7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
1/28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Mengingat sempitnya lahan yang dimiliki petani, maka usaha
peningkatan produksi ternak disarankan agar dititik beratkan pada usahatani
intensifikasi. Sejalan dengan ini para petani juga dituntut untuk memanfaatkan
lahan yang sempit seoptimal mungkin agar dapat memenuhi kebutuhan
keluarga. Untuk meningkatkan produktivitas lahan, BEETS menganjurkan
menanam bermacam - macam tanaman dalam satu tahun pada lahan yang
sama.
Sumberdaya lahan yang potensial untuk penanaman hijauan pakan
adalah lahan baku yang meliputi padang rumput, lahan garapan berupa sawah,
tegalan, ladang, lahan perkebunan, hutan baik sekunder maupun sejenisnya,
areal di sepanjang jalan pedesaan, kecamatan serta kabupaten dan daerah aliran
sungai, semuanya sangat potensial sebagai sumber hijauan pakan.
Beberapa hal tersebut di atas menunjukkan bahwa masih perIu
dilakukan penelitian integrasi tanaman pakan ternak unggul dengan tanaman
pangan yang tidak berpengaruh negatif pada usahatani sehingga ketersedian
pakan ternak secara berkesinambungan sepanjang tahun dengan kualitas yang
lebih tinggi dapat terpenuhi.
Pertanian terintegrasi bukan hanya melakukan berbagai usaha
pertanian (dua atau lebih usahatani) tetapi menekankan adanya simpul-simpul
yang menyatukan atau menghubungkan diantara aktivitas usahatani yang satu
dengan sistem usahatani yang lain.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari makalah kelompok kami didapati rumusan masalah :
1. Bagaimana penerapan system usaha tani campuran, sistem produksi
tanaman ternak, model pertanian tekno ekologis, dan model pertanian
tekno ekologis ?
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 1
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
2/28
2. Apa keuntungan dari penerapan system usaha tani campuran, sistem
produksi tanaman ternak, model pertanian tekno ekologis, dan model
pertanian tekno ekologis ?
3. Bagaimana analisis ekonomi dari penerapan system usaha tani campuran,
sistem produksi tanaman ternak, model pertanian tekno ekologis, dan
model pertanian tekno ekologis
1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah kelompok ini adalah
1. Untuk mengetahui proses penerapan system usaha tani campuran, sistem
produksi tanaman ternak, model pertanian tekno ekologis, dan model
pertanian tekno ekologis.
2. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian dari penerapan system usaha
tani campuran, sistem produksi tanaman ternak, model pertanian tekno
ekologis, dan model pertanian tekno ekologis.
3. Untuk mengetahui bagaimana analisis ekonomi dari penerapan system
usaha tani campuran, sistem produksi tanaman ternak, model pertanian
tekno ekologis, dan model pertanian tekno ekologis.
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 2
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
3/28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dengan pertanian terpadu ada pengikatan bahan organik didalam tanah
dan penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional yang
menggunakan pupuk nitrogen dan sebagainya. Agar proses pemanfaatan tersebut
dapat terjadi secara efektif dan efisien maka sebaiknya produksi pertanian terpadu
berada dalam suatu kawasan. Pada kawasanan tersebut sebaiknya terdapat sektor
produksi tanaman, peternakan maupun perikanan. Keberadaan sektor-sektor ini
akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan
seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan
dimanfaatkan oleh komponen lainnya.
Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya
produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh
komponen lainnya. Selanjutnya akan terjadi peningkatan hasil produksi dan
penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan
tercapai. Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian terpadu adalah
petani akan memiliki beragam sumber penghasilan. Disamping akan terjadi
peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas
dan efisiensi produksiakan tercapai. Seorang petani bisa menanam padi dan bisa
juga beternak kambing atau ayam dan menanam sayuran. Kotoran yang
dihasilkan oleh ternak dapat digunakan sebagai pupuk sehingga petani tidak perlu
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 3
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
4/28
memebeli pupuk lagi. Jika panen gagal petani masih bisa mengandalkan daging
atau telur ayam untuk mendapatkan penghasilan. Pertanian terpadu merupakan
pilar kebangkitan bangsa Indonesia dengan cara menyediakan pangan yang aktual
bagi rakyat Indonesia dengan cara menyediakan pangan yang aktual bagi rakyat
Indonesia. Subsektor peternakan sebagai bagian integral pembangunan pertanian
memiliki peran strategis dalam penyediaan bahan pangan dan pemberdayaan
masyarakat dengan berupaya meningkatkan produksi peternakan melalui
penanganan seluruh potensi yang ada secara terpadu dan seimbang. Salah satunya
dengan pengembangan usaha peternakan sapi potong sebagai penghasil daging
untuk memenuhi permintaan daging.
Strategi pembangunan peternakan mempunyai prospek yang baik dimasa
depan, karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak akan terus
meningkat seiring dengan perningkatan jumlah penduduk, pendapatan dan
kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan bergisi tinggi sebagai
pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan masyarakat. Pembangunan dan
pengembangan tersebut salah satunya adalah pembangnan di bidang pertanian
yang meliputi pembangunan di bidang peternakan, peternakan merupakan salah
satu usaha yang sudah lama dilakukan oleh masyarakat di pedesaan adalah
beternak sapi potong, yang berbentuk usaha peternakan rakyat.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, perlu diintensifkan alternatif pola
pengembangan peternakan rakyat yang mempunyai skala usaha yang ekonomis,
dan mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga yang cukup
memadai. Dalam perspektif ke depan, usaha peternakan rakyat harus mengarah
menopang dalam pengembangan agribisnis peternakan, sehingga tidak hanya
sebagai usaha sampingan, namun sudah mengarah pada usaha pokok dalamperekonomian keluarga.
