BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
Hasil Penelitian menyatakan “mungkin untuk pertama kali
dalam sejarah, demokrasi dinyatakan sebagai nama yang paling
baik dan wajar untuk semua sistem organisasi politik dan sosial
yang di perjuangkan oleh para pendukungnya yang
berpengaruh” (UNISCO 1949).
Hampir semua negara di dunia menyakini demokrasi
sebagai “tolak ukur tak terbantah dari keabsahan politik”.
Keyakinan bahwa kehendak rakyat adalah dasar utama
kewenangan pemerintah menjadi basis bagi tegak kokohnya
sistem politik demokrasi. Hal itu menunjukan bahwa rakyat di
letakkan pada posisi penting walaupun secara operasional
implikasinya diberbagai negara tidak selalu sama. Tidak ada
negara yang ingin dikatakan sebagai negara yang tidak
demokratis atau negara otoriter.
Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan politik yang
kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara
langsung (demokrasi langsung) atau melalui perwakilan
(demokrasi perwakilan). Istilah ini berasal dari bahasa Yunani
(dēmokratía) "kekuasaan rakyat", yang dibentuk dari kata
(dêmos) "rakyat" dan (Kratos) "kekuasaan", merujuk pada
sistem politik yang muncul pada pertengahan abad ke-5 dan ke-
4 SM di Yunani Kuno, khususnya Athena, menyusul revolusi
rakyat pada tahun 508 SM.
B. Tujuan
Disamping makalah ini bertujuan untuk memberikan
informasi dan pengetahuan kepada pembaca tentang demokrasi
yang berkembang di Indonesia namun yang terpenting adalah
demokrasi tersebut dapat mewujudkan keadaan yang saling
harmonis antara pemerintahan dengan keadaan masyarakat
luas. Oleh sebab itu demokrasi yang baik harus dilakukan
sedemikian rupa untuk menjaga rasa kerukunan serta aspirasi
masyarakat luas. Sehingga keadaan politik serta pemerintahan
Indonesia dapat berkembang dengan baik.
C. Sasaran
Demokrasi Indonesia yang sangat maju berkembang dapat
terbina dengan baik oleh semua kalangan warga Indonesia yang
sangat menjunjung tinggi demokrasi, yang menjadi sasaran
utamanya adalah Demokrasi Indonesia dapat berkembang
dengan baik, aman, tentram dan tidak anarkis dimasa yang akan
datang. Karena disitulah titik berat dari sebuah pemerintah
dengan demokrasi yang kuat terhadap ketahanan pemerintahan
nasional.
BAB II
P E M B A H A S A N
A. Pengertian Demokrasi
Menurut Internasional Commision of Jurits
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan oleh rakyar
dimana kekuasaan tertinggi ditangan rakyat dan di jalankan
langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih
dibawah sistem pemilihan yang bebas. Jadi, yang di utamakan
dalam pemerintahan demokrasi adalah rakyat.
Menurut Abraham Lincoln
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat (government of the people, by the people, and for
the people).
Menurut C.F Strong
Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota
dewasa dari masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem
perwakilan yang menjamin bahwa pemerintahan akhirnya
mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas
itu.
B. Sejarah Demokrasi
Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan
di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya
dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang
berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti
dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi
modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan
perkembangan sistem "demokrasi" dibanyak negara.
Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang
berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan,
sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau
yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata
kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar,
sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya
pembagian kekuasaan dalam suatu negara dengan kekuasaan
negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. kekuasaan absolut
pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-
hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara
yang lain, misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif
menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-
anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan
membawa kebaikan untuk rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel
(accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang
mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan
mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara
teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.
C. Jenis–Jenis Demokrasi
Menurut cara penyaluran kehendak rakyat, demokrasi
dibedakan atas :
1) Demokrasi Langsung
2) Demokrasi Tidak Langsung
Menurut dasar prinsip ideologi, demokrasi dibedakan atas :
1) Demokrasi Konstitusional (Demokrasi Liberal)
2) Demokrasi Rakyat (Demokrasi Proletar)
Menurut dasar yang menjadi titik perhatian atau prioritasnya,
demokrasi dibedakan atas :
1) Demokrasi Formal
2) Demokrasi Material
3) Demokrasi Campuran
Menurut dasar wewenang dan hubungan antara alat kelengkapan
negara, demokrasi dibedakan atas :
1) Demokrasi Sistem Parlementer
2) Demokrasi Sistem Presidensial
D. Demokrasi Berdasarkan Prinsip Ideologi
Menurut dasar prinsip ideologi, demokrasi dibedakan atas :
a. Demokrasi Konstitusional (Demokrasi Liberal)
Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat
kenegaraan bahwa manusia adalah sebagai makhluk individu
yang bebas. Oleh karena itu dalam sistem demokrasi ini
kebebasan individu sebagai dasar fundamental dalam
pelaksanaan demokrasi.
