lol?-!T17L/AKALlMAT KONDISIONAL
DALAM BAHASA ARAB DAN BAHASAINDONESIA
Analisis Kontrastif Terhadap AI-Jumlah·As-Syarthiyyahdlln Kalill1at I(ondisional
Diajukan Kepada Fakultas AdabUntuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sastra
Siti HadijahNIl\1 : 1972413526
JURUSAN TERJEMAH FAKULTAS ADAB
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
.JAKARTA
142.6 H ! 2005M
K~LIMAT KONDISIONAL DALAM BAHASA ARAB DANBAHASA INDONESIA
ANALISIS KONTRASTIF TERHADAP AL-JUMLAH AS-SYARTHIYYAHDAN KALIMAT KONDISIONAL
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Adab
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Saljana Sastra
Oleh:SITIHADUAH
NIM: 1972413526
Dibawah Bimbingan,Pembimb'
Ahmad (ddin,MAg,NIP: 150303001
JURUSAN TERJEMAH FAKULTAS ADABUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1425 H / 2005 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul KALIMAT KONDISIONAL DALAM BAHASA
ARAB DAN BAHASA INDONESIA (Analisis Kontrastif Kalimat Kondisional
Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia) telah diujikan dalam Sidang MlInaqasyah
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3
Febrllari 2005. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satll syarat lIntuk memperoleh
gelar Sarjana Sastra Program Strata I (S I) pada Jurllsan Tarjamah.
Jakarta, 22 Februari 2005
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
/~'~r=rs"".TCd;lwan Azizi
NIP. 150.268.589Drs. Abdulah, M. Ag.NIP. 150.262.446
-----...
~~-7
Drs. It D~ ~ ra 'uddin AR, M.AaNIP. 150.'ZA.507
Anggota
H. A. Jllddi,. M.A,NIP. I 0.303.001
KATAPENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.t. atas rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga
penulis dapat merampungkan penyusunan skripsi tentang "Kalimat Kondisional
dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia". Salawat dan salam semoga sclalu
tercurah kepada RasuluUah s.a.w, keluarga, para sahabat., dan siapa saja yang
mengikuti petunjukya sampai akhir zaman.
Penulisan skripsi ini merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan program Sarjana 1 (S-1) Jurusan Tarjamah di Fakultas Adab UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
membuat yang terbaik, namun dengan segala keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan.
Jazakumullah khairan kepada semua pihak yang berada di sekitar penulis,
yang telah membantu, memotivasi serta memberikan masukan-masukan yang sangat
berharga bagi penulis, baik secara moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi
terutama kepada:
1. Dr. Badri Yatim, selaku Dekan Fakultas Adab yang telah memberikan kebijakan
dan kemudahan bagi mahasiswa Tarjamah dalam penulisan skripsi.
2. Drs. Abdullah, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Tarjamah dan Drs. Ikhwan Azizi
selaku Sekrctaris Jurusan Tmjamah yang selalu mcmberikan sugesti dan motivasi
kepada para mahasiswanya, terutama kepada penulis.
II
3. Ahmad Syaechuddin, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak
membantu dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen dan staff karyawan Fakultas Adab yang telah memberikan
ilmu dan pelayanan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
5. Pimpinan dan petugas Perpustakaan UIN Jakarta, Fakultas Sastra UI Depok,
Perpustakaan Umum Soemantri Bojonegoro Kuningan, UNJ Rawamangun,
Perpustakaan Iman Jama'.
6. Ibunqa Hj. Narsih dan suamiku tercinta Sofyan serta seluruh keluarga yang
senantiasa memberikan spirit dan do' a bagi penulis.
7. Teman-teman Tarjamah angkatan '97 senasib dan sepefJuangan terutama
Qibti, ZaenaI, Neneng, Ika, terima kasih atas kontribusi dan sugestinya.
8. Seluruh pihak yang berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, semoga AHah S.W.t. membalas kebaikan mereka deng<,\n
balasan yang berlipat ganda, Amin.
Jakarta, 12 Februari 2005
SITI HADIJAH
PEDOMAN TRANSLITERASr
Tulisan ini menggunakan transliterasi yang bersumber dari Pedomun
Transliterasi Arab - Latin keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri P&K
Republik Indonesia No. 158 tahun 1987 dan No. 0543!B/Ufl987.
A. Konsonan
y b J., = t
"-' t j; = z
0 s t
c. J t ""C. h J f
C. kh J q
, d .!J k
, z J
J r r = m
J z j = n
<J' = s .5 = \V
L-? sy --"" = h
J" s = '">
J' d :.f y
III
B. Vokal Pendek
---=
---=
a
u
IV
c. Vokal Panjang
L =
=
a
u
D. Diftong
~ = auJ
<F" aJ
IS. Pembauran
J\ = al
~.:J\ = al-sy
\Va al-
( ... )
It !I
BSU
BSA
Cetak Miring
Cetak Tebal
DAFTAR LAMBANG & SINGKATAN
Mengapit nama sural, juz, dan nomor ayat al-Qur'an
Mengapit teljemahal1
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
ISlilah Asing
Judul dan Sub Judul
v
DAFTARISI
KATA PENGANTAR , .
20
5
6
7
7
7
8
8
8
10
10
11
18
19
1. Metode Penelitian .
I. Adawalu.\}' .'J)'arthi ..
~ Macal11-Macam Adawatll.\}' S)Ylrlhi ..
3. Fi 'il S)'I1/,([I ..
A. Hakekat JUI111ah as-Syartiyyah ..
B. Hakekat Kalimat Kondisional Bahasa Arab
AL-JUMLAH AS-SYARTHIYYAIL ..
2, Sumber Data ..
3. Prosedur Kerja ..
F. Sistematika Penulisan
D. Kegunaan Penelitian ..
E. Metodologi Penelitian ..
C. Pembatasan & Perumusan Masalah ..
BAB II
}>EI)OI\1A.N TRANSLI~rERJ-\SI.......................................... ............................. iii
DAFTAR LAMBANG & SINGIUTAN......................................................... v
DAFTAR lSI ~.. \'i
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah "".................... .. ..
B. Identifikasi Masalah ..
VI
VB
4. Jawab Syarat........................................................................ 21
5. Bentuk-Bentuk Jawab Syarat 21
C. Pemakaian Fa' (J) Jawab . 22
D. Membuang Fi 'if Syarat ......
E. Membllang Syarat dan Jawab Sekaliglls .
27
BAB III KALIMAT KONDISIONAL BAHASA INDONESIA................. 35
A. Bentuk Kalimat Kondisional Bahasa Indonesia . 35
1. Kalimat Kondisional DalaIl1 Hubungan Syarat 36
2. Kondisional Dalan1 I-IubunganTak Bersyarat....................... 37
3. Kalimat Kondisional HubunganPengandaian....................... 38
BAB IV ANALISIS KONTRASTIF KALIMAT KONlDISIONAL........... 40
A. Persamaan-Persamaan Kalimat Kondisional Antara Bahasa
Arab dan Bahasa Indonesia........ 40
B. Perbedaan-Perbedaan Kalimat Kondisional Antara Bahasa
Arab dan Bahasa Indonesia ,................................. 43
BAB V ANALISIS DATA 48
A. Pengantar. ,........... 48
B. AI-Jumlah As-Syartiyyah yang Terdapat Dalam Data Korpus.... 48
1. Kalimat yang Menjazamkan Kata Kerja ......
2. Kalimal yang Tidak Menjazamkan Kala Kelja .
48
61
BAB VI KESIMPULAN 67
DAFTAR PUSTAIc.l\ , 70
BABI
PENDAHULUAN
A. LataI' Belakang Masalah
Penerjemahan merupakan pengalih,m makna bahasa sumber ke datam bahasa
sasaran dengan mengungkapkannya kembali di dalam bahasa sasaran dengan bentuk-
bentuk bahasa sumber tersebut. l
Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, dalam buku rnereka 7'lle Theory and
Prac/ice of 71'anslalion, memberikan definisi penerjemahan sebagai berikut:
"Transla/ing consi/s in reproducing in /he receptor language the closest natural
eguivalen/ of/he saurce language message, first in terms o.(meaning and secondly in
terms ofstyle." Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam
bahasa penerima yang seeara sedekat-dekatnya dan sewajar-wajarnya sepadan
dengan pesan dalam bahasa sumber. Pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua
menyangkut gayanya2
Catford juga mendefinisikan pcncIjemahan sebagai "The replacement of
textual material in one language the source language (SL), by eguivalcnt texlUal
1 !\1UJr1ts D. S. Simawpang, Penga!ihh i Tnjema!iall (Jakarta: Direktorat JenderaJPenTm Deppennas, :2000), h. :2
2 A. Widyamartaya, Seni Aielleljemahkml (Y ogyakarta: Kanisus, 1989), h. 11
2
material in another language the target language (lE)," mengganti materi teks dalam
bahasa swnber dengan materi teks yang sepadan dalam bahasa sasaran3
Dari kedua definisi tersebut dapat disarikan bahwa:
1. Penerjemahan adalah menghasilkan kembali di dalam bahasa sasaran sepadan
dengan pesan dalam bahasa sumber yaitu rncnyangkut makna dan gayanya
2. Penerjcmahan adalah upaya menganti teks bahasa sllmber dengan teks yang
sepadan dalam bahasa sasaran.
Dengan demikian menerjemahkan merupakan kegiatan yang melibatkan
bahasa, dan bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh
sekelompok masyarakat untuk bekerjasama dan berkomunikasi. Bloch dan Trager
(1942) menyatakan bahwa bahasa adalah sebuah simbol yang bersifat manasuka dan
dengan simbol itu suatu kelompok sosial bekeIjasama. Dan Carrol (1959) juga
menyatakan bahwa bahasa adalah sebuah sistem berstruktur mengenal bunyi dan
urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat
digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan secara
agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses
proses daIam lingkungan hidup manusia.
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang sangat diminati bagi bangsa
Indonesia, karena mayoritas bangsa Indonesia mayoritas beragama Islam. Di samping
itu bahasa Arab sebagai bahasa resmi di dunia intemasionaI terutama mengenai
, fbid., ha1.l2
IPTEK. Untuk memahami ua"""a
yaitu kaidah yang bernama "/la/m'u" yangberkaitan derigankedudukal1kata dan
kalimat, dan ada pula yang bernama kaidah "sharaj' yang membahas tentang
peruhahan kata dalam kalimat.
Dalam bahasa Arab ada beberapa partikel yang dihubungkan pemakaiannya
dengan kata kerja \Vaktu sekarang (fi 'ilmudhari),salah satUnya sepertipartikel yang
di depan kalimat yaitu partikel 01 dan ~~j. Kedua partikel ini dalam kaidah nahwu, ,
berfungsi menjazamkan (mensukunkari tarida syakalyangterakhir· pada. katakerja)
dua kata kerja. Contoh kalimatpadabahasaArab2F":; ~ Jj {jikaanda
bersungguh-sungguh, anda. akan berhasil),atautontoh
• ...~. 0·"" 'u ojO·;'
partikel Lo~! ymtu~ U'J..G
o
~;1 lUi diartikan "jika"
dan
syarlhiyyalz (dalam ua«""a
Dalam perrlbenJuklm Kflllmat k(mdision,al
partikel tersebut di
sama yaitu menjazamkan
(siapa yang belajar akan sukses). Di sarnpiirig
4
benda yang tidak menjazamkan kata keJja, seperti partikel ~S (andaikata), (,ji ,~:J
-' "'" "') -'
(jika tidak), Cor (adapun). Pada kata benda seperti \l (apabila), L:J.s"" (setiap kali) '-')
(kctika).
