KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah dengan judul Penguasaan dan
Penerapan Bioetika Seorang Dokter ini.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan dari banyak
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen pembimbing
2. Orang tua yang telah turut membantu, mendorong, membimbing sehingga tugas ini selesai.
3. Rekan – rekan mahasiswa fakultas kedokteran UKRIDA yang telah membantu ketika ada
kesulitan dalam penulisan makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, penulis meminta kritik dan
saran dari pembaca sekalian untuk menyempurnakan
1
Daftar isi
Kata pengantar....................................................................................................................... 1
Daftar isi.................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang............................................................................................................3
2. Tujuan........................................................................................................................ 3
3. Rumusan masalah...................................................................................................... 6
BAB II ISI
1. pengertian...................................................................................................................7
2. prinsip-prinsip............................................................................................................ 7
2.1 beneficence...........................................................................................................7
2.2 non-maleficence................................................................................................... 8
2.3 justice................................................................................................................... 8
2.4 autonomy..............................................................................................................9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................................ 13
Daftar pustaka........................................................................................................................ 14
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat akses informasi yang beredar
seolah tak terbendung. Masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihan, yang salah
satunya adalah pilihan dalam urusan kesehatan. Dengan akses informasi yang tak terbatas
inilah, masyarakat semakin diperdalam pengetahuannya dalam bidang kesehatan, terutama
mengenai hak hak yang wajib mereka dapat dan bahkan mengenal penyakit yang mereka
derita. Penerapan kaidah bioetik merupakan sebuah keharusan bagi seorang dokter yang
berprofesi didalam dunia medis, karena kaidah bioetik adalah sebuah panduan dasar dan
standard, tentang bagaimana seorang dokter harus bersikap atau bertindak terhadap suatu
persoalan atau kasus yang dihadapi oleh pasiennya. Kaidah bioetik harus dipegang teguh
oleh seorang dokter dalam proses pengobatan pasien, sampai pada tahap pasien tersebut
tidak mempunyai ikatan lagi dengan dokter yang bersangkutan.
Bioetik kedokteran merupakan suatu ilmu yang mengajarkan kepada kita tentang etika
dalam memperlakukan pasien dalam kondisi apapun. Dalam praktek pelayanan kesehatan
oleh seorang dokter kepada masyarakat umum, terkadang ada di temukan rasa puas atau
tidak puas tersendiri baik secara langsung maupun tidak langsung dirasakan oleh pasien
dan keluarganya saat menerima pelayanan dari dokter tersebut. Dasar pelayanan tersebut
erat kaitannya dengan penerapan dari ilmu bioetik kedokteran yang mana didalam ilmu
bioetik tersebut terdapat prinsip-prinsip tersendiri dalam penerapannya.
3
2. Tujuan
Dalam hal ini, penulis bertujuan untuk menjadikan calon dokter lebih manusiawi
dengan memiliki kematangan intelektual dan emosional kemudian memberikan contoh
penerapan prinsip bioetika kedokteran dalam praktik seorang dokter dan memberikan
gambaran cara pelayanan kesehatan sesuai prinsip kaidah dasar bioetik kedokteran
berdasarkan kasus yang ada, serta mengetahui cara pengambilan keputusan yang etis dalam
pelayanan kesehatan.
3. Rumusan Masalah
Skenario
Dokter Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota.
Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantri, hal
ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga desa
yang datang berobat karena puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan
yang ada. Dokter Bagus bertugas dari pagi sampai sore hari tetapi tidak menutup
kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang
membutuhkan pertolongannya.
Pada suatu pagi hari, ketika ia datang ke puskesmas sudah ada 5 orang pasien yang
sedang mengantri. Dokter Bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini
dilakukan agar pemeriksaan pasien tertib teratur. Pasien pertama adalah seorang ibu, datang
dengan keluhan demam 2 hari yang lalu disertai batuk dan pilek. Setelah memeriksa pasien
tersebut dr. Bagus memberikan beberapa macam obat dan vitamin serta nasehat agar istirahat
yang cukup.
