Filsafat Pendidikan
Peningkatan Sumber Daya Manusia
Pembimbing:
Semani
Group 9:
1. Ririn Vinarika (117914)
2. Lina Asmuniroh (1171032)
3. Heppy Indah Pratiwi (1171004)
4. Masluchah (117991)
5. Dynastiti Gezza (1171097)
6. M. Yunan Zulkarnaian (1171100)
7. Luluk Nur Hayati (117813)
Pendidikan Bahasa Inggris 2011 – F
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
JOMBANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayah-Nnya sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Filsafat Pendidikan peningatan
Sumber Daya Manusia”, dengan makalah ini kami mengharapkan agar dapat
membantu sistem pembelajaran, menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Kami akui makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang di
miliki masih sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Jombang, Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar...................................................................................................
Daftar isi............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
Latar Belakang.................................................................................................
Rumusan Masalah.............................................................................................
Tujuan.... ..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................
Hubungan Filsafat pendidikan dan kepribadian.................................................
Perkembangan Sumber Daya Manusia di Indonesia...................................
Filsafat pendidikan sebagai peningkatan sumber daya manusia.........................
Contoh dan analisis kasus.......................................................................
BAB III PENUTUP............................................................................................
Kesimpulan.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Filsafat ilmu pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam pembelajaran
mengenai masalah-masalah dalam ilmu pendidikan karena pendidikan merupakan usaha
sadar untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik. Oleh karena itu,
lembaga pendidikan berkewajiban untuk menyiapkan pribadi dalam keseimbangan,
kesatuan, organis, serta dinamis guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan melalui filsafat
kependidikan.Tetapi tidak berarti bahwa filsafat menjadi ilmu dasar karena ilmu
pendidikan tidak menganut aliran atau suatu filsafat tertentu.
Sumber Daya Manusia merupakan komponen yang sangat berpengaruh dalam
proses pendidikan, hal ini juga berarti bahwa mengelola sumberdaya manusia
merupakan bidang yang sangat penting dalam melaksanakan proses pembelajaran di
sekolah.Sumberdaya Manusia dalam suatu organisasi pendidikan memerlukan
pengelolaan dan pengembangan yang baik dalam upaya meningkatkan kualitas mereka
agar dapat memberi sumbangan bagi pencapaian tujuan pendidikan nasional yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Manusia memiliki berbagai potensi fisik dan potensi mental untuk meningkatkan
kualitas kehidupannya.Potensi-potensi yang dimiliki manusia akan dapat terealisasi
secara positif jika potensi tersebut dapat disalurkan melalui pengarahan serta bimbingan
yang teratur dan terarah.
Oleh karena itu untuk mencerdaskan dan memajukan kehidupan suatu bangsa seperti
yang telah tertuang dalam tujuan pendidikan yang telah di tetapkan maka perlu
diaadakan suatu proses pendidikan atau proses belajar yang dapat memberikan
pengertian, pandangan, penyesuaian bagi seorang peserta didik kearah kedewasaan dan
kematangan yang positif sesuai kodrat maupun kaidah yang berlaku sehingga proses ini
dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan peserta didik yang nantina diharapkan
mampu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya di Indonesia.
