LAPORAN KERJA PRAKTEK
PROYEK PEMBANGUNAN
GALLERY CIUMBULEUIT 2
BANDUNG
Louis Yongky Kurniawan S. NPM: 2008410006
Yusuf Roni Nababan NPM: 2008410142
Agung Nugroho NPM: 2008410186
PEMBIMBING: Ir. Zulkifli Bachtiar Sitompul, MSIE.
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL (Terakreditasi Berdasarkan SK BAN-PT Nomor: 032/BAN-PT/Ak-XI/S1/XII/2008)
BANDUNG
MEI 2012
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PROYEK PEMBANGUNAN
GALLERY CIUMBULEUIT 2
BANDUNG
Louis Yongky Kurniawan S. NPM: 2008410006
Yusuf Roni Nababan NPM: 2008410142
Agung Nugroho NPM: 2008410186
Bandung, 17 Mei 2012
Pembimbing,
Ir. Zulkifli Bachtiar Sitompul, MSIE.
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL (Terakreditasi Berdasarkan SK BAN-PT Nomor: 032/BAN-PT/Ak-XI/S1/XII/2008)
BANDUNG
MEI 2012
i
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat serta anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek
yang berjudul PROYEK PEMBANGUNAN GALLERY CIUMBULEUIT 2. Kerja
praktek ini merupakan salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan studi
sarjana strata-1 di Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil, Universitas
Katolik Parahyangan.
Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, banyak hambatan yang
dihadapi penulis. Namun, berkat saran, kritik, serta dorongan semangat dari
berbagai pihak, laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan. Untuk itu, penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Yohannes L.D. Adianto, MT., selaku koordinator kerja praktek.
2. Bapak Ir. Zulkifli Bachtiar Sitompul, MSIE., selaku dosen pembimbing kerja
praktek.
3. Bapak Kurniawan selaku Pimpinan Proyek Gallery Ciumbuleuit 2 Bandung.
4. Bapak Hadi Susilo selaku Kepala Staff Teknik Proyek Gallery Ciumbuleuit 2
Bandung.
5. Bapak Valentino Arya selaku Quality Control yang telah membantu dalam
pelaksanaan di lapangan.
6. Bapak Yudha dan Bapak Haryanto selaku Pelaksana di lapangan
7. Seluruh staff kontraktor PT. Wijaya Karya Gedung dan pihak-pihak yang telah
mendukung selama melakukan kerja praktek di proyek.
ii
Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari
sempurna, tetapi penulis berharap laporan kerja praktek ini dapat berguna bagi
orang yang membacanya.
Bandung, 17 Mei 2012
Louis Yongky Kurniawan S. 2008410006
Yusuf Roni Nababan 2008410142
Agung Nugroho 2008410186
iii
DAFTAR ISI
PRAKATA i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Kerja Praktek 2
1.3 Pembatasan Masalah 3
1.4 Metode Pembahasan 4
BAB 2 DATA DAN MANAJEMEN ORGANISASI PROYEK
2.1 Data Umum Proyek 5
2.2 Data Teknis Proyek 6
2.2.1 Data Material 6
2.3 Manajemen Organisasi Proyek 7
2.3.1 Struktur Organisasi Kontraktor 9
BAB 3 BAHAN DAN PERALATAN
3.1 Bahan 13
3.1.1 Campuran Beton 13
3.1.2 Baja Tulangan 14
3.1.3 Kawat Baja 15
iv
3.1.4 Bahan Aditif dan Aplikatif 15
3.1.5 Beton Decking 16
3.2 Peralatan 16
3.2.1 Bar bender 16
3.2.2 Las 17
3.2.3 Tower crane 18
3.2.4 Concrete Bucket 19
3.2.5 Concrete vibrator 19
3.2.6 Concrete Mixer Truck 20
3.2.7 Concrete pump 21
3.2.8 Scaffolding 22
3.2.9 Bar cutter 22
3.2.10 Cutting Wheel 23
3.2.11 Compressor 24
3.2.12 Trolley 24
3.2.13 Gegep 25
3.2.14 Plate Compactor 25
3.2.15 Jack Hammer 26
3.2.16 Theodolit 26
BAB 4 RENCANA DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
4.1 Rencana Pekerjaan Konstruksi 28
4.2 Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi 29
4.2.1 Pekerjaan Galian Tanah 29
4.2.2 Pekerjaan Pondasi 30
v
4.2.3 Pekerjaan Penulangan 31
4.2.4 Pemasangan Bekisting dan Perancah 33
4.2.5 Pengecoran 35
4.2.6 Pembongkaran Bekisting dan Perancah 37
4.2.7 Perawatan dan Perlindungan Beton 38
4.2.8 Perubahan Pekerjaan 40
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS
5.1 Ground Water Tank 41
5.1.1 Pengertian Water Tank 41
5.1.2 Pembangunan Ground Water Tank 42
pada proyek Gallery Ciumbuleuit 2
5.1.3 Kapasitas Ground Water Tank 48
pada proyek Gallery Ciumbuleuit 2
5.1.4 Pemanfaatan Ground Water Tank 49
5.2 Estimasi Biaya dalam Menjalankan Tower Crane 50
Per Bulan dan Pengaruh Tower Crane terhadap
Produktivitas Kerja Proyek dalam Proses Pembangunan
