Download - Makalah Kimia Dasar II

Transcript
Page 1: Makalah Kimia Dasar II

Makalah Ini Di Buat Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah

KIMIA DASAR II

Disusun Oleh:

TUTIK RAHAYU NINGSIH

201113500723

1

Page 2: Makalah Kimia Dasar II

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, ni’mat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah

makalah. Shalawat serta salam tidak lupa dihaturkan kepada suri tauladan umat

manusia Rasulullah SAW.

Sebuah makalah dengan tema ”Dampak Penggunaan Pewangi,

Detergen dan Sabun dalam kehidupan sehari-hari” ini disusun oleh penulis

sebagai salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah “Kimia

Dasar II” .Namun dalam pelaksanaannya, penulis sering kali menghadapi banyak

kendala seperti sulitnya memahami secara utuh pokok bahasan yang akan penulis

tuangkan dalam makalah ini.Namun syukur Alhamdulillah akhirnya penulis dapat

melewati kendala yang dihadapi hingga saat ini.

Akhir kata penulis dengan segala kerendahan hati memanjatkan do’a

kepada Allah SWT, mudah-mudahan senantiasa melimpahkan segala rahmat-Nya

kepada mereka yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Terima kasih.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 29 Agustus 2013

Penulis

2

Page 3: Makalah Kimia Dasar II

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam

keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat

lainnya.Campuran suatu zat akan tetap mempertahankan sifat-sifat unsurnya.

Oleh karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau

efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-masing

zat bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang bersangkutan. Banyak

ragam bahan kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pamakalah

ini hanya akan dibahas beberapa kelompok bahan kimia saja diantaranya

Pewangi,ditergen dan sabun.

Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah

tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang

tidak tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang

berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh detergen misalnya,

mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup di

sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai

tersebut.Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan.

Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras dalam

konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air

3

Page 4: Makalah Kimia Dasar II

4

dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.Selain itu banyak dari kita

yang belum tahu bahaya atau dampak yang ditimbulkan dari bahan-bahan

kimia yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

4

Page 5: Makalah Kimia Dasar II

5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

A.PEWANGI

1.Pengertian pewangi………………………………………………………..

2.Jenis-jenis pewangi………………………………………………………..

3.Bahaya pewangi……………………………………………………………

4.Pencegahan bahaya pewangi………………………………………………

B.DETERGEN

1.Pengertian detergen dan manfaatnya……………………………………….

2.Bahan-bahan detergen……………………………………………………....

3.Jenis-jenis detergen………………………………………………………….

4.Bahaya detergen……………………………………………………………..

5.Pencegahan bahaya detergen………………………………………………..

5

Page 6: Makalah Kimia Dasar II

6

C.SABUN……………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan…………………………………………………………………..

B.Saran………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..

6

Page 7: Makalah Kimia Dasar II

7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pewangi

1. Pengertian pewangi

Pewangi merupakan bahan kimia yang biasanya terdapat dalam parfum,

pengharum ruangan, pengharum lantai, pengharum pakaian, dan pengharum

toilet.Kebanyakan pewangi menggunakan zat-zat kimia. Sementara pemakaian

produk apa pun yang merupakan zat-zat kimia, bila berlebihan atau berkontak

langsung melalui sistem pernapasan, akan menimbulkan gangguan pada fungsi

sistem saraf. Demikian dikemukakan Dr Budiawan dari Puska RKL (Pusat Kajian

Risiko dan Keselamatan Lingkungan). Bahan pewangi organik dapat dengan

mudah terserap melalui kulit dan menyebabkan efek pada kulit seperti iritasi dan

dermatitis. Meskipun komponen zat kimia aktif yang dikandung tiap pewangi

berbeda-beda.

2. Jenis-jenis pewangi

Ada berbagai jenis pewangi. Ada yang padat (biasanya pewangi yang

diperuntukkan untuk toilet dan lemari), ada yang cair, gel dan ada juga yang

semprot. Sementara penggunaannya, ada yang digantungkan, ada yang diletakkan

begitu saja, atau ditempatkan di bibir AC maupun kipas angin.

7

Page 8: Makalah Kimia Dasar II

8

Ada 2 jenis zat pewangi, yakni yang berbahan dasar air dan berbahan dasar

minyak. Pewangi berbahan dasar air umumnya memiliki kestabilan aroma (wangi)

relatif singkat (sekitar 3-5 jam). Itulah mengapa pewangi berbahan dasar air relatif

lebih aman bagi kesehatan dibandingkan pewangi berbahan dasar minyak.

