Download - Laporan Tutorial Blok Reproduksi

Transcript

JUMP 5

1. Apa hubungan riwayat hipertensi, usia, dan kehamilan dengan keluhan

pasien?

2. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lab pada scenario

tersebut?

3. Apa saja peralatan persalinan standard an bagaimana proses sterilisasinya?

4. Apa saja pemeriksaan obstetric yang dilakukan pada wanita hamil?

Bagaimana interpretasinya?

5. Bagaimana mekanisme persalinan normal?

6. Bagaimana penggolongan umur kehamilan?

7. Bagaimana cara pencatatan partograf?

8. Bagaimana mekanisme terjadinya his?

9. Mengapa dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin?

JUMP 7

1. Apa hubungan riwayat hipertensi, usia, dan kehamilan dengan keluhan

pasien?

faktor berikut ini memiliki hubungan dengan terjadinya keluhan:

1. Umur Ibu

Usia adalah usia individu terhitung mulai saat dia dilahirkan sampai

saat berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan (Nursalam, 2001). Insiden

tertinggi pada kasus preeklampsia pada usia remaja atau awal usia 20 tahun,

tetapi prevalensinya meningkat pada wanita diatas 35 tahun. Dengan

bertambahnya usia seseorang, maka kematangan dalam berfikir semakin baik.

Usia sangat memengaruhi kehamilan, usia yang baik untuk hamil berkisar

antara 20-35 tahun. Pada usia tersebut alat reproduksi wanita telah

berkembang dan berfungsi secara maksimal. Sebaliknya pada wanita dengan

usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun kurang baik untuk hamil. Karena

kehamilan pada usia ini memiliki ini memiliki resiko tinggi, seperti terjadinya

keguguran atau kegagalan persalinan, bahkan bisa menyebabkan kematian.

Wanita yang usianya lebih tua memiliki tingkat risiko komplikasi melahirkan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih muda. Bagi wanita yang

berusia diatas 35 tahun, selain fisik mulai melemah, juga kemungkinan

munculnya berbagai risiko gangguan kesehatan, seperti

darah tinggi, diabetes, dan berbagai penyakit lainnya termasuk preeklampsia

(Gunawan, 2010). Tinggi rendahnya usia seseorang memengaruhi terjadinya

preeklampsia (Sarwono, 2006).

2. Usia Kehamilan

Menurut (Royston, 1994) dalam (Dollar, 2008) preeklampsia biasanya

muncul setelah usia kehamilan 20 minggu. Gejalanya adalah kenaikan

tekanan darah. Jika terjadi di bawah 20 minggu, masih dikategorikan

hipertensi kronis. Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi pada usia

kehamilna > 37 minggu dan makin tua kehamilan makin berisiko untuk

terjadinya preeklampsia.

3. Paritas

Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari

satu. Sucheilitif paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan

jumlah anak yang pernah dilahirkannya. Menurut Manuaba (1999) paritas

adalah wanita yang pernah melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah:

1. Primigravida : adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk

pertama kali

2. Multipara : adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari

satu kali

3. Grande multipara : adalah wanita yang telah melahirkan janin lebih dari

lima kali.

Pada primigaravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingankan

dengan multigaravida, terutama primigaravida muda (Sarwono, 2006).

4. Bad Obstetric History

Seorang wanita yang pernah memiliki riwayat preeklampsia,

kehamilan molahidatidosa dan kehamilan ganda kemungkinan akan

mengalami preeklampsia lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar

kehamilan menderita tekanan darah tinggi menahun (Apotik Online, 2005)

Pembagian preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat, berikut ini

adalah penggolongannya (Rukiyah dan Yulianti, 2010):

1. Preeklampsia Ringan

Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria

dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah

kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada

penyakit trofoblas, penyebab preeklampsia ringan belum diketahui secara

jelas, penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat

vasospasme general dengan segala akibatnya (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Gejala preeklampsia ringan meliputi:

Kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah

diastolik 90-110 mmHg

Proteinuria secara kuantitatif >0,3 gr/l dalam 24 jam

Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan

Tidak disertai dengan gangguan fungsi organ

2. Preeklampsia Berat

Preeklampsia Berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai

dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria

dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Rukiyah dan Yulianti,

2010). Gejala klinis preeklampsia berat meliputi:

Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110

mmHg

Trombosit <100.000 /mm3

Proteinuria ( >3 gr/ liter/24 jam) atau positif 3 atau 4, pada pemeriksaan

kuantitatif bisa disertai dengan:

a. Oliguria (urine < 400 ml/24 jam)

b. Keluhan serebral, gangguan pengelihatan

c. Nyeri abdomen

d. Gangguan fungsi hati

e. Gangguan perkembangan Intrauterine

2. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lab pada scenario

tersebut?

