BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dewasa ini kata produk merupakan hal yang lazim kita dengar. Kata ini terucap saat
seseorang menyebut apapun yang dihasilkan dan dipasarkan oleh perusahaan. Namun sering
sekali terjadi kesalah pahaman antara produk dan barang. Oleh karena itu seyogyanya kita
harus memahami tarlebih dahulu apa itu produk.
Dalam tugas kali ini, dalam perkuliahan dengan nama mata kuliah “Kebijakan dan
Strategi Pemasaran II”, kami akan membahas makalah dengan judul “Strategi Pengembangan
Lini Produk, Merek, dan Kemasannya”.
1.2 Rumusan masalah
a. Apa itu produk ?
b. Apa itu lini produk ?
c. Keputusan apa yang diambil dalam pengelolaan lini produk ?
d. Bagaimana strategi unelever dalam pengembangan merek dan kemasan lini produk
shamponya ?
1.3 Tujuan masalah
Setelah mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Kebijakan dan Strategi Pemasaran II yang dibimbing oleh Bapak ,,,,,,,, diharapkan mahasiswa
Jurusan Administrasi Bisnis semester 5 Fisipol Unmul dapat memahami apa yang dimaksud
dengan:
a. Apa itu produk ?
b. Apa itu lini produk ?
c. Keputusan apa yang diambil dalam pengelolaan lini produk ?
d. Bagaimana strategi unelever dalam pengembangan merek dan kemasan lini produk
shamponya ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Apa itu produk ?
Seperti yang telah kami jelaskan secara singkat di awal makalah ini, bahwa dewasa ini
terjadi kesalah pahaman atau bisa juga disebut salah kaprah antara apa yang dimaksud
dengan produk dan apa yang dimaksud dengan barang. Menurut kami, produk sudah pasti
adalah sebuah barang, akan tetapi barang belum tentu merupakan sebuah produk. Mari kita
simak beberapa pengertian produk yang di sampaikan oleh beberapa pakar ekonomi
terkemuka di dunia ini.
Menurut Mc. Carty dkk dalam bukunya yang berjudul Basic Marketing pada tahun
1989 memberikan definisi sederhana mengenai produk. Produk adalah suatu tawaran dari
sebuah perusahaan yang tujuannya adalah untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan.
Philip Kotler dalam bukunya juga menjelaskan masalah produk. Ia mengatakan bahwa
produk adalah sebuah tawaran, dimana produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan
kepada pasar untuk diperhatikan, dibeli, digumnakan, ataupun dikonsumsi yang dapat
memuaskan kebutuhan atau kemauan.
2.2 Apa itu lini produk ?
Kata lini berasal dari bahasa inggris ‘line’ yang berarti garis. Lini produk sendiri
merupakan sekumpulan produk yang memiliki keterkaitan erat satu sama lain karena fungsi
yang sama, dijual kepada konsumen yang sama, dipasarkan melakui saluran distribusi yang
sama atau berada pada interval harga tertentu.
Lini Produk merupakan strategi pemasaran untuk menjual beberapa jenis produk. Lini
Produk menjual terpisah beberapa produk yang saling berkaitan. Satu lini produk terdiri dari
beberapa produk dengan berbagai variasi ukuran, tipe warna, kualitas atau harga.
Line dept ( kedalaman lini ) mengacu pada jumlah varian produk dalam satu lini. Line
consistency ( konsistensi lini ) mengacu pada seberapa dekat hubungan antar produk dalam
satu lini. Line Vulnerability (tingkat kekuatan lini) mengacu pada presentase penjualan atau
keuntungan yang dapat diambil dari seberapa kecil produk dalam satu lini.
Beberapa lini produk berbeda yang dijual oleh satu perusahaan disebut witdh of product mix
(rentang bauran produk). Jumlah keseluruhan produk yang dijual pada seluruh lini produk
disebut length of product mix.
2
Penambahan produk baru pada satu lini produk disebut sebagai line extension. Jika
line extension memiliki kualitas yang lebih baik dari produk lainnya disebut sebagai tindakan
trading up atau brand leveraging. Namun jika line extension tersebut memiliki kualitas
dibawah produk lainnya disebut sebagai trading down.
Penanaman citra positif merupakan promosi tingkat tinggi dengan menunjukkan satu
citra yang akan mempengaruhi seluruh lini produk. Penanaman citra positif ini biasanya
menggunakan satu jenis produk dengan kualitas tertinggi dibanding produk lain dalam satu
lini.
Price Lining adalah kegiatan dimana orang menggunakan batasan harga untuk seluruh
produk dalam satu lini. Teknik ini biasanya digunakan oleh toko yang menggunakan satu
harga untuk seluruh produknya misalnya toko serba lima ribu dimana seluruh barang yang
dijual toko tersebut berada dalam kisaran harga lima ribu.
Keputusan Lini Produk
Lini produk adalah sekelompok produk yang saling terkait karena melakukan fungsi
yang sama ( mirip ), dijual kepada kelompok pelanggan yabg sama, dipasarkan melalui
saluran distribusi yang sama, atau memiliki kisaran harga tertentu. Setiap lini produk
biasanya dikelola eksekutif yang berbeda.
1. Analisis lini produk
Manajer lini perlu mengetahui penjualan dan laba dari setiap barang yang ada dalam lininya
dan bagaimana lini produknya jika dibandingkan dengan lini produk pesaing.
a. Penjualan dan Laba Lini Produk
Manajer lini produk perlu mengetahui presentase dari penjualan dan laba yang disumbangkan
oleh setiap barang (item) dalam lini.
b. Profil Pasar Lini
Manajer lini produk perlu meninjau bagaimana lini produk tersebut diposisikan terhadap lini
produk pesaing.
2. Panjang Lini Produk
Masalah yang dihadapi oleh manajer lini produk adalah menentukan panjang lini produk
yang optimal. Lini produk dikatakan terlalu pendek jika manajer dapat meningkatkan laba
dengan menambah barang, lini produk disebut terlalu panjang apabila manajer dapat
menaikkan laba dengan mengeluarkan barang dari lini produk.
Perusahaan dapat memperbesar panjang lini produknya melalui dua cara, yakni dengan
3
LINI PRODUK
PRODUK INDIVIDU PRODUK INDIVIDU PRODUK INDIVIDU PRODUK INDIVIDU
memperlebar lini ( line streching ) dan dengan menambahakan barang ke dalam lini ( line
filling ).
3. Keputusan Melebarkan Lini
Setiap lini produk perusahaan meliput bagian tertentu dari keseluruhan bagian yang mungkin
diliput. Perusahaan dapat melebarkan lininya ke bawah, ke atas atau keduanya.
