Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara Etimologis kata Filsafat berasal dari Bahasa Yunani “Philein”
yang berarti Cintaatau “Philia” yang berarti Persahabatandan “Shopos”
yang mempunyai arti kebijaksanaan, intelegensi. Dengan demikian kata
Filsafat (Philoshopia) dapat diartikan sebagai cinta atau kecenderungan akan
kebijaksanaan, atau cinta pada pandangan pengetahuan yang bijaksana atau
dapat diartikan pula sebagai cinta secara mendalam akan kebijakasanaan atau
menurut Win Usuluddin Bernadien (2011 : 2) adalah Cinta sedalam –
dalamnya akan kearifan terhadap pandangan atau kebenaran (love of wisdom
or love the vision of truth). Sedangkan pencetus kata filsafat adalah
Pythagoras, mengatakan ia hanyalah orang yang mencintai pengetahuan.
Mohammad Adib (2011 : 18) mengatakan bahwa Filsafat berarti “Cinta akan
hikmat” atau “Cinta akan pengetahuan”.
Secara umum, para filusuf bersepakat akan pengertian etimologis
tersebut. Sedangkan pengertian Filsafat secara Terminologi antar para filsuf
memberikan pengertian yang berbeda-beda, sebagaimana yang dikutip oleh
Mohammad Adib (2011 : 37-38), Plato berpendapat bahwa filsafat adalah
pengetahuan yang mencoba untuk mencapai kebenaran yang asli. Menurut
Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang
di dalamnya terkandung ilmu – ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik dan estetika. Rene Descrates filsafat adalah kumpulan
semua pengetahuan dari Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok
penyelidikan, Immanuel Kant berpendapat filsafat adalah ilmu yang menjadi
pangkal dari semua pengetahuan yang di dalamnya tercakup masalah
epistemologi (teori pengetahuan).
Ilmu Pengetahuan menurut John G. Kemey adalah semua
pengetahuan yang dihimpun dengan perantara metode ilmiah (all knowledge
collected by means of the scientific method). Prof. Harord H.
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page2
Titusmenerangkan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu metode yang
digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang obyektif dan dapat diperiksa
kebenarannya (Mohammad Adib, 2011 : 49). Menurut Jujun S.
Suriasumantri, ilmu adalah salah satu dari buah pemikiran manusia dalam
menjawab pertanyaan – pertanyaan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat dipahami bahwa
filsafat adalah segenap pemikiran reflektif, radikal dan mendasar serta
komprehensif atas berbagai persoalan, sedangkan ilmu pengetahuan adalah
kajian sistematis berdasar kaidah – kaidah ilmiah dari segi kehidupan
manusia untuk mewujudkan kesejahteraan / kebenaran.
Untuk mendalami bahasan dalam makalah ini maka hanya difokuskan
pada rumusan permasalahan yaitu :
1. Apa saja yang termasuk dalam objek studi filsafat itu ?
2. Apa saja yang termasuk dalam objek studi ilmu pengetahuan itu ?
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page3
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A. Obyek Studi Filsafat
Sebagai suatu studi, filsafat tentu memiliki bahasan sebagaimana
tersirat dalam pengertian yang telah diuraikan dalam bagian pendahuluan di
atas. Mengenai hal ini, para pembahas filsafat memahami obyek studi dari
Filsafat dalam dua hal yaitu terdiri atas obyek formal dan obyek material.
Muhammad Adib (2011 : 16) menjelaskan Objek formal filsafat
(lapangannya) dan obyek material filsafat(sudut pandang) adalah segala yang
sesuatu yang dipermasalahkan oleh filsafat. Menurut Dr. Oemar Amin
Hosein, obyek material filsafat adalah segala bentuk pemikiran manusia
tentang segala sesuatu yang ada dan mungkin ada. Para filosof membagi
objek filsafat atas tiga bagian, yaitu :
1. yang ada dalam alam empiris (fakta / realita),
2. yang ada dalam pikiran,
3. yang ada dalam kemungkinan.
