BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Suatu organisme atau mahluk hidup memiliki bermacam-macam sistem
jaringan atau organ dalam tubuhnya, dimana sistem tersebut memiliki fungsi dan
peranan serta manfaat tertentu bagi mahluk hidup. Salah satu sistem yang ada
pada suatu organisme yakni sistem pernapasan.
Sistem_pernafasan_pada_manusia_terdiri_dari_hidung, laring, faring, trakea,
bronkus, bronkiolus, dan alveolus. Sistem pernapasan ini sendiri memiliki fungsi
dan peranan yang sangat penting bagi mahluk hidup. Pernafasan adalah aktivitas
penting dalam kehidupan. Untuk itu, dibutuhkan suplai oksigen yang terus
menerus, namun tidak semua oksigen yang dihirup bebas dari kuman, virus
maupun kotoran yang disebarkan di udara. Udara kotor dan sudah tercemar oleh
radikal bebas akan menyebabkan penyakit bagi tubuh manusia, terutama penyakit
yang berhubungan dengan pernafasan.
Beberapa macam gangguan yang umum terjadi pada saluran pernapasan
manusia diantaranya yaitu sesak nafas, influenza, pilek, dan batuk. Gangguan
sistem pernapasan dapat terjadi karena faktor genetik, pola hidup tidak sehat,
maupun infeksi mikroorganisme dan virus. Jika sistem pernafasan ini terganggu
karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu sehingga
dapat menyebabkan kematian. Organ pernafasan merupakan salah satu organ
terpenting bagi tubuh manusia. Oleh karena itu pengetahuan yang cukup dan
memadai tentang organ pernafasan, mekanisme terjadinya gangguan sistem
pernafasan, mekanisme pertahanan sistem pertahanan dan agen infeksi yang dapat
menyerang organ pernafasan penting untuk diketahui agar kita dapat mencegah
dan mengobatinya dengan tepat. Pada makalah ini penyusun akan menjelaskan
tentang berbagai organ pernafasan (hidung, laring, faring, trakea, bronkus,
bronkiolus, dan paru-paru), mekanisme pertahanan sistem pernafasan, gejala, dan
penyakit yang berhubungan dengan sistem pernafasan (demam, influenza,
menggigil, sesak nafas, dan batuk), agen infeksi penyebab terjadinya gangguan
sistem pernafasan seperti bakteri, virus, dan mikroorganisme lainya serta jaringan
dan sel-sel yang terkait dengan gangguan sistem pernafasan.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan
pengetahuan kepada pembaca tentang gejala demam, menggigil, pilek, dan sesak
nafas. Hal ini dimaksudkan agar kita bisa berhati-hati dan mengenal kemungkinan
bila terjadi gejala-gejala tersebut. Sehingga jika kita terserang gejala tersebut, kita
dapat mengatasinya dengan tepat atas dasar pengetahuan yang benar.
1.3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana mekanisme terjadinya demam?
b. Bagaimana mekanisme terjadinya pilek?
c. Bagaimana mekanisme terjadinya menggigil?
d. Bagaimana mekanisme terjadinya sesak nafas?
e. Apa yang menyebabkan keempat gejala tersebut bisa terjadi?
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan yang kami pergunakan adalah telusur pustaka, yaitu
mengadakan tinjauan kepustakaan untuk memperoleh bahan-bahan yang
berhubungan dengan judul makalah ini. Kami pun menggunakan internet sebagai
sarana referensi yang lain serta dilengkapi dengan diskusi kelompok dengan
tujuan saling memberi masukan terkait materi yang dibuat.
1.5. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari cover, kata pengantar, daftar isi, empat bab, dan daftar
pustaka. Bab pertama adalah pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, rumusan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab
kedua berisi tinjauan pustaka yang membahas isi dari makalah. Bab ketiga berisi
pembahasan dan bab keempat kesimpulan dan saran. Terakhir adalah daftar
pustaka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mekanisme Pertukaran Karbon Dioksida dan Oksigen
Pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida terjadi melalui proses
difusi. Proses tersebut terjadi di alveolus dan di sel jaringan tubuh. Proses difusi
berlangsung sederhana, yaitu hanya dengan gerakan molekul-molekul secara
bebas melalui membran sel dari konsentrasi tinggiatau tekanan tinggi ke
konsentrasi rendah atau tekanan rendah. Proses pertukaran oksigen dan karbon
dioksida. Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui inspirasi dari rongga hidung
sampai alveolus. Di alveolus oksigen mengalami difusi ke kapiler arteripori-pori.