Contoh-contoh kalimat yang mengandung kalimat as-syarthiyyah adaIah:
l. Partikel yang menjazamkan dua kata kerja yaitu::;) (,~1 .,01
Contoh pada kalimat Arab
"Barang siapa yang menanam pasli akan menuai"
"Jika kamu lapar maka kamu makan"
"Jika anda belajar anda akan sukses"
2. Partikel yang tidak menjazamkan kata kerja yaitu: "-Jjl'.> (,.~ ,ji
Contoh kalimat Arab:
"Kalau kami mau. maka kami jadikan air ilu menjadi asin"
"Afengapa engkau I idak bunuh Bakar"
"Kalau liada kemuliaan budi pekerli Anda.
maka anda {idaklah berkedudukan luhur"
/ ",-, /,
3. Partikel yang menunjuk pada kala benda yaitu: b)J w5" ,,1
Contoh bahasa Arab:
5
"Apabila aku punya waklu bulan ini,
aku akan dafang mengwyungi kamu."
"Seliap Zakaria masuk menemui Maryam di mihrab,.. 0 ~' :'" ,;I.!-
ia dapafi makanan di sisinya." Ijj.J G::& ::b,.:' ;:""'1::":"...)1 4!j 1~:Ic. J--; LJ.5"
"Apabila liuian furl/II fanalllan akan fumbuli"
Pada contoh-contoh di atas terlihat adanya perbedaan bentuk jumlah as-
s.varfhixvah.
1. Dalam bentuk menjazamkan (mensukunkan tanda syakal yang terakhir pada kata
keIja) dua kata keIja.
2. Tidak menjazamkan kata keIja.
3. Tidak menjazamkan pada kata benda. Dari contoh-contoh tersebut apakah ada
persamaan dan juga perbedaannya pada kalimat kondisional bahasa Indonesia?
Ada berapa bentukkah struktur jumlah as-syartlliyyah? Apakah ada padanannya?
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut maka, penulis akan mencoba
menganalisa struktur-struktur jumlah as-syarfhiyyah bahasa Arab dan bandingannya
pada kalimat kondisional bahasa Indonesia pada data Korpus al-Qur"an dan
memberikan altematif yang tepat sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa dan tata
bahasa yang berlaku.
B. Identifikasi Masalah
BerOW8rkan urBikan latal belakang oi atas, maka penulis dapat
mengidentifikasikan masalah yang akau dianalisis sebagai berikut:
6
1. Adakah persamaan dan perbedaan antara kalimat kondi.sicmal dalam bahasa Arab
dengan kalimat kondisional babasa Indonesia?
2. Di manakah letak persamaan dan perbeclaannya?
3. Bagaimana proses pembentukan kalimat kondisional Arab dan bahasa Indonesia?
4. Makna apakah yang terkandung dalam setiap macam dan bentuk pada kalimat
kondisional dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia?
5. Bagaimana membetikan padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia?
C. Pembatasan & Pemffiusan Masalah
Dari beberapa masalab yang ada agar penelitian ini terarah, maka penulis
membatasi pada analisis persamaan dan perbeclaan kalimat kondisional Arab clan
kal imat kondisional bahasa Indonesia dan mencari padanan yang tepat bagi kedua
kalimat tersebut.
Setelah penulis memaparkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan
masalah, maka masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut: "Bagaimanakah
persamaan dan perbedaan antam kalimat kondisional bahasa Arab clan bahasa
Indonesia dan bagaimanakah padanan yang tepat bagi kalimat kondisional Arab dan
bahasa Indonesia?"
7
D. Kegunaan Penelitian
Harapan penulis dari hasil penelitian ini agar menjadi bahan masukan yang
berguna bagi s"mua mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya, baik
bahasa ibu (penama) maupun bahasa asing (bahasa kedua) agar dapat:
I. Menambah pcngetahuan ilmu bahasa Arab, khususnya tentang persamaan dan
perbedaan antara kalimat kondisional dalam bahasa Arab dan kalimatkondisional
bahasa Indonesia.
2. Mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang ada dalam mempelajari bahasa
Arab, khususnya padajumlah as-syarthiyyah (kalimat kondisional).
E. Metodologi Penelitian
1. Metode PCtlcfitian
Metode digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis
dengan berlandaskan pada konsep text-based theory. Dengan denganrnengunakan
teon tersehn penelitian akan menganalis teks yang sudah diteJjetllahkan dan
membandingkan autara teks bahasa sumber dan bahasa sasaran. Dengan
<kmikian, penelitian ini akan mengk!asifikasikan kontruksi kalimatkondisional
~-ang terdapat dalam data korpus, menganalisis maknanya, kemudian lrtenentukan
padanannya da lam bahasa Arab dengan struktur yang tepat.
Ad,'!'"n teknik yang digunakan dalam laporan penelitian ini,berpedoman
,,3 n Penulisan Skripsi, Tesis, dan Diseltasi" yangdisusun deh
i HIdayatullah Jakarta, tahun terbit 2002.
8
2. Sumber Data
a. Sumber data yang kami peroleh berasal dari aI-Qur'an aI-Karim.
b. Studi kepustakaan yang berupa kumpulan buku-buku yang membahas
mengenai kalimat kondisional bahasa Indonesia dan bahasa Arab.
3. Prosedul' Kel'ja
a. Pencatatan satu persatu kalimat yang mengandung kalimat kondisional.
b. Pengkartuan. Semua catatan di atas ditulis pada kartu-kartu disertai
terjemahannya masing-masing.
c. Pengkiasifikasian. Kartu-kartu tersebut dikelompokan menurut partikel
kalimat kondisional. Setelah itu kartu-kartu tersebut dikelompokkan Iagi
berdasarkan terjemahannya dan kehadirannya dalam kalimat.
d. Penyusunan menurut kelompok beserta terjemahannya dan padanannya.
e. Menganalisis data yang diperoleh
F. Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah dipahami maka penulis membagi skripsi lUI menjadi
beberapa bab yang disusun sebagai berikut:
BABl
"'ABH
Pendahuluan, meliputi Latar Belakang, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitiall,
Sumber Data dan Sistematika Penullsan.
Kerangka Teori, kajianJumlah as-::"yarl(vyah.
BABm
BABIV
BABV
BA13 VI
9
Kajian tentang Kalimat Kondisional Bahasa Indonesia.
Persamaan dan Perbedaan Kalimat Kondisional Bahasa Arab dan
Bahasa Indonesia.
/\nalisis Date"'..
Kesimpulan dan Saran.
BARn
AL-JUMLAH AS-SYARTHIYYAH
A. Hakckat Jumlall as-Syarthiyyah
Sesuai dengan literatur lama bahasa Arab yang masih berlaku hingga
sekarang, kata dibagi dalam tiga macam, yaitu kata benda (isim), kata keIja (ji 'ill, dan
partikel (hwf).
Pembentukan kata benda dalam kalimat ditentukan oleh kasus (harkat!.lyakl)
akhirannya, sedangkan kata keIja ditafsirkan (perubahan awalan, akhiran) untuk
menunjukkan pelaku (orang ke satu, dua, dan tiga) bilangan, Jel1ls
(maskulinlfeminim), rnasa dan lain-lain adjektiva (c::.....i), adverb (Jd) dan pronoun
(~ I'""""".!) dalam bahasa Arab termasuk ke dalam kata benda. Sedangkan semua
kata perangkai, kala pcnghubung (~) dan kata sem mempakan cakupan partikel
Kalimat kondisional dalam bahasa Arab disebut jumlah as-.\yarthiyyah atau
isim as-syarthi. Disebut jumlah a.h~varthiyyah karena merupakan salah satu kajian
dan huruf(0r).
10
11
B. Hakilmt Kalimat Kondisional dalamBahaSa Arab
Kalimat kondisional dalam bahasa Arab disebut juga jumlah as-syarlhiyyah
(<"brJl l.L..h1) yang mengandung arti kalimat syarat. Menurut Drs. Jaurij Mutar
Abdul Masih, kalimat kondisional adalah:
"II is a use(ii/! speech composed of both sentences of condition and answertogether."
Kalimat yang terdiri dari dua bagian kalimat, kalimat yang pertama
melUpakan syarat dan yang kedua merupakanjawab syarat I
Dan menurut DR. Emile Badi'i Ya'qubmenyatakan bahwa(syarthiyyah)
yaitu:
"Kalimat yang terdapat adat syarthi sebagaimanakalimatkeduasaling>berhubungun dengan kulimat pertama." -
Kedua pemyataan itu dapat disimpulkan bahwajumlah as-syarthiyyahdalmn
pembentukannya terdapat dua bagian kalimat yang saling berhubungan,bagian
kalimat pertama dinamakan syarat atau kata kerjasyarat(ji 'il syarat) dan bagian
kalimat kedua dinamakan jawab syarat. Jika satubagian kitlimatitu hilang,maka
timbul ketidakjeiasan makna pada bagian kalimat itu sendiri. Keduakalill1atdalam
I Dr~. kL Abdul l\1asih, At/II 'jll/! Lughawi1Nahwia! Arabiyyah{BeirucLubnan,1993), haL 2)(,
2 Drs. Emi!c' 1!"d'j Ya'qub, An-NailwII wa G.')'-SyOlji wa al-Frdb (Beirut: Lubnan,19S8), hal.408
12
jumlah as-syarthiyyah itu dinamakan adawat as-syarthi yang dinyatakanoleh seorang
pengarang nahwu yaitu Taufik Muhammad Jauhari. Menurulnya bahwa adawat as-
syarthi adalah suatu alat yang memungkinkan antara duafi 'il, di mana kalau alat itu
dihubungkan dan hubungan kalil11at itu terputus, l11aka pengertiannya tidakjelas3
Sedangkan menurut George M. Abdul Masih bahwa:
~~c; 0:Y~\ 0t.S-:,J ;:0;:"' : "-l1y,.J .b:;::J1 cf'::'"~ .b/JI ::"1;1.. <" " ".. '" <"".". .-
"Adawat as-sayrtiyyah membentuk kalimat ji'il syarat dan jawab syarafl1yabermakna yang akan datang, sekalipun keduafi 'il tersebutfi 'il madhi. ,,4
Contoh : "Jika engkau duduk, aku akan duduk"
Pada contoh di atas merupakan bentuk kalimat kondisional yang lengkap,
maksudnya adalah di dalam kalimat tersebut terdapat dua bagian kalimat yang saling
berhubungan. Bagian kalirnat pertarna itu adalah~ 0) (jika engkau duduk) dan
bagian kalimat kedua adalah~( (aku akan duduk). Jika yang diungkapkan hanya
• °bagian kalimat pertama sap (~\ 0), rnaka timbul pertanyaan yang ada pada
l11akna bagian kalimat itu, sehingga terjadi kejanggalan dan kekurangan. Sebab jika
dilihat dari sef,>i arti pada bagian kalimat pertama (,k1 01) yang artinya 'Jika engkau
duduk", tentu masih ada bagian kalimat yang menyertainya yaitu bagian kalimat yang
'Taufik Muhmmad Jauhari, Kilab Nalnm (Beirut: Darul is Fahani, ]400 H), 1131. 704 Log.CI!., hal. 38
13
kedua, ~\, artinya "aku akan duduk", sedangkan jika dilihat dmi segl kaidah
bahasa Arab, bahwa setiap ada fi'il syarat tentu ada jawab syaratnya dalam
pembentukan kalimat kondisional ataujumlalz as-syarllziyyah.
