Sistem Pendidikan Lukman Al Hakim

download Sistem Pendidikan Lukman Al Hakim

of 17

description

SISITEM PENDIDIKAN

Transcript of Sistem Pendidikan Lukman Al Hakim

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Tulisan ini saya beri judul: SISTIM PENDIDIKAN LUKMAN AL HAKIM, mengambil sebuah kisah seorang yang diberi hikmah oleh Allah, bernama Lukman, dan diabadikan oleh Allah di dalam al Quran surat Lukman, sebagai seorang ayah yang memiliki kemampuan mendidik anak-anaknya.

    Pendidikan Lukman ini menurut penulis sangat penting untuk dijadikan study

    komparatif terhadap sistim pendidikan nasional kita yang berlaku sekarang ini,

    karena bangsa Indonesia khususnya ummat Islam tidak banyak yang mengapresiasi

    terhadap esensi pokok pendidikan yang dilakukan oleh Lukman al Hakim, sebagai

    suatu sistim pendidikan Islam, yang sangat relevan bagi pendidikan di Indonesia

    yang masyoritas penduduknya beragama Islam. Karena pendidikan Lukman ini

    memperhatikan tingkat perkembangan jiwa sang anak, dan menggambarkan suatu

    sistim pendidikan yang berjenjang dan berkelanjutan, menyeluruh menyangkut

    kehidupan manusia secara utuh, bahkan dapat kita pastikan bahwa inilah sistim

    pendidikan seumur hidup (long life education).

    Dunia makin maju dan kompleks, begitu pula perkembangan teknologi

    makin tambah pesat, kini anak-anak lebih cepat menyerap perubahan teknologi

    dibandingkan dengan para orang tua, akibatnya mudah terjadi krisis kewibawaan

    orang tua dalam rumah tangga, dan anak berjalan mengikuti arus global menuju

    arah yang negatif. Di sisi lain kita melihat modus kejahatan manusia makin hari

    makin canggih dan brutal, karena moral sudah mulai terkikis oleh pengaruh

    kemewahan duniawi. Agama makin terpinggirkan, bahkan orang tua sudah tidak

    memiliki bahan dan bahkan kesempatan untuk mendidik anak-anaknya dalam

    rumah tangga, karena rendahnya kualitas iman serta kesibukan mencari kebutuhan

    hidup yang serba sulit. Kondisi demikian ini tidak mungkin kita biarkan berjalan

    terus, karena akan terjadi kehancuran total akibat perbuatan manusia yang tidak

    memiliki kendali moral, termasuk anak-anak keturunan kita.

    Dalam tulisan ini saya ingin memberikan informasi tentang bagaimana usaha

    yang seharusnya kita lakukan bersama anak-anak kita agar selamat hidup di dalam

    kancah kesemrawutan yang serba chaos ini, dengan cara memantapkan ilmu dan

    meningkatkan mutu keimanan dan agama. Kita dan anak-anak kita harus cerdas

    mengelola diri, memperkuat keyakinan akan pertolongan Tuhan dalam menempuh

    segala kesulitan dan rintangan, di kancah kehidupan yang serba materi dan

    individualistis ini. Setiap keluarga wajib menjadi tempat pendidikan bagi anak-

    anaknya, keluarga harus mampu menjadi filter terhadap pengaruh negatif dari

    globalisasi, dan keluarga harus sadar bahwa teknologi, globalisasi tidak dapat

    dibendung atau di matikan, pasti dan pasti akan terus berkembang. Hendaknya kita

    mampu memanfaatkan perkembangan teknologi dari sisi mempermudah manusia

  • 2

    memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu saya ingin mengajak para orang tua

    untuk memantapkan pendidikan keimanan anak-anaknya sekaligus mengantarkan

    anak-anak menjadi manusia berilmu pengetahuan luas.

    Dalam mendidik anak Allah mengabadikan dalam al Quran seorang bernama Lukman al Hakim, sebagi pendidik keluarga yang baik, ditinjau dari segi

    aqidah, ilmu pengetahuan, sikap dan sosial kemasyarakatan bagi anak-anaknya.

    Untuk itu isi pokok uraian ini adalah firman Allah dalam surat Lukman: 12 19, yang akan saya urai satu demi satu, saya lengkapi dengan hadits dan pengalaman

    sepanjang hidup saya sebagai seorang guru. Semoga bermanfaat bagi semua pihak

    yang berkepentingan untuk menjadikan anaknya menjadi anak yang sholeh,

    sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.

    , , : )(

    (Apabila manusia meninggal dunia, maka tereputuslah amalnya, kecuali tiga

    perkara: Sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak yang sholeh yang

    mendoakannya).1

    Untuk memperoleh anak yang sholih maka orang tua berkewajiban

    memenuhi hak-hak anak, terutama hak memperoleh pendidikan. Sebab tanpa

    pendidikan yang baik, maka sangat tidak mungkin anak akan menjadi sholih, dan

    apabila anak menjadi orang jahat maka orang tua sebagai penyebab utama,

    sebagaimana sabda Nabi saw.

    ) ( (Tidak ada seorang anakpun kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fitrah atau suci,

    maka kedua orang tuanya yang menjadikan anaknya yahudi, atau nasrani, atau

    majusi). 2

    Hal itu disebabkan kesalahan orang tua tidak memberikan hak pendidikan

    yang baik terhadap anak-anaknya. Oleh karena itu setiap orang yang siap

    mempunyai anak, harus siap fisik dan mental sebagai pendidik yang baik terhadap

    anak-anaknya.