B. Rumusan Masalah.
1. Bagaimana hubungan Filsafat pendidikan dan kepribadian ?
2. Bagaimana Perkembangan Sumber Daya Manusia di Indonesia ?
3. Bagaimana Filsafat pendidikan sebagai peningkatan sumber daya manusia?
4. Bagaimana Contoh Kasusnya ?
C. Tujuan.
1. Untuk mengetahui Hubungan Filsafat pendidikan dan kepribadian
2. Untuk mengetahui Perkembangan sumber daya manusia di Indonesia.
3. Untuk mengetahui Filsafat pendidikan sebagai peningkatan sumber daya manusia.
4. Untuk mengetahui Contoh Kasusnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hubungan Filsafat pendidikan dan kepribadian
Pengertian pendidikan diberikan oleh Yahya Qahar (dalam Prasetya, 2000 : 20) yaitu
filsafat yang bergerak di lapangan pendidikan yang mempelajari proses kehidupan dan
alternatif proses pendidikan dalam pembentukan watak.Sebagai usaha untuk
mengembangkan potensi individu dan sekaligus sebagai usaha untuk mewariskan nilai-
nilai budaya,maka pendidikan juga menyangkut pembentukan kepribadian.Pendidikan
berkaitan dengan usaha untuk mengubah sikap dan tingkah laku.Sedangkan kepribadian
berhubungan dengan pola tingkah laku.Oleh karena itu Peningkatan sumber daya manusia
pun berhubungan dengan filsafat hidup dan kepribadian masing-masing individu.Filsafat
dipandang sebagai kepribadian jati diri dan pandangan hidup seseorang,masyarakat,atau
bangsa. Pembentukan kepribadian individu tak lepas dari peran pendidikan.
Menurut Hasan Langgulung,pada prinsipnya pendidikan dapat dilihat dari dua sudut
pandang yaitu individu dan masyarakat.Dilihat dari sudur pandang individu,pendidikan
merupakan usaha untuk membimbing dan menghubungkan potensi individu.Sedangkan
dari sudut pandang kemasyarakatan,pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai
budaya dari generasi tua kepada generasi muda,agar nilai-nilai budaya tersebut dapat
terpelihara.Pendidikan mencakup dua kepentingan utama,yaitu pengembangan potensi
individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Transfer nilai-nilai budaya yang paling efektif
adalah melalui proses pendidikan karena didasarkan pada system yang sengaja dirancang
sebagai suatu program pendidikan secara forma dan dalam penyelenggaraannya dibentuk
kelembagaan pendidikan formal.
Pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya berkaitan erat
dengan pandangan hidup suatu masyarakat karena pendidikan mengandung karakteristik
tentang jati diri dan pandangan hidup masyarakat itu sendiri.Pandangan hidup merupakan
jati diri yang berpedoman pada nilai-nilai yang dianggap benar dan dijadikan sebagai
tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan sistem pendidikan serta diharapkan mampu
memotivasi kepribadian masing-masing individu dalam masyarakat untuk meningkatkan
potensi yang dimiliki.
Pengertian kepribadian dalam ilmu Psikologi adalah sifat hakiki yang tercermin pada
sikap seseorang . Kata kepribadian diambil dari terjemahan kata yang berasal dari
Inggris , yaitu Personality. Menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Ngaimun Naim
bahwa kata Personality mempunyai pengertian sebagai alat dan tingkah laku khas
seseorang yang membedakannya dari orang lain.
Kepribadian dapat dilihat dari empat aspek muatannya yaitu :
a) Aspek personalia,yaitu kepribadian dilihat dari pola tingkah laku lahir dam
batin yang dimiliki seseorang.
b) Aspek individualitas,yakni karakteristik atau sifat-sifat khas yang dimiliki
seseorang,sehingga dengan adanya sifat-sifat ini seseorang secara individu
berbeda dengan yang lainnya.
c) Aspek mentalitas,yakni sebagai perbedaan yang berkaitan dengan cara
berpikir.mentalitas sebagai gambaran pola pikir seseorang.
d) Aspek identitas,yaitu kecenderungan seseorang untuk mempertahankan sikap
dirinya dari pengaruh luar.Identitas merupakan karakteristik yang
menggambarkan jati diri seseorang.
Berdasarkan keempat aspek tersebut, terlihat bagaimana hubungan antara
pendidikan dan pembentukan kepribadian,dan hubungannya dengan filsafat
pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai budaya sebagai pandangan hidup suatu
bangsa.Hal ini sesuai dengan pendapat Whitterington yang menyatakan bahwa
kepribadian adalah keseluruhan tingkah laku seseorang yang diintegrasikan
sebagaimana yang tampak pada orang lain. Menurutnya kepribadian tersebut bukan
hanya yang melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil dari suatu
pertumbuhan yang lama dalam suatu lingkungan kultur.