Salah satu bentuk teknologi peroduksi pertanian yang terkait kekayaan
sumber daya hayati di lingkungan kita dikenal sebagai Sistem Pertanian Terpadu
atau Sistem Pertanian Campuran (MIXED FARMING) yang berusaha
memadukan komoditas tanaman pangan, tanaman perkebunan, hortikultura,
peternakan dan perikanan. Diversifikasi komoditas yang sinergis dalam suatu
luasan lahan tertentu merupakan salah satu upaya untuk memacu peningkatan
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 4
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
5/28
produktivitas lahan yang berkelanjutan dan pada gilirannya akan meningkatkan
kualitas hidup petani. Usaha tani campuran (mixed farming system) adalah
merupakan usaha pertanian yang dilakukan yang pada satu lahan ditanami lebih
dari satu jenis tanamana/komoditas pada waktu yang sama,yang mana masih
melihat segi keuntungan dan kerugiannya.
Sistem produksi tanaman-ternak (Corp livestock production system)
merupakan system usaha tani yang melibatkan lebih dari satu komoditas dan
terdapat interaksi yang saling menguntungkan antara system tanaman pangan,
ternak dan tanaman pakan ternak.tanaman pangan produksinya untuk kebutuhan
pangan dan juga dapat dugunakan untuk pakan bagi ternak dan jeraminya dapat
digunakan sebagai mulsa (penutup tanam) bagi tanaman ternak. Ternak
menghasilkan pupuk kandang, bagi tanaman pangan dan tanaman pakan ternak,
serta tenaganya dapat digunakan sebagai tenaga penarik dalam system tanaman
pangan. Tanaman pakan ternak menghasilakan pakan untuk ternak, selain
mengahsilkan pupuk hijau untuk tanaman pangan serta mencegah erosi.
Sistem Integrasi Tanaman-Ternak (SITT) adalah intensifikasi sistem
usahatani melalui pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara terpadu
dengan komponen ternak sebagai bagian kegiatan usaha. Tujuan pengembangan
SITT adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat
sebagai bagian untuk mewujudkan suksesnya revitalisasi pembangunan pertanian.
Komponen usahatani SITT meliputi usaha ternak sapi potong, tanaman pangan
(padi & palawija), hortikultura (sayuran), perkebunan, (tebu) dan perikanan (lele,
gurami, nila). Limbah ternak (kotoran sapi) diproses menjadi kompos & pupuk
organik granuler serta biogas; limbah pertanian (jerami padi, batang & daun
jagung, pucuk tebu, jerami kedelai dan kacang tanah) diproses menjadi pakan.Gas-bio dimanfaatkan untuk keperluan memasak, sedangkan limbah biogas
(sludge) yang berupa padatan dimanfaatkan menjadi kompos dan bahan campuran
pakan sapi & ikan, dan yang berupa cairan dimanfaatkan menjadi pupuk cair
untuk tanaman sayuran dan ikan.
Pertanian tekno ekologis merupakan model pertanian yang dikembangkan
model pertanian ekologis dengan pertanian berteknologi maju. Pertanian
ekologis merupakan model pertanian yang dikembangkan selaras dengan kondisi
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 5
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
6/28
alam atau ekosistem setempat. Kekuatan utama system pertanian ini terletak pada
integrasi fungsional dari beragam sumber daya, termasuk fungsi lahan dan
komponen biologis, sehingga stabilitas dan produktivitas system usaha tani dapat
ditingkat akan dan basis-basis sumber daya alam bisa dilestarikan. Jika
keanekaragaman fungsional bisa dicapai dengan mengombinasikan spesies
tanaman dan hewan yang memiliki ciri saling melengkapi dan memiliki interaksi
sinergetik, bukan hanya kestabilan ekosistem yang bisa diperbaiki, tetapi juga
produktivitas system pertanian akan memerlukan input yang lebih rendah. Di
samping tetap memelihara keragaman spesies, model pertanian ekologis juga
menekankan system produksi siklus. Walaupun dari aspek lingkungan pertanian
ekologis sangat menjanjikan, tetapi bila diterapkan secara ekstrem, yakni hanya
dengan teknologi tradisional, akan sulit untuk mencapai produktivitas yang
optimal. Sebaliknya, pertanian berteknologi maju atau pertanian padat teknologi
merupakan model pertanian yang lebih menekankan pada aplikasi teknologi maju
guna mengejar produktivitas secara maksimal. Karena itu, model pertanian ini
cenderung berorientasi pada dominasi satu komoditas.
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 6
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
7/28
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Usaha Tani Campuran (Mixed Farming Systems)
Gambar 1. Usaha Tani Campuran (Mixed Farming Systems)
Berdasarkan hasil observasi serta wawancara dengan petani dan juga
sebagai peternak, yang bernama bapak Tumiran 62 tahun yang bertempat di desa
Ngajum kecamatan Ngajum Kabupaten Malang, Gunung Kawi. Dalam rumah
beliau tinggal bersama istri dan anaknya yang masih kecil. Bapak Tumiran
memiliki luas areal pertanian sekitar 2.500 M2.Seluruh tanah yang dimiliki oleh
bapak Tumiran merupakan warisan dari orang tuanya yang dulunya juga sebagai
petani.
Komoditi pertanian yang diproduksi oleh bapak Tumiran adalah jagung
untuk dijual dan jika yang masih tebon dapat juga digunakan sebagai pakan
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 7
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
8/28
ternak. Selain itu pak Tumiran juga menanam tanaman cabai sebagai pagar/
pembatas antara tanaman jagung.