Pasien kedua adalah seorang anak balita tampak lemah digendong oleh ibunya. Ibunya
mengatakan bahwa anak tersebut sudah 2 hari buang-buang air besar. Setelah memeriksa anak
tersebut, dr. Bagus menyarankan agar anak tersebut dirawat di rumah sakit yang berada di
kota. Namu ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat. “ baiklah
kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan ORALIT untuk anak ibu, nanti ibu berikan obat
tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering mungkin, nanti
4
sore setelah selesai tugas saya akan mampir ke rumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak
ibu “ kata dr. Bagus. “ pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu
tolong jelaskan cara membuat air oralit pada ibu ini” kata dr. Bagus kepada pak mantri.
Pasien ketiga adalah seorang anak laki-laki. Pasien tersebut menderita keganasan
stadium lanjut. Sebelumnya pasien tersebut pernah dilakukan pembedahan di rumah sakit.
Namun keluarga pasien menghentikan pengobatannya lebih lanjut. Orangtua pasien bukanlah
orang kaya sehingga mereka tak mampu membeli obat-obatan kemoterapeutik yang mahal.
Tetapi orangtua pasien ingin anaknya mendapat pengobatan lebih lanjut. Dokter Bagus
menjelaskan kepada orangtua nya bahwa kondisi anaknyatidak dapat ditingkatkan dan sangat
sulit bagi mereka untuk membeli obat-obatan mahal tersebut. Dokter Bagus ragu apakah ia
harus mengatakan pada mereka untuk tidak usah membeli obat itu.karena berdasarkan
pengetahuannya pada penyakit ini, beberapa pasien meninggal walaupun telah diterapi dengan
kemoterapi penuh. Pada pemeriksaan fisik pada pasien ini telah timbul esites dan pasien
tampak sesak. Dokter Bagus menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa kondisi anaknya
kurang baik dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil walaupun diberikan obat-obat
kemoterapeutik. “pak, yang hanya saya dapat lakukan adalah memberi obat-obatan penunjang
agar anak bapak tidak terlalu menderita” kata dr. Bagus sambil menyerahkan obat kepada
orang tua pasien.
Saat mempersilahkan pasien keempat masuk keruang periksa, dr. Bagus terkejut
karena serombongan orang memaksa masuk sambil menggotong seorang pemudayang tidak
sadarkan diri. Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu di luar
karena ia akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut. Ketika yang lain
sibuk membaringkan pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut, salah satu orang mengatakan
bahwa pemuda tersebut telapak tangan sebelah kanannya masuk kedalam mesin penggilingan
padi dan setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda tersebut baru dapat dikeluarkan
dari mesin penggilingan padi. Pada pemeriksaan, dr. Bagus mendapatkan telapak tangan
pemuda tersebut tampak bengkak dan pada pemeriksaan lebih lanjut ternyata tulang-tulang
ditelapak tangan tersebut hancur. Dokter Bagus bertanya kepada orang-orang yang mengantar
pemuda tadi apakah diantara mereka ada keluarga dari pemuda tersebut. Dari serombongan
orang tadi keluar seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia adalah istri dari pemuda
5
tersebut. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan
yang harus dilakukan adalah amputasi. Walau dengan berat hati, istri pemuda tersebut
menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter Bagus. Sambil besimbah peluh, dr. Bagus
akhirnya menyelesaikan tindakan amputasi telapak tanganpemuda yang mengalami
kecelakaan tersebut. Melihat kondisi yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan
pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk
kontrol.
Pasien keempat adalah seorang bapak berusia 55 tahun diantar oleh anak laki-lakinya
datang dengan keluhan nyeri pada ulunhati dan terasa berat pada dadanya serta punggungnya.
Dari hasil pemeriksaan tekanan darah 150/90 dan nadi cepat tidak teratur. Dokter Bagus
curiga pasien tersebut menderita penyakit jantung sehingga ia membuat surat rujukan ke
rumah sakit yang berada di kota. Setelah menerima penjelasan tentang kemungkinan penyakit
yang dideritanya, pasien pulang dengan membawa surat rujukan tersebut.
Waktu telah memasuki siang hari, pasien kelima adalah seorang ibu muda yang sangat
cerewet, karena begitu masuk si ibu tadi sudah mengeluh berbagai macam keluhan. Dokter
Bagus tidak menanggapi keluhan si ibu muda tadi dan segera membuat surat rujukan untuk
ibu tersebut ke LAB KLINIK “cepat tepat” langganannya yang berada di kota, jauh dari
puskesmas. Dari Lab Klinik ini dr. Bagus medapat sejumlah uang ternyata sejajar jumlahnya
dengan pasien yang ia kirim kesitu. Pernah dua bulan yang lalu dengan 20 pasien yang ia
kirim, ia memperoleh Rp 300.000,-.
