FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK
PERTAMBAHAN NIAI ( PPN) ATAS KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI
(STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA PASAR MINGGU)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekoomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Lukman Triatmoko
NIM: 106082002629
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
l a,/I
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK
PERTAMBAHAN NIAI ( PPN) ATAS KBGIATAN MEMBANGIIN SENDIRI
(STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA PASAR MINGGU)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekoomi dan BisnisUntuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Lukman TriatmokoNIM: 106082002629
Di Bawah Bimbinsan
Pembimbine 1 Pembimbine 2
l5 200501 2 002Yessi Fitri, SE, Ak. M,$i
NIP. 19760924 2006A4 2 002
JTJRUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
l - '
dII
LEMBAR PENGESAIIAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 30 Mei 2011 telah dilalarkan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Lukman Triatmoko
2. NIM :106082002629
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Faktor-faktory:mg mempengaruhi penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri (Studi Kasus Pada KPP
Pratama Pasar Minggu)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses komprehensif, maka dipufuskan bahwa mahasiswa tersebut
diatas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sa{ana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 Mei 2011
\:*--
l. Prof. DR. AbdulHamid" MSNrP. 19570617 198503 I 002
(
2. YessiFini, SE., Ak, M.SiNIP. 1 9760924 2A0604 2 002 Sekretaris
Ketua
w3. ErikaAmelia, SE., M,Si
NIP. 19771109 200912 2 001 PengujiAhli
i-
LEMBAR PENGESAHAII UJIAII SKRIPSI
Hari ini Rabu 23 Oktober 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Lukman Triatmoko
2. NIM :106082002629
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) Atas Kegiatan Membangun
Sendiri
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
J akarta, 23 Oktober 20 I 3
L Prof, Dr. Abdul Hamid. MSNIP. 19570617 198503 1 002
2. Hepi Prayudiawan. SE. AK. MMNIP. 19720516 200901 I 006
3. Dr. Rini. AK" CANrP. 197603rs 200501 2 002
4. Yessi Fitri. SE. Ak. M.SiNIP. 19760924 200604 2 002
5. Fitri Damayanti. SE. M.SiNIP. 19810731 200604 2 003
Tl
Yang bertanda tangan di
Nama
No. Induk Mahasiswa
Fakultas
Jurusan
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
bawah ini,
Lukman Triatmoko
r06082002629
Ekonomi dan Bisnis
Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
l. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertan ggun gj awabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa ijin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata saya memang
ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk
mengenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya ini dengan sesungguhnya.
Ciputat, September 20 13
Yang Menyatakan,
(Lukman Triatmoko)NrM. 106082002629
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Lukman Triatmoko
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Januari 1987
3. Alamat : Jl. Swadaya Rempoa No. 40
Rt 006 Rw 012, Rempoa-Ciputat Timur
Tangerang Selatan-Banten 15412
4. Telepon : 085693316288 / 085777753134
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK Puspa Indah Rempoa Tangerang Selatan Tahun 1992-1993
2. SDN Bintaro 08 Pagi Jakarta Selatan Tahun 1993-1999
3. SMP YPUI Kebayoran Lama Jakarta Selatan 1999-2002
4. SMA Negeri 29 Kebayoran Lama Jakarta Selatan 2002-2005
5. Pondok Pesantren Nurul Aini Cilandak Jakarta Selatan 2005-2006
6. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006-2013
vii
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Ruswan Adi Kusumo
2. Tempat & Tgl.Lahir : Purbalingga, 6 Januari 1955
3. Alamat : Jl. Swadaya Rempoa No. 40
Rt 006 Rw 012, Rempoa-Ciputat Timur
Tangerang Selatan-Banten 15412
4. Pekerjaan : Pensiunan PT. Pos Indonesia
5. Ibu : Riwen Sanwitana
6. Tempat & Tgl Lahir : Banyumas, 12 Februari 1956
7. Alamat : Jl. Swadaya Rempoa No. 40
Rt 006 Rw 012, Rempoa-Ciputat Timur
Tangerang Selatan-Banten 15412
8. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
9. Anak Ke dari : 3 dari 3 bersaudara
viii
FACTORS AFFECTING THE VALUE ADDED
TAX OF BUILDING BY SELF EFFORTS
(Case Study on KPP PRATAMA PASAR MINGGU)
By: Lukman Triatmoko
ABSTRACT
This study examines the factors that affect the acceptance of Value Added
Tax of Building By Self Efforts. The purpose of this study was to determine the
factors that influence the acceptance of Value Added Tax of Building By Self
Efforts . Subjects in this study is KPP Pratama Pasar Minggu.
Data collection was conducted from July 2013 to August 2013. Method of
data collection was done by direct interview with the Tax Office through KPP
Pratama Pasar Minggu Primary Account Representative.
Based on the research result, it can be concluded that public awareness
can affect the acceptance of Value Added Tax of Building By Self Efforts. and the
collection of Value Added Tax of Building by Self Effots the Fiscal has very
important roles, such as, conducting socialization, assisting tax payers in
calculating the amount Value Added Tax of Building by Self Efforts, warning the
tax payers who have not conducted their obligation, conducting cooperation with
other institutions in optimizing the reception of Value Added Tax by Self Efforts.
Keywords: Factors that influence the acceptance of Value Added Tax by Self
Efforts, socialization of Value Added Tax by Self Efforts Event to taxpayers.
ix
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK
PERTAMABAHAN NILAI ATAS KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI
(Studi Kasus pada KPP Pratama Pasar Minggu)
Oleh: Lukman Triatmoko
ABSTRAK
Penelitian ini menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri. Subjek dalam
penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu.
Pengumpulan data dilakukan dari bulan Juli 2013 sampai dengan Agustus
2013. Metode pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara langsung ke
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu melalui bagian Account
Representative.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kesadaran
masyarakat tentang Pajak Pertmabahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri
dapat mempengaruhi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri, dan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri fiskus memiliki peranan yang sangat penting seperti
melakukan sosialisasi, membantu wajib pajak dalam menghitung besarnya Pajak
Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri, memberi teguran pada
wajib pajak yang belum melaksanakan kewajibannya, mengadakan kerjasama
dengan instansi lain dalam mengoptimalkan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
atas Kegiatan Membangun Sendiri.
Kata kunci: Faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas
Kegiatan Membangun Sendiri, sosialisasi tentang Pajak Pertambahan Nilai atas
Kegiatan Membangun Sendiri kepada wajib pajak.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Syukur Alhamdulillahirobbil a’lamiin senantiasa peneliti panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah-NYA berupa agama islam
yang hak ini, dan juga yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan nikmat-NYA
yang sangat banyak, sangat banyaknya nikmat-NYA sampai tidak bisa dihitung,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, dengan judul: “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Penerimaan Pajak Pertmabahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri”
(Studi Kasus Pada KPP Pratama Pasar Minggu). Shalawat serta salam semoga
tetap atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah memberikan
pembelajaran besar tentang kehidupan dan perkembangan Islam.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik
membangun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dalam
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan
terima kasih dan rasa syukur kepada:
1. Allah SWT. Atas hidayah, petunjuk, karunia, kekuatan dan nikmat-NYA
yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Tidak ada ada upaya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan izin-NYA,
Laa Haula Wala Quwwata Illa Billah.
2. Ayahanda tercinta Ruswan Adikusumo dan Ibunda Riwen, yang telah
memberikan kasih saying, nasehat agama, doa, dan juga dukungan moril
maupun materiil yang tak terhingga dan juga tanpa mengenal lelah.
3. Kakak-kakakku tercinta Sri Purwanti Mei Dhani (Antie) dan Dwi Safitri
Yuniati (Fitri), terima kasih atas tamparan, semangat, doa, bantuan,
inspirasi, perhatian dan kasih saying yang telah diberikan.
xi
4. Keluarga besar Ruswan Adikusumo dan Sanwitana yang telah
memberikan dukungan dan perhatiannya.
5. Almarhum H.Sumiarso Mugalih dan H.Janna yang sudah memberikan
dukungan secara penuh untuk penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Prof. DR. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu DR. Rini, AK., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif HIdayatullah Jakarta, dan dosen Pembimbing
Skripsi I yang telah berkenan meluangkan waktunya yang sangat berharga
untuk membaca, memberikan pengarahan, dan membimbing dengan sabar
kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
8. Bapak Hepi Prayudiawan, SE,MM,Ak selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah berkenan memanggil kembali penulis dan memberi semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan sabar,
pembimbing yang memberikan nasehat tentang orang tua sehingga penulis
mendapat semangat baru untuk meraih masa depan yang ada di depan
mata.
10. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama mengikuti perkuliahan.
11. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya
bagian akademik yang telah membantu dalam kegiatan administrasi
penulis.
12. Sahabat-sahabat yang selalu baik hati dan selalu memberi pencerahan
hidup Ustadz H.Andre, ustadz Zainul, H.Andi Faisal Anas, Andi Ola
Faisal, H.Yamin, Yulia Shandrina, H.Firmansyah, Novi, Lia Dhiaz yang
sudah banyak memberikan motivasi untuk maju di masa depan.
13. Sahabat-sahabat pramuka yang selalu menghibur Kak Chandra Fauzon,
Kak Uki, Kak Teguh, Kak Mantri, Kak Wawan, Kak Yana, Kak Uswatun,
xii
Kak Alif dan keluarga besar Gudep 06.009-06.010 Pangeran Jayakarta
yang selalu membuat penulis bersemangat.
14. Kerabat kerja PT. Superindo Bakti Persada khususnya divisi Kontraktor,
Bpk Soeroso, Bpk Aryo Aji Baskoro, Ibu Juwita, Bpk Diko Setyogi, Bpk
Edi Junaedi, Bpk Teguh, Bunda Anis, Mas Dimas, Mardani yang selalu
mensupport dukungan baik moril maupun materiil.