5.2.1 Pengertian Tower Crane 50
5.2.2 Bagian- Bagian Tower Crane 52
5.2.3 Penentuan dan Pemilihan Tower Crane 55
5.2.4 Estimasi Biaya dalam Menjalankan Tower 56
Crane per Bulan
5.2.5 Pengaruh Tower Crane terhadap Produktivitas 58
vi
dalam Proses Pembangunan
5.2.5.1 Produktivitas Tower Crane menurut 58
Imam Soeharto, (1997)
5.2.5.2 Produktivitas Pada Pekerjaan Pemindahan 60
Material menurut Varma, (1979)
5.2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi 60
5.3 Proses Pengerjaan Bored Pile 64
5.3.1 Pengertian Bored Pile 64
5.3.2 Bahan dan Peralatan yang Digunakan 64
Untuk Bored Pile
5.3.3 Metode Pondasi Bored Pile di Gallery Ciumbuleuit 2 70
5.3.4 Pelaksanaan Bored Pile di Gallery Ciumbuleuit 2 71
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan 82
6.2 Saran 83
DAFTAR PUSTAKA 84
LAMPIRAN 85
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bagan Struktur Organisasi Proyek 9
3.1 Campuran Beton Ready Mix 14
3.2 Baja Tulangan 14
3.3 Kawat Baja 15
3.4 Bahan Aditif 15
3.5 Beton Decking 16
3.6 Bar bender 17
3.7 Alat Las 18
3.8 Tower Crane 18
3.9 Concrete Bucket 19
3.10 Concrete Vibrator 20
3.11 Concrete Mixer Truck 21
3.12 Concrete Pump 21
3.13 Scaffolding 22
3.14 Bar Cutter 23
3.15 Cutting Wheel 23
3.16 Compressor 24
3.17 Trolley 24
3.18 Gegep 25
3.19 Plate Compactor 25
3.20 Jack Hammer 26
viii
3.21 Theodolit 27
4.1 Tempat Penyimpanan Baja Tulangan 31
4.2 Tempat Pabrikasi Baja 32
4.3 Karat Pada Baja Tulangan 32
4.4 Penulangan Pelat 33
4.5 Scaffolding 35
4.6 Bekisting Sistem 35
4.7 Pengecoran Balok dan Pelat 37
4.8 Pengecoran Kolom 37
4.9 Pelat Tumpuan Batang Penahan Bekisting Baja 38
5.1 Dewatering 44
5.2 Integral Waterproofing 44
5.3 Waterstop 45
5.4 Diagram Tekanan Hidrostatik pada Ground Water Tank 46
5.5 Bagian-Bagian Tower Crane 52
5.6 Besi Tulangan Bored Pile 65
5.7 Bored Pile Soilmec 66
5.8 Bucket Auger 66
5.9 Flight Auger 67
5.10 Pipa Tremi 67
5.11 Casing 68
5.12 Corong Tremi 68
5.13 Concrete Pump 69
5.14 Mixing Truck 69
viii
5.15 Metode Pondasi Bored Pile 71
5.16 Memulai Pengeboran untuk Bored Pile 73
5.17 Memasukkan Casing Ke Lubang Bored Pile 73
5.18 Melanjutkan Galian Lubang Bored Pile 74
5.19 Memasukkan Baja Tulangan Bored Pile 74
5.20 Menyambung Baja Tulangan Bored Pile 75
5.21 Memasukkan Pipa Tremi Ke Dalam Lubang Bored Pile 76
5.22 Memasang Corong Di Atas Pipa Tremi 76
5.23 Memasang Talang Saat Pengecoran 77
5.24 Melakukan Pengecoran Bored Pile 78
5.25 Melepas Pipa Tremi 79
5.26 Melepas Casing 79
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Data Umum Proyek 5
2.2 Nilai Mutu Beton 6
2.3 Diameter dan Mutu Baja Tulangan 7
5.1 Tabel Spesifikasi Tower Crane 57
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
L1 Draft Tinjauan Khusus
L2 Laporan Faktual Penyelidikan Tanah
L3 Jobmix Formula Trialmix
L4 Denah Lokasi Uji Penyelidikan Tanah
L5 Absensi Kerja Praktek
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan yang semakin ketat di dunia pekerjaan dewasa ini menjadikan
mahasiswa khususnya di bidang teknik sipil butuh berbagai informasi untuk
membuat sebuah inovasi dalam mengerjakan suatu proyek. Dalam menuntut ilmu
di bidang teknik sipil, dibutuhkan pengetahuan teoritis sebagai ilmu dasar yang
harus dikuasai oleh mahasiswa. Namun tidak cukup hanya mendapat pengetahuan
teoritis, dibutuhkan pula kegiatan praktek untuk mengaplikasikan pengetahuan
teoritis yang didapat selama perkuliahan.
Hal tersebut dianggap penting karena ruang lingkup bidang teknik sipil
yang begitu luas seperti hidroteknik, geoteknik, struktur, manajemen rekayasa
kontruksi, dan tranportasi sehingga masalah yang timbul berbeda-beda dan
pemecahan masalahnya juga pasti akan berbeda. Oleh karena itu, kegiatan praktek
di lapangan secara langsung merupakan kegiatan yang penting bagi proses
pembelajaran dan perkembangan mahasiswa.
Era globalisasi yang bergerak sangat dinamis menuntut laju perkembangan
yang cepat dalam segala bidang kehidupan, khususnya bidang teknik sipil.
Seorang mahasiswa teknik sipil tentu harus mampu menjawab tantangan zaman
dengan terus berusaha menyesuaikan diri dalam arus perkembangan dunia
konstruksi yang sangat pesat.
