TUGAS MAKALAH
KOMUNIKASI MASSA
Drs. Marwan Mahmudi, M.Si
“ TEORI KETERGANTUNGAN MEDIA (DEPENDENCY THEORY) “
Oleh :
Puspa Oktaviani
Irma Tridamayanti
Yoshinta Puspa
Anis Safitri
Evi Amelia
Ilmu Komunikasi
Public Relations
Universitas Mercu Buana
2013/2014
1
44213010007
44213010014
44213010019
44213010032
44213010034
KATA PENGANTAR
Pujisyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “TEORI
KETERGANTUNGAN MEDIA (DEPENDENCY THEORY)”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Komunikasi Massa, Public Relations Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
penelitian ini, khususnya kepada :
1. Bapak Marwan Mahmudi selaku dosen pembimbing mata kuliah Sosiologi
Komunikasi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pkiran dalam
pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian
penyusunan makalah ini
2. Rekan-rekan semua di kelas Komunikasi Massa 2014.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Jakarta, May 2014
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................2
Daftar Isi.............................................................................................................3
Bab I Pendahuluan............................................................................................4
Latar Belakang.....................................................................................................4
Tujuan Penulisan..................................................................................................4
Bab II Pembahasan............................................................................................5
Pengertian Teori Ketergantungan Media (Dependency Theory)…………….7
A. Teori Perbedaan Individu (Individual Differences Theory).................8
B. Teori Penggolongan Sosial (Social Category Theory)...........................9
C. Teori Norma Budaya ( Norm And Cultural Theory).............................10
D. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)………….....11
E. Teori S-O-R
Bab III Penutup.................................................................................................14
Kesimpulan........................................................................................................14
Daftar Pustaka...................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Perkembangan media massa akhir-akhir ini menunjukkan bahwa
ketergantungan orang akan media massa semakin tinggi. Munculnya televisi-
televisi swasta dalam jumlah siarannya yang sangat banyak mempengaruhi
kehidupan dalam setiap lapisan masyarakat.Televisi sebagai media massa,
mempunyai banyak kelebihan dalam penyampaian pesan-pesannya, dibandingkan
dengan media massa yang lain, karena pesan-pesan yang disampaikan melalui
gambar dan suara secara bersamaan dan dan sangat cepat dan dapat menjangkau
ruang yang sangat luas. Televisi kini semakin mendominasi komunikasi massa
dikarenakan sifatnya yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan
masyarakat. Perkembangan televisi di Indonesia semakin marak dengan kehadiran
televisi swasta, seperti SCTV, RCTI, INDOSIAR, TRANS TV, dan sebagainya.
Selain televisi, media massa lain seperti radio maupun media social juga memiliki
daya tarik tersendiri dalam memberikan informasi.
1. 2 Tujuan Penulisan
Makalah yang disusun bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Komunikasi Massa. Selain itu, makalah ini juga disusun untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang pemahaman mengenai Teori
Ketergantungan Media (Dependency Theory).
4
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI KETERGANTUNGAN MEDIA (DEPENDENCY THEORY)
DALAM PEMILIHAN MEDIA MASSA
Sifat dan tujuan teori bukan semata-mata untuk menemukan fakta yang
tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan
serta merepresentasikan fakta tersebut. Karenanya teori yang baik adalah teori
yang konseptualisasi dan penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat
diterapkan dalam kehidupan nyata. (Abraham Kaplan (1964)
Teori Ketergantungan (Dependency Theory) menurut Melvin Defluer dan
Sandra Ball Roceach , adalah teori tentang komunikasi massa yang menyatakan
bahwa semakin seseorang tergantung pada suatu media untuk memenuhi
kebutuhannya, maka media tersebut menjadi semakin penting untuk orang itu.
Ketergantungan itu sangat esensial dalam naluri freud. Karena merupakan fitur
yang sangat mencolok pada prosa pembangunan budaya itu, apa yang
memungkinkan untuk kegiatan psikis yang lebih tinggi, ilmiah, artistik maupun
ideologis, untuk memainkan peran penting dalam kehidupan beradab (Peradaban
and Its Discontents, hal 44).
Freud berpendapat," Bahwa esensi dari proses represi terletak, tidak
meletakkannya berakhir, dalam memusnahkan, gagasan yang merupakan naluri,
tapi dalam mencegah dari menjadi sadar yang direpresikan merupakan bagian dari
alam bawah sadar…Bagaimana kita untuk sampai pada pengetahuan tentang
sadar? Hal ini tentu saja hanya sebagai sesuatu yang sadar yang kita kenal, setelah
mengalami transformasi atau penerjemahan menjadi sesuatu sadar "("The bawah
sadar, "hal 573). Alam bawah sadar (naluri id-terpenting) tidak statis hal ini terikat
5
dalam serangkaian mekanisme yang rumit dengan ego-super ("badan khusus..
self-kritik "), yaitu, pemikiran rasional, alasan, atau hati nurani seseorang (The
Luar biasa, "hal 211). upaya untuk mengembangkan cara sistematis untuk
mengakses dan menafsirkan alam bawah sadar. Di bagian ini dikutip ia secara
eksplisit elides proses tindakan psikis yang mereka interpretasi tekstual (Satu
dipengaruhi oleh strategi penafsiran Yahudi dari Midrash hidup (komentar) dalam
gerakan yang membuat seseorang sadar, sejarah kehidupan ego, teks penuh
dengan "ditekan dan abnegated materi, "yakni, jejak-jejak asal lain (ibid.).
Freud menulis bahwa hampir di mana-mana dapat ditemukan ada kelalaian
mencolok, mengganggu pengulangan, kontradiksi gamblang, tanda-tanda hal
komunikasi yang tidak pernah dimaksudkan berharap untuk memberikan kata
"Distorsi" makna ganda yang memiliki hak, meskipun tidak lagi digunakan dalam
pengertian ini. Ini seharusnya berarti tidak hanya "untuk mengubah penampilan,
"tetapi juga" untuk kunci terpisah, "" untuk dimasukkan ke dalam tempat lain. "
(Musa dan Monoteisme, hal 52)
Teori ini memperkenalkan model yang menunjukan hubungan integral tak
terpisahkan antara pemirsa, media dan sistem sosial yang besar. Teori ini
memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari
media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta
mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu
digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap
semua media. Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model
ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan
khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan
mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber
media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial. Untuk
mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa
metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset etnografi.
Konsisten dengan teori-teori yang menekankan pada pemirsa sebagai
penentu media, model ini memperlihatkan bahwa individu bergantung pada media
untuk pemenuhan kebutuhan atau untuk mencapai tujuannya, tetapi mereka tidak
6
bergantung pada banyak media dengan porsi yang sama besar. Besarnya
ketergantungan seseorang pada media ditentukan dari dua hal.
1. Individu akan condong menggunakan media yang menyediakan kebutuhannya
lebih banyak dibandingkan dengan media lain yang hanya sedikit. Sebagai contoh,
bila anda menyukai gosip, anda akan membeli tabloid gosip dibandingkan
membeli koran Kompas, dimana porsi gosip tentang artis hanya disediakan pada
dua kolom di halaman belakang, tetapi orang yang tidak menyukai gosip mungkin
tidak tahu bahwa tabloid gosip kesukaan anda, katakanlah acara Cek dan ricek, itu
ada, ia pikir cek dan ricek itu hanya acara di televisi, dan orang ini kemungkinan
sama sekali tidak peduli berita tentang artis di dua kolom halaman belakang
Kompas.
2. Persentase ketergantungan juga ditentukan oleh stabilitas sosial saat itu. Sebagai
contoh, bila negara dalam keadaan tidak stabil, anda akan lebih bergantung/
percaya pada koran untuk mengetahui informasi jumlah korban bentrok fisik
antara pihak keamanan dan pengunjuk rasa, sedangkan bila keadaan negara stabil,
ketergantungan seseorang akan media bisa turun dan individu akan lebih
bergantung pada institusi - institusi negara atau masyarakat untuk informasi.