Pada pemeriksaan fisik didapatkan lendir yang keluar pervaginam

dengan warna kehitaman, serta pasien mengeluhkan merasakan nyeri perut

yang hebat. Dari kedua tanda tersebut, pasien kemungkinan mengalami

solusio plasenta, dimana solusio plasenta bisa saja terjadi karena komplikasi

dari preeklampsia yang berat. Solusi plasenta dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Solusi plasenta ringan

Pada solusio plasenta derajat ringan, luas plasenta yang terlepas <

25%, jumlah darah yang keluar < 250 ml. Gejala perdarahan

suakar dibedakan dengan plsenta previa. Selain itu, gejala yang

timbul berupa hematom pada permukaan maternal plasenta, nyeri

perut ringan, darah kehitaman keluar dari vagina, vital sign masih

baik, dan kadar fibrinogen masih dalam batas normal.

b. Solusio plasenta sedang

Luas plasenta yang terlepas 25 % < x <50% dan jumlah darah yang

keluar > 250 ml tetapi < 1000 ml. Gejala yang timbul adalah nyeri

perut terus-menerus, denyut jantung janin menjadi cepat,

perdarahan berwarna hitam semakin banyak, takikardia, oligouria.

c. Solusio plasenta berat

Pada derajat yang berat, luas plasenta yang terlepas > 50% dan

jumlah darah yang keluar > 1000 ml. Pada tahap ini, penderita

dapat mengalami syok, perut menjadi sangat nyeri dan tegang,

fundus uteri lebih tinggi dari yang seharunsnya, denyut jantung

janin tidak terdengar, trombositopenia, dan kadar fibrinogen < 150

mg%.

3. Apa saja peralatan persalinan standard an bagaimana proses sterilisasinya?

Perlengkapan yang diperlukan di kamar bersalin antara lain :

a. Alat pengisap lendir (mucus extractor)

b. Tabung oksigen dengan alat pemberi oksigen kepada bayi.

c. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya asfiksia perlu disediakan

laringoskop kecil, masker muka kecil,kanula trakea ,ventilator kecil

untuk pernafasan buatan, selain itu perlu disediakan obat-obat seperti

larutan glukosa 40%, larutan natrium bicarbonat 7,5% dengan alat

suntiknya dan nalorfin sebagai antidotum terhadap obat-obat berasal

dari morfin atau petidin yang mungkin diberi kepada ibu selama

persalinan dan yang dapat mengakibatkan penekanan pernapasan pada

bayi serta pemberian vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan

sebagai akibat dari ibu yang mendapatkan fenobarbital atau

fenobarbital dan fenytoin , bayi yang kekurangan vitamin K yang

perlu sebagai koenzim untuk membentuk faktor II, VII, IX dan X serta

bayi yang medapat air susu ibu

d. Alat pemotong dan pengikat tali pusat serta obat antiseptik dan kain

kassa steril untuk merawat tali pusat

e. Tanda pengenal bayi yang sama dengan ibu

f. Tempat tidur bayi atau inkubator yang selalu dalam keadaan hangat,

steril dan dilengkapi dengan kain atau selimut katun;hal ini penting

untuk mencegah bayi kehilangan panas pada waktu dipindah dari

kamar bersalin ke tempat perawatan

g. Lain-lain : kapas, kain kassa,baju steril serta obat antiseptik yang

akan dipakai oleh dokter,bidan dan perawat sebelum menolong yang

akan lahir.

h. Bila kamar bersalin dingin oleh karena udara di daerah tersebut

dingin atau oleh karena pemakaian alat pendingin, sebaiknya tempat

untuk resusitasi diberi pemanasan khusus , supaya bayi tidak

kedinginan dan menderita trauma dingin.Seperti diketahui bahwa bayi

baru lahir terutama kehilangan panas oleh karena evaporasi (oleh

sebab bayi basah) dan radiasi.Untuk mengatasi hal ini maka bayi harus

segera dikeringkan dan dibungkus dengan handuk kering diletakkan

diruangan dengan suhu 28-30°C untuk mengurangi kehilangan panas

karena radiasi.

Sebelum bayi lahir semua hal tersebut di atas harus diperiksa apakah

sudah steril, apakah semua alat sudah lengkap dan apakah tidak ada yang

macet.Tindakan umum pada semua bayi di kamar bersalin dan di tempat

perawatan lainnya harus aseptik,suhu lingkungan harus diatur dan jalan napas

harus selalu bebas.

