BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut organisme
berukuran mikroskopis, seperti bakteri, sianobakter, kapang mikroskopis, protozoa
dan lain sebagainya. Bakteri merupakan salah satu organisme uniseluler berukuran
kecil yang termasuk golongan prokariotik. Sel-sel bakteri sangat khas dengan
berbagai bentuk, seperti bulat, batang, oval dan spiral. Bakteri memiliki diameter
0,5-1,0 μm dan panjang 1,5-2,5 μm, sehingga tidak bisa diamati tanpa bantuan
mikroskop. Alongi dalam Feliatra (2001) menyatakan bahwa bakteri terdapat hampir
di seluruh ekosistem dan bertanggung jawab untuk mendegradasi dan mendaur ulang
unsur atau elemen esensial, sehingga bakteri menjadi salah satu organisme utama
dalam suatu ekosistem.
Bakteri mudah ditemukan di air, udara dan tanah. Mereka hidup dalam suatu koloni,
baik bersimbiose, bebas ataupun parasit pada makhluk hidup. Jumlah bakteri di alam
sangat melimpah dengan keragaman yang sangat tinggi (Pelczar dan Chan, 2005).
Untuk mempelajari kehidupan dan keragaman bakteri, diperlukan suatu usaha untuk
mengembakbiakkan mereka dalam skala laboratorium.
b. Tujuan
Untuk mempelajari kehidupan dan keragaman bakteri, dengan mengembakbiakkan
mereka dalam skala laboratorium.
1
c. Metode Penelitian
Kegunaan Alat dan Bahan
Sampel plak : digunakan sebagai objek pengamatan
Rak tabung : digunakan sebagai tempat untuk menyimpan tabung
reaksi agar teap berdiri
LAF : digunakan untuk pekerjaan aseptik
Bunsen : - digunakan sebagai wadah spirtus
- untuk mensterilkan spoit
Spiritus : digunakan sebagai bahan bakar dari spirtus
Timbangan bahan : digunakan untk mengukur berat dari suatu bahan yang
akan digunakan
Medium BHIB : digunakan sebagai tempat hidup & nutrisi bakteri
Air suling : digunakan pada praktikum II yaitu pada tahap
pengenceran
Transport medium: digunakan sebagai medium sementara bakteri bagi
sebelum di tempatkan pada cawan petri
Alkohol 70% : digunakan untuk mensterlikan tangan, meja dll sebelum
dan sesudah bersentuhan dengan bakteri atau alat-alat yang digunakan pada
praktikum
Kertas label : untuk memberikan nama / label pda cawan petri, tabung
reaksi atau alat-alat yang digunakan untuk menandakan alat-alat tersebut
Hands prayer; tempat alkohol
Cotton buds : digunakan untuk mengambil sampel dari rongga mulut
Tabung reaksi; : digunakan sebagai media dari bakteri
Botol vial : digunakan sebagai wadah dari air suling pada waktu
pengenceran dan sebagai wadah dari suspense mikroba sebelum di
pindahkan ke cawan petri serta pada tahapan-yahapan praktikum yang lain
Autoclaf : sebagai salah satu alat yang digunakan untuk sterilisasi
alat dengan prinsip kerja aitu dengan uap panas bertekanan
2
Oven : sebagai salah satu alat yang digunakan untuk sterilisasi
alat dengan prinsip kerja yaitu dengan pana bertekanan
Kapas : digunakan sebagai penutup tabung reaksi dan penutup
botol vial
Alumunium foil : digunakan sebagai penutup botol vial
Inkubator : digunakan sebagai alat untuk menginkubasi bakteri
Cawan petri : digunakan sebagai wadah untuk penyimpanan bakteri
selaintabung reaksi
Gelas ukur : sebagai wadah bHIA steril paa tahap uji daya hambat
Spoit : sebagai alat yang digunakan untuk menngambil bahan
yang dibutuhkan
Sengkelit (ose bulat): digunakan untuk mengambil sampel koloni bakteri
yang akan dipergunakan
Medium BHIA : digunakan sebagai medium padat bakteri untuk tumbuh
Pratikum I. Pengambilan sampel
Alat dan Bahan :
1. Sampel plak
3
2. Cotton buds
3. Botol vial
4. Transport medium
5. Kapas
6. Alumunium foil
7. Incubator
8. Hands prayer
9. Kertas label
10. Bunsen
11. Spirtus
12. Alcohol 70%
Prosedur Pembuatan Medium:
1. Sterilkan semua alat
2. Ambil sampel pada rongga mulut dengan cotton buds