Pewangi berbahan dasar minyak lebih tahan lama sehingga harga jualnya

bisa lebih mahal. Pewangi jenis ini biasanya menggunakan beberapa bahan

pelarut/ cairan pembawa, di antaranya isoparafin, diethyl phtalate atau

campurannya.Sementara jenis pewangi yang disemprotkan umumnya

mengandung isobutane, riburane, propanc atau campurannya. Untuk bentuk gci

disertai kandungan bahan gum. Adapun zat aktif aroma bentuk ini umumnya

berupa campuran zat pewangi, seperti limo-ncne, benzyl acetate, linalool,

citronellol, ocimcnc, dan sebagainya.

Bahan pewangi umumnya terdiri atas tiga bentuk, yaitu:

a. Pewangi padat, misalnya seperti bedak.

b. Pewangi cair, misalnya seperti deodoran.

c. Pewangi aerosol cair, misalnya seperti  parfum. Pewangi berbentuk aerosol

cair menggunakan senyawa kimia pendorong (propelan) agar dihasilkan

aerosol, yaitu kloroflurokarbon (CFC).

Aroma harum pada bahan pewangi dapat diperoleh dari bahan alami, seperti:

a. Fenil alcohol = terdapat pada bunga mawar

8

Page 9: Makalah Kimia Dasar II

9

b. Sitrat = buahjeruk

c. Ambergis  = dari ekstrak usus ikan paus

d. Gray amber = dari sperma ikan hiu

e. Castorium =dari kelenjar kaki rusa betina yang ada diAmerika Utara

dan Siberia

f. C/Vet = dari kelenjar musang Ethiopia

3. Bahaya pewangi

Menurut Budiawan, bahaya pewangi umumnya tergantung pada

jenis/bentuknya maupun pewangi dan komponen-komponen kimia aktif yang

terkandung di dalamnya, disamping faktor pengaruh lain, seperti jalur paparannya.

Dari segi bentuk, sediaan yang mudah menguap (aerosol) lebih berisiko bagi

tubuh, terutama jika terjadi kontak langsung melalui sistem pernapasan. Namun

demikian kontak yang terjadi melalui kulit pun bukan tak berisiko mengingat zat

pewangi akan begitu mudah memasuki tubuh.Pada prinsipnya semua zat pewangi

tersebut berisiko terhadap kesehatan. Terutama pada mereka yang berada pada

kondisi rentan, seperti ibu hamil, bayi, dan anak, ataupun orang yang sangat

sensitif terhadap zat-zat pewangi. Sayangnya, baru sekitar 80% zat pewangi

belum teruji keamanannya terhadap manusia. Di sinilah kewaspadaan konsumen

betul-betul dituntut.

9

Page 10: Makalah Kimia Dasar II

10

Ada pun pewangi yang sudah dilarang The International Fragrance

Association (IFRA) di antaranya pewangi yang mengandung musk ambrette,

geranyl nitrile, dan 7-methyl coumarin. Sedangkan yang berbentuk gel dilarang

bila mengandung zat-zat pengawet yang berbahaya bagi kesehatan, seperti

formaldehyde dan methylchloroisothiozilinone. Jadi, tidak semua pewangi

memberi efek negatif bagi kesehatan. Artinya, kita masih bisa menggunakan

pewangi yang beredar di pasaran.Pewangi dapat saja memicu gangguan

pernapasan ataupun asma,sakit kepala hingga kemungkinan gangguan

pertumbuhan janin pada ibu hamil. Tapi hal ini akan terjadi jika memakai zat

pewangi yang sudah dilarang penggunaannya sebagaimana yang

direkomendasikan.

4. Pencegahan bahaya pewangi

Secara kasat mata mungkin sulit untuk mengetahui mana pewangi yang

aman dan mana yang berbahaya. Sebagai tindak pencegahannya, konsumen harus

cerdik memilih pewangi dengan merek terdaftar/teregistrasi. Dengan demikian

keamanannya minimal cukup terjamin di bawah lembaga pengawas/pemberi izin.

Tentu saja demi keamanan konsumen, badan pengawas harus benar-benar

mengontrol peredaran pewangi ini. Terlebih terhadap pewangi dengan kandungan

zat-zat tertentu yang memang diketahui berisiko bagi kesehatan. Mengapa hal ini

perlu ditekankan? Karena pihak produsen kerap tidak mau mencantumkan pada

kemasan mengenai komposisi bahan-bahan dalam pewangi yang diproduksinya.

10

Page 11: Makalah Kimia Dasar II

11

Bagi konsumen dianjurkan agar senantiasa cermat membaca label atau

registrasi produk. Selain itu, gunakan pewangi seperlunya saja sesuai kebutuhan.