    Penulis mempunyai harapan agar kiranya para orang tua dalam rumah tangga

    mampu menjadi Lukman-Lukman yang bijaksana dalam mendidik anak-anaknya,

    sehingga menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah, yang berguna bagi nusa,

    bangsa, agama dan kedua orang tua, atas petunjuk Allah. Aamiin.

    BAB II

    1 As Sayyid Ahmad al Hasyimie Bek, Mukhtarul ahaaditsi an Nabawiyyah wal Hikami Muhammadiyyah, Al

    Hidayah, Surabaya, hal. 156.

    2 Ibid, 157.

  • 3

    LUKMAN AL HAKIM

    Dalam surat Lukman: 12 Allah berfirman:

    *

    (Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu:

    Bersyukurlah kepada Allah, dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka

    sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang tidak

    bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji).

    Ada beberapa pendapat ahli tafsir tentang siapa Lukman itu? An Nukhas

    menyatakan: Lukman bin Baurok bin Nahur bin Tarah, yaitu bapak Nabi Ibrahim, begitu pula pendapat Muhammad bin Is-haq (Saya pikir ini salah sebab ayah

    Ibrahim adalah penyembah berhala). Ada yang menyatakan: Lukman bin Unuqok

    bin Sirwan, demikian penjelasan as Sahily. Menurut Wahhab: Lukman anak

    saudara perempuan Nabi Ayub. Muqotil menyatakan: Lukman anak bibi Nabi

    Ayub. Al Waqidy menyatakan: Lukman adalah seorang Hakim Agung Bani Israil.

    Saib bin Musayyab menyatakan: Lukman adalah orang kulit hitam dari Sudan berlidah hitam, yang diberi hikmah oleh Allah Taalaa, dan bukan Nabi. Oleh karena itu Jumhur ulama ahli takwil menyatakan: Lukman adalah seorang wali

    bukan Nabi. Yang benar Lukman adalah seorang laki-laki yang hakim (bijak)

    mendapat hikmah dari Allah, dia benar dalam aqidah, dan ahli di bidang agama dan

    cerdas akalnya, dia seorang Hakim Agung Bani Israil. Ibnu Umar menyatakan:

    Saya mendengar Rasululah saw. bersabda:

    , ) (. , ,

    (Lukman bukanlah seorang Nabi, tetapi dia seorang hamba yang banyak berfikir

    dan memiliki keyakinan yang baik, dia mencintai Allah Taalaa, dan Allah mencintainya. Allah menganugerahinya hikmah, dan Allah memilihnya untuk

    dijadikan kholifah atau pemimpin untuk menetapkan hukum dengan benar).3

    Tentang pekerjaan Luqman ada beberapa pendapat: Said Ibnul Musayyab menyatakan; Dia seorang penjahit. Menurut Kholid ar Rubaie: Dia seorang tukang kayu.

    4 Dari pendapat lain: Lukman adalah seorang tukang kayu, orang miskin

    berkulit hitam dari Sudan, yang diberi hikmah oleh Allah setingkat dengan

    kenabian.5 Hikmah menurut bahasa, terdapat dalam Kamus Munjid: Kalimat yang

    sesuai dengan kiebenaran, filsafat, urusan yang benar, keadilan, ilmu, ketulusan.

    3 Abu Abdillah Muhamad bin Ahmad al Anshorie al Qurthubie, Al Jamiu li ahkaami al Quraani (Tafisr al

    Qurthubie), jilid VII, Bagian ke XIV, Darul Fikri, Beirut, Libanon, 1994, hal. 56. 4 Ibid, 57. 5 Ahmad Musthofa al Maroghie, Tafsir al Maroghie, jilid 7, Juz: 21, Darul Fikri, Beirut, Libanon, hal: 78.

  • 4

    Menurut Ibnu Abbas, hikmah adalah: Ilmu, kefahaman, serta kebenaran dalam

    ucapan dan tindakan.6 Dalam pemakaian sehari-hari hikmah adalah: Kearifan dan

    kebijaksanaan. Ahmad al Maroghie dalam Tafsirnya menyatakan: Hikmah adalah

    akal sehat atau kecerdasan, dan telah banyak kata-kata mutiara hikmah dari

    Lukman, sebagai upaya mendidik anak-anaknya antara lain: Wahai anakku sesungguhnya dunia ini ibarat sebuah lautan yang dalam, dan telah

    menenggelamkan banyak manusia, oleh karena itu jadikanlah taqwa kepada Allah

    sebagai perahumu, iman sebagai muatannya, dan tawakal sebagai layarnya, maka

    engkau akan selamat. Kata mutiara lainnya: Barang siapa yang memiliki kendali diri, maka akan mendapatkan penjagaan dari Allah, dan barang siapa yang adil

    terhadap dirinya sendiri, maka Allah berkenan menambah kemulyaan baginya.

    Meremehkan ketaatannya kepada Allah, maka berarti mendekati Allah dengan

    maksiyat. Kata mutiara lainnya: Wahai anakku, jangan terlalu manis, maka kamu akan ditelan orang, dan jangan terlalu pahit, maka kamu akan dimuntahkan orang. Kata mutiara Lukman yang lain: Hai anakku, apabila engkau hendak berteman dengan seseorang, maka buatlah dia marah, bila dia bertindak adil kepadamu,

    ketika dia marah, maka jadikanlah dia temanmu, bila tidak, maka jauhilah dia.7 Dan Lukman sebagai orang yang diberi hikmah diperintah bersyukur kepada Allah,

    karena siapa orang yang diberi hikmah berarti diberi anugerah yang teramat banyak

    dan besar, sebagaimana firman Allah dalam surat al Baqoroh 269:

    *

    (Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa

    yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidak ada

    orang yang dapat mengambil pelajaran akan hal itu, kecuali orang-orang yang

    berakal sehat). Orang yang diberi hikmah adalah mendapatkan anugerah yang

    sangat besar dari Allah, oleh karena itu wajib bersyukur kepada Allah atas

    anugerah hikmah tersebut. Orang yang diberi hikmah oleh Alah, tampil sebagai

    pribadi yang berakhlakul karimah, adil, arif dan bijaksana, terhadap segala urusan

    baik urusan dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, atau terhadap sesama makhluk

    hidup. Orang tersebut akan tampak sebagai hamba kekasih Allah, kehidupannya

    terhormat, dan taat menjalankan semua perintah Allah dan sanggup menjauhi

    semua larangan Allah. Inilah pribadi muttaqin menurut pandangan Islam.

