PERAN SISTEM MUSKULOSKLETAL TERHADAP PENGATURAN NUTRISI TUBUH
Pengaturan nutrisi tubuh tidak terlepas dengan kerja berbagai sistem tubuh. Dalam hal ini
berbagai sistem mekanisme tubuh amat berperan dalam pengaturan nutrisi tubuh. Pada proses
pencernaan dan absorbsi itu sendiri berlangsung dengan sangat terkoordinasi dalam sistem pencernaan
dimana struktur saluran cerna dan cara kerjanya memungkinkan pemecahan makanan menjadi unit-unit
sangat halus dan pengantaran produknya ke dalam tubuh. Pada akhirnya zat-zat yang telah dimodifikasi
ini dapat diserap ke dalam lingkungan internal tubuh.
Pengaturan nutrisi tubuh memiliki keterkaitan yang kuat dengan system musculoskeletal. Dalam
proses pencernaan, diperlukan bantuan dari otot agar organ pencernaan dapat melakukan fungsinya
dengan baik. Salah satu bagian dari system pencernaan adalah lambung. Lambung adalah suatu kantung
yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml. Inlet ke lambung disebut pertemuan
esofagogastrik. Bagian ini diikelilingi oleh cincin otot halus yang disebut sfingter esophagus bawah
(sfingter cardia), yang pada saat berkontraksi , menutup lambung dari esofagus. Lambung dibagi
menjadi empat bagian anatomy, yaitu cardia, fundus, corpus, dan pylorus. Otot halus sirkuler di dinding
pylorus membentuk sfingter pylorus dan mengontrol lubang antara lambung dan usus halus. (Brunner &
Suddarth, 2001 : hal. 984)
Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrien, air, dan
elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Dimana dalam proses
memindahkan zat tersebut sistem pencernaan melaksanakan 4 proses dasar, yaitu motilitas, sekresi,
digesti, dan absorpsi.
Motilitas adalah kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan, Otot
polos di dinding saluran pencernaan secara terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang
disebut dengan tonus. Tonus ini sangat penting untuk mempertahankan agar tekanan pada isi saluran
LTM
NAMA : HARFAH MASADY
NPM : 1106129783
KLS : B EKSTENSI 2011
pencernaan tetap dan untuk mencegah dinding saluran pencernaan melebar secara permanen setelah
mengalami distensi (peregangan).
Dalam proses motilitas terjadi dua gerakan yaitu:
1. Gerakan propulsif, yaitu gerakan mendorong atau memajukan isi saluran pencernaan sehingga
berpindah tempat ke segmen berikutnya, dimana gerakan ini pada setiap segmen akan berbeda
tingkat kecepatannya sesuai dengan fungsi dari regio saluran pencernaan, contohnya gerakan
propulsif yang mendorong makanan melalui esofagus berlangsung cepat tapi sebaliknya di usus
halus tempat utama berlangsungnya pencernaan dan penyerapan makanan bergerak sangat
lambat.
2. Gerakan mencampur, gerakan ini mempunyai 2 fungsi yaitu mencampur makanan dengan getah
pencernaan dan mempermudah penyerapan pada usus.
Yang berperan dalam kedua gerakan ini salah satunya yaitu muskularis eksterna, suatu lapisan
otot polos utama di saluran pencernaan yang mengelilingi submukosa. Di sebagian besar saluran
pencernaan lapisan ini terdiri dari dua bagian yaitu lapisan sirkuler dalam dan lapisan longitudinal luar.
Serat-serat lapisan otot polos bagian dalam berjalan sirkuler mengelilingi saluran, kontraksi serat-serat
sirkuler ini menyebabkan kontriksi, sedangkan kontraksi serat-serat di lapisan luar yang berjalan secara
longitudinal menyebabkan saluran memendek, aktivitas kontraktil lapisan otot polos ini menghasilkan
gerakan propulsif dan mencampur.
