 hari berturut-turut
dan setiap harinya selama 1 jam, yang dimaksudkan untuk memahami tata
cara kegiatan pembiayaan bersama.
4. Ujian Pengesahan Kumpulan (UPK), kegiatan ini merupakan ujian bagi
calon nasabah (anggota) atas materi-materi tata cara pembiayaan yang
telah disampaikan dalam kegiatan LWK 5 hari, apabila nasabah (anggota)
dalam kumpulan tersebut memahami semua materi, maka dinyatakan syah
dan dapat mengikuti proses berikutnya, apabila tidak dapat memahami
maka dinyatakan tidak lulus dan kelompok bisa dibubarkan atau
dinyatakan gagal untuk mendapatkan pembiayaan.
64
Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI) adalah
Lembaga yang didirikan berdasarkan kesepakatan asosiasi industri lembaga keuangan Islam pada
tanggal 26 Februari 1990 dan secara resmi berdiri pada tanggal 27 Maret 1991 di Kerajaan Bhrain.
AAOIFI adalah Lembaga internasional yang independent dan otonom dalam mempersiapkan
standarisasi akuntansi, auditing, tata kelola, etika dan sharia lembaga keuangan Islam. 7M.Kabir
Hasan dan Mervyn K. Lewis, Handbook of Islamic Banking, (Massachusetts: Edward Elgar
Publishing, 2007), 373.
65 Resolutio of The Securities Commission Shariah Advisory Council. (8imKuala Lumpur:
Securities Commission, 2007), 44
66 Produk pembiayaan untuk jenis konsumtif salah satunya adalah kredit untuk pegawai
(PNS) di beberapa Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menggunakan gaji sebagai
jaminan, bahkan dalam perkembangannya beberapa LKM/S juga menerapkan model ini dalam
operasi pembiayaannya.
67 Budi Purnomo dan Ahmad Subagyo, Konsep dan Aplikasi Grassroot Microfinance (Banda
Aceh : Bank BPD Aceh, 2009), 141
121
5. Kegiatan Rapat Mingguan Rembug Pusat (Center), pada kegiatan rapat
mingguan rembug pusat (Center) yang pertama dilakukan pengajuan
pembiayaan masing-masing nasabah (anggota).
6. Realisasi pembiayaan atau pencairan pembiayaan dengan sistem 2:2:1.
dalam setiap kelompoknya.
7. Apabila terjadi tunggakan diantara salah satu nasabah (anggota), maka
nasabah (anggota) lainnya dalam satu kelompok wajib membayar angsuran
nasabah (anggota) yang menunggak tersebut secara tanggung renteng.68
8. Apabila salah satu nasabah (anggota) dalam kelompok terus-terus
menunggak angsuran pinjaman karena berbagai sebab, maka akan
dikeluarkan dari keanggotaan dari LKMS, dengan terlebih dahulu melunasi
pinjamannya.
Sistem tanggung renteng ini di daerah-daerah tertentu dapat dipraktekkan
dengan baik dan berhasil. Di Propinsi Nanggroe Aceh DarusSalam (NAD) sistem ini
berhasil dipraktekkan oleh Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)69
. Model tersebut
dipraktekkan mengacu pada pengalaman Grameen Bank, namun dalam masyarakat
Indonesia sendiri praktek sistem tanggung renteng ini sudah dijalankan dalam tradisi
masyarakat Indonesia yang berakar dari budaya gotong royong.
68
Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) kredit mikro mitra dhua’fa Yayasan Mitra Dhu’afa
kerjasama dengan Bank BPD Aceh, 2008.
69 Koperasi Mitra Dhuafa memiliki 10 kantor cabang di 10 kabupaten di NAD, ada 12
kantor pelayanan di Jawa, dan ada 2 kantor cabang di Sulawesi. Koperasi ini memiliki anggota lebih
dari 30.000 orang anggota pada akhir tahun 2009, dan memiliki outstanding pembiayaan lebih dari
Rp.80 M dan pada akhir Juni 2010 telah mencapai Rp.129M. sumber dari Laporan Rapat Anggota
Tahuhan (RAT) 2010.
122
E. ANALISIS STRUKTURAL MODEL KEUANGAN MIKRO ISLAM
Mencari dan menemukan model keuangan mikro Islam dapat dikaji dengan
menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif yang digunakan untuk
menggali landasan filosofis dalam membangun model keuangan mikro dan
pendekatan kuantitatif digunakan untuk menguji secara statistik tingkat signifikansi
, validitas dan keandalan dari model yang diketemukan.70
Berdasarkan tahapan
tersebut berikut ini diuraikan secara menyeluruh hasil analisisnya.
1. Konseptualisasi Model
Dalam kajian toeritik yang dibahas pada bab-bab sebelumnya71
. Teori akan
memandu dalam menemukan variabel-variabel penelitian yang relevan dan terkait
dengan obyek studi72
. Dalam penelitian ini diketemukan variabel-variabel
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip kuangan mikro dan terhadap syariah. Untuk
dapat mengukur variabel-variabel yang diteliti diperlukan definisi operasional.
Menurut Zarqa untuk mengklasifikasikan variabel yang diteliti ada tiga kategori, (1)
fenomena yang tidak terkait (relevan), (2) fenomena exogenous, (3) fenomena
endogenous. Setiap variabel exogenous selalu variabel independen dan variabel
exogenous akan mempengaruhi variabel endeogenous.73
Adapun variabel exogenous dalam penelitian ini adalah :
a) Variabel sasaran pembiayaan adalah penerima pembiayaan sesuai
dengan prinsip-prinsip keuangan mikro,74
b) Variabel tujuan pembiayaan adalah sasaran pencapaian material
dan ruhiyah dari pembiayaan,75
70
Tahapan dalam structual equation Modeling (SEM) ada delapan langkah yaitu (1)
konseptualisasi model, (2) penyusunan diagram alur (path diagram), (3) spesifikasi model, (3)
identifikasi model, (4) identifikasi model, (5) estimasi parameter, (6) penilaian model fit, (7)
modifikasi model, (8) validasi model. Imam Ghozali, Structual Equation Modeling (SEM) (Semarang
: Badan Penerbit UNDIP, 2008), 9
71 Pembahasan teoritik dalam kajian literatur diuraikan dalam bab II dan bab III yang
menghasilkan rumusan variabel-variabel pembiayaan dalam keuangan mikro Islam yang berasal dari
prinsip-prinsip shariah dan prinsip-prinsip keuangan mikro modern.
72Anas Zarqa, ‚ Islamic Economic: An Approach to Human Welfare‛, Reading in The
Concept and Methodology of Islamic Economics (Kuala Lumpur: CERT Publication, 2005), 25
73 Imam Ghozali dan Fuad, Structural Equation Modelling (Semarang: Badan Penerbit
UNDIP, 2008), 6
74 Sasaran pembiayaan dalam keuangan mikro antara lain, (1) Orang sangat miskin , (2)
lebih memprioritaskan wanita, (3) anggota yang dilayani telah memiliki pekerjaan (produktif), (4)
Nasabah yang dilayani berpendapatan sekitar Rp. 20.000 perhari atau kurang, dan (5) berdomisili
dalam jangkauan yang jauh dari kantor pelayanan.
123
c) Variabel akad pembiayaan adalah isi perjanjian yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah (maqa>s}id al-Shariah),76
d) Variabel jaminan pembiayaan sesuai dengan prinsip-prinsip
keuangan mikro.77
Untuk mengukur variabel-variabel exogenous (independent) yang
akan mempengaruhi variabel-variabel endegenous (terikat)
tersebut, maka disusun indikator-indikator sebagaimana tersebut di
bawah ini:
Tabel 4.4 Indikator Variabel Exogenous
No Variabel Indikator
1. Sasaran
pembiayaan
a. Orang sangat miskin
b. Wanita
c. Memiliki pekerjaan (produktif)
d. Pendapatan sekitar Rp. 20.000 perhari atau kurang
e. Jangkauan lokasi nasabah jauh dari kantor pelayanan
2. Tujuan
pembiayaan
a. Meningkatkan pendapatan keluarga
b. Meningkatkan silaturahmi antar warga
c. Memberikan pembinaan kepada anggota
d. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan
e. Mendapatkan ketentraman
3. Akad (jenis
pembiayaan)
a. Tanpa adanya biaya pengikatan, kalaupun ada hanya biaya
materai
b. Menggunakan dasar bagi hasil, marjin, dan atau ujrah
c. Tidak ada transaksi uang, yang ada hanya barang untuk
akad murabahah
d. Marjin/bagi hasil tidak memberatkan nasabah yang
ditandai dengan keikhlasan dalam membayar kembali
kewajibannya
e. Tidak ada klausul perjanjian yang nasabah tidak tahu akan
75
Tujuan pembiayaan merupakan salah satu unsur penting dalam prinsip shariah karena
tujuan akan membedakan apakah kegiatan yang dilakukan menuju kepada keridloan Allah ta’ala atau
sebaliknya, yaitu menyimpang dari ajaran-ajaran dan tujuan hidup seorang muslim. Adapun tujuan
pembiayaan ini adalah (1) Meningkatkan pendapatan keluarga, (2) Meningkatkan silaturahmi antar
warga, (3) Memberikan pembinaan kepada anggota, (4) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan, dan
(5) Mendapatkan ketentraman hati.
76 Akad pembiayaan menjadikan sah atau tidaknya suatu ikatan kerjasama atau perjanjian
antara dua pihak atau lebih, maka menjadi unsur penting yang menentukan apakah suatu lembaga
patuh atau tidak terhadap ketentuan shariah yang ditinjau dari aspek terhadap kepatuhannya dalam
menjalankan prinsip-prinsip shariah.
77 Jaminan menjadi syarat dalam pembiayaan bagi keuangan mikro modern. Dalam prinsip
kehati-hatian bank, collateral menjadi salah satu unsur 5C yang dipersyaratkan untuk dipenuhi ketika
lembaga keuangan mikro ingin mengendalikan risikonya.
124
isi dan maksudnya.
4. Bentuk jaminan
pembayaran
a. Bentuk jaminan tidak konvensional
b. Adanya kepastian bahwa nasabah dapat membayar kembali
kewajibannya
c. Keterlambatan bayar mendapatkan solusi yang baik dan
tidak dikenakan denda
d. Penjamin adalah penerima pembiayaan dan pasangannya
e. Adanya tekanan sosial kelompoknya jika ada anggota yang
melakukan pelanggaran
Selanjutnya menyusun variabel-variabel endogenous (terikat) yang
merupakan representasi dari performance lembaga keuangan78
. Performance ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal lembaga79
. Faktor eksternal
tidak dapat dikendalikan oleh lembaga keuangan, namun faktor internal dapat
dikendalikan. Faktor internal terutama yang bersumber dari aspek marketing80
, akan
mempengaruhi performance lembaga. Rasio kinerja keuangan lembaga keuangan
mikro yang dijadikan sebagai variabel endogenous adalah (1) Perkembangan aset81
,
78 Performance lembaga keuangan dapat dilihat dari kinerja keuangan pada umumnya
menggunakan indikator CAMEL dalam menilai tingkat kesehatannya, meliputi: Capital adequacy (kecukupan modal), Asset quality (kualitas aset), Management quality (kualitas manajemen),
Earnings performance (performa pendapatan), Liquidity position (posisi likuiditas), dan Sensitivity to market risk (sensitivitas terhadap risiko pasarNegara-negara yang menggunakan sistem CAMELS
dalam menganalisis kesehatan operasional perbankan mereka antara lain Amerika Serikat, Korea
Selatan, Indonesia, dan Malaysia. Lihat Dadang Muljawan, ‚A Design for Islamic Banking Rating
System: An Integrated Approach,‛ International Conference on Islamic Economics and Finance Proceedings (Jakarta: BI-IRTI IDB-IAIE-UI, 2005), 327. Lihat pula Tarek S. Zaher dan M. Kabir
Hassan, ‚A Comparative Literature Survey of Islamic Finance and Banking,‛ Journal of Financial Markets,Institutions & Instruments 10, no. 4 (New York: University Salomon Center – Blackwell
Publishers, Nov 2001), 184-185.
79 Faktor internal lembaga antara lain : aktivitas marketing, aspek operasional dan
kelembagaan, aspek sumber daya manusia, aspek legalitas, dan aspek keuangannya, sedangkan faktor
eksternal dipengaruhi oleh kondisi ekonomi nasional yang tercermin dari indikator makronya (inflasi,
nilai tukar mata uang, cadangan devisa, tingkat suku bunga, investasi). Lihat Ahmad Subagyo,
Marketing in Business (Case study of MFI & SMEs), (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2010), 312-314
80Marketing Mix (bauran pemasaran) yang di dalamnya terdiri dari Product, Price, Promotion
dan Place. dalam berbagai riset telah membuktikan pengaruh yang signifikan terhadap volume
penjualan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja keuangan lembaga. Desain produk lembaga
keuangan akan mempengaruhi keberhasilan lembaga. Lihat Budi Purnomo & Ahmad Subagyo,
Konsep dan Implementasi Grassroot & Commercial Microfinance, (Banda Aceh : Bank BPD Aceh,
2009), 111-115
81 Perkembangan aset bukan termasuk salah satu penilaian kinerja keuangan, baik
dalam standar CAMEL Bank Indonesia maupun standar penilaian pada umumnya, namun
perkembangan asset dapat dijadikan indikasi performa suatu organisasi, dimana makin besar nilai
asetnya (trend naik) menunjukkan volume usahanya makin besar, dan sebaliknya. M.Amin Aziz dalam
125
(2) Loan to Deposit Ratio (LDR) dan (3) Non Performing Loan (NPL),82
dan Jumlah
plafon pernasabah83
. Dalam penelitian ini variabel dan indikator endogenousnya
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Variabel dan Indikator Endogenous Lembaga (Performance)
VARIABEL
SANGAT
RENDAH RENDAH SEDANG TINGGI
SANGAT
TINGGI SUMBER
ASSET ‹Rp.50juta
Rp.50jt-
Rp.250jt
Rp.250jt-
Rp.500jt
Rp.500jt
-Rp.1M ›Rp1M
Amin Aziz
(2010:20)
LDR ‹70% 71%-80%
81%-
99%
100%-
110% ›110%
Veitzal
Rivai
(2008:724)
NPF ›10% 7%-10% 4%-6% 1%-3% ‹1%
MicroRate
(3rdEdition
)
PLAFON/NSB ›Rp.50jt
Rp.20jt-
Rp.49,9jt
Rp.10jt-
Rp.19,9jt
Rp.1jt-
Rp.9,9jt ‹Rp1jt
Filosofi
Muh.Yunus
Konsep keterkaitan (pola) antara variabel exogenous dengan variabel
endogenous di bawah ini menggambarkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat dan keterkaitan antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang
lain.
Gambar 4.2 Konsep keterkaitan variabel endogenous dengan variabel
exogenous.
mengklasifikan BMT di Indonesia juga mempergunakan penilaian aset BMT. Amin Aziz, BMT, Outlook and Prospect. (Jakarta : ICMI, 2010) 23
82LDR mencerminkan pemanfaatan dana yang dikumpulkan (optimalitas) untuk
didayagunakan dalam bentuk penyaluran atau pendanaan kepada masyarakat berupa kredit atau
pembiayaan, LDR yang rendah menunjukkan ketidakefektifan penggunaan dana atau banyak dana
yang menganggur (tidak produktif) atau dalam istilah lain idle money, sedangkan NPL
menggambarkan kualitas pembiayaan dari lembaga yang bersangkutan. NPL yang rendah
menunjukkan kualitas pembiayaannya baik, dan sebaliknya. NPL yang tinggi akan mengakibatkan
kerugian bagi lembaga dan selanjutnya akan membahayakan keberlanjutan dari usaha yang
dijalankannya.
83 Jangkauan kedalaman pelayanan keuangan mikro terindikasi dari makin kecil plafon yang
dapat diakses dalam pembiayaan mikro maka makin mudah masyarakat miskin mengaksesnya, dan
sebaliknya. Microrate menggunakan rasio ini untuk mengukur keberhasilan keuangan mikro dalam
menjangkau masyarakat miskin. Microrate adalah salah satu lembaga di bawah Bank Dunia, yang
melakukan rating terhadap lembaga keuangan mikro (MFI) di dunia. Grameen Bank juga
menggunakan rasio ini untuk menilai tingkat keberhasilan programnya.
126
Y1
X1
X2
X3
X4
Y1
Y1
Y1
Dimana,
X1 = Sasaran pembiayaan , X2 = Tujuan pembiayaan
X3 = Akad yang digunakan, X4 = Jaminan pembiayaan
Y1 = Perkembangan Aset, Y2 = Loan to Deposit Ratio (LDR)
Y3 = Non Performing Loan (NPL), Y4 = Jumlah Plafon pernasabah
2. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh lembaga keuangan mikro syariah
(LKMS) di Indonesia.84
Jumlah lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) di
Indonesia sebanyak 3.174 LKMS.85
Adapun sebaran lokasi wilayah LKMS tersebut
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.3 Sebaran Lokasi LKMS di Indonesia
84
Istilah populasi dalam penelitian kualitatif oleh Spradley dinamakan “social situation”
yang terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis. Lihat Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta:
Erlangga,2007), 215
85 Adapun jumlah seluruh LKMS di Indonesia sampai akhir tahun 2009 sebanyak 3174
unit yang tersebar mulai dari banda Aceh sampai tanah Papua. Lihat Amin Aziz, BMT, Outlook and Prospect. ICMI, Jakarta. 2010. Hal. 20-21
127
Sumber : Data diolah dari Amin Aziz, BMT, Outlook and Prospect. ICMI,
Jakarta.2010
4. Pengumpulan Data Primer
Data dikumpulkan melalui instrumen kuisioner.86
Penyebaran
Instrumen dilakukan melalui mail (surat) ke alamat lokasi responden
sebagaimana tersebut pada gambar 4.2 di atas. Periode pengumpulan data
dilakukan sejak tanggal 1 Juli 2010 sampai 30 Agustus 2010. Responden yang
mengembalikan berkas kuisioner berjumlah 40 LKMS, namun setelah diseleksi
ternyata yang mengembalikan secara lengkap dokumen kuisioner berjumlah 15
LKMS. Adapun profil ke-15 LKMS responden adalah sebagai berikut :
Tabel. 4.5 Sebaran Lokasi Sampel
LOKASI
SAMPEL JUMLAH
ACEH 1
MEDAN 1
RIAU 1
JAMBI 1
86
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling,
dengan teknik proportionate stratified random sampling .86
Berdasarkan teknik tersebut , peneliti
menentukan proporsi sampel berdasarkan keterwakilan dari seluruh wilayah di Indonesia.86
Peneliti
mendapatkan data calon sampel yang memenuhi persyaratan proporsi keterwakilan sebanyak 74
LKMS.
