PENERAPAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN
DISIPLIN BELAJAR SISWA PADA
PEMBELAJARAN
DI KELAS IX SMP NEGERI 1 BUKITTINGGI
Oleh :
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan proposal penelitian yang berjudul “ Hubungan Antara Motivasi Belajar
dengan Disiplin Belajar Pada Siswa kelas IX SMPN 1 Bukittinggi
Dalam proses penyelesaian makalah ini kami banyak menemukan
kesulitan-kesulitan, karena keterbatasan kemampuan kami baik penagalaman
maupun penegetahuan. Berkat bantuan berbagai pihak akhirnya kami dapat
mengatasi kesulitan yang ditemukan selama penulisan proposal penelitian ini.
Oleh karena itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah ikut memabantu, semoga bantuan yang telah diberikan mendapat balasan
dari Allah SWT.
Kami sangat menyadari bahwa proposal penelitin ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga makalah penelitian ini
bermanfaat untuk pembaca pada umumnya.
Padang, 25 November
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………...........…………………….……. KATA PENGANTAR ………………………………..........………………..……DAFTAR ISI ……………………………………………….........…………..…... A. PENDAHULUAN ……………………………………………......…..............
1 Latar Belakang …………………………………….................................2. Fokus Penelitian ………………………………………….….................3. Tujuan Penelitian ……………………………………….…...................4. Manfaat Penelitian …………………………………….…….................
B . KAJIAN PUSTAKA …………………............................................................
a). Disiplin Belajar …………………………………………..…...............b). Motivasi Belajar ……………………………………...........................c). Hubungan Antara Disiplin Belajar Dengan Motivasi Belajar ..............
C. METODE PENELITIAN ……..…………………….....……........…….........
a. MetodologiPenelitian ……………………………………………........b. Lokasi Penelitian ……………………..................................................d. Informan Penelitian …………………...…...........................................e. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ……………...……………..........f. Teknik Analisis Data…………………………………………………..g. Teknik Penjamin Keabsahan Data…………………………………....
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dari waktu ke waktu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat. Akibat dari fenomena ini antara
lain munculnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan diantaranya bidang
pendidikan. Untuk menghadapinya dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas, salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu
pendidikan. Berbicara mengenai mutu pendidikan tidak akan lepas dari kegiatan
belajar dimana aktivitas belajar siswa menunjukkan indikator lebih baik. Untuk
mencapai pokok materi belajar siswa yang optimal tidak lepas dari kondisi
dimana kemungkinan siswa dapat belajar dengan efektif dan dapat
mengembangkan daya eksplorasinya baik fisik maupun psikis. Dengan motivasi
belajar pada siswa disaat pemberian layanan pembelajaran yang baik tidaklah
mudah, banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain pendidik, orang tua, dan
siswa. Sehingga siswa memegang peranan dalam mencapai disiplin belajar.
Menurut Undang – undang No. 20 tahun 2003 bahwa Tujuan Pendidikan
Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal memiliki tujuan
yang sama dengan tujuan pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut
tidak selalu berjalan dengan lancar karena penyelenggaraan pendidikan bukan
suatu yang sederhana tetapi bersifat kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhi
tercapainya tujuan pendidikan baik faktor dari peserta didik maupun dari pihak
sekolah. Salah satu faktor yang berasal dari diri peserta didik yaitu disiplin belajar
yang rendah.
Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pendidikan salah satunya yaitu
dengan meningkatkan disiplin belajar pada peserta didik. Agar proses belajar
mengajar lancar maka seluruh siswa harus mematuhi tata tertib dengan penuh rasa
disiplin yang tinggi. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan atau
keterikatan terhadap sesuatu peraturan tata tertib.
2. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diteliti dari
penelitian adalah :
1. Bagaimanakah gambaran disiplin belajar siswa di SMP Negeri 1
Bukittinggi.
2. Bagaimanakah gambaran motivasi belajar siswa di SMP Negeri 1
Bukittinggi.
3. Bagaimanakah Pengaruh Motivasi Belajar Dengan Disiplin Belajar
Siswa di SMP Negeri 1 Bukittinggi.
3. Tujuan Penelitian
Bertolak dari permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui gambaran disiplin belajar siswa di SMP Negeri 1
Bukittinggi.
2. Mengetahui gambaran motivasi belajar siswa di SMP Negeri 1
Bukittinggi.