Masuknya oksigen dari luar (lingkungan) menyebabkan tekanan parsial oksigen
(P02) di alveolus Iebih tinggi dibandingkandengan P02 di kapiler arteri paru-paru.
Karena proses difusi selalu terjadi dari daerah yang bertekanan parsial tinggi ke
daerah yangbertekanan parsial rendah, oksigen akan bergerak dari alveolus
menuju kapiler arteri paru-paru. Oksigen di kapiler arteri diikat oleh eritrosit yang
mengandung hemoglobin sampai menjadi jenuh. Makin tinggi tekanan parsial
oksigen dialveolus, semakin banyak oksigen yang terikat oleh hemoglobin dalam
darah.
Hemoglobin terdiri dari empat sub unit, setiap sub unit terdiridari bagian
yang disebut heme. Di setiap pusat heme terdapat unsur besi yang dapat berikatan
dengan oksigen, sehingga setiap molekulhemoglobin dapat membawa empat
molekul oksigen berbentuk oksihemoglobin. Reaksi antara hemoglobin dan
oksigen berlangsung secarareversibel (bolak-balik) yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu suhu, pH, konsentrasi oksigen dan karbon dioksida, serta
tekananparsial. Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke jaringan tubuh yang
kemudian akan berdifusi masuk ke sel-sel tubuh untuk digunakan dalamproses
respirasi. Proses difusi ini terjadi karena tekanan parsial oksigen pada kapiler
tidak sama dengan tekanan parsial oksigen di sel-seltubuh.
Di dalam sel-sel tubuh atau jaringan tubuh, oksigen digunakan untuk
proses respirasi di dalam mitokondria sel. Semakin banyak oksigenyang
digunakan oleh sel-sel tubuh, semakin banyak karbon dioksida yang terbentuk
dari proses respirasi. Hal tersebut menyebabkan tekananparsial karbon dioksida
atau (PCO2) dalam sel-sel tubuh lebih tinggi dibandingkan PCO2 dalam kapiler
vena sel-sel tubuh. Oleh karenanyakarbon dioksida dapat berdifusi dari sel-sel
tubuh ke dalam kapiler vena sel-sel tubuh yang kemudian akan dibawa oleh
eritrosit menuju keparu-paru. Di paru-paru terjadi difusi CO2 dari kapiler vena
menuju alveolus. Proses tersebut terjadi karena tekanan parsial CO2 padakapiler
vena lebih tinggi daripada tekanan parsial CO2 dalam alveolus.Karbon dioksida
dalam eritrosit akan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. Akibat
terbentuknya asam karbonat, pH darah menjadiasam, yaitu sekitar 4,5. Darah yang
bersifat asam dapat melepaskan banyak oksigen ke dalam sel-sel tubuh atau
jaringan tubuh yangmemerlukannya.
Pengertian Paru-Paru
Paru-paru merupakan organ dalam sistem pernafasan dan termasuk dalam
sistem kitaran vertebrata yang bernafas. Ia berfungsi untuk menukar oksigen dari
udara dengan karbondioksida dari darah dengan bantuan hemoglobin. Proses ini
dikenali sebagai respirasi atau pernafasan.
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (thoracic cavity), dilindungi oleh
struktur tulang selangka dan diliputi dua dinding yang dikenal sebagai pleura.
Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan udara yang dikenal sebagai rongga
pleural yang berisi cairan pleural.
Struktur Paru-Paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang
berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster)
yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2
lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput
bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura
visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan
tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura
yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma
darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel
terhadap air dan zat-zat lain.
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan
pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah
permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.Jaringan Ikat Elastik
mengandung Elastin.Elastin adalah protein jaringan ikat yang berperan atas sifat
ekstensitabilitas (daya regang) dan kelenturan (elastic recoil) jaringan.Polusi udara
dapat menyebabkan gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag
alveolar.Fungsi makrofag alveolar adalah menghancurkan partikel asing termasuk
bakteri.
Mekanisme Pernafasan
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam
keadaan tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan
saraf otonom. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh.
Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya,
apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara
(inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan
dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
Pernapasan dada dan perut dapat terjadi secara bersamaan.