1) Pelebaran ke bawah (downward strecht)
Banyak perusahaan mula-mula berada pada bagian atas pasar (produk yang
ditawarkan berharga mahal) dan kemudian melebarkan lininya kebawah ( ke bagian yang
berharga lebih murah ).
Perusahaan mungkin melakukan pelebaran ke bawah karena alasan-alasan berikut:
a. Perusahaan yang diserang oleh pesaing pada segmen atas dan hendak melancarkan
serangan balasan dengan menyerbu segmen bawah yang dikuasai pesaing tersebut.
b. Perusahaan merasakan adanya perlambatan pertumbuhan pada segmen atas.
c. Perusahaan mula-mula memasuki segmen atas untuk membanagun citra kualitas dan
berekspansi ke segmen bawah.
d. Perusahaan menambahkan barang untuk segmen bawah (low-end unit) untuk menutup
atau mengisi kekosongan penawaran di pasar, yang kalau hal itu tidak dilakukan, akan
mebarik minat pesaing baru.
2) Perlebaran ke atas ( upward strecht )
Perusahaan-perusahaan disegmen bawah mungkin berfikir untuk memasuki segmen
atas. Mereka mungkin tertarik dengan tingkat pertumbuhan dan margin yang lebih tinggi,
atau oleh terbukanya kesempatan untuk mempromosikan diri mereka sebagai pemanufaktur
yang melayani semua lini.
3) Pelebaran dua arah ( two-way strecht )
Perusahaan yang melayani pasar menengah mungkin memutuskan untuk memperlebar
lininya ke dua arah.
4
Gambar 1.1: Gambaran lini produk
Setelah dijelaskan secara gamblang di atas mengenai lini produk dan sebagainya,
sampailah kita pada varian terakhir dari lini produk itu sendiri. Seperti yang tergabbar dalam
struktur di atas dimana lini produk berada pada posisi teratas dan kemudian produk individu
mengakar di bawahnya. Jadi, produk individu merupakan varian terakhir dari suatu lini
produk, yang disebut juga item produk. Terdapat lima keputusan yang dapat diambil dalam
pengelolaan produk individu, akan tetapi dalam makalah ini kami hanya menitik beratkan
persoalan hanya pada 2 keputusan saja, yaitu merek dan kemasan. Lima keputusan itu sendiri
antara lain:
1. Penentuan atribut produk
Atribut produk merupakan faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh pembeli saat
membeli produk, seperti harga, kualitas, kelengkapan fungsi, desain, layanan
purna jual. Faktor yang berhubungan langsung dengan produk yang bersangkutan
antara lain kualitas, fitur, dan desain.
2. Pemberian merek
Merek adalah nama, tanda, simbol, desain, atau kombinasinya yang
ditunjukkan untuk mengidentifikasi dan mendifrensiasi barang atau layanan suatu
penjual dai barang dan layanan penjual lain.
Merek sangat penting dalam keberhasilan sebuah produk. Bahkan Kartajaya
dalam bukunya yang berjudul Marketing Plus 2000 berani menhgatakan bahwa
“merek itu lebih penting daripada produk itu sendiri” kemudian ia menambahkan
“saat membeli produk, orang cenderung membeli mereknya. Contohnya saat
orang membeli secangkir kopi di starbucks cofefe, yang terdapat dalam pikiran
pembeli adalah nama starbuckssnya bukan kopinya secara fisik.
Apabila suatu merek sudah terkenal, di dalamnya aka terkandung bernagai
macam hal, seperti:
1. Atribut produk seperti kualitas, harga, prestise, nilai jual kembali, desain,
dan seterusnya. Misalnya apa yang tercermin dalam merek Ducati pasti
berbeda dari yang tercermin dalam merek Happy (kendaraan roda dua
buatan China)
2. Manfaat, misanya dalam Kukubima Energy, maka manfaat yang tercermin
adalah tambahan energi.
5
3. Kepribadian, coba pikirkan kepribadian bagaimana yang dicerminkan oleh
nama “femina”, maskulin atau feminim ?
4. Pemakai, merek juga mencerminkan siapa pemakai dari suatu prodak.
Misalnya Kidds Shampo, pemakainya tentulah anak-anak.
Ekuitas Merek
Kita ambil contoh kopi yang dibuat oleh starbucks coffee dan coffee toffee.
Walaupun kualitas keduanya sama menurut saya, konsumen kemungkinan besar
tetap mau membeli kopi yang dibuat oleh starbucks coffee dibandingkan coffee
toffee. Kenapa? Kembali lagi kepada apa yang telah dijelaskan bahwa merek
memiliki kekuatan. Kemudian contoh lain, nilai obyektif susu kental manis
Bendera sama saja dengan Cap Nona. Namun, Bendera lebih laku daripada Cap
Nona walaupun harganya tinggi, kenapa? Karena ada peranan nilai merek. Nilai
inilah yang disebut dengan ekuitas merek (brand equity).
Munculnya konsep ekuitas merek dilatarbelakangi pemikiran bahwa merek
yang kuat adalah suatu aset yang dapat dikalkulasi nilainya. Artinya, merek
tersebut dapat diperjual-belikan sebagaimana aset lainnya dalam perusahaan.
Merek yang memiliki ekuitas yang tinggi, memiliki kepedulian merek,
penerimaan merek yang tinggi, pereferensi merek yang tinggi, dan loyalitas merek
yang tinggi. Nemun, belum ada satupun formula yang pasti mengenai cara
mengukur ekuitas merek secara kuantitatif sehingga diketahu berapa nilai dolar
atau rupiah suatu merek.
Mengelola Merek
Ada lima keputusan yang dapat di ambil dalam pengelolaan sebuah merek:
1. Memberikan Merek atau Tidak
Belakangan ini,hamper semua produk di beri merek. Bahkan produk-
produk yang sebelummnya tidak memerlukan merek, misalnya jeruk, apel, beras,
dan garam, sekarang sudah ada yang di beri merek. Anda tentu tuidak asing lagi
dengan nama-nama seperti Apel Washington dan Jeruk Mandarin.
Kenapa merek di perlukan? Selain memiliki nilai kalau mereknya
kuat,merek juga bermanfaat bagi pelanggan,perantara,produsen maupun publik.
Bagi pembeli,manfaat merek adalah:
Menceritakan sesuatu kepeada tentang mutu.
6
Membantu perhatian pembeli terhadap produk-produk baru yang mungkin
bermanfaat bagi mereka.
Bagi penjual,manfaat merek adalah:
Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah
yang timbul.
Memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau cirri khas produk.
Memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan
menguntungkan
Membantu penjual melakukan segmentasi pasar.
