MAKNA KHIT}BAH DALAM HADIS DAN
KETERKAITANNYA DENGAN TRADISI DI MINANGKABAU
(Studi Ma’anil Hadis)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
ANIFAH
NIM. 12531168
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
i
MAKNA KHIT}BAH DALAM HADIS DAN
KETERKAITANNYA DENGAN TRADISI DI MINANGKABAU
(Studi Ma’anil Hadis)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
ANIFAH
NIM. 12531168
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
7
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NIM
Fakultas
Jurusan
Alamat Rumah
Alamat di Yogyakarta
Telp/Hp
Judul
Anifah
12531158
Ushuluddin dan Pemikiran Islam
ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Padang Luar, Kec. Rambatan, Kab. Tanah Datar,
Sumatera Barat
PP. An-Najwah-Jobohan-Bokoharjo-Prambanan-
Sleman-Yo gyakarta
089647 97 3924 I 08s315 1 28586
Makna khitbah dalam Hadis dan Keterkaitannya
dengan Tradisi di Minangkabau (Studi N{a'anil
Hadis)
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:1. Skripsi yang saya ajukan adalah benar asli karya ilmiah yang saya tulis
sendiri.2. Bilamana skripsi telah dimunaqasyahkan dan diwajibkan revisi, maka saya
bersedia dan sanggup merevisi dalam waktu 2 (dua) bulan terhitung daritanggal munaqasyah. Jika temyata lebih dari 2 (dua) bulan revisi skripsibelum terselesaikan maka saya bersedia dinyatakan gugur dan bersedia
munaqasyah kembali dengan biaya sendiri.3. Apabila dikemudian hari temyata diketahui bahwa karya tersebut bukan
karya ilmiah saya (plagiasi), maka saya bersedia menanggung sanksi dan
dibatalkan gelar kesqrj anaan saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya'
Yogyakarta, 7 Desember 2015
ll
12531168
CtrrfJ Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-PBM.O5.O7IRO
SURAT KELAYAKAIY SKRIPSI
Dosen: Dr. lndal Abror, M.Ag.Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran IslamUIN Sunan Kakjaga Yogyakarta
NOTA DINAS
Hal : Skripsi Sdri. AnifahLamp : 4 eksempiar
Yogyakart4 7 Desember 2Al5
Kepada:Yth. Dekan Fakultas Ushuluddio dan Pemikiran IslamUIN Sunan Kalijaga YogyakartaDi Yogyakarta
Assal amu' alaikum wr. wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi sertamengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapatbahwa skripsi Saudara:
NamaNIM
: Anifah: 12531 168
Judui Skripsi : Makna l&itbah dalam Hadis dan Keterkaitannya dengan
Tradisi di Minangkabau (Studi Ma'anil Hadis)
Sudah dapat diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SarjanaStrata Satu dalam Jurusan/Prodi Ilmu al-Qur'an dan Tafsir pada FakultasUshuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir Saudara tersebut diatas dapat segera dimunaqasyahkan. Unfuk itu, kami ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 7 Desember 2015
Pembimbing,
ilt
L}ffiKEMENTE,RIAN AGAMA
TINWERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALiJAGAFAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
Jl. Marsda Adisucipto Telp. (0274) 512156Fax.0274) 512156 Yogyakarta 55281
PENGESAHAN TUGAS AKHIRNomor : UIN.O2/DU/PP.00.9 l34rcal20l 5
Tugas Akhir dengan Judul :MAKNA KHITBAH DALAM HADIS DAN KETERKAITANNYADENGAN TRADISI DI MINANGKABAU (Studi Ma'anil Hadis)
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
NamaNomor Induk MahasiswaTelah diujikan padaNilai Ujian Tugas Akhir
dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
TIM UJIAN TUGAS AKHIR
Ketua Sidang8enguji I
Dr. Indal Abror, M.Ag.NrP. 19680805 199303 I 007
Penguji II Penguji III
Afdawaiza, S.Ag. M.Ag.NrP.19740818 199903 I 002
Yogyakarta, 18 Desember 2015UIN Sunan Kalijaga
Ushuluddin dan Pemikiran IslamDEKAN
M.Ag.
ANIFAHI 253 l 168
Jum'at, l8 Desember 201590/A-
Dr. Nurun Najwah, M.AgNrP. 19691212 19%43 2 044
ff#?\Aii$'"g..{[lil
qffi
1V
19980i r 002
v
Motto
Berbahagialah Setiap Hari
Positif Thinking
Bersungguh-sungguh
Dan Tebarkan Senyuman Dengan Ikhlas
^-^
vi
Persembahan
Skripsi Ini Penulis Persembahkan untuk:
Bapak dan ibu, atas jasa-jasamulah segala
keberhasilanku dan panjatan do'a-do'amulah yang
telah menerangi jalan hidupku…..
Adikku Amelia Susanti yang selalu memberiku
semangat untuk mengerjakan skripsi
Adik kecilku Alwarisa Nur Fathimah yang selalu
menghibur dan membawa tawa dalam
kepolosannya
Serta ….
Teruntuk seseorang yang telah membantu,
menemani, dan memberikan kebahagiaan saat ini
dan Insya Allah untuk kedepannya ^_^
Dan
Keluarga Pelangi PBSB 2012 beserta
Almamater UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Pedoman transliterasi arab-latin ini sesuai dengan SKB Menteri Agama RI,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 05436/U/1987
tertanggal 22 Januari 1988.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ا
ba<>’ B Be ب
ta<>’ T Te ت
sa>’ S es (dengan titik di atas) ث
ji<<>m J Je ج
h{a>’ H ha (dengan titik di bawah) ح
kha>’ Kh ka dan ha خ
da>l D De د
za>l Z zet (dengan titik di atas) ذ
ra>’ R Er ر
zai Z Zet ز
si>n S Es س
syi>n Sy es dan ye ش
s{a>d S es (dengan titik di bawah) ص
d{a>d D de (dengan titik di bawah) ض
t{a>’ T te (dengan titik di bawah) ط
viii
z}a>’ Z zet (dengan titik di bawah) ظ
ain ‘ koma terbalik di atas‘ ع
gain G Ge غ
fa>’ F Ef ف
Qa>f Q Qi ق
Ka>f K Ka ك
La>m L El ل
mi>m M Em م
Nu>n N En ن
Wa>wu W We و
h>a> H Ha ه
hamzah ’ Apostrof ء
ya>’ Y Ye ي
B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap, contoh:
متعقدين ditulis muta‘aqqadῑn
ditulis ‘iddah عدة
C. Ta’ marbūṭah di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis h,
ditulis hibah هبة
ditulis jizyah جزية
ix
(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap
ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, salat dan sebagainya, kecuali
dikehendaki lafal aslinya).
2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t, contoh:
هللا نعمة ditulis ni’matullah
الفطر زكاة ditulis zakātul-fiṭri
D. Vokal pendek
(fatḥah) ditulis a contoh ب ر ditulis daraba ض
(kasrah) ditulis i contoh م ditulis fahima ف ه
(dammah) ditulis u contoh ت ب ك ditulis kutiba
E. Vokal panjang
1. Fatḥah+alif ditulis ā (garis diatas)
ditulis jāhiliyyah جاهلية
2. Fatḥah+alif maqṣūr, ditulis ā (garis diatas)
ditulis yas’ā يسعى
3. Kasrah+yā’ mati, ditulis ῑ (garis diatas)
مجيد ditulis majῑd
4. Dhammah+wāwu mati, ditulis ū (garis diatas)
ditulis furūd فروض
F. Vokal-vokal rangkap
1. Fatḥah dan yā’ mati ditulis ai, contoh:
ditulis bainakum بينكم
2. Fatḥah dan wāwu mati ditulis au, contoh:
x
ditulis qaul قول
G. Vokal-vokal yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan
apostrof (‘)
ditulis a’antum اانتم
ditulis u’iddat اعدت
شكرتم لئن ditulis la’in syakartum
H. Kata sandang Alif dan Lam
1. Bila diikuti huruf Qamariyyah contoh:
ditulis Al-Qur’ān القران
ditulis Al-Qiyās القياس
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)-nya.
ditulis Asy-Syams الشمس
’ditulis As-Samā السماء
I. Huruf besar
Penulisan huruf besar disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD).
J. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
1. Dapat ditulis menurut penulisannya.
الفروض ذوى ditulis Żawi al-furūd
2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut,
contoh:
سنةال أهل ditulis Ahl as-Sunnah
xi
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji hanyalah pantas dipanjatkan kepada Allah SWT,
hanya kepada-Mu lah kami memohon petunjuk dan meminta pertolongan serta
berserah diri. Allah Maha besar, tetapkanlah kami dalam petunjuk-Mu yang
diridhoi dan penuh berkah. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad saw, yang telah menghapus gelapnya kebodohan dan
kekufuran, melenyapkan rambu keberhalaan dan kesesatan serta mengangkat
setinggi-tingginya menara tauhid dan keimanan. Demikian juga keluarganya, para
sahabat dan para pengikutnya.
H}>>a>sbunallah wani’ma > al waki>l ni’ma> al maula> wa ni’ma> al nas}i>r, al-
h}amdulilla>h} penyusunan skripsi ini yang berjudul “Hadis-Hadis Tentang Makna
Khit}bah (Studi Ma’a >nil H}adi>s|)” dapat terselesaikan dengan baik. Penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud secara
baik tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak.
Dalam kata pengantar ini, penulis ingin menyampaikan bahwa skripsi ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan. Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak
dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
xii
1. Kementerian Agama RI beserta segenap jajarannya, khususnya kepada
Direktorat PD Pontren yang telah memberikan beasiswa penuh kepada
penulis selama masa studi S1 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2. Prof. Dr. H. Machasin, M.A., selaku rektor UIN Sunan Kalijaga
3. Dr. Alim Roswantoro, M.Ag., selaku dekan Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam
4. Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag., selaku ketua jurusan Ilmu al-Qur’an dan
Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam serta Sekretaris Jurusan
Bapak Afdawaiza, M.Ag.
5. Afdawaiza, M.Ag., selaku sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushululuddin dan Pemikiran Islam. Terimakasih atas segala
nasehat yang telah diberikan kepada penulis.
6. Indal Abror, M.Ag., selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi. Terimakasih atas segala kesabaran dan ilmu yang telah diberikan
kepada penulis dan terimakasih telah menjadi motivator dan selalu
memberikan nasihat-nasihat kehidupan layaknya seorang Ayah kepada
anaknya.
7. Dr. Inayah Rohmaniyah, S.Ag., M.Hum., selaku dosen penasehat
akademik yang senantiasa menasehati dan memotivasi penulis agar
semangat menuntut ilmu. Terimakasih atas segala perhatian yang telah
diberikan.
xiii
8. Prof. Suryadi dan Dr. Nurun Najwah, M.Ag, selaku pengasuh Pondok
Pesantren An-Najwah dan pembimbing hafalan al-Qur’an. Terimakasih
atas segala nasehat, ilmu dan motivasi yang telah diberikan.
9. Mas Ahmad Mujtaba dan Segenap Pengelola PBSB UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta yang selalu membimbing dan menjadi keluarga baru bagi
penulis untuk tempat bercerita dan meminta solusi jika ada masalah.
10. Bapak ibu dosen Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushululuddin
dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang tulus mendidik
dan memberikan ilmu kepada penulis.
11. Seluruh staf administrasi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga yang telah membantu dan memberikan pelayanan yang
baik kepada penulis.
12. Ayahanda Zulkifli dan ibunda Mulhayati yang senantiasa mendampingi
dan tulus mendidik penulis hingga dewasa. Semoga Maghfirah dan kasih
sayang-Nya senantiasa terlimpahkan kepada keduanya, Amin Ya Rabbal
Alamin.
13. Segenap keluarga Ponpes. Darul Ulum Batusangkar dan MAN 2 BSK,
khususnya kepada Ust. Hardison, Ust. Irwandi, Ust. Zulkhairi dan segenap
guru yang pernah mengajari penulis. Terimakasih atas segala bantuan,
ilmu, dan motivasi yang diberikan kepada penulis. Atas dukungan dan
bantuan kalian, penulis bisa melanjutkan studi di UIN Sunan Kalijaga.
14. Teman-teman Pelangi PBSB angkatan 2012 (Ibah, Riza, Juli, Isti, Tari,
Zaim, Selvi, Rifah, Fithri, Arini, Okah, Rona, Reza, Sony, Imam, Afif,
xiv
Iftah, Wildan, Fafa, Fikri, Danang, Wahyudi, Isbat, Idris, Rahmat, Fatih,
Alfian, Kaysi, Ardi, Ichal, Ridha, Dhuha dan Saiful). Teman- teman CSS
Mora (Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs) UIN
Sunan Kalijaga, terutama kepada adik Nur (Anjel), Iza, Ezi, Laily, Fikri
dan lain sebagainya. Teman-teman Pengurus CSSMoRA Nasional periode
2015-2016 yang saat ini berjuang mengurusi dan mempertahankan
CSSMoRA agar tetap Berjaya. Serta teman-teman KKN Tematik Posdaya
UIN Sunan Kalijaga Angkatan ke-86 di Padukuhan Sindon. Terimakasih
atas segala bantuannya.
15. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kuliah
di UIN Sunan Kalijaga.
Jaza>kumu Alla>h khaira al-Jaza>’, dan semoga karya ini bermanfaat. Amin.
Yogyakarta, 7 Desember 2015
Penulis,
Anifah
12531168
xv
ABSTRAK
Secara umum, pemahaman tentang meminang atau khit}bah selalu ditujukan
kepada pihak laki-laki dan yang dipinang adalah pihak perempuan. Baik dalam
tradisi islam pada masa Rasulullah maupun pada masa sekarang ini dalam konteks
di Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya ketentuan hukum di
Indonesia tahun 1991 pasal 12 tentang aturan peminangan. Namun, terdapat
beberapa tradisi di Indonesia, salah satunya pada adat Minangkabau, khit}bah atau
pinang-meminang lazimnya diprakarsai kerabat pihak perempuan. Meskipun laki-
laki yang menghendaki atau sebagai pihak yang terlebih dahulu menginginkan
sebuah pernikahan terhadap seorang perempuan, pihaknya dapat mengirim utusan
untuk melakukan tinjauan ke pihak kerabat perempuan itu. Jika pihak perempuan
menyetujui, maka khit}bah atau pinangan formal tetap dilakukan pihak perempuan.
Jika merujuk kepada berbagai hadis yang membicarakan tentang makna khit}bah
atau pinangan, perlu sekali diadakan penelitian lebih lanjut tentang pemahaman
dari berbagai hadis-hadis tersebut, karena jika hanya dipahami sekilas dan secara
tekstualis, tentunya akan menyebabkan jauhnya pemahaman dari apa yang
dimaksud oleh hadis dan apa tujuan tersirat yang dikehendaki oleh Rasulullah
SAW., ketika mengeluarkan sabdanya.