Pembentukan lui imat kondisinal bahasa Arab mempunyai ciri khas tersendiri,
yaitu dengan menggunakan partikel atau kata benda dalam pembentukan kalimat
kondisional bahasa Arab, secara garis besar mempunyai dua fungsi, yaitu ada yang
menjazamkan dan ada yang tidak menjazamkan kata ke~ia (i! 'il).
Dalam bahasa Arab partikel dan kata bellda kalimat kondisional disebut 'adal'.
Ada beberapa partikel yang dihubllngkan pemakaiannya dengan kata kerja waktu
sekarang, partikel itu ada yang menasabkan ji'if mudhari dan ada juga yang
menjazamkan satuf! 'il lIIudlzari atau lebih.
Partikel yang menjazamkan dua ji'if lIIudhari berkaitan dengan kalimat
kOlldisional bahasa Arab. Partikel tersebut ada dua, yaitu:
Contoh : ".Jika kUIiIU Iupur, muku kamu lIIakwi'
Adapun kata benda secara implisit dinyatakan oleh patikel 01 yang
menjazamkan dua ji 'il mudlzari. Kata benda tersebut ada sepuluh:
2.
14
"Kebaikan apa sqia yang kamll
lakukan maka AI/ah maha mengetahui"
3. Apasaja=~
"Apa saja yang kamu tuntut akan anda kerfakan"
Partikel yang menunjukkan makna tempat (i.Jl5:.;j1 0);) ada tiga yaitu:
4. Di mana = J\"Di mana selja seorang !lartawan pergi
ia akan dihormati"
5. Ke manaJke mana saja = LS,frJf
"Ke mana selja kamu pergi, kamll akan berhasil"
"Ke mana kamu pergi. saya pergi"
,6. Di mana = (,,:;..
"Di mana saja kamu tinggal. di situ aku akan tinggal"
<J ...o " .:l ...
"r:,s:.; ~lll ~G> ~~ 01
Partike1 yang menunjukkan makna masalzaman ada dua yaitu:
7. Apabila, kapan saja = 0t;f
"Apabila kamu bertanya saya akan menjawabnya"
8. Kapan = ;;;
"Kapan kamu ngan/uk maka kamu tidur"
15
Partikel untuk menjelaskan makna keadaan:
9, Bagaimana ~ (. ';:S-!~
"Bagaimana keadaan bapakmu,
begitupun keadaan anakmu"
10, Apa saja =;"f (yr-- 1,? r 1)
"Apa yang kamu hormati aku akan menghormatinya"
Demikianlah sepuluh kata benda dalam bahasa Arab yang menjazamkan dua
kata keIja (ji 'il mudhari).
Di samping itu juga ada beberapa partikel dan kata benda yang tidak
menjazamkan kata kerja, yang semuanya itu masih ada hubungannya dengan kalimat
kondisional dalam bahasa Arab (jumlah as-syarthiyyah). Partikel-partikel yang tidak
menjazamkan kata keIja tersebut adalah:
I. Andaikata = ~
Lau adalah huruf syarat yang menyertai fi'iI madhi, dan Jarang
menyertai fi'if mustaqbaf, telapi masih dapat diterima5 Dan fall () adalah
huruf yang menunjukkan makna imtina (cegahan) terhadap hal yang dicegah
(t.~y\ t.~~ ~:';'). Partikel ini dapat dibentuk dalam suatu kalimat dengan
5 Bahauddin Abdullah lbnu AqiJ, Alflyyah (Syarah Ibnu Aqil) (Bandung: Sinar Barn, 1992),haL 787
16
menggunakanfi 'il madhi yang mengandung arti masa Iampau, dan uga dengan
fi'il mudhari yang artinya juga tetap lampau. Walaupun pengertian asalnya
adalah masa sekarang. Contoh :
"Karau kamu mau, maka kami jadikan
air ilu menjadi asin"
2. :y~ dan G.~ = jika tidale Contoh:
"Seandainya tidak ada tulisan,
maka sudah Izilang banyak ilmu"
Huruf syarat ~~ dan G.~, adalah dua macam huruf syarat yang
• " . .' ". <>... .1 ,,"
menunjukkan tercegahnya sesuatu karena wuJudnya sesuatu yang lam~.,? t \:,;;;oj..; " "
<>. "'!-"J0.r-" ~.Y""J' Maka maksudnya ialah bahwa rusak bin~lsanya ummat manusia
dapat tercegah karena adanya rahmat Allah. Dan tercegahlah hilangnya
sebagian besar ilmu pengetahuan karena adanya penuJisan.
3. c,( = adapun
Amma huruf yang menunjukan makna taftil(rincian)yang menduduki
tempat adaat ,Iyarat dan fi'ir syarat. Lafal yang terletak sesudah amma.
Bcrkedudukan sebagai jawab syarat, karena itu disertai dengan fa. Contoh:
"Adapun orang minla-I/lillla,
mokajDngan kl1Jl1U /wrdik,benlu!:"
17
Kemudian selain dari partikel-partikel tersebut di atas, ada tiga kata benda
yang dipakai dalam kalimat kondisional dalmn bahasa Arab (jwnlah as-syarlhiyyah).
Ketiga kata benda ini tidak menjazamkan kata kerja, di antaranya yaitu:
1. d = ketika adalah huruf syarat yang menunjukkan adanya sesuatu karena
adanya sesuatu yang lain (hllrllf ini, khuSllS masuk pada ji 'il madili saja baik
jl'il pertama maupun yang kedua atau jawabannya, bisa juga dari jUlnlah
iSl1liyyah). Contoh:
"Kelika engkau dalang ku mulwkan engkau"
"Kelika kal1li lelah menyelamalkan mereka kedaralan liba-liba l1lerekakembali mcnyckulukan Allah"
Bila jawabnya terdiri dari jumlah ismiyyah, maka selahl disertai dengan idzaa,
seperti di atas.
"'2. L..Js" = setiap kali. Kata ini untul< kelCrangan waktu, dan hanya diikllti olehji 'j[
madhi yang berarti sering terjadi sesuatu, seperti contoh:
"Seliap Zakana masuk mel1cmui Maryam di mihrab, ia dapalkan makGlw/ld; sisinya H
18
3. \:'j = apabi]a (kata keterangan \Vaktu untuk masa depan). Kata yang
mengandung makna syarat dan kata ini tidak diikuti kecuali oleh ji 'Ii madill
secura explisit dan implisit. Kata tersebllt dipakai ketika adanya kepastian.
Contoh:
"Apabila kamu dalang, maka aku menghomwlimu"
Penjelasan mengenai penggunaan partikel dan kata benda, baik yang
menjazamkan mallpun yang tidak menjazamkan kata kerja tersebut di atas,
merupakan satu bagian yang sangat penting dalam pembentukan kalimat kondisional
dalam bahasa Arab, oleh karena itu masih ada bagian-bagian lain yang menjadi
atribut dalam pembentukan kalirr,at tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
penjelasan berikut di bawah ini:
1. Adawatusy Syarthi
Adawalusy syarlhi merupakan bentuk jamak dari adatusy syarlhi, yang
memiliki arti adal syaral. Adal syatal disebut juga dengan pariikel atau kata, yang
memungkinkan antara dua fi 'il (kata kerja) untuk menghubungkan dua bagian
blimat tersebut, yaitu bagian sarat danjawabnya.
Adat-adat syarat dalam jllmlah syarthi <c,.b j •.:Ji :;.1.i-:") membentllk
zaman fi'il syaral dan jawab syarat yang bermakna masa yang akan datang
walaupun keduanyafi 'j[ madhi. Contoh:
19
"Jika engkau berdua bepergian.
maka akan lerjadi demikian"
Hubungan kalimat tersebut dibentuk oleh adat syarat tersebut di atas
sangat kuat, sebab jika hubungan itu terpisah atau terputus, maka pengertiannya
tidakjelas dan menimbulkan kejanggalan.
Dan contoh di atas, ada tiga unsur dalam pembentukan jumiah as-
syarthiyyah, di mana unsur-unsur itu memiliki hubungan yang kuat seperti yang
diungkapkan pemyataan di atas. Unsur-unsur itu adalah:
1) Adat syarat
2) Fi'il syarat
3) Jawab syarat
Contoh:
2. Macam-macam AdllWlltuSY Syarthi
r~~0\
1" '(
Adawatusy syarthi berdasarkan fungsinya ada dua maeam, yaitu:
a. Yang menjazamkanfi'if (kata kerja), yaitufi'il syarat danjawabnya.Terdiri
dari:
20
0\.,1', '-...:. ,(Wi)~ -' i..,;;> -
b. Yang tidak menjazamkan bl'a ke,ja (li'if) syarat dan jawab syarat, terdiri
dari:
Dari dua macam fungsi adawa/lIsy syar/hi tersebut di atas terdapat partikel
dan kata benda, sebagaimana telah dijelaskan pada lembar sebelumnya yang
disertai contoh.
3. Fi'il Syarat (j,rJI j.>J)
Dinamakan }I'il syarat karena ia menjadi syarat dan sebabbagi anak
kalimat berikutnya yang akan menjadi jawab syaratnya. Kadang-kadang fi'il
syarat disebut juga syarat (tanpa}i 'if).
Bentuk-bentukji 'il syarat, yaitu:
1) Syaratnya dalam bentukjl 'il madhi. Contoh:
"Jika kannJ he/ajar karnu akon sllk)'cSl1
2) Syarat dalam bentukji 'il !!lull/wn. Contoh:
U Barangsiapa yang menanum prl.,,'ti akan lilenuai"
" " "." .. " .... "~~c......,.,..J.,j01
21
,i. Jawab Syarat
Jawab syarat merupakan kalimat ja::a' (pemenuhan) dari kalimat
sebelumnya, atau kalimat yang mengiringi kalimatfi 'il syarat.
"Jika seseorang merampas hak (orang lain) dia haws dibunuhditenggelamkan"
Kalimat yang digaris bawahi pada contoh di atas adalah jawab syarat.
Pada dasamya susunan kalimat jawab syarat berbentuk jumlah fi'liyah, tetapi
bolehjuga berbentukjumlah ismiyah.