Bagi masyarakat,merek bermanfaat falam hal :
Pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih
konsisten.
Meningkatakn efesiensi pembeli karena merek dapat menyediakan informasi
tentang produk dan dimana membelinya.
Meningkatnya inovasi-inovasi produk baru,karena produsen terdorong untuk
menciptakan keunikan-keunikan baru guna mencegah peniruan dari pesaing.
Namun demikian,tidak semua produk memerlukan merek. Ada produk-produk
yang tergolong ginerik,yang hanya di beri label saja,seperti makanan burung, obat
generic, garam beryodium. Keuntungan produk-produk generik adalah harganya
lebih murah dengan cara mengurangi kualitas kandungan (tidaksemuanya),
mengurangi biaya kemasan,dan mengurangi biaya iklan.
Selain produk-produk generik,banyak juga produk-produk industri yang tidak
memerlukan merek,seperti bahan baku maupun komponen. Sebab,dalam
pemasaran industry,identifikasi prooduk melalui merek tidak sepenting pada
produk konsumen,karena penjual dan pembeli memiliki hubungan yang lebih
erat. Jadi,yang paling penting adalah identifikasi penjualannya,bukan produknya.
2. Memilih Merek yang Sesuai
Setelah diputuskan untuk memberikan merek pada produk,selanjutnya perlu
diputuskan merek apa yang digunakan. Merek apa pun yang digunakan
semestinya mengandung sifat-sifat berikut ini:
7
Mencerminkan manfaat dan kualitas. Contoh: Sunsilk,Power Max,Lux
Singkat dan sederhana
Mudah diucapkan,didengar,dibaca dan diingat. Contoh: Susu
Bendera,Sony,Kijang. Bandingkan misalnya dengan: Rudy Hadisuarno Tonic
and Excuisit,I Can’t Believe It’s Not Butter
Memilki kesan berbeda dari merek-merek yang sudah ada (distinctive).
Contoh: Exxon,Kodak,Kijang
Mudah diterjrmahkan kedalam bahas asing dan tidak mengandung konotasi
negative dalam bahasa asing
Dapat didaftarkan dan mendapat perlindungan hukum sebagai hak paten. Di
Indonesia,ada criteria tertentu bagi merek yang bisa dilindungi secara hukum.
Salah satu syaratnya adalah merek tersebut bukan merupakan nama katagori
produk,misalnya Aqua,merek tersebut dianggap merupakan nama kategori
produk air mineral Qua-Qua yang dituduh menjiplak merek tersebut,ditolak.
3. Sponsor Merek
Ada 4 pilihan sponsor merek. Merek bisa diluncurkan sebagai merek
produsen,seperti IBM,Indomie,Sosro,Dll. Merek juga bisa menggunakan nama
perantara. Ini disebut merek privat (Private Brand),atau merek toko (Store
Brand) atau merek distributor (Distributor Brand). Misalnya,Gula Hero dari
dan beras Hero (keduanya dari Supermarket Hero),roti Aro (dari Makro),Kopi
Ngesti (dari Swalayan New Ngesti),Dll.
Cara lain adalah dengan menggunakan lisensi,yaitu menggunakan
merek orang lain dengan sejumlah bayaran (fee). Misalnya,kemeja Arrow
(dilisensi oleh PT.Great River Industry),sweather Scala (dilisensi oleh
PT.Indoscala).
Cara lainnya adalah merek bersama (co-branding),yaitu dengan
menggabungksn merek yang sudah mapan dari dua perusahaan yang berbeda.
Misalnya,Hero,Sempati Air,Bank Bali,Gramedia,bersatu untuk menciptakan
kaliVa,yaiyu sebuah keanggotaan berbelanja di perudahaan-perusahaan
anggotanya. Demikian pula antara Master Card dengan Bank BCA membuat
kartu kredit BCA Mastercard,Bank Bali dengan Visa membuat kartu kredit
Bank Bali Visa.
8
4. Strategi Merek
Bagaimana strategi pemberian merek? Ada 4 pilihan yaitu:
Merek Baru (new brand),yaiyu: menggunakan merek baru untuk katagori
produk lama. PT.Bayer Indonesia menggunsksn pendekatan ini.
Perluasan lini (line extwnsion), yaitu menggunakan merek lama untuk kategori
produk lama. PT. Bayer Indonesia menggunakan pendekata ini. Untuk
katagori obat nyamuk,untuk setiap produk yang baru muncul,perusahaan
tersebut tetap menggunakan merek BAYGON. Contoh lainnya,Caterpilar,yaitu
perusahaan pembuat Buldozer. Untuk setiap produk baru mereknya adalah
caterpillar.
Perluasan merek(brand extension),yaitu menggunakan merek yang sudah ada
untuk produk yang baru. Strategi menjadikan semua produk memilik merek
yang sama,sperti Maspion, apa pun yang dihasilkan produsen Maspion,
seperti kipas angin, ember plastic, kompor gas,lampu listrik,Dll,mereknya
menggunakan Maspion.
Multi merek (multibrand),yaitu menggunakan merek baru untuk kategori
produk lama. Dalam pendekatan ini,produk sama saja dengan yang
sebelumnya,tetapi mereknya dibuat berbeda. Dengan pendekatan inin,sebuah
perusahaan bisa memiliki beberapa merek untuk produk yang sama.
Contohnya ,untuk kategori produk mie, Indofood memproduksi
Indomie,Sarimie,Supermie,Pop mie,dan Top mie. Sudah pasti perusahaan
tersebut menggunakan pendekatan multi merek untuk kategori produk mie.
3. Pembuatan kemasan
Kemasan:
Kemasan bagi produk sama pentingnya dengan pakaian pada manusia. Daya
tarik manusia sangat dipengaruhi oleh pakaian yang kenakannya. Orang-orang tidak
akan berani menunjukan diri didepan umum tanpa pakaian yang pantas. Selain
itu,pakaian juga melindungi tubuh secara fisik terhadap lingkungan.
Sedikit perkecualian adalah tidak semua produk memerlukan
kemasan,sementara semua manusia memerlukan pakaian.
9
Perlu pula diingat bahwa produk yang memerlukan kemasan hanyalah produk
nyata(tangible product). Hal ini perlu dikemukakan sebab produk dalam pengertian
luas dapat mencakup layanan (jasa),ide,organisasi,tempat,orang,selain barang.
Fungsi utama kemasan adalah melindungi produk. Bayangkanlah apa jadinya
susu kalau tidak di kemas dengan baik. Barangkali dalam waktu satu hari saja sudah
busuk. Apalagi bagi produk yang sering dibongkar-muat, fungsi kemasan sebagai
pelindung menjadi sanagat vital.
