LAPORAN PENDAHULUAN

15
LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA Defisit Perawatan Diri di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga Oleh LUZI JASMI INDRIANA ZAHROH, S.Kep. UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Defisit Perawatan Diri

di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga

Oleh

LUZI JASMI INDRIANA ZAHROH, S.Kep.

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PENDIDIKAN PROFESI NERS

PURWOKERTO

2012

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi adalah kebersihan

diri. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting

dan harus diperhatikan karena kebersihan diri maupun lingkungan akan

mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.

Perawatan hygine perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,

keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan

kesehatan yang rutin. Selain itu, beragam faktorpribadi dan sosial budaya

mempengaruhi praktik kesehatan yang rutin (Potter dan Perry, 2005).

Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan seseorang. Ada beberapa jenis kurang perawatan diri, diantaranya:

kurang perawatan diri mandi / kebersihan (gangguan kemampuan untuk melakukan

aktivitas mandi/kebersihan diri), kemudian kurang perawatan diri mengenakan

pakaian / berhias (gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan

sendiri), kurang perawatan diri makan (gangguan kemampuan untuk menunjukkan

aktivitas makan), kurang perawatan diri toileting (gangguan kemampuan untuk

melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri) (Nurjannah, 2004).

Praktik hygine sama dengnan peningkatan kesehatan. Kulit merupakan garis

pertahanan pertama dan pertahanan melawan infeksi. Denan implementasi tindakan

hygine klien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu

didalam lingkungan rumah, perawat menambah tingkat kesembuhan klien. Dengan

mengajarkan cara hygine pada klien, klien akan berperan aktif dalam meningkatkan

kesehatan dan menjadi partisipadi dalam perawatan diri ketikan memungkinkan.

2. Tujuan

a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan defisit perawatan diri

b. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien dengan defisit perawatan diri

c. Melakukan intervensi keperawatan pada pasien dengan defisit perawatan diri

d. Melakukan evaluasi kemampuan pasien mengatasi defisit perawatan diri

e. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan.

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN

B. TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

a. Menurut Poter dan Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,

kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan

perawatan kebersihan untuk dirinya. Defisit perawatan diri adalah gangguan

kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan,

toileting) (Nurjannah, 2004). Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang

tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah

2000 ). Defisit perawatan diri mandi adalah kerusakan kemampuan dalam memenuhi

aktivitas mandi /kebersihan diri secara mandiri.

Jenis-jenis perawatan diri

a. Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktivitas mandi/kebersihan diri.

b. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan

memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

c. Kurang perawatan diri : makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan

aktivitas makan.

d. Kurang perawatan diri : toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah, 2004).

2. Etiologi

Faktor presiptasi dari deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,

kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu

sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

a. Lemah atau lelah

b. Cemas berat

c. Tidak mampu merasakan bagian tubuh

d. Kerusakan kognisi atau perceptual

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN

e. Nyeri

f. Kerusakan neurovaskuler

g. Kerusakan musculoskeletal

Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah

kelelahan fisik dan penurunan kesadaran

3. Faktor Predisposisi

a. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor yang menjadi pencetus seseorang apakah

orang itu dapat melakukan perawatan diri atau tidak. Di lingkungan yang kotor

seseorang akan mengikuti kebiasaan dari lingkungan tersebut. Sedangkan apabila

berada pada lingkungan yang bersih, seseorang akan senantiasa menjaga

kebersihan dirinya.

b. Kurang atau penurunan motivasi.

Jika seseorang sudah tidak mempunyai motivasi atau semangat untuk menjaga

kebersihan diri dan melakukan perawatan diri mandi, maka orang tersebut akan

tetap malas untuk melakukan perawatan diri.

c. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan

inisiatif terganggu.

d. Biologi

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

e. Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

f. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi

lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene adalah :

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN

kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :

Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata

dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,

aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

Menurut Depkes (2000) Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

a. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri

misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan dirinya.

b. Praktik Sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan

terjadi perubahan pola personal hygiene.

c. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat

gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk

menyediakannya.

d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik

dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes

mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

e. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri

seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

g. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu

bantuan untuk melakukannya.

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN

4. Patofisiologi

Ketidakmampuan perawatan diri ditentukan oleh ketidakmampuan untuk melakukan

aktivitas. Ketidakmampuan untuk beraktivitas ini juga ditentukan oleh beberapa hal

seperti lemah atau lelah, cemas berat, tidak mampu merasakan bagian tubuh,

kerusakan kognisi atau perceptual, nyeri, kerusakan neurovaskuler, kerusakan

musculoskeletal. Jika kita tidak mampu beraktivitas (intoleransi aktivitas) atau

mengalami penurunan motivasi atau keinginan untuk beraktivitas, maka kita juga

tidak akan mampu untuk melakukan perawatan diri, sehingga kita akan mengalami

defisit perawatan diri.

