LAPORAN PENDAHULUAN
STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Defisit Perawatan Diri
di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga
Oleh
LUZI JASMI INDRIANA ZAHROH, S.Kep.
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PENDIDIKAN PROFESI NERS
PURWOKERTO
2012
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi adalah kebersihan
diri. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting
dan harus diperhatikan karena kebersihan diri maupun lingkungan akan
mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Perawatan hygine perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan
kesehatan yang rutin. Selain itu, beragam faktorpribadi dan sosial budaya
mempengaruhi praktik kesehatan yang rutin (Potter dan Perry, 2005).
Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang. Ada beberapa jenis kurang perawatan diri, diantaranya:
kurang perawatan diri mandi / kebersihan (gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri), kemudian kurang perawatan diri mengenakan
pakaian / berhias (gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan
sendiri), kurang perawatan diri makan (gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan), kurang perawatan diri toileting (gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri) (Nurjannah, 2004).
Praktik hygine sama dengnan peningkatan kesehatan. Kulit merupakan garis
pertahanan pertama dan pertahanan melawan infeksi. Denan implementasi tindakan
hygine klien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu
didalam lingkungan rumah, perawat menambah tingkat kesembuhan klien. Dengan
mengajarkan cara hygine pada klien, klien akan berperan aktif dalam meningkatkan
kesehatan dan menjadi partisipadi dalam perawatan diri ketikan memungkinkan.
2. Tujuan
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan defisit perawatan diri
b. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien dengan defisit perawatan diri
c. Melakukan intervensi keperawatan pada pasien dengan defisit perawatan diri
d. Melakukan evaluasi kemampuan pasien mengatasi defisit perawatan diri
e. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan.
B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
a. Menurut Poter dan Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya. Defisit perawatan diri adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan,
toileting) (Nurjannah, 2004). Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang
tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah
2000 ). Defisit perawatan diri mandi adalah kerusakan kemampuan dalam memenuhi
aktivitas mandi /kebersihan diri secara mandiri.
Jenis-jenis perawatan diri
a. Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah, 2004).
2. Etiologi
Faktor presiptasi dari deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
a. Lemah atau lelah
b. Cemas berat
c. Tidak mampu merasakan bagian tubuh
d. Kerusakan kognisi atau perceptual
e. Nyeri
f. Kerusakan neurovaskuler
g. Kerusakan musculoskeletal
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran
3. Faktor Predisposisi
a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang menjadi pencetus seseorang apakah
orang itu dapat melakukan perawatan diri atau tidak. Di lingkungan yang kotor
seseorang akan mengikuti kebiasaan dari lingkungan tersebut. Sedangkan apabila
berada pada lingkungan yang bersih, seseorang akan senantiasa menjaga
kebersihan dirinya.
b. Kurang atau penurunan motivasi.
Jika seseorang sudah tidak mempunyai motivasi atau semangat untuk menjaga
kebersihan diri dan melakukan perawatan diri mandi, maka orang tersebut akan
tetap malas untuk melakukan perawatan diri.
c. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
d. Biologi
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
e. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
f. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene adalah :
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
Menurut Depkes (2000) Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
4. Patofisiologi
Ketidakmampuan perawatan diri ditentukan oleh ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas. Ketidakmampuan untuk beraktivitas ini juga ditentukan oleh beberapa hal
seperti lemah atau lelah, cemas berat, tidak mampu merasakan bagian tubuh,
kerusakan kognisi atau perceptual, nyeri, kerusakan neurovaskuler, kerusakan
musculoskeletal. Jika kita tidak mampu beraktivitas (intoleransi aktivitas) atau
mengalami penurunan motivasi atau keinginan untuk beraktivitas, maka kita juga
tidak akan mampu untuk melakukan perawatan diri, sehingga kita akan mengalami
defisit perawatan diri.
5. Tanda dan Gejala
Tidak mampu untuk :
a. Membasuh bagian atau seluruh tubuh
b. Menyediakan sumber air mandi
c. Suhu air mandi regular
d. Mendapatkan peralatan mandi
e. Mengeringkan tubuh
f. Masuk/keluar kamar mandi
Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a. Fisik (badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor,kuku panjang dan kotor,
gigi kotor disertai mulut bau, penampilan tidak rapi)
b. Psikologis (malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak
berdaya, rendah diri dan merasa hina)
c. Sosial (interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai
norma, cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Meliputi : pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan urin rutin, pemeriksaan
kimia darah, pemeriksaan serologi.
b. Pemeriksaan radiagnostik (x-foto tulang belakang, x–foto kpeal dsb)
c. Pemeriksaan penunjang yang lain ( CT Joan , LP).
7. Pathway
Kerusakan dan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
Ketidakmampuan merawat diri
Defisit perawatan diri
8. Pengkajian
a. Biodata:
Nama : Jenis kelamin :
Usia : th Status :
Agama : Pendidikan :
Pekerjaan : Alamat :
Tanggal masuk : Kamar :
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu :
4) Riwayat penyakit keluarga :
c. Pola Kesehatan Fungsional
1) Pemeliharaan Kesehatan :
2) Eliminasi :
3) Aktifitas:
4) Pola Persepsi Kognitif :
- Lemah atau lelah- Cemas berat- Tidak mampu merasakan bagian tubuh- Kerusakan kognisi atau perceptual- Nyeri- Kerusakan neurovaskuler- Kerusakan musculoskeletal
5) Pola Istirahat:
6) Konsep Diri:
7) Pola Peran dan Hubungan:
8) Pola Reproduksi dan Seksual:
9) Pola Pertahanan dan Koping:
10) Keyakinan dan nilai:
d. Kaji adanya iritasi, ekskorasi, peradangan, swelling (bengkak) pada anggota
badan.
e. Kaji adanya bau, rasa tidak nyaman, gatal atau nyeri pada anggota badan.
f. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran :
Tanda vital :
Head to toe
g. Pemeriksaan Penunjang
Laborat :
Radiologi dll.
h. Therapy :
9. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Kurang perawatan diri (mandi, makan, berpakaian, toileting) berhubungan dengan
kelemahan fisik
10. Rencana Asuhan Keperawatan
No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi
1 Kurang perawatan
diri (mandi,
makan, berpakaian,
toileting)
berhubungan
dengan kelemahan
fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan klien secara
mandiri mampu untuk:
Keterangan:
1: Tidak dapat melakukan
2: Dibantu orang dan alat
3: Dibantu orang lain
4: Dengan alat bantu
5: Mandiri
Self Care assistane : ADLs
1. Monitor kemampuan klien dalam melakukan
ADL secara mandiri.
2. Monitor kebutuhan klien akan alat bantu dalam
melakukan ADL.
3. Menyediakan peralatan-peralatan pribadi yang
dibutuhkan klien (seperti deodoran, pasta gigi,
dan sabun mandi).
4. Membantu klien dalam melakukan ADL sampai
klien mampu melakukannya dengan mandiri.
5. Mendorong klien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai dengan tingkat
kemampuannya.
6. Mendorong klien untuk mandiri, tetapi bantu
klien bila klien tidak bisa melakukannya sendiri.
7. Mengajari keluarga untuk mendorong
kemandirian klien, dan hanya membantu jika
klien tidak mampu melakukannya sendiri.
1.Mengetahui
ADL pasien.
2.Mempermudah
klien
melakukan
ADL.
3.Mempersiapkan
sarana
prasarana klien
untuk ADL
4.Memotivasi
klien untuk
mandiri
melakukan ADL
5.Memandirikan
klien
6.Mendampingi
klien
7.Melibatkan
Indikator Awal Target1. Makan2. Berganti Pakaian3. Toileting4. Mandi5. Merawat diri6. Menjaga
kebersihan diri
22
2222
55
5555
peran keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan jiwa.
McCloskey, Joanne & Gloria M Bulechek, (2000), Nursing Outcome Classificatian (NOC), Second Ed, New York, Mosby.
_________, (2005), Nursing Intervention Classificatian (NIC), Second Ed, New York, Mosby.
NANDA, (2009). Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2009-2011. NANDA International. Philadelphia.
Nurjanah, I. (2001). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia.
Potter and Perry. (2005). Fundamental of Nursing. USA : Mosby.
Wartonah, Tarwoto.(2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.