"Jika kamu herbohong maka kamu berdosa"
5. Bentuk-BentukJawab Syarat
Ada tiga macam bentukjawab syarat:
a. Bentukfi'il madhi
b. BCi1tuk fi 'il mudhari
c. Bentukfi'il 'amar
Pada dasarnya konstruksi atau bentukan kalimat kondisional dalam bahasa
Arab (jumlah as-syarthiyyah) yang dijazamkan oleh adat syarat, terdiri dari dua
buah fi 'il muc/hari pada kalimat syarat dan kalimat jawabnya. Jika terclapat fi 'il
mac/hi, maka ketentuan jazam itu tidak berlaku, sebab fi 'il mac/hi itu selamanya
22
tidak bembah syakalnya, atau dalam istilah bahasa Arabnya adalah /])obni (",,"';:;).
Seperti pada contoh pertama (I). Fi 'if jawab hams dari lafal yang dapat menjadi
fi 'i! syarat hanya kadang-kadang apa yang menjadi jawab itu tidak patut menjadi
syarat. Maka adalah hal yang demikian jawab hams disertai huruf.fa sebagai
o ". I'::"" \' I \' 6penyambungJawab (y .:r-' """" j).
C. Pemakaianfa' Jawab
Dalamjumlah as-syarthiyyahJa' (J) jawab merupakan elemen penting yang
hams diletakkan pada kalimat jawab syarat berdasarkan ketentuan yangberlaku.7
Dalam hal ini ada beberapa tempat di mana kalimat jawab syarat hams didahului oleh
fa jawab, sebagai berikut:
1. Apabilajawab tersendiri darijumlah i.l?niyya!l. Contoh:
"Dan jika Dia /])endatangkcll1 kebaikan kepadamu maka Dia lvfaha Kuasa alasliap-liap sesualu." (Q.S. ai-An'am: 17)
2. Apabilajawab terdiri darifi'ifjamid. Contoh:
6 Syaikh Mustafa al-Ghulayani, Jami 'ad-Dlmls ai-Arabiyah (Semarang: Assyifa, 1991)7 Ibid, hal. 331
23
"Jika kamll anggap akll lebih kllrang daripada kama Li,tlwn dill]anak, maka mudah-mlldahan Tllhankll, akan memberi kepadaku (!cebun) yanglebih baik daripada kebllnmll (ini)." (Q.S. al-Kahfi: 39-40)
3. Apabilajawab berupafi'if thalab. Contoh:
"Katakanlah: Jika kamll (benar-benar) mencintai Allah, ikutifah akll. niscayaAllah mengasihi." (Q.S. Ali Imran: 31)
4. Apabilajawab berupafi'il madhi lafal dan maknanya
(c:".......) \1.AJ ~L.), maka di samping harus disel1ai huruf fa' rabithah
(:\k,I,) .l»: huruf/a' penyambung juga wajib disertai ...1.>, baik yang tampak (; ,-"lb)
maupun yang diperkirakan atau mllqaddar (;,)-w)' Contoh:
a. ...I.> Yang zuhir:
"Apabila dia mencllri, maka sal/dara
luki-lakinya pun telah mencllri sebelumnyu"
b. ...I.> Yang muqaddaroh:
Misalnya firman Allah:
" Jika bajunya koyak dimuka, maka wanita itu benar "(Q.S. 12 Yusuf: 26)
Pada ayat tersebut di atas apabila tidak memperkimk
24
.!anya humf C.G)
di antam hurufJa' danji 'il madhi, makaji 'II madhl di sini sehamsnya maknanya
menunjukan zaman yang akan datang, padahal kenyataannya tidaklah demikian.
Susunan pada kalimat ~)'f.::,'£'" 01, denganfi'il madili, maka susunan, , ,
tersebut berarti memakai maknanya. susunan $~S-f <.51""'; (apabila kanm
datang ke tempatku, maka aku rnenghormatimu). Dan apa bila kalimato 0
'~01'-" ', , ,
~)'f maka memakai arti "ApabilakaJ)llI datang ke lempalkll, maka sejak
dahlllll akll sudah menghormalimu"
5. Hurufja' (0) harus menyertai jawab, apahiladisertai hun\f ..1:;,
Apabila jawab disertai L> hurnf nafi.Misalriya Erman Allah:
"Jika kamu belpaling (dari peringatanku), aku tidak meminla upah edikilpll1ldaripadamu ... " (Q,S. 10 Yunus: 72)
6, Apabila jawab disertai huruf J, misa.lnya firma.n Allah:
"Dan keba,iikanapa sajamenghapusnya" CQ.S. Ali lmr'an'
25
7. Apabila jawab disertai ii'.lruf v' misalnya firman Allah:
"... Barang siapa yang enggan dari menyembah-Nyadan menyombongkandiri, pasti Allah akan mengumpulkan mereka .semuakepadacNya."(Q.S. 4 an-Nisa: 172)
8. Apabila jawab disertai J.r-' misalnya firman Allah:
"... Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, Inaka Allah akan member/kankekayaan kepada mu dari karunia-Nya." (Q.S. 9 at-Taubah: 28)
9. Apabilajawab diawali dengan Le.)
"Apabila kau datang, maka barangkali akupundatllng"
10. Jawab hams disertaifa' rabithah, jika jawab dia\Validenganli\)
Misalnya firman Allah:
-'" , // __ cO' ", ". .0' .:.... . :0'...... ~
(n :;JJi.lI)~";" :rOI Y; (J'l>".; ,-,~j"Jl jX."; :'1~~ (;; y;:;, ill.. "'''' .:1 "....
"Barangsiapa yang llIelllbllllllh scorang manusia, bukan karena orang itu(llIembullllh) orang I"in, atou hukan karena membuat kemsakan di mukabUllli, llIaka seakal1-"kan dia tclah membul1l1h l11anusia seluruhnya ... "(Q.S. al-Maidah: 32)
II. Apabila jawab disertai adat syarat.
Firman Allah:
;:> ~.. p ...
~(. ~ \1 j t:J.:. )1 J'j '.11 ~ LW'~ 01 0..::.->"""-'
26
"Dan jika perpa/ingun mereku (darimu) terasu umat berat bagimu, maka jikakamu dapat lubang di bumi atau tangga ke /angil lalu kamu dapatmendatangkan mu )'blt kepada mereka, (maka buatlah) "
Ucapanmu:
'" '" ~ " ,.. -' " ., ... "~ y~ ~\;;..;... 0\5" 01' !l~)~ 0l5"':;.. .. ..
"Barangsiapa yang bertetangga denganmu, maka apabila ia baik budipekertinya, maka dekatilah dia."
Andaikata jawaban itu patut dijadikan syarat, maka jawab tidak perlu
dihubungkan dengan syarat oleh fa' rabithah. Karena dipandang dari segi lafalnya
antara syarat dan jawab sudah ada keserasian, sehingga tidak memerlukan
penyambungan. Terkecuali apabila jawab terdiri darif; 'il mudhari mutsbat atau manf;
dengan '1 (tidak). Apabila jawab dalam keadaan demikian, maka jawabnya boleh
dipasangfa' rabilhah dan boleh juga tidak, namun yang banyak tidak dipasangfa'
rabithalz. Contoh:
"Apabi/a kaml1 menjenguk. maka akupun menjenguk"
Firman Allah:
"Barangsiapa mengu/angi. maka Affalz membalas (menyiksa)nya." (Q.S. alMaidah 98)
Firman Allah:
27
"Barang siapa beriman kepada Tuhannya, maka 1a tidak takut akanpenguranganpahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan." (Q.S. alJin: 13)
Kadang-kadang fa' rabithah digantikan oleh I~I yang mempunym arti
"tiba-tiba" (okLW.\) apabila adat syaratnya berupa 0\ atau I~\ sedangjawabnya terdiri
darijlllniah ismiyah khabariyah yang tidak disertai perabot nali' atau01.
Finnan Allah:
" . .J 0) : :.- " :>" ~>.: .:>
(iA :r))1) 0j6:.;~ I~!~~i 2~:U L:.; .':-"t€:,,,; 0!
". .. Maka apabila tujuan itu tunm mengenai hamba"hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira."(Q.S 30 ar-Ruum: 48)
D. Membuang Fi'il Syllrat
Fi 'il syara/ kadang-kadang dibuang, yaitu:
I. Apabilafi'ilberada sesudah 0\ yang disertai (diikutioleh) ~ nafi. Contoh:
, , ."Berbicaralah dengall baik, apabila tidak maka diamlah" '~\.i ':11') ~~
, ,
Syair:
" ;.:.:"" "of!,. '"..~IiJ~~, '
"Maka tolaklah dia karena kamu tak sepadan baginya. Jika tidak makapedang tajam akan llaik ke bagian kepalamu yang ditumbuhi rambut."
2. Kadang-kadang apabilaji 'if syum! yang ditkuti oleh:
28
"Barang siapa memberi salam kepadamu jawablah salamnya. Danbarangsiapa tidak (memberi salam), maka janganlah mempersiapkanuntuknya}."
3. Apabila jawab berada sesudah thalab (tuntutan)
Jawab syarat dapat dibuang apabila ada dahl yang menunjukkan kepada
hal tersebut, dengan syarat apa bila ji 'if syaratnya berupa ji 'il madhi atau ji 'il
mudharih yang di sertai t (tidak). Contoh:
4. Fi 'il syarat berupaji 'il madhi:
"Kamu akan benmtung kalau kamu
bersungguh-sungguh"
5. Fi 'il syarat berupafi 'il mudharih yang disertai:
"Kamu akan merugi apabila kamu tidak
bersungguh-sungguh"
Susunan di atas tidak boleh dibuat:
"Kalllu akan beruntul1,f!. jlka kWllu
bersunggllh-sungguhtl
Karena fi'il syaratnya tidak berupa fi'il lIladhi dan tidak berupa}i 'il
lIladharih yang disertai t.
29
Jawab syarat boleh dibuang apabiia dalarn kalimat itu tldak ada land yang
pantas menjadi jawab, yaitu:
1. Ketikaji 'il syaratnya itu sendiri menunjukkanjawab.
Misalnya firman Allah:
.. ~"" "'-- .. ..,- .-oL..:J1 j L..L. j\ J>~'.II j ~ ;:,~ 0\ G:.l,::" ..I 0~.-,. -''- - '"
"... kfakajika kamu dapa/lubang di bumi a/au tangga ke langit."
" Apabila kamu mampu maka kerjakanlah!"
2. Apabilaji 'il syarat dapat menempati tempatnya jawab.
Contoh:
Jawaban anda:
"Apabila dia berslinggllh-slinggllh"
Sari pertanyaan:
"Apakah kamu memuliakan Sa 'hi?"
Jawaban anda yang berupa syarat itu, jawabnya eli buang, karena takdirnya :
"Apabila dia bersunggllh-sun&,auh. maka aku muliakan diu"
Jawab syarat hams dibuang apabila ada susunan yang maknanya sudah
menunjukan jawabnya. Sarna juga sesuatu y~ng menunjukan jawab tapi suatu hal
yang mendahului jawab syarat maupun yang di belakangnya. Contoh:
1. Yang mendahuluijawab:/ /
"Kamll akan berun/ling kalall kamll berslinggllh-slingguh" c..·'~"'101)13 ~i
30
2. Yang sesudahfdi belakangjawab yaitu:
a. Seperti ketikaji 'i1syarat berada di antaTa qasam danjawab syartlt:
"Demi Allah, apabila kamu berdiri,
maka aku tidak herdiri"
b. Fi'if syarat dikelilingi, artinya fi'if syarcuberada· di alltaraduahalyang
menunjukkan adanyajawab:
, ... ... .'
