LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
KANKER OVARIUM
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblas (ectodermal, endodermal, dan
mesodermal) dengan sifat – sifat histiologis maupun biologis yang beraneka
ragam (Smeltzer & Bare, 2002).
Kanker ovarium adalah kumpulan tumor dengan histiogenesis yang beraneka
ragam, baik yang besar maupun yang kecil.(Sylvia anderson, 1995)
Kanker ovarium adalah bagian dari karsinoma sel skuamosa ovarium yang
dapat tumbuh dalam setiap epitel berlapis skuamosa atau mukosa yang
mengalami metaplasia skuamosa.(Stanley L Robbins, 1995)
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium
(indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun.
Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui
sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan
paru-paru.
B. Etiologi
Tidak ada penyebab yang pasti tetapi terdapat faktor-faktor resiko terjadinya
kanker ovarium yaitu:
a. Wanita dengan riwayat keluarga kanker ovarium atau kanker payudara
khususnya ibu / saudara perempuan.
b. Wanita dengan riwayat kanker payudara
c. Ovulasi yang lebih dari 40 tahun dan menopause yang lambat.
d. Usia kehamilan I setelah berusia lebih dari 30 tahun.
e. Usia lebih dari 45 tahun dan nulipara.
f. Merokok dan alkohol.
g. Kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat
terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor
h. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan
epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
i. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium
untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan
sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi
menjadi sel-sel tumor.
j. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium.
Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan invitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker
ovarium.
k. Hipotesis Progesteron
Progesteron ternyata memiliki peranan protektif terhadap terjadinya
kanker ovarium. Epitel normal ovarium mengandung reseptor progesteron.
Progesteron menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel ovarium,
sedangkan esterogen menghambatnya. Pemberian pil yang mengandung
esterogen saja pada wanita pasca menopause akan meningkatkan
terjadinya resiko kanker ovarium, sedangkan pemberian kombinasi dengan
progesteron akan menurunkan resikonya. Kehamilan, dimana kadar
progesteron tinggi, menurunkan kanker ovarium. Pil kontrasepsi
kombinasi menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium. Demikian juga
yang hanya mengandung progesteron yang menekan ovulasi juga
menurunkan resiko kanker ovarium.
l. Paritas
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi memiliki
resiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah dari pada nulipara,
yaitu dengan resiko relatif 0,7 pada wanita yang mengalami 4 atau lebih
kehamilan anterm,resiko terjadinya kanker ovarium berkurang sebesar
40% dibandingkan dengan wanita nulipara.
m. Talk
Pemakaian talk (bydrous magnesium silicate) pada daerah perinium
dilaporkan meningkatkan resiko terjadinya kanker ovarium dengan resiko
relatif 1,9% akan tetapi, penelitian prospektif yang mencangkup kohort
78.000 wanita ternyata tidak mendukung teori diatas . Meskipun 40%
kohort melaporkan pernah memakai talk, hanya sekitar 15% yang
memakainya setip hari. Resiko relatif terkena kanker ovarium pada yang
pernah memakai talk tidak meningkat (RR 1,1). Demikian juga bagi yang
selalu memakainya.
n. Ligasi Tuba
Pengikatan tuba ternya menurunkan resiko terjadinya kaanker ovarium
dengan resiko relatif 0,3. Mekanisme terjadinya efek protektif ini diduga
dengan terputusnya akses talk atau karsinogen lainnya dengan ovarium.
C. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala umum kanker ovarium bervariasi dan tidak spesifik.
Pada stadium awal berupa :
a. Haid tidak teratur
b. Ketegangan menstrual yang terus meningkat
c. Menoragia
d. Nyeri tekan pada payudara
e. Menopause dini
f. Rasa tidak nyaman pada abdomen
g. Dispepsia
h. Tekanan pada pelvis
i. Sering berkemih
j. Flatulenes
k. Rasa begah setelah makan makanan kecil
l. Lingkar abdomen yang terus meningkat
m. Benjolan pada perut
n. Rasa berat, gangguan atau kesulitan saat defekasi
o. Oedema tungkai.