Pemikiran tentang Negara demokrasi sebagaimana
dikembangkan oleh Hobbe, Lockedan Rousseaue bahwa
Negara terbentuk karena adanya perbenturan kepentingan
hidup mereka dalam hidup bermasyarakat dalam suatu natural
state. Akibatnya terjadilah penindasan antara satu dengan yang
lainnya. Oleh karena itu individu-individu dalam suatu
masyarakat itu membentuk suatu persekutuan hidup bersama
yang disebut Negara, dengan tujuan untuk melindungi
kepentingan dan hak individu dalam kehidupan masyarakat
Negara. Atas dasar kepentingan ini dalam kenyataannya
muncullah kekuasaan yang kadangkala menjurus ke
otoriterianisme.
Konsekuensi dari implementasi sistem dan prinsip
demokrasi ini adalah berkembang persaingan bebas, terutama
dalam ekonomi sehingga akibatnya individu yang tidak mampu
menghadapi persaingan tersebut akan tenggelam. Akibatnya
kekuasaan kapitalislah yang menguasai kehidupan Negara, hal
ini sesuai dengan analisis P.L. Berger bahwa dalam era
globalisasi dewasa ini dengan semangat pasar bebas yang
dijiwai oleh filosofi demokrasi liberal, maka kaum kapitalislah
yang berkuasa.
b. Demokrasi Rakyat (Demokrasi Proletar)
Demokrasi rakyat disebut juga demokrasi proletar yang
berhaluan Marxisme-Komunisme. Demokrasi rakyat mencita-
citakan kehidupan yang tidak mengenal kelas sosial. Manusia
dibebaskan dari keterikatannya kepada pemilikan pribadi tanpa
ada penindasan atau paksaan. Akan tetapi, untuk mencapai
masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan cara paksa atau
kekerasan.
Demokrasi Rakyat (Proletar) disebut juga adalah
demokrasi yang berlandaskan ajaran komunisme dan marxisme.
Demokrasi ini tidak mengakui hak asasi warga negaranya.
Demokrasi ini bertentangan dengan demokrasi konstitusional.
Demokrasi ini mencita-citakan kehidupan tanpa kelas sosial dan tanpa
kepemilikan pribadi. Negara adalah alat untuk mencapai komunisme
yaitu untuk kepentingan kolektifisme.
E. Demokrasi Berdasarkan Wewenang dan Hubungan
Antara Alat
Kelengkapan Negara
Menurut dasar wewenang dan hubungan antara alat kelengkapan
negara, demokrasi dibedakan atas :
a. Demokrasi Sistem Parlementer
Periode 1945-1959 Demokrasi Parlementer
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan
demokrasi parlementer. Sistem parlementer ini mulai berlaku
sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan. Sistem ini
kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1949
(Konstitusi RIS) dan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS)
1950. Meskipun sistem ini dapat berjalan dengan memuaskan di
beberapa negara Asia lain, sistem ini ternyata kurang cocok
diterapkan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan melemahnya
persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950, badan eksekutif terdiri
dari Presiden sebagai kepala negara konstitusional
(constitutional head) dan perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan.
Masa demokrasi parlementer merupakan masa kejayaan
demokrasi di Indonesia, karena hampir semua elemen
demokrasi dapat kita temukan perwujudannya dalam kehidupan
politik di Indonesia.
Pertama, lembaga perwakilan rakyat atau parlemen
memainkan peranan yang sangat tinggi dalam proses politik
yang berjalan.
Kedua, akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemegang
jabatan dan politis pada umumnya sangat tinggi.
Ketiga, kehidupan kepartaian boleh dikatakan
memperoleh peluang yang sebesar-besarnya untuk berkembang
secara maksimal.
Keempat, sekalipun Pemilihan Umum hanya dilaksanakan
satu kali yaitu pada 1955, tetapi Pemilihan Umum tersebut
benar-benar dilaksanakan dengan prinsip demokrasi.