Prinsip dasar sterilisasi

Sterilisasi merupakan upaya untuk membunuh/meminimalisasi

mikroorganisme beserta endosporanya sehingga meminimalisir munculnya

infeksi. Sterilisais berkaitan dengan istilah-istilah berikut :

1.Asepsis : mencegah mikroorganisme masuk tubuh atau alat

2.Anti sepsis : mencegah infeksi dengan membunuh/menghambat

pertumbuhan mikroorgaanisme pada kulit atau jaringan tubuh.

3.dekontaminasi : tindakan pada alat sebelum pencucian sehingga

aman bagi petugas

4.Pencucian :tindakan fisik, menghilangkan darah ataupun cairan

tubuh

5.desinfeksi tingkat rendah : membunuh sebagian besar

mikroorganisme

6.desinfeksi tingkat tinggi : membunuh semua mikroorganisme kecuali

endospora

Istilah-istilah tersebut penting untuk kita pahami untuk menciptakan

keadaan aseptik dan steril sebelum tindakan operatif .Adapun jenis-jenis

sterilisasi adalah sebagai berikut :

a.sterilisasi ultraviolet, memutuskan transmisi infeksi lewat

udara) .kerugiannya antara lain ; tidak efektif pada kelembaban tinggi,

lampu UV harus sering dibersihkan dan paparan UV mengiritasi kulit

dan mata.

b.sterilisasi uap (Autoclave),merupakan sterilisasi panas basah

bertekanan dengan suhu 121°C selama 15 menit.

prinsip umum :

1.uap jenuh :pembawa energi panas yang sangat efektif

2.Penguapan melunakkan bagian luar mikroorganisme

3.Kontaminasi menghambat proses sterilisasi

Adapun keuntungannya; temperatur dapat diatur, membunuh kuman

secara radikal (sampai sporanya),Waktu sterilisasi cepat.Kerugiannya ;

Mahal, tidak semua bahan dapat di sterilisasi (hanya bahan yang tahan

panas) dan penurunan kualitas bahan/media.

c.Sterilisasi panas kering (Oven), dengan suhu 175°C selama 90 menit,

bakteri akan mengalami oksidasi.metode yang sangat efektif, kurang

korosif untuk logam dan alat tajam serta tidak meninggalkan endapan

kimia.Kerugiannya yaitu penetrasi lambat, suhu yang tinggi sehingga

tidak bisa untuk alat yang terbuat dari karet.Bahan yang dapat

disterilkan : pipet,piring petri, bahan dari gelas, serbuk, perban kain

dan salep.

d.sterilisasi dingin (kimia), seperti Glutaraldehid (cidex , formaldehid

8%), memiliki keuntungan antara lain dengan merendam selama 24

jam dapat membunuh mikroorganisme termasuk

endospora.Kerugiannya , iritasi,toksik dan mahal.

Pelu diketahui untuk bisa membedakan area yang steril dan tidak

steril.Selain itu, pada persalinan sangat perlu di jaga sterilitas dari

lingkungan , alat-alatnya , operator maupun yang di operasi untuk

meminimalisir timbulnya infeksi.Udara yang di sterilkan dulu dengan

sinar UV, perlak yang bersih dari debu maupun darah yang dipakai

untuk alas persalinan wanita hamil ,yang sebelumnya disemprot dulu

dengan alkohol secara sirkuler (desinfeksi), Operator yang memakai

alat perlindungan diri seperti handscoen, masker dan baju operasi, alat-

alat yang sebelumnya sudah di sterilkan (misalnya autoclave), bahan-

bahan seperti kassa, kain , perban, cat gut, maupun alat emergensi

harus dalam keadaan steril.

4. Apa saja pemeriksaan obstetric yang dilakukan pada wanita hamil?

Bagaimana interpretasinya?

Pemeriksaan obstetrik adalah digunakan untuk mengetahui kondisi pasien

berkaitan dengan kehamilan atau persalinan, Contoh pemeriksaan obstetri ini

meliputi :

1.         Inspeksi/periksa pandang

Periksa pandang mulai semenjak bertemu dengan pasien. Di perhatikan

bagaimana sikap tubuh dan cara berjalannya, apakah cenderung

membungkuk, berjalan pincang atau yang lainnya. Periksa panadang

meliputi :

Muka: cloasma gravidarum, odema, pucat

Payudara : put!ng susu, hiperpigmentasi areola, kolostrum

Abdomen: menegang/mengendur, pembesaran uterus sesuai usia

kehamilan/tidak, striae dan linae gravidarum.

