Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
LAMPIRAN : TRANSKRIP WAWANCARA
CONTACT RECORD
Narasumber : Aruga Perbawa
Jabatan : Ketua Komikin Ajah Periode 2016-Sekarang
Hari/Tanggal : Senin, 10 Juli 2017
Waktu : 10.00 WIB
Lokasi : Kantor Komikin Ajah – Jakarta Selatan
Description Acquired:
S : Arti Komikin Ajah menurut kak Aruga sendiri itu apa sih?
A :
Artinya? Secara harafiah? Kalau secara harafiah itu artinya memang sesuatu
yang bisa kita komikan, kehidupan sehari-hari misalnya, atau galau abis diputus.
Jadi apapun yag ada disekitar kita, kalau itu menarik, dari pada curhat gak jelas
mending ‘komikin ajah..’ tapi itu juga bisa menjadi singkatan. Kayak Komikin
– Komik Instagram gitu. Karena kita pertama kali muncul memang di Instagram.
Tadi itu secara literalnya ya, kalau secara makna, Komikin Ajah sendiri
merupakan sebuah tempat untuk menyalurkan hasrat ‘ke-bina-tangan’ ini, atau
bisa disebut hasrat berkreasi, dan bisa dibilang Komikin Ajah ini merupakan
rumah, karena setiap kali kita kumpul juga kan kita merasa ‘nyalur’ karena kan
emang isinya temen-temen yang sehobi, terus sama-sama bikin komik juga,
emang tempat buat nyalurin karya sih. Jadi yah kalau aku pribadi sih emang
Komikin Ajah ini segalanya, hahahahaa
S : Kalau kak Aruga ini juga sekarang sebagai ketua Komikin Ajah kan ya?
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
A :
Nggak, aku yang kedua. Justru yang pertama itu si Fadia. Dia yang pertama, dan
aku yang kedua, sejak bulan Agustus. Aku juga sebentar lagi mau lengser…
kandidatnya belum ada sih, tapi yah nanti kita liat di bulan Agustus siapa yang
bisa menggantikan
S :
Kalau tujuan utama dari Komikin Ajah sendiri itu apa sih? Kalau dari
yang aku baca kan slogan Komikin Ajah itu ‘jayakan komikus lokal’, itu
memang tujuan utamanya atau ada tujuan lainnya?
A :
Tujuan utamanya ya, pasti untuk memajukan skema komik lokal ya. Karena juga
kita mau menghadapi gempuran komik-komik asing gitu. Komik lokal, dulu
pada jamannya kan memang kurang dipandang. Selebihnya kita juga pengen
jadi wadah buat berkreasi juga. Terkadang kan komikus juga bingung, ketika
dia sudah punya karya kan, dia bingung mau mempublikasikannya lewat mana.
Nah, Instagram kan bisa jadi salah satu media, nah kita pengen bis ajadi
showcase buat mereka juga. Dengan harapan ya mereka bisa semakin terangkat
namanya melalui kita, dan skill mereka juga bisa jadi bertambah gitu.. karena
kan banyak nih yang mencoba submit ke Komikin Ajah, untuk di repost gitu.
Skill gambarnya juga kan beda-beda, nah pengennya juga mereka yang baru
mulai dan ngeliat mereka yang skillnya lebih tinggi dia juga jadi semangat, gitu
kan.. dan pengen jadi tempat buat berbagi juga sih, untuk sesame komikus atau
mereka yang tertarik dengan dunia komik tapi tidak bisa bikin komik.
S : Iya aku suka komik tapi gak bisa bikin komik hahaha
A :
Nah iya, banyak yang kayak gitu, kita pengennya bisa saling belajar. Bahkan
kita aja yang ada di Komikin Ajah sendiri masih saling belajar satu sama lain
gitu… karena kita pun punya spesialisasi yang berbeda-beda, skillnya berbeda-
beda, ya kita pengennya maju bareng-bareng gitu, gak Cuma sendiri-sendiri.
S :
Kalau tujuan lain ada kak? Misalnya kayak tujuan untuk orang lain kenal
Komikin Ajah. Gak Cuma follow, tapi juga berupa tindakan. Seperti
ajakan untuk gabung, atau kenalin Komikin Ajah ke orang lain.
A : Nah, iya jadi kita juga pengen orang kenal Komikin Ajah bukan Cuma tempat
ngerepost komik gitu kan,orang juga kenal kreatornya, dan kita juga sebenernya
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
ingin punya engagement khusus, antara follower dan kreatornya, jadi kayak
mereka tidak hanya mengidolakan tapi juga ada intimasi yang lebih gitu.
Makanya terkadang disetiap event kita suka terjunkan kreator secara langsung
biar bisa ngobrol bareng, atau gimana. Karena kita juga pengen menghilangkan
barrier. Jadi gak Cuma sekedar follow doang, kita juga pengen mereka tahu gitu
kalau kita-kita ini yang di Instagram itu Cuma manusia biasa, yang pada
akhirnya kita juga pengen orang kenal si kreator itu bukan Cuma lewat karyanya
doang, tapi ada sesuatu di balik itu. Karena kreator itu gak Cuma bikin komik
doang kan? Tapi ada hal lain kan yang dia buat.
S : Pencapaian terbesar Komikin Ajah sendiri apa?
A :
pencapaian terbesar ya… ada beberapa sih. Tapi, yang kita bener-bener seneng
itu ada dua. Pertama, followers kita mencapai lebih dari satu juta, dan kita sudah
masuk kedalam pemetaan sejarah perjalanan komik Indonesia. Jadi kan sejarah
komik Indonesia itu kan panjang, dari tahun 1930 sampai dengan sekarang ini,
dan di tahun 2014 ini sudah tercatat kita ada gitu.
S : Jadi ya sudah dianggap gitu yah.
A :
Iya, jadi sudah diperhitungkan gitu… jadi ibaratnya Komikin Ajah itu sudah
punya nama, dan sudah menjadi bagian dari pergerakan komik di Indonesia itu
sendiri. Karena kan kita juga membernya paling banyak, ada seratus dua belas
orang, mencangkup seluruh Indonesia.
S : Kalau membernya sendiri ada berapa kak?
A : Kalau intinya ada puluhan sih, itu mereka yang aktif-aktif ya. Sisanya ya tidak
aktif, tapi tetep produksi komik sih. Jarang-jarang aja tapi.
S : Strukturnya Komikin Ajah itu sendiri gimana
A :
Kalau struktur jelasnya sih kita gak ada sih, tapi kalau untuk tim management
kita ada sih. Untuk membahas masalah yang sifatnya untuk corporate, atau
memang ada hal-hal penting kayak bentuk kerja sama. Tapi kalau secara
komunitas, meskipun ada ketuanya gitu, tapi kita ingin kalau ini semua
merupakan keputusan bersama.
Jadi ketika ada suatu keputusan, maka akan dilempar kembali ke grup, jadi
ibaratnya ketua hanya ketok palunya aja gitu. Karena kita gak mau kepatok sama
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
satu orang, karena kita semua disini sifatnya sejajar. Sama-sama kreator, pasti
masing-masing juga punya ide.
S : Jadi kayak bentuk lingkaran gitu ya? Semua bisa naik gitu.
S :
Iya, jadi semua bisa naik dan berhak naik. Tujuan kita juga salah satunya itu,
ialah mengangkat nama individu yang ada di dalam komik itu sendiri, jadi gak
kayak Cuma nama Komikinnya.
Di dalam Komikin itu kan ada banyak orang. Ada Tahilalats, ada Maghfirare,
ada Banggaber, dan banyak komikus-komikus lain, dan dengan ada showcase
itu juga kita pengen nanti mereka bisa naik, dan terkenal dengan namanya.
Karena nanti kedepannya, jika mereka sudah punya nama dan memiliki
keuntuntungan sendiri, semua akan diserahkan kepada mereka sendiri.
S : Jadi Komikin Ajah Cuma bantu gitu ya?
A : Hu..um.. jadi kayak wadahnya aja lah. Seperti perantara, dan menjembatani.
S :
Terus kalau Komikin Ajahnya sendiri pernah ada lagi gak sih di undang-
undang ke media, memang karena Komikin Ajah itu sendiri? Kan yang
aku tau dulu pernah tuh diundang ke acara Hitam Putih.
A :
Itu ada, kita juga selain yang diundang ke Trans 7 juga pernah ke acara The
Comment yang di NetTV, terus juga di MNC acara bincang-bincang pagi itu.
Itu sih kalau acara besarnya, selebihnya sih untuk acara-acara talk show. Karena
kan waktu itu fenomena komik lokal lagi naik gitu.
S :
Komikin Ajah sendiri kan didirikan tahun 2014 yah. Ada gak sih
perbedaan signifikan yang mencolok, kayak misalnya komik Indonesia itu
jadi dianggap gitu oleh orang-orang?
A :
Iya, jadi kayak ada perpindahan platform istilahnya. Dari cetak ke digital. Jadi
awal-awal tahun 2011, komik online itu udah banyak di Facebook, isinya waktu
itu juga aku termasuk di dalamnya, sama komikus-komikus senior lainnya.
Kemudian, kalau dulu kita bentuknya Liga Komik Strip, bareng sama Faza
Meonk juga, kemudian pada 2013 itu kan Instagram mulai naik di Indonesia,
tadinya orang-orang pamer foto-foto atau gimana, nah barulah berpindah nih,
mulai ada yang ngepost komik, nah di tahun 2014 itu mulai ada perubahan besar-
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
besaran, dimana komik muncul di Instagram, nah saat itu lah Komikin Ajah
muncul dengan tujuan untuk menyatukan semuanya. Tapi saat itulah mulai ada
perpisahan, dimana ada komik Instagram, dan komik Facebook. Cuma di
Instagram sendiri bentuknya masih komik strip, kalau di Facebook bentuknya
udah one-shot, ada yang komik bersambung.
Nah, disitu udah mulai kepisah. Tapi ya intinya, Instagram itu menjadi platform
baru buat kita berkarya, sebelum kemudian muncul lagi, seperti ada Webtoon,
Ciayo, ya tapi jadi dulu juga ada sedikit perbedaan antara komikus Facebook
dengan komikus Instagram, padahal beberapa dari mereka juga akarnya sama,
yakni di Facebook.