Jt;G.~~\01(.:.:J1
Fi'if syarat memerlukan adanya jawa.b,begitujugaqCl.~mn.Olehiseba.bitu
apabila ada syarat yang berkumpul dengan qasl1l1l dantidakdidahullliolehsesuatu
yang membutuhkan khabar, seperti mub/ada' atauyang -asalnya -.112ubtada',n1aka
jawabnya adalah milik yang pertama (daTi syarat atau qasam) dan yang terakhir
jawabnya dibuang karena jawabannya sudah ditunjukiolehjawabnYayangpertama.
Misalnya:
Ucapan:
"Apabifa kamu berdiri, demi Allah, akufJun berdiit"
Lafal 1""'1 adalah sebagai jawab ji 'if syciral, sedang
sebab sudah ditunjuki oleh jawabnya syarat.
Ucapan:
"Demi Allah, apabi/a
31
Lafa! :J"}'J adalah sebagai jawabnya qasam, sedang jawabnya 5yarat dibU£tng
lantaran sudah ditunjuki o!eh jawabnya qasam.
Firman Allah:
"Katakanlah: Sesungguhnya .fika manusia dan .fin berkulllpul un/uk melllbuatyang serupa al-Qur 'an ini. niscaya merka tidak akan membuat yang serupadengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu hagi sebagian yanglain." (Q.S. 17 al-Isra': 88)
Dalam ayat tersebut diatas lafal .)ji~ '1, jumlahnya menjadi jawabnya qasam
yang tersimpan keberadaannya telah dij uluki oleh lam qasam, hingga takdimya:
Sedang jawabnya syarat adalah dibuang karena sudah ditunjukkan oleh
jawabnya qasam. Akan tetapi kadang-kadang dalam syair yang clipasangjustrujawab
syaratnya, paclahal qasam berada sebelum syarat, ini karena darurat. Misalnya:
"Sungguh cqJabila yang aku ceritai pada hari ini benar. maka saya akanberpuasa pada yang sangat panas karena menampakkan mal'ahari."
32
"Huikiah keiedai an/ara (/emt "I) Surjin dan Farwah, dan /eianjangifah jarikelingking kirinya durf cincin.
11
Apabila qasam dan syara/ itll didahului oleh sesuatu hal yang memer1ukan
khabar (seperti mub/ada' atau yang asalnya mub/ada' = pent), maka menjawab tadi
boleh untuk syara/ dan boleh untuk qasam.
Jikajawabnya untuk qasam, maka susunannya adalah:
"Zuhair, demi Allah. apabila di bersungguh-sungguh, niscaya akumemuliakannya."
Namun begitu di antara beberapa ulama ada yang mengharuskan jawab
diberikan (untuk)fi 'if syara/. Dan tak perlu diragukan lagi bahwa mernberikan jawab
untukfi 'il syara/ itu lebih baik. Sarna juga syarat itu berada sesudah qasam maupun
sebelurnnya.
E. Membuang Syarat dan Jawab Sekaligus
Kadang-kadang }) 'il syara/ bersarna jawabnya dibuang seka1igus. Sehingga
yang ada tinggal adat syaratnya saja. Demikian ini dapat terjadi apabila ada da1il yang
rnenunjukkan hal tersebut. Dan ini hanya khusus padasyair karena darurat. Misalnya
dalam syair:
"Anak-anak perempuan berka/a: "Hai salma,apabila iafikiryangal1lat ". JawabSalma: Walaupun ... (dia fakir, yang amat,akupun mau) ","
Masih dalam masalah pembuangan, pabila masih ada sesuatu yang ada
kaitannya dengan syarat dan jawab, maka ji'il syarat dan jawab boleh dibuang
keduanya. Baik di dalam puisi syair maupun prosa (natan). Contoh:
1. Ucapan mereka:
"Barangsiapa memberi salam kepadamu, maka jawablah salamnya. Danbarangsiapa tidak, maka jangan."
2. Ucapan:
"Barangsiapa mengerjakan, maka berarti berbuat baik.· Dan bartmg siapatidak, berarti tidak pula."
3. Hadits yang diberikan Abi Dawud:
''i'vianusia ilu diberi balasan sesuai dengan amallnereka; apabila baik, makabaik dan apabila jelek maka jelek pula"
Dengan dibaca raftl 'nya lafal yang berada sesudah PI' rabithah,. karena
menjadi khabar dari mubtada' yang dibuang.
Takdirnya ialah:
"Apabila mereka berbuat baik, maka balasan mereka adalall baik. Dan apdbilamereka berbuatjelek maka balasan amal mereka adalahjelekjuga."
34
Maka, kalimat kondisional adalah kalimat yang memmjukkan pengandaian
alau hipotesis8 Menurut Moeliono, bahwa kalimat kondisional merupakan syarat atau
pengandaian terjadi dalam kalimat yang berklausa subordinatifuya menyatakan syarat
atau pengandaian terlaksananya apa yang disebnt dalam klausa utama.
Subordinatomya yang lazim dipakai adalah: jika., seandainya, andaikan, andaikata,
asal(kan), kalan, apabila dan bilamana9
'HarimuktiKridalaksana, KOllnls Ling/lislik (Jakarta: Gramedia, 1993), hal. 1169 Anton M. Moeliono, Tala Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi III (Jakarta: Balai Pustaka,
2000), hal. 407
3.\l; !II
KALlMAT KONDISIONAL BA.HASA INDONESIA
A. Kalimat Kondisional dalam Bahasa Indonesia
Kalimat kondisional dapat ditandai dengan konjungsi syarat. Dalam buku
materi pokok kebahasaan III dijelaskan bahwa konjungsi (kata smnbung) adalah kata
yang menghubungkan kalimat-kalimat. Kata sambung dapat dibedakan atas beberapa
macam, yaitu salah satunya adalah syarat. Misalnya; jika, asal, asalkan, andaikata.
jikalau, sekiranya, seandainya. ( Contoh:
1. Jika anda mau mendengarkan, tentu saya senang menceritakannya.
2. Hatiku bertambah ciut apabila aku teringat bahwa akulah yang tertua.
3. Jikalau aku dapat lulus SMA, aku akan melanjutkan pel&jaranku ke Fak. Sastra.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat
kondisional merupakan suatu kalimat terbentuk dari dua bagian kalimat yang
menunjukkan pengandaian, bagian kalimat pertama disebut klausa utama atau yang
menduduki sebagai induk kalimat yang mengandungprolasis. Prolasis adal.1h klausa
yang menyatakan syarat atau pengandaian dalam kalimat persyaratan, dan bagian
kalimat kedua disebut dengan klausa kedua atau yang menduduki sebagai anak
kalimat yang mengandung opotasis. Dalam kalimat kondisional bahasa Indonesia
1 Drs. Abud Prawira Sumanlri, Maleri Pokok Kebahasaall III (Jakar<a: DEPPENKEB, 1986),hal. 53
nU0ungan seenl ltL; Qntar bagian kalimat atau klausa dalal!lwimat
majemuk bertmgkat. Ada 3 jenis hubungan dalam kalimat tersebut:
1. Hubungan syarat
2. Hubungan tak bersyarat
3. Hubungan pengandaian
Di sini saya akan menjelaskan sedikit mengenai 3 jenis hubungan'kllllimat
kondisional:
1. Kalimat Kondisional dalam Hubungan Syarat
Kalimat kondisional dalam hubungan syarat apabila klausabawahan
menyatakan syarat bagi terlaksananya apa yang tersebut pada klausainti. Secara
jelas hubungan ini ditandai dengan kata penghubung jika, apabila, bila,bilamana,
manakala,jikalau, kalau, asal dan asalkan.2
!v1. Moeliono juga menyatakan bahwa hubungan syarat terdap'dt dalam
kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan syarat terlaksananyaapa yang
disebut dalam klausa utama. Subordinatornya yang lazim dipakaiadalah jika
(/a1l), kalau dan asalkan. Di samping itu subordinator kalau., (apa)bila, bilamana
juga dipakai jib syarat ilu bertalian dengan waktu. 3 Contoh:
a. Apabila hal itu teljadi juga, aku akan mencelanya' di depan siapapun tanpa
pedulikan kesopanan bahasa.
2 Prof Drs. M. Ramlan, Sintaksis (Yogyakarta: CV.Karyana, 1987), hal. 803 Anton M. Moeliono, Op.Cif., hal. 406
37
b. Bilamana hujan turun agak lebat, tentu daerah itu tergenang air.
c. Sejuta rasa bergulatan dalam dadanya manakala melihat bctapa pucatnya
muka perempllan yang llinglai itu.
d. Jikalau aku lulus dari SMA, aku akan melanjutkan pelajaranku ke Fakultas
Sastra.
e. Kalau kakakku tertawa terbahak-bahak, ibuku mengerutkan keningnya.
f Liajuga cantik asal tak terlalu banyak makan coklat dan es krim.
g. Akan tercapai cita-citamu asalkan engkau bersungguh dalam belajar.
2. Kalimat Kondisional dalam Hubungan tak Bersyarat
Oalam hubungan tak bersyarat ini, kalimat kondisional bahasa Indonesia
memberikan keluwesan kepada bagian kalimat atau klausa ini untuk dapat
terlaksana artinya tidak ada persyaratan apapun di dalam klausa inti tersebut.
Adapun kata-kata tak bersyarat yang digunakan terdapat dalamkontruksi di
bawah ini meski, meskipun, walau. walallpum. kendati, kendatipun, biar, biarpun,
sekalipun dan sllngguhpun. Contoh:
a. Meski(pun) terlambat, (tetapi/tapi/namun) dia datangjuga ke kantor.
b. Sekalipun kamu pergi (tetapi/tapi/namun) akau tetap menunggumu di sini.
c. Biarpun tinggal di gubuk tua (tetapi/tapi!numun)aku tetap bahagia.
:.lJirw1t Kondisional dabm Hubungan Pcngandaian
Terdapat hubungan makna pengandaian apabila klausa bawahan
menyatakan suatu andaian, snatu syarat yang tidak mungkin terlaksana bagi
klausa inti sehingga apa yang dinyatakan oleh klausa inti juga tidak terlaksana.
Misalnya kalau dikatakan andaikan mampu, aku mengeluarkan engkau dan
penjara Bahwasannya orang itu tidak mampu. Makna ini secara jelas ditandai
dengan penghubung andaikan, andaikata, se:mclairlya. ,,,•.•"',
a. Andaikan gadis itu
b. Andaikan nona maju ke perlgadil,m
c. Seandainya engkau tidak
d. Sekiranya dia seorang dokter tentu akan dapat menolongnya.
e. Aku tidak dapat memikirkan apa
sana.
Dari 3 jenis hubungan dalam kalimat, kita beralih ke~,ada berltuk "'"IBII'"
kondisional bahasa Indonesia. ''-'"lllla< KorrUlSlorral baha~;a Ind()m:sia
dcngan dUll rnacan1:
1. Kalimat kondisional dinyatakan secaraifuplisit,tanpa
pcnghubung.
2. Kalimat kondisional
eksplisit).