Kelima, masyarakat pada umumnya dapat merasakan
bahwa hak-hak dasar mereka tidak dikurangi sama sekali,
sekalipun tidak semua warga Negara dapat memanfaatkannya
dengan maksimal.
Keenam, dalam masa pemerintahan Parlementer, daerah-
daerah memperoleh otonomi yang cukup bahkan otonomi yamg
seluas-luasnya dengan asas desentralisasi sebagai landasan
untuk berpijak dalam mengatur hubungan kekuasaan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
b. Demokrasi Sistem Presidensial
Periode 1966-1988, masa demokrasi Pancasila era Orde
Baru yang merupakan demokrasi konstitusional yang
menonjolkan system presidensial. Landasan formal periode ini
adalah pancasila, UUD 1945 dan ketetapan MPRS/MPR dalam
rangka untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap UUD
1945 yang terjadi dimasa demokrasi terpimpin. Namun dalam
perkembangannya peran presiden dan semakin dominan
terhadap lembaga-lembaga Negara yang lain. Melihat praktek
demokrasi pada masa ini, nama Pancasila hanya digunakan
sebagai legistimasi politis penguasa saat itu sebanyak
kenyataannya yang dilaksanakan tidak sesuai dengan nilai-nilai
pancasila.
Pertama, rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan hampir
tidak pernah terjadi.
Kedua, rekruitmen politik bersifat tertutup.
Ketiga, Pemilihan Umum.
Keempat, pelaksanaan hak dasar warga Negara.
Salah satu ciri Negara demokratis dibawa rule of law
adalah terselenggaranya kegiatan pemilihan umum yang bebas.
Pemilihan umum merupakan sarana politik untuk mewujudkan
kehendak rakyat dalam hal memilih wakil-wakil mereka di
lembaga legislatif serta memilih pemegang kekuasaan eksekutif
baik itu presiden/wakil presiden maupun kepala daerah.
Pemilihan umum bagi suatu Negara demokrasi
berkedudukan sebagai sarana untuk menyalurkan hak asasi
politik rakyat. Pemilihan umum memiliki arti penring sebagai
berikut:
1. Untuk mendukung atau mengubah personel dalam lembaga
legislative.
2. Membentuk dukungan yang mayoritas rakyat dalam
menentukan pemegan
kekuasaan eksekutif untuk jangka tertentu.
3. Rakyat melalui perwakilannya secara berkala dapat mengoreksi
atau mengawasi kekuatan eksekutif.
F. Kelemahan Demokrasi
Hampir semua negara di dunia mengaku sebagai negara
demokrasi, di balik kepopuleran ini, demokrasi juga memiliki
kelemahan-kelemahan. Menurut S.N. Dubey ada beberapa sisi
buruk sistem pemerintahan demokrasi:
1) Prinsip Persamaan Hak yang Tak Waras
Demokrasi berbasis terhadap anggapan bahwa manusia semua
sama atau sederajat, karena mereka akrab dan memiliki hal
serupa didalam mental, spiritual dan kwalitas moral. Akan tetapi
para pengkritik demokrasi membantah bahwa anggapan
tersebut mustahil. Manusia tampak sangat luas berbeda didalam
figure jasmani, stamina moral, dan kapasitas untuk belajar
dengan berlatih dan pengalaman. Demokrasi adalah sebuah ide
yang tidak mungkin dan juga tidak logis, Untuk memberikan hak
setiap individu dalam memilih merupakan hal yang merusak
perhatian masyarakat.
2) Pemujaan Atas Ketidak Mampuan
Kritikan ini menggambarkan pemujaan atas ketidak mampuan.
Pemerintahan oleh mayoritas merupakan peraturan yang
dipegang oleh manusia biasa, dimana secara umum tidak
intelligent, memiliki opini yang tak terkontrol dan bertindak
secara emosi tampa alasan, pengetahuan yang terbatas,
kurangnya waktu luang yang diperlukan untuk perolehan dalam
memahami informasi, dan curiga atas kecakapan yang dimiliki
oleh orang lain. Oleh karena itu, demokrasi adalah lemah
didalam kwalitas. Tiada nilai politik yang tinggi tampa anggota
yang unggul didalamnya.
