NASIONALISME VIETNAM
PADA MASA PEMERINTAHAN PRANCIS
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliahSejarah Asia Tenggara
Yang dibina oleh Dr. Reza Hudiyanto,M.Hum
Oleh
Dwi Lidiawati (130731615709)Faisal Fahmi Mohammad (130731607282)Nur Anisa Widya I (130731615705)Kevin Yohan (130731607236)
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAHPebruari 2015
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHAN
2.1 Masa Pemerintahan Prancis di Vietnam.....................................................3
2.2 Nasionalisme Vietnam pada masa Pemerintahan Prancis..........................5
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.....................................................................................................11
3.2 Saran...........................................................................................................11
DAFRAR RUJUKAN.....................................................................................12
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangBangsa barat mulai mengarungi samudra sejak adanya perubahan di
Eropa pada abad XV. Kawasan di Asia tenggara mendapat pengaruh dari
perubahan yang terjadi di Eropa tersebut. Bangsa barat mulai berlomba-lomba
datang ke kawasan lain dengan beberapa faktor pendorong. Vietnam sebelum di
bawah kekuasaan Eropa telah mendapat pengaruh dari Cina, Kampuchea. Namun,
ketika Prancis berkuasa, pengaruh tersebut mulai tidak nampak dan perlahan
hilang. Tujuan Prancis menguasai Vietnam adalah untuk menyaingi kekuasaan
Inggris di wilayah Asia. Karena tindakan Inggris sangat mengganggu
pemerintahan Prancis. Tujuan utama tersebut terselip di dalam tujuan agama.
Dapat dikatakan tindakan yang dilakukan mengatasnamakan agama. Perlahan
Prancis dapat menguasai Vietnam. Pemerintahan yang bukan dari penduduk asli
akan menimbulkan sedikit banyak penderitaan dari penduduk asli. Minimal adalah
pengucilan, atau yang paling parah adalah penyiksaan fisik, batin, dan harta
benda.
Setiap penjajahan pasti akan menimbulkan perlawanan, karena semakin
keras sikap penjajahan akan diimbangi dengan perlawanan yang keras pula.
Nasionalisme akan muncul karena merasa senasip dan sepenanggungan. Rakyat
Vietnam merasa menderita dengan kolonialisasi yang dilakukan di tanah airnya.
Nasionalisme Vietnam adalah nasionalisme yang paling kuat jika dibandingkan
dengan daerah-daerah Indochina lain yang mendapati penjajahan pula. Terdapat
faktor ekstern dan intern yang mempengaruhi semangat nasionalisme Vietnam.
Banyak pemakalah lain yang membahas mengenai tema yang sama
seperti: Muhammad Dhifzi dari FKIP Pendidikan Sejarah 2012 dari Universitas
Lambung Mangkurat yang berjudul “Vietnam di bawah Kolonialisme Prancis”
dan dari Ida Nur Azizah dari Universitas Yogyakarta dengan judul “Politik
Kolonial Prancis di Vietnam”. Dari dua pemakalah tersebut minimal dapat
1
2
digunakan sebagai pembanding dari makalah yang di paparkan. Maka dari uraian
di atas pemakalah akan membahas mengenai “Pemerintahan Prancis Di Vietnam
dan nasionalisme Vietnam”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemerintahan Prancis di Vietnam?
2. Bagaimana nasionalisme Vietnam atas pemerintahan yang dilakukan oleh
Prancis?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pemerintahan Prancis di Vietnam
2. Mengetahui nasionalisme Vietnam atas pemerintahan yang dilakukan oleh
Prancis
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Masa Pemerintahan Prancis Di VietnamPada mulanya, menurut Soedharmono bahwasanya Viaetnam adalah
