FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS
IDENTITAS
Nama Lengkap : Ny. YR
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Agama : Katholik
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Baros RT 02 Tirtohargo, Kretek, Bantul
Tanggal Masuk RS : 03 Juni 2010
Bangsal : Bougenville kelas II Putri
No. RM : 509930
Tanggal Pemeriksaan : 04 Juni 2010
Dokter yang merawat : dr. Moh. Feri Yulianto, Sp.B Ko-asisten : Alfa Zudia Meitadevi
SUBJEKTIF (autoanamnesis)
Keluhan Utama : Jari kelingking tangan kiri bengkok
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli Bedah RSUD Wirosaban dengan keluhan jari kelingking tangan kirinya
bengkok dan tidak dapat diluruskan pada bagian ujung dekat kuku. Pasien tidak merasa nyeri pada
jarinya, hanya saja jari tersebut terasa kaku bila digerakkan. Tidak ada luka terbuka pada jari
tersebut, tidak bengkak, serta tidak ada perubahan pada warna kulit dan kuku.
Sebelumnya, ± 10 hari yang lalu, jari kelingking pasien terbentur saat hendak menangkap helm
yang jatuh dari motor. Jari tersebut menjadi bengkok (menekuk ke arah dalam), bengkak, merah dan
sakit bila digerakkan selama ± 5 hari. Setelah 5 hari, bengkak dan kemerahan pada jari kelingking
pasien membaik dengan sendirinya, namun jari tetap bengkok dan tidak bisa diluruskan.
RM.01.
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal
Riwayat penyakit gula : disangkal
Riwayat peyakit stroke : disangkal
Riwayat penyakit tulang dan sendi : disangkal
Riwayat penyakit alergi : ada, pasien alergi obat golongan penisilin.
Riwayat trauma sebelumnya : disangkal
Riwayat operasi sebelumnya : tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang pernah menderita penyakit serupa.
Riwayat penyakit tulang dan sendi : disangkal
OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalisata
Keadaan umum : Baik, terpasang infus di tangan kanan
Kesadaran : Komposmentis GCS 15 (E4V5M6)
Kesan status gizi : Cukup
Tanda utama : suhu = 36,4o C respirasi = 18 x/menit
nadi = 82 x/menit tekanan darah = 120/70 mmHg
Kepala : Bentuk mesosefal, rambut hitam dengan distribusi merata.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-).
Hidung : Bentuk simetris, deviasi septum (-), epistaksis (-), napas cuping hidung (-).
RM.02.
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS
Telinga : Otore (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-).
Mulut : Mukosa bibir basah (+), bibir sianosis (-), gusi berdarah (-).
Leher : Bentuk simetris, pembesaran limfonodi (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).
Dada - Paru
Inspeksi : Simetris (+), ketinggalan gerak (-), retraksi dinding dada (-), edema (-), luka (-).
Palpasi : Premitus vokal kiri = kanan, nyeri tekan (-), massa (-).
Perkusi : Sonor (+) seluruh lapang paru.
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+) normal, suara tambahan (-).
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak kuat angkat.
Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V 2 cm medial linea midklavikularis kiri.
Perkusi : Redup (+), batas-batas :
Kanan atas : SIC II linea parasternalis kanan
Kiri atas : SIC II linea parasternalis kiri
Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis kanan
Kiri bawah : SIC V 2 cm medial linea midklavikularis kiri
Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : Datar, benjolan (-), luka (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien tak teraba
Perkusi : Timpani (+) seluruh kuadran, asites (-)
Ekstremitas
Superior : kanan : gerakan bebas (+), luka (-), edema (-), nyeri tekan (-), sianosis (-)
kiri : gerakan bebas (+), luka (-), edema (-), nyeri tekan (-), sianosis (-)
Inferior : kanan : gerakan bebas (+), luka (-), edema (-), nyeri tekan (-), sianosis (-)
kiri : gerakan bebas (+), luka (-), edema (-), nyeri tekan (-), sianosis (-)
RM.03.
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS
Status Lokalisata
Regio : Manus sinistra
Look : Digiti V tampak menekuk ke arah dalam (posisi fleksi abnormal) pada sendi DIP
dengan hiperekstensi sendi PIP, tak tampak adanya luka terbuka, edema (-), sianosis (-)
Feel : Nyeri tekan (-), krepitasi (-), refill capilarry test < 2’
Move : - Fleksi dan ekstensi normal pada digiti I - IV
- Fleksi abnormal (terus-menerus) pada sendi DIP digiti V
- Ekstensi aktif (-) pada sendi DIP digiti V
- Ekstesi pasif (+) pada sendi DIP digiti V
DIAGNOSIS KERJA :
Jari Mallet digiti V manus sinistra.
PLANNING
- Rontgen manus sinistra AP, lateral
Hasil : Fraktur avulsi phalanx distal digiti V dengan soft tissue swelling di dorsal articulatio
interphalanx distal.
DIAGNOSIS PASTI
Jari Mallet digiti V manus sinistra et causa fraktur avulsi phalanx distal digiti V.
RM.04.
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS
PENATALAKSANAAN
Konservatif
- Penggunaan splint pada sendi DIP dalam posisi ekstensi selama 6-8 minggu
o Plaster cast (gips jari)
o Stack splint
o Thermoplastic splint
Operatif :
- Reposisi terbuka dan fiksasi interna (ORIF)
- Reposisi terbuka dan fiksasi eksterna (OREF)
Penatalaksanaan jari mallet pada pasien ini adalah secara operatif (ORIF).
Jalannya operasi :
o Reposisi DIP digiti V manus sinistra
o Fiksasi DIP dengan K-wire no. 0,6
o Operasi selesai.
PROGNOSIS
Baik.
RM.05.
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS
JARI MALLET
A. Definisi
Jari mallet (disebut juga drop finger, baseball finger) merupakan salah satu kelainan bentuk
jari dimana bagian ujung jari menekuk ke arah dalam dan tidak dapat lurus sendiri. Kelainan
pada jari mallet mempengaruhi sendi interphalanx distal (DIP) dan muncul sebagai hasil dari
adanya cedera tertutup pada mekanisme ekstensor dekat insersinya ke dalam phalanx distal.
Kehilangan kontinuitas tendon ekstensor pada sendi DIP menyebabkan sendi berada dalam
posisi fleksi abnormal. Walaupun usaha untuk mengekstensikan jari dilakukan secara aktif, sendi
DIP tetap dalam keadaan fleksi, merupakan karakteristik dari jari mallet.
B. Anatomi dan Fisiologi Tangan
Pengetahuan mengenai anatomi mekanisme ekstensor tangan yang normal diperlukan untuk
menilai akibat dari cedera jari mallet. Mekanisme ekstensor tangan lebih rumit dan kompleks
jika dibandingkan dengan sistem fleksor khususnya dalam anatomi dan fungsi.
Sendi-sendi jari bekerja seperti engsel ketika jari melakukan gerakan fleksi dan ekstensi.
Setiap jari tangan memiliki tiga phalanx yang dipisahkan oleh dua sendi interphalanx, kecuali ibu
jari yang hanya mempunyai dua phalanx. Sendi interphalanx yang berada paling dekat dengan
sendi metacarpophalangeal disebut sendi interphalanx proksimal (PIP), sedangkan sendi
interphalanx yang berada paling dekat dengan ujung jari disebut sendi interphalanx distal (DIP).
Tendon ekstensor melekat ke dasar phalanx distal. Ketika tendon ekstensor bekerja, sendi
DIP akan melakukan gerakan lurus (ekstensi). Sebaliknya, jika tendon fleksor yang melekat pada
telapak jari bekerja, sendi DIP akan menekuk ke arah dalam (fleksi).
RM.06.
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS
Tendon ekstensor masuk ke tangan melalui retinakulum ekstensor. Retinakulum ekstensor
adalah penebalan fascia profunda yang teregang menyilang bagian belakang pergelangan tangan.
Struktur ini merubah lekukan pada facies posterior ujung distal radius dan ulna menjadi enam
terowongan yang terpisah untuk tempat lewatnya tendo m. ekstensor longus. Tiap-tiap
terowongan dibatasi oleh selubung synovial yang terbentang pada tendon-tendon di atas dan di
bawah retinakulum.
Di bawah retinakulum ekstensorum, septa fibrosa berjalan ke radius dan ulna dan
membentuk enam ruang yang berisi tendon-tendon otot ekstensor. Tendon-tendon ekstensor
tersebut adalah extensor carpi radialis longus (ECRL), extensor carpi radialis brevis (ECRB),
extensor carpi ulnaris (ECU), extensor digitorum communis (EDC), extensor digiti minimi
(EDM), extensor indicis proprius (EIP), abductor polliis longus (APL), extensor pollicis brevis
(EPB) and extensor pollicis longus (EPL).
RM.07.
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS
C. Etiologi
Berbagai cedera fleksi pada jari saat jari memegang dalam posisi ekstensi berisiko terjadi
cedera pada mekanisme ekstensor pada sendi distal interphalanx (DIP). Mekanisme klasik dari
cedera ini adalah jari sedang memegang secara kaku pada posisi ekstensi atau mendekati ekstensi
maksimum ketika jari tersebut terbentur pada bagian ujungnya, biasanya terjadi pada saat
berolahraga seperti softball, voli, atau basket dimana bagian ujung jari membentur bola.
Mekanisme cedera lainnya yang sering terjadi termasuk ketika sedang melipat bedcover atau
menarik kaos kaki dengan jari yang ekstensi.
D. Frekuensi
Berbagai cedera yang berbeda dapat terjadi pada sendi interphalanx. Cedera yang paling
sering terjadi adalah sprain (keseleo) pada sendi interphalanx proksimal, dinamakan jammed
finger. Kejadian jari mallet lebih jarang dibandingkan keseleo sendi PIP, tetapi lebih sering
terjadi dibandingkan fraktur PIP atau dislokasi fraktur. Cedera yang sama terhadap mekanisme
ekstensor pada sendi interphalangeal ibu jari dapat terjadi, walaupun jarang.
E. Gambaran Klinis
Setelah terjadi cedera fleksi pada sendi DIP, pasien mungkin mengatakan bahwa ia tidak
dapat mengekstensikan secara aktif sendinya, walaupun ekstensi pasif maksimal tetap dapat
dilakukan dengan baik. Bagian punggung sendi dapat menjadi sedikit nyeri dan bengkak, tetapi
seringkali cedera tidak menimbulkan rasa nyeri. Karena itu, sebagian pasien akan menganggap
bahwa sendi jarinya hanya keseleo sampai suatu hari ketika bengkak sudah menghilang, ia tetap
tidak mampu untuk mengekstensikan sendi secara aktif.
Cedera ini dapat menimbulkan berbagai kondisi berikut :
- Kerusakan tendon tanpa fraktur
- Ruptur tendon dengan fraktur kecil akibat kekuatan cedera
- Ruptur tendon dengan fraktur besar
Jari mallet mungkin terbuka tetapi lebih sering tertutup. Mekanisme dari cedera tertutup
biasanya tiba-tiba, terjadi fleksi yang kuat dari sendi DIP pada jari yang ekstensi. Hal ini
menyebabkan ruptur tendon ekstensor atau avulsi tendon sering dengan fragmen tulang dari
RM.08.
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS
tempat insersinya pada phalanx distal. Jika tidak diobati untuk jangka lama, dapat terjadi
hiperekstensi dari sendi interphalanx proksimal (PIP), menyebabkan kelainan “swan neck” atau
leher angsa karena adanya retraksi proksimal dari central band. Terdapat 4 tipe cedera jari
mallet, yaitu :
- Tipe I : cedera tertutup dengan hilangnya kontinuitas tendon dengan atau tanpa fraktur
avulsi
- Tipe II : laserasi pada atau proksimal ke sendi DIP dengan hilangnya kontinuitas tendon
- Tipe III : abrasi dalam dengan hilangnya kulit, subkutaneus dan inti tendon
- Tipe IV : (a) fraktur bidang trans-epifisis pada anak
(b) cedera hiperekstensi dengan fraktur permukaan artikular 20-50%
(c) cedera hiperekstensi dengan fraktur permukaan artikular biasanya > 50% dan
dengan subluksasi volar phalanx distal yang terlalu dini atau terlambat.
RM.09.
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS
F. Diagnosis
Untuk mendiagnosis jari mallet, dibutuhkan anamnesis yang lengkap tentang riwayat yang
dihubungkan dengan pemeriksaan fisik tangan. Pencitraan perlu disesuaikan dengan diagnosis
klinis, hal ini penting untuk menyingkirkan cedera lainnya yang berhubungan dengan tulang
seperti deformitas akibat osteoarthritis atau rheumatoid arthritis. Foto polos AP dan lateral yang
difokuskan pada sendi DIP jari yang terkena digunakan untuk membedakan antara cedera tulang
dan cedera mallet tendinous. Foto lateral menunjukkan adanya subluksasi volar dari phalanx
distal.
G. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Tujuan utama dari semua metode terapi adalah untuk mengembalikan kontinuitas tendon
yang cedera dengan kesembuhan fungsi yang maksimum. Walaupun berbagai protokol terapi
telah diajukan, splinting pada sendi DIP dalam posisi ekstensi selama 6-8 minggu merupakan
standar baku emas dengan morbiditas yang minimal pada sebagian besar pasien dengan
cedera mallet tertutup. Hal ini dapat dicapai dengan splint thermoplastic stack (mallet) atau
splint plaster cast. Durasi imobilisasi pada sendi yang terkena merupakan faktor penentu
hasil yang penting. Akhir-akhir ini telah ditunjukkan bahwa penundaan terapi inisial tidak
mempengaruhi pergerakan atau keterlambatan ekstensi sendi DIP secara signifikan.
RM.010.
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS
Gambar :
a : plaster cast dapat secara efektif mempertahankan ekstensi sendi DIP dan fleksi sendi
PIP ketika kelainan jari mallet diikuti dengan hiperekstensi PIP.
b : stack splint sering digunakan untuk terapi jari mallet.
c : thermoplastic splint : (1) tampak oblique, (2) tampak dorsal, (3) tampak volar
2. Pembedahan
Terapi secara pembedahan dianjurkan untuk lesi mallet akut dan kronik pada pasien yang
gagal dengan terapi non-pembedahan, tidak dapat bekerja dengan adanya splint pada jari,
terdapat fraktur yang melibatkan lebih dari sepertiga permukaan sendi atau pasien dengan
cedera mallet terbuka.
Sebagian ahli bedah memilih tindakan operasi untuk mengobati cedera mallet yang
diikuti dengan subluksasi volar phalanx distal, keyakinannya adalah mengembalikan
keutuhan sendi dan keseimbangan antara kekuatan fleksor dan ekstensor dibutuhkan untuk
mendapatkan hasil fungsional yang adekuat. Pada umumnya, dilakukan fiksasi Kirschner
wire (K-wire) melewati sendi DIP pada posisi ekstensi dengan sendi PIP pada posisi ekstensi.
Adakalanya, pasien-pasien tertentu (misalnya ahli bedah, dokter gigi) tidak dapat memakai
splint selama 6-8 minggu yang dibutuhkan karena alasan pekerjaan. Dengan blok digital,
a
c1 c2 c3
b
RM.011.
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
PRESENTASI KASUS
sebuah K-wire diameter 0.35 inchi dapat dimasukkan melewati sendi DIP untuk memberikan
splint internal sementara. Walaupun wire dapat membantu mempertahankan reduksi fragmen
tulang, tujuan utamanya adalah mempertahankan ekstensi sendi.
Pilihan lainnya adalah memasukkan pada posisi oblique, K-wire antegrade mulai pada
bagian tengah phalanx tengah dan menempatkan K-wire secara menyamping ke dalam badan
utama phalanx distal. Pada bagian ulnar jari, wire dapat dijepitkan di bawah permukaan kulit.
Stabilisasi K-wire harus dijaga dengan splint eksternal. K-wire dapat dilepas dan dikeluarkan
di bawah anestesi local pada akhir masa terapi.
H. Komplikasi
Komplikasi selama terapi konservatif jarang dan tidak berbahaya dan pada sebagian besar
kasus berhubungan dengan komplikasi pada kulit. Defisit ekstensi yang persisten kira-kira 10o
pernah dilaporkan setelah terapi konservatif pada 40-70% pasien dan masalah kulit sementara
seperti maserasi dan ulserasi punggung jari. Sedangkan komplikasi pembedahan meliputi infeksi,
kekakuan, kerusakan kuku permanen, kesalahan sendi dan deviasi sendi DIP.
I. Referensi
1. Mauffrey, C. 2006. Mallet finger: a review. The Internet Journal of Orthopedic Surgery;3;1.
2. Meals, RA. 2009. Mallet finger. Diakses dari www.emedicine.com
RM.012.
Top Related