1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dewasa ini pemberdayaan manfaat dari serat alami telah banyak
dikembangkan, mulai dari kerajinan sebagai hiasan, pembuatan tas, hingga
dalam dunia Industri Tesktil Interior sebagai bahan baku serat kain, karena
disamping murah, serat alami juga kuat dan ringan.
Ketergantungan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia
terhadap bahan baku serat impor sangat tinggi. Indonesia mengimpor serat
kapas 99.5% dari kebutuhan serat kapas dalam negeri. Keadaan seperti ini
berisiko tinggi pada waktu terjadi fluktuasi yang tajam pada harga dan
suplai kapas dunia sehingga dapat mengancam kelangsungan industri TPT
yang menyerap banyak tenaga kerja. Dari data BPS tahun 2004, pemasok
kapas utama adalah Amerika dan Australia yang proporsinya lebih dari
setengah (51.8%) kebutuhan kapas Indonesia.
Indonesia setiap tahun mengimpor serat kapas rata-rata 700.000 ton.
Dengan akan dicabutnya subsidi ekspor serat kapas di negara maju, diduga
akan berdampak negatif pada industri TPT (tekstil dan produk tekstil) di
Indonesia. Hal penting lainnya terkait dengan bahan baku tekstil adalah
kenaikan harga minyak bumi dunia yang mencapai lebih dari US$60 per
barrel. Keadaan ini juga meningkatkan harga serat sintetis yang berbahan
baku dari minyak bumi. Kondisi ini secara tidak langsung akan
meningkatkan permintaan tekstil berbahan alami termasuk kapas.
Ketergantungan terhadap bahan baku impor perlu dikurangi dengan
peningkatan produksi di dalam negeri.
Sebagai usaha antisipasi kemungkinan terjadi kelangkaan serat
kapas di dalam negeri, maka usaha untuk memanfaatkan serat alam selain
kapas sebagai bahan baku alternatif untuk tekstil perlu diupayakan.
Banyak tanaman serat alam yang memiliki peluang untuk dijadikan bahan
baku alternatif atau suplemen serat kapas, antara lain: rami (Boehmeria
nivea Gaud), abaka (Musa textilis Nee), yute (Corchorus capsularis L. dan
2
C. olitorius L.), kenaf (Hibiscus cannabinus L.), sisal (Agave sisalana L.),
linum atau flax (Linum usitatissimum L.), dan kapuk (Ceiba pentandra
G.).
Dalam makalah ini kami akan membahas tiga tanaman serat yang
secara luas dimanfaatkan di Indonesia, yaitu : kenaf (Hibiscus cannabinus
L.), rami (Boehmeria nivea Gaud), dan abaka (Musa textilis Nee). Adapun
aspek-aspek yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1. Deskripsi
morfologi; 2. Pamanfaatan dan potensi; 3. Peluang bisnis; 4
Pembudiadayaan dan peningkatan kualitas.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui manfaat dan potensi tiga tanaman serat (Kenaf,
Rami, dan Pisang Abaca).
2. Untuk mengetahui peluang bisnis ketiga tanaman serat.
3. Untuk mengetahui cara pembudidayaan dan peningkatan kualitas
ketiga tanaman.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TANAMAN SERAT KENAF
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kenaf
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Order : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus cannabinus
Nama Inggris : Kenaf, Deccan hemp, Bimlipatam jute
Nama Indonesia : Kenaf, Rami jawa, Java jute
2.1.2 Deskripsi Morfologi Tanaman Kenaf
Kenaf (Hibiscus cannabinus) merupakan tanaman herba tegak, satu
tahunan, dengan tinggi tumbuhan liar mencapai 2 m dan jika ditanam bias
mencapai 5 m. Akar tanaman kenaf berupa akar tunggang, dengan panjang
akar dapat mencapai 25 cm. Akar lateralnya tegak lurus pada akar tunggang,
panjangnya 25-30 cm. Perakaran kenaf lebih kuat dibanding perakaran
rosela. DaIam keadaan tergenang air akar kenaf masih dapat bertahan,
dengan toleransi terhadap penggenangan sampai batas tertentu. Perakaran
tanaman kenaf akan toleran di saat tanaman sudah berumur 1,5-2 bulan.
Kenaf mempunyai ketahanan yang kuat terbadap genangan air, karena pada
batang yang terendam air akan tumbuh akar adventif terutama dekat dengan
permukaan air. Fungsi akar adventif adalah mengambil udara dari atmosfer
untuk disalurkan ke rizosfer agar metabolisme akar berlangsungsecara
aerobik sehingga serapan bara tidak terganggu.
4
Gambar. Akar Kenaf (a) akar adventif; (b) Akar tunggang; (c) Akar cabang.
Batang kenaf berbentuk pipih, silindris, pada tanaman kenaf yang
dibudidaya tidak bercabang dan gundul, pigmentasi seluruhnya hijau, hijau
dengan merah atau ungu ataupun seluruhnya merah, kadang separuh
dibawah hijau dan separo diatas berpigmentasi. Batang kenaf dalam kondisi
normal dapat mencapai tinggi 2,4-3,8 m. Warna batang dibedakan dalam 3
kategori: yaitu bijau, merah, dan merah tidak teratur. Merah teratur adalah
merah muda sampai merah tua dan merata pada seluruh batang. Sedang
merah tidak teratur apabila batangnya bijau tetapi pada pangkal ketiak daun
(buku) terdapat warna merah. Warna batang pada tanaman muda umumnya
hijau, akan berubab menjadi cokelat kemerahan pada saat menjelang panen.
Diameter batang dapat mencapai lebih dari 25 mm tergantung varietas dan
lingkunganya tumbuhnya. Permukaan batang kenaf ada yang licin, berbulu
balus, berbulu kasar, dan ada juga yang berduri. Kandungan serat terbanyak
(75%) berbeda pada posisi batang bawah setinggi 1- 125 m.
Daun kenaf berseling dengan stipula berbentuk filiform, berambut,
panjang tangkai daun 3-30 cm, pada bagian adaksial berambut rata dan pada
bagian abaksial berbulu tegak, berwarna hijau hingga merah; helaian daun
a
b
c
5
berukuran 1-19 cm x 0.1-20 cm, pangkal daun meruncing sampai bentuk
jantung, tepi beringgit atau bergigi, ujung daun meruncing, permukaan atas
gundul, permukaan bawah berambut sepanjang urat daun. Daun tanaman
kenaf letaknya berselang-seling (alternate), dan terletak pada cabang dan
batang utama. Selain itu ada cabang yang tumbuh langsung pada batang
utama, cabang ini dikenai dengan "siwilan" (cabang rudimenter). Menurut
Kirby (1963), lembaran daun (lamina) kenaf mempunyai bentuk dan warna
yang bervariasi tergantung subspesiesnya. Sebagai contoh subspesies viridis
yang berdaun tunggal, subspesies vulgaris yang berdaun menjari dan
subspesies purpureus berdaun menjari. Menurut Sobhan (1983), daun kenaf
terdiri atas tiga bentuk daun: tunggal (unilobed), semi menjari (partially
lobed), dan menjari penuh (deeply lobed).
(a) (b) (c)
Gambar. Bentuk-bentuk daun kenaf (a) Tunggal; (b) Semi menjari; (c) Menjari
penuh.
Permukaan daun (atas dan bawah) ada yang berduri, berbulu, berduri
dan berbulu, maupun tidak berduri dan tidak berbulu. Pada daun akan
kelihatan perbedaan warna, terutama pada urat daun dan tepi daun. Panjang
tangkai daun (petiole) 5-8 cm dan tidak beruas. Warna tangkai daun
umumnya berbeda saat tanaman muda dengan tanaman menjelang panen.
