Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
LAPORAN TAHUNAN KEGIATAN
TAHUN 2018
DIREKTORAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PELAKU USAHA
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN
BADAN POM
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
DAFTAR ISI
01
PENDAHULUAN
Dasar Hukum| 2
Tugas Pokok dan Fungsi| 4
Struktur Organisasi, Personalia, dan
BMN| 5
Struktur Organisasi| 5
Sumber Daya| 6
Sarana dan Prasarana| 12
Anggaran| 13
02
KEgiAtAN tAHUN
ANggArAN 2018
Program Nasional Gerakan Keamanan
Pangan Desa (GKPD)| 14
Advokasi Kelembagaan Desa| 16
Pelatihan Kader Keamanan Pangan
Desa (KKPD)| 18
Bimtek Komunitas Desa dan Pelaku
Usaha Pangan Desa| 20
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan| 22
Pengawalan Desa Pangan Aman| 24
Perkuatan Kapasitas Desa| 26
Peningkatan Kompetensi Keamanan
Pangan| 29
Monitoring dan Evaluasi| 31
Koordinasi Lintas Sektor| 31
Jejaring Keamanan Pangan Daerah
(JKPD)| 31
Kabupaten/ Kota yang Sudah
Menerapkan Peraturan Kepala Badan
POM Tentang SPPIRT| 34
Kajian Implementasi Peraturan Kepala
Badan POM tentang SPP-IRT| 36
Peningkatan Kompetensi Keamanan
Pangan| 38
Pembinaan Implementasi Keamanan
Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)|
43
TOT Fasilitator Keamanan Pangan
Sekolah| 45
Pembuatan Materi Dan Tools Intervensi
Keamanan PJAS| 47
Evaluasi Kinerja Kedeputian III Pada
Direktorat PMPU| 48
Monitoring Dan Evaluasi Program| 49
UMKM Pangan yang Diintervensi untuk
Memahami Keamanan Pangan| 55
Program Prioritas Nasional Pasar Aman
di Destinasi Wisata| 58
Bimtek Usaha Pangan Desa terkait
Daerah Wisata| 58
Pengawalan Usaha Pangan Desa terkait
Daerah Wisata| 59
Pasar yang Diintervensi Menjadi Pasar
Aman dari Bahan Berbahaya| 60
Sosialisasi Keamanan Pangan| 65
Sosialisasi Keamanan Pangan kepada
Individu| 65
Pemberdayaan Organisasi Sosial dan
Kemasyarakatan| 67
Pameran Keamanan Pangan| 72
Pasar yang Diintervensi Menjadi Pasar
Aman dari Bahan Berbahaya| 74
03
PENUtUP
Penutup| 78
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
2
A. DASAR HUKUM
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) merupakan organisasi yang dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden No. 103 tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Keputusan tersebut telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
3 Tahun 2013. Lingkup tugas dan fungsi Badan POM tertuang dalam Keputusan Presiden
Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non
Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 4 Tahun 2013.
Selanjutnya Kepala Badan POM mengeluarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004.
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan merupakan salah satu Direktorat di
lingkungan Kedeputian Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI yang dibentuk sesuai Surat Keputusan Kepala Badan POM
RI No. 02001/SK/KBPOM tanggal 26 Februari Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Pengawas Obat dan Makanan pasal 279, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.21.4231 Tahun 2004.
Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 Tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan serta
adanya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 tentang Peningkatan Efektivitas Pengawasan
Obat dan Makanan memberikan motivasi baru kepada Badan POM untuk melakukan
perubahan, termasuk perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kelola. Untuk implementasi
Perpres dan Inpres tersebut di atas, Badan POM mengeluarkan Peraturan BPOM Nomor 26
Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 dan Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun
2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Direktorat
Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan sudah tidak ada lagi. Tugas dan fungsi yang
semula dilaksanakan oleh Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan banyak
tertuang dalam tugas dan fungsi Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha.
PENDAHULUAN
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
3
Dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 dan Peraturan BPOM Nomor 26
Tahun 2017 tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan nama unit kerja eselon 2 dan ada
perpindahan kegiatan dari Direktorat di organisasi tata kerja lama dan yang baru, seperti pada
Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Perpindahan kegiatan dari Stuktur OTK lama kepada Struktur OTK baru
OTK Lama OTK baru
Direktorat
Pengawasan
Produk dan Bahan
Berbahaya
Direktorat
Surveilan dan
Penyuluhan
Keamanan
Pangan
Direktorat
Pemberdayaan
Masyarakat dan
Pelaku Usaha.
Pusat Kajian
dan Riset
Obat dan
Makanan
Direktorat
Pengawasan
Pangan Risiko
Rendah dan
Sedang
Pasar aman dari
bahan berbahaya
- Pasar aman dari
bahan berbahaya
- -
Pasar aman di
destinasi wisata
- Pasar aman di
destinasi wisata
- -
- Jejaring
keamanan
pangan nasional
- - Jejaring Keamanan
Pangan Nasional
- INRASFF
- - INRASFF
- Kajian
keamanan
pangan
- Kajian
keamanan
pangan
-
- INARAC
- INARAC -
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
4
B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Tugas pokok dan fungsi struktur organisasi lama (Direktorat Surveilan dan Penyuluhan
Keamanan Pangan) dan struktur organisasi baru (Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan
Pelaku Usaha), dapat dilihat perubahannya sebagaimana tampak seperti yang terdapat dalam
Tabel 2.
Tabel 2. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan serta
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha
Tugas pokok
Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang surveilan dan penyuluhan keamanan pangan
Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pemberdayaan masyarakat dan pelaku usaha di bidang pangan olahan
Fungsi Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang surveilan dan penanggulangan keamanan pangan;
Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan peran pemerintah daerah, dan pemberdayaan pelaku usaha dan masyarakat konsumen di bidang pangan olahan;
Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang promosi dan keamanan pangan;
Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan peran pemerintah daerah, dan pemberdayaan pelaku usaha dan masyarakat konsumen di bidang pangan olahan;
Penyi0apan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang penyuluhan makanan siap saji dan industri rumah tangga;
Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan peran pemerintah daerah, dan pemberdayaan pelaku usaha dan masyarakat konsumen di bidang pangan olahan;
Penyusunan rencana dan program surveilan dan penyuluhan keamanan pangan;
Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan peran pemerintah daerah, dan pemberdayaan pelaku usaha dan
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
5
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha
masyarakat konsumen di bidang pangan olahan;
Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan teknis di bidang surveilan dan penyuluhan keamanan pangan;
Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan peran pemerintah daerah, dan pemberdayaan pelaku usaha dan masyarakat konsumen di bidang pangan olahan; dan
Evaluasi dan penyusunan laporan surveilan dan penyuluhan keamanan pangan;
Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.
Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Deputi bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya.
C. STRUKTUR ORGANISASI, PERSONALIA, DAN BMN
1. Struktur Organisasi
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan merupakan organisasi di bawah
koordinasi Deputi III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya.
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan terdiri dari tiga Subdirektorat, yaitu
Subdirektorat Surveilan dan Penanggulangan Keamanan Pangan, Subdirektorat Promosi
Keamanan Pangan, dan Subdirektorat Penyuluhan Makanan Siap Saji dan Industri Rumah
Tangga. Bagan organisasi Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan seperti
pada Gambar 1.
Sedangkan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha dibawah koordinasi
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan
Pelaku Usaha terdiri dari tiga Subdirektorat, yaitu Subdirektorat Peningkatan Peran
Pemerintah Daerah, Subdirektorat Pemberdayaan Pelaku Usaha dan Subdirektorat
Pemberdayaan Masyarakat Konsumen. Masing-masing subdirektorat dibantu oleh
beberapa seksi seperti terlihat dalam Struktur Organisasi pada Gambar 1.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
6
Gambar 1. Struktur organisasi Dit SPKP dan Direktorat PMPU
Sebagian besar Sumber Daya Manusia (SDM) pada Direktorat SPKP menjadi SDM
Direktorat PMPU. Direktorat SPKP terdiri dari 36 orang ASN, sedangkan pada Direktorat
PMPU jumlah ASN bertambah menjadi 37 orang. Ada beberapa pegawai yang mutasi ke
unit lain, ada pula yang masuk ke Direktorat PMPU.
2. Sumber Daya
Sebagian besar Sumber Daya Manusia (SDM) pada Direktorat Surveilan dan Penyuluhan
Keamanan Pangan menjadi SDM Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku
Usaha. Pegawai Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan terdiri dari 36
orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 22 orang pramubakti, sedangkan pada Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha jumlah PNS bertambah menjadi 37 orang.
Terdapat beberapa pegawai yang mutasi ke unit lain, ada pula yang mutasi ke Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha.
Terdapat 5 (lima) orang yang mutasi dari Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan
Pangan karena mengajukan pensiun dini dan mutasi ke unit lain pada perubahan stuktur
Gambar 1. Perubahan Struktur Organisasi Direktorat SPKP dan
Direktorat PMPU
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
7
lama menjadi struktur baru tahun 2018, sehingga total PNS di Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan berkurang dari 36 orang menjadi 29 orang. Akan tetapi
bersamaan dengan struktur baru, jumlah PNS di Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan
Pelaku Usaha yang tadinya 29 orang yang berasal dari Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan, bertambah 8 orang dari unit lain masuk ke Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha yang baru. Jumlah PNS di Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha menjadi 37 orang. Data PNS yang pensiun
dan mutasi seperti pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Data PNS yang pensiun dan mutasi pada Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan
Pelaku Usaha
PNS OTK Lama PNS OTK Baru
No Nama Keterangan No Nama Keterangan
1 Dra. Mauizzati Purba,
Apt., M.Kes
Mutasi ke Dit
SPO
1 Dra. Dewi
Prawitasari, Apt.,
M.Kes
Mutasi dari
BBPOM
Palembang
2 Nugroho Indrotristanto,
STP, MSc
Mutasi ke Dit
SPO
2 Dra. Dini Gardenia,
Apt., MP
Mutasi dari Dit
PKP
3 Rina Puspitasari,
STP., M.Sc
Mutasi ke Biro
Humas dan
DSP
3 Dra. Indriemayatie
Asri Ganie, Apt
Mutasi dari
Ditwas PBB
4 Fahmi Fasah
Angkotasan, Skom,
Mkom
Mutasi ke Biro
Umum dan SDM
4 Rona Monika
Sihaloho, S.Si, Apt
Mutasi dari
Ditwas PBB
5 Prita Dwi Lasnita
Sitanggang, STP
Mutasi ke Dit
PPRTB
5 Rizan Febriana
Pratama, S.Farm,
Apt.
Mutasi dari
Ditwas PBB
6 Citra Prasetyawati,
S.Farm, Apt, M.Sc
Pensiun dini 6 Suprapti Mutasi dari
Ditwas PBB
7 Hasan Hidayat Pensiun 7 Eni Nurani Mutasi dari
Ditwas PBB
8. Fitriani, SKM Mutasi dari Biro
Hukmas
Pada tahun 2018 terdapat beberapa kali pergantian pimpinan eselon 2 (Direktur), seperti
pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Pergantian Direktur Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan serta
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha
No Jabatan Periode Nama Keterangan
1 Direktur Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan
Jan - Feb 2018
Dra. Mauizzati Purba, Apt., M.Kes
-
2 Direktur Pemberdayaan
Mar – Mei 2018
I Gusti Ngurah Bagus Kusuma
-
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
8
Masyarakat dan Pelaku Usaha
Dewa, S.Si., Apt., MPPM
3 Plt. Direktur Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha
Juni – Sept 2018
Ema Setyawati, S.Si., Apt, ME
I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Dewa, S.Si., Apt., MPPM yang mutasi menjadi Kepala Balai Besar POM di Bandung
4 Direktur Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha
Okt – Des 2018
Dra. Dewi Prawitasari, Apt., M.Kes
-
Meskipun Kepala Unit Kerja berganti, pelaksanaan program dan kegiatan tetap berlanjut
sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renja 2018. Sebaran Sumber Daya Manusia
berdasarkan tingkat pendidikan pada Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku
Usaha terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Klasifikasi PNS Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah PNS Dit Surveilan
dan Penyuluhan
Keamanan Pangan
Jumlah PNS DIt
Pemberdayaan Masyarakat
dan Pelaku Usaha
P L Total P L Total
1 S2
Master Kesehatan 1 0 1 1 0 1
Master Sains 6 1 7 6 0 6
Master Pangan 0 0 0 2 0 2
Master Epidemiologi 1 0 1 1 0 1
Master Profesional
Keamanan Pangan
2 1 3 3 1 4
Master Biomedis 1 0 1 1 0 1
Master Bioteknologi 1 0 1 1 0 1
2 S1
Apoteker 8 0 8 6 1 7
Dokter Hewan 0 1 1 0 1 1
Sarjana Teknologi Pangan 8 0 8 6 0 6
Sarjana Kesehatan
Masyarakat
1 0 1 2 0 2
Sarjana Ilmu Komunikasi 0 0 0 1 0 1
Sarjana Biokimia 1 0 1 1 0 1
Sarjana Kimia 0 0 0 1 0 1
3 D3 1 0 1 1 0 1
4 SMK 0 2 2 1 0 1
Total 31 5 36 34 3 37
Dengan adanya mutasi pegawai dari unit lain ke Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan
Pelaku Usaha, maupun dari Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan ke
unit lain, maka komposisi jumlah pegawai seperti pada Tabel 6 dan Gambar 2 dibawah ini.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
9
Tabel 6. Komposisi jumlah pegawai
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan
Keamanan Pangan
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan
Pelaku Usaha
1 (satu) Direktur 1 (satu) Direktur
3 (tiga) pejabat Eselon III 3 (tiga) pejabat Eselon III
7 (tujuh) pejabat Eselon IV 7 (tujuh) pejabat Eselon IV
7 (tujuh) PFM Ahli Muda 9 (sembilan) PFM Ahli Muda
10 (sepuluh) PFM Ahli Pertama 13 (tiga belas) PFM Ahli Pertama
1 (satu) PFM Penyelia
8 (delapan) fungsional umum (termasuk di
dalamnya Analis Komunikasi Risiko Obat dan
Makanan, dan Analis Risiko Obat dan Makanan)
3 (tiga) fungsional umum (termasuk di
dalamnya Analis Komunikasi Risiko Obat dan
Makanan, dan Analis Risiko Obat dan
Makanan)
Gambar 2. Komposisi jumlah pegawai Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan
Pangan dan Dit Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha
Berdasarkan analisis beban kerja yang dibagi berdasarkan peta jabatan jumlah karyawan
yang dibutuhkan ialah 82 orang. Dengan beban kerja tersebut terdapat gap antara beban
kerja yang ada dengan jumlah karyawan yang tersedia (Tabel 7).
Jumlah ideal pegawai dibandingkan dengan beban kerja, Direktorat Pemberdayaan
Masyarakat dan Pelaku Usaha telah menghitung kebutuhan pegawai untuk jabatan
fungsional sebagai berikut:
a. Untuk jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Utama dibutuhkan pegawai
sebanyak 2 orang. Pada saat ini belum ada yang menduduki jabatan tersebut.
1
37
9
13
13
22
Direktorat PMPU
Direktur Pejabat Eselon III
Pejabat Eselon IV PFM Ahli Muda
PFM Ahli Pertama PFM Penyelia
Fungsional Umum Pramubakti
1
37
7
10
0
22
Direktorat SPKP
Direktur Pejabat Eselon III
Pejabat Eselon IV PFM Ahli Muda
PFM Ahli Pertama PFM Penyelia
Pramubakti
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
10
b. Untuk jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Madya dibutuhkan pegawai
sebanyak 7 orang. Pada saat ini belum ada yang menduduki jabatan tersebut.
c. Untuk jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Muda, formasi yang dibutuhkan
adalah sebanyak 10 pegawai. Saat ini sudah ada 9 pegawai yang menduduki jabatan
tersebut.
d. Untuk jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Pertama dibutuhkan sebanyak 14
pegawai. Saat ini jumlah personil yang telah menduduki jabatan pengawas farmasi dan
makanan pertama sudah ada sebanyak 14 orang.
e. Untuk jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan Penyelia, formasi yang dibutuhkan
adalah sebanyak 4 pegawai. Saat ini sudah ada 1 pegawai yang menduduki jabatan
tersebut.
f. Untuk jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan Pelaksana Lanjutan dan Pelaksana,
formasi yang dibutuhkan masing-masing sebanyak 1 pegawai. Saat ini belum ada yang
menduduki jabatan tersebut.
g. Untuk jabatan Pranata Komputer Ahli Pertama, dibutuhkan 2 pegawai, namun saat ini
belum ada yang menduduki jabatan tersebut
h. Untuk jabatan Pranata Komputer Ahli Pelaksana Lanjutan, dibutuhkan 2 pegawai,
namun saat ini belum ada yang menduduki jabatan tersebut.
i. Untuk jabatan Arsiparis Pelaksana Lanjutan dibutuhkan sebanyak 4 pegawai. Saat ini
posisi tersebut belum ada yang menduduki jabatan tersebut.
j. Untuk jabatan Perencana Pertama, Muda dan Madya dibutuhkan masing-masing
sebanyak 2, 2, dan 1 pegawai. Saat ini belum ada yang menduduki jabatan tersebut.
k. Untuk jabatan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Tingkat Pertama, Muda dan Madya,
dibutuhkan masing-masing sebanyak 1 pegawai. Saat ini belum ada yang menduduki
jabatan tersebut.
l. Untuk jabatan Analis Kepegawaian Muda dan Madya masing-masing dibutuhkan
masing - masing sebanyak 2 dan 1 pegawai. Saat ini belum ada yang menduduki
jabatan tersebut.
m. Untuk jabatan Pengadministrasian Keuangan, dibutuhkan 3 orang pegawai. Saat ini
baru ada 2 orang yang menduduki jabatan tersebut
n. Untuk jabatan Pengadministrasian Umum, dibutuhkan 3 orang pegawai. Saat ini belum
ada yang menduduki jabatan tersebut
o. Untuk jabatan Verifikator, dibutuhkan 1 orang pegawai. Saat ini belum ada yang
menduduki jabatan tersebut.
p. Untuk jabatan Pengelola BMN dibutuhkan 3 orang pegawai, saat ini belum ada yang
menduduki jabatan tersebut.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
11
q. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha membutuhkan banyak
pegawai untuk menunjang fungsinya. Solusi sementara yang diambil adalah dengan
mempekerjakan pramubakti.
Tabel 7. Perbandingan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Analisis Beban Kerja Tahun 2018
dengan Ketersediaan Pegawai
No Jabatan Kebutuhan Jumlah
yang ada
Kekurangan
pegawai
1 PFM Utama 2 0 -2
2 PFM Madya 7 0 -7
3 PFM Muda 10 9 -1
4 PFM Pertama 14 14 0
5 PFM Penyelia 4 1 -3
6 PFM Pelaksana Lanjutan 1 0 -1
7 PFM Pelaksana 1 0 -1
8 Perencana Madya 1 0 -1
9 Perencana Muda 2 0 -2
10 Perencana Pertama 2 0 -2
11 Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
Madya 1 0 -1
12 Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
Muda 1 0 -1
13 Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
Pertama 1 0 -1
14 Pranata Komputer Pertama 2 0 -2
15 Pranata Komputer Pelaksana
Lanjutan 2 0 -2
16 Arsiparis Pelaksana Lanjutan 4 0 -4
17 Analis Kepegawaian Madya 1 0 -1
18 Analis Kepegawaian Muda 2 0 -2
19 Analis Kepegawaian Pelaksana 3 -3
20 Pengadministrasi Keuangan 3 2 -1
21 Verifikator Keuangan 1 0 -1
22 Analis Pengelola BMN 0 0 0
23 Pengelola Barang Persediaan dan
BMN 3 0 -3
24 Pengadministrasi Umum 3 0 -3
25 Pejabat Struktural 11 11 0
Jumlah 82 37 -45
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
12
3. Sarana dan Prasarana
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha telah didukung dengan sarana
dan prasarana yang diperlukan dalam mendukung pelaksanaan tugas antara lain:
a. Ruangan terdiri atas Ruang Direktur, Ruang Kerja, dan Ruang Rapat, Gudang, Ruang
mushollah, pantry dan toilet.
b. Peralatan, meubelair dan kelengkapan lain dalam melaksanakan aktivitas.
c. Perangkat dan sistem teknologi informasi yang mendukung pelaksanaan aktivitas.