Perkembangan kepribadian sesungguhnya adalah hasil proses penggabungan
antara potensi hereditas, lingkungan masyarakat dan lingkungan pendidikan. Interaksi
antara faktor internal dan eksternal tersebut akan mencapai hasil yang diharapkan
apabila peserta didik mampu mencerna pengalaman belajar yang diperolehnya.Maka
pendidik sebagai fasilitator diharapkan mampu membimbing kepribadian peserta
didiknya agar dapat meningkatkan sumber daya manusia,terutama di Indonesia
2. Perkembangan Sumber Daya Manusia di Indonesia.
Pengembangan Sumber Daya Manusia merupakan hal yang sangat penting dilakukan
untuk mendapatkan ketahanan dan kekuatan bangsa Indosesia dimasa sekarang dan masa-
masa yang akan datang. Pengembangan SDM bukan menjadi tanggung jawab pemerintah
semata, tetapi seluruh masyarakat Indonesia.
SDM di era Krisis Ekonomi
Pada saat krisis Ekonomi pada akhir tahun 1997 yang melanda negara-negara
dikawasan Asia dimana Indonesia juga didalamnya, mengakibatkan perekonomian
dengan segala aspek didalamnya menjadi hancur dan mengalami kemunduran dan
terpuruk. Kondisi ini bisa terlihat dengan banyaknya perusahaan yang tidak bisa bertahan
dan ditutup, mengakibatkan timbulnya pengangaguran yang cukup besar dan juga terjadi
ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dengan angkatan kerja. Kondisi ini turut
memicu keterpurukan masyarakat Indonesia yang mengakibatkan tingkat kemiskinan
yang bertambah banyak diIndonesia. Di indonesia semakin banyak lulusan atau sarjana
muda yang terus bertambah, akan tetapi tidak adanya pembagian akses kehidupan dan
pendapatan yang merata.
Kondisi keterpurukan ekonomi yang berlangsung cukup lama ini mengindikasikan
bahwa dasar perekonomian Indonesia beserta SDM didalamnya tidak kuat menghadapi
goncangan ekonomi dari luar dan juga globalisasi yang semakin kuat masuk dalam
tatanan moral bangsa. Hal ini dikarenakan pembangunan perekonomian dan SDM
Indonesia dimasa orde baru terlalu otoriter dan tersentralisasi tanpa melibatkan daerah
dan lapisan masyarakat yang ada, sehingga pembangunan ekonomi dan SDM yang sudah
bagus itu tidak kuat dan rentan terhadap terhadap goncangan ekonomi dan globalisasi
yang kuat.
SDM di era Globalisasi
Krisis ekonomi pada era globalisasi yang masuk ke Indonesia mengakibatkan
kemunduran ekonomi disertai dengan keterpurukan pengembangan SDM Indonesia,
sebagai akibat dari pengaruh globalisasi yang masuk mempengaruhi semua kalangan dan
lapisan masyarakat. Sehingga krisis yang berkepanjangan menyebabkan banyak
perusahaan yang bangkrut dan menambah angka pengangguran yang cukup besar. Di
tambah, kualitas SDM Indonesia yang lemah dan tidak mampu untuk menghadapi
persaingan global, mengakibatkan Indonesia tidak mempunyai daya saing untuk
mengangkat kembali perekonomian dan mengembangkan SDM-nya.