Menggunakannya pun jangan berlebihan sambil selalu mengedepankan kehati-

hatian dalam memilih produk. Jangan lupa untuk menyimpannya jauh dari

jangkauan anak-anak, terutama balita.Yang tak kalah penting untuk diperhatikan,

hindari produk pewangi dari kontak langsung dengan sinar matahari guna

mencegah terjadinya perubahan kimiawi. Itulah mengapa hindari area yang

langsung terpapar sinar matahari sebagai tempat penyimpanan pengharum.Hindari

pemakaian kamper untuk kebutuhan Bayi.Berdasarkan hasil studi terdahulu

(WHO), jika zat kamper (naftalen) kontak langsung pada bayi secara perkutan

(penyerapan melalui kulit) dan paparannya sering serta berlebihan dalam

penggunaaannya, dapat menyebabkan peningkatan kadar billirubin dalam darah

yang dapat mengganggu sistem saraf pusat

Pewangi merupakan bahan kimia lain yang erat kaitannya dengan

kehidupan kita sehari-hari. Kita dapat memperoleh bahan pewangi dari bahan

alam maupun sintetik. Bahan pewangi alami yang sudah kita kenal di antaranya

diperoleh dari daun kayu putih, kulit kayu manis, batang kayu cendana, bunga

kenanga, bunga melati, dan buah pala. Bahan pewangi sintetik biasanya dipakai

dalam berbagai pewangi atau parfum dalam kemasan. Selain zat yang

menimbulkan aroma wangi, pewangi yang dijual di pasaran biasanya mengandung

zat-zat lain, seperti alkohol untuk pewangi yang berbentuk cair dan tawas untuk

pewangi yang berbentuk padat.

11

Page 12: Makalah Kimia Dasar II

12

Selain alkohol, masih terdapat beragam zat tambahan lainnya yang sengaja

ditambahkan ke dalam pewangi agar parfum mudah disemprotkan (zat tersebut

berfungsi sebagai propelan). Di antara zat-zat tambahan yang dapat berfungsi

sebagai propelan tersebut ada yang dapat mencemari lingkungan. Propelan

tertentu jika lepas ke udara kemudian masuk ke atmosfer bagian atas akan

merusak lapisan ozon (suatu lapisan di udara bagian atas yang melindungi

manusia dari sinar-sinar berenergi tinggi, seperti sinar ultra violet). Untuk itu, kita

harus selektif ketika membeli produk berupa parfum, jangan sampai mengandung

bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan.

B. Detergen

1. Pengertian produk deterjen dan manfaatnya

Detergen adalah pembersih sintetis campuran berbagai bahan, yang

digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan

minyak bumi. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara

lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan

air.Kebersihan merupakan salah satu faktor penting bagi kesehatan masyarakat.

Untuk menjaga kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal serta tempat umum

dibutuhkan produk pembersih atau sabun cuci yang dapat diandalkan. Ibu rumah

tangga, rumah sakit, sarana umum lain hingga hotel berbintang lima pasti

menjadikan produk yang satu ini sebagai bagian kehidupan sehari-hari untuk

mencuci pakaian maupun peralatan rumah tangga.

2. Bahan-bahan ditergen

12

Page 13: Makalah Kimia Dasar II

13

Pada umumnya, detergen mengandung bahan-bahan berikut:

1) Surfaktan

Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang

mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak).

Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat

melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Secara garis besar,

terdapat empat kategori surfaktan yaitu

a. Anionik :

-Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)

-Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)

-Alpha Olein Sulfonate (AOS)

b. Kationik : Garam Ammonium

c. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle

d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines

2) Builder

Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari

surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.

a. Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)

b. Asetat :

13

Page 14: Makalah Kimia Dasar II

14

- Nitril Tri Acetate (NTA)

- Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)

c. Silikat : Zeolit

d. Sitrat : Asam Sitrat

3) Filler

Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai

kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium

sulfat.

4) Aditif

Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih

menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan

langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud

komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl

Cellulose (CMC).

3. Jenis-Jenis Ditergen

Kita tentu sudah akrab dengan detergen, selama ini kita mengenal

detergent sebagai bubuk pembersih pakaian. Sebenarnya deterjen adalah senyawa

organik, yang memiliki dua kutub dan bersifat non-polar karakteristik. Ada tiga

jenis deterjen yaitu anionic, kationik, dan non-ionik. Anionic dan permanen

kationik memiliki muatan negatif dan positif yang melekat pada non-polar

(hidrofobik) CC rantai. Detergen non-ionik tidak mempunyai muatan ion tetap,

14

Page 15: Makalah Kimia Dasar II

15

hal ini terjadi karena mereka memiliki jumlah atom yang lemah elektropositif dan

elektronegatif yang disebabkan oleh kekuatan menarik elektron atom oksigen.