Rincian peralatan, meubelair, dan perangkat lainnya tertera pada Tabel 8. sebagai berikut:
Tabel 8. Rincian Peralatan, Meubelair, dan Perangkat lainnya
NO NAMA BARANG 2016 2017 2018
1 Sepeda Motor 1 1 1
2 Backdrop 0 2 3
3 Mesin Ketik Listrik 1 1 1
4 Dispenser 1 2 3
5 Lemari Besi/Metal 1 13 13
6 Lemari Kayu 24 27 33
7 Locker 1 2 2
8 Kulkas 3 3 3
9 Alat Penghancur Kertas 2 2 2
10 LCD Projector/Infocus 8 6 6
13 Meja Kerja Kayu 56 56 56
14 Kursi Besi/Metal 52 67 67
15 Meja Rapat 3 3 3
16 Meja Receptionis 2 2 1
17 Televisi 1 2 2
18 Handy Cam 3 3
19 Kursi Dorong 51 51 51
20 Microwave 0 1 1
21 Laser Pointer 4 5 5
22 Video Keamanan Pangan 0 2 3
23 Camera Digital 4 5 5
24 Telephone (PABX) 1 1 1
25 Sofa 1 set 1 set 1 set
26 Pesawat Telephone 3 3 3
27 Facsimile 2 4 4
28 Meja Besi 1 1 1
29 Meja + Kursi Kayu 1 set 1 set 1 set
30 P.C Unit 58 58 57
31 Note Book 27 23 31
32 Printer (Peralatan Personal Komputer) 41 47 53
33 Scanner (Peralatan Personal Komputer) 5 4 5
34 External/Portable Hardisk 8 12 12
35 Server 4 4 4
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
13
NO NAMA BARANG 2016 2017 2018
36 Laci Penyimpan File 36 36 36
37 Software Computer 74 68 70
38 Brankas 0 0 1
32 Tablet 0 0 1
33 Maket Makanan 0 0 1
34 Mobil Minibus 0 0 1
4. Anggaran
Anggaran Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha pada tahun 2018 terdiri
atas dua bagian yaitu anggaran pada Organisasi dan Tata Kerja lama (kode 3179) dengan
nilai pagu sebesar Rp. 9.717.459.000 dan anggaran untuk Organisasi Tata Kerja baru
(kode 4132) dengan nilai pagu sebesar Rp 30.226.571.000.
Penyerapan anggaran pada tahun 2018 untuk anggaran kode 3179 sebesar 99,60%
(terserap sebesar Rp.9.678.968.676), sedangkan untuk anggaran dengan kode 4132
terserap sebesar 97,35% (terealisasi sebesar Rp.29.426.710.000.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
14
A. PROGRAM NASIONAL GERAKAN KEAMANAN PANGAN DESA (GKPD)
Badan POM telah menginisiasi program ini sejak tahun 2015 dengan melakukan intervensi
keamanan pangan kepada masyarakat (ibu rumah tangga, PKK, kelompok
pemuda/karangtaruna, dan komunitas sekolah (guru, anak sekolah/pramuka) dan Usaha
Pangan Desa (ritel/warung/koperasi desa, industri rumah tangga pangan, pedagang kreatif
lapangan, wisata kuliner dan pasar desa). Intervensi dilakukan untuk membentuk Desa
Pangan Aman (Desa PAMAN).
Agar dapat mewujudkan kemandirian masyarakat desa dalam mengimplementasikan
keamanan pangan didaerahnya, program GKPD perlu dilakukan secara berkelanjutan. Terkait
hal tersebut telah disusun road map Desa Pangan Aman seperti pada Gambar 3 berikut ini:
Gambar 3. Roadmap Target Desa Pangan Aman
Target pembentukan desa pangan aman di setiap provinsi adalah sekitar 3 – 5 desa per tahun.
Desa yang diintervensi berasal dari 1 atau lebih kabupaten/kota. Tahapan kegiatan untuk
membentuk Desa Pangan Aman sebagai berikut:
KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2018
100 Desa
100 Desa
100 Desa
100 Desa
100 Desa
TOTAL
TARGET
500 DESA
PANGAN
AMAN
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
15
Tabel 9. Tahapan Kegiatan Pembentukan Desa Pangan Aman
No Kegiatan Pelaksana Peserta
1 Perkuatan Kapasitas Desa
a Advokasi Kelembagaan Desa
(koordinasi dengan perangkat
desa terkait pelaksanaan
kegiatan)
- BB/BPOM
- Badan POM
(Narasumber di 6
Provinsi)
- Stakeholder terkait (Dinas
Pemberdayaan Masyarakat
Desa, Dinkes, Bappeda dll)
- Desa yang akan diintervensi
b Pelatihan Kader Keamanan
Pangan Desa (KKPD)
(menyiapkan SDM untuk
pendampingan keamanan
pangan kepada komunitas)
- BB/BPOM
- Badan POM
(Narasumber di 6
Provinsi)
Calon KKPD (15 orang per
desa) terdiri dari:
- Ibu PKK/Ibu RT;
- Guru/Pramuka;
- Karang Taruna.
2 Pemberdayaan Komunitas
Desa (Bimtek Komunitas
Desa)
(meningkatkan kemampuan
praktek keamanan pangan yang
baik di tingkat rumah tangga,
IRTP/PKL, dan ritel)
- BB/BPOM
- KKPD yang sudah
dilatih
Komunitas desa (50 orang per
desa) terdiri dari:
- Ibu RT;
- Guru/Pramuka;
- Karang Taruna
- Pelaku usaha pangan desa
(IRTP/KUBE; Ritel;
Kantin/penjual Pangan Jajanan
Anak Sekolah/PKL).
3 Pengawasan Keamanan
Pangan Desa
a Sampling dan pengujian pre
dan post intervensi (Mobling)
BB/BPOM Pangan yang dijual/diproduksi
oleh komunitas desa yang telah
mengikuti bimtek
b Fasilitasi Keamanan Pangan
Komunitas Desa Dan Pelaku
Usaha Pangan Desa
- BB/BPOM
- KKPD yang sudah
dilatih
Sarana produksi/ritel yang
dimiliki oleh komunitas desa
yang telah mengikuti bimtek
4 Monitoring dan evaluasi
a -Survei/pengambilan data pre
dan post intervensi
-Pelaporan melalui GKPD
online
BB/BPOM KKPD dan komunitas desa
b Analisis dan evaluasi data Badan POM
5 Lomba Desa Pangan Aman
(memberikan apresiasi untuk
lembaga pemerintah desa
dalam mewujudkan pangan
aman)
Badan POM Diseleksi dari desa yang
direkomendasikan oleh
BB/BPOM
HASIL KEGIATAN
Sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2018, telah diintervensi 704 desa di 33 provinsi dan
menghasilkan 7.690 Kader Keamanan Pangan Desa yang terdiri dari:
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
16
Ibu PKK/Ibu RT : 2.723 orang
Guru : 2.338 orang
Pramuka : 77 orang
Karang taruna : 2.552 orang
Sehingga jumlah komunitas yang sudah diintervensi sebanyak 40.608 orang.
Rincian hasil kegiatan per tahapan sebagai berikut:
1) Advokasi Kelembagaan Desa
Advokasi kelembagaan desa telah dilaksanakan di 33 provinsi pada Triwulan ke-1. Peserta
pada kegiatan ini antara lain: stakeholder tingkat provinsi atau kabupaten/kota diantaranya
BAPPEDA, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan serta dinas terkait lainnya yang ada di tingkat provinsi atau kabupaten/kota
serta Desa yang akan diintervensi keamanan pangan. Desa-desa yang akan diintervensi
keamanan pangan terdapat pada Tabel 10.
Tabel 10. Desa yang akan diintervensi keamanan pangan Tahun 2018
No Provinsi Kabupaten/Kota Nama Desa
1 BANDA ACEH Kota Langsa 1. Desa Karang Anyar
2. Desa Kuala
3. Desa Simpang Lhee
2 BANDAR
LAMPUNG
Kab. Tanggamus
1. Desa Bangun Rejo
2. Desa Gisting Bawah
3. Desa Naningan
3 JAWA BARAT Kab. Subang 1. Desa Pagaden
2. Desa Pasirbungur
3. Desa Cicadas
4. Desa Gandasoli
5. Desa Patimban
4 KALIMANTAN
SELATAN
Kab. Hulu Sungai
Selatan
1. Desa Kapuh
2. Desa Wasah Hilir
3. Desa Telaga Bidadari
5 BALI
(DENPASAR)
Kab. Bangli 1. Desa Sulahan, Kec. Susut
2. Desa Landih, Kec. Bangli
3. Kel. Kubu, Kec. Bangli
6 PAPUA Nabire
1. Kelurahan oyehe
2.kelurahan kalibobo
3. Kampung kalisemen
7 SULAWESI
SELATAN
1. Kota Makassar 1. Kelurahan Biring Romang
2. Kab. Tana Toraja 2. Kelurahan Sarira
3. Kab. Toraja Utara 3. Lembang Tallulolo
8 SULAWESI
BARAT
Kab. Mamuju Tengah 1. Desa Polocamba
2. Desa Kabubu
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
17
No Provinsi Kabupaten/Kota Nama Desa
9 SULAWESI
UTARA
Kab. Minahasa
Tenggara
1. Desa Wongkai
2. Desa Belang
3. Kelurahan Lowu Satu
10 NUSA
TENGGARA
BARAT
Kab. Sumbawa Barat 1. Desa Seteluk Tengah,
2. Desa Desa Labuhan Kertasari
3.Desa Maluk
11 SUMATERA
UTARA
Kab. Karo 1. Desa Sempajaya
2. Desa Tigapanah
3. Kelurahan Padang Mas
12 SUMATERA
BARAT
1. Kab. Dharmasraya 1. Desa Sitiung
2. Kab. Sijunjung 2. Desa Nagari Palangki
3. Kota Payakumbuh 3. Kel. Payo Lansek
13 RIAU Kab. Rokan Hulu 1. Desa Bangun Jaya
2. Desa Rambah Jaya
3. Desa Bukit Intan Makmur
14 KALIMANTAN
BARAT
Kab. Sambas
1. Desa Penjajap
2. Desa Kuala
3. Desa Tebas Kuala
15 KALIMANTAN
TIMUR
Kota Tarakan 1. Kelurahan Sebengkok
2. Karang Anyar Pantai
3. Kampung Empat
16 JAWA
TENGAH
Kab. Karanganyar 1.Desa Kemuning
2. Desa Karanglo
3. Desa Ngunut
4. Desa Mudal
5. Desa Kemasan
17 JAWA TIMUR Kab. Tulungagung 1. Desa Sambi Jajar
2. Kel. Sembung
3. Desa Serut
4. Desa Karangsono
5. Desa Suko
18 DI.
YOGYAKARTA
1. Kab. Bantul 1. Desa Ngestiharjo
2. Kab. Gunungkidul 1. Desa Pilangrejo
2. Desa Sawahan
19 MALUKU Kota Tual 1. Desa Tual
2. Desa Fiditan
3. Desa Dulla Darat
20 KEPULAUAN
RIAU
Kab. Karimun 1. Desa Teluk Radang
2. Desa Sei Sabesi
3. Desa Sawang Laut
21 BENGKULU Kab. Mukomuko 1. Desa Penarik,
2. Desa Marga Mulya Sakti
3. Desa Tirta Makmur,
22 GORONTALO 1. Kota Barat 1. Desa Dembe I
2. Kota Tengah 2. Desa Liluwo
3. Kota Timur 3. Desa Moodu
23 JAMBI 1. Kab. Tanjung
Jabung Timur
1. Parit Culum I
2. Kota Baru
3. Kampung Laut
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
18
No Provinsi Kabupaten/Kota Nama Desa
24 SULAWESI
TENGGARA
Kota Konawe Utara 1. Desa Andowia
2. Desa Lasolo
3. Desa Sawa
25 NUSA
TENGGARA
TIMUR
Kab. Sikka 1. Desa Watugong
2. Desa Nita
3. Kelurahan Kota Uneng
26 PAPUA BARAT 1. Kab. Manokwari 1. Kampung Aimasi
2. Kampung Sumber Boga SP 7
2. Kab. Raja Ampat 3. Kelurahan Waisai
27 KALIMANTAN
TENGAH
Kab. Kotawaringin
Barat
1. Desa Sungai Kapitan
2. Desa Kumpai Batu Atas
3. Desa Pangkalan Tiga
28 SULAWESI
TENGAH
Kab. Tojo Una-una 1. Desa Labuan
2. Desa Sumoli
3. Desa Tete B
29 KEPULAUAN
BANGKA
BELITUNG
Kab. Belitung 1. Desa Keciput
2. Desa Terong
3. Kel. Tanjung Pendam
30 BANTEN Kab. Pandeglang 1. Desa Cigandeng
2. Desa Kibuan
3. Desa Teluk
31 MALUKU
UTARA
Kota Tidore
Kepulauan
1. Desa Ampera
2. Desa Gosale
32 SUMATERA
SELATAN
Kab. Muara Enim 1. Desa Saka Jaya 2. Desa Tegal Rejo 3. Desa Ujan Mas Lama
33 DKI JAKARTA Kota Jakarta pusat 1. Kelurahan Cempaka Putih Timur
Kota Jakarta Selatan 2. Kelurahan Cipete Utara
Kota Jakarta Timur 3. Kelurahan Ciracas
Kota Jakarta Barat 4. Kel. Meruya Utara
Kota Jakarta Utara 5. Kelurahan Marunda
2) Pelatihan Kader Keamanan Pangan Desa (KKPD)
Pelatihan Kader Keamanan Pangan Desa (KKPD) dilaksanakan pada Triwulan II dan
Triwulan III di 33 provinsi (105 desa). Kader yang dilatih berasal dari masing-masing desa
yang diintervensi yang terdiri dari kelompok Ibu PKK, Guru, Pramuka, dan Karang Taruna.
Jumlah KKPD yang sudah dilatih dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
19
Tabel 11. Jumlah KKPD yang sudah dilatih
NO PROVINSI
Jumlah Kader Keamanan Pangan yang Dilatih
KARANG
TARUNA GURU PKK PRAMUKA
PEMUDA/
REMAJA
IBU RUMAH
TANGGA TOTAL
1 Aceh 15 15 15 0 0 0 45
2 Bali 20 8 17 0 0 0 45
3 Banten 8 5 32 0 0 0 45
4 Bengkulu 15 15 15 0 0 0 45
5
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
15 15 15 0 0 0 45
6 DKI Jakarta 25 24 26 0 0 0 75
7 Gorontalo 15 15 13 0 0 0 43
8 Jambi 15 10 12 5 0 3 45
9 Jawa Barat 24 24 24 0 0 0 72
10 Jawa Tengah 16 25 25 0 0 0 66
11 Jawa Timur 1 10 9 0 0 0 20
12 Kalimantan
Barat 15 15 15 0 0 0 45
13 Kalimantan
Selatan 15 15 15 0 0 0 45
14 Kalimantan
Tengah 13 12 15 0 0 0 40
15 Kalimantan
Timur 15 15 15 0 0 0 45
16 Kepulauan
Bangka Belitung 15 14 18 0 0 0 47
17 Kepulauan Riau 29 7 15 0 0 0 51
18 Lampung 24 12 12 0 0 0 48
19 Maluku 14 10 28 0 0 0 52
20 Maluku Utara 11 9 11 0 0 0 31
21 Nusa Tenggara
Barat 15 15 13 0 0 7 50
22 Nusa Tenggara
Timur 14 16 13 0 0 0 43
23 Papua 15 15 15 0 0 0 45
24 Papua Barat 15 15 15 0 0 0 45
25 Riau 18 15 13 0 0 0 46
26 Sulawesi Barat 10 9 8 0 0 2 29
27 Sulawesi
Selatan 8 6 8 2 2 7 33
28 Sulawesi
Tengah 15 15 15 0 0 0 45
29 Sulawesi
Tenggara 15 15 15 0 0 0 45
30 Sulawesi Utara 15 15 15 0 0 0 45
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
20
NO PROVINSI
Jumlah Kader Keamanan Pangan yang Dilatih
KARANG
TARUNA GURU PKK PRAMUKA
PEMUDA/
REMAJA
IBU RUMAH
TANGGA TOTAL
31 Sumatera Barat 15 15 15 0 0 0 45
32 Sumatera
Selatan 17 19 24 0 0 0 6
33 Sumatera Utara 15 15 15 0 0 0 45
507 460 531 7 2 19 1526
Pelatihan dilakukan melalui presentasi dan diskusi. Materi yang diberikan kepada KKPD
meliputi:
o Pedoman Pelaksanaan Gerakan Keamanan Pangan di Perdesaan
o Pengawasan Keamanan Pangan di Indonesia
o 5 kunci Keamanan Pangan Keluarga Anda
o 5 kunci Keamanan Pangan untuk anak Sekolah
o Mencegah dan Menatalaksana Keracunan dan Alergi Pangan
o Demo Rapid test kit
3) Bimtek Komunitas Desa dan Pelaku Usaha Pangan Desa
Bimtek kepada komunitas dilaksanakan pada Triwulan II dan Triwulan III di 32 provinsi (100
desa) serta Triwulan IV (Minggu ke-2 Bulan Oktober) di 1 provinsi (5 desa). Komunitas desa
yang dibimtek berasal dari masing-masing desa yang diintervensi yang terdiri dari kelompok
Komunitas desa (Ibu RT; Guru/Pramuka) dan pelaku usaha pangan desa (IRTP/KUB/KUBE;
Ritel pangan desa; Kantin SD/penjual Pangan Jajanan Anak Sekolah/Sentra kuliner/PKL).
Bimtek keamanan pangan kepada komunitas dilakukan oleh KKPD yang sudah dilatih.
Jumlah Komunitas Desa dan Pelaku Usaha Pangan Desa yang sudah dibimtek dapat dilihat
pada Tabel 8 berikut ini:
Tabel 12. Jumlah Komunitas Desa dan Pelaku Usaha Pangan Desa yang sudah dibimtek
No Provinsi
Jumlah Komunitas Desa yang Dibimtek
PEMUDA/
REMAJA IRTP PKL
RITEL
PANGAN
IBU RUMAH
TANGGA GURU PKK
KARANG
TARUNA TOTAL
1 Aceh 0 30 30 30 0 25 30 5 150
2 Bali 0 60 60 60 20 0 40 60 300
3 Banten 0 28 30 27 28 17 0 5 135
4 Bengkulu 0 28 30 29 0 15 30 15 147
5
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
0 30 30 30 15 30 15 0 150
6 DKI Jakarta 0 50 50 50 0 27 50 23 250
7 Gorontalo 0 22 34 32 34 27 0 0 149
8 Jambi 5 37 52 39 54 47 30 27 291
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
21
9 Jawa Barat 0 47 49 53 0 50 47 0 246
10 Jawa
Tengah 1 46 45 57 0 49 50 0 248
11 Kalimantan
Barat 0 30 30 30 0 30 30 0 150
12 Kalimantan
Selatan 0 32 17 41 0 29 31 0 150
13 Kalimantan
Tengah 0 26 30 30 27 30 0 0 143
14 Kalimantan
Timur 0 29 30 27 20 29 0 0 135
15
Kepulauan
Bangka
Belitung
0 32 55 57 0 51 60 0 255
16 Kepulauan
Riau 0 30 30 30 0 30 30 0 150
17 Lampung 0 60 51 60 0 60 60 9 300
18 Maluku 5 18 55 22 20 14 0 5 139
19 Maluku
Utara 0 19 15 0 31 14 0 21 100
20
Nusa
Tenggara
Barat
0 30 30 30 24 30 6 0 150
21
Nusa
Tenggara
Timur
0 31 28 31 30 32 0 0 152
22 Papua 0 19 19 21 0 30 26 1 116
23 Papua Barat 0 18 17 20 5 38 40 38 176
24 Riau 0 30 30 30 0 0 30 30 150
25 Sulawesi
Barat 0 4 13 15 35 18 15 0 100
26 Sulawesi
Selatan 0 27 25 30 15 11 15 18 141
27 Sulawesi
Tengah 0 34 30 30 21 30 8 0 153
28 Sulawesi
Tenggara 0 30 30 30 0 30 30 0 150
29 Sulawesi
Utara 0 30 27 29 0 9 31 24 150
30 Sumatera
Barat 0 20 30 15 0 15 30 12 122
31 Sumatera
Selatan 0 4 27 13 37 14 24 31 150
32 Sumatera
Utara 0 26 24 30 23 3 0 27 133
33 Jawa Timur 0 50 50 50 0 50 50 0 250
11 1007 1103 1078 439 884 808 351 5681
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
22
4) Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
Monitoring dan evaluasi yang dilakukan berupa pengambilan dan analisis data pre dan post
intervensi keamanan pangan terhadap kader keamanan pangan desa yang sudah dilatih dan
komunitas yang sudah mendapatkan bimbingan teknis keamanan pangan. Pengumpulan
data dilakukan melalui wawancara atau pengisian kuesioner terstruktur untuk mendapatkan
informasi tentang pengetahuan, sikap, dan prilaku terkait dengan keamanan pangan. Untuk
pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap komunias desa dilaksanakan 1 (satu) tahun
setelah intervensi.
Hasil monitoring dan evaluasi terhadap kader keamanan pangan desa dapat dilihat pada
Grafik 1 dan 2 berikut ini:
Grafik 1. Hasil monitoring dan evaluasi terhadap kader ibu PKK
71 69
8680
70
88
Pengetahuan Sikap Perilaku
KADER IBU PKK
Pre Intervensi Post Intervensi
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
23
Grafik 2. Hasil monitoring dan evaluasi terhadap kader Guru/Pramuka/Karang Taruna
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku kader keamanan
pangan desa kelompok Ibu-ibu PKK, guru, pramuka dan karang taruna terkait keamanan pangan
meningkat setelah dilakukan intervensi keamanan pangan.
