MANAJEMEN ASET KENDARAAN DINAS OPERASIONAL
PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrsi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
Frisca Wulandari
NIM 6661120044
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, APRIL 2017
Motto
“Dan barang siapa yang berjihad,maka sesuungguhnya jihadnya ituadalah untuk dirinya sendiri,sesungguhnya Allan Maha Kaya(tidak memerlukan sesuatu) dariSemesta Alam” (Al-Ankabut:06).
Persembahan :
Aku persembahkan cinta dan sayangkukepada Orang tua ku,
adik ku, keluarga besarku, dan teman-temanku
yang telah menjadi motivasi daninspirasi
dan tiada henti memberikan dukungando'anya buat aku.
“Tanpa keluarga, manusia, sendiri didunia, gemetar dalam dingin.”
ABSTRAK
Frisca Wulandari. 6661120044. Manajemen Aset Kendaraan Dinas OperasionalPemerintah Kabupaten Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen Pembimbing I: G.Ismanto, M.M.,Dosen Pembimbing II: Maulana Yusuf, M.Si.
Latar belakang dari penelitian ini adalah adanya masalah, yaitu: Proses inventarisasiBarang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Tangerang yang kurang berjalan denganbaik, kurangnya pengawasan Barang Milik Daerah pada Kendaraan DinasOperasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam pendistribusian KendaraanDinas Oprasional berdasarkan jabatan, masih kurangnya pengamanan Barang MilikDaerah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tangerang pada Kendaraan DinasOprasional, serta kurangnya jumlah Sumber Daya Manusia Badan PengelolaKeuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pemerintah Kabupaten dalam mengelolaaplikasi SIMDA Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Tangerang. Penelitianini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan kendaraan dinas operasional diPemerintahan Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan teori ManajemenAset Daerah yang dikemukakan oleh Doli D. Siregar dan pendekatan kualitatifdengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalahwawancara, observasi, dan dokumentasi, sementara analisis yang digunakan adalahmodel Miles & Huberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen asetkendaraan dinas operasional Pemerintahan Kabupaten Tangerang kurang baik, hal inidapat dilihat dalam proses administrasi pada kendaraan dinas operasional, sertamelengkapi dokumen kepemilikan dari kendaraan dinas operasional. Saran yangdapat diberikan adalah melengkapi setiap dokumen yang dimiliki pada kendaraandinas operasional, memberikan sanksi tegas untuk para pegawai maupun pejabat yangmenyalahi aturan dalam menggunakan kendaran dinas operasional, serta merekrutpegawai yang kompeten dalam bidangnya sehingga lebih memudahkan PemerintahKabupaten Tangerang dalam menyajikan data secara valid.
Kata Kunci : Manajemen, Aset Daerah, Kendaraan Dinas Operasional
ABSTRACT
Frisca Wulandari. 6661120044. The Asset Management of Operational ServiceTransportation of the Tangerang Local Government. The Study Programme ofState Administration Science, The Faculty of Social and Political Science,Tirtayasa University. 2017. Advisor 1: G. Ismanto, M. M., advisor 2: MaulanaYusuf, M. Si.
The background of this research is based on following problems such as theprocess of goods inventorying of the Tangerang local government is not goingproperly, the lack of supervising in local goods on operational servicetransportation of the Tangerang local government since the distribution ofoperational service transportation is done according to the job position, the lack ofsecurity in local goods on operational service transportation which is done byTangerang local government, and the lack human resource quantity of LocalGovernment Finance and Asset Agency in organizing the application of SIMDAlocal goods of the Tangerang local government.This research aimed to describethe organization of operational service transportation of the Tangerang localgovernment. This research used the theory of the local asset management which isstated by Doli Siregar and qualitative approach using descriptive method. Thetechnique of data collecting used are interviewing, observing, and documentating.Whereas the analysis used is Miles & Huberman model. The result of the researchshows that local asset management of operational service transportation ofTangerang local government is not proper. It can be seen in the process ofadministration of operational service transportation and the completeness ofownership document of operational service transportation. The beneficialsuggestions for the supervisor are completing the document of operational servicetransportation, giving distinct sanction to the employee even the functionary whotrespass the regulation in using operational service transportation, and recruitingthe competent employee in his field so that it can be easier for the Tangerang localgovernment to provide the valid data.
Keywords: Management, local asset, operational service transportation.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabuppaten
Tangerang”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahannya, yang semata-mata muncul karena keterbatasan
waktu dan materi. Untuk itu, demi kesempurnaan skripsi ini, dengan senang hati
penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dari pembaca
guna memberikan input kepada penulis untuk dapat membuat karya tulis
selanjutnya yang lebih baik.
Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya pihak-pihak
yang telah memberikan pengajaran, dukungan serta bantuan baik moril maupun
materil demi kelancaran skripsi ini. Untuk itu penuis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yakni Bapak Prof. Dr. Soleh
Hidayat, M.Pd.
2. Dekan FISIP Untirta yakni Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si,
3. Wakil Dekan I FISIP Untirta yakni Ibu Rahmawati, M.Si, yang juga
selaku Ketua Penguji Sidang Skripsi yang telah memberikan arahan dan
masukan kepada peneliti.
4. Wakil Dekan II FISIP Untirta yakni Bapak Imam Mukhroman, M.Si.
ii
5. Wakil Dekan III FISIP Untirta yakni Bapak Kandung Sapto Nugroho,
M.Si.
6. Ketua Program Studi Ilmu Adiministrasi Negara FISIP Untirta yakni Ibu
Listyaningsih, M.Si., yang memberikan saya kemudahan dalam
melaksanakan penelitian.
7. Dr. Dirlanudin, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik saya di
Program Studi Ilmu Adiministrasi Negara FISIP Untirta.
8. Bapak G.Ismanto, M.M., selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang telah
memberikan segala bimbingan, motivasi, pengarahan, saran dan
dukungannya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan proposal skripsi
ini dengan baik, saya mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak.
9. Bapak Maulana Yusuf, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II Skripsi yang
telah memberikan segala bimbingan, motivasi, pengarahan, saran dan
dukungannya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan proposal skripsi
ini dengan baik, saya mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak.
10. Kepada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah(BPKAD)
Kabupaten Tangerang yang telah mengizinkan saya untuk melakukan
penelitiaan skripsi ini, dan memberikan bantuan berupa data-data yang
saya butuhkan dalam penyusunan proposal skripsi.
11. Kepada Keluargaku, Mama, Papa, Adikku, Sepupu-sepupuku, Paman dan
Bibi yang senantiasa memberikan dukungan, kasih sayang, pengertian,
semangat, motivasi dan doa yang tak pernah putus untuk saya dalam
menyelesaikan studi.
iii
12. Kepada semua sahabat-sahabatku Borjuis, Cmersiel, Ladies, Kelompok
KKM Desa Kiara dan semua teman-teman kuliah saya ANE Kelas 1b
yang selalu memberikan semangat dan menemani penulis dalam keadaan
suka maupun duka.
Dengan tanpa mengurangi rasa hormat penulis meminta maaf kepada
pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu. Dan semoga
seluruh oihak yang mendukung penulis, mendapatkan rahmat dan senantiasa beraa
didalam lindungan Allah SWT. Terimakasih atas semua pihak yang selalu
mendukung dan memberikan dorongan semangat dan doa yang tidak pernah
putus.
Akhir kata dengan segala harapan dan kerendahan hati penulis berharap
agar skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat serta memberikan sumbangsih bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Serang, Maret 2016
Frisca Wulandari
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………………… i
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………... .iv
DAFTAR ISI . ………………………………………………………………………..v
DAFTAR TABEL .………………………………………………………… ... ........viii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. . ..….ix
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................................... 24
1.3 Batasan Masalah ................................................................................................ 24
1.4 Rumusan Masalah .............................................................................................. 24
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 25
vi
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 25
1.7 Sistematika Penulisan… ………………………………………………………..26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan Teori .................................................................................................... 29
2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 59
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................................ 62
2.4 Asumsi Dasar ....................................................................................................... 66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ..................................................................... 67
3.2 Fokus Penelitian .................................................................................................. 68
3.3 Lokasi Penelitian ................................................................................................. 68
3.4 Fenomena yang Diamati ..................................................................................... 69
3.4.1 Definisi Konsep ........................................................................................... 69
3.4.2 Definisi Operasional ................................................................................... 69
3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................................ 70
3.6 Informan Penelitian.............................................................................................. 71
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 74
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... …74
3.7.2. Teknik Analisis Data………………………………………………... …..78
vii
3.7.3 Uji Keabsahan Data .................................................................................. 80
3.8 Jadwal Penelitian ................................................................................................. 82
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ……………………………………………………83
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara……………………83
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Kelapa Gading...…...…………………….84
4.2. Informan Penelitian………………………….…………………………………91
4.3 Deskripsi Data dan Analisis Data…………………….………………………..94
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian…………………………...………………………95
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian…………………………………..……………….143
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….148
5.2 Saran……………………………………………………………………….…..149
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Data Timbulan Sampah dan Sampah Terangkut Tahun 2015……….…7
Tabel 1.2 Jumlah Kendaraan Angkutan Sampah Tahun 2015................................... ..9
Tabel 1.3 Data Lokasi dan Perkiraan Volume Sampah yang BelumTerlayani
di Kecamatan Kelapa Gading .................................................................... 10
Tabel 3.1 Daftar Informan.......................................................................................... 73
Tabel 3.2 PedomanWawancara.................................................................................. 76
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian........................................................................................ 82
Tabel 4.1 Daftar Informan ……........................................................................... …..93
Tabel 4.2 Capaian SPM Dinas Kebersihan Semester II Tahun2015………………112
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Pihak-pihak pemerintah DKI Jakarta yang bertanggung jawab dalam
mengelola sampah ............................................................................... 6
Gambar 1.2 Surat dari Kepala Dinas Kebersihan kepada Pengelola kawasan
mandiri…............................................................................................ 13
Gambar 1.3 Surat dari Kepala Dinas Kebersihan kepada Pengelola kawasan
mandiri…............................................................................................ 14
Gambar 1.4 TPS liar................................................................................................... 15
Gambar 1.5 TPS liar................................................................................................... 16
Gambar 2.1 Model analisis kebijakan........................................................................ 35
Gambar 2.2 Model implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier........................ 45
Gambar 2.3 Kerangka berpikir................................................................................... 65
Gambar 3.1 Siklus teknik analisis data menurut Miles dan Huberman ..................... 80
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kecamatan Kelapa Gading…................................ .87
Gambar 4.2 Pola Penyelenggaran Pemerintah Kecamatan Kelapa Gading...…… 90
Gambar 4.3 Berita Acara penyitaan OTT bulan Agustus..…………….……..…105
Gambar 4.4 Berita Acara penyitaan OTT bulan Oktober ……….……………..106
Gambar 4.5 Laporan hasil persidangan…………………………………………...107
Gambar 4.6 Posko OTT sampah di car free day...............................................133
x
Gambar 4.7. Truk arm roll besar ………………………………………………...136
Gambar 4.7. Truk arm roll kecil …………………………………………………136
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Perda Nomor 3 Tahun 2103 tentang Pengelolaan Sampah
Lampiran 2 Instruksi Gubernur Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penerapan
Pengelolaan Sampah Kawasan Secara Mandiri
Lampiran 2 Keputusan Kepala Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta Nomor
117 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Pada
Kawasan Secara Mandiri
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Pedoman Umum Wawancara
Lampiran 2 Transkip dan Koding Data
Lampiran 2 Member check
Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 2 Catatan Bimbingan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Otonomi daerah merupakan suatu kepastiaan yang tidak dapat dipungkiri
dan sudah menjadi suatu kebutuhan masyarakat tren glonalisasi. Otonomi daerah
memiliki suatu keterkaitan yang tinggi dengan peran pemerintah daerah dalam
pembangunan daerahnya, dan peran pemerintah pusat tidak terlalu besar. Dalam
pembiayaan pembangunan daerahnya, tentunya pemerintah daerah dituntut untuk
bekerja keras agar dapat mandiri dalam pembiyaan sebagian besar anggaran
pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus dapat
mengoptimalisasikan sumber-sumber penerimaan daerah, termasuk melakukan
optimalisasi aset daerah dalam pemanfaatan sumber ekonomi daerah sebagai
pemasukan potensial bagi kas daerah.
Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintah lainnya.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan maupun pelayanan masyarakat.
Misi utama dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
daerah dan Undang-Undang Nmor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bukan sekedar
keinginan untuk melimpahkan kewenagan dan pembiayaan dari Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah, tetapi yang lebih penting adalah keinginan untuk
2
meningkatkan efesiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan untuk masyarakat atas
dasar desentralisasi, transparansi, dan akuntabilitas harus menjadi acuan dalam
proses penyelenggaraan pemerintah pada umumnya dan proses pengelolaan
keuangan Pemerintah Daerah pada khususnya.
Pada era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang
lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Tujuannya
yaitu untuk dapat lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat,
memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), selain itu
menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan mendorong adanya inovasi.
Jadi, dengan adanya kewenangan tersebut Pemerintah Daerah, diharapkan
lebihmampu menggali sumber-sumber yang berpotensi.
Kemudian, dalam mengelola aset daerah, Pemerintah Daerah harus
menggunakan pertimbangan aspek perencanaan kebutuhan dan penganggaran,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan,
penatausahaan, pemanfaatan atau penggunaan, pengamanan dan pemeliharaan,
penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi agar aset daerah mampu
memberikan kontribusi optimal bagi Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
Aset Daerah sebagaimana tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor
58 Tahun 2005 sering kali digunakan bergantian dengan istilah lain yaitu
3
kekayaan daerah atau barang milik daerah. Dengan demikian barang milik daerah
atau aset daerah atau kekayaan daerah adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Aset
daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan daerah dalam rangka
mendukung pelaksanaan pemerintahan di daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
salah satunya berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan.
Penerimaan hasil penjualan kekayaan (aset) daerah yang dipisahkan dapat
berupa penjualan perusahaan Milik Daerah (BUMD), penjualan aset milik
pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga atau hasil divestasi
penyertaan modal pemerintah daerah. Oleh karena barang milik daerah atau aset
daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), maka harus dikelola dengan baik agar dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat luas.
Aset daerah merupakan suatu potensi ekonomi dan merupakan sumber
daya yang mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,
karena apabila aset dikelola dengan baik maka dapat memberikan kontribusi bagi
pemerintah daerah sebagai sumber pendapatan sekaligus dapat menunjang peran
dan fungsi pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik kepada
masyarakat.
Pengertian aset menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan adalah sumber daya
4
ekonomi yang dikuasai atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi serta sosial di masa depan diharapkan
dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur
dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara
karena alasan sejarah dan budaya.
Permendagri No. 17 Tahun 2007 mengartikan aset daerah adalah barang
daerah. Barang daerah adalah semua kekayaan daerah yang dimiliki maupun
dikuasai yang berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak beserta bagian-
bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung,
diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali surat dan
surat berharga lainnya..
Pengelolaan aset daerah merupakan salah satu dari kunci keberhasilan
pengelolaan ekonomi daerah. Pentingnya pengelolaan aset secara tepat dan
berdayaguna, dengan didasari prinsip pengelolaan yang efisien dan efektif
diharapkan akan mampu memberi kekuatan kepada Pemerintah Daerah untuk
membiayai pembangunan daerahnya. Pengelolaan aset negara yang profesional
dan modern dengan mengedepankan good governance di satu sisi diharapkan akan
mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan negara dari
masyarakat.
Pengelola aset daerah selanjutnya disebut pengelola adalah pejabat yang
berwenang dan bertanggung jawab melakukan koordinasi pengelolaan milik
5
daerah. Pembantu pengelola barang milik daerah disebut pembantu pengelola
adalah pejabat yang bertanggung jawab mengkoordinir penyelenggaraan
pengelolaan barang milik daerah yang ada pada satuan kerja perangkat daerah.
Manfaat pengelolaan Barang Milik Daerah adalah guna meningkatkan
pengurusan dan akuntabilitas, meningkatkan manajemen layanan, meningkatkan
manajemen resiko yaitu menganalisis kemungkinan dan konsekuensi dari
kegagalan aset dan meningkatkan efisiensi keuangan.
Salah satu masalah utama dalam pengelolaan aset daerah (municipal asset
management) adalah ketidaktertiban administrasi dalam pengendalian
inventarisasi aset (Wardhana, 2005:7). Karena inventarisasi aset ini merupakan
hal yang sangat penting di dalam siklus pengelolaan aset. Aset tetap sebagai
komponen utama dari aset daerah, oleh Pemerintah Daerah selanjutnya harus
dapat dimanfaatkan sebagai aset yang produktif dan berguna, sehingga berdampak
positif dalam pembangunan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Pengelolaan aset tidak hanya dibuat begitu saja namun juga
dipertangungjawabkan dengan membuat Laporan Hasil Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD) yang mana LKPD ini dibuat oleh masing-masing daerah untuk
dapat diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan agar dapat
dipertanggungjawabkan. Sejak tahun 2004 BPK melakukan pemberian penilaian
dari hasil laporan yang dibuat oleh setiap daerah, dan BPK dalam hal ini menjadi
tim penilai sekailigus tim pemeriksa laporan tersebut. Penilaian yang diberikan
oleh BPK adalah Opini Badan pemeriksa Keuangan (Opini BPK).
6
Sebagai gambaran, dijajaran pemerintah daerah, menyusun laporan
keuangan memerlukan perjuangan ekstra. Kelemahan dalam sistem pengendalian
intern dan keterbatasan sumber daya manusia yang paham akuntansi
pemerintahan sebagai penyebabnya. Keruwetan semakin menjadi karena
ditunggangi kepentingan politik legislatif dan eksekutif dalam penggunaan
anggaran yang cenderung menabrak aturan. Atas semua itu laporan keuangan
harus tetap disajikan secara akuntabel. Ini bukan hal yang mudah.
Pengelolaan aset daerah selama ini telah berjalan, namun belum terlaksana
sebagaimana yang diharapkan untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang
maksimal. Masih banyak permasalahan-permasalahan yang ditemui di
pemerintahan daerah dengan beragam masalah yang ada. Masalah dalam
pengelolaan aset juga dirasakan oleh Pemerintahan Kabupaten Tangerang.
Penilaian Opini BPK yang telah berjalan sejak tahun 2004 dimana
Pemerintah Kabupaten Tangerang juga mendapatkan Opini Penilaian BPK dalam
hal Laporan Hasil Pekerjaan (LHP), dan pada tahun 2004 hingga tahun 2007
Kabupaten Tangerang mendapatkan opini penilaian Wajar Dengan Pengecualian
(WDP) dikarenakan banyak kekuaran yang dinilai oleh BPK sekalu penilai dalam
hal pelaporan yang telah diberikan oleh Kabupaten Tangerang.
Pada awal diadakan Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK-RI) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu, opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) berturut-turut dari tahun 2004 sampai tahun 2007. Setelah
7
itu, Pemerintah Kabupaten Tangerang mendapat opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Tangerang berusaha
dan memiliki suatu keinginan kuat untuk meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) yang diwujudkan dalam dukungan komitmen pimpinan yang konkret dan
konsisten. Dan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)
Kabupaten Tangerang mengadakan tuntutan terciptanya tranparansi dan
akuntabilitas publik pada era keterbukaan informasi saat ini. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Hidayat selaku Kepala Bidang Akuntasi Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daereh (BPKAD) Kabupaten Tangerang.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Febuari 2016, pukul 10.00 WIB).
Strategi yang dibuat dilakukan dengan sebaik mungkin sehingga pada
tahun 2008 Kabupaten Tangerang berhasil mendapatkan opini penilaian BPK
dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama tujuh kali berturut – turut
hingga tahun 2014.
Namun dengan adanya opini Wajar Tanpa Pengecualian yang diberikan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang,
selama tujuh kali berturut-turut, tidak dapat atau belum cukup untuk membuktikan
bahwa manajemen pengelolaan aset Pemerintah Kabupaten Tangerang sudah baik,
hal ini dikarenakan BPK hanya memeriksa dari segi Laporan Keuangannya saja.
Hal ini dapat dilihat dari daftar aset kendaraan oprasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang Tahun 2014.
8
Tabel 1.1Daftar Kondisi Kendaraan Oprasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang Tahun 2014No. Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan1. Dump Truck 1782. Jeep 233. Kendaraan Bermotor Beroda Tiga Lain-lain 1314. Kendaraan Bermotor Angkutan Barang Lain-lain 145. Kendaraan Bermotor Beroda Dua Lain-lainnya 56. Kendaraan Bermotor khusus Lain-lain 97. Kendaraan Dinas Bermotor Lain-lain 478. Micro Bus (Penumpang 15-30) 69. Mini Bus (Penumpang 14 orang kebawah) 47910. Mobil Ambulance 8011. Mobil Jenazah 212. Mobil Kendaraan Bermotor Penumpang Lain-lain 2913. Mobil Pemadam Kebakaran 1914. Mobil Tangki 915. Mobil Tinja 316. Mobil Unit Kesehatan Hewan 117. Mobil Unit Kesehatan Masyarakat 118. Mobil Unit Pameran 119. Mobil Unit Penerangan 120. Mobil Unit Perpustakaan Keliling 721. Mobil Unit Visual Mini (Muviani) Darat 122. Mobil Workshop 223. Pick Up 10024. Sedan 925. Semi Trailer 126. Sepeda Motor 136227. Staion Wagon 6228. Trailer 229. Truck+Attachment 630. Truck Crane 75(Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang)
Berdasarkan hasil observasi awal dan berdasarkan data yang ditemukan
oleh peneliti pada 17 Maret 2016, di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
(BPKAD) Kabupaten Tangerang, maka peneliti menemukan beberapa masalah
penting untuk mendukung penelitian ini, yaitu:
9
Pertama, Proses inventarisasi Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten
Tangerang yang kurang berjalan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan oleh
adanya pencatatan aset kendaraan Pemerintah Kabupaten Tangerang yang belum
berjalan dengan baik.
Gambar 1.1
Daftar Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah KabupatenTangerang.
SKPD Jenis Kendaraan Spesifikasi KondisiKendaraan Keterangan
Kecamatan Gunung KalerSepeda Motor
Honda Win BaikTidak Di ketemukanFisiknya
Kecamatan Gunung KalerSepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukanFisiknya
Kecamatan Gunung KalerSepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukanFisiknya
Kecamatan Gunung KalerSepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukanFisiknya
Kecamatan Gunung KalerSepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukanFisiknya
Kecamatan Gunung KalerSepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukanFisiknya
Kecamatan Gunung KalerSepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukanFisiknya
Kecamatan Gunung KalerSepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukanFisiknya
Kecamatan Gunung KalerSepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukanFisiknya
(Sumber : BPKAD Kabupaten Tangerang, Bidang Aset)
Hal ini, dapat dibuktikan di dalam daftar kendaraan operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang, menyebutkan bahwa masih banyak kendaraan
operasional yang tidak ada bentuk fisiknya, seperti yang terjadi di Kecamatan
Gunungkaler, ditemukan Sembilan kendaraan oprasional yang tidak dapat
ditemukan fisiknya, namun terdapat dalam daftar kendaraan operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang. Kemudian selain pada Kecamatan
10
Gunungkaler ditemukan pula kendaraan dinas operasional milik Dinas Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil dan Menegah yang tidak ditemukan fisiknya, namun tercatat
pada daftar kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang,
seperti pada gambar dibawah ini ;
Gambar 1.2
Daftar Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah KabupatenTangerang.
SKPD Jenis Kendaraan Spesifikasi NomorPolisi
KondisiKendaraan
Keterangan
Dinas Koperasi,Usaha Mikro,Kecil danMenegah
Mini Bus(penumpang 14orang kebawah)
SUZUKI B 1093 NQN Baik Tidak DiketemukanFisiknya
Dinas Koperasi,Usaha Mikro,Kecil danMenegah
Mini Bus(penumpang 14orang kebawah)
SUZUKI B 8423 CQ Baik Tidak DiketemukanFisiknya
(Sumber : BPKAD Kabupaten Tangerang, Bidang Aset)
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Deddy Hidayat selaku Bagian Inventaris
BPKAD Kabupaten Tangerang dan Berdasarkan Data Kendaraan Operasional
Pemerintah Kabupaten Tahun 2014. (Wawancara dilakukan pada Tanggal 26
April 2016, di BPKAD Kabupaten Tangerang, pukul 09.00 WIB).
Kedua, Kurangnya pengawasan Barang Milik Daerah pada Kendaraan
Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam pendistribusian
Kendaraan Dinas Oprasional berdasarkan jabatan.
11
Tabel 1.2
Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Daerah
No. Jabatan Jenis Jum. Kapasitas Mesin
1. Eselon Ia dan yang setingkat Sedan/SUV 1 2.000 cc/3.500 cc
2. Eselon Ia dan yang setingkat Sedan 1 2.000 cc
3. E.selon IIa dan yang setingkat SUV 1 2.500 cc
4 Eselon IIb dan yang setingkat SUV 1 2.000 cc
5. Eselon III dan yang setingkat,
berkedudukan sebagai Kepala Kantor
MPV 1 2.000 cc bensin
/2.500 cc diesel
6. Eselon IV dan yang setingkat, Kepala
Kantor dgn min Wilayah kerja kurang 1
kab/kota
MPV 1 1.500 cc
7. Eselon IV dan yang setingkat, Kepala
Kantor dgn min Wilayah kerja kurang 1
kab/kota
Sepeda
Motor
1 225 cc
(Sumber : Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 76/PMK.06/2015 tentang Standar Barang
dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas
Operasional Jabatan di Dalam Negeri).
Hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh belum optimalnya pendistribusian
kendaraan dinas operasional dikalangan Pemerintah Kabupaten Tangerang sesuai
dengan prosedur diatas atau prosedur Kendaraan Oprasional Menurut PMK
Nomor 76/PMK.06/2015 tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang
Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan
di Dalam Negeri. Dimana, didalam peraturan tersebut terdapat penjelasan tentang
standar barang dan standar kebutuhan Barang Milik Negara berupa alat angkut
darat bermotor dinas operasional Jabatan dalam Negeri. Hal ini terjadi pada
12
beberapa SKPD yang telah peneliti temukan pada Pemerintah Kabupaten
Tangerang yaitu, salah satunya pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Kabupaten Tangerang, dimana terdapat Kepala Unit Pelayanan Terpadu (KUPT)
Koperasi dan Usaha Makro, Kecil, dan Menegah Kabupaten Tangerang
menggunakan jenis mobil MPV dengan kapasitas mesin 2.500 cc, padahal
seharusnya Kepala Unit Pelayanan Terpadu (KUPT) Koperasi dan Usaha Makro,
Kecil, dan Menegah Kabupaten Tangerang, menggunakan mobil berjenis MPV
dengan kapasitas mesin 1.500cc. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Deddy
Hidayat selaku Bagian Inventaris BPKAD Kabupaten Tangerang. (Wawancara
dilakukan pada Tanggal 26 April 2016, di BPKAD Kabupaten Tangerang, pukul
09.00 WIB).
Ketiga, Masih kurangnya pengamanan Barang Milik Daerah yang
dilakukan Pemerintah Kabupaten Tangerang pada Kendaraan Dinas Oprasional.
Hal ini dapat dibuktikan dengan gambar dibawah ini ;
Gambar 1.3
Daftar Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah KabupatenTangerang
SKPD Jenis Kendaraan Spesifikasi
Nomor Polisi Kondisi Keterangan
Dinas Kesehatan Mobil Ambulance Isuzu A 9937 A Baik Tidak ada BPKBDinas Kesehatan
Sepeda Motor Yamaha B5652 CQ BaikTidak ada BPKB
Dinas KesehatanSepeda Motor Suzuki
B5873 CQBaik
Tidak ada BPKB
Dinas KesehatanSepeda Motor Yamaha
B6063NIQBaik
Tidak ada BPKB
13
(Sumber : BPKAD Kabupaten Tangerang, Bidang Aset)
Dimana dalam daftar kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang Tahun 2014, disana masih terdapat kendaraan-kendaraan operasional
milik SKPD Kabupaten Tangerang yaitu Dinas Kesehatan yang tidak memiliki
dokumen kepemilikan seperti BPKB kendaraan, seperti satu mobil ambulan dan
tiga sepeda motor yang tidak memiliki BPKB kendaraan. Berdasarkan Data
Kendaraan Operasional Pemerintah Kabupaten Tahun 2014. (Data diperoleh pada
Tanggal 17 Maret 2014, di BPKAD Kabupaten Tangerang, pukul 09.00 WIB).
