Kata pengantar
Puji syukurkita panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa karena berkatnya
kami sekelompok dapat menyelesaikan tugas ini dan tak lupa pula kita panjatkan
shalawat dan salam junjungan nabi kita nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
Penulis yakin Makalah ini masih jauh dari nilai kesempurnaan, oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis demi menjadikan
makalah ini bisa lebih baik lagi.
Semoga makalah "Tulis judul makalahnya" memberikan informasi yang
berguna bagi masyarakat serta bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya
setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya,
bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa
Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja. Dari sudut pandang linguistik, bahasa
Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang
dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia
mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan
administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20.
Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda,
28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama
bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa
Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun
Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang
hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun
penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun dipahami dan
dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah
bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia
2
menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa
ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari
(kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau
bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di
perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat
resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa
Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
B. Rumusan masalah
1. Perkembangan bahasa indonesia
2. Fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia
3. Ragam bahasa Indonesia
C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan sejarah perkembangan bahasa Indonesia
2. Dapat menjelaskan ragam bahasa indonesia
3. Dapat mejelaskan kedudukan bahasa Indonesia
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
Kita semua tahu bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
Setelah peristiwa Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, nama Indonesia resmi
digunakan. Pengubahan nama tersebut dilakukan karena bahasa Melayu (BM),
dengan label Melayu tersebut menonjolkan salah satu etnis, sedangkan pada saat
perjuangan untuk mencapai kemerdekaan segala usaha diadakan untuk mencapai
suatu persatuan. Pada waktu itu persatuan bangsa perlu digalang karena hanya
dengan persatuan bangsa kita mempunyai kekuatan untuk mengusir penjajah
Belanda (Badudu, 1995:28).
Pengangkatan BM menjadi bahasa Indonesia bukannya tanpa tantangan. Pada
waktu itu terjadi pertarungan dua politik bahasa. Ketika para nasionalis berhasil
menjadikan BM menjadi bahasa persatuan untuk bangsa kita, kaum penjajah
beserta para pendukungnya di kalangan bumi putera terus-menerus melontarkan
gagasan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang tidak mempunyai otoritas.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang “kacau” (Pabottinggi, 1996:214).
Menanggapi tuduhan tersebut Sutan Takdir Alisjahbana menulis bahwa jika
benar bahasa Indonesia kacau, hal itu adalah “kekacauan yang nikmat.”
Pernyataan tersebut mengacu pada kenyataan bahwa yang bekerja dalam
perkembangan bahasa Indonesia yang tampaknya liar tidak lain adalah suatu
kekuatan kreatif, suatu proses transformasi, yaitu kekacauan dalam proses
4
menjadi. Tanggapan Takdir tersebut mewakili rasa percaya diri yang kuat di
kalangan para pemuda pelopor kebangkitan nasional kita pada masa itu.
Menurut Pabottinggi (1996), setidak-tidaknya ada enam alasan yang
memungkinkan kuatnya rasa percaya diri para pemuda dan yang kemudian
menopang bahasa Indonesia. Pertama, adanya kenyataan yang tidak bisa dibantah
bahwa BM adalah lingua franca yang hidup dan telah ratusan tahun
menjembatani pergaulan dan perdagangan antarasuku bukan hanya di Nusantara,
tetapi juga di kawasan Asia Tenggara Maritim. Hal ini terbukti dengan adanya
beberapa prasasti berikut.
- Prasasti Kedukan Bukit di Palembang (683)
- Prasasti Talang Tuo di Palembang (684)
- Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat (686)
- Prasasti Gandasuli di Bogor (832)
Kedua, penobatan BM menjadi bahasa Indonesia ditopang oleh semangat
yang kuat. Bahkan dapat dikatakan terdapat hubungan simbiosis antara bahasa
Indonesia dengan paham kebangsaan kita. Kesamaan lingua franca antarasuku,
yang kemudian menjadi kesamaan bahasa intrabangsa ikut membidani lahirnya
nasionalisme kita, dan sebaliknya, nasionalisme kita memperkuat posisi lingua
franca.
Ketiga, ekslusivisme kebudayaan Belanda seperti tecermin dalam politik
bahasa mereka membuat mayoritas bangsa Indonesia terpaksa harus
bereksperimen dengan bahasa dan/atau kebudayaan sendiri.