3. Masukkan dalam botol vial yang berisi medium transport
4. Sumbat dengan kapas dan alumuunium foil\
5. Inkubasi dalam incubator suhu 37oC selama 1 x 24 jam
Pratikum 2. Pengenceran
Alat dan Bahan :
1. Tabung reaksi
4
2. Cawan petri
3. Spoit 1 cc
4. Kapas
5. Hands prayer
6. Kertas label
7. Bunsen
8. Spirtus
9. Medium BHIA (Brain Heart infusion Agar)
10. Air suling
11. Alcohol 70%
12. Incubator
Cara Pembuatan :
1. DiSiapkan 5 buah tabung reaksi steril
2. Masukkan 9 ml air suling + 1 ml samppel ke dalam tabung I
3. Kemudian ambil 1 ml dari tabung I, masukkan ke dalam tabng II yang berisi 9
ml air suling
4. Demikian seterusnya sampai tabung V
5. Dari tiap tabung (I-V) di ambil 1 ml, dimasukkan dalam cawan petri
6. Tuang medium BHIA steril sebanyak 10-15 ml ke dalam tiap cawan petri
7. Campur dengan goyangan angka 8 supaya sampel dan medium tercampur
dengan baik
8. Setelah 5-10 menit, medium BHIA memadat
9. Tutup cawan petri dengan kertas
10. Inkubasi dalam incubator suhu 37oC selama 1 x 24 jam
Pratikum 3. Melihat dan Menghitung Koloni
Alat dan Bahan :
1. Cawan petri
5
2. Tabung reaksi
3. Rak tabung
4. Kapas
5. Sengkelit (ose bulat)
6. Bunsen
7. Spirtus
8. Alcohol 70%
9. Kertas label
10. Hands prayer
Karakteristik Koloni Yang Tumbuh :
1. Buka cawan petri yang telah diinkubasi
2. Amati koloni yang tumbuh
3. Tuliskan karakteristik yang tumbuh (bentuk, ukuran, warna , tekstur, elevasi
permukaan, penampilan, dan konsistensi)
4. Gambarkan koloni yang terbentuk (bentuk, ukuran, warna , tekstur, elevasi
permukaan, penampilan, dan konsistensi)
5. Tuliskan jumlah koloni yang terbentuk
6. Untuk menghasilkan isolat murni, ambil 1 ose koloni yang tumbuh
7. Tanam pada medium BHIA pada cawan petri steril dengan cara menggoreskan
secara quadratum
8. Inkubasi dalam incubator suhu 37oC selama 1 x 24 jam
Pratikum 4. Replikasi
Alat dan Bahan:
1. Tabung reaksi
6
2. Cawan petri
3. Rak tabung
4. Sengkelit (ose bulat)
5. Kapas
6. Medium BHIA (Brain Heart Infusion Agar)
7. Kertas label
8. Hands paryer
9. Alcohol 70%
10. Bunsen
11. Spirtus
Prosedur pengamatan :
1. Buka bungkus cawan petri yang telah disediakan
2. Ambil 1 ose dari koloni yang terbentuk
3. Goreskan pada medium BHIA sterli dalam cawan petri
4. Inkubasi dalam incubator suhu 37oC selama 1 x 24 jam
5. Lakukan selama 3-4 kali
Pratikum 5. Pengamatan Isolat Murni
Alat dan Bahan:
1. Tabung reaksi
7
2. Cawan petri
3. Rak tabung
4. Sengkelit (ose bulat)
5. Kapas
6. Medium BHIA (Brain Heart Infusion Agar)
7. Kertas label
8. Hands paryer
9. Alcohol 70%
10. Bunsen
11. Spirtus
Prosedur Pengamatan :
1. Buka bungkus cawan petri
2. Ambil 1 ose koloni
3. Tumbuhkan dalam BHIA miring dalam tabung reaksi steril denbgan cara
menggores zig-zag
4. Tutup dengan kapas
5. Inkubasi dalam incubator dengan suhu 37oC selama 1 x 24 jam
Praktikum 6. Uji Daya Hambat
(pembuatan medium dan pengambilan sampel)
Alat dan bahan :
8
1. Tabung reaksi
2. Botol vial
3. Kapas
4. Alumunium foil
5. Incubator
6. Cawan petri
7. Gelas ukur
8. Spoit 1 cc
9. Rak tabung
10. Sengkelit (ose bulat)
11. Bunsen
12. NaCl 0,9 %
13. Medium BHIA (Brain Heart Infusion Agar)
14. Pinset
15. Pencadang
16. Mouth wash
17. Pepsodent
18. Tetracycline
19. Piodine
20. Air suling
21. Spirtus
22. Alcohol 70%
23. Kertas label
24. Hands prayer
25. Isolate kuman
Prosedur Peremajaan Isolat Kuman :
1. Sterilkan semua alat
2. Buat medium BHIA pada cawan petri
9
3. Ambil isolat murni yang telah diperoleh dari praktikum sebelumnya
4. Ambil 1 ose isolat, tanam dalam medium
5. Tutup cawan petri, bungkus dengn kertas
6. Inkubasi dalam incubator suhu 37oC selama 1 x 24 jam
Prosedur kerja :
1. Ambil 10 NaCl ,masukkan ke dalam tabung reaksi
2. Kocok dengan cara digulung-gulungkan pada telapak tangan
3. Ambil 0,1 ml suspensi mikroba tersebut , masukkan kedalam botol steril,
kocok seperti angka 0 (nol)
4. Tuang 20 ml medium BHIA steril kedalam cawan petri yang akan menjadi
based layer (lapisan bawah)
5. Setelah memadat tuangkan isi dari botol tersebut kedalam cawan petri yang
akan menjadi seed layer (lapisan atas)
6. Setelah seed layer tersebut setengah memadat, bagi cawan petri tersebut
menjadi 4 bagian
7. Tempatkan pencadang tersebut pada masing-masing bagian, beri label
berdasarkan bahan yang akan diisi
8. Isi masing-masing pencadang tersebut sebanyak 0.2 ml dengan mouth wash,
pepsodent, tetracycline, dan piodine
9. Inkubasi dalam incubator suhu 37oC selama 1 x 24 jam
Praktikum 7. Uji Daya Hambat II
Alat dan bahan :
1. Tabung reaksi
10
2. Botol vial
3. Kapas
4. Alumunium foil
5. Incubator
6. Cawan petri
7. Gelas ukur
8. Spoit 1 cc
9. Rak tabung
10. Sengkelit (ose bulat)
11. Bunsen
12. Pinset
13. Air suling
14. Spirtus
15. Alcohol 70%
16. Kertas label
17. Hands prayer
18. Isolate kuman
19. Paper dish atau cakram antibiotic
20. kalipper
Prosedur pembuatan:
1. Buka bungkus cawan petri
11
2. Letakkan paper (dish yang telah diberi bahan antibiotic) atau cakram antibiotic
diatas medium yang telah ditumbuhi bakteri
3. Tutup cawan petri dan bungkus dengan kertas
4. Inkubasi dalam incubator 37oC selama 1 x 24 jam
5. Amati zona halo yang terbentuk di sekeliling paper dish/cakram antibiotic
6. Ukur zona bening dengan kalipper
7. Gambarkan secara skematis hasil pengamatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kesehatan tubuh manusia, yaitu hospes
(manusia), agent (bakteri), dan environment (lingkungan). Kesehatan tubuh manusia
tercipta, ketika tiga faktor tersebut seimbang. Seandainya, salah satu dari ketiga faktor
tersebut tidak lengkap atau salah satunya mengalami kerusakan, tubuh manusia akan
mengalami sakit.1
Di dalam tubuh terdapat tiga bakteri, seperti bakteri jahat, bakteri normal atau
flora normal, dan bakteri higienis. Bakteri normal, dan bakteri higienis sangat bagus
tetap ada di tubuh, karena bakteri normal akan menyeimbangkan antara bakteri jahat,
dan bakteri higienis, tidak saja bakteri higienisnya saja yang penting untuk tubuh, tetapi
bakteri jahatnya juga.1
Bakteri terdiri atas bermacam-macam jenis, yang dibagi-bagi sesuai dengan
karakteristik/sifatnya yang menyebabkan berbagai macam penyakit. Klasifikasi yang
tepat dari bakteri yang menyebabkan infeksi, merupakan bagian yang penting, sehingga
antibiotic yang paling tepat segera digunakan, tanpa penundaan dan karenanya
epidiomologi infeksi dapat dimonitor. Klasifikasi sebagian besar didasarkan bentuk
bakteri , misalnya basili( kecil, garis) dan kokus (bulat lonjong) serta sifat pengecatan
Gram Negatif dan Gram positif. Jadi akan dapat ditemukan basil dan koken gram
negative serta basil dan koken gram positif. Disamping itu ada kategori lain yaitu
spirokhaeta dan mikrobakterium. Beberapa jenis bakteri mampu dengan kondisi host
dengan membentuk spora.4
Jumlah bakteri di rongga mulut mencapai ratusan juta. Meski demikian, tidak
semua bakteri rongga mulut membahayakan, bahkan sebagian justru dibutuhkan sebagai
flora normal mulut.2 Bakteri menyebabkan sakit melalui produksi enzim dan racunnya
yang merusak jaringan penderita. Bakteri juga dapat merusak jaringan secara tidak
langsung dengan cara menyebabkan reaksi pertahanan yang berlebihan yang
berkemampuan merusak jaringan.4 Bakteri yang berpotensi menimbulkan penyakit gigi
dan banyak ditemui pada penyakit sistemik adalah golongan bakteri anaerob gram
negatif, seperti Porphyromonas gingivalis dan Actinobacillus actinomycetemcommitans.
