BAB I
PENDAHULUAN
Luka pada mukosa rongga mulut apapun penyebabnya menghasilkan defek
yang terlokalisasi pada permukaan yang dilapisi epitelium. Defek tersebut berupa
ulser atau erosi, ulser merupakan lesi yang banyak terjadi di dalam rongga mulut.
Ulser dapat disebabkan oleh trauma mekanis (seperti tergigit, ill fitting denture),
trauma termal (seperti mengkonsumsi makanan atau minuman panas), trauma
kimia (agen tertentu yang bersifat iritan), dan stress.
Pada tanggal 13 November 2014, Tn. D datang ke bagian Oral Medicine
RSGM FKG Unpad dengan keluhan terdapat sariawan di sisi kanan lidah daerah
gigi belakang kanan rahang bawah sejak 3 hari yang lalu. Pasien memiliki gigi
berlubang di rahang bawah belakang kanan dan sering menyentuhkan lidah pada
bagian gigi berlubang tersebut.
Melalui anamnesa, pemeriksaan ekstra oral dan intra oral, didapatkan
diagnosa traumatic ulcer. Pasien diinstruksikan untuk tetap menjaga kesehatan
mulutnya, diberi resep salep triamcinolone acetonide 0,1%, dan diinstruksikan
untuk melakukan penambalan gigi yang berlubang.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Status Klinik IPM
2.1.1 Status Umum Pasien
Tanggal Pemeriksaan : 13 November 2014
Nama Pasien : D
Nomor Rekam Medik : 2014-055XX
Usia : 19 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Rumah : Jl. H. Somali Ujung
2.1.2 Anamnesa
Pasien laki-laki 19 tahun datang dengan keluhan terdapat sariawan di sisi
kanan lidah daerah gigi belakang kanan rahang bawah sejak 3 hari yang lalu.
Terasa sakit terutama ketika lidah bergesekan dengan gigi. Pasien juga
mengeluhkan gigi berlubang pada gigi belakang kanan rahang bawah, dan sering
menggesekan lidah pada gigi berlubang tersebut. Pasien mengaku akhir-akhir ini
pola makan tidak teratur dan jarang mengkonsumsi buah dan sayur. Sebelumnya
2
3
pasien pernah mengalami sariawan di bibir bawah karena tergigit pada 2 bulan
yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat sariawan yang muncul tiba-tiba. Di
keluarga pasien (orang tua, kakak, dan adik) tidak memiliki riwayat sariawan yang
berulang dan muncul tiba-tiba. Pasien sudah menggunakan obat kumur betadine
sejak 2 hari yang lalu untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada sariawan. Pasien
ingin sariawannya diobati.
2.1.3 Riwayat Penyakit Sitemik
Penyakit jantung : YA / TIDAK
Hipertensi : YA / TIDAK
Diabetes Melitus : YA / TIDAK
Asma/Alergi : YA / TIDAK
Penyakit Hepar : YA / TIDAK
Kelainan GIT : YA / TIDAK
Penyakit Ginjal : YA / TIDAK
Kelainan Darah : YA / TIDAK
Hamil : YA / TIDAK
Kontrasepsi : YA / TIDAK
Lain-lain : YA / TIDAK
2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu
Disangkal.