Sebagai contoh di Malaysia dan Singapura dimana penguasa memiliki pengaruh
besar atas pendapat rakyatnya, pemberitaan media membosankan karena segala
sesuatu tidak bebas untuk digali, dibahas, atau dibesar-besarkan, sehingga
masyarakat lebih mempercayai pemerintah sebagai sumber informasi mereka.
A. (Individual Differences Theory) Teori Perbedaan Individu
Asumsi teori ini adalah Pesan-pesan yang disampaikan media massa
ditangkap individu sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan personal individu.
Efek komunikasi pada individu akan beragam walaupun individu menerima pesan
yang sama. Terdapat faktor psikologis dalam menerima pesan yang disampaikan
media massa. Masing-masing individu mempunyai perhatian, minat, keinginan
yang berbeda yang dipengaruhi faktor-faktor psikologis yang ada pada diri
7
individu tersebut sehingga mempengaruhi dalam menerima pesan yang
disampaikan media massa.
B. Teori Penggolongan Sosial (Social Category Theory)
Asumsi teori ini adalah Individu yang masuk dalam kategori sosial tertentu
atau sama akan cenderung memiliki prilaku atau sikap yang kurang lebih sama
terhadap rangsangan-rangsangan tertentu. Pesan-pesan yang disampaikan media
massa cenderung ditanggapi sama oleh individu yang termasuk dalam kelompok
sosial tertentu. Teori Penggolongan sosial ini dapat di di lihat berdasarkan : Usia,
Jenis kelamin Suku, Profesi, Pendidikan. Kegemaran atau Hobby, Status sosial.
Agama dll.
Dengan adanya penggolongan sosial ini muncullah media massa yang
sifatnya special atau khusus yang diperuntukan bagi kalangan tertentu, dengan
mengambil segmentasi/pangsa pasar tertentu misalnya :
Majalah Bola, Soccer, Go, F1, dll diperuntukan mereka yang senang
olahraga.
Majalah Femina, Kartini, Wanita , dll yang diperuntukan wanita kalangan
tertentu.
Program Siaran Si bolang di Trans 7, Ipin Ipin, yang diperuntukan untuk
anak-anak
Majalah Tempo, Republika, Kompas, Jawa Pos misalnya diperuntukan
mereka yang senang politik.
Silet, Cek and Ricek, misalnya diperuntukan mereka yang senang dengan
berita seputar gosip para artis.
Begitu juga di media elektronik disajikan acara-acara tertentu yang memang
diperuntukan bagi kalangan tertentu dengan memprogramkannya sesuai dengan
waktu dan segmen khalayaknya.
8
C. TEORI NORMA BUDAYA ( NORM AND CULTURAL THEORY)
Asumsi teori ini adalah Media massa melalui informasi yang disampaikannya
dengan cara-cara tertentu dapat menimbulkan kesan yang oleh khalayak
disesuaikan dengan norma-norma dan nilai-nilai budayanya. Media massa
mempengaruhi budaya-budaya masyarakatnya dengan cara Pesan-pesan yang
disampaikan media massa memperkuat budaya yang ada. Ketika suatu budaya
telah kehilangan tempat apresiasinya, kemudian media massa memberi lahan atau
tempat maka budaya yang pada awalnya sudah mulai luntur menjadi hidup
kembali. Misalnya Acara pertunjukan Overa Van Java, yang ditayangkan di
Trans 7, Wayang Kulit, terbukti telah memberi tempat pada budaya tersebut
untuk diapresiasi oleh masyarakat. Media massa telah menciptakan pola baru
tetapi tidak bertentangan bahkan menyempurnakan budaya lama.
