BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah merupakan salah satu wujud
usaha masyarakat Indonesia untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia. PAUD
dalam konteks upaya merekonstruksi suatu peradaban merupakan salah satu
kebutuhan (jasa) asasi yang dibutuhkan oleh setiap manusia dan kewajiban yang
harus diemban oleh Negara agar dapat membentuk masyarakat yang memiliki
pemahaman dan kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi kehidupan selaras
dengan fitrahnya serta mampu mengembangkan kehidupannya menjadi lebih baik
dari setiap masa ke masa berikutnya. Fitrah kehidupan manusia adalah menjalani
kehidupan ini sesuai dengan aturan-aturan kehidupan yang telah ditetapkan oleh
penciptanya, yaitu Allah swt.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan
makalah ini adalah “Dimensi Pembelajaran Anak Usia Dini ”.Untuk memberikan
kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini
masalahnya dibatasi pada :
1. Kurikulum Pendidikan yang tepat bagi PAUD.
2. Aspek Kurikulum PAUD.
C. Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Seminar PAUD.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Kurikulum Yang Tepat Bagi PAUD
2. Untuk Mengetahui Asas-Asas Kurikulum PAUD
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kurikulum Yang Tepat Bagi PAUD
Setiap prasekolah ternyata memiliki kurikulum yang berbeda. Ada yang
menggunakan metode Montessori, ada pula yang dengan pendekatan multiple
intelligences.
Banyak cara untuk membentuk dan mengembangkan karakter seorang anak.
Karena itulah, setiap prasekolah punya cara sendiri yang tentu saja dianggapnya
terbaik dalam mendidik anak. TK misalnya, prasekolah ini pada umumnya meyakini
bahwa untuk memberikan yang terbaik bagi perkembangan anak, sekolah ini
menerapkan prinsip pendidikan anak usia dini (PAUD) yang dianjurkan The National
Association for the Education of Young Children.
Prinsip-prinsip ini sekaligus menjadi kelebihan TK, yakni kurikulum sesuai
tahap perkembangan anak yang didasarkan pada pendekatan multiple
intelligences.Pendekatan tersebut mencakup aspek sosial, emosi, fisik, dan
intelektual. TK didukung pula dengan fasilitas permainan yang edukatif.
Dari segi pengajar, TK memiliki guru yang melakukan interaksi dengan
anak secara individual dan melaporkan perkembangan anak kepada orangtua. Pihak
sekolah pun melakukan kerja sama dengan orangtua untuk menuju perkembangan
anak yang lebih optimal.
“Kami meyakini untuk dapat menyerap bahasa asing, anak-anak harus
dimantapkan dulu bahasa ibunya,”
Tidak hanya itu, PAUD ini mencoba untuk menumbuhkan rasa kecintaan
terhadap Tanah Air. Misalnya dengan cara mengajarkan lagu daerah kepada para
siswa. Siswa juga diajak untuk memahami lagu tersebut secara sederhana.
Pada hari lainnya, siswa diajak belajar untuk memainkan alat musik
tradisional. Orangtua siswa bahkan juga diperbolehkan untuk memainkan alat musik
tersebut dengan bantuan guru demi bimbingan kepada anak.
Sebagai seorang pendidik terkadang juga harus melihat perkembangan
sekolah PAUD yang lain misalnya, Modern Montessori International (MMI) Menteng
Preschool mendasarkan kurikulumnya pada metode Montessori. Sekolah ini
mempunyai beberapa kurikulum, di antaranya practical life, sensorial education,
keterampilan komunikasi dan bahasa, serta matematika. Pelatihan practical life
memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan fisik, emosi, dan sosial.
Sensorial education atau segala kegiatan yang bertujuan merangsang lima
indra. Ada pula keterampilan komunikasi dan bahasa, serta studi kebudayaan yang
meliputi botani dan zoologi, geografi, dan sejarah.Adapun mata pelajaran matematika
khusus dirancang untuk menumbuhkan kesukaan anak sejak dini pada angka-angka
dengan cara yang menyenangkan.
Menurut pemilik MMI Menteng Preschool Rozana M Daecyanti, setiap materi
yang diberikan kepada siswa selalu dimulai dengan hal konkret terlebih dahulu, baru
kemudian yang abstrak.
“Umpamanya jika guru ingin memperkenalkan seekor binatang, maka dimulai
dengan menunjukkan bonekanya dulu. Baru mereka diminta untuk menyusun gambar
binatang itu dalam puzzle,” ujar wanita yang disapa Daecy ini.