Bunga tanaman kenaf bersifat axiler, soliter atau kadang
berkelompok dekat ujung, biseksual, diameter 7.5-10 cm; kelopak berwarna
hijau, berbulu tegak, mahkota besar dan terlihat, biasanya berwarna krem
hingga kuning dengan merah pada pangkal dalamnya, terkadang biru atau
ungu. Ada pendapat lain yang menyatakan bunga kenaf mempunyai kelopak
6
tambahan 7-10 helai, berdaging tipis, hampir lepas, berbentuk garis, kelopak
(calyx) yang berwarna hijau terbagi 5, tidak lebih panjang dari kelopak
tambahan, tajuk atau mahkota (corolla) berbentuk bulat telur terbalik,
panjang sampai 6 cm, berwarna kuning atau putih dengan noda merah tua
pada pangkalnya, benang sari (stamen) seluruhnya tertutup dengan kepala
sari (anther), dan putik (pistillum) berwarna merah, ada yang menonjol dan
ada yang pendek tangkai putiknya. Periode pembungaan kenaf tidak
serempak. Mekarnya sangat singkat, biasanya terjadi sebelum matahari terbit
dan akan menutup kembali pada siang atau sore hari. Waktu reseptif
berlangsung pada pukul 07.00-09.00, dan pada saat'tersebut terjadi
penyerbukan.
Tanaman kenaf termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri (self
pollination), tetapi sekitar 4% menyerbuk silang (cross pollination)
(Norman dan Wood, 1988). Tanaman kenaf bersifat fotosensitif, yaitu
pembungaannya dipengaruhi oleh panjang hari. Artinya tanaman kenaf akan
berbunga lebih awal jika mendapat penyinaran yang lebih pendek dari
fotoperiode kritiknya (Kirby, 1963; Berger, 1969). Berdasarkan tanggapan
terhadap panjang hari, tanaman kenaf yang diusahakan di Indonesia ada dua
tipe yaitu berbunga cepat dan berbunga lambat (Sudjindro, 1988). Kenaf
mulai menghasilkan bunga pada minggu ke-l2 setelah tanam.
Buah kenaf berbentuk bulat telur, dengan tipe kapsul, 12-20 mm x
11-15 mm, berambut lebat, mengandung 20-25(-35) biji. Ada pendapat lain
yang menyatakan bahwa buah kenaf (kapsul) berbentuk bulat meruncing
(seperti kerucut), panjang 2-2,5 cm dan diameter 1-1,5 cm. Permukaan buah
terdapat bulu pendek, halus, dan banyak, ada juga yang berduri. Buah muda
berwarna hijau. Tingkat kemasakan buah kenaf per individu tanaman tidak
serempak. Buah-buah yang terletak di bagian bawah lebih dahulu masak
dibandingkan dengan buah di bagian atas atau pucuk, sehingga tingkat
kemasakan buah yang dihasilkan menjadi heterogen (Hartati et al., 1991).
Panen buah untuk benih dilakukan dengan memetik buah satu-persatu, atau
juga secara serempak setelah 75% dari seluruh buah sudah masak. Sebelum
atau selama musim panen akan terlihat buah yang tidak mudah pecah dan
7
buah yang mudah pecah. Tiap tanaman dapat menghasilkan 15-100 kapsul
tergantung pada varietas, kondisi iklim, tanah, dan cara bercocok tanamnya.
Tiap kapsul berisi 15-25 biji.
Biji kenaf berbentuk ginjal hingga triangular dengan sudut runcing,
3-4 mm x 2-3 mm, berwarna keabuan atau coklat-hitam dengan titik kuning
menyala. Satu kg biji kenaf berisi 30.000-40.000 butir. Kandungan biji
kenaf lebih dari 20% adalah minyak (Hill, 1951). Berdasarkan basil analisis
kimia oleb Micbote dalam LeWy (1947), biji kenaf mengandung komposisi
sebagai berikut :Air 9,64%, Mineral 6,40%, Lemak 20,37%,Nitrogen.
21,44%, Saccharida 15,66%, Serat Kasar 12,90%,Material lain 13,94%.
Minyak biji kenaf termasuk golongan "oleat-linoleat" mengandung 45,3%
asam oleat, dan 23,4% asam linoleat, 14% asam palmilat, dan 6% asam
stearat (Lewy,1947). Oleb karena itu penyimpanan benih kenaf perlu hati-
hati karena kandungan lemaknya tinggi.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar. (a) Daun tanaman Kenaf; (b) Bunga tanaman kenaf; (c) Buah tanaman
kenaf; (d) biji tanaman kenaf.
2.1.3 Peluang Bisnis Tanaman Kenaf
PT ARACO merupakan salah satu perusahaan otomotif di Jepang
yang pertama di dunia menggunakan kenaf untuk interior mobil mewah.
8
Selama ini PT ARACO mengimpor serat kenaf dari Vietnam. Di Jepang
sendiri kenaf hanya dapat ditanam satu kali dalam setahun karena adanya
musim dingin. Oleh karena itu, serat kenaf harus diimpor dari negara-negara
tropis. Karena kenaf juga dapat tumbuh di Indonesia, sejak tiga tahun
terakhir PT ARACO mendirikan anak perusahaannya di Indonesia, yaitu PT
KADERA-AR INDONESIA. Ada empat syarat yang harus diperhatikan
dalam pengembangan industri serat kenaf untuk interior mobil, yaitu: (1)
pasokan sesuai permintaan, (2) mutu sesuai kebutuhan, (3) biaya dapat
bersaing dengan plastik dan harga yang ditawarkan oleh China dan Vietnam,
dan (4) pengiriman tepat waktu sehingga tidak menganggu proses industri
otomotif itu sendiri. Berdasarkan hasil pertemuan PT ARACO dan PT
KADERA-AR di Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat (Balittas)
Malang, pada bulan Juni 2000 serat berkualitas A digunakan untuk mobil
mewah dan serat dengan kualitas B untuk kendaraan sejenis Toyota Kijang.
Pada tahun 1999/2000, produsen Toyota Kijang menghasilkan kurang lebih
4.000 unit kendaraan dengan bahan serat kenaf kualitas A dan B. Setiap unit
memerlukan 11 kg serat, sehingga untuk tahap awal dibutuhkan 44 ton serat.
Saat ini PT KADERA-AR INDONESIA masih mengimpor serat tersebut
dari Vietnam karena kualitasnya baik dan harganya murah.
2.1.4 Manfaat Tanaman Kenaf
Serat kenaf merupakan bahan baku untuk pembuatan karung goni,
karpet, geotekstil, soil safer, fibre drain, tali temali, kerajinan tangan, dan
interior mobil/doortrim. Melihat banyak kegunaannya, maka diperlukan
ketersediaan bahan baku serat yang cukup dan continue. Bijinya dapat
dimakan dan dapat digunakan sebagai pupuk alami.
Tanaman kenaf termasuk urutan kedua setelah tanaman kayu berdaun
jarum dan tergolong kelas satu sebagai bahan baku pulp. Disamping daur
hidupnya relative pendek, mutu produk kenaf jauh lebih baik disbanding
sumber selulosa nonkayu yang selama ini dimanfaatkan.
2.1.5 Pembudidayaan Tanaman Kenaf
A. PERSYARATAN TUMBUH TANAMAN KENAF
1. Tanah
9
Kenaf dapat tumbuh hampir pada semua tipe tanah, tetapi tanah yang
ideal untuk kenaf yaitu tanah lempung berpasir atau lempung liat
berpasir dengan drainase yang baik (Dempsey, 1963). Kenaf agak tahan
kekeringan, namun karena seluruh bagian vegetatifnya (batang) harus
dipanen pada umur 3,5-4 bulan, maka ketersediaan air selama
pertumbuhan harus cukup. Kebutuhan air untuk kenaf sebesar 600 mm
selama empat bulan (Iswindiyono dan Sastrosupadi, 1987). Kisaran pH
cukup luas, yaitu dari 4,5-6,5 sehingga kenaf dapat tumbuh baik di tanah
yang agak masam, antara lain di lahan gambut. Drainase pada stadia
awal pertumbuhan harus baik, meskipun pada stadia lanjut kenaf dapat
tumbuh dalam keadaan tergenang. Di daerab banjir waktu tanam harus
diatur sedemikian rupa sehingga pada waktu mulai tergenang tanaman
paling sedikit sudah berumur dua bulan. Dengan cara tersebut kenaf
masih dapat menghasilkan serat cukup tinggi. Tanaman semakin tua
semakin tahan terhadap genangan.