15. Bpk Huda selaku Account Representative KPP Pratama Pasar Minggu
yang sudah meluangkan waktu untuk wawancara.
16. Sahabat-sahabat UIN Akuntansi C dan konsentrasi pajak angkatan 2006,
terima kasih persahabatan yang terjalin selama ini.
17. Rental Mas Budi yang setia membantu mengedit skripsi ini, sehingga
skripsi ini selesai pada waktunya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini belumlah mencapai
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan
masukan membangun bahkan kritik dari berbagai pihak. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan khususnya bidang penelitian di Indonesia. Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Jakarta, September 2013
(Lukman Triatmoko)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ......................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................ viii
ABSTRAK .................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 10
A. Tinjauan Literatur............................................................................ 10
B. Penelitian Sebelumnya .................................................................... 29
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 33
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 33
B. Teknik Penentuan Sampel ............................................................... 33
C. Teknik Pengmpulan Data ................................................................ 34
xiv
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 38
A. Sekitar Gambaran Umum Objek Penelitian .................................... 38
B. Hasil Penelitian ............................................................................... 42
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 49
A. Kesimpulan .................................................................................... 49
B. Implikasi ......................................................................................... 52
C. Keterbatasan ................................................................................... 53
D. Saran ............................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 54
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Tabel Penelitian Sebelumnya ............................................................... 30
2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 32
3.1 Logical Frame Approach ..................................................................... 36
4.1 Hasil Riset KPP Pasar Minggu Tahun 2010 ........................................ 38
4.2 Hasil Riset KPP Pasar Minggu Tahun 2011 ........................................ 41
4.3 Hasil Riset KPP Pasar Minggu Tahun 2012 ........................................ 42
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Negara Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap
masyarakat. Setiap sila dalam Pancasila merupakan pedoman dasar dalam nilai-
nilai luhur bangsa Indonesia. Pancasila merupakan dasar setiap perumusan
undang-undang dan peraturan-peraturan dalam pembangunan nasional. Pancasila
juga merupakan landasan negara dalam menghadapi masalah dan pedoman utama
dalam mengambil keputusan. Selain Pancasila juga diperlukan suatu hukum dasar
tertulis, dan dibuatlah Undang-Undang Dasar 1945, yang didalamnya terdapat
tujuan pembangunan nasional yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan nasional akan sangat dipengaruhi sektor keuangan yang dari tahun
ke tahun menjadi isu utama dalam mewujudkan keadilan sosial. Kondisi keuangan
suatu negara dapat menjadi indikator keberhasilan negara tersebut dalam
melaksanakan pembangunan nasional. Maka dari itu, pemerintah menggali
penerimaan negara demi kelangsungan kesejahteraan umum, khususnya di
bidang perpajakan. Sumber penerimaan dari pajak telah dibuktikan sepanjang
1
2
sejarah sebagai pilar utama pembangunan nasional. Oleh karena itu negara
menempatkan perpajakan sebagai perwujudan salah satu kewajiban kenegaraan
dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai peran serta aktif masyarakat
dalam membiayai pembangunan.
Pengadaan dana merupakan masalah yang penting bagi tercapainya tujuan
pembangunan nasional. Sumber pembiayaan pembangunan berasal dari dalam
negeri dan luar negeri, namun demikian sumber dari dalam negeri lebih
diutamakan dari pada luar negeri, dalam peningkatan dana dalam negeri, pajak
merupakan alternatif yang sangat potensial. Masalah perpajakan bukan hanya
masalah pemerintah saja dan pihak-pihak yang terkait didalamnya akan tetapi
masyarakat juga sangat mempunyai kepentingan yang sama untuk mengetahui
masalah perpajakan di Indonesia.
Penerimaan dari sektor pajak ternyata dapat mengurangi ketergantungan
terhadap finansial eksternal, oleh karena itu negara menetapkan pajak sebagai
penerimaan terbesar di dalam negeri, dan terus meningkatkan pendapatan negara
dari sektor pajak ini. Dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak, sejak akhir
tahun 1983 pemerintah telah menempuh lankah-langkah strategis dengan
melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh. Kemudian sejalan dengan
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993 yang mengamanatkan bahwa
sistem dan prosedur perpajakan untuk meningkatkan pendapatan negara terus
disempurnakan dan disederhanakan dan tetap memperhatikan asas keadilan,
pemerataan, manfaat dan kemampuan masyarakat agar tetap menyesuaikan
3
perkembangan perekonomian, ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi
khususnya menghadapi era globalisasi, maka pada akhir tahun 1994 telah
dilakukan reformasi perpajakan kedua, yaitu dengan mengubah serta
menyempurnakan reformasi perpajakan pertama. Dengan dilakukannya perubahan
sistem perpajakan tersebut yang kemudian diikuti dengan reorganisasi/penertiban
dan penyempurnaan administrasi, peningkatan sumber daya manusia, serta usaha-
usaha ekstensifikasi dan intensifikasi dalam pemungutan pajak, maka penerimaan
negara dari sektor pajak terus meningkat dengan pesat.
Kembali kepada tujuan pembangunan nasional yaitu untuk melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Bangsa Indonesia terdiri dari beberapa lapisan masyarakat yang sangat heterogen.
Ada dari golongan ekonomi menengah keatas dan ada golongan ekonomi kelas
menengah kebawah bahkan banyak dari masyarakat yang masuk kedalam
golongan ekonomi dibawah rata-rata bahkan berada dalam garis kemiskinan.
Kebutuhan masyarakat Indonesia sangatlah banyak, mulai dari kebutuhan
sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan sandang adalah kebutuhan masyarakat,
dimana masyarakat memerlukan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan dirinya
yaitu berupa pakaian layak pakai. Kebutuhan pangan adalah kebutuhan
masyarakat, dimana masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya membutuhkan
asupan gizi dari makanan yang layak untuk bertahan hidup. Makanan yang
4
memenuhi syarat empat sehat lima sempurna. Dan terakhir adalah kebutuhan
papan, kebutuhan papan adalah kebutuhan dimana masyarakat memerlukan
tempat tinggal untuk tempat tinggal keluarga, dan untuk tempat berlindung dari
panas dan hujan.
Fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini adalah sangat sulitnya
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya sebagai masyarakat Indonesia.
Banyak masyarakat yang berpakaian kurang sesuai dengan norma, banyak
masyarakat yang kelaparan, bahkan terkena busung lapar, dan banyak masyarakat
yang tidak mempunyai tempat tinggal.
Dalam hal ini, penulis lebih menekankan kepada kebutuhan masyarakat
yang menyangkut kebutuhan papannya. Fenomena yang terjadi adalah banyak
masyarakat yang dengan kemampuan terbatas yang ingin mempunyai tempat
sendiri. Mereka yang mempunyai rencana membangun tempat tinggal sendiri
harus mengikuti dengan adanya pengenaan Pajak Pertambahan Nilai terhadap
kegiatan membangun tempat tinggal. Mereka berfikir, bahwa untuk melakukan
pembuatan/pembangunan tempat tinggal akan dikenakan pajak. Dan pajak yang
ada dibenak masyarakat adalah menyerahkan uang dalam jumlah besar ke
pemerintah, sedangkan penghasilan masyarakat pada umumnya terbatas, dan
kebutuhan untuk kehidupan sehari-harinya juga sangatlah banyak. Untuk
mengatasi hal tersebut, masyarakat dengan penghasilan yang terbatas tersebut
menggunakan jasa kuli bangunan, atau tukang kayu yang notabenenya bukanlah
Pengusaha Kena Pajak (PKP), mereka melakukan hal tersebut dengan alasan agar
tidak terkena pajak, atau hanya membayar pajak dalam jumlah yang tidak besar
5
atau dengan kata lain menghindari pengenaan pajak terhadap bangunan yang
mereka bangun. Mereka membeli bahan bangunan di matrial atau toko bangunan
sudah terkena PPN, ditambah lagi mereka dikenakan PPN atas kegiatan
membangun sendiri. Upaya yang dilakukan masyarakat dengan menggunakan
tukang bangunan/tukang kayu yang bukan PKP tidak lain adalah untuk penekanan
biaya semaksimal mungkin. Karena yang mereka fikirkan adalah selain
mempunyai tempat tinggal yang layak, mereka juga harus memenuhi kebutuhan
hidup untuk keluarganya.
Berbeda dengan fenomena disisi lain, yang terjadi pada golongan
masyarakat ekonomi menengah keatas, mereka membangun tempat tinggal
dengan menggunakan jasa kontaktor/developer yang sudah ditetapkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena mereka mempunyai dana yang cukup untuk
membiayai pembangunan tempat tinggalnya, dan untuk membayar pajak kepada
pemerintah.
Selain fenomena yang terjadi pada golongan ekonomi menengah keatas
yang menggunakan jasa kontraktor/developer dalam pengerjaan pembangunan
tempat tinggal mereka, ternyata banyak dari golongan ekonomi menengah keatas
yang dengan adanya Pasal 16C UU PPN, mereka lebih suka/tertarik untuk
pengerjaan pembangunan tempat tinggal mereka dengan menggunakan jasa kuli
bangunan/tukang kayu, karena mereka berpendapat bahwa dengan menggunakan
kuli bangunan/tukang kayu yang notabenenya bukan PKP, mereka akan
membayar pajak yang akan lebih kecil daripada mereka menggunakan jasa
kontraktor dan developer.
6
Dilihat dari fenomena yang terjadi, ternyata masyarakat Indonesia pada
umumnya dalam pengadaan pembangunan tempat tinggal, mereka lebih senang
menggunakan jasa kuli bangunan/tukang kayu, mereka umumnya penghindaran
pengenaan pajak yang lebih besar.
Menurut Moses (2012), yaitu pegawai Direktorat Jendral Pajak, bahwa
seiring perkembangan jaman saat ini PPN atas kegiatan membangun sendiri tidak
hanya dituntut sebagai kipper cadangan. Seiring dengan perkembangan ekonomi,
perkembangan kelas menengah di negeri ini, booming sektor property yang
merambah sampai ke daerah-daerah serta target penerimaan pajak yang semakin
tinggi dari tahun ke tahun membuat PPN atas kegiatan membangun sendiri
mendapat perhatian lebih, PPN atas kegiatan membangun sendiri menjadi salah
satu komponen ekstra effort penerimaan pajak. Namun semua tuntutan dan
perubahan maupun penyempurnaan-penyempurnaan peraturan tentang PPN atas
kegiatan membangun sendiri sampai saat ini belum mampu menjadikan PPN atas
kegiatan sendiri sebagai anak kandung dari Undang-undang PPN, PPN atas
kegiatan membangun sendiri tetap sebagai raksasa tidur. Hal ini bisa diliha dari
persentase penerimaan PPN atas kegiatan membangun sendiri terhadap total
penerimaan pajak KPP, peranan PPN atas kegiatan sendiri kebanyakan tidak lebih
dari 1 % total penerimaan. Padahal bila dibandingkan dengan potensi yang ada
sebetulnya PPN atas kegiatan sendiri bukan hanya data pecahan dari sebuah
statistik penerimaan pajak.
7
Menurut Huda (2013), salah satu account representative KPP Pratama
Pasar Minggu, penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun
Sendiri belum maksimal dikarenakan pembangunan yang dilakukan oleh
masyarakat pada umumnya tidak disertai dengan kesadaran masyarakat tentang
peraturan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri. Hal ini
disebabkan juga karena masyarakat tidak mengerti secara penuh tentang peraturan
Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri yang kurang
disosialisasikan. Selain itu, kejelian fiskus yang belum maksimal terhadap
kegiatan pembangunan di wilayah kerja KPP Pratama Pasar Minggu juga menjadi
penyebabnya. Fiskus masih sangat kurang dalam hal pengawasan terhadap
kegiatan membangun sendiri yang dilakukan oleh wajib pajak dilingkungan kerja
KPP Pratama Pasar Minggu.
Dari uraian tersebut diatas, penulis menyadari bahwa pentingnya
pemahaman tentang pemungutan atas Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri, untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul:“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai Atas Kegiatan Membangun Sendiri .”
B. Perumusan Masalah
Penulis merumuskan masalah tentang penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri yang terjadi pada Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Pasar Minggu adalah sebagai berikut:
8
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri di KPP Pratama Pasar Minggu ?
2. Kendala-kendala apakah yang menghambat penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri di KPP Pratama Pasar Minggu ?
3. Upaya apakah yang dilakukan memaksimalkan penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri di KPP Pratama Pasar
Minggu ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
sebagai berikut:
a. Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan guna
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan atas Pajak
Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri.
b. Mengetahui kendala apa saja yang dihadapi Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Pasar Minggu dalam memaksimalkan penerimaan
pajak dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas kegiatan membangun
sendiri.
c. Mengetahui jalan keluar dari minimnya penerimaan PPN atas kegiatan
membangun sendiri di KPP Pratama Pasar Minggu.
9
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan, diantaranya:
a. Bagi perkembangan literatur perpajakan.
b. Bagi DJP dan KPP pada umunya, memberikan masukan berupa tindakan-
tindakan yang harus dilakukan selanjutnya yang berhubungan dengan
peningkatan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan
membangun sendiri.
c. Bagi pihak-pihak yang terkait, sebagai referensi bahwa perlu adanya
kerjasama antar instansi untuk tujuan bersama memajukan negara lewat
pajak.
d. Bagi penulis, merupakan tambahan pengetahuan mengenai segala
aktifitas Kantor Pelayan Pajak (KPP) Pratama khususnya yang berkaitan
dengan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun
Sendiri.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Pemahaman Tentang Perpajakan
a. Definisi Pajak
Pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat
(wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan
tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan
tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan
norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa
kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Adapun berbagai definisi mengenai pajak yang dikemukakan oleh
beberapa pakar perpajakan:
1) Menurut Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan.
10
11
2) Menurut Soemitro, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi
tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak
adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public
saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment.
3) Dan menurut Smeets, Pajak adalah prestasi pemerintah yang terutang
melalui norma-norma umum, yang dapat dipaksakan tanpa kontra prestasi,
yang dapat ditujukan dalam hal yang individual maksudnya adalah
membiayai pengeluaran pemerintah.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak mempunyai unsur-
unsur antara lain:
a) Iuran dari rakyat kepada negara.
b) Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa
uang (bukan barang).
c) Berdasarkan undang-undang.
1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksanaannya.
12
2. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara secara langsung
dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan
adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
3. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
b. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai beberapa fungsi yaitu:
1) Fungsi menerima (Budgeter)
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran
pengeluarannya. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya
memasukkan uang semaksimal mungkin untuk kas negara.
2) Fungsi mengatur (Regulator)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Contoh: Pajak yang tinggi dikenakan kepada barang - barang mewah
untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.
c . Jenis Pajak
Pajak dapat dibedakan dan dikelompokan menurut golongan, sifat dan
lembaga pemungutannya.
1) Menurut Golongan
a) Pajak Langsung yaitu pajak yang dikenakan secara periodik atau
berulang-ulang yang mempunyai kohir dan
pembayarannya tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh: PPh
13
b) Pajak Tidak Langsung yaitu pajak daftar dan jumlahnya dapat
dilimpahkan kepada orang lain yang dikeluarkan secara insidentil
yaitu pada saat dipenuhinya Tabestand (keadaan , perbuatan
dan peristiwa) yang ditentukan dalam Undang-undang Pajak,
tidak punya daftar dan jumlahnya dapat dilimpahkan kepada orang
lain.
Contoh: Bea Materai , PPN , BPHTB dan sebagainya.
2) Menurut Sifatnya
a) Pajak Subyektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
subyeknya dalam arti memperhatikan keadaan diri dari wajib pajak.
Contoh: PPh
b) Pajak Obyektif yaitu Pajak yang berpangkal pada obyeknya
tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: PPN Ppn BM , PBB dan sebagainya.
3) Menurut Lembaga Pemungutnya
a) Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut pemerintah pusat
digunakan untuk membiayai Rumah tangga Negara. Contoh: PPh,
PPn, PBB, Bea Materai , BPHTB dan lain sebagainya.
b) Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut pemerintah
Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
pemerintah daerah, terdiri dari:
14
1. Pajak Pemerintah Propinsi. Contoh: Pajak Kendaraan bermotor
dan Bea Balik Nama Kendaran bermotor.
2. Pajak Kabupaten / Kota. Contoh: pajak hotel dan restoran,
pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan dan
sebagainya.
d. Sistem Pemungutan Pajak
Pemungutan Pajak yang dilakukan pemerintah (fiskus) kepada wajib
pajak menggunakan 3 (tiga) sistem yaitu:
1) Official Assesment System.
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan pajak yang
terutang dari wajib pajak .
Ciri-cirinya adalah:
a) Wewenang untuk menentukan pajak yang terutang ada pada fiskus.
b) Wajib pajak bersifat pasif.
c) Hutang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan
Pajak (SKP) oleh fiskus.
15
2) Self Assessment system.
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang pada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak
terutang.
Ciri-cirinya adalah:
a) Wewenang untuk menentukan pajak terhutang ada pada wajib
pajak sendiri .
b) Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.
c) Fiskus tidak campur tangan dan hanya mengawasi.
3) With Holding System.
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Ciri-cirinya adalah: Wewenang menentukan pajak ada pada pihak
ketiga.
e. Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas
setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari
produsen ke konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added
Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak
tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain
16
(pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain,
penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak
yang ia tanggung.
Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada
pihak pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena
Pajak yang disingkat PKP. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor
oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak
keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya,
sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli,
memperoleh, atau membuat produknya.
1) Karakteristik
a) Pajak tidak langsung, maksudnya pemikul beban pajak dan
penanggung jawab atas pembayaran pajak ke kantor pelayanan
pajak adalah subjek yang berbeda.
b) Multitahap, maksudnya pajak dikenakan di tiap mata rantai
produksi dan distribusi.
c) Pajak objektif, maksudnya pengenaan pajak didasarkan pada objek
pajak.
d) Menghindari pengenaan pajak berganda.
e) Dihitung dengan metode pengurangan tidak langsung (indirect
subtraction), yaitu dengan memperhitungkan besaran pajak
masukan dan pajak keluaran.
17
2) Syarat Suatu Penyerahan BKP atau JKP Dapat Dikenakan Pajak
Dalam memori penjelasan Pasal 4 huruf a dan huruf c telah
ditegaskan bahwa suatu penyerahan BKP atau JKP dapat dikenakan
PPN sepanjang memenuhi tiga syarat yang bersifat kumulatif:
a) barang atau jasa yang diserahkan adalah BKP atau JKP
b) penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean
c) penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaan PKP
yang bersangkutan
3) Perkecualian
Pada dasarnya semua barang dan jasa merupakan barang kena
pajak dan jasa kena pajak, sehingga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), kecuali jenis barang dan jenis jasa sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 4A Undang-Undang No. 8/1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang No. 18/2000 tidak dikenakan PPN.
4) Barang tidak kena PPN
Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang
menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang
tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak
berdasarkan Undang-Undang PPN.
18
Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali undang-
undang menetapkan sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikeakan PPN
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah didasarkan atas kelompok-
kelompok barang sebagai berikut:
a). Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung
dari sumbernya, meliputi:
i. Minyak mentah.
ii. Gas bumi.
iii. Panas bumi.
iv. Pasir dan kerikil.
v. Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara.
vi. Bijih timah, bijih besi, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih
perak, dan bijih bauksit.
b). Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat,
meliputi:
i. Segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras merah, beras
ketan hitam, atau beras ketan putih dalam bentuk:
i) Beras berkulit (padi atau gabah) selain untuk benih.
ii) Gilingan.
iii) Beras setengah giling atau digiling seluruhnya, disosoh, dikilapkan
maupun tidak.
iv) Beras pecah.
19
v) Menir (groats) beras.
ii Segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning, jagung kuning
kemerahan, atau berondong jagung, dalam bentuk:
i) Jagung yang telah dikupas maupun belum.
ii) Jagung tongkol dan biji jagung atau jagung pipilan.
iii) Menir (groats) atau beras jagung, sepanjang masih dalam bentuk
butiran.
iii Sagu, dalam bentuk:
i) Empulur sagu.
ii) Tepung, tepung kasar, dan bubuk sagu.
iv. Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai
kuning, atau kedelai hitam, pecah maupun utuh.
v. Garam, baik yang beriodium maupun tidak beriodium, termasuk:
i) Garam meja.
ii) Garam dalam bentuk curah atau kemasan 50 kilogram atau lebih,
dengan kadar NaCl 94,7%.
vi. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak; tidak termasuk makanan dan
minuman yang diserahkan oleh usaha katering atau usaha jasa boga.
vii. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
20
f. Jasa tidak kena PPN
Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan
suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atu
fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa
yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak
berdasarkan Undang-Undang PPN 1984.
Pada dasarnya semua jasa dikenakan pajak, kecuali yang ditentukan
lain oleh Undang-Undang PPN. Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN
ditetapkan Peraturan Pemerintah didasarkan atas kelompok-kelompok jasa
sebagai berikut:
1) Jasa di bidang pelayanan kesehatan, meliputi:
a) Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi.
b) Jasa dokter hewan.
c) Jasa ahli kesehatan, seperti akupunktur, fisioterapis, ahli gizi, dan
ahli gigi.
d) Jasa kebidanan dan dukun bayi.
e) Jasa paramedis dan perawat.
f) Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium
kesehatan, dan sanatorium.
2) Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi:
a) Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo.
21
b) Jasa pemadam kebakaran, kecuali yang bersifat komersial.
c) Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan.
d) Jasa lembaga rehabilitasi, kecuali yang bersifat komersial.
e) Jasa pemakaman, termasuk krematorium.
f) Jasa di bidang olahraga, kecuali yang bersifat komersial.
g) Jasa pelayanan sosial lainnya, kecuali yang bersifat komersial.
3) Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko yang dilakukan oleh PT
Pos Indonesia (Persero).
4) Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi,
meliputi:
a) Jasa perbankan, kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan
barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan surat kontrak (perjanjian), serta anjak piutang.
b) Jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi.
c) Jasa sewa guna usaha dengan hak opsi.
5) Jasa di bidang keagamaan, meliputi:
a) Jasa pelayanan rumah ibadah.
b) Jasa pemberian khotbah atau dakwah.
c) Jasa lainnya di bidang keagamaan.
6) Jasa di bidang pendidikan, meliputi:
a) Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa
penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan
22
luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan
akademik, dan pendidikan profesi.
b) Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah, seperti kursus.
7) Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan
termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial, seperti
pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan secara cuma-cuma.
8) Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan seperti jasa penyiaran
radio atau televisi, baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah maupun
swasta, yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang
bertujuan komersial.
9) Jasa di bidang angkutan umum di darat dan air, meliputi jasa angkutan
umum di darat, laut, danau maupun sungai yang dilakukan oleh
pemerintah maupun oleh swasta.
10) Jasa di bidang tenaga kerja, meliputi:
Jasa tenaga kerja.
Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja
tidak bertanggungjawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut.
Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.
11) Jasa di bidang perhotelan, meliputi:
Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan,
motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan
perhotelan untuk tamu yang menginap.
23
Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel,
rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel.
12) Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum, meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan
oleh instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan
(IMB), Izin Usaha Perdagangan (IUP), Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), dan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
g. Tarif PPN
Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10 % (sepuluh persen).
Sedangkan tarif PPN atas ekspor BKP adalah 0 % (nol persen). Pengenaan
tarif 0 % (nol persen) bukan berarti pembebasan dari pengenaan PPN, tetapi
Pajak Masukan yang telah dibayar dari barang yang diekspor dapat
dikreditkan.
Berdasarkan pertimbangn ekonomi dan atau peningkatan kebutuhan
dana untuk pembangunan, dengan Peraturan Pemerintah tarif PPN dapat
diubah serendah-rendahnya 5 % (lima persen) dan setinggi-tingginya 15 %
(lima belas persen) dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal.
h. Cara Menghitung PPN
Cara menghitung PPN adalah sebagai berikut:
PPN = Dasar Pengenaan Pajak X Tarif Pajak
24
Contoh:
1. Pengusaha Kena Pajak “A” menjual BKP kepada Pegusaha Kena Pajak
“B” dengan harga jual Rp 25.000.000,00. PPN terutang:
10 % X Rp 25.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
PPN sebesar Rp 2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran, yang
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak “A”. Sedangkan bagi Pengusaha
Kena Pajak “B”, PPN tersebut merupakan Pajak Masukan.
2. Seseorang mengimpor BKP dari luar Daerah Pabean dengan Nilai Impor
Rp 15.000.000,00. PPN yang dipungut melalui Direktorat Jendral Bea
dan Cukai adalah:
10 % X Rp 15.000.000,00 = Rp 1.500.000,00
i. Subjek PPN
Dari ketentuan yang mengatur tentang objek PPN dalam Pasal 4, 16C dan
16D UU PPN 1984 dapat diketahui bahwa subjek PPN dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
1) Pengusaha Kena Pajak (PKP)
2) Bukan Pengusaha Kena Pajak
j. PPN atas kegiatan membangun sendiri
1) Pengertian PPN atas kegiatan membangun sendiri
PPN membangun sendiri diatur dalam Pasal 16C UU PPN 1984, yaitu,
“Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan membangun sendiri yang
dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau
25
badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan
dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.” Menurut
Keputusan Menteri Keuangan No. 320/KMK.03/2002 bahwa yang dimaksud
bangun adalah bangunan yang diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat
usaha dengan luas bangunan 200 m2 (dua ratus meter persegi) atau lebih dan
bersifat permanen. Artinya, bangunan dibawah 200m2 tidak terutang PPN.
Yang dimaksud kegiatan membangun sendiri adalah kegiatan membangun
sendiri bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh
orang pribadi atau badan yang diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat
usaha dengan luas bangunan 200 m2 (dua ratus meter persegi) atau lebih.
Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan adalah bangunan permanent yang
kontruksi utamanya terdiri dari:
a) Tembok; dan atau
b) Kayu tahan lama; dan atau
c) Bahan lain yang mempunyai kekuatan sampai 20 (dua puluh) tahun atau
lebih.
Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap dianggap
merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang tenggang waktu antar tahapan-
tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun.
Kegiatan mendirikan bangunan yang dilakukan melalui kontraktor atau
pemborng bukan merupakan kegiatan membangun sendiri sepanjang dapat
dibuktikan bahwa atas kegiatan membangun tersebut telah dipungut PPN.
26
2) Kewajiban atas PPN membangun sendiri
Sehubungan dengan kegiatan membangun sendiri terdapat kewajiban
perpajakan yang melekat yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas kegiatan
membangun untuk kepentingan sendiri. Hal tersebut diatur dalam Pasal 16C UU
PPN.
Syarat agar kegiatan membangun untuk kepentingan sendiri terutang PPN
adalah:
a) Kegiatan membangun sendiri bangunan yang diperuntukkan bagi
tempat tinggal atau tempat usaha
b) Luas bangunan 200 m2 (dua ratus meter persegi) atau lebih dan
c) Bersifat permanen
3) Saat dan tempat pajak terhutang atas kegiatan membangun sendiri
Saat yang menentukan Pajak Pertambahan Nilai terutang adalah saat
dimulainya secara fisik kegiatan membangun sendiri (menggali fondasi,
memasang tiang pancang dan lain-lain). Dengan demikian, kegiatan membangun
sendiri dalam pengertian Undang-undang PPN yang baru hanya terutang PPN
apabila permulaan kegiatan membangun sendiri tersebut terjadi pada setelah
tanggal 1 Januari .
Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap dianggap
merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang tenggang waktu antara tahapan-
27
tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun. Tempat pajak terutang atas
kegiatan membangun sendiri adalah di tempat bangunan tersebut didirikan.
4) Subjek Pajak
Pajak Pertambahan Nilai terutang oleh orang pribadi atau badan yang
melakukan kegiatan membangun sendiri. Termasuk pembangunan rumah
dikawasan Real Estat.
5) Besarnya tarif PPN dan Saat Pembayaran
Kegiatan membangun sendiri dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar
10 % (sepuluh persen) dari Dasar Pengenaan Pajak. Dasar Pengenaan Pajak atas
kegiatan membangun sendiri adalah 20% (empat puluh persen) dari seluruh biaya
yang dikeluarkan atau dibayarkan, tidak termasuk harga perolehan tanah.
Termasuk dalam pengertian seluruh biaya yang dikeluarkan atau
dibayarkan untuk membangun sendiri adalah juga jumlah Pajak Pertambahan
Nilai yang dibayar atas perolehan bahan dan jasa untuk kegiatan membangun
sendiri tersebut.
