MAKALAH
EMBRIOGENESIS PADA AVES
Untuk memenuhi tugas matakuliah Struktur Perkembangan Hewan II
yang diampu oleh Dr. H. Abdul Ghofur M.Si dan Dra. Nursasi Handayani, M.Si
Oleh:
Kelompok 5
Adelima Dyah K (130341603371)
Endah Puspa R (130341603366)
Nila Wahyuni (130341603392)
Shafura Nida (130341614821)
Zubhatul Hamidah (130341603376)
S1 Pendidikan Biologi
Offering A
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
SEPTEMBER 2014
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, kami
kelompok 5 dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pengetahuan Lingkungan berupa
makalah yang berjudul “EMBRIOGENESIS PADA AVES” dengan tepat waktu.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen Pengetahuan Lingkungan kami yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini tidak sedikit hambatan yang
kami hadapi, sehingga kami merasa masih banyak kekurangan mengingat
kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi menyempurnakan makalah ini dan pembuatan makalah kami
selanjutnya.
Malang, 26 September 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………………………………….i
Daftar isi……………………………………………………………………………..ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah….…………………….……………………………….2
1.3 Tujuan ......................................................................................................2
BAB II Pembahasan
2.1 Tahap Morula...........................................................................................3
2.2 Tahap Blastula........................................……..……………………….5
2.3 Tahap Gastrulasi......……………………………………………………...8
2.4 Tahap Neurulasi…………………………………………………………11
2.5 Ciri Khas Proses Embriogenesis Aves…………………………………..14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................16
3.2 Saran ......................................................................................................16
Daftar Pustaka ..........................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah bereproduksi (berkembang biak).
Reproduksi bertujuan untuk melestarikan atau mempertahankan keberadaan atau
eksistensi suatu sepesies tersebut. Ada dua cara perkembangbiakan secara umum
yaitu vegetatif dan generatif. perkembangbiakan secara vegetatif umunya terjadi pada
tumbuhan dan hewan tingkat rendah. Sedangkan perkembangbiakan secara generatif
umumnya terjadi pada hewan dan tumbuhan tingkat tinggi. Perkembangbiakan secara
generatif melibatkan individu jantan dan individu betina. Individu jantan akan
menghasilkan sel kelamin jantan atau sperma, sedangkan individu betina akan
menghasilkan sel kelamin betina atau sel telur (ovum). Sel sperma dan ovum
dibentuk di dalam alat kelamin (gonad), pada individu jantan disebut testis tepatnya
di tubulus semeniferus sedangkan pada individu betina ovum dibentuk di ovarium.
Pada masa tertentu umumnya hewan akan menampakkan suatu tanda-tanda birahi
atau hasrat untuk melakukan perkawinan. Ini menandakan bahwa baik jantan maupun
betina telah siap untuk melakukan reproduksi. Setelah terjadi perkawinan (sperma
berhasil masuk kedalam ovum), terbentuklah zigot. Dalam tahapan normal setelah
terjadi pembuahan maka akan terbentuk morula, kemudian morula akan tumbuh
menjadi blastula (blastocyst). Blastulasi ( proses pembentukan blastula ) menunjukan
perbedaan pada tingkatan takson masing-masing. Sebagai contoh blastulasi pada
amphioxus,katak, ayam dan babi memiliki tahap pembentukan alat yang berbeda-
beda dari tiap daerah bakalnya sendiri-sendiri. Proses blastulasi akan diiringi oleh
suatu proses berikutnya yaitu gastrulasi. Pada tingkat gastrula ini akan terjadi proses
dinamisasi daerah-daerah bakal pembentuk alat pada blastula, diatur dan dideretkan
sesuai bentuk dan susunan tubuh spesies yang bersangkutan (Wildan Yatim, 1982 ;
136-179).
1
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahap – tahap pembelahan zigot aves ?
2. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan embrionik aves ?
3. Bagaimana proses neurulasi pada aves ?
4. Apa sajakah ciri khas proses embriogenesis Aves ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tahap pembelahan zigot aves
2. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangbiakan embrionik aves
3. Mengetahui proses neurulasi pada aves
4. Mengetahui ciri khas proses embriogenesis Aves
BAB II
PEMBAHASAN
Aves mempunyai tipe telur Megalesital. Pada tipe telur ini tipe pembelahan
yang terjadi adalah Meroblastik. Tipe pembelahan Meroblastik pada Aves disebut
juga tipe Partial karena sebelum satu pembelahan selesai pembelahan tahap
selanjutnya sudah terjadi. Tipe pembelahan Meroblastik berada pada bagian kecil
kutub animal, pada Aves tepatnya berada pada germinal disc. Disebut disc karena
pembelahan yang dilakukan hanya pada bagain inti sel yang berada pada kutub
animal dan jika dilihat dari bagian sisi atas pada saat pembelahan atau hasil
Morulanya berbentuk seperti piringan (disc) atau disebut juga simetri Discoidal.