Keempat, kurangnya jumlah pegawai Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah (BPKAD) Pemerintah Kabupaten dibidang aset dalam mengelola aplikasi
SIMDA Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten. Hal ini dapat dilihat pada
bagian aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pemerintah
Kabupaten, yang hanya memiliki 4 (empat) pegawai untuk mengelola Barang
Milik Daerah Pemerintah Kabupaten yang terdiri dari 29 kecamatan, dan 254
Desa. Dimana setiap 1 (satu) orangnya dibebankan kurang lebih 17 SKPD. Hal ini
tentunya memiliki dampak pada pengelolaan maupun pembaharuan data Barang
Milik Daerah, dan kurangnya pengawasan dan Pengendalian pada Pemerintah
Kantor Arsip Daerah Sepeda MotorSuzuki
B 6118 CQ Baik Tidak ada BPKB
Kantor Arsip Daerah Sepeda MotorHonda
B 5118 CQ Baik Tidak ada BPKB
Kantor Arsip Daerah Sepeda MotorSuzukiSmash
B 6489 NIQ Baik Tidak ada BPKB
Kantor Arsip Daerah Sepeda MotorSuzukiSmash
B 6411 NIQ Baik Tidak ada BPKB
Kec. Jayanti Sepeda MotorHonda
B 3160 FQ Baik Tidak ada BPKB
14
Kabupaten Tangerang. (Berdasarkan Observasi yang dilakukan Peneliti pada
tanggal 4 Januari 2016 di Badan Pengelolaan BPKAD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk memperoleh
gambaran lebih jauh tentang Manajemen Aset Pemerintah Kabupaten
Tanngerang. Maka judul yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah:
“Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang”.
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk memfokuskan arah dan
proses pembahasan dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasikan masalah
sebagai berikut ;
a. Proses inventarisasi Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten
Tangerang yang kurang berjalan dengan baik.
b. Kurangnya pengawasan Barang Milik Daerah pada Kendaraan Dinas
Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam pendistribusian
Kendaraan Dinas Oprasional berdasarkan jabatan.
c. Masih kurangnya pengamanan Barang Milik Daerah yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten Tangerang pada Kendaraan Dinas Oprasional.
d. Kurangnya jumlah Sumber Daya Manusia Badan Pengelola Keuangan dan
Aset Daerah (BPKAD) Pemerintah Kabupaten dalam mengelola aplikasi
SIMDA Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten.
1.3.Batasan Masalah
15
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini, penulis membatasi
permasalahan yang akan dibahas berfokus pada Manajemen Aset Kendaraan
Dinas Oprasional Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun 2014.
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan, maka masalah
penelitian dapat dirumuskan adalah :
Bagaimana Manajemen Aset Kendaraan Oprasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang Tahun 2014?
1.5.Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi
Manajemen Aset di Badan Pengeolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)
Kabupaten Tangerang.
1.6.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak
yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis maupun
secara teoritis.
Manfaat Praktis
Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Bagi peneliti, yakni untuk mengembangkan kemampuan dan penguasaan
ilmu pengetahuan yang pernah diperoleh selama perkuliahan pada
16
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis
maupun sebagai referensi atau bahan masukan berkaitan mengenai Strategi
Manajemen Aset di Badan Pengeolaan Keuangan dan Aset Daerah
(BPKAD) Kabupaten Tangerang.
Manfaat Teoritis
1. Pengembangan Ilmu Administrasi Negara
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk wawasan dan pengetahuan,
yang dapat digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan Ilmu Administrasi Negara, khususnya tentang Strategi
Manajemen Aset di Badan Pengeolaan Keuangan dan Aset Daerah
(BPKAD) Kabupaten Tangerang.
2. Penelitian Lebih lanjut
Hasil dari penelitian ini diharapkan semoga dapat dijadikan refrensi bagi
peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik
yang sama.
17
BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ASUMSI DASAR
PENELITI
2.1 Deskripsi Teori
Dunia internasional manajemen aset telah berkembang cukup pesat, namun di
Indonesia hal ini khusunya dalam konteks pengelolaan aset pemerintah daerah
sepenuhnya belum dapat dipahami oleh para pengelola daerah. Manajemen aset
pemerintah daerah dibagi dalam lima tahap kerja yang meliputi; inventarisasi aset,
legal audit, penilaian aset, optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan SIMA
(Sistem Informasi Manajemen Aset), dimana kelima tahapan tersebut adalah saling
berhubungan dan terintegrasi satu dengan yang lainnya. (Doli D.Siregar: 2004)
2.1.1 Pengelolaan Barang Milik Daerah
Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagai bagian dari pengelolaan keuangan
daerah yang dilaksanakan secara terpisah dari pengelolaan barang milik Negara.
(Peraturan Menteri Dalam Negeri No 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah, Pasal 2).
1. Definisi
a. Barang milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh
atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
18
b. Barang milik Daerah adalah semua barang dibeli atau diperoleh atas
beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
c. Menurut Soleh dan Rochmansjah (2020:174), BMD terdiri dari: 1)
barang yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang penggunaannya/
pemakaiannya berada pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD)/Instansi/Lembaga Pemerintah Daerah lainnya sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
Barang yang dimiliki Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik
Daerah lainnya yang status barangnya dipisahkan. Barang milik daerah yang
dipisahkana adalah barang daerah yang pengelolaannya berada pada
Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah lainnya yang
anggarannya dibebankan pada anggaran Perusahaan Daerah dan Badan Usaha
Milik Daerah.
2. Ruang Lingkup
Barang Milik Negara/ Daerah meliputi:
1. Barang yang diberi atau diperoleh atas beban APBN/D.
2. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, yaitu:
a. Barang yang diperoleh dari hibah/ sumbangan yang sejenis;
b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksana dari perjanjian/ kontrak;
c. Barang yang diperoleh berdasarkan keputusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
19
3. Pengelolaan
Pengelolaan aset/ barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan atas
fungsional, kepastian hokum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi,
akuntabilitas dan kepastian nilai (pasal 3 PP No. 6 Tahun 2006).
Lingkup pengelolaan aset/barang daerah meliputi:
Perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,
pemindahtanganan, penatausahaan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian. (Peraturan Pemerintah N0.6 Tahun 2006 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara atau Daerah).
2.1.2 Definisi Manajemen
Menurut H. Koontz & O’Donnel dalam Handayaningrat (2001:19)
mengemukakan sebagai berikut:
“Management involve getting things done thourgh and with people”.
(Manajemen berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang
dilakukan melalui dan cara dengan orang-orang lain).
Dalam definisi ini manajemen dititikberatkan pada usaha
memanfaatkan orang lain dalam pencapaian tujuan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka orang-orang didalam organisasi harus jelas wewenang,
tanggung jawab, dan tugas pekerjaannya.
20
Selain itu, Tom Degenaars expert PBB yang diperbantukan pada
Lembaga Administrasi Negara Tahun 1978-1979 dalam Hadayaningrat
(2001:19) memberiksn definisi manajemen sebagai berikut :
“Management is defined as a process dealing with a guided groupactivity and based on distinc objectives which have to be achievied bythe involment of human and non-human resources”. (Manajemendidefinisikan sebagai suatu proses yang berhubungan denganbimbingan kegiatan kelompok dan berdasarkan atas tujuan yang jelasyang harus dicapai dengan menggunakan sumber-sumber tenagamanusia dan bukan tenaga manusia).
Dalam definisi ini, manajemen dititikberatkan pada bimbingan
kegiatan kelompok. Dalam pencapaian tujuan kelompok ini penggunaan
sumbe daya manusia adalah sangat penting, sekalipun sumber-sumber daya
lainnya tidak boleh diabaikan.
Sedangkan George R.Terry dalam Hadayaningrat (2001:20)
memberiksn definisi manajemen sebagai berikut :
“Management is a distinct process consisting of planning, organizing,actuating, and controlling, utiliiting in each both science and art, andfollowed in order to accomplish predetermined objectives”.(Manajemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas:perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan danpengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapatmenyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya).
21
Dalam definisi ini manajemen dipandang sebagai suatu proses mulai
dari tahap perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dan
sampai pada pengawasan.
Dengan demikian, dari beberapa definisi manajemen diatas maka
dapat disimpulkan bahwa manajemen suatu proses pengambilan keputusan
yang dilakukan dari atasan kepada bawahan dengan menggunakan
pemanfaatan sumber-sumber daya organisasi secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.2.1 Asas Asas Manajemen.
Asas (prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau
kebenaran umum yang dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-
asas muncul dari hasil penelitian dan pengalaman. Asas ini sifatnya
permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki asas yang
mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran dasar ilmu bidang tersebut.
Asas adalah dasar tetapi bukanlah sesuatu yang absolut atau mutlak.
Artinya, penerapan asas harus mempertimbangkan keadaan-keadaaan
khusu dari keadaan yang berubah-ubah.
Asas bukanlah hukum atau dogma, tetapi hanya sebagai hipotesa
yang harus diterapkan secara fleksibel, praktis, relevan dan konsisten.
Dengan menggunakan asas-asas manajemen, seorang manajer dapat
mengurangi atau menghindari kesalahan-kesalahan dasar dalam
menjalankan pekerjaanya, dan kepercayaan pada diri sendiri pun akan
22
semakin besar. Manajer secara beralasan dapat meramalkan hasil-hasil
usaha kegiatan-kegiatannya.
Menurut Henry Fayol (Fayol dalam Hasibuan, 2009:9) asas-asas
umum manajemen adalah sebagai berikut:
1. Divixion of work (asas pembagian kerja)
Asas ini sangat penting, karena adanya limit faktor, artinya adanyya
keterbatasan-keterbatasan manusia dalam mengerjakan semua
pekerjaan, yaitu:
a. Keterbatasan waktu
b. Keterbatasan pengetahuan
c. Keterbatasan kemampuan
d. Keterbatasan perhatian
Keterbatasan-keterbatasan ini mengharuskan diadakannya pembagian
pekerjaaan. Tujuannya untuk memperoleh efisiensi organisasi dan pembagian
kerja yang berdasarkan spesialisasi sangat diperlukan, baik pada bidang teknis
maupun pada bidang kepemipinan. Asas pembagian kerja ini mutlak harus
diadakan pada setiap organisasi karena tanpa pembagian kerja berarti tidak
ada organisasi dan kerjasama diantara anggotanya. Dengan pembagian keraj
maka daya guna dan hasil guna organisasi dapat ditingkatkan demi tercapinya
tujuan.
23
2. Authority and responsibility
Menurut asas ini perlu adanya pembagian wewenang dan tanggung
jawab antara atasan dan bawahan : wewenang harus seimbang dengan
tanggung jawab. Misalnya wewenang sebesar X maka tanggung jawab
pun sebesar X. Wewenang (authority) menimbulkan “hak”, sedangkan
tanggung jawab menimbulkan “kewajiban”. Hak dan kewajiban
adanya interaksi atau komunikasi antara atasan dan bawhan.
3. Discipline
Menurut asas ini, hendaknya semua perjanjian, peraturan yang telah
ditetapkan, dan perintah atasan harus dihormati, dipatuhi, serta
dilaksanakan sepenuhnya.
4. Unity of Command
Menurut asas ini, hendaknya setiap bawahan hanya menerima perintah
dari seorang atasan dan bertanggung jawab kepada seorang atasan
pula. Tetapi seorang atasan dapat memberi perintah kepada beberapa
orang bawahan. Asas kesatuan perintah ini perlu karena jika seorang
bawahan diperintahkan oleh beberapa orang atasan maka ia akan
binggung.
5. Unity of Direction
Setiap orang (sekelompok) bawahan hanya mempunyai satu rencana,
satu tujuan, satu perintah, dan satu alasan, supaya terwujud kesatuan
24
arah, kesatuan gerak, dan kesatuan tindakan menuju sasaran yang
sama. Unity of command berhubungan dengan karyawan, sedangkan
Unity of Direction bersangkutan dengan seluruh perusahaan.
6. Subordination of Individual Interst into Genaral Interst
Setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan kepentingan
bersama (organisasi), diatas kepentingan pribadi. Misalnya pekerjaan
kantor sehari-hari harus diutamakan dari pekerjaan sendiri.
7. Remuneration of Personal
Menurut asas ini, hendaknya gaji dan jaminan-jaminan sosial harus
adil, wajar dan seimbang dengan kebutuhan, sehingga memberikan
kepuasan yang maksimal baik bagi karyawan maupun majikan.
8. Centralization
Setiap organisasi harus memiliki pusat wewenang, artinya wewenang
itu dipusatkan atau dibagi-dibagi tanpa mengabaikan situasi-situasi
khas, yang akan memberikan hasil keseluruhan yang memuaskan.
Centralization ini sifatnya dalam arti relative, bukan asbolut (mutlak).
9. Scalar of Chain (Hierarchy)
Saluran perintah atau wewenang yang mengalir dari atas kebawah
harus merupakan mata rantai vertikal yang jelas, tidak terputus, dan
dengan jarak terpendek. Maksudnya perintah harus berjenjang dari
jabatan tertingggi ke jabatan terendah dengan cara berurutan.
10. Order
25
Asas ini dibagi atas material order dan sosial order, artinya keteraturan
dan ketertiban barang-barang atau alat-alat organisasi perusahaan
harus ditempatkan pada tempat yang sebenarnya jangan disimpan
dirumah. Sosial order artinya penempatan karyawan harus sesuai
dengan keahlian atau bidang spesialisanya.
11. Eguity
Pemimpin harus berlaku adil terhadap semua karyawan dalam
memberikan gaji dan jaminan sosial, pekerjaan dan hukuman.
Perlakuan yang adil akan mendorong bawahan mematuhi perintah-
perintah atasan dan gairah kerja. Jika tidak adil bawahan akan malas
dan cenderung menyepelekan tugas-tugas dan perintah atasannya.
12. Initiative
Menurut asas ini, seorang pemimpin harus memberikan dorongan
kesempatan kepada bawahannya untuk berinisiatif dengan
memberikan kebebasan agar bawahan secara aktif memikirkan dan
menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya.
13. Espirit de Corps (Asas Kesatuan)
Menurut asas ini, kesatuan kelompok harus dikembangkan dan dibina
melalui sistem komunikasi yang baik, sehingga terwujudnya
kekeompakan kerja (team work) dan timbul keinginan untuk mencapai
hasil yang baik. Pemimpin perusahaan harus membina para
26
bawahannya sedemikian rupa supaya karyawan merasa ikut memiliki
perusahaan itu.
14. Stability of Turn-over Personel (Kestabilan jabatan perusahaan)
Menurut asas ini, pemimpin perusahaan harus berusaha agar mutasi
dan keluar masuknya karyawan tidak terlalu sering karena akan
mengakibatkan ketidakstabilan organisasi, biaya-biaya semakin besar,
dan perusahaan tidak mendapat karyawan berpengalaman. Pemimpin
harus berusaha agar setiap karyawan betah bekerja sampai pensiunnya.
Jika karyawan sering berhenti perlu manajer menyelidiki
penyebabnya. (Fayol dalam Hasibuan, 2009:9)
Kesimpulannya bahwa asas (prinsip) adalah kebenaran umum yang
memberikan dasar pemikiran, keyakinan, dan pedoman pemecahan problem,
pelaksanaannya fleksibel serta disesuaikan dengan situasi kebutuhan, dan
keadaaan-kedaaan khusus. Jadi tidak semua asa tersebut dapat berlaku.
2.1.2.2 Tujuan Manajemen.
Pada dasarnya setiap aktivitas atau kegiatan selalu mempunyai
tujuan yang ingin dicapai. Tujuan individu adalah untuk dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannnya berupa materi dan non materi dari hasil
kerjanya. Tujuan organisasi adalah mendapatkan laba atau
pelayanan/pengabdian melalui proses manajemen itu.
27
Pengertian antara tujuan (objective) dengan sasaran (goals)
mempunyai perbedaan yang gradual saja. Tujuan maknannya hasil yang
umum (generalis), sedangkan sasaran berarti hasil khusus (spesialis).
Tujuan adalah suatu hasil yang ingin dicapai melalui proses manajemen.
Tujuan adalah hasil yang diinginkan yang melukiskan skop yang jelas,
serta memberikan arah kepada usaha-usaha seorang manajer (G.R.Terry
dalam Hasibuan 2009:17). Jadi mencangkup empat pokok yaitu: 1. Tujuan,
2. Skop, 3. Kepastian, 4. Arah.
Tujuan yang dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana (plan),
akrena itu hendaknya tujuan ditetapkan “jelas, realitis, dan cukup
menantang” untuk diperjuangkan berdasarkan pada potensi yang dimiliki.
Jika tujuan jelas, realitas dan cukup menantang maka usaha untuk
mencapinya cukup besar. Sebaliknya, jika ditetapkan terlalu mudah atau
terlalu muluk maka motivasi untuk mencapainya rendah. Jadi semangat
keja karyawan akan termotivasi, kalau tujuan ditetapkan jelas, realitas dan
cukup menantang untuk dicapinya.
Menurut Hasibuan (2009:17) tujuan-tujuan ini dapat kita kaji dari
beberapa sudut dan dibedakan sebagai berikut:
1. Menurut tipe-tipenya, tujuan dibagi atas :
a. Profit objectives, bertujuan untuk mendapatkan laba bagi
pemiliknya.
28
b. Service objectives, bertujuan untuk memberikan pelayanan yang
baik bagi konsumen dengan mempertinggi nilai barang dan jasa
yang ditawarkan kepada konsumen.
c. Social objectives, bertujuan meningkatkan niali guna yang
diciptakan perusahaan untuk kesejahteraan masyarakat.
d. Personal objectives, bertujuan agar para karyawan secara
individual economic, social psychological mendapat kepuasan di
bidang pekerjaaannnya dalam perusahaan.
2. Menurut prioritasnya, tujuan dibagi atas:
a. Tujuan primer
b. Tujuan sekunder
c. Tujuan individual
d. Tujuan sosial
3. Menurut jangka waktunya, tujuan dibagi atas:
a. Tujuan jangka panjang
b. Tujuan jangka menengah
c. Tujuan jangka pendek
4. Menurut sifatnya, tujuan dibagi atas:
a. Management objectives, tujuuan dari segi efektif yang harus
ditimbulkan oleh manajer.
b. Management objectives, tujuan yang harus dicapai daya upaya atau
kreativitas-kreativitas yang bersifat manajerial.’
29
c. Administratives objectives, tujuan-tujuan yang pencapainnya
memerlukan administrasi.
d. Economic objectives, tujuan-tujuan yang bermaksud memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan memerlukan efisiensi untuk
pencapinnya.
e. Social objectives, tujuan suatu tanggung jawab,terutama tanggung
jawab moral.
f. Technical objectives, tujuan berupa detail teknis, detail kerja, dan
detail karya.
g. Work objectives, yaitu tujuan-tujuan yang merupakan kondisi
kerampungan suatu pekerjaan.
5. Menurut tingkatnya, tujuan dibagi atas:
a. Overall enterprise objectives, adalah tujuan semesta (generalis)
yang harus dicapi oleh badan usaha secara keseluruhan.
b. Divisional objectives, adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
divisi.
c. Departement objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai
noleh masing-masing bagian.
d. Sectional objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh
setiap seksi.
e. Group objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh
setiap kelompok urusan.
30
f. Individual objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh
masing-masing individu.
Kesimpulan bahwa tujuan merupakan hal terjadinya proses
manajemen dan aktivitas kerja, tujuan beraneka macam, tetapi harus
ditetapkan secara jelas, realistis, dan cukup menantang berdasarkan analisis
data, informasi, dan pemilihan dari alternatif-alternatif yang ada.
2.1.3 Definisi Aset.
Untuk memperjelas pengertian aset, berikut ini dikemukakan beberapa
definisi mengenai aset atau aktiva yang diperoleh dari berbagai sumber. Aset berasal
dari kosa kata bahasa Inggris “asset” secara umum atinya adalah barang (thing) atau
sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi, nilai komersial atau nilai
yang dimiliki oleh instansi, organisasi, badan usaha atau individu (perorangan).
Pengertian yang umum dari suatu aset adalah bahwa aset merupakan sesuatu
yang memiliki nilai. Menurut buku Standar Penilai Indonesia (SPI, 2007: 3) dalam
terminologi akuntasi, aset dapat di artikan sebagai sumber daya yangdimiliki dan/atau
dikuasai oleh suatu badan usaha atau pemerintah secara historisdan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa masa depan dapat diperoleh, serta dapat
diukur dalam satuan uang. Jika dipandang dari aspek management & valuation aset
diartikan sebagai sesuatu yang dimiliki secara sahdan mampu meningkatkan nilai dan
pengembangan sumber daya.
31
Pengertian yang umum dari suatu aset adalah bahwa aset merupakan sesuatu
yang memiliki nilai. Menurut buku Standar Penilai Indonesia (SPI, 2007: 3) dalam
terminologi akuntasi, aset dapat di artikan sebagai sumber daya yangdimiliki dan/atau
dikuasai oleh suatu badan usaha atau pemerintah secara historis dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa masa depan dapat diperoleh, serta dapat
diukur dalam satuan uang. Jika dipandang dari aspek aset diartikan sebagai sesuatu
yang dimiliki secara sahdan mampu meningkatkan nilai dan pengembangan sumber
daya.
Menurut Doli D. Siregar (2004), dijelaskan pengertian tentang “aset”
berdasarkan perspektif pembangunan berkelanjutan, yakni berdasarkan tiga aspek
pokoknya: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan infrastruktur seperti berikut
ini:
1. Sumber daya alam adalah semua aset alam yang dapat digunakan dan
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2. Sumber daya manusia adalah semua potensi yang terdapat pada
manusia seperti akal pikiran, seni, keterampilan, dan sebagainya yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri
maupun orang lain atau masyarakat pada umumnya.
3. Infrastruktur adalah sesuatu buatan manusia yang dapat digunakan
sebagai sarana untk kehidupan manusia dan sebagai sarana untuk
dapat memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya mausia
32
dengan maksimal, baik untuk saat ini maupun keberlanjutannya
dimasa yang akan datang.
Aset negara adalah bagian dari kekayaan negara atau harta kekayaan negara
(HKN) yang terdiri dari barang bergerak atau barang tidak bergerak yang dimiliki,
dikuasai oleh instansi PEmerintah, yang sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari perolehan yang sah,
tidak termasuk kekayaan negara yang dipisahkan (dikelola BUMN) dan kekayan
Pemerintah Daerah. (Doli Siregar Manajemen Aset 2004: 179).
Secara singkat dapat disebut “barang milik Negara atau kekayaan negara”
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Replubik Indonesia, No.
KEP.225/MK/V/4/1971470/kmk.01/1994, bahwa yang dimaksud aset negara adalah
barang miliki/kekayaan negara yang meliputi barang tidak bergerak (tanah dan atau
bangunan) dan barang bergerak (inventaris):
1. Yang sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban APBN serta dari
perolehan lain yang sah;
2. Yang dimiliki/dikuasi oleh instansi pemerintah, lembaga pemerintah non
departemen, badan-badan yang didirikan pemerintah seperti badan otorita.
3. Tidak termasuk kekayaan negara yang dipisahkan dan dikelola BUMN
serta bukan kekayaan Pemerintah Daerah.
33
Hidayat (2012: 4) berpendapat bahwa:
“Aset adalah barang yang dalam pengertian hukum disebut benda,terdiri dari benda tidak berwujud maupun yang berwujud, yangtercakup dalam aktiva/aset atau harta aset dari suatu instansi,organisasi, badan usaha ataupun individu perorangan”.
Niswonger, et al. (1994: 55) mengatakan: “Setiap barang fisis
(berwujud) atau hak (tak berwujud) yang mempunyai nilai uang adalah
aktiva”.
Menurut FASB (Financial Accounting Standards Board), dalam
Statement of Financial Accounting Concepts no. 6, Elements of Financial
Statements (Brownlee, et al., 2001: 121), dikemukakan bahwa:
“Asset are the economic resourch that a company: 1) has acquired theright to (as a results of transaction or other event that has alreadyoccurred), and 2) that are likely to contribute ti future net cashinflows. The common characteristic possessed by all assets andeconomic resources is “service potential” or “future economicbenefit”, the capacity to provide services or benefits to entities that usethem. In a business enterprise, that service potential or futureeconomic benefit eventually results in net cash inflows to theenterprise.”
Menurut Siregar (2004: 178), pengertian aset secara umum adalah:
“Barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang memiliki nilai ekonomi
(economic value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan
badan usaha, isntansi atau individu (perorangan)…”
Pengertian menurut Dolli D. Siregar, pengertian Aset adalah :
34
“Barang yang dalam pengertian hukum disebut benda, yang terdiri daribenda bergerak dan tidak bergerak. Barang yang dimaksud meliputibarang tidak bergerak (tanah atau bangunan) dan barang bergerak, baikberwujud (tangiable) maupun yang tidak berwujud (intangiable), yangtercakup dalam aktiva/ kekayaan atau harta kekayaan dari suatuperusahaan, badan usaha, institusi atau individu perorangan. Dandalam pengertian aset Negara atau HKN juga terdiri dari barang-barang atau benda yang disebutkan diatas. Termasuk pula bantuan-bantuan luar negeri yang diperoleh secara sah.”
Menurut siregar (2004: 178) menyatakan aset adalah barang yang
dalam pengertian hukum disebut benda, yang terdiri dari benda tidak bergerak dan
benda bergerak. Barang yang dimaksud meliputi barang tidak bergerak (tanah dan ba
ngunan) dan barang bergerak baik yang berwujud (tangible) maupun yang
tidak berwujud (intangible), yang tercakup dalam aktiva/kekayaan atau harta
kekayaandari suatu perusahaan, badan usaha, institusi atau individu perorangan.
Sedangkan dalam Kamus Hukum Ekonomi (Elips, 1996):
“Aset dapat berarti kekayaan (harta kekayaan) atau aktiva atau properti, yangmeliputi “semua pos dalam jalur debet suatu neraca yang terdiri dari harta,biaya yang dibayar terlebih dahulu dan pendapatan yang harus diterima.”
Aset Negara adalah bagian dari kekayaan Negara atau Harta Kekayaan
Negara (HKN) yang terdiri dari barang bergerak atau barang yang tidak bergerak
yang dimiliki, dikuasai oleh instansi Pemerintah, yang sebagian atau seluruhnya
dibeli atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Daerah (APBN/ D)
serta dari perolehan yang sah, tidak termasuk kekayaan Negara yang dipisahkan
(dikelola BUMN) dan kekayaan pemerntah daerah.
35
Secara singkat dapat disebut “barang milik Negara/kekayaan Negara” sesuai
dengan Keputusan Menteri Keuangan RI No. KEP.225/ MK/ V / 4 / 1971 pasal 1 dan
Keputusan Menteri Keuangan RI No. 350 / KMK.30 / serta No. 470/KMK.01 / 994.
Bahwa yang dimaksud aset Negara adalah barang milik / kekayaan Negara yang
meliputi barang tidak bergerak (tanah dan bangunan) dan barang bergerak
(inventaris) yang meliputi:
a. Sebagian atau seutuhnya dibeli atas beban APBN dari perolehan lain yang
sah;
b. Dimiliki atau dikuasai oleh instansi pemerintah, lembaga pemerintah non
departemen, badan-badan yang didirikan pemerintah seperti badan otoritas,
Badan Pengelola Komplek Kemayoran (BPKK) atau Badan Pengelola Gelora
Bung Karno (BPGBK) dan
c. Tidak termasuk kekayaan Negara yang dipisahkan dan dikelola BUMN serta
bukan kekayaan Pemerintah Daerah.
Pengertian Aset Daerah meliputi:
1. Aset Lancar
Aset lancar adalah aset habis pakai atau yang memiliki manfaat untuk jangka
waktu tidak lebih dari 12 bulan. Aset lancar meliputi; uang kas, piutang,
persediaan.
36
2. Investasi
Investasi terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Investasi jangka panjang
Investasi jangka panjang disajikan sebesar biaya perolehannya atau
sebesar nilai yang bersih yang dapat direalisasikan atau biaya
pembangunan investasi kepada jenis investasinya.
b. Investasi jangka pendek
Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham misalnya: dalam
bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai deposito tersebut.
3. Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari 12
bulan untuk digunakan aktivitas pemerintahan dan /atau pelayanan publik.
Aset tetap terdiri dari:
a. Tanah;
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah dalam
kondisi siap digunakan yang dimiliki atau diperoleh untuk digunakan
dalam aktivitas pemerintahan dan/ atau pelayanan public misalnya:
tanah yang digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi dan jaringan.
b. Mesin dan Peralatan;
Mesin dan peralatan mencakup peralatan dan mesin dalam kondisi
siap digunakan yang memiliki masa manfaat lebih dari dua belas bulan
yang dimiliki atau diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas
37
pemerintahan dan /atau pelayanan publik misalnya: alat berat, alat
olahraga, alat music, alat angkutan, alat bengkel, alat pertanian, alat
kantor dan rumah tangga, alat studio, alat kedokteran dan kesehatan
dan peralatan lainnya.
c. Gedung dan Bangunan;
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan dalam
kondisi siap digunakan yang memiliki masa manfaat lebih dari dua
belas bulan yang dimiliki atau diperoleh yang digunakan dalam
aktivitas pemerintahan dan /atau pelayanan publik.
d. Jalan, irigasi dan jaringan;
Jalan, irigasi dan jaringan mencakup jalan, rambu-rambu, instalasi
listrik, instalansi air, irigasi dalam kondisi siap digunakan, yang
memiliki masa manfaat lebih dari dua belas bulan yang dimiliki atau
diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas pemerintahan dan /atau
pelayanan publik.
e. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap diatas, dalam kondisi
siap digunakan, yang memiliki masa manfaat lebih dari dua belas
bulan yang dimiliki atau diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas
pemerintahan dan /atau pelayanan publik. Aset tetap lainnya meliputi:
38
koleksi perpustakaan baik berupa buku atau non buku, barang bernilai
seni atau budaya, hewan atau tanaman, dan aset tetap renovasi.
f. Konstruksi dalam pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan diatur dalam kebijakan akuntansi sendiri.
4. Aset Lainnya
Aset tak terwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi,
kementerian dengan pihak ketiga dan aset lainnya.
Aset tetap diakui pada saat potensi manfaat ekonomi dan sosial masa depan
diperoleh pemerintah pada saat hak kepemilikan dan penguasaannya berpindah dan
memiliki nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Suatu aset dapat dikatakan aset tetap apabila memenuhi kriteria:
a. Memiliki manfaat lebih dari dua belas bulan;
b. Biaya perolehan aset dapat ditukar secara andal dan memenuhi kriteria
nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu pengeluaran untuk aset berwujud
sebagaimana tersebut pada paragraf dikapitalisasi seluruhnya, kecuali
untuk:
1. Pengeluaran untuk peralatan dan mesin yang nilai satuannya kurang
dari Rp 1.000.000.000,- (satu juta rupiah).
2. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilai satuannya kurang
dari Rp 20.000.000.000.- (dua puluh juta rupiah).
39
c. Diperoleh atau dibangun untuk digunakan dalam aktivitas pemerintahan
dan pelayanan publik.
2.1.3.1 Siklus Hidup Aset.
Lei, Herder, dan Wijnia (2012) mengemukakan bahwa masalah global yang
umum dalamcapital-intensive industry adalah overcapacity dan rendahnya tingkat
pengembalian investasi. Ini berarti diperlukan suatu strategi untuk meningkatkan
pengembalian investasi untuk mengurangi biaya operasi atau untuk meningkatkan
perputaran modal fisik. Dari sudut pandang aset fisik, persyaratan ini berarti
kebutuhan untuk manajemen yang dinamis dan berkesinambungannya siklus hidup
aset, pengembangan kapasitas yang optimal, keefektivitasan peralatan secara
keseluruhan lebih tinggi, keandalan yang lebih tinggi dan fleksibilitas dari aset fisik,
dan biaya pemeliharaan yang lebih rendah dari peralatan produksi. Untuk mengatasi
tantangan ini metode manajemen aset yang berbeda telah dikembangkan bertujuan
untuk meningkatkan siklus hidup aset. Disain manajemen aset yang baik dapat
menyebabkan peningkatan operasi.
Pentingnya siklus hidup aset digambarkan dalam berbagai definisi manajemen
aset salah satunya diungkapkan oleh Publicly Available Specification (PAS) 55-1.
PAS 55-1 (2008) mendefinisikan manajemen aset sebagai kegiatan sistematis dan
terkoordinasi dan praktek melalui optimasi organisasi dan berkelanjutan mengelola
aset dan sistem aset, kinerja yang terkait, risiko dan pengeluaran selama siklus hidup
aset untuk tujuan mencapai rencana strategis organisasi.
40
Menurut Hastings (2010) tahapan utama dalam siklus aset adalah:
1. Identifikasi peluang bisnis atau kebutuhan.
2. Kemampuan analisis gap dan analisis kebutuhan aset
3. Analisis Pra-studi kelayakan, fisik dan keuangan - pilihan opsi
4. Perencanaan Kelayakan, fisik dan keuangan - untuk opsi yang dipilih
5. Akuisisi, pengembangan dan implementasi
6. Operasi, dukungan logistik dan pemeliharaan
7. Memantau (monitoring) dan review
8. Pembuangan (disposal)
McFarland dalam The National Property Management Association’s Journal
of Property and Asset Management (2010), berpendapat bahwa profesional
manajemen (dalam hal ini manajemen aset) harus dapat mengelola semua aspek dari
siklus hidup aset untuk memastikan perusahaan mereka mencapai hasil maksimal atas
modal yang diinvestasikan, menerapkan efisien dan efektif proses yang memberikan
kontrol yang wajar yang mendukung tenaga kerja sementara menghilangkan proses
non nilai tambah, sumber daya dan biaya.
2.1.4 Manajemen Aset
Mengacu pada perubahan yang terjadi dan bagaimana tantangan serta respons
Pemerintah Daerah akan perubahan tersebut, tentu diperlukan adanya upaya nyata
yang sistematis dan menyeluruh dalam pengelolaaan daerah pada masa mendatang.
41
Saat ini dalam ilmu properti berkembang suatu teori baru yang dikenal dengan
manajemen aset. Britton, Conellan, Crofts (1989) mengatakan :“define good asset
management in terms of measuring the value of properties (assets) in monetary terms
and employing the minimum amount of expenditure on its management”
Manajemen aset itu sendiri telah berkembang cukup pesat. Bermula dengan
orientasi yang statis, kemudian berkembang menjadi dinamis, inisuatif, dan strategis.
Gambar 2.1
Perkembangan Manajemen Aset
(Sumber : Doli D, Siregar,2004:517)
Gambar tersebut di atas memberikan penjelasan proses transformasi
manajemen aset dalam perspektif substantsial. Setelah Perang Dunia II, manajemen
aset memiliki ruang lingkup utama untuk mengontrl biaya pemanfaatan ataupun
penggunaan aset dalam mendukung operasionalisasi pemerintah daerah. Selain itu,
Post War-Static Management Dynamic Management Strategic Management
Kontrol Biaya Kontrol Properti yang
tidak digunakan
Proactive Management Nilai aset Akuntabilitas dan
Pengelolaan Aset Land Audit Property review Aplikasi IT dalam
pengelolaan Optimalisasi
pemanfaatan aset
Economic, efficient, &effective management
Monitoringoperasionalisasi aset
Monitoringoperasionalisasiinvestasi
Corporation orprivatisation
42
ada upaya pula untuk melakukan inventarisasi aset Pemda yang tidak digunakan.
Namun dalam perkembangan kedepan, ruang lingkup manajemen aset lebih
berkembangdengan memasukkan aspek penilaian aset, akuntabilitas pengelolaan aset,
lan audit yaitu legal audit atas pemanfaatan tanah, property survey dalam kaitan
memonitor perkembangan pasa property, aplikasi sistem informasi dan pengelolaan
aset dan optimalisasi pemanfaatan aset. Perkembangan yamg terbaru, manajemen aset
bertambah ruang lingkupnya hingga mampu memantau kinerja operasionalisasi aset
dan juga strategi investasi untuk optimalisasi aset.
Gambar 2.2
Alur Manajemen Aset
Sumber : Doli D. Siregar(2004:518-519)
Menurut Siregar, di dunia internasional manajemen aset telah berkembang
cukup pesat, namun di Indonesia hal ini khusunya dalam konteks pengelolaan aset
INVENARISASIASET
LEGAL AUDIT
PENILAIANASET
OPTIMALISASIPEMANFAATAN
ASET
SISTEM INFOrMASIMANAJEMEN ASET
43
pemerintah daerah sepenuhnya belum dapat dipahami oleh para pengelola daerah.
Manajemen aset pemerintah daerah dibagi dalam lima tahap kerja yang meliputi;
inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi pemanfaatan dan
pengembangan SIMA (Sistem Informasi Manajemen Aset), dimana kelima tahapan
tersebut adalah saling berhubungan dan terintegrasi satu dengan yang lainnya. Dari
kelima manajemen aset tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Invetarisasi Aset
Inventarisasi aset merupakan kegiatan yang terdiri dari dua aspek, yaitu
inventarisasi fisik dan yuridis/ legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas,
lokasi, volume/ jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis
adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir
penguasaan. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi/
labelling, pengelompokkan dan pembukuan/ administrasi sesuai dengan
tujuan manajemen aset.
2) Legal Audit
Demikian menyangkut legal audit sebagai lingkup kerja manajemen aset
yang berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur
penguasaan atau pengalihan aset. Selanjutnya, identifikasi dan mencari solusi
atas permasalahan legal dan strategi untuk memecahkan berbagai
permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan dan pengalihan aset.
Masalah yang sering dihadapi dalam legal audit, menyangkut status
44
penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, pemindahan aset yang tidak
termonitor dan lain-lain.
3) Penilaian Aset
Kesatuan kerja lanjutan dari manajemen aset, yaitu berupa kegiatan penilaian
aset sebagai upaya penilaian atas aset yang dikuasai pemerintah daerah dan
biasanya kegiatan ini dilakukan oleh konsultan penilaian independent. Hasil
dari nilai tersebut akan dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan
maupun informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin dijual.
4) Optimalisasi Aset
Selanjutnya optimalisasi aset merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan
potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/ volume, legal dan ekonomi yang dimiliki
aset tersebut. Dalam kegiatan ini aset-aset yang dikuasai Pemda diidentifikasi
dan dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dapat dikelompokkan
berdasarkan sektor-sektor unggulan yang dapat menjadi tumpuan dalam
strategi pembangunan ekonomi nasional, baik dalam jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang. Untuk menentukan hal tersebut harus
terukur dan transparan, sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan harus
dicari faktor penyebabnya, apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai
ekonomi yang rendah ataupun faktor lainnya, sehingga setiap aset nantinya
memberikan nilai tersendiri. Hasil akhir dari tahapan ini adalah rekomendasi
yang berupa sasaran, strategi dan program untuk mengoptimalkan aset yang
dimiliki.
45
5) Pengawasan dan Pengendalian
Kemudian sebagai kegiatan akhir dari manajemen aset yaitu pengawasan dan
pengendalian dan hal ini sering menjadi bahan hujatan terhadap Pemerintah
Daerah (PEMDA) saat ini. Saran yang paling efektif untuk meningkatkan
kinerja aspek ini adalah pengembangan SIMA. Melalui SIMA, transparansi
kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya
kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah. Dalam SIMA,
keempat aspek diatas diakomodasi dalam system dengan menambah aspek
pengawasan dan pengendalian. Demkian setiap penangan terhadap suatu aset
dapat termonitor dengan jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga siapa
yang bertanggungjawab menanganinya. Hal ini akan diharapkan menimalkan
KKN dalam pelaksanaan pelayanan oleh Pemda.
Menurut Lutchman (2006) “Assets Management is the optimization of the
lifecycles of an asset to meet performance standards in a safe and environmentally
sound manner through smart Panning, Investment Financing, Engineering,
Operations, Maintenance, Refurbishment and Replacement.”
Menurut Terri dalam white papernya yaitu WHY GOOD DATA IS A MUST :
“Asset Management Oversight is Essential to Effective Governancem”, “Asset
Management is a set of business practices that join financial, contractual and
inventory functions to support asset life cycle management and strategic decision
making for the IT environment.” (Hart-Sears, 2012 : hal.1).
46
Dalam modul Bahan Ajar Manajemen Aset “Definisi manajemen aset
mencakup proses mulai dari perencanaan sampai dengan penghapusan (disposal)
serta monitoring terhadap aset-aset tersebut selama umur penggunaannya oleh suatu
organisasi atau Kementerian Negara/Lembaga (K/L).”(Hadinata, 2011: hal.3).
Pemerintah South Australia (Hidayat, 2012: 6) mendefinisikan manajemen
aset sebagai berikut:
“Asset management is a process to manage demand and guideacquisition, use and disposal of assets to make the most of theirservice delivery potential, and manage risk and cost over their entirelife. (Manajemen aset merupakan suatu proses untuk mengelolapermintaan dan panduan akuisisi, penggunaan dan pembuangan asetuntuk membuat sebagian besar potensi layanan pengirimannya, danmegelola risiko dan biaya selama umur hidup aset)”. Britton, et al.(Siregar, 2004: 517) mengatakan: “Define good asset management interm of measuring the value of properties (assets) in monetary termsand employing the minimum amount of expenditure on itsmanagement".
Menurut A. Gima Sugiama mengemukaan bahwa “Manajemen aset adalah
ilmu dan seni untuk memandu pengelolaan kekayaan yang mencakup proses
merencanakan kebutuhan aset, mendapatkan, menginventarisasi, melakukan legal
audit, menilai, mengoperasikan, memelihara, membaharukan atau menghapuskan
hingga mengalihkan aset secara efektif dan efisien. Adapun Teori siklus aset yang
dikemukakan oleh A.Gima Sudiama yaitu ;
47
Gambar 2.3
Siklus Hidup Aset
Sumber : Sugiama, (2013:210)
1. Pengadaan Aset : Kegiatan pengadaan (barang dan jasa) adalah serangkaian
kegiatan untuk memperoleh atau mendapatkan aset/ barang maupun jasa baik
yang dibiayai oleh sendiri maupun yang dibiayai oleh pihak luar atau
8. Pengalihan atau Pemusnahan Aset
6. Penghapusan Aset 7. Rejuvinasi
5. Operasi dan Pemeliharaan aset
4. Penilaian aset
3. Legal Audit
2. Inventarisasi Aset
1. Pengadaan Aset
48
dilaksanakan secara swakelola (sendiri), maupun oleh penyedia barang dan
jasa.
2. Inventarisasi Aset : Rangkaian kegiatan mengidentifikasi kualitas dan
kuantitas aset secara fisik non fisik, dan secara yuridis / legal. melakukan
kodefikasi dan mendokumentasikannya untuk kepentingan pengelolaan aset
bersangkutan.
3. Legal Audit Aset : Kegiatan pengauditan tentang status aset, sistem dan
prosedur penguadaan, sistem dan prosedur pengalihan, pengidentifikasian
adanya indikasi permasalahan legalitas, pencarian solusi untuk memecahkan
masalah legalitas yang terjadi atau terkait dengan penguasaan dan pengalihan
aset.
4. Penilaian Aset : Sebuah proses kerja untuk menentukan nilai aset yang
dimiliki, sehingga dapat diketahui secara jelas nilai kekayaan yang dimiliki,
atau yang akan dialihkan maupun yang akan dihapuskan.
5. Operasi dan Pemeliharaan Aset : Kegiatan menggunakan atau memanfaatkan
aset dalam menjalankan tugas dan pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan pemeliharaan aset adalah kegiatan menjaga dan memperbaiki
seluruh bentuk aset agar dapat dioperasikan dan berfungsi sesuai dengan
harapan.
6. Penghapusan Aset : Kegiatan untuk menjual, menghibahkan atau bentuk lain
dalam memindahkan hak kepemilikan atau memusnahkan seluruh/sebuah unit
atau unsur terkecil dari aset yang dimiliki.
49
7. Rejuvinasi Aset : Upaya peremajaan aset dengan tujuan aset dapat
didayagunakan kembali sebelum umur ekonomisnya habis. Peremajaan ini
dapat berupa perbaikan menyeluruh ataupun penggantian suku cadang dengan
tujuan aset dapat beroperasi seperti pada keadaan semula.
8. Pengalihan Aset : Upaya memindahkan hak dan atau tanggung jawab,
wewenang, kewajiban penggunaan, pemanfaatan dari sebuah unit kerja ke unit
yang lainnya di lingkungan sendiri.
Menurut Hastings (2010), manajemen aset adalah serangkaian kegiatan yang
terkait dengan ;
1. mengidentifikasi apa saja yang dibutuhkan aset,
2. mengidentifikasi kebutuhan dana,
3. memperoleh aset,
4. menyediakan sistem dukungan logistik dan pemeliharaan untuk aset,
5. menghapus atau memperbaharui aset sehingga secara efektif dan efisien dapat
memenuhi tujuan.
Definisi lain Danylo dan Lemer (Hidayat, 2012: 7) manajemen aset adalah
sebagai berikut:
“Asset management is a methodology to efficiently and equitability allocateresources amongst valid and competing goals and objective”. (Manajemenaset adalah metodologi untuk secara efisien dan adil mengalokasikan sumberdaya di antara tujuan dan sasaran yang valid dan bersaing)'. Selanjutnyamenurut Siregar (2004: 517), manajemen aset itu sendri telah berkembangcukup pesat.
50
Dari beberapa definisi yang ada maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
aset mecakup proses perencanaan dan pengawasan terhadap barang bergerak maupun
tidak bergerak yang memiliki inilai ekonomi, nilai tukar dan nilai komersial.
2.1.4.1 Siklus Manajemen Aset
Pada konteks organisasi privat, siklus pengembangan manajemen aset
berbasis pada kontinum kematangan reliabilitas operasional (Operational Reliability
Maturity Continuum). Model empiris ini terbagi dalam 5 tahap utama yang
merupakan dasar dari kinerja yang dikembangkan, dengan potensi pertumbuhan
secara berkelanjutan lebih dari 10 tahun dari suatu horison strategis. Model ini telah
didiskripsikan secara detil pada tahun 1997 sebagaimana dipublikasikan majalah
Maintenance Technology, dengan judul Developing an Asset Management Strategy.
Siklus pertama dalah pemeliharan terencana (planned maintenance),
memeiliki tujuan utama untuk meningkatkan pengendalian kerja dan meminimalkan
biaya perawatan.
Siklus kedua adalah pemeliharan proaktif (proactive maintenance), bertujuan
untuk menghilangkan mode kegagalan yang umum atau biasa terjadi dan pengaruh –
pengaruh antar fasilitas, sehingga biaya perbaikan dan biaya waktu tunggu akibat
terjadinya kegagalan dapat dikurangi. Akuisi biaya dari pemonitoran kondisi
peralatan harus dievaluasi dengan seksama untuk mendapatkan penerapan dan nilai
51
yang terbaik. Keputusan-keputusan ini dibuat antar fungsi, dan dieksekusi secara
terpusat.
Siklus ketiga adalah keunggulan organisasional (organizational excellence),
menangani aktivitas operasional dan kepedulian terhadap aset yang sehat (asset
health care) yang tersisa melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Operator menyiapkan pelralatan untuk dirawat;
2. Operator dibantu untuk mendefinisikan dan mendiagnosis
permasalahan-permasalahan kronik;
3. Operator mulai untuk diberi tanggung jawab terhadap kondisi
peralatan.
Bagian dari tanggung jawab ini adalah untuk melakukan aktifitas basic care,
termasuk lubrikasi, penyesuaian, observasi dan mencatat parameter operasional.
Karena perawatan peralatan telah dapat dikendalikan, dimana manajemen proses
telah jelas diidentifikasikan, dirancangkan, dijadwalkan, dipastikan bekerja dengan
semestinya, dan kebanyakan kegagalan umum telah dieliminasi dengan perawatan
proaktif, sehingga pada tahap ini lebih difokuskan pada pelatihan, dan pembelajaran
pekerja terhadap peralatan. Teknisi masih tetap melakukan perawatan dalam jumlah
kecil, namun tugas lebih diarahkan sebagai fasilisator dan pelatih, dengan spesialisai
terhadap peralatan yang menjadi tanggung jawab mereka. Organisasi telah berubah
dari manajemen terpusat menjadi terdistribusi.
52
Siklus keempat adalah reliabilitas terrekayasa (engineered reliability),
berbasis unit, menghilangkan defektivitas padas sistem secara khusus, lebih dari pada
mode kegagalan umum. Apabila peralatan memiliki unit cukup banyak, maka tahap
ini akan membutuhkan kolaborasi berbasis unit lebih lanjut.
Siklus kelima adalah keunggulan operasional (operational excellence),
menambahkan suatu dimensi yang diarahkan berdasrkan tujuan bisnis dan
menentukan semua usaha-usaha perawatan dan realiabilitas. Pada siklus ini kan
dilakukan optimalisasi yang sebenarnya, dan tugas tim berbasis perpindahan (shif)
akan meningkat, karena memiliki tanggung jawab memonitor dan merawat kesehatan
aset, selain juga mengoptimalkan produksi dan lapangan.
Pada organisasi privat, implementasi manajemen aset merupakan suatu proses
yang terdiri dari beberapa elemen, dan model keputusan untuk menentukan kapan
menggunakan elemen-elemen tersebut.
Dalam organisasi publik, siklus hidup fisik dari suatu aset atau kelompok aset
memiliki tiga fase yang berbeda, yakni pengadaan (acquisition), operasi, dan
penghapusan (disposal). Kemudian ditambahkan fase keempat, yaitu perencanaan,
yang merupakan proses lanjutan dimana output informasi dari setiap fase digunakan
sebagai input untuk perencanaan. Fakta bahwa aset memilki siklus-hidup
membedakannya dari input sumber daya lainnya. Secara khusus, tanggung jawab
untuk keputusan pengadaan (dan biaya) dalam suatu organisasi, berbeda dengan
53
tanggung jawab untuk operasi dan dan pemeliharaan aset; dan kedua tanggung jawab
tadi berbeda dengan tanggung jawab untuk penghapusan.
Siklus manajemen aset pada tingkat daerah (Mahmudi, 2010) dalam Muchtar
2011:23 secara umum meliputi tahap tahap berikut:
Gambar 2.4
Siklus Manajemen Aset Daerah
1. Perencanaan
Pengadaan aset tetap harus dianggarkan dalam rencana anggaran
belanja modal yang terdokumentasi dalam Rencana Kebutuhan Barang
Milik Daerah (RKBMD). Selanjutnya dianggarkan dalam dokumen
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD. Perencanaan kebituhan aset
daerah harus berpedoman pada standar harga yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah.
2. Pengadaan
Pengadaan aset daerah harus didasarkan pada prinsip ekonomi,
efisiensi, dan efektifitas (value for money), transparan dan terbuka,
bersaing, adil/ tidak diskriminatif dan akuntabel. Pengadaan barang
1.Perencanaan
2.Pengadaan
3.Penggunaan/Pemanfaatan
5. Penghapusan /Pemindahtanganan
4. Pengamanan&
Pemeliharaan
54
daerah juga harus mengikuti ketentuan peraturan perundangan tentang
pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah. pada saat pembelian
harus ada dokumen transaksi yang jelas mengenai tanggal tansaksi,
jenis aset dan spesifikasinya, dan nilai transaksi.
3. Penggunaan/ Pemanfaatan
Pada saat digunakan harus dilakukan pencatatan mengenai maksud
dan tujuan penggunaan aset (status penggunaan aset), unit kerja mana
yang menggunakan, lokasi, dan informasi terkiait lainnya. Mutasi dan
disposisi aset tetap harus dicatat. Biaya pemelihaaan dan depresiasi
jika ada juga harus dicatat dengan tertib. Untuk optimalisasi aset yang
ada, pemerintah daerah dapat memanfaatkan aset yang berlebih atau
menganggur.
4. Pengamanan dan Pemeliharaan
Aset-aset pemerintah daerah perlu mendapat pengamanan yang
memadai. Pengamanan aset daerah yang diperlukan meliputi
pengamanan administrasi dan catatan, pengamanan secara hukum, dan
pengamanan fisik.
5. Penghapusan/ Pemindahtangan
Penghapusan aset daerah dari ndaftar aset pemerintah daerah dapat
dilakukan jika aset tersebut sudah tidak memiliki nilai ekonomis, rusak
berat, atau hilang. Penghapusan aset daerah dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu pemusnahan dan pemindahtangan. Pemusnahan
55
dilakukan dengan cara dibakar, ditanam ke tanah, atau
ditengelamkanke laut. Pemusnahan dilakukan karena tidak laku dijual,
rusak, kadaluwarsa, membahayakan kepentingan umum, atau karena
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengharuskan untuk
dimusnahkan.
Dari beberapa siklus tersebut maka dapat disimpulkan bahwa siklus yang di
gunakan oleh organisasi publik dan swasta berbeda namun setiap siklus yang ada
memilkiki tanggung jawabnya masing-masing.
2.1.4.2 Tujuan dan Sasaran Manajemen Aset.
Tujuan utama dari manajemen aset adalah membantu suatu entitas
(organisasi) dalam memenuhi tujuan penyediaan pelayanan secara efektif dan efisien.
Hal ini mencakup panduan pengadaan, penggunaan, dan penghapusan aset, dan
pengaturan risiko dan biaya yang terkait selama siklus hidup aset.
Agar efektif, manajemen aset perlu dipertimbangkan sebagai aktivitas yang
komperhensif dan multi disiplin yang terkait dengan banyak faktor antaralain:
1. Siklus hidup aset dan prinsip-prinsip manajemen aset;
2. Kebutuhan dari para pengguna aset;
3. Kebijakan dan peraturan perundangan;
4. Kerangka manajemen dan perencanan organisai;
5. Kelayakan teknis dan kelangsungan komersial;
56
6. Pengaruh eksternal/pasar (seperti teknologi, lingkungan, dan industri);
7. Persaingan permintaan dari para stakeholder dan kebutuhan
merasionalisasikan operasi untuk memperbaiki pemberian pertanyaan
atau untuk meningkatkan keefektifan biaya.
Sasaran dari manajemen aset adalah untuk mencapai kecocokana/kesesuaian
sebaik mungkin antara aset dengan strategi penyediaan pelayanan. Hal ini
diprediksikan pada saat pemerikasaan/pengujian kritikal dari alternative-alternatif
penggunaan aset. Harapannya adalah bahwa solusi non-aset akan memungkinkan
penyediaan pelayanan dengan biaya terendah. Jadi, dengan manajemen aset akan
dapat diketahui apakah suatu aset itu sesuai dengan strategi penyediaan pelayanan
ataukah tidak. Solusi non-aset dimaksudkan sebagai alternatif penggunaan aset tanpa
harus memiliki aset tersebut serta menghindari alternative yang hanya terfokus pada
pengadaan aset yang tanpa disertai optimalisasi aset-aset yang telah ada.
Menurut Sugiama (2013), secara umum tujuan manajemen aset adalah untuk
pengambilan keputusan yang tepat agar aset yang dikelola berfungsi secara efektif,
efisien dan bernilai tinggi.
Tujuan inti manajemen aset adalah agar mampu ;
1. Meminimisasi biaya selama umur aset bersangkutan (to minimise the
whole life cost of assets),
2. Dapat menghasilkan laba yang maksimum (profit maximum), dan
57
3. Dapat mencapai penggunaan serta pemanfaatan aset secara
optimum (optimizing the utilization of assets).
Prawoto menjelaskan bahwa tujuan manajemen aset adalah untuk menjaga
agar nilai aset tersebut tetap tinggi dan mempunyai usia hidup yang panjang dengan
menyediakan biaya operasi yang memadai sehingga mampu
menghasilkan output yang tinggi secara efesien, memberikan kepuasan kepada
pelanggannya namun dengan tetap mengindahkan peraturan perundangan dan aspek
keselamatan kerja sehingga tidak mengganggu lingkungan dan
memberikan image yang baik.
