MAKALAH
SISTEM PENCERNAAN III
ASUHAN KEPERAWATAN “ REGURGITASI ”
Dosen Pembimbing :
Dadang Kusbiantoro, S.Kep.,Ns, M.Si
Oleh Kelompok 2 :
Firsta Tanti H (1302011336) Istifadhatul K (1302011342)
Fitri Listyawati (1302011337) Khoirul Waritzin (1302011343)
Fitrotut Tazkiyah (1302011338) Kholifaturrahmah (1302011344)
Handoko Sulistanto (1302011339) Lisa Ariyanti (1302011345)
Harnina Samantha A (1302011340) Maulidina Farizta (1302011346)
Ihwatin Zaedah (1302011341) Mawanda S (1302011347)
S1 KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini telah diperiksa dan disetujui untuk Dipresentasikan Kepada
Teman-Teman Mahasiswa Program S1 Keperawatan Semester IV D Stikes
Muhammadiyah Lamongan, dengan judul Asuhan Keperawatan Regurgitasi
Oleh
Oleh Kelompok 2:
Lamongan, Juni 2015
Mengetahui
Dosen Pembimbing
Dadang Kusbiantoro, S.Kep.,Ns, M.Si
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini sebagai tugas mata kuliah Sistem Pencernaan III.
Makalah ini disusun berdasarkan bekal ilmu pengetahuan sebatas yang
penulis miliki, sehingga tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari beberapa
pihak akan sulit bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu,
ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yth:
1. Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep., M. Kes, selaku Ketua Stikes Muhammadiyah
Lamongan.
2. Arifal Aris, S. Kep, Ns, M. Kes, selaku Kaprodi S-1 Keperawatan Stikes
Muhammadiyah Lamongan.
3. Dadang Kusbiantoro, S.Kep.,Ns, M.Si, selaku dosen pembimbing mata kuliah
Sistem Pencernaan III di Stikes Muhammadiyah Lamongan.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis cantumkan, yang telah turut
mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan kemampuan penulis dalam membahas dan memaparkan. Oleh
karena itu, segala sesutu dan koreksi lebih lanjut sangat penulis harapkan dari
semua pembaca.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat memenuhi tugas mata kulih
Sistem Pencernaan III, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Lamongan, Juni 2015
Penulis,
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ludah atau disebut juga regurgitasi adalah hal yang biasa terjadi pada bayi. Merekakadang kala suka meludah, bahkan ada yang biasa meludah setiap selesai makan. Hal initerjadi baik pada bayi yang mengkonsumsi ASI maupun pada bayi yang mengkonsumsi susuformula.Bayi biasanya meludahkan susu yang telah tercampur dengan air ludah dan mukus pada saat mereka bersendawa, hal ini terjadi karena mereka mengkonsumsi terlalu banyak sampai perut mereka sudah tidak dapat menampungnya. Bila susu yang dikonsumsi bayihanya sampai melewati esofagus, maka susu yang diludahkan akan berwarna persis samaseperti pada saat bayi mengkonsumsinya. Tetapi bila susu tersebut telah sampai diperut, makasusu yang diludahkan akan tampak dan berbau asam.
Fungsi saluran pencernaan bervariasi menurut kematangannya; gejala tidak normal pada usia yang lebih tua seperti regurgitasi, mungkin normal pada bayi. Janin dapat menelan cairan ketuban pada awal minggu ke-12 kehamilan, tetapi fungsi mengisap makanan pada bayi baru lahir berkembang pertama kalinya pada umur 34 minggu. Regurgitasi, merupakan refluk gastroesofagus, sering terjadi pada usia 12 sampai 18 bulan pertama. Kesulitan mengeluarkan muntahan dapat menyebabkan adanya tetesan cairan disekitar mulut. Volume muntahan biasanya berkisar
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian regurgitasi/gumoh?