2. Iklim
Curah hujan yang dikehendaki oleh kenaf selama pertumbuhannya
sebesar 500-750 mm atau curah hujan setiap bulan 125-150 mm (Berger,
1969; Sinha dan Guharoy, 1987; Dempsey, 1963). Bila curah hujan
kurang dari jumlah tersebut, umumnya perlu dibantu dengan pengairan
dari irigasi maupun pompa. Kenaf mempunyai adaptasi yang lebar
terhadap iklim dan tanah. Tanaman ini tumbuh pada 45°N dan 30°S.
Tanaman Kenaf toleran terhadap variasi temperatur harian antara 10°C
dan 50°C, tetapi mati oleh salju. Tanaman ini tumbuh terbaik pada
temperatur harian diatas 20°C dan curah hujan bulanan rata-rata 100-125
mm. Kondisi ini ditemukan selama musim hujan di daerah tropik dan
musim panas di daerah subtropik. Kenaf merupakan tanaman berhari
pendek: meskipun beberapa kultivar meninggalkan bagian vegetatifnya
sampai periode pencahayaan turun dibawah 12,5 jam. Beberapa kultivar
ditanam pada 20°N, kemudian tidak mulai berbunga pada awal
September. Pada latitude yang lebih tinggi, kebiasaan berbunga lebih
lambat, pada daerah equator, tanaman berbunga lebih awal dan mencapai
10
tinggi yang tidak mencukupi, kecuali kultivar yang ditanam adalah
photo-insensitive. Kenaf dapat tumbuh pada berbagai tanah, tetapi paling
baik pada tanah lempung aluvial atau kolluvial berpasir, dengan pH 6-
6.8. Tanaman ini toleran terhadap garam, tetapi sensitif terhadap
hilangnya air.
3. Waktu tanam setempat
Tanaman kenaf tergolong tanaman hari pendek. Bila tanaman
tersebut ditanam pada bulan-bulan dengan fotoperiode yang pendek,
maka tanaman akan cepat berbunga, batang pendek, dan produktivitas
seratnya rendah. Agar tanaman berbatang tinggi (> 2,5 m) dan
berdiameter optimal (1,5 cm), maka pada fase vegetatif harus mendapat
penyinaran yang panjang. Jadi selama pertumbuhan fase vegetatif
tersebut diusahakan jatuh pada bulan yang mempunyai fotoperiode
panjang.
4. Populasi tanaman dan jarak tanam
Populasi dan jarak tanam tergantung dari tingkat kesuburan
tanahnya. Pada umumnya populasi untuk TSK berkisar dari 250.000-
330.000 tanaman/ha atau dengan jarak tanam (20 cm x 20 cm)-(20 cm x
15 cm) dengan satu tanaman tiap lubang.
B. PERBANYAKAN
Kenaf secara normal diperbanyak dengan biji. Selain itu juga
dengan stek batang, terutama untuk produksi biji hasil silangan dan
dasar. Biji Kenaf berkecambah cepat dibawah kondisi lembab, tetapi
kemampuan hidup yang tinggi selama lebih dari 1 tahun dengan
menyimpan biji kering (kandungan kelembaban < 10%) di dalam
kontainer kedap udara dan untuk beberapa tahun dengan menyimpannya
pada temperatur dibawah 0 (-10°C). Temperatur optimum untuk
perkecambahan biji kenaf adalah 35°C, dengan temperatur dasar 10°C
dan temperatur maksimum 46°C. Kenaf merupakan tanaman musim
hujan, biji ditaburkan secara langsung ke ladang pada awal musim hujan.
Waktu penanaman adalah sangat penting, terutama berkaitan dengan
panjangnya periode pertumbuhan vegetatif sebelum masa perbungaan
11
yang pertama, tingginya biomassa dan serat hasil panen dan juga kualitas
serat. Di Jawa (8°S) kenaf ditaburkan selama bulan Oktober-November
pada musim hujan dan berbunga pada bulan Maret-April, sementara di
Thailand Utara (18°N) musim tanam antara April dan September.
Kebanyakan kenaf ditanam dengan rata-rata biji 15-25 kg/ha, diikuti
dengan penguburan untuk menutup biji dengan 1-2 cm tanah. Tiap plot
dijarangkan dengan menggunakan tangan untuk mengurangi densitas
tanaman hingga sekitar 400 000 tanaman per ha. Penanaman dengan
sistem garis membutuhkan biji lebih sedikit dan menghasilkan hasil
panen yang tinggi dan lebih seragam dengan biaya penanaman dan
perawatan lebih rendah. Jarak tanam yang direkomendasikan bervariasi
di tiap negara. Mereka secara umum sama dengan rami, yaitu antara 20-
30 cm dan 5-10 cm didalam garis, ketika ditanam sebagai serat, tetapi
untuk produksi kertas memerlukan jarak lebih lebar. Biji dapat
dihasilkan di ladang setelah memanen tanaman utama. Namun, jumlah
dan kualitas biji lebih tinggi pada biji yang ditaburkan dalam plot
khusus.
C. CARA BUDIDAYA KENAF
Pada keadaan normal, pertumbuhan optimal kenaf berkisar pada
umur 60-98 hari. Tanaman kenaf ada yang bercabang sangat banyak,
banyak, sedikit, dan ada juga yang tidak bercabang Jenis yang
dikehendaki untuk produksi serat dan batang kering adalah yang tidak
bercabang. Pertumbuban fase vegetatif kenaf terus berlangsung sampai
fase generatif terakhir.
1. Pembenihan
Pada kenaf tidak demikian halnya karena benih harus berasal dari
tanaman penghasil benih. Benihnya kemudian ditanam sebagai tanaman
penghasil serat.
2. Pemupukan
Pada dasarnya pemupukan untuk kenaf menganut sistem pemupukan
berimbang, yaitu pemberian hara disesuaikan dengan kebutuhan tanaman
dan tingkat kesuburan tanahnya.
12
3. Panen dan Penyeratan
Tanaman kenaf selalu dibedakan, untuk benih dan untuk
produksi serat atau batang kering. Untuk produksi serat atau
batang kering, panen tidak perlu menunggu sampai
tanaman berbuah. Panen dilakukan pada saat 50% dari
keseluruban populasi di pertanaman sudah mulai berbunga.
Sedang untuk benih, panen dilakukan pada saat sebagian besar
buah telah masak,karena panen pada saat tersebut dapat
menghasilkan benih bermutu (Ghosh, 1978). Pada kenaf He 48
panen pada saat 75% buah masak akan menghasilkan benih yang
bermutu (Hartatiet al.,1991 )
Umur panen sangat mempengaruhi produktivitas dan kualitas serat.
Pada waktu mulai berbunga tanaman dalam fase generatif dan
pertumbuhan vegetatif yang dicerminkan oleh aktivitas kambium mulai
berhenti. Dalam fase vegetatif, kambium membentuk kulit dan sel-sel
serat. Dalam fase generatif sudah tidak terjadi pembentukan serat. Bila
panen terlambat atau kelewat masak, akan terjadi perombakan
karbohidrat menjadi serat untuk dikirimkan ke buah. Panen yang terlalu
muda menghasilkan produktivitas dan kualitas yang rendah, meskipun
warna seratnya putih. Sebaliknya panen yang terlalu tua (buah sudah
mulai kering) kualitas seratnya rendah, serat menjadi rapuh karena
meningkatnya kandungan lignin dan kekuatan serat juga turun.
Pemotongan batang hendaknya pada pangkal batang dekat permukaan
tanah, karena kandungan serat yang paling tinggi terdapat pada sepertiga
batang bagian bawah.
Penyeratan tanaman kenaf - Perendaman batang atau kulit (retting)
Agar dapat diambil seratnya, maka batang berkulit atau kulit
batang harus direndam dalam kolam perendaman. Dengan perendaman
sel-sel serat dapat terlepas melalui proses mikrobiologis. Terlepasnya
serat hanya dapat dilakukan karena adanya perombakan substansi yang
mengelilingi sel serat oleh aktivitas bakteri. Bila. yang direndam seluruh
batang, maka waktu yang diperlukan untuk perendaman adalah 14-20
13
Hari. Bila yang direndam banya kulitnya, waktu perendaman hanya 7-10
hari saja. Untuk melepaskan kulit dari kayu kanaf digunakan alat
pengelupas kulit atau ribboner.