Nemmer dalam proyek penelitian berjudul Asset Management—Texas
Style (2007) berpendapat bahwa tujuan utama dari manajemen aset adalah untuk
meningkatkan proses pengambilan keputusan dan untuk mengalokasikan dana aset
sebuah instansi sehingga pengembalian investasi terbaik diperoleh. Manajemen aset
mencakup semua proses, alat, dan data yang dibutuhkan untuk mengelola aset secara
efektif untuk mencapai tujuan ini.
Hastings (2010), berpendapat bahwa fungsi manajemen aset diperlukan untuk
memberikan pengetahuan aset dan kapasitas manajemen terkait dan kegiatan
pendukung keputusan dalam konteks bisnis yang meliputi aset (dan kemampuan yang
terkait) perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, perencanaan keberlanjutan dan
pelaksanaan aset dan, logistik dukungan pembangunan dan pengelolaan fasilitas.
Menurut Hambali (2010), ada lima tujuan dari manajemen aset. Tujuan-tujuan
dari manajemen aset meliputi ;
58
1. Kejelasan status kepemilikan aset,
2. Inventarisasi kekayaan daerah dan masa pakai aset,
3. Optimasi penggunaan dan pemanfaatan untuk meningkatkan pendapatan
dimana aset yang berstatus idle capacity dapat dimanfaatkan sesuai
peruntukkan yang ditetapkan, selain itu optimasi aset dapat
mengidentifikasi dan mengetahui pemanfaatannya untuk apa,
peruntukkan aset kepada siapa dan mampu mendatangkan pendapatan
bagi pengelola aset
4. Pengamanan aset dan
5. Dasar penyusunan neraca.
Berdasarkan pendapat di atas, secara umum tujuan dari pengelolaan aset
adalah membantu suatu entitas dalam memenuhi tujuan penyediaan pelayanan secara
optimal, efektif dan efisien. Hal ini mencakup perencanaan, panduan pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, optimasi, penghapusan aset dan pengaturan risiko serta
biaya yang terkait selama siklus hidup aset. Pengelolaan aset juga bertujuan untuk
mengetahui kejelasan dari kepemilikan aset sehingga pemilik aset dapat dengan aman
dan tidak terbentur masalah legalitas dalam mendayagunakan aset yang dimilikinya.
59
2.2 Penelitian Terdahulu
No ITEM Penelitian Terdahulu1
PenelitianTerdahulu 2
Penelitian Sekarang
1 Judul Manajemen AsetDaerah Studi PadaDinas PendapatanPengelolaanKeuangan dan AsetDaerah (DPPKAD)Kabupaten TanaToraja
Manajemen AsetDaerah (AnalisisPemeliharaanFungsi Bangunandi LingkungannPemerintahKabupatenBadung)
Manajemen AsetKendaraan DinasOperasionalPemerintahKabupatenTangerang
2 Tahun 2013 2015 20163 Tujuan
PenelitianMengetahuiPengelolaan AsetDaerah di KabupatenTana Toraja.
Mengetahui polamanajemenpemanfaatan asetdaerah peralihanfungsi bangunan dilingkunganPemerintahKabupaten Badung.
MengetahuibagaimanaManajeman AsetKendaraan DinasOperasionalPemerintahKabupatenTangerang
4 Metode/paradigma
Metode PenelitianKualitatif
Metode PenelitianKualitatif
Metode PenelitianKualitatif
5 Persamaan Pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang yang dilakukanpeneliti, ketiganya sama-sama membahas mengenai Manajemen/Pengelolaan Aset Daerah.
6 Perbedaan Penelitianterdahulu 1membahasmengenaiManajemen asetsecarakeseluruhan(asettetap dan asetbergerak) di BadanPengelolaanPendapatanKeuangan danAset Daerah(DPPKAD)Kabupaten TanaToraja tahun 2013.
Penelitianterdahulu 2membahasmengenai analisisperalihan fungsibangunan diLingkunganPemerintahKabupaten BadugKota Denpasartahun 2015.
Penelitian sekarangmembahasa mengenaimanajemen AsetDaerah hanya padabagian aset tetapberupa kendaraandinas operasional dipemerintahanKabupaten Tangerangoleh BadanPengelolaan Keuangandan Aset Daerah(BPKAD).
60
2.3 Kerangka Pemikiran Peneliti
Menurut Sugiyono (2008:60), kerangka berfikir adalah sintesa tentang
hubungan antar-variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Dan berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan, selanjutnya dianalisis secara
kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar-variabel
yang diteliti. Sementara Uma Sekaran dalam Sugiyono (2008:65) mengemukakan
bahwa: “Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
yang penting”.
Selama peneliti melakukan penelitian, peneliti memperoleh data dan informasi
melalui pengamatan dan observasi langsung ke lapangan serta melakukan wawancara
kepada pihak yang bersangkutan dengan manajemen aset kendaraan dinas operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teori
manajemen aset menurut Doli D. Siregar, karena ada kesesuaian antara masalah yang
terdapat pada identifikasi masalah dengan apa yang dijabarkan dalam teori tersebut.
Menurut Siregar, di dunia internasional manajemen aset telah berkembang
cukup pesat, namun di Indonesia hal ini khusunya dalam konteks pengelolaan aset
pemerintah daerah sepenuhnya belum dapat dipahami oleh para pengelola daerah.
Adapun dari kelima manajemen aset tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ;
1. Invetarisasi Aset
Inventarisasi aset merupakan kegiatan yang terdiri dari dua aspek, yaitu
inventarisasi fisik dan yuridis/ legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas,
61
lokasi, volume/ jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis
adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir
penguasaan. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi/
labelling, pengelompokkan dan pembukuan/ administrasi sesuai dengan
tujuan manajemen aset.
2. Legal Audit
Demikian menyangkut legal audit sebagai lingkup kerja manajemen aset
yang berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur
penguasaan atau pengalihan aset. Selanjutnya, identifikasi dan mencari solusi
atas permasalahan legal dan strategi untuk memecahkan berbagai
permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan dan pengalihan aset.
Masalah yang sering dihadapi dalam legal audit, menyangkut status
penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, pemindahan aset yang tidak
termonitor dan lain-lain.
3. Penilaian Aset
Kesatuan kerja lanjutan dari manajemen aset, yaitu berupa kegiatan penilaian
aset sebagai upaya penilaian atas aset yang dikuasai pemerintah daerah dan
biasanya kegiatan ini dilakukan oleh konsultan penilaian independent. Hasil
dari nilai tersebut akan dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan
maupun informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin dijual.
62
4. Optimalisasi Aset
Selanjutnya optimalisasi aset merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan
potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/ volume, legal dan ekonomi yang dimiliki
aset tersebut. Dalam kegiatan ini aset-aset yang dikuasai Pemda diidentifikasi
dan dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dapat dikelompokkan
berdasarkan sektor-sektor unggulan yang dapat menjadi tumpuan dalam
strategi pembangunan ekonomi nasional, baik dalam jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang. Untuk menentukan hal tersebut harus
terukur dan transparan, sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan harus
dicari faktor penyebabnya, apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai
ekonomi yang rendah ataupun faktor lainnya, sehingga setiap aset nantinya
memberikan nilai tersendiri. Hasil akhir dari tahapan ini adalah rekomendasi
yang berupa sasaran, strategi dan program untuk mengoptimalkan aset yang
dimiliki.
5. Pengawasan dan Pengendalian
Kemudian sebagai kegiatan akhir dari manajemen aset yaitu pengawasan dan
pengendalian dan hal ini sering menjadi bahan hujatan terhadap Pemerintah
Daerah (PEMDA) saat ini. Saran yang paling efektif untuk meningkatkan
kinerja aspek ini adalah pengembangan SIMA. Melalui SIMA, transparansi
kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya
kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah. Dalam SIMA,
keempat aspek diatas diakomodasi dalam system dengan menambah aspek
63
pengawasan dan pengendalian. Demkian setiap penangan terhadap suatu aset
dapat termonitor dengan jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga siapa
yang bertanggungjawab menanganinya. Hal ini akan diharapkan menimalkan
KKN dalam pelaksanaan pelayanan oleh Pemda.
Adapun beberapa poin yangmenjadi titik acuan untuk mengetahui
Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang tahun 2014 menggunakan alur manajemen aset menurut Doli
D.Siregar (2004:518-519). Maka alur berpikir dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
64
Gambar 2.5
Kerangka Berfikir Peneliti
Sumber : Peneliti 2016
Alur Manajemen Aset menurut Doli D. Siregar (2004:518-519) yaitu :
1. Inventarisasi Aset2. Optimalisasi Aset3. Legal Audit4. Penilaian Aset5. Pengawasan dan Pengendalian Aset
.MANAJEMEN ASET KENDARAAN DINAS OPERASIONALPEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014
Manajemen aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang dapat terkelola dengan baik.
Identifikasi Masalah (Peneliti, 2016) :
1. Proses inventarisasi Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Tangerang yang
kurang berjalan dengan baik.
2. Kurangnya pengawasan Barang Milik Daerah pada Kendaraan Dinas Operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam pendistribusian Kendaraan Dinas
Oprasional berdasarkan jabatan.
3. Masih kurangnya pengamanan Barang Milik Daerah yang dilakukan Pemerintah
Kabupaten Tangerang pada Kendaraan Dinas Oprasional.
4. Kurangnya operasi program aplikasi SIMDA Barang Milik Daerah Pemerintah
Kabupaten Tangerang.
65
2.4 Asumsi Dasar
Asumsi dasar merupakan persepsi awal peneliti terhadap objek yang diteliti.
Asumsi yang disumpulkan didasarkan pada pengamatan peneliti di lapangan yang
menunjukkan bahwa ketersedian sarana dan prasarana yang memprihatinkan, dan
sosialisasi yang diberikan untuk masyarakat masih kurang.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan diatas, peneliti telah
melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi bahwa
dalam pengelolaan aset kendaraan dinas oprasional Pemerintah Kabupaten Tangerang
belum optimal dikarenakan masih banyak kendaraan dinas oprasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang yang bermasalah, seperti dalam masalah inventarisasi aset
Pemerintah Kabupaten Tangerang pada kendaraa dinas operasional masi terbilang
kurang baik, kurangnya optimalisasi Barang Milik Daerah pada Kendaraan Dinas
Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam pendistribusian Kendaraan
Dinas Oprasional berdasarkan jabatan, masih kurangnya pengamanan Barang Milik
Daerah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tangerang pada Kendaraan Dinas
Oprasional, dan kurangnya operasi program aplikasi SIMDA Barang Milik Daerah
Pemerintah Kabupaten Tangerang.padahal sudah kita ketahui bahwa Pemerintah
Kabupaten Tangerang telah mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualin oleh Badan
Pemeriksa Keuangan sebanyak tujuh kali berturut-turut dari tahun 2007, akantetapi
disini peneliti menemukan beberapa masalah dalam pengelolaan asetnya
66
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian Manajeman Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang, peneliti mengunakan metode penelitian kualitatif. Menurut
Kirk dan Miller dalam Moleong (2006:4) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung dari pengamatan pada manusia dalam kawasannya maupun
peristilahannya. Menurut Bogdadan Taylor dalam Moleong (2006:4) jenis penelitian
ini berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi
di lapangan, dimana data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.
Moleong (2006:6) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara
holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfatakan berbagai metode alamiah.
Penelitian ini menguunakan metode kualitatif deskriptif karena peneliti
bermaksud untuk mendeskripsikan hal-hal terkait Manajeman Aset Kendaraan Dinas
Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang, guna memahami fenomena apa yang
dialami oleh subyek penelitian secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam
67
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
menggunakan metode ilmiah berupa wawancara, studi dokumentasi dan observasi.
3.2 Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian
Ruang lingkup/fokus penelitian merupakan bagian yang membatasi dan
menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan. Ruang lingkup
digunakan sebagai batasan penelitian agar dapat fokus pada fokus penelitian yang
akan dijalankan. Jadi dapat memudahkan peneliti untuk lebih fokus dengan penelitian
yang akan dijalankan, maka ruang lingkup dan fokus penelitian terhadap penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Menurut Doli D. Siregar dalam buku Manajemen Aset (2004:178)
pengertian aset secara umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang
(anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai
komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang
dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu (perorangan).
b. Manajemen aset sendiri menurut Doli Siregar dapat dibagi menjadi lima
tahapan kerja yaitu: (a) Inventarisasi Aset, (b) Legal Audit, (c) Penilaian
Aset, (d) Optimalisasi Aset, (e) Pengawasan dan Pengendalian.
68
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian adalah Badan
Pengelolah Keuangan Aset (BPKAD) Kabupaten Tangerang yang berlokasi di
gedung Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang, Tigaraksa.
3.4 Fenomena yang diamati
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual digunakan untuk menegaskan konsep-konsep yang jelas,
yang digunakan supaya tidak menjadi perbedaan penafsiran antara penulis dan
pembaca. Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Menurut Doli D. Siregar dalam buku Manajemen Aset (2004:178) pengertian
aset secara umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang
mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value) atau
nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu
(perorangan).
3.4.2 Definisi Oprasional
Definisi oprasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian
dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Dalam penelitian Manajeman Aset
Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang, peneliti
mengunakan pendekatan Manajemen Aset dari Doli Siregar. Adapun dimensi dan
indikator yang digunakan adalah sebagai berikut:
69
Tabel 3.1
Definisi Oprasional Penelitian
Dimensi Indikator Pertanyaan
Manajeman Aset
Kendaraan Dinas
Operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang
Inventarisasi
Proses untuk mengetahui pengadaan
kendaraan dinas operasional
Peroses pencatatan aset yang dimiliki oleh
Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Peroses kodefikasi/labeling pada
kendaraan dinas operasional.
Permasalahan inventarisasi kendaraan
dinas operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang.
Masalah legal atas aset yang dimiliki.
Batas akhir Penggunaan Kendaraan Dinas
Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang.
Spesifikasi Kendaraan Dinas Operasional
Berdasarkan Jabatan pada
Pejabat/Pegawai Pemerintah Kabupaten
Tangerang.
Legal Audit
Proses legal audit pada kendaraan dinas
operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang.
Permasalahan legal audit pada kendaraan
dinas operasional.
Penilaian Aset
Proses penilaian pada kendaraan dinas
operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang
Konsultan Penilai indenpendent kendaraan
dinas operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang.
70
Optimalisasi Aset
Optimalisasi kelayakan fisik yang
berpotensi pada Kendaraan Dinas
Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang
Optimalisasi fisik yang tidak berpotensi
pada Kendaraan Dinas Operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Pengawasan dan
pengendalian
Pengawasan dan Pengendalian pada
Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang.
Pengembangan Sistem Informasi
Manajemen Aset pada Kendaraan Dinas
Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang.
Sumber: Peneliti 2017
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus
“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagi instrument meliputi
validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif penguasaan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian,
baik secara akademik maupun logistiknya. Validasi dilakukan oleh peneliti itu
sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif,
penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal
memasuki lapangan (Sugiyono, 2012:222).
71
Jenis data yang dikumpulkan berupa jenis data pimer dan sekunder. Menurut
Lofland dalam Moleong (2006:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan, sebaliknya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-
kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik. Adapun alat-alat bantu yang
digunakan peneliti dalam mengumpulkan data adalah alat perekam (handphone),
pedoman wawancara, buku catatan, kamera handphone yang digunakan untuk
membantu peneliti mengumpulkan data di tempat penelitian.
3.6 Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, pengambilan sampel sumber data berkaitan
dengan siapa yang hendak dijadikan informan dalam penelitian. Menurut Bungin
(2009:76-77) menjelaskan objek dan informan penelitian kualitatif adalah
menjelaskan objek penelitian yang fokus dan lokus penelitian, yaitu apa yang menjadi
sasaran. Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi
secara konkrit menggambarkan dalam rumusan masalah penelitian. Sedangkan
informan penelitian adalah subyek yang memahami informasi objek penelitian
sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitiannya.
Pada penelitian ini penentuan informan dibagi menjadi dua yaitu key informan
dan secondary infoman. Key informan sebagai informasi utama yang lebih
mengetahui situasi fokus penelitian, sedangkan secondary informan sebagai
informan penunjang dalam memberikan penambahan informasi. Dalam penelitian ini
pemilihan informannya menggunakan teknik purposive. Menurut Sugiyono
72
(2012:218-219) purposive adalah teknik pengambilan sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang
dianggap paling mengetahui tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang
diteliti. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini diantaranya adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Informan Penelitian
No.Kode
InformanJabatan Informan Keterangan
1I1-1 Kasubag Inventarisasi Bidang Aset BPKAD Kab.Tangerang.
Key
Informan
2I1-2 Staff BPKAD Bidang Aset Bagian Inventarisasi
Key
Informan
3I1-3 Staff BPKAD Bidang Aset Bagian Inventarisasi
Key
Informan
4I1-4 Staff BPKAD Bidang Aset Bagian Pemanfaatan dan Penghapusan
Key
Informan
5I1-5 Kasubag Umum Sekretariat Daerah
Key
Informan
6I1-6 Staff Sekretariat Daerah Bag. Umum
Key
Informan
7I1-7
Ketuan Auditor Tim 7 Inspektorat Daerah Key
Informan
8I1-8
Staff Dinas Cipta Karya Bag. Umum Key
Informan
9 I1-9Staff Dinas Bina Marga dan Pengairan Bag. Umum Key
73
Informan
10I1-10
Staff Dinas Kesehatan Bag. Umum Key
Informan
11I1-11
Staff Dinas Kopersi Bag. Umum Key
Informan
12I1-12
Staff Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Second
Informan
13I1-13
Auditor Tim 7 Inspektorat Daerah Second
Informan
Peneliti 2017
3.6.1 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara
mengumpulkan data primer dan sekunder yang berkaitan dengan masalah penelitian
yang akan dibahas. Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi:
1. Wawancara
Wawancara yang dilakukan peneliti pada penelitian Manajemen Aset
Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu, dengan
melakukan percakapan, dimana dalam percakapan tersebut dilakukan oleh kedua
belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) ynng mengajukan pertanyaan, hal ini
dilakukan oleh penliti dan terdapat terwawancara (interviewee) yaitu informan
peneliti, yang memberikan jawaban atas hal tersebut. Wawancara yang dilakukan
peneliti juga sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabaila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
74
Dalam penelitian kualitatif, wawancara dilakukan secara mendalam. Ada dua
jenis wawancara dalam penelitian kualitatif, yaitu wawancara terstruktur dan tidak
terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
yang akan diperoleh. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang
bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara
yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
(Sugiyono, 012:138-140). Adapun pedoman wawancara sebagai acuan dalam
wawancara sebagai berikut :
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara
No. DIMENSI INFORMAN
1. Inventarisasi fisik dan yurudis/ legal,
meliputi :
1. Melakukan pengecekan fisik
2. Labelisasi
3. Pencatatan
4. Status penguasaan
5. Batas akhir penguasaan
Kasubag Inventarisasi Bidang Aset BPKAD
Kab.Tangerang.
Staff BPKAD Bidang Aset Bagian
Inventarisasi
Staff Dinas Cipta Karya Bag. Umum
Staff Dinas Bina Marga dan Pengairan Bag.
Umum
Staff Dinas Kesehatan Bag. Umum
Staff Dinas Kopersi Bag. Umum
75
2. Legal Audit (inventarisasi status
pengusaan aset, sistem dan prosedur
atas permasalahan legal ) :
1. Status penguasaan aset
2. Prosedur kepemilikan aset
Kasubag Umum Sekretariat Daerah
Staff Sekretariat Daerah Bag. Umum
3. Penilaian aset, meliputi :
1. Penilaian atas aset yang
dikuasai
2. Konsultan penilaian
independent
Staff BPKAD Bidang Aset Bagian
penghapusan
4. optimalisasi aset (mengoptimalkan
fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume,
legal, dan ekonomi yang dimiliki aset
tersebut) meliputi :
1. Optimalisasi kelayakan fisik
2. Optimalisasi fisik yang tidak
berpotensi
Kasubag Inventarisasi Bidang Aset BPKAD
Kab.Tangerang.
Staff BPKAD Bidang Aset Bagian
Inventarisasi
Staff Dinas Cipta Karya Bag. Umum
Staff Dinas Bina Marga dan Pengairan Bag.
Umum
5. Pengawasan dan pengendalian atas
pemanfaatan dan pengalihan aset,
meliputi :
1. Pengawasan dan
pengendalian kendaraan dinas
operasional Pemerintah
Ketuan Tim 7 Inspektorat Daerah
Staff BPKAD Bidang Aset Bagian
Inventarisasi
76
Kabupaten Tangerang
2. Pengembangan Sistem
Informasi Manajemen Aset
Peneliti 2017
Penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara secara terstruktur
dengan mengunakan metode wawancara secara trstruktur dengan mengunakan
pedoman wawancara sebagai acuan dalam melakukan wawancara dengan informan.
Jadi bahan untuk melakukan wawancara dengan informan sudah jelas dan tersusun
secara sistematis di dalam pedoman wawancara yang akan dijadikan acuan bagi
peneliti untuk wawancara.
2. Observasi
Observasi merupakan pengamatan. Observasi diartikan sebagai pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap suatu gejala yang tampak pada objek
penelitian. Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara berperan
serta (partisipan) dan yang tidak berperan serta (non partisipan). Pada pengamatan
tanpa peran serta pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan
pengamatan saja, sedangkan pengamat berperan serta melakukan dua peranan
sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari
kelompok yang diamati.
77
Observasi yang dilakukan peneliti ialah obeservasi non partisipan dimana
peneliti melakukan pengamatan terhadap Manajemen Aset Kendaraan Dinas
Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan menggunakan data-data atau
dokumen-dukumen desa yakni daftar kendaraan dinas operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang tahun 2015 sebagai acuannya.
Ada beberapa alasan mengapa dalanm penelitian kualitatif pengamatan
dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti apa yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln
dalam Moleong (2006;216-217) yaitu :
1. Teknik ini didasarkan pada pengalaman secara langsung.2. Memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat
perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.3. Memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan
dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsungdiperoleh dari data.
4. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yangdidapatnya ada yang bias.
5. Memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit,karena harus memperhatikan beberapa tingkah laku yang komlekssekaligus.
6. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidakdimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditunjukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Adapun dokumen-
dokumen yang digunakan berupa surat-surat keputusan, data statistik, catatan-catatan,
arsip-arsip, laporan, foto dan dokumen -dokumen lain. Dalam penelitian Manajemen
78
Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang peneliti
menggunakan dokumen-dokumen yakni yakni daftar kendaraan dinas operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang tahun 2015. Selain itu peneliti juga menggunakan
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang pengelolaan Barang Milik Daerah, dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.06/2015 tentang Standar Barang dan
Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor
Dinas Operasional Jabatan di Dalam Negeri.
3.6.2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah data primer dan data
sekunder. Sumber data primer adalah data-data yang diperoleh langsung dari
lapangan dan masih bersifat data mentah. Sumber data sekunder merupakan sumber
data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Adapun alat
pendukung lainnya yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini berupa
alat perekam, kamera, dan catatan lapangan.
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen dalam Sugiyono
(2012:88) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja data,
mengorganisasikan data, memilih-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
79
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode model Miles dan
Hubermen yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting
diantaranya dan reduction (reduksi data), data display (penyajian data), verification
(verfikasi). Seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.4
Aktifitas Dalam Analisis Data
Sumber : Sugiyono, 2012:88
Dari gambar tersebut kita dapat melihat bahwa proses penelitian ini dilakukan
secara berulang terus-menerus dan saling berkaitan satu sama lain, baik dari sebelum
saat dilapangan hingga selesainya penelitian.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian dan
melakukan pengumpulan data penelitian. Ini merupakan tahap awal yang
harus dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat memperoleh informasi
mengenai masalah-masalah yang terjadi di lapangan.
PengumpulanData
PenyajianData
PenarikanKesimpulan
ReduksiData
80
2. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti dilapangan, maka jumlah
data yang akan didapat juga semakin banyak, komleks dan rumit, untuk itu
perlu direduksi data. Reduksi data memiliki makna merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, lalu dicari tema dan
polanya. Reduksi data berlangsung selama peoses pengambilan data itu
berlangsung, pada tahap ini juga akan berlangsung kegiatan pengkodean,
meringkas dan membuat partisi (bagian-bagian) proses transformasi ini
berlanjut terus sampai laporan akhir penelitian tersusun lengkap.
3. Penyajian Data
Setelah mereduksi data, langkah yang dilakukan peneliti adalah melakukan
penyajian data. Penyajian data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi
yang tersusun, yang kemungkinan memberi adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, dan hubungan antar kategori. Penyajian data juga bertujuan
agar peneliti dapat memahami apa yang terjadi dalam merencanakan tindakan
selanjutnya yang akan dilakukan.
81
4. Penarikan Kesimpulan/ Verivikasi
Langkah terakhir dalam pengumpulan data adalah verifikasi. Dari awal
pendataan peneliti mencari hubungan-hubungan yang berkaitan dengan
permasalahan yang ada, melakukan pencatatan hingga menarik kesimpulan.
Kesimpulan masih bersifat sementara dan akan selalu mengalami perubahan
selama proses pengumpulan data masih berlangsung, akan tetapi bila
kesimpulan yang dibuat didukung dengan data yang valid dan konsisten yang
ditemukan kembali oleh peneliti dilapangan, maka kesimpulan tersebut
merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.7 Uji Keabsahan Data
Adapun uji keabsahan data bahwa setiap keadaan harus memenuhi 3 hal, yaitu
(1) mendemonstrasikan nilai yang benar, (2) menyediakan dasar agar hal itu dapat
diterapkan, dan (3) memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang
konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya
(Moleong, 2006:320). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji keabsahan data
dengan teknik triangulasi dan pengecekan anggota (member check).
Triangulasi adalah teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006:330). Adapun dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan 2 jenis teknik triangulasi, yaitu:
1. Triangulasi sumber, yaitu triangulasi sumber untuk mengujikredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telahdiperoleh melalui beberapa sumber.
82
2. Triangulasi teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengancara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yangberbeda (Sugiyono, 2012:273).
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menggunakan 2 jenis pendekatan
triangulasi yaitu triangulasi sumber dimana peneliti akan mendapatkan data dari sudut
pandang Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). Selain itu,
peneliti mengunakan triangulasi teknik dimana peneliti menggunakan teknik
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi untuk memperoleh data dimana teknik-
teknik itu untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan atau tidak. Peneliti juga
mengunakan member check dalam menguji keabsahan data yang didapatkan dari
informan. Peneliti melakukan pengecekan kembali data-data yang telah diperoleh dari
informan penelitian, sehingga data menjadi valid dan dapat dipercaya.
3.8 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan berapa lama akan
dilakukan proses penelitian (Sugiyono, 2012:286). Berikut ini merupakan jadwal
penelitian Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang.
83
Tabel 3.5
Jadwal Penelitian
84
BAB IVHASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian
yang meliputi lokasi penelitian yang di teliti dan memberikan gambaran umum
wilayah Kabupaten Tangerang, Gambaran Umum Kendaraan Dinas Operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang, Sekertariat Daerah Kabupaten Tangerang, dan
gambaran umum Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Tangerang.
Dalam penelitian ini, deskripsi lokasi yang dijelaskan oleh peneliti adalah
deskripsi mengenai Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang beserta hal-hal yang mempengaruhi seperti kondisi umum
wilayah Pemerintah Kabupaten Tangerang, profil Pemerintah Kabupaten
Tangerang, dan jumlah serta keadaan kendaraan dinas operasional milik
Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Wiilayah Kabupaten Tangerang merupakan salah satu wilayah
administratif di Provinsi Banten. Secara administratif luas wilayah Kabupaten
Tangerang ialah sekitar 959, 61 Km2. Yang mana terdiri dari 29 Kecamatan, 28
Kelurahan dan 246 Desa.