Ketidakseimbangan pengembangan SDM Indonesia dapat terlihat dengan tingkat
kualitas pendidikan yang berbeda cukup besar antara satu daerah dengan daerah lainnya,
dan juga antara kota dengan desa dimana pembangunan pendidikan dari yang paling
dasar sampai dengan tingkat atas sangat terasa. Hal ini terbukti dengan kurangnya
fasilitas pendidikan maupun guru yang mengajar di desa yang mengakibatkan tingginya
angka buta huruf dan kadar penggunaan bahasa Indonesia serta perkembangan teknologi
yang masih rendah di pedesaan maupun daerah pelosok. Dengan demikian maka akan
sulit bagi bangsa Indonesia untuk bisa meningkatkan kualitas hidup dan SDM-nya jika
kondisi ketimpangan ini tidak diperhatikan dan diperbaiki.
Pada era orde baru, pendidikan di semua jenjang lebih mementingkan aspek kognitif.
Sedangkan aspek afekti atau sistem nilai, sangat ditelantarkan. Dalam skala mikro, proses
pembelajaran di hampir semua jenjang pendidikan hanya memusatkan perhatiannya pada
kemampuan otak kiri peserta didik. Sebaliknya, kemampuan otak kanan kurang di
tumbuh kembangkan dan bahkan dapat juga dikatakan tidak pernah dikembangkan secara
sistematis.Dengan kondisi itu, menyebabkan pendidikan nasional kita tidak mampu
menghasilkan orang-orang mandiri, kreatif, memiliki integritas, dan orang-orang yang
mampu berkomunikasi secara baik dengan lingkungan fisik dan sosial serta komunitas
kehidupan peserta didik. Akibatnya, dilihat dari tingkat pendidikan tinggi, pengangguran
sarjana yang secara formal termasuk kelompok terpelajar semakin banyak dan meluas.
Sedangkan pada masa sekarang pendidikan di Indonesia lebih ditekankan pada
pembentukan karakter dan budi pekerti peserta didik. Timbulnya ide pendidikan karekter
ini, sebenarnya di tandai dengan meluasnya kenakalan remaja di Indonesia. Ada beberapa
indikator yang digunakan untuk melihat adanya perilaku negatif yang dilakukan peserta
didik yang kemudian dijadikan ukuran bagi perkembangan kualitas kehidupan suatu
bangsa.
3. Filsafat Pendidikan sebagai Peningkatan Sumber Daya Manusia
Pendidikan adalah reliasi dari ide-ide filsafat,filsafat memberi asas kepastian bagi
peranan pendidikan sebagai wadah pembinaan manusia yang telah melahirkan ilmu
pendidikan, lembaga pendidikan dan aktivitas pendidikan. Jadi, filsafat pendidikan
merupakan jiwa dan pedoman dasar pendidikan. Filsafat pendidikan pada dasarnya
menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu
berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai. Manusia adalah
makhluk berpotensi yang memiliki kemampuan merasai,mengerti, membeda-
bedakan,kearifan, kebijaksanaan, dan pengetahuan.Oleh karena itu mengelola
sumberdaya manusia merupakan bidang yang sangat penting dalam melaksanakan
proses pendidikan di sekolah. pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang
fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar hingga akhir
hayatnya tanpa mengenal batas usia karena proses belajar yang dilakukan manusia dapat
meningkatkan keterampilan,keahlian dan kualitas manusia itu sendiri.
Teori-teori belajar dan mengajar yang tujuan akhirnya adalah perkembangan
intelektual, pada dasarnya dapat dilihat dari berbagai teori yang terdapat dalam tiga
aliran pendidikan, yakni aliran nativisme, aliran empirisme, dan aliran konvergensi.
a) Aliran Empirisme
Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu “empiris” yang berarti pengalaman
inderawi. Oleh sebab itu empirisme dititik beratkan pada faham yang memilih
pengalaman sebagai sumber utama pengenalanan,baik pengalaman lahiriah / duniawi
maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia.Aliran Empirisme
berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi
merupakan pengenalan yang paling jelas dan pengalaman tidak lain akibat suatu objek
yang merangsang alat-alat inderawi, kemudian di dalam otal dipahami dan akibat dari
rangsangan tersebut dibentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah
merangsang alat-alat inderawi. Aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik
besar pengaruhnya pada faktor lingkungan.