p. Anemia dan penurunan berat badan biasanya baru terjadi pada
tingkat lanjut
q. Perdarahan abnormal pada masa reproduksi
D. Patofisiologi
Kanker ovarium disebabkan oleh zat-zat karsinogenik sehingga terjadi
tumor primer dimana akan terjadi infiltrasi di sekitar jaringan dan akan
terjadi implantasi. Dimana implantasi ini merupakan ciri khas dari tumor
ganas ovarium yang cenderung akan semakin berkembang apabila
ditunjang oleh factor-faktor risiko timbulnya sel-sel kanker. Sel kanker
ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan
dengan abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan
peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan keganasan dapat timbul
pada semua permukaan intraperitoneal. Sel-sel abnormal ini akan menekan
sel normal dan saraf-saraf yang terdapat di sekitar abdomen dan pelvis
sehingga pasien akan merasakan nyeri, perdarahan abnormal vagina
sekunder bisa terjadi akibat hyperplasia endometrium sehingga cairan
yang keluar berbau yang tidak enak. Darah yang keluar selama fase
perdarahan ini bias menyebabkan kelebihan pengeluaran cairan atau
berkurang konsentrasi hematocrit dalam tubuh sehingga pasien juga akan
mengalami anemia yang berpengaruh pada suplai O2 ke jaringan tubuh
dan akan terjadi intoleransi pasien terhadap aktivitas tertentu. Apabila
stadium kanker sudah lanjut, maka akan dilakukan tindakan seperti
pembedahan, radioterapi atau kemoterapi, terapi-terapi ini berisiko
menimbulkan rusaknya integritas kulit dan efek samping seperti kulit
menjadi merah dan kering, stomatitis, mual muntah serta depresi sumsum
tulang belakang sehingga menyebabkan produksi Hb menurun, bila Hb
menurun maka oksigen akan sedikit yang diikat dan sel-sel tubuh akan
kekurangan O2 terutama sel gastrointestinal yang paling banyak
memerlukan HbO2 untuk mencerna makanan, dan apabila pasokan sedikit
maka kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi akan berkurang dan
pasien akan kelemahan atau lemas, dan imunitas menurun sehingga
kemungkinan terpajan agen infeksious sangat tinggi. Kondisi dari
penyakit dan fase pengobatan ini menimbulkan stress psikologik
berlebihan pada pasien karena kurangnya pengetahuannya tentang kanker
dan perubahan status kesehatannya.
E. Pathways
Pathways terlampir
F. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
TTV dalam batas normal
Berat Badan menunjukkan penurunan progresif
Dimana batas normal TTV meliputi :
Nadi : 60-100 x / menit
Nafas : 16 - 20 x / menit
Tekanan Darah : 110-140 / 60-90 mmHg
Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C
Turgor kulit buruk
Warna kulit merah dan kering
Pemeriksaan Fisik (Fokus ke bagian abdomen dan pelvis)
a. Inspeksi
Adanya lesi seperti bunga kol berwarna cokelat, merah atau putih
Keluar cairan encer dari vagina dan berbau busuk
Perdarahan yang terjadi, volume darah yang keluar berlebihan
Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis)
Raut wajah pucat
Pasien tampak menggaruk bagian pelvis
b. Palpasi
Teraba benjolan yang terus tumbuh menjadi keras di abdomen dan
pelvis
Teraba massa pada perut (acites)
Distensi abdomen
Teraba kandung kemih
G. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan untuk diagnose kanker :
a. Pulasan Pap Smear
Test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim
yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan
pada laher rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan
dengan mikroskop.
b. Pemeriksan darah lengkap
c. Pemeriksaan kimia darah
d. Pemeriksaan USG transvaginal. Namun, USG belum bisa
mendeteksi penyebaran sel tumor
e. Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih)
f. Proktoskopi (pemeriksaan rektum)
g. Pemeriksaan panggula dibawah pengaruh obat bius
h. Rontgen dada
i. CT scan dan MRI.
j. Laparatomi dan Laparaskopi
Menentukan tumor itu jinak atau ganas dengan metode biopsi
(Price,2005;1299)
H. Penatalaksanaan
Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker ovarium:
a. Operasi/Pembedahan
1) Histerektomi total yaitu mengangkat rahim dengan organ
sekitarnya
2) Salpingo ooporekmitomi yaitu mengangkat kedua ovarium dan
kedua saluran tuba fallopii
3) Omentektomi yaitu mengangkat lipatan selaput pembungkus perut
yang memanjang dari lambung ke alat-alat perut
b. Radioterapi
Teleterapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada
rongga peritoneal digunakan pada wanita dengan kanker ovarium tahap
awal (stadium I dan II). Isotop radioaktik (P32) digunakan sebagai terapi
residual kanker pada rongga peritoneum. Pasien yang memiliki residu
penyakit yang terbatas, kurang dari 2cm, merupakan kandidat utama
terapi P32 ini.