3. Mengetahui Pengaruh Antara Motivasi Belajar Dengan Disiplin
Belajar
4.Manfaat penelitian
Sebagaimana yang penulis harapkan, setelah penelitian ini akan diperoleh manfaat
antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah referensi, bahan literature atau pustaka, khususnya
tentang disiplin belajar dan motivasi belajar.
2. Manfaat Praktis
Memberikan informasi pada guru pembimbing atau guru bidang studi serta
orang tua siswa tentang disiplin belajar yang baik yang akan diterapkan,
supaya dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
KAJIAN PUSTAKA
A. Disiplin Belajar
1. Pengertian Disiplin
Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda – beda, oleh karena itu
disiplin mempunyai berbagai macam pengertian. Pengertian tentang disiplin telah
banyak di definisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Ahli yang satu
mempunyai batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya.
Definisi pertama yang berhubungan dengan disiplin diantaranya seperti
yang dikemukakan oleh Andi Rasdiyanah (1995 : 28) yaitu kepatuhan untuk
menghormati dan melaksanakan suatu system yang mengharuskan orang untuk
tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku. Dengan kata lain,
disiplin adalah kepatuhan mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan Depdiknas (1992 : 3) disiplin adalah :“ Tingkat konsistensi dan
konsekuen seseorang terhadap suatu komitmen atau kesepakatan bersama yang
berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai waktu dan proses pelaksanaan
suatu kegiatan”. Seirama dengan pendapat tersebut diatas, Hurlock (1978 : 82)
mengemukakan pendapatnya tentang disiplin tersebut : “ Disiplin merupakan cara
masyarakat mengajar anak berperilaku moral yang disetujui kelompok”.
Dari berbagai macam pendapat tentang definisi disiplin diatas, dapat
diketahui bahwa disiplin merupakan suatu sikap moral siswa yang terbentuk
melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai – nilaiketaatan,
kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.
Siswa yang memiliki disiplin akan menunjukkan ketaatan, dan keteraturan
terhadap perannya sebagai seorang pelajar yaitu belajar secaraterarah dan teratur.
Dengan demikian siswa yang berdisiplin akan lebih mampu mengarahkan dan
mengendalikan perilakunya. Disiplin memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia terutama siswa dalam hal belajar. Disiplin akan memudahkan
siswa dalam belajar secara terarah dan teratur.
2. Pengertian Disiplin Belajar
Disiplin merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru untuk mendidik
dan membentuk perilaku siswa menjadi orang yang berguna dan berprestasi tinggi
dalam bidang pelajaran. Ini dapat dilihat dari pengertian disiplin menurut Hurlock
(1999: 82) yaitu suatu cara masyarakat untuk mengajar anak perilaku moral yang
disetujui kelompok. Tujuan seluruh disiplin adalah membentuk perilaku
sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran – peran yang ditetapkan
kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasinya.
Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan ketertiban. (Prijodarminto, 1994: 23).
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah
sikap individu yang terbentuk dari serangkaian perilaku yang menunjukkan
ketaatan dan keteraturan berdasarkan acuan nialai moral.
Effendi dan Praja (985: 102) menyatakan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha atau interaksi yang dilakukan individu untuk memperoleh kebiasaan,
pengetahuan, sikap dan sesuatu yang baru sebagai hasilpengalaman yang
dilaluinya.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar
dalam penelitian ini adalah sikap siswa yang terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai – nilai ketaatan, dan keteraturan
berdasarkan acuan nilai moral individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku
yang mencakup perubahan berfikir, sikap dan tindakan yang sesuai dengan
standar sosial.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Belajar dan motivasi tidak dapat saling dipisahkan artinya seseorang
melakukan aktifitas belajar tertentu tentu didukung oleh suatu keinginan yang ada
pada dirinya untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini karena motivasi sangat
menentukan keberhasilan belajar. Menurut Filmore Sanford (Un Effendi dan
Juhaya SP, 1993: 60), motivasi akar katanya adalah motif. Motif menunjukkan
suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang
tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah pendorong
suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar dia
tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga agar dia tergerak
hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil hatinya
untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
(Ngalim Purwanto, 1992: 71). Kata “Motif” juga diartikan sebagai daya upaya
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan
aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat
diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu,
maka motivasi itu dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi
aktif. Motif menjadi aktif pada saat – saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk
mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. (Sardiman, 20001:71).