b) Nativisme dan Naturalisme
Arthur Schopenhauer berpendapat bahwa hasil pendidikan dan perkembangan
manusia itu ditentukan oleh pembawaan yang diperolehnya sejak anak itu
dilahirkan.Anak dilahirkan kedunia sudah mempunyai pembawaan dari orang tua maupun
disekelilingnya, dan pembawaan itulah yang menentukan perkembangan dan hasil
pendidikan.Aliran nativisme berpandangan bahwa bayi lahir sudah dengan pembawaan
baik dan pembawaan buruk.Berdasarkan pandangan ini,maka keberhasilan pendidikan
ditentukan oleh anak didik itu sendiri.dengan kata lain perkembagan peserta didik tidak
dipengaruhi oleh faktor lingkungannya melainkan dari bakat yang ada dalam diri mereka
sendiri.
c) Teori Konvergensi
William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman berpendapat
bahwa seorang anak dilahirkan di dunia disertai pembawaan baik maupun pembawaan
buruk. Bakat yang dibawa anak sejak kelahirannya tidak berkembang dengan baik tanpa
adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Jadi seorang
anak yang memiliki otak yang cerdas, namun tidak didukung oleh pendidik yang
mengarahkannya, maka kecerdasakan anak tersebut tidak berkembang. Ini berarti bahwa
dalam proses belajar peserta didik tetap memerlukan bantuan seorang pendidik untuk
mendapatkan keberhasilan dalam pembelajaran.Aliran konfergensi merupakan gabungan
antara aliran empirisme dan aliran naturalism. Aliran ini mempunyai pandangan bahwa
manusia secara kodrati memang telah dianugrahi potensi yang disebut bakat. Agar bakat
tersebut dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik maka perlu adanya pengaruh dari
luar berupa tuntunan dan bimbingan yang positif,teratur serta terarah.
Dari berbagai teori diatas maka filsafat pendidikan memiliki peran yang sangat
penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.Bidang pendidikan
menjadi tumpuan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Sistem
pendidikan yang layak dan serasi dengan tujuan pengembangan sumberdaya manusia
merupakan pendukung nilai-nilai budaya bagi peningkatan kemajuan peradapan kita.Agar
sistem pendidikan ini tetap terjaga,perlu adanya suatu landasan filsafat pendidikan yang
dinilai mengakar pada kepribadian masing-masing bangsa.Dalam hal ini,terlihat
bagaimana hubungan antara filsafat pendidikan dengan peningkatan kualitas sumberdaya
manusia.
Sesuatu akan dinilai benar bila ia dapat direalisasikan dan hasilnya bermanfaat bagi
kehidupan.Pemikiran ini dijadikan landasan dalam penyusunan sistem pendidikan dan
kemudian diterapkan dalam bentuk lembaga sekolah.Lembaga sekolah bertujuan untuk
mendidik para siswa menjadi tenaga praktis yang siap pakai dibidang keahlian
disesuaikan dengan bidang profesi yang ada di masyarakat.Dengan demikian,diharapkan
setalah lulus dari lembaga sekolah peserta didik akan segera mendapat pekerjaan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.Meskipun demikian pendidikan kita
masih banyak melahirkan mismatch yang besar dengan tuntutan dunia kerja dan integritas
suatu bangsa.Hal ini berdampak pada rendahnya daya kompetisi kita dalam mengarungi
persaingan di era global. Rendahnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia
merupakan salah satu pokok masalah yang dihadapi bangsa ini.
Sumber daya manusia yang bermutu dapat dicapai melalui sistem pendidikan
berkualitas yang mampu melahirkan sumber daya manusia yang andal berakhlak mulia,
mampu bekerja sama dan bersaing di era globalisasi dengan tetap mencintai tanah air.