c. Kemoterapi
Penggunaan melphana, 5-FU, thiotepa dan siklosfosfamid secara
sistematik menunjukkan aktivitas yang baik. Altretamine, sisplastin,
karboplatin, doksorubisin, ifosfamid, dan etoposid juga menunjukkan
hasil yang bervariasi dari 27% sampai 78%. Secara keseluruhan,
kombinasi terapi sistematik dengan takson, sisplatin, siklofosfamid
meningkatkan respon terapi, angka kesembuhan atau kemungkinan
hidup.
I. Komplikasi Kanker Ovarium
a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
b. Efusi Pleura
c. Infeksi.
d. Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi
e. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
eviserasi.
f. Kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalangi masuknya
kedalam panggul pada ibu hamil.
g. Ruptur uteri.
h. Ascites
i. Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus
tingkatan lanjut..
J. Hal-Hal yang Perlu Disertakan
Cara pencegahan terkena kanker ovarium
a. Menghindari faktor resiko yang bisa dikendalikan
b. Mengambil kontrasepsi oral atau pil KB.
c. Mengikat saluran tuba
d. Histerektomi mengurangi risiko kanker ovarium. Namun, tidak
dianjurkan untuk memiliki prosedur ini dilakukan kecuali jika itu
adalah alasan medis yang baik untuk melakukannya. Jika seorang
wanita telah melalui menopause atau mendekati menopause maka
mungkin ide yang baik untuk memiliki ovarium diangkat melalui
histerektomi.
e. Mengobati keadaan prekanker sebelum terjadinya kanker invasive
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang.
a. Data pasien
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan, jumlah anak, agama,
alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
b. Keluhan utama
Keluhan saat Masuk RS :
Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri pada perut dan perut
membesar
Keluhan saat pengkajian :
Pasien tidak mengalami keluhan, datang kerumah sakit dengan rencana
kemoterapi dan perbaikan KU.
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien merasa berat atau kesulitan saat defekasi, perut membesar
dan disertai udema tungkai
d. Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang
menderita kanker.
e. Riwayat reproduksi : siklus haid, durasi haid
f. Riwayat obstetrik : kehamilan, persalinan, nifas, hamil
g. Pola Kebutuhan Sehari-Hari
1) Bernafas
Kaji bagaimana pernafasan pasien, biasanya pasien akan menunjukkan
tanda-tanda pernafasan abnormal, RR meningkat (normal :
16-20x/menit) dan nafas terkadang sesak.
2) Pola nutrisi
Asupan nutrisi pada wanita dengan kanker ovarium biasanya sedikit
karena mual, muntah dan rasa tidak nyaman pada abdomen. Kaji jenis
makanan yang biasa dimakan oleh pasien serta pantau berat badan
3) Pola eliminasi
Kaji intake dan outtake cairan, lebih sering pasien mengalami disuria
serta hematuria. Pasien juga mungkin mengalami konstipasi
4) Aktivitas
Pasien wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari asupan
nutrisi yang berkurang. Pasien akan merasa sangat lemah terutama
pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat melakukan
aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas kanker sehingga
harus beristirahat total.
5) Pola istirahat dan tidur
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker ataupun karena depresi yang dialami oleh
pasien.
6) Berpakaian
Kaji apakah penyakit mempengaruhi cara dan kemandirian pasien
dalam berpakaian.
7) Rasa Nyaman
Pasien dengan Ca Ovarium biasanya mengalami nyeri pada daerah
payudara dan perut (terutama ketika duduk, berdiri, berkemih dan
melakukan hubungan seksual)
8) Kebersihan Diri
Kaji bagaimana personal hygiene pasien selama terjadinya penyakit
serta kaji kemampuan pasien dalam melakukan personal hygiene.
9) Rasa Aman
Kaji apakah pasien merasa aman selama dirawat, biasanya pasien
dengan kanker akan merasakan rasa takut dan cemas dengan kondisi
yang dialaminya.
10) Pola Komunikasi/Hubungan dengan Orang Lain
Bagaimana pola komunikasi dan hubungan pasien dengan keluarga
atau lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi
pola komunikasi dan hubungannya. Bagaimana dukungan dari suami
serta orang – orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi
kondisi kesehatannya.