Mekanisme Pernapasan Dada
1. Fase Inspirasi pernapasan dada
Mekanisme inspirasi pernapasan dada sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal) berkontraksi --> tulang
rusuk terangkat (posisi datar) --> Paru-paru mengembang --> tekanan udara dalam
paru-paru menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar --> udara luar
masuk ke paru-paru
2. Fase ekspirasi pernapasan dada
Mekanisme ekspirasi pernapasan perut adalah sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk relaksasi --> tulang rusuk menurun --> paru-paru
menyusut --> tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan dengan
tekanan udara luar --> udara keluar dari paru-paru.
Mekanisme Pernapasan Perut
1. Fase inspirasi pernapasan perut
Mekanisme inspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi --> posisi dari melengkung menjadi
mendatar --> paru-paru mengembang --> tekanan udara dalam paru-paru lebih
kecil dibandingkan tekanan udara luar --> udara masuk
2. Fase ekspirasi pernapasan perut
Mekanisme ekspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
otot diafraghma relaksasi --> posisi dari mendatar kembali melengkung --> paru-
paru mengempis --> tekanan udara di paru-paru lebih besas dibandingkan tekanan
udara luar -->udara keluar dari paru-paru.
Batuk merupakan suatu refleks pertahanan yang timbul akibat
iritasi percabangan trakeobronkial. Tujuannya untuk membersihkan saluran
napas. Tidak semua batuk menunjukkan adanya penyakit, tetapi juga
merupakan proses normal untuk mengeluarkan benda asing, debu, atau asap
yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Namun ada batuk yang
menunjukkan adanya penyakit, misalnya bronkitis kronik, asma,
tuberkulosis, dan pneumonia. Cara penularan batuk bisa melalui udara.
Refleks batuk terdiri dari lima komponen utama yaitu: reseptor
batuk, serabut saraf aferen, pusat batuk, susunan saraf eferen dan efektor.
Batuk bermula dari suatu rangsang pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa
serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar
rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di
laring, trakea, bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin
berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar
reseptor didapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus.
Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus
paranasalis, perikardial dan diafragma.
Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang
mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga
rangsang dari telinga melalui cabang Arnold dari nervus vagus. Nervus
trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus
glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus
menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.
Serabut aferen membawa rangsang ini ke pusat batuk yang terletak
di medula oblongata, di dekat pusat pernapasan dan pusat muntah.
Kemudian dari sini oleh serabut-serabut eferen nervus Vagus, nervus
Frenikus, nervus Interkostal dan lumbar, nervus Trigeminus, nervus
Fasialis, nervus Hipoglosus dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini
terdiri dari otot-otot laring, trakea, bronkus, diafragma, otot-otot interkostal
dan lain-lain. Di daerah efektor inilah mekanisme batuk kemudian terjadi.
Mekanisme batuk ada tiga fase yaitu:
1. Fase Inspirasi, paru-paru memasukan kurang lebih 2,5 liter udara,
esofagus dan pita suara menutup, sehingga udara terjerat dalam paru-
paru.
2. Fase Kompresi, otot perut berkontraksi, sehingga diafragma naik dan
menekan paru-paru, diikuti pula dengan kontraksi intercosta internus
yang pada akhirnya akan menyebabkan tekanan pada paru-paru
meningkat hingga 100mm/hg.
3. Fase Ekspirasi, esofagus dan pita suara terbuka dan udara meledak
keluar dari paru-paru.
Beberapa penyebab atau rangsangan yang menyebabkan batuk,
diantaranya:
Iritan: rokok, asap, gas di tempat kerja
Mekanik: benda asing dalam saluran nafas
Penyakit paru obstruktif: bronkitis kronis, asma, emfisema
Secara umum, kita dapat mengelompokkan batuk menjadi dua,
yaitu batuk produktif dan batuk tidak produktif. Pengelompokan ini
didasarkan pada ada dan tidaknya dahak yang diproduksi oleh si penderita.
o Batuk Produktif
Masyarakat luas pada umumnya mengenal penyakit ini dengan
sebutan batuk berdahak. Batuk berdahak adalah batuk yang disertai
dengan dihasilkannya dahak. Batuk berdahak sangat mengganggu
karena terasa gatal dan dahak akan keluar seiring dengan batuk. Hal
ini membuat orang yang sedang mengalaminya harus bolak-balik
membuang dahak setiap kali batuk. Hal ini tentu saja merepotkan
terutama bagi mereka yang harus tetap beraktivitas saat batuk sedang
menyerang.