4
2.1.5 Kondisi Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : Afebris
Tensi : 110/70 mmHg
Pernafasan : 20 x / menit
Nadi : 70 x / menit
2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Limfe
Submandibula kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Submental kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Servikal kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Mata pupil isokhor konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
TMJ clicking sebelah kanan
Bibir t.a.k
Wajah Simetri / Asimetri
Sirkum Oral t.a.k
Lain-lain -
5
2.1.7 Pemeriksaan Intra Oral
Kebersihan Mulut baik/sedang/buruk plak + / -
Kalkulus + / - stain + / -
Gingiva oedematus pada regio anterior rahang bawah
Mukosa Bukal Terdapat teraan gigitan irregular di sepanjang mukosa
bukal kiri dan kanan dari regio 35-37 dan 46-48
Mukosa Labial t.a.k
Palatum Durum t.a.k
Palatum mole t.a.k
Frenulum t.a.k
Lidah Terdapat ulcer pada lateral kanan lidah di regio gigi 46,
bentuk oval irreguler, diameter ±5 mm, dasar cekung
dikelilingi tepi yang eritem
Terdapat fisur di bagian dorsum lidah hingga lateral
Terdapat plak berwarna putih di bagian dorsum lidah yang
dapat diangkat tanpa meninggalkan jaringan merah
Dasar Mulut t.a.k
2.1.8 Status Gigi
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
6
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Radiologi TDL
Darah TDL
Patologi Anatomi TDL
Mikrobiologi TDL
2.1.10 Diagnosa
D/ : Traumatic ulcer a/r lateral lidah dekstra
DD/ : Stomatitis Aphtous Recurrent Minor
D/ : Coated tongue a/r dorsum lidah
DD/ : Hairy tongue, acute pseudomembranous candidiasis (thrush)
D/ : Fissured tongue a/r dorsum hingga lateral lidah
DD/ : Geographic tongue
D/ : Cheek biting a/r mukosa buccal dextra sinistra
DD/ : Linea alba
2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan
− Pro OHI
− Pro Resep: R/ Triamcinolone acetonide 0,1% in orabase
− Pro Kontrol 1 minggu kemudian
7
Gambar 2.1 Ulser pada lateral lidah dekstra
2.2 Status Kontrol IPM
Tanggal : 20 November 2014
2.2.1 Anamnesa
Tujuh hari yang lalu pasien datang ke bagian Oral Medicine RSGM FKG
Unpad dengan keluhan terdapat sariawan di sisi kanan lidah daerah gigi 46. Pasien
diberikan resep salep triamcinolone acetonide 0,1% in orabase yang dioleskan
pada sariawannya setelah sarapan, makan siang, dan sebelum tidur. Rasa nyeri
pada sariawan berkurang pada hari ketiga setelah pemberian obat. Berdasarkan
hasil observasi sariawan di lidah pasien sembuh, tidak meninggalkan bekas, dan
tidak terasa sakit.
8
2.2.2 Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Limfe
Submandibula kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Submental kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Servikal kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Bibir t.a.k
Wajah Simetri/Asimetri
Sirkum Oral t.a.k
Lain-lain -
2.2.3 Pemeriksaan Intra Oral
Kebersihan Mulut
Debris Indeks Kalkulus Indeks OHI-S
16 1
11 1
26 0
16 0
11 0
26 0
Baik/ sedang/ buruk
46 1
31 0
36 0
46 0
31 0
36 0
Stain +/-
DI = 3/6 KI = 3/6
OHI-S = DI + CI = 6/6 = 1,00 sedang
Gingiva oedem di anterior RB
9
Mukosa Bukal Terdapat teraan gigitan di kedua sisi posterior regio 35-37
dan 47-48
Mukosa Labial t.a.k
Palatum Durum t.a.k.
Palatum mole t.a.k.
Lidah Terdapat fisur di bagian dorsum hingga lateral lidah
Terdapat plak berwarna putih di bagian dorsum lidah dapat
di angkat dan tidak meninggalkan jaringan merah
Dasar Mulut t.a.k.
2.2.4 Diagnosis
D/ : Post traumatic ulcer a.r lateral lidah dekstra
DD/ : Reccurent apthous stomatitis
D/ : Cheek biting a.r mukosa bukal sinistra dan dekstra
DD/ : Linea alba
D/ : Fissured tongue a.r dorsum lidah
DD/ : Geographic tongue
D/ : Coated tongue a.r dorsum lidah
DD/ : Acute pseudomembranous candidiasis
10
2.2.5 Rencana Perawatan
− Pro OHI, pasien diberikan instruksi untuk membersihkan lidah dengan
tongue scraper setiap sehabis menyikat gigi
− Pro penambalan gigi 46
Gambar 2.2 Kondisi lateral lidah dekstra pasien saat kunjungan kontrol
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Ulser Traumatik
3.1.1 Definisi
Ulser adalah suatu defek pada jaringan epitel berupa lesi cekung berbatas
jelas yang telah kehilangan lapisan epidermis (Greenberg dan Glick, 2003).
Reccurent oral ulceration merupakan kondisi yang banyak terjadi disebabkan
beberapa etiologi, trauma menjadi penyebab yang banyak ditemukan. Lokasi yang
banyak ditemukan antara lain mukosa labial, mukosa bukal, palatum, dan lidah
(Langlais & Miller, 2000)
3.1.2 Etiologi dan Tampilan Klinis
Traumatik ulser dapat disebabkan oleh bahan kimia, panas, elektrik, atau
gaya mekanis. Trauma mekanis dapat disebabkan ill-fitting denture, tergigit,
abrasi karena sering berkontak dengan gigi yang tajam atau patah, iatrogenik
(seperti terkena alat tajam saat pemeriksaan gigi) (Langlais & Miller, 2000;
Regezi et al, 2012). Bahan kimia dapat menyebabkan ulser rongga mulut karena
sifat asam bahan tersebut atau karena kemampuan bahan berperan sebagai iritan
atau alergen. Bahan medikamen yang mengandung fenol misalnya, dapat
menyebabkan ulser lokal iatrogenik. Ulser rongga mulut karena panas jarang
ditemukan. Perawatan radiasi atau kemoterapi juga dapat menyebabkan ulser
11
13
rongga mulut. Etiologi ulser dan mukositis berhubungan dengan banyak faktor
dan melibatkan lima fase biologis yaitu inisiasi, respon kerusakan awal, penguatan
sinyal, ulserasi, dan penyembuhan (Regezi et al, 2012).
Menurut Houston (2009), etiologi ulser antara lain tergigit ketika
berbicara, tidur, atau mengunyah, gigi yang patah, karies, malposisi, protesa yang
tidak tepat, dan trauma mekanis lainnya (seperti terkena alat makan, bahan kimia,
dan panas). Lokasi ulser yang banyak ditemui berdasarkan penyebabnya antar
lain: (Houston, 2009)
1) Trauma mekanis, ulser yang disebabkan trauma mekanis banyak
ditemukan pada mukosa bukal, mukosa labial pada bibir atas maupun bibir
bawah, dan lateral lidah. Kadang dapat juga ditemukan pada mukobukal
fold, gingiva, dan palatum.
2) Elektrik, lesi yang berhubungan dengan panas elektrik sering terdapat pada
bibir dan komisur bibir.
3) Panas, lesi karena panas dari makanan panas sering terdapat pada posterior
mukosa bukal dan palatum.
4) Bahan kimia, lesi karena bahan kimia dapat terjadi pada seluruh bagian
mukosa rongga mulut. Bahan kimia yang dapat menimbulkan lesi seperti
aspirin, hidrogen peroksida, silver nitrate, dan fenol.
Ulser dilapisi eksudat fibrin putih-kekuningan, dikelilingi daerah eritem
(erythematous halo), disertai rasa nyeri. Ulser akan sembuh dalam waktu 7-10
hari tanpa pembentukan scar, sembuh dengan sendirinya atau dengan
14
menghilangkan penyebabnya. Bibir, lidah, dan mukosa bukal merupakan lokasi
predileksi terjadinya ulser. (Laskaris, 2006; Regezi et al, 2012).
Gambar 3.1. Traumatik ulser pada mukosa labial karena gigi yang tajam (Greenberg & Glick, 2008)
3.1.3 Histopatologi
Ulser akut memperlihatkan kehilangan permukaan epitelium yang
digantikan jaringan fibrin berisi neutrophil. Dasar ulser terdapat dilatasi kapiler
dan jaringan granulasi. Regenerasi epitelium dimulai dari bagian tepi ulser,
dengan proliferasi sel di atas jaringan granulasi dan di bawah bekuan fibrin
(Regezi et al, 2012).
Ulser kronis memiliki dasar jaringan granulasi, dengan scar ditemukan
lebih dalam pada jaringan. Regenerasi epitel biasanya tidak terjadi karena trauma
yang berkelanjutan atau karena faktor jaringan lokal yang tidak menguntungkan.
Faktor tersebut berhubungan dengan adhesi yang tidak tepat dari ekspresi molekul
(integrin) atau inadekuat reseptor matriks ekstraselular untuk integrin keratinosit
(Regezi et al, 2012).
15
3.1.4 Diagnosis, Diagnosis Banding, dan Perawatan
Penegakan diagnosa untuk traumatik ulser dapat dilakukan melalui
anamnesa, pemeriksaan klinis, riwayat trauma, evaluasi gigi tiruan, dan evaluasi
alat ortodontik yang digunakan pasien (Sciubba et al, 2002). Diagnosis banding
untuk ulser traumatik antara lain eosinophilic ulcer, reccurent aphthous ulcer,
Riga–Fede disease, syphilis, tuberculosis, systemic mycoses (Laskaris, 2006).