Langkah metode pemaknaan hadis yang digunakan adalah sebagai berikut:
menentukan tema, kritik hadis (takhrijul hadis dan menentukan kualitas hadis),
dan terakhir pemaknaan hadis (analisis matan dengan kajian bahasa dan tematik
serta analisis realita historis berdasarkan asbabul wurud, fungsi nabi dan sejarah
sosial), kemudian penyimpulan dan dikaitkan dengan realita yang terjadi. Dengan
menggunakan langkah-langkah metode tersebut, menghasilkan kesimpulan bahwa
hadis tentang makna khit}bah: 1). Dari 207 hadis, hanya 70 hadis yang diteliti
dalam penelitian ini dan terbagi dalam 12 variasi lafaz yang secara keseluruhan
sanadnya berstatus S{ah}i>h}, sehingga dapat dijadikan hujjah. 2). khit}bah adalah
langkah awal sebelum pernikahan dan boleh dilakukan oleh pihak laki-laki dan
juga pihak perempuan. Begitu pula jika dikaitkan dengan tema pada sebagian
lafaz yang lain dari teks hadis di atas, bahwa bolehnya melihat orang yang akan
di-khit}bah tidak berlaku hanya untuk pihak perempuan saja, melainkan jika
perempuan yang meng-khit}bah dan laki-laki yang di-khit}bah, maka perempuan
juga dibolehkan untuk melihat laki-laki yang di-khit}bah tersebut. 3). Jika
dikaitkan dan direlevansikan dengan adat khit}bah yang dipraktekkan di
Minangkabau Sumatera Barat, sebenarnya tidak ada pertentangan antara makna
kontekstual yang terkandung dalam hadis dan tradisi di Minangkabau. Karena
tradisi khit}bah dari pihak wanita yang dipraktekkan di beberapa daerah di
Sumatera Barat ini, masih sesuai dengan ajaran Islam dan masih memegang kuat
falsafah yang sudah lama ada di Minangkabau, yakni adaik basandi syarak,
syarak basandi kitabulloh (adat bersendikan syari’at Islam dan syari’at
bersendikan kitab al-Qur’an dan Hadis). Karena dalam ajaran Islam sendiri,
bukanlah ketentuan mutlak dan wajib bahwa yang meng-khit}bah itu dari pihak
laki-laki dan yang di-khit}bah adalah dari pihak perempuan. Melainkan, yang
meng-khit}bah boleh laki-laki dan boleh perempuan karena melihat realita yang
terjadi dari kisah nabi Musa a.s sampai pada masa Rasulullah.
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN .................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... ii
NOTA DINAS ................................................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
ABSTRAK ...................................................................................................... xv
DAFTAR ISI ................................................................................................... xvi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan ......................................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 7
E. Kerangka Teoritik ............................................................................... 11
F. Metode Penelitian ............................................................................... 13
1. Jenis Penelitian ............................................................................. 13
2. Sumber Data ................................................................................. 13
3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 13
4. Teknik Pengolahan Data ............................................................... 14
xvii
5. Langkah Metode Pemaknaan Hadis ............................................... 14
G. Sistematika Pembahasan .................................................................... 15
BAB II : KRITIK HADIS
A. Takhri>j Al-H>>}adi>s ................................................................................. 17
B. Menentukan Kualitas Hadis ............................................................... 22
BAB III : PEMAHAMAN HADIS TENTANG MAKNA KHIT}BAH
A. Analisis Isi (Matan) ............................................................................ 52
1. Kajian Kebahasaan......................................................................... 53
2. Kajian Tematik .............................................................................. 57
3. Kajian Konfirmatif......................................................................... 61
B. Analisis Realita Historis ..................................................................... 64
1. Tradisi khit}bah masa Nabi sebelum Muhammad .......................... 66
2. Tradisi khit}bah masa Jahiliyah ...................................................... 68
3. Tradisi khit}bah masa Rasul sebelum kedatangan Islam ................ 69
4. Tradisi khit}bah masa Rasul setelah kedatangan Islam ................... 71
BAB IV : RELEVANSI HADIS-HADIS TENTANG MAKNA KHIT}BAH
DALAM KONTEKS TRADISI KHIT}BAH PADA ADAT
MINANGKABAU
A. Tradisi Khit}bah Pada Adat Minangkabau ........................................... 84
B. Relevansi Hadis-Hadis Tentang Makna Khit}bah Dalam Konteks Tradisi
Khit}bah Pada Adat Minangkabau ....................................................... 95
xviii
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 100
B. Saran ................................................................................................... 102
C. Kata Penutup........................................................................................ 102
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 104
CURRICULUM VITAE ................................................................................ 109
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan merupakan ritual agung dan mulia yang menjadi jalan bagi
seorang laki-laki dan perempuan untuk menyatukan diri secara lahir maupun batin
dalam satu ikatan kuat agama. Ritual yang agung dan mulia karena menjadi jalan
sepasang manusia untuk menuju tingkat lebih tinggi dalam berhubungan antar
sesama manusia (h{ablu min al-na>s), dan manusia dengan sang Pencipta, Allah
SWT. (h{ablu min Allah). Pernikahan juga merupakan ritual yang sakral, tidak bisa
dibuat main-main, karena menjadi satu-satunya jalan yang diberikan agama dalam
menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah SWT., yaitu pemenuhan kodrat
manusia dalam rangka menjaga kelestarian keturunannya.
Sebelum diadakannya akad pernikahan, biasanya seorang laki-laki
melakukan pinangan atau khit}bah terlebih dahulu kepada wanita yang akan
dijadikan istri. Pinangan atau khit}bah dalam bahasa Arab, merupakan pintu
gerbang menuju pernikahan. Makna khit}bah dalam kamus Lisanul ‘Arab
merupakan masdar dari kata khathaba. Bisa dikatakan khit}bah jika kata khathaba
tersebut diiringi dengan kata al-Mar’ah yang dimaknai dengan meminang
wanita.1Adapun khit}bah menurut Wahbah az-Zuhaily bermakna menampakkan
keinginan untuk menikah dengan seorang perempuan tertentu, dengan
memberitahukan hal itu kepada perempuan tersebut atau keluarga atau
1Muhammad bin Mansur, Lisanul arab (Beirut: Dar al-Mashadir), jil. 1, hlm. 360.
2
walinya.2Sedangkan dalam kitab Al-Fiqh al-Manhaji’ala al-Mazhab al-Imam asy-
Syafi’i karya Musthafa al-Mugha yang telah diterjemahkan oleh Misran, beliau
menjelaskan menurut mazhab Syafi’i, khit}bah itu diartikan sebagai permintaan
lelaki yang meminang kepada wanita yang dipinang untuk dinikahi.3
Secara umum, pemahaman tentang meminang ini selalu ditujukan kepada
pihak laki-laki dan yang dipinang adalah pihak perempuan. Baik dalam tradisi
islam pada masa Rasulullah maupun pada masa sekarang ini dalam konteks di
Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya ketentuan hukum di Indonesia
tahun 1991 pasal 12 tentang aturan peminangan.4Namun, terdapat beberapa tradisi
di Indonesia, salah satunya pada adat Minangkabau, khit}bah atau pinang-
meminang lazimnya diprakarsai kerabat pihak perempuan.5Meskipun laki-laki
yang menghendaki atau sebagai pihak yang terlebih dahulu menginginkan sebuah
pernikahan terhadap seorang perempuan, pihaknya dapat mengirim utusan untuk
melakukan tinjauan ke pihak kerabat perempuan itu. Jika pihak perempuan
menyetujui, maka khit}bah atau pinangan formal tetap dilakukan pihak
perempuan.6
2Wahbah az-Zuhaily, Fikih Imam Syafi’i, terj. Imron (Jakarta: al-Mahira, 2012), jil. 2,
hlm. 471.
3Musthafa al-Mugha, Fikih Manhaji. Terj. Misran (Yogyakarta: Darul Uswah, 2012),
hlm. 68.
4Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: AKADEMIKA
PRESSINDO, 1992), hlm. 116.
5A.A Navis, Alam Terkembang Jadi Guru: adat dan kebudayaan Minangkabau (Jakarta:
Graviti Pers, 1984), hlm. 199.
6A.A Navis, Alam Terkembang Jadi Guru ...hlm. 200.
3
Tradisi pinangan yang dilakukan oleh pihak perempuan seperti salah
satunya yang terjadi pada adat Minangkabau, sejauh penelitian sementara penulis,
belum pernah dicontohkan pada masa Nabi Muhammad saw., ataupun para
sahabat sebelumnya. Praktik meminang atau khit}bah pada masa Rasulullah
biasanya dilakukan oleh pihak laki-laki. Seperti yang dicontohkan oleh nabi
Muhammad sendiri ketika hendak menikahi Aisyah. Sebelum menikahinya, nabi
meminang Aisyah terlebih dahulu kepada Abu Bakar, sebagaimana dijelaskan
dalam berbagai hadis yang salah satunya terdapat dalam hadis riwayat Bukhari
nomor 4691 yang berbunyi:
بن يوسف حدث عليه حدثنا عبد الل نا الليث عن يزيد عن عراك عن عروة أن النبي صلى الل
وسلم خطب عائشة إلى أبي بكر فقال له أبو بكر إنما أنا أخوك فقال أنت أخي في دين الل
7ل وكتابه وهي لي حل
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf Telah menceritakan
kepada kami Al Laits dari Yazid dari Irak dari Urwah bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam mengkhithbah (meminang) Aisyah kepada
Abu Bakar. Maka Abu Bakar pun berkata pada beliau, "Sesungguhnya
saya adalah saudara Anda." Beliau bersabda: "Yang kumaksudkan kamu
adalah saudaraku di dalam Dinullah dan Kitab-Nya, maka Aisyah adalah
halal bagiku."