Fungsi kedua kemsan adalah untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan
bagi konsumen. Sebab dengan adanya kemasan,ukuran dan desain produk dapat
dirancang. Ambil contoh sampo anak-anak Deede. Tutupnya yang didesain berbentuk
leher angsa,sangat membanru kenyamanan mengambil sampo. Tinggal pencet
tutupnya,maka sampo pun keluar. Ukurannya juga di buat agar mudah disimpan
ditempat sampo dikamar mandi. Bayangkan seandainya sampo dikemas dalam botol
seperti bir botol,tentu pemakaiannya sangat tidak praktis. Selain tutupnya tidak bisa
dipakai ulang,botolnya juga berat, besar, dan mudah pecah kalau jatuh.
Fungsi ketiga kemasan adalah untuk mempromosikan produk kepada
konsumen. Sama seperti pakaian bagi orang, kemasan juga dapat meningkatkan daya
tarik produk. Selain karena enak dipandang,pada kemasan juga dapat diinformasikan
fitur, penggunaan, manfaat, dan citra (image) produk.
Merancang Kemasan
Kalau untuk merancang pakaian dibutuhkan perancang atau desainer,demikian
pula dalam merancang kemasan. Kemasan rokok sampoerna A Internasional yang
dipromosikan dengan kalimat “your global passport” menggunakan desain
internasional untuk perancangannya. Yang akan dikemukakan disini adalah bahwa
merancang kemasan tidaklah mudah.
10
Bagaimanakah caranya merancang? Ini adalah tugas desainer grafis.
Namun,dari sudut pandang pemasaran,ada 4 faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
merancang kemasan produk. Pertama adalah konsumen. Factor konsumen perlu
diperhatikan karena pada dasrnya apapun yang dilakukan pada produk,termasuk
dalam merancang kemasan,tujuannya semata-mata adalah untuk memenuhi kebutuhan
dari keinginan konsumen. Yang jelas,konsumen tentu memiliki gambaran mengenai
kemasan yang sesuai untuk suatu produk,baik dari segi ukuran,bentuk,warna,maupun
grafis.
Ambil contoh air mineral dalam kemasan. Bentuk botol bisa macam-macam
tetapi warnanya harus bening. Coba bayangkan apa yang terjadi kalau warna botolnya
cokelat. Tentu kesan segar dan bersihnya hilang. Tetapi dengan warna kemasan
bening dan warna tulisan biru muda,kesan tersebut bisa disampaikan.
Kedua adalah perantara. Bagi para perantara,kemasan penting karena
memberikan kepraktisan dalam penyimpanan,pengangkutan,dan penanganan. Coba
ukur dulu tinggi rak-rak panjang disupermarket. Taruhlah tingginya 40cm. kalau ada
botol air mineral yang tingginya 50cm,tentu tidak akan bisa dipajang kedalam
rak,kecuali kalau diletakan di bagian yang paling tinggi. Bagian ini pun tidak cocok
bagi barang yang berat dan mudah jatuh.
Ketiga adalah biaya. Kemasan yang baik dari sudut pandang konsumen dan
perantara, tentu tidak diterima begitu saja oleuntuk apa? Memang dalam pemasaran
kebutuhan dan keinginan konsumen perlu dipenuhi,tetapi tentu saja dengan cara yang
dapat memberikan keuntungan bagi produsen. Jadi intinya,produsen perlu memilih
desain kemasan yang memberikan manfaat yang optimal bagi konsumen dan
perantara dengan biaya yang diperlukan untuk itu masih terhitung layak.
Pertimbangan terkakhir adalah lingkungan hidup. Pada umumnya,kemasan
cendrung mengotori lingkungan setelah produk terpakai. Kalau masih
memungkinkan,dalam pemrosesannya tentu lebih baik dipilih kemasan yang bisa
didaur ulang.
Kemasan dan Strategi Pemasaran
Isi mungkin sama tetapi produk dapat tampil beda hanya karena kemasan. Tak
sulit mencari contohnya. Minyak goreng misalnya,apa bedanya minyak goreng literan
tanpa merek dengan Bimoli atau Filma? Tak ada perbedaan secara prinsipil.
11
Namun,Filma atau Bimoli dapat dijual lebih mahal dan tentunya lebih laku hanya
karena memakai kemasan yang lebih menarik.
Apa beda Pop mie dari Indomie? Keduanya sama-sama mie.bedanya hanya
pada desain kemasan. Pop mie menggunakan kemasan yang sekaligus bisa dipakai
sebagai mangkok dengan garpu plastic kecil didalamnya. Dengan demikian,Pop mie
pun laku. Jadi,kemasan dapat digunakan sebagai bagian dari strategi pemasaran.
Berikut ini diberikan penjelasannya.
Kemasan Inovatif Pop mie dapat di jadikan sebagai contoh produk yang
menggunakan strategi ini.mie dapat benar-benar menggunakan inovasi (ide baru)
dalam kemasannya. Tentunya produk lain juga bisa menggunakan cara ini.
Masalahnya,apakah perusahaan memiliki desainer yang kreatif?
Perubahan kemasan Bandingkanlah bentuk sampo Sunsilk sepuluh tahun lalu
dengan yang sekarang. Pasti berbeda. Apakah kemasan terdahulu kurang baik? Tidak
juga. Produsen tahu bahwa konsumen memiliki rasa bosan terhadap apaun yang
bentuknya sama dalam waqktu yang lama. Untuk menghindarinya,produsen pun
mengubah kemasan secara berkala. Padahal isinya itu-itu saja. Yang berbeda hanya
kemasannya. Banyak produk menggunakan strategi ini, hanya sekedar contoh
Pepsodent,Rejoice,Indomie,Lux,dan Biore.
Kategori kemasan Yang konsisten ini kebalikan dari perubahan kemasan.
Memang,tidak semua produk mengubah kemasannya secara teratur. Sebaliknya,ada
produk yang diidentikan dengan kemasan tertentu sehingga tidap perlu melakukan
perubahan kemasan. Atau,kalaupun dilakukan perubahan,paling tidak tetap memakai
ciri yang identik dengan produk. Air mineral identik dengan kemasan pelastik bening
atau kemasan fiberglas bening untuk ukuran galo. Warna tuylisannya biru. Nah,kalau
ada perusahaan baru yang memproduksi air mineral,sudah tentu harus menggunakan
kategori kemasan tersebut.