5
Keempat, dari kalangan cerdik pandai kita terdapat tokoh-tokoh serta
pejuang-pejuang yang sepenuh hati mengerahkan tenaga dan perhatian dalam
rangka pembinaan bahasa nasional kita.
Kelima, sifat BM lingua franca itu sendiri sangat istimewa dalam hal watak
demokratis dan kelenturan berlaku dalam berbagai kalangan. BM mempunyai
kemampuan menembus berbagai kalangan serta lapisan masyarakat tanpa
merusak watak dasarnya sendiri.
Keenam, kenyataan bahwa dengan memakai bahasa yang berakar dari bumi
dan kultur sendiri, kita tidak perlu terjebak dalam bahasa Belanda beserta
segenap sistem nilai dan pandangan dunia para pendukung utamanya. Kita tidak
perlu mengalami Uubervremdung, yaitu alienasi dari kosmologi kita sendiri
akibat keterpenjaraan pada kosmologi bahasa dan bangsa Belanda. Keadaan
seperti ini banyak dialami oleh kaum cendikiawan India dan Afrika yang alam
pikirannya sudah terpenjara dalam bahasa Inggris dan Perancis.
Apa yang dikemukakan oleh Pabottinggi dengan menyitir pendapat Takdir di
atas, sejalan dengan pikiran Slametmuljana tentang beberapa faktor yang menjadi
alasan pemilihan BM menjadi bahasa Indonesia. Faktor-faktor tersebut adalah
faktor historis, kemudahan bahasa, psikologis, dan faktor kesanggupan bahasa
(Slametmuljana dalam Wiyanto, 1987:12-13).
Faktor historis berkaitan dengan adanya realitas historis BM sebagai lingua
franca. Faktor kemudahan yang berkaitan dengan BM mencakup (1) kemudahan
dalam melafalkan fonem-fonem bahasa, (2) BM berstruktur sederhana, dan (3)
6
BM tidak tidak mengenal perbedaan bentuk yang disebabkan oleh perbedaan
strata sosial pemakai (tingkat tutur kultural), seperti undha usuk dalam budaya
Jawa. Faktor psikologis berkaitan dengan adanya keinginan untuk segera
menciptakan persatuan di antara berbagai etnis sehingga perjuangan untuk
mencapai cita-cita dapat segera dilanjutkan (Badudu, 1995:28). Sedangkan
faktor kesanggupan berhubungan dengan kesanggupan bahasa tersebut menjadi
sarana untuk mewadahi dan mengungkapkan kebudayaan nasional (Wiyanto,
1987:13).
Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa bahasa Indonesia pada awal
pertumbuhannya merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Bahasa
Indonesia dapat menjadi wahana pemersatu etnis di Nusantara dalam rangka
menggalang kekuatan untuk mengusir penjajah.
Bahasa mempunyai hubungan yang sangat erat dengan nasionalisme. Bahasa
bersama-sama dengan kebudayaan, agama, dan sejarah dianggap sebagai unsur
nasionalisme (Fishman dalam Siregar, 1995:4). Dalam nasionalisme, bahasa
berperan sebagai pengenal diri, pembeda, dan pemersatu. Konsep ini merujuk
kepada perasaan dari masyarakat suatu bangsa bahwa mereka bersatu dan merasa
sama dengan yang lainnya karena berbahasa sama, serta berbeda dengan lainnya
karena berbahasa yang berbeda. Nasionalisme berkembang dari nasionalitas,
yaitu kesadaran sekelompok masyarakat yang menganggap dirinya sebagai suatu
unit sosiokultural yang berbeda dengan kelompok lain yang berkembang
melampaui konsep lokal dan ikatan kesatuan daerah. Pendapat ini sejalan
7
dengan pandangan Bell (1995:259) yang menyatakan bahwa nasionalisme
merupakan keinginan sebuah bangsa “baru” untuk mencari identitas sendiri
dalam mengatasi loyalitas lokal, kesukuan, agama, atau loyalitas lain yang
berbenturan dengan loyalitas terhadap negara.