Ada dua jenis karakteristik detergent yang berbeda yaitu fosfat deterjen

dan surfaktan deterjen. Pada umumnya deterjen yang mengandung fosfat akan

terasa panas ditangan, sedangkan surfaktan adalah jenis deterjen yang sangat

beracun. Perbedaan kedua jenis detergen itu adalah deterjen surfaktan lebih

berbusa dan bersifat emulsifying deterjen. Disisi lain fosfat detergent adalah

deterjent yang membantu menghentikan kotoran dalam air.Zat yang terkandng

didalam detergent juga digunakan dalam formulasi dalam pestisida. Degradasi

alkylphenol polyethoxylates (non-ion) dapat menyebabkan pembentukan

alkylphenols (terutamanonylphenols)yang bertindak sebagai endokrin

pengganggu jika limbah detergent bercampur dengan air limbah lain di saluran

air.Awalnya deterjen mesin cuci dikenal sebagai produk cuci pembersih pakaian,

namun kini meluas dalam bentuk produk-produk sabun cuci seperti:

1) Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti

sampo, sabun cuci tangan, dll.

2) Laundry, sebagai sabun deterjen pencuci pakaian, merupakan produk

deterjen yang paling populer di masyarakat.

3) Dishwashing product, sebagai sabun cuci piring alat-alat rumah tangga

baik untuk penggunaan cuci piring manual maupun produk sabun mesin

pencuci piring.

15

Page 16: Makalah Kimia Dasar II

16

4) Household cleaner, sebagai produk cuci rumah seperti produk sabun

cuci pembersih lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal,

gelas, dll.

4. Bahaya Ditergen

Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan

sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat

menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua

bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders,

diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap

manusia dan lingkungannya.

Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya

kelembaban alami yamg ada pada permukan kulit dan meningkatkan

permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit

manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kima dengan

kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit. Surfaktan

kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan

non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk

chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM.

Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi

kesehatan.Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri

deterjen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko

16

Page 17: Makalah Kimia Dasar II

17

tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain

yaitu LAS.

Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen

adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen,

sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara

mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari

daya cuci deterjen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya

berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya

racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan

mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat

menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air,

sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae

(phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi

bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air

sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya

justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara,

penggunaan phosphate dalam deterjen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah

dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder dalam deterjen.

Deterjen yang selama ini kita gunakan untuk mencuci pakaian sebenarnya

merupakan hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi

berbagai tambahan bahan kimia seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan

pewangi. Generasi awal deterjen pertama kali muncul dan mulai diperkenalkan ke

17

Page 18: Makalah Kimia Dasar II

18

masyarakat sekitar tahun 1960-an dengan menggunakan bahan kimia pengaktif

permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) sebagai penghasil busa.

(Wikipedia, 2009).

Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah

tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang

tidak tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang

berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh detergen misalnya,

mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup di sungai

tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai tersebut.

Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah

detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS.

Jenis deterjen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci

pakaian adalah deterjen anti noda. Deterjen jenis ini mengandung ABS (alkyl

benzene sulphonate) yang merupakan deterjen tergolong keras. Deterjen tersebut

sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan

yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalamkonsentrasi tinggi akan

mengancam dan membahayakan kehidupan biota airdan manusia yang

mengkonsumsi biota tersebut.

Awalnya inovasi yang dianggap cemerlang ini ini mendapatkan respon

yang menggembirakan. Namun seiring berjalannya waktu, ABS setelah diteliti

lebih lanjut diketahui mempunyai efek destruktif (buruk) terhadap lingkungan

18

Page 19: Makalah Kimia Dasar II

19

yakni sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Hal ini menjadikan sisa limbah

deterjen yang dikeluarkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah

berbahaya dan mengancam stabilitas lingkungan hidup kita.Beberapa negara di

dunia secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS ini dalam pembuatan

deterjen dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl

Sulfonat, atau lebih sering jika kita lihat di berbagai label produk deterjen yang

kita pakai dengan nama LAS yang relatif lebih ramah lingkungan. Akan tetapi

penelitian terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa senyawa ini juga

menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan. Menurut data

yang diperoleh bahwa dikatakan alam lingkungan kita membutuhkan waktu

selama 90 hari untuk mengurai LAS dan hanya 50% dari keseluruhan yang dapat

diurai.

Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah deterjen rumah tangga

adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng

gondok). Limbah deterjen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu

ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok sehingga dasar air tidak

mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang secara drastis,

kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat pesat.

Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan berakibat

merugikan manusia itu sendiri, sebagai contoh saja lingkungan tempat

pembuangan saluran selokan. Secara tidak langsung rumah tangga pasti

membuang limbah deterjennya melalui saluran selokan ini, dan coba kita lihat, di

19

Page 20: Makalah Kimia Dasar II

20

penghujung saluran selokan begitu banyak eceng gondok yang hidup dengan

kepadatan populasi yang sangat besar.

Selain merusak lingkungan alam, efek buruk deterjen yang dirasakan tentu

tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan

gangguan pada lingkungan kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci baju,

kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang mengelupas

hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi alergi.

Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian

menyebutkan bahwa deterjen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan

bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap

masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan bau

dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan jenis vektor pembawa berbagai

macam penyakit bagi manusia. Bagian yang paling berbahaya dari limbah

domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena

dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram

tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup

selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius.

Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah

deterjen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik).

Proses penguraian deterjen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi

dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya.

Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum,

20

Page 21: Makalah Kimia Dasar II

21

mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai

pembunuh kuman pada proses klorinasi.

Pada percobaan tersebut dapat dianalisa bahwa deterjen itu memang

mempunyai dampak buruk terhadap berbagai lingkungan kehidupan kita. Baik itu

lingkungan terrestrial dimana kita hidup, kemudian lingkungan perairan termasuk

organisme yang hidup di dalamnya, atau bahkan juga lingkungan kesehatan

manusia sendiri yang sebenarnya tanpa kita sadari mulai perlahan-lahan

menyerang kesehatan kita.

Deterjen fosfat tinggi seperti tri-natrium fosfat (TSP) dapat dibeli di

beberapa toko cat dan perangkat keras. Pembersihan secara teratur dengan

deterjen fosfat tinggi telah terbukti efektif dalam mengurangi debu di yang

terdapat di jendela dan di sekitar pintu.Apa yang terjadi jika limbah deterjent

bercampur dengan air?Deterjent memiliki efek beracun dalam air. Semua

deterjent menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari

bakteri dan parasit, selain itu detergent dapat menyebabkan kerusakan pada

insang. Kebanyakan ikan akan mati bila konsentrasi deterjent 15 bagian per juta.

Detergent dengan konsentrasi rendah pun sebanyak 5 ppm tetap dapat membunuh

telur ikan. Surfaktan deterjen pun tak kalah berbahaya karena jenis detergent ini

terbukti mengurangi kemampuan perkembangbiakan organisme perairan.

Deterjen juga memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air. Bahan

kimia organik seperti pestisida dan fenol akan mudah diserap oleh ikan, dengan

konsentrasi deterjen hanya 2 ppm dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah

21

Page 22: Makalah Kimia Dasar II

22

bahan kimia lainnya.Detergent juga memberi efek negatif bagi biota air. Fosfat

dalam deterjen dapat memicu ganggang air tawar bunga untuk melepaskan racun

dan menguras oksigen di perairan. Ketika ganggang membusuk, mereka

menggunakan oksigen yang tersedia untuk mempertahankan hidupnya.

5. Pencegahan Bahaya Detergen

Kesadaran masyarakat pengguna deterjen mesin akan dampak dibalik

manfaat deterjen mesin cuci perlu ditingkatkan. Peran serta masyarakat dalam

mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan deterjen sangat

diharapkan. Banyaknya pilihan produk yang diinformasikan melalui iklan

memang bisa menguntungkan konsumen. Tetapi konsumen tetap perlu berhati-

hati, karena kesalahan memilih produk akan merugikan konsumen sendiri.

Sebaiknya konsumen memilih deterjen yang pada kemasannya mencantumkan

penandaan nama dagang, isi / netto, nama bahan aktif, nama dan alamat pabrik,

nomor ijin edar, nomor kode produksi, kegunaan dan petunjuk penggunaan, juga

tanda peringatan serta cara penanggulangan bila terjadi kecelakaan. Selain itu

dianjurkan bagi konsumen untuk memilih produk yang mencantumkan bahan

aktif yang lebih aman dan ramah lingkungan. Informasi mengenai produk ramah

lingkungan dapat dilihat pada label baik berupa logo hijau maupun klaim ramah

lingkungan. Selain itu produsen sebaiknya memberikan informasi yang lebih

lengkap mengenai produknya.

Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang

menempel pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri

22

Page 23: Makalah Kimia Dasar II

23

yang menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-

alat rumah tangga dan peralatan rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Oleh

karena banyaknya manfaat penggunaan deterjen, sehingga menjadi bagian penting

yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern.

Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk kimia

aman di lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai (biodegradable).

ABS dalam lingkungan mempunyai tingkat biodegradable sangat rendah,

sehingga deterjen ini dikategorikan sebagai ‘non-biodegradable’. Dalam

pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat terurai, sekitar 50% bahan

aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk dalam sistem pembuangan. Hal ini

dapat menimbulkan masalah keracunan pada biota air dan penurunan kualitas air.