    BAB III

    ESENSI POKOK PENDIDIKAN LUKMAN AL HAKIM

    6 Abu Thohir bin Abbas, Tafsir Ibnu Abbas, Darul Fikri, Beirut, Libanon, 1995, hal: 412. 7 Ahmad Musthofa al Maroghie, Loc. Cit.

  • 5

    Lukman al Hakim seorang pendidik terutama terhadap anak-anaknya,

    sehingga diabadikan di dalam al Quran tentang hal-hal yang esesnsi dalam sistim pendidkan Lukman, yakni berupa rumusan tujuan pendidikan yang jelas,

    menggambarkan sistimatika pendidikan serta penjenjangan yang berkelanjutan,

    sejak lahir sampai anak menjadi manusia seutuhnya (long life education). Dengan

    jelasnya tujuan pendidikan Lukman al Hakim ini, maka pakar pendidikan Muslim

    diharapkan mampu merumuskan kurikulum, teknik, metodologis dalam proses

    pendidikan yang baik, agar anak mampu mencapai tujuan pendidikan dimaksud.

    Adapun esensi pendidikan Lukman berupa rumusan lima tujuan pendidikan, yang

    diharapkan akan menjadi tujuan pendidikan Nasional tertuang dalam Undang-

    Undang sistim pendidikan nasional Indonesia di masa yang akan datang.

    A. PENDIDIKAN AQIDAH TAUHID

    Pendidikan aqidah tauhid merupakan pendidikan pertama dan utama yang

    harus diberikan kepada anak-anak, agar anak sejak dini mengenal Tuhan yang

    menciptakan alam semesta termasuk manusia dan diri anak itu sendiri. Pendidikan

    tauhid bertujuan agar anak menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.

    Perlu dijelaskan bahwa yang dilarang ialah mempersekutukan Allah dengan

    sesuatu, tetapi kena apa justeru yang dibahas tentang pendidikan tauhid? Dalam

    Islam ada satu kaidah hukum yang menyatakan (Larangan terhadap sesuatu itu berarti perintah terhadap kebalikan sesuatu itu).

    8

    Jadi kalau yang dilarang musyrik, maka orang diperintah mentauhidkan

    (mengesakan) Allah. Larangan musyrik terhadap anak sudah barang tentu

    sebelumnya sudah melaui proses pembentukan keimanan yang kokoh kuat melalui

    pendidikan. Sebab tidak mungkin orang melarang orang lain terutama anaknya

    terhadap sesuatu perbuatan tanpa diketahui terlebih dahulu tentang hal dilarangnya.

    Sejak baru lahir anak telah dikenalkan dengan Tuhan Allah, dengan cara

    mebiisikkan kalimat adzan pada telinganya, sebagai pendidikan utama dan pertama

    setelah lahir didunia, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi saw., yang

    diriwayatkan oleh Abu Rofi ia menyatakan bahwa dia menyaksikan Rasulullah saw.:

    ) (

    (Saya melihat Rasulullah saw. melakukan adzan pada telinga al Hasan bin Ali

    ketika baru dilahirkan oleh Fathimah, seperti adzan untuk sholat).9

    Setelah anak mulai bisa berbicara, beraktivitas mandiri diperkenalkan dengan sifat-

    sifat Allah terutama sifat kasih sayang Allah kepada manusia terutama anak-anak,

    dengan menghafalkan surat al Ikhlas dan sebagainya. Anak diajak mengenal

    8 Abdul Hamid Hakim, As Sulam, Juz II, As Sadiyah Putra, Jakarta, hal. 14. 9 Copmac Disc (CD) Mausuah al Hadits as Syarif al Kutubut Tasiah, Sunan Abu dawud, hadits no. 4441.

  • 6

    ciptaan Alah dalam wujud alam semesta yang berada disekitar kehidupan anak,

    pepohonan yang hijau, sawah terbentang luas, buah-buahan yang nikmat cita

    rasanya, semuanya anugerah Allah untuk manusia. Dan pada gilirannya anak akan

    mengenal jati dirinya, kedudukanannya di hadapan Allah dan di hadapan sesama

    manusia dan makhluk lainnya. Sebagaimana tersebut dalam ayat: 13 surat Lukman:

    * (Tatkala Lukman berkata kepada kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran

    kepada anaknya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedhaliman atau

    kejahatan yang besar). Pernyataan hai anakku, menunjukkan bahwa pendidikan Lukman menggunakan pendekatan cinta kasih. Ahmad Musthofa al Maroghie

    menyatakan: Dholim adalah: meletakkan sesuatu bukan peda tempatnya. Kedholiman besar ketika orang menyamakan antara Dzat yang tidak ada

    kenikmatan kecuali dari pada-Nya, yakni Allah SWT. dengan makhluk yang tidak

    mampu memberi kenikmatan kepada siapapun, yakni patung atau berhala.10 Aqidah (keimanan yang kuat) adalah kunci dari keberagamaan seseorang,

    dan itu akan diperoleh melalui pendidikan dan latihan secara tekun dan terus

    menerus, baik melalui pendidikan keluarga, atau pendidikan formal, misalnya di

    Madrasah, Sekolah, pesantren, bisa juga melalui pengajian di majelis-majelis

    talim. Aqidah yang kuat akan menjauhkan manusia dari syirik atau

    mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan lainnya. Dan manusia dalam hidupnya

    memiliki prinsip yang tegas sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi saw. dan kita

    ucapkan setiap saat: (Aku rela Allah Tuhanku, Islam agamaku, dan Nabi muhammad adalah nabi dan utusan