2. Apakah etiologi regurgitasi/gumoh?
3. Apa manifestasi klinis dari regurgitasi/gumoh?
4. Bagaimana patofisiologi dari regurgitasi/gumoh?
5. Bagaimanakah pathway regurgitasi/gumoh?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari regurgitasi/gumoh?
7. Bagaimana cara mencegah terjadinya regurgitasi/gumoh?
8. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien regurgitasi/gumoh?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian regurgitasi/gumoh
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari regurgitasi/gumoh
3. Untuk mengetahui etiologi regurgitasi/gumoh
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari regurgitasi/gumoh
5. Untuk mengetahui pathway regurgitasi/gumoh
6. Untuk mengetahui dampak regurgitasi/gumoh
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari regurgitasi/gumoh
8. Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya regurgitasi/gumoh
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien regurgitasi/gumoh
1.4 Manfaat
Meningkatkan pemahaman mengenai
1. Pengertian regurgitasi/gumoh
2. Manifestasi klinis dari regurgitasi/gumoh
3. Etiologi regurgitasi/gumoh
4. Patofisiologi dari regurgitasi/gumoh
5. Pathway regurgitasi/gumoh
6. Dampak regurgitasi/gumoh
7. Penatalaksanaan dari regurgitasi/gumo
8. Cara mencegah terjadinya regurgitasi/gumoh
9. Asuhan keperawatan pada pasien regurgitasi/gumoh
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut dan tampa paksaaan beberapa saat setelah minum susu ( Depkes R.I, 1999). Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan ketika beberapa saat setelah minum susu botol / menyusui dan dalam jumlah sedikit ( Depkes R.I,2007)
Regurgitasi merupakan keadaan normal yang sering terjadi pada bayi dibawah usia 6 bulan. seiring bertambahnya usia, yaitu sampai anak diusia 6 bulan, regurgitasi semakin jarang dialami.
Ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi, yaitu saat posisi menyusui yang tidak tepat, minum terburu-buru, atau anak sudah kenyang tapi tetap diberi minum karena orang tuanya khawatir anaknya kekurangan makan. bayi yang gumoh sesudah menyusui biasanya merupakan kondisi yang normal. gumoh menjadi abnormal jika jumlahnya banyak dan pertambahan berat badan bayi tidak adekuat.
2.2 Etiologi
1. Anak atau bayi yang sudah kenyang
2. Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara masuk kedalam lambung.
3. Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menghisap
4. Kegagalan mengeluarkan udara
5. ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah di isi makanan lagi. Akibatnya bayi muntah.
6. Posisi menyusui
a. Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi tidur terlentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencernaan, tapi kesaluran nafas, bayipun gumoh.
b. Pemakaian bentuk dot
Jika si bayi suka dot besar diberi dot kecil, ia akan malas menghisap karena lama. Akibatnya, susu tetap keluar dari dot dan memenuhi mulut bayi dan lebih banyak udara yang masuk. Udara masuk ke lambung membuat bayi muntah.
2.3 Manifestasi Klinis
1. Mengeluarkan kembali susu saat diberikan minum
2. Gumoh yang normal terjadi kurang dari empat kali sehari
3. Tidak sampai mengganggu pertumbuhan berat badan bayi
4. Bayi tidak menolak minum .
2.4 Pencegahan
1. Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi menempel pada bagian areola dan dagu payudara ibu
2. Berikan ASI saja sampai 6 bulan ( ASI eksklusif ). Pemberian makan tambahan dibawah 6 bulan memperbesar resiko alergi, diare, obesitas serta mulut dan lidah bayi masih dirancang untukmenghisap bukan menelan makanan.
3. Beri bayi ASI sedikit-sedikit tetapi sering ( minimal 2 jam sekali), jangan langsung banyak.
4. Jangan memakaikan gurita terlalu ketat
5. Posisikan bayi tegak beberapa lama ( 15-30 menit ) setelah menyusu
6. Tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur.
7. Jangan mengajak bayi banyak brgerak sesaat setelah menyusu
8. Jika gumoh disebabkan oleh kelainan atau cacat bawaan segera bawa ke petugas medis agar mendapat penanganan yang tepat sedini mungkin.
2.5 Patofisiologi
1. Biasanya bayi mengalami gumoh setelah diberi makan. Selain karena pemakaian gurita dan posisi saat menyusui, juga karena ia ditidurkan telentang setelah diberi makan. Cairan yang masuk di tubuh bayi akan mencapai posisi yang paling rendah. Bila ada mkanan yang masuk ke esophagus atau saluran sebelum ke lambng, maka ada reflex yang bisa menyebabkan bayi gumoh.
2. Pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot katub di ujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik. Otot tersebut seharusnya mendorong isi lambung kebawah.
3. Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya bayi tidak hanya mengalami gumoh tetapi juga muntah. Ambung bayi punya kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi umur sebulan, ada yang sehari bisa minum 100cc, tapi ada juga yang 120 cc.
2.6 Pathway
Tidak bisa mendorong isi lambung ke bawah
Makanan atau cairan masih di dalam esophagus
Atau
Masih dalam saluran sebelum lambung
pemakaian gurita
posisi saat menyusui
ditidurkan telentang setesetelah diberi makan
kurangnya pengetahuan
tentang regurgitasi Reflek gumoh
MK : Kecemasan orang tua
Output cairan berlebih defisit vol.cairan
MK : Resiko terjadinya hipertermi
MK : Resiko tinggi defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
2.7 Penatalaksanaan
a. Cepat miringkan tubuh bayi, atau diangkat kebelakang seperti disendawakan atau ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran nafas yang dapat menyumbat dan berakibat fatal.
b. Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir. Bersihkan saja segera bekas muntahannya. Justru yang berbahaya bila dari hidung masuk lagi terisap ke saluran nafas. Karena itu bisa masuk ke paru-paru dan enyumbat jalan nafas. Jika ada muntahan masuk ke paru-paru tidak bisa dilakukan tindakan apa-apa, kecuali membawanya segera ke dokter untuk itangani lbih lanjut.