LAS mempunyai karakteristik lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah

lingkungan. LAS mempunyai gugus alkil lurus / tidak bercabang yang dengan

mudah dapat diurai oleh mikroorganisme.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh konsumen dalam menggunakan

deterjen adalah cara penggunaan yang benar. Pada beberapa deterjen bubuk

ternyata terdapat petunjuk yang tidak tepat. Yaitu ketika konsumen dianjurkan

menggunakan takaran genggam. Hal ini sungguh berisiko karena deterjen bersifat

basa yang berarti korosif terhadap kulit. Apalagi jika kulit pengguna bersifat

sensitif, maka takaran deterjen yang menggunakan istilah ‘genggam’ tersebut

akan langsung memberikan reaksi pada kulit berupa gatal, mengering dan pecah-

pecah. Selain itu, takaran genggam bukan ukuran yang bersifat pasti, karena

hanya berupa kira-kira yang sangat tergantung kepada ukuran tangan seseorang. 23

Page 24: Makalah Kimia Dasar II

24

Jadi kecenderungan konsumen untuk menggunakan berlebihan memang besar.

Disamping itu, karena slogan-slogan pada iklan produk deterjen baik di media

elektronik maupun media cetak, timbul persepsi konsumen bahwa busa banyak

bisa mencuci lebih bersih. Padahal busa yang terlalu banyak bukan berarti

deterjen menjadi lebih efektif, malah sebaliknya, daya cucinya terhambat. Selain

itu keberadaan busa-busa di permukaan badan air menjadi salah satu penyebab

kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan

demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat

menyebabkan kematian. Oleh karena itu sebaiknya konsumen menggunakan

takaran khusus untuk deterjen dan produsen menyediakan alat takar tersebut di

dalam kemasan produknya.

Air yang tercemari detergen dapat mengancam kehidupan organisme yang

hidup di dalamnya, salah satunya adalah ikan. Selain ikan masih banyak

organisme lain, seperti fitoplankton, zooplankton/protozoa, cyanobacteria, dan

lain-lain. Jika organisme-organisme seperti fitoplankton mati, maka zooplankton

akan mati karena tidak ada makanan, ikan-ikan pun akan mati karena zooplankton

yang biasa dimakan tidak ada. Dengan kata lain detergen dan polutan lainnya

yang mencemari air dapat memusnahkan seluruh organisme yang hidup di

dalamnya.Besar tidaknya pengaruh detergen dan polutan lainnya pada ikan dan

makhluk hidup lain tergantung pada konsentrasi polutan tersebut. Semakin tinggi

konsentrasi polutan, semakin besar pengaruhnya.

24

Page 25: Makalah Kimia Dasar II

25

Sabun dan detergen dapat menjadikan lemak dan minyak yang tadinya

tidak dapat bercampur dengan air menjadi mudah bercampur. Sabun dan detergen

dalam air dapat melepaskan sejenis ion yang memiliki bagian yang suka air

(hidrofilik) sehingga dapat larut dalam air dan bagian yang tidak suka akan air

(hidrofobik) sehingga larut dalam minyak atau lemak.Jika dalam pakaian yang

dicuci dengan detergen terdapat kotoran lemak maka bagian ion yang bersifat

hidrofobik masuk ke dalam butiran lemak atau minyak dan bagian ion tersebut

yang bersifat hidrofilik akan mengarah ke pelarut air. Keadaan ini menyebabkan

butiran-butiran minyak akan saling tolak-menolak karena menjadi bermuatan

sejenis. Akibatnya, kotoran lemak atau minyak yang telah lepas dari pakaian tidak

dapat saling bersatu lagi dan tetap berada dalam larutan.

Kita perlu hati-hati dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut

jangan sampai menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. Beberapa

jenis detergen sukar diuraikan oleh pengurai. Jika detergen ini bercampur dengan

air tanah yang dijadikan sumber air minum manusia atau binatang ternak maka air

tanah tersebut akan membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, kita sebaiknya

memilih detergen yang limbahnya dapat diuraikan oleh mikrorganisme

(biodegradable). Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian

detergen yang tidak selektif atau tidak hati-hati adalah:

a. rusaknya keindahan lingkungan perairan;

b. terancamnya kehidupan hewan-hewan yang hidup di air; dan

c. merugikan kesehatan manusia.

25

Page 26: Makalah Kimia Dasar II

26

Gunakanlah detergen sebijaksana mungkin, jangan buang air cucian ke

perairan yang banyak organisme yang hidup di dalamnya. Gunakanlah ilmu

pengetahuan kita untuk menciptakan solusi masalah ini, misalnya detergen yang

ramah lingkungan. Dan yang paling penting, mari kita memohon ampun pada

Allah Swt., karena selama ini kita telah meracuni alam-Nya, alam sekitar kita.

C. Sabun

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan

membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang

karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas,

terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air

bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air

bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai

alat bantu mencuci atau membersihkan.

Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak

yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali

(seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu

26

Page 27: Makalah Kimia Dasar II

27

proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa,

menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang

digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari

arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak

zaitun.

Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun

sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan

campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.Bahan pembuatan sabun

terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam

pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan

pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk

sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum

dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium

karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.