Berkaitan dengan proses sosiokultural bahasa terdapat dua proses yang
berbeda tetapi saling terkait satu dengan yang lain, yaitu proses nasionalisme
bahasa dan proses nasionisme bahasa. Proses nasionalisme bahasa merupakan
proses pertumbuhan kesadaran akan kebangsaan, yang salah satu perwujudannya
tergambar melalui pengidentifikasian kebangsaan tersebut dengan bahasa.
Sedangkan proses nasionisme bahasa adalah proses pemilihan dan pembakuan
bahasa sebagai alat administrasi pemerintahan negara (Siregar, 1995:5).
Perubahan BM menjadi bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai bahasa
nasional berdasarkan kesepakatan hasil Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 tidak
dapat dilepaskan dari aspek historis pertumbuhan nasionalisme Indonesia. Seperti
telah dikemukakan oleh Pabottinggi di atas, antara bahasa Indonesia dengan
nasionalisme Indonesia mempunyai hubungan simbiosis yang saling
menguntungkan. Penggunaan bahasa Indonesia mendorong lahirnya
nasionalisme Indonesia, dan kelahiran nasionalisme Indonesia semakin
memperkuat kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Menurut Siregar (1995:7), bahasa Indonesia dalam nasionalisme Indonesia
berperan sebagai pembeda kelompok, sebagai pemersatu, dan sebagai ikatan
emosional dengan sejarah. Peran bahasa Indonesia tersebut dapat kita simak
8
dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia. Misalnya Budi Utomo yang
didirikan oleh bangsawan Jawa, tidak menggunakan bahasa Jawa untuk alat
komunikasi antaranggota. Mereka memilih menggunakan bahasa Indonesia
untuk menghilangkan hambatan kultural antaranggotanya. Demikian juga Ki
Hadjar Dewantoro dengan Pendidikan Taman Siswanya. Fakta-fakta sejarah
tersebut membuktikan bagaimana keterkaitan bahasa Indonesia dengan
nasionalisme Indonesia.
2 .KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
Pembahasan tentang kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan bahasa daerah dan bahasa asing. Bahasa Indonesia
mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Menurut
Amran Halim (1984:23), sebagai bahasa nasional bahasa Indonesia berfungsi
sebagai : lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat yang
memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial
budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia,
dan alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya. Sedangkan dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi bahasa resmi
kenegaraan, bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, alat perhubungan ada
tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
nasional serta kepentingan pemerintahan, dan alat pengembangan kebudayaan,
ilmu pengetahuan, dan teknologi (Halim, 1984: 24).
9
Selanjutnya berkaitan dengan kedudukan dan fungsi bahasa daerah dan
bahasa asing, Wiyanto (1987: 10-11) mengemukakan bahwa bahasa daerah
mempunyai fungsi lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah, dan
alat perhubungan dalam keluarga dan masyarakat daerah. Dalam hubungannya
dengan bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai pendukung bahasa
nasional, bahasa pengantar di Sekolah Dasar, di daerah tertentu pada tingkat
permulaan untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran
lain, dan alat pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah. Sedangkan
bahasa asing berfungsi sebagai alat perhubungan antarbangsa alat pembantu
pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa modern, dan alat pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan nasional.
10
3. RAGAM BAHASA INDONESIA
Ragam bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah variasi
penggunaan bahasa oleh para penutur bahasa itu. Dengan
konsep itu, keberadaan bahasa Indonesia resmi (Baku) dalam
penggunaan bahasa Indonesia oleh para penuturnya merupakan
salah satu bentuk variasi bahasa dari variasi bahasa Indonesia
lainya. Hal penting yang perlu dipahami adalah bahwa bahasa
Indonesia resmi digunakan pada tempat atau suasana yang
resmi atau hal lain yang menjadi alasan digunakan bahasa
resmi tersebut.
Ragam bahasa Indonesia dibedakan Alwi (1998:3–6)
berdasarkan penutur bahasa dan berdasarkan jenis pemakaian
bahasa. Ragam bahasa Indonesia bedasarkan penutur diperinci
menurut tinjauan daerah, pendidikan dan sikap penutur.
Ragam bahasa Indonesia. berdasarkan jenis pemakaian bahasa
diperinci menurut tinjauan bidang/pokok persoalan, sarananya,
dan gangguan percampuran. Ragam-ragam bahasa Indonesia
dapat dijelaskan berikut ini.