    Allah). Sebagaimana hadits dari al Abbas bin Abdul Mutholib, bahwasanya dia

    mendengar Rasulullah saw. bersabda, diriwayatkan oleh Muslim:

    , (Akan menikmati lezatnya beriman orang yang rela bahwa Allah Tuhannya, Islam

    agamanya, dan Muhammad adalah utusan Allah). 11

    Aqidah yang baik akan membawa manusia menjadi baik, sebagai tanda

    bahwa manusia itu baik adalah paham akan agama Islam dengan baik pula.

    Sebagaimana sabda Rasululah saw.

    ) ( (Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang baik, maka Allah

    memberikan kemampuan memahami tentang seluk beluk agama).`````````12

    10 Ahmad Musthofa al maroghie, Op. Cit, hal. 81 11 Abil Husain Muslim bin al Hajjaj al Qusyairie an Naisaburie, Shohih Muslim, Juz: I, Darul Fikri, Beirut,

    Libanon, hal: 41.

  • 7

    Banyak orang lalai terhadap pendidikan aqidah untuk anak-anaknya, mereka

    menganggap itu kurang penting dan bahkan akan mengganggu perkembangan

    kepribadian anak dan menurunkan prestasi anak dalam pendidikan. Realita

    menunjukkan bahwa banyak orang tua tidak memiliki bekal untuk mengantar

    anaknya menjadi manusia yang baik, yang berguna bagi mereka nanti, baik di masa

    tua atau sesudah meninggal dunia.

    B. PENDIDIKAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

    Salah satu tujuan pernikahan: agar memperoleh anak keturunan yang

    baik, sebagai tugas melestarikan kehidupan jenis manusia di muka bumi ini.

    Setelah keluarga memiliki anak, maka Islam mengatur hak-hak anak terhadap

    orang tua dan hak-hak orang tua terhadap anak. Berbicara tentang pendidikan anak,

    maka tekanannya adalah bagaimana mendidik anak agar menyadari bahwa dia

    banyak berhutang budi kepada kedua orang tua terutama ibu, ibu sebagai perantara

    dia lahir ke dunia, maka dia wajib menghargai dan menghormati kedua orang tua

    sebagai manusia yang paling berjasa terhadap dirinya sehingga dia lahir dan hidup

    di dunia ini. Anak dididik memiliki sopan santun, etika, dan hormat kepada orang

    tua dan yang lebih tua dari padanya. Allah sangat bijaksana dalam mengantar

    pendidikan ini, Allah sendiri langsung yang memerintahkan, dengan firman-Nya

    dalam ayat 14 15 surat Lukman: *

    * (Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbakti kepada ibu bapaknya,

    ibunya mengandungnya dalam keadaan lemah dan makin tambah hari makin

    tambah lemah, dan memisahkannya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku

    dan kepada dua ibu bapakamu, hanya kepada-Kulah kamu akan kembali. Dan jika

    keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada

    pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan

    pergaulilah keduanya dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-

    Ku, kemudian hanya kepada-Kulah tempat kembalimu, maka Kutunjukkan

    kepadamu apa yang telah kamu kerjakan).

    Dari ayat ini ada beberapa pelajaran:

    1. Anak wajib berbakti kepada kedua ibu bapaknya, dan haram hukumnya melawan atau menentang kedua orang tua, kapan saja di mana saja, dalam

    12 As Sayyid Ahmad al hasyimie Bek, Mukhtarul ahaaditsi an Nabawiyyah wal Hikami al Muhammadiyah, Op.

    Cit. 175.

  • 8

    kondisi apa saja. Karena jasa-jasa keduanya yang tak mungkin terbalas oleh

    anak manapun. Bahkan Allah secara tegas berfirman dalam surat al Isrok: 23:

    *

    (Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain

    Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu sebaik-baiknya. Jika

    salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai usia lanjut dan

    berada dalam tanggungjawabmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan

    kepada keduanya perkataan: ah dan janganlah kamu menghardik mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulya). Banyak cerita tentang

    bencana yang akan diterima oleh orang yang tidak berbakti kepada kedua orang

    tua (uquuqul walidain), kata orang Jawa "kuwalat". Oleh karena itu wajib bagi

    anak berusaha untuk mendapat ridlo orang tua agar Allah meridloinya,

    sebagaimana sabda Nabi saw: Ridlo Allah itu terletak pada keridloan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah itu terletak pada kemurkaan kedua orang tua.

    2. Dilarang mengikuti perintah orang tua yang mengajak mempersekutukan Allah

    dengan yang lain, atau bermasiyat kepada Allah, dan wajib bergaul dengan baik walaupun agama kedua orang tua bukan orang Islam. Karena anak telah

    memahami bahwa menyekutukan Allah dengan yang lain adalah kedholiman

    yang besar. Dalam satu riwayat bahwa ayat ini diturunkan meyangkut tentang

    Saod bin Abi Waqosh, ia berkata: Ketika saya masuk Islam, ibuku bersumpah, dia tidak akan makan dan minum, pada hari pertama dia mogok makan saya

    memanggilnya untuk makan, dia tidak mau dan dia bertahan, pada hari kedua

    saya panggil untuk makan, dia menolak, pada hari ketiga, saya panggil lagi, dia

    tetap menolak. Lalu saya berkata kepadanya: Demi Allah seandainya ibu memiliki seratus nyawa, maka seratus nyawa itu akan melayang sebelum saya

    meninggalkan agamaku ini. Ketika ibu tahu bahwa saya tidak akan melakukan apa yang dikehendaki agar saya kembali musyrik, maka dia mau makan.13

    3. Dan setiap anak wajib menempuh jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang menuju kepada Tuhan Allah, yakni jalan orang-orang sholeh yang rajin

    beribadah kepada Allah, dengan kesadaran bahwa dia akan kembali kepada

    Allah dan menerima balasan apa yang telah mereka perbuat di dunia. Inilah

    pendidikan anak tentang syariah agama yang dianutnya. Dalam kaitannya berbakti kepada kedua ibu bapak, Abu Hurairoh berkata:

    Datang seorang laki-laki menghadap Rasulullah saw. dan bertanya:

    , : : , : ) ( : : , : :

    13 Ahmad Musthofa al Maroghie, Op. Cit, hal:83.

  • 9

    (Hai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya pergauli dengan

    baik? Beliau menjawab: Ibumu. Ia bertanya lagi: Lalu siapa? Beliau menjawab:

    Ibumu. Ia bertanya lagi: Lalu siapa? Beliau menjawab: Ibumu. Ia bertanya lagi:

    Lalu siapa? Beliau menjawab: Ayahmu).14

    Tepat sekali bunyi ayat di atas

    menyebut ibu yang mengandung dan menyusui selama dua tahun terrhadap

    anaknya, karena betapa penting peran seorang ibu terhadap perkembangan

    kepribadian seorang anak.

    Dalam hal berbakti kepada kedua orang tua, secara langsung diperintah oleh

    Allah, oleh karena sangat tidak mungkin seorang ayah atau ibu menyatakan kepada

    anaknya: Kamu harus berbakti kepadaku. Oleh karena itu sangat penting peranan guru atau pembimbing rohani untuk menjelaskan tentang berbakti kepada dua

    orang tua dimaksud. Banyak kita jumpai seseorang lebih hormat kepada gurunya

    dibanding kepada kedua orang tuanya, hal ini dimungkinkan anak tidak diserahkan

    kepada pendidik yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang tepat.

    Di Indonesia sudah ada Undang-Undang perlindungan anak, orang tua dapat

    dihukum karena menelantarkan anaknya, tetapi belum ada undang-undang

    perlindungan orang tua, oleh sebab itu bila ada anak menelantarkan orang tuanya,

    tidak dijerat oleh hukum, banyak kasus orang tua telantar, bahkan di Situbondo ada

    dua orang anak yang bapaknya sejak sakit sampai meninggal dunia di rumah sakit

    tidak mau menjenguk dan mengambil jenazah bapaknya, ini anak kurang ajar,

    tetapi tidak dapat dijerat oleh hukum. Hal ini sangat timpang dan perlu

    mendapatkan perhatian semua pihak, agar segera ada UU tentang perlindungan

    orang tua.

    Dalam UU Sisdiknas Nomor: 20 Tahun 2003, tujuan pendidikan nasional

    adalah: untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

    beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

    berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

    bertanggung jawab.15

    Sama sekali tidak menyentuh kebaktian seorang anak

    terhadap kedua orang tuanya, sehingga sangat sulit dalam pendidikan kita untuk

    mengembangkan budi pekerti, karena pangkal utama budi pekerti itu adalah hormat

    terhadap kedua orang tua atau lain yang berjasa. Untuk itu perlu ditinjau kembali

    UU Sisdiknas kita di masa mendatang, dengan mempertimbangan unsur pokok

    pendidikan Lukman.

    C. PENDIDIKAN DISIPLIN DAN TAAT TERHADAP HUKUM

    Anak dididik berdisiplin dan taat hukum, character building (pembangunan

    mental) dan basic personality (dasar-dasar kepribadian) anak, maka harus melalui

    penanaman disiplin yang tinggi, agar anak memiliki kekuatan jiwa, atau mental

    yang tinggi, tidak mudah menyerah dengan keadaan. Dan anak dilatih untuk taat

    terhadap hukum yang berlaku, anak dididik mengenal reward and punishment

    14 Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syarof an Nawawie, Riyadlus Sholihin min kalami Sayyidil Mursalin, Salim Nabhan wa aulaadih, Surabaya, hal. 116. 15

    Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI NO. 20 TH. 2003), Sinar Grafika,

    Jakarta, hal. 5 6.

  • 10

    (ganjaran dan hukuman), agar anak memiliki tanggung jawab terhadap apa saja

    yang ia kerjakan dan lakukan, baik dalam bentuk ucapan atau perbuatan.

    Sebagaimana yang diajarkan oleh Lukman dalam surat Lukman: 15:

    *

    (Hai anakku, sesungguhnya jika ada suatu perbuatan seberat biji sawi, yang

    berada di dalam batu, atau di langit atau di perut bumi, niscaya Allah akan

    mendatangkannya atau membalasnya. Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha

    Mengetahui).