Sedangkan hasil analisis data pre intervensi keamanan pangan terhadap komunitas sebagai berikut:
Grafik 3. Hasil analisis data pre intervensi keamanan pangan terhadap komunitas
69 66
85
7164
8474
62
8475
65
8074
58
72
Pengetahuan Sikap Prilaku
KOMUNITAS
Ibu Rumah Tangga Guru/Pramuka/Karang TarunaIRTP PKLRitel
70 69
8692
70
88
Pengetahuan Sikap Perilaku
Kader Guru/Pramuka/Karang Taruna
Pre Intervensi Post Intervensi
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
24
Berdasarkan grafik diatas, skor terendah pada komunitas desa adalah skor sikap komunitas
terhadap keamanan pangan yaitu dibawah 70. Dengan adanya intervensi keamanan pangan
diharapkan dapat meningkatkan sikap komunitas desa terhadap keamanan pangan. Data
post intervensi untuk komunitas akan diambil dan dievaluasi 1 tahun setelah dilakukan
intervensi yaitu tahun 2019.
B. PENGAWALAN DESA PANGAN AMAN
BPOM telah menginisisasi program-program keamanan pangan nasional untuk melakukan
intervensi keamanan pangan kepada masyarakat salah satunya Gerakan Keamanan Pangan
Desa (GKPD) yang dilaksanakan sejak tahun 2014. Agar dapat mewujudkan kemandirian
masyarakat desa dalam mengimplementasikan keamanan pangan didaerahnya dalam
cakupan yang lebih luas, kegiatan Desa Pangan Aman perlu dilakukan secara berkelanjutan.
Pada Tahun 2017 BPOM melakukan sinergisme kegiatan desa pangan aman dengan
Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal melalui pembentukan 2100 Desa
Pangan Aman di 10 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jawa Barat,
Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur. Sebagai tindak lanjut program tersebut pada
tahun 2018 BPOM melaksanakan pengawalan program desa pangan aman diantaranya
dalam bentuk penguatan kapasitas desa melalui workshop desa pangan aman dan advokasi
desa pangan aman, Pelatihan Kader Keamanan Pangan Desa, dan monitoring evaluasi.
Maksud dan tujuan dari Program Desa Pangan Aman yang bersinergi ini di antaranya adalah:
1. Mewujudkan keamanan pangan di desa, masyarakat, dan keluarga.
2. Meningkatkan komitmen desa/kelurahan akan program keamanan pangan.
3. Mengurangi biaya penanganan kasus keracunan pangan.
4. Meningkatkan komunikasi resiko dengan komunitas desa/kelurahan.
5. Mencerdaskan kehidupan dan meningkatkan daya saing bangsa melalui peningkatan
keamanan dan mutu produk pangan yang dihasilkan di desa.
6. Menjadi model kegiatan permberdayaan keamanan pangan yang sesuai dengan kearifan
lokal daerah.
7. Mengembangkan produk pangan unggulan desa dengan tingkat keamanan yang baik
sehingga memiliki daya saing perekonomian dan perdagangan yang kuat, Nusa Tenggara
Barat, dan Bali.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
25
Untuk mencapai tujuan tersebut, tahapan kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
Tabel 13. Tahapan Kegiatan Pengawalan Desa Pangan Aman
No Kegiatan Pelaksana Peserta
1 Perkuatan Kapasitas Desa
a Workshop Keamanan
Pangan
- Badan POM
- BBPOM dan Dinas Pemberdayaan
Masyarakat Desa dari Provinsi Aceh,
Sumatera Barat, Sumatera Utara,
Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah,
Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, dan Bali
- Kementerian Dalam Negeri
- Kementerian Desa dan PDTT
- Poltekkes Jakarta, Bandung, Banten
b Advokasi Desa Pangan
Aman
- BPOM
- BB/BPOM
(Narasumber)
- Kementerian Desa
dan PDTT
(Narasumber)
- Dinas
Pemberdayaan
Masyarakat Desa
Provinsi
(Narasumber)
- Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Provinsi
- Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro
Kecil Dan Menengah Provinsi
- Dinas Pangan /Ketahanan Pangan
Provinsi dan Kabupaten
- Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten terkait
- Dinas Pemberdayaan Masyarakat
Desa Provinsi dan Kabupaten terkait
- Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan
- Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan
dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Provinsi
- Tenaga Ahli Bidang Pemberdayaan
Masyarakat Desa Provinsi dan
Kebupaten terkait
- Tenaga Ahli Bidang Pelayanan Sosial
Dasar Provinsi dan Kabupaten terkait
- Kepala Desa
2 Pelatihan Kader Keamanan
Pangan Desa
- BPOM
- BB/BPOM
(Narasumber)
- Dinas
Pemberdayaan
Masyarakat Desa
Provinsi
(Narasumber)
- Pendamping Lokal Desa
- Pendamping Desa Tingkat
Kecamatan
- Tenaga Ahli Kabupaten Bidang
Pelayanan Sosial Dasar dan
Pemberdayaan Masyarakat
Kementerian Desa dan PDTT
3 Monitoring dan evaluasi - BPOM - Pendamping Lokal Des
- Kepala Desa
- Komunitas Desa
Jumlah desa yang sudah diitervensi dan yang menjadi target pengawalan desa pangan aman
adalah 2.094 desa. Rincian hasil kegiatan dan capaian target tersebut sebagai berikut:
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
26
1. Perkuatan Kapasitas Desa
Tujuan dari kegiatan penguatan kapasitas desa berupa workshop desa pangan aman dan
advokasi pembentukan Desa Pangan Aman adalah:
a. Membangun sinergitas antar stakeholder untuk mengimplementasikan program
pembentukan desa pangan aman pada tahun 2018
b. Menjalin kemitraan dengan lintas sektor/stakeholder di daerah
c. Menggali informasi program/kegiatan yang ada di stakeholder/lintas sektor yang
dapat diintegrasikan dengan program desa pangan aman
d. Monitoring dan evaluasi program desa pangan aman tahun 2017
Ruang lingkup kegiatan yang dilakukan yaitu sebagai berikut:
1) Workshop Desa Pangan Aman
Pertemuan koordinasi dilaksanakan melalui workshop keamanan pangan yang
dilaksanakan di Hotel Grand Mercure Kemayoran, Jakarta pada tanggal 9 Agustus
2018. Peserta pertemuan yang berasal dari daerah berjumlah 20 orang, yang
merupakan perwakilan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Balai Besar/
Balai POM yang menangani Program Desa Pangan Aman dari 10 Provinsi yaitu, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Banten, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Bali. Peserta pusat terdiri dari
perwakilan dari Direktorat di Kedeputian Bidang Pengawasan Pangan Olahan,
perwakilan dari Kementerian Dalam Negeri dan perwakilan dari Direktorat Jenderal
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Pertemuan ini diawali dengan pembukaan oleh Plt. Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan yang menyampaikan kegiatan Gerakan Keamanan Pangan Desa yang
merupakan salah satu kegiatan penguatan preventif promotif “Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat” dalam program Prioritas Nasional Pembangunan Manusia melalui
pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar. Kegiatan ini telah
diinisiasi Badan POM sejak tahun 2015. Kepala Badan POM telah menandatangani
MoU dengan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
pada tahun 2017. Salah satu tindak lanjut dari MoU ini adalah masuknya kegiatan
keamanan pangan dalam prioritas penggunaan dana desa tahun 2018.
Agenda selanjutnya adalah diskusi panel yang dibagi menjadi 2 (dua) sesi. Pada sesi
pertama, presentasi dari Drh. A.A. Nyoman Merta Negara selaku Kasubdit Peningkatan
Peran Pemda. Beliau menyampaikan tentang kebijakan desa pangan aman.
Presentasi materi ini dilakukan secara panel dengan Ruki Fanaike, STP selaku Kepala
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
27
Seksi Advokasi Pemda yang menyampaikan lebih teknis mengenai pengawalan 2100
desa pangan aman tahun 2018 dan Pembentukan desa pangan aman tahun 2019.
Pada sesi diskusi ini, banyak dibahas mengenai pelaksanaan teknis kegiatan
pengawalan dan pembentukan desa pangan aman tahun 2018-2019. Selain itu juga
ada masukan untuk melibatkan Dinas Pangan sebagai salah satu fasilitator kegiatan
ini, oleh karena itu Badan POM bisa melakukan audiensi atau koordinasi dengan
Kementerian Pertanian.
Sesi kedua dimulai setelah istirahat makan siang yang diawali dengan presentasi Dra.
Dyah Sulistyorini, Apt, M.Sc selaku Kasubdit Pemberdayaan Pelaku Usaha
menyampaikan materi tentang “Evaluasi Desa Pangan Aman”. Beliau menyampaikan
beberapa kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan desa pangan aman
tahun 2017. Selanjutnya Weldon JM, SSTP, MPA selaku Kepala Seksi Pendampingan
dan Kaderisasi Masyarakat Desa, Direktorat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian Desa dan PDTT menyampaikan
materi tentang “Peran Pemda dalam rangka Percepatan Pembentukan Desa Pangan
Aman dan Peran Pendampingan Desa dan Dana Desa dalam Keamanan Pangan”.
Beliau lebih menegaskan tugas dan fungsi Pemerintah Daerah terutama dalam hal
keamanan pangan dan juga prosedur mengawal dana desa untuk dapat dialokasi
sesuai kegiatan yang diminta dari pusat. Beberapa masukan pada sesi diskusi ini lebih
fokus pada koordinasi lintas sektor di daerah supaya lebih ditingkatkan melihat hasil
evaluasi kegiatan tahun lalu yang belum semua daerah mencapai target. Selain itu,
perlu lebih dikuatkan lagi strategi audiensi dan advokasi kepada Pemerintah Daerah
supaya dapat dibuat Perda/Pergub/Perwali supaya ada payung hukum yang jelas
tentang keamanan pangan di desa (lebih dihidupkan kembali JKPD nya).
KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT
a) Pelaksanaan advokasi desa pangan aman membutuhkan koordinasi yang optimal
antara Badan POM dan Dinas PMD terkait pengerahan Kepala Desa untuk hadir.
Dinas PMD diharapkan dapat membantu untuk menyiapkan surat undangan untuk
acara tersebut.
b) Koordinasi antara Badan POM dengan Kemendesa perlu diperkuat sehingga
dalam setiap advokasi yang melibatkan kepala desa, terdapat perwakilan dari
Kemendesa untuk mendukung dan memfasilitasi komunikasi.
c) Kegiatan keamanan pangan tercantum dalam Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
28
tahun 2017 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018.
Kegiatan keamanan pangan berupa:
- Pelatihan kader desa untuk pangan yang sehat dan aman
- Pelatihan pangan yang sehat dan aman
- Pengadaan reagen rapid test kit untuk menguji sampel-sampel makanan
- Pemantauan pertumbuhan dan penyediaan makanan sehat untuk
peningkatan gizi bagi balita dan anak sekolah
d) Kemendesa memastikan Kegiatan keamanan pangan tercantum dalam Peraturan
Menteri Desa Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa setiap
tahunnya.
e) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi ini
menjadi payung hukum bagi desa untuk melaksanakan kegiatan keamanan
pangan, namun beberapa desa membutuhkan payung hukum dari pemerintah
daerah. Oleh karena itu Pemerintah Daerah perlu membuat aturan turunan yang
dapat memperkuat Desa dalam menganggarkan kegiatan keamanan pangan
masuk dalam kegiatan GERMAS (Inpres No.1 Tahun 2017).
f) Dinas PMD Provinsi dan Kab/ Kota diharapkan dapat memberikan data dan
mengundang pendamping desa yang akan dilatih menjadi kader keamanan
pangan.
g) Badan POM akan membuat pedoman detail tentang penggunaan materi
keamanan pangan yang akan digunakan oleh pendamping desa yang telah dilatih
untuk bimtek komunitas desa.
h) Dinas PMD dan camat perlu membuat surat pengantar/rekomendasi pelaksanaan
kegiatan bimtek kepada komunitas desa sehingga kepala desa dapat memfasilitasi
kegiatan tersebut.
2) Advokasi Desa Pangan Aman
Peserta pada pertemuan ini yaitu stakeholder tingkat provinsi, yang terdiri dari
BAPPEDA, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, Dinas
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, POLTEKKES serta stakeholder tingkat
kabupaten/kota yang terdiri dari Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan dan Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Desa serta Kepala Desa. Narasumber pertemuan ini
berasal dari Badan POM, BB/BPOM, Kementerian Desa dan PDTT, serta Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi. Pelaksanaan Advokasi Desa Pangan
Aman dapat dilihat pada Tabel 14.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
29
Tabel 14. Pelaksanaan Advokasi Desa Pangan Aman
Provinsi
Pelaksanaan Tempat/Tanggal Pelaksanaan
Jumlah Desa Peserta
Undangan (Desa)
Sumatera Barat
28 Agustus 2018/ Kota Padang 119
Jawa Barat 7 September 2018/ Kota Bekasi 225
Jawa Timur 20 September 2018/ Kota
Surabaya
232
Pertemuan Advokasi Desa Pangan Aman dilaksanakan melalui metode presentasi dan
diskusi. Adapun materi presentasi yang disampaikan adalah:
a) Pemaparan Program 2100 Desa Pangan Aman oleh Badan POM
b) Hasil pengawasan keamanan pangan dan pelaksanaan kegiatan Desa Pangan
Aman di Provinsi oleh BB/BPOM
c) Sinergisme program pendamping desa dengan Desa Pangan Aman oleh
Kementerian Desa dan PDTT
d) Peran pendamping desa dan penggunaan dana desa dalam keamanan pangan
oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi
Hal-hal yang menjadi perhatian yaitu:
a) Diperlukan penguatan koordinasi terutama di tingkat daerah antara BB/BPOM
dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi dan Kabupaten
terkait dalam keberlanjutan program desa pangan aman.
b) Diperlukan payung hukum dalam bentuk peraturan gubernur dan turunannya dalam
penganggaran dana desa untuk kegiatan desa pangan aman.
c) Diperlukan surat edaran dari Kementerian Desa dan PDTT untuk menginstruksikan
pendamping desa yang sudah mengikuti bimbingan teknis keamanan pangan
dapat melaksanakan sosialisasi keamanan pangan ke komunitas desa.
d) Diperlukan monitoring dan evaluasi oleh semua pihak untuk keberlanjutan program
keamanan pangan secara mandiri oleh desa yang sudah diintervensi.
2. Peningkatan Kompetensi Keamanan Pangan
Tujuan diselenggarakannya kegiatan bimbingan teknis pendamping desa adalah untuk
meningkatkan kompetensi para pendamping desa tentang keamanan pangan supaya
dapat melakukan sosialisasi keamanan pangan kepada komunitas desa yang menjadi
dampingannya sehingga mendukung berkembangnya kesadaran keamanan pangan
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
30
desa secara berkelanjutan. Pelaksanaan bimtek pendamping desa dapat dilihat pada
Tabel 8. berikut ini:
Tabel 15. Pelaksanaan Bimtek Pendamping Desa
Tempat
Pelaksanaan
Tanggal
Pelaksanaan
Jumlah
Peserta
Diundang
Jumlah
Peserta
Hadir
Prosentase
Bali 8 Oktober 2018 133 127
95%
Nusa Tenggara
Barat
18 Oktober
2018
99 93 94 %
Aceh
1 November
2018
107
106
99%
TOTAL 339 326
Pertemuan Bimtek Desa Pangan Aman dilaksanakan melalui metode presentasi dan
diskusi. Adapun materi presentasi yang disampaikan adalah :
- Desa Pangan Aman oleh Badan POM
- Keamanan Pangan oleh Badan POM
- 5 Kunci Keamanan Pangan pada Ritel Pangan oleh Badan POM
- 5 Kunci Keamanan Pangan Keluarga oleh Badan POM
- 5 Kunci Keamanan Pangan Komunitas Sekolah oleh Badan POM
- Akses Informasi KP, review Produk Informasi Keamanan Pangan oleh Badan POM
- Peran Pendamping Desa dalam Program Desa Pangan Aman oleh Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi
Rencana Tindak Lanjut dari kegiatan Bimbingan Teknis Kader Keamanan Pangan:
a) Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi dan/ Kabupaten yang terlibat dalam
kegiatan ini diharapkan :
- Mengorganisir dan Mengarahkan Tenaga Ahli (TA), Pendamping Desa (PD),
Pendamping Lokal Desa (PLD) dalam kegiatan sosialisasi keamanan pangan
kepada Komunitas Desa dan pelaporannya.
- Mengintegrasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan kegiatan
keamanan pangan desa (Badan POM dapat ikut serta dilibatkan menjadi
Narasumber keamanan pangan pada pertemuan Pendamping Lokal Desa/
Pendamping Desa).
- Pengawalan kegiatan pangan aman masuk dalam anggaran dana desa
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
31
b) Pendamping Lokal Desa / Pendamping Desa
Pendamping Lokal Desa/ Pendamping Desa yang telah mengikuti kegiatan Bimtek
diharapkan untuk:
- Menyampaikan produk informasi keamanan pangan yaitu berupa 1 buah
flipchart, 5 poster dan 5 leaflet kepada kepala desa
- Mensosialisasikan materi keamanan pangan kepada komunitas desa dan
melaporkan kegiatan sosialisasi kepada Badan POM, yang selanjutnya Badan
POM akan melaporkan kepada Kementerian Desa dan PDTT
- Pengawalan kegiatan pangan aman masuk dalam anggaran dana desa
3. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan Monitoring dan evalusi (Monev) Desa Pangan Aman dilaksanakan melalui
pengambilan data kuesioner kepada kepala desa, Pendamping Lokal Desa (PLD) dan
Komunitas desa yang telah mendapat sosialisasi keamanan pangan dari PLD di 3 wilayah.
Pelaksanaan Monitoring Evaluasi dilaksanakan di Provinsi Aceh, Bali, Nusa Tenggara
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara. Pelaksana survei adalah enumerator
yang berasal dari Universitas Indonesia.
C. KOORDINASI LINTAS SEKTOR
Jejaring Keamanan Pangan Daerah (JKPD)
Di pasar domestik, masih banyak pangan beredar yang ditemukan mengandung cemaran
biologi, fisik, maupun kimia, termasuk di dalamnya permasalahan produk Industri Rumah
Tangga Pangan (IRTP). Hasil pengawasan produk IRTP oleh Badan POM selama 2 tahun
berturut-turut (2015-2016) yaitu 73,3% MS, 26,7% TMS; 71,6% MS, 28,4% TMS. Hasil
pengawasan ini harus ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah.
Terkait dengan permasalahan keamanan pangan diatas, kerjasama, koordinasi, capacity
building dan sistem pertukaran informasi antar otoritas kompeten keamanan pangan secara
cepat, efektif, dan efisien, di pusat maupun daerah sangat perlu ditingkatkan untuk
meminimalkan permasalahan keamanan pangan. BPOM beserta seluruh BB/BPOM
merupakan instansi penggerak bagi pembentukan dan pengembangan jejaring keamanan
pangan lintas sektor dari pusat hingga di tingkat pemerintah daerah. Namun demikian, Badan
Pemeriksa Keuangan menyatakan bahwa BPOM perlu meningkatkan upaya pengembangan
jejaring lintas sektor di tingkat provinsi dan kab/kota.
Jejaring Keamanan Pangan Daerah yang selanjutnya disebut JKPD diharapkan dapat menjadi
forum komunikasi yang hidup di antara anggota JKPD dan pemangku kepentingan lainnya
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
32
dalam berbagi informasi dan bertukar ide mengenai program serta sumberdaya kegiatan
terkait keamanan pangan di daerahnya. Oleh karena itu, perlunya komitmen, sinergisme dan
keterpaduan program kegiatan keamanan pangan untuk meningkatkan koordinasi lintas sektor
di daerah dalam rangka mendukung Jejaring Keamanan Pangan Nasional.
Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan koordinasi lintas sektor
dalam program keamanan pangan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dalam bentuk
Jejaring Keamanan Pangan Daerah (JKPD). Materi yang disampaikan dan dibahas dalam
pertemuan advokasi JKPD ini meliputi:
- Kebijakan Keamanan Pangan di Indonesia
- Peran Pemerintah Daerah dalam Pengawasan dan Pembinaan SPP-IRT
- Pengawasan Pangan Terpadu di Daerah
- Perkembangan Jejaring Keamanan Pangan di Provinsi
Pelaksanaan advokasi JKPD tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini:
Tabel 12. Pelaksanaan Pertemuan dalam rangka JKPD
Tempat Pelaksanaan
Tanggal Pelaksanaan
Jumlah Peserta
Lintas Sektor yang Hadir
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Palangkaraya 4 September 2018
37 orang Kerjasama dan koordinasi lintas sektor terkait di provinsi Kalimantan Tengah telah berjalan dengan baik terlihat dari banyaknya kerjasama (MoU) antara Balai POM dengan pemerintah daerah dan tim koordinasi yang terbentuk. Dalam rangka optimalisasi koordinasi tersebut perlu dibentuk Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah, baik tingkat provinsi maupun tingkat Kab/Kota
Pekanbaru 16 Oktober 2018
39 orang Sesuai arahan bapak Sekda dan Kepala BBPOM di Pekanbaru perlu revitalisasi jejaring keamanan pangan yang sudah dibentuk sejak tahun 2012, sehingga melalui kegiatan ini Diskominfo dapat dilibatkan menjadi bagian dalam JKPD
Ada pertemuan rutin yang berkala (misalnya: pertriwulan) untuk duduk bersama membahas permasalahan Keamanan Pangan di Provinsi Riau
Palembang 23 Nopember 2018
34 orang Sumatera Selatan telah dibentuk Tim JKPD melalui SK Gubernur tanggal 31 Januari 2017. Tim JKPD tersebut diharapkan melakukan koordinasi untuk peningkatan pengawasan keamanan pangan
Akan ada pertemuan rutin yang berkala (misalnya: pertriwulan) untuk duduk bersama membahas permasalahan
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
33
Tempat Pelaksanaan
Tanggal Pelaksanaan
Jumlah Peserta
Lintas Sektor yang Hadir
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Keamanan Pangan di Provinsi Sumatera Selatan
BBPOM di Palembang telah menandatangani MoU dengan 17 Bupati/Walikota di Sumatera Selatan pada tanggal 15 Januari 2018 tentang Efektifitas Pengawasan Obat dan Makanan
Untuk menindaklanjuti MoU tersebut, perlu dibentuk Tim JKPD dimasing-masing Kab/Kota yang ada di Prov. Sumatera Selatan untuk mengintensifkan pengawasan pangan. Tim JKPD di Kab/Kota dapat dibentuk melalui keputusan Bupati/Walikota
Kendari 6 Desember 2018
40 orang Di Sulawesi Tenggara telah dibentuk tim SKPT dan legalisasi tim SKPT dalam bentuk peraturan daerah beserta kejelasan tugas dan wewenang masing-masing yaitu SK Gubernur Nomor 455 Tahun 2018 tentang Pembentukan Kelompok Kerja dan Sekretariat Kelompok Kerja Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan
Tindak lanjut Permendagri No.41 Tahun 2018 tentang Peningkatan Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan di Daerah dalam bentuk pendanaan koordinasi pembinaan dan pengawasan obat dan makanan melalui legal aspek SK Bupati Buton Tengah Nomor 341a Tahun 2018 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pengawasan Obat dan Makanan Kabupaten Buton Tengah
Tim Koordinasi Kab/Kota yang sudah terbentuk adalah: Buteng, Butsel, Baubau, Konut (JKPD), yang lain menyusul paling lambat tanggal 10 Januari 2019
Kab/Kota yang sudah menganggarkan pengawasan Obat dan Makanan pada DPA Tahun anggaran 2019, adalah: - Konsel: Dinas Kesehatan, Perindag,
Dinas Koperasi - Baubau: Dinas Kesehatan, Ketahanan
Pangan, - Kolaka: Dinas Kesehatan - Buteng: Dinas Kesehatan. Disperindag - Konut: dalam proses - Bombana: Dinas Kesehatan - Koltim: Dinas Kesehatan - Kolut: Dinas Kesehatan, - Buton: Dinas Kesehatan, Ketahanan
Pangan (dalam proses) - Busel: Dinas Kesehatan
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
34
Tempat Pelaksanaan
Tanggal Pelaksanaan
Jumlah Peserta
Lintas Sektor yang Hadir
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
- Butur: Dinas Kesehatan, Ketahanan Pangan
- Muna: Dinas Ketahanan Pangan (Was Pangan segar)
- Muna Barat: Dinas Kesehatan - Kendari: Dinkes, Ketahanan Pangan,
Disperindag - Wakatobi: Dinas Kesehatan - Konkep: Dinas Kesehatan - Konawe: Dinas Ketahanan Pangan,
Dinas Kesehatan
Tindak lanjut Instruksi kepada Bupati/ Walikota terkait pengawasan pangan dalam Inpres No 3/2017 yang sudah dilaksanakan adalah meningkatkan koordinasi pengawasan, melalui pengawasan bersama dengan tim jejaring terutama menjelang hari raya dan pemusnahan oleh jejaring terhadap produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan
Tindak lanjut Instruksi kepada Gubernur terkait pengawasan pangan dalam Inpres No 3/2017 yang sudah dilaksanakan yaitu: - Pengawasan bersama dengan tim
jejaring terutama menjelang hari raya - Pemusnahan oleh jejaring terhadap
produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan
- Dalam rangka sinergi bersama BPOM, Kab. Konawe akan melakukan uji terhadap 12 komoditi pangan segar yang akan di laboratorium BPOM menggunakan GC-MS pada tahun 2019, untuk sharing/penghematan anggaran mengingat belum ada laboratorium di Sulawesi Tenggara yang bisa menguji
D. KABUPATEN/ KOTA YANG SUDAH MENERAPKAN PERATURAN KEPALA BADAN POM
TENTANG SPPIRT
Peraturan Pemerintah (PP) No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan
dalam Pasal 43 menyatakan bahwa pangan olahan yang diproduksi oleh industri rumah
tangga wajib memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga yang diterbitkan oleh
Bupati/Walikota. Sehubungan dengan hal tersebut, Badan POM telah menetapkan pedoman
penerbitan SPP-IRT dalam bentuk Peraturan Kepala Badan terkait SPP-IRT. Peraturan
tersebut yaitu:
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
35
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga; untuk peraturan ini telah direvisi pada tahun 2018
menjadi Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2018;
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk
Industri Rumah Tangga;
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga.
Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai output tersebut adalah sebagai berikut:
1. Asistensi Regulasi ke Pemerintah Daerah
Hingga saat ini, sudah ribuan industri skala rumah tangga bahkan skala menengah ke
atas terdaftar sebagai IRTP dengan nomor pendaftaran P-IRT (Pangan-Industri Rumah
Tangga). Namun, banyak nomor P-IRT yang diterbitkan tidak sesuai alur yang telah
ditetapkan yaitu produsen mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan dengan nilai minimal
60, sarana produksi pangan diperiksa dengan hasil pemeriksaan tergolong level I dan II
serta jenis pangan yang didaftarkan sesuai dengan yang tercantum dalam lampiran
peraturan. Masih banyak permasalahan terkait tertib administrasi dan masalah keamanan
pangan lainnya pada produk IRTP di lapangan.
Tahun 2018, telah dilakukan sosialisasi mengenai tata cara pendaftaran PIRT beserta
Peraturan yang mengaturnya ke Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP) di 8 provinsi yaitu Bangka Belitung, Papua Barat, NTT dan NTB, Maluku
Utara, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur. Setelah sosialisasi dilanjutkan
dengan kegiatan Kajian Implementasi Peraturan tentang SPP-IRT yang dilakukan di 46
Kabupaten/ Kota. Sebagai responden adalah Pimpinan (Kabid/Kasie); satu petugas
PKP/petugas yang melaksanakan SPP-IRT; dan satu petugas DFI/petugas yang
melaksanakan pemeriksaan sarana dalam rangka SPP-IRT dari setiap Dinkes
Kabupaten/Kota. Hasil kajian terhadap 6 indikator kriteria utama (KU) bagi implementasi
SPP-IRT di tingkat Dinkes Kabupaten/Kota menunjukkan bahwa 33% Kabupaten/Kota
dari 46 Dinkes Kabupaten/Kota yang disurvei pada tahun 2018 telah menerapkan
pemberian SPP-IRT sesuai ketentuan.
Pencapaian target pada sasaran kegiatan ini diperoleh melalui beberapa strategi yaitu:
a. Asistensi Regulasi ke Pemerintah Daerah sebagai upaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman para pemangku kepentingan khususnya petugas
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
36
Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dan District Food Inspector (DFI) di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota terkait peraturan Badan POM mengenai SPP-IRT
sekaligus berdiskusi dan berbagi pengalaman terkait implementasi peraturan tersebut
di lapangan.
b. Sosialisasi aplikasi pelaporan SPP-IRT yang telah dikembangkan oleh Badan POM
untuk memudahkan Dinas Kesehatan melakukan pelaporan terkait pemberian SPP-
IRT.
c. Peningkatan Kompetensi Tenaga PKP/DFI melalui Bimtek PKP dan DFI yang
dilaksanakan di Pusat maupun berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah sebagai
penyelenggara.
d. Berkoordinasi dengan Kementerian Perekonomian dan BKPM-PTSP Pusat terkait
Perijinan SPP-IRT yang akan dilaksanakan terintegrasi dengan Sistem Online Single
Submission (OSS).
2. Kajian Implementasi Peraturan Kepala Badan POM tentang SPP-IRT
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha (PMPU) pada tahun 2018 telah
melakukan kajian terhadap implementasi persyaratan IRTP tersebut, baik pada pihak
Pemda Kabupaten/Kota cq. Dinkes Kabupaten/Kota maupun pihak IRTP sebagai
pelaksana. Kajian ini juga bermaksud mencari potensi dan faktor penyebab tidak
terpenuhinya persyaratan IRTP sesuai pedoman yang dikeluarkan oleh Badan POM.
Kegiatan kajian implementasi SPP-IRT ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui kesesuaian Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dalam penerbitan SPP-
IRT sesuai Pedoman SPP-IRT sesuai dengan Pedoman SPP-IRT yang telah
dikeluarkan BPOM tahun 2012.
b. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penerbitan SPP-IRT
Output kajian implementasi SPP-IRT ini adalah 28% Kabupaten/Kota yang diintervensi
asistensi regulasi dan disurvei mengenai implementasi SPP-IRT telah menerapkan SPP-
IRT sesuai dengan Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2018 mengenai Pedoman
Penerbitan SPP-IRT.
Kegiatan kajian ini dilakukan melalui survei terhadap Dinkes Kabupaten/Kota dipilih
secara terencana (purposing sample) pada daerah yang telah diintervensi asistensi
regulasi SPP-IRT di tahun 2018. Daerah target kajian yaitu pada 8 Provinsi (Jawa Barat,
Pangkal Pinang, Maluku Utara, Papua Barat, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Nusa
Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat) sebanyak 46 Kabupaten/ Kota. Dinkes
Kabupaten yang disurvei sebanyak 33 Kabupaten, dan Dinkes Kota sebanyak 13 Kota.
Sebagai responden adalah Pimpinan (Kabid/Kasie); satu petugas PKP/petugas yang
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
37
melaksanakan SPP-IRT; dan satu petugas DFI/petugas yang melaksanakan pemeriksaan
sarana dalam rangka SPP-IRT dari setiap Dinkes Kabupaten/Kota.
Analisis didasarkan pada enam indikator utama, yaitu: 1)jenis pangan yang diizinkan
untuk memperoleh SPP-IRT sesuai standar (16 kategori), 2)sebelum diterbitkan SPP-IRT
selalu diselenggarakan PKP, 3)sertifikat penyuluhan diberikan sesuai standar (nilai
minimal 60 dan nomor standar), 4)sarana produksi IRTP diperiksa sesuai standar
sebelum memberikan SPP-IRT, 5)IRTP mendapat sertifikat SPP-IRT jika hasil
pemeriksaan B-C atau I-II, 6)satu nomor SPP-IRT hanya diterbitkan untuk satu jenis
pangan dan satu jenis kemasan. Selain indikator utama, terdapat juga tujuh indicator
tambahan yaitu: 1)semua materi utama PKP diberikan, 2)semua petugas DFI memiliki
sertifikat, 3)penerimaan permohonan SPP-IRT sesuai standar (form sesuai 2012 dan
semua isinya diperiksa), 4)monitoring SPP-IRT sesuai standar, 5)ada laporan
penyelenggaraan penyuluhan PKP, 6)penomoran SPP-IRT sesuai standar (15 digit dan
paham), 7)semua petugas PKP memiliki sertifikat. Suatu indikator capaian dinyatakan
tercapai (baik) bila nilai yang dicapai lebih besar atau sama dengan 70 (≥70%).
Penggolongan Dinkes dalam pelaksanaan SPP-IRT didasarkan pada penilaian 6 kriteria
utama (KU) dan memenuhi minimal 5 kriteria tambahan. Berdasarkan hasil penilaian,
maka diperoleh Kab/Kota yang telah menerapkan SPP-IRT dengan baik, yaitu dapat
dilihat pada Tabel 13 berikut ini:
Tabel 13. Kab/Kota yang telah menerapkan SPP-IRT dengan baik
No. Kabupaten/Kota
Nilai Kriteria Utama
Nilai Kriteria Tambahan
Kategori
1 Kab. Kuningan 6 5 Hijau
2 Kota Cirebon 6 5 Hijau
3 Kab. Ciamis 6 7 Hijau
4 Kota Balikpapan 6 5 Hijau
5 Kota Samarinda 6 5 Hijau
6 Kab. Bontang 6 6 Hijau
7 Kab. Kutai Barat 6 6 Hijau
8 Kota Tarakan 6 7 Hijau
9 Kab. Malinau 6 5 Hijau
10 Kab. Paser 6 6 Hijau
11 Kab. Sukoharjo 6 6 Hijau
12 Kab. Bima 6 7 Hijau
13 Kota Bima 6 7 Hijau
Dari tabel tersebut menunjukkan data 13 Kab/Kota telah menerapkan SPP-IRT dengan
baik dari 46 Kab/Kota yang telah diintervensi asistensi regulasi SPP-IRT dan disurvei, atau
sebesar 28,26% telah menerapkan SPP-IRT dengan baik.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
38
KESIMPULAN DAN SARAN
1) Implementasi SPP-IRT pada tahun 2018 di 46 kab/kota pada umumnya sudah baik
yang dinyatakan dari kriteria indikator utama yang sudah 76% tercapai. Hal ini perlu
diikuti dengan peningkatan kriteria tambahan yang baru 68% tercapai.
2) Hal yang paling perlu ditingkatkan pada indikator utama adalah penyelenggaraan
pelatihan keamanan pangan (PKP) yang selalu harus dilakukan sebelum pemberian
SPP-IRT.
3) Masih terdapat 15,4% Dinkes yang menyelenggarakan penerbitan SPP-IRT tanpa
mengikuti prosedur penerbitan SPP-IRT yang dikeluarkan oleh BPOM/Perka BPOM.
4) Pelatihan petugas PKP dan DFI perlu direview kembali, karena pemahaman petugas
terhadap Perka BPOM massih minim yang menyebabkan penyimpangan dalam
penyelenggaraan penerbitan SPP-IRT.
5) Pelatihan PKP dan DFI secara online perlu dievaluasi kembali mengingat kompetensi
yang diharapkan belum banyak yang tercapai.
6) Masih banyak Pemda (42,3%) yang tidak menyediakan anggaran untuk pembinaan
IRTP.
7) Penerapan 6 indikator kriteria utama (KU) bagi implementasi SPP-IRT di tingkat Dinkes
Kabupaten/Kota menunjukkan masih perlu adanya peningkatan program dan
pengawasannya karena Kabupaten/Kota yang menerapkan pemberian SPP-IRT
sesuai Pedoman BPOM baru dicapai oleh 28,26 % dari 46 Dinkes Kabupaten/Kota
yang disurvei pada tahun 2018.
8) Masih banyak upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan
perhatian Dinkes Kabupaten/Kota agar dapat mengikuti pedoman pemberian SPP-IRT
yang dikeluarkan BPOM. Hal ini merupakan tantangan tersendiri karena umumnya
ketidak sesuaian pelaksanaan sangat bervariasi antara satu Kabupaten/Kota dengan
Kabupaten/Kota lainnya.
3. Peningkatan Kompetensi Keamanan Pangan
Terjaminnya keamanan pangan bagi masyarakat sangat tergantung pada peran dan
tanggung jawab pemerintah, khususnya fasilitator/penyuluh keamanan pangan dan
pengawas pangan. Pengawas dan penyuluh keamanan pangan yang kompeten akan
memberikan perlindungan kepada masyarakat dari risiko pangan yang tidak memenuhi
persyaratan.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
39
Beberapa permasalahan keamanan pangan masih terjadi baik di tingkat Industri
pangan/IRTP sebagai produsen pangan dan di tingkat masyarakat sebagai konsumen
pangan, seperti:
1) KLB keracunan pangan yang dilaporkan pada tahun 2014, jenis pangan yang diduga
menyebabkan KLB keracunan pangan adalah 36,17% masakan rumah tangga.
27,66% pangan jasaboga, 25,53% pangan jajanan dan 10,64% pangan olahan.
2) Mutu dan kualitas mikrobiologi yang rendah pada produk es, minuman berwarna dan
sirup, jelly/agar dan bakso menjadi penyebab tertinggi PJAS TMS. Hasil ini diperoleh
dari evaluasi terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang Tidak Memenuhi
Syarat (TMS) pada tahun 2013.
Hal tersebut mengharuskan pengawasan yang bersifat terpadu yaitu melalui koordinasi
dan kerjasama lintas sektor terkait, termasuk dengan pemerintah daerah kabupaten/kota
guna memperkuat pengawasan pangan sebagai suatu komponen penting untuk menjamin
keamanan pangan. Pembinaan dan pengawasan tersebut harus dilakukan oleh tenaga
pembina dan pengawas pangan yang mempunyai kualifikasi dan kompetensi agar dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal dan profesional.
Keberadaan tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) yang kompeten merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam melakukan pengawalan dan pengawasan industri
pangan khususnya UMKM yang terus berinovasi dengan cepat yang memungkinkan
munculnya begitu banyak variasi jenis pangan yang ditawarkan kepada konsumen. Sejak
diterbitkannya peraturan BPOM pertama terkait SPP-IRT pada tahun 2003 hingga tahun
2007, Badan POM telah menyelenggarakan Bimtek Penyuluh Keamanan Pangan
termasuk kepada Pemerintah Daerah. Setelah tahun 2007, penyelenggaraan bimtek PKP
kemudian menjadi tanggung jawab masing-masing Pemerintah Daerah. Namun jika
melihat kondisi saat ini, jumlah tenaga PKP baik yang ada di tingkat Badan POM maupun
di tingkat Pemerintah Daerah cenderung mengalami penurunan karena tenaga PKP yang
telah dilatih sebelumnya banyak yang dirotasi maupun dimutasi serta tidak banyak
Pemerintah Daerah yang tetap menyelenggarakan bimtek PKP secara mandiri. Untuk di
tingkat Badan POM, jumlah tenaga PKP di masing-masing Balai/Balai Besar juga menurun
terutama dengan adanya perubahan struktur organisasi dan pembentukan kantor BPOM
hingga level Kab/Kota.
Dari hasil Kajian Implementasi Peraturan BPOM terkait SPP-IRT yang dilakukan pada
tahun 2013 hingga tahun 2017 di 357 Kabupaten/Kota yang dikaji diperoleh data sebanyak
115 Kab/Kota atau 32,2% tidak memiliki tenaga PKP bersertifikat, sebanyak 223 Kab/Kota
atau 62,5% memiliki tenaga PKP bersertifikat 1-4 orang serta sebanyak 11 Kab/Kota atau
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
40
5,3% memiliki tenaga PKP lebih dari 5 orang. Melalui hasil kajian tersebut juga diketahui
hanya 27% Kabupaten/Kota yang memiliki Tenaga DFI bersertifikat. Melalui data tersebut
terlihat bahwa jumlah tenaga PKP yang bersertifikat di daerah masih perlu ditingkatkan.
Untuk menyikapi tuntutan pemenuhan kompetensi tenaga pembina dan pengawas
pangan, telah disusun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang
dituangkan dalam Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 618
Tahun 2016 tentang Penetapan SKKNI Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok
Industri Makanan Bidang Keamanan Pangan. Standar tersebut berisi rumusan
kemampuan kerja yang spesifik pada bidang keamanan pangan yang mencakup
kompetensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai tugas dan jabatan yang diakui secara
nasional.
Dalam rangka peningkatan kompetensi petugas sesuai dengan Kputusan tersebut,
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha telah menyelenggarakan Bimtek
Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dan District Food Inspector (DFI) dengan hasil
sebagai berikut:
1) Bimtek Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) I
Bimtek PKP I dilaksanakan pada tanggal 21-22 dan 23-24 Agustus 2018 di Hotel
Novotel, Bogor.
Tabel 14. Daftar Peserta Bimtek PKP I
No Instansi Jumlah
1 Direktorat Registrasi pangan Olahan 2 orang
2 Direktorat Pengawasan Pangan Rsiko Tinggi dan Teknologi Baru 1 orang
3 Direktorat Pengawasan Pangan Rsisiko Rendah dan Sedang 2 orang
4 Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha 8 orang
Total 13 orang
2) Bimtek Penyuluh Keamanan Pangan (PKP II)
Bimtek PKP I dilaksanakan pada tanggal 12 – 16 November 2018 di Hotel Lumire
Jakarta.