Untuk mengatasi batuk berdahak, pilihlah obat batuk khusus untuk
batuk berdahak. Perawatan di rumah juga dapat dilakukan dengan cara
menghirup uap panas atau dengan banyak minum air putih hangat.
o Batuk Tidak Produktif
Batuk tidak produktif, atau batuk tidak berdahak atau disebut juga
batuk kering, adalah jenis batuk yang tidak disertai produksi dahak
yang berlebihan. Gatal di tenggorokan biasanya dialami oleh si
penderita dan sangat mengganggu aktivitas. Untuk mengatasinya,
minum obat batuk khusus untuk batuk kering, dan minum banyak air
putih.
Ada juga jenis batuk yang dikelompokkan berdasarkan berapa lama
batuk tersebut bertahan yaitu:
o Batuk Akut
Batuk akut merupakan jenis batuk yang berlangsung kurang dari 2
minggu. Batuk jenis ini biasanya disebabkan oleh masuk angin,
influenza, atau infeksi sinus.
o Batuk Kronik
Batuk kronik merupakan jenis batuk yang bertahan selama lebih dari 2
minggu, bahkan ada juga yang menahun. Jenis batuk ini juga terjadi
secara berulang. Penyebab batuk kronik antara lain adalah asma, TB,
dan batuk rejan.
Orang dewasa normal menghasilkan mukus sekitar 100 ml dalam
saluran napas setiap harinya. Mukus ini diangkut menuju faring dengan
gerakan pembersihan normal silia yang melapisi saluran pernapasan. Jika
terbentuk mukus yang berlebihan dan pembersihan menjadi tidak efektif
mengakibatkan mukus menjadi tertimbun dan merangsang membran
mukosa yang akhirnya mukus tersebut dibatukkan keluar sebagai sputum
(dahak).
Sputum dapat dikelompokkan berdasarkan sumber, warna, sifat dan
konsistensi. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan
kemungkinan besar berasal dari sinus atau saluran hidung. Sputum yang
purulen dan banyak dari abses paru, sedangkan sputum yang semakin
meningkat dan batuknya menahun merupakan bronkitis
kronis/bronkiektasis. Sputum yang berwarna kekuning-kuningan
menunjukkan adanya infeksi dan yang berwarna hijau adanya penimbunan
nanah dari leukosit yang sudah mati. Sputum yang berbusa, merah muda
merupakan tanda dari edema paru akut; berlendir, lekat, abu-abu atau putih
tanda bronkitis kronis; dan sputum yang berbau busuk merupakan tanda
abses paru atau bronkiektasis. Kandungan dari sputum misal adanya
mikroorganisme (bakteri, virus), sel goblet atau sel epitel yang telah mati,
nanah, dan darah.
Demam atau panas tinggi merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh menjadi
lebih tinggi dari suhu biasanya (normal). Biasanya hal ini terjadi karena daya tahan tubuh
seseorang mengalami penurunan sehingga kesehatan pun menjadi terganggu.
Seseorang memiliki suhu tubuh normal antara 36-37º C, sementara orang yang
mengalami demam memiliki suhu tubuh lebih dari 37º C. Akan tetapi, sebenarnya pada
suhu 37,5º C pun seseorang masih berada pada ambang batas suhu normal, sejauh suhu
tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk meningkat. Maka ketika suhu tubuh kita
sedang berada pada ambang batas normal, kita harus berhati-hati dan penuh perhatian
agar kemungkinan suhu tubuh melewati ambang batas dapat dihindari. Seseorang yang
mengalami demam biasanya memiliki ciri-ciri seperti menggigil, nafsu makan menurun,
sakit kepala, mual dan muntah. Umumnya demam itu diderita oleh seseorang selama
tiga hari, jika lebih dari itu perlu mendapat perhatian yang lebih serius.
Demam bisa diderita oleh siapa pun, dari bayi sampai orang yang lanjut usia
sekalipun. Sebenarnya demam merupakan hal yang terjadi secara alamiah dengan
tujuan untuk melakukan usaha perlawanan terhadap serangan suatu penyakit. Ketika
ada kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh kita, secara otomatis tubuh akan
melakukan perlawanan terhadap kuman penyakit tersebut dengan mengeluarkan zat
antibodi. Pengeluaran zat antibodi yang lebih banyak dari biasanya menyebabkan suhu
tubuh menjadi meningkat. Sehingga semakin banyak zat antibodi yang dikeluarkan,
maka mengakibatkan suhu tubuh akan semakin tinggi.