    Anak dilatih untuk melakukan yang terbaik, agar mereka sadar bahwa semua

    yang dilakukan sekecil apapun baik atau buruk, pasti akan dibalas oleh Allah. Anak

    dilatih untuk tidak melanggar peraturan dan perundang-undangan yang berlaku

    lebih-lebih syariat yang ditetapkan oleh Tuhan Allah, kata orang sekarang menjunjung tingi supremasi hukum. Karena dengan tegaknya hukum, maka

    kehidupan masyarakat dan negara akan menjadi sebagaimana digambarkan oleh

    Allah dalam surat as Sabak: 15: (Negeri yang baik, dengan ampunan dari Tuhan yang Maha Pengampun). Anak dilatih melakukan kewajiban

    dengan tertib dan baik, karena kesemuanya itu akan kembali kepada diri mereka

    sendiri, sehingga oleh anak kewajiban dipandang sebagai kebutuhan diri sendiri

    yang mutlak. Apabila setiap orang tua menyadari betapa pentingnya pendidikan

    disiplin dan taat hukum ini, maka pasti akan ada program khusus dalam rumah

    tangga tentang pendidikan tersebut, dan tentu akan terwujud keteladanan setiap

    orang tua bagi anak-anaknya tentang disiplin dan taat hukum ini. Anak sudah

    memahami akan hak dan kewajiban, dan hukum sebab akibat, sebagaimana

    pepatah; Siapa yang menanam dialah yang akan menuai, Siapa menebar angin akan menuai badai. Sehingga anak memiliki disiplin pribadi yang kuat.

    D. PENDIDIKAN PRIBADI MANDIRI DAN BERTANGGUNG JAWAB

    Lukman al Hakim mendidik anaknya untuk menjadi manusia yang

    berkepribadian mandiri dan bertanggung jawab terhadap profesi. Sebagaimana

    firman Allah dalam surat Lukman: 17:

    *

    (Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik, dan

    cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa

    yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang

    diwajibkan oleh Allah).

    Ada tiga hal yang diharapkan oleh Lukman al hakim terhadap anaknya:

  • 11

    1. Agar anaknya tekun melaksanakan sholat, sebagai tanggungjawabnya sebagai makhluk individu, sholat bisa dimaknai sebagai sholat secara harfiyah, tetapi

    juga sholat sebagai simbul dari ibadah secara keseluruhan. Sholat dalam arti

    harfiyah, bahwa sholat itu mampu mencegah manusia dari perbuatan keji dan

    mungkar, sedangkan bila sholat dimaknai sebagai simbolis dari seluruh ibadah,

    maka anak diharapkan memiliki pribadi yang teguh sebagai hamba Allah yang

    tugas pokoknya berbakti hanya kepada Allah semata. Perintah sholat sudah

    didahului dengan simpul-simpul tahapan, ketika anak umur tujuh tahun, ketika

    anak sudah umur 10 tahun, dan ketika anak sudah baligh mukallaf, dia

    bertanggung jawab menerima beban hukum terutama sholat. Menurut sabda

    Nabi saw. bahwa anak sudah diperintah melakukan sholat sejak umur tujuh

    tahun, dan setelah umur sepuluh tahun, harus dipukul bila lalai terhadap

    sholatnya.

    ) (.

    (Perintahlah anakmu sholat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka

    bila lalai setelah umur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka).16

    Anak diperintah pada usia tujuh tahun dan dipukul pada usia sepuluh tahun,

    bukan berarti Lukman baru berbicara tentang sholat ketika anak sudah berumur

    tujuh tahun, tetapi jauh sebelum itu anak telah dididik untuk sholat.

    2. Anak yang sudah dewasa dan mandiri bertanggung jawab sebagai makhluk

    sosial, untuk beramar maruf nahi anil mungkar di tengah masyarakat luas. Menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap lingkungannya,

    pergaulannya, dan masyarakat sekitarnya, artinya diharapkan menjadi

    pemimpin bagi orang yang bertaqwa kepada Allah. Sebagaimana doa kita setiap selesai sholat, dalam surat al Furqon: 74:

    * (Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami

    sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang

    yang bertaqwa). Betapa banyak cerdik pandai, gagah perkasa, tetapi tidak

    memiliki kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya, mereka hanya

    sibuk mengurusi kebutuhan sendiri-sendiri, dan itulah kondisi bangsa kita saat

    ini, sangat memprihatinkan sekali.

    3. Dididik menjadi manusia yang sabar menghadapi semua rintangan dan

    tantangan hidup, termasuk dalam menjalankan tugas amar maruf nahi anil mungkar, melalui keteladanan dalam hidup Lukman sebagai manusia yang

    diberi hikmah kebijaksanaan. Karena sadar bahwa itu semua adalah suatu

    kewajiban mulia yang harus dipikul dan tidak mungkin kehormatan yang

    16 Al Imam Jalaluddin Abdur Rohman bin Abi Bakar as Suyuthie, Al Jamiu as Shoghir, Darul Kaatib al Arobie

    wat Thobaah wan nasyar bil Qohiroh /Darul Qolam (Kairo), tahun 1967, hal. 291.

  • 12

    diberikan Tuhan itu dilepaskan, dan yakin Tuhan pasti akan memberikan jalan

    keluar dari segala kesulitan yang dihadapinya, itu pasti dan pasti, karena Tuhan

    Allah tidak akan menipu, dan itulah yang dinamakan dalam islam ruhul jihad atau semangat juang yang tinggi.

    E. PENDIDIKAN AKHLAQUL KARIMAH

    Lukman mendidik anaknya agar memiliki akhlaqul karimah, memiliki rasa

    sosial kemasyarakatan yang tinggi, memiliki human relationship yang kuat, tidak

    sombong dan congkak, ketika nanti sudah menjadi manusia yang berstatus di

    masyarakat, hidup dalam kecukupan atau bahkan memiliki status atau posisi

    penting di tengah masyarakat. Dalam surat Lukman: 18 19 Lukman berkata kepada anaknya:

    * *

    (Dan janganlah kemu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong, dan

    janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak

    menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan

    sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya

    seburuk-buruk suara ialah suara keledai).