1. Reaksi Kimia Pada Sabun

Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:

27

Page 28: Makalah Kimia Dasar II

28

Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah

adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan

sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai

produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk

samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari

asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah

larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan

yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil,

melainkan larut dalam bentuk ion.

Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun

padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan

dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium

hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium

hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga

mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan

sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji

katun.

2. Bahan Baku: Minyak/Lemak

28

Page 29: Makalah Kimia Dasar II

29

Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari

gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan

adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak

adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada

temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat.

Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida.

Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun

memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam

lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi

pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi

keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat,

linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah

teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak

tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada

asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang

dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.

Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan

sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi,

spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah

larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam

proses pembuatan sabun di antaranya :

29

Page 30: Makalah Kimia Dasar II

30

1) Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh

industri pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow

ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak),

kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan

kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan

tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci.

Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam

tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada

tallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer di bawah 40°C dikenal

dengan nama grease.

2) Lard. Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung

asam lemak tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh

seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard

harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi

ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan

mudah berbusa.

3) Palm Oil (minyak kelapa sawit). Minyak kelapa sawit umumnya

digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh

dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga

kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika

akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan

terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan

bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai

30

Page 31: Makalah Kimia Dasar II

31

bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur

dengan bahan lainnya.

4) Coconut Oil (minyak kelapa). Minyak kelapa merupakan minyak nabati

yang sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa

berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang

dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak

jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan

terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga

memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.

5) Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit). Minyak inti kelapa sawit

diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan

asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan

sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan

asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih

rendah daripada minyak kelapa.

6) Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin). Minyak sawit stearin adalah

minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit

dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar

dalam minyak ini adalah stearin.

7) Marine Oil. Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut.

Marine oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi,

31

Page 32: Makalah Kimia Dasar II

32

sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan

sebagai bahan baku.

8) Castor Oil (minyak jarak). Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan

digunakan untuk membuat sabun transparan.

9) Olive oil (minyak zaitun). Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah

zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan.

Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi

lembut bagi kulit.

10) Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya

membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang

berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki

sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam

laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan

berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan

memperkeras struktur sabun.

3. Bahan Baku: Alkali

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah

NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa

dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling

banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam

pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu

32

Page 33: Makalah Kimia Dasar II

33

soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan

asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).

Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa

tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang

dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan

kesadahan air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa

menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan

sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga.

Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan

tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

4. Bahan Pendukung

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses

penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan

gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan

tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.

1) NaCl. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.

Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl

yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun.

NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan

(kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.

Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya

33

Page 34: Makalah Kimia Dasar II

34

yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari

besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.

2) Bahan aditif. Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke

dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun

sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain :

Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.

5. Dampak Limbah Sabun dan Pencegahannya

Sabun antibakteri yang menjanjikan dapat membunuh kuman tampaknya

sudah tidak asing lagi di masyarakat. Tetapi sudah banyak pula penelitian yang

menyatakan bahwa sabun antibakteri yang mengandung triclosan dan triclocarban

dapat membahayakan kesehatan manusia dan juga lingkungan terutama

menyebabkan polusi air dan tanah. Sebuah sisi lain dari keuntungan penggunaan

sabun yang menjanjikan dapat membunuh kuman tersebut.limbah triclosan dan

triclocarban yang terbawa oleh air akan bercampur dengan tanah dan lingkungan

air alami. Limbah triclosan dan triclocarban ini berbahaya karena tidak dapat

terurai selama berbulan-bulan bahkan hingga tahunan. Bahan kimia dari senyawa

ini terdiri dari struktur cincin benzena yang terklorinasi, sehingga membuatnya

sangat sulit untuk dipecah atau terurai. Selain itu, kedua senyawa ini juga menolak

air atau hidrofobik, cenderung menempel pada partikel, sehingga mengakibatkan

penurunan ketersediaan proses dan merusak fasilitasi transportasi jangka panjang

dalam air dan udara.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sabun antibakteri yang

mengandung triclosan dan triclocarban diduga dapat merusak organ reproduksi,

34

Page 35: Makalah Kimia Dasar II

35

menurunkan kualitas sperma, serta produksi tiroid dan hormon seks.Triclosan dan

triclocarban telah dikaitkan dengan gangguan endokrin, dengan dampak potensial

yang merugikan perkembangan seksual dan saraf.Selain dalam sabun antibakteri,

triclosan juga sering dipakai dalam pasta gigi dan kosmetik. Bahkan saat pertama

kali ditemukan 50 tahun lalu, senyawa ini juga digunakan untuk membersihkan

permukaan kulit saat operasi.