Sama halnya dengan belajar matematika. Mereka diajarkan menghitung
jumlah balok terlebih dahulu dengan mengikuti panduan guru. Setelah itu, mereka
diperlihatkan angka sesuai jumlah balok itu yang tertera pada sebuah karton. Siswa
diminta meraba angka itu dengan tangan.
Gambar angka tersebut agak menonjol sehingga memudahkan siswa dalam
menangkap angka-angka. Daecy menambahkan, metode Montessori diperkaya
dengan mainan edukasi.Untuk pelajaran berhitung, Montessori memiliki alat
permainan berhitung hingga angka 10.000. Tidak heran jika siswa Menteng Preschool
yang masih berusia 4 tahun sudah mahir menghitung hingga nominal tersebut.
Menteng Preschool menggunakan bahasa pengantar dengan bahasa Inggris
dan Indonesia. Nah, di prasekolah I Smile, bahasa yang digunakan adalah bilingual
antara Inggris dan Mandarin.Untuk kurikulum, prasekolah I Smile ini mengadopsi
preschool di Singapura dan ditambah dengan pendekatan multiple intelligences.
Kurikulum yang diterapkan prasekolah I Smile menyentuh delapan aspek
pembelajaran, yakni bahasa, logika, visual, kesenian, musik, intrapersonal
interpersonal, naturalistic, dan kinaesthetic.
Kebutuhan akan segenap aspek pembelajaran tersebut dipenuhi dengan
kehadiran learning center di area sekolah. Sekolah yang ada di kawasan Permata
Hijau, Jakarta Selatan, ini memiliki sudut-sudut kesenian, olahraga, musik, sains,
kebudayaan, dan matematika. Fasilitas ini ditambah dengan kehadiran perpustakaan
yang mengajarkan anak agar hobi membaca.
B. Aspek Kurikulum PAUD.
1. Perkembangan agama dan moral
Perkembangan agama dan moral merupakan perwujudan dari perkembangan
seorang anak didik yang harus ditanamkan kepada seorang anak didik agar senantiasa
tidak kalang kabut dalam kehidupannya.
Pendidikan anak usia dini, akan berperan membentuk mental umat – dengan
FAST -, satu ranah ruhani yang memiliki kekuatan ;
1. Fathanah (Ilmiah),
2. Amanah (jujur),
3. Amaliyah (transparan),
4. Shiddiq (lurus),
5. Shaleh (Yakin terhadap akhirat),
6. Setia (ukhuwah mendalam),
7. Tabligh (Dialogis),
8. Tauhid (Percaya kepada Allah),
9. Taat (Disiplin),
Generasi baru harus mampu mencipta, menjadi syarat utama keunggulan.
Keutuhan budaya bertumpu kepada individu dan masyarakat yang mampu
mempersatukan seluruh potensi yang ada.
Generasi muda harus dibina menjadi umat dakwah, dengan memiliki budaya
yang kuat berintikan nilai-nilai dinamik yang relevan dengan realiti kemajuan di era
globalisasi, yakni nilai-nilai agama Islam.
Generasi masa depan (era globalisasi) mesti Memiliki ; budaya luhur
(tamaddun), berpaksikan tauhidik, kreatif dan dinamik, memiliki utilitarian ilmu
berasaskan epistemologi Islam yang jelas, tasawwur (world view) yang integratik dan
umatik sifatnya (bermanfaat untuk semua, terbuka dan transparan).
Pendidikan dikembangkan sejak usia dini si anak, dengan menekankan pada
pendidikan akhlak, budi pekerti, dengan tujuan yang jelas ;
1. Menghambat gerakan-gerakan yang merusak Islam.
2. Menimbulkan keinsafan tentang perlunya adil sesuai syara’ Islam.
3. Melahirkan masyarakat penyayang yang tidak aniaya satu sama lain.
4. Menanamkan tata kehidupan saling kasih mengasihi dan beradab sopan.
Akhlak karimah adalah tujuan sesungguhnya dari proses pendidikan, dan
menjadi wadah dalam menerima ilmu lainnya, dan membimbing umat kearah
amal karya, kreasi, inovasi, motivasi yang shaleh (baik).
Akhlak, adalah jiwa pendidikan, Inti ajaran Agama, dan buah keimanan.
2. Perkembangan kognitif
Dunia kognitif masa anak anak prasekolah adalah kreatif, bebas, dan penuh
imajinasi. Di dalam seni mereka, matahari kadang kadang berwarna hijau, dan langit
berwarna kuning. Mobil mengambang di awan, dan manusia seperti kecebong.