Demam dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu demam noninfeksi dan
demam infeksi. Demam noninfeksi adalah demam yang tejadi bukan karena masuknya
bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam ini jarang diderita oleh manusia, dan biasanya
demam ini timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak
ditangani secara baik. Contohnya adalah demam yang disebabkan karena adanya
kelainan degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena stres, atau
demam yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit berat, seperti leukimia atau
kanker darah. Sedangkan demam infeksi merupakan demam yang terjadi karena adanya
bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh, seperti masuknya kuman, bakteri, atau virus
ke dalam tubuh seseorang. Demam seperti ini sering menyerang manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Imunisasi pun termasuk ke dalam kategori ini, yaitu dengan
sengaja memasukan bakteri, kuman, atau virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh
balita dengan tujuan supaya ia menjadi kebal dari serangan penyakit tertentu.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, demam memiliki manfaat untuk
melawan infeksi. Namun demam juga memilki dampak negatif, diantaranya itu adalah
terjadi peningkatan metabolisme tubuh, dehidrasi ringan, dan membuat tubuh serta
perasaan merasa tidak nyaman, maka demam perlu diobati. Biasanya ketika seorang
anak mengalami demam, orang tua merasa cemas dan stres. Maka mereka (orang tua)
biasanya melakukan upaya untuk menurunkan demam anaknya dengan memberikan
obat penurun panas/antipiretik seperti parasetamol, ibuprofen, dan aspirin. Namun
selain itu, demam juga dapat diobati atau diatasi dengan cara mengompres demam dan
menggunakan obat herbal seperti daun kaca piring dan madu.
MEKANISME DEMAM
Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih
dikarenakan oleh zat toksin yang masuk kedalam tubuh. Umumnya, keadaan sakit
terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Proses peradangan
itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya
serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali dengan
masuknya zat toksin (mikroorganisme) kedalam tubuh kita. Mikroorganisme yang masuk
kedalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin tertentu yang dikenal sebagai
pirogen eksogen. Dengan masuknya mikroorganisme tersebut, tubuh akan berusaha
melawan dan mencegahnya dengan memerintahkan tentara pertahanan tubuh antara
lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit). Dengan
adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengeluarkan senjata,
berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi
sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel
endotel hipotalamus untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat.
Asam arakhidonat dapat keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asam
arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan memacu pengeluaran
prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh enzim siklooksigenase
(COX). Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat
hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus akan meningkatkan titik patokan
suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini dikarenakan
termostat tubuh (hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas
normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil
( pergerakan otot rangka) ini ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih
banyak. Dan terjadilah demam.
Sesak napas (dyspnea) merupakan keluhan subjektif dari
seseorang yang menderita penyakit paru. Keluhan sesak napas
dipengaruhi faktor psikis, peningkatan “respiratory work”, dan otot respirasi
yang abnormal. Keluhan ini mempunyai jangkauan yang cukup luas,
sesuai dengan interpretasi seseorang mengenai makna sesak
napas tadi. Tulisan ini akan membahas mengenai definisi,
etiologi, mekanisme, tanda & gejala sesak napas (dyspnea) yang
dikaitkan dengan kasus pemicu.
Dyspnea adalah perasaan sulit bernapas dan merupakan gejala utama dari
penyakit kardiopulmonar (Price & Wilson, 2003). Seseorang yang mengalami
dyspnea sering mengeluh napasnya menjadi pendek atau merasa tercekik. Sesak
napas tidak selalu menunjukkan adanya penyakit. Orang normal akan mengalami
hal yang sama setelah melakukan kegiatan fisik dalam tingkat-tingkat yang
berbeda. Pada dasarnya, sesak napas akan timbul, ketika kebutuhan ventilasi
melebihi kemampuan tubuh untuk memenuhinya.
Sesak napas (dyspnea) adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita
untuk meningkatkan upaya mendapatkan udara pernapasan. Karena sifatnya
subjektif, dispnea tidak dapat diukur, akan tetapi terdapat gradasi sesak napas
(Djojodibroto, Darmanto, 2007). Dyspnea sebagai gejala yang bersifat subjektif,
tingkat keparahannya dipengaruhi oleh respon penderita, kepekaan (sensitivitas)
serta kondisi emosi. Tingkatan dyspnea dapat dirasakan sangat berbeda oleh
masing-masing penderita walaupun kondisinya sama.