Proses penyeratan dan perendaman batang merupakan pekerjaan
yang sangat banyak membutuhkan tenaga dan biaya. Umumnya
kemampuan petani untuk menyerat adalah 15-20 kg serat
kering/ha/orang. Selain memerlukan banyak tenaga, pekerjaan menyerat
dirasakan se bagai pekerjaan yang kurang nyaman karena berhadapan.
dengan proses pembusukan kulit oleh kegiatan mikroba yang
menghasilkan aroma yang kurang sedap.
Serat akan meneapaigrade A apabila ketentuan sebagai berikut dapat
dipenuhi:
1. Perendaman ditempatkan pada kolam-kolam rendaman yang airnya
mengalir secara per lahan-lahan.
2. Batang harus berada di bawah permukaan air.
3. Sebagai pemberat batang agar terendam air digunakan bahan-bahan
yang tidak mempengaruhi kualitas. Batang pisang tidak baik sebagai
bahan pemberat karena mengandung senyawa tanin yang dapat
menyebabkan serat berwarna hitam. Juga bahan mengandung Fe
perlu dihindari karena Fe menyebabkan warna serat menjadi hitam.
4. Merendam batang yang mempunyai ukuran relatif sama agar
diperoleh waktu masak yang seragam.
5. Diameter ikatan batang yang direndam jangan melebihi 20 cm
karena bila terlalu besar bagian dalammemerlukan waktu masak
lebih lama.
6. Kedalaman kolam rendaman kurang lebih 100 cm
Pemberian Urea ke dalam kolam perendaman dapat mempersingkat
waktu retting dan meningkatkan kualitas serat. Dosis Urea untuk setiap
1.000 kg batang yang direndam adalah 0,1 kg
14
(a) (b)
Gambar . (a) Kolam rendaman yang ideal. Batang kenaf ditumpuk 3-4
lapis, kemudian diberi air yang mengalir secara pelan-pelan. (b)
Perendaman batang Kenaf oleh petani. Pemberat dan sisa-sisa batang dan
tanah.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar . (a) Proses pengambilan serat dari batang yang telah direndam
selama 15 hari. (b) Penjemuran serat. (c) Serat diikat (pengebalan serat),
siap dibeli oleh pengelola. (d) Alat pengelupas kulit kenaf (ribonner).
2.1.6 Potensi Tanaman Kenaf
15
Tantangan dan Potensi Pengembangan Industri Serat Kenaf
Untuk memenuhi permintaan sepanjang tahun, kenaf harus pula
ditanam dan dipanen sepanjang tahun. Dengan demikian, areal tanam pun
harus sesuai untuk penanaman kenaf sepanjang tahun. Benih sebar dari
varietas unggul yang dapat ditanam sepanjang tahun juga perlu disediakan.
Mengingat terbatasnya lahan pertanian di Jawa, maka alternative
pengembangan kenaf adalah di luar Jawa, antara lain di Kalimantan Timur.
Propinsi ini memiliki lahan kering 2,92 juta ha, curah hujan 1.500-3.500
mm/tahun dengan klasifikasi E2-A1. miliki potensi produksi serat tinggi,
dapat dipanen pada umur 120-155 hari, kurang peka terhadap
fotoperiodisitas sehingga dapat ditanam sepanjang tahun, tetapi potensi
produksi benihnya relative rendah. Dengan mengatur penanaman kedua
galur tersebut selama setahun, kebutuhan serat akan dapat terpenuhi.
Saat ini, harga serat kenaf Indonesia lebih mahal dibandingkan harga
serat asal China dan Vietnam, karena biaya tenaga kerja di Indonesia lebih
tinggi. Untuk mengimbanginya, produktivitas tanaman harus dinaikkan,
biaya produksi lebih efisien, dan lokasi penanaman berdekatan dengan
pabrik pengolahan. Saat ini Balittas memiliki beberapa varietas dan galur
yang memiliki potensi produksi serat tinggi dan dapat beradaptasi di
beberapa lokasi di Kalimantan Timur. Di samping itu, dengan koleksi
plasma nutfah kenaf yang cukup banyak, masih terbuka peluang untuk
merakit varietas unggul baru. Penelitian penananam tanpa olah tanah, dosis
pupuk yang relatif rendah, populasi tanaman optimum, dan teknik
penyeratan yang murah, sangat penting untuk menekan biaya produksi.
Menurut FAO, pada saat ini negara-negara penghasil serat karung
terbanyak di dunia adalah India, Bangladesh, China, Birma, dan Thailand
2.1.7 Upaya Peningkatan Kualitas Tanaman Kenaf
Saat ini pengembangan tanaman kenaf mulai digalakkan terutama di
daerah marginal. Semula serat kenaf hanya dimanfaatkan sebagai bahan
baku karung, tetapi saat ini sudah banyak dimanfaatkan sebagai bahan
industri lain yaitu sebagai penahan erosi, bahan karpet, interior mobil, dan
industri kerajinan lainnya. Guna meningkatkan kualitas tanaman kenaf di
16
Indonesia, Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) Malang
telah melakukan penelitian dan menghasilkan varietas unggul tanaman
kenaf. Salah satu varietas unggul tersebut yaitu varietas KARANGPLOSO
15 telah dimohonkan untuk mendapatkan Hak Perlindungan Varietas
Tanaman di Kantor Pusat PVT. Dengan demikian varietas ini telah
mendapatkan Perlindungan Sementara sampai dengan proses permohonan
Hak PVT selesai dan dikeluarkan Sertifikat Hak PVT-nya
2.2 TANAMAN SERAT RAMI
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Rami
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Order : Urticales
Family : Urticeae
Genus : Boehmeria
Species : Boehmeria nivea Linn.
Nama Inggris : Ramie, Chinese Grass
Nama Indonesia : Rami
2.2.2 Deskripsi Morfologi Tanaman Rami
Tanaman rami merupakan tanaman tahunan yang berbentuk semak dan
berumpun banyak yang mudah tumbuh dan dikembangkan di daerah tropis,
Tanaman rami memiliki sistem perakaran dimorphic, karena di samping akar
untuk pengambilan nutrisi, juga terdapat rizoma (rimpang) sebagai alat
untuk memperbanyak diri, dan umbi (bulbi) sebagai simpanan cadangan
makanan (Gambar 5). Rimpang (rizoma) bercabang, beruas-ruas, dan
berakar rambut juga, tumbuh mendatar dengan ujung mencuat ke permukaan
tanah dan akan tumbuh menjadi tunas anakan baru. Rizoma yang beruas-
ruas memiliki banyak mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tunas anakan
baru sebagai sistem perbanyakan tanaman. Kelebihan ini dimanfaatkan oleh
petani sebagai cara yang paling mudah untuk perbanyakan tanaman. Umbi
17
(bulbi), merupakan bagian akar yang berfungsi sebagai penyimpan zat
cadangan makanan.
Gambar. Perakaran tanaman rami
Gambar. Perakaran tanaman rami,
sumber bibit rizoma
Batang berwarna hijau muda sampai hijau tua berbentuk silinder tegak
tidak bercabang. Batang biasanya akan bercabang apabila sebagian batang
terpotong/terpangkas karena gangguan hama/penyakit atau gangguan
mekanis. Pertumbuhan cabang pada batang ini tidak dikehendaki, karena
serat rami diambil dari kulit batangnya, oleh karena itu pertumbuhan cabang
pada batang akan menurunkan produksi dan kualitas. Produktivitas serat
rami tergantung dari tinggi dan diameter batang, tebal-tipisnya kulit serta
rendemen serat (kandungan serat per batang). Batang rami dipanen untuk
produksi serat setiap 2 bulan sekali sehingga dalam satu tahun (di daerah
tropis) dapat lakukan 5-6 kali panen. Kandungan serat kasar atau china grass
umumnya sekitar 2-4% dari batang segarnya, serat hasil degumming sekitar
1-3% serta serat siap pintal (rami top) sekitar 1-2% (Berger, 1969; Suratman
et al., 1993).Batang muda rami berbulu halus hingga kasar, berwarna hijau
muda hingga hijau tua dan berubah menjadi cokelat secara bertahap dari
bagian bawah ke bagian atas bila secara fisiologis sudah matang, dan warna
batang akan berubah terus menjadi hitam bila sudah tua atau mati. Batang
muda rami berongga dan bergabus padat bila semakin tua, namun ada klon-
klon tertentu yang tetap berongga walau sudah tua. Umur panen serat yang
tepat adalah dengan ciri-ciri apabila seperempat hinga sebagian batang
bawah berwarna cokelat. Bila dipanen terlalu muda (batang masih sangat
hijau) maka secara fisiologis seratnya belum matang, serat mudah putus dan
18
volume panen belum optimal. Demikian pula apabila dipanen terlambat
(lewat matang) produksi serat akan menurun, karena batangnya banyak yang
mati/kering dan sulit didekortikasi, kualitas seratnya sangat jelek, hitam dan
mudah patah/putus karena terlalu tua.