39
Kalirnat ~;~Ondlji"~,):-L:d cunyatakan s.ccara imphsit, yaitu~ katlrnat yang terdapat
kata yang tersimpan atau tersembunyi di dalamnya yaitu kal,a jika dan maka.
Sebagaimana penjelasan sebelumnya, bahwa kalimat kondisional mengandung dua
bagian kalimat yang tidak dapat dipisahkan, yaitu bal,>ian kalimat pertama yang
mengandung protosis (induk kalimat), dan bagian kedua yang mengandung unsur
apotosis (anak kalimat).
[t\I; IV
ANALISIS KONTRASTIF TERHADAI'
KALEVlAT KONDlSlONAL
A. Persamaan-persamaan Kalimat Kondisional an tara Bahasa Arab dan
Bahasa Indonesia
Ada beberapa persamaan antara kalimat kondisional, kondisional bahasa Arab
dengan kalimat kondisional bahasa Indonesia yang penulis temukan berdasarkan
analisa data yang telah diuraikan terdahulu. Persamaan-persamaan tersebut adalah
sebagai berikut:
I. Kalimat kondisional bahasa Arab dan bahasa Indonesia sarna-sarna memiliki
beberapa partikel, jika, apabila, dan andaikata atau andainya.
Bahasa Indonesia
Jika Ibu duduk, saya duduk
Jika dia mecukil mata orang lain,akan dicukil pula matanya.
Seandainya cahaya ilmu itu didapatdengan angan-angan niscaya tidakakan ada orang yang bodoh
Bahasa Arab
2. Kalimat kondisional bahasa Indonesia sama-sama dinyatakan secara explisit
dengan menggunakan partikel atau kata panghubung. Contoh:
".Jika Umar dalang, maka saya dalang"
lJApabila anda mengan!uk,
hasuhlah muka dengan 01/1
Da1am hal ini juga, antara kalimat kondisional bahasa Arab danb~
Indonesia sama-sama dapat menghilangkan kala ma.\a dalamkalimatjaw~
(klausa kedua) seperti pada contoh di atas, "apabila amla mengantuk,basIiliklil
muka anda dengan air". Kadang-kadang kata maka diganti dengan kala·\teliIlllI
seperti contoh.
Kalimat kondisional kedua bahasa ini juga dapat menyatakan kondislnmll
terbuka dan dugaan yang mungkin dan tak mungkin(mustahil) teIjadi.DalarnW
ini bahasa Arab lebih banyak partikel yangdigunakan dibandingkanblilim
Indonesia. Kalimat kondisional dugaan yangmungkin terjadi,dapat dinyatak:m
dengan jika, kalau, dan jikalau (dalam bahasa Indonesia), sedangkan dalam
bahasa Arab dapat dinyatakan dengan partikel in (01) dan kawan-kawan. Ada~
kalimat kondisional dugaan yang tak mnngkinterjadi (mnstahil), dinyatil;;;m
dengan kata-kata seandalnya, andaik(:ta, andaikan,dan sekimnya (dalambaruilSa
Indonesia). Dalam bahasa Arab hal itu dinyatakan dengan partikcl laueJ) dan
kawan-kawannya. Kalimat kondisional terbuka dapat dinyatakan dengan apabila,
bila, bilamana, manakala, asal dan asalkan (dalam bahasa Indonesia). Sedallgkan
dalam bahasa Arab dinyatakan dengan partikel id::aa (1:»), lamma (11), dan
kullama (W5'), contohnya dapat dilihat pada lembar halaman sebelumnya.
Kalimat kondisional kedua bahasa ini mernpunyai dua bentuk bal,rian
kahmat yang sam~ yaitu terdapat bagian kalimat pertama dan bagian kalimat
kedua. Bagian kalimat pertama dalam bahasa Indonesia disebut induk kalimat,
dan dalam bahasa Arab disebutji'jf syarat (1,rJl j.3). Adapun bagian kalirnat
kedua dalam bahasa Indonesia disebut anak kalimat, dan dalam bahasa Arab
disebutjawah syarat (1,rJl yly). Contoh:
Anak Kahmat Incluk Kalimat
B. Arab
B. Indonesia Tentu daerah itu tergenang air Bilarnana hujan turun agak lebat
Perlu diketahui bahwasanya kedua bagian kalimat dalarn kalimat
kondisional saling berhubungan, artinya jib salah satu bagian kalimat hilang,
maka pengertian dari kalimat itu mcnjadi tidak jelas. Scbab bila satu bal,>ian
kalimat lepas, maka akan timbul suatu pcrtanyaan.
m'" Komlisional antara Bahasa Arab dan BahasaB. Perbedaan-perbednan
Indonesia
Beberapa panike! yang tidak ada dalam bentuk kalimat kondisional di antara
kedua bahasa tersebut, seperti pada partikel bahasa Arab.
Analisa data telah mengungkap perbedaan-perbedaan yang terdapat pada
kalimat kondisional bahasa Arab dan kalimat kondisional bahasalndonesia.
Perbedaan-perbedaan Itu terdapat pada:
I. Beberapa partikel yang tidak ada dalam bentuk kalimat kondisional di antara
kedua bahasa tersebut. Seperti pada partikelbahasa Arab yang tidak ada dalam
bahasa indonesia adalah; laula (J}), lau maa (\.,0}), ammaa (\..0\), dan beberapa
kata benda, yaitu; ku//amaa (l..15'), man (0"),~lYu«(,G\),mda{\..o),lilahrtlaa (~)
, aina t:.:,\), ainamaa (I...;.,\). anna (..:hhllilsumaa (~-),ka!fa dan
kaifamaa (W.,5\ Sedangkan dalam bahasa Indonesia, ada beberapapattikelatau
kata yang tidak memiliki dalnm bahasa Arab, yaitu; meskipun, kcndatipun,
biarpun, sekalipun, dan sungguhpun. Contoh:
Bahasa Indoncsia
Meskipun terlambat, Lia datangjuga ke kantor
Walaupun hujan badai, aku tetap. .
pergl menemUlI11U
Sekalipun kamu pergi, aku tetapmenunggumu di sini
Biarpun tinggal di b'Ubuk tua,akutetap bahagia
Kendatipun laut mulai surut,akutakut terseret olehnya
Sungguhpun Bapak berbicaradengan lantang, Andi tidaktakutpadanya
<>.. .. : <> ... "
w~\ :.-;,.£ :.;i- . ......-
44
2. Pada kalimat kondisional bahasa Arab, reblh banyak kemungkinannya.
Kemungkinan-kemungkinan antara lain:
a. Kemungkinan pamakai .t(l' jawab pada bagian kalimat kedua (jawab syarat).
Pemakaian .tel' jawab dalam kalimat kondisional bahasa Arab mempunyai
beberapa ketentuan, di mana ketentuan-ketentuan itu tidak berlaku atau tidak
ada dalam bahasa Indonesia. Contoh:
Bahasa Indonesia Bahasa Arab
b. Bagian kalimat kondisional pada jl 'il syarat dapat dihilangkan setelah kata in
(01) yang dirangkaikan dengan kata laa ('1). Penghilangan itu kadang-kadang
berlaku sesudah kata man (Cr') yang dirangkaikan dengan faa (:1). Contoh:
Bahasa Indonesif! Bahasa Arab
45
Protasis (j) 'if syami) kalimat kondisionaJ itu kadang kalimat perintah.
Bahasa Indonesia
d. Kalimat syarat (Ii 'if syarat) itu jawaban dari pertanyaan dalam percakapan.
Contoh:
Bahasa Indonesia Bahasa Arab
e. Jawab kalimat kondisional dapat pula dihilangkan, jika di sana terdapat
petunjuk untuk itu. Dalam hal ini kalimat syaratnya hamsj) 'if madlli ataufi'il
Inudhari yang didahului oleh lam Ct ), perlu diketahui bahwa kalimatsebelum
partikel il1 C0) bukan jawab dari kalimat kondisional yang ada di
belakangnya, tapi dia mempakan petunjukjawabnya. Contoh:
Bahasa Indonesia Bahasa Arab
47
f. Dalam kalimat kondisional, partikel in (01) atau yang lainnya dapat
~
menyatakan pendiriannya sebagai satu bentuk yang diterima untuk menjadi
kalimat kondisional, berarti tidak ada lagifi'il danjawab syaral. Biasanya hal
ini berbentuk percakapan, seperti contoh di bawah ini:
Bahasa Indonesia Bahasa Arab
\'o~: 015- 01': \' ,IS :".;J\ ~G :.:Jlir-:: ~JLS' \ .
01.j ,:.:Jli ~L..h:, ,
g. Partikel in (01) dan kawan-kawannya yahg lainadaIah serba guna.Seperti
digunakan untuk partikel negatif.
Bahasa Indonesia Bahasa Arll.b
BABY
ANALISIS DATA
A. Pengantar
Dalam bab ini penulis menghadirkan data-data korpus yang telah di klasifikasi
berdasarkan bentuk-bentuk struktur kalimatnya. Data-data tersebut bersumber dari
korpus babasa Arab.
Penulis juga berusaha memberikan kontsruksi kontrastif kedua bahasa
tersebut sehingga dapat diketahui letak persamaan dan perbedaan struk1umya. Hal ini
dapat mempermudah penulis dalam menemukan padanan yang sesuai dengan kaidah-
kaidah bahasa yang berlaku.
B. Jumlah as-Syartiyyah yang Terdapat dalam Data Korpus
Ada Irkalimat yang rnengandung pola jumlah as-syartiyyah dalarn data-data
korpus bahasa Arab. Kalimat tersebut kemudian dikiasifikasikan lee dalam empat
bentuk struletur kalimat.
1. Kalimat yang Menjazamkan Dua Fi'il
o
a. Kata 01 (j ika)
1) Contoh pada aI-Qur' an:
48
"Dan jlka kaml.' melallirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamumenyembunyikannya, niscaya Allah akan mClnbuat perhitzmgandengankamll tentangperbzwtanmll itll, " (Q.S. 2 al-Baqarah: 284)
b. Kata (.;'1 (j ika, kalau)
2) Contoh pada kalimat Arab:
"Jika kamu berszmgguh-sungguh kamu akan berhasil"
c. Kata:; (barang siapa, siapa)
3) Contoh pada al-Qur'an:
~<\e::O~~~1I...- • • ~, ,
"Bw'ang siapa yang melakukan keburukcm, maka ia dibalas sesuai dengankebllrukan tersebut."
d. Kata (. (apa)
4) Contoh pada surat al-Baqarah (97):
"Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikdn,niscaya . Allahmengetahuinya. "
e. Kata~ (bagaimanapun, apapun, bilamana)
5) Contoh pada syair:
"J'v1ereka berkata: bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepadakami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kalitidak akan beriman kepadamu." (Q.S. al-A'raf: 132)
49
f. Kata::;'", (kapan)
6) Contoh pada syair Arab:
"Kapan saja kamu datang kepadanya dengan hidup kepada cahayaapinya. maka kamu akan menemukan sebaik-baiknya api. di sisinya adasebaik-baik yang menyalakal1."
". ,.;g. Kata u~1 (kapan)
7) Contoh pada syair Arab:
"Kapan kamu bertanya kepadaku, akan akujawab pertanyaanmu."
h. Kata:;i (di mana)
8) (a) Contoh pada kalimat Arab:
"Di mana kamu turun, aku pun turun"
8) (b) Contoh pada surat an-Nisa:78
"Di mana soja komu berada,
kenwi ian akon lilendapalkan karnu ll
, ,1. Kata 0 1(di mana)
9) Contoh pada kalimat Arab:
"Di mono seorang hartawon pergi,
io okon dihormati."
50
,J. Kata 1>::" (di mana pun)
10) Contoh pada syair Arab:
"Di manapun kamu !urus/istiqomah, maka Allah menentukan, kesuksesandi masa-masa yang akan datang."
k. Kata (, i:<- (bagaimana)
Il)Contoh pada kalimat Arab
., ~ ~ ... ,...
"Bagaimanapun kau berada, berada pula temamnu" ;:.-l;)~ ::?5~
"Bagaimana kau dllduk, aku pun duduk" :.,..r.,.f :.,.J~i ~. .I. Kata ~f (yang mana saja, siapa saja)
~ '<-
12)(a) ",\ yang AJmjit'
"Siapa selja yang mengabdi kepada bangsanya, maka bangsanya punsaling mengabdi kepadanya."
12) (b) J\!fansh/lb al-Qur'an surat ai-15ra'
"Dengan /lama yang mana saja kamu sent, Dia mempunyai asmau! hllsna(nama-nama yang terbaik)." (Q.S. al-Isro': 11)
~ ;.12)(c) Kata",\ yang1'vlajrur
"Dengan pena apa saja kamu menulis, aleu pun menu/is"
51
.fumfuJi us-syotiiyyah pada kaiimat jumlah (I) adalah 0\ merupakan adul
syaml yang berkedudukan sebagai mublada' \)J.,i ji 'j{ mudhari berbenvuk
kontruksi \~\ dalam y\.?\ berkedudukan sebagaifi'i/ syarat. Lo Sebagai isim
mubham, ,j huruf jar sedangkan ~\ isim majrur ), huruf penghubung
~ j.r- dan ,# ji'il mudhari berkedudukan sebagai fi'if syarat kedua
c: ,:('"""'......:~ .. J '. '" ji 'il JIludhari berkedudukan sebagai jawab syarat y huruf jeu' ? j?
sebagai majrur berkedudukan sebagai mudhaf, 1\ mudhaf i/aih. Secara rinci
diketahui bahwa
lnduk kalimat (.1,;. J.3).
".I lieu kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu a!all kamllj/i(,ll.":lrJ]huJI.vi!canJl)Yl. U
"Niscaya Allah akan membuat perhilungan dengan kamu tentangperbuatanmu. "
52
Pada kalimat jumlah (2) sampai (12) pacta awal kalimat, yakniL.;\, ex", L.,
~, e:,v, G.!I, 0\,,1, 4 1, <.31, L..:c,>-,~ dan <,fl, merupakan adat-adat syarat.
Sedangkan kalimat kondisional (;;,1pi ;;LJ..I) pada kalimat (2) yakni:
Induk kalimat (J,f' J...')
"Jika engkau sungguh-sungguh"
Anak kalimat (J,f' yly.-)
"Maka dia akan Ruhes"
Sebagian ulama berpendapat bahwa L.;\ tidak dapat menjazamkan fi 'if
mudhari kecuali dalam keadaan darurat (sydr) (L.;\) berasaldari;ldhar}iyyah
yang bertemu dengan L. (..l.,S'pi :;.J.jI)I) tambahan untuk menguatkan. Ken1udian
ia mengandung atau menyimpan artinya lafal 01. Lantas 111enjadihuruf syarat
seperti 01 juga. Karena ia tidak mempunyaiarti selaill sebagai penghubung (~l))
antaraji 'if syarat denganfi'if jawabnya.
Berbeda syarat
53
kait;; '~j~lng terakhir illi
selain mempunYaI ani penghllbllng antara ji 'il syurat dan ji 'il juwubnya, juga
masih mempllnyai makna lain. Di antara ulama anli nahwu ada yang menganggap
lafal \...>,,1 adalah sebagai isim, bukan sebagai huruf, karena dia selalu dharaj;
seperti Imam MUbarrid, Ibnu Siraj dan al-Farusy.
Pada kalimat,jumlah (3) kalimat kondisionalnya yaitu:
lnduk kalimat (,1,rJI y;)
11 Barang siapa yang melakukan kebuTukan"
Anak kalimat (,1,rJl ylf")
"AJaka dia dibalas sesuai dengan perbualannya"
Pada kalimatljumlah (4) kondisionalnya yaitll:
lnduk kalimat (,1,rJl y;)
lIApa yang kamu kerjakan berupa kebaikan ll
Anak kalimat (1, ~...:JI ~Iy-)
Pada kalimatljumlah (5) kalimat kondisionalnya yakni:
[nunk kalimat (,1,rJl y;)
~ ).0 -:~-'4',Jiw~
"ivfereka berkata: bagaimanapzm kamu mendatangkan keterangan kef10dukomi untuk menjelaskan kami dengan keterangan itu."
Anak kalimal (1, rJl yly)
"A1aka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu"
Menurut pendapat yang shahih bahwa L..,;..> itu kadangkalanya tersUllll!Il
dari:
a. ... Isimfi 'il amar yang berarti cegahlah atau laranglah dan
b. lo Yang mengandung makna syarat. Kemudian dijadikan satu kala dan 'ada
kalanya (L..,;..» itu tersusun dari:
I) lo Syartiyah (~?)
2) lo Zaidah litaukid (.I$"y1l o..lllj) tambahan untuk menguatkan lalu menjadi
lo Dan kemudian alif(l) yang perlama diganti ha (0) agar berbedalafalnya.
Pada kaJimatljumlah (6) kondisionalnya yakni:
lnduk kalimat (1,?I ~)
"Kapan saja kamu datang kepadanya dengan hidup kepada cahaya apinya."
55
.1_,,/ .J<,~ //~ ""'/",,/ P ~
..J3 f" .f.~ ~...l.:;- "pi.; .r-?" "b-"':;, - -
"Alaka kamu akan menemukan sebaik-baiknya api, £Ii sisinya adasebaik-baikyang menya/akan"
Pada kalimatljumlah (7) kalimat kondisionalnya yakni:
Induk kalimat (.bpi J<»
"Kapan saja kamu berlanya kepadaku"
Anak kalimat (;pi J<»
"Akan akujawab perlanyaanmu"
Dan sering sekali lafal 0\,,1 disertai huruf L., .>.;:yll oJSlj (tambahan untuk
menguatkan kalimat). Contoh:
Induk kalimat (0pi J<»
"Kelika /embu sawo matang ilu berma/am
£Ii Ianah yang hmdus"
Anak kalimat (0pi ,Jx»
"lviaka sewaklll angin kencang menimpanya
diapun pergi"
56
Lan!1 ,)1.;1 berasal dari 0101, dia tersusun dari ''t..,i'' yang rnengandung
rnakna syarat dan ,\)\" yang mempunyai rnakna '\:,,,,,," (ketika). Setelah disusun
rnenjadilah satu kata yaitu isim syarat yang rnenunjukkan zaman mustaqbal (yang
akan datang) dan dia dimabnikanfatha.
Pada kalimatJjumlah (8) kondisionalnya yaitu:
lnduk kalimat (1,~\ Jx3)
"Dj mana saja kamll berada"
Anak kalimat (;~1 loW)
"A1aka kematian akan mendapatkanmu"
Pada kalima~iumlah (9) kalimat kondisionalnya yaitu :
Induk kalimat (.1~I Jx3)
"j)i mana seorang harlawan pergi"
Anak kalimat (1,I..:JI yly.-)
lila akon di!Jormalt r
jWI~w~J;0f, ,
Pada kalimat/jumlah (10) kalimat kondisionalnya yaitu:
Induk kalimat (1,~\ J-.')
"Di manapzlJl kamu lurlls/istiqomah"
571
Anak kalimat (.1rJI yly-)
"" -\ " ...~,0C'!~1 olio-··' G.-G,.; .;J,I :5i .~~
./ J' '-" J -. .
Pada kalimat (10) sudah diketahui bahwa~ adalah adat syarat, il';- ;;
ji 'il mudhari.
Di dalam yl/'I berkedudukan sebagai ;rJl J'" (induk kalimat) '!Ian
.:JJ.J~ji'il rnudhari di dalam y /'1 berkedudukan sebagaijawab syarat, 11,Jll-t>
(fail), G-li. maftllum hih, c) hurnf ?, .r.lio- sebagai mojrur di dalamirah,
berkedudukan sebagai mudhaldan 0\.,.j'Jl berkedudukan sebagai mudhalilaih.
Pada kalimat/jumlah (ll) kondisionalnya adalah:
lnduk kalimat (.1'p1J"')
"Bagaimanapun kamu berada"
Anak kalimat (.1rJl yly-)
"Beretdo pilla temanmu"
Menurut ulama Kufah L~0 dia ada1ah isim mL!fham yang menganilImg
makna syarat. Maka dia membutuhkan fi 'il syarat dan ji 'iljawab yang kedulll1l'p-
duanya dijazamkan. Baik disertai L. (~) maupun tidak (J$").
Adapun menurut ulama Basrah, maka lafal (1.....i,,5") itu menempati
tempatnya :,\ yang memerlukan fi'il syarat dan fi'il jawab. Tetapi tidak
menjazamkan, jadi kedua fi 'il yang berada sesudah lafal L.-'$" tersebut dibaca
marfu' semua.
Hendaknya keduafi 'il tadi sarna dalam lafal dan maknanya seperti contoh
di atas. Sama juga dijazamkan maupun tidak maka boleh diucapkan seperti di
bawah ini:
"Bagaimanapun kau duduk, maka pergilah aku"
Pada kalimatljumlah (12) kondisionalnya adalah :
I. <$1 Yang marfu '
lnduk kalimat (.1rJI Jd)
"Siapa saja yang mengabdi kepada bangsanya",,41\ ,...... "t ~..,.. i~ 15/'1 <$1
, '
59
!\nak kalimat (.1,rJI ylj"'")
Maka bangsanya pun saling mengabdi kepadanya lafal <,>1 marfu "
karena menjadi mub/ada danjumlah sesudahnya menjadi khabar.
1. l,1 Afansub
Induk kalimat (.1rJI ~)
"Dengan nama yang mana saja kamu senl"
Anak kalimat (.1rJI ylj"'")
",. .- ,,-,
"Dia mempunyai asmaul husna (nama-nama yang baileY'~I .\.:'':}~I ;ili
l,1 manshub, karena menjadi mafillum bihnya ly.:G
3. <,>1 A4ajrllr
Induk kalimat (.1,rJI ~)
"Dengan pena apa saja kamll menulis"
Anak kalimat (.1rJI ylj"'")
"Akupun menulis"
<,>1 Dia majrur dengan y
; ~0 ~ ~l, .
60
Induk kalimal (.b?\ ,J"')
"Kitab apa saja kamu membaca"
Anak kalimal (.b?\ ylT"")
"Akupun membaca"
(,5\ Dia majrur karena menjadi mudhafilaih
2. Partikel yang Tidak Menjazamkan Kata Kerja
1;(
Partikel yang lidak menjazamkan kala kerja (fi'il) itu ada empat yaitu:
(13) Kata (}) (kalau, seandainya)
Contoh pada kalimat bahasa Arab:
"Kalau kami mall, maka kamijadikan air
itll menjadi asin"
"Seandainya Tuhamnll mau, maka dia
sudah menjadi umat yang Satu"
(14) kala '1} (seandainya bukan)
-' <> .1 '"
G,.G,.I ~1 :1:;" ~8 jJ
"Dan seandainya tidak ada ketetapan yang telah lerdahulu dari TlIhanmu,niscaya ditelapkan hukuman di anlara mereka."(Q.S. 11 al-Hud: 144)
61
"Seandainya kamu tidak mendatangkan malaikat kepada kami, iillra ikamulermasuk orang-orang yang benar. II
(16) kata l,.,\ (adapun tidak)
Contoh pada kalimat bahasa Arab:
1I~-,:!daplm orang min/a-minta.
maka jangan kamu Jwrdikcoenlak"
(17) kata \l (ketika)
Contoh pada surat al-Ankabut:
"Ketika kami lelah menyelamatkan mereka kedaralan tiba-tiba lJJ!IJerekakembali menyekutukan Allah."
Jumlah as-syartiyah pada kalimatljumlah (13a) kata } merupakan adat
syarat, ,Li merupakan.li 'il .\yarat, ,Lk.--,. jawab :,yarat \.;,.6-1 berkooudukan
sebahai hal.
Secara rinci dapat diketahui bahwa:
Induk kalimat (.br:J\ j..»
"Kalau kamu mau"
Anak kalimat (.b ..:j\ e-'\ ._-,.), . J
"lvlaka kami jadikan air illl menjadi asin"
Pada kalimat/jumlah (Bb) kata } merupakan adat sya.rat,.L.;.; //ii'ifmadllii
berkedudukan sebagai ji'il syaral ...:.\.;.J sebagai fa 'ii, ~ jF,i! mJJlIlI//ti
berkedudukan sebagai jawab syaral, J\.;.\\ mafuillm bih, ...1 na 'Iun&n ;~Iji
berkedudukan sebagai man 'ut. Secara rinci diketahui:
Induk kalimat (.b rJl ~)
"Seandainya Tuharlll1l1 tahu mall"
Anak kalimat (.brJl y\y)
''lvfaka dia sudah menjadi lima! yang salli'
Pada kalimatfjumiah (14) kata 'J.,1 adalah huruf syarat, 4.-15', fa'jf
(predikat), ~Ji 'il mm!hi berkedudukan sebagaiji 'il syarul, <J' hurufjar, ~.J
majrur~ .Ii'iI majhul berkedudukan sebagaijawab syarat dan~ mafulum
bih, secara rinci diketahui bahwa:
Induk kalimat (.:" J:'"
llSeandainyu Ihiuk, udu ketefapan yang
lelah lerdahllill dun J'uhamll"
Anak kalimat (1-rJI yly>-)
"Niscaya lelah direlapkan hukllman di an/ara mereka"
Pada kalimat!j!lmiah (15) kata \..} adalah hurnf syarat, e:,;\; ji'il madhj
berkedudukan sebagai ji 'il syaral, \; sebagai fa 'if yang merupakan isim dhamir
dari J y hurnfjar, :&Jl1, mqirur, 01 adal syaral,~ merupakan ji 'il madhi
yang di dalam i'rab berkedudukan sebagai ji 'if syaral,,y hurufjar dan,).,.;,L,:,.ll
isim majrur. Secara rinci diketahui bahwa:
Induk kalimat (1-rJI J,,-')
"Seandainya kOmlllerll!asllk orang-orang yang beJ:lar"
"Jjka kannl tennas'uk orang-orang yang benar"
64
Pada kalimat/jumlah (16) kata \.0\ adalah huruf syarat, JLJI fa'il, J huruf
penghubung,~ fi 'il mudhari yang berkedudukan sebagai jawab syaral. Secara
rinci diketahui bahwa:
lnduk kalimat (.brJI J.-i)
"Adapun orang minla-minla"
Anak kalimat (.brJI yl)"")
'?vfakajangan kamu hardik ll
Pada kalimat/jumlah (17) kata Ll adaJah huruf syarat, rli. merupakan
fi 'il madhi yang di dalam i'rab berkedudukan sebagai fi 'il syaral jl, hurufjar, J.j\
isim majrur, bl adat svaral, r isim dhamir dan :J }'S'~..':-o. ji'i1 mudhari. Secara
rinci dapat diketahui bahwa:
Induk kalimat (.b ...:J\ . f,.i). ~ ~
" Ketika kami telah mellyelamatkallmereka ke daratan "
mereka (:
65
Berdasarkan analisis di atas, dengan demikian semua bentuk jumlah
as-syathiyyah dalam teori scluruhnya terdapat pula dalam data korpus al-Qur'an.
Tcrjemahan yang tcrdapat dalam data ini memang sangat standar untuk dijadikan
tolak ukur dalam tCljcmahan. Namun demikian, kalimat-kalimat tcrsebut dapat
pula ditcrjemahkan dengan krdasarkan pada teori-teori yang terdapat dalam
kaidah-kaidah bahasa yang bcrJaku.
BABVI
KESIMPULAN
Melalui analisis dari dua bahasa yang telahditeliti yaitu antarakalimat
kondsional bahasa Arab dan kalimat kondisional bahasa Indonesia yang telah
dilandasi kesimpulan bahwa kalimat kondisional kedua bahasa terdapat pesamaan
persamaan dan perbedaan-perbedaan.
Persamaan-persamaan yang ada pada kalimat kondisional keduabahasa itu
ada!ah:
I. Terdapat pada unsur partikel, seperti j\ (jikaljikalau), b\ (apabila), dan}
(seandainya).
2. Unsur-unsur yang ada pada masing-masing bagian kalimat kondisional kedua
bahasa tersebut, dapat dinyatakan secara nyata atau jelas (eksplisit), dan ada yang
dinyataan secara tersembunyi atau tidak nampak (implisit).
3. Kalimat kondisional kedua bahasa tersebut sama-sama memiliki dua bagian
kalimat, yaitu bagian kalimat pertama yang disebut dengan induk kalima.t a.tan
klausa pertama da lam bahasa Indonesia, sedangkan dalam bahasa Arab disebut
dengan kalimat syarat (fi'if syarat), dan bagian kalimatkedua dalan1 bahasa
Indonesia, sedangkan dalam bahasa Arab disebut dcngan jawab .Iyarilf.
Sedangkan perbedaan-perbedaan yang ada pada kalimat kondisional kedua
bahasa itu antara lain:
67
68
a. Beberapa partikel dan kata benda bahasa Arab yang tidak ada dalam kalimat
kondisional bahasa Indonesia di antaranya, yaitu: laula (':i}), lauma (\...}),
al12ma (l.I), kullama (W5'), man (y), a)}'u (C;;I), ma (V), anna (01), mahmu (
4), ainu e:,,,I), aillam" (41), kaifa (J,5\ IwiF:mi1 (L4) dan haifsuma (
~). Begitu juga sebaliknya ada beberapa partikel ata.u kata yang tidak ada
pada kalimat kondisionaJ bahasa Arab, adalah meskipun, walaupun,
kendatipun, biarpun, sekalipun dan sungguhpun.
b. Kalimat kondisional bahasa Arab Jebih banyak kemungkinannya
dibandingkan bahasa Indonesia.
c. Partikel in (0\), dan kawan-kawannya berfungsi serbaguna, yaitu dapat
dipakai sebagai partikel negatif.
69
Model Konseptual
Kalimat Kondisional AI-Jumlah As-Syarthiyyah
Terdiri dari unsur partike!: jikaljikalau,apabila, seandainya
0\ d~1 ,.\, ,;r
f------------------+--.-~--------~-.--_I
,ertama diseblltji 'i1iseblltjawab .Iyaral
if ".$i ,\.. ,\..}/'J}
i ,L..A?/~,~
emakaianfa' jawab
Dinyatakan secara ekspJisit dan implisit,Sama-sama mcmiliki dlla bagian I
'b!imat Perlama disebut induk kalimat Kalimat yang ~
i Gn kalimat yang kedua disebut anak .Iyaral yang kcdua d! blimat\i
:~,~ ,\..i ,L..Dif,
,-
ff L".:., \1 "\1' ~ u-
kjMespkipun, kendatiplln, biarplln,:l:lJZkalipun dan slln''''uhpun -lj , l;:ll;:lf.
- P
IDinyatakan secara cksplisit dan implisit
DAFTAR PUSTAKA
Abdul A'lim Ibrahim, Nahu al-Azimi, Da'rul Ma'alif, 1119.
Abdullah, Bahahuddin, Alfiyyah S)arah Ihnu A'll!, Bandung: Sinar Baru, 1992.
Abdul Masi, II Dictional')' olAmhic Gramll/ar '" CI/Uns and iilMes, Beirut: Librariedu Liban, 1981.
Drs. Abu Bakar Muhammad, 'J'ata Bahasa Bahasa Arab, Surabaya: AI-Ikhlas, 1982.
Drs. Abud Prawira Sumantri, Bukll Matcri Pokok Kchahasaan llI, Jakarta: DepPendan Keb, 1989.
Anton M. Moleono, et.all, 'J'ata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka, 2000.
DJoko Ken~iono, Dasar-Dasar Lingllistik Ull/um, YOh'Yakarta: Fakultas Sastra VI,1984.
M'-Ghulayaini, Musthafa, Jami' ad-Dul'1ls al-Arahl})'tlh, Semarang: As-Syifa, 1991.
]'[;'lrimuk'1i, Kridalaksana, Kamlls Lingllistik, Jakarta: Gramedia, 1984.
!l:uam Muhammad 1bnu Syuud, Silsilah Ta 'lim al-Llighah al-Arabiyyah, Imam, 1992.
iRiasim Sulaiman, Qawa 'id al-Llighah al-Arah~vyah, Jakarta: Prakarsa, Belia, 198 I.
,Lluson, L. Mildred, Pencl]'emallOn Berdasar Mokna. Jakarta: lucan, 1989.
~:achali, Rochaya, Pedoman Bagi Peneljcmah, Jakarta: Grasindo, 2000.
lMansur, Muhammad, Drs. dkk, Panduan J'enerjcml1hon, Jakarta: PT Moyo SegoroAgung, 2002.
Il1llfeda, Mansur, Dr., Lingustik Sebuah Pengl1ntor, Bandung: Angkasa, 1990.
~il,,,ondo, Sutinah, Pedoman Peneljell/ahalL Jakana: Dahara Press. 199].
lf~lrigan, Guntur, Hendri. Dr. Prof, Frinsip-enns(( lJusor Smfak,";i.\·~, Bandung:Angkasa. 1986.
70
71
Verhaar, Pengantar Linguistik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992,Cet. Ke 18.
AI-Wasilah, Chaedar, A. Drs., Linguistik Suatu Pengantar, Bandung: Angkasa,1986.
Wakidi, dkk, Fon%gi, MOlj'%gi dan Sintaksis Bahasa Sahu, Jakarta: Deppenkeb,1991.
A Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, Yogyakarta: Kanisius, 1989.
Top Related