2% 5% 2% 2% 0% 1% 2% 1%5%
20%19%
2%
19%
0% 1% 0% 1% 1% 2% 0% 1%8%
3% 0% 1% 1%
AC
EH
SUM
UT
SUM
BA
R
RIA
U
JAM
BI
BEN
GK
ULU
SUM
SEL
LAM
PU
NG
DK
I
JAB
AR
JATE
NG
DIY
JATI
M
BA
LI
KA
LBA
R
KA
LTEN
G
KA
LTIM
KA
LSEL
SULU
T
SULT
ENG
SULT
RA
SULS
EL
NTB
NTT
MA
LUK
U
PA
PU
A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
SEBARAN JUMLAH LOKASI LKMS DI INDONESIA
%
128
LAMPUNG 2
DKI 2
JATENG 3
JATIM 3
SULAWESI 1
Sumber : Data Primer yang diolah
5. Performance Sampel Penelitian
a. Tahun Berdiri Sampel
Sampel telah berdiri sebagai lembaga keuangan mikro Syariah yang
terdaftar dalam Kementerian Koperasi dan Usaha kecil Menengah Republik
Indonesia sebagai Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) mulai dari tahun
1995 sampai tahun 2006. Adapun variasi tahun berdirinya sampel tepilih sebagai
berikut :
Tabel 4.6 Variasi Tahun Berdiri LKMS sebagai sampel
Tahun Berdiri Jumlah
‹ 1996 3
1996 – 2000 6
2001 – 2005 2
› 2005 4
Sumber : Data Primer
Gambar 4.4 Persentase Variasi Tahun Berdiri LKMS Sampel
Sumber : Data Primer
b. Performance Asset LKMS Sampel
<1996 1996 -2000
2001 -2005
2006-2008
20%
40%
13%27%
TAHUN BERDIRI LKMS SAMPEL
%
129
Asset LKMS sampel memiliki variasi dari dari mulai LKMS yang
berasset Rp. 636.000.000,- sampai LKMS yang memiliki asset lebih dari Rp.
100 miliar. Sebagaimana dengan persyaratan sampel yang telah ditentukan
dalam penelitian ini, variasi asset sampel terlihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel. 4.6 Variasi Asset Sampel
PERFORMANCE ASSET
SAMPEL JML
Rp.0,5 - 1 M 2
Rp. 1 - 2 M 5
Rp. 3 - 4 M 4
› Rp. 5 M 4
Sumber : Data Primer
Gambar 4.5 Variasi Asset LKMS sampel
Sumber : Data Primer
c. Skala Jangkauan Pelayanan Sampel
Skala jangkauan pelayanan merupakan salah satu indikator lembaga
keuangan yang memiliki prinsip keuangan mikro. Maka parameter keberhasilan
LKMS dalam menjalankan visi dan misinya terukur dari banyak-sedikitnya
masyarakat miskin yang terlayani oleh jasa keuangan mereka. Adapun profil sampel
dalam skala jangkauan pelayanannya sebagai berikut :
Tabel 4.7 Skala Jangkauan Pelayanan Sampel
Rp.0,5 - 1 M
Rp. 1 - 2 M
Rp. 3 - 4 M
> Rp. 5 M
2
5
4
4
13%
33%
27%
27%
PERFORMANCE ASSET SAMPEL
% JML
130
ANGGOTA JML
100 - 500 ORANG 3
600 - 1000 ORANG 2
1000 - 2000 ORANG 3
2000 - 3000 ORANG 4
› 3000 ORANG 3
Sumber : Data Primer
Gambar 4.6 Prosentase Skala Jangkauan Pelayanan Sampel
Sumber : Data Primer
d. Tingkat Kedalaman Pelayanan Sampel
Tingkat kedalaman pelayanan LKMS merupakan salah satu indikator
keberhasilan lembaga keuangan mikro dalam menjalankan prinsip keuangan mikro
yang memiliki parameter semakin mampu memberikan pelayanan jasa keuangan
kepada orang termiskin dalam suatu masyarakat melalui pembiayaan dengan nilai
plafon terkecil. Adapun profil LKMS sampel dalam menjalankan prinsip keuangan
mikro ini adalah sebagai berikut :\
Tabel 4.8 Tingkat Kedalaman Pelayanan Sampel TINGKAT KEDALAMAN
PELAYANAN JML
‹ Rp. 500.000,- 2
Rp. 500.000 - Rp. 1000.000,- 3
Rp. 1000.001-Rp. 1500.000,- 3
Rp. 1500.001-Rp. 2000.000,- 2
› Rp. 2000.000,- 5
Sumber : Data Primer
Gambar 4.7 Persentase Tingkat Kedalaman Pelayanan LKMS sampel
20%
13%
20%
27%
20%
100 - 500 ORANG
600 - 1000 ORANG
1000 - 2000 ORANG
2000 - 3000 ORANG
> 3000 ORANG
SKALA JANGKAUAN PELAYANAN
%
131
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data di atas, sebagian besar LKMS di Indonesia belum
banyak yang melayani masyarakat miskin yang membutuhkan modal kerja
kecil di bawah Rp. 500 ribu, bahkan sebaliknya mayoritas LKMS di Indonesia
melayani nasabahnya dengan plafon pembiayaan di atas Rp. 2 juta. Kondisi ini
sebenarnya mencerminkan keberpihakan kepada masyarakat miskin sangat
lemah. Hal mana telah menjadi paradigma umum bahwa memberikan
pelayanan pembiayaan dengan plafon yang kecil (misal: di bawah Rp. 500
ribu) membutuhkan waktu,energi dan biaya yang sama dengan memberikan
pembiayaan dengan plafon Rp. 50 juta, tapi hasil (retrun) yang diperoleh
berbeda, dimana plafon Rp. 50 juta memberikan return yang lebih besar
dibandingkan Rp. 500 ribu.
f. Kualitas Pembiayaan Sampel
Kualitas pembiayaan sampel menjadi salah satu obyek yang
dianalisis karena merupakan variabel endogen yang diteliti sebagai dampak
dari variabel eksogen.87
Kualitas pembiyaan yang merupakan cerminan
kepatuhan anggota (nasabah) dalam melaksanakan kewajiban mengembalikan
angsuran atas pembiayaan yang diterimanya sering disebut dengan istilah Non
performing Loan (NPL) dan dalam istilah keuangan syariah disebut dengan
Non performing financing (NPF)88
. Klasifikasi kualitas pembiayaan sampel
sebagai terlihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.8 Kualitas Pembiayaan LKMS sampel
87
Variabel endogen adalah variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel eksogen
(bebas). Lihat Riduwan dan engkos, Analisis Jalur (Path Analysis), Alfabeta, Bandung. 2009. Hal. 2-3 88
NPF atau dalam istilah Bank Indonesia NPL sesuai Peraturan Bank Indonesia No.
No : 8/19/PBI/2006 tentang Kualitas Kredit pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) membagi aktiva
produktif dalam empat kategori, yaitu (1) Lancar, (2) Kurang Lancar, (4) Diragukan, dan (4) macet.
Kategori no. 2 sampai no. 4 di sebut pembiayaan bermasalah. Angka NPF diperoleh dari rasio antara
pembiayaan yang bermasalah dibandingkan dengan jumlah outstanding (baki debet) pembiayaan
pada periode tertentu. Dalam pengertian umum NPF diartikan sebagai tertunggaknya pembayaran
atas kewajiban yang telah jatuh tempo satu hari atau lebih dari waktu yang diperjanjikan.
13%20%20%
13%33%
< Rp. 500.000,-
Rp. 1000.001-Rp. 1500.000,-
>Rp. 2000.000,-
TINGKAT KEDALAMAN PELAYANAN
%
132
KUALITAS PEMBIAYAAN (NPF) JUMLAH
‹ 5% 6
5% - 10% 5
11% - 15% 2
15% - 20% 1
›20% 1
Sumber : Data Primer
Jika dilihat dari angka persentasenya dapat terlihat dalam gambar di bawah
ini:
Gambar 4.8 Perfomance Kualitas Pembiayaan Sampel
Berdasarkan data di atas, sebagaian besar Lembaga Keuangan Mikro
Syariah (LKMS) di Indonesia berada pada posisi kurang sehat ditinjau dari
aspek kualitas pembiayaannya. LKMS yang memiliki kategori sehat hanya
40% saja, sedangkan sisanya 60% berada pada kategori kurang sehat dengan
NPF di atas 5%. Dalam salah satu studi yang dilakukan oleh GTZ dan Bank
Indonesia tentang NPL Bank Perkreditan Rakyat diketemukan faktor-faktor
penyebab munculnya NPL yang tinggi di kalangan industri perbankan. Dari
penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa penyebab NPL tinggi antara
lain, disebabkan oleh faktor-faktor internal dan eksternal BPR. Faktor-faktor
internal BPR antara lain jaminan (agunan), cara pembayaran angsuran, dan
biaya (tingkat suku bunga) memiliki pengaruh yang significant terhadap NPL
pada tingkat keyakinan 90% (alfa = 10%).89
Tingkat NPL rata-rata LKMS sampel sebesar 8%, jika dibandingkan
dengan industri keuangan mikro formal (BPR) masih dibawah rata-rata.
Artinya NPF LKMS sampel memiliki tingkat NPF lebih rendah dibandingkan
dengan NPL industri BPR. Adapun gambaran NPL rata-rata tingkat nasional
89
Lihat lebih lanjut pada Laporan Penelitian Non Performing Loan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) oleh Bramantyo dan Tonny, GTZ dan Bank Indonesia, Jakarta. Juli 2007.
40%33%
13%7% 7%
< 5% 5% - 10% 11% - 15% 15% - 20% >20%
KUALITAS PEMBIAYAAN (NPF)
%
133
dan lokal (Jabodetabek).
Tabel 4.10 Tingkat Kesehatan BPR Nasional.
Sumber : Data diolah dari Laporan Bank Indonesia 2007
g. Efektivitas Penggunaan Dana (Loan to Deposit Ratio-LDR)90
Analisis atas laporan keuangan LKMS sampel menunjukkan bahwa
penggunaan dana sudah tergolong efektif yaitu sebesar 60% LKMS sampel
dengan tingkat LDR antara 70% - 110%. Artinya bahwa dana yang dihimpun
dari masyarakat oleh LKMS sebagaian besar dapat tersalurkan kembali ke
masyarakat, namun ada juga yang masih terdapat fund idle sebesar 27%
LKMS sampel dengan LDR sebesar kurang dari 70%, artinya dana yang
terkumpul hanya digunakan untuk pembiayaan kepada masyarakat (nasabah)
kurang dari 70%, masih ada yang belum termanfaatkan (idle) sebesar 30%.
Berdasarkan salah satu dari pertanyaan dalam kuisioner diketahui bahwa dana
yang mengendap kebanyakaan disimpan dalam brankas dalam bentuk tunai
(cash). Kebijakan ini sebenarnya cukup berisiko karena probability terjadinya
kejahatan dan tindak kriminal lainnya dapat mengancam keberadaan dana
tersebut.
Adapun kondisi efektivitas penggunaan dana yang tercermin dari
angka persentase LDR, terlihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.11 Tingkat LDR LKMS sampel
90
Loan to deposit Ratio adalah rasio antara kredit yang diberikan. LDR yang terlalu
kecil menunjukkan dana yang dihimpun oleh suatu lembaga keuangan tidak dapat tersalurkan dalam
bentuk kredit dengan baik, sebaliknya angka LDR yang terlalu tinggi (>100%) menunjukkan dana yang
disalurkan sudah menggunakan dana-dana di luar (funding) , misalnya dana sendiri, cadangan
akumulasi laba, dan dana-dana berbiaya tinggi, misalnya dana inter call money (dana pembiayaan)
dari Lembaga Keuangan lainnya, dans sebagainya.
JBDT NAS JBDT NAS
KETERANGAN TH.2005 TH.2005 TH. 2006 TH. 2006
Return On Asset (ROA) 2,63 2,95 2,48 2,75
Loan To Deposit Ratio (LDR) 90,17 82,00 86,99 82,24
Non Performaing Loan (NPL) 9,45 7,97 11,18 9,98
134
LOAN TO DEPOSIT
RATIO %
‹ 70 % 27%
70% - 110% 60%
› 100% 13%
Sumber : data primer
Gambar 4.9 : Prosentase LDR LKMS sampel
Tingkat rata-rata LDR dari LKMS sampel sebesar 86%, artinya
kondisi keseimbangan dana yang digunakan dengan dana yang dihimpunnya
masih SEHAT. Angka rata-rata tersebut jika dibandingkan dengan tingkat rata-
rata LDR Bank Perkreditan Rakyat (BPR) secara nasional juga berada pada
posisi yang tidak jauh berbeda. Tingkat efektivitas penggunaan dana yang
dihimpun dari pihak ketiga dinilai masih baik dan tergolong SEHAT.
6. Analisis Hasil Penilaian Responden terhadap Variabel Exogenous
Berdasarkan hasil dari kuesioner yang dibagikan kepada responden yang
terdiri dari anggota koperasi (nasabah, karyawan, pimpinan dan dewan pengawas
syariah), diperoleh data sebagai berikut :
a. Variabel X1 (Sasaran Pembiayaan)
Variabel sasaran pembiayaan adalah penerima pembiayaan sesuai dengan
prinsip-prinsip keuangan mikro. Ada lima indikator variabel sasaran yang memiliki
kepatuhan terhadap prinsip keuangan mikro, yaitu :
a) Sasaran pembiayaan ditujukan untuk melayani orang miskin ;
b) Memberikan prioritas pembiayaan kepada kaum wanita ;
c) Masyarakat berpenghasilan rendah menjadi sasaran ;
d) Nasabah yang dilayani berpenghasilan kurang dari Rp. 25.000/hari ;
e) Jarak lokasi tempat tinggal nasabah dengan lokasi kantor pelayanan ;
< 70 % 70% - 110% > 100%
27% 60% 13%
LOAN TO DEPOSIT RATIO
%
135
Hasil penilaian dari responden yang terdiri dari nasabah LKMS, staf bagian
pembiayaan, manajer pembiayaan, dan dewan pengawas syariah menunjukkan
bahwa sasaran LKMS sampel belum sepenuhnya memenuhi kepatuhan terhadap
prinsip-prinsip keuangan mikro.
Sesuai penilaian responden diketahui bahwa secara keseluruhan
responden menilai untuk masing-masing indikator sebagai berikut:
a) Sasaran pembiayaan yang ditujukan kepada orang miskin hanya
memenuhi 70%;
b) Pembiayaan untuk kaum wanita sudah mendekati prinsip keuangan
mikro, yaitu sebesar 70%.91
c) Memberikan pembiayaan kepada masyarakat berpenghasilan rendah
sebesar 80%.
d) Berdasarkan jarak lokasi kantor dengan tempat tinggal responden
rata-rata menilai relatif dekat dengan nilai 57%.
b. Variabel X2 (Tujuan Pembiayaan)
Variabel tujuan pembiayaan adalah sasaran pencapaian material dan
immaterial (ruhiyah) dari pembiayaan. Ada lima indikator dalam menilai tingkat
kepatuhan LKMS terhadap prinsip syariah, antara lain :
a) Pembiayaan memberikan dampak terhadap peningkatan
kesejahteraan;
b) Pembiayaan mendorong kepada anggotanya untuk melakukan
kegiatan silaturahim melalui pertemuan-pertemuan ;
91
The MDGs ditandatangani oleh 147 kepala Negara dan pemerintahan dalam acara UN
Millenium Summit bulan September 2000. Menggagas tiga tema sentral dalam menyusun delapan
agenda utamanya, yaitu mengurangi kemiskinan, pemberdayaan wanita, dan pelestarian lingkungan.
Hasil angket ini mendekati dari daa kuantitatif yang diolah dari data yang diisi oleh responden.
Adapun hasil olah data kuantitatif sebagai berikut :
Proporsi sasaran pembiayaan sesuai jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Wanita 37.502
laki-laki 14.047
Sumber : Data Primer
136
c) Pembiayaan menjadi media untuk membina para anggotanya, dalam
rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan (IMTAQ)
d) Pembiayaan menjadi wahana dalam peningkatan ketrampilan hidup
(life skill) para anggota (nasabah)nya.
e) Pembiayaan memberikan ketenangan hati bagi semua pihak,
terutama anggota dan petugasnya.
Berdasarkan analisis kuisioner dapat diketahui bahwa secara keseluruhan
responden menilai variabel tujuan pembiayaan sudah mendekati ke arah syariah
karena responden merasakan peningkatan kesejahteraan (88%), dapat bersilaturahmi
dengan orang lain (57%), memperoleh pengetahuan (ketrampilan) 61%, dan
mendapatkan ketenangan hati (88%).
c. Variabel X3 (Akad Pembiayaan)
Variabel akad pembiayaan adalah isi perjanjian yang sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah (maqoshid al-Syariah). Ada lima indikator untuk mengukur tingkat
kepatuhan LKMS terhadap prinsip keuangan Islam, antara lain :
a) Beban (biaya) yang dibebankan kepada anggota tidak tergolong
memberatkan;
b) Jenis akad pembiayaan menggunakan salah satu bentuk akad syariah ;
c) Bentuk obyek pembiayaan tidak melanggar syariah ;
d) Beban marjin atau bagi hasil menguntungkan semua pihak, tidak
memberatkan salah satu pihak sehingga ada keikhlasan antar pihak ;
e) Adanya jaminan bahwa masing-masing pihak jujur dan amanah sesuai dengan
yang diperjanjikan dalam akad.
Dari analisis kuisioner dapat diketahui secara keseluruhan responden menilai
bahwa variabel akad pembiayaan mendekati tujuan syariah. Namun dalam
prakteknya responden menilai biaya akad pembiayaan masih tinggi (79%), jenis
akad pembiayaan sebagian besar dalam bentuk jual beli (murabahah) 82%, beban
marjin dirasakan masih terlalu besar (84%) dan menilai tingkat kejujuran para
stakeholder sebesar 71%.
d. Variabel X4 (Jaminan Pembiayaan)
Variabel jaminan pembiayaan adalah praktek penjaminan sesuai dengan
prinsip-prinsip keuangan mikro. Ada lima indikator untuk mengukur variabel ini,
yaitu :
a) Bentuk jaminan fleksibel, tidak hanya sebatas bentuk jaminan
tradisional (fisik) saja tapi juga ada bentuk lain, seperti jaminan
personal, kelompok dan sebagainya ;
137
b) Pendekatan jaminan tidak hanya ekonomi namun juga ada pendekatan
sosial ;
c) Penjamin dan penanggung kewajiban adalah suami dan atau istri, yaitu
pasangan menjamin kewajiban suami/istrinya;
d) Kewajiban membayar dan mengembalikan dana pembiayaan menjadi
kewajiban seorang muslim dalam menjalankan perintah agamanya ;\
e) Proses penyelesaian kewajiban yang tidak dilaksanakan oleh nasabah di
dorong oleh adanya tekanan sosial (masyarakat).
Dari analisis kuisioner dapat diketahui secara keseluruhan responden menilai
bahwa variabel bentuk jaminan pembiayaan yang dipraktekkan di LKMS sudah
mendekati prinsip keuangan mikro. Namun ada beberapa indikator yang memiliki
nilai rendah yaitu bentuk jaminan masih tradisional (konvensional) dengan nilai 55%
dan kurangnya tekanan sosial sebagai bentuk tanggung jawab sosial relatif masih
rendah dengan nilai 52%.
