MAKALAH TENTANG PENYAKIT CKD
(CHRONIC KIDNEY DISEASE)
DISUSUN UNTUK MEMENUHI
TUGAS
KEPERAWATAN DEWASA II
Dosen Pengampu : Ns. Erick Endra
Cita S. Kep
Disusun Oleh :
Satya Putra Lencana
M11.01.0015
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ginjal merupakan organ penting
dalam tubuh dan berfungsi untuk
membuang sampah metabolisme dan
racun tubuh dalam bentuk urin, yang
kemudian dikeluarkan dari tubuh.
Tetapi pada kondisi tertentu karena
adanya gangguan pada ginjal, fungsi
tersebut akan berubah. Gagal ginjal
kronik biasanya terjadi secara perlahan-
lahan sehingga biasanya diketahui
setelah jatuh dalam kondisi parah.
Gagal ginjal kronik tidak dapat
disembuhkan. Gagal ginjal kronik dapat
terjadi pada semua umur dan semua
tingkat sosial ekonomi. Pada penderita
gagal ginjal kronik, kemungkinan
terjadinya kematian sebesar 85 %.
Melihat kondisi seperti tersebut di
atas, maka perawat harus dapat
mendeteksi secara dini tanda dan gejala
klien dengan gagal ginjal kronik.
Sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensip pada
klien dengan gagal ginjal kronik.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana gambaran perawatan pada
penyakit gagal ginjal kronik.
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Dapat memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gagal ginjal kronik.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada
pasien gagal ginjal kronik
b. Mampu membuat analisa data pada
pasien gagal ginjal kronik
c. Mampu menegakkan diagnosa
keperawatan pada pasien gagal ginjal
kronik.
d. Mampu merencanakan asuhan
keperawatan pada pasien gagal ginjal
kronik.
e. Mampu melaksanakan tindakan
keperawatan pada pasien gagal ginjal
kronik.
f. Mampu membuat evaluasi pada pasien
gagal ginjal kronik
D. MANFAAT
1. Secara umum
a. Menambah wawasan, pengetahuan
penulis dan pembaca di bidang
kesehatan khususnya gagal ginjal
kronik.
b. Memberikan informasi mengenai
masalah keperawatan pada pasien
dengangagal ginjal kronik dan
penatalaksanaan masalah keperawatan.
c. Meningkatkan ketrampilan penulis
dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien Gagal ginjal kronik.
2. Secara khusus
a. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini
diharapkan kami sebagai mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan dan
wawasan mengenai penyebab serta
upaya pencegahan penyakit gagal ginjal
kronik agar terciptanya kesehatan
masyarakat yang lebih baik.
b. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat
mengetahui tentang gagal ginjal kronik
lebih dalam sehingga dapat mencegah
serta mengantisipasi diri dari penyakit
gagal ginjal kronik.
c. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan
dan informasi dalam penanganan gagal
ginjal kronik sehingga dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan
yang baik
d. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang
gagal ginjal kronik serta dapat
meningkatkan kewaspadaan terhadap
penyakit ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau
penyakit ginjal tahap akhir adalah
gangguan fungsi ginjal yang menahun
bersifat progresif dan irreversibel.
Dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah)
( KMB, Vol 2 hal 1448).