Pada proses mengunyah juga terlibat Musculi Masticatoria, yaitu : M. Masseter, M. Temporalis,
M. Pterygoideus Lateralis, M. Pterygoideus Medialis. Pada proses mengunyah, bibir terdiri atas dua
lipatan daging yang membentuk lubang mulut. Di sebelah luar ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam
ditutupi oleh selaput lendir. Otot orbikularis oris menutup bibir: levator anguli oris mengangkat, dan
depressor anguli oris menekan ujung mulut. Tempat bibir atas dan bawah bertemu membentuk sudut
mulut. Sedangkan palatum terdiri atas dua bagian yaitu palatum keras yang tersusun atas tajuk-tajuk
palatum dari sebelah depan tulang maksilaris dan lebih ke belakang terdiri atas dua tulang palatum. Di
tengah palatum lunak menggantung fauces, melengkung ke bawah dan ke samping kiri dan kanan dan
diantara tiang-tiang ini terdapat lipatan rangkap otot dan selaput lendir yang di sebelah kanan dan kiri
memuat tonsil.
Pada pipi membentuk sisi berdaging pada wajah dan menyambung dengan bibir mulai pada
lipatan nasolabial, berjalan dari sisi hidung ke sudut mulut. Pipi dilapisi dari dalam oleh mukosa yang
mengandung papilla-papila. Otot yang terdapat paada pipi adalah otot buksinator.
Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan atau deglutition. Menelan
merupakan suatu aksi fisiologi kompleks dimana makanan atau cairan berjalan dari mulut ke lambung.
Pada saat menelan, sfingter esophagus atas membuka sesaat untuk memberi jalan kepada bolus
makanan yang ditelan. Menelan menimbulkan gelombang kontraksi yang bergerak ke bawah sampai ke
lambung. Hal ini terjadi akibat adanya kerja sama antara kedua lapisan otot esophagus yang berjalan
sirkuler dan longitudinal .
Fase Faringeal dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus
palatoglosus) dan reflex menelan segera timbul. Pada fase faringeal, m. tensor veli palatini dan m.
levator berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat , kemudian uvula tertarik ke atas dan ke
posterior sehingga menutup daerah nasofaring. m. genioglosus, m. ariepilotika, m. krikoaritenoid
lateralis berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup. Laring dan tulang
terangkat keatas kea rah dasar lidah karena kontraksi m. stilohioid, m. geniohioid, m. tirohioid. Kontraksi
m. konstrikstor faring superior , m. konstriktor faring inermedius dan m. konstriktor faring inferior
menyebabkan faring tertekan ke bawah yang diikuti oleh relaksasi m. krikofaring. Pergerakan laring ke
atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esophagus dan dorongan otot-otot faring ke inferior
menyebabkan bolus makanan turun dan masuk ke servikal esophagus.
Sewaktu makanan masuk ke lambung terjadi gerakan massa di kolon yang terutama disebabkan
oleh reflek gastrokolon yang diperantarai oleh gastrin ke kolon. Refleks ini sering ditemukan setelah
sarapan timbul keinginan kuat untuk buang air besar. Refleks gastroileum memindahkan isi usus halus
yang tersisa ke dalam usus besar dan reflek gastrokolon mendorong isi kolon ke dalam rektum yang
memacu proses defekasi.
Feses di rektum menyebabkan peregangan yang kemudian dideteksi oleh receptor di rektum
terbentuklah suatu impuls yang menuju mysenteric plexus peristaltic. Hal ini menimbulkan gelombang
pada kolon desenden dan sigmoid. Apabila sfingter anus eksternus (otot rangka) juga melemas, terjadi
defekasi. Refleks lainnya, impuls yang berasal dari rektum menuju medula spinalis lalu menuju kolon
descenden → sigmoid → rectum → anus.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton AC and Hall JE. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Alih Bahasa : Irawati setiawan, LMA Ken
Ariata Tengadi, Alex Santoso. Jakarta : EGC
Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC