MAKALAH SURFAKTAN
A. Latar Belakang
Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam keadaan murni,
melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya.Campuran suatu zat akan tetap
mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh
sifat, kegunaan, atau efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-
masing zat bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang bersangkutan. Banyak ragam
bahan kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada makalah ini hanya akan
dibahas beberapa kelompok bahan kimia saja diantaranya Pewangi,ditergen dan sabun.
Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi
karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya masih murni
dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar
oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup
di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai
tersebut.Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Lingkungan perairan
yang tercemar limbah deterjen kategori keras dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan
membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.Selain itu
banyak dari kita yang belum tahu bahaya atau dampak yang ditimbulkan dari bahan-bahan kimia
yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
A. Detergen
1. Pengertian produk deterjen dan manfaatnya
Detergen adalah pembersih sintetis campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan
sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta
tidak terpengaruh oleh kesadahan air.Kebersihan merupakan salah satu faktor penting bagi
kesehatan masyarakat. Untuk menjaga kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal serta tempat
umum dibutuhkan produk pembersih atau sabun cuci yang dapat diandalkan. Ibu rumah tangga,
rumah sakit, sarana umum lain hingga hotel berbintang lima pasti menjadikan produk yang satu
ini sebagai bagian kehidupan sehari-hari untuk mencuci pakaian maupun peralatan rumah
tangga.
2. Bahan-bahan ditergen
Pada umumnya, detergen mengandung bahan-bahan berikut:
1) Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda
yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan
tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan
bahan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
a. Anionik :
-Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
-Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
-Alpha Olein Sulfonate (AOS)
b. Kationik : Garam Ammonium
c. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
2) Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
a. Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
b. Asetat :
- Nitril Tri Acetate (NTA)
- Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c. Silikat : Zeolit
d. Sitrat : Asam Sitrat
3) Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
4) Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik,
misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci
deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim,
Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
3. Jenis-Jenis Ditergen
Kita tentu sudah akrab dengan detergen, selama ini kita mengenal detergent sebagai bubuk
pembersih pakaian. Sebenarnya deterjen adalah senyawa organik, yang memiliki dua kutub dan
bersifat non-polar karakteristik. Ada tiga jenis deterjen yaitu anionic, kationik, dan non-ionik.
Anionic dan permanen kationik memiliki muatan negatif dan positif yang melekat pada non-
polar (hidrofobik) CC rantai. Detergen non-ionik tidak mempunyai muatan ion tetap, hal ini
terjadi karena mereka memiliki jumlah atom yang lemah elektropositif dan elektronegatif yang
disebabkan oleh kekuatan menarik elektron atom oksigen.
Ada dua jenis karakteristik detergent yang berbeda yaitu fosfat deterjen dan surfaktan
deterjen. Pada umumnya deterjen yang mengandung fosfat akan terasa panas ditangan,
sedangkan surfaktan adalah jenis deterjen yang sangat beracun. Perbedaan kedua jenis detergen
itu adalah deterjen surfaktan lebih berbusa dan bersifat emulsifying deterjen. Disisi lain fosfat
detergent adalah deterjent yang membantu menghentikan kotoran dalam air.Zat yang terkandng
didalam detergent juga digunakan dalam formulasi dalam pestisida. Degradasi alkylphenol
polyethoxylates (non-ion) dapat menyebabkan pembentukan alkylphenols (terutama
nonylphenols) yang bertindak sebagai endokrin pengganggu jika limbah detergent bercampur
dengan air limbah lain di saluran air.Awalnya deterjen mesin cuci dikenal sebagai produk cuci
pembersih pakaian, namun kini meluas dalam bentuk produk-produk sabun cuci seperti:
1) Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci tangan, dll.
2) Laundry, sebagai sabun deterjen pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling
populer di masyarakat.
3) Dishwashing product, sebagai sabun cuci piring alat-alat rumah tangga baik untuk penggunaan
cuci piring manual maupun produk sabun mesin pencuci piring.
4) Household cleaner, sebagai produk cuci rumah seperti produk sabun cuci pembersih lantai,
pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.
4. Bahaya Ditergen
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus
diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif
baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen
yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung
terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yamg
ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian
memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan
kima dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit. Surfaktan
kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa
bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada proses
klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat
racun dan berbahaya bagi kesehatan.Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh
industri deterjen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi
terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah phosphate.
Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai softener air. Bahan ini
mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat
aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai
pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya
racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup.
Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara
(eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari
pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri.
Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah deterjen rumah tangga adalah terjadinya
eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok). Limbah deterjen yang
dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng
gondok sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang
secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat pesat.
Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan berakibat merugikan
manusia itu sendiri, sebagai contoh saja lingkungan tempat pembuangan saluran selokan. Secara
tidak langsung rumah tangga pasti membuang limbah deterjennya melalui saluran selokan ini,
dan coba kita lihat, di penghujung saluran selokan begitu banyak eceng gondok yang hidup
dengan kepadatan populasi yang sangat besar.
Selain merusak lingkungan alam, efek buruk deterjen yang dirasakan tentu tak lepas dari para
konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan
manusia. Saat seusai kita mencuci baju, kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh, retak-
retak, gampang mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi alergi.
Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa
deterjen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4
Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air
minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan jenis vektor
pembawa berbagai macam penyakit bagi manusia. Bagian yang paling berbahaya dari limbah
domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan
beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel
virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10
derajat Celcius.
Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah deterjen berpotensi
sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik). Proses penguraian deterjen akan
menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa
klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada
pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor)
sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.
Pada percobaan tersebut dapat dianalisa bahwa deterjen itu memang mempunyai dampak
buruk terhadap berbagai lingkungan kehidupan kita. Baik itu lingkungan terrestrial dimana kita
hidup, kemudian lingkungan perairan termasuk organisme yang hidup di dalamnya, atau bahkan
juga lingkungan kesehatan manusia sendiri yang sebenarnya tanpa kita sadari mulai perlahan-
lahan menyerang kesehatan kita.
Deterjen fosfat tinggi seperti tri-natrium fosfat (TSP) dapat dibeli di beberapa toko cat dan
perangkat keras. Pembersihan secara teratur dengan deterjen fosfat tinggi telah terbukti efektif
dalam mengurangi debu di yang terdapat di jendela dan di sekitar pintu.Apa yang terjadi jika
limbah deterjent bercampur dengan air?Deterjent memiliki efek beracun dalam air. Semua
deterjent menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit,
selain itu detergent dapat menyebabkan kerusakan pada insang. Kebanyakan ikan akan mati bila
konsentrasi deterjent 15 bagian per juta. Detergent dengan konsentrasi rendah pun sebanyak 5
ppm tetap dapat membunuh telur ikan. Surfaktan deterjen pun tak kalah berbahaya karena jenis
detergent ini terbukti mengurangi kemampuan perkembangbiakan organisme perairan.
Deterjen juga memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air. Bahan kimia organik
seperti pestisida dan fenol akan mudah diserap oleh ikan, dengan konsentrasi deterjen hanya 2
ppm dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia lainnya.Detergent juga memberi
efek negatif bagi biota air. Fosfat dalam deterjen dapat memicu ganggang air tawar bunga untuk
melepaskan racun dan menguras oksigen di perairan. Ketika ganggang membusuk, mereka
menggunakan oksigen yang tersedia untuk mempertahankan hidupnya.
5. Pencegahan Bahaya Detergen
Kesadaran masyarakat pengguna deterjen mesin akan dampak dibalik manfaat deterjen mesin
cuci perlu ditingkatkan. Peran serta masyarakat dalam mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan oleh penggunaan deterjen sangat diharapkan. Banyaknya pilihan produk yang
diinformasikan melalui iklan memang bisa menguntungkan konsumen. Tetapi konsumen tetap
perlu berhati-hati, karena kesalahan memilih produk akan merugikan konsumen sendiri.
