BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mie merupakan jenis makanan yang diperkirakan berasal dari daratan Cina. Hal ini dapat dilihat dari budaya bangsa Cina, yang selalu menyajikan mie pada perayaan ulang tahun sebagai simbol untuk umur yang panjang (Juliano dan Hicks, 1990).
Mie banyak dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik dari kalangan anak- anak hingga orang tua. Hal ini dikarenakan mie mudah didapatkan dan mudah dalam penyajiannya. Berbagai keunggulan yang dimiliki mie terutama dalam hal rasa, yang memiliki berbagai macam pilihan, tekstur dan kenampakan yang menarik, harga terjangkau, praktis dalam pengolahannya, serta memiliki kandungan gizi yang cukup baik. (Ritantiyah, 2010).
Mie, seperti yang kita tahu, terbuat dari campuran adonan tepung, telur, air dan beberapa bahan lainnya. Mie yang sekarang ini beredar di masyarakat, kebanyakan mengandung bahan pengawet yang tentunya jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan merugikan kesehatan tubuh.
Hal ini semakin menyadarkan sebagian besar masyarakat tentang pentingnya hidup sehat tanpa bahan kimia, terutama pengawet makanan, sekalipun ketika kita memakan mie. Selain itu, adanya usaha pengembangan produk mie menjadi makanan yang lebih bergizi pun terus dilakukan. Salah satunya adalah mie hijau.
Mie hijau ini berbahan dasar sama seperti pada umumnya. Hanya saja, berwarna hijau. Warna hijau pada mie ini didapat dari jus sayuran hijau yang di estrak. Mie hijau yang dicampur dengan estrak sayuran hijau ini kaya akan serat, vitamin dan juga berbagai nutrisi lainnya yang berguna bagi masyarakat. Mie ini tidak hanya menyehatkan tetapi juga nikmat dan memiliki tampilan menarik.
1.2 Tujuan
Praktikum pembuatan mie kreasi pada mata kuliah Teknologi Pengolahan
Pangan Nabati ini bertujuan agar praktikan dapat mengetahui bahan, alat, serta
teknik pengolahan untuk membuat mie kreasi.
1
BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1 Bahan Baku dan Bahan Pendukung
No Nama Bahan Baku/ Pendukung/Pengema
s
Spesifikasi Bahan Baku
Tempat/Sumber Bahan Baku
1 Tepung terigu Tepung terigu protein
tinggi
Pasar Tradisional
2 Garam Dapur Sebagai penambah rasa Pasar Tradisional
3 Na- Karbonat Lab PK JMP
4 Air Air galon Pasar Tradisional
5 Telur Telur Ayam Pasar Tradisional
6 Ayam Daging ayam segar Pasar Tradisional
7 Sawi Hijau Sebagai Toping Pasar Tradisional
8 Bawang merah Sebagai bumbu Pasar Tradisional
9 Bawang putih Sebagai bumbu Pasar Tradisional
10 Bawang Bombay Sebagai bumbu Pasar Tradisional
11 Lengkuas Sebagai bumbu Pasar Tradisional
12 Jahe Sebagai bumbu Pasar Tradisional
13 Kunyit Sebagai bumbu Pasar Tradisional
14 Daun Jeruk Sebagai bumbu Pasar Tradisional
15 Daun salam Sebagai bumbu Pasar Tradisional
16 Bubuk Pala Sebagai bumbu Pasar Tradisional
17 Merica Sebagai bumbu Pasar Tradisional
18 Gula Sebagai penambah rasa Pasar Tradisional
19 Kecap Manis Sebagai penambah rasa Pasar Tradisional
20 Kecap Asin Sebagai penambah rasa Pasar Tradisional
21 Saus Tiram Sebagai penambah rasa Pasar Tradisional
22 Garpu Plastik Ukuran standar Pasar Tradisional
23 Mangkok Plastik Ukuran 10 Oz Pasar Tradisional
24 Sticker Sebagai label kemasan Percetakan
2
2.2. Peralatan
No Nama Peralatan Spesifikasi Peralatan Keterangan(Lab PK JMP /
Disediakan oleh Praktikan)1. Panci 2 buah Lab PK JMP
2. Baskom 1 buah Lab PK JMP
3. Pisau 4 Buah Lab PK JMP
4. Gilingan mie 1 Buah Lab PK JMP
5. Sendok 2 Buah Lab PK JMP
6. Nampan 5 Buah Lab PK JMP
7. Talenan 5 Buah Lab PK JMP
8. Timbangan 1 Buah Lab PK JMP
2.3. Formulasi
No Nama Bahan Persentase (terhadap basis formula) (%)
Satuan Jumlah Satuan
1 Tepung terigu 100 G 2000
2 Garam Dapur 2,5 G 50
3 Na- Karbonat 0,6 G 12
4 Air 50 G 1000
5 Telur 6,25 G 125
6 Ayam 50 G 1000
7 Sawi Hijau 50 G 1000
8 Bawang merah 1,8 G 36
9 Bawang putih 1,2 G 24
10 Bawang Bombay 1,25 G 25
11 Lengkuas 0,25 G 5 (2 cm)
12 Jahe 0,25 G 5 (2 cm)
13 Kunyit 0,125 G 2,5 (1 cm)
14 Daun Jeruk 0,05 G 1(4 lembar)
15 Daun salam 0,025 G 0,5 (2
3
lembar)
16 Bubuk Pala 0,1 G 2
17 Merica 0,1 G 2
18 Gula 0,2 G 4
19 Kecap Manis 3,75 ml 75
20 Kecap Asin 0,75 ml 15
21 Saus Tiram 0,75 ml 15
22 Minyak Goreng 10 ml 200
4
2.4. Bagan Alir Produksi
5
Mie di beri toping berupa Sawi Hijau, dan tumisan ayam kemudian di tutup dengan penutup cup dan di beri label kemasan.
Mie di masukan kedalam kemasan yang telah di sterilisasi.
Mie di angkat dan di tiriskan.
Mie di masukan ke dalam air mendidih.
Mie di cetak sesuai selera, bisa berbentuk pipih ataupun bulat
Nomer gilingan dikecilkan hingga ketebalan yang diinginkan.
Saat penggilingan, giling dengan nomer yang besar terlebih dahulu hingga halus.
Adonan di masukan ke dalam gilingan mie.
Adonan Mie diuleni hingga adonan mie menjadi kalis dan tidak lengket.
¼ kg telur Telur dimasukan dengan adonan yang telah dicampurkan.
Dalam satu wadah tepung kaya protein sebanyak 2 kg bersama dengan 50gr garam dicampurkan.
2.5. Identifikasi Tahap Kritis Kendali Proses Produksi
No Tahap Kritis Metode Evaluasi Periode Evaluasi1 Pada saat mixing
adonanPengadukan atau pencampuran adonan hingga kalis dan tidak lengket.
Saat pencampuran adonan dalam satu wadah/mixer
2 Pengistirahatan adonan Waktu pengistirahan adonan sesuai dengan yang ditentukan (±15 menit).
Saat adonan selesai di-mixing
3 Pembentukan lembaran Memastikan ukuran yang seragam pada lembaran yang terbentuk.
Diamati pada saat pembentukan lembaran di roll noodle machine
4. Pencetakan mie Adonan hasil cetakan ditaburkan tepung tapioka.
Saat proses pencetakan mie
5. Suhu perebusan mie Pengukuran suhu perebusan mie dengan termometer infrared.
Saat proses perebusan atau pemasakan mie.
2.6. Desain Kemasan dan Label
Kemasan yang digunakan unutk mengemas mie hijau ini adalah kemasan
cup plastik lengkap dengan tutup jenis PET. Plastic PET ini merupakan jenis
plastic yang banyak digunakan untuk mengemas berbagai jenis makanan dan
minuman karena sifatnya yang jernih atau tembus pandang sehingga dapat
memperlihatkan produk yang berada didalamnya. Selain itu, PET memiliki
kekuatan yang tinggi, kaku, dimensinya stabil, tahan panas, dan memiliki daya
serap uap air yang rendah demikian juga daya serap airnya (Mujiarto, 2005).
PET adalah singkatan dari polyethylene terephthalate – merupakan resin
polyester yang tahan lama, kuat, ringan dan mudah dibentuk ketika panas.
kepekatannya adalah sekitar 1,35 – 1,38 gram/cc, ini membuatnya kokoh, rumus
molekulnya adalah (-CO-C6H5-CO-O-CH2-CH2-O-)n. (Norman, 2007).
6
Dibagian atas (tutup) dari kemasan mie hijau ini akan diberi label yang
akan menunjukan identitas (merk, jenis produk) dari produk kami.
Setelah mie dimasukan kedalam kemasan, kemasan akan masuk kedalam
tahap penutupan. Penutupan ini dilakukan agar produk mie terjaga dan tidak
tumpah saat penyimpanan dan penjualan hingga sampai ke tangan konsumen.
2.7. Target Proses Produksi
Tuliskan :
Target jumlah produk yang akan dihasilkan : 32buah
Kebutuhan produk untuk pengamatan, dan parameter yang akan diamati
selama pengamatan /penyimpanan : 2 buah
Target jumlah produk yang akan dijual : 30 buah
Harga jual : Rp 6.000/cup
Target konsumen dan rencana pemasaran : Mahasiswa diploma IPB
Berat total mie : 3000 gram Berat mie/ kemasan : 100 gram Berat tumisan/ kemasan : 15 gram Berat bersih/ kemasan : 115 gram
7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Produk Rasa Tekstur Aroma Warna Kenampakan
Mie Rasa khas
Mie
Kenyal Aroma
Mie
Kuning
pucat
Baik
3.2 Pembahasan
Mie adalah produk pangan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa
penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan
(Anin, 2008). Mie terbuat dari adonan tipis dan panjang yang telah digulung,
dikeringkan, dan dimasak dalam air mendidih dengan atau tanpa tambahan kuning
telur. Produk mie umumnya digunakan sebagai sumber energi karena kandungan
karbohidratnya yang relatif tinggi. Mie dengan bahan dasar utama terigu dapat
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: mie basah dan mie instan.
Pada praktikum ini dilakukan proses pembuatan Mie basah dengan toping
tumisan ayam (seperti mie ayam). Bahan utama dalam pembuatan mie basah
adalah tepung terigu protein tinggi dan telur. Sedangkan bahan-bahan penunjang
pada pembuatan mie basah kali ini adalah garam, Na-karbonat dan air. Sedangkan
untuk toping ayamnya menggunakan bahan-bahan sawi, bawang merah, bawang
putih, bawang bombay, lengkuas, jahe, kunyit, daun jeruk, daun salam, bubuk
merica, gula, kecap manis, kecap asin, saus tiram dan minyak goring. Pada
pembuatan Mie Ayam kali ini tepung terigu protein tinggi yang digunakan adalah
2 kg sedangkan telur yang digunakan adalah 1,25 ml.
Proses pembuatan mie dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu dimulai
dengan pencampuran bahan, pengadukan (mixing), pembentukan adonan menjadi
lembaran (roll-sheeting), pembelahan lembaran menjadi untaian mie (slitting),
pemotongan dan pelipatan (cutting and folding), pengukusan (steaming) dan
pengemasan (packing). Setelah bahan ditimbang, garam dan Na2CO3 dilarutkan ke
dalam air. Air berfungsi untuk mendispersikan garam alkali. Apabila dilarutkan
8
dalam air, soda tersebut akan terurai dan melepaskan CO2 sebagai gas untuk
mengembangkan adonan mie.
Penambahan senyawa alkali selama pembuatan adonan akan menyebabkan
proses penyerapan air menjadi lebih cepat. Reaksi senyawa alkali dengan pati dan
air akan menghasilkan CO2 sehingga terbentuk rongga antar ruang granula pati.
Alkali akan melepas ikatan sehingga air dapat melakukan penetrasi ke dalam
granula pati. Akibatnya granula pati menjadi lebih mudah menyerap air dan
kemudian pengikatan air meningkat yang menyebabkan semakin besarnya
pengembangan granula pati. Pemberian larutan alkali akan meningkatkan
elastisitas mi yang dihasilkan. Warna adonan menjadi kekuningan, akibat terjadi
reaksi antara alkali dengan pigmen flavanoid dari tepung terigu.
Proses pencampuran bahan untuk dibentuk adonan, dimana adonan yang
dihasilkan harus benar-benar tercampur menjadi campuran yang homogen.
Tepung terigu dimasukkan ke dalam mixer dan dan diaduk. Sementara itu larutan
garam dan sodium karbonat juga turut dimasukkan ke dalam mixer. Pada proses
pencampuran perlu dilakukan pengadukan agar hidrasi tepung dengan air
berlangsung secara merata, menarik serat-serat gluten dan terbentuk campuran
yang homogen.
Gluten pada tepung terigu akan mulai terbentuk pada saat tepung terigu
dibasahi dengan air yaitu pada tahap pencampuran adonan. Pada saat gluten
dibasahi, komponen di dalam gluten akan mengembang dan saling mengikat
dengan kuat sehingga akan membentuk adonan yang bersifat liat (Anonim, 2011).
Oleh karena itu, kadar protein di dalam tepung terigu akan berpengaruh dalam
kekenyalan dan elastisitas mie basah, sehingga mie basah yang dihasilkan tidak
akan mudah putus (Soraya, 2011). Proses pengadukan sampai adonan mie yang
terbentuk kalis, yaitu tidak lengket dan tidak mudah putus.
Setelah dilakukan proses pengadukan, adonan dimasukkan ke dalam roll
machine untuk pembentukan lembaran. Pembentukan lembaran (roll-sheeting)
bertujuan untuk membentuk struktur gluten dengan arah yang sama secara merata
dan lembaran adonan menjadi lembut serta elastis. Proses ini merupakan proses
pembentukan adonan menjadi lembaran yang menentukan tekstur mie yang
dihasilkan karena pada proses inilah terjadi pembentukan struktur gluten
9
(Astawan, 2008). Hal ini disebabkan gluten berperan dalam pembentukan
lembaran adonan dan untaian mie yang kenyal dan elastis. Lembaran yang keluar
dari mesin dilumuri dengan tepung tapioka supaya adonan menyatu kembali dan
tidak lengket.
Setelah itu adonan didiamkan selama 15 menit. Saat didiamkan air akan
mendispersikan garam alkali sehingga garam alkali akan larut ke dalam air. Hal
ini akan mempengaruhi tekstur adonan mie karena terbentuk gluten. Setelah
didiamkan lembaran adonan dibentuk menjadi untaian mie serta direbus dalam air
mendidih yang telah dipanaskan dalam panci perebus. Perebusan dimaksudkan
untuk memasak mie menjadi mie masak dengan sifat fisik yang solid sehingga
akan diperoleh tekstur mie basah yang baik yaitu lembut, lunak dan elastis.
Pada proses perebusan ini terjadi gelatinisasi pati dan koagulasi gluten
sehingga dengan terjadinya dehidrasi air dari gluten yang akan menyebabkan
timbulnya kekenyalan mie. Pada waktu sebelum direbus, ikatan bersifat lunak dan
fleksibel, tetapi setelah direbus, ikatan menjadi keras dan kuat. Pada saat
perebusan mie ditambahkan sedikit minyak goreng, yang bertujuan supaya mie
tidak saling menempel satu sama lain.
Aroma pada mie basah dipengaruhi oleh adanya senyawa yang bersifat
volatil dan senyawa alkali (Soraya 2011). Senyawa volatil adalah bahan atau
senyawa organik yang mudah menguap yang dihasilkan berupa gas dari beberapa
bahan padat atau cair. Contoh senyawa volatil yang terdapat pada mie adalah
asam lemak dan senyawa ester. Selain itu penambahan minyak goreng juga
mempengaruhi pembentukan aroma mie basah.
Berdasarkan bahan yang digunakan, sifat keelastisan pada mie basah
dipengaruhi oleh air, tepung terigu, air alkali, dan garam. Pada proses pembuatan
mie, air bersama terigu akan menghasilkan gluten. Sifat keelastisan pada mie
dipengaruhi oleh kandungan protein yang ada pada tepung terigu. Semakin tinggi
kadar protein yang ada maka semakin tinggi kemampuan menyerap air sehingga
adonan mie menjadi tidak putus. Hal ini membuat adonan mie semakin tahan lama
dalam proses perebusan.
Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan mie. Tepung terigu
diperoleh dari biji gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Keistimewaan terigu
10
diantara serealia lainnya adalah kemampuannya membentuk gluten pada saat
terigu dibasahi dengan air. Sifat elastis gluten pada adonan mie menyebabkan mie
yang dihasilkan tidak mudah putus pada proses pencetakan dan pemasakan.
Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dan karbohidrat, melarutkan
garam, dan membentuk sifat kenyal gluten. Pati dan gluten akan mengembang
dengan adanya air. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH antara 6 - 9, hal
ini disebabkan absorpsi air makin meningkat dengan naiknya pH. Makin banyak
air yang diserap, mie menjadi tidak mudah patah. Jumlah air yang optimum
membentuk pasta yang baik (Anonim, 2010).
Kuning telur dipakai sebagai pengemulsi pada pembuatan mie karena di
dalam kuning telur terdapat lesitin. Sebagai pengemulsi, lesitin juga dapat
mempercepat hidrasi air pada tepung untuk mengembangkan adonan.
Penambahan kuning telur bersamaan dengan garam alkali juga dapat membantu
proses pembentukan gluten, memperkuat testktur, dan menghasilkan sifat yang
kenyal.
Penambahan senyawa alkali selama pembuatan adonan akan menyebabkan
proses penyerapan air menjadi lebih cepat. Reaksi senyawa alkali dengan pati dan
air akan menghasilkan CO2 sehingga terbentuk rongga antar ruang granula pati.
Alkali akan melepas ikatan sehingga air dapat melakukan penetrasi ke dalam
granula pati. Akibatnya granula pati menjadi lebih mudah menyerap air dan
kemudian pengikatan air meningkat yang menyebabkan semakin besarnya
pengembangan granula pati. Pemberian larutan alkali akan meningkatkan
elastisitas mi yang dihasilkan.
Penambahan garam dapur (NaC1) disamping memberikan rasa pada mie juga
untuk memperkuat tekstur, membantu reaksi gluten dan karbohidrat dalam
mengikat air (Winarno, 1994). Garam dapur juga dapat menghambat aktifitas
enzim protease dan amilase sehingga mie tidak bersifat lengket dan mengembang
secara berlebihan (Astawan, 2008). Penggunaan garam 1-2% akan meningkatkan
kekuatan lembaran adonan dan mengurangi kelengketan.
Natrium karbonat dan kalium karbonat digunakan sebagai tambahan pada
mie instant mengakibatkan pH lebih tinggi yaitu pH 7,0-7,5 warna sedikit kuning
dan flavor disukai oleh konsumen. Komponen-komponen tersebut berfungsi untuk
11
mempercepat pengikat gluten, meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas (garam
fosfat) dan meningkatakan Sodium tripolifosfat digunakan sebagai bahan pengikat
air agar air dalam adonan tidak menguap sehingga adonan tidak mengalami
pengerasan atau kekeringan dipermukaan sebelum proses pembentukan lembaran
adonan. Perbaikan terhadap sifat-sifat adonan tidak menunjukan penghambatan.
Jadi larutan alkali sangat berperan dalam menentukan mutu mie instant yaitu
sebagia pengatur pH untuk mempercepat proses gelatinisasi pati dan karena
terdapat pada bentuk garam karbonat maka larutan alkali berfungsi sebagai zat
pengembang adonan mie instant (Anonim, 1987).
Keistimewaan terigu diantara serealia lainnya adalah kemampuannya
membentuk gluten pada saat terigu dibasahi dengan air. Sifat elastis gluten pada
adonan mie menyebabkan mie yang dihasilkan tidak mudah putus pada proses
pencetakan dan pemasakan. Gluten adalah campuran amorf (bentuk tak beraturan)
dari protein yang terkandung bersama pati dalam endosperma (dan juga tepung
yang dibuat darinya) beberapa serealia, terutama gandum, gandum hitam,
dan jelai (Soraya, 2011). Dari ketiganya, gandumlah yang paling tinggi
kandungan glutennya. Kandungan gluten dapat mencapai 80% dari total protein
dalam tepung, dan terdiri dari protein gliadin danglutenin. Gluten membuat
adonan kenyal dan dapat mengembang karena bersifat kedap udara.
Produksi mie basah yang dihasilkan yaitu 41 mangkok dengan target produk
yang dijual sebanyak 30 mangkok.. Pengamatan mie basah hanya didasrkan pada
uji hedonik (kesukaan) jadi tidak ada pengamatan untuk hari-hari selanjutnya.
Pada hasil pengamatan mie basah selama 1 hari bahwa mie basah yang
dihasilkan memiliki rasa manis, tekstur kenyal, aromanya adalah aroma khas mie
basah, dengan warna kuning pucat dan dengan kenampakan yang baik pada hari
pertama.
12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa mie basah yang dihasilkan
memiliki rasa manis, tekstur kenyal, aromanya adalah aroma khas mie basah,
dengan warna kuning pucat dan dengan kenampakan yang baik pada hari pertama.
Praktikum kali ini menggunakan uji hedonik jadi tidak ada pengamatan untuk hari
selanjutnya. Pada proses pengolahan mie basah dapat dikatakan bahwa hasil
produk akhir sesuai dengan apa yang diharapkan.
4.2 Saran
Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan sungguh-sungguh dalam
melakukan praktikum. Praktikan harus terkoordinir dengan tugasnya masing-
masing dan melakukan tugasnya dengan baik. Pemilihan tepung terigu, harus
menggunakan tepung terigu dengan protein tinggi, jika menggunakan protein
yang sedang/rendah mie basah yang dihasilkan tidak bagus / tidak sesuai dengan
yang diharapkan.
13
BAB V
PERSONALIA DAN ANGGARAN
5.1.Personalia
No Tugas Deskripsi Tugas Nama NIM
1 Ketua Tim Bertanggung jawab dan mengontrol semua kegiatan produksi
Respon Harefa J3E414140
2 PPIC Pengadaan Bahan dan Peralatan
Alfina SyaikaniMeidina Hutami
J3E114047J3E214138
3 Manajer Produksi
Tiara Halwa J3E214099
a. Staf Persiapan Bahan
Melakukan persiapan bahan yang akan digunakan
Tiara Halwa J3E214099
b. Staf Pemotongan
Melakukan pencetakan mie
Feby Riyandini J3E214121
c. Staf Pemasakan
Melakukan proses perebusan mie
Lisdiani NurulDania Syamsunita
J3E114053J3E214099
d. Staf Pengisian dan Penutupan Kemasan
Melakukan pengisian serta pengemasan produk
Citra OktarinaWulan Anastasia
J3E114065J3E113088
4 Manajer QC Singgih Prasetyo J3E114077
a. Staf Pengujian pH
Melakukan pengecekan kemasan dan label pada produk akhir
Dita Agustiah J3E114076
b. Staf kendali suhu dan waktu proses
Melakukan pengendalian suhu dan waktu proses produksi
Kemala Putri J3E114044
5 Manajer Pemasaran
Melakukan penjualan produk
Riyana HermawatiYunin Lena
J3E114034J3E114001
14
5.2. Rencana Anggaran dan Biaya
No Bahan/Alat/
Kemasan
Spesifikasi Jum-lah
Satu-an
Pengadaan Harga satuan (Rp)
Total Harga (Rp)
Mhs JMP
1 Tepung terigu
Tepung terigu protein tinggi
2 kg √ 12000 24000
2 Telur Telur ayam ¼ kgl √ 5000 50003 Garam Penambah
rasa1 pcs √ 1.000 1.000
4 Wortel Sebagai toping
½ kg √ 3.000 3.000
5 Ayam Sebagai toping
1 kg √ 35.000 35.000
6 Kecap Sebagai toping
1 pcs √ 12.000 12.000
7 Minyak Agar tidak lengket
¼ kg √ 7.000 7.000
8. Garpu Plastik
Ukuran standar
35 pcs √ 15 5500
9 Mangkok plastik
Ukuran 10 oz
35 pcs √ 750 26000
10 Stiker Stiker untuk kemasan
35 pcs √ 15000 15000
11 Panci wadah bahan baku
2 buah √ - -
12 Pisau Pisau untuk memotong bayam
4 buah √ - -
13 Blender Memblender bayam
1 buah √ - -
14 Baskom wadah bahan
2 buah √ - -
15 Gilingan mie
mencetak mie
1 buah √ - -
16 Sendok 2 buah √ - -17 Nampan 5 buah √ - -18 talenan Memotong
toping dan bahan lainnya
2 buah √ - -
TOTAL 133.500
15
5.3 Hasil biaya pengeluaran dan penjualan Mie Yumie
Pengeluaran
Kemasan = 41.000
T. Cakra = 10.350
T. Segitiga = 10.000
Minyak = 4.400
Garam =1.750
Garpu = 8.400
Ayam = 25.000
Kecap = 9.000
Telur = 5.500
Saus = 11.000
T. tapioka = 4.500
Sawi Hijau = 6.000
Na. karbonat = 5.000
Stiker = 15.000 +
Total = Rp 156.900,00
Penjualan
41 mangkok yang terjual
Harga per mangkok : Rp 6000,00
Rincian : 10 mangkok x Rp 6000,00 = Rp 60.000,00
31 mangkok x Rp 5000,00 = Rp 155.000,00
Total = Rp 215.000,00
Keuntungan
Penjualan – Modal = Rp. 215.000,00 – 156.900,00
= Rp. 58.100,00
16
DAFTAR PUSTAKA
Anin. 2008. Mie. http://id.shvoong.com [7 November 2015]
Anonim. 1987. Standard Industri Indonesia. Jakarta: Departemen Perindustrian.
Anonim. 2010. Pengaruh air pada mie. http://www.Indohalal.com [4 November 2012]
Anonim. 2011. Resep Membuat Mie http://obetnego.blogspot.com [7 November 2012]
Astawan, M. 2008. Membuat Mie dan Bihun. Bandung: Penebar Swadaya.. Juliano, B.O. dan P.A. Hicks. 1990. Utilization of rice functional properties to produce rice food products with modern processing technologies. International Rice Commission Newsletter. 39: 163-178.
Mujiarto, Iman. 2005. Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan Aditif. Traksi. 3(2) : 65.
Norman, Chad. 2007. Plastic [Internet]. [diunduh pada 2015 Okt 6]. Tersedia di : http://gogreencharleston.org/.
Ritantiyah. 2010. Laporan magang di Pt. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (qualitycontrol mie instant ). Surakarta: Program Diploma Teknologi HasilPertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.
Soraya. 2011. Pembuatan mie. http://gunasoraya.blogspot.com [7 November 2012].
Winarno, F.G. 1994. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
17
Top Related