Sesak napas merupakan suatu keluhan yang menunjukkan adanya
gangguan atau penyakit kardiorespirasi. Faktor yang menyebabkan timbulnya
keluhan sesak napas, pada umumnya faktor psikis, peningkatan “respiratory
work”, dan otot respirasi yang abnormal (Alsagaff, Hood dkk, 1989).
Faktor psikis menjadi salah satu penyebab terjadinya sesak napas
(dyspnea). Seperti keadaan emosi tertentu, menangis terisak-isak, tertawa
terbahak-bahak, mengeluh dengan menarik napas panjang dan merintih atau
mengerang karena sesuatu penyakit, semuanya ini dapat mempengaruhi irama
pernapasan. Perubahan emosi yang sering pula menyebabkan keluhan sesak
napas. Misalnya, adanya rasa takut, kagum atau berteriak-teriak dengan gembira.
Sesak napas yang disebabkan oleh faktor psikis atau emosi, sering timbul pada
saat istirahat, sedangkan sesak napas yang mempunyai latar belakang penyakit
paru obstruktif menahun, sering dijumpai pada waktu penderita melakukan
aktivitas.
Mekanisme sesak napas yang berhubungan dengan faktor emosi, terjadi
melalui hiperventilasi. Akan tetapi seorang peneliti bernama Dudley dalam
Alsagaff, Hood dkk, 1898, menyatakan dalam penelitiannya bahwa pengaruh
emosi seperti depresi dan kecemasan dapat menimbulkan sensasi sesak napas
melalui mekanisme hipoventilasi. Kedua mekanisme tersebut yang sama-sama
dapat dipakai oleh faktor psikis dalam menampilkan sensasi sesak napas, mungkin
dapat dipergunakan sebagai suatu bukti. Kesukaran bernapas yang timbul, semata-
mata hanyalah merupakan reaksi somatik yang bersifat individu terhadap
pengaruh emosi tadi.
Faktor sesak napas yang kedua adalah faktor peningkatan “respiratory
work”. Jika kemampuan mengembang dinding toraks atau paru menurun
sedangkan resistensi saluran napas meningkat, maka tenaga yang diperlukan oleh
otot pernapasan untuk memberikan perubahan volume serta tenaga yang
diperlukan untuk “work of breathing” akan bertambah. Akibatnya, kebutuhan
oksigen juga bertambah atau meningkat. Jika paru tidak mampu memenuhi
kebutuhan oksigen, maka akhirnya akan menimbulkan sesak napas.
Faktor sesak napas yang ketiga adalah otot respirasi yang abnormal.
Kelainan otot respirasi berupa kelelahan (fatigue), kelemahan, dan kelumpuhan.
Monod Scherrer dalam Alsagaff, Hood dkk, 1898, melakukan penelitian pada otot
diafragma yang mengalami kelelahan. Pada hasil penelitian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kelelahan yang terjadi dan berkembang pada otot tergantung
dari jumlah energi yang tersimpan di dalam otot kecepatan pemasokan energi,
pemakaian otot yang tepat guna, serta kecepatan kerja otot. Otot-otot yang lelah
ini, tidak mampu memenuhi kebutuhan ventilasi dalam jangka panjang, akibatnya
timbul sesak napas.
Besarnya tenaga fisik yang dikeluarkan sehingga menimbulkan dyspnea
bergantung pada usia, jenis kelamin, ketinggian tempat, jenis latihan fisik, dan
terlibatnya emosi dalam melakukan kegiatan tersebut. Untuk menentukan apakah
dispnea terjadi setelah aktivitas sedang atau berat, atau terjadi pada saat istirahat,
berikut tabel 1 berisi skala garis besar dyspnea yang dikembangkan oleh American
Thoracic Society yang mungkin sesuai untuk penilaian klinis dyspnea kronik.