Adapun, objek materal filsafat adalah sudut pandang yang
menyeluruh, radikal dan rasional tentang segala yang ada dengan pembahasan
pada tingkat hakikat (essensi). Cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan
dengan ilmu karena ilmu hanya terbatas pada persoalan yang empiris saja,
sedangkan filsafat mencakup yang empiris dan yang non-empiris.
Objek ilmu terkait dengan filsafat pada objek empiris. Di samping itu,
secara historis ilmu berasal dari kajian filsafat karena awalnya filsafat yang
melakukan pembahasan tentang segala yang ada ini secara sistematis, rasional
dan logis termasuk yang empiris. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang
terkait dengan hal empiris semakin bercabang dan berkembang, sehingga
menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang praktis. Inilah
proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. Filsafatlah yang
menyediakan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan setelah itu, ilmu
berkembang sesuai dengan spesialisasi masing-masing, sehingga ilmulah
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page4
secara praktis “njajah deso milang kori” dan setelah didahuluioleh filsafat
yang “mbatat alas”. Kemudian filfasat kembali ke laut lepas untuk
berspekulasi dan melakukan eksploitasi lanjutan. Oleh karenanya filsafat
disebut sebagai the mother of science (H.M. Rasjidi : 1984).
Untuk lebih jelasnya obyek studi filsafat dapat diskemakan sebagai
berikut :
Gambar 1 Obyek Studi Filsafat
Obyek formalfilsafat adalah obyek yang diperhatikan atau obyek yang
diselidiki secara menyeluruh oleh filsafat yaitu “ada”, maksudnya segala
sesuatu yang bersifat formal kongkrit, manusia, benda yang dapat dilihat,
dirasa dan diraba maupun yang wujud lain yang bersifat immaterial seperti
hal – hal yang tidak tampak / ghoib, semuanya itu menjadi kajian filsafat.
Sedangkan yang mungkin ada adalah segala sesuatu yang bersifat
abstrak, konseptual maupun spiritual tetapi dapat dipahami dan dimengerti
oleh akal (intelegeable) atau hati manusia. Namun perlu diberikan penekanan
bahwa dalam perspektif doktrinal religius, Tuhan dan hal – hal yang bersifat
ghoib tidak disebut sebagai “yang mungkin ada” tetapi diyakini sebagai
sesuatu yang sungguh – sungguh ada.
Obyek Studi
Filsafat
Obyek Formal
Ada Dalam Empiris
Ada dalam Pikiran
Obyek Material
Sudut Pandang untuk clarification, holistik, integral dan radikal essensial
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page5
Dengan demikian obyek formal filsafat sedemikian luas, seluas alam
raya, dan seradikal pemikiran otak manusia.
Dalam kajian obyek material, filsafat adalah sudut pandang atau
bagian tertentu yang diperhatikan dari keseluruhan obyek, dengan tujuan
mencari keterangan (clarification) yang utuh (holistik dan integral) dan
sedalam – dalamnya (radikal) untuk mengetahui hakikat atau essensial dari
suatu kajian / permasalahan. Dengan kata lain obyek material filsafat ini
adalah cara pandang seseorang terhadap obyek formal secara filosofis
misalnya pandangan terhadap tingkah laku baik buruk yang dipandang
dengan etika, indah – buruk dikaji dari sudut padang estetika.
Menurut Win Usuluddin Bernadien (2011 : 14-17), ada tiga hal yang
mendorong manusia untuk berfilsafat, baik yang mengkaji secara material
maupun formal yaitu :
1. Keheranan
Menurut Harry Hamersma berpendapat bahwa rasa heran merupakan
asal dari filsafat. Aristoteles mengungkapkan bahwa di dalam segala
kegiatan manusia sehari – hari, filsafat (dengan rasa heran sebagai
stimulusnya) selalu berusaha untuk menelusuri kembali bahkan terus
bertanya tentang segala apa. Kemampuan untuk mengadakan renungan
filsafat mengangkat martabat manusia. Sedangkan Gabriel Marcel
mengunkapkan bahwa dengan keheranan atau kekaguman seseorang
mengambil sikap yang menjadikan realitas bukan hanya sebagai fakta
tetapi sebagai misteri.
2. Kesangsian
Rene Descartesmenjelaskan bahwa “berpikir” itu sesungguhnya adalah
“menyadari”. Jika seseorang sangsi terhadap sesuatu , maka sesungguhnya
seseorang itu menyadari bahwa dirinya sedang sangsi terhadap sesuatu.
Skeptisme ini akan mendorong manusia untuk berusaha mencari suatu
kebenaran yang menjadi fondasinya.
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page6
3. Kesadaran akan Keterbatasan
Seseorangakan mulai berfilsafat jika menyadari bahwa dirinya sangat kecil
dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Saat
itulah dirinya merasa sangat terbatas dan terikat terutama pad waktu
mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaran akan
ketebatasan dirinya ini bahwa di luar dirinya yang terbatas pasti ada
sesuatu yang tidak terbatas, yaitu Tuhan.
Untuk dapat memahami obyek kajian filsafat tersebut di atas, berikut ini
digambarkan kerangka sistemnya :
Perincian
Persoalan Aktivitas Bentuk
a. Metafisika
b. Epistemologis
c. Metodologis
d. Logis
e. Etis
1. Analisis
2. Komprehensi
3. Deskripsi
4. Evaluasi
5. Interpretasi
i. Kearifan hidup
ii. Pandangan hidup
iii. Sistem pemikiran
iv. Keyakinan dasar
v. Kebenaran filsafati
Sumber : Win Usuluddin Bernadien (2011 : 34)
Gambar 2. Kerangka Sistem Filsafat
Dari kerangka di atas dapat dijelaskan bahwa yang mengkaji secara filsafati
adalah mereka yang tidak henti – hentinya menyelami berbagai problema
oleh diri dan masyarakatnya kemudian berpikir seraya melakukan penguraian
(analisis), pemahaman (komprehensi), penggambaran (deskripsi), penilaian
(evaluasi), penafsiran (interpretasi), dan perekaan (spekulasi) untuk mencari
INPUT CONVERSION OUTPUT
Persoalan Proses reflektif dari
budi manusia
Pengetahuan
Filsafati
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page7
jawaban atau menemukan penyelesaian paling tepat bagi problematika yang
dihadapi. Kemudian manusia dengan metode tertentu akan merumuskan
berbagai capaian pemikirannya yang berupa kearifan hidup, maupun
pandangan dunia, sistem pemikiran, keyakinan dasar ataupun kebenaran
filsafati untuk di transformasikan kepada kegunaan bersama.
B. Obyek Studi Ilmu Pengetahuan
Manusia dikenal sebagai makhluq berfikir (homo sapiens). Dan hal
inilah yang menjadikan manusia istimewa dibandingkan makhluk lainnya.
Kemampuan berpikir atau daya nalar manusialah yang menyebabkannya
mampu mengembangkan pengetahuan. Dia mengetahui mana yang benar dan
mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, yang indah dan yang
jelek. Secara terus menerus manusia diberikan berbagai pilihan. Dalam
melakukan pilihan ini manusia berpegang pada pengetahuan. Pengetahuan ini
mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama, yaitu: pertama,
manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan
jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, kemampuan
berfikir menurut suatu kerangka berfikir tertentu. Kedua faktor diatas sangat
berkaitan erat. Terkadang sebagian manusia begitu sulit untuk
mengkomunikasikan informasi, pengetahuan dan segala yang ingin
dikomunikasikannya. Hal ini salah satunya dikarenakan tidak terstrukturnya
kerangka fikir. Kerangka fikir akan terstruktur ketika obyek dari apa yang
ingin dikomunikasikan jelas. Begitupun ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan diperoleh dari pengalaman (emperi) dan dari akal
(ratio). Sehingga timbul faham atau aliran yang disebut empirisme dan
rasionalisme (Mikhael Dua : 2011). Aliran empirisme yaitu faham yang
menyusun teorinya berdasarkan pada empiri atau pengalaman. Tokoh-tokoh
aliran ini misalnya David Hume (1711-1776), John Locke (1632-1704),
Berkley.
Sedang rasionalisme menyusun teorinya berdasarkan ratio. Tokoh-tokoh
aliran ini misalya Spinoza, Rene Descartes. Metode yang digunakan aliran
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page8
emperisme adalah induksi, sedang rasionalisme menggunakan metode
deduksi. Immanuel Kant adalah tokoh yang mensintesakan faham empirisme
dan rasionalisme.
Ilmu pengetahuan, diperoleh dari pemecahan suatu masalah keilmuan.
Tidak ada masalah, berarti tidak ada solusi. Tidak ada solusi berarti tidak
memperoleh metode yang tepat dalam memecahkan masalah. Ada metode
berarti ada sistematika ilmiah.
Permasalahan merupakan obyek dari ilmu pengetahuan. Permasalahan
apa yang coba dipecahkan atau yang menjadi pokok bahasan, itulah yang
disebut obyek. Dalam arti lain, obyek dimaknai sebagai sesuatu yang
merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan.
Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek. Obyek dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: Obyek material dan obyek formal.
Yang disebut obyek material adalah sasaran material suatu
penyelidikan, pemikiran atau penelitian ilmu. Sedangkan menurut Surajiyo
dkk. obyek material dimaknai dengan suatu bahan yang menjadi tinjauan
penelitian atau pembentukan pengetahuan. Obyek material juga berarti hal
yang diselidiki, dipandang atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Obyek
material mencakup apa saja, baik yang konkret maupun yang abstrak, yang
materil maupun yang non-materil. Bisa pula berupa hal-hal, masalah-
masalah, ide-ide, konsep-konsep dan sebagainya. Misal: objek material dari
sosiologi adalah manusia. Contoh lainnya, lapangan dalam sejarah adalah
latar belakang suatu peristiwa, proses terjadinya dan ending dari kejadian
tersebut kemudian dianalisa untuk dibuat historiografinya.
Istilah obyek material sering juga disebut pokok persoalan (subject
matter). Pokok persoalan ini dibedakan atas dua arti, yaitu:
Pokok persoalan ini dapat dimaksudkan sebagai bidang khusus dari
penyelidikan faktual. Misalnya: penyelidikan tentang
peristiwaLengsernya Presiden Suharto termasuk kajian ilmu sejarah,
penyelidikan tentang perilaku sosialtermasuk penelitian bidang
sosiologi dan sebagainya.
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page9
Dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pertanyaan pokok yang saling
berhubungan. Misalnya: sosiologi dan antropologi keduanya berkaitan
dengan masyarakat. Sosiologi mempelajari strukturnya sedangkan
Antropologi mempelajari budayanya. Kedua ilmu tersebut dapat
dikatakan memiliki pokok persoalan yang sama, namun juga dikatakan
berbeda. Perbedaaan ini dapat diketahui apabila dikaitkan dengan
corak-corak pertanyaan yang diajukan dan aspek-aspek yang diselidiki
dari masyarakat tersebut.
Obyek formal adalah pendekatan-pendekatan secara cermat dan
bertahap menurut segi-segi yang dimiliki obyek materi dan menurut
kemampuan seseorang. Obyek formal diartikan juga sebagai sudut pandang
yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan
itu, atau sudut pandang darimana obyek material itu disorot. Obyek formal
suatu ilmu tidak hanya memberikan keutuhan ilmu, tetapi pada saat yang
sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Suatu obyek material dapat
ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan ilmu yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, akan tergambar lingkup suatu pengetahuan
mengenai sesuatu hal menurut segi tertentu. Dengan kata lain, “tujuan
pengetahuan sudah ditentukan.
Misalnya, obyek materialnya adalah “manusia”, kemudian, manusia
ini ditinjau dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga ada beberapa
ilmu yang mempelajari manusia, diantaranya: psikologi, antropologi,
sosiologi, etnologi dan sebagainya.
Untuk kajian obyek ilmu pengetahuan ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Obyek Studi
Ilmu Pengetahuan
Obyek
Material
Obyek
Formal
Subject
Matter
Sudut
Pandang
Contoh
Manusia
Perilaku, budaya,
kejiwaan
Gambar 3. Obyek Studi Ilmu Pengtahuan
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page10
1. Batas-batas Ilmu Pengetahuan.
Menurut Immanuel Kant apa yang dapat kita tangkap dengan panca
indera itu hanya terbatas pada gejala atau fenomena, sedang substansi
yang ada di dalamnya tidak dapat kita tangkap dengan panca indera
disebut nomenon. Apa yang dapat kita tangkap dengan panca indera itu
adalah penting, pengetahuan tidak sampai disitu saja tetapi harus lebih
dari sekedar yang dapat ditangkap panca indera.
Yang dapat kita ketahui atau dengan kata lain dapat kita tangkap
dengan panca indera adalah hal-hal yang berada di dalam ruang dan
waktu. Yang berada di luar ruang dan waktu adalah di luar jangkauan
panca indera kita, itu terdiri dari 3 (tiga) ide regulatif: 1) ide kosmologis
yaitu tentang semesta alam (kosmos), yang tidak dapat kita jangkau
dengan panca indera, 2) ide psikologis yaitu tentang psiche atau jiwa
manusia, yang tidak dapat kita tangkap dengan panca indera, yang dapat
kita tangkap dengan panca indera kita adalah manifestasinya misalnya
perilakunya, emosinya, kemampuan berpikirnya, dan lain-lain, 3) ide
teologis yaitu tentang Tuhan Sang Pencipta Semesta Alam.
2. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan
Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan cabang filsafat yang
menelaah baik ciri-ciri ilmu pengetahuanmaupun cara-cara memperoleh
ilmu pengetahuan. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan adalah sebagai berikut:
a. Sistematis.
Ilmu pengetahuan ilmiah bersifat sistematis artinya ilmu
pengetahuan ilmiah dalam upaya menjelaskan setiap gejala selalu
berlandaskan suatu teori. Atau dapat dikatakan bahwa teori
dipergunakan sebagai sarana untuk menjelaskan gejala dari
kehidupan sehari-hari. Tetapi teori itu sendiri bersifat abstrak dan
merupakan puncak piramida dari susunan tahap-tahap proses mulai
dari persepsi sehari-hari/ bahasa sehari-hari, observasi/konsep
ilmiah, hipotesis, hukum dan puncaknya adalah teori.
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page11
Ciri-cirisistematis dari ilmu pengetahuan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 4 :Piramida Ilmu Pengetahuan Ilmiah
1) Persepsi sehari-hari (bahasa sehari-hari).
Dari persepsi sehari-hari terhadap fenomena atau fakta yang
biasanya disampaikan dalam bahasa sehari-hari diobservasi agar
dihasilkan makna. Dari observasi ini akan dihasilkan konsep ilmiah.
2) Observasi (konsep ilmiah).
Untuk memperoleh konsep ilmiah atau menyusun konsep ilmiah
perlu ada definisi.
3) Hipotesis
Dari konsep ilmiah yang merupakan pernyataan-pernyataan yang
mengandung informasi, 2 (dua) pernyataan digabung menjadi
proposisi. Proposisi yang perlu diuji kebenarannya disebut hipotesis.
4) Hukum
Hipotesis yang sudah diuji kebenarannya disebut dalil atau hukum.
5) Teori
teori
hukum
hipotesa
Hasil observasi (konsep ilmiah)
Persepsi sehari-hari (bahasa sehari-hari)
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page12
Keseluruhan dalil-dalil atau hukum-hukum yang tidak
bertentangan satu sama lain serta dapat menjelaskan fenomena disebut
teori.
b. Dapat dipertanggungjawabkan.
Ilmu pengetahuan dapat dipertanggungjawabkan melalui 3 (tiga)
macam sistem, yaitu:
1) Sistem axiomatis
Sistem ini berusaha membuktikan kebenaran suatu fenomena atau
gejala sehari-hari mulai dari kaidah atau rumus umum menuju rumusan
yang khusus atau konkret. Atau mulai teori umum menuju
fenomena/gejala konkret. Cara ini disebut deduktif-nomologis.
Umumnya yang menggunakan metode ini adalah ilmu-ilmu formal,
misalnya matematika.
2) Sistem empiris
Sistem ini berusaha membuktikan kebenaran suatu teori mulai dari
gejala/ fenomena khusus menuju rumus umum atau teori. Jadi bersifat
induktif dan untuk menghasilkan rumus umum digunakan alat bantu
statistik. Umumnya yang menggunakan metode ini adalah ilmu
pengetahuan alam dan sosial.
3) Sistem semantik/linguistik
Dalam sistem ini kebenaran didapatkan dengan cara menyusun
proposisi-proposisi secara ketat. Umumnya yang menggunakan
metode ini adalah ilmu bahasa (linguistik).
c. Objektif atau Intersubjektif
Ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat mandiri atau milik orang
banyak (intersubjektif). Ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat otonom dan
mandiri, bukan milik perorangan (subjektif) tetapi merupakan konsensus
antar subjek (pelaku) kegiatan ilmiah. Dengan kata lain ilmu pengetahuan
ilmiah itu harus ditopang oleh komunitas ilmiah.
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page13
Oleh karena banyaknya obyek kajian dari ilmu pengetahuan, maka dapat
digambarkan dalam skema di bawah ini :
Sumber : http://paparisa.unpatti.ac.id
Gambar 5. Pohon Ilmu Pengetahuan
C. Perbedaan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
Pada dasarnya, setiap ilmu memiliki 2 macam objek, yaitu objek
material dan objek formal. Objek material adalah suatu yang dijadikan
sasaran penyelidikan, seperti peristiwapenting manusia adalah objek material
sejarah. Adapun objek formalnya adalah metode untuk memahami objek
material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif.
Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematif dan radikal juga
memiliki objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page14
segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang nampak dan ada yang
tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang
tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek
material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang
ada dalam pikiran dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun, objek formal
filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan rasional tentang
segala yang ada. Cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan dengan ilmu
karena ilmu hanya terbatas pada persoalan yang empiris saja, sedangkan
filsafat mencakup yang empiris dan yang non-empiris.
Objek ilmu terkait dengan filsafat pada objek empiris. Di samping itu,
secara historis ilmu berasal dari kajian filsafat karena awalnya filsafat yang
melakukan pembahasan tentang segala yang ada ini secara sistematis, rasional
dan logis termasuk yang empiris. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang
terkait dengan hal empiris semakin bercabang dan berkembang, sehingga
menimbulkan spesialisasi dan menampakan kegunaan yang praktis. Inilah
proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan.
Karena itu, filsafat oleh para filosof disebut sebagai induk ilmu, dari
filsafatlah ilmu-ilmu modern dan kontemporer berkembang, sehingga
manusia dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya, yaitu teknologi (Jujun
Sumantri : 2005). Awalnya, filsafat terbagi pada teoritis dan praktis. Filsafat
teoritis mencakup metafisika, fisika, matematika dan logika, sedangkan
filsafat praktis adalah ekonomi, politik, hukum dan etika. Setiap bidang ilmu
ini kemudian berkembang dan menspesialisasi, seperti metafisika
berkembang menjadi sosiologi, sosiologi berkembang menjadi sosologi
perusahaan, sosiologi kedokteran, sosiologi kesehatan dan lain sebagainya
(Surajiyo : 2007).
Perkembangan ini dapat diibaratkan sebuah pohon dengan cabang dan
ranting yang semakin lama semakin rindang. Bahkan dalam perkembangan
berikutnya, filsafat tidak hanya dipandang sebagai induk dan sumber ilmu,
tetapi sudah merupakan dari ilmu itu sendiri yang mengalami spesialisasi.
Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak dapat hanya berada pada laut lepas,
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page15
tetapi diharuskan juga dapat membimbing ilmu. Di sisi lain, perkembangan
ilmu yang sangat cepat tidak saja membuat ilmu semakin jauh dari induknya,
tetapi juga mendorong munculnya organisasi dan bahkan
kompartementalisasi yang tidak sehat antara satu bidang ilmu dengan yang
lainnya.