    Sombong dan congkak itu pada kebiasaannya dilakukan oleh orang yang

    sudah mapan dalam kehidupannya, sudah memiliki status atau kedudukan di

    masyarakat, sekalipun tidak menutup kemungkinan orang yang tidak memiliki

    kemapanan juga ada yang sombong, hal itu luar biasa. Gejala kesombongan itu

    dapat terlihat dalam ekspresi wajah, ekspresi sikap, cara berjalan, cara berbicara,

    dan bentuk-bentuk lainnya, yang menggambarkan sikap merendahkan atau

    meremehkan orang lain, karena merasa dirinya lebih dalam segala hal. Islam sangat

    menekankan akhlaqul karimah, karena Nabi Muhammad saw. di utus oleh Allah

    untuk menyempurnakan akhlak yang baik, sesuai dengan sabda beliau saw.:

    Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Nabi saw. bersabda:

    , ( ,

    ) (Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berbuat

    baik kepada tetangganya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari

  • 13

    akhir, maka hendaklah menghormati tamunya, dan barang siapa yang beriman

    kepada Alah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau diam).17

    Dalam kesempatan lain beliau bersabda:

    ) ( (Tidak dinyatakan beriman sempurna seseorang di antara kamu, sampai mencintai

    saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri).18

    Uraian dalam ayat ini menggambarkan pendidikan bagi anak-anak setelah

    dewasa nanti dan memiliki status sosial yang mapan, kedudukan yang lumayan,

    maka hendaknya jangan berbuat dholim terhadap siapapun saja terutama terhadap

    profesinya, dan berkhianat terhadap amanat yang diberikan kepadanya.

    BAB IV

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Lima pilar pokok sebagai tujuan pendidikan model Lukman al Hakim dan

    itulah pendidikan Islam, akan membentuk pribadi manusia muslim yang paripurna,

    berilmu, bertanggung jawab, amanat, dan tegak berdiri sebagai manusia berpribadi

    luhur atau bertaqwa. Menggambarkan suatu sistim pendidikan berjenjang dan

    berkelanjutan, sejak lahir sampai dengan menjadi manusia seutuhnya yang

    bertaqwa dan berkualitas tinggi, sebagai pendidikan seumur hidup (long life

    17 As Sayyid Ahmad al Hasyimie Bek, Op. Cit, hal. 173. 18 Ibid, 138.

  • 14

    education). Anak manusia yang demikian tidak akan goyah oleh badai pengaruh

    globalisasi negatif sebesar apapun, biar berdekatan dengan porno grafi, porno aksi

    baik lewat media tulis, media elektronika, internet, baik berdekatan dengan narkoba

    sekalipun, berdampingan dengan manusia korup, dia tetap tangguh mampu

    mempertahankan identitas sebagai pribadi muslim yang muttaqin, karena telah

    memiliki kekebalan tubuh dan daya tangkal yang hebat. Dan bahkan anak manusia

    yang demikian ini mampu mengadakan perubahan terhadap lingkungannya ke arah

    yang lebih baik. Pribadi anak manusia yang demikian tidak gentar menghadapi

    segala bentuk rintangan, ancaman baik terhadap harta dan jiwa raganya, karena

    kuatnya keyakinan atas pertolongan Allah. Pribadi anak manusia yang demikian

    inilah yang mampu mengemban amanat nusa, bangsa dan agamanya, yang mampu

    mengantarkan kedua orang tuanya ke derajat yang mulia dan bahagia, masuk ke

    dalam surga.

    Itulah sosok pribadi masnusia yang digambarkan oleh Allah dalam surat al

    Furqon: 63 76:

    * * * *

    * * *

    * * * *

    * * *

    (Dan hamba-hamba yang dikasihi Tuhan Allah ialah orang-orang yang apabila

    berjalan di muka bumi dengan rendah hati dan apabila orang jahil menyapa

    mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan. Dan

    orang-orang yang menghabiskan malam hari untuk bersujud dan berdiri beribadah

    kepada Tuhan mereka. Dan orang-orang yang menyatakan: Ya Tuhan kami, jauhkanlah kami dari siksa neraka jahannam, sesungguhnya siksanya itu adalah

  • 15

    kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat tinggal,

    dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan hartanya

    tidak berlebih dan tidak pula kikir, dan mereka itu membelanjakan harta sedang-

    sedang saja atau wajar. Dan orang-orang yang tidak menyembah kepada tuhan

    yang lain bersama-sama dengan menyembah Allah dan tidak membunuh jiwa yang

    diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina, barang

    siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia menadapat pembalasan ata

    dosa-dosanya. Akan dilipat gandakan siksa untuknya pada hari qiyamat dan dia

    akan kekal dalam siksa itu dalam keadaan hina dina. Kecuali orang-orang yang

    bertaubat, beriman dan mengerjakan amal sholeh, maka kejahatan mereka itu akan

    diganti oleh Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi

    Maha Penyayang. Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal sholeh, maka

    sesungguhnya dia benar-benar bertaubat kepada Allah dengan taubat yang

    sebenar-benarnya. Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan

    apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan yang

    tidak ada mafaatnya, mereka itu lewat dengan tetap menjaga kehormatan dirinya.

    Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka,

    mereka itu tidak menghadapinya seperti orang yang tuli dan buta. Dan orang-

    orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi

    orang-orang yang bertaqwa. Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi dalam surga, karena kesabaran mereka, dan mereka disambut dengan

    penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. Mereka itu di dalam surga. Dan

    surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman).