Setelah pasien kelima, dr. Bagus melihat keluar ruangan, tampak antrian pasien yang
masih banyak. “ pak mantri tolong umumkan kepasien, saya akan istirahat makan sejenak”
kata dr. Bagus dan tanpa terasa sudah 25 tahun dokter Bagus mengabdi di desa tersebut.
6
BAB II
ISI
1. Pengertian
Awalnya etika kedokteran hanya berbicara tentang bidang medis dan profesi
kedokteran saja, terutama hubungan dokter dengan pasien, keluarga, masyarakat dan teman
sejawat. Akan tetapi sejak 3 dekade terakhir ini telah dikembangkan bioetika atau disebut
juga etika biomedis.
Bioetika berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan kata ethos yang berarti
norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika atau bioetika medis merupakan studi
interdisipliner tentang masalah yang di timbulkan oleh perkembangan di bidang biologi
dan di bidang kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang
(bertens, 2001).
Dalam dunia kedokteran, terdapat empat prinsip yang digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan yang bisa disebut sebagai Kaidah Dasar Bioetik (KDB). Terdapat
empat prinsip utama di dalam kaidah dasar bioetik KDB, yaitu beneficence, non-
maleficence, justice, dan autonomy.
2. Prinsip-Prinsip
2.1 Beneficence
Prinsip beneficence atau prinsip murah hati, merupakan prinsip moral yang
mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien atau penyediaan keuntungan
dan menyeimbangkan keuntungan tersebut dengan resiko dan biaya. Dalam beneficence
tidak hanya perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi positif
7
(manfaatnya) lebih dominan daripada sisi negatifnya (kerugiannya) dan perbuatan/tindakan
yang dilakukan dalam prinsip ini ialah tindakan yang bertanggung jawab.
Berikut beberapa point yang terdapat dalam pinsip beneficence:
1. Utamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang
lain)
2. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan
keburukannya
3. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
4. Maksimalisasi akibat baik > akibat buruk
5. Kewajban menolong pasien gawat darurat
2.2 Non-maleficence
Prinsip non-maleficence ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau “ above all do
no harm “. Prinsip non-maleficence merupakan Prinsip etik yang tidak melakukan sesuatu
yang membahayakan orang lain bisa juga diartikan sebagai prinsip menghindari
terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang melarang tindakan memperburuk
keadaan pasien.
Berikut beberapa point yang terdapat dalam prinsip non-maleficence:
1. Menolong pasien gawat darurat
2. Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
3. Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
4. Manfaat bagi pasien > kerugian pasien (hanya mengalami resiko minimal)
2.3 Justice
8
Prinsip justice atau prinsip keadilan merupakan prinsip etik berdasarkan asumsi hak
asasi manusia. Konsep dalam prinsip ini yaitu adil dan merata, keadilan dapat
dideskripsikan sebagai bekerja didalam satu kumpulan hukum moral, menghormati
pandangan dan hak orang lain, atau pemerataan dalam penyebaran sumber. Sehingga
perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan paham
kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan gender
tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak ada
pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter.
Berikut beberapa point yang terdapat dalam prinsip justice:
1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal
2. Menghargai hak orang lain
3. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status, sosial,dll
4. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
2.4 Autonomy
Prinsip autonomy atau prinsip menghormati martabat manusia merupakan suatu
prinsip dimana individu atau pasien harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki
otonomi maksudnya hak untuk menentukan nasib dirinya sendiri. Seorang dokter perlu
memperlakukan orang lain/pasiennya seperti ia ingin diperlakukan oleh mereka.