Imajinasi anak anak prasekolah terus bekerja, dan daya serap mental mereka tentang
dunia semakin meningkat. Bahasan tentang perkembangan kognitif masa awal anak
anak kali ini berfokus pada tahap pemikiran praoperasional piaget.
Pada tahap masa awal anak, seorang anak telah memasuki perkembangan
kognitif tahap praoperasional. Menurut piaget, tahap ini terjadi pada usia anak
mencapai 2 hingga 7 tahun. Pada tahap inilah konsep yang stabil dibentuk, penalaran
mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta keyakinan
pada hal hal yang magis terbentuk.
3. Perkembangan bahasa
Kata-kata pertama ialah kata-kata lisan pertama yang di ucapkan oleh seorang
anak setelah mampu berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain. Kata-kata
pertama merupakan cara bagi seorang anak untuk menyampaikan pesan atau sesuatu
kepada orang lain dan biasa dianggap sebagai suatu proses perkembangan bahasa
yang dipengaruhi oleh kematangan kognitif dari anak tersebut. Biasanya ditandai
dengan kemampuan anak dalam mengunbgkapkan susunan kata menjadi sebuah
kalimat dalam berbicara baik itu kepada orang tua maupun dengan orang lain.
Kemampuan ini akan semakin berkembang dengan sendirinya tatkalaseorang
ana senantiasa berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain yang dihadapinya.
4. Perkembangan fisik /motorik
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang
mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak.Semakin matangnya perkembangan
system syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi
atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua:
1. Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, mmelompat, naik
turun tangga.
2. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis,
menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan
benda-benda atau alat-alat mainan (Curtis,1998; Hurlock, 1957 dalam Yusuf
2002)
Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang yang
perkembangan motoriknya sangat baik, seperti para atlit, ada juga yang tidak seperti
orang yang memiliki keterbatasan fisik. Gender pun memiliki pengaruh dalam hal ini,
sesuai dengan pendapat Sherman (1973) yang menyatakan bahwa anak perempuan
pada usia middle childhood kelenturan fisiknya 5 %- 10 % lebih baik dari pada anak
laki-laki, tapi kemampuan fisik atletis seperti lari, melompat dan melempar lebih
tinggi pada anak laku-laki dari pada perempuan.
5. Perkembangan sosio emosional
Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya
hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra
sekolah merupakan masa keemasan sekaligus dengan masa kritis dalam tahapan
kehidupan manusia yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya, masa ini
merupakan masa yang tepat untuk meletakan dasar-dasar pengembangan fisik,
bahasa, sosial, emosional, moral dan nilai-nilai agama, kognitif dan seni.
Keterampilan sosial-emosional pada anal usia dini akan menjadi pondasi bagi
anak-anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, peduli kepada
orang lain, dan produktif.
Dalam periode pra sekolah, anak mampu mengembangkan diri dengan
berbagai orang dari berbagai tatanan, yaitu keluarga, sekolah dan teman sebaya.
Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan, sebagai perkembangan tingkah laku
anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan- aturan yang berlaku di dalam
masyarakat dimana anak berada.
Perkembangan sosial diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari
berbagai respon lingkungan terhadap anak, pada usia dua tahun anak- anak mulai
memantapkan identitas dirinya dan selalu ingin menunjukan kemauan dan
kemampuannya dengan berbagai pertanyaan. Tidak jarang pada saat tersebut anak-
anak dinilai sebagai anak keras kepala.
Di usia ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan
karakteristik sebagai berikut:
a. Berkembangnya konsep diri
b. Munculnya egosentris
c. Rasa ingin tahu yang tinggi
d. Imajinasi yang tinggi
e. Belajar menimbang rasa
f. Munculnya kontrol internal
g. Belajar dari lingkungannya
h. Berkembangnya cara berfikir
i. Berkembangnya kemampuan bahasa
j. Munculnya perilaku “buruk”
6. Perkembangan seni
Secara alamiah anak sudah memiliki seni. Dari mereka berumur 0 – 8 tahun.
Anak-anak sudah bisa mengembangkan dan mempunyai imajinasi. Anak berumur 1
tahun sudah mulai mencoret-coret apa saja. Ia mulai mempelajari dan menyerap
segala yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Setiap benda yang dimainkan berfungsi
sesuai dengan imajinasi si anak.
Menurut teori Beal dan Miller (2003 : 1) Seni merupakan lakon, menolong
anak-anak untuk memahami dunia mereka. Tetapi seni melebihi lakon membuat
mereka mengekspresikan pengalaman-pengalaman dan fantasi-fantasi individu
dengan cara-cara konkret dan mendesak. Seni mengundang mereka untuk menyentuh
dan melakukan eksperimen, mengeksplorasi dan mentransformasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berangkat dari beberapa uraian yang telah dipapar dalam bab-bab terdahulu,
dan merujuk pula pada rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka
kesimpulan yang dapat dirumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dimensi pendidikan anak usia dini dapat terlihat dari beberapa sudut pandang
baik dari segi landasan aspek, kurikulum dan lain-lain.