Kemudian Rasulullah juga pernah meminang Hafshah binti Umar bin
Khattab yang merupakan seorang janda dari Khunais bin Hudzafah As Sahmi
yang meninggal pada saat perang Badr.8 Lalu kisah Al-Mughirah bin Syu’bah
7Abu Abdullah al-Bukhari, S}ah}i>h} Bukhari, Kita>b Nikah, Ba>b Tazwij li Sugro min al-
Kubro , No. 4691, CD Mawsu>'ah al-H}adi>s| al-Syari>f , Global Islamic Software, 1991-1997.
8Kisah ini tergambar dalam hadis Riwayat Imam Bukhari, S}ah}i>h} Bukhari, Kita>b al-
Maghzi, Ba>b suhud al-Malaikati Badr, No. 3704, CD Mawsu>'ah al-H}adi>s| al-Syari>f , Global
Islamic Software, 1991-1997.
4
yang meminang seorang gadis,9 dan juga ketika kita melihat sejarah Nabi
Muhammad saw., ketika beliau akan menikahi Khadijah r.a, tetaplah pihak Nabi
Muhammad yang melakukan khit}bah secara fomal, meskipun Khadijah yang
pertama sekali ingin menikahi Rasulullah saw, dengan melalui perantara orang
lain10, serta berbagai kisah pinangan lainnya yang dalam semua kisah tersebut,
tergambar bahwa pihak laki-laki yang melakukan pinangan atau khit}bah terhadap
perempuan.
Jika merujuk kepada berbagai hadis yang membicarakan tentang khit}bah
atau pinangan, perlu sekali diadakan penelitian lebih lanjut tentang pemahaman
dari berbagai hadis-hadis tersebut, karena jika hanya dipahami sekilas dan secara
tekstualis, tentunya akan menyebabkan jauhnya pemahaman dari apa yang
dimaksud oleh hadis dan apa tujuan tersirat yang dikehendaki oleh Rasulullah
SAW., ketika mengeluarkan sabdanya. Salah satu teks hadis yang akan dipahami
lebih lanjut adalah hadis yang berbunyi:
عليه وسلم إذا خطب أحدكم المر صلى الل أة فإن استطاع أن ينظر إلى ما قال رسول الل
اني إلى يدعوه إلى نكاحها فليفعل قال فخطبت جارية فكنت أتخبأ لها حتى رأيت منها ما دع
جتها جها فتزو نكاحها وتزو11
9Kisah ini tergambar dalam hadis riwayat Abu Isa al-Tirmidzi, Jami as-Shahih, Kitab al-
Nikah ‘An Rasulillah, Bab Wajhu fi al- Nazhari ila al-Maqtubah, No. 1007, CD Mawsu>'ah al-
H}adi>s| al-Syari>f , Global Islamic Software, 1991-1997.
10Huesin Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, Bagian ketiga: Muhammad dari Kelahiran
hingga Pernikahannya, Kompilasi CHM, www.pakdenono.com, 2008.
11Abu Daud al-Sijistani, S}\unan Abi Dawud, Kitab al-Nikah, Bab fi ar-Rijal Yanzuru ila
al-mar’ah, No. 1783. CD ROM Mausu>’ah al-Hadi>s al-Syari>f al-Kutub al-Tis’ah, Global Islamic
Software, 1991-1997.
5
Artinya: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila salah
seorang di antara kalian meminang seorang wanita, jika ia mampu untuk
melihat sesuatu yang mendorongnya untuk menikahinya hendaknya ia
melakukannya." Jabir berkata; kemudian aku meminang seorang gadis
dan aku bersembunyi untuk melihatnya hingga aku melihat darinya apa
yang mendorongku untuk menikahinya, lalu aku pun menikahinya”.12
Jika merujuk pada hadis di atas, akan sangat sulit menentukan apa
sebenarnya makna khit}bah atau pinangan itu, apakah sudah mutlak bahwasanya
yang meminang itu dari pihak laki-laki sementara yang dipinang seorang
perempuan, ataukah ketentuan itu hanyalah sebuah pilihan saja. Jika itu adalah
ketentuan mutlak, maka bagaimana halnya dengan tradisi meminang atau khit}bah
yang dilakukan pihak perempuan. Apakah tradisi ini menyalahi pemahaman dari
berbagai literatur hadis yang bekaitan dengan meminang atau tidak. Apalagi
tradisi meminang atau khit}bah yang dilakukan pihak perempuan ini salah satunya
diterapkan pada masyarakat Minangkabau yang dikenal dengan adatnya yang
selalu bersandarkan pada ajaran Islam dengan falsafahnya yaitu adaik basandi
syarak, syarak basandi kitabullah (adat bersendikan syari’at, syari’at bersendikan
al-Qur’an dan sunnah).
Oleh karena itu, di sini penulis tertarik untuk mencari pemahaman secara
lebih mendalam mengenai hadis-hadis tentang khit}bah yang terkhusus difokuskan
untuk mengetahui makna khit}bah yang sebenarnya ditunjukkan oleh hadis
Rasulullah saw. Dalam menghadapi problematika pemahaman terhadap hadis
Nabi saw., khususnya dikaitkan dengan konteks kekinian, maka sangatlah penting
12Hadis yang senada diriwayatkan juga oleh Ahmad bin Hambal nomor 14059 dan
hadis nomor 14340 dalam musnadnya.
6
untuk melakukan studi ma’anil hadis dalam artian mengungkap pemahaman,
interpretasi, serta tafsiran yang benar mengenai kandungan matan hadis. Meski
upaya pemahaman terhadap hadis Nabi terus dilakukan oleh para ahli dalam
bidangnya, tampaknya masih banyak hal yang perlu dikaji mengingat adanya
faktor-faktor yang belum difikirkan dan yang perlu difikirkan ulang yang
melingkupi pemahaman teks hadis Nabi.13
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang masalah dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini:
1. Bagaimana makna khit}bah yang sesuai dengan hadis Rasulullah SAW ?
2. Bagaimana relevansi hadis-hadis tentang makna khit}bah dalam konteks
tradisi khit}bah pada adat Minangkabau?
C. Tujuan dan Kegunaan
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mencoba mengadakan
pemaknaan yang lebih tepat terhadap teks-teks hadis tentang makna khit}bah yang
mana masih menimbulkan keraguan mengenai pemaknaan khit}bah itu secara
tersendiri. Penelitian ini pun bertujuan untuk mengetahui relevansi pemaknaan
hadis Nabi apabila dipahami dengan metode ma’anil hadis, dengan harapan dapat
memberikan pemaknaan yang tepat, apresiatif dan akomodatif terhadap perubahan
dan perkembangan zaman, tidak hanya terpaku oleh bunyi teks hadis yang
cenderung tekstualis-skriptualis, tanpa harus kehilangan ruh semangat nilai yang
terkandung di dalam hadis.
13Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi: Perspektif Muhammad al-
Ghazali dan Yusuf al-Qaradhawi (Yogyakarta: Teras, 2008), hlm. 5.
7
Kajian melalui jalur matan dan pemahamannya secara tepat harus
diupayakan dengan sungguh-sungguh agar warisan yang diamanatkan Nabi Saw.,
kepada umat Islam tersebut tidak sia-sia dan musnah begitu saja.Adapun
kegunaan penelitian ini diharapkan dapat:
1. Memberi kontribusi yang berarti bagi perkembangan, pembaharuan atau
perbaikan pemikiran wacana keagamaan, terlebih lagi kontribusi
Metodologi Studi Islam beserta aplikasinya, dan dapat menambah
pengembaraan intelektual terhadap pemerhati hadis, sebagai sumbangsih
bagi khazanah pemikiran Islam di masa depan.