Kemudian kalau komikus yang di Webtoon itu biasanya merupakan mereka
yang berasal dari dua platform ini. Kemudian sejak saat itu, Instagram sudah
menjadi platform yang diperhatikan untuk perkembangan komik Indonesia, jadi
salah satu media yang efektif. Karena, hampir semua orang menggunakan
S : Komikin Ajah sendiri juga kan pakenya Instagram ya, ada gak sih strategi
khusus yang digunakan untuk naikin popularitasnya
A :
Sebenarnya kalau yang hashtag harian kita maunya supaya banyak konten aja
sih, dan kita selalu punya tema yang berbeda-beda setiap harinya. Nah, jadi tuh
kadang-kadang orang punya hashtag favorit juga, misalnya kayak pecinta horor
mereka akan ngikutin hashtag kamis horor, dan itu juga strategi kita biar untuk
komikusnya sendiri juga, kita punya sesuatu untuk digarap setiap harinya, dan
ketika ide itu mentok… itulah… jadi seperti diuji gitu, sejauh mana kita bisa
berproses kreatif. Sementara untuk naikin postingannya sendiri, hashtag itu
berpengaruh sih. Biar tetep muncul di explore Instagram.
Terus kalau nerbitin buku juga itu buat ningkatin awareness orang bahwa kita
juga tidak hanya ada di Instagram, tapi main di offline juga, kalau yang dicetak
itu kan kalau yang pake nama Komikin Ajah itu kan ada dari Elex yah, Elex
Media. Tapi kita secara individu sendiri juga ada, kayak si Ocong, Gaber, Fadia
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
dengan Komik Nyinyi, Komik Baper, yang gitu-gitu pokoknya. Sebenernya kita
itu strateginya bukan untuk secara finansial doang, tapi lebih kepada kepuasan
kita juga.
S : Semacam kepuasan diri yah, udah berhasil nerbitin buku
A :
Iya betul, biar bagaimanapun kita masih punya idealisme bahwa menerbitkan
buku itu adalah sebuah kepuasan. Terus juga gak ada sih startegi khusus yang
kita gunakan, paling ya itu mirip-mirip sama selebgram lainnya kalau buat
naikin followers. Paling kalau ada momen-momen tertentu, misalnya 17
Agustusan, kita ada hashtag khusus dan kita ada komik dengan tema khusus
yang sesuai dengan itu, atau kemaren pas bulan Ramadhan, kita bikin jam strip
Rais Mencari Rumah, nah itu juga salah satu strategi, jadi orang akan nungguin
terus.
S : Iya tuh, jadi kan penasaran kelajutnya lanjut ke komik mana…
A :
Hu..um.. dan itu juga bisa memperkenalkan kreator lain. Karena kan tiap episode
beda-beda yah kreatornya, jadi ada 30 orang kalo yang kemaren yah. Jadi
mereka juga bisa tau, oh yang bikin si ini.. jadi startegi yang kita tetapkan bukan
hanya untuk Komikin Ajah, tapi juga untuk kreatornya secara Individu.
S :
Menurut kak Aruga sendiri, dengan startegi-strategi yang tadi itu, dirasa
sudah cukup belum sih untuk naikin popularitas komikus Indonesianya
sendiri
A :
Kalau dibilang cukup berhasil sih oke yah, jadi ada satu momen dimana, itu dulu
sih sebenernya Instagram belum menerapkan algoritma yang random gitu, dulu
kan sifatnya masih kronologis kan? Jadi dulu itu yang sangat berpengaruh itu
adalah jam upload. Ada jam-jam tertentu yang disebut prime time dimana orang-
orang saat itu sedang standby di handphone mereka, kalau sekarang kan, mana
yang paling populer dia akan naik.
Tapi sejak saat itu, sejak Instagram melakukan penerapan baru, kita mengalami
sendiri penurunan yang signifikan. Tapi kalau dulu, kita paling sedikit setiap
harinya kalau secara individu yah bisa nambah 100 atau bahkan 1000 followers
setiap harinya. Jadi emang semenjak algoritma baru dari Instagram sangat
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
berpengaruh dampaknya ke kita. Tapi ya justru dengan kayak gitu, kita jadi
harus bikin konten yang lebih bagus lagi.
S : Kalau faktor pendukung dan penghambat selama ini tuh apa aja sih?
A :
Kalo faktor pendukung sih ya, kita kreatornya banyak ya. Jadi akan selalu ada
ide-ide baru, kedua itu semua orang punya Instagram. Jadi bisa dibilang, dari
sekian banyak pengguna Instagram, pasti setidaknya cukup banyak yang tau
tentang Komikin Ajah.
Kalau faktor penghambat sih, karena kita jumlahnya banyak, dan semuanya
berjauhan. Karena memang literary dari Sabang sampai dengan Merauke, dari
Aceh sampe Papua itu ada.
S : Iya yah, aku sempet dikasih tau tuh kalau ada yang di Papua, aku tuh tau-
tau komiknya aja, tapi gak tau dari mana asalnya
A :
Iya, ada dari Papua, tapi sayangnya sekarang udah gak aktif lagi. Tapi justru
yang aktif banget itu yang dari Aceh, Sengklekman. Itu dia dari Aceh, di
Lhokseumawe. Komik Dimsum juga aslinya dari Malang. Ya itu, balik lagi.
Karena kita jumlahnya banyak dan lokasinya berjauhan, ujung-ujungnya yang
bisa ngumpul atau merencanakan sesuatu ya itu-itu lagi, paling yang di
Jabodetabek lagi, jadi ya kita lagi kita lagi.
Tapi moment dimana kita paling banyak ngumpul itu ada di PopCon. kayak
kemarin tahun 2016 seneng tuh, dari Aceh dateng, ada yang dari Padang juga
dateng, dari Palembang, itu rame… jadi akhirnya ketemu muka satu sama lain,
ada yang tadinya belum pernah ketemu, jadi ketemu… tapi yah memang
penghambat paling besar ya itu, lokasi kita yang berjauhan jadi kita ngobrolnya
juga di Line, itu juga gak semuanya aktif, paling yang aktif ya yang itu-itu juga.
Jadi ya kadang-kadang bingung, ketika mau menentukan sesuatu, yang nongol
kan dia lagi dia lagi, kita kadang suka mikir, ‘duh, ni anak-anak maunya tuh
sebenernya gimana sih?’, gitu… takutnya kalau yang ambil keputusan itu lagi
itu lagi, yang lain merasa kalau idenya gak tersampaikan atau gimana, padahal
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
kan justru kita pengen mendengar suara mereka juga. Tapi untung sih, yang dari
Aceh juga si Sengklekman itu juga masih aktif.
S :
Terus juga ada tuh, kadang juga orang-orang bisa dengan mudahnya
bilang ‘ih plagiat deh, ih gambarnya mirip komik ini ya, ceritanya kayak
anime ini yah..’ gitu.
A :
Duh, kalau yang gitu-gitu kita udah tutup kuping deh, bahkan gini. Jadi mereka
yang ngomongin kalau itu plagiat, gak paham esensi dari plagiat itu sebenarnya
apa, dan dia gak tau proses dunia kreatif itu seperti apa. Tapi ya itu, kalau kita
berkutat hanya pada itu, terutama pada style, style gambar atau gaya gambar itu
pasti ada aja yang akan bilang ‘ih mirip gaya gambarnya si ini nih’. Jadi yah,
orisinalitas itu sudah mati sebenarnya, kalau mau urusin gaya gambar yang
bener-bener original itu ada satu, gak meniru siapapun,
S : Siapakah dia?
A : Orang purba, yang bikin gambar di dinding goa situ. Itu mereka bikin tanpa
referensi apa-apa.
S : Untuk harapan Komikin Ajah ke depannya apa?
A :
Harapannya sih, pengennya kita selalu ada. Kita bisa semakin berkembang sih,
dan bisa menjadi salah satu pioneer penggerak Komik Indonesia, dan terus bisa
menampilkan hal-hal yang positif, menggempur komik-komik dengan konten
sampah dan negative lainnya, kontenya sehat untuk semua umur, pengennya sih
kita bisa bawa komik Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi.
Karena kan sekarang sudah persaingan global yah, dan Indonesia sendiri sudah
diperhitungkan untuk menjadi lawan untuk komik Eropa. Jadi, ada empat kan
sekarang, Indonesia, Jepang, Amerika dan Eropa. Industri Komik Indonesia
sudah bangkit, jadi kita mau kedepannya kita bisa terus menjadi pengerak dan
menghasilkan kreator-kreator komik berkualitas.
S :
Kalau komik di Instagram kan kita gak bisa batesin tuh siapa pembaca
kita, dari umur berapa, segmentasinya kan kita gak bisa batesin ya, itu jadi
hambatan gak?
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
A :
Disini juga kita bertanggung jawab untuk memberikan konten yang pastinya
positif. Positif dalam artian bukan melulu mengenai edukasi aja, tapi jokes-
jokesnya juga aman. Memang ada konten-konten yang sifatnya remaja, tapi yah
memang susah sih untuk membendung itu kayak gimana, tapi kembali lagi
dengan individu masing-masing di Komikin Ajah sih, mengenai tanggung
jawabnya tentang hal ini. kadang-kadang juga kita kasih pemahaman buat
mereka yang masih di bawah umur juga melalui komik sih, biasanya sih di selasa
edukasi gitu.
Jadi ya itu juga, ada editorial sebelum upload, adminnya juga akan mengkurasi
lagi komik-komik yang masuk, kan suka ada tuh yg ngetag dan pakai hashtag
dari kita juga, dan tidak semua berasal dari anggota Komikin. Kalau yang dari
anggota Komikin udah paham gitu kan. Jadi kayak kemarin dikasih tau juga,
ada kata-kata tertentu yang ada di dalam komik alangkah baiknya untuk tidak di
repost, kayak kata-kata misalnya nama produk, Indomie kan bisa diganti jadi
mie instan. Jadi meskipun isinya berupa jokes sereceh apapun, sebisa mungkin
jangan sampai ada kata-kata kasar di dalamnya, apalagi mereka yang di bawah
umur kan mudah sekali untuk meniru, apalagi kan yang sifatnya luas.
Itu semua tidak bisa diberantas, tapi setidaknya kita bisa kasih konten tandingan,
meskipun susah juga sih. Tapi paling tidak, itu salah satu bentuk tanggung jawab
kita buat para followers yang ada. Jadi ketika ada yang komentar ‘ah, Cuma
anak Komikin Ajah yang komiknya di repost’, kita pun tidak semua komik dari
anak Komikin Ajah yang bisa di repost. Kitapun juga sudah mentargetkan para
pembacanya, misalnya untuk hari senin pun sendiri paling tidak pembacanya
memiliki pemikiran yang lebih dewasa, karena kan banyak berisikan tentang
kritikan, dan kita berharap juga mereka lebih open minded dengan apa yang kita
sajikan di senin kritis.