Sebaiknya konsumen memilih deterjen yang pada kemasannya mencantumkan penandaan nama
dagang, isi / netto, nama bahan aktif, nama dan alamat pabrik, nomor ijin edar, nomor kode
produksi, kegunaan dan petunjuk penggunaan, juga tanda peringatan serta cara penanggulangan
bila terjadi kecelakaan. Selain itu dianjurkan bagi konsumen untuk memilih produk yang
mencantumkan bahan aktif yang lebih aman dan ramah lingkungan. Informasi mengenai produk
ramah lingkungan dapat dilihat pada label baik berupa logo hijau maupun klaim ramah
lingkungan. Selain itu produsen sebaiknya memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai
produknya.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh konsumen dalam menggunakan deterjen adalah cara
penggunaan yang benar. Pada beberapa deterjen bubuk ternyata terdapat petunjuk yang tidak
tepat. Yaitu ketika konsumen dianjurkan menggunakan takaran genggam. Hal ini sungguh
berisiko karena deterjen bersifat basa yang berarti korosif terhadap kulit. Apalagi jika kulit
pengguna bersifat sensitif, maka takaran deterjen yang menggunakan istilah ‘genggam’ tersebut
akan langsung memberikan reaksi pada kulit berupa gatal, mengering dan pecah-pecah. Selain
itu, takaran genggam bukan ukuran yang bersifat pasti, karena hanya berupa kira-kira yang
sangat tergantung kepada ukuran tangan seseorang. Jadi kecenderungan konsumen untuk
menggunakan berlebihan memang besar. Disamping itu, karena slogan-slogan pada iklan produk
deterjen baik di media elektronik maupun media cetak, timbul persepsi konsumen bahwa busa
banyak bisa mencuci lebih bersih. Padahal busa yang terlalu banyak bukan berarti deterjen
menjadi lebih efektif, malah sebaliknya, daya cucinya terhambat. Selain itu keberadaan busa-
busa di permukaan badan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga
menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan
oksigen dan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu sebaiknya konsumen menggunakan
takaran khusus untuk deterjen dan produsen menyediakan alat takar tersebut di dalam kemasan
produknya.
Air yang tercemari detergen dapat mengancam kehidupan organisme yang hidup di
dalamnya, salah satunya adalah ikan. Selain ikan masih banyak organisme lain, seperti
fitoplankton, zooplankton/protozoa, cyanobacteria, dan lain-lain. Jika organisme-organisme
seperti fitoplankton mati, maka zooplankton akan mati karena tidak ada makanan, ikan-ikan pun
akan mati karena zooplankton yang biasa dimakan tidak ada. Dengan kata lain detergen dan
polutan lainnya yang mencemari air dapat memusnahkan seluruh organisme yang hidup di
dalamnya.Besar tidaknya pengaruh detergen dan polutan lainnya pada ikan dan makhluk hidup
lain tergantung pada konsentrasi polutan tersebut. Semakin tinggi konsentrasi polutan, semakin
besar pengaruhnya.
Kita perlu hati-hati dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut jangan sampai
menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. Beberapa jenis detergen sukar
diuraikan oleh pengurai. Jika detergen ini bercampur dengan air tanah yang dijadikan sumber air
minum manusia atau binatang ternak maka air tanah tersebut akan membahayakan kesehatan.
Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih detergen yang limbahnya dapat diuraikan oleh
mikrorganisme (biodegradable). Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian
detergen yang tidak selektif atau tidak hati-hati adalah:
a. rusaknya keindahan lingkungan perairan;
b. terancamnya kehidupan hewan-hewan yang hidup di air; dan
c. merugikan kesehatan manusia.
B. Sabun
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan.
Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk
umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika
diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi
mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan
sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat
diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau
kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi.
Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional,
alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang
kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak
pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa
alkali dan lemak/minyak.Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan
bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa
alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas
produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum
dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium
fosfat, parfum, dan pewarna.
1. Reaksi Kimia Pada Sabun
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi
trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi
penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama
dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual.
Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat
molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun
memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih
kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan
utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun.
Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair
menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan
juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun
yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.
1. Bahan Baku: Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,
Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik
dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun
keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut
dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat
menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat
digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut
dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yang terbuat dari
ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih
umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga.
Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk
mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
2. Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil
saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang
siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
1) NaCl. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada
produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat
memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau
padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak
mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan
mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang
berkualitas.
2) Bahan aditif. Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang
bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan
aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.
3. Dampak Limbah Sabun dan Pencegahannya
Sabun antibakteri yang menjanjikan dapat membunuh kuman tampaknya sudah tidak
asing lagi di masyarakat. Tetapi sudah banyak pula penelitian yang menyatakan bahwa sabun
antibakteri yang mengandung triclosan dan triclocarban dapat membahayakan kesehatan
manusia dan juga lingkungan terutama menyebabkan polusi air dan tanah. Sebuah sisi lain dari
keuntungan penggunaan sabun yang menjanjikan dapat membunuh kuman tersebut.limbah
triclosan dan triclocarban yang terbawa oleh air akan bercampur dengan tanah dan lingkungan
air alami. Limbah triclosan dan triclocarban ini berbahaya karena tidak dapat terurai selama
berbulan-bulan bahkan hingga tahunan. Bahan kimia dari senyawa ini terdiri dari struktur cincin
benzena yang terklorinasi, sehingga membuatnya sangat sulit untuk dipecah atau terurai. Selain
itu, kedua senyawa ini juga menolak air atau hidrofobik, cenderung menempel pada partikel,
sehingga mengakibatkan penurunan ketersediaan proses dan merusak fasilitasi transportasi
jangka panjang dalam air dan udara.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sabun antibakteri yang mengandung triclosan
dan triclocarban diduga dapat merusak organ reproduksi, menurunkan kualitas sperma, serta
produksi tiroid dan hormon seks.Triclosan dan triclocarban telah dikaitkan dengan gangguan
endokrin, dengan dampak potensial yang merugikan perkembangan seksual dan saraf.Selain
dalam sabun antibakteri, triclosan juga sering dipakai dalam pasta gigi dan kosmetik. Bahkan
saat pertama kali ditemukan 50 tahun lalu, senyawa ini juga digunakan untuk membersihkan
permukaan kulit saat operasi.
Penelitian lain menemukan bahwa kandungan triclosan pada pasta gigi yang seharusnya
dapat mencegah pertumbuhan bakteri, malah dapat menyebabkan kuman-kuman makin kebal
terhadap antibiotik.Penelitian laboratorium menunjukkan senyawa Triclosan dapat menyebabkan
mutasi gen pada beberapa jenis bakteri, di antaranya E coli, salmonella dan listeria.
Dikhawatirkan mutasi itu akan membuat pengobatan infeksi menjadi tidak efektif.Tak hanya itu,
penelitian terbaru juga menemukan bahwa triclosan dan triclocarban dapat merusak lingkungan,
terutama menyebabkan polusi air dan tanah.Bahkan sebuah studi menemukan bahwa akumulasi
triclosan di air menyebabkan pencemaran di pantai yang akhirnya mengancam kehidupan lumba-
lumba.
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. detergen mengandung bahan-
bahan Surfaktan (surface active agent), Builder (pembentuk), Filler (pengisi), dan aditif. Ada tiga
jenis deterjen yaitu anionic, kationik, dan non-ionik. Ada dua jenis karakteristik detergent yang
berbeda yaitu fosfat deterjen dan surfaktan deterjen. Surfaktan dapat menyebabkan permukaan
kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yamg ada pada permukan kulit dan meningkatkan
permeabilitas permukaan luar. Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam
deterjen adalah phosphate. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat
ion kalsium dan magnesium. Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah deterjen rumah
tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok).
Selain merusak lingkungan alam, efek buruk deterjen yang dirasakan tentu tak lepas dari para
konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan
manusia.Kita perlu hati-hati dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut jangan sampai
menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. Beberapa jenis detergen sukar
diuraikan oleh pengurai. Jika detergen ini bercampur dengan air tanah yang dijadikan sumber air
minum manusia atau binatang ternak maka air tanah tersebut akan membahayakan kesehatan.
Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih detergen yang limbahnya dapat diuraikan oleh
mikrorganisme (biodegradable).
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan.
Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang. Sabun merupakan campuran
garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak
dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C
melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. sabun antibakteri yang mengandung
triclosan dan triclocarban dapat membahayakan kesehatan manusia dan juga lingkungan
terutama menyebabkan polusi air dan tanah. sabun antibakteri yang mengandung triclosan dan
triclocarban diduga dapat merusak organ reproduksi, menurunkan kualitas sperma, serta produksi
tiroid dan hormon seks.
B. Saran
Selaku konsumen dan pemakai produk-produk yang terbuat dari bahan kimia.kita harus
lebih jeli dalam memilih produk yang akan kita pakai supaya dampak yang ditimbulkan dari
bahan kimia tersebut dapat diminimalisir. Upayakan pemakaian bahan kimia tersebut sehemat
mungkin untuk menghindari dampak pencemaran lingkungan yang dapat mempengaruhi
kehidupan mahluk hidup. Gunakanlah bahan kimia sebijaksana mungkin, jangan buang air
cucian ke perairan yang banyak organisme yang hidup di dalamnya. Gunakanlah ilmu
pengetahuan kita untuk menciptakan solusi masalah ini, misalnya bahan yang ramah lingkungan.
Dan yang paling penting, mari kita memohon ampun pada Allah Swt., karena selama ini kita
telah meracuni alam-Nya, alam sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA
Ahya M Salman. 1993. Pencemaran Lingkungan, Dekdibud, Jakarta
http://hend-learning.blogspot.com/2009/04/pencemaran-tanah.html
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran air
Top Related