PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH Kelapa Sawit merupakan komoditas yang
penting karena kebutuhan akan minyakgoreng dan derivatnya di dalam
negeri terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar ekonomi
masyarakat. Minyak kelapa sawit merupakan sumber devisa negara yang
sangat potensial karena tidak semua negara dapat memproduksinya.
Kelapa sawit hanya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada
kawasan beriklim tropis seperti di Indonesia dan termasuk daerah
Riau merupakan sangat potensial untuk tanaman kelapa sawit.
Dibukanya beberapa areal baru perkebunan kelapa sawit oleh
PerusahanPerkebunan Swasta Nasional (PBSN), Perkebunan Negara, dan
Perkebunan Rakyat, membawa imflikasi baru, mulai dari persediaan
lahan, perbaikaninfrastruktur , dampak lingkungan, sehingga
penyediaan sumber daya manusia. Perkembangan kelapa sawit di
Indonesia mulai berkembang pesat pada tahun 1969. Pada saat itu
luar areal perkebunan kelapa sawit adalah 119.500 ha dengan totak
produksi minyak mentah (CPO dan KPO ) 189.000 ton per tahun.
Diperkirakan produksi minyak sawit Indonesia akan mencapai 9,9 juta
ton padatahun 2005. Tetapi disayangkan pertambahan luas areal tidak
dibarengi dengan peningkatan produktifitas yang optimal dan masih
jauh dibawah standar,inilah masalah yang saat ini dihadapi.
MASALAH PENELITIAN
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hal-hal berikut. (1).
Untuk mengetahui dan memahami Proses peoduksi kelapa sawit (2).
Untuk mengetahi sejauh mana peformance manajemen kelapa sawit dalam
setiap tingkatan manajemen. (3). untuk menjelaskan bagaimana teknik
atau cara – cara Budidaya tanaman Kelapa sawit yang baik dan
benar.
B B II
Kelapa sawit Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri
penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar
( biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan
besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi
perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa
sawit terbesar di dunia. Di Indonesiapenyebarannya di
daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa,
dan Sulawesi.
Pemerian botani Kelapa sawit
berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24
meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah
ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas
yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan
aerasi. Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk
menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna
sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan
tanamansalak , hanya saja dengan duri yang tidak terlalu
keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga
umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan
terlepas sehingga penampilan menjadi mirip
dengan kelapa. Bunga jantan dan betina
terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan
memiliki
waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi
penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan
panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril
sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi
benih unggul digunakan sebagai tetua jantan. Buah sawit mempunyai
warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit
yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap
pelapah. Minyak dihasilkan oleh
buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah.
Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free
fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan: Eksoskarp, bagian kulit buah
berwarna kemerahan dan licin. Mesoskarp, serabut buah Endoskarp,
cangkang pelindung inti Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya
adalah biji) merupakan endosperma dan embriodengan
kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Kelapa sawit berkembang
biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu
embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal
akar (radikula). .
Tipe kelapa sawit Kelapa sawit yang dibudidayakan
terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis
pertama
yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa
sawit ini memiliki keunggulan masing- masing. E. guineensis
memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki
tinggi tanaman
yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species
ini untuk mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang
dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk
menambah keanekaragaman sumber daya genetik. Penangkar seringkali
melihat tipe kelapa sawit berdasarkan
ketebalan cangkang, yang terdiri dari Dura, Pisifera, dan
Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya
memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek
umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan
kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak
memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang
menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga
sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara
induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul
sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat
cangkang
buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa
tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90%
dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%. Untuk
pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur
jaringan.
B B III
SEJARAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Kelapa sawit didatangkan ke
Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848.
Beberapa
bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa
benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias
di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada
saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak
nabati akibat Revolusi Industri pertengahanabad
ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa
sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka
dikenallah jenis sawit "Deli Dura". Pada tahun 1911, kelapa sawit
mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan
perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet,
seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt.
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera
(Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai
5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian
didirikan di Marihat (terkenal
sebagai AVROS), Sumatera Utaradan di Rantau
Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di
Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang
Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari
Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit
besar-besaran baru dimulai tahun 1911. Hingga menjelang pendudukan
Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia.
Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal
seperlima dari angka tahun 1940.[2] Usaha peningkatan pada
masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang
tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian
diambil alih Malaya (lalu Malaysia). Baru semenjak
era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan,
dipadukan dengansistem PIR Perkebunan. Perluasan areal
perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga
minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi
alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor
hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan
merupakan kelapa sawit tertua di Asia
Tenggara yang berasal dari Afrika.