Penelitian lain menemukan bahwa kandungan triclosan pada pasta gigi

yang seharusnya dapat mencegah pertumbuhan bakteri, malah dapat menyebabkan

kuman-kuman makin kebal terhadap antibiotik.Penelitian laboratorium

menunjukkan senyawa Triclosan dapat menyebabkan mutasi gen pada beberapa

jenis bakteri, di antaranya E coli, salmonella dan listeria. Dikhawatirkan mutasi

itu akan membuat pengobatan infeksi menjadi tidak efektif.Tak hanya itu,

penelitian terbaru juga menemukan bahwa triclosan dan triclocarban dapat

merusak lingkungan, terutama menyebabkan polusi air dan tanah.Bahkan sebuah

studi menemukan bahwa akumulasi triclosan di air menyebabkan pencemaran di

pantai yang akhirnya mengancam kehidupan lumba-lumba.

35

Page 36: Makalah Kimia Dasar II

36

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pewangi merupakan bahan kimia yang biasanya terdapat dalam parfum,

pengharum ruangan, pengharum lantai, pengharum pakaian, dan pengharum

toilet.Kebanyakan pewangi menggunakan zat-zat kimia. Ada berbagai jenis

pewangi. Ada yang padat ada yang cair, gel dan ada juga yang semprot. Pewangi

dapat saja memicu gangguan pernapasan ataupun asma, sakit kepala hingga

kemungkinan gangguan pertumbuhan janin pada ibu hamil. Bagi konsumen

dianjurkan agar senantiasa cermat membaca label atau registrasi produk. Selain

itu, gunakan pewangi seperlunya saja sesuai kebutuhan. Hindari pemakaian

kamper untuk kebutuhan Bayi. kita harus selektif ketika membeli produk berupa

parfum, jangan sampai mengandung bahan kimia yang dapat mencemari

lingkungan.

Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk

membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.

detergen mengandung bahan-bahan Surfaktan (surface active agent), Builder

(pembentuk), Filler (pengisi), dan aditif. Ada tiga jenis deterjen yaitu anionic,

36

Page 37: Makalah Kimia Dasar II

37

kationik, dan non-ionik. Ada dua jenis karakteristik detergent yang berbeda yaitu

fosfat deterjen dan surfaktan deterjen. Surfaktan dapat menyebabkan permukaan

kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yamg ada pada permukan kulit dan

meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Builders, salah satu yang paling

banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah phosphate. Bahan ini mampu

menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium.

Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah deterjen rumah tangga adalah

terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok).

Selain merusak lingkungan alam, efek buruk deterjen yang dirasakan tentu tak

lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan

pada lingkungan kesehatan manusia.Kita perlu hati-hati dalam memilih bahan

pembersih, bahan tersebut jangan sampai menimbulkan pengaruh yang buruk

terhadap lingkungan. Beberapa jenis detergen sukar diuraikan oleh pengurai. Jika

detergen ini bercampur dengan air tanah yang dijadikan sumber air minum

manusia atau binatang ternak maka air tanah tersebut akan membahayakan

kesehatan. Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih detergen yang limbahnya

dapat diuraikan oleh mikrorganisme (biodegradable).

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan

membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang.

Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang

dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali

(seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu

proses yang dikenal dengan saponifikasi. sabun antibakteri yang mengandung

37

Page 38: Makalah Kimia Dasar II

38

triclosan dan triclocarban dapat membahayakan kesehatan manusia dan juga

lingkungan terutama menyebabkan polusi air dan tanah. sabun antibakteri yang

mengandung triclosan dan triclocarban diduga dapat merusak organ reproduksi,

menurunkan kualitas sperma, serta produksi tiroid dan hormon seks.

B. Saran

Selaku konsumen dan pemakai produk-produk yang terbuat dari bahan

kimia.kita harus lebih jeli dalam memilih produk yang akan kita pakai supaya

dampak yang ditimbulkan dari bahan kimia tersebut dapat diminimalisir.

Upayakan pemakaian bahan kimia tersebut sehemat mungkin untuk menghindari

dampak pencemaran lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan mahluk

hidup. Gunakanlah bahan kimia sebijaksana mungkin, jangan buang air cucian ke

perairan yang banyak organisme yang hidup di dalamnya. Gunakanlah ilmu

pengetahuan kita untuk menciptakan solusi masalah ini, misalnya bahan yang

ramah lingkungan. Dan yang paling penting, mari kita memohon ampun pada

Allah Swt., karena selama ini kita telah meracuni alam-Nya, alam sekitar kita.

38

Page 39: Makalah Kimia Dasar II

39

DAFTAR PUSTAKA

► http://nasomi.blogspot.com/2011/04/bahan-kimia-di-rumah-tangga-dan-

makanan.html

►  http://www.scribd.com/doc/47319135/Makalah-Kimia-Dalam-Kehidupan

►http://www.crayonpedia.org/mw/

BAHAN_KIMIA_DALAM_KEHIDUPAN_8.1 _ SAEFUL_KARIM

39