kawasan yang berada di sepanjang daerah pantai timur semenanjung Indocina
yang merupakan sebuah kerajaan dengan ibu kotanya di Hue (Sudharmono,
2012:47). Cina yang pernah menduduki kawasan Vietnam, namun dalam masa
kependudukannya ini Cina tidak begitu terlihat dalam mencampuri urusan
pemerintahan Vietnam. Pada abad XIX kawasan Indocina diambil alih oleh
Prancis. Dan masa sebelum itu kawasan Indocina terbagi menjadi tiga kesatuan
wilayah yang merdeka, dimana dalam politik dan budaya tiga kesatuan wilayah
ini diurus secara terpisah. Adanya pemerintahan Prancis di Vietnam ini muncul
akibat usaha invansi yang dilakukan prancis di Vietnam. Pengaruh Prancis mulai
terlihat pada abad XVIII melalui Pigneu De Behaine. Penjelasannya, bahwa
Uskup Pigneu memberi bantuan militer kepada pangeran Nguyen dan membantu
meraih takhta Vietnam pada 1802. Sebagai ucapan terimakasih Nguyen Anh
memberi perlindungan kepada misi-misi Prancis di Vietnam dan memberi hak-
hak istimewa kepada para pedagang Prancis (Sudharmono, 2012:47). Nampaknya
hak-hak istimewa yang diberikan Nguyen Anh dirasa belum memuaskan
pemerintahan Prancis, dan membawa pada penguasaan secara komplit oleh
Prancis terhadap Vietnam. Pengaruh kependudukan Cina ini berakhir ketika
Prancis telah menyatukan semua Unit yang ada dikawasan Indocina pada tahun
1904. Semua Unit disatukan menjadi daerah kolonial pemerintah Prancis.
Pemerintahan Perancis datang ke Vietnam dimulai pada tahun 1884.
Menurut Ruhanas Harun (1980: 215) ”pemerintahan Perancis ke atas Vietnam
bermula secara resmi dengan perjanjian “Protectorate” tahun 1884 yang
meletakkan Vietnam di bawah naungan Perancis” sehingga bisa diketahui sejak
tahun 1884 Vietnam telah menjadi wilayah kekuasaan Perancis dengan adanya
perjanjian“Protectore”
3
4
Dalam urusan pemerintahan Vietnam, Prancis menatata secara apik
dengan meniru model pola Napoleon. Pemerintahan Prancis menghapus semua
sisa penataan politik yang dilakukan oleh Cina dan pemerintah Pribumi. Menurut
D.G.E Hall bahwa secara teoritis merubah bentuk dari protektorat menjadi apa
yang bagi semua tujuan praktir disebut koloni yang pemerintan langsung” (tahun:
712). Di dalam pemerintahan Prancis jabatan Gubernur jendral memiliki
kekuasaan yang luas dan absolut. Dalam memagang roda pemerintahan seorang
Gubernur jendral sangat leluasa, namun dalam keleluasaannya ini ia diawasi oleh
Direktorat Pengawasan Kementerian Jajahan dan sewaktu-waktu dapat
mengirimkan inspektur-inspektu jajahan untuk menyelidi pemerintahan yang
dikelola oleh Gubernur Jendral. Dalam urusan pemerintahan seorang gubernur
jendral dibantu oleh sebuah Grand Counsil Of Ekonomic and Financial Interest
(dewan Raya Urusan Ekonomi dan Keuangan). Mengenai kedudukan orang-orang
Pribumi hanya menjadi pegawai rendahan yang menduduki jabatan serendah-
rendahnya dalam pemerintahan Prancis, jika dibandingkan pemerintahan Inggris
dan Belanda yang memiliki daerah koloni di Asia Tenggara, Prancislah yang
menempatkan penduduk pribumi menjadi kedudukan paling rendah. Setiap
pengawasan yang dilakukan oleh Prancis bersifat mutlak.
Dalam urusan pendidikan pemerintah Prancis tak tertarik pada
pendidikan pribumi pada mulanya. Kemudian karena urusan Prancis ingin
menyebarkan pengaruh kebudayaannya secara total di daerah jajahannya dan
kurangnya pegawai yang mengerti bahasa Prancis. sehingga, perlahan Prancis
mulai mendirikan sekolah yang tujuan awalnya adalah melatih para juru bahasa.
Sekolah-sekolah bagi rakyat pribumi sama dengan wilayah jajahan lainnya yakni
memiliki standart yang rendah, dan lulusannya tidak dapat menjadi pegawai
tingkat menengah keatas. Lulusan sekolah ini hanya menjadi pegawai rendahan
yang menduduki tempat pemerintahan dalam sistem pemerintahan Prancis.
pendidikan diselimuti oleh pendidikan Prancis secara menyeluruh. namun, dapat
dipastikan bahwa munculnya gerakan nasionalisme Vietnam itu akibat sekolah-
sekolah yang didirikan oleh Prancis. Bibit kaum pergerakan ini adalah kaum yang
memiliki pengetahuan, apalagi pengetahuan mengenai bahasa Prancis. karena
5
merekalah yang mengerti mengenai asosiasi pemerintahan yang dijalankan
Prancis di Vietnam.
Menurut Stanley Karnow (1975: 97)”Perancis mendirikan sekolah-sekolah
di Vietnam” sehingga bisa diketahui selama pendudukannya di Vietnam bangsa
Perancis juga membangun sarana dan prasarana terurtama dengan dibangunnya
sekolah sebagai salah satu buktinya. Selain itu juga munculnya Universitas
pertama di Vietnam, menurut Ruhanas Harun (1980:217)”dalam masa yang sama,
Perancis juga telah menumbuhkan sebuah Univeristas di Hanoi “Universiti
Indochina” dalam tahun 1906” sehingga jelas komitmen Perancis dalam
mengembangkan SDA di negeri Vietnam.
Ketika Vietnam telah dikuasai Prancis, Pemerintahan Perancis
menanamkan perubahan signifikan dalam bidang politik, ekonomi, sosial
kebudayaan pada masyarakat Vietnam. Mereka menerapkan kebijakan politik
asimilasi. Sistem pemerintahan dari kerajaan tradisional ditransformasikan ke
negara Vietnam Modern. Sistem pendidikan modern gaya Barat dikembangkan
dan agama Kristen diperkuat penyebarannya di Vietnam. Pengembangan ekonomi
perkebunan untuk mempromosikan ekspor tembakau, nila (indigo), teh dan kopi.
Tahun 1887 Wilayah Tonkin, Annam, Cochincina, Laos dan Kamboja
dikategorikan sebagai daerah bawahan Prancis dan termasuk dalam kesatuan yang
disebut Indocina.
Posisi orang-orang Cina yang ada di Vietnam pada masa pemerintahan
Prancis tidak ada, mereka hanya menjadi kaum tersingkir yang tidak memiliki
peran atau pengaruh yang besar. Bahkan pada tahun 1915 ujian saingan
tradisional untuk jabatan khusus bagi orang-orang Mandarin Tionghoa
dihapuskan. Dalam urusan kemasyarakatan kaum ini tidak begitu diperhatikan,
begitu pula pada urusan pemerintahan. Padahal pada awal pemerintahan Prancis
masih ada tempat khusus dalam pemerintahan maupun dalam kemasyarakatan
bagi orang-orang Cina.
2.2 Nasionalisme Di Vietnam Atas Pemerintahan Prancis
Kesatuan bangsa Vietnam sudah terbentuk pada masa pendudukan Cina,
Semangat kebangsaan itu tetap membara sampai pada pendudukan Prancis. Politik
6
asimilasi yang diterapkan Prancis berakibat buruk bagi Prancis sendiri. Kebijakan
Prancis yang memperhatikan pendidikan telah menghasilkan orang-orang
terpelajar di Vietnam. Mereka inilah yang nanti akan melakukan perlawanan
dalam bentuk organisasi-organisasi politik. Berbagai gerakan revolusioner terus
bermunculan untuk melawan Prancis mulai dari tahun 1900an, pasca perang dunia
I, dan terus berlanjut sampai perang dunia II.
Selain di Filipina, gerakan nasionalisme terjadi pula di Vietnam. Gerakan
ini diawali dengan peristiwa jatuhnya seluruh Indochina yang meliputi Laos,
Kamboja, dan Vietnam ke tangan Prancis. Sejak Vietnam dikuasai Prancis,
gerakan nasionalisme Vietnam mulai bangkit. Gerakan nasionalisme Vietnam
terjadi melalui tiga periode, yaitu sebagai berikut.
a. Periode 1913-1917 yang secara umum gerakan nasionalisme Vietnam
dikendalikan oleh Kuang Phuc Hoi (Partai Restorasi Vietnam) di bawah
pimpinan Phan Boi dan Phan Trinh. Gerakan tersebut bertujuan untuk
menciptakan negara Vietnam yang modern.
b. Periode tahun 1917-1930 yang ditandai dengan munculnya partai-partai politik,
seperti, Partai Progresif Rakyat Vietnam, Partai Konstitusi, Partai Kebangsaan
Vietnam, Gerakan Cao Dai, dan Partai Komunis Vietnam. Dari partai-partai
tersebut, Partai Komunis Vietnam berhasil memegang dan mengendalikan
gerakan nasionalisme Vietnam.