Jadi, Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas kegiatan membangun
sendiri, jumlahnya ditetapkan sebesar 10% x 20% x jumlah biaya yang
dikeluarkan dan atau yang dibayarkan pada setiap bulannya dan harus dibayar
seluruhnya ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau Bank Persepsi paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya.
28
Contoh:
Tuan Budi melakukan kegiatan membangun sendiri bangunan dengan luas
300m2 yang akan digunakan sebagai rumah tinggal. Seluruh biaya yang
dikeluarkan pada bulan April 2006 (diluar pembelian tanah) adalah Rp
50.000.000,00. PPN yang harus disetorkan adalah:
PPN = ( Rp 50.000.000,00 X 20 % ) X 10 %
= Rp 10.000.000,00 X 10 %
= Rp 1.000.000,00
6) Mekanisme penyetoran atas PPN yang terhutang atas kegiatan
membangun sendiri
PPN harus disetorkan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
(KP.PDIP 5.1) atas nama orang pribadi atau badan yang melaksanakan kegiatan
membangun sendiri ke kas negara selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan
berikutnya setelah bulan terjadinya pengeluaran biaya tersebut.
Kolom NPWP pada SSP agar diisi dengan angka 0 pada 8 digit pertama
dan dengan angka kode Kantor Pelayanan Pajak tempat bangunan tersebut berada
pada tiga digit berikutnya.
7) Kegiatan Membangun Sendiri yang dikenakan PPN
Kegiatan membangun sendiri dikenakan PPN apabila :
a) Membangun sendiri tersebut dilakukan tidak dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaan oleh pribadi atau badan, yang hasilnya
digunakan sendiri atau digunakan oleh pihak lain.
29
b) Bangunan yang dibangun sendiri diperuntukkan bagi tempat tinggal atau
tempat usaha.
c) Yang dimaksud dengan bangunan untuk tempat tinggal adalah bangunan
atau konstruksi yang semata-mata diperuntukkan bagi tempat tinggal
(tidak termasuk fasilitas olah raga atau fasilitas lain).
d) Yang dimaksud dengan bangunan untuk tempat usaha adalah keseluruhan
bangunan atau konstruksi yang diperuntukkan bagi tempat usaha termasuk
seluruh fasilitas yang ada.
e) Luas bangunan tersebut 200 m2 atau lebih.
f) Bangunan bersifat permanen.
g) Yang dimaksud bangunan permanen adalah bangunan yang konstruksi
utamanya terdiri dari beton dan/atau kayu dan/atau baja dan/atau bahan
lain yang umur bangunannya lebih dari 25 (dua puluh lima) tahun.
B. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitia-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1
0
No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan Temuan
1 Sukardji (2005) Renovasi Tidak Dikenakan PPN
Membangun Sendiri
PPN Membangun
Sendiri
Renovasi dalam
pembahasan
peneliti terkena
PPN KMS
Kegiatan renovasi (pemugaran)bangunan
yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha
atau pekerjaan orang pribadi atau badan
tidak termasuk dalam ruang lingkup Pasal
16C UU PPN 1984 sehingga tidak
dikenakan PPN
2 Baidowi (2004) Analisis Implementasi
Kebijakan Pajak Pertambahan
Nilai Atas Membangun Sendiri
Implementasi
Kebijakan, PPN
Membangun Sendiri
Kebijakan pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai atas membangun sendiri, dapat
menyulitkan masyarakat apabila
pengenaannya sejak dimulai pembangunan
yaitu dari pemasangan pondasi sampai
bangunan selesai, dan dalam kurun 2 (dua)
tahun penyelesainya masih dikatagorikan
menjadi satu kesatuan kegiatan
membangun sendiri.
3 Subroto (2004) Alternatif Penerapan Pengenaan
PPN Atas Kegiatan Membangun
Sendiri Sebagai Perwujudan
Keadilan Pajak Dan
Penghindaran Efek Pajak
Berganda
Penerapan Pengenaan
PPN atas Kegiaatan
Membangun
Sendiri,Perwujudan
Keadilan Pajak,
Penghindaran Efek
Pajak Berganda
Tidak ada pajak
berganda dalam
PPN KMS
Pertimbangan yang dipakai untuk
memberlakukan Pasal 16C UU PPN
pertama kali adalah, pertama untuk
mencegah terjadinya penghindaran
pengenaan PPN, sedangkan pertimbangan
kedua adalah untuk memberikan perlakuan
yang sama dan untuk memenuhi rasa
keadilan antara pihak yang membeli
bangunan dari pengusaha real estat atau
yang menyerahkan pembangunan gedung
kepada pemborong (lebih tepatnya
pemborong yang telah dikukuhkan menjadi
30 Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
1
PKP) dengan pihak yang membangun
sendiri
4 Priambodo (2003)
Pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai Atas Kegiatan Membangun
Sendiri Di Kawasan Real Estat
Pengenaan PPN Atas
Membangun Sendiri,
Kawasan Real Estat
Real Estate tetap
dikenakan PPN
KMS, dengan
mentotal seluruh
pengeleluaran di
kali tariff PPN
KMS
Alasan yang mendasari dipungutnya PPN
atas kegiatan membangun sendiri
dikawasan real estat adalah agar
memberikan rasa keadilan antara wajib
pajak yang membeli tanah dan bangunan
kepada pengembang dan wajib pajak yang
hanya membeli kaveling kemudian
membangun sendiri.
5 Harbrinama (2008) Pemungutan PPN Atas Kegiatan
Membangun Sendiri Di Wilayah
Kerja KPP Pratama Semarang
Candi Sari
Pemungutan PPN Atas
Kegiatan Membangun
Sendiri.
Perlu adanya
pemanfaatan pihak
terkait untuk
masalah PPN
KMS, untuk
peningkatan
penerimaan PPN
KMS
1. Pajak Pertmbahan Nilai Atas
Kegiatan Membangun Sendiri
menggunakan sistim Self
Assessment, yaitu WP diwajibkan
untuk menghitung besarnya pajak,
menyetor pajak yang terutang
sendiri sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
2. Fiscus memiliki peranan yang
sangat penting dalam
memaksimalkan penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai Atas Kegiatan
Membangun Sendiri
31 Tabel 2.1
Tabel Lanjutan
0
C. Kerangka Pemikiran
Model kerangka pemikiran pada penelitian saat ini dapat digambarkan
pada gambar 2.2 berikut ini:
Fenomena Kurang Maksimalnya Penerimaan Pajak Khususnya PPN Atas
Kegiatan Membangun Sendiri pada KPP Pratama Pasar Minggu
Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
Atas Kegiatan Membangun Sendiri
Basis Teori: Pengetahuan Tentang Pasal 16C UU PPN
Metode Analisis: Analisis Deskriftif
32
1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat terdapat banyaknya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di
Indonesia maka peneliti membatasi penelitian yaitu dengan mengambil data riset
hanya pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pasar Minggu. Dan
memfokuskannya hanya untuk masalah yang berkaitan dengan Pajak Pertambahan
Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri.
B. Teknik Penentuan Sampel
Peneliti mendatangi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu, dan
mengambil data riil tentang penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri yang diperoleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar
Minggu selama tahun 2010, 2011 dan 2012. Dan peneliti juga melakukan
wawancara kepada petugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu yang
menangani masalah Kegiatan Membangun Sendiri (KMS). Selain itu, peneliti
juga mencari masalah-masalah mengenai Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri melalui artikel-artikel pajak, jurnal pajak, situs-situs internet
yang berkaitan dengan pajak khususnya Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri.
33
2
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti dalah sebagi berikut:
1. Penelitian Lapangan
a) Observasi
Observasi adalah merupakan teknik atau pendekatan untuk
mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung objek
datanya.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan langsung ke kantor pelayan
pajak (KPP) Pasar Minggu untuk pengambilan data terhadap objek
penelitian.
Dalam hal ini penulis menggunakan observasi nonperilaku
(nonbahavioral observation) yaitu dengan cara analisis catatan (record
analysis), yaitu dengan cara mengumpulkan data baik dari catatan
sekarang ataupun catatan data historis.
b) Wawancara
Wawancara (interview) adalah komunikasi dua arah untuk
mendapatkan data dari responden. Dalam hal ini, penulis melakukan
wawancara secara langsug dengan pejabat yang berwenang atau para
petugas yang terkait dengan tujuan untuk menyaring dan menggali
informasi yang diperlukan dalam penelitian.
Hal yang sangat penting dalam wawancara yang dilakukan oleh
penulis adalah:
34
3
- Responden yang dipilih harus mempunyai informasi yang diinginkan.
- Responden harus mau bekerja sama dengan baik sehingga mau
memberikan informasi akurat yang dibutuhkan oleh penulis.
2. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer merupakan data yang langsung didapatkan dalam penelitian di
lapangan. Data diperoleh dari wawancara secara mendalam dari responden.
Dalam hal ini peneliti langsung mewawancarai petugas KPP Pratama Pasar
Minggu (Bapak Huda), selaku account representative. Selain itu, data juga
didapatkan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan
PPN atas kegiatan membangun sendiri. Data didapatkan dari artikel pajak,
jurnal pajak, dan dari situs-situs internet yang berkaitan dengan pajak
terutama PPN atas kegiatan membangun sendiri.
3. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, objek penelitian yang diteliti adalah pihak-pihak
yang terkait dengan pemungutan PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama pada umunya. Pihak yang dimaksud
adalah Pemilik bangunan yang melakukan kegiatan membangun sendiri,
KPP Pratama sebagai pemungut pajak, pemerintah daerah sebagai lembaga
atau instansi yang mengeluarkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
4. Teknik Analisis
Analisis penelitian ini menggunakan teknik analisa Logical Framework
Approach (LFA), yaitu jenis khusus model logika atau pendekatan logika
35
4
untuk membantu mengklarifikasi tujuan proyek/program, mengidentifikasi
hubungan kausatif antara input, process, output, outcome dan impact.