3) Mobokrasi
Didalam demokrasi yang memerintah adalah publik; sedangkan
publik atau kelompok seringkali beraksi dengan cara menyolok
yang sangat berbeda, dari cara normal individu yang menyusun
kelompok. Setiap kelompok kehilangan perasaan untuk
bertanggung jawab, personalitas individu dan kesadaran mereka
merupakan pilihan. Aksinya bersifat menurutkan kata hati dan
menghasilkan dengan mudah, pengaruh atas saran dan
pengaruh buruk perasaan dari kelompok lainnya. Oleh karena
itu, Jenis kelompok apapun beraksi dibawah stimuli sementara;
mereka bergerak dengan menyetir masyarakat primitip. publik
seringkali berkelakuan zalim, bahkan merupakan orang yang
sangat lalim. Hal yang tidak indah dimana pemimpin politik
memamfaatkan psikologis rakyat banyak dan membangunkan
nafsu masyarakat dalam aba- aba untuk memenangkan
dukungan mereka.
4) Oligarchy yang Terburuk
Beberapa kritikan menegaskan bahwa demokrasi adalah
pelatihan memimpin untuk menuju oligarchy yang terburuk.
Telleyrand mengambarkan demokrasi adalah sebuah aristokrasi
orang yang jahat. Hal lazim pada setiap manusia adalah
cemburu atas keunggulan orang lain. Oleh karena itu, mereka
jarang memilih orang yang mampu untuk memimpin mereka.
Mereka sering memilih orang yang rendah kwalitasnya, dimana
sering tidak mengindahkan dan secara luar biasa cakap dalam
mengatur diri mereka sendiri dengan sentiment yang tinggi.
Orang yang jujur dan mampu jarang terpilih didalam demokrasi.
Kekuatan demokrasi berada ditangan perusak dan koruptor.
Carlyle mengapkirkan bahwa demokrasi pemerintahan tukang
bual atau tukang obat.
5) Pemerintahan Para Kapitalist
Marxist mengkritik demokrasi yang menggolongkan demokrasi
kaum borjuis. Mereka memperdebatkan doktrin kedaulatan yang
menjadi dasar didalam demokrasi adalah sebuah dongeng.
Padahal demokrasi dalam hak suara orang dewasa melahirkan
dendam, dan berada dibawah analisa pemerintahan kapitalist,
yang mana bisa dikatakan dari kapitalist untuk kapitalist. Uang
adalah pemimpin dan peraturan didalam pemerintahan
demokrasi, seperti bentuk pemerintahan yang lain. Bisnis dan
finansial adalah tokoh terkemuka yang mengeluarkan dana
milyaran dalam pemilihan, dan ini semua untuk menarik
pengikut agar bersatu dan memilihnya sebagai wakil mereka.
Mereka membiayai partai- partai politik dan membeli para
politikus. Maka dari inilah Negara diperintah oleh kelompok yang
menarik perhatian.
6) Pemerintahan oleh Sekelompok Kecil
Disini menegaskan demokrasi atas nama tidak tersokong. Setiap
Negara yang memiliki populasi terbesar tidak pernah melatih
vote mereka. Lagipula, dalam demokrasi dikebanyakan Negara
yang melewati angka pemilihan keluar sebagai juara. Dibawah
sistem ini sering terjadi atas minoritas partai mendapatkan vote
meraih kembali kekuatan. Sedangkan partai yang tidak meraih
suara yang memadai, maka akan menjadi sebagai partai oposisi
atau sayap kiri. Jadi demokrasi adalah pemerintahan yang
berhenti untuk menjadi pemerintahan mayoritas.
7) Sistem Partai yang Korupt dan Melemahkan Bangsa.
Demokrasi berbasis atas sistem partai. Partai- partai dipandang
sangat diperlukan untuk kesuksesan demokrasi. Akan tetapi
sistem partai telah merusak demokrasi dimana- mana. Partai-
partai meletakkan perhatian utama mereka sendiri daripada
bangsa mereka. Semua perlengkapan institusional dan
ideological orang – orang yang berhak memilih dalam pemilihan
adalah korup. Mereka menganjurkan ketidak tulusan,
mengacaukan persatuan bangsa, menyebarkan dusta, dan
merendahkan standar moral rakyat. Mesin partai dengan baik
bekerja atas setiap individu warganegara, siapa saja yang
berkeinginan menggunakan sedikit pendapat atau tiada
kebebasan. Faktanya sistem fasilitas daripada partai
menghalangi operasi peraturan lalim. Sistem partai menciptakan
kelompok politik professional, yang mana kebanyakan dari
mereka tidak mampu bekerja secara serius dan membangun.