2.1 Tahap Morula
Pembelahan pertama dengan arah meridian atau vertikal dan menghasilkan 2
sel yang simetris (Gambar 1A) sedangkan pada pembelahan kedua terjadi pada
bidang pembelahan meridian lagi dan menjadi 4 sel yang simetris (Gambar 1B).
Gambar 1. Pembelahan pertama dan kedua
Sumber: php.med.unsw.edu.au
3
4
Pembelahan ketiga terjadi 2 garis pembelahan meridian tetapi pembehalan
yang dihasilkan tidak simetris. Jumlah sel pada tahap pembelahan ke-3 ini ada 8 sel
(Gambar 2C). Pembelahan ke-4 terjadi pada garis pembelahan equator atau horizontal
dengan kesimetrisan yang asimetris dan menjadi 16 sel (Gambar 2D).
Gambar 2. Pembelahan ketiga dan keempat
Sumber: php.med.unsw.edu.au
Gambar 3. Pembelahan Kelima dan Pekembangan Selanjutnya
Sumber: php.med.unsw.edu.au
5
Pembelahan ke-5 terjadi pada 4 bidang pembelahan meridian atau vertikal
yang asimetris, sehingga menghasilkan 32 sel. Pembelahan selanjutnya tidak dapat
diikuti. Pembelahan selanjutnya tak teratur, ada yang melalui bidang vertikal maupun
horizontal dan ada juga yang sebelum selesai satu pembelahan terjadi pembelahan
berikutnya (Yatim, 1994).
Dari pembelahan awal sampai dengan pembelahan berikut-berikutnya jika
germinal disc belum membentuk celah dengan yolk, maka tahap tersebut disebut
dengan tahap Morula.
Gambar 4. Morulasi Aves
Sumber: www.devbio.biology.gatech.edu
2.2 Tahap Blastula
Sementara sel-sel Morula mengalami pembelahan terus menerus, terbentuklah
rongga ataupun celah dibawah germinal disc yang memisahkan dengan yolk. Rongga
ini semakin lama, semakin membesar dan berisi cairan. Embrio yang sudah memiliki
ronnga ini disebut dengan Blastula. Jenis Blastula juga bermacam-macam, tergantung
tipe telurnya tadi. Tipe Blastula yang dihasilkan pada tahap akhir pembelahan Aves
adalah Discoblastula (Yatim, 1994).
6
Gambar 5. Discoblastic
Sumber: www.devbio.biology.gatech.edu
Discoblastula atau disebut juga sebagai blastula gepeng adalah blastula bentuk
cakram. Pada Blastula aves, pembagian blastula terbagi menjadi 2 bagian jika dilihat
dari atas, yaitu area opaca dan area pelucida.
1. Area Opaca merupakan bagian tengah yang terang dan merupakan bagian
dimana sel-selnya terpisah dari yolk di bawah.
7
2. Area pelucida merupakan bagian pinggir yang agak gelap atau kental, dan
merupakan daerah yang sel-selnya berhubungan dengan yolk dibawah.
Ada juga pembagain daerah utama dari Discoblastula ini menjadi Epiblast dan
Hypoblast. Epiblast bagian blastomere yang terletak sebelah atas atau daerah kutub
animal, sedangkan Hipoblast merupakan bagian blastomere yang terletak disebelah
bawah atau daerah kutub vegetatif. Epiblast merupakan bakal dari ektoderm,
mesoderm dan notochord, sedangkan hypoblast yang sel-selnya tumbuh dan
menyebar ke bawah ke daerah rongga blastoceol (Sudarwati, 1990).
Bakal ectoderm epidermis mengisi daerah yang bakal jadi anterior embryo
lapisan epiblast. Bakal ektoderm saraf berupa sabit terletak di posterior ectoderm
epidermis. Bakal notochord dan prechorda di posterior ectoderm saraf, sedangkan
bakal mesoderm di bagain paling bawah atau bagian posterior lapiran epiblast.
Dibawah rongga hypoblast ada rongga disebut rongga archenteron.
Gambar 6. Pembentukan Discoblastula
Sumber: www.summagallicana.com
8
Gambar 7. Discoblastula
Sumber: www.summagallicana.
2.3 Tahap Gastrulasi
Gastrulasi berasal dari kata gaster (lambung), karena pada tahap ini dibentuk
bakal saluran pencernaan. Pada tahap ini terjadi dinaminasi daerah-daearh bakal
pembentuk alat pada blastula, diatur dan dideretkan sesuai dengan bentuk dan
susunan tubuh (Sudarwati, 1990).