Vagina: perdarahan, cairan keputihan, tanda chadwick. Periksa pandang

pada vagina sedikit lebih rumit karenanya harus dilakukan dengan

seksama dan teliti. Karena itu teknik pemeriksaan beserta keadaan-

keadaan yang mungkin didapat.

2.         Palpasi: TFU, usia kehamilan, leopold. TBJ

3.         Auskultasi: DJJ. Letak DJJ

4.         Kontraksi (pada persalinan): lama, frekuensi

5.         Perkusi/memeriksa refleks lutut/patella

Pemeriksaannya dengan menggunakan refleks hammer dilakukan

pengetokan pada lutut bagian depan. Pasien diposisikan duduk diatas

tempat tidur dengan kaki menggantung, kemudian saat akan dilakukan

pengetokan alihkan perhatian pasien dengan mengajaknya berbicara

atau orang lain. Jika saat diketok kaki bergerak agak fleksi berarti

reflek normal, tetapi apabila tidak bergerak berarti reflek negatif.

Apabila reflek lutut negatif kemungkinan mengalami kekurangan

vitamin B1/bisa juga ibu mengalami pre eklamsia.

6.         Pemeriksaan panggul luar : normal/panggul sempit

5. Bagaimana mekanisme persalinan normal?

Pada mekanisme persalinan normal, terdapat tiga faktor utama yang

memegang peranan terhadap persalinan, yaitu kekuatan yang ada pada ibu

seperti his dan kekuatan menegjan, kemudian keadaan jalan lahir, serta

janinnya itu sendiri. Persalinan normal apabila his sudah kuat, maka kepala

akan masuk ke dalam rongga panggul dalam keadaan sinklintimus ataupun

asinklitimus. Akibat sumbu kepala janin yang asimetrism tahanan oleh

jaringan yang ada dibawah jani tersebut terhadap kepala janin akan menurun,

hal ini yang menyebakan fleksi kepala janin dalam rongga panggul. Setelah

itu, kepala yang terus turun akan bertemu dengan diafragma pelvis, akibat dari

kombinasi elastisistas difragma pelvis dan tekanan intrauterin, kepala akan

mengadakan rotasi (putaran paksi dalam), sehingha ubun-ubun kecil akan

berputar ke depan dan kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat

dilahirkan.

Keadaan vulva lebih membuka sehingga kepala janin akan mulai tampak dan

perneum akan menjadi semakin lebar dan tipis. Dibantu dengan kekuatan

mengejan serta His, secara berturut-turut akan tampak bregma, dahi, muka,

dan akhirnya dagu. Sesudah kepala keluar, makan kepala tersebut akan

berotasi (putaran paksi luar) untuk membantu agar bahu dapat melintasi

panggul dalam keadaan miring.

Apabila tubuh bayi sudah lahir seutuhnya, maka tali pusat dijepit

menggunakan dua cunam pada jarak 5 cm dan 10 cm yang selanjutnya

digunting lalu diikat. Setelah itu, pelepasan plasenta dapat dilakukan dari

tengah, pinggir, atau kombinasi.

Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah sebagai berikut:

A. Engagement

Engangement adalah peristiwa ketika diameter biparietal melewati pintu atas

panggul dengan sutura sagitalis melintang/oblik di dalam jalan lahir dan

sedikit fleksi.Engangement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir

kehamilan sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal persalinan.

B. Penurunan kepala

Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya

sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan,tetapi pada multigravida

biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.

C. Fleksi

Pada awal persalinan,kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan

majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini,dagu

dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah

dari ubun-ubun besar.

D. Rotasi dalam (putaran paksi dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa

sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan bawah

simfisis. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah ialah daerah

ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar kedepan ke arah

simfisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan karena

merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk

jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul.

E. Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di

bawah simfisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan

karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan

ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Jika

kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak

melakukan ekstensi,maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat

menebusnya.

F. Rotasi luar (putaran paksi luar)

Di dalam rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk

panggul yang di laluinya sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi

lahir,bahu mengalami putaran dalam di mana ukuran bahu menempatkan diri

dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan

itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan

dengan tuber iskiadikum.

G. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar,bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi

hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi

lahir,selanjutnya seluruh badan bayi di lahirkan searah dengan sumbu jalan

lahir.

6. Bagaimana penggolongan umur kehamilan?

Kehamilan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak

konsepsi dan berakhir pada saat permulaan persalinan (Sarwono, 2007).

Menurut Sylviati (2008) lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm

adalah 259-293 hari dengan perhitungan sebagai berikut:

a. Bayi kurang bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259

hari).

b. Bayi cukup bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi 37- 42 minggu.

c. Bayi lebih bulan jika bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (>

294hari).

Menurut Sarwono (2007) ditinjau dari tuanya kehamilan. kehamilan terbagi

atas 3

trimester yaitu :

a. Kehamilan trimester I antara 0-12 minggu

b. Kehamilan trimester II antara 12-28 minggu

c. Kehamilan trimester III antara 28-40 minggu

Dalam trimester pertama organ-organ mulai dibentuk. Trimester kedua organ

telah dibentuk, tetapi belum sempurna dan viabilitas janin masih diragukan.

Sementara janin yang dilahirkan pada trimester terakhir telah viable (dapat

hidup).

Bila hasil konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan dibawah 20

minggu disebut abortus (keguguran). Bila hal tersebut terjadi dibawah 36

minggu disebut partus prematur. Kelahiran dari 38 minggu sampai 40 minggu

disebut partus aterm (Sarwono, 2007).

Tanda pasti kehamilan dapat dilihat dari gejala dan tanda yang dirasakan oleh

ibu seperti amenorrhea, nausea, emesis, anoreksia dan juga gerakan janin yang

sudah mulai terasa pada kehamilan 18 minggu. Tetapi juga dapat dipastikan

dengan menggunakan ultrasonografi (Sarwono, 2007).

Penggolongan usia kehamilan berdaasar tinggi fundus uteri dari simfisis:

22-28 minggu : 24-25 cm diatas simfisis

28 minggu : 26,7 cm diatas simfisis

30-32 minggu : 29,5-30 cm diatas simfisis

34 minggu : 31 cm diatas simfisis

36 minggu : 32 cm diatas simfisis

38 minggu : 33 cm diatas simfisis

40 minggu : 37,7 cm diatas simfisis

7. Bagaimana cara pencatatan partograf?

Proses pencatatan partograf

Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik,

memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan. Partograf dapat

dipakai untuk memberikan peringatan awal bahwa suatu persalinan

berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin, serta perlunya rujukan.

Partograf dikatakan sebagai data yang lengkap bila seluruh informasi ibu,

kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu dan jam, kontraksi uterus, kondisi

ibu, obat-obatan yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, keputusan klinik

dan asuhan atau tindakan yang diberikan dicatat secara rinci sesuai cara

pencatatan partograf.

Isi dari lembar partograf antara lain:

1) Informasi tentang ibu

a) Nama dan umur;

b) Gravida, para, abortus.;

c) Nomor catatan medik/nomor puskesmas;

d) Tanggal dan waktu mulai dirawat;

e) Waktu pecahnya selaput ketuban.

2) Kondisi janin:

a) Denyut jantung janin;

b) Warna dan adanya air ketuban;

c) Penyusupan(molase) kepala janin.

. Cara pengisian partograf:

A. Identitas pasien

Bidan mencatat nama pasien, riwayat kehamilan, riwayat persalinan,

nomor register pasien, tanggal dan waktu kedatangan dalam "jam" mulai

dirawat, waktu pecahnya selaput ketuban. Selain itu juga mencatat waktu

terjadinya pecah ketuban, pada bagian atas partograf secara teliti

B. Kesehatan dan kenyamanan janin

Bidan mencatat pada kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah

untuk pencatatan:

(1) Hasil pemeriksaan DJJ setiap 30 menit atau lebih sering jika ada

tanda-tanda gawat janin. Setiap kotak menunjukkan waktu 30 menit.

Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. DJJ dicatat

dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang

menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik

lainnya dengan garis tidak terputus;

(2) Warna dan adanya air ketuban, penilaian air ketuban setiap kali

melakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput

ketuban pecah. Mencatat temuan-temuan ke dalam kotak yang sesuai di

bawah lajur DJJ, menggunakan lambang-lambang seperti berikut: (a) U

jika ketuban utuh atau belum pecah; (b) J jika ketuban sudah pecah dan

air ketuban jemih; (c) M jika ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur mekonium; (d) D jika ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur darah; (e) K jika ketuban sudah pecah dan tidak ada air

ketuban atau "kering";

(3) Molase atau penyusupan tulang-tulang kepala janin, menggunakan

lambanglambang berikut ini: (a) 0 jika tulang-tulang kepala janin terpisah,

sutura dengan mudah dapat dipalpasi; (b) 1 jika tulang-tulang kepala janin

hanya saling bersentuhan; (c) 2 jika tulang-tulang kepala janin saling

tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan; (d) 3 jika tulang-tulang

kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan. Hasil

pemeriksaan dicatat pada kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.

C. Kemajuan persalinan

kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan

persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah

besarnya dilatasi serviks. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya

pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur di

atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5

menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin. Masing-masing

kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit. Kemajuan persalinan

meliputi:

(1) Pembukaan serviks, penilaian dan pencatatan pembukaan serviks

dilakukan setiap 4 jam atau lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda

penyulit. Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada

partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan dengan simbol "X".

Simbol ini harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur

besarnya pembukaan serviks di garis waspada. Hubungkan tanda "X"

dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh atau tidak terputus;

(2) Pencatatan penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, setiap

kali melakukan pemeriksaan dalam atau setiap 4 jam, atau lebih sering

jika ada tanda-tanda penyulit. Kata-kata "turunnya kepala" dan garis

tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka

pembukaan serviks. Berikan tanda "--" pada garis waktu yang sesuai.

Hubungkan tanda " " dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak

terputus.

(3) Garis waspada dan garis bertindak, garis waspada dimulai pada

pembukaan serviks 4 cm. dan berakhir pada titik dimana pembukaan

lengkap, diharapkan terjadi laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan

selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada.

D. Pencatatan jam dan waktu

(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan, di bagian bawah pembukaan

serviks dan penurunan, tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16.

Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif

persalinan;

(2) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan, dibawah lajur kotak

untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kctak-kotak untuk mencatat

waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan

satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh

menit pada lajur kotak di atasnya ataii lajur kontraksi di bawahnya.

Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catat pembukaan serviks di

garis waspada. Kemudian catat waktu aktual pemeriksaan ini di kotak

waktu yang sesuai

E. Mencatat obat-obatan dan cairan intravena (IV)

Untuk setiap pemberian oksitosin drip, bidan harus

mendokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitoksin yang

diberikan per volume cairan (IV) dan dalam satuan tetesan per menit

(atas kolaborasi dokter), catat semua pemberian obat-obatan tambahan

dan/atau cairan IV.

F. Kesehatan dan kenyamanan ibu

(1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh, angka di sebelah kiri

bagian partograf berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu. Nilai

dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan atau

lebih sering jika dicurigai adanya penyulit menggunakan simbol titik

(•). Pencatatan tekanan darah ibu dilakukan setiap 4 jam selama fase

aktif persalinan atau lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit

menggunakan simbol pencatatan temperatur tubuh ibu setiap 2 jam

atau lebih sering jika suhu tubuh meningkat ataupun dianggap adanya

infeksi dalam kotak yang sesuai.

(2) Volume urin, protein atau aseton, ukur dan catat jumlah produksi

urin ibu sedikitnya setiap 2 jam atau setiap kali ibu berkemih spontan

atau dengan kateter. Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih,

lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.

G. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi

luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan

persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan

persalinan. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik mencakup: 1)

jumlah cairan per oral yang diberikan; 2) keluhan sakit kepala atau

pengelihatan kabur; 3) konsultasi dengan penolong persalinan lainnya

(spesialis obgin, ataupun dokter umurn); 4) persiapan sebelum

melakukan rujukan; 5) upaya rujukan

Pencatatan dimulai saat fase aktif yaitu pembukaan serviks 4 cm dan

berakhir titik dimana pembukaan lengkap. Pembukaan lengkap

diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam.

Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis

waspada. Kondisi ibu dan janin dinilai dan dicatat dengan cara:

1) Denyut jantung janin : setiap 30 menit.

2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit.

3) Nadi : setiap 30 menit.

4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam.

5) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam.

6) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam30.

7) Produksi urin (2 – 4 Jam), aseton dan protein : sekali

8. Bagaimana mekanisme terjadinya his?

Terjadinya his akibat :

a. Kerja hormon oksitosin

b. Regangan dindinguterus

c. Rangsangan terhadap plexus saraf Frankenhauser yang tertekan massa

konsepsi

Tiap his dimulai sebagai gelombang dari salah satu sudut di mana tuba

masuk ke dalam dinding uterus yang disebut sebagai pace maker tempat

gelombang his berasal. Gelombang bergerak ke dalam dan kebwah dengan

kecepatan 2 cm tiap detik sampai ke seluruh uterus. His paling tinggi di

fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal dan puncak kontraksi terjadi

simultan di seluruh bagian uterus. Sesuddah setiap His, otot – otot korpus

uteri menjadi lebih pendek dari pada sebbelumnya yang disebut sebagai

retraksi. Oleh karea servik kurang mengandung otot, servik tertarik dan

terbuka ( penipisan dan pembukaan ), lebih – lebih ika ada tekanan oleh

bagian janin yang keras, umpanya kepala.

Aktivitas miometrium dimulai saat kehamilan. Pada seluruh trimester

kehamilan dapat dicatat adanya kontraksi ringan dengan amplitude 5 mmHg

yang tidak teratur. His sesudah kehamilan 30 minggu aktivitas uterus lebih

meningkat lagi sampai persalinan mulai. Jika persalinan mulai, yakni pada

permulaan kala 1, frekuensi dan amplitude his meningkat.

Amplitudo uterus meningkat terus sampai 60 mmHg pada akhir kala 1 dan

frekuensi his menjadi 2 sampai 4 kontraksi tiap 10 menit. Juga durasi his

meningkat dari hanya 20 etik pada permulaan partus sampai 60-90 detik pada

akhir kala 1 atau pada permulaan kalla 2. His yang sempurna dan efektif bila

ada koordinasi dari gelombang kontraksi, sehingga gelombang kontraksi

simetris dengan dominasi di fundus uteri, dan mempunyai amplitude 40 – 60

mmHg yang berdurasi 60 – 90 detik dengan jangka waktu antara kontraksi 2 –

4 menit, dan pada relaksasi tonus uterus kurang dari 12 mmHg. Jika frekuensi

dan amplitudo his lebih tinggi, maka dapat mengurangi pertukaran O2.

Terjadilah Hipoksia janin dan gawat janin yang secara klinik dapat ditentukan

dengan antara lain menghitung DJJ ataupun dengan pemeriksaan

kardiotografi.

His menyebabkan penipisan dan pembukaan selain tekanan air ketuban

pada permulaan kala 1 dan selanjutnya oleh kepala jann yang makin masuk ke

rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada

serviks hingga pembukaan menjadi lengkap.

Pada bulan terkhir dari kehamilan sebelum persalinan dimulai,sudah ada

kontraksi rahim yang his pendahuluan atau his palsu,yang sebetulnya hanya

merupakan peningkatan dari pada kontraksi dari Brakxton Hicks.

a. His Pendahuluan

His pendahuluan ini tidak teratur dan menyebabkan nyeri diperut bagian

bawah dan lipat paha tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari

pinggang keperut keperut bagian bawah seperti his persalianan.

His pendahuluan tiadak bertambah kuat dengan majunya waktu

bertentangan his persalianan yang makin lama makin kuat.yang paling

penting ialah bahwa his pendahuluan tidak mempunyau pengaruh pada

servik.

b. His Persalinan

Walaupun his itu suatu kontraksi dari oto –otot rahim yang fisiologis akan

tetapi bertentangan dengan kontraksi fisoiologia lainya, bersifat nyeri.

Nyeri ini mungkin disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot –otot waktu

kontraksi, tekanan pada ganglia dalam servix dan segmen bawah rahim

oleh serabut-serabut otot yang berkontraksi, regangan dan tarikan pada

peritonium waktu kontaraksi.

Persaan nyeri tergantung pada ambang neyeri dari penderita yang

ditentukan oleh keadaan jiwanya.kontraksi kemauan, walaupun begitu

dapat dipengaruhi dari luar misalnya ransangan oleh jari-jari tangan dapat

menimbulkan kontaksi.

Seperti kontraksi jantung pada his juga ada “pacemakers” yang memulai

kontraksi dan mengontrol frekwensinya.

Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan ialah;

Ø Lamanya kontraksi: kontraksi yang berlansung 45 detik sampai 75

detik

Ø Kekuatan kontraksi: menimbulkan naiknya tekanan antaruterin sampai

35 mm hg.kekuatan kontaraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba

apakah jari kita dapat menekan dinding rahim kedalam.

Ø Interval antara dua kontraksi:

Pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam 10 menit, pada kala

pengeluran sekali dalam 2 menit.

Menurut faalnya his persalinan dapat dibagi dalam:

Ø His pembukaan ialah:

His yang menimbulkan pembukaan dari servik

Ø His pengeluaran ialah:

His yang mendorong anak keluar, his pengeluaran biasanya disertai

dengan keinginan mengejan.

Ø His pelepasan uri yang melepaskan uri,

Tiap his dimulai sebagai gelombang dari salah satu sidut dimana tuba

masuk kedalan dinding uterus. Ditempat tersebut ada suatu pace maker

dari mana gelombag his berasal,gelombang bergerak kedalam dan

kebawah dengan kecepatan 2 cm tiap detik mengikut sertakan seluruh

uterus,his yang paling sempurna mempunyai kejang otot paling tinggi

difundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal,dan puncak kontaraksi

terjadi silmultan diseluruh bagian uterus.sesudah tiap his,otot-otot korpus

uteri menjadi lebih pendek dari pada sebelumnya dalam bahasa obstetri

disebut otot-otot uterus mengadakan retraksi oleh karena servik kurang

mengandung otot-otot maka servik tertarik dan dibuka,lebih-lebig jika ada

tekanan oleh bagian besar yang keras,umpamanya kepala yang meransang

pleksus saraf setempat .ibu merasakan his kadang-kadamg mengangu hal

ini disebabkan oleh refleks yang mengeluarkan oksitosin.

Sifat his yang normal adalah sebagai berikut:

Ø Kontraksi otot rahim dimulai dari salah satu tanduk jalan rahim atau

cornu

Ø Fundal dominan, yaitu kekutan yang paling tinggi fundus uteri

Ø Kekutannya seperti gerakan gerakan memeras isi rahim

Ø Otot rahim yang berkontarksi tidak kembali panjang semula, sehingga

terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.

Ø Pada setiap his terjadi perubahan pada serviks yaitu menipis dan

membuka.

Hal-hal yang harus diobservasi pada his persalinan sebagai berikut:

Ø Frekwensi adalah jjumlah his dalam waktu terteentu, biasanya per 10

menit

Ø Amplitudo atau intensitas adalah kekutan his diukur dalam mm hg.

Dalam pratiknya kekutan his hanya dapat diraba secara palpasi.kekutan

kontarksi menimbulkan naiknya tekanan intrauteri sampai 35 mm hg.

Ø Aktivitas his adalah hasil hasil perkalian dengan amplitudo, diukur

dengan unit montevidio contoh: frekwensi suatu his 3, terjadi per 10

menit,dan amplitudo 50 mm hg,maka aktivitas rahim = 3x50=150 unit

montevideo.

Ø Durasi his adalah lamanya seetiap his berlansung diukur dengan detik

misalnya: selama 40 detik

Ø Datangnya his terjadi serinng, teratur, atau tidak

Ø Interval antara 2 kontarksi adalah massa relaksasi pada permulaan

persalinan timbul sekali dalam 10 menit, pada kala pengeluaran sekali

dalam 2 menit

His yang baik dan ideal:

a. Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus

b. Kekuatan terbesar di daerah fundus

c. Terdapat periode relaksasi di antara 2 periode kontraksi

d. Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his

e. Serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung

serabut otot, akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudia

terbuka secara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri

eksternum dan internum akan terbuka

9. Mengapa dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin?

Pemeriksaan DJJ (Denyut Jantung Janin) dilakukan sebagai acuan untuk

mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan janin khususnya denyut jantung

janin serta mengetahui adanya fetal distress yang dialami janin dalam rahim.

Secara umum, ada 3 fungsi dari mengukur denyut jantung janin, yaitu :

1. Mengecek adanya bradikardia janin

2. Mengecek adanya takikardia janin

3. Mengecek apakah janin masih hidup

Cara untuk mengecek janin hidup, adalah ketika kehamilan sudah melewati 12

minggu,dan janin tidak terdengar denyut jantung, bisa jadi merupakan tanda

keguguran.

Gambaran DJJ:

1. Takikardi berat; detak jantung diatas 180x/menit

2. Takikardi ringan: antara 160-180x/menit

3. Normal: antara 120-160x/menit

4. Bradikardia ringan: antara 100-119x/menit

5. Bradikardia sedang: antara 80-100x/menit

6. Bradikardia berat: kurang dari 80x/menit

Bradikardia dapat mempertinggi resiko terjadinya keguguran

Pemeriksaan denyut jantung jani dapat dilakuka dengan Kardiotokograf

dimana biasanya terdiri atas ada dua test, yaitu:

NST (Non-Stress Test) = Tes yang dilakukan untuk menilai denyut

jantung janin dalam hubungannya dengan gerakan janin.

CST (Contraction Stress Test) = Tes yang dilakukan untuk menilai

denyut jantung janin dalam hubungannya dengan kontraksi uterus

BAB IV

SARAN

Saran untuk kelompok kami adalah kami harus lebih aktif dalam mencari

bahan diskusi tutorial dengan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Kami juga

harus lebih banyak belajar lagi agar lebih memahami dan siap dalam menyampaikan

materi.

Saran untuk scenario agar mempertegas gejala-gejala yang ada dalam scenario

supaya tidak terjadi kerancuan antara LO dengan masalah yang bukan menjadi tujuan

dalam scenario.