Tabel 15. Daftar Peserta Bimtek PKP II
No Instansi Jumlah
1 Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang 10 orang
2 Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang 5 orang
3 Balai Besar POM di Serang 1 orang
4 Balai Besar POM di Bandung 1 orang
5 Balai Besar POM di Makassar 1 orang
6 Balai Besar POM di Yogyakarta 1 orang
7 Balai Besar POM di Semarang 1 orang
8 Balai Besar POM di Aceh 1 orang
9 Balai Besar POM di Palangkaraya 1 orang
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
41
No Instansi Jumlah
10 Balai Besar POM di Mataram 1 orang
11 Balai Besar POM Banjaramasin 1 orang
12 Balai Besar POM di Denpasar 1 orang
13 Balai besar POM di Surabaya 1 orang
14 Balai Besar POM di Samarinda 1 orang
15 Balai Besar POM di Palembang 2 orang
16 Balai besar POM di Medan 1 orang
17 Balai Besar POM di Padang 1 orang
18 Balai Besar POM di Jakarta 1 orang
19 Balai POM di Jambi 1 orang
20 Balai POM di Mamuju 1 orang
21 Balai POM di Sofifi 1 orang
22 Balai POM di Kupang 1 orang
23 Balai POM di Pangkalpinang 1 orang
24 Balai POM di Ambon 1 orang
25 Balai POM di Bengkulu 1 orang
26 Balai POM di Gorontalo 1 orang
27 Balai POM di Dumai 1 orang
28 Balai POM di Palu 1 orang
29 Loka POM 1 orang
30 Loka POM di Kota Balikpapan 1 orang
31 Loka POM di Kabupaten Tulang Bawang 1 orang
32 LOka POM di Kabupaten Aceh Tengah 1 orang
33 LOka POM di Kabupaten Aceh Selatan 1 orang
34 Loka POM di Kabupaten Manggarai Barat 1 orang
35 Loka POM di Kota Palopo 1 orang
36 Loka POM di Kabupaten Mimika 1 orang
37 Loka POM di Maluku Tenggara Barat 1 orang
38 Loka POM di Kabupaten Tanah Bumbu 1 orang
39 Loka POM di Kabupaten Banyumas 2 orang
40 Loka POM di Kabupaten Rejanglebong 1 orang
41 Loka POM di Kabupaten Jember 1 orang
42 Loka POM di Kabupaten Kediri 1 orang
43 Loka POM di Kabupaten Buleleng 2 orang
44 Loka POM di Kota Surakarta 1 orang
45 Loka POM di Kota Baubau 2 orang
46 Loka POM di Kabupaten Bima 1 orang
47 Loka POM di Kabupaten Ende 1 orang
48 Loka POM di Kota Payakumbuh 2 orang
49 Loka POM di Kabupaten Tangerang 2 orang
50 Loka POM di Kota Tanjung Pinang 1 orang
51 Loka POM di Kabupaten Sorong 1 orang
52 Loka POM di Kabupaten Banggai 1 orang
53 Loka POM di Kota Dumai 1 orang
54 Loka POM di Kota Tasikmalaya 1 orang
55 Loka POM di Kota Tarakan 1 orang
56 Loka POM di Kabupaten Indragiri Hilir 1 orang
Total 73 orang
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
42
Mekanisme Bimtek PKP:
a) Peserta Mengikuti Materi Topik Pembelajaran Umum (TPU) yang terdiri dari:
Cara Pembuatan Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga Pangan
(CPPBIRT) (1 JPL)
Sistem Pengawasan Pangan Di Indonesia (1 JPL)
Pengetahuan Bahan Pangan (2 JPL)
Mikrobiologi Pangan (2 JPL)
Higiene Sanitasi (2 JPL)
Pedoman Tata Cera Pemberian SPP-IRT (1 JPL)
Prinsip Pemberian SPP-IRT (2 JPL)
Label dan Iklan Pangan (1 JPL)
Bahan Tambahan Pangan (1 JPL)
Prinsip Pengawetan dan Pengolahan Panga (2 JPL)
Studi Kasus Peningkatan Mutu Pangan (2 JPL)
Dasar Komunikasi Penyuluhan dan Teknik Metode Presentasi (2 JPL)
Keamanan Pangan Dan Peran Tenaga PKP Di Era Globalisasi (2JPL)
Total 21 JPL
b) Peserta Pengikuti Topik Pembelajaran Kompetensi
Menyediakan informasi pekerjaan (2 JPL)
Melakukan Pelatihan Keamanan Pangan (4 JPL)
Merencanakan Sistem Manajemen Penrapan Keamanan Pangan (3 JPL)
Mendesain GMP/ GMP SSOP (8 JPL)
Total 17 JPL
3) Bimtek District Food Inspector (DFI)
Tanggal : 17 – 21 Desember 2018
Tempat : Hotel Kawanua Jakarta
Tabel 16. Daftar Peserta Bimtek DFI
No Instansi Jumlah
1 Suku Dinas Kesehatan Jakarta 12 orang
2 Dinas Kesehatan Kota Bogor 2 orang
3 Balai Besar POM Jakarta dan Bandung 2 orang
4 Loka POM Tangerang 2 orang
5 Direktorat Standardisasi Pangan Olahan 1 orang
6 Direktorat Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi
Baru
1 orang
7 Direktoran Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha 9 orang
Total 29 orang
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
43
Mekanisme Pelaksanaan Bimtek DFI
a) Peserta mengikuti materi Topik Pembelajaran Umum (TPU) yang terdiri dari
Peraturan Perundang-undangan dan Kebijakan Keamanan Pangan dan
Pengawasan Bahan Berbahaya (2 JPL)
Teknik Pengambilan Sampel (2 JPL)
b) Total 4 JPL
c) Peserta Menngikuti Topik Pembelajaran Kompetensi Inti yang terdiri dari
Mengelola Program Audit/Inspeksi/Asesmen Keamanan Pangan = 5 JPL
Melaksanakan Audit/ Inspeksi Asesmen Keamanan Pangan =4 JPL
Menilai Kepatuhan terhadap Program Keamanan Pangan = 4 JPL
Total 13 JPL
d) Peserta Menngikuti Topik Pembelajaran Kompetensi Pilihan yang terdiri dari
Melakukan Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya = 3 JPL
Melakukan Pengujian Organoleptik pada Kegiatan Inspeksi = 3 JPL
Melakukan Pengambilan Contoh = 3 JPL
Total 9 JPL
e) Dalam topik pembelajaran kompetensi inti dan pilihan, peserta dituntut untuk
membuat dokumen yang menjadi bukti kompetensinya
f) Peserta melakukan praktik kerja ke Industri Rumahtangga Pangan
g) Peserta melakukan penilaian mandiri untuk semua unit kompetensi
h) Target pelatihan ini adalah semua peserta menyatakan dirinya kompeten untuk
semua unit Kompetensi
i) Untuk kemudian peserta yang telah mengikuti bitek dipanggil dan diuji
kompetensinya dan mendapatkan sertifikat sebagai Penyuluh Keamanan Pangan
dan District Food Inspector.
E. PEMBINAAN IMPLEMENTASI KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH
(PJAS)
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya
merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam UUD 1945 serta tertera
dalam UU No. 18 tahun 2012 tentang Pangan. Negara berkewajiban mewujudkan
pemenuhan konsumsi pangan yang aman, bermutu, dan bergizi hingga perseorangan.
Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) berperan penting dalam pemenuhan asupan energi
dan gizi anak usia sekolah.
Aksi Nasional Gerakan menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang aman, bermutu, dan
bergizi (Aksi Nasional PJAS) sudah dimulai sejak tahun 2011-2014 merupakan gerakan
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
44
untuk meningkatkan PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi melalui partisipasi aktif dan
terpadu dari seluruh kementerian, lembaga pemerintah, dan lintas sektor di pusat maupun
daerah, serta pemberdayaan komunitas sekolah. Aksi Nasional PJAS ini telah
mengiintervensi komunitas sekolah (siswa, orang tua sisawa, guru, pedagang PJAS,
pengelola kantin) di 23.510 SD/MI yang tersebar di 31 provinsi.
Kemudian dalam rangka mempercepat dan mensinergikan tindakan dari upaya promotif dan
preventif hidup sehat guna meningkatkan produktivitas penduduk dan menurunkan beban
pembiayaan pelayanan kesehatan akibat penyakit. Sesuai dengan Instruksi Presiden No.1
Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) mendapatkan mandat untuk (a) menjamin keamanan dan mutu
pangan olahan yang beredar di masyarakat; dan (b) memperkuat dan memperluas
pengawasan dan intervensi keamanan PJAS.
Dalam kurun waktu tiga (3) tahun (2017-2019), BPOM melaksanakan Intervensi Keamanan
PJAS melalui Program Pembinaan Implementasi Keamanan PJAS di 34 Provinsi dengan
target mengintervensi 17.000 sekolah SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SLTA/sederajat.
Tahun 2017 telah mengintervensi sebanyak 5000 sekolah di 10 provinsi, tahun 2018 telah
mengintervensi 5000 sekolah di 10 provinsi, dan pada tahun 2019 ini akan mengintervensi
7000 SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SLTA/sederajat di 14 provinsi.
Gambar 4. Roadmap Program Intervensi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Tahun 2018 ini, intervensi dilakukan di 10 provinsi antara lain Program Pembinaan
Keamanan PJAS di Provinsi tahun 2018 dilaksanakan di 10 provinsi antara lain Provinsi
Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Banten, Provinsi Daerah
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
45
Istimewa Yogyakarta, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Provinsi Sumatera Utara,
Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Gorontalo dan Provinsi Papua Barat.
Pelaksana Program Pembinaan Implementasi Keamanan PJAS di Provinsi adalah Pusat dan
Daerah (BB/Balai POM). Fungsi Balai Besar/Balai POM sebagai organizing committee
berwenang secara teknis di lapangan atas seluruh persiapan, koordinasi dan pelaksanaan
program. Balai Besar/Balai POM memiliki kontrol penuh terhadap semua rangkaian
pelaksanaan program. Sedangkan Pusat (Badan POM c.q Direktorat Pemberdayaan
Masyarakat dan Pelaku Usaha) sebagai steering committee, memandu, memantau,
memonitor, dan mengevaluasi rangkaian pelaksanaan program di daerah.
Program Pembinaan Implementasi Keamanan PJAS didesain untuk menumbuhkan
partnership dalam pengembangan program keamanan PJAS dan replikasi model kantin
sehat secara berkelanjutan. Program yang dilaksanakan di Pusat (BPOM c.q. Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha) yaitu ToT Fasilitator Keamanan Pangan
Sekolah, Evaluasi Kinerja Kedeputian III pada Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan
Pelaku Usaha, Pembuatan Materi dan Tools Intervensi, dan monitoring dan evaluasi
(Monev). Kegiatan yang dilakukan di daerah (Balai Besar/Balai POM) yaitu advokasi lintas
sektor, pelatihan Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah (PBKPKS),
Operasionalisasi Mobil Keliling, Audit PBKPKS, Pemberian Paket Edukasi, dan Pemberian
PBKPKS. Program ini dilaksanakan secara koordinatif yang melibatkan lintas sektor terkait.
Tahapan-tahapan kegiatan yang dirancang ini memerlukan komitmen dan dukungan semua
lintas sektor terkait.
1. TOT Fasilitator Keamanan Pangan Sekolah
Badan Pengawas Obat dan Makanan cq. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan
Pelaku Usaha melaksanakan ToT Fasilitator Keamanan Pangan Sekolah bagi petugas
Balai Besar/Balai POM yang di Jakarta pada tanggal 23 dan 24 April 2018 di Hotel Grand
Mercure - Kemayoran, Jakarta Pusat. Kegiatan ToT ini dihadiri oleh sekitar 55 orang
yang terdiri dari perwakilan Balai Besar/ Balai POM di 10 provinsi (Balai Besar POM di
Bandung, Balai Besar POM di Surabaya, Balai Besar POM di Semarang, Balai Besar
POM di Aceh, Balai Besar POM di Medan, Balai Besar POM di Yogyakarta, Balai POM
di Kendari, Balai POM di Serang, Balai POM di Manokwari, Balai POM di Gorontalo) dan
perwakilan dari Kementerian (Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agama, Kementerian
Komunikasi dan Informasi, Kementerian PPPA), serta Badan POM.
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengidentifikasi program bersama/integrasi lintas sektor
di tingkat pusat untuk Program Pembinaan Implementasi Keamanan PJAS di daerah,
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
46
dan menyamakan persepsi dan pemahaman petugas Balai Besar/Balai POM terhadap
implementasi program PJAS di provinsi.
Pelaksanaan ToT Fasilitator Keamanan Pangan Sekolah yang dilaksanakan tanggal 23-
24 April 2018 di Hotel Grand Mercure – Jakarta. Berdasarkan hasil survei kepuasan
pelanggan, 100% peserta ToT setuju menyatakan bahwa kegiatan ini sebagai sumber
informasi penting bagi mereka dalam kegiatan yang akan dilaksanakan di daerah.
Kemudian 83,79% peserta ToT berharap dapat mengikuti kegiatan ini lagi apabila
diselenggarakan di lain waktu. Berdasarkan penilaian keseluruhan kinerja petugas
dalam pelayanan kegiatan ToT, 100% peserta ToT merasa puas. Adapun saran-saran
dari peserta yakni jumlah materi yang disampaikan terlalu banyak sehingga perlu
penambahan waktu pelaksanaan, kemudian untuk layout tempat duduk dibentuk U-
shape agar diskusi lebih efektif.
Kegiatan ini menghasilkan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
a. Keamanan pangan merupakan tanggung jawab bersama. Harus ada peran dari
pemerintah, baik Pusat maupun daerah, pihak swasta/produsen dan
masyarakat/konsumen.
b. Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
kesehatan, Menteri Agama,dan menteri dalam Negeri (PB 4 Menteri) Nomor :
6/X/PB/2014; Nomor:73 Tahun 2014; Nomor 41 Tahun 2014; Nomor 81 Tahun
2014.
Tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah
(UKS/M). Untuk itu, program PJAS diharapkan masuk ke dalam bagian kegiatan UKS,
sehingga program dapat terus berlangsung. Hal ini karena terkait UKS/M terdapat peran
dari Kemendagri dalam:
a. Merencanakan penganggaran UKS/M untuk peningkatan dan pengembangan
pelaksanaan UKS baik pada lingkup provinsi maupun kab/kota.
b. Mendorong pemda memasukkan UKS/M dalam perencanaan tingkat provinsi,
Kab/kota, dan kecamatan.
c. Perlunya pemetaan lokus sekolah yang terintegrasi dengan program kantin sekolah
yang telah mendapatkan sertifikasi/stikerisasi laik Higiene Sanitasi Pangan dan
bantuan pembangunan kantin sekolah dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
47
2. Pembuatan Materi Dan Tools Intervensi Keamanan PJAS
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada pembuatan materi dan tools intervensi
keamanan PJAS untuk mendukung tercapainya indikator program pembinaan
implementasi keamanan PJAS di provinsi adalah sebagai berikut:
a. Survei Online
Telah dikembangkan seperangkat kuesioner monitoring dan evaluasi program yang
dikembangkan secara online untuk memonitong dan mengevaluasi program ini.
Kuesioner diisi oleh lintas sektor terkait, sekolah, dan Balai/Balai Besar POM yang
terlibat.
b. Subsite Monitoring dan Evaluasi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Agar pengumpulan data yang dilakukan oleh Balai/Balai Besar POM dapat dilakukan
dengan mudah, cepat, dan real time, maka dikembangkan subsite monitoring dan
evaluasi keamanan PJAS.
Gambar 4. Subsite Monitoring dan Evaluasi Keamanan PJAS
c. Campaign Keamanan Pangan di media sosial
Campaign keamanan pangan menggunakan akun media sosial @klubpompi, yaitu
di youtube (video), Instagram (infografis,video), Facebook (infografis,video), dan
Twitter (infografis,video). Selama tahun 2018 telah di-posting 250 informasi
keamanan pangan dengan 12.755 kali pesan yang disampaikan telah dilihat oleh
user di Facebook, 19.890 kali video dilihat di youtube.
d. Branding Keamanan Pangan di Commuterline
Pesan keamanan pangan yang dipasang di commuterline, yaitu Cek KLIK, larangan
penggunaan kertas koran, cek kemasan, aplikasi cek BPOM, dan media sosial
keamanan pangan klubpompi.
e. Produk Informasi Keamanan Pangan
Produk Informasi Keamanan Pangan yang dibuat, yaitu berupa permainan
keamanan pangan interaktif (game android), leaflet 5 kunci keamanan pangan, dan
film pendek keamanan pangan.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
48
3. Evaluasi Kinerja Kedeputian III Pada Direktorat PMPU
Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, BPOM melaksanakan reformasi
birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design RB 2010-2025.
Upaya atau proses RB yang dilakukan BPOM merupakan pengungkit dalam pencapaian
sasaran sebagai hasil yang diharapkan dari pelaksanaan RB. Satu upaya yang
dilakukan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha adalah penataan
dan penguatan baik dari segi struktur organisasi, kompetensi dan kuantitas dan kualitas
SDM, sarana dan prasarana, maupun koordinasi dengan lintas sektor agar pelaksanaan
tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan dapat dilakukan secara lebih optimal.
Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine) merupakan
modal penggerak organisasi. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan
kualitasnya, menuntut kemampuan BPOM untuk mengelola sumber daya tersebut
seoptimal mungkin dan secara akuntabel agar dapat mendukung terwujudnya sasaran
program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya
yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen
organisasi.
Untuk melaksanakan tugas BPOM, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi.
Penataan dan penguatan organisasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai
dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BPOM. Penataan tata laksana
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem dan prosedur kerja. Selain
itu, untuk mendukung Sasaran Strategis, perlu dilakukan penguatan kapasitas SDM
dalam pengawasan Obat dan Makanan.
Dalam hal ini pengelolaan SDM harus sejalan dengan mandat transformasi UU ASN
yang dimulai dari (i) penyusunan dan penetapan kebutuhan, (ii) pengadaan, (iii) pola
karir, pangkat, dan jabatan, (iv) pengembangan karir, penilaian kinerja, disiplin, (v)
promosi-mutasi, (vi) penghargaan, penggajian, dan tunjangan, (vii) perlindungan
jaminan pensiun dan jaminan hari tua, sampai dengan (viii) pemberhentian.
Salah satu upaya Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha untuk
mendukung percepatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Badan POM, khususnya di
Kedeputian III Bidang Pengawasan Pangan Olahan adalah dengan melakukan evaluasi
kinerja Kedeputian III. Tujuan kegitan ini adalh untuk mengevaluasi kinerja unit-unit kerja
di Kedeputian II. Selain itu tujuan kegiatan ini juga dimaksudkan untuk membangun
teamwork yang baik di Kedeputian III. Acara ini dilaksanakan di Desa Wonosari,
Gunung Kidul, pada tanggal 18-20 Juli 2018.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
49
4. Monitoring Dan Evaluasi Program
Pusat (Badan POM c.q Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha)
sebagai steering committee, memandu, memantau, memonitor, dan mengevaluasi
rangkaian pelaksanaan Program Pembinaan Implementasi Keamanan PJAS di daerah.
Adapun kegiatan monitoring dan evaluasi (Monev) dilakukan dengan 3 metode, yaitu:
a. Monev setiap tahapan
Kegiatan untuk memantau pencapaian output setiap tahapan dengan cara Balai
Besar/Balai POM mengisi data pencapaian output setiap tahap kegiatan dengan
sesuai form yang tersedia pada masing-masing Juknis melalui
http://bit.ly/PJAS2019. Selain itu, petugas pusat juga melakukan supervisi ke 10
provinsi untuk memverifikasi progress dan kesesuaian tahapan dengan juknis-juknis
Program Pembinaan Implementasi Keamanan PJAS di provinsi.
b. Monev keseluruhan program
Setelah rangkaian kegiatan PJAS selesai dilaksanakan, maka dilakukan evaluasi
keberhasilan program intervensi keamanan PJAS, dengan cara:
1) Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha menyiapkan kuesioner
monev dalam bentuk link online dan hardcopy dalam bentuk MS Word.
2) Balai Besar/Balai POM mengkoordinir pengumpulan data monev di daerah dan
mengirimkan kuesioner monev kepada target responden di 5000 sekolah di 10
provinsi dengan memilih bentuk kuesioner sesuai kondisi di lapangan
3) Target responden adalah:
• Petugas Balai Besar/Balai POM Pelaksana Intervensi Keamanan PJAS 2019
• Kepala Sekolah/Guru UKS
• Lintas Sektor (Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan
Kementerian Agama
c. Workshop monev PJAS
Pada workshop monev PJAS diperoleh tersosialisasi capaian pelaksanaan tahapan
kegiatan intervensi PJAS di provinsi serta diperolehnya rekomendasi dari diskusi
yang melibatkan lintas sektor tentang pelaksanaan program PJAS termasuk
terwujudnya komitmen lintas sektor dalam menjaga keberlangsungan pelaksanaan
Program PJAS di daerah.
Workshop monev di setiap provinsi yang menjadi target (10 provinsi) umumnya
dilakukan di ibu kota provinsi yang dihadiri kurang lebih 40 orang yang mewakili
sekolah penerima PBKPKS (Piagam Bintang Keamanan Pangan Sekolah), Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi,
Dinas Pendidikan Kab/Kota, Kanwil Agama, Dinas Pertanian, dan Pemkot.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
50
Beberapa provinsi bahkan dihadiri oleh Walikota/Bupati sebagai salah satu bentuk
perhatian pemerintah daerah dalam mewujudkan PJAS yang aman, bermutu dan
bergizi.