7. Posisi LKMS dalam Kuadran portofolio Kepatuhan
Kuadran portofolio kepatuhan ini menunjukkan posisi LKMS berdasarkan
persepsi dari responden yang diukur dari penilaian dengan menggunakan skala
likert. Ada dua garis, yaitu garis horisontal dan garis vertikal, dimana garis vertikal
menunjukkan tingkat kepatuhan terhadap prinsip-prinsip keuangan mikro,
sedangkan garis horisontal menunjukkan tingkat kepatuhan LKMS terhadap prinsip-
prinsip tujuan syariah.
Sebelum mengevaluasi tingkat kepatuhan masing-masing sampel terhadap
prinsip-prinsip syariah dan keuangan mikro, telebih dahulu akan disajikan profil
masing-masing sampel dalam kaitannya dengan keuangan yang ditunjukkan dalam
periode laporan terakhir tahun 2009. Penilaian kepatuhan berdasarkan dari
tanggapan responden melalui kuisioner tentang penerapan prinsip-prinsip keuangan
mikro modern dan prinsip-prinsip shari’ah.
Tabel 4.12 Performance Sampel
NO NAMA LEMBAGA
BERDIRI JML ASSET FUNDING LDR NPF
Jml
Nsbh Rata2
TAHUN (Rp.000,-) (Rp.000,-) Plafon
1
KSU-BMT KUBE
SEJATERA 003 2.004
1.093.735
610.000 124% 15%
619 1.226
2 BMT AL-KHASANAH 1.999
5.398.718
3.012.137 106% 5%
1.200 2.651
3 BMT BINA SWADAYA 1.996
3.619.005
3.119.162 89% 11%
2.150 1.287
4 BMT HIDAYAH 2.005
1.283.000
459.000 51% 0,90%
143 1.650
5 BQ. DEWANTARA 1.995
2.261.043
1.668.566 90% 30,34%
454 3.297
6 BMT USA JEPARA 2.007
1.190.195
816.934 95% 4%
968 798
138
7
KSU-BMT "ARTHA BINA
UMMAH" 1.998
3.015.509
1.124.461 67% 7%
1.185 633
8 BMT AL-AMANAH 1.995
636.056
481.949 88% 4%
386 1.100
9
BMT "BINA UMMAT
SEJAHTERA" 2.009
709.694
500.000 49% 3,70%
2.150 115
10
BMT NASIONAL WANITA
ISLAM 2.006
1.000.000
700.000 71% 3%
2.150 233
11 KJKS BMT MENTARI
4.976.133
4.327.846 92%
12%
2.150 1.853
12
KJKS BMT ASALAM
ARTHA DAYA 1.997
4.722.978
4.433.144 86%
5%
4.632 822
13
BMT BINA UMMAT
SEJAHTERA 1.996 136.610.359 101.163.946 114%
0,8%
35.716 3.217
14 BMT PAHLAWAN 1.996 18.932.142 16.497.778 63%
8%
3.527 2.931
15 BMT AL-BIRRY PINRANG 1.995
6.873.050
5.089.367 100%
6%
1.885 2.691
Sumber : Data Primer
Variabel kepatuhan terhadap syariah terindikasi dari variabel X2 (tujuan
pembiayaan) dan variabel X3 (akad pembiayaan), sedangkan variabel kepatuhan
terhadap prinsip keuangan mikro terindikasi dari variabel X1 (sasaran pembiayaan)
dan X4 (bentuk jaminan). Diagram kepatuhan akan menunjukkan posisi suatu
lembaga keuangan mikro (LKM) berdasarkan persepsi stakeholder
(anggota,pengurus dan pengawas) secara obyektif berada dalam kuadaran I, Kuadran
portofolio II, Kuadran portofolio III, atau Kuadran portofolio IV. Masing-masing
Kuadran portofolio memiliki kedudukan yang berbeda. Adapun kedudukan kudran,
antara lain:
a) Kuadran portofolio I menjelaskan bahwa LKMS sampel berada pada
posisi sebagai Lembaga keuangan mikro, karena hanya patuh pada
prinsip-prinsip keuangan mikro saja, kalaupun ada kepatuhan kepada
syariah nilainya rendah (sangat rendah).
b) Kuadran portofolio II menjelaskan bahwa LKMS sampel berada pada
posisi sebagai Lembaga keuangan formal, karena rendahnya kepatuhan
kepada prinsip-prinsip syariah dan keuangan mikro.
c) Kuadran portofolio III menjelaskan bahwa LKMS sampel berada pada
posisi sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) karena
tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap syariah dan prinsip keuangan
mikro.
d) Kuadran portofolio IV menjelaskan bahwa LKMS sampel berada pada
posisi sebagai lembaga amal, karena tingkat kepatuhan yang tinggi
terhadap syariah namun tidak menerapkan prinsip-prinsip keuangan
mikro.
Gambar 4.10 Diagram Portofolio Kepatuhan
139
Lembaga
KeuanganLembaga Amal
Lembaga
Keuangan Mikro
Islam
(Ideal)
Kepatuhan terhadap Syariah (x)
Prin
sip
-prin
sip
Ke
ua
ng
an
Mik
ro (
Y)
Lembaga
Keuangan Mikro
Berdasarkan hasil analisis portofolio kepatuhan ( lampiran 2), diperoleh hasil
sebagai berikut :
Berdasarkan hasil posisi LKMS sampel dalam Kuadran portofolio III,
maka berarti LKMS sampel berada dalam posisi sebagai lembaga keuangan mikro
syariah. Namun berdasarkan rata-rata LKMS sampel , posisi LKMS dapat terlihat
dalam gambar di bawah ini :
Gambar 4.11 Posisi LKMS dalam Kuadran portofolio Kepatuhan
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0
Ke
pat
uh
an p
ada
Pri
nsi
p K
eu
a M
ikro
Kepatuhan pada Prinsip Syariah
Y
Linear (Y)
140
Dari ke-15 LKMS sampel yang memiliki tingkat kepatuhan tertinggi adalah
sampel no. 13 yaitu BMT Bina Umat Sejahtera. Adapun profil LKMS tersebut
adalah sebagai berikut :
Sedangkan LKMS sampel dengan tingkat kepatuhan terendah adalah sampel no. 1
yaitu BMT Kube Sejahtera 003 dengan performance sebagai berikut :
8. Analisis Data Kuantitatif
Untuk menguji hipotesis penelitian ini yaitu :
1. Variabel-variabel exogenous (kepatuhan) berpengaruh terhadap variabel-
variabel endogenous (performance ) pada lembaga keuangan mikro
syariah di Indonesia.
43211 bXbXbXbXaY
43212 bXbXbXbXaY
43213 bXbXbXbXaY
43214 bXbXbXbXaY
LKMS-1
LKMS-2
LKMS-3
LKMS-4 LKMS-5
LKMS-6
LKMS-7
LKMS-8
LKMS-9
LKMS-10LKMS-11
LKMS-12
LKMS-13
LKMS-14
LKMS-15
150,00
250,00
350,00
300,00 360,00 420,00
NO NAMA LEMBAGA JML ASSET FUNDING FINANCING Jml Nsbh Rata2
(Rp.000,-) (Rp.000,-) (Rp.000,-) Plafon
13 BMT BINA UMMAT SEJAHTERA 136.610.359 101.163.946 114.895.438 114% 0,8% 35.716 3.217
LDR NPF
NO NAMA LEMBAGA JML ASSET FUNDING FINANCING Jml Nsbh Rata2
(Rp.000,-) (Rp.000,-) (Rp.000,-) Plafon
1 KSU-BMT KUBE SEJATERA 003 1.093.735 610.000 758.601 124% 15% 619 1.226
LDR NPF
141
2. Salah satu variabel kepatuhan berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel performance LKMS di Indonesia.
0sebuah ada kurangnyaSekurang:
0:
1
0 21
i
k
yx
yxyxyx
bH
bbbH
Peneliti menggunakan program software LISREL (Linear Structural Relationship) versi 8.7 untuk membantu menguji hipotesis tersebut digunakan
model SEM (Structural Equation Model)92. SEM merupakan suatu teknik statistik
yang mampu menganalisis variabel latent, variabel indikator dan kesalahan
pengukuran secara langsung. SEM termasuk salah satu domain dalam multivariat statistics dependensi yang memungkinkan dilakukannya analisis satu atau lebih
variabel dependen. Baik variabel dependen maupun variabel independen yang
dilibatkan boleh berbentuk variabel kontinue ataupun diskrit93
, dalam hal mana
multiple regression tidak dapat memecahkannya. Namun SEM memiliki kelemahan
karena tidak mempunyai uji statistik terbaik yang dapat menjelaskan kekuatan
prediksi model94
.
8. Hasil Analisis Structural Equation Model (SEM)
Model yang akan diuji adalah
43211 bXbXbXbXaY
43212 bXbXbXbXaY
43213 bXbXbXbXaY
43214 bXbXbXbXaY
Asumsi-asumsi dasar dalam analisis SEM, antara lain :
1. Instrumen penelitian sudah teruji dan valid, lihat lampiran 7
2. Normalitas yaitu bentuk data berada pada suatu variabel metrik
92 SEM memiliki dua tujuan utama dalam analisisnya, yaitu (1) untuk menentukan apakah
model plausible (masuk akal) atau fit; atau dengan bahasa yang lebih mudah, apakah model ‚benar‛
berdasarkan suatu data yang dimiliki. Sedangkan tujuan kedua adalah untuk menguji berbagai
hipotesis yang telah dibangun sebelumnya. Lihat Imam Ghozali, Structural Equation Modeling
(Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2008), 25
93Tumpal, LISREL. (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu,. 2006) . 2-3. Lihat juga Sugiyono.
Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2008), 67 94
Tumpal, LISREL. (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu,. 2006), 68
142
tunggal yang menghasilkan distribusi normal95
, lihat lampiran 8.
Hasil analisis normalitas data diuji dengan menggunakan uji z
untuk skewness dan kurtosisnya, jika nilai z, baik zskewness dan/z
kurtosis ‹ 0,05 pada tingkat 5%, maka dapat dikatakan distribusi data
adalah tidak normal, dan sebaliknya.
(1) Kooefisien Jalur, Pengaruh Langsung, Pengaruh
Bersama Sasaran pembiayaan (X1), Tujuan
Pembiayaan (X2), Akad pembiayaan (X3), dan
Jaminan pembiayaan (X4) mempengaruhi
terhadap perkembangan aset LKMS (Y1)
Pengaruh bersama atau koofisien X1, X2, X3, dan X4 terhadap Y1 atau
kooefisien determinan dan faktor residual dihitung sebagai berikut :
43211 bXbXbXbXaY
Model Persamaannya :
Y1= 0.742 - 0.571X1 + 3.984X2 - 4.297X3 – 2.439X4+0.597
Tabel 4.13 hasil Perhitungan LISREL
Variabel
Koofisien
Regresi
Pengaruh
Pengaruh
Bersama (R2yx) Langsung R-square
P-
Value
X1 -0,571 -0,173 0,029929 0.158
X2 3.984 0,916 0,839056 1.000
X3 -4,297 -0,448 0,200704 0.722
X4 -2.439 -0,502 0,252004 0.578
6.897
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian 2010
Berdasarkan Tabel 4.13 di atas yang dibandingkan dengan tingkat
95 Suatu distribusi data yang tidak membentuk distribusi normal, maka data tersebut tidak
normal, sebaliknya data yang dikatakan normal apabila ia membentuk suatu distribusi normal.
Apabila asumsi normalitas tidak dipenuhi dan penyimpangan normalitas tersebut besar, maka seluruh
hasil uji statistik adalah tidak valid karena perhitungan uji t statistik dan lainnya dihitung dengan
asumsi data normal. Lihat Imam Ghozali, Structural Equation Modeling (Semarang: Badan Penerbit
UNDIP, 2008), 37
143
signifikansi p-value tabel pada dk=n-4=15-4=11=0,313 pada alfa = 0,50 maka hasil
temuan penelitian secara obyektif bahwa:
(a) Sasaran pembiayaan (X1) memiliki kontribusi yang negatif dan
berpengaruh langsung terhadap Perkembangan asset LKMS (Y1).
Besarnya kontribusi sasaran pembiayaan yang secara langsung
berkontribusi terhadap perkembangan aset sebesar (-0,173)2 atau
sebesar 2,9%.
(b) Tujuan pembiayaan (X2) memiliki kontribusi yang positif dan
berpengaruh langsung terhadap Perkembangan asset LKMS (Y1).
Besarnya kontribusi tujuan pembiayaan yang secara langsung
berkontribusi terhadap perkembangan aset sebesar (0,916)2 atau sebesar
83,9%.
(c) ) Akad pembiayaan (X3) memiliki kontribusi yang negatif dan
berpengaruh langsung terhadap Perkembangan asset LKMS (Y1).
Besarnya kontribusi akad pembiayaan yang secara langsung
berkontribusi terhadap perkembangan aset sebesar (-0,448)2 atau
sebesar 20,0%.
(d) Jaminan pembiayaan (X4) memiliki kontribusi yang negatif dan
berpengaruh langsung terhadap Perkembangan asset LKMS (Y1).
Besarnya kontribusi jaminan pembiayaan yang secara langsung
berkontribusi terhadap perkembangan aset sebesar (-0,502)2 atau
sebesar 25,9%.
(e) Secara simultan sasaran pembiayaan (X1), sasaran pembiayaan (X2),
akad pembiayaan (X3), dan jaminan pembiayaan (X4), berpengaruh
secara bersama-sama terhadap perkembangan aset sebesar 6,9%
Berdasarkan data analisis jalur di atas dapat disimpulkan bahwa yang memiliki
pengaruh langsung terbesar terhadap perkembangan aset adalah tujuan pembiayaan
dengan kontribusi sebesar 83,9%. Dari keempat variabel eksogen yang
mempengaruhi variabel endogen hanya ada dua variabel eksogen yang berpengaruh
dan signifikan dengan tingkat keyakinan 95% yaitu variabel tujuan pembiayaan (X2)
dan variebel akad pembiayaan (X3). Kedua variebel merupakan variabel kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip syariah (maqoshid al-Syariah).
(2) Kooefisien Jalur, Pengaruh Langsung, Pengaruh
Bersama Sasaran pembiayaan (X1), Tujuan
Pembiayaan (X2), Akad pembiayaan (X3), dan
Jaminan pembiayaan (X4) mempengaruhi
terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) LKMS
144
(Y2)
Tabel 4.14 hasil Perhitungan LISREL
variabel
Koofisien
Regresi
Pengaruh
Pengaruh Bersama
(R2yx) Langsung R-square
P-
Value
X1 0.281 0,347 0,120409 0,381
X2 0.749 0,071 0,005041 0,249
X3 -1.032 -0,118 0,013924 0,306
X4 -0,848 -0,383 0,146689 0,788
0,597
Model Persamaannya :
Y2= 0.194 + 0.281X1 + 0.749X2 – 1.032X3 – 0.848X4
Berdasarkan Tabel 4.14 di atas yang dibandingkan dengan tingkat
signifikansi p-value tabel dk=n-4=15-4=11=0,313 pada alfa = 0,50, maka hasil
temuan penelitian secara obyektif bahwa:
a) Sasaran pembiayaan (X1) memiliki kontribusi yang negatif dan
berpengaruh langsung terhadap perubahan LDR (Y2). Besarnya
kontribusi sasaran pembiayaan yang secara langsung berkontribusi
terhadap perubahan LDR sebesar (0,347)2 atau sebesar 12%.
b) Tujuan pembiayaan (X2) memiliki kontribusi yang positif dan
berpengaruh langsung terhadap perubahan LDR (Y2). Besarnya
kontribusi tujuan pembiayaan yang secara langsung berkontribusi
terhadap perubahan LDR sebesar (0,071)2 atau sebesar 0,5%.
c) Akad pembiayaan (X3) memiliki kontribusi yang negatif dan
berpengaruh langsung terhadap perubahan LDR(Y2). Besarnya
kontribusi akad pembiayaan yang secara langsung berkontribusi
terhadap perkembangan aset sebesar (-0,118)2 atau sebesar 20,0%.
d) Jaminan pembiayaan (X4) memiliki kontribusi yang negatif dan
berpengaruh langsung terhadap perubahan LDR (Y2). Besarnya
kontribusi jaminan pembiayaan yang secara langsung berkontribusi
terhadap perkembangan aset sebesar (-0,383)2 atau sebesar 13,6%.
e) Secara simultan sasaran pembiayaan (X1), tujuan pembiayaan (X2), akad
pembiayaan (X3), dan jaminan pembiayaan (X4), berpengaruh secara
bersama-sama terhadap perkembangan aset sebesar 0,59%
Berdasarkan data analisis jalur di atas dapat disimpulkan bahwa yang memiliki
pengaruh langsung terbesar terhadap perubahan LDR adalah akad pembiayaan
145
dengan kontribusi sebesar 20%. Dari keempat variabel eksogen yang mempengaruhi
variabel endogen tidak ada variabel eksogen yang berpengaruh secara signifikan
dengan tingkat keyakinan 95% .
(3) Kooefisien Jalur, Pengaruh Langsung, Pengaruh
Bersama Sasaran pembiayaan (X1), Tujuan
Pembiayaan (X2), Akad pembiayaan (X3), dan
Jaminan pembiayaan (X4) mempengaruhi
terhadap Non Performing Loan (NPL) LKMS
(Y3)
Tabel 4.15 hasil Perhitungan LISREL
variabel
Koofisien
Regresi
Pengaruh
Pengaruh Bersama
(R2yx) Langsung R-square
P-
Value
X1 0,557 0,402 0,161604 0,281
X2 -1.548 -0,335 0,112225 0,611
X3 1.632 0,105 0,011025 0,455
X4 1.046 0,31 0,0961 0,515
1.238
Model Persamaannya :
Y3= 0.149 + 0.557X1 – 1.548X2 + 1.632X3 + 1.046X4
Berdasarkan Tabel 4.15 di atas yang dibandingkan dengan tingkat
signifikansi p-value pada tabel dk=n-4=15-4=11=0,313 pada alfa = 0,50, maka hasil
temuan penelitian secara obyektif bahwa:
a) Sasaran pembiayaan (X1) memiliki kontribusi yang positif dan
berpengaruh langsung terhadap kualitas NPF (Y3). Besarnya kontribusi
sasaran pembiayaan yang secara langsung berkontribusi terhadap
perubahan LDR sebesar (0,402)2 atau sebesar 16,1%.
b) Tujuan pembiayaan (X2) memiliki kontribusi yang negatif dan
berpengaruh langsung terhadap kualitas NPF (Y3). Besarnya kontribusi
tujuan pembiayaan yang secara langsung berkontribusi terhadap
perubahan LDR sebesar (-0,335)2 atau sebesar 11,2%.
c) ) Akad pembiayaan (X3) memiliki kontribusi yang positif dan
berpengaruh langsung terhadap kualitas NPF (Y3). Besarnya kontribusi
akad pembiayaan yang secara langsung berkontribusi terhadap
perkembangan aset sebesar (0,105)2 atau sebesar 1,10%.
146
d) Jaminan pembiayaan (X4) memiliki kontribusi yang positif dan
berpengaruh langsung terhadap kualitas NPF (Y3). Besarnya kontribusi
jaminan pembiayaan yang secara langsung berkontribusi terhadap
perkembangan aset sebesar (0,31)2 atau sebesar 9,6 %.
e) Secara simultan sasaran pembiayaan (X1), tujuan pembiayaan (X2), akad
pembiayaan (X3), dan jaminan pembiayaan (X4), berpengaruh secara
bersama-sama terhadap kualitas NPF (Y3) sebesar 1,258%
Berdasarkan data analisis jalur di atas dapat disimpulkan bahwa yang memiliki
pengaruh langsung terbesar terhadap kualitas NPF adalah sasaran pembiayaan
dengan kontribusi sebesar 16%. Dari keempat variabel eksogen yang mempengaruhi
variabel endogen tidak ada variabel eksogen yang berpengaruh secara signifikan
dengan tingkat keyakinan 95% .
(4) Kooefisien Jalur, Pengaruh Langsung, Pengaruh
Bersama Sasaran pembiayaan (X1), Tujuan
Pembiayaan (X2), Akad pembiayaan (X3), dan
Jaminan pembiayaan (X4) mempengaruhi
terhadap Kedalaman Jangkauan
(plafon/anggota) LKMS (Y4).
Tabel 4.16 hasil Perhitungan LISREL
Variabel
Koofisien
Regresi
Pengaruh
Pengaruh Bersama
(R2yx) Langsung R-square
P-
Value
X1 -0,98 -0,988 0,976144 1.00
X2 -0,349 0,267 0,071289 1.00
X3 1.084 0,378 0,142884 0,585
X4 0.945 0,456 0,207936 0,42
1.715
Model Persamaannya :
Y4= 0.258 – 0.980X1 – 0.349X2 + 1.084X3 + 0.945 X4
Berdasarkan Tabel 4.16 di atas yang dibandingkan dengan tingkat
signifikansi p-value tabel pada dk=n-4=15-4=11=0,313 pada alfa = 0,50, maka hasil
temuan penelitian secara obyektif bahwa:
(f) Sasaran pembiayaan (X1) memiliki kontribusi yang negatif dan
berpengaruh langsung terhadap skala jangkauan nasabah (Y4). Besarnya
kontribusi sasaran pembiayaan yang secara langsung berkontribusi
terhadap kedalaman jangkauan sebesar (-0,988)2 atau sebesar 97,6%.
(g) Tujuan pembiayaan (X2) memiliki kontribusi yang positif dan
147
berpengaruh langsung terhadap skala jangkauan nasabah (Y4). esarnya
kontribusi tujuan pembiayaan yang secara langsung berkontribusi
terhadap kedalaman jangkauan sebesar (0,267)2 atau sebesar 7,1%.
(h)) Akad pembiayaan (X3) memiliki kontribusi yang negatif dan
berpengaruh langsung terhadap skala jangkauan nasabah (Y4). Besarnya
kontribusi akad pembiayaan yang secara langsung berkontribusi
terhadap kedalaman jangkauan sebesar (0,378)2 atau sebesar 14,2%.
(i) Jaminan pembiayaan (X4) memiliki kontribusi yang negatif dan
berpengaruh langsung terhadap skala jangkauan nasabah (Y4). Besarnya
kontribusi jaminan pembiayaan yang secara langsung berkontribusi
terhadap kedalaman jangkauan sebesar (0.456)2 atau sebesar 20,7%.
(j) Secara simultan sasaran pembiayaan (X1), sasaran pembiayaan (X2),
akad pembiayaan (X3), dan jaminan pembiayaan (X4), berpengaruh
secara bersama-sama terhadap kedalaman jangkauan (Y4) sebesar
1,75%
Berdasarkan data analisis jalur di atas dapat disimpulkan bahwa yang memiliki
pengaruh langsung terbesar terhadap skala jangkauan nasabah (Y4) adalah sasaran
pembiayaan dengan kontribusi sebesar 97,6%. Dari keempat variabel eksogen yang
mempengaruhi variabel endogen hanya ada satu variabel eksogen yang berpengaruh
dan signifikan dengan tingkat keyakinan 95% yaitu variabel sasaran pembiayaan
(X1) variebel tersebut merupakan variabel kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
keuangan mikro.
Maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Variabel pertama kepatuhan terhadap prinsip keuangan mikro yang secara
sigfnifikan mempengaruhi kinerja LKMS adalah variabel sasaran, artinya
penentuan sasaran pembiayaan ditujukan untuk melayani orang miskin ,
memberikan prioritas pembiayaan kepada kaum wanita , masyarakat
berpenghasilan rendah, nasabah yang dilayani berpenghasilan kurang dari Rp.
25.000/hari , dan Jarak lokasi tempat tinggal nasabah dengan lokasi kantor
pelayanan. Memberikan dampak yang sangat berarti dalam memperbaiki
kinerja LKMS dari sisi tingkat pertumbuhan aset LKMS. Hasil penelitian ini
memberikan arti bahwa menentukan sasaran yang benar akan memberikan
dampak yang signifikan terhadap kinerja dan performa LKMS. Penentuan
sasaran yang salah atau tidak tepat akan menurunkan kinerja LKMS itu sendiri,
dan sebaliknya, ketika LKMS memberikan pelayanan jasa keuangan kepada
sasaran yang tepat akan dapat meningkatkan kinerjanya.
b. Variabel kepatuhan terhadap prinsip keuangan Islam (X2) yang secara
sigfnifikan mempengaruhi kinerja LKMS adalah variabel tujuan , artinya
Pembiayaan memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan,
148
Pembiayaan mendorong kepada anggotanya untuk melakukan kegiatan
silaturahim melalui pertemuan-pertemuan, Pembiayaan menjadi media untuk
membina para anggotanya, baik dalam rangka peningkatan keimanan dan
ketakwaan (IMTAQ) maupun usahanya, Pembiayaan menjadi wahana dalam
peningkatan ketrampilan hidup (life skill) para anggota (nasabah)nya.,
Pembiayaan memberikan ketenangan hati bagi semua pihak, terutama anggota
dan petugasnya. Tujuan yang bersifat ruhiyah ini berdampak positif dan
signifikan terhadap kinerja LKMS, terutama dari sisi efektifitas penggunaan
dananya (LDR). Penentuan tujuan yang tidak tepat akan berdampak pada
kinerja LKMS, maka LKMS harus memastikan bahwa tujuan dalam pembiayaan
harus memperhatikan tujuan pembiayaan dalam prinsip-prinsip shariah.
c. Variabel akad pembiayaan (X3) yang meliputi Beban (biaya) yang dibebankan
kepada anggota tidak tergolong memberatkan, jenis akad pembiayaan
menggunakan salah satu bentuk akad syariah, bentuk obyek pembiayaan tidak
melanggar syariah , beban marjin atau bagi hasil menguntungkan semua pihak,
tidak memberatkan salah satu pihak sehingga ada keikhlasan antar pihak,
adanya jaminan bahwa masing-masing pihak jujur dan amanah sesuai dengan
yang diperjanjikan dalam akad. Variabel tersebut dalam penelitian ini tidak
memberikan pengaruh yang berarti (signifikan) terhadap kinerja LKMS (Y). Hal
ini berarti mengindikasikan bahwa LKMS dapat memodifikasi jenis akad yang
digunakan untuk mengikat nasabah yang dilayaninya, karena nasabah tidak
memandang terlalu penting jenis akad yang ditawarkan oleh LKMS. Justru
untuk menerapkan syariat Islam, dengan pendangan masyarakat yang seperti ini
akan lebih mudah bagi LKMS untuk menerapkan akad pembiayaan yang sesuai
syariat.
d. variabel jaminan pembiayaan (X4) yang meliputi Bentuk jaminan fleksibel, tidak
hanya sebatas bentuk jaminan tradisional (fisik) saja tapi juga ada bentuk lain,
seperti jaminan personal, kelompok dan sebagainya , pendekatan jaminan tidak
hanya ekonomi namun juga ada pendekatan sosial, penjamin dan penanggung
kewajiban adalah suami dan atau istri, yaitu pasangan menjamin kewajiban
suami/istrinya, kewajiban membayar dan mengembalikan dana pinjaman
menjadi kewajiban seorang muslim dalam menjalankan perintah agamanya ,
proses penyelesaian kewajiban yang tidak dilaksanakan oleh nasabah di dorong
oleh adanya tekanan sosial (masyarakat). Variabel tersebut dalam penelitian ini
tidak memberikan pengaruh yang berarti (signifikan) terhadap kinerja LKMS
(Y). Hal ini berarti LKMS tidak perlu mengandalkan atau hanya berpedoman
pada satu jenis jaminan saja. LKMS dapat mencari jenis atau bentuk jaminan
lainnya yang lebih fleksibel sehingga masyarakat dapat terlayani jasa keuangan
yang ditawarkannya.
149
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kajian ini membuktikan bahwa keuangan mikro Islam yang
dioperasionalisasikan dengan menerapkan prinsip-prinsip kepatuhan melalui
fitur-fitur pembiayaannya akan berpengaruh terhadap performance lembaga
(institusi) yang menjalankannya. Prinsip-prinsip kepatuhan yang ditemukan
dalam penelitian ini terdiri dari kepatuhan terhadap prinsip-prinsip terbaik
keuangan mikro modern dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip shari’ah. Adapun
prinsip-prinsip terbaik keuangan mikro modern antara lain (1) sasaran
pembiayaan yang sesuai dengan tujuan dari keuangan mikro itu sendiri, yaitu
sasaran pembiayaan untuk orang miskin, memprioritaskan wanita sebagai sasaran
utamanya, masyarakat produktif, dan tidak terakses pelayanan jasa keuangan
lainnya. sedangkan prinsip kepatuhan terhadap shari’ah yang secara signifikan
berpengaruh terhadap performance lembaga adalah (1) kepatuhan kepada tujuan
pembiayaan yaitu memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan,
mendorong kepada anggotanya untuk melakukan kegiatan silaturahim melalui
pertemuan-pertemuan, menjadi media untuk membina para anggotanya, baik
dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan (IMTAQ) maupun
usahanya, Pembiayaan menjadi wahana dalam peningkatan ketrampilan hidup
(life skill) para anggota (nasabah)nya, dan memberikan ketenangan hati bagi
semua pihak, terutama anggota dan petugasnya
Dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa pernyataan beberapa
pemikir muslim yang mengatakan bahwa keuangan mikro Islam adalah sistem
konvensional minus bunga adalah tidak tepat karena pernyataan tersebut
mengindikasikan bahwa keuangan mikro konvensional telah ada terlebih dahulu,
kemudian keuangan mikro Islam baru muncul setelahnya - dengan hanya tidak
menggunakan atau menerapkan sistem bunga. Semestinya berdasarkan acuan
sejarah yang dikaji dalam penelitian ini telah membuktikan bahwa keuangan
mikro Islam itu ada terlebih dahulu tapi kemudian direduksi oleh masyarakat
barat kapitalis dengan menghilangkan prinsip keadilan, kemitraan dan persamaan
dalam lembaga keuangan dengan menerapkan bunga.
Prinsip-prinsip keuangan mikro Islam yang ditemukan dalam penelitian
ini merupakan hasil sintesis antara prinsip keuangan syariah dengan prinsip
keuangan mikro modern yang menghasilkan fitur-fitur dalam produk
pembiayaan keuangan mikro Islam yang meliputi variabel sasaran pembiayaan,
variabel tujuan pembiayaan, variabel akad pembiayaan dan variabel jaminan
pembiayaan. Variabel-variabel tersebut diteliti dan dianalisis dengan
menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) yang akan
memperlihatkan hasil hubungan variabel-variabel tersebut terhadap performance
lembaga yang mempraktekkan keuangan mikro Islam.
150
Dimensi ruhiyah yang menjadi landasan gerak dalam keuangan mikro
Islam meliputi , (1) Prinsip keadilan (justice), (2) Prinsip keterbukaan dan
kejujuran (transparance & fairness). dan Prinsip kemitraan (partnership), dan
Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang prinsip-prinsip keuangan
mikro yang telah menjadi landasan praktek dalam dunia keuangan mikro. Prinsip-
prinsip keuangan mikro yang dimaksud, antara lain : (1) Skala dan kedalaman
jangkauan pembiayaan, (2) Keberlanjutan (sustainability), (3) Pemberdayaan
(social intermediatory), (4) Komersial (financial intermediatory).
Pengaplikasian prinsip-prinsip kepatuhan dalam keuangan mikro Islam di
Indonesia pada hakekatnya juga pengejawantahan dari asas dan prinsip ekonomi
yang diamanahkan Undang-Undang Dasar 1945. Asas dan prinsip yang
mengajarkan bahwa pembangunan mestinya ditujukan untuk membangun rakyat
agar mendapatkan pekerjaan, penghidupan yang layak, memperoleh pendidikan
dan kesejahteraan secara implisit terkandung dalam prinsip-prinsip keuangan
mikro Islam tersebut.
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan fenomenologi
kuantitatif ini diperoleh temuan bahwa lembaga-lembaga keuangan yang
mempraktekkan keuangan mikro Islam menempati pada kuadran tingkat
kepatuhan yang berbeda. LKMS yang menerapkan prinsip-prinsip kepatuhan
berada pada kuadran ketiga dan LKMS yang berada pada posisi ini memiliki
performance lembaga yang baik. Sedangkan temuan kedua memperlihatkan
bahwa variabel-variabel kepatuhan yang mempengaruhi secara langsung dan
berarti (significant) terhadap performance lembaga adalah variabel sasaran
pembiayaan dan variabel tujuan pembiayaan, sedangkan variabel akad dan
variabel jaminan pembiayaan tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini
berimplikasi pada tingkat kinerja (performance) lembaga yang ditunjukkan ada
korelasi yang sangat kuat dari analisis kuantitatif tersebut. Berdasarkan data
sampel dalam penelitian ini yang berjumlah lima belas LKMS di seluruh
Indonesia, diperoleh hasil bahwa LKMS yang berada pada posisi tertinggi dalam
tingkat kepatuhannya terhadap syariah memiliki tingkat kinerja dan performance
yang tinggi pula, sebaliknya LKMS yang berada pada posisi paling rendah
tingkat kepatuhannya memiliki tingkat performance yang buruk.
B. Saran
Pendekatan baru dalam dunia perbankan perlu dilakukan baik dari sisi
paradigmanya maupun sistem operasinya, sehingga mampu menyentuh
masyarakat ekonomi paling bawah. Jika dunia perbankan bersedia menerapkan
prinsip-prinsip kepatuhan dalam mendesain produk dan pelayanannya, maka
tujuan pembangunan ekonomi nasional maupun target dalam MDGs, Insya Allah
dapat terwujud dalam waktu yang tidak terlalu lama, karena berarti Bank Umum
dapat memberikan pelayanan kepada semua lapisan masyarakat (ekonomi bawah,
menengah dan atas) melalui produk keuangan mikro, tentunya dengan
menggunakan metode dan pendekatan yang tepat dalam mendesain produk
pembiayaannya.
189
RIWAYAT PENULIS
enulis dilahirkan di Kota Batik, Pekalongan 12
Februari tahun 1972. Mantan Ketua Kelas sejak kelas 1-6 di
Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah (MIS) Tegalrejo, lalu menjadi
Ketua OSIS di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)
Pekalongan, dan ketika masuk ke SLTA juga menjadi Ketua
OSIS di SMAN 2 Pekalongan. Melanjutkan kuliah di Fakultas
Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
Purwokerto.
Sejak kuliah penulis sudah aktif di berbagai organisasi
kampus, pernah menjabat Ketua Umum Koperasi Mahasiswa UNSOED, dan pernah
menjadi Pemimpin Redaksi dan Pemimpin Umum Majalah Ekonomi “MEMI” FE
Unsoed. Lulus S1 tahun 1996 dan meniti karier di KOSPIN JASA Pekalongan sebagai
karyawan tetap dan sekaligus menajdi Dosen Tetap di Universitas Pekalongan
(UNIKAL), sambil melanjutkan S2-nya di Program Pasca Sarjana UNSOED yang lulus
pada tahun 1998.
Tahun 1999, setelah selesai S2, Penulis merantau ke ranah minang “Padang-Sumbar”,
bersama dengan teman-temannya membantu sebuah Yayasan Pendidikan untuk
membuka dan mendirikan Program Pascasarjana Magister Manajemen (MM) yang
Pertama di Sumatra Barat. Selama di Yayasan, Penulis mengajar di beberapa perguruan
tinggi dari D3, S1 dan S2.
Tahun 2001 kembali ke tanah kelahiran, Pekalongan. Bersama pengusaha Pekalongan
mendirikan Perusahaan Trading, Eksportir, dan perguruan tinggi “Politeknik” dengan
membuka program studi “Teknik Batik” yang pertama dan satu-satunya di Indonesia.
Tahun 2004, kembali merantau ke Ibu Kota. Bekerja sebagai karyawan di PT. Bangun
Pusaka Jakarta sebagai Manajer Keuangan selama 1 tahun, dan tahun 2005 masuk ke
dunia perbankan sebagai Direktur di PT. BPR Tritama Lumbung Cemerlang sampai
tahun 2007. Sembari bekerja sebagai Direksi BPR, Penulis juga aktif mengajar di
beberapa Perguruan Tinggi di Jakarta, antara lain: Universitas Taruma Negara
(UNTAR), STIE Pelita Bangsa Bekasi, dan GICI BUSINESS SCHOOL. Setelah
diterima sebagai mahasiswa Program Doctoral dengan konsentrasi Ekonomi Islam
(Februari 2007) di UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) Syarif Hidayatullah
P
190
Jakarta, maka Penulis mengundurkan diri secara terhormat dari jabatan dan pekerjaan
di Bank Perkreditan Rakyat (BPR)..
Saat ini Penulis masih aktif mengajar di beberapa Perguruan Tinggi di Jakarta, Depok,
dan Bandung, antara lain : Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Departemen
Perindustrian RI, Fakultas Ekonomi UNPAD Bandung, dan GICI Business School.
Beberapa jabatan akademik yang pernah dipegang oleh Penulis adalah :
(1) Wakil Direktur I Program Pascasarjana Magister Manajemen (MM)
STIE (UNIVERSITAS PUTERA INDONESIA – UPI YPTK PADANG,
sekarang).
(2) Ketua STIE YPTK Padang tahun 2000-2001
(3) Direktur Politeknik Pusmanu Pekalongan, tahun 2002-2003.
(4) Pembantu Ketua I STIE GICI (GICI Business School) Depok, tahun
2005 sampai sekarang
Suami dari Drg. Ari Kurniasih dan bapak dua putra (Avecenna Karim Ahmad dan
Averroes Raihan Ahmad) ini bercita-cita ingin menyeimbangkan antara dunia kerja
(praktek) dengan keilmuan (teori). Pemegang sertifikasi Direktur Bank dari Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan LSP CERTIF ini juga telah memiliki jenjang
kepangkatan Dosen dari Dirjen Dikti Pendidikan Nasional dengan jabatan terakhir
LEKTOR. Maka selain mengajar, semenjak Presiden RI mencanangkan tahun 2005,
sebagai TAHUN KEUANGAN MIKRO. Penulis aktif sebagai anggota Konsultan
Keuangan Mitra Bank bagi UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Saat ini
Penulis aktif sebagai konsultan dengan spesialisasi SHARIAH MICROFINANCE.
Beberapa pekerjaan profesional yang pernah dilakukan Penulis, antara lain :
a. Shariah Microfinance Institution (MFI) Training di Meulaboh,
Nanggroe Aceh Darussalam bulan Agustus 2007; yang didanai
oleh Mercy Corp.
b. Consulting of Shariah Microfinance di Meulaboh, bulan
Oktober 2007. didanai oleh Mercy Corp.
c. Trainer for Loan Officer Training di PT. BANK BPD Aceh,
bulan Januari 2009, didanai oleh Asean Development Bank
(ADB).
d. Mentoring of Account Officer di PT. BANK BPD Aceh selama
2 (dua) bulan, Februari – Maret 2008.
e. Trainer dan Mentoring untuk Produk Pembiayaan Tijaroh
Agribisnis pada Bank BPD Aceh Unit Usaha Syariah, Desember
2008 – Februari 2009.
f. Reviewer SOP Bank BPD Aceh Syariah, bulan April – Mei
2009.
191
g. Trainer dan Mentoring Produk Baru Kredit Mikro di Bank BPD
Aceh, bulan Juli – September 2009.
h. Trainer pada Workshop Manajemen Risiko untuk Direksi Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) di Aceh bulan Mei 2010.
i. Trainer pada Workshop Koperasi Jasa Keuangan Syariah
(KJKS) se-Propinsi Jawa Barat di Bandung, bulan Agustus
2010;
j. Menjadi Ketua Tim Proyek Sertifikasi Manajer LKM seluruh
Indonesia dari Departemen Kelautan dan Perikanan RI tahun
2010.
k. Trainer Workshop Manajemen Risiko BPRS dan KJKS (LKMS)
di Bandung – Jawa Barat yang diselenggarakan oleh UKM
Center Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Prestasi Nasional terakhir yang diraih :
Sebagai Pemenang Lomba Penyusunan Skim Alternatif Pembiayaan Kredit UMKM
Tingkat Nasional Tahun 2009 yang diselenggarakan oleh Kementerian Koperasi dan
UKM RI.
Hasil Karya Tulis yang dipublikasikan :
1. BUKU STUDI KELAYAKAN, Penerbit PT. Elexmedia
Komputindo Jakarta, edisi pertama terbit tahun 2007;
2. Account Officer for Commercial Microfinance, Penerbit
PT. Graha Ilmu Yogyakarta, edisi pertama terbit tahun
2009;
3. Kamus Istilah Ekonomi Islam, diterbitkan tahun 2009
oleh PT. Elexmemedia Komputindo Jakarta;
4. Konsep dan Implementasi Commercial & Grassroots
Microfinance, diterbitkan oleh PT. BANK BPD ACEH
5. MARKETING IN BUSINESS, Penerbit PT.Mitra
Wacana Media, Jakarta; tahun 2010.
Penulis bisa dihubungi di : www.islamicmicrofinance.blogspot.com atau
www.ahmadsubagyo.com via email ke : [email protected] .
151
DAFTAR INDEKS
Abdul Gafoor, 22
Abu Bakar al Shiddiq, 27, 28
Abu Yusuf, 35, 36, 40
Ah}laq, 63
Ahli syariah, 9
Ajaz Ahmed Khan, 22
Akad, 7, 15, 33, 34, 47, 62, 73, 74, 75, 102, 104, 105, 106
Albertus Magnus, 40
Al-Ghozali, 36, 38
al-Hadith, 20, 73
Ali Ibn Abi Thalib, 32, 33
al-Maqashid al-Syariah, 38, 64, 65
Al-Quran, 71, 73
al-Razi, 35
Apartheid financial, 24
Ariyah, 33
Asian Development Bank (ADB), 3, 99
Atsrah, 30
Bani Umayyah, 35
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), 49, 93, 116
Bayt al Ma>l, 5, 48, 49
Bayt al-Ma>l ah}mas, 29
Bayt al-Ma>l al-zakah, 29
Bayt al-Ma>l d}awa’i, 29
Bayt al-Ma>l fa’i, 29
Bayt al-tamwil, 48
Credit Union (CU), 4, 79, 81, 83, 91
152
Data nominal kuantitatif , 15
Data Primer, 11
Data Sekunder, 11
Dewan Hisbah, 37
Dimensi Ruhiyah, 62
Dirham, 95
Diwan, 35, 37
Edib Smolo, 7
Edmund Husserl, 11
Evolusi keuangan mikro, 18, 20, 21, 49
Fatwa MUI, 102, 115
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), 105
Fenomenologi, 93
Fiqh sunnah, 113
Founding Fathers, 4
Grameen Bank, 3, 4, 6, 60, 61, 81, 121, 117, 124
Hans Seibel, 8
Henry Fayol, 29
Hiwalah , 33
Ibnu Khaldun, 35
Ibnu Sina, 35
Ibnu Taimiyah, 36
Ijarah, 33, 51
Ijarah Mumtahiya bi Tamlik, 33
Infaq, 25
Intelektual muslim, 20, 56
Intermediasi sosial, 92
Islamic Development Bank (IDB), 3, 123
Islamic Microfinance, 1, 2, 3, 4, 8, 9, 22
Itsar, 30
153
Jaminan, 3, 62, 81, 83, 87, 103, 106, 112, 114
Jizyah, 27, 28, 29, 35, 37
Kafalah, 33, 34
Kemiskinan, 24, 28, 32, 37, 43, 46, 53, 56, 57, 58, 84, 87
Keuangan mikro Islam, 5, 7, 10, 44, 48, 62, 63, 64, 73, 76, 87, 116, 119, 121, 149
Kharaj, 35, 36
Khulafaur Rasyidin, 20, 21
Khums , 27, 28
Kualitatif, 11, 13, 17, 16
Kuantitatif, 11, 13, 17
Lack Of Guarantee, 22
Lembaga Keuangan Bank, 21
Level of outreach, 9, 140
Linear structural relation (Lisrel), 18
M.Amin Aziz, 5, 17, 16, 48, 48, 49, 124, 126
Mainstream, 3, 4, 7, 7, 9, 23, 40, 41
Metodologi, 3, 4, 5, 11, 18
Microcredit, 2, 21, 44
Microsaving, 21
Microenterprises, 14, 21
Microfinance Task Force, 3
Microfinance 1, 2, 3, 4, 8, ,9, 10, 21, 22, 23
Microinsurance, 21
Millennium Development Goals (the MDGs), 2
Miskin produktif, 21
Modal Sosial Islam, 9, 10
Model, 4, 5, 6, 7
Mohammad Obaidullah, 7
Mu’amalah, 33
Mudarabah, 42, 49, 50
154
Muhammad Keequzzaman, 9
Muhammad Yunus, 3, 24, 44, 60, 61
Murabahah, 44, 49, 50, 102, 108, 109, 110, 135
Musaqat, 33
muzara’ah, 33
Non Performaing Financing (NPF), 3, 124, 130, 131, 136, 144, 145
Pemberdayaan Umat, 26, 27
Pembiayaan, 3, 5, 15, 18, 21, 22, 23, 24,
Pendekatan phenomenologi, 11
Penelitian survei, 11, 12, 13, 14
Performance Lembaga, 8, 19
Piotr Sztompka, 20
Plafon pembiayaan, 6
Prinsip Kepatuhan, 148, 149
Prinsip Keuangan Mikro Modern, 122, 128, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 146,
149
Profit sharing.42
Qardhul hasan, 34
Rahn, 45
Rentenir, 100
Risk Sharing, 7
Revoluis Hijau, 43
S}adaqah, 25
Sasaran pembiayaan, 6, 15, 143, 144, 145, 148, 149
Sejarah Pemikiran, 26
Self Help Group (SHG), 4
Semantik deferensial scala, 13
Skala Guttman, 13
Skala Likert, 14
Sri Edi Swasono, 4
155
St. Thomas Aquinas, 40
Structural Equation Modeling (SEM), 18
Summa Theologica, 40,
Teknik purposive sampling, 13
The History of Arab, 27
The Irish Loan Fund System, 41
The Village Bank , 4, 81, 83, 91
Tujuan Ekonomi Islam, 7
Umar Ibn al-Khattab, 27, 28, 29, 30, 31, 32
Undang-Undang Dasar 1945, 4, 149
Ushul Fiqh, 119
Usaha Mikro, 9, 14, 21, 44, 56, 94, 100, 101
Usman Ibn Affan, 32, 33
Wadiah, 33, 34
Wakilah, 33
Widiyanto, 9
Zakah, 25
DAFTAR PUSTAKA
BUKU TEKS (TEXTBOOKS)
Abd al-Malik ibn Yusuf Abu al-Ma'ali al-Juwaini, Al-Burhan fi Usul al-Fiqh , Kairo: Da>r al-Ansar,1400 H.
Al-Gazali, al-Mustasfa min Ilm al-Us}ul , Kairo: al-‘Amiriyah, 1412
Al-Shatibi>, al-Muwa>faqa>t fi> Us}u>l al-Shari>‘ah. Kairo: Musthafa Muhammad, t,t.
jilid 2
Al-Ghozali, Mizan al-Amal , Kairo: Dar al-Ma’arif, 1964
Al-Nuwayri>, Niha>yat al-‘Arab Jilid IV (Kairo,1925)
Antonio, M.S. Bank Shari’ah, dari teori ke Praktek. Cetakan Kedua. Jakarta :
Penerbit Gema Insani Press, 2001.
Arthur, dkk. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : Penerbit Salemba
Empat, 1999
Aziz, M.Amin., Kegigihan sang Perintis, Jakarta: Embun Publishing, 2007
Aziz, M.Amin., Islamic Microfinance Institution in Indonesia: Outlook &
Prospect. Jakarta : Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia, 2010.
Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Bandung: Nuansa
dan Nusamedia, 2004.
Firdaus, Muh, dkk.. Fatwa-Fatwa Ekonomi Shari’ah Kontemporer : Edukasi
Profesional Shari’ah. Penerbit: Renaisan, Jakarta. 2007
Gafoor, Abdul.ALM.. Interest-Free Commercial Banking. Groningen : Apptec
Publications, , 1997
Gamal-el, Mahmoud.. Islamic Finance Law : Economics, and Practice. New
York: Cambridge University Press. 2006
Ghazali, Agil,Abod.. An Introduction to Islamic Economics & Finance. Kuala
Lumpur – Malaysia : Published by CERT Publication, 2005
Ghazali, Imam. Structural Equation Modelling. Semarang: Badan Penerbit
UNDIP, 2008.
Helms, Brigit.. Access for All, building inclusive financial shstems. Consultative
Group to Assist the Poor (CGAP). Washington DC. USA : The World
Bank.. 2006
Hitti, Phillip.,K. History of the Arab (terjemahan). Cetakan ke-2. Jakarta:
Penerbit Serambi Ilmu Semesta. 2006
Homoud,S.,M. Islamic Banking, TheAdaption of Banking Practice to Conform
with islamic Law. London : Arabian Information, 1985
Honohon, Patrick. Cross-Country Variations in Household Access to Financial Services. Washington, D.C : Presented at the World Bank Conference on
Access to Finance,., 15 March. 2007.
Iqbal, Zamir. and Mirakhor, Abbas.. An introduction ti Islamic Finance Theory
and Practice. Singapore : John Willey & Sons. 2008
Islamic Banking and Finance. London: Butterworths 1996.
Izzuddin ibn Abd al-Salam, Qawa’id al-Ah}kam fi Masa>lih al-‘Anam. Kairo: al-
Istiqamat, t.t.
Ibrahim, Yusuf, al-Nafaqat al-‘A<mmah fi> al-Isla>m: Dira>sah Muqa>ranah. Da>r al-
Kita>b al-Jama‘i>, 1980
Ibn Quda>mah, Al-Mughni> Juz V, 492
Ibn Kathi>r, Al-Ka>mil fi al-Ta>ri>kh, Juz II. t.t
Ibn Rushd, Bida>yatul al Mujtahid , jilid ll , t.t Jaffer, Sohail. Islamic Retail Banking and Finance. Global Challenges and
Opportunities. United Kingdoms : Published by Euromoney Books.. 2005
Karim, Adiwarman Azwar. Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Makro..
Jakarta: Karim Business Consulting, 2001.
Khan, Fahim, dkk. Money and Banking in Islam. International Center for
Research in Islamic Economics Jeddah: King Abdul Azis University,2007
Khan, Fahim. Essays in Islamic Economis. Leicester, UK : The Islamic
Foundation. 1995
Mart}an Sa‘i>d Sa‘ad, Al-Madkhal li al- fikr al-Iqtis}a>d fi> al-Isla>mi>, Bayru>t: al
Mu’assasah al-Risa>lah,t.t
Mannan, M.A. Financing Development in Islam. , Jeddah: IRTI and Islamic
Development Bank, 2005
Martin, dkk.. Manajemen Keuangan (Prinsip-prinsip dan Aplikasi) Jilid 1.
Jakarta : Penerbit PT.Indeks, 2004
Marzuki, dkk.. Pengetahuan Dasar Pasar Modal. Penerbit Institut Bankir
Indonesia bekerjasama dengan Jurnal Keuangan dan Moneter, Jakarta.
1997
Masdar F. Mas'udi, "Meletakkan Kembali Maslahat Sebagai Acuan Shari'ah"
Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur'an No.3, Vol. VI Th. 1995.
Metwally,. Teori dan Model : Ekonomi Islam, diterjemahkan oleh M.Husein
Sawit. Jakarta.: PT. Bangkit Daya Insani, 1995
MicroRate & Inter-American Development Bank. Technical Guide, Performance
Indicators for Microfinance Institution. Washington, D.C: The World
Bank, 2003
Moore, Phillip. Islamic Finance, A Partnership for Growth. London : Published
by Euromoney Books, 1997.
Muhadjir, Noeng.. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi III. Yogyakarta : Rake
Sarasin. 1996
Muhammad Sa'id Ramdan al-Buti, Dawabit al-Maslahah fi as-Shari’ah al-
Islamiyah. Beirut: Mu'assasah ar-Risalah,1977
Muhammad Abdul Mun’im Ghafar, al-Iqtis}ad al-Isla>mi: al-Iqtishad al-juz’i Jilid
3. Irak: Da>r al-Bayan, 1985
Mumtaz Ahmad (ed), Masalah-Masalah Teori politik Islam, Bandung: Mizan,
1994.
Mustafa Zaid, al-Mas}lahat fi at-Tashri'i al-Islami wa Najmuddin at-Tufi, Mesir:
Da>r al-Fikr al-Arabi,1954
Martin,K. A Note on The Evolution of Development Thinking. Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Vol. XXXII No. 3, September.Jakarta: LPEM-
FEUI,2008
Najmuddin at-Tufi, Sharh al-Hadith Arba'in an-Nawaiyah dalam Mus}tafa Za‘id.
1954.
Nasution, H., Islam Rasional. Cetakan ke-5. Bandung : Penerbit Mizan, 1994
Nazir, Muh. Metodologi Penelitian. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia, 2003.
Nining J . Keuangan Mikro Indonesia (Profil dan Perkembangan). Buku 1.
Jakarta : Penerbit UKM Center-UI. 2008.
Nur A. Fadhil Lubis, Hukum Islam dalam Kerangka Teori Fikih dan Tata Hukum
Indonesia, Medan :Pustaka Widyasarana,1995.
Nyazee. Imran A Khan.. Islamic Law of Business Organization. Kuala Lumpur:
IRTI & IDB, 2006
Obaidullah, Moh.. Introduction to Islamic Microfinance. New Delhi : Sunduz Art
and Graphics. 2008
Ohmae, Kenichi, (). The Next Global Stage. Challenges and Opportunities in Our
Borderless World. Pearson Education, Inc. New Jersey: Upper Saddle
River,. 2005
Rawls, John . A Theory of Justice, London: Oxford University press, 1973
Rhyne and Rotblatt,. What makes them Tick? (exploring the anatomy of Major
Microenterprises Finance Organization). ACCION International. 1997
Rivai, dkk. Bank and Financial Institution Management. Penerbit PT. Rajawali
Press : Jakarta. 2007
Rivai, dkk. Credit Management Handbook. Jakarta : Rajawali Press, 2006
Rivai,Veithzal, dan Idroes. Bank and Financial Institution Management :
Convenstional & Sharia Shstem. Jakarta : Rajawali Pers, 2007.
Rizky, Awalil. Majidi , Nashith. Neo Liberalisme : mencengkeram Indonesia.
Jakarta : E-Publishing Company, 2009.
Robinson, Marguerite.. The Microfinance Revolotion, sustainable finance for the
poor. Washington DC : World bank.. 2006
Rohmatin Bonasir . Wartawan, BBC Siaran Indonesia . 26 Januari, 2009 -
Published 13:24 GMT,
Rondrigues, Juana. Financial Services to Rebuild Livehoods in Aceh. Convened
by Microfinance Conference. ILO. 2005.
Roodman, David.. Microfinance as Business. New York: Center Global
Development. 2006
Swasono, Sri-Edi. Mutualism & Brotherhood. Yogyakarta: UGM , 2010
………., Menolak Liberalisme : Kembali ke Ekonomi Konstitusi. Jakarta:
BAPPENAS, 2010
………., Kelengahan Kultural dalam Pemikiran Ekonomi. Jakarta: BAPPENAS,
2010
Segrado, Chiara.. Case Study: Islamic Microfinane and Social Responsible
Investment. Italy : University of Torino. 2005
Seibel, Hans, D.. Islamic Microfinance in Indonesia. Eschborn : Deuthche
Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ). 2005
Sabiq, Sayd. Fiqih sunnah, jilid 13 (Kairo,t.t.)
Shed Omar Shed Agil, Aidit Hj.Ghazali. Reading in The Concept of
Methodology of Islamic Economics.Kuala Lumpur: CERT Publication,
2005.
Shadr, Ash-.Muhammad Baqir.. Buku Induk Ekonomi Islam (Iqtishaduna).
Terjemahan. Jakarta: Penerbit Zahra,. 2008
Subagyo, A. Purnomo, B. Grassroot and Commercial Microfinance, Konsep dan
Implementasi.Banda Aceh: Penerbit Bank BPD Aceh. 2009.
Subagyo, Ahmad.,Purnomo, Budi. Account Officer for Commercial Microfinance. Yogyakarta : PT. Graha Ilmu,2009.
Sutrisno,. Manajemen Keuangan ( Teori, Konsep dan Aplikasi ). Yogyakarta :
Penerbit EKONISIA FE-UII, 2007
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Penerbit Alfabeta, 2009
Shamsudidin Muhammad ibn Abi Abbas, Nih}a>yatu Al Muh}taj Ila Sharah Al
Minhaj , Jilid 4. Beirut-Libanon: Da>r Al Fikr,1984
Tanco, Jr., A.R.. Prologue. The first of all impertive. Banish hunger in our time.
Dalam: j.W. Rosenblum (ed), Agriculture in the Twenty-First Century. A
Wiley-Intercience Publication. New York : John Wiley & Sons.. H 1-11.
1983
The World Bank office Jakarta, Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia, November 2006 .
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam lintasan sejarah, cet VIII, Yogyakarta:
kanisius, 1995.
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006.
Weber, Max., The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, , New York :
Charles Scribner’s Son. 1968
Weston & Brigham, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 9, Jilid 1 Jakarta:
Erlangga, 1998.
Yunus, Muhammad. . Bank Kaum Miskin. Terjemahan. Serpong : Marjin Kiri,
2007
HANDBOOK
Microfinance Consensus Guideline. Published by CGAP. The World Bank.
Washington DC. USA.
Ledgerwood, J.. Microfinance handbook, An Institusional and Financial
Perspective. Internatinal Bank for Recontruction and Development.
Toronto, Canada : The Word Bank,. 2008
Standar Operasi dan Prosedur (SOP) Pembiayaan Bank BPD Aceh Unit Usaha
Syariah , 2008
Standar Operasi dan Prosedur (SOP) LKMS PT.Permodalan Nasional Madani
(PNM), 2007
Standar Operasi dan Prosedur (SOP) LKMS Aceh Micro Finance (AMF), 2006
Standar Operasi dan Prosedur (SOP) Yayasan Mitra Dhuafa (YAMIDA), 2007
JURNAL ILMIAH
Ahmed, Habib .. dalam artikelnya berjudul Frontiers of Islamic Banking : A
shnthesis of Social Role and Micro Finance. Jeddah. : IRTI & Islamic
Development Bank2004
------------------ 2002. Financing Microenterprises: An Analitical Study of Islamic
Microfinance Institutions. Islamic Economic Studies. Vol. 9, No.2, March
2002.
Barr, Michael S., Microfinance and Financial Development, The John M. Olin
Centre for Law & Economics Working Paper Series, University of
Michigan Law School, p. 271. 2005
Churchill, Craig. Moving Microfinance Forward, Ownership, competetion, and
control of Microfinance Institution. Washington DC, USA : Microfinance
Network,. 1998.
Farook, Sayd. Social Responsibility. Islamic Banking & Finance Volume Six
Issue Five Number 20. 2009.
Fernando, Nimal. Low-Income Household Access to Financial Services. Asean
Development Bank. 2007.
Ferro, Nicoletta. Value Through Divesrity : Microfinance and Islamic Finance
and Global Banking. Milano –Italy : Fondazione Eni Enrico Mattei. 2005.
First International Islamic Conference, Kumpulan Makalah, vol.1.
Hattel, Kelly. Microfinance Network. Microfinance Clients, Product, Services
and Market Niches. Article of Convened in Bali, Indonesia. 2004.
Khan, Tariqullah,. Islamic Microfinance Development (Challenges and
Initiatives). Policy Dialoge Paper No. 2. Jeddah : IRTI-IDB, 2008
Khan, Muh.,Akram. Rural Development Through Islamic Banks. Leicester. UK :
The Islamic Foundation, 1994.
Latifee, ‚the Experience of Grameen Bank‛, Presented at the Conference on Deepening Financial Sector Reforms and RegionalCooperation in South Asia‛ held at the Gulmohar Hall, India Habitat Centre, Lodi Road,New
Delhi-110003, India, November 06 – 07, 2008
Rhyne, Elisabeth dan Otero ,Maria, ‚ The Changing Face of Microfinance:
Closing the Quality Gap‛, MicroBanking Bulletin, Issue 13, Autumn
2006. 3
Range, Mathias.. Islamic Microfinance. German : RWTH Aachen University,
2004
Sabzwari, M.A. ‚Economic and Fiscal Shstem During Khilafat E-Rashida‛,
Journal of Islamic Banking and Finance, Karachi, Vol. 1 No.4, 1984.51
Tarek S. Zaher dan M. Kabir Hassan, ‚A Comparative Literature Survey of
Islamic Finance and Banking,‛ Journal of Financial Markets,Institutions
& Instruments 10, no. 4 (New York: University Salomon Center –
Blackwell Publishers, Nov 2001), 184-185.
MANUAL
Buku Pedoman Penyusunan Proposal Tesis/Disertasi. 2008. Penerbit : Sekolah
Pascasarjana UIN Sharif Hidayatullah Jakarta.
Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel,
Makalah, dan Laporan Penelitian. Diterbitkan oleh Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM), tahun 2005.
ANNUAL REVIEW
Obaidullah, Mohammed.. Model of Islamic Microfinance. IRTI & Islamic
Development Bank dalam Sanabel Fourth Annual Conference. 2008
International Finance Corporation (IFC). Overview of the Financial Market in Aceh., World Bank Group. 2008
Biro Pusat Statistik (BPS). Berita Resmi Statistik No. 43/07/Th. XII, 1 Juli 2009
UNDANG – UNDANG
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). Pasal 1.
SITUS INTERNET
www.wikipedia.org
www.wikipedia.org /wiki/model
www.ikhlasmedia.org
http://www.microfinance.com/#Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_kemiskinan
http:/www.rully-shumanda.blogspot.com/revolusi-hijau-gagal-
mensejahterakan.html
www.wikipedia.org/dimensi
http://mpra.ub.uni-muenchen.de/13746
www.gunadarma.ac.id/.../Pesat+Ekonomi+Full+Paper.pdf 20.17 WIB
GLOSSARY
Aqad: (عقد) ; àqd
Contract; Akad. Secara bahasa berarti ikatan (ar-ribthu), perikatan,
perjanjian dan permufakatan (al-ittifaq); Dalam fiqh didefinisikan dengan
irtibahu ijabin bi qabulin àla wajhin masyruin’ yatsbutu atsaruhu fi
mahallihi, yakni pertalian ijab (pertanyaan melakukan ikatan) dan Kabul
(pertanyaan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang
berpengaruh pada objek perikatan.
‘Ariyah : (عرية) ; àriyah
Pinjaman; meminjamkan suatu barang dari seseorang kepada orang lain
secara cuma-cuma. Para fuqaha’ mendefisikan ‘ariyah sebagai
‚pembolehan oleh pemilik akan miliknya untuk dimanfaatkan oleh orang
lain dengan tanpa ganti (imbalan). Ariya juga berarti pinjaman yang
digunakan tanpa biaya, meminjamkan suatu asset diantara kedua belah
pihak dengan persetujuan tidak ada biaya yang dikenakan.
Ah}lak : (أخالق) ; disposisi perilaku, kepribadian, moral dari seseorang.
Akhlak memiliki kedudukan yang sejajar dengan syariah, dan aqidah.
Sehingga manakala seseorang yang mengaku dirinya muslim (orang
Islam), maka perilaku, kepribadian dan tuntunan moralnya juga islami,
artinya sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dan tata cara kehidupannya
meneladani Rasulullah Muhammad SAW, sosok representasi yang
komprehensif dalam agama Islam.
Adl : (عدل) adalah keadilan
Distributive justice ; Adil adalah salah satu prinsip dalam kegiatan
ekonomi Islam. Distribusi dalam ekonomi Islam berdasarkan pada dua
nilai manusiawi yang sangat mendasar yaitu : nilai kebebasan dan nilai
keadilan.
(i) Kebebasan
Islam tidak menginginkan sistim ekonomi otoriter yang membelenggu
leher dan menentukan penghasilan karena 2 hal yaitu
- Keimanan kepada Allah dan
- Keyakinannya kepada manusia.
Keimanan kepada Allah, membuat manusia bebas dari penghambaan,
pengagungan atau ketakutan kepada pimpinan atau lainnya yang
dibesarkan, yang dikenal dengan istilah Thoghut. Percaya kepada
manusia, maksudnya percaya kepada fitrahnya, kesempurnaannya , dan
mempercayai kemuliaan dan kemampuannya yang membuatnya
berhak untuk menjadi khalifah di bumi Allah. Islam mengakui hak milik
pribadi , untuk memenuhi dorongan fitrah manusia yaitu kecintaan untuk
memiliki rasa kebebasan pada manusia adalah termasuk faktor
kebahagiaan pertama. Berbagai kebebasan manusia adalah suatu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan karena saling terkait dan berpengaruh. Orang
yang memiliki kebebasan ekonomi, akan mengendalikan arah politik.
Selanjutnya setiap individu memiliki kebebasan kepribadian manusia
dengan adanya kebebasan membolehkan kepemilikan pribadi . Diantara
buah kebebasan adalah: perbedaan penghasilan
(ii) Nilai Keadilan
Islam menganut prinsip keadilan , termasuk prinsip keadilan ; Perbedaan
pendapatan, pemerataan kesempatan , memenuhi hak para pekerja.
Keadilan berarti juga membedakan manusia sesuai dengan keahlian dan
kerja keras. Dalam surat az-zumar ayat 9 : ‚ Adakah sama orang-orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui‛
Bank : (بنـك) ; bank
Bank; badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Dhaman : (ضمان) ; dhomán
Jaminan utang, atau dalam hal lain menghadirkan seseorang atau barang
ke tempat tertentu untuk diminta pertanggungjawabannya, atau sebagai
barang jaminan.
Dinar : (دينار) ; dínár
Mata uang emas, dengan berat 71 ½ sy’ir atau kurang lebih 4,68 gram.
Rasulullah dan para sahabat menggunakan dinar dan dirham disamping sebagai
alat tukar juga dijadikan sebagai standar ukuran hukum-hukum syar’i, seperti
kadar zakat dan ukuran pencurian. Pada masa kenabian, uang dinar dan dirham
digunakan sebagai alat transaksi perdagangan oleh masyarakat arab. Masyarakat
Arab Quraish memiliki tradisi melakukan perjalanan dagang dua kali dalam
setahun, yaitu pada musim panas ke negeri Syam (Syria sekarang) dan pada
musim dingin ke negeri Yaman.(Hasan, 2005: 31). Hal ini dijelaskan dalam Al-
Quran surat Al-Quraisy ayat 1-4 :
"Karena kebiasaan orang-orang Quraish, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyambahTuhan pemilik rumah ini (Ka'bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan dari ketakutan" (QS Al-Quraisy:1-4)
Dirham : (درهام) ; dirhàm
Mata uang perak, dengan berat 2,295 gram. Dinar dan Dirham
dibedakan menurut beratnya. Mata uang Dinar mengandung emas 22
karat dan terdiri dari pecahan setengah Dinar dan sepertiga Dinar.
Pecahan yang lebih kecil didapat dengan memotong uang, Iman Ali
r.a misalnya pernah membeli daging dengan memotong 2 karat dari
Dinar (HR. Abu Daud). Dirham terdiri dari beberapa pecahan nash (20
Dirham), nawat (5 Dirham), dan sha’ira (1/60 Dirham).
Dewan Syariah Nasional (DSN) : ( مجمس الشرعي الوطني ) ; majlisu syar'i al-wathanì
singkatan pendek dari Dewan Syariah Nasional adalah Dewan yang
dibentuk oleh Majlis Ulama Indonesia (MUI) yang bertugas dan
memiliki wewenang untuk menetapkan fatwa tentang produk dan jasa
dalam kegiatan usaha bank syariah.
Fatwa : (فتوى) ; fatwà
Penjelasan tentang hukum Islam yang diberikan oleh seorang faqih
atau lembaga fatwa kepada umat, yang muncul baik karena adanya
pertanyaan maupun tidak. Di Indonesia Fatwa keagamaan (Islam)
dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Fiqh Muamalah : (فقه المعاممة) ; fiqhul mu’ámalah
Fiqh yang berkaitan dengan aktifitas perbuatan manusia dalam melakukan
interaksi dengan sesamanya, termasuk di dalamnya masalah ekonomi.
Fuqara' : (فقراء) ; fuqara’
adalah orang-orang yang belum memiliki usaha atau pekerjaan tetap
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Hawala : (حوالة) ; hawàlah atau dalam istilah lain hiwalah
adalah transfer hutang atau kewajiban dari seorang debitur kepada
orang lain
Ijarah : (إجارة) ; ijárah
Sewa-menyewa; Akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau
upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu
sendiri.
Ijarah Muntahiya Bittamlik : (إجارة منتهي بالتمميك) ; ijárah muntahiya bit tamlík
IMBT; sewa yang diakhiri dengan pemindahan pemilikan barang;
sejenis perpaduan antara kontrak jual-beli dan sewa atau lebih
tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di
tangan si penyewa.
Infaq : (إنفاق) ; infáq
Sedekah, nafkah; pemberian harta (selain zakat wajib) untuk kebaikan.
Infaq menjadi salah satu pintu masuk cara pendistribusian kekayaan dalam
ajaran Islam.
Itsar : (إيثار) ; ìtsàr
adalah mementingkan orang lain atas diri sendiri. Sifat ini mendorong
untuk berinfak kepada orang lain dengan mengesampingkan
kemanfaatan pribadi yang segera dapat dimanfaatkan.
Jizyah : (جزية) ; jizyah
Tax ; Pajak yang dibayar oleh kalangan non muslim sebagai
kompensasi atas sosial ekonomi, layanan kesejahteraan, serta jaminan
keamanan. Istilah jizyah berasal dari kata Jaza’ yang berarti
kompensasi. Dalam terminologi keuangan Islam, istilah tersebut
digunakan untuk beban yang diambil dari penduduk non muslim (ahl al-dzimmah) yang ada dinegara Islam sebagai biaya perlindungan
yang diberikan kepada mereka atas kehidupan dan kekayaan serta
kebebasan untuk menjalankan agama mereka. Disamping itu, mereka
dibebaskan pula dari kewajiban militer dan diberi keamanan sosial.
Keuangan Mikro Islam ( اإلسالمي للمالية املصغر ) Jasa keuangan yang melayani orang-orang yang berpendapatan rendah
Kafalah : (كفالـة) ; kafálah
Jaminan; akad penjaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil)
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung (makful ‘anhu, ashil); mengalihkan tanggung jawab
seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang
lain sebagai penjamin.
Miskin : (مسـاكين ); masàkin
Orang-orang miskin; orang yang tidak cukup penghidupannya dan
dalam keadaan kekurangan; termasuk salah satu golongan yang berhak
menerima zakat (mustahiq zakat).
Mudharabah : (مضاربة) ; Mudhárabah
Usaha yang berisiko (risky business); akad kerjasama usaha antara
pihak pemilik dana (shahib al-mal) dengan pihak pengelola dana
(mudharib) dimana keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati,
sedangkan kerugian ditanggung pemilik dana (modal). Aplikasi dalam
perbankan dari sisi penghimpunan dana berbentuk tabungan dan
deposito berjangka, sedangkan dari sisi pembiayaan berbentuk
pembiayaan modal kerja dan investasi. Istilah lain dari mudharabah
adalah muqaradhah dan qiradh.
Musaqah : (مساقة) ; musáqah
Akad kerja sama dalam pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan
penggarap, dimana pemilih lahan memberikan lahan pertanian kepada
si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan tertentu
berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil panen yang benihnya
berasal dari pemilih lahan; Aplikasi dalam lembaga keuangan syariah,
musaqah merupakan produk khusus yang dikembangkan di sektor
pertanian atau agribisnis dimana di penggarap hanya bertanggung
jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.
Murabahah : (مرابحة) ; murábahah
Mengambil keuntungan yang disepakati. perjanjian antara penanam
dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha guna
memperoleh keuntungan, dan keuntungan tersebut akan dibagikan
kepada kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati
Musharakah –al: (مشاركة) ; mushàrakah
Kerjasama adalah perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih ,
dimana pemilik modal membiayai suatu usaha sesuai dengan
persetujuan dan nisbah yang disepakati
Pembiayaan : ( تمويل ) tamwìl
adalah penyediaan dana dan atau tagihan berdsarkan akad
mudharabah dan atau musyarakah dan atau pembiayaan lainnya
berdsasarkan prinsip bagi hasil.
Prinsip Sh}ariah : ( مبادئ الشريعة ) ; mabàdiu syari'ah
dalam pengertian ekonomi Islam adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan
atau pembiyaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah.
Profit and Loss Sharing (PLS) : ( توزيع األرباح والخسائر ) ; tauzìul arbàh wal khasàir
Profit Sharing, bagi laba adalah bagi hasil yang dihitung dari
pendapatan pengelolaan mudharabah setelah dikurangi biaya yang
berkaitan langsung dengan pengelolaan dana mudharabah.
Qard al-Hasan : قرض الحسن : qardhul hasan
Pinjaman kebajikan; suatu akad pinjam meminjam dengan ketentuan
pihak yang menerima pinjaman tidak wajib mengembalikan dana
apabila terjadi force major.
Rahn : (رهن) ; rahn
Gadai; penyerahan barang sebagai jaminan untuk mendapatkan
hutang
Riba : (ربا) ; ribá
Tambahan, pengambilan tambahan dari harta pokok (modal) secara
bathil. Tambahan (ziyadah), tumbuh dan berkembang (usury); Riba
ada 3 macam, yaitu riba fadl, riba nasi’ah dan riba jahiliy.
Salah satu prinsip syariah utama dalam system ekonomi Islam adalah
pelarangan riba (prohibition of riba). Allah SWT dalam Al Qur’an
menyebutkan hingga empat kali mengenai pelarangan ini, bahkan
beberapa hadits Rasulullah SAW memperkuat pelarangan, dengan
tidak hanya terfokus pada pemungut riba tapi juga saksi, penulis dan
siapapun yang mendukung sebuah transaksi riba terjadi.
Shadaqah : (صدقة) ; shadaqah
Pemberian sesuatu dari seseorang kepada orang lain karena ingin
mendapatkan pahala. Pemberian sesuatu dari seseorang kepada orang
lain karena ingin mendapatkan pahala. Shadaqah berasal dari kata
shadaqa, yang berarti benar. Ia adalah pembenaran (pembuktian) dari
syahadat (keimanan) kepada Allah swt dan RasulNya, yang
diwujudkan dalam bentuk pengorbanan materi. Menurut istilah
agama pengertian shadaqah sama dengan pengertian infak, termasuk
di dalamnya hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika
infak berkaitan dengan materi, sedangkan shadaqah memiliki
pengertian yang lebih luas, menyangkut hal yang bersifat materi dan
non materi.
Wadi’ah : (وديعة) ; wadi’ah
Titipan (deposit); penempatan sesuatu di tempat yang bukan pemiliknya
untuk dipelihara. Ada dua definisi wadi’ah yang dikemukakan oleh ahli
fiqh. Pertama, ulama Madzhab Hanafi mendefinisikan wadi’ah dengan
‚mengikutsertakan orang lain dalam memelihara harta, baik dengan
ungkapan yang jelas, melalui isyarat‛. Kedua, ulama Madzhab Maliki,
Madzhab Syafi’I dan Madzhab Hanbali (jumhur ulama), mendefinisikan
wadi’ah dengan ‚Mewakilkan orang lain untuk memelihara harta
tertentu dengan cara tertentu‛. Wadi’ah dipraktekkan dibank syariah
sebagai titipan murni dengan seizing penitip boleh digunakan oleh bank.
Konsep wadi’ah yang dikembangkan bank syariah adalah wadi’ah yad
ad-dhamanah (titipan dengan resiko ganti rugi).
Zakat : (زكاة) ; zakáh
Suci, bersih dan tumbuh (zaka). Menurut istilah syara’ ialah
mengeluarkan sejumlah harta tertentu untuk diberikan kepada orang-
orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh syara’. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang
lima dan hukumnya adalah wajib.
170
Lampiran 1: Analisis Pengujian Kuesioner
Pengujian Instrumen Penelitian
Sebelum instrumen dipergunakan sebagai alat untuk mengambil data secara langsung
dari obyek penelitian, instrumen telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan rumus
berikutnya ini :
Uji Validitas
2222
YYnXXn
YXXYnr
Keterangan :
r = Koefisien Korelasi
X = Jumlah Skor item pertanyaan
Y = Jumlah Skor total item pertanyaan
n = Jumlah Sampel
Menentukan thitung dengan rumus :
21
2
r
nrthitung
Kriteria Uji Tolak Ho, jika | thitung | ‹ t;(n-2)
Dalam instrumen peneltitian ini terdapat 20 pertanyaan yang akan diuji validitasnya, dimana
masing-masing variabel (X) memiliki lima pertanyaan, adapun rincian dari variabel beserta
indikator-indikator dan bentuk pernyaannya.
Ada dua puluh pertanyaan dalam kuisioner penelitian ini. Karena tingkat pengukuran
skala dari kuesioner penelitian ini adalah ordinal, maka agar dapat diolah lebih lanjut harus diubah
terlebih dahulu menjadi skala interval dengan menggunakan Method of Succesive Interval (MSI)
Langkah – langkah untuk melakukan transformasi data adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil jawaban responden, untuk setiap pernyataan dihitung frekuensi
setiap pilihan jawaban
2. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pernyataan, hitung proporsi setiap
pilihan jawaban
3. Berdasarkan proporsi tersebut, untuk setiap pernyataan, hitung proporsi kumulatif
untuk setiap pilihan jawaban.
4. Untuk setiap pernyataan, tentukan nilai batas untuk Z pada pilihan jawaban
5. Hitung scale value (nilai interval rata-rata) untuk setiap pilihan jawaban melalui
persamaan berikut :
Kepadatan Batas Bawah - Kepadatan Batas Atas
Scale =
Daerah dibawah batas atas – Daerah dibawah batas bawah
171
6. Hitung score (nilai hasil transformasi) untuk setiap pilihan jawaban melalui
persamaan berikut :
Score = scale value + | scale valueminimum | + 1
Hasil pengolahan data dengan menggunakan sofware minitab ver.13 sebagaimana
terlampir (lampiran : 2) pada penelitian ini.
Sedangkan bentuk pertanyaannya sebagaimana terlampir (lampiran: 1) . Dengan menggunakan alat
bantu software minitab ver.13 diperoleh hasil sebagai berikut :
Berdasarkan hasil uji validitas di atas, maka semua pertanyaan adalah valid dan dapat
dijadikan sebagai instrumen penelitian.
Uji Reliabilitas
Rumus Spearman – Brown untuk Belah Dua :
2.1
2.1
1
)(2
r
rr xx
Keterangan :
xxr = Koefisien Reliabilitas Spearman – Brown.
r1.2 = Koefisien Korelasi antara Dua Belahan.
Menentukan thitung dengan rumus :
21
2
r
nrthitung
Kriteria Uji Tolak Ho, jika | thitung | > t;(n-2)
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)
Reliability Coefficients
N of Cases = 90.0 N of Items = 20
Correlation between forms = .4375 Equal-length Spearman-Brown = .6087
Guttman Split-half = .6064 Unequal-length Spearman-Brown = .6087
10 Items in part 1 10 Items in part 2
Alpha for part 1 = .5444 Alpha for part 2 = .6550
TABEL
Untuk N = 18 dengan alpha 5% adalah sebesar 0,468
Hasil uji reliabilitas diperoleh hasil semua pertanyaan memiliki nilai di atas t-tabel sebesar
0,468, sedangkan t-hitung untuk 10 pertanyaan pertama memiliki t-hitung sebesar 0.5444, dan t-
hitung kedua memiliki nilai, 0,6550. Dengan demikian seluruh pertanyaan dalam instrumen
penelitian tersebut memiliki keandalan (dapat dipercaya) sebagai alat pengumpul data serta mampu
mengungkap informasi yang sebenarnya di lapangan.1
1 Lihat Tumpal dan Sugiarto, Lisrel. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006. 71
172
Lampiran 2 : Analisis Portofolio Kepatuhan
Teknik Analisis Portofolio Kepatuhan
Penilaian dengan menggunakan analisis portofolio, yaitu penilaian yang
diperoleh dari hasil perhitungan persepsional responden (kualitatif) dan hasil perhitungan
penilaian scoring (kuantitatif).
Rumus Umumnya adalah sebagai berikut :
2
Re 21 rerataXrataXyariahKepatuhansNilai
Dimana :
X1 adalah nilai hasil rata-rata variabel kepatuhan syariah (X2 dan X3)
X2 adalah nilai hasil rata-rata variabel kepatuhan keuangan mikro (X1 dan X4)
Sedangkan X dicari dengan teknik sebagai berikut :
Nama
LKMS
No.
NO PENILAI
SKOR KOMPONEN
Sasaran Tujuan Akad Jaminan
1 Nasabah (3 orang) Rerata Rerata Rerata Rerata
2 Karyawan (1 orang) Rerata Rerata Rerata Rerata
3 Dewan Pengawas
Syariah (1 orang)
Rerata Rerata Rerata Rerata
4 Pimpinan (1 org) Rerata Rerata Rerata Rerata
Rerata komponen Rerata Rerata Rerata Rerata
Rerata total seluruh
komponen
RERATA TOTAL
2
Berdasarkan hasil analisis data responden, diperoleh sebaran LKMS dalam titik-titik koordinat
antara garis x dan garis y atau (X,Y) ke-15 LKMS sampel menempati pada Kuadran portofolio
berikut ini :
173
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 LKMS Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 3 3 5 2 1 4 2 3 3 5 4 3 3 4 5 2 5 5 2 2 1 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
2 4 3 5 4 5 4 2 3 3 4 4 4 2 4 1 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
3 3 3 3 3 2 4 3 2 2 3 3 2 2 3 1 1 3 3 2 1 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
4 4 3 4 5 4 5 2 3 4 5 5 3 1 5 4 2 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
5 5 3 4 3 2 5 1 3 3 4 5 3 2 3 4 2 4 5 2 2 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
6 3 3 5 3 2 4 2 2 3 5 4 3 1 4 5 2 5 5 2 2 6 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
7 4 3 5 5 1 5 2 4 4 5 1 5 5 5 1 3 5 5 3 5 7 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
8 4 3 4 3 3 4 2 3 3 5 5 4 4 4 4 3 3 5 4 3 8 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
9 5 4 5 5 1 5 2 3 4 5 3 4 5 2 2 3 3 5 4 3 9 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
10 3 4 3 3 4 5 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 10 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
11 3 3 3 4 2 4 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 11 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
12 4 3 3 3 1 4 1 3 4 5 1 5 5 3 4 3 4 4 3 3 12 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
13 3 3 4 4 3 5 3 3 5 5 5 5 3 5 5 3 5 5 4 3 13 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
14 2 3 4 2 1 5 2 2 3 5 5 4 2 5 5 3 5 5 5 3 14 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
15 3 4 5 4 1 5 1 2 3 5 5 5 3 5 5 4 5 5 5 4 15 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
16 1 3 4 2 3 3 2 1 4 5 5 3 3 4 5 3 4 5 1 1 16 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
17 2 5 5 3 3 4 2 2 3 4 4 5 3 3 5 3 4 4 5 3 17 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
18 3 4 4 3 3 5 3 3 4 5 4 4 2 4 1 1 4 5 3 1 18 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
19 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 3 19 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
20 3 3 5 3 3 4 2 2 3 4 5 5 3 3 5 5 5 5 3 3 20 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
21 3 3 4 2 2 4 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 4 4 4 3 21 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
22 4 3 4 2 2 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 22 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
23 4 3 4 4 3 4 3 3 4 5 3 5 4 4 4 3 5 3 3 2 23 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
24 3 3 3 3 4 4 1 3 3 5 4 4 3 3 5 4 4 3 4 3 24 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
25 3 5 5 1 1 5 2 4 5 5 5 5 5 5 4 2 3 5 2 2 25 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
26 3 5 5 1 1 5 2 4 5 5 5 5 5 5 4 2 3 5 2 2 26 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
27 3 5 5 1 1 5 2 4 5 5 5 5 5 5 4 2 3 5 2 2 27 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
28 3 5 5 1 1 5 2 4 4 5 5 5 5 5 4 2 3 5 2 2 28 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
29 3 5 5 1 1 5 2 4 4 5 5 5 5 5 4 2 3 5 2 2 29 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
30 3 5 5 1 1 5 2 4 4 5 5 5 5 5 4 2 3 5 2 2 30 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
31 4 5 4 3 2 5 5 3 4 4 4 5 1 4 4 5 5 5 5 4 31 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
32 4 4 3 3 2 5 4 5 5 5 4 5 1 4 4 2 5 5 5 5 32 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
33 5 4 3 3 3 4 4 5 5 5 3 4 1 3 4 2 5 5 5 5 33 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
34 4 4 3 3 2 5 4 4 4 5 4 5 1 3 5 3 5 5 5 4 34 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
35 4 5 3 3 1 4 5 5 5 5 5 5 1 5 4 3 5 5 5 4 35 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
36 4 4 5 3 1 4 5 5 5 5 5 5 1 4 4 4 3 4 4 4 36 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
37 4 2 4 2 3 5 3 3 3 5 5 5 2 5 5 2 5 5 4 2 37 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 5 5 5 5 5
38 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 4 4 4 3 38 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 5 5 5 5 5
39 3 2 4 2 3 4 3 3 3 4 4 4 2 4 4 2 4 4 5 2 39 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 5 5 5 5 5
40 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 4 4 2 4 5 2 5 5 5 2 40 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 5 5 5 5 5
41 3 2 4 2 2 4 3 3 3 4 4 4 2 4 5 2 4 4 5 2 41 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 5 5 5 5 5
42 4 3 4 2 3 4 3 3 3 4 4 5 3 5 5 3 5 5 5 2 42 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 5 5 5 5 5
43 4 2 3 3 2 4 2 3 4 5 5 5 1 5 5 5 5 5 4 3 43 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
44 3 4 5 3 3 5 1 3 3 5 5 5 1 4 5 5 5 5 5 1 44 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
45 4 3 3 4 3 4 2 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 3 45 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
46 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 2 1 3 5 5 5 4 5 3 46 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
47 4 3 3 4 2 4 3 3 4 4 5 2 1 4 5 5 5 5 4 3 47 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
48 4 3 3 4 2 4 3 3 4 4 5 2 1 4 5 5 5 5 4 3 48 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
Y2 Y3 Y4X1 X2 X3 X4 Y1
KEPATUHAN KINERJA LEMBAGA
1
2
3
4
5
6
7
8
174
Hasil Rata – Rata Terakhir adalah :
Data di atas diperoleh dari hasil perhitungan seperti di bawah ini :
49 3 3 4 3 3 4 5 3 3 5 5 4 1 5 5 1 4 5 1 1 49 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
50 3 4 5 3 4 4 5 4 3 5 5 5 2 5 5 3 5 4 5 1 50 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
51 3 4 5 3 4 4 5 3 3 4 4 5 3 4 4 3 4 5 3 2 51 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
52 3 4 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 4 1 3 4 4 3 1 52 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
53 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 4 4 3 2 53 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
54 2 3 4 3 2 5 3 2 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 2 54 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
55 4 4 5 4 1 5 5 2 2 4 5 5 1 4 5 3 4 4 5 2 55 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
56 5 3 3 3 2 4 4 3 2 5 5 4 3 5 4 3 5 4 5 2 56 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
57 5 4 4 3 1 5 4 3 3 5 5 4 3 5 5 2 5 4 4 3 57 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
58 5 4 5 3 2 3 4 3 2 4 4 3 3 4 5 3 5 5 3 2 58 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
59 5 3 5 3 3 4 4 3 3 5 5 3 3 5 4 3 4 4 5 2 59 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
60 4 3 4 2 2 4 4 2 2 4 4 4 3 5 4 2 5 4 4 4 60 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
61 3 3 5 2 3 4 2 2 1 4 4 4 1 4 1 1 3 4 3 1 61 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
62 3 3 3 3 5 4 2 2 2 3 3 3 2 4 4 3 4 3 3 2 62 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
63 3 4 3 3 5 5 3 3 5 4 3 1 1 3 1 1 3 4 5 4 63 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
64 3 4 5 2 1 5 2 5 1 4 4 4 1 4 1 1 3 4 3 4 64 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
65 3 4 4 2 1 5 2 3 3 4 4 4 1 4 4 2 3 4 3 3 65 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
66 4 5 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 66 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4
67 3 3 2 3 3 5 3 3 3 3 2 4 3 3 1 3 3 4 3 2 67 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
68 3 3 4 2 2 4 1 1 2 4 2 1 2 3 1 1 4 4 3 1 68 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
69 2 3 5 2 3 5 2 3 3 4 5 4 3 5 5 4 5 5 4 2 69 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
70 2 2 5 2 4 4 3 3 3 5 5 4 3 5 5 2 4 5 5 4 70 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
71 2 2 4 2 3 4 3 2 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 2 71 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
72 2 3 4 2 2 4 2 2 3 4 4 2 2 5 4 3 4 4 4 3 72 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5
73 2 2 5 3 5 5 2 3 4 5 4 4 3 4 4 3 5 4 5 3 73 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
74 5 4 4 4 2 5 2 2 3 5 3 5 1 4 5 1 5 5 2 4 74 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
75 4 5 4 4 5 5 3 4 4 5 4 5 2 4 2 5 5 5 5 3 75 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
76 4 5 5 4 5 4 3 3 4 5 4 4 2 4 5 4 5 5 5 3 76 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
77 2 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 1 2 1 1 4 5 3 3 77 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
78 4 3 4 4 4 5 2 2 2 4 4 5 1 3 3 3 3 3 3 4 78 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
79 2 4 4 2 4 5 2 2 3 4 3 5 2 3 4 3 5 4 3 3 79 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4
80 2 3 4 3 3 5 3 4 4 5 4 5 3 5 5 4 5 5 4 4 80 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4
81 2 4 5 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 5 4 3 5 4 3 81 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4
82 2 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 2 3 4 4 3 4 4 3 82 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4
83 4 3 5 3 3 4 1 4 4 5 4 4 3 3 1 4 4 5 3 3 83 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4
84 4 4 3 3 2 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 3 5 5 5 84 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4