Gambar Penampang membujur batang
rami
Gambar Penampang lintang batang
rami
Daun rami sangat khas, letaknya berselang-seling berbentuk jantung
hingga bulat atau oval dengan panjang daun (lamina) 7,5-20 cm, lebar 5-15
cm, dan cenderung berkerut. Kasar halusnya kerutan daun tergantung dari
klonnya. Permukaan daun bagian atas berbulu halus hingga kasar, berwarna
hijau muda sampai hijau tua, sedangkan permukaan daun bagian bawah
berwarna putih keperakan, ini dikarenakan adanya rambut-rambut panjang
berwarna perak yang saling bertumpuk membentuk anyaman seperti
karpet.Pinggir daun bergerigi lancip hingga tumpul berwarna seperti warna
laminanya. Tulang daun berwama hijau muda sampai hijau tua atau merah
muda hingga merah tua. Tangkai daun (petiole) berwarna hijau muda hingga
hijau tua serta merah muda hingga merah tua. berdasarkan ukuran daun,
tanaman rami dikelompokkan ke dalam dua tipe, yakni: 1) tipe rami berdaun
sempit (contoh: klon Pujon 10, Jawa Timur 3-0), 2) tipe rami berdaun lebar
(contoh: klon Bandung A, Pujon 301, Pujon 302). Tipe rami ini diduga ada
kaitannya dengan daya adaptasi tanaman terhadap tinggi tempat (dataran
tinggi,sedang, dan rendah). Dari hasil evaluasi klon, ternyata pada umumnya
rami bertipe daun lebar tidak cocok untuk dataran rendah, dan banyak dari
klon-klon yang cocok di dataran rendah adalah dari tipe rami berdaun
sempit. Kenyataan tersebut sering juga berkaitan dengan tipe bunga rami
(lihat bagian biologi bunga). Tipe daun (besar, kecil)ini adalah berdasarkan
19
penampakan yang tetap, bukan berdasarkan ukuran panjang-lebar daun
sebab bila didasarkan pada ukuran luas daun, tipe-tipe dari klon-klon
tertentu akan berubah-ubah tergantung dari tingkat kesuburan tanahnya.
Pertumbuhan tanaman pada tanah yang subur, maka daunnya akan besar-
besar, sebaliknya bila ditanam pada tanah yang kurang subur, maka ukuran
daunnya menjadi sempit, dan itu tidak akan stabil. Tetapi tipe rami
berdasarkan besar kecilnya daun di sini akan tetap walaupun kesuburan
tanaman seperti apapun. Sebagai contoh, untuk tipe rami berdaun sempit
seperti pada Pujon 10, Pujon 12, Jawa Timur 3-0, Seikiseishin, sedangkan
contoh tipe rami berdaun lebar adalah Pujon 301, Pujon 302, Bandung A.
Tipe-tipe rami tersebut akan tetap sebagai tipe itu walaupun
pertumbuhannya jelek ataupun subur dimana perubahan bentuk luas
daunnya sangat nyata.
Gambar. Tipe rami berdaun sempit Gambar. Tipe rami berdaun lebar
Rami merupakan tanaman dikotil dan berumah-satu yaitu bunga jantan
dan betinanya masih dalam satu tanaman tetapi terpisah tidak dalam satu
bunga. Bunga rami merupakan bunga majemuk bertingkat dimana dalam
satu tangkai bunga yang bercabang-cabang dan beranting, banyak sekali
terdapat bunga yang kecil-kecil dalam satu kelompok (bongkol). Bunga
jantan biasanya muncul lebih dulu sedangkan bunga betinanya muncul
belakangan. jadi bunga jantan terletak di beberapa ruas batang bawah,
sedangkan bunga betinanya di ruas-ruas batang atasnya terus sampai pucuk
selama pertumbuhan tanaman berlanjut (sebelum akhirnya tua dan mati).
Keunikan lainnya, pada klon-klon tertentu dan pada saat-saat tertentu bunga
jantan dan betinanya muncul dalam satu tangkai bunga. Semua tingkah laku
pemunculan bunga serta proporsi jantan dan betina dipengaruhi oleh macam
20
klon dan musim. Wama bunganya hijau, merah. merah muda, cokelat,
kuning, dan lain-lain tergantung klonnya. lndividu bunga betina yang sangat
kecil berbentuk tempolong dan berbulu halus pada sisi-sisinya. Bunga tidak
dilengkapi dengan mahkota bunga sebagaimana bunga lengkap.
Bunga betina muncul dari ketiak daun bersamaan dengan mekarnya
pucuk daun. Ciri-ciri bunga betina mekar ditandai dengan memanjangnya
(menjulur) putik yang berwarna putih bening dari ujung bunga yang
panjangnya sekitar 0,5-1 mm tergantung klonnya. Tangkai putik yang
berfungsi sebagai tabung putik juga berbulu sebagaimana pada bunga.
Mekamya bunga betina tidak bersamaan walaupun dalam satu kelompok
(bongkol), tetapi bertahap tidak beraturan, artinya mekarnya bunga tidak
dimulai dari bunga yang paling dulu muncuI (paling bawah) tetapi bisa
terjadi bunga yang pertama muncul mekarnya bisa bersamaan dengan bunga
yang ada di pucuk tanaman. Keadaan tersebut bisa menguntungkan karena
proses hibridisasi bisa dilakukan setiap saat.
Gambar. Bunga betina
Bunga jantan majemuk bertingkat dengan bunga individunya
berbentuk bulat berwarna hijau muda sampai hijau, pada ujungnya
membentuk tonjolan (sudut) empat buah hingga membentuk bangun seperti
buah jambu air. Bunga memiliki empat tangkai sari dengan kepala sari
masing-masing sepasang kantong sari. Bunga muncul bersamaan dengan
mekarnya daun sebagai mana bunga betina. Ciri-cirinya adalah bunga jantan
yang sudah besar berwarna lebih mengkilap, akan membelah/pecah dengan
spontan menjadi empat kelopak berbentuk seperti bintang (biasanya diiringi
21
suara halus), beberapa saat kemudian tangkai sari dan kantong sari yang
empat buah memanjang secara spontan diikuti oleh pecahnya kantong sari
dan menghamburkan beribu-ribu tepung sari.Bunga jantan yang baru mekar
terlihat seperti bintang berwarna hijau, dihiasi empat buah tangkai dan
kepala sari yang berwarna putih bening terlihat seperti mahkota bunga.
Gambar. Bunga jantan
Buah rami sangat kecil berbentuk dan berwarna sama seperti bunga
betinanya yang telah membesar pada bagian pangkalnya. Buah muda
berwarna hijau, merah, cokelat, kuning, dan lain-lain tergantungklonnya,
sedangkan buah tua berwarna cokelat tua sampai hitam. Bulu-bulu pada sisi-
sisinya masih kelihatan tetapi warnanya sarna seperti badan buahnya.
Biji rami berbentuk bulat berwarna cokelat sampai hitam, membelah
dua (dikotiledon). Biji rami sangat kecil, bisa lebih kecil dari biji bayam atau
biji tembakau. Petruszka (1977), mengatakan bahwa dalam satu kilogram
biji berisi sekitar 7 juta butir. Kulit bijinya tipis, terangkat ke atas saat
berkecambah dan berdaging biji (endosperma) berwarna putih kekuningan
dengan satu lembaga di tengah agak ke pangkal. Biji (benih) yang baik, akan
berkecambah serempak pad a hari ke-5 sampai ke-7 setelah tanam.
2.2.3 Peluang Bisnis Tanaman Rami
Sejak beberapa tahun terakhir ini Tresna, yang mendalami ilmu
komposit di Perancis untuk aplikasi pada badan pesawat terbang, mulai
mengolah komposit dari serat alam, khususnya serat rami untuk berbagai
produk. Pengembangan tanaman rami memiliki prospek sangat cerah,
kebutuhan serat rami dunia 400.000 ton per tahun sampai saat ini
kekurangan pasokan sebesar 270.000 ton per tahun, dengan total penawaran
22
130.000 ton. Dari hasil penelitian, serat rami di Indonesia kualitasnya
mampu bersaing dengan serat rami dari Cina, Brazil, Filipina, Taiwan,
Korea, Komboja, Thailand dan Vietnam. Menurut penelitian Lembaga
Penelitian Tanaman Industri, Bogor, hasil rata-rata 1 hektar adalah sekitar 36
ton batang basah dengan rendemen antara 3,5% dan 4,0% sehingga hasil
akhirnya diperkirakan sekitar 1,3 ton per hektar serat kering. Dengan
demikian pengembangan tanaman ini memiliki prospek yang sangat cerah,
karena sampai saat ini Indonesia merupakan potensi yang besar untuk
menggerakkan ekonomi rakyat melalui perekonomian pedesaan, pendapatan
petani dan komoditi ekspor non migas. Tanaman Rami yang dikenal dengan
nama latinnya Boehmeria nivea (L) Goud merupakan tanaman tahunan
berbentuk rumpun yang dapat menghasilkan serat alam nabati dari pita
(ribbons) pada kulit kayunya yang sangat keras dan mengkilap.
2.2.4 Manfaat Tanaman Rami
Dalam hal tertentu serat rami mempunyai keunggulan dibanding serat-
serat yang lain seperti kekuatan tarik, daya serap terhadap air, tahan terhadap
kelembaban dan bakteri, tahan terhadap panas, peringkat nomor 2 setelah
sutera dibanding serat alam yang lain, lebih ringan dibanding serat sentetis
dan ramah lingkungan (tidak mengotori lingkungan sehingga baik terhadap
kesehatan). Adapun rami digunakan dalam pemanfaatan :
1. Salah satu sumber serat itu adalah rami yang layak digunakan untuk
rompi antipeluru, tabung gas, hingga kaki palsu.
2. Untuk tali tambang, tetapi juga bahan pembuatan karung goni.
3. Serat rami digunakan oleh industri tekstil sebagai subsitusi kapas dan
bahan baku pulp kertas. Karena memiliki serat yang panjang, rami
sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pulp putih serat panjang
yang selama ini masih diimpor. Pulp berserat panjang ini digunakan
untuk kertas tulis, kertas fotokopi, kertas khusus seperti kertas saring teh
celup, kertas dasar stensil, kertas rokok, hingga kertas berharga yang
memerlukan ketahanan dan berdaya simpan lama, seperti kertas uang,
kertas surat berharga, kertas dokumen, dan kertas peta. Selain itu, serat
23
rami dengan kandungan selulosa yang tinggi dapat digunakan sebagai
bahan baku rayon dan/atau nitroselulosa/NC.
4. Bahan peledak, menurut riset peneliti di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Industri Pertahanan, selulosa rami merupakan salah satu
unsur pokok pembuat bahan peledak
5. Daunnya merupakan bahan kompos dan pakan temak bergizi tinggi.
Pohonnya baik untuk bahan bakar, tetapi yang paling bernilai ekonomi
tinggi adalah serat dari kulit kayunya.
6. Serat rami yang telah diproses sampai menyerupai serat kapas sudah
dapat dipintal menjadi benang untuk ditenun menjadi tekstil dari rami
peringkat No.2 setelah sutera, (cotton nomor 7). Kegunaan yang lain
adalah: canvas, slang PMK, jaring ikan, jala ikan, tambang/tali kapal,
benang sepatu, dan kaos petromax.
2.2.5 Pembudidayaan Tanaman Rami
Tanaman ini sangat cocok ditanam/ideal di daerah tropis yaitu di
Indonesia dengan ketinggian ideal 400 m s/d 1500 m diatas permukaan air
laut, dengan curah hujan 90mm/bln yang merata sepanjang tahun, kondisi
tanah datar terbuka berstruktur ringan seperti tanah liat berpasir dengan PH
5,6 s/d 6,5 dengan umur produktif 6 s/d 8 tahun dipanen 5 s/d 6 x dalam
setahun. Dalam budidaya tanaman rami ada beberapa tahapan diantaranya:
1. Persiapan bahan tanam
Bahan tanam rami berasal dari rizoma. Pada prinsipnya rizoma adalah
akar lateral yang tumbuh mendatar pada kedalaman sekitar 10-15 cm di
dalam permukaan tanah. Rizoma ini dapat diseleksi sebagai bibit untuk
digunakan bahan tanam. Bibit rami yang berupa rizoma sebaiknya ambil
dari pertanaman rami yang sudah berumur 3 sampai dengan 4 tahun.
Cara mendapatkan rizorna dengan membongkar pertanaman rami
kemudian dikumpulkan dan dipotong-potong untuk dijadikan bibit.
Tanda-tanda rizoma yang sudah tua, mempunyai jumlah mata tunas yang
banyak, sehingga sangat cepat tumbuh apabila ditanam.
2. Pengolahan tanah
24
Tanah yang gembur sebagai media tumbuh rizoma sangat dikehendaki
bagi tanaman rami.
3. Tanam
Bibit rami ditanam pada kedalaman tanah 5 sampai dengan 6 cm secara
mendatar. Cara yang lain adalah potongan rizoma ditancapkan miring ke
dalam tanah dengan membentuk sudut 45°. Mata tunas yang ada pada
rizoma dihadapkan ke atas, agar cepat pertumbuhannya.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan ini meliputi pemupukan dan pengairan
5. Panen
Tanaman rami yang dipanen adalah bagian batangnya, karena pada
batang terdapat kumpulan serat yang memanjang. Panen pertama
dilakukan saat tanaman berumur 90 hari. Pada panen perdana belum
dapat diambil seratnya karena batangnya masih muda. Hasil pemotongan
batang panen perdana, dicacah untuk dikembalikan ke dalam tanah
sebagai pupuk hijau. Tujuan panen perdana adalah hanya untuk
memperbanyak munculnya tunas-tunas baru.Panen berikutnya yaitu
panen kedua, ketiga, dan seterusnya dilakukan setiap umur 60 hari
sekali. Panen yang terlalu muda dapat menyebabkan penurunan tingkat
produktivitas dan kekuatan serat berkurang. Sebaliknya panen yang
terlalu tua juga tidak baik, karena serat menjadi kaku dan mudah putus
(Sastrosupadi dan Isdijoso, 1993). Tanda-tanda tanaman rami dapat
dipanen yaitu sudah berbunga dan kulit batang bagian bawah kurang
lebih 15 cm dari permukaan tanah berubah warna dari hijau menjadi
sawo matang.
6. Penyeratan
Untuk memperoleh serat kasar maka batang rami yang sudah
dihilangkan daunnya dimasukkan ke dalam mesin dekortikator dan
menghasilkan serat kasar yang sering disebut dengan serat china grass.
Untuk panen ketiga dan seterusnya dapat dilakukan seperti pada panen
kedua yaitu tetap memasukkan batang rami tanpa daun ke mesin
dekortikator. Serat yang diperoleh kemudian direndam selama 2 hari
25
untuk menghilangkan "gum" dan lignin yang menempel pada serat
kemudian dicuci dengan air bersih. Langkah berikutnya langsung
dijemur di bawah sinar matahari dengan dipaparkan di atas galah. Hasil
serat kering rami ditata dan diikat menjadi satu dengan ukuran berat
sebesar 50-75 kg per bal. Serat dapat diperoleh melalui proses mesin dan
proses mekanisme serta proses bakterisasi/kimiawi sebagai berikut : (a)
Proses Dekortikasi: Proses pemisahan serat dari batang tanaman,
hasilnya serat kasar disebut “China Grass “; (b) Proses Degumisasi:
Proses pembersihan serat dari getah pectin, legnin wales dan lain-lain,
hasilnya serat degum disebut “ Degummed Fiber “; (c) Proses Softening:
Proses pelepasan dan proses penghalusan baik secara kimiawi maupun
mekanis agar serat rami tersebut dapat diproses untuk dijadikan seperti
kapas; (d) Proses Cutting dan Opening: Proses mekanisisasi untuk
memotong serat dan membukanya agar serat tersebut menjadi serat
individual untuk serat panjang disebut “Top Rami” dan untuk serat
pendek disebut “Staple Fiber “; (e) Serat rami terdapat dalam sel kulit
yang terletak di antara kulit luar yang biasa disebut epidermis danbatang.