Penyakit gagal ginjal kronis bersifat
progresif dan irreversible dimana terjadi
uremia karena kegagalan tubuh untuk
mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan serta elektrolit
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya
akibat akhir dari kehilangan fungsi
ginjal lanjut secara bertahap (Doenges,
1999; 626)
B. ETIOLOGI
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara
lain :
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis
kronis)
2. Penyakit peradangan
(glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif
(nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung
(SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis
sitemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter
(penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout,
hiperparatiroidisme)7.Nefropati toksik
8. Nefropati obstruktif (batu saluran
kemih)
(Price & Wilson, 1994)
Penyebab gagal ginjal kronik cukup
banyak tetapi untuk keperluan klinis
dapat dibagi dalam 2 kelompok :
1. Penyakit parenkim ginjal
a. Penyakit ginjal primer :
Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal
polikistik, Tbc ginjal
b. Penyakit ginjal sekunder : Nefritis
lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal,
Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik
progresif, Gout, DM
2. Penyakit ginjal obstruktif :
Pembesaran prostat, batu saluran kemih,
refluks ureter. Secara garis besar
penyebab gagal ginjal dapat
dikategorikan infeksi yang berulang dan
nefron yang memburuk, obstruksi
saluran kemih, destruksi pembuluh
darah akibat diabetes dan hipertensi
yang lama, scar pada jaringan dan
trauma langsung pada ginjal.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi klinik antara lain
(Long, 1996 : 369) :
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala,
kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia,
mual disertai muntah, nafas dangkal atau
sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau
tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin
juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut
(Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :
Hipertensi, (akibat retensi cairan dan
natrium dari aktivitas sisyem renin -
angiotensin – aldosteron), gagal jantung
kongestif dan udem pulmoner (akibat
cairan berlebihan) dan perikarditis
(akibat iriotasi pada lapisan perikardial
oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual,
muntah, dan cegukan, kedutan otot,
kejang, perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut
Suyono (2001) adalah sebagai
berikut:
a. Kardiovaskuler : Hipertensi, gagal
jantung kongestif, udema pulmoner,
perikarditis pitting edema (kaki, tangan,
sacrum), edema periorbital friction rub
pericardial, pembesaran vena leher
b. Integumen : Warna kulit abu-abu
mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut
tipis dan kasar
c. Pulmoner : Krekels, sputum kental dan
liat, nafas dangkal, pernafasan kussmaul
d. Gastrointestinal : Nafas berbau
ammonia, ulserasi dan perdarahan
mulut, anoreksia, mual, muntah,
konstipasi dan diare, perdarahan saluran
cerna
e. Neurologi : Kelemahan dan keletihan,
konfusi/ perubahan tingkat kesadaran,
disorientasi, kejang, kelemahan pada
tungkai, rasa panas pada telapak kaki,
perubahan perilaku
f. Muskuloskeletal : Kram otot, kekuatan
otot hilang,kelemahan pada tungkai
Fraktur tulang, Foot drop
g. Reproduktif : Amenore, Atrofi
testekuler
D. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal
sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan
yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun
dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi
sampai ¾ dari nefron–nefron rusak.
Beban bahan yang harus dilarut menjadi
lebih besar daripada yang bisa
direabsorpsi berakibat diuresis osmotik
disertai poliuri dan haus. Selanjutnya
karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai
retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-
gejala khas kegagalan ginjal bila kira-
kira fungsi ginjal telah hilang 80% -
90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun
sampai 15 ml/menit atau lebih rendah
itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir
metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun
dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk
sampah maka gejala akan semakin berat.
Banyak gejala uremia membaik setelah
dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 :
1448).
Klasifikasi gagal ginjal kronik dibagi
menjadi 5 stadium :
1. Stadium 1, bila kadar gula tidak
terkontrol, maka glukosa akan
dikeluarkan lewat ginjal secara
berlebihan. Keadaan ini membuat ginjal
hipertrofi dan hiperfiltrasi. Pasien akan
mengalami poliuria. Perubahan ini
diyakini dapat menyebabkan
glomerulusklerosis fokal, terdiri dari
penebalan difus matriks mesangeal
dengan bahan eosinofilik disertai
penebalan membran basalin kapiler.
2. Stadium 2, insufisiensi ginjal,
dimana lebihb dari 75 % jaringan
telah rusak, Blood Urea Nitrogen
( BUN ) meningkat, dan kreatinin
serum meningkat.
3. Stadium 3, glomerulus dan tubulus
sudah mengalami beberapa kerusakan.
Tanda khas stadium ini adalah
mikroalbuminuria yang menetap, dan
terjadi hipertensi.
4. Stadium 4, ditandai dengan
proteinuria dan penurunan GFR.
Retinopati dan hipertensi hampir selalu
ditemui.
5. Stadium 5, adalah stadium akhir,
ditandai dengan peningkatan BUN dan
kreatinin plasma disebabkan oleh
penurunan GFR yang cepat.
E. PATHWAY
ETIOLOGI
Jumlah nefron fungsional
Nefron yg terserang hancur Neferon yg masih utuh
90% nefron hancur
75% nefron hancur
Adaptasi
Tdk dpt mengkompensasi
(ketidakseimbangan cairan
elektrolit)
GFR
(BUN & kreatinin ↗)
Nefron hipertropi
GFR 10% dari normal
(BUN & kreatinin ↗)
Adaptasi
↗kecepatan filtrasi, ↗beban
solut,↗reabsorpsi
Urine isoosmotis
Kecepatan filtrasi & beban
solut ↗
Keseimbangan cairan elektrolit
dipertahankan
Kegagalan proses filtrasi
Ketidakseimbangan dlm glomerulus &
tubulus
Fungsi ginjal rendah
Oliguri
Poliuri, nokturi, azotemia
cadangan ginjal
Uremia ↗
Insufisiensi ginjal
Penumpukan kristal
urea di kulit
Gagal ginjal
Angiotensin ↗
Pruritus
Eritropoetin di ginjal
Retensi Na+
Gangguan integritas kulit
SDM
Kelebihan volume cairan
Pucat, fatigue, malaise
anemia
Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan Intoleransi aktivitas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan
keperawatan terutama intervensi maka
perlu pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan baik secara medis ataupun
kolaborasi antara lain :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah : BUN, Kreatinin,
elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht,
Leukosit), protein, antibody (kehilangan
protein dan immunoglobulin)
b. Pemeriksaan UrinWarna, PH, BJ,
kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP,
TKK/CCT2.