African Oil Palm (Elaeis guineensis) Kelapa sawit
berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24
meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah
ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas
yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan
aerasi. Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk
menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna
sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan
tanaman salak , hanya saja dengan duri yang tidak
terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah
hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering
akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip
dengan kelapa. Bunga jantan dan betina
terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan
memiliki
waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi
penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan
panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril
sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi
benih unggul digunakan sebagai tetua jantan. Buah sawit mempunyai
warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit
yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap
pelapah. Minyak dihasilkan oleh
buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah.
Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free
fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan
sendirinya.Buah terdiri dari tiga lapisan: 1.Eksoskarp, bagian
kulit buah berwarna kemerahan dan licin. 2.Mesoskarp, serabut
buahEndoskarp, cangkang pelindung inti 3.Inti sawit (kernel, yang
sebetul]]nya
adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan
kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Kelapa sawit berkembang
biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu
embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal
akar (radikula). SYARAT HIDUP Habitat aslinya adalah daerah
semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15°
LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m
dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan
iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun,
yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak
kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi
perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.
HASIL TANANMAN Minyak sawit digunakan sebagai bahan
baku minyak
makan, margarin, sabun, kosmetika,
industri baja, kawat, radio, kulit dan
industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk
begitu
beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang
dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu
melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya,
mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi
pada tubuh dalam bidang kosmetik .[1] Bagian yang paling
populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging
buah menghasilkan minyak kelapa sawit
mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak
goreng dan
berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit
adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki
kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah
menjadi bahan
baku margarin. Minyak inti menjadi bahan baku
minyak alkohol dan
industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan,
bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah
kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya
mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai
bahan minyak
goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan
untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti
sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan
ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar
dan arang.
Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan
temperatur 90 °C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah
dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder
berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan
teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga
sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur. Sisa pengolahan
buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran
makanan ternak dan difermentasikan
menjadi kompos.
PENGENDALIAN GULMA Pengendalian gulma bertujuan
menghindarkan tanaman kelapa sawit dari persaingan dengan gulma
dalam hal pemanfaatan unsur hara, air dancahaya.pengendalian gulma
juga bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen. Contoh gulma yang
dominan di areal penanaman kelapa sawit adalah imperata cylindica,
micania micrantha, cyperus rotundus, otocloa nodosa, melostoma
malabaratricum, latana camara, gleichenia linearis, dan sebagainya.
Pengendalian gulma terdiri dari penyiangan di piringan (circle
weeding)penyiangan gulma yang tumbuh di tanaman LCC, membabat atau
memebongkar gulma berkayu dan kegiatan baru lalang
(weeping)
HAMA DAN PENYAKIT a. Hama
Hama yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit biasanya terbagi
menjadi hama perusak akar, hama perusak daun, hama perusak tandan
buah. a.1. Hama Perusak Akar. Hama yang sering merusak akar
kelapa sawit adalah nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus.
Gangguan nematoda ini dijuluki red ring disease. Hama ini
menyerang akar tanaman kelapa sawit. Gejala – gejala umum dari
kelapa sawit yang terserang adalah pusat mahkota mengerdil dan daun
– daun baru yang akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh
tegak. Daun berubah warna menjadi kuning kemudian mengering. Tandan
bunga membusuk dan tidak membuka sehingga tidak menghasilkan buah.