Meskipun traumatik ulser dapat sembuh dengan sendirinya, rasa nyeri dapat
diobati dengan pemberian kortikosteroid topikal (Regezi et al, 2012).
3.2 Reccurent Apthous Stomatitis (RAS)
RAS merupakan lesi dalam rongga mulut yang banyak ditemukan,
dengan prevalensi 10-30% pada semua populasi. Etiologi RAS belum diketahui
secara pasti, faktor predisposisi antara lain trauma, alergi, genetik, gangguan
endokrin, emosional stress, defisiensi hematologi, dan AIDS. RAS
diklasifikasikan menjadi minor ulcer, mayor ulcer, dan herpetiform ulcer. Tipe
minor merupakan jenis yang paling banyak ditemui, ukurannya kecil dengan
diameter 3-6 mm, dasar ulser putih kekuningan, dan dikelilingi tepi eritem
(eritemathous halo), lesi dapat single maupun multiple (dua hingga enam lesi),
dapat sembuh dengan sendirinya tanpa scar dalam waktu 7-12 hari. Tipe major
memiliki diameter 1-2 cm, terasa nyeri yang dalam, dan dapat bertahan 3-6
minggu, proses penyembuhan dapat menimbulkan scar, jumlah lesi bervariasi
(satu hingga lima). Tipe herpetiform ukurannya kecil dengan diameter 1-2 mm,
16
jumlah lesi banyak berkisar 10-100, lesi dapat bersatu membentuk ulser iregular
yang lebih besar, waktu penyembuhan 1-2 minggu tanpa pembentukan scar.
Perawatan RAS menggunakan steroid topikal, dalam kasus yang berat terapi
dengan injeksi steroid atau steroid sistemik dalam dosis rendah (10-20 mg
prednisone) selama 4 hingga 8 hari dapat meringankan simptom (Greenberg &
Glick, 2008; Laskaris, 2006).
Gambar 3.2 Reccurent Apthous Stomatitis; (a) Minor Apthous Ulcer, (b) Major Apthous Ucer, (c) Multiple Herpetiform Ulcer (Laskaris, 2006)
3.3 Coated Tongue
Coated tongue merupakan lapisan berwarna putih, kuning, atau
kecoklatan di atas permukaan lidah yang disebabkan akumulasi bakteri, debris
makanan, dan deskuamasi sel epitel (Danser et al, 2003). Perubahan pola diet,
kurangnya kemampuan untuk menjaga kebersihan rongga mulut dengan baik, dan
penurunan jumlah aliran saliva dapat meningkatkan akumulasi debris oral. Coated
17
tongue dapat menyebabkan akumulasi bakteri, bau mulut, dan menurunnya
sensasi rasa pada lidah (Quirynen, 2004).
Etiologi coated tongue antara lain edentulous, diet makanan lunak, oral
hygiene yang buruk, demam, xerostomia, dan konsumsi obat (Scully, 2001).
Permukaan lidah rentan terhadap terjadinya iritasi yang disebabkan trauma,
makanan atau minuman yang terlalu panas atau dingin. Iritasi tersebut
menyebabkan bagian permukaan lidah membentuk perlindungan berupa lapisan
keratin yang telah mati. Pada keadaan normal jumlah keratin yang diproduksi
sama dengan keratin yang telah mati, namun pada keadaan tidak normal hal
tersebut terganggu (AOMP, 2005). Tampilan klinis berupa selaput yang menutupi
permukaan atas lidah. selaput tersebut dapat hilang pada pengerokan tanpa
meninggalkan daerah eritem (Scully, 2001).
3.4 Hairy Tongue
Hairy tongue merupakan kelainan dimana terdapat akumulasi keratin
pada papila filiform pada lidah, dan menunjukkan pola seperti rambut. Faktor
predisposi yang terlibat antara lain kebersihan rongga mulut yang rendah,
oxidizing mouthwash, antibiotik spektrum luas (seperti penisilin dan steroid
sistemik), merokok, terapi radiasi, stress emosional, akumulasi bakteri dan jamur.
Hairy tongue biasanya ditemukan pada dua per tiga anterior dorsum lidah. Lesi
dapat berwarna kuning, coklat, atau putih tergantung pada diet makanan dan jenis
organisme yang terakumulasi. (Laskaris, 2006; Greenberg & Glick, 2008)
18
Tampilan klinis berupa pemanjangan papila filiform pada lidah yang
asimptomatik. Warna dapat bervariasi berupa putih, coklat, hingga kekuningan.
Pasien biasanya mengeluhkan halitosis dan rasa yang tidak nyaman pada lidah.
Perawatan yang dilakukan dengan menghentikan merokok dan penggunaan
oxidizing mouthwash, menyikat lidah, peningkatan kebersihan rongga mulut, agen
keratolytic. (Laskaris, 2006; Greenberg & Glick, 2008)
Gambar 3.3 Hairy tongue (Laskaris, 2006)
3.5 Candidiasis
Candidiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida
albicans. Faktor predisposisi antara lain oral hygiene yang buruk, xerostomia,
penggunaan denture, penggunaan antiobiotik spektrum luas, infeksi HIV. Lesi
tampak berwarna putih dan jika dikerok meninggalkan daerah eritem (Greenberg
et al, 2008)
Gambar 3.4 Candidiasis pada mukosa palatum (Laskaris, 2006)
19
3.6 Cheek Bitting (Morsicatio Buccarum)
Lesi putih pada jaringan dalam rongga mulut dapat dihasilkan dari iritasi
kronis yang berulang seperti kebiasaanvmengigit mukosa bukal. Lesi dapat
unilateral atau bilateral pada area posterior mukosa bukal. Lesi tampak berwarna
putih disertai area eritem, dengan area tebal dan tipis terlihat berdekatan. Trauma
yang terus menerus dapan menimbulkan ulserasi. Tidak ada perawatan yang
diberikan, kebiasaan mengunyah atau menggigit pipi harus dihentikan.
Penggunaan occlusal night guard juga dapat dipertimbangkan. (Greenberg &
Glick, 2008; Langlais & Miller, 2000)
Gambar 3.5 Cheek bitting (Greenberg & Glick, 2008)
3.7 Linea Alba
Linea alba merupakan lapisan putih horizontal pada mukosa bukal yang
sejajar dengan bidang oklusal yang meluas dari komisura bibir hingga gigi
posterior. Lesi ini disebabkan trauma gigitan, gesekan, atau kebiasaan menghisap-
hisap pipi. Tidak ada perawatan yang dilakukan, pada beberapa orang garis putih
ini akan hilang secara spontan (Greenberg & Glick, 2008).
20
Gambar 3.6 Line alba (Laskaris, 2006)
3.8 Triamcinolone Acetonide 0,1% in Orabase
Triamcionolone acetonide 0,1% in orabase merupakan kortikosteroid
topikal golongan glukokortikoid. Golongan kortikosteroid mampu menghambat
akumulasi sel inflamasi, fagositosis, sintesis dan pelepasan enzim lysosomal, dan
pelepasan mediator inflamasi, sehingga mengurangi atau mencegah reaksi
jaringan terhadap proses inflamasi (Jeske, 2014). Triamcinolone acetonide in
orabase digunakan dalam terapi pada stomatitis sebagai simple covering agent.
Triamcinolone acetonide 0,1% in orabase diaplikasikan setelah makan untuk
menghindari terhapusnya obat yang telah diaplikasikan sebelumnya, dan sebelum
tidur untuk memaksimalkan kontak antara obat dan ulser. Jumlah aplikasi obat
tergantung tingkat keparahan ulser bahkan dapat diaplikasikan hingga tiga kali
sehari (Rutter & David, 2013).
BAB IV
PEMBAHASAN
Tn. D datang ke Instalasi Penyakit Mulut RSGM FKG UNPAD denga
keluhan terdapat sariawan pada sisi kanan lidah di daerah gigi posterior. Sariawan
tersebut muncul karena pasien sering menggesekan lidah pada gigi belakang
kanan rahang bawah yang berlubang. Pasien tidak memiliki riwayat sariawan
berulang yang muncul secara spontan. Riwayat sariawan sebelumnya muncul 2
bulan yang lalu pada bibir bawah karena tergigit. Traumatik ulser dapat
disebabkan karena tergigit ketika berbicara, tidur, atau mengunyah, gigi fraktur,
karies, malposisi gigi, protesa yang tidak tepat pemasangannya, dan trauma
lainnya. Ulser karena trauma mekanis biasanya terjadi pada mukosa bukal,
mukosa labial, dan lateral lidah (Houston, 2009). Pasien memiliki gigi berlubang
di rahang bawah belakang kanan, sehingga kebiasaan pasien menggesekan lidah
pada gigi karies menyebabkan timbulnya ulser pada lateral kanan lidah.