Mereka tumbuh berkembang diatas kesilapan masyarakat, yang
berhasil mereka tipu dan dimamfaatkan. Mereka selalu
menciptakan kepalsuan pokok persoalan, untuk menjaga bisnis
yang berjalan. Para politikus tidak hanya memonopoli kekuatan,
akan tetapi menguasai juga wibawa sosial. Hasilnya, rakyat
sibuk dalam profesi yang beragam dan lapangan kerja yang
timbul berjenis dalam kondisi yang rumit dan terlelap didalam
pekerjaan mereka masing- masing.
8) Menghalangi Perkembangan Sosial
Menurut Faguet demokrasi adalah sebuah benda yang aneh
sekali bentuknya dalam biologis; ia tidak sebaris dengan proses
perkembangan. Hukum perkembangan adalah mendakinya kita
dalam derajat perkembangan sentralisasi yang baik; perbedaan
bagian tubuh memberikan kelainan pada fungsi. Otak
mengontrol semua bagian organisme. Demokrasi adalah anti
perkembangan. Ia tidak memiliki sistem sentral yang ditakuti.
Tidak ada satu badan bagian politik, yang bisa berpikir dan
merancang semua organismenya; ia mengira bahwa otak bisa
dialokasikan dimana- mana dalam organisme.
G. Kegagalan Demokrasi Indonesia
Indonesia tengah dilanda berbagai masalah yang kompleks.
Sistem demokrasi yang seyogyanya menghasilkan masyarakat
yang bebas dan sejahtera, tidak terlihat hasilnya, malah
kenyataannya bertolak belakang. Berikut ini adalah beberapa
fenomena kegagalan demokrasi di Indonesia.
· Pertama, Presiden tidak cukup kuat untuk menjalankan
kebijakannya. Presiden dipilih langsung oleh rakyat. Ini membuat
posisi presiden presiden kuat dalam ati sulit untuk digulingkan.
Namun, di parlemen tidak terdapat
partai yang dominan, termasuk partai yang mengusung
pemerintah. Ditambah lagi peran lagislatif yang besar pasca
reformasi ini dalam menentukan banyak kebijakan presiden.
Dalam memberhentikan menteri misalnya, presiden sulit untuk
memberhentikan menteri karena partai yang “mengutus”
menteri tersebut akan menarik dukungannya dari pemerintah
dan tentunya akan semakin memperlemah pemerintah. Hal ini
membuat presiden sulit mengambil langkah kebijakannya dan
mudah di-“setir” oleh partai.
· Kedua, rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat justru di
tengah kebebasan demokrasi. Tingkat kesejahteraan menurun
setelah reformasi, yang justru saat itulah dimulainya kebebasan
berekspresi, berpendapat, dll. Ini aneh mengingat sebenarnya
tujuan dari politik adalah kesejahteraan. Demokrasi atau sistem
politik lainnya hanyalah sebuah alat. Begitu pula dengan
kebebasan dalam alam demokrasi, hanyalah alat untuk
mencapai kesejahteraan.
· Ketiga, tidak berjalannya fungsi partai politik. Fungsi partai
politik paling tidak ada tiga: penyalur aspirasi rakyat, pemusatan
kepentingan-kepentingan yang sama, dan sarana pendidikan
politik masyarakat. Selama ini dapat dikatakan ketiganya tidak
berjalan. Partai politik lebih mementingkan kekuasaan daripada
aspirasi rakyat.
· Keempat, ketidakstabilan kepemimpinan nasional. Jika kita
cermati, semua pemimpin bangsa ini mualai dari Soekarno
sampai Gus Dur, tidak ada yang kepemimpinannya berakhir
dengan bahagia. Semua berakhir tragis alias diturunkan. Ini
sebenarnya merupakan dampak dari tidak adanya pendidikan
politik bagi masyarakat. Budaya masyarakat Indonesia tentang
pemimpinnya adalah mengharapkan hadirnya “Ratu Adil” yang
akan menyelesaikan semua masalah mereka. Ini bodoh.
Masyarakat tidak diajari bagaimana merasionalisasikan harapan-
harapan mereka. Mereka tidak diajarkan tentang proses dalam
merealisasikan harapan dan tujuan nasional.