5. Tanda dan Gejala

Tidak mampu untuk :

a. Membasuh bagian atau seluruh tubuh

b. Menyediakan sumber air mandi

c. Suhu air mandi regular

d. Mendapatkan peralatan mandi

e. Mengeringkan tubuh

f. Masuk/keluar kamar mandi

Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:

a. Fisik (badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor,kuku panjang dan kotor,

gigi kotor disertai mulut bau, penampilan tidak rapi)

b. Psikologis (malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak

berdaya, rendah diri dan merasa hina)

c. Sosial (interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai

norma, cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok

gigi dan mandi tidak mampu mandiri)

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Meliputi : pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan urin rutin, pemeriksaan

kimia darah, pemeriksaan serologi.

b. Pemeriksaan radiagnostik (x-foto tulang belakang, x–foto kpeal dsb)

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN

c. Pemeriksaan penunjang yang lain ( CT Joan , LP).

7. Pathway

Kerusakan dan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas

Ketidakmampuan merawat diri

Defisit perawatan diri

8. Pengkajian

a. Biodata:

Nama : Jenis kelamin :

Usia : th Status :

Agama : Pendidikan :

Pekerjaan : Alamat :

Tanggal masuk : Kamar :

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

2) Riwayat penyakit sekarang

3) Riwayat penyakit dahulu :

4) Riwayat penyakit keluarga :

c. Pola Kesehatan Fungsional

1) Pemeliharaan Kesehatan :

2) Eliminasi :

3) Aktifitas:

4) Pola Persepsi Kognitif :

- Lemah atau lelah- Cemas berat- Tidak mampu merasakan bagian tubuh- Kerusakan kognisi atau perceptual- Nyeri- Kerusakan neurovaskuler- Kerusakan musculoskeletal

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN

5) Pola Istirahat:

6) Konsep Diri:

7) Pola Peran dan Hubungan:

8) Pola Reproduksi dan Seksual:

9) Pola Pertahanan dan Koping:

10) Keyakinan dan nilai:

d. Kaji adanya iritasi, ekskorasi, peradangan, swelling (bengkak) pada anggota

badan.

e. Kaji adanya bau, rasa tidak nyaman, gatal atau nyeri pada anggota badan.

f. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran :

Tanda vital :

Head to toe

g. Pemeriksaan Penunjang

Laborat :

Radiologi dll.

h. Therapy :

9. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

Kurang perawatan diri (mandi, makan, berpakaian, toileting) berhubungan dengan

kelemahan fisik

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN

10. Rencana Asuhan Keperawatan

No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi

1 Kurang perawatan

diri (mandi,

makan, berpakaian,

toileting)

berhubungan

dengan kelemahan

fisik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam diharapkan klien secara

mandiri mampu untuk:

Keterangan:

1: Tidak dapat melakukan

2: Dibantu orang dan alat

3: Dibantu orang lain

4: Dengan alat bantu

5: Mandiri

Self Care assistane : ADLs

1. Monitor kemampuan klien dalam melakukan

ADL secara mandiri.

2. Monitor kebutuhan klien akan alat bantu dalam

melakukan ADL.

3. Menyediakan peralatan-peralatan pribadi yang

dibutuhkan klien (seperti deodoran, pasta gigi,

dan sabun mandi).

4. Membantu klien dalam melakukan ADL sampai

klien mampu melakukannya dengan mandiri.

5. Mendorong klien untuk melakukan aktivitas

sehari-hari sesuai dengan tingkat

kemampuannya.

6. Mendorong klien untuk mandiri, tetapi bantu

klien bila klien tidak bisa melakukannya sendiri.

7. Mengajari keluarga untuk mendorong

kemandirian klien, dan hanya membantu jika

klien tidak mampu melakukannya sendiri.

1.Mengetahui

ADL pasien.

2.Mempermudah

klien

melakukan

ADL.

3.Mempersiapkan

sarana

prasarana klien

untuk ADL

4.Memotivasi

klien untuk

mandiri

melakukan ADL

5.Memandirikan

klien

6.Mendampingi

klien

7.Melibatkan

Indikator Awal Target1. Makan2. Berganti Pakaian3. Toileting4. Mandi5. Merawat diri6. Menjaga

kebersihan diri

22

2222

55

5555

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN

peran keluarga.

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan jiwa.

McCloskey, Joanne & Gloria M Bulechek, (2000), Nursing Outcome Classificatian (NOC), Second Ed, New York, Mosby.

_________, (2005), Nursing Intervention Classificatian (NIC), Second Ed, New York, Mosby.

NANDA, (2009). Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2009-2011. NANDA International. Philadelphia.

Nurjanah, I. (2001). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia.

Potter and Perry. (2005). Fundamental of Nursing. USA : Mosby.

Wartonah, Tarwoto.(2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.