Sedangkan Mc. Donald (Sardiman, 2001:71) berpendapat bahawa
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Dari pengertian yang dikemukakan Mc.Donald ada tiga elemen penting
yaitu :
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia
2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang.
3. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan
emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
4. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
W.S Winkel (1996:151), mengatakan bahwa motivasi adalah daya penggerak di
dalam diri orang untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentudemi mencapai
tujuan tertentu.
Wasty Soemanto (1983:193) berpendapat bahwa “ motivasi bertalian
dengan 3 hal yang sekaligus merupakan aspek – aspek dari motivasi. Ketigahal
tersebut ialah : “ keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating sataes),
tingkah laku tersebut (goals or end of such behavior).” Menurut M. Ngalim
Purwanto (1992 : 60) mengemukakan definisi motivasi adalah “segala sesuatu
yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.”
Maslow (1943 - 1970) mengemukakan bahwa : “ Tingkah laku manusia
dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan – kebutuhan tertentu, seperti :
kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri,
mengetahui dan mengerti, dan juga kebutuhan estetik. “
Goerge R.Terry, Ph.D. menyatakan bahwa : “ motivation is the desire
within an individual that stimulates him or her to action.” ( motivasi adalah
keinginan di dalam seorang individu yang mendorong untuk bertindak).(Moekijat,
2001: 5)
Horlad Konntz et al. mengatakan bahwa : “ motivation refers to the drive
and effort to satisfy a want or goal.” (motivasi menunjukkan dorongan dan usaha
untuk memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu
tujuan). (Moekijat, 2001: 5).
Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut, secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk bertindak melakukan sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
serta memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
siswa tercapai. Hal tersebut senada dengan pendapat
Sardiman A.M (1986:75) bahwa “ motivasi belajar keseluruhan daya
penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek
belajar dapat tercapai. Motivasi yang menyebabkan siswa melakukan kegiatan
belajar dapat timbul dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya.
Sehubungan dengan itu Sardiman (1996 : 90) mengemukakan bahwa :“ Motivasi
intrinsik yaitu motivasi yang menjadi aktif atau tidak memerlukan rangsangan dari
luar, karena dari dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu
motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang aktif atau berfungsinya karena adanya
rangsangan dari luar.”
Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan
berbagai sudut pandang mereka masing–masing namun intinya sama, yakni
sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam
bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian motivasi adalah daya penggerak atau pendorong yang ada di dalam diri
individu untuk melakukan sesuatu demi mencapai suatu tujuan. Dalam kegiatan
belajar, motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.
C. Hubungan antara Disiplin Belajar Dengan Motivasi Belajar
Disiplin merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru untuk mendidik
dan membentuk perilaku siswa agar menjadi orang yang berguna dan berprestasi
tinggi dalam bidang pelajaran. Ini dapat dilihat dari pengertian disiplin menurut
Prijodarminto (1994 : 23) yaitu Disiplin merupakan suatu kondisi yang tercipta
dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan
ketertiban. Disiplin belajar pada siswa sangat diperlukan tingkat konsistensi dan
kebiasaan yang teratur dalam kegiatan proses belajar mengajar karena dalam
belajar membutuhkan beberapa faktor salah satu diantaranya adalah kebiasaan
dalam disiplin belajar.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar
dalam penelitian ini adalah sikap siswa yang terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai – nilai ketaatan, dan keteraturan
berdasarkan acuan nilai moral individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku
yang mencakup perubahan berfikir, sikap dan tindakan yang sesuai dengan
standar sosial. Sedangkan Mc. Donald (Sardiman, 2001:71) berpendapat bahawa
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
motivasi adalah daya penggerak atau pendorong yang ada di dalam diri individu
untuk melakukan sesuatu demi mencapai suatu tujuan. Dalam kegiatan belajar,
motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.
Dengan menerapkan sikap disiplin dalam belajar pada siswa, maka
diharapkan pula dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Sehingga
dapat meningkatkan keberhasilan dalam belajar siswa dan juga siswa semakin
rajin, kreatif dan aktif dalam belajarnya.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa apabila siswa
memiliki motivasi yang tinggi maka dengan sendirinya ia juga akan memiliki
sikap disiplin belajar yang tinggi pula, sehingga dapat mendukung atau
meningkatkan keberhasilan dalam belajarnya. Namun apabila seorang siswa
kurang memiliki motivasi belajar atau motivasi belajarnya rendah, maka sikap
disiplin belajar juga akan rendah bahkan sama sekali tidak ada. Ini semua
dikarenakan adanya interaksi antara motivasi belajar dan sikap disiplin belajar
yang berhubungan antara keduanya yang dapat meningkatkan cara siswa dalam
belajar yang lebih aktif.
Upaya untuk menumbuhkan kedisiplinan dan motivasi belajar tidak
terlepas dari peran aktif guru dan lembaga disekolah yang didukung dengan
adanya tata tertib sekolah serta peran serta orang tua dan keluarga dirumah agar
selalu menanamkan dan menumbuh kembangkan sikap kepada anak didiknya
yakni dengan senantiasa menerapkan sikap disiplin dalam belajar dan memotivasi
siswa agar rajin belajar sehingga mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
Dengan kata lain sistem sosial dan tata tertib atau peraturan sekolah harus
sudah diketahui dan diperkenalkan kepada anak masuk sekolah. Suatu hal yang
sangat penting dan harus dilakukan oleh guru sedini mungkin pada permulaan
sekolah ditanamkan dan ditumbuhkan dasar pendidikan moral, sosial, susila, etika
dan agama dalm setiap pribadi anak. Untuk membentuk kepribadian anak yang
berbudi pekerti yang luhur, disiplin, kreatif, aktif, dinamis, serta berinteligensi.
METODE PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode yang dikemukakan oleh Cresswell
(1994) yang dinamakan qualitative narrative yang pada intinya adalah suatu
rancangan atau prosedur penelitian yang mengkomentari atau bercerita tentang
hasil suatu analisis data dengan ciri-ciri yang dapat disarikan sebagai berikut : 1)
menalaah hasil pemaparan/ cerita untuk kemudian di hubungkan dengan tipe atau
rancangan yang diinginkan, 2) menggambarkan atau mendeskripsikan hasil
analisis data kemudian dibandingkan dengan teori yang sesungguhnya yang
bersumber dari literatur umum yang sesuai dengan topik penelitian. Dalam
penelitian ini adalah komentar atau narasi yang bersumber dari analisis data yang
diperoleh tentang motivasi belajar dan disiplin belajar yang dilaksanakan di
SMPN 1 Bukittinggi. Hasil analisis data selanjutnya dibandingkan dengan teori
yang bersumber dari literatur umum yang berkaitan dengan topik penelitian.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Bukittinggi. Komplek sekolah ini
berada di Jalan Jend. Sudirman No 102. Data terakhir menunjukkan bahwa
sekolah ini mempunyai sekitar 937 siswa dengan 43 tenaga pengajar, dibantu oleh
5 orang staf tata usaha dan satu orang pengelolaan perpustakaan.
Secara umum sarana penunjang proses pembelajaran yang ada
diantaranya adalah 23 buah lokal belajar yang dilengkapi dengan masing-masing
1 buah labor IPA, 1 buah ruangan perpustakaan, labor komputer, ruangan majelis
guru dan sarana penunjang lainnya.
C. Informan Penelitian
Informan pada penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala bidang
kurikulum, guru, pegawai/ karyawan sekolah, dan siswa.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis dan tujuan penelitian maka alat yang digunakan
untuk memperoleh data sebagai berikut :
a) Observasi
Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati secara
langsung pelaksanaan disiplin belajar apakah efektif untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa dan begitu juga sebaliknya. Pada penelitian ini peneliti berpartisipasi
secara aktif, dalam pengertian peneliti mengamati secara langsung semua aktifitas
yang dilakukan oleh subjek penelitian terutama yang berkaitan dengan
pelaksanaan proses pembelajaran
b) Wawancara
Wawancara dilakukan utuk mendapatkan informasi dari informan
mengenai disiplin belajar dan motivasi belajar di SMPN 1 Bukittinggi. Dalam
melakukan wawancara ini ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Menetapkan pada siapa wawancara dilakukan yaitu kepada kepala
sekolah, wakil kepala bidang kurikulum dan siswa.
b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan terutama yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi pembelajaran.
c. Membuka alur wawancara dengan para informan.
d. Melangsungkan wawancara dengan para informan, seperti kepala
sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru dan siswa.
e. Mengkonfirmasikan hasil wawancara dengan para guru dan informan
lainnya.
f. Menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan.
g. Mengidentifikasikan hasil wawancara yang telah diperoleh dilapangan.
Wawancara dilakukan dengan orang-orang yang terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran yaitu guru, siswa dan kepala sekolah, serta wakil kepala
bidang kurikulum sebagai orang yang bertanggung jawab secara penuh terhadap
segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
c) Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk mengungkapkan data bersifat
administratif serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran
yang jelas terutama yang berkaitan dengan data yang berhubungan langsung
dengan proses pembelajaran. Dokumentasi yang dimaksudkan adalah perangkat
pembelajaran, media pembelajaran yang tersedia, data tentang siswa dan guru,
data geografis dan struktur organisasi sekolah serta sumber data lainnya yang
berhubungan dengan topik yang diteliti.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang ditetapkan kedalam penelitian ini adalah seperti
yang dikemukan Spradley (1980) sebagai berikut :
1. Menentukan subjek penelitian
Subjek penelitian yang dimaksudkan adalah SMPN 1 Bukittinggi. Penentuan
subjek penelitian ini didasarkan pada : a) sederhana yaitu ruang lingkup
terbatas, b) mudah memasukinya, c) tidak kentara melakukan penelitian, d)
memperoleh izin, e) kegiatannya berulang-ulang.
2. Menentukan Observasi Lapangan
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanapiah (1990), bahwa didalam
penelitian kualitatif yang menjadi observasi adalah suatu situasi sosial yang
setidak-tidaknya memiliki tiga elemen utama, yaitu : a) lokasi atau fisik
tempat situasi sosial tersebut berlangsung, b) pelaku/ aktor yang menduduki
posisi tertentu, c) kegiatan atau aktifitas pelaku pada lokasi/ tempat
berlangsungnya situasi sosial.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti berpartisipasi pasif terlebih dahulu
yaitu hanya dengan mengamatinya saja. Hal ini didasarkan pada pertimbangan
jika peneliti langsung berpartisipasi aktif tanpa membina hubungan baik
dikhawatirkan akan timbul kesalahpahaman yang menimbulkan kesulitan
dalam pengumpulan data.
Grand tour yang dilakukan SMPN 1 Bukittinggi ini bertujuan untuk melihat
kondisi sekarang secara umum, baik kondisi gedung maupun melihat secara
umum aktifitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Setelah
kehadiran peneliti dapat diterima dengan baik, barulah peneliti berpartisipasi
aktif melakukan mini tour mengamati perilaku guru dalam proses
pembelajaran sambil mempelajari dengan seksama budaya atau perilaku siswa
dalam belajar.
3. Melakukan analisis kawasan
Analisis kawasan merupakan proses untuk menentukan bagian-bagian,
unsur-unsur atau ranah budaya yang berisi kategori-kategori lebih kecil. Analisis
ini dilakukan setelah deskripsi secara umum mengenai objek penelitian dirasakan
cukup memadai.
2. Melakukan observasi terfokus
Observasi terfokus dilakukan untuk menelusuri makna khusus dalam
hubungannya dengan makna yang lebih luas. Setelah diperoleh gambaran
mengenai kawasan-kawasan budaya melalui analisis diatas, kemudian dipilih
kawasan-kawasan yang berhubungan dekat dengan topik dan masalah
penelitian. Pembatasan-pembatasan terhadap kawasan tertentu dilakukan
untuk dapat melakukan observasi yang mendalam.
Observasi terfokus terlaksana dengan mengamati secara khusus mengenai
kegiatan aktor yang terlibat dalam proses pembelajaran seperti sarana dan
prasarana, media pembelajaran dan lain-lain.
3. Melakukan analisis taksonami
Analisis taksonomi merupakan analisis pada kawasan-kawasan untuk
melacak struktur internal kawasan tersebut secara lebih rinci dan mendalam.
Sesuai dengan yang dikemukakan Spradley (1980), langkah-langkah yang
dilakukan dalam analisis taksonomi, yaitu : a) menyeleksi kawasan yang
dianalisis, b) mencari kesamaan unsur didasarkan pada hubungan semantic
yang sama, c) mencari tambahan unsur atau istilah tercakup, d) mencari
kawasan yang lebih besar yang dapat mencakup sebagian dan sub bagian dari
kawasan yang dianalisis, e) membangun taksonomi yang bersifat tentative, f)
melakukan observasi terfokus untuk menguji ketepatan analisis, g) membuat
taksonomi yang lengkap.
4. Melakukan observasi terseleksi
Observasi terseleksi adalah untuk mengkaji secara lebih rinci kawasan-
kawasan yang telah dipilih. Dalam observasi terseleksi ini diajukan suatu
bentuk pertanyaan yaitu pertanyaan masalah-masalah kawasan budaya yang
muncul dari perbedaan sebagaimana bahwa dengan kesamaan diatas kategori-
kategori observasi ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kontras dua
butir dan pertanyaan kontras tiga butir yang diajukan guna menemukan makna
budaya dari situasi sosial yang dipelajari.
7. Melakukan analisis komponensial
Analisis komponensial merupakan analisis yang bermaksud mencari
dimensi kontras diri atribut-atribut kawasan. Dalam analisis taksonomi yang
dicari adalah kesamaan-kesamaan, sedangkan dalam analisis komponensial
yang dicari adalah perbedaaan. Spradley (1980) menjelaskan bahwa analisis
komponensial adalah usaha sistem komponen-komponen yang mengandung
arti yang berhubungan dengan kategori budaya. Dalam kawasan setiap budaya
terdapat sejumlah yang termasuk didalamnya masing-masing kategori yang
mempunyai atribut-atribut, yaitu unsur informasi yang membedakan suatu
kategori dengan kategori lainnya. Selanjutnya dengan mengajukan pertanyaan
kontras, maka sejalan dimensi kontras dapat dilakukan dengan memasukkan
atribut-atribut yang ditemukan kedalam format paradigma.
Analisis komponensial dilakukan dengan menganalisis kedaan dan situasi
pelaksanaan proses pembelajaran di SMPN 1 Bukittinggi dengan cara
mengajukan pertanyaan kontars atau yang berlawanan. Dengan mengajukan
pertanyaan yang berlawanan diharapkan dapat memperoleh data yang
diinginkan tentang pelaksanaan proses pembelajaran yang dimaksud.
8. Menentukan Tema Penelitian
Tema budaya merupakan suatu analisis yang dilakukan dalam upaya untuk
memperoleh beberapa pandangan atau kebiasaan-kebiasaan yang terjadi. Saat
guru melaksanakan proses pembelajaran mulai dari merencanakan strategi
yang digunakan dan media yang dipakai. Analisis ini dilakukan atas dasar
analisis komponensial yang telah dilakukan guru mencari kesamaan-kesamaan
antara dimensi kontras kawasan yang terpilih.
Setelah diajukan pertanyaan kontras dalam berbagai dimensi, akan
ditemukan suatu tema budaya tentang makna dibalik perilaku guru dalam
proses pembelajaran tersebut.
F. Teknik Penjaminan Keabsahan Data
Penjaminan keabsahan data dilakukan dengan menggunakan teknik
sebagai berikut :
1. Perpanjangan keikutsertaan, yaitu lamanya keikutsertan peneliti pada latar
penelitian. Penelitian dilakukan selama lebih kurang dua bulan. Kemudian
diperpanjang hingga memperoleh data yang lengkap.
2. Ketekunan pengamatan, dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang akan dicari.
Kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut. Penelitian ini dipusatkan
pada bagaimana guru melakukan proses pembelajaran dengan siswa sesuai
dengan yang direncanakan.
3. Triangulasi data, yaitu merupakan proses menemukan kesimpulan dari
berbagai sudut pandang dengan melakukan upaya mengumpulkan data dari
sejumlah sumber yang berbeda dengan metode yang bervariasi. Triangulasi
data penelitian ini dilakukan dengan : a) membandingkan pendapat peneliti
dengan beberapa pendapat orang lain, antara lain kepala sekolah dan guru, b)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan,
c) menggunakan teknik wawancara, pengamatan, dan hasil kerja atau tugas
serta respon siswa, bahwa hasil pengamatan dan wawancara sesuai dengan
kenyataan.
4. Diskusi yang dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir
yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan orang lain yang diteliti serta
rekan-rekan sejawat, bahwa hasil pengamatan dan diskusi sesuai dengan
kenyataan.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik,oemar. 2007. Proses belajar mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.
Dahar, Ratna wilis.1989.teori-teori belajar.Jakarta: Erlangga.
www.//wikipedia./com
www./teoribelajar./com