13
Bakteri tersebut mendominasi radang gusi dan radang sekitar ujung akar gigi sampai
terjadi bengkak bernanah.2 Selain itu, ada juga Actinomyces israelii, yang merupakan
bakteri filament gram positif yang paling sering menjadi penyebab Actinomycosis.
Beberapa speies lainnya yang secara langsung bereran kepada organism yang
bersangkutan adalah Arachnia propionica. Actinomyces adalah bagian dari flora normal
dan terlihat menjadi pathogen.5 Keseluruhan Bakteri rongga mulut ini dapat menyebar
melalui aliran darah yang terdapat pada rongga mulut. Yang menyebar bisa bakteri itu
sendiri, bisa juga racun yang dihasilkannya.4
Dalam dunia mikrobiologi, dikenal beberapa istilah seperti inokulasi, kultur dan
isolasi. Inokulasi adalah suatu usaha menumbuhkan mikroorganisme dari satu sumber
ke media pertumbuhan steril. Biakan yang tumbuh disebut dengan kultur. Isolat adalah
biakan murni dari mikroorgansime yang diharapkan berasal dari satu jenis, sedangkan
isolasi adalah usaha untuk mendapatkan isolat.3
Sumber isolasi → Inokulasi → Kultur/biakan → Isolasi → Isolat3
Membiakkan bakteri dapat dilakukan dengan berbagi cara, salah satunya
pengembangbiakan dalam media cawan petri. Pengembangbiakan dalam cawan ini ada
beberapa metode, yaitu :3
1. Metode cawan gores (streak plate): Prinsip metode ini, yaitu mendapatkan koloni
yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain, sehingga mempermudah proses
isolasi.3
2. Metode cawan tuang (pour plate): pada metode ini, koloni akan tumbuh di dalam
media agar.3
3. Metode cawan sebar (spread plate): Dengan metode ini, satu sel bakteri akan tumbuh
dan berkembang menjadi satu koloni bakteri.3
Karakterisasi Mikroskopis dan Identifikasi
14
Karakterisasi merupakan langkah awal dalam mengidentifikasi bakteri. Karakterisasi
dilakukan untuk mendapatkan ciri khas dari isolat, sehingga dapat diketahui jenisnya.
Karakterisasi bakteri dilakukan melalui dua tahap, yaitu karakterisasi makroskopis,
meliputi tipe pertumbuhan pada berbagai media dan karakterisasi mikroskopis, yaitu
karakterisasi bentuk sel, ukuran, dsb.3
Karakterisasi untuk bakteri dilakukan pula terhadap aktivitas metabolisme, seperti
kebutuhan akan sumber energi, kebutuhan oksigen, sifat fermentasi, produksi senyawa
tertentu, dsb. Hasil karakterisasi kemudian disesuaikan dengan bakteri acuan dalam
Bergey`s Manual of Determinative Bacteriology (9th ed.). Metode ini disebut dengan
matching profile atau metode kesamaan profil (sifat) antara isolat dengan bakteri acuan.
Tentu saja bakteri yang ditemukan belum pasti bakteri yang sama dengan acuan.