Sumber daya manusia yang bermutu tersebut memiliki keimanan dan ketakwaan serta
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja, dan mampu membangun
budaya kerja yang produktif dan berkepribadian. Oleh karenanya maka salah satu
kebijakan pokok pembangunan pendidikan nasional sesuai dengan amanah Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yaitu mengarah pada
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan. Perkembangan ilmu teknologi yang sangat
cepat telah mengkondisikan manusia untuk mampu mengikuti perkembangan
tersebut,maka melalui filsafat pendidikan diharapkan mampu meningkatkan Sumber
Daya Manusia khususnya di kalangan pelajar yang akan menjadi pioneer dalam
pembaruan di Indonesia.
4. Contoh Kasus Usaha Peningkatan SDM
Program SM-3T Tingkatkan Kualitas Pendidikan di Daerah 3T
Oleh Firman Hidayat - 30 December 2013 | 0 View
Jakarta, 30 Desember 2013– ” Setiap tahunnya Kemdikbud mengirimkan
sekitar 3000 guru SM-3T untuk mengajar di daerah 3T “, ujar Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Mohammad Nuh pada Jumpa Pers Akhir Tahun 2013 yang
berlangsung di Gedung D Kemdikbud.Program Sarjana Mendidik Daerah Terdepan,
Terluar dan Tertinggal (SM-3T) merupakan Program Pengabdian Sarjana Pendidikan
untuk berpartisipasi dalam percepatan pembangunan pendidikan di daerah terdepan,
terluar dan tertinggal (3T) selama satu tahun. Dengan adanya program ini, sekolah-
sekolah di daerah 3T yang kekurangan guru akan mendapatkan tambahan tenaga
pendidik yang cukup dan cakap.
” Jika masyarakat daerah 3T kesulitan mengakses sekolah yang memiliki guru yang
cukup dan cakap di daerah mereka, melalui program ini kita datangkan guru SM-3T
dari berbagai perguruan tinggi Indonesia ke daerah tersebut”, pungkas Mendikbud.
Pada kesempatan berbeda, Dirjen Pendidikan Tinggi Djoko Santoso
menjelaskan bahwa program ini memiliki tujuan mulia yakni untuk menjawab
tantangan pendidikan, sekaligus melakukan percepatan pembangunan yang berbasis
pada penyiapan pendidikan yang bermutu bagi seluruh putra-putri bangsa utamanya
bagi mereka yang berada di daerah 3T. Program SM3T merupakan solusi jangka
pendek untuk mengatasi kebutuhan guru di daerah 3T. Setelah selesai mengabdi
selama satu tahun, para sarjana tersebut akan kembali lagi ke daerah masing-masing
untuk mengikuti program profesi guru dan diganti oleh peserta SM3T gelombang
berikutnya.
Program SM-3T telah memasuki tahun ketiga penyelenggaraannya. Pada
awalnya, peserta SM-3T gelombang pertama hanya mengabdi di daerah 3T pada
empat provinsi yakni Aceh, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara dan Papua.
Memasuki tahun ketiga, daerah pengabdian berkembang menjadi sembilan provinsi
meliputi Aceh, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Papua, Papua Barat,
Kepulauan Riau,Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Maluku. Peserta SM3T
merupakan sarjana dari 12 kampus Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK)
se-Indonesia. (Firman Hidayat)
Kuliah dengan Rp 0? Bisa!
Oleh Dinna Handini - 30 December 2013 | 0 View
Jakarta, 30 Desember 2013-
“Ke depan banyak sekali doktor-doktor dari keluarga miskin,” ungkap Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh saat menggelar jumpa
pers akhir tahun 2013 di Gedung A Komplek Kemdikbud, Jakarta.
Kemdikbud menjamin penyediaan dan peningkatan daya tampung perguruan
tinggi secara merata di Indonesia. 0,8% mahasiswa Indonesia kuliah dengan Rp 0
yang pembiayaannya di luar program bidikmisi. Selain itu, 17% mahasiswa Indonesia
kuliah dengan biaya kurang dari Rp 1 juta.Biaya yang harus dibayar mahasiswa diatur
dalam Uang Kuliah Tunggal (UKT). UKT adalah sebuah nominal yang dibayar secara
tetap oleh mahasiswa berdasarkan sistem perhitungan komponen biaya yang
diperlukan dari awal masuk kuliah hingga lulus. Ketentuan ini diatur melalui
Permendikbud No.55 Tahun 2013 Tanggal 23 Mei 2013.Dengan diterapkannya UKT,
maka Uang Pangkal (UP) bagi semua calon mahasiswa yang masuk melalui jalur
SNMPTN dan SBMPTN ketika masuk pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
dihapuskan. Mekanisme ini diharapkan dapat mengurangi beban masyarakat.
Ada lima level dalam UKT. Khusus kategori 1 dan 2 diseragamkan untuk
setiap PTN yakni Rp 0-500 ribu untuk kategori 1 dan Rp 500 ribu-1 juta untuk
kategori 2. Sedangkan untuk kategori 3 sampai kategori 5, disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing fakultas di setiap PTN.
PTN yang menerapkan UKT, dilarang menaikkan tarif kuliahnya. Untuk
menutupi kekurangan biaya operasional PTN tersebut, Pemerintah menganggarkan
Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). BOPTN merupakan
mekanisme bantuan pemerintah yang sesuai dengan amanat pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (UU Dikti) dan diperkuat
Edaran Dirjen Dikti No. 305/E/T/2012.
Dari kedua contoh kasus mengenai usaha Pemerintah dalam peningkatan
Sumber Daya Manusia melalui dunia pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa
Pemerintah Indonesia telah berusaha melakukan perbaikan-perbaikan untuk dapat
meningkatkan kesejahteran dan kualitas masyarakatnya serta ditambah lagi dengan
adanya sistem pendidikan nasional terpadu memiliki gambaran adanya penyatuan
payung pendidikan nasional dalam satu departemen, pendidikan nasional terpadu
secara politis merupakan strategi nasional pemerintah yang sedang berkuasa dalam
rangka meningkatkan kualitas manusia Indonesia untuk melepaskan diri dari
ketergantungan dalam bentuk apapun dari negara lain, dan politik pendidikan, dalam
rangka pemberdayaan seluruh masyarakat Indonesia dan penanaman moralitas
merupakan sasaran dari tujuan utama pendidikan nasional terpadu.Dan kita sebagai
komponen pendidikan hendaknya berpartisipasi aktif dalam memajukan kualitas
pendidikan kita agar dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
1. Sebagai usaha untuk mengembangkan potensi individu dan sekaligus sebagai
usaha untuk mewariskan nilai-nilai budaya,maka pendidikan juga menyangkut
pembentukan kepribadian.Filsafat dipandang sebagai kepribadian jati diri dan
pandangan hidup seseorang,masyarakat,atau bangsa. Pembentukan kepribadian
individu tak lepas dari peran pendidikan.
2. Pada era orde baru, pendidikan di semua jenjang lebih mementingkan aspek
kognitif. Sedangkan pada masa sekarang pendidikan di Indonesia lebih ditekankan
pada pembentukan karakter dan budi pekerti peserta didik.
3. filsafat pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam proses peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang bermutu dapat dicapai
melalui sistem pendidikan berkualitas yang mampu melahirkan sumber daya
manusia yang andal berakhlak mulia, mampu bekerja sama dan bersaing di era
globalisasi dengan tetap mencintai tanah air.
DAFTAR PUSTAKA
Dombaputih-abram.blogspot.com/2013/12/blog-post.html
http://www.dikti.go.id/?p=12851&lang=id
http://www.dikti.go.id/?p=12866&lang=id
Naim ,Ngainun, Menjadi Guru Inspiratif dan Mengubah Hidup PesertaDidik,
Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 2009
Muhammadisnain.blogspot.com/2013/12/blog-post.html
Prasetya. (2000). Filsafat Pendidikan : Untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung :
Pustaka Setia.