2.8 Komplikasi
1. Infeksi pada saluran pernafasan
2. Cairan gumoh kembali ke paru-paru dapat menyebbkan radang
3. Nafas berhenti sesaat
4. Bayi tersedak dan batuk
5. Cairan gumoh dapat menyeabkan iritasi
6. Pucat pada wajah bayi karena tidak bisa bernafas
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN REGURGITASI
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1. IDENTITAS
a. Biodata Pasien
Nama : -
Alamat : -
Jenis Kelamin : -
Umur : biasanya terjadi pada bayi dengan usia dibawah 6 bulan
Agama : -
Suku/Bangsa : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
b. Biodata Penanggung jawab
Nama : -
Alamat : -
Jenis Kelamin : -
Umur : -
Suku/Bangsa : -
Pendidikan :biasanya pada orang tua yang berpendidikan rendah
Pekerjaan -
Hubungan dengan px : -
3.1.2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Biasanya bayinya mengeluarkan kembali susu yang telah ditelan 2 kali
sehari.
b. Riwayat Penyakit SekarangBiasanya orang tua pasien mengatakan anaknya mengeluarkan air susu setelah menyusu.pada pemeriksaan tanda tanda vital di dapatkanTD : Meningkat ( >70-90/50 mmHg) S : Normal (370C) N: Meningkat (>130 x/menit ) R : Meningkat (>40 x/menit) Bibir bayi kering Mukosa bibir kering turgor >3dtk, Biasanya terkadang orang tua pasien mengatakan anaknya juga mengalami demam dengan suhu di atas 37
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Orang tua pasien mengatakan sebelumnya anaknya tidak pernah mengalami gumoh sesering sekarang, dan orang tua pasien mengatakan anaknya tidak memiliki penyakit yang berhubungan dengan kejadian sekarang.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang mempunyai
penyakit menurun dan menular seperti DM .
3.2 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Tanda-Tanda Vital :
TD : Meningkat ( >70-90/50 mmHg)
S : Normal (370C) meningkat jika terjadi hipertermi
N : Meningkat (>130 x/menit )
R : Meningkat (>40 x/menit)
a. Kepala : Mesocephal, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri
tekan, ubun-ubun datar, rambut hitam, tidak ada cephal hematom, tidak
ada caput sucedaneum.
b. Muka : oval, bersih, tidak ada bekas luka.
c. Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda,
penglihatan baik, tidak ada strabismus, tidak ada tanda infeksi.
d. Hidung : berlubang, tidak ada polip, tidak ada sekret.
e. Mulut : bibir bersih, lidah merah keputihan, kotor, terdapat lendir
berwarna kuning, gusi tidak berdarah, tidak ada labiokisis,
labiopalatokisis, tidak ada palatokisis.
f. Telinga : simetris, tidak ada serumen, tidak ada tanda infeksi,
pendengaran baik.
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar parotis, limfe, tiroid, dan
vena jugularis.
h. Dada : simetris, puting datar, pernafasan teratur, gerakan aktif,
tidak ada ronche.
i. Abdomen : datar, lembek pada saat diam,keras pada saat menangis,
j. Ekstremitas atas : simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap.
k. Ekstremitas bawah : simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap.
l. Genitalia : ada lubang vagina,ada lubang uretra, ada labia
mayora dan minora, ada klitoris.
m. Anus : ada lubang anus, tidak ada hemoroid
n. Punggung : tidak ada spinabifida,tidak ada lordosis, tidak ada
skoliosis,tidak ada kifosis.
o. Kulit : tidak ada tanda lahir, tidak ada bintik merah, warna
kulit merah mudah.
3.2 Analisa Data
No. Data Etiologi Problem
1 Ds:
Biasanya orang tua pasien mengatakan anaknya mengeluarkan air susu setelah menyusu
Do:
TTV:
TD : Meningkat ( >70-90/50
mmHg)
S : Normal (370C)
N: Meningkat (>130
x/menit ) R : Meningkat
(>40 x/menit)
Bibir bayi kering
Mukosa bibir kering
Turgor >3detik
output cairan berlebih. Resiko tinggi defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
2 Ds:
Biasanya orang tua pasien mengatakan anaknya
defisit volume cairan (dehidrasi).