2
Melalui kerja praktek ini diharapkan dapat lebih mengenal dunia kerja
sekaligus belajar menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan. Kegiatan
kerja praktek merupakan kegiatan yang penting bagi proses pembelajaran dan
perkembangan seorang mahasiswa. Kerja praktek adalah sarana yang tepat bagi
seorang mahasiswa untuk mencoba mengaplikasikan semua ilmu yang telah
diperolehnya selama perkuliahan dan sebagai sarana untuk berbagi informasi
mengenai tata cara pelaksanaan suatu proyek kepada mahasiswa.
.
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Program studi Strata Satu di Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Katolik
Parahyangan, memberikan mata kuliah Kerja Praktek sebagai salah satu mata
kuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa teknik sipil dengan maksud
untuk memberikan bekal wawasan praktis kehidupan pekerjaan konstruksi.
Kerja praktek yang dilakukan pada proyek pembangunan Gallery Apartment
Ciumbuleuit 2 di Jalan Ciumbuleuit, Bandung bertujuan untuk memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh pengalaman dalam hal praktis,
kemampuan berkomunikasi, dan bersosialisasi di dalam dunia konstruksi, melihat
pekerjaan proyek yang sebenarnya secara langsung di lapangan sehingga dapat
melatih dan mengembangkan kemampuan dan kepekaan mahasiswa dalam
menemukan dan menganalisis masalah-masalah yang terjadi selama pelaksanaan
proyek di lapangan, serta memperoleh pengetahuan dunia konstruksi yang tidak
didapatkan selama perkuliahan sehingga mahasiswa mempunyai bekal tambahan
untuk masuk ke dalam dunia kerja dan mengetahui kualifikasi seorang sarjana
lulusan teknik sipil yang dibutuhkan dunia kerja.
3
Selain itu, hal-hal yang ditemui di lapangan bisa saja sesuatu yang baru atau
berbeda dengan yang ada di dapat pada masa perkuliahan, maka dari itu
mahasiswa harus bijak dan dapat membedakan apakah hal tersebut merupakan
sesuatu yang baru atau inovatif sehingga harus dipelajari atau suatu kesalahan
yang harus dihindari.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam laporan ini, pembatasan masalah mencakup rencana proyek, pekerjaan
geoteknik, dan pekerjaan struktur selama kerja praktek dilakukan yaitu mulai
tanggal 16 Januari 2012 sampai dengan tanggal 13 Mei 2012 . Pekerjaan
geoteknik meliputi pemasangan pondasi, cut and fill, dan penyelidikan tanah
sedangkan pekerjaan struktur meliputi pengecoran pelat lantai, pengecoran pile
cap, pemasangan tulangan dinding.
Ada dua macam pembahasan dalam laporan ini, yaitu pembahasan
mengenai tinjauan umum dan tinjauan khusus. Tinjauan umum meliputi data
umum proyek, data teknis proyek, manajemen organisasi proyek, bahan dan
peralatan, serta rencana dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi. koordinasi
mengenai pelaksanaan proyek dan teknik pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Hal-
hal yang harus diperhatikan dan diamati selama kerja praktek dan menjadi bahan
Laporan Kerja Praktek.
Selain hal tersebut, dibahas beberapa permasalahan khusus. Pada tinjauan
khusus dibahas lebih mendalam mengenai ground water tank, bored pile, tower
crane.
4
1.4 Metode Pembahasan
Laporan kerja praktek ini disusun dengan mengacu pada data yang telah berhasil
dikumpulkan dari pengamatan secara langsung di lapangan. Selain diamati proses
pelaksanaan konstruksi, diperoleh penjelasan-penjelasan tentang pelaksanaan
proyek dari Pimpinan Proyek, Staf Pelaksana, para pekerja di lapangan, arsip,
dokumen proyek. Dipelajari juga teori maupun standar pelaksanaan konstruksi
melalui studi pustaka, dari catatan kuliah, serta dari buku-buku yang terkait
dengan pelaksanaan konstruksi.
Hal-hal yang didapat dari pengamatan di lapangan kemudian dicatat dan
dipelajari, kemudian menjadi bahan untuk melengkapi laporan kerja praktek.
Hasil dari pengamatan yang kurang dimengerti kemudian ditanyakan kepada
Pimpinan Proyek, Staf Pelaksana, dan para pekerja di lapangan. Data yang
diperoleh di lapangan dilengkapi dengan data dari arsip dan dokumen proyek.
5
BAB 2
DATA DAN MANAJEMEN ORGANISASI PROYEK
2.1 Data umum Proyek
Dalam pengerjaan suatu proyek diperlukan informasi, data, ataupun keterangan
untuk mempermudah pengerjaan proyek tersebut. Maka dari itu, pada bab 2 ini
akan dijelaskan detail tentang seluruh data, informasi, ataupun keterangan
tersebut. Data umum proyek Gallery Ciumbuleuit 2 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Data Umum Proyek
No. Data Umum Proyek
1. Nama Proyek : Gallery Ciumbuleuit 2 , Bandung
2. Lokasi : Jl. Ciumbuleuit, Bandung, Jawa
Barat
3. Jumlah Lantai : 30 lantai
4. Luas Total Bangunan : ± 49565m2
a. Luas lantai ME : 730 m2
b. Luas total basement 1-4 : 9425 m2
c. Luas lantai 1 : 2400 m2
d. Luas lantai 2 : 1810 m2
e. Luas lantai 3-25 : 1600 m2
5. Luas Tanah : 8600 m2
6. Jumlah Tower : 1 tower crane
7. Pengawas : PT. FERAYAMO ABADI
8. Developer : PT. PRATAMA BUMI ASRI
9. Arsitek : TRENDRAMA ARCHITECT
10. Konsultan Struktur : PT. ANUGERAH MULTI CIPTA
KARYA
11. Kontraktor Struktur : PT. WIJAYA KARYA GEDUNG
12. Kontraktor MEP : PT. METAKOM PRANATA
6
2.2 Data Teknis Proyek
Pada sub-bab ini dijelaskan data-data teknis proyek mencakup data material.