Kabupaten Tangerang mempunyai pemerintahan yang sama dengan
kabupaten lainnya. Unit pemerintahan di bawah kabupaten adalah kecamatan,
masing-masing kecamatan terdiri atas beberapa kelurahan dan desa. Dimana,
dapat diketahui bahwa Pemerintah Kabupaten Tangerang memiliki 29 kecamatan,
yaitu terdiri dari Kecamatan Cisoka, Kecamatan Solear, Kecamatan Tigaraksa,
85
Kecamatan Jambe, Kecamatan Cikupa, Kecamatan Panongan, Kecamatan Curug,
Kecamatan Kelapa Dua, Kecamatan Legok, Kecamatan Pagedangan, Kecamatan
Cisauk, Kecamatan Pasar Kemis, Kecamatan Sindang Jaya, Kecamatan Balaraja,
Kecamatan Jayanti, Kecamatan Sukamulya, Kecamatan Kresek, Kecamatan
Gunungkaler, Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mekarbaru, Kecamatan Mauk,
Kecamatan Kemiri, Kecamatan Sukadiri, Kecamatan Rajeg, Kecamatan Sepatan,
Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Teluknaga, dan
Kecamatan Kosambi.
Pemerintah Kabupaten Tangerang juga memiliki beberapa SKPD lain
yaitu Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan, Badan Kepegawaian, Badan
Ketahanan Pangan, Penyuluhan ,PemberdayaanMasyarakat (BKPPM), Badan
Lingkup Hidup Daerah, Badan Pelayanan Ijin Terpadu, Badan Penanaman Modal
Daerah, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, BAPPEDA, Dinas Bina
Marga dan Pengairan, Dinas Cipta Karya, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan
Pemakaman, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Kesehatan, Dinas
Kesejahteraan Sosial, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Dinas Pemuda,
olahraga, Kebudayaan Pariwisata, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan
Bencana, Dinas Pendapatan, Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika,
Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas
Pertanian dan Pertenakan, Dinas Tata Ruang, Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Inspektoran Kabupaten, Kantor Asrip Daera, Kesatuan Bangsa dan
Politik, Kantor Perpustakaan Daerah, Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Umum
Balaraja, Satuan Polosi Pamong Praja, Sekertariat Darah, dan Sekertariat Dewan.
86
Kemudian, Pemerintah Kabupaten tentunya memiliki aset-aset yang harus
dijaga dan diimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Dimana dapat diketahui bahwa
aset yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang terdiri dari 2(dua) jenis,
yaitu aset bergerak dan tidak bergerak. Aset tidak bergerak merupakan aset yang
terdiri dari tanah dan bangunan, sedngkan untuk aset bergerak terdiri dari
peralatan dan mesin, misalkan seperti kendaraan dinas operasional. Berdasarkan
dengan daftar kendaraan dinas operasional yang dimiliki oleh Pemerintah
Kabupaten Tangerang, Pemerintah Kabupaten Tangerang memiliki 2.665
kendaraan dinas operasional. Dimana, pada daftar tersebut terdapat 30 jenis
kendaraan dinas operasional untuk membantu kegiatan operasional dari tiap-tiap
SKPD Pemerintah Kabupaten Tangerang, 30 jenis kendaraan tersebut terdiri dari
sebagai berikut ;
Tabel 4.1
Daftar Jenis-Jenis Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang
No. Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan1. Dump Truck 1782. Jeep 233. Kendaraan Bermotor Beroda Tiga Lain-lain 1314. Kendaraan Bermotor Angkutan Barang Lain-lain 145. Kendaraan Bermotor Beroda Dua Lain-lainnya 56. Kendaraan Bermotor khusus Lain-lain 97. Kendaraan Dinas Bermotor Lain-lain 478. Micro Bus (Penumpang 15-30) 69. Mini Bus (Penumpang 14 orang kebawah) 47910. Mobil Ambulance 8011. Mobil Jenazah 212. Mobil Kendaraan Bermotor Penumpang Lain-lain 29
87
13. Mobil Pemadam Kebakaran 19
14. Mobil Tangki 915. Mobil Tinja 316. Mobil Unit Kesehatan Hewan 117. Mobil Unit Kesehatan Masyarakat 118. Mobil Unit Pameran 119. Mobil Unit Penerangan 120. Mobil Unit Perpustakaan Keliling 721. Mobil Unit Visual Mini (Muviani) Darat 122. Mobil Workshop 223. Pick Up 10024. Sedan 925. Semi Trailer 126. Sepeda Motor 136227. Staion Wagon 6228. Trailer 229. Truck+Attachment 6
30. Truck Crane 75Total 2.665
(Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang,
2015)
Pada tabel diatas merupakan jenis-jenis kendaraan dinas operasional yang
dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang, dimana dapat diketahui bahwa
setiap kendaraan tentunya memiliki fugsi dalam membantu kegiaan operasional
pada tiap-tiap SKPD Pemerintah Kabupaten Tangerang, seperti kendaraan dump
truck yang digunakan untuk mengangkut barang-barang yang berat, dump truck
ini juga tersebar pada Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman, Dinas Bina
Marga dan Pengairan, dan tersebar pada 29 Kecamatan Kabupaten Tangerang.
Kendaraan dinas operasional jeep yang terdiri 23 yang hanya terdapat pada
Sekretariat Daerah.
88
Adapun, dalam pelaksanaan otonomi daerah di bidang pengelolaan
keuangan dan aset daerah, Pemerintah Kabupaten Tangerang dibantu oleh Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, dimana pada BPKAD Kabupaten
Tangerang ini sebagai pengelola barang milik daerah Pemerintah Kabupaten
Tangerang. Kemudian, dalam pengadaaan dari kendaraan dinas operasional
dilakukan oleh Sekretariat Daerah, berdasar kan dengan permohonan dari tiap-tiap
SKPD Kabupaten Tangerang.
Dalam pengelolaan kendaraan dinas operasional terdapat beberapa
masalah yang dialami oleh pemerintah kabupaten Tangerang, seperti yang terjadi
pada proses inventarisasi yakni masih banyak terdapat kendaraan dinas
operasional yang tidak ditemukan fisiknya terutama kendaraan dinas operasional
yang terdapat di daerah Kecamtan Gunung Kaler dan Dinas Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah. Selanjutnya ialah mengenai penggunaan kendaraan dinas
operasional yang tidak sesuai dengan spesifikasi antara jabatan dengan jenis
kendaraan yang seharusnya diperuntukkan untuk jabatan tertentu, hal ini terjadi
pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Kemudian proses legal audit
pada kendaraan dinas operasional di pemerintah kabupaten Tangerang yang
kurang terlaksana dengan baik, dimana ditemukan 9 kendaraan tanpa dokumen
kepemilikan yang lengkap seperti BKPB. Hal ini terjadi di Dinas Kesehatan dan
Dinas Bina Marga dan Pengairan. Masalah lainnya ialah kurangnya jumlah
pegawai BPKAD dalam mengelola aplikasi simda, hal ini tentunya menjadi
kendala dalam meyajikan data dan memperbaharui data secara valid yang akan
89
mempengaruhi pengawasan dan pengendalian pada kendaraan dinas operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang.
4.2 Deskripsi Informan Penelitian
Informan penelitian adalah narasumber yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman terkait masalah yang sedang diteliti dan topik penelitian dalam hal ini
tentang Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang. Pada penelitian ini peneliti mengunakan teknik Purposive dan teknik
Insidental. Teknik Purposive adalah dalam melakukan wawancara dengan telah
mengetahui narasumber yang akan kita wawancara, dan teknik Insidental adalah
teknik wawancara dengan melakukan proses wawancara kepada orang yang
secara acak ditemuin namun memiliki pemahaman terakit topik penelitian yang
diteliti. Adapun informan-informsn yang peneliti tentukan merupakan orang-
orang yang menurut peneliti, memiliki informasi yang relevan yang dibutuhkan
dalam penelitian ini, karena informan yang ditentukan oleh peneliti ini merupakan
orang yang berkaitan langsung dengan masalah yang sedang diteliti oleh peneliti.
Berikut ini peneliti akan jabarkan tentang informan penelitian :
90
Tabel 4.3
Spesifikasi Informan Penelitian
KategoriInformanPemerintah
KodeInforman Nama Informan Jabatan Informan
I1-1Mudji Widodo,
S.Sos
Kasubag InventarisasiBidang Aset BPKAD
Kab.Tangerang.
I1-2Deddy Hidayat,
S.I.P
Staff BPKAD BidangAset BagianInventarisasi
I1-3 Sutono, SHStaff BPKAD Bidang
Aset BagianInventarisasi
I1-4 Hani Handasa, SE
Staff BPKAD BidangAset Bagian
Pemanfaatan danPenghapusan
I1-5Aziz Muslim, SE,
M.SiKasubag Umum
Sekretariat Daerah
I1-6 SupriyatnaStaff Sekretariat
Daerah Bag. Umum
I1-7 Deni Ahmad, S.I.P.Ketuan Auditor Tim 7
Inspektorat Daerah
I1-8 BudiantoStaff Dinas Cipta
Karya Bag. Umum
I1-9 Nana SuryanaStaff Dinas Bina
Marga dan PengairanBag. Umum
I1-10 RamdoniStaff Dinas Kesehatan
Bag. Umum
I1-11Ade Eva Suryani,
S.EStaff Dinas Kopersi
Bag. Umum
I1-12 RoniStaff BadanPerencanaan
Pembangunan Daerah
I1-13 DeksiAuditor Tim 7
Inspektorat DaerahPeneliti 2017
91
4.3 Deskripi Data dan Analisis
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari
hasil penelitian di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori dari
Doli D.Siregar (2004:518-520). Teori tersebut menjelaskan bahwa terdapat lima
point penting didalam melakukan manajemen aset atau pengelolaan aset, yaitu
inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset, pengawasan dan
pengendalian.
Metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif sehingga data yang diperoleh bersifat deskriptif
berbentuk kata maupun kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan
dan juga dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan proses analisis data yang dikembangkan oleh
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data dari
hasil proses wawancara, observasi maupun data-data dari dokumen-dokumen
yang diperoleh selama melakukan penelitian. Analisis data yang dilakukan secara
kualitatif dilakukan terus-menerus dari sejak data awal dikumpulkan sampai
dengan penelitian berakhir. Untuk memperdalam analisis peneliti dalam penelitian
Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang
terkait dengan permasalahan yang ada didalam penelitian ini, peneliti selanjutnya
menggunalan dengan melihat kepada proses-proses teori menurut Doli D.Siregar
(2004:518-5120) manajemen pengelolaan aset, yaitu inventarisasi aset, legal
audit, penilaian aset, optimalisasi aset, pengawasan dan pengendalian.
92
Metode peneltian yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode
kualitatif sehingga data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata maupun
kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan dan juga dokumentasi.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunaka proses analisis
data yang telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman yaitu selama proses
pengumpulan data dilakukan dengan empat komponen penting, diantaranya yaitu
pengumpulan data (data collecting), reduksi data (data reduction), penyajian data
(data display), dan penarikan kesimpulan (verification). Kegiatan pertama yang
dilakukan adalah pengumpulan data yang merupakan proses mengumpulkan
informasi atau data yang diperlukan dalam penelitian. Kegiatan kedua yaitu
mereduksi, yaitu merangkum, memilah hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal penting, dicari tema polanya. Untuk mempermudah peneliti dalam
mereduksi datanya peneliti memberikan kode pada aspek tertentu yaitu :
1) Q1,2,3 dan seterusnya menandakan daftar urutan pertanyaan.
2) I1,2,3 dan seterusnya menandakan urutan informan.
Langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data (data display),
dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukann dalam bentuk uraian
singkat atau teks naratif, bagian matriks, hubungan antar kategori, network,
flowchart dan sejenisnya. Namun dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data
dalam bentuk teks narasi.
Selanjutnya, analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
menganalisis data dari hasil proses wawancara, observasi maupun data-data dari
dokemuen-dokumen yang diperoleh selama melakukan penelitian. Analisis data
93
yang dilakukan secara kualitatif dilakukan secara terus-menerus dari sejak data
awal dikumpulkan sampai dengan penelitian berakhir. Untuk memperdalam
analisis peneliti dalam penelitian Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang terkait dengan permasalahan yang ada dalam
pene;itian ini, peneliti selanjutnta menggunakan dengan melihat kepada proses-
proses teori menurut Doli D. Siregar (2004:518-520) manajemen pengelolaan
aset, yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset,
pengawasan dan pengendalian. Dimana penjelasan teori tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Inventarisasi Aset
1. Pengadaan kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang.
2. Pencatatan kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang.
3. Kodefikasi/Labeling kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang.
4. Permasalahan inventarisasi kendaraan dinas operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang.
5. Batas akhir Penggunaan Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang.
6. Spesifikasi Kendaraan Dinas Operasional Berdasarkan Jabatan pada
Pejabat/Pegawai Pemerintah Kabupaten Tangerang.
94
2. Legal Audit
1. Legal audit pada kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang.
2. Permasalahan legal audit pada kendaraan dinas operasional.
3. Penilaian Aset
1. Penilaian pada kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang.
2. Konsultan Penilai indenpendent kendaraan dinas operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang.
4. Optimalisasi Aset
1.Optimalisasi kelayakan fisik yang berpotensi pada Kendaraan Dinas
Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang.
2.Optimalisasi fisik yang tidak berpotensi pada Kendaraan Dinas Operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang.
5. Pengawasan dan Pengendalian
1.Pengawasan dan Pengendalian pada Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang.
2.Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset pada Kendaraan Dinas
Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang.
95
4.4. Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang.
4.4.1. Inventarisasi Aset
Pengelolaan barang milik daerah yang dikelola dengan baik tentunya akan
memudahkan penatausahaan aset daerah dan merupakan sumber daya penting
bagi pemerintah daerah. Dalam hal pengelolaan aset, pemerintah daerah harus
menggunakan perimbangan aspek perencanaan kebutuhan, penganggaran,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan,
penatausahaan, pemanfaatan atau penggunaan, pengamanan dan pemeliharaan,
penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi agar aset daerah dapat
memberikan kontribusi optimal bagi pemerintah daerah yang bersangkutan.
Inventarisasi merupakan jantung bagi sebuah instansi pemerintahan di
dalam pengelolaan aset. Inventarisasi merupakan kegiatan untuk melakukan
pengecekan antara data administratif barang milik daerah dengan kondisi fisik
barang milik daerah yang bersangkutan. Inventarisasi dimkasudkan untuk
mengetahui jumlah dan nilai serta kondisi barang yang sebenernya, yang dikuasai
pengguna barang maupun kuasa pengguna baran atas suatu objek barang.
Inventarisasi aset yang memadai merupakan bagian integral manajemen aset yang
efektif. Daftar inventarisasi aset merupakan dasar dari sistem informasi
manajemen aset daerah dan harus berisi data-data yang relevan yang dibutuhkan
untuk pelaporan keuangan. Salah satunya penggunaan kendaraan dinas
operasional merupakan aset yang perlu dilakukan upaya inventarisasi agar dapat
96
mendapatkan tingkat keyakinan yang memadai atas keberadaan aset tersebut dan
juga kelengkapannya dari sisi legal aspek yang mencakup status penguasaan,
masalah legal yang dimiliki, hingga batas akhir penguasaan.
Apabila inventarisasi tidak dilakukan maka pengelola aset tidak dapat
mengetahui jumlah dan nilai yang sebenarnya. Inventarisasi aset terdiri dari dua
aspek fisik terdiri dari atas bentuk, luas, lokasi, volume/ jumlah, jenis, alamat dan
lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang
dimiliki, batas akhir penguasaan. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan,
kodifikasi/labelling, pengelompokkan dan pembukuan/administrasi sesuai dengan
tujuan manajemen aset (Doli D.Siregar,2004:518-520).
4.4.1.1. Pengadaan Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang.
Dalam proses mengelola aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang dilakukan dengan cara melakukan pencatatan atau proses
inventarisasi aset di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)
Kabupaten Tangerang, bidang aset bagian inventarisasi. Akan tetapi, sebelum
dilakukannnya pencatatan, Pemerintah Kabupaten Tangerang melakukan kegiatan
pengadaan. Dimana kegiatan pengadaan dari Kendaraan Dinas Operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang awalnya berdasarkan dengan permohonan-
permohonan yang dibuat oleh masing-masing SKPD kepada Sekretariat Daerah
bagian umum untuk pengadaan dari Kendaraan Dinas Operasional. Seperti yang
telah diutarakan oleh informan I1-5, selaku Kepala Sub Bagian Umum Sekretariat
Daerah yaitu, pengadaan dari Kendaraan Dinas Operasional yang dilakukan oleh
97
Pemerintah Kabupaten Tangerang, berdasarkan dengan permohonan dari masing
masing SKPD, akan tetapi tidak semua permohonan dari pengadaan Kendaraan
Dinas Operasional pada masing-masing SKPD dapat terpenuhi semua, karena dari
setiap permohonan pengadaan Kendaraan dinas Operasional yang dilakukan oleh
masing-masing SKPD harus dilihat terlebih dahulu dari segi kebutuhannya dan
angggarannya. Dan dalam proses pengadaan dari Kendaraan Dinas Operasional,
Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan proses E-pruchasing. Kemudian, dalam
proses pendistribusian kendaraan dinas operasional diserahkan oleh Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang, bagian aset dengan
melampirkan Berita Acara serah terima SKPD terkait dari Sekretariat Daerah,
yang telah disetujui oleh Kepala Sekretariat Daerah.
Berdasarkan pernyataan informan I1-5 , dapat kita ketahui bahwa pengadaan
dari Kendaraan Dinas Operasional yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Tangerang, berdasarkan dengan permohonan dari masing masing SKPD, akan
tetapi tidak semua permohonan dari pengadaan Kendaraan Dinas Operasional
pada masing-masing SKPD dapat terpenuhi semua, karena dari setiap
permohonan pengadaan Kendaraan dinas Operasional yang dilakukan oleh
masing-masing SKPD harus dilihat terlebih dahulu dari segi kebutuhannya dan
angggarannya. Dan dalam proses pengadaan dari Kendaraan Dinas Operasional,
Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan proses E-pruchasing. Setelah itu
Pengelola barang di masing-masing SKPD terkait melaporkan kembali mengenai
Kendaraan Dinas Operasional yang telah didistribusikan kepada Bidang Aset
bagian Inventarsasi untuk pencatatan selanjutnya. Hal ini juga serupa dengan yang
98
diutarakan oleh informan I1-6, yaitu, proses pengadaan yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Tangerang berdasarkan dengan permohonan tiap-tiap
SKPD yang telah tersesusun dalam RKBMD, dan Pemerintah Kabupaten
angerang dimulai tahun 2015 sudah melakukan e-purchasing dalam pengadaan
untuk barang milik daerah termasuk kendaraan dinas operasional.
Berdasarkan dari semua penjelasan informan, peneliti dapat memberikan
kesimpulan yaitu, proses pengadaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Tangerang dalam pengadaan kendaraan dinas operasional berdasarkan dari
permohonan setiap SKPD yang kemudian disusun dalam Rencana Kebutuhan
Barang Milik Daerah (RKBMD). Kemudian Pemerintah Kabupaten Tangerang
dalam kegiatan pengadaan untuk semua barang milik daerah menggunakan e-
purchasing,
4.4.1.2. Pencatatan Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang.
Pencatatan terhadap aset tetap yang dilakukan merupakan bagian dari
suatu inventarisasi aset dalam mengelola Kendaraan Dinas Operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang. Karena pencatatan aset merupakan tahapan
awal yang dapat memudahkan Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam
mengelola Kendaraan Dinas Operasional. Sehingga hal ini dapat memudahkan
Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam mengamankan dan mengoptimalkan
Barang Milik Daerah secara baik.
99
Dalam proses mengelola aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang dilakukan dengan cara melakukan pencatatan atau proses
inventarisasi aset di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)
Kabupaten Tangerang, bidang aset bagian inventarisasi.
Proses pencatatan dari Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang yang dilakukan oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset
daerah (BPKAD) Kabupaten Tangerang, bidang aset dengan cara seperti
menyensusnya terlebih dahulu seperti yang diutarakan oleh Kepala Sub Bagian
Inventarisasi Bidang Aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset daerah(BPKAD)
Kabupaten Tangerang, dapat diketahui bahwa proses pencatatan atau inventarisasi
Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dilakukan
dengan melakukan sensus terlebih dahulu oleh Pengurus Barang yang telah
ditetapkan. Dimana, pengurus barang yang telah ditetapkan ini, merupakan
pengurus-pengurus barang hanya dari bebereapa SKPD yang dipilih berdasarkan
kemampuannya dalam menyajikan data di SKPD nya dengan baik dan dapat
meringankan serta membantu kerja bagian inventarisasi, bidang aset di Badan
Pengelolan Keuangan dan Aset Daerah dan telah diketahui serta disetujui oleh
Kepala Badan Pengelolan Keuangan dan Aset Daerah. Pengurus Barang tersebut
terdiri dari; pengurus barang Skretariat Daerah, pengurus barang Dinas Cipta
Karya, dan pengurus barang Dinas Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat, dimana
pengurus-pengurus barang ini dapat disebut juga dengan SATGAS yaitu
kepanjangan dari Satuan Tugas. Namun adapun penjelesan lain tentang proses
inventarisasi yang diutarakan oleh Staff Bidang Aset, Bagian Inventarisasi Badan
100
Pengelola Keuangan dan Aset daerah(BPKAD) Kabupaten Tangerang, selaku
PPBD yaitu :
“Proses inventarisasi dilakukan setelah adanya rekonsiliasi aset, kitamelakukan pencocokan, kemudian melakukan pengkodean danpengecekan, misalnya dilakukan pengecekan anggaran yang digunakan1(satu) SKPD tercatat 5 M, kemudian dilakukan realisasi anggaran padaSKPD tersebut, kemudian baru kita kelompokkan” (wawancara denganinforman I1-2, pukul 10.00 19 Oktober 2016, di Badan PengelolaanKeuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang)
Berdasarkan pernyataan informan I1-2 dapat diketahui bahwa proses
inventarisasi aset yang dilakukan Pemerintah kabupaten Tangerang, dapat
dilakukan setelah Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah melakukan
rekonsiliasi pada masing-masing SKPD, seperti melakukan kegiatan pencocokan,
pengkodean, dan pengecekan pada Kendaraan Dinas Operasional dimasing-
masing SKPD. Adapun proses inventarisasi yang dilakukan disuatu SKPD
Pemerintah Kabupaten Tangerang yang diutarakan oleh staff Dinas Cipta Karya
Kabupaten Tangerang yaitu :
”Proses inventarisasi pada dasarnya sama dengan barang milik daerahjenis apapun, khusus kendaraan proses inventarisasinya apabila pemegangkendaraan alih tugas kita buatkan Berita Acara serah terima barang antaraSKPD lama dan SKPD baru, dan kegiatannya yaitu penerimaan KendaraanDinas Operasional, pencatatan Kendaraan Dinas Operasional, kemudiandidistribusikan dengan melampirkan Berita Acara serah terima, kemudianpengecekan fisik Kendaraan Dinas Operasional, terakhir labelingKendaraan Dinas Operasional dengan cara sudah difoto dan dicatat, jikasudah melalui prosedur tersebut berarti sudah menandakan bahwakendaraan tsb telah terinventarisir.” (Wawancara dengan informman I1-8,24 Oktober 2016, pukul 10.00, di Dinas Cipta Karya KabupatenTangerang)
101
Berdasarkan pernyataan informan I1-8 dapat diketahui bahwa seluruh
Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam peralihan,
serah terima maupun mutasi jabatan dari pejabat yang bersangkutan dalam
peralihan Kendaraan Dinas Operasional harus disertakan dengan Berita Acara.
Kemudian pengelola barang di masing-masing SKPD setelah mendistribusikan
Kendaraan Dinas Operasional untuk para pegawai yang bersangkutan dan setelah
keluar Berita Acaranya, maka pengelola barang melakukan pengecekan fisik dari
Kendaraan Dinas Operasional tersebut dan melakukan labeling dengan cara sudah
difoto dan dicatat. Namun adapun informan lain selaku pengelola barang yang
berada di tiap-tiap SKPD seperti informan I1-9, dan I1-10, mengutarakan bahwa
sebenarnya proses inventarisasi yang dilakukan sama seperti SKPD lainnya,
dimana setiap pergerakan kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang harus disertai dengan Berita Acara.
Jadi berdasarkan pernyataan semua informan mengenai pencatatan
kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang, peneliti dapat
memberikan kesimpulan yaitu, proses pencatatan yang dilakukan dengan
melakukan sensus kendaraan dinas operasional, dimana sebelum melakukan
sensus, Badan Pengelolan Keuangan dan Aset Daerah melakukan rekonsiliasi di
semua SKPD, dimana dalam rekonsliasi aset ini, dilakukan pengecekan serta
pengkodean, yang selanjutnya jika sudah sesuai, hasil dari realisasi tersebut dapat
dicatat serta dikelompokkan sesuai dengan jenisnnya, misalnya kendaraan dinas
operasional di kelompokkan kedalam KIB B.
102
4.4.1.3.Kodefikasi/Labelinng Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang
Kodefikasi/Labeling adalah pengkodean barang pada setiap barang
inventaris milik Pemerintah Daerah yang menyatakan kode lokasi dan kode
barang. Dalam rangka kegiatan sensus barang milik daerah, setiap barang daerah
harus diberi kode barang yang sebagai berikut : 1) Nomer Kode Lokasi; 2) Nomer
Kode Barang; 3) Nomer Register dan lain-lain.
Kodefikasi aset memegeng peran penting dalam mempermudah dan
menyederhanakan proses inventarisasi aset. Semakin banyak jenis dan jumlah aset
yang dimilkiki, maka semakin penting daerah terrsebut melakukan kategorisasi
dengan membuat lebih rinci terhadap aset aset yang dimiliki tersebut.
Kodefikasi/ lebeling merupakan kegiatan untuk menetapkan secara
sistematik ke dalam golongan, bidang, kelompok, sub kelompok, dan sub-sub
kelompok lainnya. Kodefikasi/ lebeling ini dibuat untuk mempermudah
pembukan, pendataan, dan juga sekaligus dapat mempermudah pengamanan
terhadap aset yang dimiliki. Kodefikasi yang dibuat pemerintah daerah Kabupaten
bedasarkan Peraturan Mentri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 sebagai berikut:
1) Kartu Inventaris Barang (KIB) A Tanah
2) Kartu Inventaris Barang (KIB) B Peralatan dan Mesin
3) Kartu Inventaris Barang (KIB) C Gedung dan Bangunan
4) Kartu Inventaris Barang (KIB) D Jalan, Irigasi dan Jaringan
5) Kartu Inventaris Barang (KIB) E Aset Tetap Lainnya
6) Kartu Inventaris Barang (KIB) F Kontruksi dalam Pengerjaan
103
7) Kartu Inventaris Ruangan (KIR)
Dengan adanya pengelompokan seperti ini maka Pemerintah Kabupaten
Tangerang lebih mudah mengetahui aset apa saja yang dimiliki oleh Pemerintah
Kabupaten Tangerang, dikarenakan setiap aset yang dimiliki sudah dikelompokan
sesuai dengan jenisnya masing-masing. Hal diatas juga serupa seperti yang telah
diutarakan oleh staff BPKAD Kabupaten Tangerang, bidang aset, bagian
inventarisasi, juga selaku Pembantu Pengelola Barang Daerah Kabupaten
Tangerang, selaku informan I1-1, dapat diketahui bahwa kodefikasi yang dilakukan
untuk kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan
dikelompok kelempoknnya terlebuh dahulu sesuai dengan jenisnya, untuk
kendaraan dinas operasional dikelompokkan pada KIB B yaitu peralatan dan
mesin. Sehingga hal ini dapat memudahkan BPKAD Kabupaten Tangerang dalam
menyajikan data yang valid. Adapun juga hal serupa yang telah diutarakan oleh
informan I1-2, dan I1-3, bahwa kodefikasi/labeling yang dilakukan Pemerintah
Kabupaten Tangerang pada kendaraan dinas operasional dengan
megelompokkannya kedalam KIB B peralatan dan mesin, hal ini dilakukan agar
dapat mengetahui dan mengawasi kendaraan dinas operasional dengan baik.
Berdasarkan dengan yang diutarakan oleh informan peneliti diatas, proses
kodefikasi/labeling yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang pada
kendaraan dinas operasional sudah berjalan dengan baik dan sudah sesuai dengan
apa yang terdapat dalam Permendagri No.17 Tahun 2007, dimana
kodefikasi/labeling pada kendaraan dinas operasional dikelompokkan kedalam
KIB B yaitu peratalatan dan mesin.
104
4.4.1.4. Permasalahan Inventarisasi Kendaraan Dinas Operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Inventarisasi aset sangatlah penting dilakukan, karena dengan
dilakukannya proses inventarisasi maka suatu aset dapat diketahui status
kepemilikannya dan berapa jumlah aset yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten
Tangerang. Namun pada kenyataanya inventarisasi aset sangatlah sulit untuk
dilakukan. Masih banyak permasalahan-permasalahan aset yang muncul akibat
sulitnya melakukan inventarisasi. Hal tersebut terjadi karena jumlah variasi aset
yang harus diinventarisasi banyak, jumlah item dalam variasi aset banyak. Seperti
yang tejadi pada Pemerintah Kabupaten Tangerang, yang memiliki permasalahan-
permasalahan dalam proses inventarisasi aset khususnya kendaraan dinas
operasional, adapun permasalahan yang peniliti temukan dalam kegiatan
inventarisasi aset yang dilakukan oleh Pengelola Barang yaitu seperti yang
diutarakan oleh Kepala Sub Bagian inventarisasi, bidang aset Badan Pengelolaan
dan Keuangan Daerah (BPKAD) Kabupaten Tangerang sebagai berikut :
“Banyak sekali pengguna kendaraan dinas operasional yang tidak maumenghadirkan kendaraan dinas operasional tersebut, dengan alasan tidakmembawa kendaraan tersebut dan rusak, dan kendaraan dinas opersionalsusah ditelusuri dan ditemukan fisiknya, khususnya kendaraan Roda Duayang berada di Kecamatan-Kecamatan dan di desa-desa yang berada dikecamatan tersebut, karena Camat dan Kepala Desa sebelum-sebelumnyaketika lengser darijabatannya tidak mengembalikan kendaraan dinasoperasional yang beroda dua tersebut.” (wawancara dengan informan I1-1
pukul 10.00, 31 Oktober 2016 di Badan Pengelolaan Keuangan )
Berdasarkan pernyataan informan I1-1, dalam proses inventarisasi yang
dilakukan pada kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang,
105
ketika diadakannya pengecekan fisik dari kendaraan dinas operasional tersebut,
para pengguna barang susah sekali dimintai untuk menghadirkan kendaraan dinas
operasional dengan berbagai alasan, dan hal ini menyulitkan bidang aset untuk
dapat mengecek fisik kendaraan tersebut. Kemudian bidang aset juga mengalami
permasalahan dalam melakukan proses inventarisasi aset pada kendaraan dinas
operasional, dikarenakan kebanyakan Kepala Desa yang sudah lengser dari
jabatannya tidak mengembalikkan kendaraan dinas operasionalnya seperti
kendaraan roda dua, sehingga hal ini dapat menyulitkan bidang aset dalam
mencocokkan fisik dengan data yang sudah ada. Kemudian adapun permasalah
lain terkait proses inventarisasi kendaraan dinas operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang yang diutarakan oleh Pengelola Barang Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Tangerang yaitu ;
“Kendalanya yaitu dari proses pemeliharaan seperti pengelola harus selalumengingatkan pengguna kendaraan dalam perpanjang STNK, kemudianmutasi jabatan, dimana sipegawai itu (yang terkena mutasi) kadang mainmembawa kendaraannnya tanpa membuat Berita Acara dulu, padahalsebenernya hal ini tidak ada diperaturan yg mengharuskan pegawai dapatmembawa kendaraannya ketika mutasi pegawai. Kepala Daerah jugasudah mengeluarkan surat edaran tahun kemarin, kalau pegawai yangmutasi tidak dapat membawa serta kendaraannya, tetapi sampai sekaranghal ini masi sering terjadi.” (wawancara dengan informan I2-2, pukul 10.00WIB, DI Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah KabupatenTangerang).
Berdasarkan dengan informan I2-2, dapat diketahui bahwa terdapat
permasalahan lain dalam proses inventarisasi aset pada kendaraan dinas
operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu dalam pemeliharaan pada
kendaraan dinas operasional pengelola barang harus selalu mengingatkan akan
106
perpanjang STNK, jika tidak diingatkan oleh pengelola barang, maka pengguna
kendaraan dinas operasional tersebut tentu saja tidak pernah memperpanjang
STNK dari kendaraan dinas operasional tersebut, sehingga jika tidak diingakan
kendaraan operasional tersebut mendapatkan denda dari ketelatan perpanjang
STNK. Kemudian dapat diketahui juga permasalahan dalam proses inventarisasi
aset pada kendaraan dinas operasional yaitu sering kali terjadi pada saat mutasi
jabatan pada pegawai, dimana para pegawai yang memegang kendaraan dinas
operasional mendapat mutasi jabatan ke SKPD lain, mengikutserakan kendaraan
dinas operasional yang dipegang oleh pegawai tersebut pindah ke SKPD yang
baru, tanpa sepengetahuan pengelola barang dari SKPD lama, sehingga tidak
mendapatkan Berita Acara dari mutasi kendaraan dinas operasional tersebut.
Padahal sudah kita ketahui juga bahwa setiap pergeseran kendaraan dinas
operasional harus disertakan dengan Berita Acara. Hal ini juga sudah ditegaskan
oleh Kepala Daerah melalui surat edaran pada Tahun 2015 bagi pegawainya, akan
tetapi berdasarkan pernyataan informan diatas masih saja terjadi hingga sekarang.
Hal ini juga dapat terjadi karena adanya kedekatan personal antara pengguna
barang dengan Kepala SKPD terkait, sehingga kepala SKPD tersebut dapat
memerintahkan pengelolabarang pada SKPD tersebut untuk mengeluarkan Berita
Acara, yang memperbolehkan pengguna barang tersebut, untuk membawa
kendaraan tersebut ikut pindah ke SKPD yang baru.
Hal ini juga serupa dengan pernyataan yang diuatarakan oleh Pengelola
Barang Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, yaitu ;
“Banyak kendaraan yang dibawa pensiun, jadi kalau di Dinas Bina Margadan Pengairan ini, dari barang bergerak seperti kendaraan, laptop, tidak
107
pernah ada Laporan Mutasi atau Berita Acara ke saya selaku pengurusbarang, jadi itupun baru ada Berita Acaranya setelah 3 bulan kedepan, jadisaya kadang selakuu Pengurus barang cuman tahu hanya pengguna barang,selebihnya seperti fisik atau kondisinya tidak tahu, makanya kadang untukKendaraan Dinas Operasional banyak yang dibawa pensiun, hal ini jugadapat menyulitkan ketika proses sensus. Kemudian, dalam prosespengecekan STNK tetapi tidak ada yang datang untuk pengambilan kuponBBM, padahal hanya photo copyan STNKnya saja bukan fisik dariKendaraan Dinas Operasionalnya.”(wawancara dengan informan I1-10,
pukul 10.00 WIB, di Kantor Bina Marga dan Pengairan KabupatenTangerang).
Berdasarkan pernyataan informan I1-10, dalam proses inventarisasi pada
kendaraan dinas operasional dapat diketahui bahwa setiap kendaraan dinas
operasional jika terjadi mutasi hingga masa akhir jabatan, tidak pernah ada
laporan kepada pengelola barang, sehingga hal ini membuat pengulola barang
sulit dalam melakukan pencatatan serta pengecekan fisik pada kendaraan dinas
operasional.
Jadi berdasarkan pernyataan informan-informan diatas, peneliti dapat
mengambil kesimpulan dalam permasalahan dalam inventarisasi aset pada
kendaraan dinas operasional yaitu kebanyakan pegawai yang mendapat wewenang
menggunakan kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangeranng,
jika sudah masa akhir jabatannya banyak sekali pegawai tersebut yang membawa
kendaraan dinas operasional tersebut, padahal sesuai dengan peraturan dalam
Berita Acara Kendaraan dan syarat megajukan permohonan pensiun, harus
mengembalikan kendaraan dinas operasional juga, atau pegawai tersebut sudah
tidak lagi memegang barang milik daerah, kemudian ketika mutasi jabatan pada
pegawai Pemerintah Kabupaten Tangerang juga mengikutsertakan kendaraan
108
dinas operasionalnya ikut pindah ke SKPD yang baru tanpa melapor dan dilampiri
dengan Berita Acara Kendaraan kepada pengelola barang di SKPD lama, dan
terakhir ketika pengecekan fisik serta dokumen kelengkapan seperti STNK,
pengguna kendaraan dinas operasional tersebut susah sekali menghadirkan
kendaraan dinas operasional yang dipegangnya, sehingga hal ini dapat
menghambat tugas BPKAD bidang aset bagian inventarisasi, dan pengelola
barang disetiap SKPD, dalam mengelola dan menyajikan data yang valid. Jadi
dengan adanya permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam inventarisasi
pada kendaraan dinas operasional ini, dapat disimpulkan bahwa proses
inventarisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang belum
berjalan dengan baik.
4.4.1.5. Batas Akhir Penggunaan Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang.
Penentuan batas akhir penggunaan kendaraan dinas operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang pada pengguna kendaraan dinas operasional,
merupakan hal yang perlu diperhatikan agar dapat terus menjaga, mengamankan,
mengawasi serta memanfaatkan kendaraan dinas operasional sesuai dengan
fungsinya, jadi diharapkan bagi pengelola barang disetiap SKPD Pemerintah
Kabupaten Tangerang harus dapat mengawasi dan mengetahui setiap pergeseran
dari kendaraan dinas operasional pada SKPD nya, sehingga hal ini dapat
membantu Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemerintah Kabupaten
109
Tangerang dalam menyajikan data yang valid. Dalam penentuan batas akhir
penggunaan kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang pada
pengguna kendaraan dinas operasional tentu saja memiliki waktu dimana
pengguna kendaraan dinas operasional tersebut tidak lagi menggunakan atau
mengembalikan kendaraan dinas operasional yang dipegangnya yaitu seperti yang
diutarakan oleh Kepala Sub Bagian Inventarisasi Bidang Aset Badan Pengelola
Keuangan dan Aset daerah(BPKAD) Kabupaten Tangerang yaitu :
”pengguna kendaraan tidaklagi memakai kendaraan dinas operasionalketika pensiun, meninggal dunia, dan diberhentikan”. (wawancara denganinforman I1-1, 31 Oktober 2016 pukul 10.00 WIB di Kantor Aset BadanPengelola Keuangan dan Aset daerah(BPKAD) Kabupaten Tangerang )
Berdasarkan pernyataan informan I1-1, dapat diketahui bahwa pengguna
barang tidak dapat menggunakan kendaraan dinas operasional ketika pengguna
barang tersebut sudah pensiun, meninggal, dan diberhentikan dari jabatannya,
maka pegawai tersebut harus mengembalikkan kendaraan dinas operasional
tersebut. Hal ini juga sama dengan yang diutarakan dengan informan I1-2, I1-3, I1-6,
I1-8, I1-9, I1-10, I1-11, bahwa pegawai Pemerintah Kabupaten Tangerang tidak dapat
menggunakan Kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang,
ketika pegawai tersebut pensiun, meninggal dunia, dan diberhentikan
Akan tetapi seperti yang terjadi pada salah satu SKPD di Pemerintah
Kabupaten Tangerang, terdapat kendaraan dinas operasional yang tidak dapat
dibuktikan fiisiknya, hanya tercantum pada data kendaraan dinas opersional
Pemerintah Kabupaten Tangerang, berikut merupakan daftar kendaraan dinas
operasional yang tidak ditemukan fisiknya :
110
Tabel 4.4
Daftar Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang yang Tidak Diketemukan Fisiknya
SKPD JenisKendaraan Spesifikasi Kondisi
Kendaraan Keterangan
Kecamatan Gunung KalerSepedaMotor
Honda Win BaikTidak DiketemukanFisiknya
Kecamatan Gunung KalerSepedaMotor
Honda Win BaikTidak DiketemukanFisiknya
Kecamatan Gunung KalerSepedaMotor
Honda Win BaikTidak DiketemukanFisiknya
Kecamatan Gunung KalerSepedaMotor
Honda Win BaikTidak DiketemukanFisiknya
Kecamatan Gunung KalerSepedaMotor
Honda Win BaikTidak DiketemukanFisiknya
Kecamatan Gunung KalerSepedaMotor
Honda Win BaikTidak DiketemukanFisiknya
Kecamatan Gunung KalerSepedaMotor
Honda Win BaikTidak DiketemukanFisiknya
Kecamatan Gunung KalerSepedaMotor
Honda Win BaikTidak DiketemukanFisiknya
Kecamatan Gunung KalerSepedaMotor
Honda Win BaikTidak DiketemukanFisiknya
Dinas Koperasi, Usaha Mikro,Kecil dan Menengan Mini Bus SUZUKI baik
Tidak DiketemukanFisiknya
Dinas Koperasi, Usaha Mikro,Kecil dan Menengan Mini Bus SUZUKI baik
Tidak DiketemukanFisiknya
(Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang,
2015)
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa masih ada kendaraan yang tidak
diketemukan fisiknya oleh pengelola barang, tentu saja hal ini dapat
mempengaruhi pada keakuratan nilai aset di neraca pemerintah daerah. Adapun
111
penjelasan dari Kepala Sub Bagian Inventarisasi Bidang Aset Badan Pengelola
Keuangan dan Aset daerah(BPKAD) Kabupaten Tangerang yaitu :
“Banyak sekali pengguna kendaraan dinas operasional yang tidak maumenghadirkan kendaraan dinas operasional tersebut, dengan alasan tidakmembawa kendaraan tersebut dan rusak, dan kendaraan dinas opersionalsusah ditelusuri dan ditemukan fisiknya, khususnya kendaraan Roda Duayang berada di Kecamatan-Kecamatan dan di desa-desa yang berada dikecamatan tersebut, karena Camat dan Kepala Desa sebelum-sebelumnyaketika lengser darijabatannya tidak mengembalikan kendaraan dinasoperasional yang beroda dua tersebut.” (wawancara dengan informan I1-1,31 Oktober 2016 pukul 10.00 WIB di Kantor Aset Badan PengelolaKeuangan dan Aset daerah(BPKAD) Kabupaten Tangerang )
Berdasarkan pernyataan informan I1-1, masih banyak kendaraan dinas
operasional yang terjadi di SKPD lain yang dibawa pensiun, padahal seharusnya
sesuai dengan peraturan, dalam pengajuan pensiun yang ditandatangani Kepala
SKPD, didalamnya terdapat peraturan bahwa dalam mengajukan permohonan
pensiun, pegawai tidak lagi memegang barang milik daerah jenis apapun termasuk
kendaraan dinas operasional. Akan tetapi, yang terjadi pada Pemerintah
Kabupaten Tangerang masih saja terdapat kendaraan dinas operasional yang
dibawa pensiun, padahal sesuai denga peraturannya tidak dapat dibawa pensiun.
Hal ini juga berdasarkan yang diutarakan oleh Kepala Sub Bagian
Inventarisasi Bidang Aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset daerah(BPKAD)
Kabupaten Tangerang yaitu :
”Didalam persyaratan pengajuan pensiun terdapat surat pernyataan yangditandatangani oleh Kepala SKPD, yang menyatakan bahwa Pegawaitersebut tidak lagi memegang Barang Milik Daerah termasuk KendaraanDinas Operasional,hal ini lebih kepada tanggung jawab dari Kepala SKPDmasing masing” (wawancara dengan informan I1-1, 31 Oktober 2016 pukul
112
10.00 WIB di Kantor Aset Badan Pengelola Keuangan dan Asetdaerah(BPKAD) Kabupaten Tangerang)
Berdasarkan pernyataan informan I1-1, telah diketahui bahwa dalam
pengajuam pensiun, berarti begawai tersebut telah mengembalikkan barang milik
daerah khususnya kedaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Dimana hal ini merupakan tanggung jawab dari Kepala SKPD yang bersangkutan,
yang memiliki peran dalam mengawasi pengguna kendaraan dinas operasional
ketika pendistribusian maupun ketika masa akhir jabatan, karena setiap Berita
Acara dari kendaraan dinas operasional dalam hal apapun berdasarkan persetujuan
Kepala SKPD masing-masing.
Tabel 4.5
Daftar Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang yang Tidak Diketemukan
Dinas Koperasi, UsahaMikro, Kecil dan Menengan Mini Bus SUZUKI baik
Tidak DiketemukanFisiknya
Dinas Koperasi, UsahaMikro, Kecil dan Menengan Mini Bus SUZUKI baik
Tidak DiketemukanFisiknya
(Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang,
2015).
Namun adapun penjelasan yang diutarakan oleh informan I1-10 yaitu selaku
pengelola barang Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yaitu,
kendaraan dinas operasional yang tidak ditemukan pada tabel diatas, sebenarnya
ada, akan tetapi pengelola barang tidak melampirkan data kendaraan dinas
113
operasional tersebut dengan foto, jadi adanya kendaraan dinas operasional yang
tidak diketemukan fisiknya yang terdapat pada Dinas Koperasi, Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah Kabupaten Tangerang dikarenakan ketika melakukan
rekonsiliasi aset di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Tangerang, Pengelola Barang tidak melampirkan foto dari kendaraan dinas
operasional tersebut. Dimana berdasarkan dengan informan I1-2, selaku staff Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang, bidang aset,
bagian inventarisasi aset dan selaku Pembantu Pengelola Barang Daerah yaitu
mengutarakan bahwa kendaraan dinas operasional dengan keterangan tidak
diketemukan fisiknya hal itu dikarenakan waktu seluruh pengelola barang SKPD
melakukan rapat rekonsiliasi aset, terdapat pengelola yang tidak melampirkan
foto, disitu kami anggap berarti kendaraan dinas operasional tersebut tidak
diketemukan fisiknya, kemudian adapun hal lain terkait keterangan tidak
diketemukan fisiknya pada kendaraan dinas operasional dikarenakan dibawa
pensiun, dan hilang .
Adapun permasalahan lain yang terjadi pada SKPD Pemerintah Kabupaten
yang diutarakan oleh Pengelola Barang Dinas Bina Marga dan Pengairan yaitu :
“Banyak kendaraan yang dibawa pensiun, jadi kalau di Dinas Bina Margadan Pengairan ini, dari barang bergerak seperti kendaraan, laptop, tidakpernah ada Laporan Mutasi atau Berita Acara ke saya selaku pengurusbarang, jadi itupun baru ada Berita Acaranya setelah 3 bulan kedepan, jadisaya kadang selakuu Pengurus barang cuman tahu hanya pengguna barang,selebihnya seperti fisik atau kondisinya tidak tahu, makanya kadang untukKendaraan Dinas Operasional banyak yang dibawa pensiun. .”(wawancaradengan informan I1-9, pukul 10.00 WIB, di Kantor Bina Marga danPengairan Kabupaten Tangerang).
114
Berdasarkan pernyataan informan I1-9, dapat diketahui pada Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, bahwa Pengelola Barang Dinas Bina
Marga dan Pengairan tidak mengetahui pergeseran dari setiap kendaraan dinas
operasionalnya, pengelola barang hanya mengetahui pemegang awalnya saja, hal
ini dikarenakan oleh pengguna barang tidak pernah melaporkan setiap pergeseran
barang milik daerah khususnya kendaraan dinas opersional, padahal telah kita
ketahui bahwa setiap pergerakan dari kendaraan dinas operasional harus disertai
oleh Berita Acara agar memudahkan pengelola barang dalam mengamankan serta
mengawasi kendaraan dinas Pemerintah Kabupaten Tangerang. Sehingga hal ini
membuat pengguna barang ketika masa akhir jabatan dapat membawa kendaraan
dinas operasional milik Pemerintah Kabupaten Tangerang, yang seharusnya
sesuai dengan peraturan harus dikembalikan.
Padahal sebenarnya kendaraan dinas operasional tidak dapat dimiliki oleh
pegawai/pejabat tersebut, akan tetapi pejabat/pegawai tersebut dapat mengukuti
lelang terbatas dengan mengajukan permohonan kepada BPKAD Kabupaten
Tangerang, akan tetapi perlu digaris bawahi bahwa lelang terbatas hanya dapat
dilakukan oleh pejabat eksekutif saja seperti Bupati, Wakil Bupati, Kepala
Sekertariat Daerah, Ketua dan Wakil DPR Kabupaten Tangerang. Hal ini
berdasarkan dengan informan I1-1, namun adapun informan lain yang mengatakan
bahwa proses pelalangan dapat dilakukan oleh pegawai/pejabat Pemerintah
Kabupaten Tangerang yang mengajukan kepada BPKAD Kabupaten tangerang
seperti informan I1-2, dan informan I1-8.
115
Kemudian berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan
peneliti, kendaraan dinas operasional yanng dibawa pensiun, dikarenakan
perawatan kendaraan tersebut biasanya menggunakan perawatan dari kendaraan
dinas operasional tersebut berasal dari dana sendiri oleh pengguna barang
tersebut. Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi antara pengguna barang
dengan pengelola barang, selain itu hal ini terjadi karena adanya peraturan yang
menyebutkan kendaraan dapat dihapuskan apabila umur kendaraan tersebut diatas
8(delapan) tahun diperbolehkan unntk dihapuskan, dan yang terjadi dilapangan
adalah kendaraan yang dibawa pensiun adalah kendaraan yang telah berusia diatas
8(delapan) dengan kondisi rusak berat, yang telah termasuk dalam kategori boleh
dihapuskan.
Berdasarkan semua penjelasan yang diutarakan informan-informan diatas,
peneliti dapat mengambil kesimpulan, batas akhir penggunaan kendaraan dinas
operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang pada pengguna kendaraan dinas
operasional belum berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan masih banyak
kendaraan dinas yang dibawa pensiun oleh pengguna barang tersebut, padahal
sesuai dengan peraturannya dalam pengajuan pensiun bagi pegawai, pegawai
tersebut berarti sudah menyatakan bahwa pegawai tersebut tidak lagi memegang
atau menggunakan kendaraan dinas operasional, yang mana dalam pengajuan
pensiun harus menyerahkan Berita Acara Serah Terima dari kendaraan dinas
operasional tersebut, dan tentu saja hal ini berdasarkan tanggung jawab dari
Kepala SKPD terkait. Karena pengajuan permohonan tersebut berdasarkan
persetujuan yang diketahui oleh Kepala SKPD.
116
4.4.1.6.Spesifikasi Kendaraan Dinas Operasional Berdasarkan Jabatan pada
Pejabat/Pegawai Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Adanya kendaraan dinas operasional pada tip-tiap SKPD sangat
diperlukan, karena untuk kelancaaran pelaksanaan kegiatan operasional
pejabat/pegawai. Dapat kita ketahui juga dalam menjalankan tupoksinya
pejabat/pegawai tersebut, tidak hanya ditentukan oleh kemampuan atau
keterampilan yang dimiliki oleh pejabat/pegawai tersebut, tetapi juga sangat
dipengaruhi oleh faktor lain seperti sarana perlengkapan kerja yang memadai
yaitu kendaraan dinas operasional. Adanya kendaraan dinas operasional sangat
diperlukan dalam menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan operasional
pejabat/pegawai, akan tetapi harus memperhatikan aspek manfaat dan sesuai pada
tugas pokok dan fungsi serta anggaran yang tersedia. Oleh karena itu, perlunya
adanya pengatuan kendaraan dinas operasional pada pejabat/pegawai Pemerintah
Kabupaten Tangerang sesuai dengan spesifikasinya berdsarkan dengan jabatan
pada pegawai/pejabat Pemerintah Kabupaten Tangerang. Kemudian dapat kita
ketahui berdasarkan dengan yang diutarakan oleh Kepala Sub Bagian
Inventarisasi, bidang aset, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Tangerang :
“Yang pertama, sesuai dengan ketentuan KDO diatur pada ketentuanPrasarana Pemerintah Daerah, ketentuannya yaitu sebenernya yangdiberikan KDO itu, hanya Kepala Bidang(Eselon III), sedangkan untukpegawai Eselon IV itu hanya berupa kendaraan roda dua secara peraturanseperti itu, namun karena banyaknya kendaraan dinas operasional yangdimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang, hampir seluruh pegawaiEselon IV dapat memegang kendaraan dinas operasional, dan mekanismeuntuk mendapatkan Kendaraan Dinas Operasional sesuai denngan
117
peraturan Bupati, yang jelas mengajukan permohonan oleh Sekertariatdaerah sebagai pengelola dari pengadaannya pun juga dilakukan olehSekertariat Daerah bagian Umum. (wawancara dengan informan I1-1,
Kamis 31 Oktober 2016, di Kantor Badan Pengelolaan Keuangan dan AsetDaerah Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan informan I1-1, dapat diketahui bahwa proses pendistribusian
kendaraan pada pejabat/pegawai Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan
mengajukan permohonan terlebih dahulu pada Sekretariat Daerah, akan tetapi
sebenarnya kendaraan dinas operasional hanya diberikan untuk eselon III,
sedangkan untuk penggunaan kendaraan dinas operasional pada eselon IV yaitu
hanya berupa kendaraan roda dua, kemudian hal ini juga serupa dengan yang
diutarakan oleh informan I1-5 yaitu, proses pendistribusian pada kendaraan dinas
operasional Pemerintah Kabupaten berdasarkan pengajuan atau permohonan
terlebih dahulu dari tiap-tiap SKPD kepada Sekretariat Daerah bagian umum,
kemudian setelah itu, Sekretariat Daerah bagian umum menyesuaikan sesuai
dengan anggaran yang tersedia, dan lebih mendahulukan permohonan dari
kendaraan dinas operasional pada SKPD yang lebih membutuhkan terlebih
dahulu, artinya tidak semua SKPD yang mengajukan kendaraan dinas operasional
dapat langsung diadakan kendaraan dinas operasional, akantetapi Sekretariat
Daerah lebih mengutamakan pada SKPD yang memang lebih membutuhkan
kendaraan dinas operasional untuk tupoksinya.
Jadi berdasarkan informan-informan peneliti diatas, peneliti dapat
mengambil kesimpulan, bahwa proses pendistribusian yang dilakukan Pemerintah
Kabupaten Tangerang, berdasarkan dengan permohonan pada tiap-tiap SKPD
yang diajukan pada Sekretariat daerah bagian umum, akan tetapi disesuaikan
118
dengan kegiatan operasionalnya, dimana SKPD yang lebih membutuhkan lebih
diutamakan. Dari sini dapat kita ketahui juga, sebenarnya jika proses
pendistribusian kendaraan dinas operasional berdasarkan jabatan pada
pejabat/pegawai Pemerintah Kabupaten Tangerang belum berjalan dengan baik,
karena seperti yang telah diutarakan oleh informan I1-1 yaitu, ketentuan spesifikasi
pada kendaraan dinas operasional untuk kendaraan roda empat hanya
diperuntukkan untuk Eselon III saja, sedangkan untuk eselon IV, hanya berupa
kendaraan bermotor. Hal ini juga sebenarnya berdasarkan dengan Peraturan
Menteri Kuangan Nomor 76/PMK.06/2015, Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun
2006 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007. Dan sudah
ditentukan dalam menggunakan kendaraan dinas operasional sesuai dengan
spesifikasi mesin berdasarkan jabatan pada pejabat/pegawai Pemerintah
Kabupaten Tangerang, seperti yang tertera dalam Peraturan Menteri Nomor
76/PMK.06/2015 tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik
Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan di
Dalam Negeri yaitu :
Tabel 4.6
Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Kendaraan Dinas
Operasional.