Acara terlebih dahulu diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, kemudian
sambutan dari Kepala BB/BPOM dan sambutan serta pembukaan secara resmi oleh
pejabat Pemkot/Pemkab. Selanjutnya acara workshop monev pjas diisi dengan
presentasi dari narasumber pusat yang memaparkan tentang capaian program
intervensi PJAS secara nasional, hasil olah survei online terhadap BB/BPOM, Guru,
Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Kanwil
Kementerian Agama dari wilayah target sekolah di 10 Provinsi. Kemudian
dilanjutkan dengan hasil survei online terhadap siswa di 10 provinsi yang menjadi
target dimana setiap provinsi diambil 40 siswa SD/MI, 40 siswa SLTP/MTs, dan 40
siswa SLTA/MA. Presentasi dilanjutkan dengan presentasi dari Kepala BB/BPOM
tentang hasil capaian setiap tahapan pelaksanaan intervensi PJAS di masing-
masing provinsi. Setelah acara presentasi dilanjutkan dengan diskusi untuk
mengklarifikasi, menyamakan persepsi, memperoleh kejelasan dan bagaimana
untuk menjaga keberlangsungan program PJAS di daerah secara mandiri.
Secara nasional, target yang ditetapkan dalam setiap tahapan pelaksanaan
intervensi PJAS mulai dari bimtek keamanan pangan, pelatihan piagam bintang
keamanan pangan, audit, operasionalisasi mobil laboratorium keliling, pemberian
paket edukasi, penerbitan piagam bintang keamanan pangan kantin sekolah secara
nasional memeuhi target yang telah ditetapkan pada awal tahun di setiap provinsi.
Namun demikian masih dijumpai kendala-kendala dalam mencapai target tersebut,
diantaranya adanya undangan Bimtek Keamanan Pangan yang tidak hadir sehingga
tidak tercapai sesuai target secara nasional, dimana target yang diharapkan 5000
sekolah, ternyata realisasinya hanya mencapai 4850 sekolah, artinya presentasi
capaiannya hanya 97%.
Hal ini karena strategi yang dilakukan kurang sesuai, dimana jumlah undangan sama
dengan jumlah target, sehingga jika ada undangan yang berhalangan hadir, maka
target tidak tercapai. Sementara itu, di provinsi lain menggunkan strategi yang lebih
sesuai, dimana jumlah undanga dilebihkan untuk mengantisipasi jika ada undanaga
yang tidak hadir, dan strategi berhasil mencapai target.
Pelatihan Piagam Bintang Keamanan Pangan secara nasional melampaui target
dari target 197 sekolah dihadiri 256 sekolah, artinya presentasi capaian Pelatihan
piagam bintang keamanan pangan mencapai 130%. Audit sarana kantin dalam
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
51
rangka penerbitan Piagam Bintang Keamanan Pangan juga realisasinya melampaui
target yaitu dari 197 sekolah yang ditargetkan, realisasinya mencapai 249 sekolah
(126%).
Operasionalisasi mobil laboratorium keliling ke sekolah juga melampaui target. Dari
197 sekolah yang ditargetkan, terealisasi 251 sekolah (persentasi capaian 127%).
Pemberian paket edukasi sebagai bentuk intervensi, juga realisasinya melampaui
target. Dari 5000 sekolah yang ditargetkan untuk mendapatkan paket edukasi,
terealisasi 5066 sekolah, artinya capainnya mencapai 101%. Realisasi penerbitan
piagam bintang keamanan pangan kantin sekolah juga melampaui target, dari 139
sekolah yang ditargetkan untuk mendapatkan piagam bintang keamanan pangan
kantin sekolah, terealisasi 171 sekolah ysang menerima piagam bintang keamanan
pangan kantin sekolah.
Pada sesi diskusi dalam Workshop Monev PJAS di 10 Provinsi, terdapat beberapa
hal yang menjadi perhatian bersama antara Badan POM, BB/BPOM, K/L/PD
diantaranya yaitu:
1) Perlunya meningkatkatkan kemitraan antara lintas sektor terkait dalam
Pengawasan PJAS, antara lain Badan POM, Kemenkes, Kemendikbud, Kanwil
Kemenag, Kementerian Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Perempuan,
Kemenkominfo, Kementan, Kemendag, dan KKP di tingkat pusat dan di tingkat
daerah.
2) Kemitraan yang kuat diharapkan dapat mensinergisme kan program-program
sejenis yang dimiliki oleh K/L seperti PJAS/PBKPKS, sekolah ramah anak,
sekolah adiwiyata, sekolah sehat, progras, gemar ikan dan lain-lain.
3) Sinergisme antara K/L yang memiliki program-program sejenis tersebut
diharapkan memunculkan Program Baru yang terpadu dan multi sektor dan
dapat dijaga keberlangsungannya.
4) Perlunya peran dan komitmen Pemda/Pemkot untuk terlibat dalam program
PJAS atau yang sejenisnya dengan memasukkan program PJAS dalam
RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) yang dibiayai
oleh APBD.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
52
Gambar 5. Strategi Intervensi Keamanan PJAS
Tabel 17. Persentasi Capaian Masing-Masing Tahapan Kegiatan Intervensi PJAS di 10
Provinsi Tahun 2018
NO TAHAPAN KEGIATAN TARGET REALISASI % CAPAIAN
1 Bimbingan Teknis Keamanan Pangan 5000 4850 97
2 Pelatihan Piagam Bintang Keamanan
Pangan Kantin
197 256 130
3 Audit 1 dalam rangka Penghargaan Piagam
Bintang
197 249 126
4 Audit 2 dalam rangka Penghargaan Piagam
Bintang
197 249 126
5 Operasionalisasi Mobil Laboratorium
Keliling
197 251 127
6 Pemberian Paket Edukasi 5000 5066 101
7 Penerbitan Piagam Bintang Keamanan
Pangan Kantin sekolah
139 171 123
8 Workshop Monev 10 10 100
Sedangkan persentasi capaian penerbitan penghargaan piagam bintang keamanan
pangan kantin sekolah dalam rangka prioritas nasional program intervensi
keamanan PJAS tahun 2018 per provinsi dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
53
Tabel 18. Persentasi capaian penerbitan Penghargaan Piagam Bintang Keamanan
Pangan Kantin Sekolah Per Provinsi Tahun 2018
No Provinsi Pelaksana Target Capaian Persentase (%)
1 Jawa Barat BBPOM di Bandung 25 29 116
2 Jawa Tengah BBPOM di Semarang 22 25 114
3 DIY BBPOM di Yogyakarta 7 9 129
4 Jawa Timur BBPOM di Surabaya 25 32 128
5 NAD BBPOM di Aceh 11 11 100
6 Sumatera Utara BBPOM di Medan 16 21 131
7 Sulawesi
Tenggara
BBPOM di Kendari 8 15 188
8 Banten Balai Besar POM di
Serang
13 13 100
9 Gorontalo Balai POM di
Gorontalo
6 9 150
10 Papua Barat BBPOM di Manokwari 6 7 117
TOTAL 139 171 123
Secara keseluruhan program intervensi keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah
telah melampaui target yang direncanakan. Adapun kendala yang dihadapi selama
pelaksanaan program antara lain keterbatasan anggaran, keterbatasan SDM,
keterbatasan sarana dan prasarana kantin, belum ada penganggaran khusus untuk
program PJAS, serta komitmen Pemda dan sekolah belum optimal. Untuk itu perlu
disusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang bertujuan merevitalisasi program PJAS
dengan mengacu pada strategi utama yaitu strategi ekstensifikasi PJAS dan strategi
branding keamanan PJAS.
Strategi ekstensifikasi meliputi kemitraan, pendampingan, dan pemberdayaan.
Sedangkan strategi branding meliputi awaking yaitu mengangkat isu keamanan
PJAS melalui tulisan popular, semi popular atau ilmiah yang disebarluaskan di media
massa maupun jurnal ilmiah; inspire yaitu memberikan solusi kepada masyarakat
tentang keamanan PJAS dan melibatkan tokoh masyarakat/public figure; kemudian
provoke yaitu menjelaskan tentang PJAS dan mengajak masyarakat Indonesia
untuk bersama-sama mendukung PJAS; dan terakhir engage yaitu merupakan
puncak pelaksanaan kegiatan PJAS untuk mendapat dukungan dan atensi
sebanyak mungkin masyarakat dengan melibatkan broadcasting secara luas baik
melalui media TV, media cetak maupun media online/media sosial.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
54
Strategi dan implementasi program yang tepat diperlukan untuk mewujudkan PJAS
yang aman, bermutu dan bergizi, mengingat sekolah di Indonesia jumlahnya sangat
banyak yang tersebar di kota hingga pelosok perdesaan. Kondisi kantin dan pangan
yang dijual sangat beragam yang menyebabkan beragamnya jenis dan tingkat risiko
keamanan pangannya. Selain itu, jumlah pengawas pangan yang terbatas juga
menjadi faktor pembatas dalam mewujudkan PJAS yang aman, bermutu dan bergizi.
Strategi ekstensifikasi program intervensi keamanan pangan tersebut dimaksudkan
untuk menyinergiskan program-program Kementerian/Lembaga atau sektor terkait
lainnya yang sejenis dengan program PJAS sehingga tercipta kemitraan antar lintas
sektor yang terkait. Program sejenis yang dimaksud misalnya program kantin sehat
di Kemenkes, program sekolah ramah anak di Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, program madrasah sehat di kantor wilayah
Kementerian Agama, program pemberian sarapan bagi anak sekolah untuk
memperbaiki gizi anak sekolah SD (PROGAS) di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, program sekolah adiwiyata dari Kementerian Kehutanan dan
Lingkungan Hidup dan lain-lain. Setelah sinergisme program PJAS dengan program
sejenis lainnya terwujud, maka tahapan berikutnya adalah melakukan
pendampingan kepada komunitas sekolah dalam mengelola kantin sekolah
sehingga dapat menyediakan pangan jajanan yang aman.
Pendampingan kepada komunitas sekolah (kepala sekolah, guru UKS, orang tua
siswa, siswa, pedagang PJAS, dan pengelola kantin) dilakukan bersama-sama
antara Balai Besar/Balai POM dengan instansi terkait lainnya seperti Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Tujuan akhir dari program intervensi PJAS dengan
pendekatan ekstensifikasi program adalah terwujudnya kemadirian/berdayanya
komunitas sekolah dalam mengawasi pangan jajanan anak sekolah. Kemandirian
ini terlihat dari ada atau tidaknya Tim Keamanan Pangan Sekolah, atau Program
Keamanan Pangan Sekolah yang terintegrasi dalam program UKS, atau tersedianya
sarana prasarana kantin yang memenuhi syarat keamanan pangan, dimuatnya
materi keamanan pangan dalam muatan atau tersedianya anggaran untuk
keamanan PJAS dari Pemda atau sumber lainnya.
Program pembinaan implementasi keamanan PJAS juga didesain untuk
menumbuhkan partnership dalam pengembangan program keamanan PJAS dan
replikasi model kantin sehat secara berkelanjutan. Program yang dilaksanakan di
Pusat (BPOM c.q. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha) adalah:
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
55
ToT Fasilitator Keamanan Pangan Sekolah
Evaluasi kinerja Kedeputian III pada Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan
Pelaku Usaha
Pembuatan materi dan tools intervensi
Monitoring dan evaluasi (Monev)
Kegiatan yang dilakukan di daerah (Balai Besar/Balai POM) yaitu advokasi lintas
sektor, pelatihan Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah (PBKPKS),
operasionalisasi mobil keliling, audit PBKPKS, pemberian paket edukasi, dan
pemberian PBKPKS. Program ini dilaksanakan secara koordinatif yang melibatkan
lintas sektor terkait. Strategi dan tahapan kegiatan yang dirancang ini memerlukan
komitmen dan dukungan semua lintas sektor terkait.
F. UMKM PANGAN YANG DIINTERVENSI UNTUK MEMAHAMI KEAMANAN PANGAN
Bimbingan Teknis Umkm Pangan
Keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia mempunyai peranan
strategis dalam perekonomian nasional, terutama dalam penyediaan lapangan kerja dan
kesempatan berusaha yang lebih besar mengingat jumlahnya yang sangat besar. UMKM
juga dipandang sebagai jaring pengaman sosial dan memberdayakan serta
mengembangkan potensi ekonomi rakyat.
Menurut data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Mikro, jumlah usaha Mikro
yang ada sebanyak 55.856.756 dari jumlah total industri 55.888.700 (99,94%).
Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha,
dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk menumbuhkan iklim yang kondusif untuk
pengembangan usaha bagi UMKM sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi
usaha yang tangguh dan mandiri. Hal ini untuk mendukung agenda Nawa Cita ke-6 dalam
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.
Dalam rangka mendukung pemberdayaan UMKM, dapat mengadopsi strategi TOT berbasis
masyarakat, yang mana dengan memberdayakan Pendamping Desa untuk memperluas
cakupan UMKM yang diintervensi. Oleh karena itu, salah satu cara yang dilakukan oleh
Badan POM untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan serta arah yang sama
untuk mencapai tujuan UMKM terintervensi pengetahuan keamanan pangan yang sama,
maka perlu dilaksanakan peningkatan kapasitas Fasilitator Keamanan Pangan dalam bidang
pangan melalui peningkatan kapasitas manajemen mitra kerja dan Training of Trainer (ToT)
Fasilitator Keamanan Pangan.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
56
Kegiatan usaha pangan (UMKM) yang diintervensi keamanan pangan merupakan kegiatan
prioritas nasional. UMKM yang diintervensi keamanan pangan selanjutnya diharapkan dapat
menerapkan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) baik untuk pangan siap saji
maupun pangan industri rumah tangga sehingga produk yang dihasilkan oleh UMKM aman
dan memenuhi persyaratan. Program intervensi keamanan pangan untuk UMKM pangan ini
dilaksanakan untuk periode tahun 2017 hingga 2019.
Kegiatan intervensi keamanan pangan bagi pelaku usaha pangan dilaksanakan dengan
cara:
1. Bimbingan teknis kepada pelaku usaha pangan. Penyelenggaraan bimtek dilaksanakan
di 11 (sebelas) kota yaitu Serang, Palembang, Banda Aceh Padang, Medan, Semarang,
Bandung, Bogor, Yogyakarta dan Surabaya dan Jakarta, dengan jumlah total peserta
sebanyak 9.543 pelaku usaha pangan. Kegiatan ini melibatkan BB/BPOM setempat.
Selanjutnya untuk 4 pelaku usaha pangan peserta bimbingan teknis di Jakarta akan
mendapatkan pendampingan yang lebih intensif dalam memahami dan menerapkan
persyaratan CPPOB secara konsisten.
2. Kegiatan Training of Trainer bagi Fasilitator Keamanan Pangan, kegiatan ini mencetak
202 orang tenaga Fasilitator Keamanan Pangan tingkat nasional yang berasal dari
organisasi masyarakat. Selanjutnya Fasilitator Keamanan Pangan tingkat Nasional
(FasNas) melakukan diseminasi internal di masing-masing wilayahnya sehingga dicetak
Fasilitator Keamanan Pangan tingkat Daerah (FasDa). Baik FasNas dan FasDa
bertanggung jawab melaksanakan edukasi keamanan pangan bagi pelaku Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayahnya masing-masing.
3. Workshop FGD dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta 9 (sembilan) Politeknik Kesehatan (Poltekkes)-
Kementerian Kesehatan Bandung, Jakarta III, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,
Malang, Serang, Medan dan Padang. Workshop ini dilakukan sebagai bentuk koordinasi
dalam pelaksanaan sosialisasi keamanan pangan yang akan dilaksanakan oleh alumni
dan atau mahasiswa Poltekkes yang akan bertugas sebagai tenaga Fasilitator
Keamanan Pangan di desa target. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari
permasalahan tidak tercapainya target jumlah UMKM yang diintervensi pada tahun 2017
dan konsolidasi serta koordinasi dengan pihak Poltekkes.
4. Sosialisasi Keamanan Pangan kepada pelaku usaha pangan dilaksanakan oleh
Fasilitator Keamanan Pangan yang berasal dari organisasi masyarakat dan mahasiswa
dan atau alumni Poltekkes. Fasilitator keamanan pangan yang berasal dari organisasi
masyarakat mengintervensi sebanyak 7.015 pelaku usaha pangan, sedangkan fasilitator
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
57
keamanan pangan yang berasal dari Poltekkes mengintervensi sebanyak 10.580 pelaku
usaha pangan.
Realisasi indikator kinerja kedelapan Persentase (Usaha Mikro Kecil dan Menengah/UMKM)
yang meningkat pemahamannya tentang keamanan pangan yaitu pada tahun 2018 sebesar
68,8% bila dibandingkan dengan target 2018 sebesar 70% maka capaian adalah sebesar
98,40% dengan kategori cukup. Realisasi tahun 2018 bila dibandingkan dengan realisasi
tahun 2017 adalah sebesar 102,38%. Indikator kinerja pada tahun 2017 berupa jumlah
UMKM yang diintervensi kemudian dikonversi menjadi persentase. Realisasi tahun 2018
dibandingkan dengan indikator kinerja pada Renstra tahun 2019 adalah 86%, sehingga
masih terdapat gap dengan Renstra tahun 2019 untuk indikator tersebut sebesar 14%.
Diperlukan upaya dalam meningkatkan pemahaman keamanan pangan pelaku usaha.
Capaian tahun 2018 sebesar 98,40%, hal ini disebabkan sebagian peserta yang belum
mencapai kompetensi yang diharapkan karena latar belakang pendidikan pelaku usaha
pangan yang beragam. Rencana tindak lanjut untuk dapat meminimalkan potensi masalah
tersebut diperlukan model intervensi dengan materi yang lebih disesuaikan dengan tingkat
pendidikan peserta sehingga materi keamanan pangan yang dapat mudah dipahami oleh
pelaku usaha pangan.
Realisasi tahun 2018 terhadap sasaran Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku
Usaha yaitu persentase UMKM Pangan yang diintervensi keamanan pangan sebesar
24,42% bila dibandingkan dengan target 2018 sebesar 20% maka capaian adalah sebesar
122%. Hal ini disebabkan karena antusiasme dari pelaku usaha pangan untuk mengikuti
kegiatan bimbingan teknis dan sosialisasi keamanan pangan. Selain itu, komitmen dari
organisasi masyarakat, poltekkes serta stakeholder lainnya untuk mendukung kegiatan
bimbingan teknis dan sosialisasi keamanan pangan. Workshop FGD dengan Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta
9 (sembilan) Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan turut memberi andil
dalam penguatan komitmen serta koordinasi dalam pelaksanaan sosialisasi keamanan
pangan. Pertemuan koordinasi dengan para pemimpin organisasi masyarakat serta
pelaksanaan ToT bagi Fasilitator Keamanan Pangan memperkuat komitmen dan dukungan
dari organisasi masyarakat terhadap pelaksanaan bimbingan teknis keamanan pangan dan
sosialisasi keamanan pangan.
Pada tahun 2019 target persentase UMKM Pangan yang diintervensi keamanan pangan
sebesar 2%, yang merupakan peningkatan 2% dari jumlah UMKM Pangan yang diintervensi
keamanan pangan pada tahun 2018. Persentase ini dibuat relatif stabil terhadap intervensi
UMKM pangan tahun 2018 adalah berorientasi pada pengawalan UMKM yang sudah
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
58
diintervensi serta penambahan UMKM pada kegiatan pendampingan yang sifatnya intensif
sehingga penambahan jumlah UMKM tidak besar.
G. PROGRAM PRIORITAS NASIONAL PASAR AMAN DI DESTINASI WISATA
Kegiatan desa pangan aman di daerah destinasi wisata merupakan kegiatan prioritas
nasional yang diinisiasi oleh Badan POM dan bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata.
Desa wisata yang dipilih sebagai lokus merupakan 10 destinasi prioritas Kementerian
Pariwisata.
Kegiatan desa pangan aman di daerah destinasi wisata merupakan kegiatan yang
mendukung kegiatan desa pangan aman untuk meningkatkan keamanan pangan
masyarakat desa khususnya di desa daerah destinasi wisata. Kegiatan ini merupakan
kegiatan pendukung desa pangan aman, dengan kata lain indikator kegiatan ini mendukung
IKU desa pangan aman. Kegiatan desa pangan aman di daerah destinasi wisata dilakukan
dalam bentuk bimbingan teknis dengan target para Pedagang Kreatif Lapangan (PKL),
UMKM Pangan dan stakeholder terkait. Target kegiatan ini akan dilaksanakan ke 10
(sepuluh) desa destinasi wisata yaitu Danau Toba di Sumatera Utara, Tanjung Kelayang di
Pangkal Pinang, Kepulauan Seribu di Jakarta, Tanjung Lesung di Serang, Borobudur di Jawa
Tengah, Bromo Tengger di Jawa Timur, Mandalika di Mataram, Wakatobi di Kendari, Labuan
Bajo di Kupang dan Pulau Morotai di Maluku.