Menggunakan kemasan untuk hal lain Kemasan yang sudah tidak terpakai bisa saja
digunaka untuk keperluan lain. Bahkan,dapat menarik konsumen untuk membeli
produk. Contoh,kaleng roti bisa menjadi tempat beras,kaleng cat bisa menjadi tempat
air. Botol bekas Nutrisari bisa menjadi tempat gula. Yang paling kreatif adalah sabun
colek yang menggunakan gelas sebagai kemasan. Banyak ibu-ibu membeli sabun
colek tersebut semata mata karena tertarik dengan gelasnya.
12
Kemasan ganda Coba perhatikan Mie Gelas dan permen Hexos,ada dua jenis
kemasan pada produk tersebut,yaitu kemasan dalam dan kemasan luar. Pengguna
kedua jenis kemasan tersebut tentu menarik konsumen karena membayangkan volume
produk yang besar. Kalau dijual per biji,harga permen paling Rp 500. Tetapi Hexos
bisa dijual Rp 500 padahal isinya hanya lima biji. Jadi,harga perbiji Rp 100. Coba
kalau dipasarkan perbiji,Hexos tidak akan laku dengan harga semahal itu.
4. Pemberian label
Kalau merek adalah nama, symbol atau kode untuk mengidentifikasi produk,
maka lebel adalah segala bentuk yang berfungsi deskriftif (menginformasikan) bagi
produk. Pada produk buah-buahan lebel bisa berfungsi sebagai merek. Misalnya,
menempelkan kertas bertuliskan “Washington” untuk jeruk Washington. Lebel juga
menjelaskan asal produk,kandungan produk,fitur produk,cara menggunakan
produk,cara menyimpan produk,harga produk,tanggal kadarluasa produk, dampak
positif dan negative produk, informasi nutrisi,tipe produk dan servis yang tersedia.
Khusus diindonesia, lebel juga menginformasikan halal tidaknya produk,khususnya
makanan dan minuman.
Beberapa study menunjukan bahwa konsumen kurang peduli terhadap lebel.
Misalnya,susu kental manis. Walaupun informasi kandungan gizinya lengkap,
namaun informasi tersebut jarang di gunakan konsumen sebagai bahan pertimbangan
utama dalam membeli produk. Menurut penelitian simon giarso, mahasiswa IBII
angkatan 1994, kandungan gizi susu kental manis sama saja. Tetapi, kenapa
konsumen mau membeli susu kental manis yang harganya rata-rata lebih mahal 1500?
Jawabanya,pilihan konsumen semata-mata dipengaruhi oleh repotasi merek, bukan
kandungan gizinya.
Bagi Negara maju, ada ketentuan untuk memberikan informasi mengenai
kandungan informasi niali gizi pada produk-produk yang di konsumsi
( makanan,mimuman,obat). Namun, pada kebanyakan Negara berkembang, ketentuan
tersebut belum ada atau kau pun ada belum diterapkan sepenuhnya. Contohnya di
Indonesia, tau kah anda berapa kalori yang terkandung sebotol sosro?
Pemberian lebel harus di hubungkan dengan dua hal, yaitu kebutuhan konsumen
dan ketentuan pemerintah sudah ada perusahaan harus memberikan lebel pada
produknya. Namun kalau tidak, keputusan untuk memberikan lebel dapat d tinjau dari
kebutuhan konsumen. Soalnya, tidak semua produk yang mengunakan lebel.
Contohnya semen,sayuran,makanan siap saji,lukisan dan lain-lain. Jadi, perlu
13
dipertanyakan apakah konsumen mempertimbangkan lebel pada saat memutuskan
pembelian? Kalau benar, informasi apa yang dibutuhkan?
2.3 Keputusan apa yang diambil dalam pengelolaan lini produk ?
Dalam lini produk terdapat lima kategori keputusan yang dapat diambil dalam rangka
pengelolaan lini-lini atau bisa juga disebut produk individu. Keputusan ini bertujuan agar
produk yang ditawarkan kepada konsumen secara terus menerus tidak menimbulkan kesan
membosankan akan tetapi dengan adanya keputusan ini diharapkan kecintaan konsumen
terhadap produk yang dikonsumsinya betambah. Keputusan-keputusan itu antara lain:
1. Mengatur panjang lini produk
2. Memodernisasi lini produk
3. Mendandani lini produk
4. Memangkas lini produk
2.4 Bagaimana strategi unelever dalam pengembangan merek dan kemasan lini produk
shamponya ?
Di jaman seperti ini kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan tubuh sangatlah
meningkat, secara tidak langsung pengadaan dan pemakaian produk kebersihan tumbuh lebih
tinggi . maka Salah satu produk yang sering dipakai untuk kebersihan adalah shampoo.
Dimana shampoo bertujuan untuk merawat dan membersihkan kotoran pada rambut. Dengan
demikian semakin tinggi tingkat pemakaian produk shampoo maka semakin tinggi juga
tingkat persaingan antara sesama produk shampoo Salah satunya adalah persaingan antara
produk shampoo PT Unilever Indonesia Tbk. dan PT P&G Indonesia yang sangat sengit.
Pada Unilever melempar empat merek shampoo, yaitu Sunsilk, Clear, Lifebuoy dan Dove.
Hal yang sama juga dilakukan P&G, yaitu mengeluarkan merek Pantene, Rejoice, Head &
Shoulders serta Herbal Essences. Maka, tak ayal lagi, pertempuran head-to-head dua musuh
bebuyutan ini pun tak bisa dihindari. Dari kelayakan head-to-head, sebenarnya Sunsilk
berpasangan dengan Pantene, Clear dengan Head & Shoulders, Lifebuoy dengan Rejoice,
sementara Dove berhadapan dengan Herbal Essences. Namun, fakta di lapangan, yang terjadi
malah persaingan multiple brands. Sering tidak jelas lagi siapa melawan siapa, bukan lagi
sekadar merek vs. merek, tetapi Unilever vs. P&G dengan fokus memakan pelanggan
pesaing.
Dengan tingkat penetrasi produk yang mendekati 100%, upaya menarik pelanggan
baru yang belum pernah memakai sampo jelas bukan menjadi pilihan mudah. Hanya dengan
meningkatkan frekuensi penggunaan dan merebut pelanggan pesaing, sebuah merek dapat
14
bertahan hidup. Faktanya di lapangan malah sulit, karena hampir semua merek menawarkan
varian yang tidak jauh berbeda. Penurunan harga akhirnya menjadi pilihan mujarab yang
mewarnai kategori ini — mulai dari turun 6% bahkan sampai 25%. Dengan kondisi kategori
yang telah jenuh, penurunan harga terbukti mampu meningkatkan volume penjualan yang
cukup signifikan. Kondisi di kategori yang berdarah tapi manis ini akhirnya berpengaruh
dalam perang head-to-head antarmerek. Yang menarik, meskipun di atas kertas Sunsilk lebih
berhadapan dengan Rejoice, nyatanya Sunsilk dan Pantene perang habis-habisan dalam
berbagai program pemasarannya. Sunsilk sebagai salah satu merek legendaris dengan cerdik
meremajakan citranya dengan program Sunsilk Circle of Beauty.