11) Ibadah
Kaji keyakinan spiritual dan nilai-nilai yang dipercayai pasien
12) Produktivitas
Bagaimana kualitas produktivitas pasien, apakah mengalami
gangguan dengan adanya penyakit sekarang ini
13) Rekreasi
Kaji bagaimana cara pasien menghibur diri atau mengisi waktu
luangnya selama menjalani pengobatan
14) Kebutuhan Belajar
Kaji tingkat pengetahuan, keingintahuan serta respon pasien terhadap
penyakit dan segala tindakan yang diberikan
B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Nyeri b/d proses metastasis penyakit (penekanan atau destruksi jaringan
saraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya), efek samping terapi
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d keadaan
hipermetabolisme sebagai akibat dari kanker, kemoterapi dan distress
emosional.
3. Cemas b/d ancaman kematian, perubahan menurun status kesehatan,
terdiagnose kanker ovarium dan kurangnya pengetahuan tentang kanker
ovarium, penanganan dan prognosenya
4. Intoleransi aktivitas b/d penurunan produksi energy dan hipermetabolik
5. Perubahan citra tubuh dan harga diri berhubungan dengan perubahan
dalam penampilan fungsi dan peran
6. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan
imunosupresi, trauma jaringan, Stasis cairan tubuh, penurunan Hb,
penurunan daya tahan tubuh.
7. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d efek dari kemoterapi,
penurunan imunologis, perubahan status nutrisi dan anemia
8. Kurang pengetahuan/kurang informasi b/d kondisi, prognosis dan
pengobatan.
C. Intervensi
1. Nyeri b/d proses metastasis penyakit (penekanan atau destruksi jaringan
saraf, infiltrasi saraf atau suplai ), efek samping terapi
Tujuan : Menunjukkan penurunan nyeri
Kriteria hasil :
1) Intensitas nyeri berkurang
2) Mengikuti program pengobatan aturan farmakologis yang ditentukan.
3) Mendemonstrasikan teknik relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai
dengan indikasi
Intervensi :
1) Temukan riwayat nyeri : lokasi nyeri, frekuensi, durasi, intensitas
(skala 1-10) dan tindakan penghilang yang digunakan.
R/ informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektifan intervensi.
2) Evaluasi/sadari terapi tertentu mis pembedahan radiasi, kemoterapi,
bioterapi. Ajarkan pasien/orang terdekat apa yang diharapkan.
R/ketidaknyamanan tentan luas adalah umum (mis; nyeri insisi, kulit
terbakar nyeri punggung bawah, sakit kepala) tergantung pada
prosedur/agen yang digunakan.
3) Berikan tindakan kenyaman dasar (mis;reposisi) dan hiburan (musik)
R/ meningkatkan relaksasi dan membantu dalam memfokuskan
kembali perhatian.
4) Dorong penggunaan ketrampilan menejemen nyeri (teknik relaksasi)
dan sentuhan teraupetik.
R/ memungkinkan pasien untuk berpartisispasi secara aktif dan
meningkatkan rasa kontrol.
5) Evaluasi penghilangan nyeri. Nilai aturan pengobatan bila perlu.
R/ tujuannya adalah kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh
minimum pada AKS.
6) Lakukan tindakan kolaborasi misalnya dalam pemberian analgesik.
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d keadaan
hipermetabolisme sebagai akibat dari kanker, kemoterapi dan distress
emosional.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan BB stabil, pasien bebas dari tanda-tanda malnutrisi
dan pasien dapat mengumpulkan energi untuk beraktivitas kembali.
Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan berat badan stabil, peningkatan BB, dan bebas
tanda malnutrisi
2) Pengungkapan dan pemahaman pengaruh individual pada masukan
adekuat.
3) Pasien berpartisispasi intervensi spesifik untuk merangsang nafsu
makan.
Intervensi :
1) Pantau masukan makanan setiap hari, biarkan pasien menyimpan buku
harian tentang makanan sesuai indikasi.
R/ mengidentifikasi kekuatan/defesiensi nutrisi.
2) Ukur tinggi, BB, ketebalan kulit trisep (antropometri). Pastikan jumlah
penerunan berat badan saat ini. Timbang berat badan sesuai dengan
indikasi.
R/ mengidentifikasi mal nutrisi protein kalori. Khususnya bila berat
badan dan pengukuran antropometrinya kurang dari normal.