c. Periode 1930-1954. Pada periode ini gerakan nasionalisme Vietnam terus
dilakukan oleh partai komunis dalam menentang Prancis. Dominasi Partai
Komunis Vietnam semakin besar setelah Partai Nasionalis dihancurkan oleh
Prancis. Di bawah pimpinan Ho Chi Minh, Partai Komunis Vietnam bercita-
cita untuk merebut kemerdekaan Vietnam dari tangan Prancis. Pola perjuangan
partai ini ternyata sangat menarik perhatian dan minat rakyat Vietnam. Karena
gerakan yang digunakan Partai Komunis Vietnam ini bersifat radikal, maka
Prancis segera menghancurkan perjuangan partai tersebut. Ho Chi Minh
sebagai pemimpin Partai Komunis Vietnam berhasil melarikan diri ke
Hongkong, kemudian pergi ke Rusia, Cina, dan akhirnya kembali ke Vietnam
pada tahun 1942. Selanjutnya setelah Jepang mengalami kekalahan dalam
7
Perang Dunia II, gerakan nasionalis Vietnam kembali berada di bawah kendali
Ho Chi Minh. Dengan kekalahan Jepang tersebut, Ho Chi Minh segera
memanfaatkan kesempatan dengan memproklamasikan kemerdekaan Vietnam
pada tanggal 2 September 1945. Sementara itu, untuk menghadapi gerakan
Partai Komunis Vietnam, pada tanggal 1 Juni 1949 Prancis (Vichy) segera
membentuk Negara boneka. Pembentukan negara boneka ini bertujuan untuk
mempertahankan kolonialismenya. Ternyata pembentukan negara boneka
tersebut menjadi pemicu terjadinya perang Vietnam (Vietnam Utara dan
Vietnam Selatan). Dalam perang tersebut, Vietnam Selatan dibantu dan
dikendalikan oleh kekuatan Prancis. Perang tersebut diakhiri dengan
perundingan Jenewa. Amerika khawatir dengan kemenangan komunis di
Vietnam dapat menyuburkan komunis di Asia Tenggara, akhirnya Amerika ikut
campur di Vietnam. Terjadilah reaksi keras dari Vietnam, sehingga pecahlah
Perang Vietnam I (1954-1964) dan Perang Vietnam II (1964-1975).
Gerakan nasionalisme di Vietnam sangat menggema, jika dibandingkan
dengan kawasan di sekitarnya. Menurut D.G.E Hall bahwa :
gerakan nasional di Indo- Cina hampir seluruhnya terbatas pada orang-orang Vietnam. Mereka terbanyak dari seluruh rakyat di Negeri itu, dan tahun 1945 merupakan 75 % dari seluruh penduduk yang di perkirakan berjumlah 25 juta. Mereka memiliki tradisi nasionalisme yang bermula dari perjuangan kemerdekaannya yang panjang melawan Cina, meskipun kebudayaannya tetap berkarakter predominan Cina. (tahun:716).
Prancis menegakkan dirinya di kedua Cochin dan Tongking dengan
Penakhlukan. Dalam usaha mengusir bangsa asing yang amat dibenci oleh
Vietnam membutuhkan waktu yang panjang, tidak dapat dielakkan bahwa banyak
kaum nasionalis Vietnam diperintah untuk menyerah oleh Prancis, namun
Nasionalisme Vietnam tidak padam dan masih menyimpan harapan yang besar
bahwa rakyat Vietnam dapat mengusir Prancis dari tanah airnya.
Gerakan pemberontakan oleh kaum Vietnam mendapat perlakuan kejam
dan penindasan yang keji, namun pemberontakan selalu ada di kalangan rakyat
Vietnam. Dan pada abad XX ditandai sebagai gerakan nasionalisme fase pertama.
Dalam masa perang Dunia orang Vietnam diberi janji-janji manis oleh
8
pemerintahan Prancis, sehingga akhirnya sebanyak 100.000 orang sebagai calon
tentara dan dipaksa untuk dikirim perang ke Eropa. Hikmah dari ikut perang
tersebut, membuat orang-orang Vietnam sebagai tentara tersebut bertemu dengan
orang-orang Muangtai dan kaum Cina Revolusioner. Akibatnya, setelah mereka
kembali ke Vietnam banyak mendirikan partai-partai politik. Kaum ini ingin
memproklamirkan kemerdekaannya sendiri setelah kemenangan sekutu. Menurut
Ruhanas Harun (1980:217):
sebagai langkah memperbaiki keadaan ini (pemberontakan-pemberontakan), kerajaan Paris telah melantik seorang governor-general baru bagi Indochina, ialah Albert sarraut (radical-sosialist) dalam tahun 1911” sehingga disini bangsa Perancis memberikan perhatian terhadapa pemberontakan-pemberontakan yang muncul dengan penunjukkan Gubenur Jendral agar dapat memadamkan pemberontakan tersebut.