Secara alami serat rami terikat menjadi satu oleh perekat yang lazim
disebut gom (gum). Gambar menunjukkan penampang melintang batang
rami sebelum dilakukan proses dekortikasi.
Gambar Penampang melintang kulit rami sebelum mengalami proses dekortikasi
(Jarman et al.,1978)
26
Gambar Penampang melintang (A) dan membujur (B) serat rami hasil proses
degumming (Jarman et al.,1978)
2.2.6 Potensi Tanaman Rami
Rami semula dikembangkan di daerah dataran tinggi walaupun
sebenarnya rami juga da-pat dikembangkan di dataran rendah terutama yang
memiliki fasilitas pengairan. Kendala pengembangan rami adalah
panjangnya rantai proses penyeratan sampai menjadi serat siap pintal. Proses
yang panjang ini menyebabkan rami bukan sebagai “cash crop”, walaupun
harga se-rat rami lebih tinggi dari harga serat kapas. Sebagai salah satu
penghasil serat alami, rami merupakan komoditas yang perlu dikembangkan.
Komoditas ini, selain menghasilkan serat alami yang bermutu tinggi, juga
mempunyai hasil samping yang bernilai ekonomi, seperti kompos limbah
dekortikasi dan daun rami untuk campuran pakan ternak.
2.2.7 Upaya Peningkatan Kualitas Tanaman Rami
Dalam pengusahaan rami harus memperhatikan syarat lingkungan
tumbuh untuk rami (iklim, jenis tanah, dan ketinggian tempat). Untuk
memperoleh hasil serat yang optimal perlu dipedomani teknik budi daya
rami (bahan tanam; pengolahan tanah; tanam yang tepat; pemeliharaan
tanaman rami terutama pemberian pupuk makro seperti N, P, dan K yang
kontinyu setiap habis panen dan pengairan). Panen dan proses penyeratan
juga berpengaruh nyata terhadap kualitas dan kuantitas serat. Untuk itu
Teknik budi daya rami di Indonesia perlu disempurnakan terutama dengan
adanya inovasi baru dari hasil-hasil penelitian, sehingga selalu dapat
mengikuti tuntutan atau kebutuhan pasar dan ilmu pengetahuan (iptek).
27
2.3 TANAMAN SERAT PISANG ABAKA
2.3.1 Klasifikasi Tanaman Pisang Abaka
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Order : Scianineae
Family : Musaceae
Genus : Musa
Species : Musa textilis
Nama Inggris : Manila Hemp.
Nama Indonesia : Pisang Abaka
2.3.2 Deskripsi Morfologi Tanaman Pisang Abaka
Pohon pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai akar tunggang.
Akar ini berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada pada bagian
bawah tanah. Akar ini menuju bawah sampai kedalaman 75-150 cm. Sedang
akar yang ada di bagian samping umbi batang tumbuh kesamping atau
mendatar. Dalam perkembanganya akar samping bisa mencapai 4-5 meter.
Batang pisang sebenarnya terletak dalam tanah berupa umbi batang.
Sedang yang berdiri tegak di dalam tanah yang biasanya dianggap batang itu
adalah batang semu. Batang semu ini terbentuk dari pelepah daun panjang
yang saling menelengkup dan menutupi dengan kuat dan kompak sehingga
bisa berdiri tegak seperti batang tanaman. Tinggi batang semu ini berkisar
3,5-7,5 meter tergantung jenisnya.
Daun pisang letaknya tersebar, helaian daun berbentuk lanset
memanjang. Pada bagian bawahnya berlilin. Daun ini diperkuat oleh tangkai
daun yang panjangnya antara 30-40 cm. daun pisang mudah sekali robek
atau terkoyak oleh hembusan angin yang keras karena tidak mempunyai
tulang-tulang pinggir yang menguatkan lembaran daun.
Bunga berkelamin satu, berumah satu dalam tandan. Daun penumpu
bunga berjejal rapat dan tersusun secara spiral. Daun pelindung berwarna
merah tua, berlilin, dan mudah rontok dengan panjang 1-25 cm. bunga
28
tersusun dalam 2 baris melintang. Bunga betina berada dibawah bunga
jantan (jika ada). lima daun tenda bunga melekat sampai tinggi, panjangnya
6-7 cm. benang sari 5 buah pada betina tidak sempurna, bakal buah persegi,
sedang pada bunga jantan tidakada.
Sesudah bunga keluar, akan terbentuk sisir pertama, kemudian
memanjang lagi dan terbentuk sisir kedua, ketiga dan seterusnya.
Jantungnya perlu dipotong sebab sudah tidak menghasilkan sisir lagi.
2.3.3 Peluang Bisnis Tanaman Pisang Abaka
Dari segi ekonomis, tanaman serat ini termasuk tanaman komoditas
ekspor, yang harga jualnya ditentukan dengan naik turunnya dolar. Saat ini,
harga seratnya diterima importir Hongkong, sekitar US $ 350 s/d US $
400/ton. Hal lain yang menarik dari aspek ekonomi ini, petani yang
mengembangkan abaca sekali investasi akan bertahan hingga 15 s/d 20
tahun. Sampai saat ini, tidak ada komoditas tanaman serat sejenis, yang
memiiiki "life time" sangat panjang seperti pisang abaca ini. Kalaupun ada,
hanya pada tanaman keras, seperti karet yang memiliki umur produktif
seperti abaca.
2.3.4 Manfaat Tanaman Pisang Abaka
Abaca merupakan salah satu jenis pisang yang tumbuh baik di daerah
tropika. Abaca ditanam untuk diambil seratnya, yaitu dari batangnya yang
merupakan kumpulan dari pelepah-pelepah daun. Serat abaca digunakan
secara luas karena keunggulan seratnya. Kegunaan serat abaca diantaranya
adalah sebagai bahan baku tali kapal, pembungkus kabel laut, bahan tekstil,
pembungkus teh celup, pembungkus tembakau, jok kursi, kerajinan tangan,
kertas sigaret, pembalut wanita, pamper bayi, tenun kasal', kertas tisu, dan
sebagai bahan baku uang kertas serta sebagai bahan pembuat kertas
berharga. Selain itu daunnya dapat digunakan sebagai bahan kertas tissue,
Daun pisang abaca di buat pupuk kompos, pelepah dalam di buat pupuk
kompos.
2.3.5 Pembudidayaan Tanaman Pisang Abaka
Pembudidayaan tanaman pisang abaca, dapat dilaksanakan dengan
relatif mudah. Mulai dari pemilihan lahan yang diperlukan, proses
29
pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, peremajaan, pemanenan dan
proses penyeratan.
1. PENYIAPAN LAHAN
Kondisi lahan yang ideal, untuk budidaya tanaman pisang abaca harus
memiliki indikator fisik sebagai berikut:
a. Ketinggian > 30 m dpl (idealnya antara 300 s/d 900 m dpl).
b. Kemiringan tanah 15-25%
c. Curah hujan minimal 2.000 mm/tahun.
d. Suhu udara 20-30 derajat Celcius.
e. Tanah yang baik adalah, tanah yang gembur seperti lempung berliat
atau lempung berpasir.
Jika diperlukan untuk menjaga kadar air tanah, setiap perkebunan pisang
abaca yang luas harus disiapkan pengairan untuk penyaluran dan distribusi
air.
Dari lahan yang sudah tersedia, harus dipersiapkan titik-titik tanam
dengan jarak titik tanam sekitar 5 (lima) meter. Pada setiap titik tanam,
dibuat lubang berukuran minimal (30x30x30 cm) dan dibiarkan kira-kira
selama 3 tiga minggu untuk penguapan udara tanah.