Kegiatan ini baru dimulai pada tahun 2017. Capaian kegiatan desa pangan aman di daerah
destinasi wisata tahun 2018 mencapai 100%, karena telah dilaksanakan kegiatan bimbingan
teknis di 10 (sepuluh) desa daerah destinasi wisata sesuai target dan telah melakukan
bimbingan teknis kepada dengan cakupan 790 peserta yang berasal dari UMKM pangan dan
stakeholder terkait (Dinas Kesehatan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Perangkat
Desa).
Tahapan kegiatan bimtek usaha pangan desa terkait daerah wisata adalah sebagai berikut:
1. Bimtek Usaha Pangan Desa terkait Daerah Wisata
Bimbingan teknis dilakukan dengan cara penyuluhan keamanan pangan yang dilakukan
oleh narasumber BB/BPOM dan Pusat kepada komunitas pengusaha pangan yang
terdiri dari pelaku usaha pangan siap saji, industri rumah tangga dan stakeholder terkait.
Acara bimtek berlangsung selama 1 (satu) hari dan dihadiri oleh peserta yang berjumlah
80 (delapan puluh) orang di setiap lokus. Kepada para peserta dilakukan pengukuran
pengetahuan dalam bentuk tes di awal dan di akhir acara untuk mengetahui sejauh
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
59
mana pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan dalam bimbingan teknis
yang telah dilakukan.
2. Pengawalan Usaha Pangan Desa terkait Daerah Wisata
Pengawalan dilakukan dengan cara melakukan kunjungan ke tempat usaha pangan di
daerah wisata yang diintervensi pada tahun sebelumnya. Kunjungan dilakukan oleh 2
(dua) orang Petugas BB/BPOM dan 2 (dua) orang Dinas Kesehatan setempat dan
melakukan kunjungan ke 10 UMKM. Kunjungan dilakukan sebanyak 1 (satu) kali,
dilaksanakan setelah bimtek usaha pangan di desa yang baru di daerah destinasi wisata
yang sama.
SOTK Lama
Kegiatan bimtek usaha pangan desa terkait daerah wisata di laksanakan di 5 (lima) titik yaitu
Desa Citeureup (Tanjung Lesung di Serang), Desa Kenalan (Borobudur di Jawa Tengah),
Desa Bon Jeruk (Mandalika di Mataram), Pulau Pramuka (Kepulauan Seribu di Jakarta), dan
Desa Senduro (Bromo Tengger di Jawa Timur). Kegiatan ini cukup berhasil dengan nilai
capaian 100% yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 19. Capaian Kegiatan di SOTK lama
SASARAN
KEGIATAN
INDIKATOR
KINERJA TARGET REALISASI
%
CAPAIAN KRITERIA
Sasaran
Kegiatan 3:
Desa
Wisata
Jumlah Desa
Pangan Aman di
Daerah Destinasi
Wisata
5 Desa Desa 100 % “BAIK”
SOTK Baru
Kegiatan bimtek usaha pangan desa terkait daerah wisata dilaksanakan di 5 (lima) titik yaitu
Desa Morotai Timur (Morotai di Maluku), Desa Sibaganding (Danau toba di Sumatera Utara),
Kampung Ujung (Labuan Bajo di Kupang), Desa Lenggang Gantung (Tanjung Kelayang di
Pangkal Pinang), dan Kelurahan Wanci (Wakatobi di Kendari). Kegiatan ini cukup berhasil
dengan nilai capaian 100% yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 20. Capaian Kegiatan di SOTK baru
SASARAN
KEGIATAN
INDIKATOR
KINERJA TARGET REALISASI
%
CAPAIAN KRITERIA
Sasaran
Kegiatan 3:
Desa Wisata
Jumlah Desa
Pangan Aman di
Daerah Destinasi
Wisata
5 Desa Desa 100 % “BAIK”
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
60
Realisasi indikator tahun 2018 terhadap sasaran Direktorat Pemberdayaan Masyarakat
Pelaku Usaha yaitu persentase desa di destinasi wisata prioritas yang menerapkan konsep
desa pangan aman adalah 100% bila dibandingkan dengan target 2018 sebesar 80% maka
capaian adalah 125% dengan kategori baik. Sedangkan untuk realisasi 2017 adalah 100%,
bila dibandingan realisasi indikator 2018 terhadap realisasi 2017 adalah 100%. Peningkatan
capaian di tahun 2018 disebabkan oleh penerimaan Pemerintah Daerah terhadap program
keamanan pangan di daerah destinasi wisata meningkat. hal ini dikarenakan destinasi wisata
merupakan program nasional yang ditetapkan Presiden, sehingga Pemerintah Daerah dari
berbagai komponen/satuan kerja memberikan perhatian dan anggaran dalam hal
memfasilitasi sarana.
Selain itu, kegiatan desa pangan aman di daerah destinasi wisata didahului dengan advokasi
BPOM kepada Pemerintah Daerah dalam bentuk kegiatan pertemuan advokasi Pemerintah
Daerah oleh Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pelaku Usaha. Kegiatan advokasi juga
berhasil melakukan pendekatan ke Kepala Daerah sehingga Pemerintah Daerah
memberikan dukungan yang optimal pada program keamanan pangan. Dinas Kesehatan di
daerah destinasi wisata juga ikut terlibat dalam hal pengawasan pangan.
TINDAK LANJUT
Di tahun 2019, Kegiatan ini akan diserahkan pengelolaannya ke BBPOM/BPOM sehingga
diharapkan desa yang telah diintervensi akan lebih efektif di dalam kegiatan pengawalan
desa oleh BBPOM/BPOM dalam menjalanankan program pangan aman secara
berkelanjutan. Sementara itu Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha akan
melakukan penguatan dalam sistem monitoring dan evaluasi terhadap program desa wisata.
H. PASAR YANG DIINTERVENSI MENJADI PASAR AMAN DARI BAHAN BERBAHAYA
Program pasar aman dari bahan berbahaya merupakan program yang diinisiasi oleh Badan
POM sejak tahun 2013 dan melibatkan kontribusi aktif dari pemangku kepentingan lainnya.
Program ini dipilih karena berdasarkan hasil observasi, pasar merupakan simpul penting
dalam rantai peredaran bahan berbahaya yang dilarang untuk pangan ke industri rumah
tangga pangan, termasuk pengolah PJAS. Oleh sebab itu pengendalian peredaran bahan
berbahaya di pasar menjadi salah satu upaya intervensi dari sisi pasokan (supply side) dalam
meningkatkan keamanan pangan.
Implementasi program ini disusun melalui rencana aksi yang melibatkan peran masyarakat,
lintas sektor dan stakeholder terkait untuk mewujudkan pasar aman dari bahan berbahaya
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
61
melalui pemberdayaan komunitas pasar untuk melakukan pengawasan bahan berbahaya
secara mandiri. Untuk mengantisipasi keterbatasan anggaran dan SDM di pusat, maka
rangkaian kegiatan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya melibatkan pusat dan Balai
Besar/Balai POM di 31 provinsi. Rangkaian kegiatan di daerah yang dilakukan oleh Balai
dengan target pemberdayaan komunitas meliputi advokasi kepada Pemda dan Stakeholder
di daerah, penyuluhan bagi komunitas pasar, bimtek/pendampingan petugas pengawas
pasar, kampanye masyarakat dan monev hasil pengawasan. Rencana aksi yang dilakukan
oleh Balai tersebut mengacu pada juknis yang disusun oleh pusat disesuaikan dengan
kebutuhan terhadap keberhasilan program, yaitu menurunnya penyalahgunaan dan
peredaran bahan berbahaya di pasar yang diintervensi. Program ini memiliki indikator
Persentase Pasar yang memenuhi kriteria Pasar Aman dari Bahan Berbahaya dengan target
di tahun 2018 sebesar 65%.
Adapun untuk mencapai target yang diharapkan, telah dilakukan beberapa kegiatan sebagai
bagian dari intervensi terhadap pasar-pasar tersebut:
- Focused Group Discussion komitmen pemda dan lintas sektor tentang pasar aman dari
bahan berbahaya.
- Bimtek keamanan pangan.
- Pelatihan fasilitator pasar aman dari bahan berbahaya di daerah.
- Monitoring dan evaluasi implementasi pasar aman dari bahan berbahaya.
- Pengadaan peralatan pendukung untuk pasar pilot dalam rangka pasar aman dari bahan
berbahaya.
- Penyusunan dan review pedoman dan modul.
- Sosialisasi Sistem Informasi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya (SIPAMAN)
- Penyusunan dan penyebaran media informasi tentang bahan berbahaya dan kemasan
pangan.
- Asistensi dan sosialisasi pasar aman dari bahan berbahaya kepada pemerintah daerah
dalam Germas Sapa.
- Perencanaan dan evaluasi program gerakan masyarakat hidup sehat sadar pangan
aman.
Sampai akhir tahun 2018, beberapa output telah dihasilkan oleh program Pasar Aman dari
Bahan Berbahaya, diantaranya: dari hasil Focused Group Discussion Komitmen Pemda dan
lintas sektor tentang pasar aman dari bahan berbahaya, sebanyak 81% pasar memenuhi
kriteria Pasar Aman dari Bahan Berbahaya sehingga mendapatkan capaian sebesar
124,6%. Keberhasilan ini disebabkan oleh:
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
62
1. Adanya dukungan dari pemerintah daerah terhadap program pasar aman dari bahan
berbahaya, dukungan tersebut berupa alokasi anggaran untuk mendukung program
pasar;
2. Pemerintah Daerah telah melakukan sosialisasi mengenai keamanan pangan di pasar
pasar target;
3. Pemerintah Daerah telah melakukan tindak lanjut atas temuan pangan yang tidak
memenuhi syarat di pasar pasar target;
4. Adanya replikasi pasar aman dari bahan berbahaya yang dilaksanakan oleh beberapa
Pemda dan berdampak pada penguatan manajemen pasar.
Pelatihan fasilitator pasar aman dari bahan berbahaya pada tahun 2018, BPOM telah
melakukan kerjasama dengan Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo). Dari target
sebanyak 300 peserta, diperoleh 263 peserta yang mengikuti pelatihan tersebut. Tidak
tercapainya jumlah peserta diakibatkan karena belum tersedianya anggaran beberapa
Pemerintah Daerah untuk mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini dapat menjadi evaluasi untuk
membuat strategi baru dalam penyelenggaraan di tahun 2019. Sampai dengan tahun 2018,
sebanyak 618 Fasilitator yang berasal dari OPD terkait dan unit pusat telah dilatih melalui
Pelatihan Fasilitator Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. Fasilitator ini diharapkan menjadi
motor penggerak keberlangsungan program di daerah, khususnya dalam mendorong Pemda
untuk mereplikasi pasar yang diintervensi menjadi pasar aman dari bahan berbahaya.
Hasil pengawasan terhadap pangan dan bahan berbahaya yang beredar di pasar, yang
dilakukan oleh petugas pasar dan disupervisi oleh petugas dari Balai Besar/ Balai POM
menunjukkan adanya tren penurunan dari tahun 2013-2018.
Grafik 4. Hasil Pengawasan Pangan dan Bahan Berbahaya di Pasar tahun 2013-2018
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
63
Dari 170 pasar yang diintervensi, telah dilakukan penilaian terhadap pasar yang akan
mendapatkan award pasar aman dari bahan berbahaya. Indikator penilaian award tersebut
adalah adanya dukungan dari pemerintah daerah, kondisi pasar, hasil uji dan sampling
pangan serta kemandirian pasar dalam Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. Ketiga
pasar tersebut adalah Pasar Sambelegi Kab. Sleman, Pasar Minulyo Kab. Pacitan, Pasar
Kahayan Kota Palangkaraya. Keberhasilan ke 3 pasar tersebut tentunya dapat menjadi
percontohan bagi pasar yang lain dan motivasi kepada Pemerintah Daerah untuk secara
mandiri mewujudkan Pasar Aman dari Berbahaya.
Terkait dengan output yang sudah dicapai sampai dengan tahun 2018, diperlukan rencana
aksi untuk menindaklanjuti dan mendorong keberhasilan implementasi Program Pasar Aman
dari Bahan Berbahaya, diantaranya:
1. Perlunya pendampingan dan pembinaan bagi pasar-pasar hasil replikasi daerah baik
oleh petugas pengawas di pasar, fasilitator, maupun petugas Balai Besar/ Balai POM.
Penyediaan peralatan pendukung untuk pengawasan oleh Pemda sebaiknya diikuti
dengan monitoring secara rutin.
2. Pemberdayaan tim pengawas terpadu bahan berbahaya untuk menindaklanjuti hasil
temuan di pasar percontohan khususnya di daerah-daerah dengan rata-rata temuan
pangan TMS di pasar percontohan diatas rata-rata nasional. Diharapkan Tim Pengawas
Terpadu di daerah dapat menyusun suatu SOP untuk tindak lanjut hasil pengawasan
bahan berbahaya di pasar.
3. Pengembangan metode intervensi baru terhadap wilayah yang rata-rata temuan pangan
TMS di pasar percontohan masih diatas rata-rata nasional.
4. Pemberdayaan fasilitator program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya diperlukan
sebagai tindak lanjut dari pelatihan yang telah dilaksanakan sehingga tahun 2020
Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya di daerah telah siap dialih kelola oleh
Pemda.
5. Penguatan terus menerus Jejaring Keamanan Pangan Daerah untuk lebih mendukung
program keamanan pangan termasuk Pasar Aman Dari Bahan Berbahaya
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
64
CAPAIAN KUMULATIF HINGGA TAHUN 2018
Sebanyak 19 pasar di destinasi pariwisata prioritas juga telah diintervensi Badan POM pada
tahun 2018. Hasil Intervensi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 21. Hasil intervensi pasar aman di destinasi wisata tahun 2018
No Provinsi Destinasi Pariwisata Nama Pasar
1. Sumatera Utara Danau Toba Pasar Balige
Pasar Tiga Raja
2. Kepulauan Bangka
Belitung
Tanjung Kelayang Pasar Berehun
Pasar Gantung
3. Banten Tanjung Lesung Pasar Panimbang
Pasar Citeureup
4. DKI Jakarta Kepulauan Seribu Pasar Pulau Untung Jawa
Pasar Pulau Pramuka
5. Jawa Tengah Borobudur Pasar Borobudur
Pasar Salaman
6. Jawa Timur Bromo-Tengger-
Semeru
Pasar Sukapura
Pasar Senduro
7. NTB KEK Mandalika Pasar Sengkol
Pasar Jelojok
8. NTT Labuan Bajo Pasar Kampung Ujung
Pasar Batu Cermin
9. Sulawesi Tenggara Wakatobi Pasar Mandati
Pasar Usuka
10. Maluku Utara Morotai Pasar Baru Gotalamo
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
65
I. SOSIALISASI KEAMANAN PANGAN
Pada tahun 2018, kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka sosialisasi keamanan pangan
adalah sebagai berikut:
1. Sosialisasi Keamanan Pangan kepada Individu
Kegiatan ini masuk dalam anggaran tahun berjalan (TA 2018) namun masih termasuk
output Struktur Organisasi Lama (Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan
Pangan).
Pelaksanaan Sosialisasi Keamanan Pangan Kepada Individu dilaksanakan sebanyak
11 (sebelas) kali dengan total peserta sebanyak 2703 (dua ribu tujuh ratus tiga) orang
yang berasal dari organisasi kemasyarakatan seperti Konggres Wanita Indonesia
(Kowani), Aisyiyah, Persaudaraan Muslimah (Salimah), Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK), Praja Muda Karana (Pramuka), Wanita Indonesia (organisasi anggota
Kowani) dan mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Pelaksanaan kegiatan ini
dilaksanakan di Badan POM dan Aula Gedung PP Muhammadiyah, Jl Menteng, Jakarta
Pusat dengan hasil evaluasi pelaksanaan sebagai berikut:
Tabel 22. Hasil evaluasi pemahaman peserta pada Kegiatan Sosialisasi Keamanan Pangan
kepada Individu
NO TANGGAL
PELAKSANAAN
ORMAS Nilai rata-rata
pre tes
Nilai rata-
rata post tes
Delta
1 4 April 2018 Mahaiswa
UNJ
87.07 90.96 3.89
2 12 April 2018 Kowani 86.49 87.76 1.27
3 17 April 2018 Kowani 87.31 90.30 2.99
4 19 April 2018 Pramuka 87.31 91.22 3.91
5 4 Mei 2018 Aisyiyah 86.00 89.00 3.00
6 7 Mei 2018 Salimah 85.00 88.00 3.00
7 8 Mei 2018 Wanita Islam 83.00 88.00 5.00
8 9 Mei 2018 Salimah 85.00 88.00 3.00
9 3 Juli 2018 Aisyiyah 84.00 88.00 4.00
10 6 Juli 2018 PKK 87.00 89.00 2.00
11 13 Juli 2018 PKK 85.00 89.00 4.00
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) kegiatan ini adalah Persentase individu yang
memahami konsep keamanan pangan dengan perhitungan perbandingan jumlah
individu yang memahami konsep keamanan pangan terhadap jumlah individu yang
mendapat sosialisasi keamanan pangan. Individu yang memahami konsep keamanan
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
66
pangan adalah masyarakat yang mendapat sosialisasi keamanan pangan dengan hasil
evaluasi (post test) sesuai dengan kriteria, yaitu nilai di atas 80.00.
Kunci keberhasilan pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Keamanan Pangan Kepada
Individu antara lain:
a. Peserta merupakan anggota Organisasi masyarakat (Ormas) yang terpilih sehingga
target peserta yang memperoleh informasi keamanan pangan dapat tercapai
b. Sudah adanya Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara
Badan POM dan Organisasi Masyarakat
Berikut daftar MoU Badan POM dan Ormas dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 23. Daftar MoU Badan POM
NO MOU / PERJANJIAN
KERJASAMA
TENTANG TANGGAL DAN TAHUN
PENANDATANGAN
MOU
1 MoU antara Badan
POM - PP 'Aisyiyah
Kerja sama dalam pelaksanaan
komunikasi, informasi dan edukasi
di Bidang Obat dan Makanan
30 Oktober 2017
(3 tahun)
2 MoU antara Badan
POM - TP PKK
Pusat
Peningkatan Peran Tim Penggerak
Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga di Bidang Keamanan
Obat dan Makanan
30 Oktober 2017
(3 tahun)
3 MoU antara Badan
POM-Kwarnas
Pemberdayaan Potensi Gerakan
Pramuka dalam Peningkatan
Keamanan Obat dan Makanan
22 Februari 2017 - 2022
(5 tahun)
4 MoU antara Salimah
dan Badan POM
Kerja Sama Dalam Pelaksanaan
Komunikasi Informasi Dan Edukasi
Keamanan Pangan
5 Maret 2016 -2019
(3 tahun)
5 MoU antara Badan
POM dan UNJ
Kerja Sama di Bidang Pendidikan,
Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat
7 Desember 2015 - 2020
(5 tahun)
6 MoU antara Badan
POM dan KOWANI
Kerja Sama dalam Pelaksanaan
Komunikasi Informasi dan Edukasi
Keamanan Pangan
21 Mei 2015 - 2018
(3 tahun)
PKS
1 PKS antara Deputi III
dengan Wakil Kepala
Bidang Perencanaan
Pengembangan dan
Kerjasama Kwartir
Nasional
Pemberdayaan Potensi Gerakan
Pramuka dalam Peningkatan
Keamanan Pangan
30 Oktober 2017 - 2020
(3 tahun)
2 PKS antara Deputi III
dan Sekretaris
Jenderal Kowani
Pelaksanaan Komunikasi Informasi
Dan Edukasi Keamanan Pangan
28 Februari 2017 - 2020
(3 tahun)
3 PKS antara Deputi III
dengan Sekretaris
Umum Persaudaraan
Muslim (SALIMAH)
Komunikasi Informasi dan Edukasi
Keamanan Pangan
28 Februari 2017 - 2021
(4 tahun)
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
67
TINDAK LANJUT
a. Materi sosialisasi keamanan pangan terkait penyimpangan pangan, baik pangan
mentah, pangan matang ataupun pangan yang tidak habis dikonsumsi harus
ditekankan dalam bentuk perbaikan materi.
b. Untuk mepertahankan dan meningkatkan kemampuan narasumber, dilakukan
ujicoba (mock) dalam kelas yang lebih kecil. Hal ini sesuai dengan mitigasi resiko
terkait KIE.
c. Untuk meningkatkan jangkauan masyarakat yang terpapar keamanan pangan,
akan dilatih Kader Keamanan Pangan yang berasal dari Ormas, karena ormas
mempunyai basis massa yang besar dan terstruktur sampai level kelurahan/desa
sehingga Kader yang telah dilatih akan menyebarkan ke komunitas organisasinya
dan dilaksanakan secara berjenjang, seperti Kader Nasional akan melanjutkan
kepada Kader Provinsi, Kader Provinsi melanjutkan kepada Kader Kabupaten/Kota
dan Kader Kabupaten/Kota melanjutkan kepada Kader Kecamatan.
Gambar 5. Sosialisai Keamanan Pangan kepada Individu
2. Pemberdayaan Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan
Melalui pemberdayaan komunitas masyarakat diharapkan masyarakat yaitu ibu rumah
tangga dapat menyiapkan dan mengolah pangan sesuai dengan prinsip keamanan
pangan, anak-anak mampu memilih dan membeli pangan jajanan yang aman, bermutu
dan bergizi, penyedia pangan (ritel, PKL, IRTP dll) dapat menyediakan pangan yang
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
68
aman untuk dikonsumsi. Selain itu, perangkat desa/kelurahan dan pemuda mampu
melakukan pengawasan pangan yang beredar di daerahnya. Sehingga risiko
masyarakat terkena penyakit dapat diturunkan dan ekonomi masyarakat dapat
ditingkatkan. Disamping itu, beban Pemerintah Daerah untuk mengatasi masalah
pangan menjadi berkurang.
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan penyebaran informasi mengenai
keamanan pangan melalui kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada
masyarakat. Hal ini untuk membekali komunitas masyarakat dengan pengetahuan
mengenai keamanan pangan. Melalui kegiatan ini diharapkan komunitas tersebut dapat
mengimplementasikan keamanan pangan dilingkungannya secara mandiri.
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:
a. Penyebaran informasi dan edukasi keamanan pangan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang bahaya dan risiko pangan yang tidak memenuhi
persyaratan keamanan pangan
b. Untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan pelaku usaha dan masyarakat
untuk menerapkan peraturan/standar mutu dan keamanan pangan
c. Untuk meningkatkan peran serta berbagai pihak dalam program Keamanan Pangan
d. Untuk meningkatkan budaya pangan aman di masyarakat.
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan yaitu meningkatkan pemahaman komunitas
masyarakat dan pelaku usaha pangan terhadap keamanan pangan. Tahun 2018
kegiatan Pemberdayaan Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan diselenggarakan di
provinsi Jawa Barat, Banten, dan NTB dengan pembagian materi sebagai berikut:
a. Untuk umum, materi yang disampaikan adalah:
Pemberdayaan Masayarakat Melalui Germas SAPA
Peran Serta Masyarakat dalam Mewujudkan Keamanan Pangan
Penyebaran Informasi Obat dan Makanan
b. Untuk pramuka, materi yang disampaikan adalah:
- Pengenalan Badan Pengawas Obat dan Makanan / BBPOM di Bandung dan
Loka di Kabupaten Tasikmalaya dan Bogor
- Gerakan Masyarakat Sadar Pangan Aman
- Buku Saku Fasilitator Keamanan Pangan Sekolah
- Pengenalan Website BPOM, subsite klupompi dan aplikasi Keamanan
Pangan/Pramuka SAPA
Adapun nama dan narasumber dan jadwal dalam rangka penyelenggaraan kegiatan
Pemberdayaan Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan sebagai berikut:
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
69
Tabel 24. Nama dan narasumber dan jadwal dalam rangka penyelenggaraan kegiatan
Pemberdayaan Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan
Narasumber
Instansi Tanggal Lokasi Peserta
Nurmansah E.
Tanjung
Komisi IX
DPR
8 September 2018 Jawa Barat Umum
200 orang
Ir. Edi Kusnadi, MT
BBPOM di
Bandung
Sondang Widya
Estikasari, S.Si,
Apt, MKM
BPOM
Nurmansah E.
Tanjung
Komisi IX
DPR
15 September
2018
Dra. Edah
Zubaedah Saputra,
Apt
BBPOM di
Bandung
Sondang Widya
Estikasari, S.Si,
Apt, MKM
BPOM
Hj Dewi Asmara,
SH, MH
Komisi IX
DPR
10 September
2018
Ir. Rusiana, MSc BBPOM di
Bandung
Dra. Deksa
Presiana, Apt,
MKes
BPOM
Hj Dewi Asmara,
SH, MH
Komisi IX
DPR
29 September
2018
Dra. Siti Rulia, Apt BBPOM di
Bandung
Dra. Siti Elyani,Apt,MKM
BPOM
Drg Putih Sari Komisi IX
DPR
11 November
2018
I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Dewa, SSi., Apt., MPPM
BBPOM di
Bandung
Dra. Dewi Prawitasari, Apt, MKesra.
BPOM
Drg Putih Sari Komisi IX
DPR
12 November
2018
I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Dewa, SSi., Apt., MPPM
BBPOM di
Bandung
Dra. Dewi Prawitasari, Apt, MKesa. Dini nia
BPOM
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
70
Narasumber
Instansi Tanggal Lokasi Peserta
H. Haerudin, S.Ag, MH
Komisi IX DPR
3 November 2018
I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Dewa, SSi., Apt., MPPM
BBPOM di Bandung
Drh. A A Nyoman MN
BPOM
H. Haerudin, S.Ag, MH
Komisi IX DPR
12 November 2018
Dra. Ami Damilah, Apt
BBPOM di Bandung
Dra. Dini Gardenia, Apt, MP
BPOM
Ir Ketut Sustiawan Komisi IX DPR
20 September 2018
I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Dewa, SSi., Apt., MPPM
BBPOM di Bandung
Dra. Deksa Presiana, Apt, MKes
BPOM
Ir Ketut Sustiawan Komisi IX DPR
29 September 2018
I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Dewa, SSi., Apt., MPPM
BBPOM di Bandung
Dra. Dini Gardenia, Apt, MP
BPOM
Ir. Ichsan Firdaus Komisi IX DPR
20 September 2018
Drs. Endang Yaya, Apt,
BBPOM di Bandung
Ema Setyawati, SSi, Apt, ME Dra. Dini Gardenia
BPOM
Ir. Ichsan Firdaus Komisi IX DPR
27 September 2018
Dra. Ami Damilah, Apt
BBPOM di Bandung
Dra. Mauizzati Purba, Apt, MKes Dra. Dini Gardenia
BPOM
Ir. Ribka Tjiptaning Komisi IX DPR
16 November 2018
Dra. Edah Zubaedah Saputra, Apt
BBPOM di Bandung
Drh. A A Nyoman MN Dra. Dini Gardenia
BPOM
Ir. Ribka Tjiptaning Komisi IX DPR
30 November 2018
I Gusti Ngurah Bagus Kusuma
BBPOM di Bandung
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
71
Narasumber
Instansi Tanggal Lokasi Peserta
Dewa, SSi., Apt., MPPM
Drh. A A Nyoman MN Dra. Dini Gardenia
BPOM
Hj Dewi Asmara, SH, MH
Komisi IX DPR
10 September
2018 Ir. Rusiana, MSc BBPOM di
Bandung
Dra. Deksa Presiana, Apt, MKes
BPOM
Hj Dewi Asmara, SH, MH
Komisi IX DPR
29 September
2018 Dra. Siti Rulia, Apt BBPOM di
Bandung
Dra. Deksa Presiana, Apt, MKes
BPOM
Dede Yusuf Macan Efendi, ST, MSi,
Komisi IX DPR
17 November
2018 I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Dewa, SSi., Apt., MPPM
BBPOM di Bandung
Dra. Dewi Prawitasari, Apt, MKes
BPOM
Dede Yusuf Macan Efendi, ST, MSi,
Komisi IX DPR
22 Desember
2018 I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Dewa, SSi., Apt., MPPM
BBPOM di Bandung
Dra. Dini Gardenia, Apt, MP
BPOM
Ir. Yayat Biaro, SH Komisi IX DPR
2 Oktober 2018 Serang
Dra.Sukriadi Dharma, SSi,Apt
BBPOM di Serang
Dra. Dini Gardenia, Apt, MP
BPOM
Ir. Yayat Biaro, SH Komisi IX DPR
4 Oktober 2018
Dra.Sukriadi Dharma, SSi,Apt
BBPOM di Serang
Dra. Dini Gardenia, Apt, MP
BPOM
Dra. Hj Ermalena, MHS
Komisi IX DPR
9 Desember 2018 NTB
Dra. Dewi Prawitasari, Apt, MKes
BPOM
Sugonto Pemda
Prof, Dr. Suyatno, MPd
Pramuka Depok
Pramuka
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
72
Narasumber
Instansi Tanggal Lokasi Peserta
Dra. Dini Gardenia, Apt, MP
BPOM
20-21 Desember
2018
140 orang
Pramuka
120 orang
Yustina Muliani, MSi
Tri Fajarwaty, SP, MSc
Ratminah, SSi, Apt, MP
Rina Puspitasari, STP, MSc
Dra. Dini Gardenia, Apt, MP
BPOM 29 Desember
2018
Jawa Barat
Yustina Muliani, MSi
BBPOM di Bandung I Gusti Ngurah
Bagus Kusuma Dewa, SSi., Apt., MPPM
Saeful Bachri, SH,
MSi
Pramuka
Dari hasil olah kuesioner kepuasan pelanggan disimpulkan bahwa responden
menyetujui bahwa:
- Narasumber telah menyampaikan materi dengan baik
- Kegiatan mempunyai informasi yan penting bagi responden
- Informasi yang dsampaikan narasumber jelas
- Kegiatan dilaksanakan tepat waktu
- Sarana prasarana kegiatan memadai
- Sumber informasi tentang obat dan makanan banyak diperoleh dari Dinas
Kesehatan, Balai Besar POM dan media promosi lainnya
Adapun saran dari responden yaitu:
- BPOM dapat lebih memperketat pengecekan obat dan makanan berbahaya
- BPOM lebih menggencarkan edukasi tentang makanan dan obat di media sosial
- BPOM lebih menggencarkan edukasi kepada anak kecil dan usia tua
- BPOM melakukan acara sosialisasi berkelanjutan dan lebih meriah
3. Pameran Keamanan Pangan
Salah satu faktor yang mempengaruhi terwujudnya sumber daya manusia yang
berkualitas adalah keamanan dan mutu pangan yang dikonsumsinya. Keamanan dan
mutu produk pangan yang dikonsumsi masyarakat sangat ditentukan tidak hanya oleh
tingkat pengetahuan dan kesadaran produsen pangan, pemasok pangan, pengolah,
dan penjaja pangan, akan tetapi juga dipengaruhi oleh penanganan pangan oleh
konsumen. Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
73
keamanan pangan tersebut yaitu melalui kegiatan Komunikasi, Edukasi, dan Informasi
dalam bentuk booth/stand keamanan pangan dalam suatu event pameran. Pameran
sendiri seyogyanya menjadi alternatif sarana penyebaran informasi untuk meningkatkan
pengetahuan kepada masyarakat. Disamping mempromosikan tentang keamanan
pangan, dalam pameran secara tidak langsung dapat memberikan informasi dan
edukasi tentang keamanan pangan kepada masyarakat luas sehingga diharapkan
mampu mengubah sikap mentalnya terhadap masalah keamanan pangan.
Pameran keamanan pangan yang dilaksanakan pada tahun 2018 adalah sebagai berikut:
Tabel 25. Daftar Pameran Keamanan Pangan tahun 2018
No Nama Kegiatan Tanggal Kegiatan Tempat Kegiatan
1. Indonesia AgroFood Expo
2018 10 - 13 Mei 2018
Hall B Jakarta Convention
Center (JCC)
2. KOWANI FAIR 2018 24 - 27 Mei 2018 Smesco Convention Hall, Jl.
Gatot Subroto, Jakarta
3.
WidyaKarya Nasional
Pangan dan Gizi (WNPG)
XI
3 – 4 Juli 2018 Hotel Bidakara, Jakarta
4. Indonesia Halal Expo
(INDHEX 2018) 1 – 3 November 2018
Smesco Convention Hall, Jl.
Gatot Subroto, Jakarta
5.
Pameran Pembangunan
Kesehatan. Hari
Kesehatan Nasional
8 – 10 November 2018 ICE BSD, Serpong, Banten
6. Musyawarah Nasional IX
Aspadin 2018
13 – 14 November
2018
Holiday Inn Kemayoran
Jakarta
7. Hari Anti Korupsi Sedunia
(HAKORDIA) 2018 4 – 5 Desember 2018 Hotel Bidakara, Jakarta
Dengan adanya pameran keamanan pangan, maka kegiatan pemberdayaan
masyarakat dalam hal keamanan pangan menjadi lebih terarah dan dapat mencapai
sasaran dengan lebih baik. Masyarakat luas juga lebih mudah memahami dan
mencerna materi keamanan pangan dan dapat meningkatkan keterampilannya di
bidang keamanan pangan, sehingga diharapkan mampu mengubah sikap mentalnya
terhadap masalah-masalah keamanan pangan.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
74
J. PASAR YANG DIINTERVENSI MENJADI PASAR AMAN DARI BAHAN BERBAHAYA
KIE KEPADA MASYARAKAT TENTANG BAHAN BERBAHAYA DAN KEMASAN PANGAN
Intensifikasi Pemberdayaan Masyarakat melalui KIE Pasar Aman dari Bahan
Berbahaya
Pembangunan keamanan pangan dapat dimulai dari individu, keluarga, hingga masyarakat.
Oleh karena itu, perlu ada upaya yang menyentuh strata ini sehingga pangan yang aman,
bermutu dan bergizi menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Badan POM menyelenggarakan pengawasan dan inisiasi
pengawasan terpadu di Pusat dan Daerah serta pengawasan berbasis komunitas melalui
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Sadar Pangan Aman GERMAS SAPA. GERMAS SAPA
adalah Gerakan bersama semua potensi masyarakat dan jejaring keamanan pangan
nasional melalui strategi intervensi baik sisi supply maupun sisi demand. Hal ini juga sesuai
dengan arah kebijakan BPOM keempat, yaitu peningkatan pemahaman dan keterlibatan
masyarakat dan pelaku usaha dalam pengawasan Obat dan Makanan.
BPOM terus berupaya meningkatkan awareness masyarakat terhadap Obat dan Makanan
yang dikonsumsinya salah satunya melalui Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada
masyarakat tentang bahan berbahaya dan kemasan pangan bersama Tokoh Masyarakat
dan Organisasi Masyarakat. Peserta berasal dari masyarakat dan komunitas pasar, agar
masyarakat mampu memilih pangan yang aman di pasar, baik pasar modern maupun pasar
tradisional. Materi yang disampaikan berisi tentang pangan aman, pangan bebas bahan
berbahaya dan kemasan pangan yang aman.
Hasil pelaksanaan KIE dapat dilihat pada Tabel 17 dan 18 berikut ini:
Tabel 26. Hasil Pelaksanaan KIE tentang Bahan Berbahaya dan Kemasan Pangan
NO TOKOH
MASYARA
KAT
BPOM BB/ BPOM TGL TEMPAT JUMLAH
PESERTA
1 Dr. H. Suir Syam, M.Kes
Dini Gardenia
M. Suhendri 5 September 2018
Gedung Serba Guna Serumpun, Jl. Rambutan Raya, Kec Kuranji Kota Padang, Sumbar
200
2 Fifi Yani 7 September 2018
Gedung M. Syafei, Padang Panjang, Jl. Jend. Sudirman No.kel, Ps. Baru, Padang Panjang Bar., Kota Padang Panjang, Sumbar
200
3 Betti Shadiq Pasadigoe
Neni Yuliza Meilifa 7 September 2018
Aula Kemenag Sumbar
200
4 M. Suhendri 9 September 2018
Aula Kantor Wali Nagari Baringin,
200
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
75
NO TOKOH
MASYARA
KAT
BPOM BB/ BPOM TGL TEMPAT JUMLAH
PESERTA
Kec. Lima Kaum, Kab. Tanah Datar, Sumbar
5 Khaidir Abdurrahman, S.IP
AA Nyoman MN
Zulkifli 8 September 2018
Aula Polres Aceh Tamiang, Jl. H Juanda No 08 (Kebun Tanah Terban), Kec. Karang Baru, Kab. Aceh Tamiang, NAD
200
6 10 September 2018
Wisma Gedung Hasbi, Mon Geudong, Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, NAD
200
7 Dr. Saleh Partaonan Daulay, M.Ag, M.Hum, MA
Tetty H Sihombing
Sacramento Tarigan
19 September 2018
Balai Dusun Suka Rakyat, Desa Batu Tunggal, Kecamatan NA-XIX, Labuhan Batu Utara, Sumut
200
8 20 September 2018
Dusun Ujung Batu, Desa Tebing Tinggi Pangkatan, Kecamatan Pangkatan, Labuhan Batu, SUmut
200
9 Delia Pratiwi Br. Sitepu
Dini Gardenia
Fajar Sidik 21 September 2018
Desa Sidorejo, Kec. Sirapit, Kab. Langkat, Sumut
200
10 22 September 2018
Desa Pelawi Selatan, Kec. Babalan, Kab. Langkat, Sumut
200
11 Anshori Siregar, Lc
Mauizzati Purba
Sacramento Tarigan
12 Oktober 2018
Kel. Sumber Karya, Kec Binjai Timur, Kota Binjai, Sumut
200
12 13 Oktober 2018
Sinaksak, Tapian Dolok, Simalungun, Sumut
200
13 H. Muhammad Iqbal, SE, M. Kom
Neni Yuliza M. Suhendri 7 November 2018
Aula Dinas Pendidikan SD 01, Pasar Palembayan, Nagari Palembayan, Kec. Palembayan, Kabupaten Agam
153 *)
14 8 November 2018
SDN 23 Koto Baru, Jorong Railia Nagari Duo Koto, Kec. Tanjung Raya, Kab. Agam
200
JUMLAH TOTAL 2753
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
76
Tabel 27. KIE Bersama Tokoh Masyarakat *): undangan 200 orang tetapi yang hadir 153 orang
NO ORMAS TANGGAL TEMPAT JUMLAH PESERTA
1 PD Pasar Pakuan Jaya
dan masyarakat
15 Desember 2018 D’Anaya Hotel
Bogor
111
2 Persaudaraan Muslimah
(Salimah)
19 Desember 2018 Hotel Balairung 118
JUMLAH TOTAL 229
Faktor penunjang keberhasilan kegiatan ini adalah:
1. Adanya Pedoman Pelaksanaan KIE Pengawasan di Bidang Obat dan Makanan Bersama
Lintas Sektor Tahun Anggaran 2018 sehingga pelaksanaan kegiatan lebih terstruktur.
2. Nota Kesepahaman (MoU) antara Badan POM dan lintas sektor (Organisasi Masyarakat
(Ormas) dan Asparindo).
Masukan dari hasil kuesioner kepuasan pelanggan antara lain:
1. Membawa contoh produk yang aman dan tidak aman, narasumber BPOM memberikan
materi di sertai alat peraga/produk yang nyata/umum dipakai di masyarakat lebih bisa
mengenal produk apa yang tidak layak di konsumsi.
2. Sebaiknya dibentuk kader-kader yang mensosialisasikan tentang pangan supaya
masyarakat sehat dan terhindar dari penyakit.
3. Lebih banyak melakukan penyuluhan agar masyarakat terhindar dari pangan dan
kosmetik yg berbahaya bagi kesehatan.
4. Sering melakukan kegiatan seperti ini agar masyarakat lebih paham dan mengerti.
5. Pengawasan jajanan anak sekolah ditingkatkan.
6. Acara ini kalau bisa agar mencapai daerah-daerah terpencil agar masyarakatnya
mengetahui pentingnya Germas SAPA ini.
7. Semoga kegiatan ini terus dipublikasikan kepada masyarakat.
8. Acara ini diadakan secara berkala sehingga kita mendapat informasi yang lengkap
tentang bahan yang berbahaya.
9. Media informasi diperbanyak dan dipasang ditempat umum seperti sekolah, pasar, dll.
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
77
Tindak lanjut yang disarankan antara lain
1. Pembuatan alat peraga KIE untuk pangan yang aman dan tidak aman
2. KIE diperluas jangkauannya
3. Untuk meningkatkan jangkauan masyarakat yang terpapar keamanan pangan, akan
dilatih Kader Keamanan Pangan yang berasal dari ormas, karena ormas mempunyai
basis massa yang besar sampai level kelurahan/desa
Gambar 6. KIE Pasar Aman dari Bahan Berbahaya
Laporan Tahunan Direktorat PMPU 2018
78
Tahun 2018 merupakan tahun perubahan Badan POM menggunakan struktur dan tata kerja yang
baru. Dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 dan Peraturan BPOM Nomor 26
Tahun 2017 mengakibatkan terjadinya perubahan nama unit kerja dan ada perpindahan kegiatan
dari Direktorat di organisasi tata kerja lama dan yang baru. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat
dan Pelaku Usaha merupakan Direktorat yang baru muncul namanya di struktur organisasi Badan
POM.
Sebagian besar program yang dijalankan oleh Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku
Usaha merupakan program dari Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan di strukur
organisasi lama. Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya dan Pasar Aman di Destinasi Wisata
juga dijalankan oleh Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha merupakan
pelimpahan dari Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya di strukur organisasi lama.
Program yang dilaksanakan pada tahun 2018 merupakan pelaksanaan program kerja yang tertuang
dalam Revisi Renstra Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha 2015 – 2019 guna
mendukung visi dan misi Badan POM.
Beberapa Program Nasional telah dilakukan melanjutkan program yang sudah ada di tahun
sebelumnya dan juga telah dilakukan beberapa inovasi guna mencapai visi dan misi Badan POM.
Perkuatan, kendala dan rencana tindaklanjut perlu terus diperhatikan agar kesinambungan program
dapat terus dilaksanakan di tahun-tahun selanjutnya.
PENUTUP
Top Related