BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya tujuan akhir pengajaran bahasa ialah agar mahasiswa terampil
dalam berbahasa. Terampil berbahasa berarti terampil menyimak, terampil berbicara,
terampil membaca dan terampil menulis.
Berbicara adalah kebutuhan kita sebagai manusia. Berbicara merupakan salah
satu cara yang efektif bagi kita untuk berkomunikasi. Dengan berbicara kita bisa
menyampaikan maksud dan tujuan serta buah pikiran kita dengan cepat.
Namun alangkah bijaksananya jika kita memperhatikan cara berbicara maupun isi dan
materi yang kita bicarakan. Jangan sampai ungkapan “banyak bicara banyak berdosa”
sampai menjangkiti kita.
Dalam dunia akademik, kegiatan berbicara di depan umum atau berpidato atau
public speaking atau presentasi bukanlah hal baru. Tentunya mahasiswa pernah
melakukan presentasi, diawali dengan presentasi-presentasi di ruang kuliah, seminar-
seminar, sampai suatu saat nanti akan menghadapi ujian sidang skripsi atau laporan
tugas akhir.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Berbicara
1. Pengertian
Guntur Tarigan (1980:15) mengemukakan bahwa keterampilan berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan
penempatan persendian, jika komunikasi berlangsung secara tatap muka ditambah
lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara.
Sejalan dengan pendapat di atas, Djago Tarigan (1990:149) menyatakan
bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.
Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat berat.
Pesan yang diterima oleh pendengar tidaklah dalam wujud asli, tetapi dalam
bentuk lain yakni bunyi bahasa. Pendengar kemudian mencoba mengalihkan
pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu menjadi bentuk semula.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara itu lebih
daripada sekadar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata saja, melainkan suatu
alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.
2. Tujuan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogyanyalah pembicara memahami
makna segala sesuatu yang ingin disampaikan, pembicara harus mengevaluasi
efek komunikasinya terhadap para pendengarnya.
Tujuan umum berbicara menurut Djago Tarigan (1990:149) terdapat lima
golongan berikut ini.
a) Menghibur
b) Menginformasikan
c) Menstimulasi
2
Berbicara untuk menstimulasi pendengar jauh lebih kompleks dari
tujuan berbicara lainnya, sebab berbicara itu harus pintar merayu,
mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya.
d) Menggerakkan
Dalam berbicara untuk menggerakkan diperlukan pembicara yang
berwibawa, panutan atau tokoh idola masyarakat. Melalui kepintarannya
dalam berbicara, kecakapan memanfaatkan situasi, ditambah
penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan
pendengarnya.
B. Berbicara untuk Keperluan Akademik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Akademik adalah bersifat
akademi. Kata akademik berasal dari bahasa Yunani yakni academos yang berarti
sebuah taman umum (plasa) di sebelah barat laut kota Athena. Nama Academos
adalah nama seorang pahlawan yang terbunuh pada saat perang legendaris Troya.
Pada plasa inilah filosof Socrates berpidato dan membuka arena perdebatan
tentang berbagai hal. Tempat ini juga menjadi tempat Plato melakukan dialog dan
mengajarkan pikiran-pikiran filosofisnya kepada orang-orang yang datang.
Sesudah itu, kata acadomos berubah menjadi akademik, yaitu semacam tempat
perguruan. Para pengikut perguruan tersebut disebut academist, sedangkan
perguruan semacam itu disebut academia.Berdasarkan hal ini, inti dari pengertian
akademik adalah keadaan orang-orang bisa menyampaikan dan menerima
gagasan, pemikiran, ilmu pengetahuan, dan sekaligus dapat mengujinya secara
jujur, terbuka, dan leluasa.
Kegiatan akademik meliputi tugas-tugas yang dinyatakan dalam program
perkuliahan, praktikum, penulisan skripsi, tesis, dan disertasi.
Bicara tertulis bahasa akademik biasanya cukup kompleks, kalimatnya
cenderung panjang. Bahasan akademik bersifat logis, empiris berdasar fakta atau
data, dan sistematis, tentu saja. Di sini pembicara akan menyampaikan latar
belakang dan tujuan penelitiannya, metode penelitian kemudian hasil serta
kesimpulannya. Selanjutnya, para penguji akan mempertanyakan segala hal yang
terkait penelitian sekaligus teori-teori yang menyertainya. Semua dilakukan
dengan logis, empiris, dan sistematis.
3
C. Berbicara untuk Keperluan Seminar
Seminar adalah suatu pertemuan sekelompok parah ahli yang membahas suatu
topik dengan menampilkan beberapa makalah di bawah pimpinan seorang moderator.
Penyajian makalah tersebut diiringi dengan tanya jawab, pembahasan dan dicarikan
perumusannya.1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, seminar ialah pertemuan atau
persidangan untuk membahas suatu masalah di bawah ketua sidang (guru besar, para
ahli, dan sebagainya).
Seminar adalah suatu pertemuan yang bersifat ilmiah untuk membahas suatu
masalah tertentu dengan prasaran dan tanggapan melalui suatu diskusi untuk
mendapatkan suatu keputusan bersama mengenai suatu masalah tersebut.2
Seminar merupakan salah satu bentuk diskusi ilmiah yang membahas suatu
masalah. Masalah dalam seminar mempunyai ruang lingkup yang terbatas dan
tertentu. Pembahasan maslah tersebut biasanya disampaikan oleh beberapa ahli.
Sementara itu, perserta berperan untuk menyampaikan pertanyaan, ulasan, dan
pembahasan sehingga menghasilkan pemahaman tentang suatu masalah. Seminar
pada dasarnya sama dengan diskusi, tetapi seminar lebih bersifat formal dan
menghadirkan seorang pembicara serta mendiskusikan masalah yang lebih umum.3
Suatu seminar setidaknya bertujuan untuk memecahkan suatu masalah
tertentu. Di samping itu, seminar bertujuan untuk mengadakan intensifikasi, integrasi,
aplikasi pengetahuan, pengertian, dan keterampilan para anggota kelompok dalam
satu latihan yang intensif dengan mendapat bimbingan yang intensif pula.4
Seorang pembicara dalam seminar harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Pembicara merumuskan pendapatnya berdasarkan pokok masalah atau topik yang
diajukan penyelenggara.
2. Pembicara menentukan tujuan pembicaraan dengan berdasarkan pendapat yang
telah ditentukan apakah meyakinkan, memengaruhi, mengimbau, membuktikan,
mendeskripsikan atau memperluas wawasan. Penentuan tujuan ini tidak terlepas
dari karakteristik pendengar yang akan dihadapi pembicara.
3. Pembicara hendaknya mengumpulkan data, fakta, referensi ataupun pandangan
para ahli untuk mendukung makalah yang dibuatnya.1 Nanih Machandrawaty, dkk., Teknik Debat dalam Islam, (Yogyakarta: CV Pustaka, 2003), h. 219.2 Maidar Arsjad, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 1998), h. 69.3 Siti Sahara, dkk., Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK, 2009), h. 26.4 Siti Sahara, dkk., Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK, 2009), h. 32.
4
4. Pembicara mengklasifikasikan bahan yang telah dikumpulkan.
5. Pembicara menyusun rancangan makalah berdasarkan klasifikasi data, fakta,
referensi, dan tujuan yang akan dicapai dalam pembicaraan.
6. Pembicara menguraikan rancangan tersebut menjadi karya tulis yang sistematis
dan terperinci.
D. Berbicara untuk Keperluan Presentasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, presentasi adalah pemberian
(tentang hadiah), penyajian (tentang pidato), perkenalan (tentang seorang kepada
seorang), penyajian/ pertunjukan (tentang sandiwara, permainan).
Bicara untuk presentasi
Suatu keberhasilan dalam bidang apapun dapat diraih karena adanya persiapan
yang baik. Begitu pula dengan presentasi. Presentasi yang baik hanya akan dapat
dicapai jika persiapan melakukan presentasi tersebut dipersiapkan dengan sebaik-
baiknya.
1. Persiapan dan Penguasaan Materi
Penguasaan terhadap materi yang akan dipresentasikan sangat penting agar
Anda percaya diri dan mantap menyampaikan pesan kepada audiens.
a. Penguasaan Pokok-pokok Pikiran
Mempersiapkan pokok-pokok pikiran yang ingin disampaikan dalam
presentasi. Poin-poin penting ditulis dalam wujud kerangka karangan.
b. Penjabaran Pokok-pokok Pikiran
Mengembangkan pokok-pokok pikiran tersebut menjadi lebih
terperinci dan diwujudkan dalam bentuk naskah lengkap dan tinggal
menyampaikan dalam presentasi.
c. Siapkan Bahan Humor.
Humor merupakan salah satu alat komunikasi yang efektif. Agar
suasana tidak kaku, berikan selingan berupa humor segar dan positif di
sela-sela presentasi.
2. Alat Bantu Presentasi
5
Alat bantu presentasi dihadirkan dengan tujuan agar pesan-pesan yang ingin
dikomunikasikan kepada audiens atau pembaca lebih jelas. Pemikiran alat bantu
presentasi bergantung pada suasana lokasi/ tempat seorang pembicara akan
melakukan presentasi. Ketidaktepatan pemilihan alat bantu tidak hanya
menganggu jalannya presentasi, tetapi juga akan mempengaruhi penilaian yang
kurang baik bagi pembicara. Cukup bervariasi alat bantu presentasi sejalan
dengan perkembangan teknologi multimedia seperti blackboard, whiteboard,
flipchart,Transparancy Overhead Projektor (OHP), slide dan Liquid Chrystal
Display (LCD). Sebelum menggunakan alat bantu presentasi tersebut, seorang
pembicara harus memilik kemampuan mengoperasikan alat bantu. Hal ini harus
diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan teknik.
3. Analisis Bahasa Tubuh
Gerakan yang dilakukan oleh pembicara dan bahasa tubuh (body language)
penting karena akan berpengaruh pada keberhasilan penyampaian pesan yang
ingin dikomunikasikan.
a. Kontak mata
b. Senyuman
c. Ekspresi wajah
d. Gerakan anggota tubuh
e. Percaya diri
f. Cara menanggapi pertanyaan.
BAB III
6
PENUTUP
Berbicara tidak hanya merupakan sekadar mengucapkan bunyi-bunyi atau
kata-kata saja, melainkan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang
disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau
penyimak.
Dalam dunia akademik kegiatan berbicara mencangkup presentasi dan
seminar. Cara berbicara untuk keperluan akademik, baik seminar maupun presentasi
ialah:
1. Persiapan dan penguasaan materi.
2. Alat bantu presentasi.
3. Analisis bahasa tubuh.
4. Percaya diri.
5. Sikap menanggapi pertanyaan.
DAFTAR PUSTAKA
7
Arsjad, Maidar. 1998. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Kuntarto, Niknik M. 2010. Cermat dalam Berbahasa, Teliti dalam Berpikir.Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Machandrawaty, Nanih dkk. 2003. Teknik Debat dalam Islam. Bandung: CV Pustaka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Sahara, Siti dkk. 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN
Tarigan, Djago. 1990. Materi Pokok Pendidikan bahasa Indonesia 1. Buku 1 : Modul 1-6.
Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1980. Teknik Pengajaran Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
8