Tabel 1
Skala Dyspnea
Tingka
t
Derajat Kriteria
0 Normal Tidak ada kesulitan bernapas kecuali dengan aktivitas berat
1 Ringan Terdapat kesulitan bernapas, napas pendek-pendek ketika
terburu-buru atau ketika berjalan menuju puncak landai
2 Sedang Berjalan lebih lambat daripada kebanyakan orang berusia
sama karena sulit bernapas atau harus berhenti berjalan untuk
bernapas
3 Berat Berhenti berjalan setelah 90 meter (100 yard) untuk bernapas
atau setelah berjalan beberapa menit
4 Sangat
Berat
Terlalu sulit untuk bernapas bila meninggalkan rumah atau
sulit bernapas ketika memakai baju atau membuka baju
Data dari Brooks SM, chairman: ATS News 8:12-16, 1982
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan kasus pemicu 1, mahasiswa laki-laki sedang mengalami
gangguan kesehatan dan gejala batuk berdahak kental, disertai demam, menggigil,
dan sesak napas. Gejala-gejala tersebut diakibatkan oleh faktor eksternal dan
internal. Faktor eksternal terdiri dari musim pancaroba (pergantian musim) dan
lingkungan sosial. Adapun faktor internal yaitu mahasiswa laki-laki tersebut
sedang mengalami penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh (sistem imun) yang
diakibatkan oleh aktivitas yang berlebihan, sehingga waktu istirahat menjadi
berkurang. Keadaan ini mengakibatkan agen infeksius mudah menginvasi sistem
kekebalan tubuh.
Gejala batuk yang dialami mahasiswa tersebut merupakan batuk produktif,
yaitu batuk yang mengandung sputum. Cara penularannya yaitu melalui udara.
Dalam kasus ini, terjadi saat mahasiswa laki-laki melakukan kontak sosial dengan
beberapa temannya yang menderita batuk-pilek atau penyebab lainnya yaitu
adanya benda asing (virus, bakteri, asap debu) yang masuk ke saluran pernapasan.
Selain mengalami batuk, mahasiswa juga mengalami demam dan
menggigil. Pada saat mahasiswa tersebut kehujanan suhu lingkungan menjadi
lebih rendah sehingga reseptor yang ada di kulit mengirimkan pesan ke
hipotalamus untuk memerintahkan otot untuk bergerak (menggigil) agar suhu
tubuh tubuhnya tetap normal. Menggigil merupakan salah satu gejala demam.
Selain itu, nafsu makan berkurang, suhu tubuh >37,5°C, sakit kepala, mual, dan
muntah merupakan gejala demam lainnya. Demam adalah proses alamiah dalam
tubuh yang terjadi karena adanya infeksi mikroorganisme (kuman, bakteri, virus,
jamur). Tubuh melakukan perlawanan terhadap infeksi mikroorganisme dengan
mengeluarkan zat antibodi yang lebih banyak dari biasanya, proses ini diikuti
dengan peningkatan suhu tubuh. Semakin banyak zat antibodi yang dikeluarkan
mengakibatkan suhu tubuh semakin tinggi.
Gejala selanjutnya yang dialami oleh mahasiswa tersebut yaitu gejala
sesak nafas. Sesak nafas (dyspnea) merupakan perasaan sulit bernafas dan
merupakan gejala utama dari penyakit kardiopulmonar. Keluhan sesak nafas
dipengaruhi faktor psikis, peningkatan “respiratory work”, dan otot respirasi
yang abnormal. Jika dilihat dari etiologinya, dapat dikelompokan dalam faktor
psikis (sesak nafas yang berhubungan dengan faktor emosi) dan faktor otot
respirasi yang abnormal. Mahasiswa laki-laki ini sedang sibuk mengumpulkan
tugas akhir dan mempersiapkan diri untuk ujian akhir semester sehingga timbul
depresi atau kecemasan. Pengaruh emosi seperti depresi atau kecemasan dapat
menimbulkan sensasi sesak nafas. Selain itu, mahasiswa yang mengalami batuk-
batuk disertai demam-menggigil, sedang sibuk mengerjakan tugas menyebabkan
tubuh kelelahan (fatigue). Otot-otot lelah ini tidak mampu memenuhi kebutuhan
ventilasi dalam jangka panjang, sehingga menimbulkan sesak nafas.
Mahasiswa tersebut megalami pilek (common cold). Pilek (common cold)
digunakan untuk menunjukkan gejala infeksi saluran nafas atas. Pilek disebabkan
oleh virus. Virus yang sering menyebabkan pilek yaitu rinovirus. Virus tersebut
cepat menular melalui beberapa temannya yang sedang mengalami batuk-pilek.