Pada Unilever tergolong cukup menguasai industri ini karena dengan berbagai
programnya cukup men-drive pasar. Hal ini dibuktikan dengan beberapa inovasi komunikasi
yang dilakukan, antara lain Sunsilk Beauty Camp, Sunsilk Girls Day dan Sunsilk Class.
Perlawanan Pantene lewat program anggun Cari Bintang Pantene merupakan pertanda
bagaimana kedua merek ini berlomba menjadi pahlawan kecantikan para wanita Indonesia.
Menurut Sumardy, diakui atau tidak, terlalu lama menjadi raja sampo dengan harga
yang terjangkau kalangan menengah-bawah justru membuat Sunsilk sering dipersepsikan
sampo untuk kalangan ibu-ibu dan remaja tradisional sehingga memang kelihatan lebih head
on dengan sunsilk. Berbeda dari Pantene yang awalnya dengan harga mahal cukup diasosiasi
sebagai produk untuk wanita modern. Sunsilk Circle of Beauty merupakan salah satu upaya
Unilever memosisikan Sunsilk ke semua segmen, tak terbatas usia. langkah ini merupakan
salah satu wujud kepedulian Unilever terhadap konsumen Sunsilk, yang utamanya adalah
wanita.
Unilever
1. Sejarah singkat Unelever
Unilever adalah perusahaan multinasional yang memproduksi barang konsumen
yang bermarkas di Rotterdam, Belanda. Perusahaan ini didirikan tahun 1930. Perusahaan ini
mempekerjakan 206.000 pekerja. Memproduksi makanan, minuman, pembersih, dan
konsumen pribadi. Beberapa merek terkenal milik Unilever adalah: Rinso, Sunsilk, Dove,
dan Clear.
15
Product Category
Brand Name
Existing
Existing New
Line Extension
Brand Extension
Di Indonesia, Unilever bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin,
minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh,
produk-produk kosmetik, dan produk rumah tangga.
Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V.
Lever. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Lever Brothers Indonesia dan
pada 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Unilever
Indonesia mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
pada tahun 1981.dan mempunyai lebih dari 1000 supplier.
Produk Unilever terus memperkenalkan kemasan-kemasan yang terbaru, tetapi
Unilever tetap mempertahankan kualitas produknya. Baik itu kemasan yang botol kaca,
sachet, botol kecil dan masih banyak lagi kemasannya.
2. Strategi Pengembangan Lini Produk
Dalam makalah ini penulis hanya akan menitik beratkan pembahasan pada lini produk
shampo yang dmiliki oleh unilever. Dalam kurun waktu 1952 hingga kini, di Indonesia
Unilever Indonesia Tbk telah memiliki beberapa varian produk individu berupa shampo
untuk kesehatan rambut. Varian shampo itu sendiri terdiri dari sunsilk, clear, lifebuoy
shampo, serta dove shampo.
3. Strategi Pengembangan Merek
Dalam usaha untuk mengembangkan merek, perusahaan memiliki empat pilihan
alternatif seperti yang tertera dalam tabel 1.2 berikut:
16
Gambar 1.2: Strategi pengembangan merek:
Merek Baru (new brands), yaitu: menggunakan merek baru untuk katagori
produk lama. PT.Bayer Indonesia menggunsksn pendekatan ini.
Perluasan lini (line extension), yaitu menggunakan merek lama untuk kategori
produk lama. PT. Bayer Indonesia menggunakan pendekata ini. Untuk
katagori obat nyamuk,untuk setiap produk yang baru muncul,perusahaan
tersebut tetap menggunakan merek BAYGON. Contoh lainnya,Caterpilar,yaitu
perusahaan pembuat Buldozer. Untuk setiap produk baru mereknya adalah
caterpillar.
Perluasan merek (brand extension),yaitu menggunakan merek yang sudah ada
untuk produk yang baru. Strategi menjadikan semua produk memilik merek
yang sama,sperti Maspion, apa pun yang dihasilkan produsen Maspion,
seperti kipas angin, ember plastic, kompor gas,lampu listrik,Dll,mereknya
menggunakan Maspion.
Multi merek (multibrand),yaitu menggunakan merek baru untuk kategori
produk lama. Dalam pendekatan ini,produk sama saja dengan yang
sebelumnya,tetapi mereknya dibuat berbeda. Dengan pendekatan inin,sebuah
perusahaan bisa memiliki beberapa merek untuk produk yang sama.
Contohnya ,untuk kategori produk mie, Indofood memproduksi
17
Source:
Kotler P & Amstrong G., 2004 “Principle of Marketing”, 10th edition / International Edition,
Prentice Hall, New Jersey
Indomie,Sarimie,Supermie,Pop mie,dan Top mie. Sudah pasti perusahaan
tersebut menggunakan pendekatan multi merek untuk kategori produk mie.
ANALISA STRATEGI PENGEMBANGAN MEREK SHAMPO UNELEVER
Dalam hal pengembangan merek, unilever juga tidak melewatkan teori
pengembangan merek di atas. Berikut analisis pengembangan merek unilever:
- Line Extension / Perluasan Lini Produk
Strategi pengembangan merek ini menggunakan nama merek yang sudah dikenal oleh
konsumen untuk memperkenalkan tambahan variasi seperti rasa baru, warna, ukuran
kemasan, dsb pada suatu kategori produk dengan menggunakan nama merek yang sama.
Contoh:
PT Unilever Indonesia Tbk pada bulan november 2012 akan meluncurkan Sunsilk Man.
- Brand Extension / Perluasan Merek
Strategi pengembangan merek ini menggunakan nama merek yang sudah dikenal oleh
konsumen untuk meluncurkan produk baru atau produk modifikasi pada kategori produk
yang baru.
Contoh:
Merek sabun mandi Lifebouy yang memperluas mereknya pada kategori produk shampo
- Multibrand / Banyak Merek
Strategi pengembangan merek ini meluncurkan banyak merek pada satu macam kategori
produk yang sama.
Contoh:
PT Unilever Indonesia Tbk memiliki lima macam merek untuk kategori produk shampoo
yaitu Sunsilk, Lifebouy, Clear, Zwitsal, dan Dove.
- New Brand / Merek Baru
Strategi pengembangan merek ini menggunakan merek yang benar – benar baru untuk
peluncuran produk baru perusahaan.