2.2.1 Data Material
Pondasi
Jenis pondasi yang digunakan pada proyek ini adalah pondasi bored pile.
Pengeboran pondasi bored pile menggunakan alat clay auger sedangkan untuk
pemasangan besi, pipa tremie dan memulai pengecoran menggunakan bantuan
alat mobile crane untuk mengangkat concrete bucket.
Beton
Beton merupakan salah satu komponen penting yang digunakan dalam
membangun sebuah gedung maka dari itu mutu dari beton tersebut harus
diperhatikan. Mutu beton yang digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada
Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Nilai Mutu Beton
No. Komponen pekerjaan yang menggunakan beton Mutu beton
1. Pile Cap, Balok, Pelat, Tangga, Retaining Wall K350
2. Pondasi genset, trafo, pompa, tangki air, bahan
K350 bakar, dan peralatan mekanikal dan elektrikal yang lain
3. Kolom dan Shearwall K500
4. lantai kerja K100
7
Baja Tulangan
Baja tulangan merupakan komponen yang sama pentingnya dengan beton. Baja
tulangan mempunyai diameter yang beragam dan mutunya juga harus
diperhatikan dalam penggunaannya. Diameter dan mutu baja tulangan dapat
dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Diameter dan Mutu Baja Tulangan
No. Diameter baja tulangan Mutu baja tulangan
1. D9 U-24 (BJTP 24)
2. D10, D13, D19, D22, D25, D32 U-40 (BJTD 40)
3. Wire mesh U-50
2.3 Manajemen Organisasi Proyek
Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai manajemen organisasi proyek yang
meliputi struktur organisasi kontraktor, tugas dan wewenang serta hak dan
kewajiban dari masing-masing pihak yang bertanggung jawab dalam proyek
tersebut.
1. Pemilik Proyek (Owner)
Pemilik proyek dalam suatu proyek konstruksi berperan sebagai pemberi dana
serta penentu dari sasaran dan tujuan proyek. Hak dan kewajiban seorang pemilik
proyek adalah menunjuk perencana proyek dan pelaksana proyek, menyediakan
site/lahan, menyetujui/memerintahkan perubahan desain, menerima laporan
proyek.
8
2. Konsultan Struktur (Planner)
Konsultan struktur adalah pihak yang diberi tugas untuk melaksanakan
perencanaan lengkap dari seluruh proyek sesuai kehendak pemilik proyek. Tugas
dan wewenang konsultan perencana yaitu merencanakan secara berkala meninjau
lapangan untuk melihat kemajuan pekerjaan dan ikut serta menilai kualitas
pekerjaan yang dilakukan tim pelaksana agar tidak menyimpang dari ketentuan
dan rencana, ikut serta mempertimbangkan usul-usul pemilik proyek maupun tim
pelaksana, apabila diperlukan berhak meminta pemeriksaan pengujian pekerjaan
secara khusus untuk menjamin pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana
melalui konsultan pengawas, memberi konsultasi mengenai hal-hal arsitektural,
fungsional dan struktural jika terdapat keragu-raguan atas ketentuan di dalam
rencana melalui konsultan pengawas.
3. Pelaksana/Kontraktor
Kontraktor berperan dalam hal melakukan pembangunan di lapangan. Hak dan
kewajiban kontraktor adalah bertanggung jawab kepada konsultan dan pemilik
proyek atas segala hal yang berhubungan dengan pembangunan atau pelaksanaan,
baik secara teknis maupun administrasi dan keuangan, yang berpedoman pada
dokumen kontrak, melaksanakan semua pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis
yang ditentukan oleh konsultan struktur, mengatur manajemen biaya proyek
sesuai dengan rencana anggaran dan aliran dananya, berhak mengajukan biaya
tambahan bila ternyata ada pekerjaan tambahan, mengadakan rapat mingguan
dengan seluruh pegawai untuk mengetahui hambatan-hambatan di lapangan dan
kemajuan proyek.
9
2.3.1 Struktur Organisasi Kontraktor
Agar pelaksanaan pembangunan suatu proyek berjalan dengan baik dan lancar
sesuai dengan jadwal yang ada maka perlu adanya suatu pembagian tugas yang
jelas yang disebut dengan struktur organisasi.
Dengan membuat struktur organisasi yang benar maka akan sangat
membantu kelancaran pekerjaan karena dari struktur organisasi ini tiap bagian
dapat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing serta mengetahui
bagaimana hubungan antar bagian. Struktur organisasi kontraktor pada proyek
Gallery Ciumbuleuit 2 dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Direktur Utama: Muhamad Nawir
Direktur Teknik dan Operasi: Ridwan A.M.
Direktur Keuangan: Zakaria
MANAJER
PROYEK
SITE ENGINEER
MANAJER KONSTRUKSI
ADMINISTRASI DAN
KEUANGAN
S.H.E
KOMERSIAL
QA-QC
ENGINEERING
SURVEYOR
DRAFTER
PROCUREMENT
PELAKSANA
STRUKTUR
PELAKSANA
ARSITEKTUR
PELAKSANA MEP
KEUANGAN
GUDANG
SECURITY
HUMAS
SAFETY
OFFICER
PELAKSANA K3L
Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi Proyek
10
1. Direktur Utama
Sebagai pimpinan tertinggi dalam struktur organisasi kontraktor, direktur utama
bertanggung jawab kepada pemilik atas hasil dari pembangunan proyek yang
dilaksanakan.
2. Direktur Teknik dan Operasi
Tugas Direktur Teknik dan Operasi adalah mengkoordinasikan dan
mengendalikan kegiatan dibidang perencanaan teknik, produksi, perawatan teknik
dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh direktur utama. Direktur
Teknik dan Operasi bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
3. Direktur Keuangan
Mengarahkan berbagai penanggulangan berbagai jenis resiko finansial yang
dihadapi perusahaan dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
atasan. Direktur Keuangan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
4. Manajer Proyek
Mengepalai dan memimpin proyek serta bertanggung jawab atas pelaksanaan
pekerjaan. Segala prosedur yang berlaku pada proyek ini harus disetujui terlebih
dahulu oleh Manajer Proyek.
5. Engineering Manager
Tugas dan tanggung jawab Engineering Manager adalah mengumpulkan data
untuk proses pembuatan rencana pelaksanaan proyek, membuat studi
11
perbandingan untuk menemukan metode yang tepat, membuat RAP (Rencana
Anggaran Proyek) yang terdiri dari biaya, mutu, waktu, sistem kerja, bahan,
tenaga, alat, dan organisasi, memahami seluruh isi dokumen kontrak,
meningkatkan efisiensi dan kinerja proyek, mengevaluasi jadwal pelaksanaan
secara rutin, baik jadwal mingguan maupun bulanan, membuat laporan intern dan
ekstren, mengawasi jalannya proyek, melakukan pengujian untuk menjamin mutu
dalam pelaksanaan proyek, memproses berita acara tepat waktu, melaksanakan
klaim pada pemilik proyek terhadap pekerjaan tambah kurang, perpanjangan
waktu dan sebagainya, membina hubungan baik dengan relasi, baik dengan
pemilik proyek, konsultan, sub-kontraktor, dan lembaga lain yang terkait.
6. Manajer Konstruksi
Manajer Konstruksi bertugas dan bertanggung jawab dalam mengawasi pekerjaan
yang dilakukan oleh pelaksana struktur, pelaksana arsitektur, pelaksana MEP.
Dalam hal ini manajer konstruksi adalah PT. Ferayamo Abadi.
7. Administrasi dan Keuangan
Tugas dan tanggung jawab Administrasi dan Keuangan adalah mengumpulkan
data untuk proses pembuatan rencana pelaksanaan proyek pada bagian
administrasi umum dan keuangan, memahami isi dokumen kontrak yang berkaitan
dengan bidangnya, meningkatkan efisiensi proyek, melaksanakan administrasi
bagian kepegawaian dan keuangan, menjamin keamanan dan keselamatan sesuai
persyaratan, membina hubungan baik dengan relasi, baik dengan owner,
konsultan, sub kontraktor, dan lembaga lain yang terkait.
12
8. S.H.E
Tugas dan tanggung jawab S.H.E (safety health environtment) adalah
melaksanakan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan proyek,
menjelaskan pentingnya K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
memberikan saran-saran yang berhubungan dengan peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja, berhubungan dengan pihak luar (jika diperlukan) untuk
menangani masalah kecelakaan kerja, menyediakan peralatan yang diperlukan
untuk penanganan K3, melakukan evaluasi dan penelitian sebab-sebab terjadinya
kecelakaan.
.
13
BAB 3
BAHAN DAN PERALATAN
3.1 Bahan
Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai bahan-bahan yang digunakan pada
pelaksanaan struktur di pembangunan proyek Gallery Ciumbuleuit 2.
3.1.1 Campuran beton
Beton adalah suatu campuran komposit dari agregat kasar (batu pecah), agregat
halus (pasir), air, serta semen portland. Dalam proyek ini campuran beton banyak
digunakan untuk pengecoran balok, pengecoran kolom, pengecoran pelat,
pengecoran dinding, pengecoran shearwall. Bahan untuk campuran beton
selanjutnya adalah semen portland (PC). Semen portland merupakan bubuk halus
yang diperoleh dengan menggiling klinker dengan batu gips sebagai bahan
tambahan dalam jumlah yang cukup.
Pada proyek ini campuran beton ready mix (pada Gambar 3.1) diperoleh
dari Adhimix Precast dan Pionir Beton sebagai supplier. Bersamaan dengan
proses pengecoran, pemadatan campuran beton dilakukan menggunakan concrete
vibrator. Getaran dari concrete vibrator akan membantu material campuran beton
untuk masuk ke celah-celah tulangan sehingga tidak menimbulkan rongga-rongga
pada campuran beton yang telah dicor. Mutu beton dikontrol dengan dibuat benda
uji yang akan di uji di Institut Teknologi Bandung.
14
Gambar 3.1 Campuran Beton Ready Mix
3.1.2 Baja Tulangan
Baja tulangan (pada Gambar 3.2) memiliki fungsi sebagai penahan tegangan tarik
pada beton. Pemilihan penggunaan baja tulangan dan jumlahnya tergantung dari
kekuatan struktur beton rencana. Baja tulangan yang digunakan pada proyek
Gallery Ciumbuleuit 2 merupakan tulangan berulir dan tulangan polos. Baja
tulangan berulir memiliki batas tegangan leleh 4000 kg/cm2 sedangkan besi polos
memiliki batas tegangan leleh 2400 kg/cm2.
Baja tulangan menggunakan
bermacam-macam ukuran sesuai dengan gambar rencana penulangan beton
sedangkan panjang tulangan yang dibutuhkan bervariasi. Oleh karena itu, sering
dilakukan pemotongan dan penyambungan tulangan.
Gambar 3.2 Baja Tulangan
15
3.1.3 Kawat baja
Kawat baja (pada Gambar 3.3) berfungsi untuk mengikat tulangan agar tetap pada
posisinya.
Gambar 3.3 Kawat Baja
3.1.4 Bahan Aditif dan Aplikatif
Bahan aditif (pada Gambar 3.4) yang digunakan berjenis integral water proofing
dan berfungsi untuk mencegah terjadinya peresapan air ke beton. Bahan aditif ini
dicampurkan pada beton segar sebelum dilakukan pengecoran. Bahan aplikatif
berjenis calbon (bonding agent) digunakan untuk membantu merekatkan beton
yang sudah mengeras dengan beton segar pada saat akan dilakukan pengecoran.
Gambar 3.4 Bahan Aditif
16
3.1.5 Beton decking
Beton decking (pada Gambar 3.5) adalah blok beton kecil dengan ketebalan
sesuai selimut beton yang akan diselipkan pada proses perakitan tulangan pelat,
balok, dan kolom, kemudian diikat pada tulangan untuk mempertahankan posisi
tulangan terhadap bekisting.
Gambar 3.5 Beton Decking
3.2 Peralatan
3.2.1 Bar bender
Bar bender (pada Gambar 3.6) adalah alat yang berfungsi untuk membengkokkan
baja tulangan sesuai dengan perencanaan. Tulangan baja yang akan
dibengkokkan dimasukan ke antara poros tekan dan poros pembengkok kemudian
diatur sudutnya sesuai dengan sudut yang diinginkan dan panjang bengkoknya.
Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci
pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok akan berputar
sesuai dengan sudut dan kunci pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga
roda pembengkok akan berputar sesuai dengan sudut pembengkokkan yang
diinginkan. Bar bender dapat mengatur sudut pembengkokkan tulangan dengan
17
mudah dan rapi. Keuntungan menggunakan Bar bender adalah efisiensi waktu
yang dihasilkan dengan menggunakan alat tersebut.
Gambar 3.6 Bar bender
3.2.2 Alat Las
Di dalam proyek ini las (pada Gambar 3.7) digunakan untuk menyambungkan
sebuah pelat dengan sebuah tulangan. Cara kerja las ini adalah menyambung
logam dengan logam (pengelasan) yang menggunakan gas karbit (gas asetilen =
C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar gas dengan
O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam
induk dan logam pengisi.
Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propana atau
hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah gas
asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilen.
Karena tidak menggunakan tenaga listrik, las oksi-asetilen banyak dipakai di
lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektroda terbungkus.
18
Gambar 3.7 Alat Las
3.2.3 Tower crane
Crane digunakan untuk mengangkat muatan secara vertikal, menahannya apabila
diperlukan, dan menurunkan muatan ke tempat lain yang ditentukan. Dalam
proyek ini digunakan dua buah jenis crane yaitu mobile crane yang digunakan
sebelum didirikannya tower crane. Tower crane (pada Gambar 3.8) dapat
mengangkat material secara vertikal dan horizontal.
Tower crane salah satu peralatan yang paling penting dalam pekerjaan
suatu proyek gedung bertingkat yang digunakan digunakan untuk mengangkut
berbagai macam material seperti bekisting kolom, campuran beton dalam concrete
bucket, baja tulangan, dan sebagainya.
Gambar 3.8 Tower Crane
19
3.2.4 Concrete Bucket
Concrete Bucket (pada Gambar 3.9) digunakan sebagai penampung material
bangunan seperti semen yang akan digunkan untuk pengecoran. Juga merupakan
tempat pengangkutan beton dari truck mixer concrete sampai ke tempat
pengecoran. Dalam pengerjaannya dibutuhkan satu orang sebagai operator
concrete bucket yang bertugas untuk membuka atau mengunci agar material beton
tidak tumpah pada saat dibawa ke area pengecoran.
Concrete bucket yang digunakan pada proyek ini mempunyai kapasitas
sebesar 0,8 m3
dan massa 300 kg. Pada proyek ini, concrete bucket digunakan
untuk pengecoran kolom.
Gambar 3.9 Concrete Bucket
3.2.5 Concrete vibrator
Concrete vibrator (pada Gambar 3.10) berfungsi untuk menggetarkan beton pada
saat pengecoran agar beton dapat mengisi seluruh ruangan dan tidak terdapat
rongga-rongga udara diantara beton yang dapat membuat beton keropos. Concrete
20
vibrator digerakan oleh mesin listrik dan mempunyai kabel sepanjang beberapa
meter.
Alat ini digunakan sebagai pemadat pada saat pengecoran yang sedang
berlangsung pada kolom, pelat lantai dan balok dengan cara menggetarkannya.
Alat ini digunakan pada berbagai pengecoran struktur beton.
Gambar 3.10 Concrete Vibrator
3.2.6 Concrete Mixer Truck
Concrete Mixer Truck (pada Gambar 3.11) berfungsi untuk membawa material
beton dari pabrik ke lapangan, serta mencampur agregat beton. Cara kerja alat ini
adalah material beton dimasukkan ke dalam chamber yang berputar dan memiliki
gerakan mengaduk, agar material beton tetap cair tidak terjadi setting dari
batching plant sampai ke lokasi proyek. Truk mixer dipakai saat akan dilakukan
pengecoran dalam jumlah besar dan membutuhkan volume beton lebih dari 6 m3.
Volume beton maksimum yang dapat diangkut adalah 6m3.
21
Gambar 3.11 Concrete Mixer Truck
3.2.7 Concrete pump
Concrete pump (pada Gambar 3.12) berfungsi untuk mengangkut campuran beton
ke lokasi pengecoran yang luas dan sulit dijangkau. Concrete pump bekerja
dengan dengan menggunakan tekanan pompa yang ada pada concrete pump,
campuran beton disalurkan ke lokasi yang akan dilakukan pengecoran. Dalam
proyek ini Concrete pump digunakan untuk mendistribusikan material campuran
beton di lantai-lantai yang sulit dijangkau.
Gambar 3.12 Concrete pump
22
3.2.8 Scaffolding
Scaffolding (pada Gambar 3.13) berfungsi untuk memikul beban momen yang ada
pada beton yang telah dicor dan beban beton segar serta digunakan pula sebagai
tangga. Scaffolding merupakan rangka-rangka batang yang terbuat dari besi dan
disusun menjadi satu kesatuan sehingga dapat memikul beban yang diakibatkan
oleh campuran beton saat pengecoran pelat lantai di proyek tersebut.
Gambar 3.13 Scaffolding
3.2.9 Bar cutter
Bar cutter (pada Gambar 3.14) berfungsi untuk memotong tulangan baja sesuai
dengan ukuran panjang yang dibutuhkan. Tulangan baja diletakkan di dalam gigi
bar cutter kemudian dipijak dan tulangan baja akan terpotong. Pemotongan
tulangan baja yang mempunyai diameter besar dilakukan satu persatu. Untuk baja
berdiameter kecil, pemotongan dapat dilakukan beberapa buah sekaligus.
Keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan alat ini adalah
efisiensi dan kecepatan waktu pemotongan tulangan baja dibandingkan dengan
cara manual.
23
Gambar 3.14 Bar cutter
3.2.10 Cutting wheel
Cutting wheel (pada Gambar 3.15) berfungsi untuk memotong profil baja yang
digunakan untuk penahan bekisting pada saat pengecoran kolom dan pelat. Cara
kerja alat ini pertama-tama profil baja yang akan dipotong diletakkan di bawah
wheel, kemudian cutting wheel ditekankan pada profil baja yang akan dipotong.
Profil baja yang akan dipotong harus diukur terlebih dahulu agar ukuran
yang diinginkan sesuai. Dalam proyek ini profil baja yang dipotong adalah profil
baja yang digunakan untuk penyangga bekisting pelat yang ditahan oleh
scaffolding.
Gambar 3.15 Cuting wheel
24
3.2.11 Compressor
Compressor (pada Gambar 3.16) digunakan untuk mensuplai udara bertekanan.
Pada tahap pengecoran alat ini sangat memudahkan untuk membersihkan kotoran
di dalam bekisting.
Gambar 3.16 Compressor
3.2.12 Trolley
Trolley (pada Gambar 3.17) pada umumnya digunakan untuk mengangkut
berbagai jenis material. Pada proyek ini trolley digunakan untuk mengangkut
beton segar yang diturunkan dari truk mixer untuk dibawa untuk diuji slump.
Gambar 3.17 Trolley
25
3.2.13 Gegep
Gegep (pada Gambar 3.18) digunakan untuk memasang kawat baja pada
sambungan tulangan atau pada posis tulangan satu dengan yang lain agar tetap
pada posisinya.
Gambar 3.18 Gegep
3.2.14 Plate Compactor
Berfungsi untuk memadatkan tanah di sekitar proyek. Plate compactor (pada
Gambar 3.19) menggunakan sistem hidraulik yang menggerakkan pelat naik
turun.
Alat ini dioperasikan oleh dua orang. Orang pertama bertugas untuk
mengendalikan plate compactor, sementara orang ke dua menarik plate compactor
kea rah tanah yang hendak dipadatkan. Pengaplikasian alat ini pada proyek adalah
untuk memadatkan dan meratakan tanah, khususnya untuk perataan lantai kerja.
Gambar 3.19 Plate Compactor
26
3.2.15 Jack Hammer
Jack hammer (pada Gambar 3.20) adalah alat yang digunakan dengan tangan yang
fungsinya untuk membongkar beton yang sudah keras. Alat ini biasa digunakan
apabila di awal proyek terdapat bangunan lama dan akan dibongkar.
Jack hammer memiliki ujung yang pipih dan ujung yang runcing dan
kedua ujung memiliki kegunaan yang berbeda. Untuk ujung pipih digunakan
untuk mengikis beton dan ujung runcing untuk menghancurkan beton.
Gambar 3.20 Jack Hammer
3.2.16 Theodolit
Theodolit (pada Gambar 3.21) adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan
untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda
dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja, di dalam theodolit
sudut yang dapat dibaca bisa sampai pada satuan detik. Dalam pekerjaan yang
berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk
pengukuran polygon.
27
Gambar 3.21 Theodolit
28
BAB 4
RENCANA DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI
4.1 Rencana Pekerjaan Konstruksi
Proyek Gallery Ciumbuleuit 2 dilaksanakan dalam rangka memperluas kawasan
Apartement dan Hotel dari Gallery Ciumbuleuit. Pembangunan Gallery
Ciumbuleuit 2 ini berada tepat disebelah gedung Gallery Ciumbuleuit yang sudah
dibangun pertama kali. Proyek yang sekarang sedang berjalan adalah proyek
pembangunan apartement bagian basement.
Adapun rencana awal persiapan proyek adalah pekerjaan pemagaran
dengan membuat pagar-pagar pembatas. Pekerjaan pemagaran adalah pekerjaan
pemberian batas terhadap lahan yang akan dibangun terhadap lahan lain yang
berfungsi sebagai batas pekerjaan konstruksi dan membatasi keterlibatan pihak
luar yang tidak berwenang dalam kegiatan proyek. Setelah pekerjaan pemagaran,
direncanakan pengukuran di lapangan untuk menentukan bench mark. Bench
mark berfungsi sebagai patokan awal dalam melakukan pekerjaan konstruksi.