1. Berdasarkan Daerah Asal Penutur
Ditinjau berdasarkan daerah asal penutur, bahasa Indonesia
yang digunakan oleh orang Indonesia memiliki variasi atau
11
ragam. Ragam-ragam bahasa Indonesia dari sudut daerah
penutur ini sering disebut dengan logat. Dengan demikian akan
terdapat beberapa ragam bahasa Indonesia yakni bahasa
Indonesia logat Batak, bahasa Indonesia logat Minangkabau,
bahasa Indonesia logat Jawa, bahasa Indonesia logat Aceh,
bahasa Indonesia logat Sunda, bahasa Indonesia logat Bali,
bahasa Indonesia logat Menado, bahasa Indonesia logat Melayu
dan sebagainya.
2. Berdasarkan Pendidikan Penutur
Berdasarkan sudut pandang pendidikan para penuturnya,
bahasa Indonesia dibedakan atas beberapa ragam atau variasi.
Dari sudut itu, kelihatan bahasa Indonesia memiliki variasi
penggunaannya. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang
yang berpendidikan berbeda dengan bahasa Indonesia yang
digunakan oleh orang yang tidak berpendidikan. Oleh karena
itu, dapat dibedakan adanya bahasa Indonesia ragam orang
berpendidikan dan bahasa Indonesia ragam orang tidak
berpendidikan.
3. Berdasarkan Sikap Penutur
12
Ragam bahasa Indonesia berdasarkan sikap penutur dapat
dibedakan atas beberapa macam. Ragam bahasa menurut
sikap penutur penggunaan bahasa Indonesia itu dapat pula
disebut dengan langgam atau gaya. Oleh karena itu, bahasa
Indonesia yang digunakan para penutur berdasarkan sikapnya
dapat dibedakan atas beberapa macam yakni bahasa Indonesia
dengan resmi; bahasa Indonesia ragam akrab, bahasa Indonesia
ragam santai, dan sebagainya.
4. Berdasarkan Pokok Persoalan
Bahasa indonesia ditinjau berdasarkan pokok persoalan yang
dibicarakan dapat pula dibedakan atas ragam-ragam bahasa
Indonesia itu. Setiap pokok persoalan atau bidang yang
dibicarakan telah memperlihatkan variasi bahasa Indonesia
sesuai dengan bidang itu. Bahasa Indonesia yang digunakan
dalam bidang Militer telah diperlihatkan kekhasannya atau
variasi dengan bahasa Indonesia yang dapat digunakan dalam
bidang Kedokteran, sebagai misal. Pengungkapan adanya
13
operasi dalam bidang Kedokteran akan berbeda dengan
mengungkapan adanya operasi dalam bidang Militer. Jadi,
ragam bahasa menurut pokok persoalan dibedakan adanya
ragam bahasa bidang agama, politik, militer, teknik, kedokteran,
seni, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keberadaan bahasa Indonesia resmi (Baku) dalam
penggunaan bahasa Indonesia oleh para penuturnya merupakan
14
salah satu bentuk variasi bahasa dari variasi bahasa Indonesia
lainya. Hal penting yang perlu dipahami adalah bahwa bahasa
Indonesia resmi digunakan pada tempat atau suasana yang
resmi atau hal lain yang menjadi alasan digunakan bahasa
resmi tersebut. Ragam bahasa Indonesia bedasarkan penutur
diperinci menurut tinjauan (1) daerah, (2) pendidikan dan (3)
sikap penutur. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan jenis
pemakaian bahasa diperinci menurut tinjauan (1) bidang/pokok
persoalan, (2) sarananya, dan (3) gangguan percampuran.
Kedudukan bahasa indonesia pada dasarnya dapat dibedakan
atas dua yang bertolak dari sejarah pertumbuhannya (1)
kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, (2)
kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
B. SARAN
a. Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan
kepada kami
b. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya.
DAFTAR PUSTAKA
15
-http://pengembanganbahasa4.wordpress.com/tag/ragam-bahasa-
indonesia/
-http://pengembanganbahasa4.wordpress.com/tag/kedudukan-
bahasa-indonesia/
-http://bahasa7indonesia.blogspot.com/2012/12/ragam-kedudukan-dan-fungsi-
bahasa.html
16