2. Dalam penerapan metode balajar PAUD berbeda dengan yang lainnya. Dalam
pelaksanaan pendidikan anak usia dini justru terfokus pada sistem
perkembangan dari aspek kurikulum yang diberlakukan di PAUD.
B. Saran
kami yakin bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
maka dari itu kami berharap kritik dan saran yang membangun agar kami dapat
menyempurnakan isi makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad,K.A Jamila,2008,”Special Education For Special Children”
Indri-Ima-Indah,Majalah Paras,2007, “ Tak Ada Yang Tak Bernilai”,”Dunia Masih
Belum Milik Kami”,”Selalu Ada Keistimewaan Dibalik Kekhususan Yang
Ada” Wardani ,I.G.A.K; Hernawati,Tati; Astati, “Pengantar Pendidikan Luar
Biasa”, UT
Hibana S. Rahman, 2002, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, PGTKI Press,
Yogyakarta
Hurlock, Elizabeth B edisi 5 (1980), Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Erlangga, Jakarta
Jamaal Abdur Rahman, 2005, Tahapan Mendidik Anak, Teladan Rasulullah,
Penerjemah Bahrun Abubakar Ihsan Zubaidi, Penerbit Irsyad Baitus Salam,
Bandung
Nurlaila, N.Q Mei Tientje, Yul Iskandar, 2004, Pendidikan Anank Dini Usia (PADU)
untuk mengembangkan Multipel Intelegensi, Dharma Graha Press
Rahman, H.S, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, PGTKI Press, Yogyakarta
Reni Akbar, Hawadi, 2001, Psikologi Perkembangan Anak, Mengenal Sifat-Bakat,
dan Kemampuan Anak, Penerbit PT Gramedia Widiasarana Inonesia, Jakarta
Suryadi, 2007, Cara Efektif Memahami Perilaku Anak Usia Dini, Penerbit EDSA
Mahkota Soemiarti Patmonodewo, 2003, Pendidikan Anak Prasekolah,
Kerjasama DEPDIKBUD dan Penerbit Rineka Cipta Jakarta
Syarief, H, 2007, Jangan Sia-siakan Usia Emas (Golden Age), Makalah pada Seminar
PAUD, Bogor 24 Maret 2007
Syarief H, dkk 2006, Studi Kebijakan Pengembangan Anak Usia Dini yang Holistik
dan Terintegrasi,
Staf Ahli Meneg PPN Bidang SDM dan Kemiskinan, Kementrian Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional BAPPENA
Hildayani, Rini. 2005. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Shapiro, Lawrence E. 1997. Mengajarkan Emosional Intelligence. Jakarta :
Eramedia.
KATA PENGANTAR
الرحيم الرحمن الله بسم
العا رب محم�د الحمدلله سيدنا والمرسلين االنبياء أشرف على والسالم والصالة لمين
. اجمعين وصحبه اله وعلى
Puji syukur sedalam-dalamnya, penulis panjatkan ke hadirat Allah swt
karena dengan izin-Nya jualah, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada junjungan Nabiyullah
Muhammad saw, serta segenap keluarga dan pengikut-pengikutnya.
Oleh karena itu, penulis dengan penuh suka-cita menyampaikan rasa terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang dengan ikhlas telah membantu penulis
dalam menyusun makalah ini. Hanya kepada Allah jualah penulis memohon balasan atas
jasa-jasa mereka.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkan, terlebih bagi diri penulis sendiri. Sekaligus tulisan ini menjadi sumbangan
pemikiran bagi pihak terkait. Amin Ya Rabbal Alamin
Watampone, 29 September 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………
BAB II. PEMBAHASAN
A. Kurikulum yang tepat bagi PAUD.......................................................
B. Asas-Asas Kurikulum PAUD...........................................................
BAB III. PENUTUP
A. Simpulan ..............................................................................................
B.Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
DIMENSI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Seminar PAUD Jurusan Tarbiyah Prodi PAI
STAI AL-GAZALI BONE
Oleh
Kelompok VIII
Satirah : 08 31 045
Anggun dwi retno : 08 31 003
Asrianti : 08 31
Hermawati Pabo : 08 31
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI AL-GAZALI BONE)
TAHUN 2011
Top Related