Maksudnya, isolat yang didapatkan hanya diduga sebagai bakteri yang dijadikan acuan. 3
Walaupun bakteri ditemukan cukup banyak, tetapi pencegahan dan pengobatan
infeksi-infeksi Karena bakteri tersebut telah sangat berhasil dalam dunia kedokteran
modern. Keberhasilan dan pencegahan termasuk diantaranya peningkatan secara umum
kebersihan (air minum, pembuangan limbah , dan sebgainya), juga penemuan dan
pengembangan vaksin-vaksin yang spesifik dan antibiootik yang banyak jenis dan
kemampuannya. Kejadian yang mengikuti keguaan yang besar pada mikrobiologi
medis, imunisasi dan kemoterapi antimicrobial, ialah meningkatnya insiden infeksi
rumah sakit yang merugikan (nosocomial). Organisme penyebab infeksi ini sering
resisten terhadap antibiotika spectrum luas dan sulit untuk dibersihkan.4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah di lakukan kelompok kami dari kegiatan yang tealh
dilakukan yaitu, pengambilan sampel pada rongga mulut maka kami membandingkannya
dengan kelompok lain dan diperolehlah hasil sebagai berikut :
No Sampel Warna Sampel
1 Botol 1 Agak keruh
2 Botol 2 Agak Bening
3 Botol 3 Bening
4 Botol 4
5 Botol 5
6 Botol 6 Keruh
7 Botol 7 Agak Keruh
Setelah melakukan pengamatan dengan menggunakan colony counter, maka di ambil
kesimpulan bahwa:
No Sampel Keterangan
1 Botol 1 2 Kuman pada botol 1 lebih sedikit dibandingakn botol 2
2 Botol 2 3 Kuman pada botol 2 lebih sedikit dibandingakn botol 3
3 Botol 3 4 Kuman padabotol 3 lebih banyak dibandingakn botol 4
4 Botol 4 5 Kuman pada botol 4 lebih sedikit dibandingakn botol 5
5 Botol 5 6 Kuman pada botol 5 lebih sedikit dibandingakn botol 6
6 Botol 6 7 Kuman padabotol 6 lebih banyak dibandingakn botol 7
7 Botol 3 6 Kuman padabotol 3 lebih banyak dibandingakn botol 6
16
Jadi berdasarkan hasil tes yang telah diperoleh, maka sampel yang paling
banyak mengandung kuman adalah sampel pada botol 3.
Setelah melakukan pengamatan terhadap botol sampel kemudian dilakukan
pengenceran dan di inkubasi di dalam incubator suhu 37oC selama 1 x 24 jam, maka
diperoleh hasil yaitu terbentuknya koloni bakteri pada cawan petri.
Pada cawan petri dengan pengenceran 10-1 dan 10-2, diperoleh hasil bahwa bakteri
yang terbentuk masih sangat banyak menutupi seluruh permukaan cawan petri,
(lebih dari 60% menutupi permukaan cawan petri). Dan bakteri yang terbentuk
belum dapat diidentifikasikan dengan baik.
Pada cawan petri dengan pengenceran 10-3, diperoleh hasil bahwa bakteri yang
terbentuk masih banyak, hampir menutupi seluruh permukaan cawan petri. Dan
bakteri yang ada belum dapat dihutung berapa jumlah koloni yang ada, dan
belum dapat mengklasifikasikan karena bentuknya belum dapat dilihat dengan
baik.
Pada cawan petri dengan pengenceran 10-4, koloni bakteri yang ada sudah jelah,
sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
No Karakteristik Koloni Keterangan
1 Ukuran Titik yang lebar
2 Bentuk Bulat dan tepinya rata
3 Elevasi permukaan Agak menonjol dan tebal
4 Permukaan koloni Permukaan koloni halus
5 Penampilan koloni Penampilan koloni mengkilap
6 Warna Kekuning-kuningan
7 Konsistensi Pada tabung reaksi yang miring konsistensinya
keras. Sedangkan pada cawan petri
konsistensinya lunsk seperti mentega
17
Junlah koloni yang terbentuk pada pengenceran 10-4 adalah 436 koloni.
Kemudian setelah mengetahui karakteristik koloni bakteri dan menghitung
jumlah koloni yang terbentuk ,maka dilakukan replikasi untuk menemukan isolat
murni. Replikasi yang dikaukan yaitu dengan melakukan penggoresan secara zig-zag
pada cawan petri, sehingga setelah di inkubasi ditemukan isolat murni yang nantinya
digunakan untuk melakukan pengujian terhadap daya hambatnya.
Hasil pengamatan terhadap isolat murni tersebut adalah terbentuknya koloni
bakteri yang pada goresan pertama terbentuk koloni bakteri yang memadat, dan makin
lama koloni tersebut makin berkurang (putus-putus). Dan pada goresan terakhir
tersebutlah yang digunakan sebagai isolat murni.