a.2. Hama Perusak Daun
Ada beberapa jenis hama yang merusak daun tanaman kelapa
sawit, di antaranya adalah sebagai berikut : a.1 Kumbang Tanduk
(Oryctes rhynoceros)
Kumbang tanduk banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman muda yang
baru ditanam hingga berumur 2-3 tahun. Kumbang dewasa (imago) masuk
kedaerah titik tumbuh ( pupus ) dengan membuat lubang pada pangkal
pelepah daun muda yang masih lunak. Pengendalian hama kumbang
tanduk lebih diutamakan pada upaya pencegahan (preventif), yaitu
menghambat perkembangan larva dengan mengurangi kemungkinan kumbang
bertelur pada medium yang tersedia, yakni dengan cara sebagai
berikut : membakar sampah – sampah dan bagian pohon yang mati,
agar larva hama terbakar dan mati mempercepat tertutupnya tanah
dengan tanaman penutup tanah dengan tanaman penutup tanah agar
dapat menutup bagian – bagian batang hasil tebangan pada saat
pembukan lahan yang membusuk di lokasi kebun Pemberian bahan
pengusir, misalnya kapur barus yang diletakkan pada batang kelapa
sawit yang mulai membusuk (pada pembukaan ulangan) b. 2Ulat Setora
(Setora nitens)
Ulat setora muda memakan anak – anak daun dari tanaman muda
dan tanaman sudah menghasilkan yang berumur antara 2-8 tahun. Hama
ini kadang – kadang memakan daun kelapa sawit hingga ke
lidinya. Pengendalian Hama ulat setora dapat dilakukan secara
hayati dan secara kimia. Pengendalian secara hayati dapat dilakukan
dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasit telur yaitu lebah
Trichogrammatidae I dan lebah Ichneumonidae, serta perusak kokoh
yaitu lalat Tachinidae c.3 Ulat Siput (Darna trima
Mooore)
Ulat Darna trima menyerang daun kelapa sawit,
terutama pada tanaman muda, meskipun sering pula menyerang daun
pada tanaman dewasa. Serangan yang hebat dapat menimbulkan
kerusakan berat dan dapat dijumpai jumlah ulat yang tinggi pada
setiap pelepah kelapa sawit.
Pengendalian ulat Darma trima dapat dilaksanakan secara kimia
dan hayati. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menyemprot
tanaman yang terserang dengan insektisida. Pengendalian secara
hayati dapat menggunakan musuh alami seperti parasit ulat yaitu
lebah Broconidae, meskipun hasilnya tidak seefektif cara
kimia. d.4 Serangga Asinga (Sethothosea Asigna)
Ulat dari hama ini menyerang daun kelapa sawit terutama daun yang
menyerang dalam keadaan aktif, yaitu daun nomor 9 – 25. Hama
ini merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman kelapa
sawit di sentra perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara kimia dan secara
hayati. Pengendalian secara kimia dapat menggunakan insektisida,
pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan
musuh alami.
b. Penyakit a1. Penyakit Tajuk (Crown disease)
Biasanya menyerang tanaman kelapa sawit yang berumur 2-3 tahun.
Bagian yang diserang adalah pucuk yang belum membuka. Penyakit ini
tidak bisa diberantas, tetapi hanya bisa dilakukan pembuangan
bagian yang terserang untuk memperbaiki bentuk tajuk dan mencegah
infeksi dari
jamur Fusarium sp. B2. Basal Steam
Rot
Penyebabnya adalah Ganoderma sp. Gejala pada tingkat serangan
pertama secara visual sukar diamati. Pada tingkat yang lebih
lanjut, cabang daun bagian atas terkulai, selanjutnya pohon akan
mati. Pemberantasan yang efektif sampai sekarang belum ada. c.3
Marasmius
Penyakit marasmius dapat menggagalkan atau merusak pembentukan
buah. Pemberantasan dilakukan dengan membersihkan pohon.
PEMUPUKAN
Pemupukan tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur – unsur
hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga
diperoleh hasil yang optimal. Untuk menentukan dosis pupuk yang
tepat, sebaiknya dilaksanakan analisis tanah dan daun terlebih
dahulu. Dengan analisis tanah dan daun, maka ketersediaan unsur
– unsur hara di dalam tanah pada saat itu dapat diketahui dan
keadaan hara terakhir yang ada pada tanaman dapat diketahui juga.
Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan kebutuhan tanaman
terhadap jenis – jenis unsur hara secara lebih tepat, sehingga
dapat ditetapkan dosis pemupukan yang harus diaplikasikan.
Tabel 25. Dosis Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Unsur
Tanaman.