Hal ini karena mahasiswa laki-laki sedang mengalami penurunan sistem daya
tahan tubuh (sistem imun lemah). Pilek (common cold) dapat sembuh dalam
waktu yang cepat, yaitu 2-3 hari. Tetapi dalam kasus ini, mahasiswa tersebut tidak
sembuh setelah minum obat warung. Jika terjadi infeksi sekunder terhadap pilek,
bisa terjadi rinitis infeksi dan sekret hidung menjadi kental, mukoid berwarna
kunig atau kuning hijau. Sekret hidung ini akibat dari sel-sel darah putih dan sel-
sel debris yang timbul sebagai produk samping peperangan tubuh melawan infeksi
bakteri.
Asap yang dihirup mahasiswa tersebut dapat menyebabkan gangguan pada
silia sehingga menghambat fungsi makrofag alveolar. Makrofag alveolar adalah
sebuah sel di paru-paru yang menelan bakteri dan benda asing dan menghasilkan
enzim untuk melindungi paru-paru. Jika fungsi makrofag ini terganggu maka
partikel asing dapat dengan mudah masuk ke alveoli sehingga sesak napas yang
diderita mahasiswa akan semakin parah. Asap rokok dapat mengaktifkan
makrofag dan epitel secara langsung. Makrofag alveolar yang telah teraktivasi dan
sel epitel melepaskan mediator seperti LTB4 (leucotrine B4), TNFα (tumuor
necrosis factor), dan IL-8 (interleukin-8) yang merangsang neutrofil ke saluran
nafas (paru-paru). Neutrofil dalam saluran nafas ini bertanggung jawab terhadap
kerusakan dinding alveolar. Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area
permukaan alveolar yang berkontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu
berkurang, menyebabkan peningkatan ruang rugi (area di paru-paru yang
pertukaran gas yang dapat terjadi). Area pertukaran gas berkurang, mahasiswa
mengalami sesak nafas yang lebih parah dari sebelumnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Sebagai mahasiswa kita dituntut untuk berpikir kritis. Di bangku perkuliahan
pasti banyak tugas yang harus diemban dan dikerjakan. Namun, itu semua tidak
harus mengorbankan kesehatan diri sendiri. Kita harus bisa menjaga kesehatan
diri sendiri dengan baik agar terhindar dari berbagai penyakit.
Berdasarkan pemicu, mahasiswa laki-laki saat itu kehujanan, mengalami
batuk berdahak disertai demam, menggigil dan sesak napas. Dia juga sudah
meminum obat warung. Sebaiknya ketika datang hujan dia berhenti atau berteduh
menunggu hujan reda, memakai payung dan menggunakan jaket supaya tidak
kedinginan. Saat muncul gejala demam, menggigil dan batuk dia bisa meminum
air hangat, jangan langsung membeli obat warung. Selain itu dia juga harus sering
berolahraga agar tubuh tetap fit dan istirahat yang cukup. Bukan karena banyak
tugas dia lupa akan waktu istirahatnya, itu yang menyebabkan tubuh merasa letih
dan lemah sehingga virus atau bakteri mudah masuk ke dalam tubuh.
Kebetulan saat itu teman-temannya juga mengalami batuk pilek. Untuk
menghindari atau waspada agar tidak tertular, bisa menggunakan masker, ketika
batuk menutup dengan sapu tangan atau tisu, makan makanan yang bergizi dan
mengkonsumsi vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Pringgoutomo. (2002). Patologi I. Jakarta: Sagung Seto.
Oz,Mehmet & Riozien,Michael.2004.Staying Young.Jakarta : PT.Mizan Publika
Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21590/4/Chapter%20II.pdf
Martini. (2001). Fundamentals of Anatomy and Physiology, (5th ed). ch 23, pp
814-844. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Potter, P. A dan Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik, (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, (edisi 6). bab 37, hlm 773-774. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. (2009). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. bab
3, hlm 148. Jakarta: Salemba Medika.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21445/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada Kamis, 6 September 2012 pukul 14.08 WIB
Heru S.MSc., dr. Adi. (1993). Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Widjaja, dr. M.C. (2003). Kesehatan Anak: Mencegah dan Mengatasi Demam
pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka.
Alsagaff, Hood; Amin, Muhammad; Saleh, WBM Taib. (1989). Pengantar Ilmu
Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press.
Djojodibroto, Darmanto. (2007). Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta:
EGC
Ganong, W.F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22.
Jakarta: EGC.
Martini. (2001). Fundamentals of anatomy and physiology, (5th
ed). New Jersy: Prentice-Hall, Inc.
Price, Sylvia Anderson & Wilson, Lorraine McCarty. (2003). Patofisiologi:
konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Top Related