Isolat murni yang telah ada digunakan untuk menguji daya hambat dari bekteri
tersebut. Dan setelah dilakukan pembuatan medium dan pengambilan sampel serta setelah
diinkubasi di dalam inkubator maka didapatkan hasil sebagai berikut :
No Bahan Hasil Yang Dipeorleh
1 Pepsodent Tidak terbentuk zona bening
2 Mouth wash Tidak terbentuk zona bening
3 Tetracycline Terbentuknya zona bening disekitar
pencadang
4 Piodine Tidak terbentuk zona bening
Hasil terbentuknya uji daya hambat dari ditempatkan penbcadang adalah dengan
terbetuknya zona bening di sekitar pencadang. Zona bening tersebut menandakan tidak
adanya lagi bakteri yang ada di daerah zona bening tersebut. Kemudian dilakukan
pengukuran, dsan diperoleh hasil sebagai berikut :
18
No Bahan I II III
1 Tetracycline 9,6 mm 11,35 mm 10,7 mm
2 Mouth wash 8,63 mm 9,05 mm 9,05 mm
3 Betadine 6 mm 6 mm 6 mm
4 pepsodent 8,08 mm 8,06 mm 8 mm
Rata – rata 8,0775 mm 8,615 mm 8,4375 mm
Zona bening tidak terbentuk pada bahan pepsodent, mouth wash, dan piodine
karena pada bahan tersebut hanya terjadi proses bakteriostatik, yaitu dimana bakteri
yang ada tidak mati melainkan bakteri tersebut di lumpuhkan. Sedangkan pada
tetracycline terjadi proses bakteriosit, yaitu bakteri yang ada dimatikan.
Dalam hal ini tetracycline yang mana merupakan antibiotik lebih ampuh untuk
membunuh kuman. Kemudian kuman akan lebih cepat lumpuh pada bahan piodine,
karena pada bahan tersebut mengandung zat logam yaitu iodine ( I2 ) yang mana
sebagai zak aktif. Kemudian pada pepsodent yang mengandung kalsium karbonat, dan
mouth wash yang mengandung zinc clorida.
Faktor Kegagalan Terlihatnya Zona Bening
1. Medium speed layer (lapisan atas) yang dituangkan sudah memadat sehingga pada
waktu pencadang diletakkkan tidak dapat berada dengan tepat diatas based layer
(lapisan bawah)
2. Pencadang tidak menyentuh bagian permukaan speed layer
3. Karena pencadang tidak tidak menyentuh permukaan based layer, maka bakteri
tidak dapat berdifusi le permukaan seed layer
19
4. Pencadang telepas dari medium / permukaan seed layer, sehingga sampel tercecer
di medium
5. Adanya kontaminasi dari luar
20
BAB IV
KESIMPULAN
1. Mikroorganisme merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut organisme
berukuran mikroskopis, seperti bakteri, sianobakter, kapang mikroskopis,
protozoa dan lain sebagainya.
2. Factor penyebab kegagalan dari tidak terlihatnya zona bening di sebabka oleh
banyak factor, yaitu :
a) Medium speed layer (lapisan atas) yang dituangkan sudah memadat
sehingga pada waktu pencadang diletakkkan tidak dapat berada dengan
tepat diatas based layer (lapisan bawah)
b) Pencadang tidak menyentuh bagian permukaan speed layer
c) Karena pencadang tidak tidak menyentuh permukaan based layer, maka
bakteri tidak dapat berdifusi le permukaan seed layer
d) Pencadang telepas dari medium / permukaan seed layer, sehingga sampel
tercecer di medium
e) Adanya kontaminasi dari luar
3. Bakteriostatik yaitu bersifat menghambat / melumpuhkan bakteri
Bakteriosit yaitu bersifat mematikan bakteri
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Efek Ganda Derita Gusi. Available at http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-
transitional.dtd (Diakses 15 Mei 2009)
2. Bakteri Normal Pacu Kesehatan Tubuh Manusia. Available at
http://www2.umy.ac.id/wp-content/themes/adam-2col/style. (Diakses 15 Febuari
2009)
3. Dunia Mikrobiologi. Available at http://riesama.blog.friendster.com (Diakses 15
Mei 2009)
4. Underwood JCE. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta: EGC; 2002. p.50-51
5. Neville BW, Damm DD, White DH. Color Atlas of Clinical Pathology. London:
BC Decker Inc; 2003. p.122-123
22
23
Top Related