Lokasi pertanian milik Bapak Tumiran berada di timur sekitar 200 meter
dari rumahnya sedangkan lokasi peternakan milik beliau berada tepat disamping
rumahnya. Jagung yang ditanam oleh Bapak Tumiran seluas 2100 M2 dan
disekitarnya untuk pembatas antara jagung ditanami tanaman cabai, yaitu di setiap
pinggir sampai memutari areal ladang jagung tersebut. Hal ini sesuai dengan
pendapat (M.Zain 2000) yang menyatakan bahwa Sistem penanaman tumpang
sari dapat meningkatkan produksi kedua tanaman tersebut jenis tanaman sayur
yang bisa digunakan diantaranya adalah jagung, ketela pohon, kol, kentang,
bawang-daun, dan seledri.
Selain itu pendapat dari Basuki juga didukung dengan pendapat Pribadi
dan Kusnadi. (2008) yang mengatakan berbagai pola penanaman tumpangsari
sudah terbukti bagus pada lahan yang kering. Disamping sebagai usaha
diversifikasi komoditas, pola tumpang sari dilihat dapat memanfaatkan lahan dan
energi dengan baik.
Analisis usaha dari sistem tumpang sari/ 3 strata
Tanaman yang ditanam antara lain jagung dan cabe sebagai pagar. Setiap
kali panen tanaman jangung bisa menghasilkan 700kg jagung, Bapak Tumiran
melakukan pemupukan untuk tanaman jagung 3 kali pada setiap masa tanam yaitu
pupuk Urea dan pupuk kandang. Untuk jagung tidak memakai pupuk kandang
karena jika menggunakan pupuk kandang dari hasil limbah ternak akan
mengakibatkan tumbuhnya tanaman lain seperti gulma. Tapi sebaliknya untuk
cabe, Bapak Tumiran menggunakan pupuk kandang dari hasil limbah ternak
miliknya untuk meningkatkan pertumbuhan dari cabe untuk menghemat biaya
produksi.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Suretno. 2002) Pemanfaatan limbah
tanaman sebagai pakan, serta limbah ternak menjadi pupuk dan sumber energi
alternatif merupakan potensi yang perlu dikembangkan.
Teknik penanaman tanaman
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 8
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
9/28
a) Penentuan Pola Tanam
Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman.
Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai
komponen yang tersedia (tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan
sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya
disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada
daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan
jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang
tersedia ataupun curah hujan.
Pola tanam yang digunakan oleh pak Tumiran yaitu Tumpang sari
(Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau
berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang
sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, rumput gajah. (T. Soedjono.2007)
b) Cara Penanaman
Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat
juga digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman.
Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air
berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir
berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia
selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah
dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi
dahulu, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang
tanaman dan penanaman biasanya memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang,
1 orang memasukkan benih, 1 orang lagi memasukkan pupuk dasar dan menutup
lubang). Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki,bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per
lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2
butir benih per lubang.
c) PemeliharaanTanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman.
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang
sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman,
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 9
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
10/28
sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus
dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan
pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan
tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar
tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk
mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari
sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman
sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan
benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu
setelah tanam.
2. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman
pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan
pada tanaman jagung yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul
kecil, garpu dan sebagainya. Yang penting dalam penyiangan ini tidak
mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum
cukup kuat mencengkeram tanah. Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman
berumur 15 hari.
3. Pembubunan
Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan
untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah.
Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan
tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman
berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah disebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian
ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang
memanjang. Untuk efisiensi tenaga biasanya pembubunan dilakukan bersama
dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.
4. Pemupukan
Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea
sebanyak 200-300 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap :
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 10
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
11/28
Pada tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan
dengan waktu tanam.
Pada tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah
tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam.
Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah
tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah mulai keluar.
5. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali
bila tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan
tujuan menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman
berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada
parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
6. Waktu Penyemprotan Pestisida
Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya
hama yang dapat membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida
yang digunakan yaitu pestisida yang dipakai untuk mengendalikan ulat.
Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh
alami dan tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini
akan lebih efisien.
7. Panen
Ciri jagung yang siap dipanen adalah:
a) Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam (3bulan)
b) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang
ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
c) Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.Jagung
untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi
penuh. Saat itu diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk
direbus dan dibakar, dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot
masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak terlalu keras serta akan
mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan pokok (beras jagung),
Pakan ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya dipanen jika
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 11
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
12/28
sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan kelobot
telah menguning.
Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada
tangkainya (tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit
dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.
Analisis Usaha
Biaya produksi
Pengolahan tanah : Rp 250.000,-
Bibit: benih jagung (1250 m2) 1,5 kg @ Rp. 50.000,- Rp. 75.000,-
Pupuk
- Urea : 100 kg Rp. 275.000,-
Pestisida
- Insektisida: 2 botol @ Rp. 50.000,- Rp. 100.000,-
Tenaga kerja
- Pengolahan lahan 4 orang @ Rp. 50.000,- Rp. 400.000,- (2 hari)
- Penyiangan dan pembubunan 3 orang @ Rp. 50.000,-Rp. 150.000,- (3
hari)- Pemeliharaan lain Rp. 100.000,-
Panen Rp. 100.000,-
Biaya lain-lain Rp. 100.000,-
Total : Rp. 1.550.000,-
Pendapatan
- jagung 700 Kg @ Rp. 2.200,- Rp. 1.540.000,- (per 3 bulan)
- cabai 35 kg @ 30000 Rp 1.050.000,- (per bulan) x 3
= Rp 3.150.000,-
Keuntungan Bersih Rp.3.140.000 ,- (setiap panen)
3.2 Model Pertanian Tanaman Pangan Pakan Ternak
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 12
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
13/28
Gambar 2. Model Pertanian Tanaman Pangan Pakan Ternak
Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan
pertanian terpadu, adalah memadukan antara kegiatan peternakan dan pertanian.
Pola ini sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di lahan
pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah karena
limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian digunakan untuk
pakan ternak. Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk
memperoleh hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi
kesuburan tanah. Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi,
mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan
efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha taninya.
Sesuai dengan pendapat Kusnadi (2008) sebagai contoh sederhana
pertanian terpadu adalah apabila dalam suatu kawasan ditanam jagung, maka
ketika jagung tersebut panen, hasil sisa tanaman merupakan limbah yang harus
dibuang oleh petani. Tidak demikian halnya apabila di kawasaan tersebut tersedia
ternak ruminansia, limbah tersebut akan menjadi makanan bagi hewan ruminansiatersebut. Hubungan timbal balik akan terjadi ketika ternak mengeluarkan kotoran
yang digunakan untuk pupuk bagi tanaman yang ditanam di kawasan tersebut.
Pada sistem peretanian yang seperti ini kami melakukan wawancara
kepada seorang petani di Dsn. Sembon Sumberjo Desa Ngajum Kec. Ngajum
Kab. Malang yang bernama bapak Garnam. Beliau memiliki lahan garapan seluas
5000 m2 dengan rincian panjang x lebar adalah 100 m x 50 m. Dengan lahan
tersebut, beliau menanam beberapa macam tanaman berupa tanamam pangan
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 13
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
14/28
adalah padi dan pisang, dan di sekeliling tanaman utama juga di tanami rumput
gajah untuk memenuhi kebutuhan tanaman pakan bagi ternak. Sehingga terjadi
keterpaduan antara tanaman pangan dan tanaman pakan ternak. Untuk ternak
sendiri, beliau memelihara sapi perah.
Untuk penanaman padi sendiri di lakukan pada seperti umumnya para
petani melakukan penanaman padi. Teknik penanaman padi adalah sbb:
Pembibitan
Ada beberapa tahapan untukmenanam padi maupun budidaya padi, langkah-
langkanh tersebut perlu kita lakukan untuk mendapat hasil yang maksimal.
Sebelum ditanam, tanaman padi harus disemaikan lebih dahulu. Pesemaian
itu harus disiapkan dan dikerjakan dengan baik, maksudnya agar diperoleh
bibit yang baik, sehingga pertumbuhannya akan baik pula. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pembuatan persemaian sebagai berikut:
a. Memilih tempat penyemaian
Tanahnya harus yang subur, banyak mengandung humus, dan gembur.
Tanah itu harus tanah yang terbuka, tidak terlindung oleh pepohonan,
sehingga sinar matahari dapat diterima dan dipergunakan sepenuhnya.
Dekat dengan sumber air terutama untuk pesemaian basah, sebab
pesemaian banyak membutuhkan air. Sedanggkan pesemaian kering
dimaksudkan mudah mendapatkan air untuk menyirami apabila
persemaian itu mengalami kekeringan.
Apabila areal yang akan ditanami cukup luas sebaiknya tempat
pembuatan pesemaian tidak berkumpul menjadi satu tempat tetapi
dibuat memencar. Hal itu untuk menghemat biaya atau tenaga
pengangkutannya.
b. Mengerjakan Tanah Untuk Pesemaian
Tanah pesemaian harus mulai dikerjakan kurang lebih 50 hari sebelum
penanaman. Karena adanya dua jenis padi, yaitu padi basah dan ppadi
kering, maka tanah pesemaian juga dapat dibedakan atas pesemaian basah
dan pesemaian kering.
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 14
http://bestbudidayatanaman.blogspot.com/2013/01/Panduan-Budidaya-Padi-dan-Cara-Menanam-Padi-yang-Baik-dan-Benar.htmlhttp://bestbudidayatanaman.blogspot.com/2013/01/Panduan-Budidaya-Padi-dan-Cara-Menanam-Padi-yang-Baik-dan-Benar.html7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
15/28
Pesemaian Basah
Dalam membuat pesemaian basah harus dipilih tanah sawah yang
betul-betul subur. Rumput-rumput dan jerami yang masih tertinggal harus
dibeersihkan lebih dulu. Kemudian sawah digenangi air, maksud digenagi
air ini agar tanag menjadi lunak, rumput-rumputan yang akan tumbuh
menjadi mati, dan bermacam-macam serngga yang dapat merusak bibit
menjadi mati pula.
Selanjutnya, apabila tanah sudah cukup lunak lalu dibajak/digaru
dua kali atau tanah menjadi halus. Pada saat itu juga sekaligus dibuat
petakan-petakan dan memperbaiki pematang. Sebagai ukuran dasar luas
pesemaian yang harus dibuat kurang lebih 1/20 dari areal sawah yang akan
ditanamai. Jadi apabila sawah yang akan ditanami seluas 1 Ha, maka luas
pesemaian yang harus dibuat adalah 1/20 x 10.000 m = 500 m. Adapun
biji yang dibutuhkan adalah kurang lebih 75 gram biji setiap 1 m, atau
sebanyak kurang lebih 40 kg.
Pesemaian Kering
Prinsip pembuatan pesemaian kering sama dengan pesemaian
basah. Rumpu-rumput dan sisa-sisa jerami yang ada harus dibersihkan
terlebih dahulu. Tanah dibolak-balik dengan bajak dan digaru, atau bisa
dan halus. juga memakai cangkul yang terpenting tanah menjadi gembur.
Setelah tanaha menjadi halus, diratakan dan dibuat bedengan-bedengan.
Adapun ukuran bedengan sebagai berikut : Tinggi 20 cm, lebar 120 cm,
panjang 500-600 cm.
Antara bedengan yang satu dengan yang lain diberi jarak 30 cm
sebagai selokan yang dapat digunakan untuk memudahkan : Penaburan
biji, pengairan, pemupukan, penyemprotan hama, penyiangan, dan
pencabutan bibit.
c. Penaburan Biji
Untuk memilih biji-biji yang bernas dan tidak, biji harus direndam
dalam air. Biji-biji yang bernas akan tenggelam sedangkan yang biji-biji
yang hampa akan terapung. Dan biji-biji yang terapaung bisa dibuang.
Maksud perendaman selain memilih biji yang bernas, biji juga agar cepat
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 15
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
16/28
berkecambah. Lama perendaman cukup 24 jam, kemudian bijhi diambil
dari rendaman lalu di peram dibungkus memakai daun pisang dan karung.
Pemeraman dibiarkan selama 8 jam.
Apabila biji sudah berkecambah dengan panjang 1 mm, maka biji
disebar ditempat pesemaian. Diusahakan agar penyebaran biji merata,
tidak terlalu rapat dan tidak terlalu jarang. Apabila penyebarannya terlalu
rapat akan mengakibatkan benih yang tumbuh kecil-kecil dan lemah, tetapi
penyebaran yang terlalu jarang biasanya menyebabkan tumbuh benih tidak
merata.raan
d. Pemeliharaan Pesemaian
Pengairan
Pada pesemaian basah, begitu biji ditaburkan terus digenangi
air selama 24 jam, baru dikeringkan. Genangan air dimaksudkan agar
biji yang disebar tidak berkelompok-kelompok sehingga dapat merata.
Adapun pengeringan setelah penggenangan selama 24 jam itu
dimaksudkan agar biji tidak membusuk dan mempercepat
pertumbuhaan.
Pada pesemaian kering, pengairan dilakukan dengan air
rembesan. Air dimasukan dalam selokan antara bedengan-bedengan,
sehingga bedengan akan terus-menerus mendapatkan air dan benih
akan tumbuh tanpa mengalami kekeringan. Apabila benih sudah
cukup besar, penggenangan dilakukan dengan melihat keadaan. Pada
bedengan pesemaian bila banyak ditumbuhi rumput, perlu digenagi
aiar. Apabila pada pesemaian tidak ditumbuhi rumput, maka
penggenangan air hanya kalau memerlukan saja.
Pengobatan
Untuk menjaga kemungkinan serangan penyakit, pesemaian
perlu disemprot dengan Insektisida 2 kali, yaitu 10 hari setelah
penaburan dan sesudah pesemaian berumur 17
Pengolahan Tanah
a) Cara Mengolah Tanah
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 16
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
17/28
Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah
disiapkan sejak dua bulan penanaman. Pelaksanaanya dapat
dilakukan dengan dua macam cara yaitu dengan cara tradisional
dan cara modern.
o Pengolahan tanah sawah dengan cara tradisional, yaitu
pengolahan tanah sawa dengan alat-alat sederhana seperti sabit,
cangkul, bajak dan garu yang semuaya dilakukan oleh nusia atau
dibantu ooleh binatang misalnya, kerbau dan sapi.
o Pengolahan tanah sawah dengan cara modern yaitu pengolahaan
tanah sawa yang dilaukan dengan mesin. Dengan traktor dan
alat-alat pengolahan tanah yang serba dapat kerja sendiri.
1) Pembersihan
Sebelum tanah sawa dicangkul harus dibersihkan lebih dahulu
dari jerami-jerami atau rumput-rumput yang ada. Dikumpulkan di
satu tempat atau dijadikan kompos. Sebaiknya jangan dibakar,
sebab pembakaran jerami itu akan menghilangkan zat nitrogen
yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman.
2) Pencangkulan
Sawah yang akan dicangkul harus digenagi air terlebih dahulu
agar tanah menjjadi lunak dan rumput-rumputnya cepat
membusuk. Pekerjaan pencangkulan ini dilanjutkan pula dengan
perbaikan pematang-pematang yang bocor.
3) Pembajakan
Sebelum pembajakan, sawah sawah harus digenangi airlebih dahulu. Pembajakan dimulai dari tepi atau dari tengah
petakan sawah yang dalamnya antara 12-20 cm. tujuan pembajakan
adalah mematikan dan membenamkan rumput, dan membenamkan
bahan-bahan organis seperti : pupuk hijau, pupuk kandang, dan
kompos sehingga bercampur dengan tanah. Selesai pembajakan
sawah digenagi air lagi selama 5-7 hari untuk mempercepat
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 17
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
18/28
pembusukan sisa-sisa tanaman dan melunakan bongkahan-
bongkahan tanah.
4) Penggaruan
Pada waktu sawah akan digaru genangan air dikurangi.
Sehingga cukup hanyya untuk membasahi bongkahan-bongkahan
tanah saja. Penggaruan dilakukan berrulang-ulang sehingga sisa-
sisa rumput terbenam dan mengurangi perembesan air ke bawah.
Setelah penggaruan pertama selesai, sawah digenagi air lagi selama
7-10 hari, selang beberapa hari diadakan pembajakan yyang kedua.
Tujusnnya yaitu: meratakan tanah, meratakan pupuk dasar yang
dibenamkan, dan pelumpuran agar menjadi lebih sempurna.
Penanaman
Pemilihan Bibit
Pekerjaan penanaman didahului dengan pekerjaan pencabutan bibit
di pesemaian. Bibit yang akan dicabut adalah bibit yang sudah berumur
25-40 hari (tergantung jenisnya), berdaun 5-7 helai. Sebelum pesemaian 2
atau 3 hari tanah digenangi air agar tanah menjadi lunak dan memudahkan
pencabutan.
Caranya, 5 sampai 10 batang bibit kita pegang menjadi satu
kemudian ditarik ke arah badan kita, usahakan batangnya jangan sampai
putus. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain:
Umurnya tidak lebih dari 40 hari
Tingginya kurang lebih dari 40 hari
Tingginya kurang lebih 25 cm
Berdaun 5-7 helai
Batangnya besar dan kuat
Bebas dari hama dan penyakit
Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan besar untuk
memudahkan pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut harus segera
ditanam, jangan sampai bermalam. Penanaman padi yang baik harus
menggunakan larikan ke kanan dank e kiri dengan jjarak 20 x 20 cm, hal
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 18
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
19/28
ini untuk memudahkan pemeliharaan, baik penyiangan atau pemupukan
dan memungkinkan setiap tanaman memperoleh sinar matahari yang
cukup dan zat-zat makanan secara merata.
Dengan berjalan mundur tangan kiri memegang bibit, tangan kanan
menanam, tiap lubang 2 atau 3 batang bibit, dalamnya kira-kira3 atau 4
cm. usahakan penanaman tegak lurus jangan sampai miring.
Usahakan penanaman bibit tidak terlalu dalam ataupun terlalu dangkal.
Bibit yang ditanam terlalu dalam akan menghambat pertumbuhan akar
dan anakannya sedikit.
Bibit yang ditanam terlalu dangkal akan menyebabkan mudah reba
atau hanyut oleh aliran air. Dengan demiikian jelas bahwa penanaman
bibit yang terlalu dalam maupun terlalu dangkal akan berpengaruh pada
hasil produksi.
4 Pemeliharaan
A. Pengairan
Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi sawah.
Masalah pengairan bagi tanaman padi sawah merupakan salah satu factor
penting yang harus mendapat perhatian penuh demi mendapat hasil panen
yang akan datang.
Air yang dipergunakan untuk pengairan padi di sawah adalah air yang
berasal dari sungai, sebab air sungai banyak mengandung lumpur dan
kotoran-kotoran yang sangat berguna untuk menambah kesuburan tanah dan
tanaman. Air yang berasal dari mata air kurang baik untuk pengairan sawah,
sebab air itu jernih, tidak mengandung lumpur dan kotoran. Memasukan air
kedalam sawahdapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:Air yang dimasukan ke petakan-petakan sawah adalah air yang berasal
dari saluran sekunder. Air dimasukan ke petakan sawah melalui saluran
pemasukan, dengan menghentikan lebih dahulu air pada saluran sekunder.
Untuk menjaga agar genangan air didalam petakan sawah itu tetap,
jangan lupa dibuat pula lubang pembuangan. Lubang pemasukan dan lubang
pembuangan tidak boleh dibuat lurus. Hal ini dimaksudkan agar ada
pengendapan lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna bagi
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 19
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
20/28
pertumbuhan tanaman. Apabila lubang pemasukan dan lubang pembuangan
itu dibuat luru, maka air akan terus mengalir tanpa adanya pengendapan.
Pada waktu mengairi tanaman padi di sawah, dalamnya air harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan umur tanaman tersebut. Kedalaman air
hendaknya diatur dengan cara sebagai berikut:
Tanaman yang berumur 0-8 hari dalamnya air cukup 5 cm.
Tanaman yang berumur 8-45 hari dalamnya air dapat ditambah hingga
10-20 cm.
Tanaman padi yang sudah membentuk bulir dan mulai menguning
dalamnya air dapat ditambah hingga 25 cm. setelah itu dikurangi sedikit
demi sedikit.
Sepuluh hari sebelum panen sawah dikeringkan sama sekali. Agar padi
dapat masak bersama-sama.
B. Penyiangan dan Penyulaman
Setelah penanaman, Apabila tanaman padi ada yang mati harus segera
diganti (disulam). Tanaman sulam itu dapat menyamai yang lain, apabilapenggantian bibit baru jangan sampai lewat 10 hhari sesudah tanam.
Selain penyulaman yang perlu dilakukan adalah penyiangan agar rumput-
rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman padi tidak bertumbuh banyak dan
mengambil zat-zat makanan yang dibutuhkan ttanaman padi. Penyiangan
dilakukan dua kali yang pertama setelah padi berumur 3 minggu dan yang
kedua setelah padi berumur 6 minggu.
Analisis ekonomi
Biaya produksi padi
Pengolahan tanah : Rp 400.000,-
Bibit: benih padi 20 kg @ Rp. 9750,- Rp. 195.000,-
Pupuk
- Urea: 75 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 135.000,-
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 20
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
21/28
- TSP 36: 50 kg @ Rp.2.000,- Rp. 100.000,-
- phonska: 200 kg @ Rp. 2300,- Rp. 460.000,-
ZA: 175 kg @ Rp 1400,- Rp. 245.000,-
organik : 400 kg @ Rp. 500,- Rp. 200.000,-
Pestisida
- Insektisida: 2 liter @ Rp. 100.000,- Rp. 200.000,-
- Herbisida: 1 liter @ Rp. 225.000,- Rp. 225.000,-
Tenaga kerja
- Pengolahan lahan 4 orang @ Rp. 40.000,- Rp. 480.000,-
(3 hari)
- Penanaman: 7 orang (borongan) Rp. 540.000,-
(1 hari)
- Penyiangan dan pembumbunan (borongan) Rp. 200.000,-
- Pemupukan: 2 orang @ Rp. 40.000,- Rp. 80.000,-
(1 hari )
- Pemeliharaan lain Rp. 200.000,-
Panen Rp. 100.000,-
Biaya lain-lain Rp. 100.000,-
Total : Rp. 3.460 .000,
Pendapatan padi 4 ton @ Rp. 3.500,- Rp. 14.000.000,-
Keuntungan Bersih Rp.10 .54 0.000,- (setiap panen)
Biaya Produksi Rumput gajah
Bibit 50 kg @ Rp. 300,- Rp.15.000,-
Pupuk
- Urea 50 kg @ Rp. 1800,- Rp. 90.000,-
Tenaga kerja
- Penanaman: 2 orang @ Rp. 40.000,- Rp. 80.000,- ( 1hari)
- Pemupukan: 1 orang @ Rp. 40.000,- Rp. 40.000,-( 1 Hari)
- Pemeliharaan lain Rp. 50.000,-
Total Rp. 275.000,-
Panen 1,2 ton per panen ( 50 hari)
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 21
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
22/28
- Diberikan ternak sapi 1 ekor sebanyak 20 kg per hari
- Di berikan ke kambing 4 ekor sebanyak 12 kg
Biaya Produksi Pisang
40 tandan pisang @ Rp 50.000,- = Rp 2.000.000,-
Produksi Ternak
1. Biaya Produksi ternak sapi
a. Bibit 1 ekor Rp. 4.000.000,-
b. Pakan Hijauan 600 kg didapat dari rumput gajah miliknya sendiri.
c. konsentrat sebanyak 800 kg @ 2300 Rp. 1.840.000,-
d. Harga jual @ Rp. 10.000.000,-
e Keuntungan bersih Rp. 4.160.000,-
2. biaya produksi kambing
a. Bibit 4 ekor @ Rp.400.000, Rp 1.600.000,-
b. Pakan Hijauan didapat dari rumput gajah miliknya sendiri.
c. Konsentrat 240 kg Rp 552.000,-
d. Penjualan kambing @ Rp 1.800.000, Rp 7.200.000,-
e. Keuntungan Rp 5.048.000,-
Untuk praktikum pertama, yakni pada lahan tumpangsari, dari data padi
dan rumput gajah didapatkan R/C Ratio sebesar sebagai berikut:
R/C Ratio = total penerimaan/total biaya
= Rp 21.748.000 / Rp = 2,821.402.000 = 1,02
Jadi, karena R/C > 1, maka usaha dengan sistem tumpangsari tersebut bersifat
menguntungkan.
3.3 Model Pertanian Tekno-Ekologis ( Ekologis Lahan Sawah )
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 22
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
23/28
Gambar 3. Model Pertanian Tekno-Ekologis ( Ekologis Lahan Sawah )
Tekno-ekologis yaitu model pertanian yang selaras dengan ekosistem
(alam), yang disertai dengan sentuhan teknologi maju, merupakan perpaduan
antara Ecofarming dengan Tecnofarming. Pertanian Integratif (salah satu ciri
pertanian tekno-ekologis) Sebuah pola pertanian diversifikasi yang didalamnya
terdapat 2 atau lebih komoditas yang mempunyai hubungan fungsional dalam
pemanfaatan zat-zat makanan / biomassa.
Dari aspek ekologi, model pertanian tekno-ekologis berorientasi pada
optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal melalui siklus produksi tertutup guna
menekan penggunaan bahan-bahan anorganik (kimiawi). Implikasinya, model
tekno-ekologis ini akan dapat mendukung kelestarian ekosistem. Jika
penerapannya didukung oleh aplikasi teknologi yang bersifat adaptasi dan
mitigasi secara terencana dan terarah, model pertanian tekno-ekologis dapat
membantu petani dalam menyikapi fenomena global perubahan iklim yang
semakin ekstrem.
Pada pratikum yang di lakukan di lahan milik pak Sutrisno menggunakan
sistem pertanian ekologis, yaitu dengan memadukan suatu pertanian alami
dengan adanya sentuhan teknologi . hal ini dapat di lihat dengan penerapanya, pak
Sutrisno memiliki sawah 7000 M2 yang di tanami dengan tanaman padi ( varietas
Cibogo dan IR 64 ) dan jenis ternak yang di pelihara sapi perah dan kambing
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 23
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
24/28
Keunggulan Pertanian Tekno-Ekologis :
- Lebih efisien
- Peluang memproduksi produk organik
- Menekan resiko usahatani (serangan hama, bencana alam, jatuh harga, dsb.)
- Mencipta peluang / relung / produk baru
- Mencipta lapangan kerja baru
- Peluang peningkatan kesejahteraan nyata
- Integrasi adaptasi dan mitigasi dalam antisipasi perubahan iklim.
Untuk pelaksanaan praktikum ketiga, dilakukan pada petani atau peternak
yang memiliki lahan sawah beserta peralatan teknologis untuk mengolah hasil
sawah tersebut, dan dari hasil sampingnya bisa diberikan kepada ternak yang
dipeliharanya. Praktikum ini dilaksanakan didesa Ngajum Kabupaten Malang.
Bapak Sutrisno ini, memiliki alat teknologis, diantaranya adalah alat pemecah
gabah, yang berfungsi untuk memecah padi atau mengupas kulitnya. Hasil
samping dari penggunaan alat ini adalah sekam padi yang kosong. Mesin ini
berkekuatan 6-12 pk. Kemudian ada polesor yang berfungsi untuk memutihkan
gabah, mesin ini berkekuatan 10 pk. Cara kerjanya adalah dengan memasukkan
padi alat, untuk menghidupkan alat, dapat dilakukan dengan memutar karetnya.
Masa pakai alat-alat tersebut kurang lebih sekitar 5 tahun.
Hal diatas mengenai peralatan pertanian, sesuai dengan yang
diungkapkan pada literature, yakni oleh (Widowati Sri. 2001), bahwa dalam
proses penggilingan padi menjadi beras giling, diperoleh hasil samping berupa
sekam (15-20%), (2) dedak/bekatul (8-12%) yang merupakan kulit ari, di-hasilkan
dari proses penyosohan, dan (3) menir (5%) merupakan bagian beras yang
hancur. Umumnya PPS terdiri dari dua unit mesin pemecah kulit dan dua unit
mesin penyosoh. PPS ini menggunakan sistem semi kontinu, yaitu mesin pecah
kulitnya kontinu, sedangkan mesin sosoh-nya masih manual. Di pedesaan masih
terdapat Huller, yaitu peng-gilingan padi yang menggunakan tenaga penggerak
kurang dari 20 HP. Karena sesuai data yang didapat, pak Sutrisno hanya memiliki
alat penggilingan padi berkekuatan dibawah 20, yakni masih 6-12 pk.
Analisis Ekonomi
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 24
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
25/28
Pengolahan tanah : Rp 600.000,-
Bibit: benih padi Rp. 100.000,-
Pupuk
- Urea: 300 kg @ Rp. 2.750,- Rp. 825.000,-
Pestisida
- Insektisida: 3 liter @ Rp. 100.000,- Rp. 300.000,-
- Herbisida: 1,5 liter @ Rp. 225.000,- Rp. 337.500,-
Tenaga kerja
- Pengolahan lahan 5 orang @ Rp. 40.000,- Rp. 200.000,-
(3 hari) Rp 600.000,-- Penanaman: 8 orang (borongan) Rp. 640.000,-
- Penyiangan dan pembubunan (borongan) Rp. 200.000,-
- Pemupukan: 3 orang @ Rp. 40.000,- Rp. 120.000,-
(1 hari )
- Pemeliharaan lain Rp. 200.000,-
Panen Rp. 150.000,-
Biaya lain-lain Rp. 100.000,-
Total : Rp. 4.392.500,-
Pendapatan padi 6 ton @ Rp. 3.500,- Rp. 21.000.000,-
Keuntungan Bersih Rp.16.607.5 00,- (setiap panen)
3.4 Model Pertanian Tekno-Ekologis ( Ekologis Lahan perkebunan )
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 25
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
26/28
Gambar 4. Model Pertanian Tekno-Ekologis ( Ekologis Lahan perkebunan )
Untuk sistem perkebunan, jadi pemilik perkebunan tidak hanya mengolah
perkebunannya, jadi beliau juga memiliki ternak yang dapat memanfaatkan hasil
samping dari perkebunan. Selain itu, beliau juga memilki alat teknologis, yang
dapat digunakan untuk mengolah hasil perkebunan.
Dari hasil observasi, jenis tanaman yang ditanaman dilahan perkebunan
milik Bapak Sutrisno adalah pohon tebu yang diselingi dengan lamtoro,gamal dan
rumput gajah sebagai pagar. Tanaman dipupuk dengan pupuk urea, dan NPK yang
masing-masing berjumlah kg. terkadang juga ditambah dengan pupuk kandang
sebagai hasil limbah dari ternak yang dipelihara, yakni 2 sapi perah dan 9
kambing. Untuk lamtoro di panen 300 kg/bulan, gamal 500kg/panen dan rumput
gajah 1,5 ton/panen.
Sesuai dengan pernyataan pada literature (Aak. 2001), bahwa disela-sela
tumbuhan perkebunan bisa ditanami dengan tanaman lain. Sementara sesuai
dengan observasi kami, sela-selanya ditanami dengan lamtoro/gamal/rumput
gajah yang sekaligus berfungsi sebagai pagar.
Biaya produksi kebun kopi
Bibit tebu Rp. 120.000,-
Pupuk
- Urea: 10 kg @ Rp. 1.800 Rp. 90.000,-
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 26
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
27/28
- NPK: 15 kg @ Rp. 8.000 Rp. 120.000,-
- Herbisida: 2 liter @ Rp. 50.000,- Rp. 200.000
Tenaga kerja
- Pengolahan lahan 2 orang @ Rp. 40.000,- Rp. 80.000,-
- Penanaman: 3 orang (borongan) Rp. 200.000,-
- Pemupukan: 1 orang @ Rp. 40.000,- Rp. 40.000,-
- Pemeliharaan lain Rp. 100.000,-
Panen Rp. 150.000,-
Biaya lain-lain Rp. 100.000,-
Total : Rp. 2.530 .000,-
Pendapatan 50 ton @ Rp. 650,- Rp. 32.500.000,-
Keuntungan Bersih (per tahun) Rp.31.30 0.000,-
BAB IV
MAKALAH PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPADU 27
7/15/2019 MAKALAH PRAK SISTEM PERTANIAN TERPADU.doc
28/28
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Usaha tani campuran adalah suatu system dimana dalam satu lahan bisa
ditanami dengan lebih dari satu jenis tanaman dalam waktu yang bersamaan.
System produksi tanaman-ternak adalah dimana ada lebih dari satu komoditi
yang saling berinteraksi dan member keuntungan, baik antara tanaman
pangan, pakan dan ternak itu sendiri.
4.2 Saran
Untuk penghitungan analisa keuangan, ada baiknya bila diberi bimbingan
terlebih dahulu, agar hasil yang didapatkan sesuai dengan kemauan yang
diinginkan oleh asisten.