Areal lahan yang akan ditanami, harus dibersihkan dari rumput, alang-
alang atau semak belukar. Pembersihan dapat dilakukan dengan cara
pembakaran, dan kemudian abunya dapat digunakan sebagai pestisida alami
bagi tanaman pisang.
2. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN
a. Tanah bekas pembuatan lubang dicampur dengan pupuk kandang
(sebanyak 250 gram) dan digunakan untuk menutupi lubang titik tanam
setelah bibit ditanam. Tanah di sekitar bibit agar dipertahankan dalam
kondisi gembur.
b. Setelah tumbuh mata tunas baru (kira-kira tiga bulan setelah tanam)
dilakukan penggemburan sekaligus penyiangan areal sekitar mata tunas
agar didapatkan tunas yang sempurna dan tumbuh dengan baik.
30
c. Setelah tunas tumbuh perlu diperhatikan kemungkinan kerapatan pisang
setelah dewasa. Apabila keadaan terlalu rapat sebaiknya tunas
dipindahkan pada areal sekitar umbi pisang awal.
d. Secara periodik dilakukan pembuangan daun-daun yang mengering.
e. Pemupukan dilakukan pada awal penanaman bibit yaitu dengan
menggunakan pupuk kandang, selanjutnya dilakukan setiap tahun sekali
pada awal musim hujan, diberikan dalam alur di antara barisan tanaman.
f. Pada bulan ke-12 (umur 1 tahun) pohon akan berkembangbiak sebanyak
10-15 pohon setiap panen.
g. Pembatasan, pemeliharaan dan pemindahan tunas baru perlu dilakukan
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
3. PEREMAJAAN
Peremajaan dapat dilakukan, saat tanaman berumur 15-20 tahun,
tergantung dari kondisi tanaman. Seluruh tanaman harus dibongkar, jangan
sampai ada sisa bonggol atau anakan yang tertinggal, selanjutnya diganti
dengan tanaman baru.
4. PEMANENAN
Penebangan tanaman pisang abaca dilakukan setelah berusia 8 bulan
dengan kondisi fisik ideal yaitu diameter 30 cm dengan tinggi 4 meter.
Pemanenan yang baik dilakukan secara manual dengan menggunakan
parang. Hal ini di samping memudahkan untuk seleksi pohon yang harus
ditebang juga mengurangi pengrusakan terhadap batang pisang abaca di
sekitarnya. Cara panen adalah dengan memotong pangkal batang pisang di
atas bonggol, pemotongan jangan mendatar agar tidak terjadi akumulasi air
hujan yang menyebabkan tanaman busuk.
5. PENYERATAN
a. Batang yang telah ditebang, dipotong-potong sepanjang 100 cm atau
disesuaikan dengan permintaan atau ukuran mesin penyerat
(dekortikator), kemudian diameternya dibelah menjadi 2 bagian.
Mesin decorticator memiliki prinsip yang sama dengan mesin
penyesetan sesal. Mesin terdiri dari dua buah drum dengan pisau
penyeset stainless steel yang menggunakan tenaga motor kurang lebih
31
100 PK. Kemampuan kerja 1 (satu) buah mesin decorticator kurang 3,5
ton serat per hari.
b. Potongan batang kemudian dikupas menjadi lembaran-lembaran pelepah
yang diambil sebagai serat sekitar 5 pelepah dari luar.
c. Pelepah (bagian luar menghadap ke atas) diletakkan di atas papan keras
yang diberi kaki (bangku). Kemudian tangan yang lain. Dengan
demikian serat akan terpisah dari daging pelepah. Kemampuan setiap
orang rata-rata adalah 10-12 kg serat/hari.
d. Lembaran pelepah kemudian disisir sampai menjadi serat yang masih
basah. Serat ini diperas sampai keluar airnya dan siap untuk dijemur.
e. Sebelum dikeringkan, hasil serat basah dibilas sehingga serat yang
dihasilkan akan bersih dan berkualitas baik.
f. Hasil serat dikeringkan dengan jalan menjemur (cara manual) selama
kurang lebih tiga hari atau dapat menggunakan mesin pengering.
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa untuk mengembangkan
serat abaca salah satunya harus didukung dengan pengembangan alat
penyerat abaca yang mampu menyerat dengan kapasitas tinggi dan hasil
seratannya bagus. Proses penyeratan dengan mesin penyerat abaka ini
prinsip kerjanya hampir sama dengan penyeratan secara manual, pada
awalnya pelepah batang dipotong sesuai dengan kebutuhan, kemudian
dimasukkan di antara tabung penjepit untuk menghancurkan jaringan
parenkim dan memeras air. Pelepah batang pisang kemudian masuk ke
dalam sisi antara bilah pisau penyerat pada tabung penyerat dengan plat
penahan, dipisahkan dari parenkimnya, keluar dalam bentuk serat.
Multiserat terbesar yang dihasilkan adalah multiserat dengan serat mutu A,
yaitu beratnya 26.151 g, panjangnya 190 dan 170 cm, 78 % dari keseluruhan
serat yang dihasilkan. Serat yang paling sedikit adalah serat mutu D beratnya
1.332 g, sekitar 4 %, panjangnya 80 cm. Serat mutu E beratnya 6.16 g,
sekitar 18 %, panjangnya kurang dari 80 cm. Berat keseluruhan serat yang
dihasilkan adalah 33.645 g. Rendemen serat yang dihasilkan sebesar 3.3645
%. Kapasitas lapang mesin penyerat ini adalah 75 kg/jam, sedangkan
kapasitas teoritis mesin penyerat ini adalah 168 kg/jam, sehingga efisiensi
32
mesin penyerat abaka ini adalah 45 persen. Dengan jam kerja 8 jam/hari,
satu hari mesin mampu menyerat sebanyak 600 kg bahan baku, dengan
rendemen 3.3645 %, dalam satu hari mesin dapat menghasilkan serat
sebanyak 20.2 kg. Beban kerja terbesar yang dikeluarkan ketika
mengoperasikan mesin penyerat abaka adalah 1.6385 kkal/menit, beban
kerja terendah 1.2889 kkal/menit.
2.3.6 Potensi Tanaman Pisang Abaka
Pisang Abaca sebagai penghasil serat terbaik sudah terkenal jauh
sejak awal abad 20, bahkan pada jaman Hindia Belanda, telah ada
perkebunan Abaca di beberapa daerah antara lain di Minahasa pada tahun
1853, kemudian di Jawa, Sumatera Selatan, dan Lampung pada tahun 1905,
serta di daerah Besuki Jawa Timur pada tahun 1915. Namun, karena
harganya kurang menggembirakan, masyarakat kemudian berhenti
menanamnya. Tapi, belakangan serat Abaca kian menjanjikan di pasar
dunia, dan penanaman Abaca kembali mendapat perhatian para pelaku
bisnis. Membaiknya harga serat Abaca berlangsung seiring dengan
meningkatnya kebutuhan akan serat berkualitas tinggi untuk bahan baku
kertas uang, kertas chaque dan berbagai kertas yang termasuk dalam
sequrity papers lainnya, selain itu memiograph, kantong teh celup, tissue,
dan lain-lain juga untuk tekstil, geotekstil, dan karpet juga membutuhkan
bahan baku serat ini. Peluang pasar serat Abaca di pasar global cenderung
terbuka luas. Permintaan dari Jerman, Belanda, Prancis, Jepang, Spanyol,
Denmark, Amerika, Inggris, dan Kanada terus meningkat. Kondisi ini
menunjukkan adanya peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan areal dan
produksi Abaca sebagai komoditas ekspor non-migas.
2.3.7 Upaya Peningkatan Kualitas Tanaman Pisang Abaka
Setiap usaha pengembangan pasti akan menghadapi berbagai
masalah, baik masalah teknis maupun nonteknis. Beberapa kendala yang
biasanya muncul dalam usaha pengembangan komoditas diantaranya adalah:
keterbatasan varietas unggul dan bahan tanaman (benih atau bibit) yang
berkualitas, sehingga mengakibatkan banyak tanaman yang pertumbuhannya
tidak seragam dan produktivitasnya sangat rendah, hal ini dapat diatasi
33
dengan cara rekayasa genetik dan kultur jaringan agar mendapatkan varietas
unggul.
34
BAB III
HASIL DISKUSI
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN