BAKTERI PADA TANAMAN
Nata De Casava
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar
Mikrobiologi
Oleh :
Bangun Ambar Ekowati (1006572)
Firman Rian Triyanto (1000205)
Rere Garet (1000732)
Tedy Tarudin (1000684)
JURUSAN PENDIDIKAN teknologi agroindustri
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
segala rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Dan tak lupa shalawat serta salam kita tunjukan kepada nabi kita
Muhammad SAW berserta keluarga sahabat dan para pengikutnya sampai akhir
zaman.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ai Nurhayati, M.SI.
sebagai dosen mata kuliah “Mikrobiologi” yang telah membimbing dan
membantu dalam menyelesaikan tugas ini, serta kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan masukan serta memberikan dukungan kepada kami.
Penyusunan makalah dengan judul “Bakteri ” ini dimaksudkan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penyusun menyadari masih banyak
kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini.
Penyusun juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi institusi
pendidikan maupun pihak lainnya, khususnya bagi penyusun.
Bandung, Oktober 2010
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
1.1 Latar belakang ..........................................................................................
1.2 rumusan masalah .....................................................................................
1.3 Tujuan ......................................................................................................
1.4 Sistematika Penulisan ...............................................................................
BAB II ISI .....................................................................................................................
2.1 Bakteri ......................................................................................................
2.2 Peranan Bakteri dalam Kehidupan Sehari-Hari di Bidan Agroindustri .....
2.3 Fermentasi ................................................................................................
2.4 Nata de Cassava .........................................................................................
2.5 Singkong ...................................................................................................
2.6 Cara Pengolahan Nata de Cassava ............................................................
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Nata de Cassava ............................................
BAB III PENUTUP .........................................................................................................
3.1 Penutup .....................................................................................................
3.2 Kesimpulan ...............................................................................................
3.3 Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir 4 abad yang lalu Antony van Leeuwenhoek menemukan adanya
mikroorganisme. Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya,
kerusakkan dan adapula yang menguntungkan. Mikroorganisme terdiri dari
bakteri, virus, fungi, alga, dan protozoa.
Salah satu mikroorganisme yang akan kita angkat yaitu bakteri. Bakteri
adalah mikroorganisme bersel tunggal, yang tidak terlihat oleh mata, tetapi
dengan bantuan mikroskop. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya
dengan mahluk hidup yang lain.
Tanpa kita sadari, dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi
dengan bakteri. Baik itu bakteri yang menguntungkan maupun yang
merugikan. Bakteri yang menguntungkan, salah satu caranya yaitu dengan
cara fermentasi. Fermentasi adalah bentuk pengawetan makanan secara
modern. Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab
fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Sebagai contoh makanan hasil
fermentasi adalah nata de coco dari kelapa, nata de cassava dari tapioka, nata
de pina dari nanas, dan lain-lainnya.
Salah satu kreasi dari hasil olahan nata/ produk nata yang merupakan
makanan hasil fermentasi adalah nata de cassava. Nata de cassava adalah nata
yang dihasilkan dari limbah padat singkong/ ketela pohon/ ubi kayu. Selama
ini orang hanya memanfaatkan daging singkong sebagai bahan pangan, namun
limbahnya tidak diolah kembali. Bagi kebanyakan orang limbah tapioka
hanyalah sampah dan polutan yang mencemari lingkungan. Limbah tapioka
oleh para petani hanya digunakan sebagai pakan ternak atau dibuang begitu
saja ke sungai atau parit-parit. Hal tersebut dapat membahayakan lingkungan
karena dapat merubah kandungan oksigen di air menjadi berkurang.
Dengan inovasi teknologi yang diterapkan, limbah tapioka ini dapat diolah
lebih lanjut dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan produk nata yang
berbahan dasar ampas singkong. Dimana Indonesia merupakan penghasil
singkong terbesar ketiga di dunia (13.300.000 ton/tahun). Sehingga untuk
ketersediaan bahan baku, nata dari ampas singkong ini tidak akan menjadi
masalah. Seperti nata de coco, yang selama ini telah beredar di pasaran dan
banyak digemari masyarakat, diharapkan produk nata dari ampas singkong ini
dapat menjadi sumber alternative bahan pangan untuk masyarakat dengan
penciptaan nilai tambah pada limbah tapioca yang sangat berlimpah daripada
hanya dibuang begitu saja ke lingkungan atau hanya digunakan sebagai pakan
ternak saja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah:
a. Bagaimanakah cara memanfaatkan bakteri pada tumbuhan?
b. Dapatkah limbah tapioka dijadikan alternatif lain dalam pembuatan nata?
c. Bagaimanakah proses pembuatan nata dari limbah tapioka ?
1.3 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :
a. Memanfaatkan limbah tapioka menjadi nata.
b. Untuk mengetahui dapatkah limbah tapioka dijadikan sebagai alternatif
lain dalam pembuatan nata.
c. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan nata menggunakan
limbah tapioka.
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini kami membagi sistematika penulisannya
dalam 3 (tiga) BAB yaitu sebagai berikut:
BAB I yaitu mengenai Pendahuluan yang mencakup Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan, dan bagian terakhir dari bab ini adalah Sistematika
Penulisan.
BAB II yaitu Isi yang mencakup beberapa subjudul yaitu Bakteri, Peranan
Bakteri dalam Kehidupan Sehari-hari, Fermentasi, Nata de Cassava,
Singkong, dan Cara Pengolahan Nata de Cassava serta Kelebihan dan
Kekurangan Nata De Cassava.
BAB III yaitu mengenai Penutupan yang mencakup Kesimpulan dari makalah
yang telah dibuat dan Saran.
BAB II
ISI
2.1 Bakteri
Bakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok
terbanyak dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan
kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif
sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti
mitokondria dan kloroplas.
Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka
tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari
organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka
kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau
0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding
sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda
(peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakan flagela, yang berbeda
dalam strukturnya dari flagela kelompok lain.
a) Sejarah
Bakteri pertama ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674
dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri. Istilah bacterium
diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari
kata Yunani βακτηριον yang memiliki arti "small stick".
b) Struktur sel
Seperti prokariota (organisme yang tidak memiliki selaput inti) pada
umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Struktur
bakteri yang paling penting adalah dinding sel. Bakteri dapat digolongkan
menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram negatif didasarkan pada
perbedaan struktur dinging sel. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel
yang terdiri atas lapisan peptidoglikan yang tebal dan asam teichoic.
Sementara bakteri Gram negatif memiliki lapisan luar, lipopolisakarida -
terdiri atas membran dan lapisan peptidoglikan yang tipis terletak pada
periplasma (di antara lapisan luar dan membran sitoplasmik). Lihatlah pada
lamiran gambar, Gambar-1 Struktur sel prokariota.
Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela dan
fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa
bakteri juga memiliki kapsul atau lapisan lendir yang membantu pelekatan
bakteri pada suatu permukaan dan biofilm formation. Bakteri juga memiliki
kromosom, ribosom dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan,
vakuola gas dan magnetosom.
Beberapa bakteri mampu membentuk endospora yang membuat mereka
mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim.
c) Morfologi/bentuk bakteri
Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar,
yaitu:
Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan
mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
o Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
o Diplococcus, jka bergandanya dua-dua
o Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
o Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
o Staphylococcus, jika bergerombol
o Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder,
dan mempunyai variasi sebagai berikut:
o Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
o Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai
variasi sebagai berikut:
o Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran
o Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan,
medium dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran
bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih
muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua. Lihatlah pada
lampiran gambar, Gambar —2 Berbagai bentuk tubuh bakteri.
d) Alat gerak bakteri
Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Hampir semua
bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang
ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki
flagel. Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 – 0,1 mikro, dan
panjangnya melebihi panjang sel bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah
flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
Atrik, tidak mempunyai flagel.
Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.
Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.
Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.
Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
Lihatlah pada lampiran gambar, Gambar – 3 alat gerak bakteri: A-Monotrik;
B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik;
e) Pengaruh lingkungan terhadap bakteri
Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan
reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya.
Suhu
Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan:
Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C,
dengan suhu optimum 15 °C.
Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C,
dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara
40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
Pada tahun 1967 di Yellow Stone Park ditemukan bakteri yang hidup dalam
sumber air panas bersuhu 93° – 500 °C.
Kelembapan
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-
kira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan
metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan.
Cahaya
Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya
cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet
dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat
menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya
terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan
bahan makanan.
Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi,
kekeringan atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang
aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang anaerob dapat
mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel yang
disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang
sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap
keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri
aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat tumbuh
menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel bakteri
atau pada salah satu ujungnya.
2.2 Peranan Bakteri dalam Kehidupan Sehari-hari di Bidang Agroindustri
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari, kita sering kali berinteraksi
dengan bakteri. Baik itu bakteri yang menguntungkan maupun bakteri yang
merugikan. Dalam bidang agroindustri juga kita menemukan bakteri yang
dapat menguntungkan dalam pengolahan pangan dan bakteri yang merugikan.
A. Bakteri yang Menguntungkan dalam Bidang Agroindustri
1. Bakteri pengurai
Bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, serta sisa-
sisa atau kotoran organisme. Bakteri tersebut menguraikan protein,
karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan
senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana. Oleh karena itu keberadaan
bakteri ini sangat berperan dalam mineralisasi di alam dan dengan cara ini
bakteri membersihkan dunia dari sampah-sampah organik.
2. Bakteri nitrifikasi
Bakteri nitrifikasi adalah bakteri-bakteri tertentu yang mampu menyusun
senyawa nitrat dari amoniak yang berlangsung secara aerob di dalam tanah.
Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu:
Oksidasi amoniak menjadi nitrit oleh bakteri nitrit. Proses ini dinamakan
nitritasi.
Reaksi nitritasi
Oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrat. Prosesnya
dinamakan nitratasi.
Reaksi nitratasi
Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena
menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat. Tetapi
sebaliknya di dalam air yang disediakan untuk sumber air minum, nitrat yang
berlebihan tidak baik karena akan menyebabkan pertumbuhan ganggang di
permukaan air menjadi berlimpah.
3. Bakteri fiksasi nitrogen
Bakteri nitrogen adalah bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas dari
udara dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang dapat diserap oleh
tumbuhan. Karena kemampuannya mengikat nitrogen di udara, bakteri-bakteri
tersebut berpengaruh terhadap nilai ekonomi tanah pertanian. Kelompok
bakteri ini ada yang hidup bebas maupun simbiosis. Bakteri nitrogen yang
hidup bebas yaitu Azotobacter chroococcum,
Clostridium pasteurianum, dan Rhodospirillum rubrum. Bakteri nitrogen
yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium
leguminosarum, yang hidup dalam akar membentuk nodul atau bintil-bintil
akar. Tumbuhan yang bersimbiosis dengan Rhizobium banyak digunakan
sebagai pupuk hijau seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera. Akar
tanaman polong-polongan tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain
bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri
dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen sama
sekali atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar
melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong
hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah
kesuburan tanah.
4. Bakteri pembusuk di usus
Bakteri Entamoeba coli hidup di kolon (usus besar) manusia, berfungsi
membantu membusukkan sisa pencernaan juga menghasilkan vitamin B12,
dan vitamin K yang penting dalam proses pembekuan darah. Dalam organ
pencernaan berbagai hewan ternak dan kuda, bakteri anaerobik membantu
mencernakan selusosa rumput menjadi zat yang lebih sederhana sehingga
dapat diserap oleh dinding usus.
5. Bakteri fermentasi
Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:
No.Nama produk atau
makananBahan baku Bakteri yang berperan
1. Yoghurt susuLactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus
2. Mentega susu Streptococcus lactis
3. Terasi ikan Lactobacillus sp.
4. Asinan buah-buahan buah-buahan Lactobacillus sp.
5. Sosis daging Pediococcus cerevisiae
6. Kefir susuLactobacillus bulgaricus dan
Srteptococcus lactis
7. Nata de cassava Tapioka Acetobacter xylinum
6. Bakteri penghasil antibiotik
Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan
mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain. Beberapa
bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:
Bacillus brevis , menghasilkan terotrisin
Bacillus subtilis , menghasilkan basitrasin
Bacillus polymyxa , menghasilkan polimixin
7. Bakteri di bidang bioteknologi
Pembusukan (penguraian sisa-sisa mahluk hidup contohnya Escherichia
colie).
Pembuatan makanan dan minuman hasil fermentasi contohnya
Acetobacter pada pembuatan asam cuka, Lactobacillus bulgaricus pada
pembuatan yoghurt, Acetobacter xylinum pada pembuatan nata de coco dan
Lactobacillus casei pada pembuatan keju yoghurt.
Berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat nitrogen yaitu
Rhizobium leguminosarum yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman
kacang-kacangan dan Azotobacter chlorococcum.
Penyubur tanah contohnya Nitrosococcus dan Nitrosomonas yang
berperan dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan
tanaman.
Penghasil antibiotik contohnya adalah Bacillus polymyxa (penghasil
antibiotik polimiksin B untuk pengobatan infeksi bakteri gram negatif,
Bacillus subtilis penghasil antibioti untuk pengobatan infeksi bakteri gram
positif,Streptomyces griseus penghasil antibiotik streptomisin untuk
pengobatan bakteri gram negatif termasuk bakteri penyebab TBC dan
Streptomyces rimosus penghasil antibiotik terasiklin untuk berbagai bakteri.
Pembuatan zat kimia misalnya aseton dan butanol oleh Clostridium
acetobutylicum
Berperan dalam proses pembusukan sampah dan kotoran hewan sehinggga
menghasilkan energi alternatif metana berupa biogas. Contohnya
methanobacterium
Penelitian rekayasa genetika dalam berbagai bidang.sebagai contoh dalam
bidang kedokteran dihasilkan obat-obatan dan produk kimia bermanfaat yang
disintesis oleh bakteri, misalnya enzim, vitamin dan hormon.
8. Bakteri endofit
Bakteri endofit merupakan sumber keanekaragaman genetik yang kaya
dan dapat diandalkan, dengan sumber berbagai jenis baru yang belum
dideskripsikan (Prasetyoputri & Ines, 2006). Bakteri endofit pertama kali
dilaporkan oleh Darnel et al pada tahun 1904. Sejak itu, definisi mikroba
endofit telah disepakati sebagai mikroba yang hidup di dalam jaringan internal
tumbuhan hidup tanpa menyebabkan efek negatif langsung yang nyata. Sifat
mikroba endofit yang tidak berdampak negatif pada jaringan tumbuhan
menunjukkan kemungkinan adanya hubungan simbiosis mutualisme antara
mikroba endofit dan inangnya (Stone et al, dalam Strobel & Daisy, 2003).
Mikroorganisme disebut sebagai endofit jika berada dalam tubuh
tumbuhan setidaknya satu bagian dari siklus hidupnya, sehingga
mikroorganisme ini tidak hanya numpang lewat atau menyebabkan penyakit
(patogen). Mikroba endofit yang umum ditemukan adalah berupa bakteri dan
jamur namun jamur lebih sering diisolasikan. Beberapa pihak bahkan
berspekulasi bahwa masih dimungkinkan adanya beberapa jenis bakteri
endofit lain, seperti ricketsia, dan archaebacteria. Karena tumbuh dalam
jaringan tanaman, dimana tanaman yang satu tentunya berbeda dengan
tanaman lainnya, maka tempat hidup bakteri sangat unik sifatnya. Bahkan,
fisiologi tumbuhan tinggi termasuk yang berasal dari spesies yang sama akan
beda di lingkungan yang berbeda. Karena itu keanekaragaman bakteri endofit
sangatlah tinggi. Berdasarkan pertimbangan tersebut endofit dapat menjadi
sumber berbagai metabolit sekunder baru yang berpotensi untuk
dikembangkan dalam bidang medis, pertanian, dan industri (Prasetyoputri &
Ines, 2006).
Tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa bakteri endofit yang
mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga
sebagai akibat koevolusi atau transfer genetik (genetic recombination) dari
tanaman inangnya ke dalam bakteri endofit sepanjang waktu evolusinya (Tan
& Zhou, 2001 dalam Radji, 2005). Sejumlah mikroba endofit yang telah
berhasil diisolasi dari bagian dalam beberapa tanaman pangan, yaitu pada
tanaman padi, jagung, sorgum dan tebu (James dan Olivares, 1996). Ada
beberapa bakteri penghasil hormon IAA yang terdapat pada tanaman tertentu
dan menghasilkan fitohormon yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman
tersebut (Hoflich, 1995 dalam Aryantha, 2005). Tumbuhan yang telah diteliti
bakteri endofitnya masih sedikit. Oleh karena itu, masih ada banyak
kesempatan untuk menemukan berbagai jenis, taksa endofit baru
(Prasetyoputri & Ines, 2006).
Bakteri endofit dapat menghasilkan senyawa-senyawa bioaktif yang
langka dan penting bagi tumbuhan inangnya, maka kebutuhan untuk
menumbuhkan tumbuhan yang masa hidupnya panjang dan mungkin termasuk
langka akan berkurang dan keanekaragaman hayati dunia juga terlindungi.
Bakteri digunakan sebagai sumber suatu produk hayati akan memudahkan
proses dan mengurangi biaya produksi, sehingga pada akhirnya menghasilkan
produk dengan harga lebih murah (Tan & Zhou, 2001 dalam Radji, 2005).
Kemampuan mikroba endofit memproduksi senyawa metabolit sekunder
sesuai dengan tanaman inangnya merupakan peluang yang sangat besar dan
dapat diandalkan untuk memproduksi metabolit sekunder (Radji, 2005).
Banyak penelitian yang mempelajari tentang kemampuan mikroba endofit
berada di dalam tumbuhan dan hubungannya dengan inang. Endofit ini di
dalam tanaman berada di ruang antarsel. Endofit awalnya, ada di luar tubuh
tanaman yang kemudian masuk jika terjadi luka pada tanaman. Jika sudah
berada dalam tanaman, endofit akan menetap. Endofit berkembang biak di
dalam tanaman tanpa menyebabkan penyakit bagi tanaman inangnya. Belum
ada penelitian khusus tentang cara metabolisme bakteri endofit dan
kemampuan bakteri endofit menetap selamanya di tanaman. Masih belum ada
penelitian yang membuktikan apakah endofit memiliki spesifikasi tertentu,
misalnya apakah satu endofit selalu muncul pada jenis tumbuhan yang sama di
tempat yang berbeda. Banyak faktor luar seperti curah hujan dan polusi yang
mempengaruhi populasi endofit dalam tanaman (Prasetyoputri & Ines, 2006).
9. Bakteri penghasil auksin
Kelompok bakteri yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman secara
langsung adalah kelompok penghasil zat pengatur tumbuh. Kelompok ini
berperan penting pada pertanian di wilayah tropis. Azospirillum mempunyai
kemampuan menambat nitrogen baik sebagai mikroorganisme yang hidup
bebas atau berasosiasi dengan perakaran tanaman pangan seperti padi dan
jagung (Dobereiner & Day, 1976). Beberapa strain bakteri dari genus
Azospirillum memiliki kemampuan phytostimulatori (merangsang
pertumbuhan tanaman). Hal ini disebabkan karena bakteri tersebut mampu
memproduksi fitohormon, yaitu IAA (Lestari et al., 2007).
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa respon tanaman yang
disebabkan oleh adanya faktor lain selain fiksasi N2 diantaranya adalah
pengaruh hormon yang mampu mengubah metabolisme dan pertumbuhan
tanaman (Lestari et al, 2007). Strain-strain Azospirillum yang mampu
memproduksi IAA tinggi dalam kulturnya sangat mempengaruhi morfologi
tanaman, meningkatkan pertumbuhan akar tanaman dan dapat memodifikasi
proses pertumbuhan inang (Jain & Patriquin 1985 dalam Lestari et al., 2007).
Azospirillum ini dapat tumbuh pada media yang memiliki komposisi seperti
triptofan (Akbari et al., 2007).
Azospirillum mampu meningkatkan hasil panen tanaman pada berbagai
jenis tanah dan iklim dan menurunkan kebutuhan pupuk nitrogen sampai 35%.
Inokulasi Azospirillum lipoferum pada tanaman jagung menyebabkan
peningkatan hasil panen sekitar 10%. Di samping itu, Azospirillum dapat
meningkatkan jumlah serabut akar padi, tinggi tanaman, dan menambah
konsentrasi fitohormon asam indol asetat (AIA) dan asam indol butirat (AIB)
bebas di daerah perakaran. Azospirillum Brasilense memberi pengaruh
terhadap perkembangan akar gandum (Bottini et al, 1989; Okon et al, 1988;
Barbieri et al, 1986; Barbieri & Galli, 1993 dalam Lestari et al, 2007).
Azospirillum yang menghasilkan IAA mampu mempercepat pertumbuhan
tanaman, perkembangan akar lateral, merangsang kerapatan dan panjang
rambut akar, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan serapan hara pada
tanaman padi sehingga meningkatkan tinggi tanaman padi dan menjadikan
bakteri ini berfungsi sebagai pupuk bakteri (Lestari et al, 2007).
Beberapa mikroorganisme tanah yang menghasilkan IAA seperti
Azospirillum sp., Enterobacter sp., Azotobacter sp., Klebsiella sp., Alcaligenes
faecalis, Azoarcus sp., Serratia sp., Cyanobacteria dan bakteri sulfur dapat
mendorong pertumbuhan tanaman (Rubio et al, 2000). Azotobacter
chroococcum, A. vinelandii dan A. paspali mampu menghasilkan auksin
(Azcon & Barea, 1975). Efek Azotobacter dalam meningkatkan biomassa akar
disebabkan oleh penghasilan asam indol asetat di daerah perakaran. Hal ini
didukung bukti bahwa eksudat akar mengandung triptofan atau senyawa
serupa yang dapat digunakan oleh mikroorganisme tanah untuk memproduksi
asam indol asetat (Dewan & Subba Rao, 1979). Bakteri tersebut dapat
diisolasi dari akar padi. Identifikasi dengan menggunakan metode kalorimeter,
densitomery dan bioassays dapat mengidentifikasi bakteri penghasil hormon
IAA (Rubio et al, 2000). Bakteri endofit penghasil IAA yang berhasil diisolasi
dari akar tanaman adalah Agrobacterium tumafaciens dan Azotobacter
vinelandii (Khan & Sharon, 2008).
B. Bakteri yang Merugikan dalam kehidupan Sehari-hari di Bidang
Agroindustri
1. Bakteri perusak makanan
Beberapa spesies pengurai tumbuh di dalam makanan. Mereka mengubah
makanan dan mengeluarkan hasil metabolisme yang berupa toksin (racun).
Racun tersebut berbahaya bagi kesehatan manusia. Contohnya:
Clostridium botulinum , menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat
pada makanan kalengan
Pseudomonas cocovenenans , menghasilkan asam bongkrek, terdapat pada
tempe bongkrek
Leuconostoc mesenteroides , penyebab pelendiran makanan
2. Bakteri denitrifikasi
Jika oksigen dalam tanah kurang maka akan berlangsung denitrifikasi,
yaitu nitrat direduksi sehingga terbentuk nitrit dan akhirnya menjadi amoniak
yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Contoh bakteri yang
menyebabkan denitrifikasi adalah Micrococcus denitrificans dan
Pseudomonas denitrificans.
3. Bakteri patogen
Merupakan kelompok bakteri parasit yang menimbulkan penyakit pada
manusia, hewan dan tumbuhan.
Bakteri penyebab penyakit pada manusia:
No
.Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan
1. Salmonella typhosa Tifus
2. Shigella dysenteriae Disentri basiler
3. Vibrio comma Kolera
4. Haemophilus influenza Influensa
5. Diplococcus pneumoniae Pneumonia (radang paru-paru)
6. Mycobacterium tuberculosis TBC paru-paru
7. Clostridium tetani Tetanus
8. Neiseria meningitis Meningitis (radang selaput otak)
9. Neiseria gonorrhoeae Gonorrhaeae (kencing nanah)
10. Treponema pallidum Sifilis atau Lues atau raja singa
11. Mycobacterium leprae Lepra (kusta)
12. Treponema pertenue Puru atau patek
Bakteri penyebab penyakit pada hewan:
No
.Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan
1. Brucella abortus Brucellosis pada sapi
2. Streptococcus agalactia Mastitis pada sapi (radang payudara)
3. Bacillus anthracis Antraks
4. Actinomyces bovis Bengkak rahang pada sapi
5. Cytophaga columnaris Penyakit pada ikan
Bakteri penyebab penyakit pada tumbuhan:
No
.Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan
1. Xanthomonas oryzae Menyerang pucuk batang padi
2. Xanthomonas campestris Menyerang tanaman kubis
3. Pseudomonas solanacaerum Penyakit layu pada famili terung-terungan
4. Erwinia amylovora Penyakit bonyok pada buah-buahan
5. Agrobacterium tumafaciens Penyebab tumor pada tumbuhan
2.3 Fermentasi
Fermentasi adalah bentuk pengawetan makanan secara modern.
Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab fermentasi
pada substratborganik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapat
menyebabkan perubahan sifat bahan pangan, sebagai akibat dari pemecahn
kandungan-kandungan bahan pangan tersebut. Jika cara-cara pengawetan
pangan yang lainya misalnya pemanasan, pendinginan, pengeringan dan lain-
lain ditunjukkan untuk mengurangi jumlah mikroba, maka proses fermentasi
sebaliknya, yaitu memperbanyak jumlah mikroba dan menggiatkan
metabolismenya di dalam makanan. Tetapi jenis mikroba yang digunakan
sangat terbatas yaitu disesuaikan dengan hasil akhir yang dikehendaki.
Beberapa contoh makanan hasil fermentasi adalah tempe, tauco, dan kecap
yang dibuat daari kedelai, nata de coco dari kelapa, nata de pina dari nanas,
nata de cassava dari tapioka, dan lain-lain,
Produk nata merupakan produk fermentasi yang memanfaatkan
keberadaan mikroba dalam proses produksinya. Mikroba yang digunakan
adalah bakteri nata (Acetobacter xylinum). Ketangguhan bakteri nata dalam
proses fermentasi merupakan salah satu faktor untuk menghasilkan nata
dengan ketebalan yang optimal. Pada dasarnya bakteri merupakan makhluk
hidup yang membutuhkan asupan energi untuk melakukan aktivitasnya dan
faktor lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan
bakteri nata.
Fermentasi khususnya dalam pembuatan nata de cassava melibatkan
Acetobacter xylinum. Acetobacter xylinum yang termasuk genus Acetobacter
yang mempunyai ciri antara lain berbentuk batang, gram negatif, bersifat
aerobik dan merupakan asam asetat. Lihatlah pada lampiran gambar,
Gambar- 4 Acetobacter xylinum
Adapun klasifikasi dari Acetobacter xylinum adalah:
Divisi : Protophyta
Class : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Acetobacter
Spesies : Acetobacter xylinum
Acetobacter xylinum ini memiliki sifat yang unik, yaitu bila ditambahkan
pada medium gula akan membentuk suatu polisakarida yang dikenal dengan
“Selulosa ekstraselluler”. Selain itu mempunyai aktivitas oksidasi lanjutan
atau “over oxydizer”, yaitu mampu mengoksidasi lebih lanjut asam asetat
menjadi CO2 dan H2O.
Bioteknologi khususnya fermemntasi (produksi nata de cassava)
merupakan salah satu bentuk peran biotek khususnya dibidang pertanian,
terutama pemanfaatan limbah tumbuhan (limbah padat singkong) menjadi
bentuk produk yang bisa dikonsumsi dan dimanfaatkan untuk alternatif
sumber pangan.
2.4 Nata de Cassava
Nata adalah suatu produk olahan makanan yang berupa padatan yang
kenyal (jelly) yang berasal dari endapan yang disaringkan. Bahan baku yang
sering digunakan dalam pembuatan nata adalah air kelapa yang nanti hasilnya
adalah nata de coco. Proses pembuatan nata cukup mudah dan tidak
memerlukan biaya yang besar.
Salah satu kreasi dari hasil olahan nata/ produk nata adalah nata de
cassava. Nata de cassava adalah nata yang dihasilkan dari limbah padat
singkong/ ketela pohon. Dengan menggunakan singkong sebagai bahan
utamanya, maka dapat meningkatkan kegunaan limbah padat (ampas)
singkong yang biasanya digunakan sebagai pakan ternak menjadi suatu
produk olahan yang bernilai gizi tinggi dan juga bernilai jual tinggi. Dengan
menggunakan bahan baku singkong ini, maka para perajin singkong dapat
meningkatkan penghasilannya dengan cara memanfaatkan limbah padatnya
menjadi sesuatu yang lebih berharga. Air singkong dapat menjadi bahan
alternatif pengganti air kelapa yang sekarang ini jumlahnya terbatas dan belum
mampu memenuhi seluruh permintaan pasar nata.
Nata merupakan produk fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang
berupa lembaran selulosa dari pengubahan gula yang terdapat pada substrat
(umumnya air kelapa tetapi dapat pula dari bahan lain) menjadi pelikel
selulosa. Nata ini kandungan utamanya adalah air dan serat sehingga baik
untuk diet dan sering digunakan dalam pembuatan dessert atau sebagai
tambahan substansi pada koktail, es krim dan sebagainya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan nata di antaranya adalah bakteri, gula dan
nitrogen, selain itu harus pula diperhatikan suhu dan pH serta jangan
tergoyang agar pembentukan pelikel berlangsung baik.
Bakteri Acetobacter xylinum adalah bekteri Gram negatif yang dapat
mensintesis selulosa dari fruktosa. Selulosa ini memiliki pori melintang pada
kristal mini glukan yang kemudian terkoalisi ke dalam mikrofibril. Cluster
mikrofibril yang ada dalam struktur senyawa yang terbentuk seperti pita-pita
dapat diamati secara langsung dengan menggunakan mikroskop. Acetobacter
xylinum merupakan suatu model sistem untuk mempelajari enzim dan gen
yang terlibat dalam biosintesis selulosa. Jumlah inokulum yang diberikan 10 –
20 % dari bakteri umur 6 hari.
Pembuatan nata pada prinsipnya adalah pembentukan selulosa sintesis
melalui fermentasi gula oleh bakteri Acetobacter xylinum. Semua organisme
untuk hidup membutuhkan sumber energi, energi diperoleh dari metabolisme
bahan pangan dimana organisme hidup didalamnya. Bahan baku yang paling
banyak digunakan oleh mikroba adalah glukosa. Dengan adanya oksigen
beberapa mikroorganisme mencerna glukosa dan menghasilkan air,
karbondioksida dan sejumlah besar Adenin Tri Posfat (ATP) yang digunakan
untuk tumbuh (Winarno, 2002).
Setiap satu kilogram ampas singkong, setelah diproduksi menjadi lima
kilogram lembaran nata. Selain bernilai ekonomis, produk nata dari singkong
baik untuk kesehatan. Produk nata yang dihasilkan berserat tinggi, sehingga
dapat membantu melancarkan pencernaan. Namun, pembuatan nata ini
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk hidrolisis karbohidrat menjadi
gula melalui proses fermentasi. Produk nata dari singkong ini mengandung
gula 5-7 % sehingga tidak diperlukan penambahan gula kembali. Selama ini
pembuatan nata de coco masih membutuhkan penambahan gula, sehingga
untuk skala produksi nata dari ampas singkong ini lebih ekonomis dan efisien.
Selain itu nata yang dihasilkan lebih kenyal, tebal dan lebih putih.
Upaya pengolahan ampas singkong menjadi suatu makanan bernilai gizi
ini dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan oleh limbah atau
proses samping dari singkong yang selama ini hanya dimanfaatkan oleh petani
sebagai pakan ternak atau dibuang begitu saja ke sungai atau parit. Selain itu
upaya pengelolaan ampas singkong ini dapat menghasilkan produk makanan
yang benilai gizi bagi masyarakat.
2.5 Singkong
Singkong atau tapioka merupakan bahan pangan yang banyak diproduksi
di Indonesia. Indonesia termasuk sebagai negara penghasil ubi kayu terbesar
ketiga (13.300.000 ton) setelah Brazil (25.554.000 ton), Thailand (13.500.000
ton) serta disusul negara-negara seperti Nigeria (11.000.000 ton), India
(6.500.000 ton) dari total produksi dunia sebesar 122.134.000 ton per tahun.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malpighiales
Famili: Euphorbiaceae
Upafamili: Crotonoideae
Bangsa: Manihoteae
Genus: Manihot
Spesies: M. esculenta
Nama binomial: Manihote sculenta Crantz
Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik
rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis
singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-
kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari
pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap
akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.
Kandungan nutrisi pada singkong ( per 100 gram )
Kalori 146 kal Air 62,5 gram Phosphor 40 mg
Karbohidrat 34 gram Kalsium 33 mg Vitamin C 30 mg
Protein 1,2 gram Besi 0,7 mg Lemak 0,3 gram
Vitamin B1 0,06 mg
Berat dapat dimakan 75 gram.
Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun
sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun
singkong karena mengandung asam amino metionin. Dari proses pengolahan
singkong menjadi tepung tapioka, dihasilkan limbah sekitar 2/3 bagian atau
sekitar 75% dari bahan mentahnya.
Secara ringkas proses pembuatan tepung tapioka dalam skala industri
dapat dijelaskan pada bagan berikut :
Proses produksi tepung tapioka dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut :
Tahap I : Singkong segar (maksimal 2 hari setelah panen) dimasukkan ke
dalam mesin pengupas kulit.
Tahap II : Singkong yang telah dikupas dibersihkan dalam mesin pembersih
untuk memisahkan dari kotoran-kotoran yang melekat.
Tahap III : Singkong yang telah bersih diparut atau dihancurkan dengan
mesin penghancur.
Tahap IV : Hasil pemarutan dicampur dengan air dan diaduk dalam sebuah
mesin pengaduk.
Tahap V : Hasil adukan diperas untuk memisahkan pati dengan ampasnya.
Tahap VI : Pati yang bercampur air diendapkan untuk memisahkan cairan pati
yang kental dan berat dengan cairan yang ringan atau air limbah.
Tahap VII : Cairan pati kental dan berat tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam tangki pati dan ditambahkan sulfur (belerang) agar hasil produksinya
bersih dari kotoran.
Tahap VIII : Dari tangki pati cairan tersebut selanjutnya dikeringkan menjadi
tepung. Hasil pengeringan ini masih berupa gumpalan tepung kasar, yang
kemudian diayak untuk mendapatkan tepung tapioka yang halus sebagai
produk jadi.
Tahap IX : Pada tahap yang paling akhir, tepung tapioka dimasukkan ke
dalam karung plastik dan diangkut dengan mesin khusus dan selanjutnya
disimpan dalam gudang sebelum di jual.
Dalam proses produksi tersebut dihasilkan tiga jenis limbah, yaitu :
1. Kulit singkong, limbah ini tidak memiliki nilai ekonomi akan tetapi dapat
dimanfaatkan untuk bahan kompos oleh penduduk yang ada di sekitarnya.
2. Ampas singkong (onggok), merupakan ampas basah hasil pemisahan dengan
pati. Ampas ini mempumyai nilai ekonomi dengan harga basah sekitar Rp 40
000/ton) dan dapat digunakan untuk pakan ternak dan pabrik asam sitrat.
3. Air limbah cair, yang harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang karena
mengandung sianida yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Selama ini orang hanya memanfaatkan daging singkong sebagai bahan
pangan, namun limbahnya tidak diolah kembali. Bagi kebanyakan orang
limbah tapioka hanyalah sampah dan polutan yang mencemari lingkungan.
Limbah tapioka oleh para petani hanya digunakan sebagai pakan ternak atau
dibuang begitu saja ke sungai atau parit-parit. Hal tersebut dapat
membahayakan lingkungan karena dapat merubah kandungan oksigen di air
menjadi berkurang.
Dengan inovasi teknologi yang diterapkan, limbah tapioka ini dapat diolah
lebih lanjut dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan produk nata yang
berbahan dasar ampas singkong. Dimana Indonesia merupakan penghasil
singkong terbesar ketiga di dunia (13.300.000 ton/tahun). Sehingga untuk
ketersediaan bahan baku, nata dari ampas singkong ini tidak akan menjadi
masalah. Seperti nata de coco, yang selama ini telah beredar di pasaran dan
banyak digemari masyarakat, diharapkan produk nata dari ampas singkong ini
dapat menjadi sumber alternative bahan pangan untuk masyarakat dengan
penciptaan nilai tambah pada limbah tapioca yang sangat berlimpah daripada
hanya dibuang begitu saja ke lingkungan atau hanya digunakan sebagai pakan
ternak saja.
2.6 Cara Pengolahan Nata de Cassava
Nata de Cassava dibuat dengan fermentasi bertingkat secara
mikrobiologis. Bahan baku yang digunakan dapat berupa singkong, limbah
padat maupun limbah cair. Pada limbah cair untuk pembuatan nata dapat
langsung ditambahkan sedikit gula dan stater Acetobacter xylinum karena
sudah mengandung gula (glukosa). Sedangkan untuk limbah padat
difermentasi terlebih dahulu dengan Kapang dan khamir selama 3 hari untuk
menghidrolisis pati pada onggok menjadi molekul lebih sederhana berupa gula
yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan nata oleh Acetobacter
xylinum.
Larutan yang telah mengandung kadar gula 5-7% sudah dapat digunakan
untuk fermentasi lebih lanjut menjadi nata de cassava selama 7 hari. Proses
pembuatan nata de cassava membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu 8 hari
karena dibutuhkan waktu 1 hari untuk membuat air kelapa dari singkong dan 7
hari untuk proses fermentasi.
Cara pengolahan nata de cassava sebenarnya tak sulit. Hanya saja,
pengolahannya butuh proses selama tujuh hari. Hari pertama, limbah cair
tapioka direbus bersama dengan ampas singkong. Hari kedua, rebusan tersebut
disaring lalu dituang dalam nampan. Hari ketiga, bibit nata dicampurkan ke
dalamnya. Cairan fermentasi tersebut akan menjadi nata pada hari kelima atau
ketujuh. Lihatlah pada lampiran gambar, Gambar- 5 Nata de Cassava.
Untuk penyajian Setelah nata dipotong-potong kecil sebaiknya direbus dua
kali dengan air yang berbeda. Tujuannya agar nata benar-benar bersih dan bau
bibit natanya hilang. Setelah itu, nata bisa segera direbus dengan air gula atau
dicampur dengan air sirop.
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Nata De Cassava
Nata de Cassava, demikian nama yang mereka berikan terhadap nata
berbahan dasar limbah tapioka ini, juga memiliki beberapa kelebihan lain.
Pertama, prospek bisnisnya lebih bagus ketimbang nata yang terbuat dari
berbagai bahan baku lain. Sebab, Indonesia merupakan negara penghasil
singkong terbanyak ketiga di dunia setelah Brasil dan Thailand, dengan
kapasitas produksi 13,3 juta ton/tahun. Dengan demikian, bahan baku tersedia
secara melimpah dan murah.
Kedua, limbah tapioka yang selama ini hanya digunakan sebagai pakan
ternak, bahkan limbah cairnya mendatangkan dampak yang merugikan bagi
lingkungan, dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga memberi nilai
tambah baik dari segi ekonomis maupun lingkungan.
Ketiga, nata dari limbah tapioka hanya mampu bertahan seminggu setelah
dipanen. Tapi, bila disimpan dalam larutan gula, masa kadaluarsanya dapat
diperpanjang.
Keempat, Nata de Cassava memiliki citarasa yang mirip dengan Nata de
Coco, sehingga masa pengenalan produk tersebut di pasaran akan lebih cepat.
Bahkan Nata de cassava lebih kenyal, tebal, dan putih. Selain itu, juga dapat
menjadi pertimbangan bagi perusahaan-perusahaan berbasis nata untuk
bekerja sama.
Kelima, Nata de cassava lebih kenyal karena kandungan serat/selulosa
yang lebih tinggi (dibuktikan dengan hasil uji laboratorium). (Russanti Lubis,
2009)
Selain memilik kelebihan yang begitu banyak, nata de cassava juga
memiliki beberapa kekurangan yaitu: Nata de cassava membutuhkan biaya
bahan bakar yang lebih tinggi daripada nata de coco karena nata de cassava
harus direbus 2x. Rebusan pertama untuk membuat air kelapa dari singkong
dan rebusan kedua dengan penambahan Za (1 liter air singkong diberi 2 gram
Za) untuk membuat media nata de cassava. (Ardianzzz, 2010)
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Cara memanfaatkan bakteri pada tumbuhan yaitu dengan cara mengolah
hasil dari tumbuhan tersebut menjadi sebuah bahan pangan. Melalui
fermentasi yang dibantu dengan mikroba salah satunya bakteri, agar bahan
pangan tersebut dapat disimpan lebih lama.
Proses pembuatan nata dari limbah tapioka tidak jauh berbeda dengan
proses pembuatan nata dari kelapa. Hanya saja, pengolahannya butuh proses
selama tujuh hari. Hari pertama, limbah cair tapioka direbus bersama dengan
ampas singkong. Hari kedua, rebusan tersebut disaring lalu dituang dalam
nampan. Hari ketiga, bibit nata dicampurkan ke dalamnya. Cairan fermentasi
tersebut akan menjadi nata pada hari kelima atau ketujuh.
3.2 Saran
Karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, maka kami
menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut guna kelayakan untuk
dikonsumsi oleh masyarakat.
Top Related