Jenis Pupuk Dosis (Kg/Pokok/Tahun) *)
Sulphate of Amonia (ZA) 1,0 – 2,0
2,0 – 3,0 1,5 – 3,0
Rock Phosphate (RP) 0,5 – 1,0
1,0 – 2,0 0,5 – 1,0
Muriate of Potash (KCl) 0,4 – 1,0
1,5 – 3,0 1,5 – 2,0
Kieserite (MgSO4) 0,5 – 1,0
1,0 – 2,0 0,5 – 1,5 *) Keterangan
:
Pupuk N, K, dan Mg diberikan dua kali aplikasi, pupuk P diberikan
satu kali aplikasi, dan pupuk B (bila diperlukan) diberikan dua
kali aplikasi per tahun (salah satu contoh dosis B adalah 0,05
– 0,1 Kg per pohon per tahun) Cara pemberian pupuk
diperhatikan secara seksama agar pemupukan dapat terlaksana secara
efisien. Untuk mencapai maksud tersebut, pemberian pupuk pada
Tanaman Menghasilkan (TM) harus dilaksanakan dengan cara sebagai
berikut : Pupuk N ditaburkan secara merata pada piringan mulai
jarak 50 cm sampia dipinggir luar piringan. Pupuk P, K, dan Mg
ditabur secara merata dari jari – jari 1,0 m hingga jarak 3,0
m dari pangkal pokok (0,75 – 1,0 m di luar piringan) Pupuk B
ditaburkan secara merata pada jarak 30 – 50 cm dari tanaman
pokok
tahapan untuk mengolah kelapa sawit menjadi minyak:
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat
kematangannya. Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis
Tenera dan
jenis Dura. Kriteria matang panen merupakan faktor penting
dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun penerimaan TBS (Tandan
Buah Segar). Pematangan buah mempengaruhi terhadap rendamen minyak
dan ALB
(Asam Lemak Buah) yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Kematangan buah Rendamen minyak (%) Kadar ALB (%) Buah mentah 14
– 18 1,6 – 2,8 Setengah matang 19 – 25 1,7
– 3,3 Buah matang 24 – 30 1,8 – 4,4 Buah lewat
matang 28 – 31 3,8 – 6,1 Setelah disortir TBS tersebut
dimasukkan ketempat penimbunan sementara
1. Mengurangi peningkatan asam lemak bebas. 2. Mempermudah proses
pembrodolan pada threser. 3. Menurunkan kadar air. 4. Melunakan
daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji. Bila poin
dua tercapai secara efektif maka semua poin yang lain akan
tercapai
A. KESIMPULAN 1. Kelapa sawit merupakan komoditi
strategis nasional karena memiliki rantai pemanfaatan yang panjang
sehingga banyak sekali manfaat yang dapat diambil antara lain
menggantikan peran minyak
bumi yang merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui (non-renewable resources) sebagai bahan bakar dan
menghasilkan berbagai produk turunan yang dapat dimanfaatkan yang
mengakibatkan meningkatnya industri pengolahan produk turunan dari
kelapa sawit. Banyaknya industri tersebut akan mengakibatkan banyak
penyerapan tenaga kerja dan menghasilkan peningkatan devisa bagi
negara sehingga perekonomian di Indonesia meningkat 2. Solusi dari
masalah lingkungan yang diakibatkan perubahan penggunaan lahan oleh
perkebunan kelapa sawit yaitu dengan penerapan agroforestri. Pada
perkebunan kelapa sawit di lahan gambut menggunakan tanaman
kehutanan jenis Jelutung 3. Dampak ekologi yang diperoleh dari
penerapan agroforestri Sawit-Jelutung yaitu perbaikan fungsi lahan
dalam konservasi tanah dan air. Dampak secara ekonomi yaitu
tambahan pendapatan perkebunan selain dari hasil kelapa sawit,
seperti hasil penyadapan getah jelutung dan kayu jelutung pada umur
10 tahun. Dampak sosial yang diperoleh yaitu dapat meningkatkan
penyerapan kerja sehingga juga memperbaiki perekonomian masyarakat
sekitar dan terjalin hubungan yang harmonis antara perusahaan
dengan masyarakat sekitar. B. SARAN Dalam penelitian ini
dapat penulis sarankan sebagai berikut : 1. Kepada masyarakat
disarankan untuk memilih bibit yang baik dan unggul sebelum
menanam. Karena bibit adalah hal yang paling menentukan tingginya
hasil produksi nantinya. Sedangkan lingkungan dan pemeliharaan
hanya faktor pendukung. 2. Kepada seluruh masyarakat sebaiknya
menggunakan minyak sawit karena mengandung kolesterol
yang rendah dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. First
resource: IPB Press. Barlowe R. 1978. Land Resources Economic,
The Economics o Real Estate. 3rd. Candra A. 2003. Identifikasi dan
pemetaan lahan krisis di Rayon A Sir Lukut.
Ekonomi Daerah Volume I: Nasional . Informasi Tahap I
Aplikasi Model. Fakultas Pertanian Institut Pertanian STIPER
Yogyakarta 2005. Field Manager Development Program modul 2 kultur
teknis kelapa sawit pengendalian hama dan
penyakit terpadu. Pocket guide Kebijakan
Teknis Agronomi Kelapa Sawit