Birokrasi semasa orde baru sangat politis. Setiap PNS itu Korpri dan
wadah Korpri adalah Golkar. Jadi sama saja dengan PNS itu Golkar. Ini
berbahaya karena birokrasi merupakan wilayah eksekusi kebijakan. Jika
birokrasi tidak netral, maka jika suatu saat partai lain yang memegang
pucuk kebijakan, maka dia akan sulit dalam menjalankan kebijakannya
karena birokrasi yang seharusnya menjalankan kebijakan tersebut
memihak pada partai lain. Aknibatnya kebijakan tinggal kebijakan dan
tidak terlaksana. Leibih parahnya, ini dapat memicu reformasi birokrasi
besar-besaran setiap kali ada pergantian kepemimpinan dan tentunya ini
bukanlah hal yang baik untuk stabilitas pemerintahan. Maka seharusnya
birokrasi itu netral.
Banyak sekali kasus KKN dalam birokrasi. Contoh kecil adalah
pungli, suap, dll. Ini menjadi bahaya laten karena menimbulkan
ketidakpercayaan yang akut dari masyarakat kepada pemerintah. Selain
itu berdampak pula pada iklim investasi. Investor tidak berminat untuk
berinvestasi karena adanya kapitalisasi birokrasi.
Hal di atas mendorong pada birokrasi yang tidak rasional
· Keenam, banyaknya ancaman separatisme. Misalnya Aceh,
Papua, RMS, dll. Ini merupakan dampak dari dianaktirikannya
daerah-daerah tersebut semasa orde baru, yang tentunya
adalah kesalahan pemerintah dalam “mengurus anak”.
Tentunya ini membuat ketahanan nasional Indonesia menjadi
lemah, mudah diadu domba, terkurasnya energi bangsa ini, dan
mudah dipengaruhi kepentingan asing.
BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Dari pengalaman masa lalu bangsa kita, kelihatan bahwa demokrasi
belum membudaya. Kita memang telah menganut demokrasi dan bahkan
telah di praktekan baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam
kehidupan bebangsa dan bernegara. Akan tetapi, kita belum
membudanyakannya. Membudaya berarti telah menjadi kebiasaan yang
mendarah daging. Mengatakan “Demokrasi telah menjadi budaya” berarti
penghayatan nilai-nilai demokrasi telah menjadi kebiasaan yang
mendarah daging di antara warga negara. Dengan kata lain, demokrasi
telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari kehidupanya.
Seluruh kehidupanya diwarnai oleh nilai-nilai demokrasi.Namun, itu belum
terjadi. Di media massa kita sering mendengar betapa sering warga
negara, bahkan pemerintah itu sendiri, melanggar nilai-nilai demokrasi.
B. Saran
Mewujudkan budaya demokrasi memang tidak mudah. Perlu ada
usaha dari semua warga negara. Yang paling utama, tentu saja, adalah
adanya niat untuk memahami nilai-nilai demokrasi. Memahami nilai-nilai
demokrasi memerlukan pemberlajaran, yaitu belajar dari pengalaman
negara-negara yang telah mewujudkan budaya demokrasi dengan lebih
baik dibandingkan kita. Dalam usaha mempraktekan budaya demokrasi,
kita kadang-kadang mengalami kegagalan disana-sini, tetapi itu tidak
mengendurkan niat kita untuk terus berusaha memperbaikinya dari hari
kehari.
D A F T A R P U S T A K A
http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
http://dondsor.blogster.com/demokrasi_dan_Konstitusi.html
http://makalahcyber.blogspot.com/2012/09/makalah-demokrasi-indonesia.htm
Tugas :
MAKALAH
DEMOKRASI INDONESIA
DISUSUN OLEH
AAN FEBRYANSAR
212 101 001
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS LAKIDENDE
UNAAHA
2014
DAFTAR ISI
DAFTARISI………………………....…………………………..
BAB I PENDAHULUAN
1. LatarBelakang……...
…………………………………
2. RumusanMasalah………………..…………………………
3. Tujuan…………………………...…………………………
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian demokrasi
2. Sejarah demokrasi
3. Jenis-jenis demokrasi
4. Demokrasi berdasarkan prinsif ideologi
5. Kelemahan demokrasi
6. Kegagalan demokrasi indonesia
BAB IIIPENUTUP
KESIMPULAN…………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………...
Top Related