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi
ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi,
hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal
korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises,
ureter proksimal, kandung kemih serta
prostate
4. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography,
Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan,
MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen
tulang, foto polos abdomen
G. PENCEGAHAN
Obstruksi dan infeksi saluran kemih
dan penyakit hipertensi sangat lumrah
dan sering kali tidak menimbulkan
gejala yang membawa kerusakan dan
kegagalan ginjal. Penurunan kejadian
yang sangat mencolok adalah berkat
peningkatan perhatian terhadap
peningkatan kesehatan. Pemeriksaan
tahunan termasuk tekanan darah dan
pemeriksaan urinalisis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat
menurunkan jumlah individu yang
menjadi insufisiensi sampai menjadi
kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan
kepada pengobatan masalah medis
dengan sempurna dan mengawasi status
kesehatan orang pada waktu mengalami
stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C
Long, 2001).
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan keperawatan pada
pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan laboratorium
darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. peritoneal diálisis biasanya dilakukan
pada kasus – kasus emergency.
b. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis)
c. Hemodialisis
d. Yaitu dialisis yang dilakukan melalui
tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya
hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah
maka dilakukan :
e. AV fistule : menggabungkan vena dan
arteri
f. Double lumen : langsung pada daerah
jantung (vaskularisasi ke jantung)
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. transplantasi ginjal
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise,
gangguan tidur, kelemahan otot dan
tonus, penurunan ROM
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat,
palpitasi, nyeri dada, peningkatan JVP,
tachycardia, hipotensi orthostatic,
friction rub
c. Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya,
tak ada kekuatan, menolak, cemas,
takut, marah, irritable
d. Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguri,
anuri, perubahan warna urin, urin pekat
warna merah/coklat, berawan, diare,
konstipasi, abdomen kembung
e. Makanan/Cairan
Peningkatan BB karena edema,
penurunan BB karena malnutrisi,
anoreksia, mual, muntah, rasa logam
pada mulut, asites, penurunan otot,
penurunan lemak subkutan
f. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram
otot, kejang, kebas, kesemutan,
gangguan status mental, penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori,
kacau, penurunan tingkat kesadaran,
koma
g. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot,
nyeri kaki, distraksi, gelisah
h. Pernafasan
Pernafasan Kussmaul (cepat dan
dangkal), paroksismal nokturnal
dyspnea (+), batuk produkrif dengan
frotty sputum bila terjadi edema
pulmonal
i. Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus,
demam (sepsis dan dehidrasi), petekie,
ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat
kalsieum pada kulit, ROM terbatas
j. Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
k. Interaksi Sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu
menjalankan peran seperti biasanya
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien CKD adalah:
a. Penurunan curah jantung
b. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
c. Perubahan nutrisi
d. Perubahan pola nafas
e. Gangguan perfusi jaringan
f. Intoleransi aktivitas
g. Kurang pengetahuan tentang tindakan
medis
h. Resiko tinggi terjadinya infeksi
3. Intervensi
a. Penurunan curah jantung berhubungan
dengan beban jantung yang meningkat
Tujuan:
Penurunan curah jantung tidak terjadi
dengan kriteria hasil :
mempertahankan curah jantung dengan
bukti tekanan darah dan frekuensi
jantung dalam batas normal, nadi perifer
kuat dan sama dengan waktu pengisian
kapiler
Intervensi:
1) Auskultasi bunyi jantung dan paru
R: Adanya takikardia frekuensi jantung
tidak teratur
2) Kaji adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi karena
gangguan pada sistem aldosteron-renin-
angiotensin (disebabkan oleh disfungsi
ginjal)
3) Selidiki keluhan nyeri dada,
perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala
0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan
nyeri
4) Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap
aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK
juga anemia
b. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan edema
sekunder : volume cairan tidak
seimbang oleh karena retensi Na dan
H2O)
Tujuan:
Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa
kelebihan cairan dengan kriteria hasil:
tidak ada edema, keseimbangan antara
input dan output
Intervensi:
1) Kaji status cairan dengan menimbang
BB perhari, keseimbangan masukan dan
haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
2) Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan
BB ideal, haluaran urin, dan respon
terhadap terapi
3) Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama
pasien dan keluarga dalam pembatasan
cairan
4) Anjurkan pasien / ajari pasien untuk
mencatat penggunaan cairan terutama
pemasukan dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan
input dan output
c. Perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah
Tujuan:
Mempertahankan masukan nutrisi yang
adekuat dengan kriteria hasil:
menunjukan BB stabil
Intervensi:
1) Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
2) Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi
toksin endogen yang dapat mengubah
atau menurunkan pemasukan dan
memerlukan intervensi
3) Beikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan
masukan makanan
4) Tingkatkan kunjungan oleh orang
terdekat selama makan
R: Memberikan pengalihan dan
meningkatkan aspek sosial
5) Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan
stomatitis oral dan rasa tak disukai
dalam mulut yang dapat mempengaruhi
masukan makanan
d. Perubahan pola nafas berhubungan
dengan hiperventilasi sekunder:
kompensasi melalui alkalosis
respiratorik
Tujuan:
Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi:
1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya
crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan
sekret
2) Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas
dalam
R: Membersihkan jalan nafas dan
memudahkan aliran O2
3) Atur posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
4) Batasi untuk beraktivitas
R: Mengurangi beban kerja dan
mencegah terjadinya sesak atau hipoksia
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan pruritis
Tujuan:
Integritas kulit dapat terjaga dengan
kriteria hasil :
1) Mempertahankan kulit utuh
2) Menunjukan perilaku / teknik untuk
mencegah kerusakan kulit
Intervensi:
1) Inspeksi kulit terhadap perubahan
warna, turgor, vaskuler, perhatikan
kadanya kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk
atau kerusakan yang dapat menimbulkan
pembentukan dekubitus / infeksi.
2) Pantau masukan cairan dan hidrasi
kulit dan membran mukosa
R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau
hidrasi berlebihan yang mempengaruhi
sirkulasi dan integritas jaringan
3) Inspeksi area tergantung terhadap
udem
R: Jaringan udem lebih cenderung
rusak / robek
4) Ubah posisi sesering mungkin
R: Menurunkan tekanan pada udem ,
jaringan dengan perfusi buruk untuk
menurunkan iskemia
5) Berikan perawatan kulit
R: Mengurangi pengeringan , robekan
kulit
6) Pertahankan linen kering
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko
kerusakan kulit
7) Anjurkan pasien menggunakan
kompres lembab dan dingin untuk
memberikan tekanan pada area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan
dan menurunkan risiko cedera
8) Anjurkan memakai pakaian katun
longgar
R: Mencegah iritasi dermal langsung
dan meningkatkan evaporasi lembab
pada kulit
f. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan oksigenasi jaringan yang tidak
adekuat, keletihan
Tujuan:
Pasien dapat meningkatkan aktivitas
yang dapat ditoleransi
Intervensi:
1) Pantau pasien untuk melakukan
aktivitas
2) Kaji fektor yang menyebabkan
keletihan
3) Anjurkan aktivitas alternatif sambil
istirahat
4) Pertahankan status nutrisi yang adekuat
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis dan tindakan medis
(hemodialisa) b.d salah interpretasi
informasi.
1) Kaji ulang penyakit/prognosis dan
kemungkinan yang akan dialami.
2) Beri pendidikan kesehatan mengenai
pengertian, penyebab, tanda dan gejala
CKD serta penatalaksanaannya
(tindakan hemodialisa ).
3) Libatkan keluarga dalam memberikan
tindakan.
4) Anjurkan keluarga untuk memberikan
support system.
5) Evaluasi pasien dan keluarga setelah
diberikan penkes.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa definisi
mengenai osigenasi maka dapat
dirumuskan gangguan pada pasien
dengan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi harus dilakukan tindakan
secara lebih intensif.
B. Saran
Persiapan diri sebaik mungkin sebelum
melaksanakan tindakan asuhan
keperawatan
Bagi mahasiswa diharapkan bisa
melaksakan tindakan asuhan
keperawatan sesuai prosedur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta :
EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare.
(2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
http://askep-ebook.blogspot.com/
2009/04/ckd-chronic-kidney-
disease.html
http://www.scribd.com/doc/14558331/
Laporan-Pendahuluan-Chronic-Kidney-
Disease-CKD-