Tugas filsafat di antaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu
sendiri agar tidak terjadi bentrokan antara berbagai kepentingan. Dalam
konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk
dikaji dan didalami. Ilmu sebagai objek kajian filsafat sepatutnya mengikuti
alur filsafat, yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan radikal,
menyeluruh dan rasional. Begitu juga sifat pendekatan spekulatif dalam
filsafat sepatutnya merupakan bagian dari ilmu karenanya ilmu dilihat pada
posisi yang tidak mutlak, sehingga masih ada ruang untuk berspekulasi demi
pengembangan ilmu itu sendiri.
Diantara 2 objek kajian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
perbedaan diantara obyek material dan formal filsafat ilmu yakni bahwa
obyek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup
ada yang nampak dan ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia
empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika.
Sedangkan obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek
material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan
bidang kegiatan yang bersangkutan. Menurut sudut pandang saya sebagai
seorang guru antara 2 obyek kajian tersebut yakni obyek material dan obyek
formal dari filasafat ilmu, objek material dan formal dalam filsafat ilmu
sangat berkaitan erat. Obyek formal digunakan sebagai metode analisis atau
cara pendekatan bagi obyek material yang ada. Jika cara pendekatan itu logis,
konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat.
Berikut digambarkan perbedaan antara Filsafat dengan Ilmu
Pengetahuan
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page16
Kajian Filsafat Ilmu Pengetahuan
Obyek Formal Segala yang ada, realita /
fakta
Sasaran Penelitian
(Subyect Matter)
Obyek Material
Sudut pandang yang
radikal,komprehensif
dan holistik
Metodologi
Cakupan Sangat luas Khusus / spesialisasi
Historis The Mother of Science Product
Tabel 1. Tabel Perbedaan Kajian Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
BAB III
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page17
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penjelasan di atas dapat memberikan gambaran kepada kita untuk
mengambil kesimpulan bahwa apabila dilihat dan sisi obyeknya, filsafat
mengkaji dua hal yaitu obyek material (obyek substantif) dan obyek formal
(obyek instrumentatif).
Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal
makna dan nilai-nilai. Pengertian filsafat disederhanakan sebagai proses dan
produk, yang mencakup pengertian filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu,
konsep, teori, dan sistem tertentu yang merupakan hasil dari proses berfilsafat
sebagai problem solving atas berbagai problema yang dihadapi manusia.
Sedangkan ilmu pengetahuan merupakan hasil kajian dari pola pikir
manusia terhadap suatu pokok masalah tertentu (subyect matter) berdasarkan
kaidah – kaidah tertentu yang sudah normatif sifatnya. Pokok kajian ilmu
pengetahuan bersifat khusus (spesialisasi).
Filsafat berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula
dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang menjadi
tujuan hidupnya. Dengan belajar filsafat, tidak menyebabkan kita untuk
berhenti belajar, karena dalam filsafat tidak akan pernah akan dapat
mengatakan selesai belajar.
B. Saran
1. Belajar filsafat tidak hanya mengandalkan pada kontemplasi, tetapi perlu
ketajamam analisa
2. Ilmu pengetahuan yang diperoleh tidak berguna bila tidak dibagi atau
diberikan kepada orang lain
3. Dari pembaca diharapkan kritik konstruktifnyaguna perbaikan berikutnya
DAFTAR PUSTAKA
Revisi Obyek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana PIPS UNY 2012 – Makalah Filsafat Ilmu – Sigit Kindarto Page18
Muhammad Adib. (2011). Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
H.M. Rasjidi. (1984). Persoalan – Persoalan Filsafat. Jakarta : Bulan Bintang.
http://paparisa.unpatti.ac.iddiakses pada 20 Agustus 2012
Jujun Sumantri. (2005). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan.
Surajiyo. (2007). Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta :
Bumi Aksara.
Win Usuluddin Bernadien. (2011). Membuka Gerbang Filsafat. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.