Ciri utama dari gastrulasi Aves adalah adanya daerah unsur primitif (primitive
streak). Daerah ini mula-mula tampak sebagai suatu penebalan pada bagian tengah
dari area pelucida bagian posterior yang disebabkan karena adanya migrasi sel-sel
dari daerah posteriolateral ke bagian tengah area pelucida. Bagian penebalan
menyempit, bergerak ke anterior dan mengerut membentuk suatu parit yang disebut
daerah unsur primitif. Lekukannya disebut lekukan primitif dan berperan sebagai
blastoporus. Pada ujung anterior terjadi penebalan disebut nodus Hensen (Hensen
node). Bagian tengah nodus Hensen berbentuk sebagai suatu sumur dan melalui
tepinya akan dilalui oleh sel-sel yang masuk ke rongga blastula (Yatim, 1994).
9
Gastrulasi pada Aves dilaksanakan oleh sel-sel yang bergerak secara sendiri-
sendiri serta terkoordinasi, dari luar masuk ke dalam embrio, bukan melalui gerakan
sel bersama dalam bentuk suatu lempengan. Gastrulasi pada Aves tidak membentuk
archentron sejati.
Gambar 8. Proses Gastrulasi pada Aves
Sumber: Wiati, 2001
10
Setelah endoderm dibentuk, yang menjadi archentron adalah rongga
subgerminal yang bagian atasnya dibatasi oleh endoderm, sedang dasarnya adalah
yolk. Sel-sel yang pertama bermigrasi melalui daerah unsur primitif adalah sel yang
akan menjadi endoderm. Sel-sel ini bergerak ke anterior, bergabung dengan hipoblas
dan akhirnya menggantikan hipoblast pada bagian anterior dari embrio. Sel
berikutnya yang masuk melalui nodus Hensen juga bergerak ke anterior, tetapi tidak
bergerak sejauh bakal endoderm. Sel-sel ini tetap berada di antara epiblast dan
endoderm untuk membentuk mesoderm kepala dan notochord. Sel-sel yang masuk ini
semua bergerak ke anterior, mendorong epiblast bagian tengah ke atas sehingga
akhirnya terbentuk lipatan kepala. Sementara itu, makin banyak sel-sel bermigrasi
masuk melalui daerah unsur primitif yang setelah masuk kedalam rongga blastula
mereka memisahkan diri menjadi dua arah, satu masuk lebih dalam dan bergabung
dengan hipoblast serta mendorong hipoblast ke tepi. Sel-sel ini akan membentuk
semua organ-organ endodermal dan sebagian besar selaput ekstra-embrio. Kelompok
kedua menyebar membentuk suatu lembaran yang terbentang diantara epiblast dan
hipoblas. Lembaran ini yang membentuk bagian mesoderm dari embrio dan selaput
ekstra-embrio (Yatim, 1990)
Gambar 9. Tiga Dimensis Gastrulasi
Sumber: photobucket.com
Sementara saat pembentukan mesoderm berlangsung, daerah unsur primitif
mulai memendek sehingga nodus Hensen berpindah letak dari di tengah area pelusida
menjadi berada di bagian posterior. Dengan perkataan lain, nodus Hensen bergerak ke
posterior dan notokord posterior terbentuk. Akhirnya nodus bergeser mencapai
posisinya yang paling posterior dan membentuk daerah anal. Pada tahap ini epiblast
seluruhnya terdiri atas bakal sel-sel ektoderm yang berepiboli hingga mengelilingi
11
yolk. Gastrulasi telah selesai dengan dibentuknya eksoderm, digantinya hipoblas
dengan endoderm dan terletaknya mesoderm di antara kedua lapisan ini (Yatim,
1990)
2.4 Tahap Neurulasi
Pembentukan yang mengiringi pembentukan gastrula ialah neurulasi atau
tubulasi (pembumbungan). Neurulasi merupakan proses awal pembentukan sistem
saraf yang melibatkan perubahan sel-sel ektoderm bakal neural, dimulai dengan
pembentukan keping neural, lipatan neural dan berakhir dengan terbentuknya tabung
neuron (neural tube) (Yatim, 1994).
Gamabar 10. Proses Neurulasi Aves
Sumber: www.devbio.biology.gatech.edu
Tubulasi atau neurulasi terjadi mulai dari daerah kepala sampai ekor. Terdapat
tiga lapisan germinal embrio, yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm yang
menyusun diri membentuk sebuah tabung atau bumbung. (Yatim, 1994). Tidak
semua neurulasi terjadi mulai dari daerah kepala sampai ekor, misalnya lapisan
mesoderm neurulasi hanya berlangsung di daerah truncus embrio.