S : Tapi juga kan banyak juga tuh yang akhirnya bikin konten negatif untuk
naikin followers
A : Mereka biasanya yang kayak gitu sudah terbuai dengan tingginya angka
followers, padahal pada akhirnya kalau kita berkarya hanya untuk ngejar
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
followers, kita jadi tidak lagi menikmati karya yang kita buat benar-benar dari
hati gitu. Kalau orang benar-benar menyukai, atau menyayangi apa yang dia
buat, misalnya sebuah komik. Dia tidak akan peduli dengan sebuah likes atau
followers. Mereka akan datang dengan seiring konsistensinya dia berkarya.
S : Oke deh kak sip, aku rasa juga udah cukup nih. Makasih banget yah buat
waktu dan ilmunya.
A : Iya, sama-sama.
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
CONTACT RECORD
Narasumber : Rizal Fahmi
Jabatan : Public Relations Komikin Ajah Periode 2014-Sekarang
Hari/Tanggal : Minggu, 28 Mei 2017
Waktu : 10.00 WIB
Lokasi : Rumah Pribadi Rizal Fahmi di Jakarta Selatan.
Description Acquired:
S : Komikin Ajah sudah dari kapan?
F :
Intinya sih Komikin Ajah itu udah ada dari awal tahun 2014. Itu April, jadi
waktu itu tuh di Instagram ya, cikal bakalnya itu di Instagram. Jadi belum
banyak tuh komikus yang upload karyanya. Kedua, jadi dulu itu banyak
komikus tuh upload di Facebook.
S : Facebook?
F :
Iya, banyak banget tuh di Facebook, sampe ada komunitas komik. Itu ada
konfliknya tersendiri lah, masih ngomongin gaya gambar lah, dan gimana-
gimana. Nah, waktu itu ada yang upload di Instagram. Kan jadi mencolok
banget tuh, soalnya kan tahun 2014 tuh pas banget Instagram lagi naik-
naiknya, jadi kalau lu belum punya Instagram lu belum hits, ya kan?
Hahahaaa…. Jadi kan kayak khusus buat pamer foto atau video atau apalah
hahahaa jadi anak-anak yang hits tuh pasti pake Instagram, dan ada beberapa
komikus yang upload komiknya di Instagram.
S : Oh udah duluan gitu yah…
R :
Iya udah duluan, soalnya kayak ‘oh bisa juga ya upload komik di Instagram’.
Kan bingungnya itu kan kalau komik itu ada yang panjang… orang gak
kepikiran untuk upload komik di Instagram karena kan square gutu doang
kan? Cuma kecil gitu, gimana caranya upload komik? Dan ternyata ada
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
beberapa itu jadi insprirasi. Jadi waktu itu tuh sebelum adanya Komikin Ajah
tuh udah ada sekitar 15 komikus, termasuk gua, karena gue terinspirasi sama
Komik Azer itu sama Dhany Pramata, nah dia upload komik, gua juga coba
upload komik di Istagram dengan format yang square itu. Nah, seiringnya
waktu, jadi yang kinin akun Komikin Ajah ini dari redaksi Dagelan, jadi anak
Dagelan.
S : Kalau namanya, kenapa sih Komikin Ajah?
F :
Kalau namanya sih dari pada bingung, kan taglinenya Dagelan itu ‘asikin
ajah’, nah ini kita mau bikin akun komik nih, nah jadi apa yah, yaudah
‘komikin ajah..’
S : Oh dari sana awalnya yah, jadi khas gitu yah.
F : Iya kan… jadi kayak kalau gua ditanya kenapa harus komikin ajah? Ya
apapun yang lu liat, yang lu rasakan, ya bisa dijadiin komik kan.
S : Jadi ya emang awalnya dari yang anak redaksi Dagelan itu?
F :
Iya, jadi tujuannya dibikin tuh untuk repost-repost karya-karya komik. Nah,
abis itu dikumpulin lah para komikus-komikus, waktu itu masih Bandung
sama Jakarta, yang dekat-dekat aja dulu lah. Nah, dikumpulin sama yang
bikin akun Komikin Ajah waktu itu, ngerembukin lah itu, ini kira-kira
gimana? Karena kepedulian dari pihak Dagelan itu, kok komik kita kayak
gak naik-naik nih.
S : Nah bener banget, malah kalah sama komik-komik luar.
F :
Iya kan, jadi emang paling enak rembukinnya sama para komikus langsung
kan? Kira-kira dari komikus tuh kendalanya apa? Oh kita kendalanya
ini..ini..ini… nah, akhirnya dari dagelan kasih ‘nih ada akun komikin, untuk
memanagenya silahkan para komikus yang memanage, bukan kita’, ya
karena kan mereka gak tau seluk beluknya atau cara gimana.
S : Jadi kayak, yaudah nih gua bikinin lu lanjutin..
F :
Iya, support lah mereka, kayak untuk tempat workshop lah, atau apalah
mereka ngedukung dan bantu. Nah, akhirnya waktu itu ada gua, Fadia, terus
ada lah lima orang yang manage. Kenapa waktu itu kita lewat Instagram?
Karena waktu itu kita mau memperkenalkan, atau visi misi kita itu pertama
itu ya, memperkenalkan komik Indonesia ke orang Indonesia itu sendiri,
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
karena ya itu kita tau ya, penggiat komik itu atau komikus di Indonesia itu
banyak banget, ironisnya komikus Indonesia malah memproduksi komik
Marvel, memproduksi komik Jepang, karena kendala Jepang ya lagi krisis
sumber daya manusianya justru,
S : Jadi dari sini ditarik kesana gitu?
F :
Mereka kerjainnya di Indonesia, banyak studio-studio komik di Indonesia
yang ngerjain komik dan animasi-animasi Jepang, jadi itu tuh kita kerjain,
jadi dikirim kan tuh naskahnya terus dijual lagi kesini, hahahaa itu sama aja
kayak minyak mentah kita, bahannya dari sini, terus ekspor ke sana, dan
dijual lagi kesini. Permasalahannya sama aja Indonesia, gitu-gitu aja…
hahahhaa
S : Padahal aku liat gambar-gambar komikus kita di Webtoon, Instagram,
itu bagus-bagus…
F :
Ya itu dia, karena dari pemerintah juga gak support, jadi memang susah
untuk kita tuh punya karya sendiri, terus kita akan survive dengan karya kita
sendiri tuh agak susah memang. Nah, makanya para komikus tuh nyari rejeki
ya dapet job-job dari luar, karena emang mereka waktu itu upload karyanya
tuh di Hand, itu kan dapet link dari luar, makanya banyak artist-artist kita
tuh yang juga kerjain Marvel. Itu jadi keprihatinan kita sendiri, kok kita
punya banyak komikus tapi gak ada yang kenal nih, nah yaudah nih, gimana
caranya kita bisa kenalin komikus kita, via Instagram. Soalnya kan kalau di
Facebook kan kita udah sering upload komik lewat Facebook, tapi yang liat
itu ya komikus-komikus lagi, jatohnya sih kayak komunitas Facebook.
Misalnya lu punya komunitas apa nih, kamera misalnya, yaudah pasti yang
liat dan ngerti ya yang tertarik sama fotografi. Nah ini kita fokusnya, orang-
orang yang gak tau komik dan gak suka komik harus tau karya kita, nah via
Instagram, karena di Instagram itu bukan komunitas ya, sifatnya kan public
banget, dan semua orang justru akan dapat hiburan komik dimanapun,
dengan cuma ngeliat hp, Instagram, terus udah dapet. Nah kalau komik
panjang kan mesti scroll kan capek, nah ini dengan hanya satu kotak aja
udah terhibur gitu, terus ternyata malah dapet feedback dan antusias yang
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
lumayan gitu, dan kita gak nyangka followers Komikin Ajah agak cepet
naiknya gitu,
S : Iya, aku liat waktu itu Mei 2016 masih sekitar 1,4 juta, pas Juli liat udah
sekitar 1,6 juta. Kaget juga, cepet banget…
F :
Nah iya, tapi yang cepet banget peningkatannya itu waktu dari ratusan ke
satu juta, terus dan intinya berhasil. Jadi kita fokus ke memperkenalkan,
karena abis itu banyak studio-studio komik yang… nggak mau GR karena
Komikin Ajah dunia perkomikan naik sih, Cuma jadi banyak beberapa
studio-studio yang akhirnya sadar ‘wah komik kita udah mulai dipandang’
dan akhirnya mereka mulai memproduksi ibaratnya komik baru, bukan
komik Jepang lagi, mereka bikin konten lokal kayak macem Cosmic, Re:
ON cuma kan kalau Re: On lebih ke manga-mangaan kan…
S : Iya tuh Re: On, gambarnya sih masih jejepangan dan anime banget sih
F :
Iya, cuma kontennya konten Indonesia, dan itu udah permasalahan lama
banget dah, senior kita tuh, namanya Mas Beng, ngeliat Komikin Ajah tuh
kayak fresh banget, seger banget gitu. Mereka bikin karya, tapi gak
memperdulikan gaya gambar lagi dah, yang penting bikin, have fun, dan
upload. Udah gitu aja… dan semua orang terhibur, gitu.. dan dia dukung kita
banget untuk bisa terus berkembang
S :
Gaya gambarnya juga emang kayaknya beda-beda banget, gak fokus
harus rapih gitu kan? Kayak banyak komik-komik yang gambarnya
biasa tapi oke gitu…
F :
iya, mungkin kontennya gitu terhibur jadinya, dan terlepas dari itu kita bisa
berkembang-berkembang dengan sering-sering gambar. Kayak misalnya
‘komik gua jelek nih, malu..´, yaudah bikin aja dulu, ntar lama-lama juga
bagus.. yang penting kontennya dulu gitu kan, nah udah gitu akhirnya
yaudah… dan sekarang Komikin Ajah adminnya tinggal dua orang nih,
karena Fadia udah nikah kan…
S : Oh iya, terus ya aku liat waktu itu tuh ada hashtag harian gitu, kayak
senin kritis, selasa edukasi, itu semua abang yang bikin?
F : iya, he em…
S : Jadi itu termasuk salah satu strategi berarti ya?
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
F :
iya itu, nah itu permasalahannya kenapa kita hashtag harian, karena kita kan
basisnya online, ada yang dari Aceh, Padang, Jakarta, Bandung, Jogja,
Papua malah ada juga, nah kita bingung kan… mereka kan orang-orang baru
tuh yang pengen banget belajar, gimana sih tekniknya, bingung harus pake
genre apa, nah itu jadi permasalahan karena kan kalau kita jelasin via grup
chat juga kan ngajarinnya masih setenga-setengah, soalnya gak gambling
kan. Lewatnya teks kan gak ketemu langsung, nah kita bikin sistemnya aja
itu di Instagram sendiri, jadi sistemnya kana da temanya setiap hari, ada
senin kritis, tujuannya adalah biar mereka ngejajalin satu-satu. Misalnya ada
satu komikus nih, mereka ngejajalin dari senin sampe minggu, nah ternyata
dari semua yang dijajalin, followers sama likersnya banyaknya itu pas di
kamis horror, ‘oh berarti gua cocok nih di kamis horor’. Nah disitulah
akhirnya di nemuin tuh, selain itu juga kan orang-orang bisa lebih mudah
nemuin kita, Cuma tinggal klik hashtagnya terus komik kita langsung
muncul, dari situ juga sih kita bisa dapet banyak followers
S : Oh jadi emang tujuannya dibikin itu untuk menemukan jati diri lah ya
istilahnya,
F :
Iyaahh… karena kan kalau pertama kali bikin komik gambar aja dulu, lu
sukanya apaan kan belum tau, yaudah cobain dah itu hashtag harian, pas
udah ketemu kan nah akhirnya dia fokus. Misalnya di komik horror, atau di
komik humor..
S : iya, iya.. kayak Komik Javid itu ya fokusnya di komik horror…
F : Nah iya, ada juga kan cinta-cintaan… akhirnya kebentuk lah, dan itu jadi
ngegiring mereka gitu.. tujuannya itu waktu itu…
S : Oke..Oke.. berarti emang hashtag harian itu ada tujuannya, hahhaa
selain itu ada strategi lainnya gak sih Bang?
F :
Kalau waktu itu, apa ya.. kayak campaign-campaign, waktu itu sering
banget kita tiap bulan bikin challenge gitu, jadi challenge bikin point of
view, itu intinya tujuannya untuk mereka bener-bener belajar. Kalau untuk
sekarang fokusnya ke offline kita, kalo online lagi kurang bergairah,
hahahaa… belum ada pergerakan yang signifikan. Karena sekarang itu
offline, kita sering kayak per daerah di wajibin untuk, bukan diwajibkan sih.
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
Maksudnya kayak, kalau komunitasnya di daerah itu lumayan banyak,
yaudah kalian harus ketemu. Jadi kita udah nggak lagi dah Cuma kenal di
sosial media, Instagram, atau chat lah. Kita harus bener-bener ketemu. Kita
ibaratnya udah jadi sodara lah, yang Jakarta kalau untuk bulan puasa ini sih
kita lagi libur, karena kan kendala juga. Karena kan kita sekarang ada
‘gambar di taman’, hari minggu aja, dan itu minggu pagi. Jadi kan ada
kemungkinan yang pengen belajar komik juga kan jadi ikutan, nah itu lebih
intens tuh, lebih enak ngajarinnya. Kita ketemu langsung kan, ngobrol
langsung, ada yang mau belajar, maenannya enak banget lah disitu. Di
taman juga kan banyak orang tuh, itu sekaligus juga ajang promosi kita.
Bahwa Komikin Ajah itu ada lho, bukan cuma akun sosial media doang
Untuk tahun ini sih kita fokus di offline itu sih, gitu…
S : Jadi emang tahun ini khusus untuk offline ya?
F : he em, jadi kita fokus tuh tiap daerah bikin acara-acara yang bener-bener di
dunia nyatanya. Bukan Cuma challenge dari sosial media.
S : Iya sih, lebih enak juga kan ketemu langsung. Terus juga kalau gak
salah Komikin Ajah bikin 4 komik yah?
F :
Nah iya itu juga salah satu strategi tuh, karena kan mereka baru ngomik
juga.. intinya tuh komikin ajah tuh, menaungi bukan yang senior-senior sih
ya, lebih ke yang baru-baru lah. Karena kan kalau kita gak ada regenerasi
kan siapa lagi nanti yang mau nerusin. Itu dia kita fokus ke regenerasi itu,
akhirnya kita dateng tuh kan ke Elex media, nawarin kerja sama. Gimana
nih? Kita bisa nerbitin apa nggak. Kata mereka ‘oh bisa-bisa, siapa yang
mau nerbitin’, nggak kita nggak siapa, tapi kita semua, jadi bentuknya
kompilasi, jadi mereka punya kesempatan karyanya ada di kompilasi itu…
karena kalau kita disuruh bikin satu buku, pertama mereka belum
berpengalaman, dan deadlinenya juga cepet kan, itu 2 bulan harus udah jadi
naskah satu buku, itu agak susah kan kalau untuk yang belum
berpengalaman. Nah, kalau di kompilasi kan setiap komikus kan kebagian
sekitar sepuluh halaman, nah itu cepet lah… di setiap kompilasi itu kan
adalah sekitar 10 komikus.
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
S : Itu untuk komikusnya emang dipilih atau emang dia yang mau ikut
gitu?
F :
nah itu kita udah pilih tuh, maksudnya teteplah kayak sekolah. Ada
tingkatan-tingkatannya, kalo yang ini udah oke nih gambarnya kita pilih. Itu
juga biar ada semangat juga buat yang belom ada kesempatan tuh, kalau ‘lu
pasti punya kesempatan, ayo semangat buat belajar terus’, gitu.. dan
akhirnya setelah itu kalau lu mau nerbitin udah ada link nih… kalian intinya
yang penting jangan males doang bikin komiknya…
S :
kalau di Instagram kan orang-orang bebas tuh, jadi waktu itu aku
sempet liat ada juga akun komik yang kerjanya ngerepost-repost
komik kayak Komikin Ajah, itu dijadikan kendala apa dijadiin kawan
aja gitu?
F : ya justru berarti kemajuan, kan berarti komikin ajah berhasil tuh.
S : iya sih, kalau aku baca ya Komikin Ajah ini sebagai pioneer? Bener itu?
F :
Iya sih, tapi di Instagram… kita gak bilang pioneer di Indonesiam tapi ya di
Instagram, karena ya di Instagram pertama kan kita… jadi kalau ada yang
ngikutin berarti bagus, berarti mulai banyak orang-orang yang pengen
majuin komik Indonesia kan gitu? Berarti udah banyak yang mau bikin
karyanya sendiri, dan udah mulai peduli sama konten lokal. Udah bukan lagi
ngomongin komik luar, jadi concernya udah ke komik lokal, jadi ya bagus.
Gak dianggap saingan. Justru kalau bisa kolaborasi ya kolaborasi, gitu…
S : oh iya, kalau sama yang Webtoon itu komikusnya usaha sendiri atau
emang ada linknya langsung? Kerja sama gitun misalnya?
F :
kan kalau Webtoon kan ada yang official sama ada challenge tuh, kalau yang
official kan udah ada kontrak sama pihak linenya, jadi kalau challenge kan
emang usahanya sendiri, tapi kalau official itu ada yang dicari, ada juga yang
dapet ngambilnya dari challenge
S : Pernah kerja sama gak sih sama Webtoon gitu?
F :
Waktu itu pernah, tapi waktu itu ada kendala. Kita bingung dari sistemnya,
karena kan kita lagi-lagi kan komunitas, pengennya semuanya bisa masuk,
nah itu kendala tersendiri, dan si Webtoonnya bingung gimana bikin
sistemnya.
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
Ya akhirnya sih tujuan awalnya komikin ajah itu berhasil, gua pribadi juga
ngerasa udah berhasil, karena memperkenalkan dulu, akhirnya ada investor
dari Korea, akhirnya bikin Webtoon di Indonesia. Webtoon kan dari Korea
kan, dia sebagai investor kan melirik komik lokal bahwa ‘wah ternyata
bagus’, dan akhirnya dia menginvest ke Indonesia. sekarang ada lagi tuh
namanya, apa ya… Ciayo ya?..
S : Iya Ciayo..
F :
Ciayo, terus apa tuh… U See juga, itu sebenernya platform berita, tapi dia
juga mau fokus ke komik, jadi kayak pengen bikin platform kayak Webtoon
juga… Cuma dia itu investor dari China. Dengan adanya investor-investor
kayak gitu kan berarti udah dipandang kan…
S : Bener ya.. istilahnya udah gak dipandang sebelah mata lagi deh…
F : Iya, tinggal gimana nantinya nih kita ngebangun Industrinya aja nih…gitu…
S : Supaya gak kandas di tengah jalan.. gitu ya…
F :
Iya gitu… kayak sekarang pun kita fokusnya kan lagi ke offline, tapi
Komikin Ajah tetep fokus ke tujuannya juga, memperkenalkan. Kalau
komunitas komik lain kan fokusnya udah langsung bisnis. Kalau menurut
gua pribadi kayak belum waktunya ni, intinya kan kita udah
memperkenalkan nih, dan orang lain udah suka nih, tapi kita belum kasih
reason ke orang lain kalau alasan kenapa beli karya kita tuh kenapa… nah,
harusnya fokusnya kita itu disitu sekarang… jadi banyak penggiat penggiat
komik kayak orang belum tau nih kita siapa, tapi udah keluarin komik cetak,
terus juga kan kendala kita kan biaya cetak komik mahal, nah itu tuh yang
takutnya malah bikin orang jadi males lagi…
Nah kita tuh sekarang bikin prototype si Tahilalats, kita fokusin ke dia. Kita
bangun karakternya dia, kita bikin gimana caranya bisa naik. Disaat semua
udah pada nerbitin komik dia belum tuh, intinya itu dia dan kita fokus untuk
branding karakternya dulu. sekarang tuh Tahilalats udah bukan sendiri tuh,
kalau gua kan masih seorangan tuh, kalau dia udah tim. Jadi udah ada 3
orang untuk penggambarnya,
S : Oh pantesan, waktu beberapa minggu kemaren itu waktu baca
komiknya Tahilalats itu kok kayak beda style gambarnya. Biasanya itu
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
kan warnanya linenya lebih ke soft, dan backgroundnya beda gitu
kayak kertas, tapi ini line-nya juga lebih tebel. Beda aja gitu…
F :
Oh iya yah? Beda yah? Keliatan ya… jadi emang udah difokusin, pake tim,
dan akhirnya pas nerbitin buku kan best seller banget kan langsung.
Kedepannya nah ini, untuk expansi ke luar negeri. Jadi, di translate ke 3
bahasa. Pokoknya kita udah fokusnya ke situ. Tapi prototype dulu nih dia,
jadi kayak kelinci percobaan.. hahahhaa… nah, kalau ini berhasil akhirnya
nanti satu-persatu yang lain..
S : Jadi emang dia sebagai awal ya?...
F :
Iyaa… ibaratnya bukan menyepelekan teknik dari komunitas lain, Cuma
justru harusnya ini jadi pelajaran dan acuan juga. Ini lho caranya, jangan
Cuma tiba tiba aja, siapa lo? Gitu kan…
S : Iya, tiba-tiba langsung bikin komik dan langsung di jual.
F :
Iya kan… tiba-tiba orang bikin komik silat, kita kan harus kenal karakter
pembaca kita siapa, harus liat suka silat apa nggak, gitu kan… kita harus
ngebrainwash dulu apa itu silat. Kalau ternyata suka silat, baru deh kita
kenalkan produk kita, kan dasarnya gitu kan. Ini belum tau apa-apa main
terbitin aja…
S : sejauh ini sih strateginya aku liat udah ada tiga, baru ini aja atau
memang ada lagi?
F :
Sejauh ini sih ya itu sih, pokoknya ya untuk tahun ini kita fokus ke offline
itu, ya intinya ngajarin ke orang-orang supaya gak dipandang sebelah mata.
Kenapa juga pilih offline, supaya kita punya bentuk nyatanya nih… jadi,
komunitas kita gak Cuma ada di online doang. Tapi juga bisa bermanfaat
dunia nyatanya lah ya. Pengennya sih ya kedepannya ada kesibukan-
kesibukan lagi. Dari pada tuh anak-anak muda Cuma nongkrongnya
dimana-dimana atau punya kehidupan yang kurang positif atau gimana, itu
bisa banget dialihkan ke ngomik lah, atau ngegambar lah, jadi alternatif
jadinya. Syukur-syukur sih kedepannya pengen ada punya ruang sendiri,
jadi selalu ada workshop gitu. Cuma kita masih nyari partner-partner supaya
bisa bikin kayak gitu sih.
S : Di UMN Bang, hahaha
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
F :
Hhahahaha… iya niatnya tuh dulu mau goes to campus, Cuma di urungkan.
Karena kalau kampus mereka udah punya jurusannya masing-masing. Nah,
jadi dialihin kita fokusnya ke SD atau SMP malahan. Kenapa pilihnya lebih
ke SD atau SMP, karena justru mereka buta nih. Kedepannya gua cita-
citanya mau jadi apa ya… nah, kagak ada tuh guru nanya ‘cita-cita kamu
jadi apa?’ terus dia jawab ‘komikus’, hahahaha
S : Gak ada itu, pasti langsung disepelekan itu…
F :
iya itu, jadi ya itu tujuannya kita ingin kedepannya cita-cita itu bukan hanya
polisi, atau guru, atau dokter doang. Cita-cita itu banyak lho… dan salah
satunya kan komikus, gitu…
S :
Tapi memang orang-orang Indonesia itu kadang masih menyepelekan
profesi komikus, kayak mau makan apa kalau jadi komikus, emang ada
duitnya?
F :
Iya, masih banyak yang menyepelekan profesi komikus. Padahal Eeee…
jangan salah, padahal gede honorny. Itu kalau ngerjain komik Marvel atau
Jepang itu kan bayarnya bukan pake mata uang lokal, tapi pakai mata uang
sana. Ini kayak di Webtoon, bayarkan kan pake mata uang korea,
disesuaikan sama sana. Misalnya UMR disana berapa, ya ikutin sama yang
disana.
S : Oh bukan ngikutin sistem di Indonesia?
F :
Nggak, tapi pembayaran langsung dari sana. Lumayan ngebantu Industri
komik Indonesia banget sih.. dan diharapkan tuh banyak lagi yang dateng,
kita sih nganggepnya bukan saingan sih, berarti dunia perkomikan Indonesia
udah berkembang. Orang yang tadinya gak suka komik, terutama fokusnya
Indonesia dulu ya, akhirnya suka komik. Banyak tuh yang ketemu-ketemu
bilang ‘eh tadinya gue gak suka komik, tapi lucu juga ya’.
S : Jujur, dulu aku gak suka komik Indonesia lho. Lebih belinya komik
Doraemon, atau komik Miiko, mikirnya apa sih komik Indonesia…
F :
hahahahaa… kedepannya juga sih gue mau bikin video-video di youtube
buat ngenalin satu-satu komikus-komikus lokal, tapi tetap promosinya pake
Instagram. Komik lokal kita tuh sebenernya keren-keren. Kita tuh kan
Indonesia ya, punya pulau-pulau banyak tuh. Nih misalnya salah satunya,
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
komik NJAH. Ini itu tentang apa yah, mistis juga nggak sih, apa yah…
pokoknya tentang cerita di Jogja, kayak klenik-klenik dan dunia perhantuan
kan banyak tuh, sebenernya kayaknya genrenya horror sih, tapi nggak horror
juga. Plot twistnya itu keren banget, Indonesia itu punya komik kayak gini,
gitu… jadi kayak orang pengen nikah, tapi sebenernya orang yang mau lu
nikahin itu bukan orang beneran. Jadi dia itu kayak ada di alam yang
berbeda. Ya akhirnya nikah, dan ini pun bukan fiksi belaka, karena ini pun
nge-riset dan hasilnya memang ada cerita seperti itu di Jogja.
S : Jadi memang true story gitu ya…
F :
dan ibaratnya, dari cerita-cerita Jepang, cerita-cerita Amerika, kita
kebangetan fokusnya kesitu tuh. Padahal Indonesia itu punya cerita yang
keren-keren. Yang tadi ini dari pulau Jawa, nah ini beda lagi dari Borneo.
Borneo juga punya cerita sendiri, wah lebih banyak lagi kalau di
Kalimantan. Tentang kayak kita tau Zombie itu dari luar negeri, padahal
Zombie itu authentiknya ada di Indonesia itu sendiri. Kayak suku Toraja.
S : Iya Suku Toraja..
F :
Nah, kayak mayat-mayat di Toraja itu bahkan bisa jalan sendiri ke
makamnya sendiri, yang penting jangan di tegur, karena kalau di tegur itu
dia bisa nyasar atau gimana… Orang taunya Zombie dari sana, padahal
zombie yang bener-bener itu ada di Indonesia sendiri. Terus kayak di Nusa
Tenggara Timur kalau nggak salah, jaman dulu… istilahnya jaman sebelum
islam masuk, dan kebudayan-kebudayaan belum masuk, para petani-petani
disana itu bukan manusia, kayak mayat-mayat yang dihidupkan.. istilahnya
kayak budak tani gitu.
S : Woow, emang beneran ada yah yang kayak gitu…
F :
Bener… Indonesia tuh peradabannya tuh keren.. nah kita taunya dari luar,
padahal Indonesia tuh banyak banget yang bisa kita gali, dan ternyata
komik-komiknya udah ada gitu…
S :
Tapi Bang, suka ada aja tuh yang suka bilang ‘plagiat nih, gaya
gambarnya mirip komikus ini nih, komikus itu tuh…’ kan kayak di
Webtoon tuh aku suka baca komentar ‘kok ceritanya mirip manga ini
sih, drama itu sih…’
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
F :
Nah, kalau plagiat ya… itu tuh yang orang suka salah presepsi, kalau gua
pribadi, dan ini lebih ke opini pribadi sih… kalo plagiat apa nggak, di dunia
itu tuh gak ada yang real baru… kita tuh ya hidup plagiat, kita tuh ngikutin.
Karena kita itu bukan pencipta, kita tuh bukan penemu, kita tuh peramu
doang… kalo dibilang ‘oh mirip ini…’ ya gua akan bilang ‘iya’ karena gua
ngeliat dia, dan gue terinspirasi, wajar aja kalau mirip. Karena emang gak
ada yang baru…
S :
Tapi memang kalau opini pribadi aku juga sih memang gak aka nada
yang bener-bener real, dan kalaupun mirip style gambaranya, pati ada
yang beda deh. Kayakh khasnya sendiri.
F :
Nah, iya itu proses… jadi gak apa-apa kalo gua ngikutin gambar ini nih,
cerita ini nih, dan juga kalau tau orangnya lu juga mesti izin dulu. jadi emang
kalo di awal, ya bikin aja dulu… Kan dengan begitu bisa belajar story
telling, dan dengan begitu akhirnya ngarang sendiri kan? Oke deh gua coba
bikin cerita yang bener-bener dari gua langsung. Disitu justru proses
pembelajarannya. Jadi emang kebanyakan sih orang lagi belajar, belum-
belum udah di hujat… itu akhirnya di down lagi.. gitu dah pokoknya.. sering
kok komikus curhat, ngeluh ke gua atau ke anak-anak, kayak ‘ini gimana
nih..’, yaudah gak udah dipeduliin… jalan aja… semua pasti ada vasenya…
proses kok itu.
S : Itu kalau jadi anggota Komikin Ajah, masuk-masuk aja gitu atau
emang ada syaratnya.
F :
Ya kalau masuk sih ada itunya sih, kayak kita saring juga. Tapi intinya tuh
kan kita keluarga besar Komikin Ajah, Cuma ya agak kita pilih nih yang
masuk grup. Tujuannya adalah Komikin Ajah itu bisa jadi jembatan ke
mereka untuk ke client. Jadi Komikin Ajah tuh kayak kita kerja sama sama
siapa, dan kita punya nih komikus-komikus ini. Jadi kayak misalnya kita
ngomong ke client, ‘lu mau kerja sama sama komikus yang mana nih’,
istilahnya gitu… jadi nanti dia nanya, punya siapa aja? Terus nanti kita
tawarin, ada misalnya kayak Mas Dimboy, Komik Nyinyi nih, atau yang
lain, jadi tinggal pilih aja. Abis itu kita kasih kontaknya. Initinya tuh kita
jadi jembatan. Nah, yang kita tawarkan itu yang udah menurut kita itu udah
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
professional, gitu… kan gak enak juga kita kasih ke client yang masih baru-
baru. Walaupun gambarnya bagus, tapi attitudenya masih jelek, kayak gak
ngikutin deadline, atau gimana kan. Kalau client kan butuh kepastian waktu
juga kan. Itu penting juga…
S : Jadi ya memang gak semuanya gitu yah yang bisa dimasukin..
F : Ya intinya lebih ke bisnisnya sih. Tapi kalau istilahnya untuk seru-seruan
dan pergerakan komik semuanya bisa ikut.
S : Komikin Ajah itu ada strukturnya sendiri gitu? Kayak ketuanya siapa,
atau abang nih kan Prnya
F : Ada dong, kan kalau untuk saat ini kan PRnya gua, adminnya itu Richard,
terus ketuanya itu Aruga
S : Bang, menurut abang makna PR sendiri itu apa sih?
F :
Makna PR menurut gue yah… menurut gue sih seorang PR itu berfungsi
sebagai jembatan antara kami (Komikin Ajah) dengan mereka seperti editor,
masyarakat, pembaca, dan semua yang di luar Komikin Ajah. Selain itu juga
PR menurut gue itu merupakan orang yang bertanggung jawab atas nama
baik kita semua, ya walaupun bukan hanya gue tapi kita semua yang ada di
Komikin Ajah, tapi secara praktek pasti yang dicari akan gue duluan,
hahahaha
S : Oh.. oke, seru banget ya ternyata. Terus apa lagi ya, oh iya kalau untuk
pembuatan strategi gitu emang ngikutin teori strategi PR atau gimana?
F :
Kalau ke teori sih ya gak yang ngikutin banget. Cuma ya intinya yang
dipikirin pake logika dulu aja sih. Tapi kita tetep melakukan research,
kenapa? Karena menurut gue itu penting banget untuk tahu permasalahan
apa sih yang lagi hype sekarang. Kayak sistem kita juga tuh strukturnya
bukan kayak perusahaan-perusahaan biasa gitu kan. Lebih kayak segitiga,
kalau kita tuh bilangnya Ekosistem. Karena pada dasarnya semua yang di
Komikin Ajah itu bisa naik, kayak misalnya nih ada stasiun TV mau
ngundang kita, gua selalu kasih kesempatan ke yang lain untuk tampil gitu.
Jadi gak harus gua doang secara PR, jadi gak gua doang yang harus
ngomong-ngomong di depan publik. Semua juga bisa, jadi yang punya
gagasan istilahnya bakal jadi ketuanya gitu… jadi kalau kita tulis di papan
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
tulis itu kita gambarnya kayak lingkaran gitu, semua saling membutuhkan
dan semua bisa naik.
S : Tapi kalau sejauh ini memang abang ya yang masih aktif jadi PRnya
gitu ya?
F :
Iya… sebenernya ya bebas kalau untuk bicara di depan public kan. Cuma ya
intinya mereka masalahnya Cuma grogi doang. Kayak misalnya waktu itu
di undang di Berita Satu, Cuma waktu itu gua lagi sakit, jadi kan siapa nih
yang bisa gantiin, dan itu pagi-pagi. Jadi siapa pun yang mau yaudah
silahkan,
S : Jadi emang kalau untuk jadi pembicara abang bisa serahin ke siapa aja
gitu yah, tapi kalau untuk stukturnya masih abang PRnya yah…
F :
Iya gitu, kalau tanggung jawabnya masih di gua. Tapi ya sistemnya gak
Cuma gua gitu ya, jadi siapapun bisa merasakan jadi pembicara, punya
kesempatan untuk menuangkan gagasan. Jadi ya intinya Komikin Ajah itu
bisa akuin kalau itu punya kalian gitu,
S : Kalau strategi kedepannya apa bang?
F :
… kedepannya juga sih gue mau bikin video-video di youtube buat ngenalin
satu-satu komikus-komikus lokal, tapi tetap promosinya pake Instagram.
Komik lokal kita tuh sebenernya keren-keren.
Terus ke depannya juga kita kayak mau bikin web. Nah itu berdasarkan
keresahan para komikus juga. Jadi InshaaAllah tuh nanti kalau itu bisa
terlaksana ya.. jadi gak Cuma ada komik aja, misalnya kayak Webtoon, dia
kan Cuma ada komik ya.. kita sebagai komikus ya upload aja kan, orang
tinggal nikmatin. Nah, kalau kita ini nggak, jadi kita tuh kayak ada web yang
akan menumbuhkan industrinya itu sendiri.
Jadi kayak lu kan misalnya nih, ‘gua gak bisa gambar, tapi gua bisa bikin
cerita’. Nah gua tuh maunya nanti lu bisa bikin akun disitu sebagai apa
misalnya, penulis… nah, gua misalnya bikin akun sebagai sketsa, ada yang
bikin akun sebagai pewarna, nah itu bisa bikin ibaratnya temen gitu. Jadi kita
temenan disitu, terus kita bikin projek bareng gitu , lu yang bikin ceritanya,
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
gua yang buat sketsanya, dan dia yang warnain. Entah itu nanti du publich
via digital itu ya urusan belakangan. Intinya tuh pengen ada platform yang
nantinya bisa menaungi.
Kayak misalnya kan sebenernya kalau bikin komik itu seharus ada pembuat
naskah, editing, sketsa, dan macem-macem, idealnya gitu kan. Tapi selama
ini kita tuh masih sendiri-sendiri. Dia yang gambar, dia yang warnain, dia
yang mikirin cerita. Nah itu kendala sendiri yang masih ada sampai sekarang,
capek kan kalau kayak gitu. Maunya sih ya itu nantinya bakal jadi apa ya,
sosial media untuk komikus gitu. Jadi kita bisa saling ngisi, gitu sih.
S : Itu akan ada koneksi gak sih dari Instagram Komikin Ajah itu sendiri?
F :
Oh tentu iya dong, kita harus promosiin itu semua lewat instagram kita.
Kenapa? Karena kita lahir di media sosial, gak mungkin tiba-tiba buka
website tanpa ada koneksi dan pemberitahuan melalui media sosial. Siapa
yang mau buka dan liat kalau kita tiba-tiba bikin tanpa ada bikin promosi
lebih lanjut.
S : Wah, itu bagus sih. Semoga bisa jalan dan jadi akhirnya. Rencana itu
tuh untuk berapa tahun lagi? Atau untuk tahun depan?
F :
Itu sebenernya udah ada sih rancangannya, sekarang sih mungkin masih
tahap mencari dana. Juga kayak masih cari timnya, penanggung jawabnya,
jadi masih proses sih. Karena kan kalau Webtoon gitu kan ketauan dananya
gede dari sananya.
S : Iya kan, kayak yang tadi dibilang emang gaji pun masih dari sana kan.
F :
Nah iya, jadi ya kendalanya masih sampai di situ. Kita masih nyari investor-
investor yang bisa bantu. Gitu sih… ya karena kan kita juga udah transisi dari
dunia cetak ke digital, jadi kayak kita tuh udah dikenal sebagai digital, tapi
kita tuh gak tau nanti kedepannya gimana, karena kan kalau kayak ngandelin
Webtoon doang, mau sampai kapan sih Webtoon buang-buang uang untuk
kita, kan gak ada income sebenernya untuk kesana,
S : Sama sekali gak ada?
F : Gak ada, gak ada sama sekali pemasukan. Ya kayak ibaratnya dana CSRnya
Naver gitu, kayak Djarum Fondation gitu, gak ada income kan.
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
S : Sejauh ini sih aku rasa cukup sih, Cuma kalau dari abang ada tambahan
lain gak?
F :
Ya kalau intinya sih, Alhamdulillah kenapa Komikin Ajah bisa sampai
disini sih karena ya komikus yang pegang, terus system-sistem yang kita
buat itu ya berdasarkan keresahan kita sendiri. Kayak misalnya bisnis aja
gitu, kita mau buat produk misalnya, itu akan lebih laku kalau berdasarkan
keresahan orang banyak. Kayak misalnya nih ojek online, dia hadir kan
berdasarkan keresahan orang-orang, males macet, angkutan umum gak
aman, terus ya hemat waktu. Jadi ya pas dibuat ada dasarnya.
S :
Jadi tau nih, hahahaa sejauh ini sih udah oke ya. Aku rasa juga datanya
udah cukup. Jadi terima kasih ya Bang Fahmi untuk informasinya.
Semoga bisa ketemu lagi di lain waktu,
F : Iya, sama-sama. Semoga membantu juga ya untuk penelitiannya. Semangat!
Hahahahaa
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
CONTACT RECORD
Narasumber : Rulli Nasrullah
Jabatan : Dosen dan Pakar Social Media dan Digital PR
Hari/Tanggal : Minggu, 01 Oktober 2017
Waktu : 13.00 WIB
Lokasi : Workroom Cafe
Description Acquired:
S : Selain jadi dosen bapak aktif dimana aja?
Ar : Penulis buku, trainer di kominfo sama seperti pak indiwan, kemudian jadi
blogger, itu aja sih
S : Kalau komikin ajah bapak tahu?
Ar : Komikin ajah.. Tahu sih kalau komikin ajah.. Ngikutin sebenernya
S : Menurut bapak gimana mereka?
Ar :
Bagus sih komunitasnya, karena persoalannya ini kan ajang kreativitas,
persoalannya adalah kalau setiap komikus itu harus nerbitin buku itu kan jadi
persoalan ya, karena tidak semua penerbit mau nerbitin komik-komik
mereka. Persoalannya itu kan penerbit itu merupakan bisnis, jadi berpikirnya
juga bisnis, sementara yang di komikin ajah kan ada anak-anak sma juga.
S : Kalau pandangan bapak mengenai tren penggunaan sosial media di
indonesia sendiri bagaimana pak?
Ar :
Kalau tren penggunaan sosial media sendiri di indonesia saya pikir ini mesti
di lihat di we social media, di wesocialmedia.sg, itu memberikan data setiap
tahun bagaimana data penggunaan sosial media di indonesia gitu, karena
persoalannya adalah kalau berkaitan dengan pertanyaan bagaimana
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
perkembangan sosial media, trennya dan segala macemnya nah ini pake we
social media.
Kalau di we social media growthnya tahun januari 2017 itu indonesia masih
nomor 1, artinya kalau dilihat dari perkembangan januari 2016 ke januari
2017 itu indonesia masih jadi nomor 1. Karena kalau global averadgenya itu
cuma 10%, sedangkan indonesia itu 51%. Kalau berdasarkan time spendnya
indonesia urutan ke 3, karena 4 jam sampai 5 jam mereka habiskan waktu di
depan laptop, kemudian 3 jam ngabisin waktu di depan handphone, jadi kalau
di total 7 jam sendiri hanya untuk bermain sosial media.
Jadi saya mau mengatakan kalau ditanya mengenai tren, basicnya kita harus
riset, nah kalau kita lihat dari we social media ini indonesia growthnya sangat
tinggi, artinya memang perkembangan media sosial sendiri sangat luar biasa
di indonesia.
S : Kalau mereka lewat instagram, apa sudah tepat pak?
Ar :
Jadi peluang untuk nerbitin buku sangat tipis sebenernya, kecuali emang
buku yang rame-rame.. Di komikin ajah dengan saluran media sosial mereka
itu dengan instagram, dan segala macem itu… saya pikir itu jadi salah satu
saluran yang cukup menarik untuk berkreatifitas dan segala macem.
Komunitas ini gak hanya satu sih sebenernya, ada yang lain kan, ada komik
jakarta… dan masih banyak lagi. Saya melihatnya ini bisa jadi wadah yang
menarik untuk para komikus ataupun para calon komikus bergabung dan
menyalurkan ide dan karyanya melalui media sosial, dan kenapa ini menjadi
penting karena persoalannya adalah di media sosial kita para komikus bisa
tahu berapa pembacanya, berapa yang liat, berapa yang view, terus
komentarnya apa..
Yang kedua itu sarana pembelajaran, kenapa disebut sarana pembelajaran,
jadi itu merupakan sarana pembelajaran di media sosial, selain sarana
pembelajaran di komunitas, karena biasanya kalau di komikin ajah itu pasti
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
komentar-komentarnya itu “oh..kurang ini…kurang ini…ini garisnya kurang
bagus, komposisinya gini,” pasti ada komentar seperti itu, bagi saya itu sarana
pembelajaran yang sangat luar biasa
S : Berarti memang penggunaan sosial media itu penting ya pak?
Ar :
Iya, seperti tadi yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa soal komunitas
ada enam sampai tujuh karakteristik media sosial. Di buku saya ada tuh, harus
beli bukunya, tapi yang paling penting adalah interactivity, artinya user bisa
berinteraksi semuanya, many to many, many to one, one to many. Kalau
misalnya kamu abis nulis buku, terus publish udah sampai situ aja, orang mau
kritik rasanya nggak juga, mau dikirim kemana, dibaca apa nggak.
Sementara kalau media sosial kita bisa mengkritik, kita bisa interaksi, gak di
kolom komen kita bisa langsung japri kan ‘ei kamu komiknya kurang
gini..gini..garinya kurang halus..’ gitu kan? Kemudian kenapa media sosial
ini sangat penting, karena persoalannya adalah ungeograpical gitu. Gak perlu
anda ada dimana, contohnya kalau komunitas vespa gitu, ketemunya satu
minggu sekali misalnya di hari minggu, tapi kalau di media sosial kan nggak,
kita bisa ketemu anytime.. Satu kali dua puluh empat jam kan?
Sementara di komikin ajah kan ada yang dari luar negeri. Artinya gak perlu
tatap muka segala macem dia bisa ketemu, bisa ngobrol langsung di media
sosial. Bagi saya mana yang lebih penting antara komunitas online atau
komunitas offline, saya pikir dua-duanya penting sih. Karena persoalannya
adalah kalau di komunitas offline kan ada yang namanya dyadic expression
kalau saya menyebutnya, ketika kita bertemu, saling tatap muka segala
macem, ngomongnya juga gak hanya tentang komik.
Tapi kalau di media sosial kan hanya ngobrolin komik aja, kecuali memang
orang-orang yang sudah deket dan segala macem. Saya pikir gak bisa
dibandingkan antara komunitas online dengan offline, karena mereka punya
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jadi menurut saya kominitas
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
online komikin ajah udah cukup bagus, ketika ada media sosial itu hanyalah
media saluran pertemuan saja sebetulnya, sebagai medium
S : Kalau dengan penggunaan sosial media berarti bisa mempermudah
mereka untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat ya?
Ar :
Saya pikir penting, karena persoalannya adalah yang menjadi followers di ig,
atau facebooknya komikin ajah kan tidak hanya komikus, tapi juga ada
masyarakat umum. Terus kenapa mereka kayak gini, follow-follow akun-
akun lain di media sosial, karena mereka sudah bosen. Bosen dengerin berita-
berita politik, artis gosip-gosip.
Artinya saya sebagai pengamat saya melihat bahwa kenapa orang suka
nonton yang lucu-lucu di youtube, kenapa orang suka buka komikin ajah
yang lucu-lucu seperti itu, isinya kan kadang sindiran-sindiran sosial juga
kan, artinya orang itu udah bosen disuguhkan oleh berita oleh media, kenapa?
Faktanya kan media itu nyeting, di setting semuanya, media itu udah milik
partai politik.
Jadi kadang-kadang ketika kita melihat, membaca, dan mendengar berita, kita
udah pesimis duluan karena ini beritanya kepentingan partai itu,
S : Selain itu ada strategi lain?
Ar :
Apa ya.. Kayak campaign-campaign, waktu itu sering banget kita tiap bulan
bikin challenge gitu, jadi challenge bikin point of view, itu intinya tujuannya
untuk mereka bener-bener belajar. Kalau untuk sekarang fokusnya ke offline
kita, kalo online lagi kurang bergairah, hahahaa… belum ada pergerakan
yang signifikan.
Karena sekarang itu offline, kita sering kayak per daerah di wajibin untuk,
bukan diwajibkan sih. Maksudnya kayak, kalau komunitasnya di daerah itu
lumayan banyak, yaudah kalian harus ketemu. Jadi kita udah nggak lagi dah
cuma kenal di sosial media, instagram, atau chat lah. Kita harus bener-bener
ketemu.
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
Kita ibaratnya udah jadi sodara lah, yang jakarta kalau untuk bulan puasa ini
sih kita lagi libur, karena kan kendala juga. Karena kan kita sekarang ada
‘gambar di taman’, hari minggu aja, dan itu minggu pagi. Jadi kan ada
kemungkinan yang pengen belajar komik juga kan jadi ikutan, nah itu lebih
intens tuh, lebih enak ngajarinnya.
Kita ketemu langsung kan, ngobrol langsung, ada yang mau belajar,
maenannya enak banget lah disitu. Di taman juga kan banyak orang tuh, itu
sekaligus juga ajang promosi kita. Bahwa komikin ajah itu ada lho, bukan
cuma akun sosial media doang
S : Kalau untuk tools engagement dan promotion itu yang paling penting
yang mana pak?
Ar :
Saya pikir semua media sosial sih, kalau untuk menjangkau gambar sih
memang harus instagram. Facebook juga bisa, tapi persoalannya di facebook
itu terlalu beragam, jadi terlalu banyak kamar gitu. Ketika kita buka facebook
kita bingung nih mau masuk kamar yang mana, kalau instagram kan
langsung, langsung gambar kan.
Gak usah klik mana dulu untuk kemana, nah kalau facebook kan nggak,
apalagi kalau facebooknya udah di set untuk kepentingan bisnis, beda lagi
tuh tampilannya sama yang biasa. Jadi kalau menurut saya sih untuk tools
engagement dan promotion sih masing-masing punya kelebihan. Tapi kalau
untuk meningkatkan engagement sih harus terus menggambar, harus terus
memproduksi, sehingga orang akan melihat ‘oh dia aktif!’, lalu juga sesekali
ikut membalas komentar-komentar orang-orang, dengan begitu mereka
merasa dihargai.
Saya sebagai pengamat melihat melihat bahwa komikus itu bukan sekedar
‘oh gue iseng ah mau gambar ini, yang lucu-lucu’, kalau menurut saya udah
bukan lagi seperti itu, karena dari segi sejarah industri kreatif di indonesia
kan komik juga memegang peran penting, artinya komik juga bisa menjadi
media untuk mengkritik secara halus, satir lah istilahnya. Lucu tapi kita gak
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
tersinggung. Jadi komik itu secara semiotik itu menggambarkan sesuatu yang
real life sign, artinya tanda-tanda kehidupan yang nyata itu memang seperti
itu. Karena keberhasilan komik menurut saya itu dia bisa menangkap gambar
yang terjadi saat ini, gitu..
Jadi menurut saya itu sangat penting untuk di media sosial, terlepas kalau di
komikus itu punya modal dia bisa bikin facebook ads, google ads, instagram
ads, atau twitter ads itu sangat penting. Komikus juga harus bisa
memanfaatkan internet secara maksimal, dengan cara bikin video tutorial
menggambar, bisa kan upload video di instagram atau bikin channer youtube
sendiri.
Kan bisa macem-macem, bisa menggambar dengan tangan terus di videoin,
atau dengan digital terus prosesnya sekalian direkam. Jadi banyak yang bisa
belajar kan, saya melihat itu sebagai salah satu strategi sendiri bagi para
komikus, termasuk bagaimana dia bisa menemukan gaya karena kan setiap
komikus punya gayanya masing-masing.
Jadi, media sosial itu menurut saya sayang efektif untuk para komikus
mengembangakn dirinya,
S : Kalau jenis-jenis strategi lainnya ada gak pak? Agar komikus bisa
memanfaatkan media sosialnya dengan baik sebagai komunitas?
Ar :
Bagi saya ketika dia menjadi sebuah komunitas ada beberapa syarat, pertama
kalau dia seandainya mainnya di facebook laman facebooknya harus dibuat
public, jadi semua orang bisa liat. Jangan di close, jadi setiap orang yang mau
masuk harus daftar dulu, saya pikir nggak deh, karena ini kan komunitas ya.
Lagian juga bukan komunitas yang serem-serem atau apa yah.. Jadi biar
setiap orang bisa masuk, karena kalau terlalu ribet orang akan males. Terus
yang kedua adalah perbanyak aktifitas-aktifitas yang bersifat challenge, jadi
senin itu challangenya tentang ini, selasa tentang itu.. Jadi ada tematik, ada
tematik yang di upload oleh mereka di media sosialnya, sehingga para
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
komikus itu ya tidak sembarangan mengupload. Lalu orang-orang juga akan
menunggu setiap harinya hasil dari challenge tersebut.
Nah yang terakhir, kalau misalnya ada komikus yang udah sukses yah kasih
giveaway lah, jadi misalnya bagiin komiknya yang cetak secara gratis nih
untuk tiga orang, jadi bikin komunitas ini menjadi unik gitu, ajak followers
untuk berinteraksi, kalau ada give away kan jadi banyak yang mau ikutan,
siapa sih yang gak mau gratisan apalagi dari orang terkenal.
Mereka tidak digaji, tidak ini itu, tapi bagaimana mereka bisa menjaga
intensitas untuk berkarya, ya seperti itu sih, dan kalau perlu komunitas itu
harus bikin acara sendiri, gak perlu nunggu acara-acara nasional yang pake
orang eo segala macem, bikin sendiri kecil kecilan minimal setahun sekali,
karena saya pikir offlinenya juga harus dilihat sebenarnya, sebagai bentuk
ngasih kabar ke dunia bahwa mereka ini ada.
S : Kalau indikatornya ada pak? Indikator untuk bisa dikatakan bahwa
mereka sudah berhasil menggunakan sosial medianya?
Ar :
Indikatornya itu seperti yang saya bilang tadi, bahwa mereka aware terhadap
penggunaan media sosial, setiap hari ada aktivitas tertentu, kemudian… dan
jangan lupa, mereka harus punya web, jadi bisa link ke websitenya, selain
punya web, di dalemnya itu harus punya profil.
Profil komikusnya itu, 100 komikus, ya harus 100nya dibikin disitu. Jadi biar
orang gak bingung, kalau nanti mereka mau cari komikus ini misalnya,
tinggal liat profilnya, jadi jauh lebih efektif jadinya. Social medianya
terkoneksi lah dengan website itu. Artinya jangan tanggung gitu,
menggunakan instagram, facebook, twitter untuk mempublikasikan karya,
tapi juga harus terkoneksi dengan web.
Komikin ajah itu harus terkoneksi dengan web, bikinlah directory yang isinya
nama-nama komikus yang ada disitu, sehingga mereka bisa mempromosikan
dirinya kepada klien ataupun user yang mau menggunakan komikus itu. Jadi
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
dia gak usah pitching, karena kan kalau mesti pitching kan lelah lagi, berapa
harganya atau segala macem. Kalau udah ada kan yaudah tinggal tunjuk aja,
misalnya, oh yang ini cocok nih sesuai dengan karakter brand saya,
corvaluenya masuk nih, udah kan tinggal pilih ajah disitu.
S : Kalau faktor-faktor pendukung dalam menjalankan strateginya
menurut bapak gimana?
Ar :
Kalau faktor pendukung sih sama seperti apa yang tadi udah saya bilang di
atas-atas. Sosial media itu kan anytime, anywhere, satu kali dua puluh empat
jam, sekarang sudah ada aplikasi di android atau di apple tuh yang bisa bikin
komik lewat hape, jadi dimana saja mereka bisa bikin bisa gambar, atau
mereka bisa tuh bikin sketsa dulu di kertas terus di scan abis itu tinggal di
warna-warnain, bisa banget lah, terus wifi juga udah banyak gratis sih.
S : Kalau faktor penghambatnya pak?
Ar :
Kalau penghambatnya saya lebih cenderung ke individu di komikusnya.
Banyak komikus itu yang moody, jadi yah untuk mengatasi faktor
penghambat itu harus dijaga aktifitas di media sosialnya sehingga mereka
tertantang gitu lho, terus yang terakhir adalah plagiarism sih sebenarnya,
komik di media sosial itu kan jumlahnya banyak...
Jangan sampai idenya sama, ceritanya sama, terus cara eksekusinya juga
sama. Jangan sampai komikus seperti itu, dia harus diberi tahu etika bahwa
untuk memproduce sebuah komik itu seperti apa. Kalau misalnya komiknya
itu based on komikus siapa, dia harus tulis disitu. Kemudian ada yang
namanya lisensi creative common, jadi si komikus itu harus paham bahwa
mereka membuat komik itu memproduksi sebuah karya, sebuah karya itu
mau diapa-apain tergantung si komikusnya, jadi nanti ada yang namanya cc,
cs.
Jadi ada yang labelnya itu ada yang boleh dipakai untuk tujuan non
komersial, jadi kita boleh memproduksi ulang tapi untuk tujuan non
komersial, tapi ada juga yang karyanya boleh dipakai tapi untuk tujuan
komersial, boleh dipakai dan boleh diubah, ditambahin maksudnya, bukan
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
diubah. Jadi si komikus juga harus paham bagaimana hak cipta. Karena
copyright yang ada di dunia virtual itu berbeda dengan copyright yang ada di
buku.
Jadi kalau dia mau mempublikasikan karya itu dia harus cc misalnya kemana.
Jadi kalau si komikus itu gak ngerti tentang lisensi itu, itu saya rasa akan jadi
persoalan serius sih. Karena bisa jadi komikus-komikus awa itu banyak
dimanfaatkan kan karyanya, tanpa diberikan hak dan imbalannya sesuai apa
yang dia buat.
S : Kalau itu kan penghambat dari segi komikusnya ya pak, kalau dari
instagramnya sendiri gimana pak?
Ar :
Tergantung bagaimana literasi si komikusnya itu, dia komikus mau
mempublikasikan karya tapi instagramnya di private, ini menjadi hambatan.
Kemudian dia harus tahu tuh perkembangan berapa yang view, like, di
instagramnya. Karena ada yang gak paham bahwa instagram itu tinggal di set
aja ke mode bisnis, kalau dari mode bisnis kita bisa lihat tuh yang ngeshare
berapa, likenya berapa, view berapa.
Tapi kan kalau mau di set ke mode bisnis kan dia juga harus punya facebook
page, jadi dia harus punya tuh facebook pagenya. Jadi faktor penghambatnya
lebih kepada literasi digital mereka, literasi instagram mereka untuk
bagaimana menggunakan instagramnya itu sendiri. Saya rasa itu sih, kalau
yang lain kan itu persoalannya masalah teknologi ya. Ya yang penting sih
paling hashtag gitu, kalau si komikusnya gak ngerti cara menggunakan
hashtag yang baik ya gimana mau naik, padahal ada banyak hashtag yang
bisa dia gunakan agar orang lain yang diluar juga bisa baca komik dia,
S : Apa ada indikator gak buat followersnya segini berarti likersnya segini?
Ar :
Gak ada indikatornya, karna itu gak mempengaruhi banyak hal. Coba liat
akun pln, followers banyak, yang comment banyak. Gak kan, itu kan
sentimennya banyak negatif. Orang komen melulu, kenapa ini mati lampu.
Saya pikir ini tidak ada indikator.
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
Belum tentu followers banyak, comment banyak dan isi sentimennya positif.
Kan gak juga. Jadi, punya kriteria tersedirilah. Biarpun yang view dikit, yang
komen dikit, yang online memproduksi dan mengirim. Yg penting aktif.
Sampai sekarang belum ada aturan yang harus sekian dengan angka sekian.
Belum ada secara teoritikal / praktik. Secara praktik kan ada yang bilang,
followersnya banyak, yang komen 2, wah itu berarti gimana-gimana gitu. Itu
kan berdasarkan praktisi, tapi secara teroritikal gak bisa seperti itu.
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
LAMPIRAN : TABEL OBSERVASI
No Contoh Gambar Keterangan
1
Gambar 1. 1
Jumlah
Pengikut Akun
Komikin Ajah
pada Juni 2016
sebanyak 1,4
juta.
Komikin Ajah
sendiri
memproduksi
konten berupa
gambar/komik
yang berasal
dari komikus
mereka.
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
2
Gambar 1. 2
Jumlah
Pengikut Akun
Komikin Ajah
pada
September
2016 sebanyak
1,6 juta.
Komikin Ajah
sendiri
memproduksi
konten berupa
gambar/komik
yang berasal
dari komikus
mereka.
3
Gambar 4. 1
Logo Komikin
Ajah yang
digunakan pada
profile picture
Komikin Ajah
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
4
Gambar 4.5
Gambaran dari
timeline
ketika
pengguna/user
pertama kali
membuka
aplikasi
Instagram di
ponselnya.
5
Gambar 4.6.
Pengelompokan
dari mana saja
asal dari
Komikus dari
Komikin Ajah
itu sendiri.
Kota Bekasi
mendominasi
dalam hal ini.
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
6
Gambar 4.7.
Kolaborasi
antar komikus
Komikin Ajah,
dengan tujuan
mempererat
ikatan antara
sesame
komikus.
7
Gambar 4.8.
Hashtag yang
digunakan oleh
Komikin Ajah
setiap harinya.
Hashtag
tersebut
memiliki tema
yang berbeda di
setiap harinya.
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
8
Gambar 4.2.
Perbandingan
antara jumlah
followers dan
likes akun
Komikin Ajah
pada tahun
2017.
Pada tahun
2017 Komikin
Ajah berhasil
mendapatkan
followers
sebanyak 2
juta.
9
Gambar 4.3.
Menunjukan
bahwa Komikin
Ajah sudah
mengubah
mereka menjadi
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
Instagram for
business.
10
Gambar 4.13.
Challenge yang
diadakan oleh
Komikin Ajah
bekerja sama
dengan
Purinoir.
Dalam
challenge
tersebut
Komikus
diminta untuk
membuat
komik dengan
tema Kebelet
Saat Macet.
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
11
Gambar 4.14.
Jumlah peserta
atau komik
yang ikut serta
dalam
challenge oleh
Komikin Ajah
dan Purinoir.
Hal ini bisa
dilihat dari
hashtag yang
digunakan.
12
Gambar 4.15.
Perbandingan
jumlah
followers
Komikin Ajah
dengan akun
komunitas
lainnya.
Komikin Ajah
sendiri berhasil
mendapatkan
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
followers yang
cukup tinggi
disbanding
komunitas
lainnya.
13
Gambar 4.16.
menunjukan
salah satu
komik karya
komikus yang
mengandung
konten semi
negatif. Di
mana ini
merupakan
salah satu
hambatan bagi
Komikin Ajah.
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
LAMPIRAN : FOTO
Dengan Anggota Komikin Ajah di Kantor Komikin Ajah.
Dari Kiri – Kanan
1. Richard (Admin Komikin Ajah) 2. Aruga P (Ketua Komikin Ajah 3. Saya – Suciati 4. Rizal Fahmi (PR Komikin Ajah)
Foto diambil ketika melakukan Wawancara dengan Aruga
Dengan PR Komikin Ajah di Rumah Pribadinya
Dari Kiri – Kanan
1. Rizal Fahmi (PR Komikin Ajah) 2. Saya – Suciati
Foto diambil ketika melakukan Wawancara dengan Rizal Fahmi
Dengan Pakar Social Media dan Digital PR di Workroon Cafe
Dari Kiri – Kanan
1. Pak Arul (Pakar) 2. Saya – Suciati
Foto diambil ketika melakukan Wawancara dengan Pak Arul.
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
Analisis Straegi Media..., Suciati Wulan Sari, FIKOM UMN, 2017
Top Related