2. Menambah informasi dan pemahaman mengenai hadis tentang makna
khit}bah.
3. Sebagai sumbangan solusi teoritis terhadap pemahaman tentang makna
khit}bah yang sebenarnya.
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dimaksudkan sebagai salah satu kebutuhan ilmiah yang
berguna memberikan kejelasan dan batasan tentang informasi yang digunakan
melalui khazanah pustaka, terutama yang berkaitan dengan tema yang dibahas.
Sebelumnya penulis melakukan jajag lapangan, supaya terlihat terang mana saja
celah-celah penelitian yang sudah terisi, dan mana saja yang masih kosong,
sehingga penulis bisa memposisikan penelitian ini dengan tepat. Penelitian-
penelitian yang sudah ada sebelumnya secara singkat dapat dipaparkan sebagai
berikut:
8
Husain Muhammad Yusuf dalam bukunya Memilih Jodoh dan Tata Cara
Meminang dalam Islam, menjelaskan tentang tata cara melakukan pinangan dalam
Islam, segi-segi yang makruh dan yang haram dalam peminangan dan pandangan
Islam tentang hal itu serta batasan-batasan dalam melihat aurat wanita yang
dipinang.14 Dalam buku ini tidak membahas validitas hadis-hadis tentang makna
khit}bah seperti yang akan penulis teliti nantinya.
Yahya Abdurrahman dalam bukunya Risalah khit}bah, juga menjelaskan
berbagai hal yang berhubungan tentang khit}bah. Mulai dari pemahaman tentang
khit}bah, tata cara, hingga hikmah khit}bah itu sendiri. Dalam buku ini, khit}bah
diartikan meminang atau melamar seorang perempuan yang boleh dinikahi secara
syar’i yang dilakukan oleh seorang laki-laki baik secara langsung maupun tidak,
baik dengan datang sendiri maupun melalui wakil atau perantara.15 Apa yang akan
penulis teliti tidak ditemukan dalam buku ini.
Abdurrahman dalam karyanya yang berjudul Kompilasi Hukum Islam di
Indonesia, menjelaskan dalam BAB III pasal 12 tentang khit}bah atau peminangan
dimana peminangan dapat dilakukan terhadap seorang wanita yang masih
perawan atau terhadap janda yang telah habis masa iddahnya.16 Buku inipun
masih sangat jauh dari apa yang akan penulis teliti nantinya.
Fuad Kauma dan Nipan dalam karyanya yang bejudul Membimbing Istri
Mendampingi Suami, menjelaskan bahwa pinangan adalah permintaan seorang
14Husein Muhammad Yusuf, Memilih Jodoh dan Tata cara Meminang dalam Islam
(Jakarta: GEMA INSANI PRESS, 1999), hlm. 12.
15Yahya Abdurrahman, Risalah Khitbah (Bogor: Al-Azhar Press, 2013), hlm. 217.
16Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia ... hlm. 116.
9
laki-laki kepada perempuan pilihannya agar bersedia menjadi istrinya. Membahas
tentang etika meminang dan hal-hal lainnya,17 begitu pula halnya dengan apa yang
disampaikan oleh Abdul Halim Abu Syuqqoh dalam tulisannya Kebebasan
Wanita,18serta karya Fauzil ‘Adhim yang berjudul Kupinang Engkau dengan
Hamdallah, dengan bahasanya yang lugas, memeaparkan lebih rinci pembahasan
etika peminangan dalam bab tertentu, tanpa membahas validitas dari hadis-hadis
yang digunakan.
Zahri Hamid dalam buku Pokok-pokok Hukum Perkawinan Islam dan
Undang-Undang Perkawinan di Indonesia mengatakan juga bahwa khit}bah atau
pinangan artinya menyampaikan permintaan oleh pihak calon suami kepada pihak
calon istri untuk memperistrikan calon istri tersebut dengan cara yang dikenal
oleh masyarakat.19 Apa yang disampaikan dalam buku ini berkaitan dengan
makna khit}bah tanpa menyebutkan dalil dan berbeda dengan apa yang akan
penulis teliti nantinya.
Abdul Aziz Muhammad Azam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas dalam
karya mereka yang berjudul al-Usroh wa Ahkamuha fi at-Tasyri’i al-Islami,
menjelaskan hal yang senada tentang pengertian khit}bah itu sendiri tanpa adanya
merujuk pada hadis dalam penjelasannya.20 Begitu pula halnya dengan karya Drs.
17Fuad Kauma dan Nipan, Membimbing Istri Mendampingi Suami (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1997), hlm. 36.
18Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanitaterj.Chairul Halim (Jakarta: Gema Insani
Press, 1997).
19Zahri Hamid, Pokok-pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan
di Indonesia (Yogyakarta: Bina cipta, 1978), hlm. 22.
20Abdul Aziz Muhammad Azam dan Abdul Whhab Sayyed Hawwas, Fikih Munakahat:
Khitbah, Nikah dan Talak terj. Abdul Majid Khon (Jakarta: Kresindo Mediacita, 2009).
10
M. Thalib yang berjudul 15 Tuntunan Meminang Islami yang membahas dengan
pengertian khit}bah serupa serta tentang etika peminangan yang lebih ringkas.
Menariknya buku ini, pertama, dikarenakan buku saku ini sangat ringkas, kedua,
penyajian yang disajikan amat padat, namun tidak meninggalkan argumen-
argumennya dari hadis, bahkan al-Qur’an.21
Quraish Shihab dalam bukunya Untaian Permata Untuk Anakku,
menyatakan bahwa peminangan merupakan salah satu rangkaian dalam kegiatan
agama sebelum pernikahan, dengan melakukan lamaran kepada pihak wanita.
Dalam masa ini bisa dikatakan juga sebagai masa pacaran.22 Dalam skripsi karya
Buchori Muslim tentang “Batasan Melihat Wanita Dalam Peminangan Perspektif
Fiqh Ibnu Hazm”23 dan skripsi karya Khusnul Khatimah tentang “Hadis-hadis
Etika Peminangan”24 juga membahas sedikit mengenai makna khit}bah, namun
hanya mengambil pendapat-pendapat dari ulama-ulama sebelumnya tanpa
melakukan kajian yang lebih jauh mengenai makna khit}bah ini karena fokus
kajian mereka bukan pada bagian ini.
Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia, diterangkan bahwa khit}bah tidak
selamanya dilakukan oleh pihak calon suami kepada pihak calon istri, akan tetapi
sering pula terjadi kebalikannya sesuai dengan adat masing-masing kelompok
21M. Thalib, 15 Tuntunan Meminang Islami (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 1994).
22M. Quraish Shihab, Untaian Permata Untuk Anakku: Pesan al-Qur’an untuk mempelai.
cet. IV (Bandung: al-Bayan, 1980), hlm. 20-21.
23Buchori Muslim,” Batasan Melihat Wanita Dalam Peminangan Perspektif Fiqh Ibnu
Hazm”, Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012.
24Khusnul Khatimah, “Hadis-hadis Etika Peminangan”, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN
Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2004.
11
masyarakat.25 Namun argumen ini masih belum jelas berdasarkan pada al-Qur’an,
hadis atau hanya sekedar pendapat semata dengan melihat kenyataan-kenyataan
yang ada di Indonesia.
Berdasarkan penelusuran literatur yang penulis lakukan, banyak karya
yang membahas mengenai khit}bah, akan tetapi belum ada penelitian khusus
mengenai studi kritik sanad dan pemahaman matan terhadap hadis yang bisa
dijadikan rujukan untuk mencari makna khit}bah yang dikehendaki oleh hadis
Rasulullah SAW. Dengan demikian, rencana penelitian ini memenuhi syarat
karena akan membahas secara khusus hadis tentang makna khit}bah yang masih
belum ada.