Pasien mengeluhkan rasa sakit pada sariawan ketika tersentuh. Gambaran
lesi pada lateral kanan lidah di regio gigi 46, bentuk oval dengan batas irreguler,
diameter ±5 mm, dasar cekung dikelilingi tepi yang eritem. Laskaris (2006) dan
Langlais & Miller (2000), gambaran klinis traumatik ulser yaitu nyeri, dasar
cekung, berbentuk oval, margin irreguler, dan dikelilingi tepi eritema.
Pasien diresepkan triamcinolone acetonide 0,1 % in orabase, digunakan
tiga kali sehari setelah sarapan, makan siang, dan sebelum tidur. Meskipun
20
22
traumatik ulser dapat sembuh dengan sendirinya, rasa nyeri dapat diobati dengan
pemberian kortikosteroid topikal (Regezi et al, 2012). Triamcinolone acetonide
0,1% in orabase berperan untuk menurunkan respon jaringan terhadap reaksi
inflamasi, mampu menghambat akumulasi sel inflamasi, fagositosis, sintesis dan
pelepasan enzim lysosomal, dan pelepasan mediator inflamasi, sehingga
mengurangi atau mencegah reaksi jaringan terhadap proses inflamasi (Jeske,
2014).
Tujuh hari kemudian pasien datang kembali untuk kontrol. Hasil
pemeriksaan menunjukkan traumatik ulser telah sembuh tanpa meninggalkan
bekas. Lakaris (2006), traumatik ulser akan sembuh dalam waktu 6-10 hari tanpa
meninggalkan jaringan parut. Penyebab munculnya ulser juga harus dihilangkan,
sehingga karies pada gigi pasien perlu segera dilakukan penambalan untuk
menghindarkan munculnya kembali ulser karena kebiasaan pasien menggesekan
lidah pada gigi berlubang.
BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan klinis lesi yang dialami pasien
berupa ulser traumatik, karena kebiasaan pasien menggesekan lidah pada gigi
belakang kanan rahang bawah yang berlubang. Gambaran klinis lesi pada lateral
kanan lidah berbentuk oval, batas irregular, diameter ±5mm, dasar cekung,
dikelilingi tepi eritem, terasa nyeri. Perawatan ulser traumatik pada pasien dengan
triamcinolone acetonide 0,1% in orabase cukup efektif, ulser dapat sembuh tanpa
meninggalkan bekas dalam 7 hari.
23
DAFTAR PUSTAKA
Danser MM, et alI. 2003. Tongue Coating and Tongue Brushing: A Literature
Review. Int J. Dent. Hyg. 2003 Aug; 1(3): 151-158
Greenberg, Martin S. dan Michael Glick. 2008. Burket’s Oral Medicine Diagnosis
& Treatment 11thEd. London: BC Decker Inc.
Houston, G. 2009. Traumatic Ulcers. Available online at
http://emedicine.medscape.com
Jeske, Arthur H. 2014. Mosby’s Dental Drug Reference, 11th ed. USA: Elsevier
Laskaris, G. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease 7thed. New York: Thieme
Langlais, R. P & Craig S. Miller. 2000. Color Atlas of Common Oral Disease
Rutter, Paul, & David Newby. 2013. Community Pharmacy ANZ; Symptoms,
Diagnosis, and Treatment. Elsevier
Regezi, A. dan James J. Sciubba, Richard C. K. Jourdan. 2012. Oral Pathology:
Clinical Pathologic Correlations.6th Ed. Elsevier
Scuba, J.J, et al. 2002. PDQ Oral Diseases. London: BC Becker Inc.
Scully, Crispian. 2010. Medical Problems in Dentistry. London: Elsevier.
Quirynen M, et al. 2004. Impact of Tongue Cleansers on Microbial Load and
Taste. J Clin Periodontal 2004; 31: 506-510
24