    Yang dimaksud dengan ibaadur Rohman adalah manusia yang menjadi

    kekasih Allah, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Berjalan di muka bumi penuh santun dan merendahkan diri, tidak angkuh.

    2. Apabila dikata-katai orang bodoh, dia merespon dengan kalimat yang adil dan benar.

    3. Rajin melakukan sholat malam (sholatul lail). 4. Selalu berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari siksa api neraka. 5. Dermawan, tidak boros dan tidak kikir, tetapi sedang-sedang saja. 6. Tidak melakukan dosa besar, yaitu musyrik, membunuh, dan berzina, karena

    sadar bahwa akan mengantar dia masuk neraka jahannam, kekal di dalamnya.

    7. Tidak menjadi saksi palsu, dan selalu menjaga kehormatan dirinya. 8. Bila mendengar ayat atau firman Allah, ia penuh perhatian, tidak membisu dan

    membuta.

    9. Selalu berusaha dan berdoa untuk diri keluarga dan anak cucunya, agar menjadi manusia berguna dan pemimpin bagi orang yang bertaqwa.

    Generasi penerus yang memiliki sembilan ciri atau karakter kuat seperti

    itulah yang kita dambakan, terutama dalam era yang serba tidak menentu ini. Untuk

    membangun generasi yang sehebat itu, diperlukan perjuangan, dan kerja keras,

    pengorbanan yang besar, serta ketekunan dan kesabaran yang tinggi. Dan sungguh

    alangkah indahnya bila semangat membangun generasi penerus ini dimiliki secara

  • 16

    kolektif oleh seluruh ummat Islam Indonesia, niscaya dapat kita gambarkan

    kejayaan nusa bangsa di masa mendatang.

    B. SARAN-SARAN

    1. Pilihlah tempat pendidikan bagi anak-anak kita sesuai dengan esensi pokok pendidikan Lukman al Hakim, terserah apakah Sekolah umum, Madrasah,

    Pasantren, atau kursus, apakah perguruan tinggi umum atau agama, yang

    penting mampu mengantar anak kita menjadi manusia yang mandiri baik

    kehidupan duniawi terutama kehidupan ukhrowi.

    2. Jadilah contoh dan pendidik yang baik bagi anak-anak, agar anak memiliki idola yang tepat, yakni ayah dan ibunya sendiri, tidak mencari idola di luar

    rumah.

    3. Bersabarlah dalam mendidik anak, karena suatu investasi berharga dunia dan akhirat, dan oleh karena itu memerlukan perjuangan yang serius, sabar dan

    kontinu.

    4. Jangan memanjakan anak, karena memanjakan anak akan mematikan kreativitas, dan setelah dewasa nanti dia tidak memiliki kemampuan untuk

    mandiri, daya juangnya rendah, dan mudah menyerah.

    5. Untuk membangun karakter anak bangsa, maka sebuah keniscayaan Berbakti kepada dua orang tua dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan, sekaligus secara eksplisit tertuang di dalam tujuan pendidikan nasional.

    Semoga Allah senantiasa menuntun dan menolong kita, agar kita tetap

    konsisten dalam mendidik anak-anak kita sebagai amanat dari Allah, dan semoga

    kita mampu menjadi contoh terbaik bagi anak-anak kita. Aamiin.

    . Malang, 5 Juni 2008.

    Penyusun,

    Drs. H. Kusnan A.

    DAFTAR PUSTAKA

    Departenen Agama RI. Al Quran dan Terjemahnya. Jakarta.

    Abu Thohir bin Abas. 1995. Tanwirul Miqbas min Tafsir Ibnu Abbas.

    Darul Fikri,Beirut, Libanon.

    Al Qurthubie, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al Anshorie, 1994.

    Al Jamiu li ahkaamil Quran. Darul Fikri, Beirut, Libanon.

    Al Maroghie, Ahmad Musthofa. 1994. Tafsir al Maroghie.Darul Fikri,

    Beirut, Libanon, 1974.

    Al Atsqolanie, Ahmad bin Alie bin Hajar. 1993. Fat-hul Barie syarah Shohih

  • 17

    al Bukhorie. Darul Fikri, Beirut, Libanon.

    Muslim, Abu al Husain. 1993. Shohih Muslim. Darul Fikri, Beirut, Libanon.

    As Suyuthie, Al Imam Jalaluddin Abdur Rohman. 1967. Al Jamiu as Shoghir. Darul Kitab al Arobie, Kairo.

    An Nawawie, Abu Zakariya Yahya bin Syarof, tt. Riyadlus sholihin. Salim

    Nabhan, Surabaya.

    Al Hasyimie Bek, As Sayyid. 1948. Mukhtarul ahaadits an Nabiwiyah.

    al Hidayah, Surabaya.

    Abdul Hamid Hakim. tt. As Sulam. Al Maktabah as Sadiyah, Jakarta.

    Al Munjid. 1986. Qamus al Munjid fi al lughoh wal alam. Darul Masyriq, Beirut,

    Atabik, Ali Ahmad Zuhdi Muhdlor. 1996. Kamus kontemporer Arab-Indonesia.

    Yayasan Ali Maksum, Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.

    Compac Disc (CD). Al Mausuah al Hadits as Syarif al Kutubut tasiah (Ensiklopedi sembilan kitab Hadits as Syarif).

    Abdul Baqie, Muhammad Fuad. tt. Al Mujamu al Mufahros. Angkasa, tt.

    Undang-Undang SISDIKNAS (SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL) 2003

    (UU RI NO. 20 TH. 2003), Sinar Grafika, Jakarta, 2005.