E. Kerangka Teoritik26
Ulumul hadis secara sederhana dapat dipahami dengan ilmu yang
digunakan untuk mengetahui apa yang disandarkan kepada Nabi saw., baik berupa
ucapan, perbuatan maupun ketetapan dan sifat Nabi. Ulumul Hadis bertujuan
untuk mencari validitas hadis. Mencari validitas hadis adalah untuk mengetahui
apakah sebuah hadis benar-benar bersambung dan bersumber kepada nabi. Setelah
pencarian validitas selesai, tidak serta merta hadis itu selesai juga untuk diteliti,
karena ada banyak hadis yang meskipun sudah diketahui validitasnya, namun
masih belum bisa untuk langsung dipahami dan dipraktikkan. Salah satu
contohnya adalah hadis berikut ini:
27ل يصل ين أحد العصر إل في بني قريظة
25UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia(Jakarta: Djambatan, 1992), hlm.
555-556.
26Diambil dari diktat perkuliahan yang diampu oleh bapak Indal Abror dalam Studi
Ma’anil Hadis beserta hasil wawancara secara langsung dengan bapak Indal Abror.
12
Perbedaan pemahaman terhadap hadis Rasulullah juga terjadi pada
kalangan sahabat. Seperti pada hadis di atas, para sahabat berbeda pemahaman
mengenai perintah untuk mengerjakan shalat ashar apakah setelah sampai
diperkampungan bani Quraizhah atau tidak. Maka dari itu, diperlukan kajian lebih
lanjut setelah mengetahui validitas atau keshahihan hadis atau dengan istilah
ba’da shahih yaitu sebuah metodologi yang disebut dengan “Ilmu Ma’anil
Hadis”.
Ma’anil hadis adalah sebuah usaha memahami matan atau tema hadis
secara tepat dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengannya
atau indikasi yang melingkupinya.
Ma’anil hadis penting untuk dilakukan karena selama ini fokus perhatian
kajian hadis masih berfokus kepada kritik sanad dan matan. Hal ini sangat wajar
karena hadis perlu verifikasi untuk menentukan stastusnya. Kemudian, ketika
sebuah hadis dinyatakan sebagai sebuah hadis shahih, tidak selalu atau serta merta
dapat dipahami untuk segera diamalkan dan tidak juga selalu dipahami dengan
pemahaman yang sama karena tidak semua hadis nabi menunjuk kepada sebuah
pengertian yang jelas dan pasti. Serta dikarenakan tidak terpisahnya teks dari
situasi sosial yang melahirkannya, sehingga bisa atau mungkin tidak komunikatif
lagi.
Oleh karena itu, pada skripsi ini penulis akan menggunakan kerangka
teoritik sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
27 Abu Abdullah al-Bukhari, S}ah}i>h} Bukhari, Kita>b Al-Jum’ah, Ba>b Shalat al-Thalbi wa
al-Mathlubi Ra’bi wa Ima’, No. 894, CD Mawsu>'ah al-H}adi>s| al-Syari>f , Global Islamic Software,
1991-1997.
13
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah sejumlah cara atau langkah yang akan dilakukan
oleh seorang peneliti dalam melakukan penelitian. Metode tersebut dapat
ditunjukkan dengan bagian-bagiannya berikut ini:
1. Jenis penelitian: penelitian pustaka (library research) yang menggunakan
media informasi, data, literatur, baik berupa buku, majalah, surat kabar,
karya tulis ilmiah, baik dari sumber data primer maupun sekunder.28
2. Sumber data:
a. Primer: al-kutub al-Tis’ah, yaitu kitab S{ah}i>h} Bukha>ri>, S{ah}i>h} Muslim,
Sunan al-Nasa>'i, Sunan Abu> Da>wud, Sunan Ibn Ma>jah, Sunan al-
Tirmiz|i>, Sunan al-Darimi>, al-Muwat{t{a’ Imam Malik dan Musnad
Ah}mad Bin H{anbal. Penelitian ini dibantu dengan menggunakan
software Maktabah al-Sya>milah, CD ROM Mausu>'ah al-H{adi>s| al-
Syari>f, Mausu’ah Rijal al-Kutub al-Tis’ah, Lidwa Pusaka dan
Software lainnya yang menunjang penelitian ini dikarenakan lebih
praktis dan lengkap.
b. Sekunder: kitab Asbabul Wurud hadis, kitab syarah hadis, kitab
Rijalul hadis, kitab Jarh wa Ta’dil, kamus-kamus bahasa arab, serta
sumber-sumber lain yang relevan dengan pokok permasalahan ini.
3. Teknik pengumpulan data: dokumentasi, yang dilakukan dengan
mengumpulkan data-data yang setema dan berkaitan.
28 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hlm. 3.
14
4. Teknik Pengolahan Data: tematis, deskriptif, analitis dan interpretatif.
Keempat teknik pengolahan data ini akan penulis gunakan untuk meneliti
hadis baik dari sisi sanad, matan serta untuk pemahaman kontekstualnya.
5. Langkah Metode Pemaknaan Hadis: dalam operasional penelitian terhadap
kajian ini, penulis akan menerapkan metode pemaknaan hadis
sebagaimana langkah-langkahnya berikut ini29:
a. Menentukan Tema
b. Kritik Hadis
1) Takhrijul hadis30
2) Menentukan Kualitas Hadis.
c. Pemaknaan Hadis
1) Analisis Matan
a) Kajian kebahasaan: dengan menggunakan kamus, syarah, tafsir
dan lain-lain.
b) Kajian Tematik: mempertimbangkan bentuk matan dan
membandingkan dengan dalil lain baik sesama hadis maupun
dengan al-Qur’an, data sejarah, pengetahuan dan lain-lain.
Untuk memperoleh Pemahaman secara tekstual.
2) Analisis realita historis; mencari konteks sosio historis untuk
menemukan konteks realitas historis pada masa nabi.
29Langkah-langkah ini merupakan metodologi Ma’anil Hadis tawaran Indal Abror yang
diambil dari diktat perkuliahan Studi Ma’anil Hadis.
30Takhrijul hadis ini bisa dijelaskan dengan bil alfadz dan/atau bil Maudhu’ guna
menemukan hadis yang satu tema dengan dibuat sebuah kategorisasi.
15
a) Asbabul wurud
b) Fungsi nabi
c) Sejarah sosial teks hadis
3) Penyimpulan, dalam rangka menangkap makna universal yang
terkandung dalam hadis dengan menggabungkan hasil kajian
kebahasaan dan analisa sosio historis untuk menemukan bangunan
rasional universal atau dalam bahasa Fiqh disebut dengan Maqasid
asy-Syari’ah.
4) Problem realita kekinian: diperlukan kajian yang cermat terhadap
situasi kekinian dengan mempertimbangkan hasil pemaknaan hadis
dalam rangka mengimplementasikan nilai-nilai hadis.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini dipaparkan untuk mempermudah pemahaman
terhadap langkah-langkah sistematis yang akan dibahas dan disusun secara logis
dalam penelitian ini agar lebih fokus dan terarah sehingga mendapatkan hasil
yang optimal, argumentatif dan rasional.31 Adapun sistematikanya sebagai
berikut:
Pada bab pertama, membicarakan tentang pentingnya penelitian ini
dilakukan dengan memuat pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, tinjaun pustaka, kerangka
teoritik dan metodologi yang digunakan dalam penelitian. Bagian ini merupakan
bagian dasar dan sebuah pengantar terhadap penelitian ini. Lanjut pada Bab
31 M. Alfatih Suryadilaga (dkk), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi ... hlm. 14.
16
kedua, akan membicarakan tentang kritik terhadap sanad hadis dan menentukan
kualitas hadis dari segi sanadnya. Hal ini penting untuk dilakukan agar bisa
diketahui hadis yang akan diteliti ini layak untuk dikaji dan dipahami serta untuk
diamalkan. Setelah kualitas hadis dari segi sanad diketahui, proses selanjutnya
pada bab ketiga membicarakan pemaknaan terhadap hadis secara tekstual pada
konteks saat diturunkannya hadis dan selanjutnya menentukan makna universal
terhadap hadis. Pada bab ini akan diketahui pemahaman sementara terhadap hadis.
Barulah pada bab keempat, membicarakan tentang ke-hujjah-an hadis secara
keseluruhan baik dari segi sanad dan matan serta membicarakan tentang problem
realita kekinian yang sedang dihadapi, yang dalam hal ini hanya dibatasi dengan
mengaitkannya terhadap tradisi meminang pada masyarakat Minangkabau.
Bagian terakhir adalah bab kelima yang berisi penutup yang terdiri dari
kesimpulan dilengkapi dengan saran-saran. Bagian ini merupakan penegasan atas
jawaban dari rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas. Di sini akan dapat
diketahui apa yang telah penulis simpulkan dari penelitian ini dan hal baru yang
ditawarkan yang menjadikan penulis merasa perlu untuk mengangkat tema ini
sehingga dilakukan penelitian lebih lanjut.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian–uraian di atas, maka sesuai dengan rumusan
masalah dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Memahami dan memaknai hadis-hadis tentang makna khit}bah tidak bisa
dengan hanya melihat teks-nya, diperlukan pengetahuan tentang hadis
tersebut secara komprehensif, yaitu pengetahuan tentang sosio-kultural
masyarakat maupun sejarah kehidupan para pelaku. Diperlukan pula
konfirmasi terhadap sumber pokok ajaran Islam, al-Qur’an, dan penafsiran
para ulama salaf terhadap hadis tentang makna khit}bah. Setelah
melakukan takhrij al-hadis serta tidak ditemukan adanya ‘ilat dan syuz|u>z|,
maka hadis tentang makna khit}bah ini dapat dikatakan bahwa kualitas
sanad hadisnya benar-benar bersumber dari Nabi. Kemudian hadis tentang
makna khit}bah ini tidak hanya satu jalur periwayatan, melainkan ada
banyak jalur dan bisa dikatakan hadis mutawatir maknawi serta sanadnya
terhindar dari kecacatan dan kejanggalan.
2. Khit}bah sudah ada sejak dahulu seperti yang telah dipaparkan sebelumnya,
dan makna khit}bah yang dapat dipahami dari teks hadis dan sejarah realita
sosial mengenai tradisi khit}bah yang ada adalah bahwa khit}bah itu secara
101
sederhana merupakan sebuah bentuk perkataan atau perbuatan untuk
menyatakan kepada seseorang tentang keinginannya untuk menikahinya.
Hal ini bertujuan agar memberikan hak untuk yang di-khit}bah agar bisa
menentukan dan memberikan keputusan untuk menerima atau menolak
pinangan dari yang meng-khit}bah. Pernikahan tanpa ada sebuah pinangan
atau khit}bah terlebih dahulu malah menjadi suatu bentuk ketidakjelasan,
karena menjadi tidak adanya ungkapan untuk ingin menikah dan rela
untuk dinikahi. Namun, khit}bah tidak hanya diartikan seperti itu saja,
melainkan juga bisa diartikan sebuah bentuk keikhlasan untuk menikah
dan dinikahkan atau bisa juga mengusulkan untuk menikahkan seseorang
yang hal ini sesuai dengan realita yang terjadi saat ini.
3. Jika dikaitkan dan direlevansikan dengan adat khit}bah yang diterapkan
dan dipraktekkan di Minangkabau Sumatera Barat, sebenarnya tidak ada
pertentangan antara makna kontekstual yang terkandung dalam hadis dan
tradisi di Minangkabau. Karena tradisi khit}bah dari pihak wanita yang
dipraktekkan di beberapa daerah di Sumatera Barat ini, masih sesuai
dengan ajaran Islam dan masih memegang kuat falsafah yang sudah lama
ada di Minangkabau, yakni adaik basandi syarak, syarak basandi
kitabulloh (adat bersendikan syari’at Islam dan syari’at bersendikan kitab
al-Qur’an dan Hadis). Karena dalam ajaran Islam sendiri, bukanlah
ketentuan mutlak dan wajib bahwa yang meng-khit}bah itu dari pihak laki-
laki dan yang di-khit}bah adalah dari pihak perempuan. Melainkan, yang
102
meng-khit}bah boleh laki-laki dan boleh perempuan karena melihat realita
yang terjadi dari kisah nabi Musa a.s sampai pada masa Rasulullah.
B. Saran
Dari uraian di atas, penulis mencoba merumuskan beberapa saran dan
diharapkan dapat berguna sebagai masukan yang positif:
1. Kajian tentang hadis, khususnya ma'a>nil h}adis} seharusnya lebih banyak
lagi dibahas dan diadakan, mengingat problematika umat saat ini yang
semakin banyak dan bervariasi, yang tidak semua problem itu dapat
terjawab dengan ayat-ayat al-Qur'an. Oleh karena itu, kajian tentang hadis-
hadis secara makna sangat diperlukan agar pesan inti dari hadis Nabi dapat
ditemukan.
2. Pembahasan mengenai hadis tentang makna khit}bah, hendaknya lebih
dipahami dengan menggunakan metode ma'a>nil h{adi>s| agar pesan inti dari
hadis-hadis tersebut tidak menimbulkan kesalahpahaman, mengingat
problematika kehidupan umat manusia di dunia saat ini, khususnya di
Indonesia sangat beragam.
C. Kata Penutup
Puji syukur kepada Ilahi Rabbi, karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segenap kemampuan yang ada.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat senang apabila ada koreksi, kritik
dan saran untuk peningkatan kualitas dalam penulisan skripsi ini. Dan penulis
berharap agar karya tulis ini memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan
103
para pembaca umumnya. Semoga karya ini juga dapat memberikan
sumbangan bagi pengembangan keilmuan dan khazanah intelektual para
pemerhati hadis pada umumnya.
Akhirnya, kepada Allah Swt., jualah penulis mengembalikan segala
sesuatu dengan memohon cinta dan kasih-Nya, semoga Allah selalu
memberikan kita dalam keridhaan-Nya, amin.
104
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: AKADEMIKA
PRESSINDO, 1992.
Abdurrahman,Yahya. Risalah Khit}bah. Bogor: Al-Azhar Press, 2013.
Abdurrahman.Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: AKADEMIKA
PRESSINDO, 1992.
Abu Syahbah, Muhammad ibn Muhammad. Difa>’un ‘an al-Sunnah. Kairo:
Maktabah al-Sunnah, 1989.
Al-Albani, Nashiruddin. Shahih Sunan Abu Dawud, terj. Tajuddin Arief
dkk.Jakarta: Pustaka Azam, 2002.
Anwar, Chairul. Hukum Adat Indonesia: Meninjau Hukum Adat Minangkabau.
Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 1997.
Asyraf, Syaikh Syafaratul Haq Muhammad. ‘Aun Al-Ma’bud. Beirut: Dar Al-
Kitab Al-‘Ilmiyah, 1415. Dalam Maktabah Syamilah.
Azam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Whhab Sayyed Hawwas, Fikih
Munakahat, Terj. Abdul Majid Khon. Jakarta: Kresindo Mediacita, 2009.
Al-Bandariy, Abdul Ghafar Sulayman dan Sayyid Kirdi Hasan. Mausu’ah Rijal
al-Kutub al-Tis’ah. Beirut: Dar al-Kitab al-‘Ilmiyyah, 1993.
Beik, Syeikh Muhammad Khudhari. Negara Khilafah. Terj, Uwais al-Qarni.
Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2013.
Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail. Ensiklopedia Hadis (Sahih
Bukhari), terj. Dr. Subhan Abdullah dkk. Jakarta: Almahira, 2012.
CD ROM Mausu>’ah al-Hadi>s al-Syari>f al-Kutub al-Tis’ah, Global Islamic
Software, 1991-1997.
Dawud, Abu. Ensiklopedia Hadis (Sunan Abu Dawud), terj. M.ghazali dkk.
Jakarta: Almahira, 2012.
El Nimr, Raga’. “Lima Perempuan dalam Hukum Islam” dalam Feminisme dan
Islam, terj. Purwanto. Bandung: Nuansa, 2000.
Al-Faruqi, Lamya’. Allah Masa Depan Kaum Wanita. Surabaya: al-Fikr, 1997.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 1994.
105
Haikal, Husein.Sejarah Hidup Muhammad, Bagian ketiga: Muhammad dari
Kelahiran hingga Pernikahannya, Kompilasi CHM, www.pakdenono.com,
2008.