Mengenai inspirasi nasionalis Vietnam ada yang berasal dari gerakan
Swaraj India. Dan ada yang mendapat pelajaran dari komunis Canton. Menurut
D.G.E Hall bahwa :
“ada partai konstitusional yang dipimpin oleh Bui Quang-Chieu, yang menyokong pembaharuan mengikuti garis demokrasi, dan partai Tongking yang dipimpin oleh Pham Quynh, dengan program yang sama. Pemerintah menolak suatu program lunak yang diajukan oleh Pham Quynh. Kemudian giliran kaum extrimis mencuri publisitas dari kaum moderat (1988: 717).
Tahun 1925 partai revolusi pemuda annam terbentuk. Partai-partai
mendapat penindasan yang kejam. Partai Nasional annam terbentuk karena
memiliki hubungan dengan Kuomintang. Anggotanya banyak dari pegawai
negeri. (anggota terbatas, membutuhkan bantuan asing) juga memiliki harapan
dapat memenangkan dengan adanya batalyon orang-orang Vietnam dalam
angkatan Perang. 1929 gagal membunuh gubernur Pasquer. Pemberontakan
Yenbay juga gagal pada tahun 1930. (penindasan semakin kejam, secara
kekerasan, pemimpin ditangkap dan partai2 dibubarkan)
Kaum komunis bergerak dibawah tanah. Dipimpin oleh Nguyen-Ai-Guoc
atau Ho Chi Minh, ia mempelajari teknik revolusioner. Tujuannya adalah suatu
negara nasional yang memenangkan kemerdekaan Vietnam. Dapat dicapai melalui
pemerintah borjuis yang demokratis. Komunisme dikenalkan pada babak akhir.
9
Kepemimpinannya berhasil. Tahun 1939 menjadi Viet Minh atau liga untuk
kemerdekaan Vietnam.
Menurut Ruhanas Harun (1980:216)”pemimpin-pemimpin mereka
seperti Phan Boi Chau dan Phan Trinh mendapat latihan-latihan dan inspirasi
dalam perjuangan politik mereka dari negeri China yang kebetulan pada masa itu
sedang mengahadapi krisis inteletual yang penting. Kebangkitan negara China di
abad XX memberi kesan penting ke atas nasionalisme Vietnam”, sehingga
perjuangan nasionalisme Vietnam terilhami dari perjuangan nasionalisme dari
China sejak awal abad XX.
Selain itu menurut Ruhanus Harun (1980:216)”kemenangan Jepang
dalam perang dengan Russia dalam tahun 1905 juga banyak mempegaruhi
nasionalis-nasionalis Vietnam. selepas kemenangan ini, Phan Boi Chau telah
kembali secara sulit ke Vietnam bagi mengumpulkan tenaga bagi menentang
Perancis” sehingga selain dari faktor gerakan-gerakan Nasionalis China, Vietnam
juga terinspirasi dari kemengan Jepang atas Rusia apada tahun 1905.
Selama Perang Dunia satu perkembangan gerakan nasionalis Vietnam
tidak begitu terlihat namun tahun-tahun setelah Perang Dunia menunjukkan
perkembangan baru dalam gerkana nasionalis Vietnam. menurut Ruhanus Harun
(:218-219)”selepas Perang Dunia pertama penentang-penentang terhadap
penjajahan Perancis muncul dalam bentuk aktiviti-aktiviti politik berpersatuan dan
partai-partai politik yang telah mengambil alih peranan yang sebelum tahun 1914
dimainkan oleh kongsi-kongsi gelap”
Nasionalisme di Asia tenggara merupakan faham yang mencerminkan
kebangunan bangsa-bangsa Asia tenggara sebagai reaksi terhadap imperialisme
barat. Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa gerakan nasionalisme di Asia
Tenggara sangat dipengaruhi oleh kondisi tiap Negara karena akar budaya dan
proses yang berbeda, sehingga gerakan tersebut mempunyai keunikan masing-
masing.