Resiko terjadinya hipertermi
mengalami demam
Do:
TTV
TD : Meningkat ( >70-90/50
mmHg)
S : meningkat ( > 370C)
N: Meningkat (>130
x/menit ) R : Meningkat
(>40 x/menit)
3 Ds:
Orang tua biasanya mengatakan binggung dan tidak mengerti cara menangani gumoh yang terjadi pada anaknya
Do:
Orang tua pasien tampak gelisah
kurangnya pengetahuan tentang regurgitasi.
Kecemasan orang tua
3.3 Diagnosa
1. Resiko tinggi defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan output cairan berlebih.
2. Resiko terjadinya hipertermi berhubungan dengan defisit volume cairan
(dehidrasi).
3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang regurgitasi.
3.4 Intervensi
TglNoDx
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan volume cairan dapat seimbang dan tidak terjadi dehidrasi
Kriteria Hasil :
- K: Orang tua pasien mengetahui penyebab dari defisit cairan
- A: Orang tua pasien mengetahui cara mengatasi agar tidar terjadi defisit cairan
- P: Pasien mampu mengatasi keluhan dengan melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
- P: Tanda – tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, cairan seimbang.
Ukur tanda-tanda vital.
Hitung intake dan output dan konsentrasi urine.
Anjurkan pada keluarga untuk memberi minum sedikit demi sedikit tapi sering.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan infuse bila diperlukan.
Merupakan indikator secara dini trasi urine akan meningkatkan tentang hypovolemia.
Menurunnya output dan konsentrasi urine akan meningkatakan kepekaan/ endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan membutuhkan peningkatan cairan
Untuk meminimalakan hilangnya cairan
Untuk meminimalakan hilangnya cairan
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tidak
Ukur tanda-tanda vital.
Merupakan indicator secara dini terhadap hipertermi
terjadi hipertermi
Kriteria hasil :
-K: Orang tua pasien mengetahui penyebab terjadinya hipertermi
-A: Orang tua mengetahui cara bagaimana mengatasi keadaan hipertermi
-P: Orang tua pasien mampu melakukan tindakan yang diajarkan perawat
-P: Tidak ada kenaikan suhu yang menandakan terjadinya hipertermi
Pantau keseimbangan intake dan output cairan.
Ajarkan kompres hangat kepada keluarga pasien
Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat antipiretik
Ketidakseimbangan antara input dan output akibat regurgitasi merupakan indikator awal terjadinya hipertermi akibat dehidrasi.
Untuk tindakan mandiri penurunan suhu secara sederhana
Untuk menurunkan panas agar tidak terjadi komplikasi
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan orang tua pasien dapat mengetahui ilmu mengenai regurgitasi dan dapat mengatasi masalahnya
Kriteria hasil :
- Pasien mengetahui penyebab kecemasan
Kaji sejauh mana pengetahuan keluarga tentang regurgitasi.
Berikan pengetahuan pada keluarga tentang regurgitasi dan cara cepat penanganannya.
- Anjurkan pada keluarga untuk melakukan tindakan secepatnya
Merupakan indikator pertama untuk melakukan intervensi.
Mengurangi rasacemas pada keluarga akibat kurangnya pengetahuan.
- Kecemasan pada keluarga berkurang dan
- Orang tua pasien mengetahui cara mengatasi kecemasan
- Orang tua pasien mampu melakukan tindakan untuk menghilangkan kecemasan
- Kecemasan berkurang atau bahkan hilang dan orang tua pasien mengetahui dan memahami cara penyelesaian yang membuat timbulnya kecemasan
apabila regurgitasi masih terjadi lagi. Misalnya dengan perbaikan teknik menyusui, cara minum menggunakan botol, sendawakan bayi setelah minum.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan edukasilain berkaitan dengan regurgitasi
masalah pada anak tertangani
Memaksimalkan penanganan secepatnya pada regurgitasi
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Regurgitasi atau biasa dikenal dengan istilah gumoh adalah proses
dikeluarkannyaisi lambung melalui mulut akibat belum sempurnanya
katub antara lambung danesofagus (kerongkongan).
Regurgitasi sering disebabkan oleh asam yang naik dari lambung (refluk
asam).
Regurgitasi dikoordinasi oleh pusat muntah di formasio reticularis
medullaoblongata.
Asam yang berasal dari lambung menyebabkan regurgitasi dari bahan-
bahan yangterasa asam atau pahit.
4.2. Saran
Regugitasi atau biasa disebut dengan gumoh yang biasa terjadi
pada anak usia kurang dari 1 tahun sering dianggap hal yang biasa oleh
orang tua, namun jika hal ini tidak mendapat tindak lanjut maka nantinya
juga dapat berpengaruh buruk pada bayi.
Apabila regugitasi terus berlanjut pada bayi sebaiknya para orang
tua segera membawa bayi ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.
Top Related