3) Dorong klien untuk makan tinggi kalori kaya nutrisi dengan masukan
cairan yang adekuat. Dorong untuk makan sedikit tapi sering dan
penambahan suplemen.
R/kebutuhan jaringan metabolic ditingkatkan dan cairan. Suplemen
dgunakan untuk mempertahankan pemsaukan cairan yang adekuat.
4) Control factor lingkungan (mis bau atau kebisingan). Hindari terlalu
manis berlemak dan makan pedas.
R/dapat menstriger respon mual dan muntah.
5) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan dan dorong untuk
makan bersama.
R/membuat waktu makan lebih menyenangkan yang dapat
meningkatkan intake makanan.
6) Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi
latihan sedang sebelum makan.
R/ dapat mecegah awitan menurunkan beratnya mual/muntah dan
menurunkan anoreksia.
7) Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi
R/mualmuntah psikogenik terjadi sebelum dilakukan kemoterapi mulai
secara umum tidak merespon terhadap obat antiemetik.
8) Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia.
R/ sering sebagai distress emosi, khususnya untuk orang terdekat yang
ingin memberikan makanan kpada klien lebih sering.
9) Berikan antiemetik pada jadwal regular sebelum/selama dan setelah
pemberian agen antineoplastik dengan sesuai.
R/ mual.muntah menurunkan kemampuan dan efek samping psikologis
kemoterpai yang menimbulkan stress.
10) Kolaborasi dengan team medis lain dalam pemberian asupan makanan
yang adekuat dan pemberian obat-obatan yang sesuai indikasi.,
3. Cemas b/d ancaman kematian, perubahan menurun status kesehatan,
terdiagnose kanker ovarium dan kurangnya pengetahuan tentang kanker
ovarium, penanganan dan prognosenya
Tujuan : Setelah diberikan tindakan selama 1 X 30 menit klien mendapat
informasi tentang penyakit kanker yang diderita, penanganan dan
prognosenya.
Kriteria hasil:
1) Klien mengetahui diagnose kanker yang diderita
2) Klien mengetahui tindakan - tindakan yang harus dilalui klien.
3) Klien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah
komplikasi.
4) Sumber-sumber koping teridentifikasi
5) Ansietas berkurang atau hilang
6) Klien mengutarakan cara mengantisipasi ansietas.
Intervensi :
1) Tinjau ulang pengalaman pasien atau orang terdekat sebelumnya
tentang penyakit.
R/membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep
berdasarkan pada pengalaman dengan kanker.
2) Berikan kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
R/memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta
kesalahan konsep tentang diagnose.
3) Dorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta
tata cara mengontrol dirinya.
R/membantu pasien untuk merasa diterima pada adanya kondisi tanpa
perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat.
4) Pertahankan kontak dengan pasien. Terapkan komunikasi terapeutik
kepada pasien
R/ memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak;
berikan aspek dan penerimaan individu, serta mengembangkan
kepercayaan pasien
5) Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengenali dan
mengklarifikasi rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi
koping untuk menghadapi rasa takut ini.
R/ keterampilan koping sering rusak setelah diagnosis dan selama fase
pengobatan yang berbeda. Dukungan dan konseling sangat penting
untuk mengontrol mekanisme koping yang tersedia.
6) Berikan informasi akurat, prognosis. Hindari perdebatan dengan klien.
R/ menurunkan ansietas dan pasien dapat memberikan keputusan
berdasar realita.
7) Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidak berhasilan
penyesuaian. ( Ego yang buruk, kemampuan pemecahan masalah tidak
efektif, kurang motivasi, kurangnya sistem pendukung yang positif).
R/pasien dapat menggunakan mekanisme pertahanan dan menyangkal
dan mengekspresikan harapan dimana diagnosa tidak akurat yang
dapat menyebabkan pasien bersalah, distress spiritual gejala fisik dan
kurang perawatan diri.
8) Dorong dan kembangkan pasien dengan system dukungan.
R/ mengurangi perasaan isolasi.
9) Berikan informasi terpercaya dan libatkan orang dekat sesuai indikasi
bila keputusan mayor dibuat.
R/memungkinkan interaksi interpersonal dan menjamin sistem
pendukung untuk pasien.
4. Intoleransi aktivitas b/d penurunan produksi energy dan hipermetabolik.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24
jam, aktivitas pasien dapat meningkat secara optimum / fungsi tercapai
Kriteria Hasil :
1) Pasien mampu melakukan aktivitas biasa dengan normal tanpa
bantuan perawat / orang terdekat
2) Pasien mengatakan lebih bertenaga dan tidak lemas
Intervensi :
1) Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas, misalnya perubahan tekanan
darah dan frekuensi jantung serta pernafasan
R / Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit,
status nutrisi, keseimbangan cairan, serta oksigenasi.
2) Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan
posisi, atau penurunan stimulus dalam ruangan (misalnya lampu redup)
R/ Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa
nyaman
3) Evaluasi laporan kelelahan. Perhatikan kemampuan tidur / istirahat
dengan tepat
R/ Menentukan derajat dari ketidakmampuan pasien
4) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan /
dibutuhkan
R/ Mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu dalam
pemilihan intervensi
5) Identifikasi faktor stres / psikologis yang dapat memperberat
R/ Mungkin mempunyai efek kumulatif terhadap kondisi fisik yang
dapat terus berlangsung bila masalah tersebut belum diatasi
6) Buat tujuan aktivitas realistis dengan pasien
R/ Memberikan rasa kontrol dan perasaan mampu menyelesaikan
7) Dorong pasien untuk melakukan aktivitas ringan, bila mungkin.
Tingkatkan tingkat partisipasi pasien sesuai toleransi pasien
R/ Meningkatkan rasa membaik dan mencegah terjadinya frustasi pada
pasien
8) Rencanakan periode istirahat adekuat
R/ Mencegah kelelahan berlebihan dan menghemat energi untuk proses
penyembuhan
9) Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan derajat
ketidakmampuan pasien
R/ Memungkinkan berlanjutnya aktivitas yang dibutuhkan pasien
5. Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan
fungsi dan peran
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 pasien dapat
memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
Kriteria Hasil :
Klien dapat menerima status kesehatannya
Klien dapat menerapkan koping individu yang adaptif
Intervensi :
1) Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri
R/: mengetahui respon pasien dalam penegakan diagnosa.
2) Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan
pembuatan keputusan
R/: mempertahankan / membuka garis komunikasi
3) Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling berbagi
kekhawatiran tentang perubahan fungsi seksual dan menggali alternatif
untuk ekspresi seksual yang lazim
R/: menjelaskan keadaan yang terjadi dan memberi pengertian kepada
pasangan serta mendiskusikan dalam pemenuhan kebutuhan seksual .
6. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan imunosupresi,
trauma jaringan, Stasis cairan tubuh, penurunan Hb, penurunan daya tahan
tubuh.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi (area vulva tidak berbau dan TTV dalam
batas normal
Kriteria hasil :
1) Pasien akan mengidentifikasi dan berparsipasi dalam intervensi untuk
mencegah/ mengurangi resiko infeksi
2) Pasien tetap tidak demam atau tidak menunjukkan tanda infeksi dan
mencapai pemulihan tepat pada waktunya
Intervensi :
1) Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan
pengunjung, tempatkan pasien isolasi sesuai indikasi.
R/ lindungi pasien dari sumber-sumber infeksi seperti pada ISK.
2) Tekankan hygiene personal
R/membantu potensial sumber infeksi dan/atau pertumbuhan
sekunder.
3) Catat perubahan tanda vital
R/ Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya
infeksi
4) Kaji semua system ( kulit, pernafasan genitourinaria) terhadap tanda/
gejala infeksi secara continou.
R/pengenalan dini dan intervensi segera dapat mencegah progresif
pada situasi/ sepsis yang lebih serius.
5) Tingkatkan istirahat adekuat/periode latihan.
R/ membatasi keletihan mendorong gerakan yan cukup untuk
mencegah komplikasi stasis.
6) Hindari/batasi prosedur invasive. Taati teknik aseptic.
R/menurunkan resiko kontaminasi, membatasi entri portal terhadap
agen infeksius.
7) Tindakan kolaborasi :
a) Pantau JDL dengan SDP differensial dan jumlah granulosit dan
trombosit sesuai indikasi.
b) Dapatkan kultur sesuai indikasi
c) Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan
untuk keadaan infeksi ).
7. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d efek dari kemoterapi, penurunan
imunologis, perubahan status nutrisi dan anemia
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, integritas kulit pasien
kembali pada kondisi fisiologis tanpa komplikasi.
Kriteria evaluasi:
1) Tidak ada tanda-tanda komplikasi jaringan kulit
2) Integritas kulit dan jaringan baik
3) Tidak terjadi infeksi lanjutan
Intervensi :
1) Monitor adanya kemerahan pada kulit.