85 2 3 4 3 4 3 3 3 3 5 5 3 1 5 4 2 4 4 4 1 85 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
86 2 4 5 3 4 3 3 3 3 5 5 4 1 5 4 1 4 5 5 2 86 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
87 2 3 1 2 3 2 2 3 2 4 3 4 2 3 4 1 5 4 4 2 87 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
88 2 3 4 2 3 2 2 3 2 4 3 4 2 3 4 1 5 4 4 2 88 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
89 4 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 2 4 4 4 2 89 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
90 2 3 4 2 2 4 2 2 3 4 3 5 3 4 5 3 5 4 4 2 90 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
13
15
9
10
11
12
14
LKMS X Y
1 3,5 3,2
2 3,6 3,4
3 3,9 3,4
4 3,4 3,6
5 4,5 3,8
6 4,0 3,4
7 3,7 3,5
8 3,6 3,7
9 3,8 3,4
10 4,0 3,8
11 3,2 3,2
12 2,4 2,1
13 3,2 3,8
14 3,8 3,7
15 3,6 3,2
rata-2 3,6 3,4
mean 3,6 3,4
175
TOTAL JML
1 2 3 4 5 6 NILAI Responden
1 SASARAN PEMBIAYAAN 1 3 3 4 4 3 3 20,4 6 3,4
TUJUAN PEMBIAYAAN 2 3 3 4 3 3 5 21,6 6 3,6
JENIS PEMBIAYAAN 3 4 4 4 3 4 2 19,8 6 3,3
BENTUK JAMINAN 4 3 2 4 4 3 2 18,4 6 3,1
2 SASARAN PEMBIAYAAN 1 3 3 3 4 3 4 20,2 6 3,4
TUJUAN PEMBIAYAAN 2 3 3 4 4 3 4 21,8 6 3,6
JENIS PEMBIAYAAN 3 4 3 3 3 4 3 20,8 6 3,5
BENTUK JAMINAN 4 3 3 3 4 4 4 21 6 3,5
3 SASARAN PEMBIAYAAN 1 3 4 3 3 2 3 18,8 6 3,1
TUJUAN PEMBIAYAAN 2 4 3 3 4 4 5 22,4 6 3,7
JENIS PEMBIAYAAN 3 3 4 4 5 4 5 24,4 6 4,1
BENTUK JAMINAN 4 3 4 3 5 4 4 22 6 3,7
4 SASARAN PEMBIAYAAN 1 3 4 3 3 3 3 19,2 6 3,2
TUJUAN PEMBIAYAAN 2 3 4 4 3 3 3 20,4 6 3,4
JENIS PEMBIAYAAN 3 3 4 4 3 4 3 20,6 6 3,4
BENTUK JAMINAN 4 3 3 4 4 4 4 20,6 6 3,4
5 SASARAN PEMBIAYAAN 1 3 3 3 3 3 15 5 3,0
TUJUAN PEMBIAYAAN 2 4 4 4 4 4 21 5 4,2
JENIS PEMBIAYAAN 3 5 5 5 5 5 24 5 4,8
BENTUK JAMINAN 4 3 3 3 3 3 14 5 2,8
6 SASARAN PEMBIAYAAN 1 3 3 3 4 3 4 20,2 6 3,4
TUJUAN PEMBIAYAAN 2 5 4 4 5 4 4 26,6 6 4,4
JENIS PEMBIAYAAN 3 4 4 4 3 4 4 21,8 6 3,6
BENTUK JAMINAN 4 4 4 4 4 4 5 26 6 4,3
7 SASARAN PEMBIAYAAN 1 3 3 3 3 3 3 16,8 6 2,8
TUJUAN PEMBIAYAAN 2 3 3 3 3 3 4 20,4 6 3,4
JENIS PEMBIAYAAN 3 4 4 4 4 3 4 23,4 6 3,9
BENTUK JAMINAN 4 4 3 4 3 3 4 21,2 6 3,5
8 SASARAN PEMBIAYAAN 1 3 3 3 3 4 3 19,6 6 3,3
TUJUAN PEMBIAYAAN 2 4 4 3 4 3 4 21,4 6 3,6
JENIS PEMBIAYAAN 3 3 3 3 4 4 4 21,8 6 3,6
BENTUK JAMINAN 4 4 4 4 4 4 4 25,4 6 4,2
9 SASARAN PEMBIAYAAN 1 3 3 4 4 3 17,2 5 3,4
TUJUAN PEMBIAYAAN 2 3 3 4 4 4 18,8 5 3,8
JENIS PEMBIAYAAN 3 3 3 4 4 4 18,8 5 3,8
BENTUK JAMINAN 4 3 3 3 4 4 17 5 3,4
10 SASARAN PEMBIAYAAN 1 4 3 4 4 3 17,8 5 3,6
TUJUAN PEMBIAYAAN 2 4 4 3 4 4 18,6 5 3,7
JENIS PEMBIAYAAN 3 4 4 4 4 4 21,2 5 4,2
BENTUK JAMINAN 4 4 4 4 4 4 19,8 5 4,0
11 SASARAN PEMBIAYAAN 1 3 4 3 3 3 4 20,4 6 3,4
TUJUAN PEMBIAYAAN 2 3 4 3 3 3 4 20,8 6 3,5
JENIS PEMBIAYAAN 3 3 2 3 3 3 4 17,8 6 3,0
BENTUK JAMINAN 4 3 3 3 3 3 4 18,2 6 3,0
12 SASARAN PEMBIAYAAN 1 3 3 3 3 11,8 6 2,0
TUJUAN PEMBIAYAAN 2 3 3 4 4 13,8 6 2,3
JENIS PEMBIAYAAN 3 3 2 5 5 14,4 6 2,4
BENTUK JAMINAN 4 3 3 4 4 13,8 6 2,3
13 SASARAN PEMBIAYAAN 1 4 5 3 4 4 5 24 6 4,0
TUJUAN PEMBIAYAAN 2 3 4 3 3 3 4 19,8 6 3,3
JENIS PEMBIAYAAN 3 3 3 3 3 2 4 18 6 3,0
BENTUK JAMINAN 4 4 4 3 4 2 5 21,8 6 3,6
14 SASARAN PEMBIAYAAN 1 4 4 3 4 3 3 21 6 3,5
TUJUAN PEMBIAYAAN 2 4 4 3 3 4 5 22,6 6 3,8
JENIS PEMBIAYAAN 3 4 4 3 3 3 5 22,4 6 3,7
BENTUK JAMINAN 4 4 4 3 4 4 5 23,8 6 4,0
15 SASARAN PEMBIAYAAN 1 3 4 4 3 13,8 4 3,5
TUJUAN PEMBIAYAAN 2 3 4 4 3 14 4 3,5
JENIS PEMBIAYAAN 3 3 4 4 4 14,6 4 3,7
BENTUK JAMINAN 4 2 3 3 3 11,4 4 2,9
RATA-RATA
RESPONDEN
NO. VARIABEL CODE
176
Gambar : Sebaran LKMS dalam Kuadran portofolio kepatuhan
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0
Ke
pat
uh
an p
ada
Pri
nsi
p K
eu
a M
ikro
Kepatuhan pada Prinsip Syariah
Y
Linear (Y)
LKMS-1
LKMS-2
LKMS-3
LKMS-4 LKMS-5
LKMS-6
LKMS-7
LKMS-8
LKMS-9
LKMS-10LKMS-11
LKMS-12
LKMS-13
LKMS-14
LKMS-15
150,00
250,00
350,00
300,00 360,00 420,00
177
Lampiran 3 : Uji Validitas Kuisioner
Hasil Penilaian validitas Kuisioner
Pertanyaan No. nilai t t-tabel Hasil
1 0,38091 0,207 valid
2 0,38178 0,207 valid
3 0,30032 0,207 valid
4 0,27974 0,207 valid
5 -0,0534 0,207 valid
6 0,38714 0,207 valid
7 0,30234 0,207 valid
8 0,52447 0,207 valid
9 0,61715 0,207 valid
10 0,58348 0,207 valid
11 0,49411 0,207 valid
12 0,56037 0,207 valid
13 0,11217 0,207 valid
14 0,47137 0,207 valid
15 0,42259 0,207 valid
16 0,46762 0,207 valid
17 0,33469 0,207 valid
18 0,56663 0,207 valid
19 0,39264 0,207 valid
20 0.45809 0,207 valid
Sumber : Data Primer
178
LAMPIRAN 4 : hasil ouptut Analisis LISREL
DATE: 09/20/2010 TIME: 09:54
P R E L I S 2.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file D:\DATA.PR2:
!PRELIS SYNTAX: Can be edited SY='D:\DATA.PSF' RG 5 ON 1 2 3 4 OU MA=CM XT XM
Total Sample Size = 15
Univariate Marginal Parameters
Variable Mean St. Dev. Thresholds -------- ---- -------- ---------- X1 0.000 1.000 -1.111 1.501 X2 0.000 1.000 1.111 X3 0.000 1.000 -1.501 1.111 X4 0.000 1.000 -1.111 1.111 Y1 0.000 1.000 -0.623 Y2 0.000 1.000 -0.623 -0.431 0.623 1.111 Y3 0.000 1.000 -0.623 -0.253 1.111 Y4 0.000 1.000 0.431
Univariate Distributions for Ordinal Variables
X1 Frequency Percentage Bar Chart 2 2 13.3 •• 3 12 80.0 •••••••••••• 4 1 6.7 •
X2 Frequency Percentage Bar Chart 3 13 86.7 ••••••••••••• 4 2 13.3 ••
179
X3 Frequency Percentage Bar Chart 2 1 6.7 • 3 12 80.0 •••••••••••• 4 2 13.3 ••
X4 Frequency Percentage Bar Chart 2 2 13.3 •• 3 11 73.3 ••••••••••• 4 2 13.3 ••
Y1 Frequency Percentage Bar Chart 4 4 26.7 •••• 5 11 73.3 •••••••••••
Y2 Frequency Percentage Bar Chart 1 4 26.7 •••• 2 1 6.7 • 3 6 40.0 •••••• 4 2 13.3 •• 5 2 13.3 ••
Y3 Frequency Percentage Bar Chart 1 4 26.7 •••• 2 2 13.3 •• 3 7 46.7 ••••••• 5 2 13.3 ••
Y4 Frequency Percentage Bar Chart 4 10 66.7 •••••••••• 5 5 33.3 •••••
There are 15 distinct response patterns, see FREQ-file. The 15 most common patterns are : 1 3 3 3 2 5 4 3 4 1 3 3 3 3 5 1 2 4 1 4 3 3 3 5 5 5 4 1 2 3 3 3 5 3 3 5 1 3 3 2 3 5 3 1 4 1 3 3 4 3 4 2 3 5 1 3 3 3 3 4 1 3 5 1 3 3 3 4 4 1 3 4 1 2 3 3 3 5 3 2 5 1 3 4 3 4 5 3 3 5 1 3 4 4 2 5 3 1 4 1 3 3 3 3 5 1 5 4 1 3 3 3 3 5 3 1 4 1 3 3 3 3 5 4 3 4 1 3 3 3 3 4 5 1 4
Estimated Equations
Y1 = 0.0 - 0.571*X1 + 3.984*X2 - 4.297*X3 - 2.439*X4 (0.742) 0.0
+ Error, R² = 6.897
180
Error Variance = -5.897
Covariance Matrix
X1 X2 X3 X4 Y1 Y2 -------- -------- -------- -------- -------- -------- X1 1.000 X2 0.140 1.000 X3 0.038 0.695 1.000 X4 0.000 0.000 -0.451 1.000 Y1 -0.173 0.916 -0.448 -0.502 1.000 Y2 0.347 0.071 -0.118 -0.383 0.294 1.000 Y3 0.402 -0.335 0.105 0.310 0.034 -0.149 Y4 -0.988 0.267 0.378 0.456 -0.351 -0.340
Covariance Matrix
Y3 Y4 -------- -------- Y3 1.000 Y4 0.237 1.000
Means
X1 X2 X3 X4 Y1 Y2 -------- -------- -------- -------- -------- -------- 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Means
Y3 Y4 -------- -------- 0.000 0.000
Standard Deviations
X1 X2 X3 X4 Y1 Y2 -------- -------- -------- -------- -------- -------- 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Standard Deviations
Y3 Y4 -------- -------- 1.000 1.000
The Problem used 11192 Bytes (= 0.0% of available workspace)
181
DATE: 09/20/2010 TIME: 09:59
P R E L I S 2.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file D:\DATA.PR2:
!PRELIS SYNTAX: Can be edited SY='D:\DATA.PSF' RG 5 6 7 8 ON 1 2 3 4 OU MA=CM XT XM
Total Sample Size = 15
Univariate Marginal Parameters
Variable Mean St. Dev. Thresholds -------- ---- -------- ---------- X1 0.000 1.000 -1.111 1.501 X2 0.000 1.000 1.111 X3 0.000 1.000 -1.501 1.111 X4 0.000 1.000 -1.111 1.111 Y1 0.000 1.000 -0.623 Y2 0.000 1.000 -0.623 -0.431 0.623 1.111 Y3 0.000 1.000 -0.623 -0.253 1.111 Y4 0.000 1.000 0.431
Univariate Distributions for Ordinal Variables
182
X1 Frequency Percentage Bar Chart 2 2 13.3 •• 3 12 80.0 •••••••••••• 4 1 6.7 •
X2 Frequency Percentage Bar Chart 3 13 86.7 ••••••••••••• 4 2 13.3 ••
X3 Frequency Percentage Bar Chart 2 1 6.7 • 3 12 80.0 •••••••••••• 4 2 13.3 ••
X4 Frequency Percentage Bar Chart 2 2 13.3 •• 3 11 73.3 ••••••••••• 4 2 13.3 ••
Y1 Frequency Percentage Bar Chart 4 4 26.7 •••• 5 11 73.3 •••••••••••
Y2 Frequency Percentage Bar Chart 1 4 26.7 •••• 2 1 6.7 • 3 6 40.0 •••••• 4 2 13.3 •• 5 2 13.3 ••
Y3 Frequency Percentage Bar Chart 1 4 26.7 •••• 2 2 13.3 •• 3 7 46.7 ••••••• 5 2 13.3 ••
Y4 Frequency Percentage Bar Chart 4 10 66.7 •••••••••• 5 5 33.3 •••••
There are 15 distinct response patterns, see FREQ-file. The 15 most common patterns are : 1 3 3 3 2 5 4 3 4 1 3 3 3 3 5 1 2 4 1 4 3 3 3 5 5 5 4 1 2 3 3 3 5 3 3 5 1 3 3 2 3 5 3 1 4 1 3 3 4 3 4 2 3 5 1 3 3 3 3 4 1 3 5 1 3 3 3 4 4 1 3 4 1 2 3 3 3 5 3 2 5 1 3 4 3 4 5 3 3 5 1 3 4 4 2 5 3 1 4 1 3 3 3 3 5 1 5 4 1 3 3 3 3 5 3 1 4 1 3 3 3 3 5 4 3 4 1 3 3 3 3 4 5 1 4
Estimated Equations
183
Y1 = 0.0 - 0.571*X1 + 3.984*X2 - 4.297*X3 - 2.439*X4 (0.742) 0.0
+ Error, R² = 6.897
Error Variance = -5.897
Y2 = 0.0 + 0.281*X1 + 0.749*X2 - 1.032*X3 - 0.848*X4 (0.194) (0.204) (0.325) (0.361) (0.258) 0.0 1.376 2.306 -2.861 -3.282
+ Error, R² = 0.597
Error Variance = 0.403
Y3 = 0.0 + 0.557*X1 - 1.548*X2 + 1.632*X3 + 1.046*X4 (0.149) 0.0
+ Error, R² = 1.238
Error Variance = -0.238
Y4 = 0.0 - 0.980*X1 - 0.349*X2 + 1.084*X3 + 0.945*X4 (0.258) 0.0
+ Error, R² = 1.715
Error Variance = -0.715
Covariance Matrix
X1 X2 X3 X4 Y1 Y2 -------- -------- -------- -------- -------- -------- X1 1.000 X2 0.140 1.000 X3 0.038 0.695 1.000
184
X4 0.000 0.000 -0.451 1.000 Y1 -0.173 0.916 -0.448 -0.502 1.000 Y2 0.347 0.071 -0.118 -0.383 0.294 1.000 Y3 0.402 -0.335 0.105 0.310 0.034 -0.149 Y4 -0.988 0.267 0.378 0.456 -0.351 -0.340
Covariance Matrix
Y3 Y4 -------- -------- Y3 1.000 Y4 0.237 1.000
Means
X1 X2 X3 X4 Y1 Y2 -------- -------- -------- -------- -------- -------- 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Means
Y3 Y4 -------- -------- 0.000 0.000
Standard Deviations
X1 X2 X3 X4 Y1 Y2 -------- -------- -------- -------- -------- -------- 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Standard Deviations
Y3 Y4 -------- -------- 1.000 1.000
The Problem used 11192 Bytes (= 0.0% of available workspace)
185
185
Lampiran 5 : Tabel P - value
186
Lampiran 6 : Tabel t - Distribution
187
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Lampiran 7 : KUISIONER PENELITIAN DISERTASI
“MODEL KEUANGAN MIKRO ISLAM “ IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden Umur Responden Alamat Responden Pekerjaan Responden
OBYEK YANG DINILAI :
Nama Lembaga (KJKS/BMT) Alamat Lembaga
Petunjuk Berilah penilaian secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab terhadap lembaga keuangan mikro
syariah (LKMS) yang Anda nilai , khususnya terhadap hal-hal yang terkait dengan sasaran
pembiayaan, tujuan, akad dan bentuk jaminan, dengan cara melingkari angka pada kolom skor sesuai
dengan kriteria sebagai berikut.
1 = Sangat rendah 3 = cukup 5 = Sangat Tinggi
2 = Rendah 4 = Tinggi
No. Aspek yang dinilai Skor
A. Sasaran Pembiayaan
1. Menurut anda, lembaga ini memberikan kredit (pembiayaan) kepada orang-orang
miskin
1 2 3 4 5
2. Sepengetahuan anda, yang menjadi nasabah lembaga ini adalah sebagaian besar wanita
1 2 3 4 5
3. Sebagaian besar nasabah lembaga ini sudah memiliki penghasilan dari usahanya 1 2 3 4 5
4. Penghasilan nasabah rata-rata kurang dari Rp. 25.000,- per-hari atau Rp.
750.000,- per-bulan
1 2 3 4 5
5. Lokasi (alamat) nasabah rata-rata jaraknya lebih dari 10KM dari lokasi kantor
lembaga ini
1 2 3 4 5
Skor A
B. Tujuan Pembiayaan
6. Menurut anda, pemberian kredit (pembiayaan) lembaga ini akan membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga nasabah
1 2 3 4 5
7. Setiap nasabah lembaga ini mengadakan pertemuan rutin dengan sesama nasabah
lainya dan petugas dalam mingguan
1 2 3 4 5
8. Lembaga pernah memberikan pembinaan dan pengembangan ketrampilan kepada nasabahnya
1 2 3 4 5
9. Petugas pembiayaan pernah memberikan pengarahan dan bimbingan usaha 1 2 3 4 5
188
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
No. Aspek yang dinilai Skor
10. Nasabah mendapatkan ketenangan dan ketentraman dalam bertransaksi dan berhubungan dengan lembaga
1 2 3 4 5
Skor B
C. Jenis Pembiayaan (akad)
11. Menurut anda, biaya yang harus dibayar nasabah dalam rangka pencairan
pembiayaan termasuk murah dan tidak memberatkan
1 2 3 4 5
12. Akad yang digunakan dalam transaksi pembiayaan adalah jual beli 1 2 3 4 5
13. Nasabah mendapatkan pembiayaan dalam bentuk barang (bukan uang tunai) 1 2 3 4 5
14. Bagi hasil/marjin yang dibayarkan nasabah tidak memberatkan (murah) 1 2 3 4 5
15. Sampai saat ini anda tidak pernah menjumpai nasabah yang merasa dibohongi
yaitu adanya perbedaan antara yang ditawarkan dan kenyataannya
1 2 3 4 5
Skor C
D. Bentuk Jaminan
16. Jaminan atas pembiayaan yang diberikan tidak harus berupa fisik seperti BPKB Kendaraan, Sertifikat Hak Milik (SHM) tanah dan bangunan
1 2 3 4 5
17. Apabila tidak tepat waktu dalam membayar angsuran kewajiban, petugas
pembiayaan menghubungi nasabah dengan santun dan memberikan solusi
1 2 3 4 5
18. Penanggung jawab pinjaman selain nasabah itu sendiri juga menjadi tanggung
jawab pasangannya (istri/suami)
1 2 3 4 5
19. Apabila nasabah tidak membayar kembali pinjaman (kewajiban)nya, hal pertama yang ditakuti nasabah adalah Murka Tuhan
1 2 3 4 5
20. Anggota nasabah lain akan memberikan tekanan kepada setiap nasabah yang
tidak memenuhi kewajibannya
1 2 3 4 5
Skor D
Skor Total
Di tulis (dinilai) pada
tanggal :
.................................
........................, .................
Penilai (Responden)
........................................
SINOPSIS
Dimensi ruhiyah yang menjadi landasan gerak dalam keuangan mikro Islam meliputi , (1) Prinsip
keadilan (justice), (2) Prinsip keterbukaan dan kejujuran (transparance & fairness), dan Prinsip
kemitraan (partnership), sedangkan prinsip-prinsip keuangan mikro yang telah menjadi landasan
terbaik praktek keuangan mikro modern antara lain : (1) Skala dan kedalaman jangkauan
pembiayaan, (2) Keberlanjutan (sustainability), (3) Pemberdayaan (social intermediatory), (4)
Komersial (financial intermediatory).
Buku ini yang merupakan hasil penelitian disertasi membuktikan bahwa keuangan mikro Islam yang
dioperasionalisasikan dengan menerapkan prinsip-prinsip kepatuhan melalui fitur-fitur
pembiayaannya akan berpengaruh terhadap performance lembaga (institusi) yang menjalankannya.
Adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain (1) sasaran pembiayaan, yaitu sasaran pembiayaan untuk
orang miskin, memprioritaskan wanita sebagai sasaran utamanya, masyarakat produktif, dan tidak
terakses pelayanan jasa keuangan lainnya, dan (2) kepatuhan kepada tujuan pembiayaan, yaitu
memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan, mendorong kepada anggotanya untuk
melakukan kegiatan silaturahim melalui pertemuan-pertemuan, menjadi media untuk membina para
anggotanya, baik dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan (IMTAQ) maupun usahanya,
Pembiayaan menjadi wahana dalam peningkatan ketrampilan hidup (life skill) para anggota
(nasabah)nya, dan memberikan ketenangan hati bagi semua pihak, terutama anggota dan petugasnya.