HAM, Musahadi. Evolusi Konsep Sunnah Implikasinya Pada Perkembangan
Hukum Islam. Semarang: Aneka Ilmu, 2000.
Hamid,Zahri.Pokok-pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang
Perkawinan di Indonesia. Yogyakarta: Bina cipta, 1978.
Hasanah, Syarifah “Hermeneutika Hadis Syuhudi Ismail” dalam Sahiron
Syamsuddin (ed). Hermeneutika Al-Qur’an & Hadis. Yogyakarta: elSAQ
Press, 2010.
Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutik.
Jakarta: Paramida, 1996.
Al-Husaini, HMH Al-Hamid. Baitun Nubuwwah (Rumah Tangga Nabi
Muhammad SAW). Terj, Yayasan Al-Hamidiy. Bandung: PUSTAKA
HIDAYAH, 1993.
Ibn Mansur, Muhammad. Lisanul arab. Beirut: Dar al-Mashadir.
Ismail, Syuhudi. Hadis Nabi Yang Tekstual Dan Kontekstual. Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 1994
Ismail, Syuhudi. Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan
dengan Pendekatan Ilmu Sejarah. Jakarta: Bulan Bintang.
Ismail, Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan-Bintang,
1994.
Kauma, Fuad dan Nipan, Membimbing Istri Mendampingi Suami. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1997.
Kemal, Iskandar. Pemerintahan Nagari Minangkabau Dan Perkembangannya
(Tinjauan Tentang Kerapatan Adat. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Khatimah,Khusnul. Hadis-hadis Etika Peminangan (Studi Ma’anil Hadis).
Yogyakarta: tidak diterbitkan, 2004.
Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an, Al-‘Alim: Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Bandung: Al-Mizan Publishing House, 2009.
Al-Maraghi, Ahmad Musthofa. Tafsir al-Maraghi, Terj. Bahrun Abu Bakar.
Semarang: CV. Toha Putra, 1993.
106
Al-Mugha, Musthafa. Fikih Manhaji. Terj, Misran. Yogyakarta: Darul Uswah,
2012.
Muh}ammad, Ibnu> Manz}ur Jamaluddin. Lisa>n al-‘Arab. Beirut: Al-Da>r al-S}a>dir,
630-711 H
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif,
2002.
Muslim, Buchori. ” Batasan Melihat Wanita Dalam Peminangan Perspektif Fiqh
Ibnu Hazm”, Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta, 2012.
Muslim, Ensiklopedi Hadis 3 (Sahih Muslim 1), terj. Ferdinan Hamand dkk.
Jakarta:Almahira, 2012.
Muslim, Shahih Muslim Into English. Terj, Abdul Hamid Siddiqi. India:Adam
Publisher, 1996.
Muslim,Buchori.Batasan Melihat Wanita Dalam Peminangan (Perspektif Fiqh
Ibnu Hazm).Yogyakarta: tidak diterbitkan, 2012.
Navis, A. A. Alam Terkembang Jadi Guru: adat dan kebudayaan Minangkabau.
Jakarta: Graviti Pers, 1984.
Penghulu, Idrus Hakimy Dt. Rajo. Pegangan Penghulu, Bundo Kanduang Dan
Pidato Alua Pasambahan Adat Di Minangkabau. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1994.
Al-Qaradhawi, Yusuf. Metode Memahami as-Sunnah dengan Benar. Terj, Drs.
Saifullah Kamalie, LC. Jakarta: Media Dakwah, 1989.
Al-Qazwiny, Muhammad ibn Yazid Abu Abdullah. Sunan Ibn Majah. Beirut: Dar
al-Fikr. Dalam Maktabah Syamilah.
Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin dkk. Jakarta:Gema
Insani Press, 2004.
Ar-Razi, Fakhur ad-Din. Mafatihul Ghaib. Beirut: Dar al-Fikr, 1401.
Ridho, Muhammad Rasyid. Tafsir al-Manar. Mesir: Matba’at al-Manar, 1350 H
Rohmaniyah, Inayah. “Musnad Ahmad ibn Hanbal”, dalam M. Alfatih
Suryadilaga, dkk., Studi Kitab Hadis. Yogyakarta: TERAS, 2003.
Rusyd, Ibn. Bidayatul Mujtahid, terj. Imam Ghazali Said dan Achmad Zaidun.
Jakarta: Pustaka Insani, 2007.
107
Sa’ad, Muhammad ibn. Purnama madinah. Terj, Eva Y.Nukman. Bandung: Al-
Bayan, 1997.
Shalih, Subhi. Ulum al-Hadis wa Musthalahuhu. Beirut: Dar al-‘Ilmi, 1977.
Shihab, M. Quraish.Untaian Permata Untuk Anakku: Pesan al-Qur’an untuk
mempelai. Bandung: al-Bayan, 1980.
Al-Sindi, Ha>syiyah al-Sindi ‘Ala ibn Maja>h dalam maktabah syamilah.
Suryadi dan Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Hadis.
Yogyakarta: TH Press,2009.
Suryadi, “Sunan al-Tirmiz}i”, dalam M. Alfatih Suryadilaga, dkk., Studi Kitab
Hadis. Yogyakarta: TERAS, 2003.
Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi: Perspektif Muhammad al-
Ghazali dan Yusuf al-Qaradhawi. Yogyakarta: Teras, 2008.
Suryadilaga, M. Alfatih (dkk).Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013.
Syuqqoh, Abdul Halim Abu.Kebebasan Wanita, Terj. Chairul Halim. Jakarta:
Gema Insani Press, 1997.
At-Tahhan, Mahmud. Metode Takhrij dan Penelitian Sanad Hadis. Terj. Ridwan
Nasir. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995.
Thalib, Muhammad. 15 Tuntunan Meminang Islami. Bandung: Irsyad Baitus
Salam, 1994.
UIN Syarif Hidayatullah. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1992.
Umar, Nasaruddin. “Kajian Kritis Terhadap Ayat-Ayat Gender (Pendekatan
Hermeneutik)” dalam Rekonstruksi Metodologis Wacana Kesetaraan
Gender Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Umar, Nasaruddin. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an (Jakarta:
Dian Rakyat, 2010
Wensick, A.J. Al-Mu'jam al-Mufahra>s li Alfa>z} al-H}adi>s| al-Nabawi>. Jilid II.
Istambul: Da>r al-Da'wah, 1987.
Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Dokrin Islam dan Adat
dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau. Jakarta: Rajawali Pers,
2013.
108
Yaswirman. Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Dokrin Islam dan Adat
dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau. Jakarta: Rajawali Pers,
2013.
Yusuf, Husein Muhammad. Memilih Jodoh dan Tata cara Meminang dalam
Islam. Jakarta: GEMA INSANI PRESS, 1999.
Az-Zuhaily,Wahbah. Fikih Imam Syafi’i. Terj, Imron. Jakarta: al-Mahira, 2012.
109
CURRICULUM VITAE
Nama : Anifah
NIM : 12531168
Fakultas : Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Prodi : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
Tempat dan Tanggal Lahir : Padang Luar, 03 Oktober 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Zulkifli
Nama Ibu : Mulhayati
Alamat Asal : Padang Luar, Kec. Rambatan, Kab.
Tanah Datar, Sumatera Barat
Alamat di Jogja : PP. An-Najwah-Jobohan-Bokoharjo-
Prambanan-Sleman-Yogyakarta
Nomor HP : 089647973924 / 085375128586
E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal : SDN 016 Pekanbaru (2000-2006)
MTs Hasanah Pekanbaru (2006-2009)
PP. Darul Ulum dan MAN 2
Batusangkar (2009-2012)
UIN Sunan Kalijaga (2012-2015)
Pengalaman Organisasi :
1. Pasukan Paskibra 17 Agustus di Kecematan Periode 2009-2010.
2. Anggota ROHIS (Rohani Islam) Periode 2010-2011.
3. Sekretaris Divisi Kominfo CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga Periode 2012-
2013
4. Sekretaris Umum CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga Periode 2013-2014.
5. Bendahara Umum CSSMoRA Nasional Periode 2014-2015.
Top Related