18
Contoh:
PT Unilever Indonesia Tbk meluncurkan merek Pure-it untuk produk baru, produk
perusahaan yaitu alat filterisasi air dimana alat tersebut dapat mengubah air keran menjadi
air minum.
Hasil studi kasus internasional terhadap 22.000 macam kasus peluncuran produk baru
didapatkan data sebagai berikut:
1. 82 % dari produk – produk baru, merupakan perluasan merek dan hanya sekitar 15 %
merupakan merek yang benar – benar baru.
2. 83 % direktur pemasaran lebih menyukai meluncurkan produk baru dengan perluasan
merek, sedangkan 15% memberikan penilaian yang sama antara penggunaan merek baru
ataupun menggunakan perluasan merek, dan hanya 2% yang berminat untuk
menggunakan merek yang benar – benar baru
Dari hasil studi kasus tersebut, dapat diketahui bahwa penggunaan strategi perluasan
merek sudah banyak digunakan dan bahkan mendominasi dalam setiap peluncuran produk –
produk baru bukan hanya di Indonesia saja tetapi juga di negara – negara lainnya. Selain itu
sebagian besar dan bahkan hampir seluruh praktisi pemasaran juga setuju dengan penggunaan
strategi perluasan merek dalam peluncuran produk baru.
Dari pemaparan dan contoh yang dijelaskan di atas terlihat bahwa dalam
pengembangan merek shamponya PT. Unilever Indonesia Tbk, menggunakan kesemua teori
pendekatan. Dan menurut penulis hal yang dilakukannya itu berhasil membuat konsumen
semakin percaya bahwa Unilever adalah bagian dari kehidupan mereka.
Selain menggunakan teori di atas, periklanan dan program-program yang dilakukan
brand juga ikut mendongkrak nama merek di pasaran. Contohnya saja yang dilakukan oleh
clear, mereka menetapkan brand ambasador dalam merek clearnya. Brand ambasadornya pun
bukan sembarang orang mereka adalah artis yang telah memiliki pamor di mata masyarakat,
antara lain: Ello, Sandra Dewi, Sherina Munaf, dan Irfan Bachdim.
Aktivasi
Untuk selalu melakukan beberapa aktivasi, yaitu untuk membuat Clear tetap cocok dengan
pasar sasaran, untuk mempertahankan kesesuaiannya dan menarik pasar sasaran, untuk
mempertahankan kecintaan pada merek, dan menjadi lebih dekat dengan pelanggannya.
Clear Top 10: 1999 – 2003
Musik adalah salah satu cara terbaik untuk berkomunikasi dengan anak muda. Mereka selalu
ingin terus merasa tidak ketinggalan jaman dengan kecenderungan musik terbaru, dan salah
19
satu program yang paling menarik bagi mereka adalah tangga lagu Clear top 10. Clear Top 10
adalah program mingguan yang berisi 10 lagu hit teratas lokal maupun internasional.
Clear Zone – 2004
Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada konsumen sasaran Clear untuk dapat
merasakan sendiri produk Clear Zone.
Clear Nation – 2005
Masyarakat Clear terdiri dari orang-orang yang sangat percaya diri (karena memiliki rambut
yang bebas dari ketombe), dalam melakukan setiap kegiatan untuk mencapai cita-cita dan
impiannya.
Clear Dream Date – 2006
Lagi-lagi membangun kepercayaan, bahwa kita dapat dengan percaya diri menggoda siapa
saja jika kita memiliki rambut yang bebas dari ketombe, berada lebih dekat dengan orang lain
yang kita sukai atau cintai, bahkan yang tidak terduga seperti selebriti.
Menyadari dan mempertimbangkan bahwa strategi perluasan merek juga memiliki
keterbatasan dan kelemahan dalam aplikasinya, maka perusahaan juga perlu untuk
mempelajari mengapa perluasan merek dapat gagal di pasar. Ada tiga faktor utama penyebab
kegagalan sebuah strategi perluasan merek (Wing,2004) yaitu:
a. Tidak adanya perbedaan dari merek induk
b. Kualitas produk kurang baik
c. Tidak adanya support pemasaran yang baik.
Dari ketiga faktor utama kegagalan tersebut diatas maka perusahaan harus benar –
benar mempersiapkan produk baru yang akan diluncurkan dimana atribut – atribut produk
harus berbeda dengan atribut – atribut produk merek induk. Pemasar hendaknya tidak hanya
mengandalkan ekuitas merek yang tinggi dari merek induk saja tetapi juga harus
menyediakan aktivitas – aktivitas pemasaran pendukung untuk memperkuat posisi dari
produk baru tersebut.
4. Strategi pengembangan Kemasan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa, kemasan sebuah produk itu dapat
diibaratkan sebagai pakaian jika berada dalam posisi manusia. Kemasan yang baik adalah
kemasan yang secara langsung dapat menggambarkan isi dari produk yang bersangkutan.
Contohnya saja, shampo clear dengan desain yang modern, dinamis serta menarik ditambah
lagi dengan periklanan yang intens membuat produk ini semakin dikenal, dan dampaknya
20
saat orang berada di super market atau swalayan dan ingin membeli shampo clear, maka ia
tidak perlu lagi membuka dan mencoba produk yang akan dibeli. Singkat kata kemasan
dalam produk bisa diartikan sebagai identitas sebuah produk.
Dalam makalah ini penulis akan sedikit mambahas bagaimana unilever
mengembangkan strategi dalam pembuatan kemasan di produk shamponya.
Kemasan produk adalah sama pentingnya dengan produk itu sendiri karena kemasan
adalah bagaimana pelanggan mengidentifikasi produk. Sama, kemasan merupakan aspek
integral dari pengembangan produk strategi perusahaan dan tujuan penjualan. Namun, ini
tidak berarti bahwa perubahan dalam kemasan produk akan menghasilkan peningkatan
langsung dalam penjualan. Tapi dengan mengembangkan penjualan kemasan tujuan dan
strategi yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, adalah mungkin bagi perusahaan untuk
menyaksikan kemajuan bertahap dalam pendapatan penjualan.
Biaya
Biaya kemasan dapat mengambil bagian penting dari pengeluaran pendapatan
perusahaan. Biaya kemasan bisa mencapai 10-40 % dari harga eceran suatu produk, menurut
Entrepreneur.com. Dalam mengembangkan strategi penjualan dan tujuan, perusahaan harus
memperhitungkan biaya kemasan total dan biaya kemasan masing-masing unit. Pertimbangan
ini memastikan bahwa biaya kemasan membenarkan pendapatan penjualan. Sebuah strategi
kemasan-penjualan yang baik memastikan bahwa biaya kemasan tidak melebihi proyeksi
pendapatan penjualan.