12
Neurulasi dimulai dengan pembentukan lempeng neuron (neural plate), suatu
lapisan ectoderm yang tebal yang menyebabkan sel-sel epitel cuboidal menjadi
columnar (Kenyon, 2008). Setelah notokord terbentuk, lempeng neuron (neural plate)
melipat ke arah dalam dan menggulung diri menjadi tabung neuron (neural tube).
Ketika neurulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal yang
akan menyebabkan berkembangnya sumsum tulang belakang (spinal cord) dan
encephalon (otak). Kemudian, pada kedua ujung anterior dan posterior terdapat
lubang bumbung (neuropore). Pada aves, neuropore posterior disebut sinus
rhomboidalis, karena berbentuk ketupat (Yatim, 1994).
Jaringan pada daerah pertemuan pinggir-pinggir tabung itu memisah dari
tabung sebagai pial neuron (neural crest). Sel-sel neural crest tersebut bergerak dari
neural tube dan menghasilkan banyak variasi struktur jenis sel, seperti sel tulang, sel
tulang rawan di tengkorak, sel-sel pigment kulit dan sel-sel ganglion punggung dan
saraf otak. (Campbell, 2002). Epidermis dan neural plate mampu membentuk sel-sel
neural crest. Pada peristiwa ini notochord juga berperan untuk menginduksi
pembentukan neural plate (Kenyon, 2008).
Sebuah embrio dengan tabung neuron (neural tube) yang sudah selesai
terbentuk mempunyai banyak somit yang membentuk notokord. Somit terbentuk dari
pemanjangan mesoderm yang memisah menjadi blok-blok, tersusun berseri pada
kedua sisi sepanjang notokord itu.
13
Gambar 11. Pembentukan Lempeng Neural
Sumber: Gilbert, S. F, 1977
Gambar12: Peta Presumtif dari Beberapa Wilayah Utama Embrio Aves
Sumber: Wiati, 2001
14
2.5 Ciri Khas Proses Embriogenesis Aves
Aves memiliki ciri khas pada proses gastrulasinya yakni adanya daerah
primitif (primitive streak). Daerah ini mula-mula nampak sebagai suatu penebalan
pada bagian tengah dari daerah pelusida bagian posterior. Penebalan ini disebabkan
karena adanya migrasi sel-sel dari daerah posterorateral ke bagian tengah area
pelusida (Wiati, 2001).
Perbedaan utama antara perkembangan lanjut mesoderm Aves ialah karena
tidak seluruh mesoderm lateral Aves akan membentuk bagian intraembrio. Perbedaan
lainnya yaitu bahwa embrio Aves terdapat pada suatu daerah berbentuk diskus
(blastodiskus atau blastoderm), sedangkan embrio amfibia dan amfioksus terdapat
dalam bentuk bola atau silindris (Wiati, 2001).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aves mempunyai tipe telur Megalesital. Pada tipe telur ini tipe pembelahan
yang terjadi adalah Meroblastik yang disebut juga tipe Partial karena sebelum satu
pembelahan selesai pembelahan tahap selanjutnya sudah terjadi. Pembelahan pada
embrio Aves tepatnya berada pada germinal disc, karena pembelahan yang dilakukan
hanya pada bagain inti sel yang berada pada kutub animal dan jika dilihat dari bagian
sisi atas pada saat pembelahan atau hasil morulanya berbentuk seperti piringan (disc).
Neurulasi dimulai dengan pembentukan lempeng neuron (neural plate), suatu
lapisan ectoderm yang tebal yang menyebabkan sel-sel epitel cuboidal menjadi
columnar (Kenyon, 2008). Setelah notokord terbentuk, lempeng neuron (neural plate)
melipat ke arah dalam dan menggulung diri menjadi tabung neuron (neural tube).
Aves memiliki ciri khas pada proses gastrulasinya yakni adanya daerah
primitif (primitive streak). Perbedaan utama antara perkembangan lanjut mesoderm
Aves ialah karena tidak seluruh mesoderm lateral Aves akan membentuk bagian
intraembrio. Perbedaan lainnya yaitu bahwa embrio Aves terdapat pada suatu daerah
berbentuk diskus (blastodiskus atau blastoderm), sedangkan embrio amfibia dan
amfioksus terdapat dalam bentuk bola atau silindris.
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Gilbert, S. F. 1977. Development Biology, 5th ed. Sinauer Assoclates Inc, Publ.
Massauchussets
Sudarwati, S. 1990. Struktur dan Perkembangan Hewan. ITB: Bandung.
Wiati, T. 2001. Perkembangan Hewan. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi. Tarsito: Bandung.
php.med.unsw.edu.au
photobucket.com
www.devbio.biology.gatech.edu
www.summagallicana.com
17