Metoda Teknik Analisa LFA
Dalam proses pengevaluasian suatu proyek/program dengan menggunakan alat
analisis Logical Framework Approach / LFA terdiri dari beberapa tahapan yang
menjadi fokus dari penerapan Logical Framework Matrix, antara lain:
1. Memahami hubungan antara Goals, Purpose, Outputs dan Activities yang
disusun dalam matrix atau biasa disebut logframe matrix (lihat tabel 3.1)
Tabel 3.1
Logical Frame Approach
Narrative
Summary
Objectivity
Verifiable
Indicators (OVI)
Means of
Verification
(MOV)
Important
Assumptions
GOAL Indikator yang
menunjukkan
kondisi
tercapianya
maksud
program/proyek
Bukti
fisik/kualitatif
yang digunakan
untuk mengatur
indikator
Asusmsi yang
digunakan dengan
melihat faktor
eksternal
PURPOSE Indikator yang
menunjukkan
kondisi
tercapainya
maksud
program/proyek
Asumsi yang
digunakan dengan
melihat faktor
eksternal
Output
Activities Indikator yang
dicapai dari
kegiatan yang
dilakukan
(termasuk biaya,
SDM, dll)
Sumber: Keerti, The Logical Framework Approach (2013)
36
5
Berikut keterangan lebih rinci terkait Tabel 3.1 :
a. Goals
Dalam kerangka logis (logframe) adalah tingkatan dengan tujuan tertinggi,
merupakan hasil akhir tetapi diluar control program.
b. Purpose atau sasaran program
Merupakan Rincian/Bagian dari Goal, namun objectives atau sasaran ini
selalunya diluar kontrol program. Goal dan Purpose diluar kontrol program
karena kegiatan-kegiatan tidak langsung mempengaruhinya tetapi dapat dicapai
dengan gabungan beberapa dari program yang satu dengan program yang
lainnya.
c. Outputs
Outputs adalah hasil spesifik apa yang harus diperoleh sesudah program
berakhir
d. Activities
Activities adalah kegiatan-kegiatan atau proses apa yang harus disusun untuk
memperoleh outputs selama proyek/program berlangsung.
37
6
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pasar
Minggu, Jakarta Selatan, dengan cara wawancara langsung kepada staff
KPP Pratama Pasar Minggu, bagian Pengawasan dan Konsultasi
(WASKON), yang diwakili oleh account representative langsung. Waktu
penelitian dilakukan pada tanggal 29 Agustus 2013.
2. Kontribusi Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun
Sendiri terhadap KPP Pratama Pasar Minggu tahun 2010.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri di KPP Pratama
Pasar Minggu periode 2010. Data tersebut ditampilkan pada tabel 4.1 di
bawah ini.
Tabel 4.1
Hasil Riset di KPP Pratama Pasar Minggu tahun 2010
TGL JUMLAH BAYAR BULAN MINGGU JENIS PAJAK KELAS
13/01/10 30,976,000 1 I PPN Dalam Negeri PPN
13/01/10 10,200,000 1 I PPN Dalam Negeri PPN
13/01/10 10,120,000 1 I PPN Dalam Negeri PPN
13/01/10 32,183,250 1 I PPN Dalam Negeri PPN
15/01/10 1,000,000 1 I PPN Dalam Negeri PPN
20/01/10 1,250,000 1 II PPN Dalam Negeri PPN
27/01/10 10,400,000 1 II PPN Dalam Negeri PPN
28/01/10 4,000,000 1 II PPN Dalam Negeri PPN
29/01/10 2,000,000 1 II PPN Dalam Negeri PPN
11/2/2010 53,160,000 2 I PPN Dalam Negeri PPN
38
7
TGL JUMLAH BAYAR BULAN MINGGU JENIS PAJAK KELAS
12/2/2010 1,000,000 2 I PPN Dalam Negeri PPN
15/02/10 1,745,000 2 I PPN Dalam Negeri PPN
16/02/10 1,250,000 2 II PPN Dalam Negeri PPN
23/02/10 10,000,000 2 II PPN Dalam Negeri PPN
25/02/10 2,000,000 2 II PPN Dalam Negeri PPN
25/02/10 70,720,000 2 II PPN Dalam Negeri PPN
25/02/10 4,000,000 2 II PPN Dalam Negeri PPN
11/3/2010 2,575,000 3 I PPN Dalam Negeri PPN
15/03/10 2,500,000 3 I PPN Dalam Negeri PPN
25/03/10 2,000,000 3 II PPN Dalam Negeri PPN
26/03/10 10,300,000 3 II PPN Dalam Negeri PPN
30/03/10 1,000,000 3 II PPN Dalam Negeri PPN
14/04/10 10,150,000 4 I PPN Dalam Negeri PPN
15/04/10 2,500,000 4 I PPN Dalam Negeri PPN
16/04/10 24,268,826 4 II PPN Dalam Negeri PPN
29/04/10 2,000,000 4 II PPN Dalam Negeri PPN
30/04/10 2,815,600 4 II PPN Dalam Negeri PPN
30/04/10 1,000,000 4 II PPN Dalam Negeri PPN
30/04/10 1,520,000 4 II PPN Dalam Negeri PPN
30/04/10 1,520,000 4 II PPN Dalam Negeri PPN
4/5/2010 500,000 5 I PPN Dalam Negeri PPN
10/5/2010 10,150,000 5 I PPN Dalam Negeri PPN
11/5/2010 13,975,000 5 I PPN Dalam Negeri PPN
11/5/2010 12,920,000 5 I PPN Dalam Negeri PPN
12/5/2010 48,930,000 5 I PPN Dalam Negeri PPN
12/5/2010 500,000 5 I PPN Dalam Negeri PPN
27/05/10 3,000,000 5 II PPN Dalam Negeri PPN
1/6/2010 2,000,000 6 I PPN Dalam Negeri PPN
2/6/2010 1,000,000 6 I PPN Dalam Negeri PPN
15/06/10 15,203,000 6 I PPN Dalam Negeri PPN
28/06/10 3,000,000 6 II PPN Dalam Negeri PPN
30/06/10 2,000,000 6 II PPN Dalam Negeri PPN
5/7/2010 24,464,000 7 I PPN Dalam Negeri PPN
6/7/2010 69,240,000 7 I PPN Dalam Negeri PPN
9/7/2010 1,000,000 7 I PPN Dalam Negeri PPN
15/07/10 49,793,915 7 I PPN Dalam Negeri PPN
16/07/10 1,000,000 7 II PPN Dalam Negeri PPN
26/07/10 80,927,880 7 II PPN Dalam Negeri PPN
27/07/10 3,000,000 7 II PPN Dalam Negeri PPN
39
Lanjutan Tabel 4.1 Lanjutan Tabel 4.1
8
TGL JUMLAH BAYAR BULAN MINGGU JENIS PAJAK KELAS
29/07/10 2,791,900 7 II PPN Dalam Negeri PPN
28/07/10 18,000,000
7 II PPN Dalam Negeri PPN
6/8/2010
1,000,000 8 I PPN Dalam Negeri PPN
11/8/2010
197,783,360 8 I PPN Dalam Negeri PPN
13/08/10
1,000,000 8 I PPN Dalam Negeri PPN
16/08/10
21,664,822 8 II PPN Dalam Negeri PPN
25/08/10
8,000,000 8 II PPN Dalam Negeri PPN
30/08/10
51,870,000 8 II PPN Dalam Negeri PPN
2/9/2010
8,000,000 9 I PPN Dalam Negeri PPN
3/9/2010
2,000,000 9 I PPN Dalam Negeri PPN
7/9/2010
5,000,000 9 I PPN Dalam Negeri PPN
7/9/2010
1,500,000 9 I PPN Dalam Negeri PPN
7/9/2010
5,000,000 9 I PPN Dalam Negeri PPN
7/9/2010
5,000,000 9 I PPN Dalam Negeri PPN
7/9/2010
1,500,000 9 I PPN Dalam Negeri PPN
7/9/2010
1,500,000 9 I PPN Dalam Negeri PPN
7/9/2010
1,500,000 9 I PPN Dalam Negeri PPN
7/9/2010
5,000,000 9 I PPN Dalam Negeri PPN
7/9/2010
5,000,000 9 I PPN Dalam Negeri PPN
7/9/2010
5,000,000 9 I PPN Dalam Negeri PPN
8/9/2010
28,867,818 9 I PPN Dalam Negeri PPN
12/10/2010
16,000,000 10 I PPN Dalam Negeri PPN
27/10/10
20,000,000 10 II PPN Dalam Negeri PPN
29/10/10
1,000,000 10 II PPN Dalam Negeri PPN
10/11/2010
69,850,000 11 I PPN Dalam Negeri PPN
29/11/10
52,000,000 11 II PPN Dalam Negeri PPN
Total
1,188,585,371
Sumber: KPP Pratama Pasar Minggu (2010)
Lanjutan Tabel 4.1
40
9
Tabel diatas menunjukkan bahwa kontribusi penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendri di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Pasar Minggu tidak lebih dari angka 1 %. Total penerimaan dari Pajak
Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri hanya Rp1.188.585.371
dari total penerimaan dari semua jenis pajak yang ada yaitu Rp1.012.613.691.565.
Selanjutnya dari data penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri yang dilakukan peneliti, didapat data penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri tahun 2011 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Riset di KPP Pasar Minggu tahun 2011
Bulan Tahun 2011
Januari Rp 91.592.428
Februari Rp 22.447.440
Maret Rp 0
April Rp 30.000.000
Mei Rp 96.601.360
Juni Rp 5.000.000
Juli Rp 50.000.000
Agustus Rp 142.488.000
September Rp 3.759.711
Oktober Rp 0
November Rp 4.611.964
Desemeber Rp 16.158.600
Jumlah Rp 462.659.503
Sumber: KPP Pratama Pasar Minggu, tahun 2011
Dari data yang disajikan diatas, ternyata penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri pada tahun 2011 di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Pasar Minggu mengalami penurunan sebesar Rp 725.925.868 atau
turun 60,074 % dari penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
41
10
Membangun Sendiri di tahun 2010 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar
Minggu.
Selain data penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri tahun 2011 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar
Minggu, peneliti juga mendapatkan data penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas
Kegiatan Membangun Sendiri tahun 2012 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Pasar Minggu. Adapun data yang didapat sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Riset di KPP Pasar Minggu tahun 2012
Bulan Tahun 2012
Januari Rp 0
Februari Rp 5.279.040
Maret Rp 0
April Rp 295.760.500
Mei Rp 0
Juni Rp 9.359.400
Juli Rp 0
Agustus Rp 0
September Rp 0
Oktober Rp 6.598.000
November Rp 0
Desemeber Rp 39.160.000
Jumlah Rp 356.097.740
Sumber: KPP Pratama Pasar Minggu, tahun 2012
Dari data yang disajikan diatas, ternyata penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri pada tahun 2012 di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Pasar Minggu mengalami penurunan sebesar Rp 106.561.763 atau
turun 23,032 % dari penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri di tahun 2011 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar
Minggu.
42
11
Dari data penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun
Sendiri tahun 2010, 2011 dan 2012, penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
mengalami penurunan. Penurunan penerimaan tersebut dikarenakan semakin
sedikitnya lahan yang tersedia di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pasar
Minggu, sehingga berpengaruh pada kegiatan membangun sendiri. Dan ketika
kegiatan membangun sendiri berkurang, maka penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai atas Kegiatan Sendiri mengalami penurunan.
Penurunan kegiatan membangun sendiri di wilayah kerja Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu bisa dilihat dari data diatas, bahwa dalam
bulan tertentu pemasukan atau penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar
Minggu tidak menerima pemasukan dari Pajak Pertmabahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri.
B. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik atau metode Logical
Framework Approach (LFA), yaitu jenis khusus model logika atau pendekatan
logika untuk membantu mengklarifikasi tujuan proyek/program, mengidentifikasi
hubungan kausatif antara input, process, output, outcome dan impact.
Dengan metode Logical Framework Approach (LFA), penulis menemukan
faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PPN atas KMS di KPP Pratama
Pasar Minggu, antara lain:
1. Kegiatan membangun di wilayah kerja KPP Pratama Pasar Minggu,
terutama luas bangunan di bawah 200 m2.
43
12
2. Kesadaran dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan PPN atas KMS
itu sendiri.
3. Kejelian fiskus terhadap kegiatan membangun di wilayah kerja KPP
Pratama Pasar Minggu.
Analisis Masalah (Sebab)
Langkah pertama dalam metode LFA ini adalah menganalisa masalah
yang menyebabkan penerimaan PPN atas KMS belum maksimal. Dari hasil
wawancara dengan pihak KPP Pratama Pasar Minggu didapat beberapa penyebab
belum maksimalnya penerimaan PPN atas KMS, antara lain:
1. Wajib pajak yang terkait dengan kegiatan membangun sendiri tidak
memiliki NPWP.
2. Kesadaran wajib pajak yang masih kurang dalam pembayaran PPN atas
KMS dikarenakan kurang populernya peraturan tentang PPN atas KMS itu
sendiri.
3. Sosialisasi yang belum maksimal mengenai peraturan PPN atas KMS
kepada wajib pajak di kawasan kerja KPP Pratama Pasar Minggu,
terutama bagi WP yang sedang melakukan kegiatan membangun.
4. Wajib pajak tidak membuat RAB dalam kegiatan membangun sendiri,
sehingga tidak diketahui secara rinci berapa jumlah pengeluaran yang
dikeluarkan selama kegiatan membangun sendiri.
44
13
Analisis Masalah (Akibat)
Langkah kedua dalam metode LFA ini adalah menganalisa akibat/dampak
yang terjadi karena adanya sebab yang menjadi kendala penerimaan PPN atas
KMS . Dari hasil wawancara dengan pihak KPP Pratama Pasar Minggu didapat
beberapa dampak yang terjadi, antara lain:
1. Karena tidak mempunyai NPWP wajib pajak beranggapan tidak wajib
membayar pajak.
2. Karena kurang populernya peraturan tentang PPN atas KMS, pengetahuan
wajib pajak tentang peraturan PPN atas KMS sangat kurang, sehingga
wajib pajak tidak mengetahui kewajibannya dalam hal kegiatan
membangun sendiri.
3. Karena tidak ada RAB yang rinci perihal pengeluaran yang dikeluarkan
wajib pajak dalam kegiatan membangun sendiri, akibatnya penerimaan
PPN atas KMS tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh KPP Pratama
Pasar Minggu.
Analisis Tujuan (Sebab)
Langkah ketiga yang dilakukan dalam metode LFA ini adalah menganalisa
tujuan kedapannya agar penerimaan PPN atas KMS bisa mengalami peningkatan.
Dari hasil wawancara dengan pihak KPP Pratama Pasar Minggu didapat data
sebagai berikut:
1. Memisahkan antara wajib pajak yang sudah mempunyai NPWP dan yang
belum. Jika belum mempunyai, bagian seksi ekstensifikasi akan
menerbitkan NPWP untuk wajib pajak terkait. Jika wajib pajak sudah
45
14
mempunyai NPWP, maka wewenangnya dibawah bagian Pengawasan dan
Konsultasi (Waskon), dan ditindaklanjuti oleh bagian account
representative, untuk menghimbau. Jika dihimbau tidak ada respon, maka
akan dilakukan pemeriksaan.
2. Mengadakan sosialisasi kepada wajib pajak yang akan melakukan kegiatan
membangun sendiri.
3. Bekerja sama dengan Pemda dalam hal IMB, agar KPP Pratama Pasar
Minggu mengetahui, berapa jumlah luas bangunan yang di bangun wajib
pajak di wilayah kerja KPP Pratama Pasar Minggu, apakah wajib pajak
terkena peraturan PPN atas KMS atau tidak.
4. Melakukan pengawasan yang lebih intensif terhadap kegiatan membangun
sendiri yang dilakukan di wilayah kerja KPP Pratama Pasar Minggu. Dan
menindaklanjuti bagi yang melanggar peraturan PPN atas KMS.
Analisis Tujuan (Akibat)
Langkah keempat dari metode LFA ini adalah menganalisa hasil yang
didapatkan setelah melakukan upaya-upaya peningkatan penerimaan PPN atas
KMS. Dari hasil wawancara didapatkan data sebagai berikut:
1. Wajib pajak mempunyai NPWP, akan memudahkan dalam proses
penyetoran pajak ke KPP Pratama Pasar Minggu.
2. Dengan melakukan sosialiasasi kepada wajib pajak terkait peraturan PPN
atas KMS, maka wajib pajak akan mengerti kewajiban apa saja yang harus
dilakukan dalam kegiatan membangun sendiri. Dan pada akhirnya bisa
46
15
mempengaruhi penerimaan pajak yang lebih kepada KPP Pratama Pasar
Minggu.
3. Dengan bekerjasama dengan Pemda, maka KPP Pratama Pasar Minggu
mendapatkan data IMB yang akan menentukan apakah luas bangunan
yang dibangun oleh wajib terkena PPN atas kegiatan membangun sendiri
atau tidak.
4. Dengan adanya pengawasan yang lebih intensif dalam wilayah kerja KPP
Pratama Pasar Minggu, fiskus bisa mengetahui dimana saja sedangn
dilakukan pembangunan yang dilakukan dengan cara membangun sendiri.
Sehingga bisa di tindaklanjuti kewajiban wajib pajak terutama PPN atas
KMS kepada KPP Pratama Pasar Minggu.
Analisis Para Pihak Terkait
Langkah kelima dari metode LFA ini adalah manganalisa pihak-pihak
yang terkait dalam penerimaan PPN atas KMS, yaitu peran yang diharapkan,
kekuatan atau wewenang yang dimiliki pihak tersebut, keterbatasan, dan upaya
peningkatannya. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa pihak-pihak yang terkait
dalam penerimaan PPN atas KMS adalah sebagai berikut:
1. Wajib pajak terkait PPN atas KMS di wilayah kerja KPP Pratama Pasar
Minggu. Peran yang diharapkan dari KPP Pratama Pasar Minggu adalah
setiap wajib pajak yang terkena peraturan PPN atas KMS bisa melaporkan
dan bisa menyetorkan pajaknya ke KPP Pratama Pasar Minggu. Tetapi
sangat disayangkan wajib pajak yang terkait dengan peraturan PPN atas
47
16
KMS tidak mengetahui peraturan itu, sehingga wajib tidak mengerti
kewajibannya. Upaya yang dilakukan oleh KPP Pratama Pasar Minggu
adalah dengan cara mensosialisasikan peraturan yang berkaitan dengan
PPN atas KMS kepada wajib pajak yang melakukan kegiatan membangun
sendiri.
2. KPP Pratama Pasar Minggu. Peran yang diharapkan kedepan adalah
sebagai pengawas terhadap kegiatan membangun sendiri yang dilakukan
oleh wajib pajak, khususnya yang berada dalam wilayah kerja KPP
Pratama Pasar Minggu. Karena KPP Pratama Pasar Minggu mempunyai
wewenang untuk melakukan pengawasan kepada wajib pajak yang
melakukan kegiatan membangun sendiri.
3. Pemda. Pemda diharapkan kerjasamanya untuk hal IMB, karena Pemda
yang berhak mengeluarkan IMB. Dengan adanya kerjasama dalam hal
IMB, pihak dari KPP Pratama Pasar Minggu mengetahui wajib pajak
terkena peraturan PPN atas KMS atau tidak berdasarkan luas banguan
dalam IMB.
4. Peneliti. Dalam hal ini peneliti yang melakukan penelitian di KPP Pratama
Pasar Minggu diharapkan mempunyai kontribusi untuk mensosialisasikan
peraturan mengenai PPN atas KMS kepada masyarakat umum yang
sedang melakukan kegiatan membangun sendiri.
46 48
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri di KPP Pratama Pasar Minggu, kendala-kendala yang
dihadapi dan bagaimana cara pemecahan masalah tersebut. Selain itu penelitian
ini bertujuan untuk memaksimalkan fungsi dan tugas pihak-pihak yang terkait
Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri di wilayah kerja KPP
Pasar Minggu.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut ;
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
atas Kegiatan Membangun Sendiri di KPP Pratama Pasar Minggu adalah
sebagai berikut:
a. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan di wilayah kerja Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu.
b. Kesadaran wajib pajak di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Pasar Minggu perihal peraturan Pajak Pertambahan Nilai atas
Kegiatan Membangun Sendiri.
c. Kejelian fiskus dalam melakukan pengawasan terhadap pembangunan
bangunan yang dilakukan dengan cara membangun sendiri.
49
18
2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam memaksimalkan penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri di KPP Pratama
Pasar Minggu adalah sebagai berikut:
a. Sosialisasi terkait peraturan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri yang masih kurang, sehingga wajib pajak tidak
memahami peraturan tersebut.
b. Kurangnya kesadaran wajib pajak yang terkait Pajak Pertambahan
Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri karena sangat minimnya
pengetahuan mereka tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri.
c. Wajib pajak yang melakukan kegiatan membangun sendiri tidak
membuat RAB secara rinci, sehingga penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri kurang sesuai harapan KPP
Pratama Pasara Minggu.
3. Upaya-upaya yang harus dilakukan adalah dengan memanfaatkan pihak-
pihak yang terkait dengan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai atas
Kegiatan Membangun Sendiri. Pihak-pihak yang terkait antara lain:
a. Wajib pajak terkait Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri di wilayah kerja KPP Pratama Pasar Minggu.
Peran yang diharapkan dari KPP Pratama Pasar Minggu adalah setiap
wajib pajak yang terkena peraturan Pajak Pertambahan Nilai atas
Kegiatan Membangun Sendiri bisa melaporkan dan bisa menyetorkan
pajaknya ke KPP Pratama Pasar Minggu. Sehingga penerimaan Pajak
50
19
Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri bisa maksimal
dengan adanya kesadaran wajib pajak yang terkena peraturan Pajak
Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri di wilayah KPP
Pratama Pasar Minggu.
b. KPP Pratama Pasar Minggu. Peran yang diharapkan kedepan adalah
sebagai pengawas terhadap kegiatan membangun sendiri yang
dilakukan oleh wajib pajak, khususnya yang berada dalam wilayah
kerja KPP Pratama Pasar Minggu. Sehingga dengan adanya
pengawasan secara intensif, dapat diketahui siapa saja yang sedang
melakukan kegiatan membangun sendiri di wilayah kerja KPP Pratama
Pasar Minggu, dan bisa ditindaklanjuti untuk segera membayar pajak
kepada KPP Pratama Pasar Minggu.
c. Pemda. Pemda diharapkan kerjasamanya untuk hal IMB, karena
Pemda yang berhak mengeluarkan IMB. Dengan adanya kerjasama
dalam hal IMB, pihak dari KPP Pratama Pasar Minggu mengetahui
dari wajib pajak yang terkena peraturan Pajak Pertambahan Nilai atas
Kegiatan Membangun Sendiri atau tidak sesuai dengan luas bangunan.
Jika ternyata wajib pajak terkena peraturan Pajak Pertambahan Nilai
atas Kegiatan Membangun Sendiri, maka fiskus bisa menindaklanjuti
wajib pajak untuk segera melakukan perhitungan pajaknya.
d. Peneliti. Dalam hal ini peneliti yang melakukan penelitian di KPP
Pratama Pasar Minggu diharapkan mempunyai kontribusi untuk
mensosialisasikan peraturan mengenai Pajak Pertambahan Nilai atas
51
20
Kegiatan Membangun Sendiri kepada masyarakat umum yang sedang
melakukan kegiatan membangun sendiri. Sehingga setelah di
sosialisasikan kepada masyarakat yang masih awam, masyarakat
mempunyai kesadaran untuk membayar pajak terutama Pajak
Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri. Karena jika
wajib pajak tidak membayar pajak akan dikenakan sanksi oleh Negara.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti, Pajak Pertambahan Nilai atas
Kegiatan Membangun Sendiri yang masuk pada tahun 2010 hanyalah 0,010 %
dari total keseluruhan penerimaan pajak di KPP Pratama Pasar Minggu. Hal ini
menunjukkan kontribusi Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun
Sendiri sangat kecil terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Pasar Minggu.
Oleh karena itu KPP Pratama Pasar Minggu harus melakukan upaya dengan:
1. Memisahkan antara wajib pajak yang sudah mempunyai NPWP dan yang
belum. Jika belum mempunyai, bagian seksi ekstensifikasi akan
menerbitkan NPWP untuk wajib pajak terkait. Jika wajib pajak sudah
mempunyai NPWP, maka wewenangnya dibawah bagian Pengawasan dan
Konsultasi (Waskon), dan ditindaklanjuti oleh bagian account
representative, untuk menghimbau. Jika dihimbau tidak ada respon, maka
akan dilakukan pemeriksaan.
2. Mengadakan sosialisasi kepada wajib pajak yang akan melakukan kegiatan
membangun sendiri.
52
21
3. Bekerja sama dengan Pemda dalam hal IMB, agar KPP Pratama Pasar
Minggu mengetahui, berapa jumlah luas bangunan yang di bangun wajib
pajak di wilayah kerja KPP Pratama Pasar Minggu, apakah wajib pajak
terkena peraturan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun
Sendiri atau tidak.
4. Melakukan pengawasan yang lebih intensif terhadap kegiatan membangun
sendiri yang dilakukan di wilayah kerja KPP Pratama Pasar Minggu. Dan
menindaklanjuti bagi yang melanggar peraturan Pajak Pertambahan Nilai
atas Kegiatan Membangun Sendiri.
C. Keterbatasan
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini ialah:
1. KPP Pratama yang dijadikan objek dalam penelitian ini hanya KPP
Pratama Pasar Minggu
2. Objek penelitian ini hanya berfokus pada satu jenis pajak saja yaitu Pajak
Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri sehingga
memungkinkan adanya perbedaan hasil kesimpulan jika dilakukan pada
KPP Pratama daerah yang lain.
D. Saran
Diharapkan untuk penelitian-penelitian yang serupa di masa yang akan
datang dapat menyajikan hasil penelitiaan yang lebih berkualitas dari penelitian
terdahulu, adanya saran-saran mengenai beberapa hal:
53
22
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pada lingkup berbeda,
misalnya di Direktorat Jendral Pajak.
2. Penelitian selanjutnya dapat memilih variabel yang lain berhubungan
dengan penerimaan pajak Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri.
3. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode analisis yang lebih
berkualitas sehingga hasilnya bisa lebih bagus dari peneliian yang
terdahulu.
54
54
DAFTAR PUSTAKA
Huda, 2013 Account representative KPP Pratama Pasar Minggu, Wawancara
langsung.
Jogiyanto, Metodologi Penelitian Bisnis, salah kaprah dan pengalaman-
pengalaman. Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2004.
Mardiasmo, 2009. Perpajakan. Edisi revisi 2009. Jakarta: Penerbit Andi.
Moses, 2013, artikel perpajakan PPN atas KMS, diakses pada 26 Juli 2013
no name (2012), PPN atas KMS, diakses dari:
http://pajakita.blogspot.com/2010/04/pengenaan-ppn-pasal-16c-atas-
kegiatan.html (2 Maret 2012,14:42 WIB)
No Name (2012), PPN atas KMS, diakses dari: http://www.ats-
konsultama.com/id/node/77 (2 Maret 2012, 14:15 WIB)
No name (2012), PPN atas KMS, diakses dari:
http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=783 (2 Maret
2012, 14:40 WIB)
No name (2012), PPN atas KMS, diakses dari:
http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2010/39~PMK.03~2010Per.HTM (2
Maret 2012,14:38 WIB)
No name, PPN atas KMS, diakses dari: (2012), http://www.klinik-
pajak.com/2010/pajak-pertambahan-nilai-atas-kegiatan-membangun-
sendiri.html (2 Maret 2012, 14:37 WIB)
Resmi, Siti, “Perpajakan Teori dan Kasus”, Edisi 5, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta, 2009.
Suara Merdeka (2012) PPN atas KMS, diakses dari:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/09/21/159919/PPN-
atas-Kegiatan-Membangun-Sendiri (2 Maret 2012, 14:16 WIB)
Sukardji, 2009. Pajak Pertambahan Nilai. Edisi revisi 2009. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
55
______________, 2009 Pajak Pertambahan Nilai. Edisi kelima. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002).
Wahyudi (2012), ppn-membsngun-sendiri. Diakses pada 2 Maret 2012.
Waluyo, “Akuntansi Pajak”, Cetakan Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta,
2008.