Menurut (Harun, tanpa tahun. : 6) “Pada akhir abad XIX seluruh Indo
Cina (Laos, Vietnamdan Kmboja) jatuh ketangan Perancis. Pada setiap bagian
Indo Cina, Prancis menjalankan pemerintahnnya sendiri-sendiri, sejak Vietnam
10
dikuasai perancis gerakan nasionalisme Vietnam mulai bangkit.Gerakan
nasionalisme Vietnam terdiri atas 3 periode:
a. periode 1913-1917
b. periode 1917-1930
c. periode 1930
Pada tahun 1939 pecah PD II, ternyata Jerman menang dan dapat
mengalahkan Negara-negara Belanda, Prancis dan Belgia. Prancis jatuh tahun
1941 dan prancis membentuk Negara boneka yang disebut Vichy (pemerintahan
yang tidak mempunyai kedaulatan) di Vietnam. Vietnam secara strategi berada
dibawah pemerintahan Vichy, maka dengan demikian Vietnam secara tidak
langsung berada di bawah kekuasaan Jerman yang memenangkan perang karena
Prancis berada dibawah kekuasaaanya. Sehingga dengan meilhat demikian Jepang
mempertimbangkan untuk menguasai Vietnam lebih lanjut jepang memberikan
ultimatum kepada penguasa Prancis di Vietnam (Decoux)yang isinya: supaya
Prancis memberikan keleluasaan untuk menggunakan Tongking sebagai
pangkalannya. Bahkan Jepang menuntut supaya lapangan-lapangan terbang di
Tonkin dipergunakan Jepang.
Karena Decoux mengulur-ulur permintaan jepang maka Jepang marah dan
pelabuhan Haiping di bom. Perancis sadar bahwa Jepang tidak mudah untuk
dilawan maka Tonkin diserahkan perancis, bahkan tentar Jepang Sekitar 6.000
berkeliaran, sebagaimana imbalannya jepang mengakui kedaulatan Indo Cina bagi
Prancis yang sementara Indo Cina lepas dari penjajahan Jepang. Hal ini terjadi
terjadi tanggal 22 September 1940, Perancis tidak melakukan perlawana terhadap
Jepang Karena:
a. Tidak mempunyai kekuatan
b. Tidak mendapat bantuan dari Amerika
c. Kalaupun terjadi perang yang akan rusak adalah Prancis.
d. Diakui kedaulatan dari Jepang datas Indo Cina Rakyatnya dapat diselamatkan
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Masa pemerintahan Prancis di Vietnam mulai ada ketika abad XVIII melalui
Pigneu De Behaine. Prancis mulai menyatukan semua Unit kekuasaan di
Indochina. Menghilangkan semua pengaruh yang sebelumnya ada di Vietnam
yakni Cina dan Kambuchea. Memberikan perhatian terhadap pendidikan di
Vietnam, meskipun bukan demi urusan intelektual orang Vietnam tetapi demi
urusan pribadi Prancis.
2. Nasionalisme Vietnam muncul antara lain : Kuang Phuc Hoi (Partai Restorasi
Vietnam) di bawah pimpinan Phan Boi dan Phan Trinh, Partai Progresif Rakyat
Vietnam, Partai Konstitusi, Partai Kebangsaan Vietnam, Gerakan Cao Dai, dan
Partai Komunis Vietnam. Gerakan nasionalisme semakin bertambah walaupun
mendapat kekejaman dari pemerintahan Prancis. Nasionalisme tersebut muncul
akibat ada faktor ekstern dan intern. Faktorn intern yakni merasa senasip dan
sepenanggungan. Sedangkan faktor ekstern adalah karena adanya kaum Cina
Revolusioner, kemenangan Jepang atas Rusia, dan muncul banyak kaum
intelektual dari orang Vietnam sendiri.
3.2 Saran
Demikianlah hasil makalah yang kami paparkan, pemakalah
menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat banyak kekurangan.
Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan dan semoga hasil
makalah yang telah kami kerjakan bermafaat bagi pembaca.
11
Daftar Rujukan
Coedes, G. 2010. Asia Tenggara Masa Hindu Buddha (Terjemahan). Jakarta-Prancis: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Hall, D.G.E., 1988. Sejarah asia Tenggara. Surabaya : Usaha Nasional.
Harun. R. 1980. Nasionalisme Vietnam, 1900-1945. Jebat: MalaysianJournal of History, Politics and strategic Studies.
Karnow. S. 1975. Vietnam. New York: The Viking Press
Steigberg, J, D, Wyatt, K,D, Smaill, R,J, Woodside, A, Roff, R,W, Chandler, P, D. 1971. In Search Of South-East Asia A Modern History. Kuala Lumpur Singapore: Oxford University Press
Sudharmono. 2012. Sejarah Asia Tenggara Modern Dari Penjajahan ke Kemerdekaan. Yogyakarta: Ombak.
12