No. Jabatan Jenis Jum. Kapasitas Mesin
1. Eselon Ia dan yang setingkat Sedan/SUV 1 2.000 cc/3.500 cc
2. Eselon Ia dan yang setingkat Sedan 1 2.000 cc
119
3. E.selon IIa dan yang setingkat SUV 1 2.500 cc
4 Eselon IIb dan yang setingkat SUV 1 2.000 cc
5. Eselon III dan yang setingkat,
berkedudukan sebagai Kepala Kantor
MPV 1 2.000 cc bensin
/2.500 cc diesel
6. Eselon IV dan yang setingkat, Kepala
Kantor dgn min Wilayah kerja kurang 1
kab/kota
MPV 1 1.500 cc
7. Eselon IV dan yang setingkat, Kepala
Kantor dgn min Wilayah kerja kurang 1
kab/kota
Sepeda
Motor
1 225 cc
Sebagai yang sudah tercantum pada peraturan tersebut, tentu saja Pemerintah
Kabupaten Tangerang sudah harus mengacu kepada ketentuan peraturan-peraturan
tersebut. Akan tetapi yang terjadi pada Pemerintah Kabupaten Tangerang, masih
saja terdapat pegawai/pejabat yang belum sesuai dengan spesifikasi kendaraan
dinas operasional berdasarkan jabatan pada pejabat/pegawai, seperti yang terjadi
pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Tangerang, dimana
terdapat Kepala Unit Pelayanan Terpadu (KUPT) Koperasi dan Usaha Makro,
Kecil, dan Menegah Kabupaten Tangerang menggunakan jenis mobil MPV
dengan kapasitas mesin 2.500 cc, padahal seharusnya Kepala Unit Pelayanan
Terpadu (KUPT) Koperasi dan Usaha Makro, Kecil, dan Menegah Kabupaten
Tangerang, menggunakan mobil berjenis MPV dengan kapasitas mesin 1.500cc,
hal ini berdasarkan dengan yang diutarakan informan I1-2. Namun setelah
ditelusuri oleh peneliti, dapat diketahui dari informan I1-11, bahwa sebenarnya
memang Kepala Unit Pelayanan Terpadu (KUPT) Koperasi dan Usaha Makro,
120
Kecil, dan Menegah Kabupaten Tangerang menggunakan jenis mobil MPV
dengan kapasitas mesin 2.500 cc, hal ini dikarenakan untuk menujang kegiatan
operasional dari KUPT Koperasi dan Usaha Makro, Kecil, dan Menegah
Kabupaten Tangerang, dimana kegiatan operasional yang dilakukan oleh KUPT
harus menelusuri daerah-daerah Kabupaten Tangerang bagian Pantai Utara, yang
mana jika dilihat dari medan perjalanan yang ditempuh, tidak memungkinkan
menggunakan kendaraan dinas operasional dengan spesifikasi mesin 1.500 cc,
tetapi jika dilihat-lihat sebenarnya juga dapat menggunakan kendaraan dinas
operasional dengan spesifikasi mesin 1.500 cc, hal ini sudah pernah dilakukan,
tetapi tentunya hal ini memerlukan biaya perawatan terus-menerus, dikarenakan
medan perjalanan yang tidak mendukung, jadi kami melakukan pengajuan untuk
pengadaan kendaraan dinas operasional dari Kepala Unit Pelayanan Terpadu
(KUPT) Koperasi dan Usaha Makro, Kecil, dan Menegah Kabupaten Tangerang
menggunakan kendaraan dinas operasional yang memungkinkan untuk membantu
kami dalam menjalankan kegiatan operasional, tanpa terus-menerus mengeluarkan
biaya perawatan dari kendaraan dinas operasional yang dikarenakan dengan
medan perjalanan yang tidak mendukung, maka diputuskan bahwa kendaraan
dinas operasional untuk Kepala Unit Pelayanan Terpadu (KUPT) Koperasi dan
Usaha Makro, Kecil, dan Menegah Kabupaten Tangerang menggunakan
kendaraan dinas operasional dengan spesifikasi 2.500 cc agar dapat menunjang
kegiatan operasional.
Jadi dapat diketahui, ternyata spesifikasi kendaraan dinas operasional
berdasarkan jabatan pada pegawai/pejabat Pemerintah Kabupaten Tangerang,
121
yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang sudah sesuai akan tetap
belum sesuai denga prosedur, karena Pemerintah Kabupaten dalam menetukan
spesifikasi kendaraan dinas operasional berdasarkan jabatan pada
pegawai/pejabat, lebih mendahulukan dengan kebutuhan agar dapat membantu
kegiatan operasional pada tiap-tiap SKPD tersebut.
4.4.2. Legal Audit
Legal audit merupakan sebagai lingkup kerja manajemen aset yang berupa
inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau
pengalihan aset. Selanjutnya, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan
legal dan strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait
dengan penguasaan dan pengalihan aset. Masalah yang sering dihadapi dalam
legal audit, menyangkut status penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain,
dan lain-lain.
Jadi dalam penelitian ini siklus legal aduit dideskripsikan mengenai hal-
hal seperti landasan hukum dalam penguasaan aset dan mengamankan kendaraan
dinas perasional, dasar hukum dalam menggunakan kendaraan dinas operasional.
4.4.2.1. Legal Audit pada Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang.
Kegiatan legal audit yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Tangerang yaitu sangat diperlukan, dimana kegiatan legal audit sangat bermanfaat
122
untuk mengamankan barang milik daerah Pemerintah Kabupaten Tangerang.
seperti yang telah diutarakan oleh Kepala Sub Bagian Umum Pemerintah
Kabupaten Tangerang yaitu :
“Kegiatannya yaitu melakukan pencatatan secara tertib dan teratur sepertipencatatan untuk penerimaan barang, pengeluaran barang, dan keadaanpersediaan barang kedalam buku barang menurut jenisnya yg terdiri daribuku barang inventaris, buku barang pakai habis, buku hasil pengadaan,kartu barang, kartu persediaan barang. Dimana dari kegiatan tersebutdiharapkan dapat mengamankan, mengendalikan, memanfaatkan danmengawsi setiap barang milik.” (wawancara dengan informan I1-5, Kamis,8 November 2016 pukul 09.00 WIB di Kantor Sekretariat DaerahKabupaten Tangerang)
Berdasarkan pernyataan informan I1-5, proses legal audit yang dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu dengan tertib dan teratur dalam
setiap pencatatan, maksudnya yaitu proses inventarisasi yang tertib dan teratur
juga dapat membatu dalam kegiatan legal audit yang dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Tangerang pada kendaraan dinas operasional untuk dapat mengawasi,
mengamankan, mengendalikan, serta memanfaatkan kendaraan dinas operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan baik. Hal ini juga serupa dengan yang
diutarakan oleh informan I1-6, selaku, staff Bagian Umum Sekretariat Daerah yaitu,
kegiatan inventarisasi yang baik dapat menjadi suatu proses mengamankan
kendaraan dinas operasional Pemerintah kabupaten Tangerang.
Berdasarkan pernyataan yang diutarakan oleh informan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan yaitu, proses legal audit yang dilakukan Pemerintah
Tangerang yaitu dengan tertib dan teratur dalam kegiatan inventarisasi kendaraan
dinas operasional. Karena proses inventarisasi kendaraan dinas operasional jika
dilakukan dengan baik, teratur dan tertib dapat membantu proses legal audit pada
123
kendaraan operasional, seperti mengamankan, mengawasi, mengendalikan, serta
memanfaatkan kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang.
4.4.2.2.Permasalahan Legal Audit pada Kendaraan Dinas Operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Pengamanan terhadap barang milik daerah merupakan suatu kewajiban
yang harus dilakukan oleh setiap pengelola barang milik daerah. Pengamanan
hukum berarti bahwa setiap barang yang menjadi aset daerah harus memiliki bukti
kepemilikan atas nama pemerintah daerah. Pengamanan dari aspek hukum
dilakukan dengan cara melengkapi bukti kepemilikan atas nama pemerintah
daerah, seperti sertifikat (tanah) dan BPKB (kendaraan).
Kemudian terkait masalah legal yang dimiliki dalam kendaraan dinas
operasional, sudah pasti memiliki keterkaitan dengan bukti kepemilikan
kendaraan dinas itu milik Pemerintah Kabupaten Tangerang baik itu dibuktikan
dari Buku Kepilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) Surat Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor (STNK). Dimana bukti dari Buku Kepilikan Kendaraan
Bermotor (BPKB) kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang
ini dipegang oleh pengelola aset dan diserahkan oleh Badan Pegelola Keuangan
dan Aset daerah (BPKAD) bidang aset sudah dilakukan, sedangkan untuk Surat
Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) dipegang oleh Pengguna Barang.
Akan tetapi sesuai dengan kenyataannya masih terdapat kendaraan dinas
operasional milik Pemerintah Kabupaten yang tidak memiliki BPKB, berikut
124
merupakan beberapa kendaraan dinas operasional yang tidak memiliki dokumen
kepemilikan yaitu ;
Tabel 4.7
Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang
yang Tidak memiliki Dokumen Kepemilikan
SKPDJenis
Kendaraan
Spesifika
si
Nomor
PolisiKondisi Keterangan
Dinas KesehatanMobil
AmbulanceIsuzu A 9937 A Baik
Tidak ada
BPKB
Dinas Kesehatan Sepeda Motor Yamaha B5652 CQ BaikTidak ada
BPKB
Dinas Kesehatan Sepeda Motor Suzuki B5873 CQ BaikTidak ada
BPKB
Dinas Kesehatan Sepeda Motor Yamaha B6063NIQ BaikTidak ada
BPKB
Dinas Bina
Marga dan
Pengairan
Sepeda Motor Suzuki B 6118 CQ BaikTidak ada
BPKB
Dinas Bina
Marga dan
Pengairan
Sepeda Motor Honda B 5118 CQ BaikTidak ada
BPKB
Dinas Bina
Marga dan
Pengairan
Sepeda MotorSuzuki
SmashB 6489 NIQ Baik
Tidak ada
BPKB
Dinas Bina
Marga dan
Pengairan
Sepeda MotorSuzuki
SmashB 6411 NIQ Baik
Tidak ada
BPKB
Dinas Bina
Marga dan
Pengairan
Sepeda Motor Honda B 3160 FQ BaikTidak ada
BPKB
125
(Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang, 2015).
Dari data diatas telah ditemukan 9(sembilan) kendaraan dinas operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang, dimana telah diketahui bahwa dokumen
kepemilikan seperti Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) merupakan
dokumen yang sangat penting untuk dapat membuktikan bahwa kendaraan
tersebut merupakan kendaraan milik Pemerintah Kabupaten Tangerang. Dimana
setiap kendaraan dinas harus dilengkapi dengan BPKB yang disimpan oleh
instansi. Akan tetapi, bertentangan dengan hal tersebut, kendaraan dinas
operasional yang terdapat pada Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten
Tangerang dan Dinas Bina Marga dan Pengairan, terdapat beberapa kendaraan
dinas operasional yang tidak memiliki BPKB, hal ini berdasarkan pada KIB B
Pemerintah Kabupaten Tangerang, dimana KIB merupakan laporan tahunan yang
harus dibuat oleh SKPD yang digunakan untuk mengetahui kondisi barang milik
daerah dengan baik. Jadi dari data diatas yaitu daftar kendaraan dinas operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang yang Tidak memiliki Dokumen Kepemilikan,
dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa pengelola barang belum menginventarisir
kendaraan dinas operasionalnya dengan baik, karena terdapat beberapa kendaraan
dinas operasional yang tidak memiliki dokumen kepemilikan seperti Buku
Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), hal ini juga dapat menandakan bahwa
tidak ada kejelasan atas status kepemilikan kendaraan dinas operasional dan bisa
menimbulkan terjadinya pengalihan dari kendaraan dinas operasional itu.
Adapun penjelasan yang diutarakan oleh Pengelola Barang Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang yaitu :
126
“dengan Barang Milik Daerah yang lama, seperti barang atau kendaraandinas operasional yang berasal dari dari tahun lama yang tidak aadacatatannya cuman ada fisiknya dan tidak tau berasal dari APBD tahunberapanya yaitu tahunnya dibawah tahun 2007, karena mulai adapencatatan di Pemerintah Kabupaten itu sekitar tahun 2007 yaitu denganmengupload ke SIMDA BMD, dalam artian belum ada pencatatan sepertisekarang, jadi sebelum tahun 2007 belum ada pencatatan, jadi harusmelengkapi pencatatan dari kendaraan dinas operasional yang dari tahun2007. Sebenernya saya sendiri mulai bekerja jadi pengelola barang tahun2006, jadi karena tidak tau asal usul kendaraan tersebut, yang seperti inijuga bisa mengakibatkan hilangnya BPKB dari beberapa kendaraan, dansampai sekarang juga proses sensus di Dinas Kesehatan sebenernyabelemu selesai, karena salah satunya dikarenakan oleh kendaraan tersebutyang umurnya dibawah 2007.” (wawancara dengan informan I1-10, pukul10.00, 11 Agustus 2016, di Kantor Dinas Kesehatan KabupatenTangerang).
Berdasarkan dengan informan I1-10, Pemerintah Kabupaten Tangerang baru
melakukan kegiatan dengan menggunakan SIMDA BMD tahun 2007, sehingga
hal ini memiliki dampak keetidaktahuan mengenai tahun pembelian, berasal dari
APBD tahun berapa dari kendaraan dinas operasinal tersebut. Hal ini juga
membuat tidak lengkapnya atau tidak jelas keberadaan dokumen kepemilikan
kendaraan dinas operasional seperti BPKB apalagi pada kendaraan dina
operasional yang masih ada fisikinya akan tetapi berasal dari tahun pembelian
APBD dibawah tahun 2006.
Jadi peneliti dapat menyimpulkan berdasarkan dengan permasalahan legal
audit pada kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu
proses legal audit pada kendaraan dinas operasional belum berjalan dengan baik,
hal ini dikarenakan oleh masih ada kendaraan dinas operasinal Pemerintah
Kabupaten Tangerang yang belum terinventarisir dengan baik, karena kendaraan
tersebut tidak memiliki dokumen kepemilikan yang lengkap seperti BPKB.
Padahal proses legal audit pada kendaraan dinas operasional merupakan termasuk
127
dalam kegiatan tertib dalam hal innventarisasi agar kendaraan dinas operasional
Pemerintah Kabupaten tersebut, dapat diamankan secara baik, dengan cara
mengamankannya dengan bukti kepemilikan yang sah yaitu Buku Pemilik
Kendaraan Bermotor.
4.4.3. Penilaian Aset
Kesatuan kerja lanjutan dari manajemen aset, yaitu berupa kegiatan
penilaian aset sebagai upaya penilaian atas aset yang dikuasai pemerintah daerah
dan biasanya kegiatan ini dilakukan oleh konsultan penilaian independent. Hasil
dari nilai tersebut akan dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun
informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin dijual.
Penilaian merupakan terjemahan dari istilah appraisal dan valuation.
Istilah appraisal lebih banyak digunakan di Amerika Serikat. Sedangkan valuation
atau values biasa dipakai di Inggris dan negara anggota pemakmuran, jadi
penilaian pada dasarnya merupakan estimasi atau opini, walaupun didukung oleh
alasan atau analisis rasional. Penilaian pada pronsipnya merupakan suatu proses
indikasi melalui suatu pengetahuan atau metode tertentu terhadap suatu objek
suatu kepentingan atau tujuan tertentu. Penilaian barang milik daerah perlu
dibedakan menjadi dengan penilaian pada umumnya. Penilaian barang milik
daerah merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan seorang penilai untuk
mendapatkan estimasi nilai suatu barang milik daerah tertentu. berikut terdapat
pernyataan dari staff Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD),
128
Bidang Aset, Bagian Inventarisasi, selaku Pembantu Pengelola Barang Daerah
(PPBD) Kabupaten Tangerang, yaitu :
“Penilaian yanng dilakukan pada Pemerintah Kabupaten yaitu, apabilapemerintah Kabupaten Tangerang mendapatkan Hibah dari pihakeksternal, untuk dapat menetapkan bahwa kendaraan tersebut masukkedalam buku inventarisasi BPKAD Kabupaten Tangerang, harusdilakukan penilaian pada kendaraan tersebut. Untuk prosesnya melihatdokumen yang diserahkan oleh pihak yang menyerahkan seperti fakturpembelian, nilai kewajiban, pajak pada STNK Kendaraan, dan BeritaAcara Hibah.” (wawancara dengan informan I1-2, pukul 10.00 WIB, 19Oktober 2016, di Kantor Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah)
Berdasarkan dengan informan I1-2, proses penilaian yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Tangerang, dapat dilakukan ketika mendapatkan hibah dari
pihak ketiga, hal ini dilakukan untuk dapat menetapkan kendaraan yang
dihibahkan oleh pihak ketiga kedalam buku inventarisasi BPKAD. Dan untuk
proses pencatatannya itu, Bidang Aset, khususnya bagian inventarisasi melihat
dokumen yang telah diserahkan oleh pihak ketiga yang menghibahkan kendaraan
tersebut. Dokumen tersebut dapat berupa faktur pembelian kendaraan yang
dimaksud, nilai kewajiban, pajak pada STNK kendaraan, serta Berita Acara Hibah
Kendaraan.
Kemudian berdasarkan pernyataan dari staff Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah (BPKAD), Bidang Aset, Bagian Inventarisasi, selaku Pembantu
Pengelola Barang Daerah (PPBD) Kabupaten Tangerang yaitu :
“Untuk prosesnya kami selaku pegawi tidak tau, karena proses penilaianKendaraan Dinas Operasional dilakukan oleh penilai independen yangbersertifikat dibidang penilaian asset.” (wawancara dengan informan I1-4,
pukul 10.00 WIB, 13 Agustus 2016, di Kator Badan PengelolaanKeuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang.)
129
Berdasarkan dengan informan I1-4, dapat kita ketahui bahwa proses
penilaian yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang dilakukan oleh
Pihak Ketiga yaitau penilai independen yang tela memilik sertifikat dibidang
penilaian aset, agar dapat membantu Kabupaten Tangerang dalam menetapkan
nilai dari kendaraan dinas operasional milik Pemerintah kabupaten Tangerang.
Jadi kesimpulan peneliti, penilaian aset merupakan suatu proses pekerjaan
seorang penilai dalam memberikan opini tertulis mengenai nilai ekonomi pada
saat tertentu, berdasarkan hasil analisa terhadap fakta—fakta yang objektif dan
relevan dengan mennggunakan metode dengan pinsip-prinsip penilaian yang
berlaku pada saat tertentu. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Tangerang
melakukan kerjasama dengan pihak eksternal untuk dapat melakukan penilaian
KDO milik Pemerintah Kabupaten Tangerang, Pemerintah Kabupaten Tangerang
tidak melakukan secara mandiri guna mengurangi terjadinya KKN sehingga
menyebabkan nilai KDO tersebut menjadi tidak valid. Penilaian ini dilakukan
berdasarkan hasil penilaian yang didapatkan , berdasarkan kondisi fisik dan
tahunan KDO tersebut.proses penilaian juga dilakukan dalam rangka penyusunan
neraca Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan berpedoman pada Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Tim penilai ditetapkan oleh Kepala Daerah dan
dapat melibatkan penilai independent yamg bersertifikat dibidang penilaian aset.
4.4.4. Optimalisasi Aset
Optimalisasi aset merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan potensi
fisik, lokasi, nilai, jumlah/ volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut.
130
Dalam kegiatan ini aset-aset yang dikuasai Pemda diidentifikasi dan
dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dapat dikelompokkan berdasarkan
sektor-sektor unggulan yang dapat menjadi tumpuan dalam strategi pembangunan
ekonomi nasional, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
Untuk menentukan hal tersebut harus terukur dan transparan, sedangkan aset yang
tidak dapat dioptimalkan harus dicari faktor penyebabnya, apakah faktor
permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah ataupun faktor lainnya,
sehingga setiap aset nantinya memberikan nilai tersendiri. Hasil akhir dari tahapan
ini adalah rekomendasi yang berupa sasaran, strategi dan program untuk
mengoptimalkan aset yang dimiliki.
4.4.4.1.Optimalisasi kelayakan fisik pada Kendaraan Dinas Operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Optimalisasai kelayakan fsik pada kendaraan dinas operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang perlu dilakukan guna menunjang tugas pokok
dan fungsi dari masing-masing SKPD Pemerintah Kabupaten Tangerang. Karena
dengan adanya kendaraan dinas operasional dapat memudahkan pekerjaan pada
SKPD Pemerintah Kabupaten dalam memenuhi kegiatan operasional dari SKPD
terkait. Maka dari itu Pemerintah Kabupaten Tangerang sangat membutuhkan
adanya kendaraan dinas operasional yang berpotensi untuk memenuhi kegiatan
operasional. Berikut merupakan daftar kendaraan dinas operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang yaitu :
131
Tabel 4.7
Daftar Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang
No. Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan
1. Dump Truck 178
2. Jeep 23
3. Kendaraan Bermotor Beroda Dua Lain-lainnya 5
4. Kendaraan Bermotor khusus Lain-lain 9
5. Kendaraan Dinas Bermotor Lain-lain 47
6. Micro Bus (Penumpang 15-30) 6
7. Mini Bus (Penumpang 14 orang kebawah) 479
8. Pick Up 100
9. Sedan 9
10. Sepeda Motor 1362
Total 2.218
(Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang, 2015)
Namun jika melihat daftar kondisi pada kendaraan dinas operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang, kita dapat melihat bahwa sebenarnya sudah
dilakukan pengecekan kelayakan fisik pada kendaraan dinas operasional
Pemerintah Kabupaten Tangeran. Berikut merupakan daftar kondisi kendaraan
dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang, yaitu :
Tabel 4.8
Daftar Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang
No. SKPD
Kondisi
BaikKurang
Baik
Rusak
Berat
1. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan 58 4 1
2. Badan Kepegawaian 29 2 -
3. BadanKetahananPangan,Penyuluhan,PemberdayaanMasyarakat 66 - -
4. Badan Lingkup Hidup Daerah 26 5 -
132
5. Badan Pelayanan Ijin Terpadu 27 - -
6. Badan Penanaman Modal Daerah 14 - -
7. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 54 - -
8. BAPPEDA 20 1 3
9. Dinas Bina Marga dan Pengairan 91 63 -
10. Dinas Cipta Karya 59 - -
11. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman 286 8 5
12. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 18 - 1
13. Dinas Kesehatan 274 2 11
14. Dinas Kesejahteraan Sosial 19 - 1
15. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 4 - -
16. Dinas Pemuda, olahraga, Kebudayaan Pariwisata 9 - -
17. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Bencana 49 - 3
18. Dinas Pendapatan 91 - 20
19. Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika 58 - -
20. Dinas Perikanan dan Kelautan 32 - 11
21. Dinas Perindustrian dan Perdagangan 12 4 -
22. Dinas Pertanian dan Pertenakan 60 - 3
23. Dinas Tata Ruang 19 - -
24. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 18 - 2
25. Inspektoran Kabupaten 30 - -
26. Kantor Asrip Daerah 8 - -
27. Kesatuan Bangsa dan Politik 7 2 -
28. Kantor Perpustakaan Daerah 8 2 2
29. Kecamatan Balaraja 12 1 1
30. Kecamatan Cikupa 18 8 3
31. Kecamatan Cisauk 9 6 -
133
32. Kecamatan Cisoka 6 5 4
33. Kecamatan Curug 27 - -
34. Kecamatan Gunung Kaler 15 - -
35. Kecamatan Jambe 21 - 1
36. Kecamatan Jayanti 16 - 1
37. Kecamatan Kelapadua 21 - -
38. Kecamatan Kemeri 8 8 3
39. Kecamatan Kosambi 27 - -
40. Kecamatan Kresek 26 - -
41. Kecamatan Kronjo 7 11 -
42. Kecamatan Legok 26 - 4
43. Kecamatan Mauk 25 - -
44. Kecamatan Mekarbaru 7 - 8
45. Kecamatan Pagedangan 30 1 -
46. Kecamatan Pakuhaji 26 - -
47. Kecamatan Panongan 11 - -
48. Kecamatan Pasarkemis 19 2 9
49. Kecamatan Rajeg 12 5 1
50. Kecamatan Sepatan 23 - 4
51. Kecamatan Sepatan Timur 8 - 8
52. Kecamatan Sindangjaya 7 5 -
53. Kecamatan Solear 14 - -
54. Kecamatan Sukadiri 10 2 11
55. Kecamatan Sukamulya 4 1 4
56. Kecamatan Teluknaga 33 - -
57. Kecamatan Tigaraksa 17 1 24
58. Rumah Sakit Umum 14 1 2
134
59. Rumah Sakit Umum Balaraja 11 1 -
60. Satuan Polosi Pamong Praja 39 2 -
61. Sekertariat Darah 280 3 4
62. Sekertariat Dewan 79 - -
Total 2.354 156 155
(Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang,
2015)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebenarnya Pemerintah Kabupaten telah
melakukan proses kelayakan fisik pada kendaraan dinas operasional, hal ini
berdasarkan dengan adanya tabel tentang kondisi kendaraan dinas operasional
diiatas, dimana didalam tabel tersebut, terdapat kondisi dari kendaraan dinas
operasional yaitu baik, kurang baik, dan rusak berat. Jadi berdasarkan tabel diatas
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa, Optimalisasai kelayakan fsik pada
kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang, yang dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten sudah berjalan dengan baik.
4.4.4.2.Optimalisasi Aset yang tidak Berpotensi pada Kendaraan Dinas
Operasiona Kabupaten Tangerang.
Optimalisasi aset yang tidak berpotensi pada Kendaraan Dinas
Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang perlu dilakukan karena hal ini
secara nilai ekonomis dapat merugikan kekayaan dari daerah itu sendiri, seperti
yang terjadi pada Pemerintah Kabupaten Tangerang, yang dimaksud kendaraan
dinas operasional yang tidak berpotensi merupakan kendaraan dinas operasional
dengan komndisi rusak berat, kerana kendaraan dinas operasional dengan kondisi
135
rusak berat tidak dapat membantu tiap-tiap SKPD dalam kegiatan operasional,
dna tentunya hal ini dapat meghambat dalam melakukan kegiatan operasional dari
SKPD tersebut, dan ternyata dapat diketahui bahwa, terdapat kendaraan dinas
operasional yang kondisinya rusak berat dan masih tercantum dalam daftar
kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang, padahal telah kita
ketahui bahwa kendaraan dengan kondisi rusak berat berarti merupakan kendaraan
yang tidak memiliki potensi untuk Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam
melakukan kegiatan operasional dari tiap-tiap SKPD di Kabupaten Tangerang.
Jika di Pemerintah Kabupaten Tangerang ditemukan kendaraan dinas operasional
yang tidak berpotensi akan dilakukannya proses penghapusan. kendaraan dinas
yang tidak berpotensi dapat diketahui dari tabel dibawah ini :
Tabel 4.9
Daftar Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang dengan Kondisi Rusak Berat
No. SKPDKondisi
Rusak Berat
1. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan 1
2. BAPPEDA 3
3. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman 5
4. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 1
136
5. Dinas Kesehatan 11
6. Dinas Kesejahteraan Sosial 1
7. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Bencana 3
8. Dinas Pendapatan 20
9. Dinas Perikanan dan Kelautan 11
10. Dinas Pertanian dan Pertenakan 3
11. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2
12. Kantor Perpustakaan Daerah 2
13. Kecamatan Balaraja 1
14. Kecamatan Cikupa 3
15. Kecamatan Cisoka 4
16. Kecamatan Jambe 1
17. Kecamatan Jayanti 1
18. Kecamatan Kemeri 3
19. Kecamatan Legok 4
20. Kecamatan Mekarbaru 8
21. Kecamatan Pasarkemis 9
22. Kecamatan Rajeg 1
23. Kecamatan Sepatan 4
24. Kecamatan Sepatan Timur 8
25 Kecamatan Sindangjaya 1
26. Rumah Sakit Umum Balaraja 3
27. Sekertariat Dewan 5
Total 155
(Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang,
2015)
137
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah kendaraan dinas operasional
dengan kondisi rusak berat masih banyak ditemukan di Pemerintah Kabupaten
Tangerang. Namun sesuai dengan yang telah diutarakan oleh informan I1-8, selaku
pengelola barang Dinas Cipta Karya Pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu,
terdapat kendaraan dinas operasional yang tidak memiliki potensi yaitu seperti
kendaraan roda dua dengan kondisi rusak berat, yang sudah kami usulkan untuk
penghapusan. Hal ini juga serupa dengan yang diutarakan oleh informan I1-2,
selaku staff Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daearah, bidang aset, bagian
inventarisasi dan Pembantu Pengelola Barang yaitu, bagian aset akan melakukan
penghapusan dengan membuatkan berita acara pada kendaraan dinas operasional
yang tidak memiliki potensi, seperti kendaraan dinas operasional dengan kondisi
rusak berat.
Berdasarkan dengan yang diutarakan informan diatas, Pemerintah
Kabupaten Tangerang telah melakukan optimalisasi aset yang tidak berpotensi
pada kendaraan dinas operasional sudah berjalan dengan baik, dimana dapat kita
ketahui bahwa kendaraan dinas operasional dengan kondisi rusak berat tentunya
dapat mempengaruhi tupoksi dari tiap-tiap SKPD, karena tidak dapat menunjang
pekerjaan operasional dari tiap-tiap SKPD. Jadi pihak BPKAD Kabupaten
Tangerang, mengambil tindakan dengan membuatkan Berita Acara Penghapusan
pada kendaraan dinas operasional dengan kondisi rusak berat. Dimana dapat kita
ketahui juga berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Daearah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik
138
Daerah, penghapusan barang milik daerah yang dilakukan pada kendaraan dinas
operasional berdasarkan dengan keputusan Kepala Daerah atas persetujuan DPRD
Kabupaten Tangerang, hal ini dikarenakan setiap barang milik daerah yang
bernilai diatas 5.000.000, harus berdasarkan dengan keputusan Kepala Daerah.
Adapun yang diuangkapkan oleh I1-4 tentang proses penghapusan yaitu
harus memperhatikan prosesnya dari menilai kondisi fisik barang yang akan
dihapus, menginventarisir dan meneliti kendaraan dinas operasional yang akan
dihapus, menetapkan perkiraan nilai dari kendaraan dinas operasional tersebut,
dan membuat berita acara penilai independent, biasanya penilai independent yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan menggunakan pihak
swasta yang telah bersertifikat dibidangnya. Kemudian setelah melakukan tahap-
tahap diatas, dibutuhkan berita acara yang ditandatangani oleh panitia
penghapusan dan diketahui oleh Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Pemerintah Kabupaten Tangerang. Kemudian dengan melampirkan nama
barang yang akan dihapus, kodefikasi dari KDO yang akan dihapus, tahun
perolehan KDO, harga perolehan, dan alasan penghapusan.
Adapun kertas kerja BPKAD Kabupaten Tangerang dalam rekonsiliasi
aset dalam rincian penghapusan peralatan dan mesin tahun 2016, yang dilakukan
BPKAD Kabupaten Tangerangg ditahun 2016 yaitu :
Tabel 4.10
Daftar Penghapusan pada Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang Tahun 2016.
No. SKPD Jenis Barang Spesifikasi Tahun Ket.
1 BadanPemberdayaan Minibus Toyota Kijang 2003 TGR
139
Masyarakat,Perempuan
dan Pemerintah Desa
2 Sekretariat Daerah Mobil Truck Mitsubishi 1995
3 Dinas Kesehatan Minibus Toyota Kijang 2003
4 Dinas Perhubungan Minubus Daihatsu Xenia 2005
5 BadanLingkungan Hidup Sepeda Motor SUZUKI -
6 Dinas Perikanan Sepeda Motor SUZUKI
7 Dinas Pertanian Minibus TOYOTA 1996
(Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang, 2015)
Jadi berdasarkan informan peneliti dan tabel diatas, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa optimalisasi aset yang tidak berpotensi pada
kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang sudah berjalan
dengan baik.
4.4.5. Pengawasan dan Pengendalian
Sebagai kegiatan akhir dari manajemen aset yaitu pengawasan dan
pengendalian dan hal ini sering menjadi bahan hujatan terhadap Pemerintah
Daerah (PEMDA) saat ini. Saran yang paling efektif untuk meningkatkan kinerja
aspek ini adalah pengembangan SIMA. Melalui SIMA, transparansi kerja dalam
pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan
pengawasan dan pengendalian yang lemah. Dalam SIMA, keempat aspek diatas
diakomodasi dalam system dengan menambah aspek pengawasan dan
pengendalian. Demkian setiap penangan terhadap suatu aset dapat termonitor
dengan jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang bertanggungjawab
140
menanganinya. Hal ini akan diharapkan menimalkan KKN dalam pelaksanaan
pelayanan oleh Pemda.
4.4.5.1.Pengawasan dan Pengendalian pada Kendaraan Dinas Operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Pengawasan dan pengendalian pada kendaraan dinas operasional
merupakan memenuhi kegiatan operasional
Adapun penjelasan mengenai pengawasan dan pengendalin pada
kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang yang dilakukan
oleh Inspektorat Kabupaten Tangerang, yaitu seperti yang telah diutarakan oleh
Ketua Auditor Tim 7 Inspektorat Kabupaten Tangerang, bahwa informan I1-7
mengutarakan, proses pengendalian dan penngawasan dapat dilihat dari kegiatan
innventarisasi aset yang dilakukan oleh pengelola barang yaitu Badan Pengelola
Keunagan dan Aset Daerah, kemudian auditor juga mengecek pada buku
Insventaris ada 5(lima) buku, yaitu buku barang inventaris, buku barang pakai
habis, buku hasil pengadaan, kartu barang, kartu persediaan. Dari 5(lima) buku
inventaris tersebut auditor dapat mengetahui seluruh data mengenai kendaraan
dinas operasional, mulai dari pemegang, kondisi, berasal dari APBD mana.
Kemudian hal ini juga sesuai dengan yang diutarakan oleh informan I1-13, yaitu
proses pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah
yaitu dengan melihat hasil dari kegiatan inventarisasi dengan menggunakan
5(lima) buku innventaris sebagai acuan, kemudian adapun pengawasan secara
fisik pada kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang, yang
dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Tangerang pada Tahun 2015,
141
dengan mengumpulkan pengguna kendaraan dinas pada seluruh SKPD di
kawasan Kantor Pemerintah Kabupaten Tangerang yang terletak di Tigaraksa
Kabupaten Tangerang, dimana pada pengawasan fisik tersebut pengguna wajib
menghadirkan kendaraan dinas operasional dan disertai dengan STNK kendaraan
tersebut.
Jadi berdasarkan dengan pernyataan-pernyataan yang diutarakan oleh
informan mengenai pengawasan dan pengendalian pada kendaraan dinas
operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang sudah berjalan dengan baik, hal ini
dapat dilihat pada kegiatan yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten
Tangerang, yang selalu memantau kegiatan inventaris yang dilakukan BPKAD
Kabupaten Tangerang dalam menyusun 5(lima) buku inventaris yang memiliki
dasar dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten
Tangerang.
4.4.5.2.Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset pada Kendaraan
Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Pada indikator ini, peneliti akan membahas terkait dengan pengembangan
Sistem Informasi Manajemen Aset di Kabupaten Tangerang (SIMA).
Pengembangan SIMA di Kabupaten Tangerang dapat diketahui melalui
wawancara dengan beberapa informan, seperti Bapak Dedi Hidayat selaku Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang mengutarakan
bahwa:
Selalu memperbaharui pada setiap tahunnya aplikasi SIMDA BMD, hal inidibuktikan dari Berita Acara sebagai sumber data Kendaraan dari setiapSKPD”. (wawancara dengan informan I1-2, pukul 10.00 19 Oktober 2016,di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang)
142
Berdasarkan dengan informan I1-2, kegiatan pengembangan sistem
informasi manajemen aset pada kendaraan dinas operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang, yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang
dalam mengawasi dan mengendalikan kendaraan dinas operasional dengan selalu
memperbaharui aplikasi SIMDA BMD setiap tahunnya. Hal ini juga sesuai
dengan yang diutarakan oleh informan I1-3 yaitu, untuk , kegiatan pengembangan
sistem informasi manajemen aset pada kendaraan dinas operasional agar selalu
mendapatkan data secara valid, Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Tanegerang selalu melakuan pembaruan setiap data kendaraan dinas
operasional pada SIMDA BMD, sehingga hal ini dapat memudahkan pengelola
barang dalam mengawasi serta mengendalikan asetnya dengan baik.
Berdasarkan dengan informan-infroman diatas, peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa, , kegiatan pengembangan sistem informasi manajemen aset
pada kendaraan dinas operasional yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Tangerang dengan melakukan pembaharuan selalu pada aplikasi SIMDA BMD,
agar pengelola barang Pemerintah Kabupaten Tanegrang dapat menyajikan data
dengan valid dan dapat selalu mengawasi dan mengendalikan kendaraan dinas
operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan baik.
Jadi kesimpulan peneliti tentang kegiatan pengembangan sistem informasi
manajemen aset pada kendaraan dinas operasional yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu sudah baik, hal ini dapat dilihat pada
aplikasi SIMDA BMD yang selalu diperbaharui oleh Badan Pengelola Keuangan
143
dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang, agar selalu dapat menyaikan data secara
valid.
Langkah selanjutnya dalam proses analisis data adalah melakukan
ringkasan pembahasan dari hasil penelitian. Ringkasan pembahasan dari hasil
penelitian ini dilakukan untuk memberikan penafsiran terhadap hasil yang
diperoleh selama penelitian berlangsung. Adapun hasilnya adalah :
1. Inventarisasi Aset
Dalam proses pengadaan terhadap kendaraan dinas operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang sudah dilakukan dengan baik, hal ini dapat
diketahui dengan proses pengadaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Tangerang dalam pengadaan kendaraan dinas operasional berdasarkan dari
permohonan setiap SKPD yang kemudian disusun dalam Rencana Kebutuhan
Barang Milik Daerah (RKBMD). Kemudian Pemerintah Kabupaten Tangerang
dalam kegiatan pengadaan untuk semua barang milik daerah menggunakan e-
purchasing. Kemudain, proses pencatatan pada kendaraan dinas operasional sudah
berjalan dengan baik sesuai dengan kodefikasi/labeling pada kendaraan dinas
operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang, dimana sudah diketahui bahwa
kodefikasi/labeling pada kendaraan dinas operasional dengan
mengelompokkannya pada KIB B yaitu peralatan dan mesin, hal ini tentu saja
sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007.
Namun, dengan adanya permasalahan inventarisasi kendaraan dinas operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang, dapat membuktikan bahwa sebenarnya
kegiatan inventarisasi aset belum berjalan dengan baik, padahal proses
144
inventarisasi merupakan jantung bagi sebuah instansi pemerintahan di dalam
pengelolaan aset, dan juga adanya kegiatan inventarisasi yang baik mempunyai
manfaat bagi Pemerintah Kabupaten Tangerang, agar dapat mengendalikan,
memanfaatkan, mengamankan, serta mengawasi setiap kendaraan dinas
operasional Pemerintah Kabupaten Tangeranng yang tersebar disetiap SKPD,
kemudian dengan adanya inventarisasi yang baik juga dapat mengetahui bahwa
kendaraan dinas operasional tersebut, sudah termanfaatkan dengan baik sesuai
denga tujuan dan fungsinya. Adapun permasalahan inventarisasi aset pada
kendaraan dinas operasional yaitu, masih terdapat kendaraan dinas operasional
yang tidak ditemukan fisiknya yaitu terdapat pada SKPD, seperti Kecamatan
Gunung Kaler ditemukan 9(sembilan) kendaraan dinas operasional yang tidak
dapat diketemukan fisiknya, kemudian batas akhir penggunaan kendaraan dinas
operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang, dapat diketahui bahwa belum
berjalan dengan baik, padahal sesuai dengan persyaratan pengajuan pensiun yang
terlampir pada berita acara serahterima kendaraan dinas operasional bahwa
pengguna barang ketika mengajukan pensiun, diharuskan sudah tidak memegang
kendaraan dinas operasional, akan tetapi hal ini masih saja terjadi yaitu terdapat
kendaraan dinas yang dibawa pensiun contohnya yang terjadi pada Dinas Bina
Marga dan Pengairan dan Kecamatan Gunungkaler dan pada desa-desa
dikarenakan setiap pergantian kepala desa, tidak ada yang pernah mengembalikan
kendaraan dinas operasional, seperti kendaraan roda dua yang dibawa pensiun.
Kemudian, masih terdapat kendaraan yang dibawa pindah ketika penguuna
kendaraan dinas operasional tersebut terkena mutasi jabatan, padahal sudah
145
mendapatan surat edaran dari Kepala Daerah, yang tidak memperbolehkan
pegawai tersebut mengikutsertakan kendaraan dinas operasionalnya dibawa
pindah ke SKPD yang baru, akan tetapi sampai sekarang hal ini masih saja terjadi.
Selanjutnya, pada Dinas Kesehatan, adanya kendaraan dinas operasional yang
hanya terdapat fisiknya namun tidak jelas keberadaan dokumen kelengkapannya
serta berasal dari APBD tahun berapanya, begutu juga adapun sebaliknya pada
kendaraan dinas operasional yang hanya terdapat datanya saja tapi tidak dapat
dibuktikan fisiknya. Kebanyakan kendaraan operasional tersebut banyak
ditemukan pada tahun 2006 kebawah, karena kendaraan dinas operasional yang
berasal pada tahun 2007 sudah dapat dicatat dalam SIMDA BMD Kabupaten
Tangerang, dan Tahun 2007 merupakan awal dimana Pemerintah Kabupaten
Tanngerang menggunakan aplikasi SIMDA BMD dalam melakukan pencatatan
pada seluruh barang milik daerah Kabupaten Tangerang, dengan adanya hal ini
juga dapat diketahui, bahwa sebenarnya proses sensus yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan ternyata belum selesasi dilakukan, sehingga hal ini mengakibatkan
bagian inventarisasi aset kesulitan dalam menyajikan dan memperbaharui data
yang valid pada kendaraan dinas operasional yang berada pada Dinas Kesehatan
Selanjutnya, spesifikasi kendaraan dinas operasional berdasarkan jabatan pada
pejabat/pegawai Pemerintah Kabupaten Tangerang sudah berjalan dengan baik
tapi tidak mengikuti prosedur, karena berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah
No. 6 Tahun 2006, dimana sudah terdapat spesifikasi kendaraan dinas operasional
berdasarkan jabatan pada pegawai, dimana pegawai yang mendapat kendaraan
dinas operasional harus sesuai dengan jabatannya, sedangkan yang terjadi pada
146
Pemerintah Kabupaten Tangerang, terdapat SKPD yang menggunakan kendaraan
dinas operasional yang tidak sesuai dengan spesfikasi, hal ini dikarenakan untuk
menunjang tupoksi dan memudahkan kegiatan operasional dari SKPD tersebut,
hal ini terjadi pada Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Makro dan Menegah yaitu
terdapat KUPT yang menggunakan kendaraan dinas operasional dengan
spesifikasi mesin 2.500 cc, padahal seharusnya KUPT tersebut menggunakan
kendaraan dinas operasional dengan spesifikasi mesin 1.500 cc atau kendaraan
roda dua dengan 225 cc, tetapi untuk menunjang kegiatan operasional dari SKPD
tersebut. Jadi dengan adanya permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam
inventarisasi pada kendaraan dinas operasional ini, dapat disimpulkan bahwa
proses inventarisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang belum
berjalan dengan baik.
2. Legal Audit
Legal audit sebagai lingkup kerja manajemen aset yang berupa
inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaann atau
pengalihan aset identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan
strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan
kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang. Dimana,
seperti yang telah dipaparkan diatas, bahwa proses legal audit yang dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan tertib inventarisasi, sehingga
dengan tertib dalam inventarisasi ini dapat memudahkan BPKAD Kabupaten
Tangerang dalam menyajikan data secara valid, namun jika dilihat proses legal
147
audit yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang kurang berjalan
dengan baik, hal ini dikarenakan, masih terdapat kendaraan dinas operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang yang tidak memiliki dokumen kelengkapan
seperti BPKB, dimana BPKB merupakan bukti kepemilikan yang valid untuk
dapat mengamankan kendaraan dinas operasional tersebut merupakan milik
dari Pemerintah Kabupaten Tangerang. Hal ini terjadi pada Dinas Kesehatan,
dimana ditemukan kendaraan dinas operasional yang hanya terdapat fisiknya
namun tidak jelas keberadaan dokumen kelengkapannya serta berasal dari
APBD tahun berapanya, begutu juga adapun sebaliknya pada kendaraan dinas
operasional yang hanya terdapat datanya saja tapi tidak dapat dibuktikan
fisiknya. Kebanyakan kendaraan operasional tersebut banyak ditemukan pada
tahun 2006 kebawah, karena kendaraan dinas operasional yang berasal pada
tahun 2007 sudah dapat dicatat dalam SIMDA BMD Kabupaten Tangerang,
dan Tahun 2007 merupakan awal dimana Pemerintah Kabupaten Tanngerang
menggunakan aplikasi SIMDA BMD dalam melakukan pencatatan pada
seluruh barang milik daerah Kabupaten Tangerang, namun ternyata hal ini juga
terjadi pada dinas Bina Marga dan Pengairan, akan tetapi tidak diketahui jelas
mengapa kendaraan dinas tersebut tidak mempunyai dokumen kelengkapan,
hal ini dikarenakan bahwa pengelola barang Dinas Bina Marga dan Pengairan,
sebenarnya tidak mengetahui dengan jelas setiap pergerakan kendaraan dinas
operasional yang ada pada SKPDnya sendiri. Pengelola barang tersebut hanya
mengetahui pemegang awalnya saja. Jadi, ketika adanya pelaporan sebenarnya
pengelola barang Dinas Bina Marga dan Pengairan hanya mengubah sedikit
148
data dari yang sebelum-sebelumnya. Jadi dapat diketahui, jika melihat
permasalahan yang ada pada proses legal audit pada kendaraan dinas
operasional yaitu, bahwa proses legal audit pada kendaraan dinas operasional
belum berjalan dengan baik, padahal dapat diketahui bahwa sebagian besar
proses legal auidt yang baik yaitu dengan melakukan inventarisasi yang tertib
dan tertatur pada setiap kendaraan dinas operasional, dan dengan
melengkapinya dengan dokumen kepemilikan yang sah, seperti misalnya pada
kendaraan dinas operasional dengan memiliki STNK dan BPKB.
3. Penilaian Aset
Proses penilaian aset pada kendaraan dinas operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang, seperti yang telah dipaparkan diatas yaitu dapat diketahui
bahwa, Pemerintah Kabupaten Tangerang tidak melakukan proses penilaian pada
kendaraan dinas operasionalnya, akan tetapi Pemerintah Kabupaten Tangerang
dalam melakukan proses penilaian atas kendaraan dinas operasionalnya
menggunakan jasa penilai independen dari pihak ketiga atau swasta, dimana
penilai ketiga yang dipilih oleh Pemerintah Tangerang ini,harus memiliki
sertifikat pada penilaian aset, namun pihak ketiga atau swasta ini juga dalam
setiap melakukan penilaian aset dipilih secara berbeda-berbeda agar dapat
mengetahui nilai yang konkrit dari kendaraan dinas operasional tersebut, sehingga
hal ini juga dapat memudahkan dalam menetapkan serta mengetahui nilai barang
atau nilai dari kendaraan operasional tersebut.
149
4. Optimalisasi Aset
Proses optimalisasi pada kendaraan dinas operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat
berdasarkan dengan optimalisasi kelayakan fisik pada kendaraan dinas
operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang, bahwa sebenarnya Pemerintah
Kabupaten telah melakukan proses kelayakan fisik pada kendaraan dinas
operasional, hal ini berdasarkan dengan adanya tabel tentang kondisi kendaraan
dinas operasional diiatas, dimana didalam tabel tersebut, terdapat kondisi dari
kendaraan dinas operasional yaitu baik, kurang baik, dan rusak berat. Dengan
adanya hal ini juga, dapat membuktikan bahwa BPKAD sudah melakukan
pengecekan fisisk dari kendaraan dinas operasional, karena BPKAD Kabupaten
Tangerang telah mengelompokkan kondisi-kondisi kendaraan dinas operasional
dengan melakukan kegiatan sensus. Jadi peneliti dapat mengambil kesimpulan
bahwa, Optimalisasai kelayakan fsik pada kendaraan dinas operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang, yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
sudah berjalan dengan baik. Kemudian dapat diketahui berdasarkan yanng telah
dipaparkan diatas akan bahwa, optimalisasi aset yang tidak berpotensi pada
kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang sudah berjalan
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dengan adanya penghapusan pada kendaraan
dinas operasional yang tidak berpotensi dan hilang.
5. Pengawasan dan Pengendalian
150
Proses pengawasan dan pengendalian pada kendaraan dinas operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang, dapat diketahui berdasarkan yang telah
dipaparkan oleh peneliti diatas, bahwa pengawasan dan pengendalian pada
kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang sudah berjalan
dengan baik, hal ini dapat dilihat pada kegiatan yang dilakukan oleh Inspektorat
Daerah Kabupaten Tangerang, yang selalu memantau kegiatan inventaris yang
dilakukan BPKAD Kabupaten Tangerang dalam menyusun 5(lima) buku
inventaris yang memiliki dasar dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Tangerang. Kemudian, dalam proses kegiatan pengembangan
sistem informasi manajemen aset pada kendaraan dinas operasional yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu sudah baik, hal ini dapat
dilihat pada aplikasi SIMDA BMD yang selalu diperbaharui oleh Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang, agar selalu dapat
menyaikan data secara valid.
Tabel 4.11Penilaian Peneliti Terhadap Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang.No. Dimensi Penilaian Peneliti
1. Inventarisasi Aset Kurang Baik
2. Legal Audit Kurang Baik
3. Penilaian Aset Baik
4. Optimalisasi Aset Baik
5. Pengawasan dan Pengendalian Baik
151
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan temuan lapangan yang telah peneliti
uraikan pada BAB IV, berikut peneliti simpulkan hasil penelitian terkait
Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang:
1. pada inventarisasi aset, dapat dikatakan belum berjalan dengan baik
karena belum sesuai dengan peraturan, hal ini dapat dilihat dari terapainya
tujuan-tujuan yang telah dibuktikan dengan tercapainya mendapatkan
opini Wajarr Tanpa Pengecualian daari BPK mulai dari tahun 2007 hingga
152
2016, namun dalam pengelolaan asetnya, khususnya kendaraan dinas
operasional Pemerintah Kabupaten, belum sesuai dengan prosedurnya,
dimana masih terdapat kendaraan dinas operasional yang dibawa pensiun,
kemudian mutasi jabatan pada pegawai yang membawa serta kendaraan
dinas operasionalnya dari SKPD lama kepada SKPD baru, dan masih
terdapat kendaraan yang tidak diketemukan fisiknya.
2. Pada legal audit, dapat dikatakan belum berjalan dengan baik, hal ini
dikarenakan pada proses inventarisasi aset dilakukan belum tertib
administrasi, hal ini dapat dilihat dari ketidaklengkapan dokumen-
dokumen kepemilikan dari kendaraan operasional tersebut.
3. Pada penilaian aset, sudah dilakukan dengan baik, karena proses penilaian
aset pada kendaraan dinas opeasional dilakukan oleh pihak ketiga yang
memang sudah kompeten dalam bidangnya, dan setiap adanya proses
penilaian dari kendaraan dinas operasional ini, Pemerintah Kabupaten
Tangerang selalu menggunakan jasa pihak ketiga yang berbeda-beda, agar
dapat dapat mengetahui nilai yang konkrit dari kendaraan dinas
operasional tersebut, sehingga hal ini juga dapat memudahkan dalam
menetapkan serta mengetahui nilai barang atau nilai dari kendaraan
operasional tersebut.
4. pada optimalisasi aset, sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat
dari adanya pengecekan kelayakan fisik yang dilakukan BPKAD
Kabupaten Tangerang pada kendaraan dinas operasional, dan melakukan
153
optimalisasi aset yang tidak berpotensi pada kendaraan dinas operasional
dengan cara melakukan penghapusan.
5. Pada pengawasan dan pengendalian, sudah berjalan dengan baik, hal ini
dikarenakan dilakukan langsung oleh inspektorat daerah Kabupaten
Tangerang, yang berperan sebagai pembina serta pengawas dan
pengendali kegiatan dalam tiap-tiap SKPD dapat berjalan sesuai dengan
peraturan yang berlaku, kemudian dalam pengembangan SIMA pun sudah
berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat oleh aplikasi SIMDA BMD
yang selalu diperbaharui datanya, sehingga hal ini dapat memudahkan dan
membantu BPKAD Kabupaten Tangerang dalam menyajikan data yang
valid.
5.2. Saran
Berdasarkan dengan kesimpulan yang peneliti berikan diatas, maka
peneliti memberikan beberapa saran sebagai bahan masukan untuk Pemerintah
Kabupaten Tangerang, sebagai berikut :
1. Diharapkan kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk merekrut
pegawai yang memanng kompeten dalam bidangnya, dengan cara
merekrut pegawai yang kompeten sebagai pengelola barang di tiap-tiap
OPD..
2. Diharapkan kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk memperbaiki
sistem peninventarisasian BMD dengan cara memberikan pelatihan dan
154
pendidikan terkait pengelolaan BMD kepada setiap pegawai yang bertugas
sebagai pengelola barang.
3. Diharapkan kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk
mengoptimalkan kendaraan yang dimiliki dengancara pinjam pakai kepada
pihak ketiga.
4. Diharapkan kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk dapat
melakukan pengawasan dan pengendalian dengan cara pemberian sanksi
tegas terhadap pengguna barang yang terkena mutasi jabatan dan
membawa KDO tersebut ke SKPD yang baru.
5. Diharapkan kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk melakukan
tindakan yang tegas dalam mengambil KDO yang disalahgunakan oleh
pengguna barang dengan cara bekerjasama dengan Satpol PP Kabupaten
Tangerang.
6. Diharapkan kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk memberikan
sanksi atau tindakan kepada pegawai yang melakukan pungli pada
kerjasama pemanfaatan baranng yang digunakan oleh pihak ketiga.
7. Diharapkan kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang khususnya BPKAD
untuk dapat menindak lanjuti permasalahan legal audit dalam hal barang
yanng tidak diketemukan dengan cara melakukan rekonsiliasi KDO secara
konsisten.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Handayaningrat, Soewerno.2001. Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen.
Jakarta: Haji Mas Agung
George R. Terry ,2000. Prinsip-Prinsip Manajemen. (edisi bahasa Indonesia). PT.
Bumi Aksara: Bandung.
Siregar, Doli D. 2004. Manajemen Aset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sugiama, A Gima (2013). Manajemen Aset Pariwisata: Pelayanan Berkualitas Agar
Wisatawan Puas dan Loyal Bandung, Guardaya Intimarta, Bandung.
Milles, B dan Hubberman, Michael A. 2009. Analisis Data Kualitatif, Jakarta : UI-
Press
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Hastings, Nicholas A. John. 2010. Physical Asset Management. Springer.
Hambali. 2010. Inventarisasi Barang Milik Negara. Bandung: Politeknik Negeri
Bandung
Hasibuan, Malayu S. P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Hidayat, Muchtar. 2012. Manajemen Aset (privat dan publik). Yogyakarta:
Laksabang PRESSindo
Dokumen :
Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan
Pemerintah
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah,
Peraturan Menteri Dalam Negara Nomor 17 Tahun 2007 tentang pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 76/PMK.06/2015 tentang Standar
Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat
Bermotor Dinas Operasional Jabatan di Dalam Negeri
Sumberlain :
Manajemen Aset Daerah Studi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan danAset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Tana Toraja
Manajemen Aset Daerah (Analisis Pemeliharaan Fungsi Bangunan di LingkungannPemerintah Kabupaten Badung)
Foto bersama Bapak Mudji Widodo, S.Sos Foto bersama Ibu Hani Handasa, S.E
Kasubag. Inventarisasi Bagian Aset Bagian Penghapusan dan Pemanfaatan
Badan Pengelola Keuagan dan Aset Daerah Badan Pengelola Keuagan dan Aset Daerah
Foto bersama Bapak Aziz Muslim, S.E, M.Si, Kasubag Umum, Sekretariat Daerah
Foto bersama Bapak Ramdoni, Pengelola Barang Dinas Kesehatan
Foto bersama Bapak Supriyatna, Pengelola Barang Sekretariat Daerah
Foto bersama Bapak Deni Amad, Pengelola Barang BAPPEDA
Foto bersama Bapak Deni Ahmad, S.I.P (Ketua Tim Auditor 7), dan Bapak Deksi, InspektoratDaerah.
RIWAYAT HIDUP
Nama : Frisca Wulandari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 17 Maret 1994
Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia
Alamat : Jl. Menur 1 BLOK A2, No. 22, Perumhan RSAB
Harapan Kita, Kel. Bencongan Indah, Kec. Kelapa Dua,
Kabupaten Tangerang.
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
Tahun 1999-2000 : TK Riyadul Muhajirin
Tahun 2000-2006 : SDN Tangerang 6
Tahun 2006-2009 : MTS Daar El Qolam
Tahun 2009-2012 : MA Daar El Qolam
Tahun 2012-2017 : Program Sarjana (S-1) Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Top Related