Freud berpendapat analogi antara kelestarian psikis dan model arkeologi,
khususnya Roma, Kota Abadi. Dia menjelaskan bagaimana topografi Roma
ditembak melalui reruntuhan dan sisa-sisa masa lalu, mereka ditemukan
"Dovetailed Ke dalam campur aduknya metropolitan besar yang telah tumbuh di
beberapa abad terakhir sejak Renaissance "(Hal. 17). Freud mengambil model dari
arkeologi situs dengan lapisan selanjutnya reruntuhan dan peta itu kesadaran
manusia karena ini adalah bagaimana masa lalu dipertahankan pada saat ini, yang
merupakan model imanensi. Dia berpendapat bahwa kita harus membandingkan
masa lalu kota dengan yang pikiran. Dia meminta kita untuk "menganggap bahwa
Roma bukanlah tempat tinggal manusia tapi badan psikis dengan masa lalu yang
sama panjang dan berlebihan "(ibid.). Dalam kedua model, apa Freud
berpendapat adalah palimpsest spektral yang mengingat-Nya terkenal penjelasan
tentang Wunderblock, dimana semua yang telah ditulis pada tabula rasa
dipertahankan dalam lilin pada yang bersandar. Model imanensi penting karena
memberikan metafora spasial yang memungkinkan satu untuk membaca jejak atau
efek sisa masa lalu di masa kini. Selain itu, hal ini membantu kita untuk
memahami desakan Freud ketika datang ke konstan tindakan yang dibutuhkan
untuk menekan hasrat tak sadar. Dia bersikeras ketika ia menegaskan bahwa
9
proses "dari represi tidak boleh dianggap sebagai suatu peristiwa yangterjadi
sekali, hasil yang permanen, seperti ketika hidup beberapa hal yang telah dibunuh
dan dari waktu itu dan seterusnya sudah mati; tuntutan represi pengeluaran terus-
menerus kekuatan pemeliharaan represi melibatkan pengeluaran tak terputus gaya
"(" Penindakan, " Dari teks besar pertama Freud The Interpretation of Dreams
(1900) melalui karya-karya berurusan dengan agama, seperti Totem dan Taboo
(1913), dan bahkan di kemudian kerja seperti Peradaban dan Its Discontents,
sebuah konsepsi manusia diberikan. Ia berpendapat bahwa manusia didorong oleh
dua primal naluri: diri pelestarian dan kepuasan libidinal. Naluri ini mematuhi
tidak ada hukum normatif sosial selain kepuasan. Drive ini terhadap kepuasan
adalah kekuatan destruktif. Dicentang, kekerasan dan kematian hanya akan
menghasilkan dari perjalanan kita menuju pemenuhan malu egois. hal 572).
Menurut Paul Lazarfeld dan Robert K Merton terdapat empat sumber utama
kekhawatiran masyarakat terhadap media massa, yaitu :
1. Sifat Media Massa yang mampu hadir dimana-mana (Ubiquity) serta
kekuatannnya yang potensial untuk memanipulasi dengan tujuan-tujuan
tertentu
2. Dominasi kepentingan ekonomi dari pemilik modal untuk menguasai media
massa dengan demikian media massa dapat dipergunakan untuk menjamin
ketundukan masyarakat terhadap status quo sehingga memperkecil kritik
sosial dan memperlemah kemampuan khalayak untuk berpikir kritis.
3. Media massa dengan jangkauan yang besar dan luas dapat membawa
khalayaknya pada cita rasa estetis dan standar budaya populer yang rendah.
4. Media massa dapat menghilangkan sukses sosial yang merupakan jerih payah
para pembaharu selama beberapa puluh tahun yang lalu.
D. TEORI PENGHARAPAN NILAI (The Expectacy-Value Theory)
Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di
dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya
sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai). Dalam kerangka
pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap
10
Anda terhadap media –kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat
berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut.
Freud minat (de-) sublimasi-artikulasi uncensored dari psikis fantasi-bersama
dengan "hasil estetika kesenangan kepuasan substitusi adalah ilusi berbeda dengan
kenyataan karena apa yang kita inginkan adalah kepuasan dan belum"Tidak ada
kemungkinan sekali menjadi yang dibawa melalui, semua peraturanalam semesta
bertentangan dengan itu "(ibid., hal 23). Dengan demikian, kita diciptakan untuk
memperoleh kenikmatan dalam ilusi, bentuk kedua-tier. Namun, sublimasi
menyediakanFreud dengan alat untuk menyelidiki lebih lanjut bagaimana materi
ditekan terus mengerahkan pengaruh yang menentukan atas hidup sadar,
bagaimana dan mengapa primal naluri yang terus-menerus hadir, selalu
mengancam akan mengambil alih. Inipotensi desublimation terjadi tidak hanya
pada tingkat individu, tetapi pada tingkat kolektif juga karena usaha sublimatory
seperti agama dan seni adalah ilusi sosial. "
E. TEORI S-O-R
Teori dependensi menurut Penulis sangat Berkorelasi dengan Teori S-O-
R) Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semua berasal
dari Psikologi. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama
yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini,
perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Menurut stimulus response ini efek yang
ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang
dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah;
• Pesan (stimulus, S)
• Komunikan (organism, O)
• Efek (Response, R)
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya
jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat
Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang
baru ada tiga variabel penting yaitu :
11
• Perhatian
• Pengertian
• penerimaan.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin
diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian
dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan
inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
REFLEKSI TEORI DEPENDENSI”
Menurut Perspectif penulis bahwa Teori dependensi sangat krusial ditelaah
secara Intensifikasi dalam mencari format kesukaan khalayak dalam alam
sadarnya pada pemilihan Media, seperti proses mimpi yang panjang hingga ia
terlelap kembali dalam tidurnya, hysteria dalam alam bawah sadar” Kajian
Sigmund Freud sangat erat kaitannya dalam teori Melvin defluer dan Sandra Ball
Rokeach, akan domain media massa yang menyingkap sejarah masa lalu, ibarat
budaya budaya kuno yang di tanzilkan secara baru, sehingga ia ibarat ada dan
tiada, sehingga dibutuhkan Pemilihan /pemilahan /uses and gratification
berdasarkan rangkaian yang rumit terhadap ego super yaitu, pemikiran rasional,
alasan, atau hati nurani seseorang. Yaitu adanya perbedaan yang membuat teori
ini semakin dapat mencari pengolongannya berdasarkan rumusan rumusan Melvin
Defleur dan Sandra Ball Rokeach ini.
Kepastian
Saya melihat ketika dependensi/teori ketergantungan ini ditafsirkan dalam
berbagai metode maka kita akan mencari variabel variabel penghubung untuk
mengukur para meternya apakah teori ketergantungan media dapat drespon, dari
komunikan secara individual berdasarkan komponen sosialnya, tentu itulah kajian
yang sesungguhnya, yang mengupas detail tentang ketergangungan khalayak
dalam alam sadarnya. Sehinga terjadi sebuah proses dimana semua yang telah
12
ditulis pada tabula rasa dipertahankan dalam lilin pada yang bersandar”Freud” dan
saya sangat setuju ungkapan Freud tersebut.
Bahwa integral nya hubungan Khalayak, Media dan system Sosialnya, merupakan
komponen yang berkolerasi kecil namun ketika ditarik benang halusnya dapat
membongkar fiksi keseluruhannya.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Teori Ketergantungan Media (Dependency Theory) adalah teori tentang
komunikasi massa yang menyatakan bahwa semakin seseorang tergantung pada
suatu media untuk memenuhi kebutuhannya, maka media tersebut menjadi
semakin penting untuk orang itu.Teori ini diperkenalkan oleh Sandra Ball-
Rokeach dan Melvin DeFleur. Mereka memperkenalkan model yang menunjukan
hubungan integral tak terpisahkan antara pemirsa, media dan sistem sosial yang
besar.Konsisten dengan teori-teori yang menekankan pada pemirsa sebagai
penentu media, model ini memperlihatkan bahwa individu bergantung pada media
untuk pemenuhan kebutuhan atau untuk mencapai tujuannya, tetapi mereka tidak
bergantung pada banyak media dengan porsi yang sama besar.
14
3.2 DAFTAR PUSTAKA.
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_ketergantungan_media
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/02/teori-teori-komunikasi.html
http://agussetiaman.wordpress.com/2008/11/07/teori-efek-komunikasi-massa-
dari-melvin-defleur/
15
Top Related