Berikut beberapa point yang terdapat dalam prinsip autonomy:
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai hak pasien
2. Tindakan medis terhadap pasien harus mendapat persetujuan dari pasien tersebut,
setelah pasien diberi informasi dan memahaminya (informed consent)
3. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
4. Menjaga hubungan kontrak
5. Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien
6. Berterus terang
9
Dari kasus dokter bagus yang sebelumnya telah didiskusikan dalam kelompok, dapat kita
ketahui beberapa contoh penerapan prinsip-prinsip bioetik berdasarkan pointnya masing-
masing, seperti berikut ini:
1. Paragraf 1
“dokter bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan
ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang membutuhkan
pertolongannya”
Termasuk dalam prinsip beneficence point 1
2. Paragraf 2
“dokter bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini dilakukannya agar
pemeriksaan pasien berjalan tertib teratur. Pasien pertama adalah seorang ibu, datang
dengan keluhan demam 2 hari yang lalu disertai batuk dan pilek. Setelah memeriksa pasien
tersebut dr.bagus memberikan beberapa macam obat dan vitamin serta nasehat agar
istirahat yang cukup”.
Termasuk dalam prinsip justice point 1 dan prinsip beneficence point 4
3. Paragraf 3
namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat. ‘’baiklah kalau
begitu saya akan memberi ibu obat dan ORALIT untuk anak ibu,nanti ibu berikan obat
sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering mungkin, nanti sore
setelah selesai tugas saya akan mampir kerumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak
ibu’’
10
termasuk dalam prinsip autonomy point 1 dan prinsip beneficence point 4
4. Paragraf 4
“namun keluarga pasien menghentikan pengobatan lebih lanjut”.
“pak yang hanya dapat saya lakukan adalah memberi obat-obatan penunjang agar anak
bapak tidak terlalu mendeita, kata dr.bagus sambil menyerahkan obat kepada orang tua
pasien”.
Termasuk dalam prinsip autonomy point 1 dan beneficence point 4
5. Paragraf 5
“saat mempersilahkan pasien keempatnya masuk ke ruang periksa, dr. Bagus terkejut
karena serombongan orang memaksa masuk sambil menggotong seorang pemuda yang
tidak sadarkan diri. Dokter bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu di
luar karena ia akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut”.
“Walaupun dengan berat hati, istri pemuda tersebut menyetujui tindakan yang akan
dilakukan dokter bagus”.
“Melihat kondisi pasien yang membaik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan pulang
dengan diberi beberapa maacam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk
kontrol”.
Termasuk dalam prinsip non-maleficence (point 1, 2, 3), prinsip autonomy (point 1,4) dan
prinsip beneficence (point 4)
6. Paragraf 6
“Dokter bagus curiga pasien tersebut menderita penyakit jantung sehingga ia membuat
rujukan ke rumah sakit yang berada di kota. Setelah menerima penjelasan tentang
kemungkinan penyakit yang dideritanya, pasien pulang dengan membawa surat rujukan
tersebut”.
11
Termasuk dalam prinsip beneficence point 4 dan prinsip autonomy point 6
7. Paragraf 7
“dokter bagus segera membuat surat rujukan untuk ibu tersebut ke LAB KLINIK “cepat
tepat” langganannya yang berada di kota, jauh dari paskesmas. Dari lab klinik ini dr. Bagus
mendapat sejumlah uang ternyata sejajar jumlahnya dengan pasien yang ia kirim ke situ.
Pernah dua bulan yang lalu dengan 20 pasien yang ia kirim, ia memperoleh Rp. 300.000,-.”
Termasuk dalam prinsip autonomy point 1 dan penyimpangan prinsip justice.
8. “Setelah pasien kelima, dokter bagus melihat keuar ruangan, tampak antrian pasien yang
masih banyak. “pak mantri tolong umumkan kepasien, saya akan istirahat makan sejenak”
kata dr. Bagus.”
Termasuk pelanggaran prinsip beneficence (non-beneficence).
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi bagai mana pun seorang dokter harus mempunyai penguasaan dan penerapan
bioetik itu sendiri karna kedua-duanya saling melengkapi satu sama lain jika salah satu
tidak terpenuhi maka bioetik itu sendiri tidak mempunyai arti apa-apa.
13
Daftar pustaka
1. Guwandi, J.1991.Etika dan hukum kedokteran.Jakarta:fakultas kedokteran indonesia.
2. Hanafiah, Jusuf, & Amir, Amri.2007.etika kedokteran dan hukum(edisi 4).Jakarta:EGC
3. Brooker, chris.2005.Ensiklopedia keperawatan.Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.
4. Budijanto, arif dkk. 1987. Pedoman etik penelitian kedokteran indonesia. Jakarta: fakultas
kedokteran indonesia.
14