R/ melihat adanaya tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
2) Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi (hidrasi
stratum korneum yg berlebihan).
R/ Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya
kulit dan perluasan kelainan primer.
3) Jaga agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres
hangat dengan suhu terlalu tinggi & akibat cedera panas yg tidak
terasa (bantalan pemanas,radiator).
R/ Penderita post kemoterapi dapat mengalami penurunan
sensitivitas terhadap panas.
4) Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker;
perhatikan kerusakan/ pelambatan penyembuhan luka. Tekan kan
pentingnya melaporkan area terbuka pada pemberi perawatan.
R/ Efek kemerahan dan kulit samak ( reaksi radiasi) dapat terjadi
dalam area radiasi. Deskuaminasi kering ( kekeringan dan pruritus),
deskuamasi lembab ( lepuh) ulserasi, kehilangan rambut, kehilangan
dermis, dan kelenjar keringat juga dapat terlihat. Selain itu reaksi
kulit dapat terjadi pada bebebrapa agen kemoterapi.
5) Gunakan air hangat kuku dan sabun ringan sewaktu mandi
R/ Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
6) Anjurkan pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit
yang kering dari pada menggaruk.
R/ Membantu mencegah friksi/ trauma kulit.
7) Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, salep, dan
bedak kecuali di izinkan dokter.
R/ Dapat meningkatkan iritasi/ reaksi secara nyata.
8) Tinjau protokol perawatan kulit untuk pasien yang mendapat terapi
radiasi.
R/ Dilakukan untuk meminimalkan trauma pada area terapi radiasi.
9) Hindari menggaruk atau menggunakan sabun, lotion, atau deodoran
pada area; hindari memberikan panas atau mengusahakan mencuci
tanda/ tato yang ada di kulit sebagai identifikasi area iradiasi.
R/ Dapat menimbulkan atau bahkan mempengaruhi pemberian
radiasi.
8. Kurang pengetahuan/kurang informasi b.d kondisi,prognosis dan
pengobatan
Tujuan : Pasien mengetahui tentang kondisi dan prognosis tentang
penyakitnya
Kriteria hasil:
1) Klien terlihat tenang
2) Klien mengerti tentang kondisinya
Intervensi:
1) Kaji informasi tentang kondisi individu,prognosis dan pengobatan
R/: meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien
2) Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan
yang akan dilalukan
R/: memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya
D. Implementasi
Implementasi Keperawatan adalah pengolahan dan perwujutan dari
recana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu :
1. Tepat waktu.
2. Pelaksaan tindakan keperawatan sesuai dengan program terapi.
3. Dalam pelaksanaan tindakan privasi pasien harus dijaga.
E. Evaluasi
1. Pasien merasa intensitas nyeri berkurang
2. Kebutuhan nutrisi pasien diharapkan BB stabil, pasien bebas dari
tanda-tanda malnutrisi dan pasien dapat mengumpulkan energi untuk
beraktivitas kembali.
3. Cemas yang dirasakan pasien menurun, dapat mengetahui tetntang
penyakitnya dan dapat mengetahui pananganannya serta menjalani
terapinya.
4. Pasien dapat melakukan aktivitasnya.
5. Pasien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
6. Pasien berparsipasi dalam intervensi untuk mencegah/ mengurangi
resiko infeksi
7. Pasien tidak ada tanda-tanda komplikasi jaringan kulit dan integritas
kulit dan jaringan baik
8. Pasien mengetahui tentang kondisi dan prognosis tentang penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.
Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan keperawatan Edisi 3. Jakarta :EGC
NANDA. 2005. Nursing Diagnose: Definition and Classification 2012-2014.
Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2. Jakarta :
EGC
Loeni, Rapani. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker
Vulva (online). (http://www.rafani.co.cc/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-
pasien-dengan.html). Diakses pada tanggal 4 Mei 2014
Mengetahui,
Pembimbing Praktek
Denpasar, 12 Mei 2014
Mahasiswa,
Luh Eka Wintari, S.St
NIP: 19780925200512004
Luh Desy Suandari
NIM. P07120012069
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
IGA. Oka Mayuni, S.Pd,S.Kep.,M.Fis
NIP. 195512121979062001
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN KANKER OVARIUM
OLEH :
LUH DESY SUANDARI
PO7120012069
TINGKAT II.2 REGULER
KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2014