Dalam hal ini unilever juga memikirkan hal ini, contohnya pada produk sunsilk pada
tahun 1952 produk sunsilk menggunakan botol kaca sebagai kemasan shamponya. Seiring
berjalannya waktu dan perkembangan teknologi yang semakin pesat berpindahlah unilever
dimana kemasan shampo sunsilk yang menggunakan botol kaca menjadi kemasan pelastik
pada tahun 1970. (lihat gambar di lampiran)
Positioning
Kemasan-strategi penjualan dan tujuan harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti
ukuran, warna dan bentuk produk. Berbagai warna dan bentuk yang sesuai untuk target pasar
yang berbeda. Misalnya anak-anak produk cenderung lebih berwarna dan dikemas secara
berbeda dari orang dewasa 'produk. Hal ini sama penting bagi sebuah perusahaan untuk
membuat produk yang jelas dibedakan dari para pesaingnya. Posisi suatu produk melalui
21
kemasan memerlukan menarik pelanggan melalui varietas warna, ukuran dan bentuk yang
berbeda dari kompetisi.
Dalam lini produk shampo unilever terdapat lima varian shampo yang beredar di
Indonesia. Produk tersebut antara lain, sunsilk, clear, dove, lifebuoy, dan zwitsal shampo.
Produk yang ditawarkan sunsilk memiliki target yang jelas. Pertama sunsilk, sunsilk
menginspirasi perempuan Indonesia untuk menyadari sifat dasar dan kekuatan mereka agar
mereka dapat memberikan yang terbaik bagi diri mereka sendiri, hal itu terlihat dari varian
yang ditawarkan oleh sunsilk;
Sunsilk Black Shine
Sunsilk Anti Dandruff Solution
Sunsilk Soft & Smooth
Sunsilk Clean & Fresh
Sunsilk Hair Fall Solution
Sunsilk Damage Hair Therapy
Sunsilk Frizz and Weather Defense (Baru)
Sunsilk Men Baru! (Segera Hadir November 2012)
Desain shampo sunsilk melambanngkan kewanitaan, dengan bentuk yang ramping dan
simetris memberikan kesan kewanitaan dan seksi.
Yang ke dua adalah shampo clear, shampo clear pada awal pembuatannya di khususkan
untuk konsumen yang mengalami masalah di kulit kepalanya (ketombe). Namun seiring
berjalannya waktu image ini mulai luntur karena semua shampo yang diproduksi oleh
unilever terdapat tipe untuk mengurangi ketombe di kulit kepala, kecuali zwitsal. Akan tetapi
image yang dibangun saat ini adalah memberika image sporty pada shampo clear. Hal ini
diperjelas dengan dipilinnya Irfan Bachding sebagai brand ambasador Clear Indonesia, dan
Cristiano Ronaldo sebagai brand ambasador Clear. Kesan sporty ini tercermin dari kemsan
yang digunakan oleh shampo clear, dengan warna yang mencolok, desain yang elegan dan
garis yang tegas yang menambah kesan sporty pada produk ini.
Ketiga adalah Dove shampoo, merupakan hasil dari perluasan merek dimana dove yang
awalnya adalah merek sabun wanita high-class kemudian memperluas mereknya dengan
membuat shampo. Dove memiliki semboyan tampil cantik setiap hari. Sasaran shampo dove
adalah kalanngan menengah ke atas, hal ini tercermin dari haganya yang labih mahal
dibanding shampo unilever lainnya.
Inovasi
22
Inovasi dalam kemasan adalah tentang memenuhi kebutuhan pelanggan. Pelanggan memiliki
kebutuhan yang berbeda dan ingin nyaman menggunakan produk yang sama untuk berbagai
kesempatan. Mempertimbangkan faktor-faktor seperti fungsi, portabilitas dan kemudahan
penggunaan dapat membantu perusahaan mengembangkan kemasan yang memenuhi
kebutuhan target pasarnya. Menawarkan informasi tentang produk pada kemasan juga
merupakan strategi kemasan-penjualan penting. Kemasan-strategi penjualan dan tujuan harus
mengikuti terus berkembang kebutuhan pelanggan.
Seiring perkembangan zaman, dan kebutuhan konsumen yang terus meningkat. Inovasi dalam
kemasan pada tiap-tiap produk yang dilempar ke pasaran oleh produsen shampo relatif sama.
Terdapat 2 jenis yaitu kemasan botol dan kemasan shaset.
Penelitian
Penelitian merupakan bagian penting dari pengembangan kemasan-tujuan penjualan dan
strategi. Bagaimana lagi Anda akan mengetahui pengembalian investasi dari strategi
kemasan? Hal ini dapat dicapai dengan mengevaluasi data penjualan terhadap strategi
kemasan untuk melihat apakah penjualan pendapatan yang disebabkan strategi ini. Dengan
cara ini, perusahaan dapat menentukan kemasan tren dan aspek seperti ukuran atau desain,
secara langsung berhubungan dengan penjualan. Akibatnya, perusahaan dapat memutuskan
apakah atau tidak itu adalah tujuan penjualan berharga dan strategi untuk mengubah kemasan
produknya.
BAB III
KESIMPULAN
Produk adalah suatu tawaran dari sebuah perusahaan yang tujuannya adalah untuk
memuaskan atau memenuhi kebutuhan, produk sudah pasti adalah sebuah barang, akan tetapi
barang belum tentu merupakan sebuah produk.
Lini produk merupakan kumpulan produk yang sejenis, tergantung bagaimana
seseorang mengelompokkan produk tersebut.
23
Strategi perluasan merek memudahkan produk baru untuk segera meraih pangsa
pasar, tetapi yang harus diperhatikan bahwa tetap ada resiko karena produk tersebut masih
terkait dengan persepsi konsumen akan citra merek induk. Banyak perdebatan yang muncul
dari berbagai pihak dimana ada pihak – pihak yang setuju / pro tetapi tidak sedikit juga pihak
– pihak yang kontra dan meremehkan penggunaan strategi ini.
Tidak ada peluncuran produk baru, baik dengan merek yang benar – benar baru
ataupun dengan menggunakan strategi perluasan merek yang tanpa beresiko. Semuanya
beresiko bahkan menurut Kotler professor pemasaran internasional dari Northwestern
Kellogg Graduate School of Management di Chicago menyatakan bahwa 90% dari produk
baru biasanya gagal di pasar. Disini peran manajer pemasaran sangatlah besar dalam
mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mendukung sukses atau tidaknya
suatu produk yang diluncurkan di pasar.
24
Top Related