Pada proyek Galery Ciumbuleuit 2, rencana pemasukan material ke lokasi
proyek adalah melewati jalan Ciumbuleuit karena lokasi proyek terletak pada area
bisnis yang padat dan ramai sehingga untuk memasukkan material ke lokasi
proyek, material baru dapat dimasukkan pada lokasi proyek dari pukul 23.00 WIB
sampai dengan 04.00 WIB. Sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai, di sekitar
29
area proyek direncanakan didirikan bangunan-bangunan sementara yang
mendukung pekerjaan proyek, seperti:
1. site office kontraktor utama
2. pos keamanan
3. gudang bahan dan peralatan
4. toilet pekerja
5. kantin
Pada proyek ini bangunan pos keamanan, gudang, toilet pekerja, dan kantin
berupa bangunan sementara yang dibangun dengan menggunakan multipleks dan
dinding bata atau menggunakan bangunan yang telah didirikan sebelum proyek
dimulai. Bangunan-bangunan tersebut nantinya akan dibongkar setelah proyek
selesai.
4.2 Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
Pada sub-bab ini dibahas pelaksanaan konstruksi selama kerja praktek yaitu
pengerjaan galian tanah, pengerjaan pondasi, pekerjaan struktur gedung mencakup
penulangan, pemasangan bekisting dan perancah, pengecoran, pembongkaran
bekisting dan perancah, perawatan beton, dan perubahan pekerjaan.
4.2.1 Pengerjaan Galian Tanah
Pekerjaan galian tanah menggunakan alat excavator PC 200 dengan kapasitas
44,42 m3/jam. Kapasitas ini dapat berkurang bila posisi penggalian tidak
mendukung. Dump truck digunakan pada pekerjaan galian untuk mengangkut
tanah galian ke tempat penampungan. Kapasitas normal dump truck adalah 6 m3
30
dan mampu mengangkut tanah seberat 8 ton. Pekerjaan galian ini menggunakan 2
unit Excavator dan sekitar 15 unit dump truck yang datang ke proyek ini setiap
harinya.
4.2.2 Pengerjaan Pondasi
Tahapan pelaksanaan pekerjaan pondasi di Gallery Ciumbuleuit 2 yang pertama
adalah melakukan pengeboran tanah pada titik yang sudah ditentukan
menggunakan clay auger hingga kedalaman 5 meter setelah itu memasukan
casing ke dalam lubang yang sudah di gali. Setelah itu, melanjutkan galian hingga
kedalaman sesuai dengan rencana kedalaman bored pile pada titik tersebut. Lalu,
memasukan baja tulangan ke dalam lubang yang sudah dibor tersebut dan bila
lubang tersebut kedalamannya lebih dari 12 meter maka baja tulangan akan
disambung.
Setelah itu, memasukan pipa tremi kedalam lubang, pipa tremi disambung
hingga mencapai dasar kedalaman lubang bored pile tersebut. Hal ini dilakukan
secara paralel dengan mempersiapkan talang. Setelah pipa tremi siap dipasang
corong diatasnya untuk memudahkan beton masuk kedalam pipa tremi. Setelah
itu, pemasangan talang karena pada saat pengecoran beton dialirkan secara
gravitasi.
Setelah pipa tremi dan talang siap pengecoran dapat dilakukan dengan
memasukan campuran beton kedalam corong. Setelah bagian dasar dari lubang
tersebut dicor pipa tremi akan dilepas secara bertahap sambil melakukan
pengecoran. Setelah selesai mengecor casing dapat dilepaskan. Tahap terakhir
31
dari pengecoran pondasi adalah menghubungkan dan mengikat bored pile lainnya
dengan caping beam.
4.2.3 Pekerjaan Penulangan
Baja tulangan yang didatangkan ke proyek disimpan di depan tempat tinggal
sementara para pekerja besi yaitu di sisi tengah dari proyek ini. Hal ini dilakukan
lebih mempermudah para pekerja dan juga terdapat lahan yang cukup untuk
tempat penyimpanan baja tulangan dan proses pabrikasi baja tulangan. Selain itu
lokasi ini juga cukup mudah untuk proses supply dan distribusi ke seluruh area
proyek setelah baja tulangan tersebut dipabrikasi.
Pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 terlihat bahwa baja tulangan disimpan di
tempat yang terbuka. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengangkutan baja
tulangan dari truk dan baja tulangan yang telah dipabrikasi dengan menggunakan
tower crane. Tetapi penyimpanan baja tulangan ditempat yang terbuka dapat
menyebabkan terjadinya proses oksidasi antara baja tulangan dengan udara luar,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya proses perkaratan pada baja tulangan dan
mempengaruhi daya lekat baja tulangan terhadap beton. Karat pada baja tulangan
dapat menyebabkan berkurangnya daya lekat baja tulangan dengan beton. Hal
tersebut dapat menyebabkan kerugian untuk struktur bangunan.
Gambar 4.1 Tempat Penyimpanan Baja Tulangan
32
Gambar 4.2 Tempat Pabrikasi Baja
Baja tulangan juga harus dilindungi dari kontak dengan cuaca sekitar yang
dapat menyebabkan timbulnya noda karat pada permukaan baja tulangan. Hujan
merupakan suatu kondisi cuaca yang dapat menyebabkan pekerjaan konstruksi
terhenti untuk sementara. Selain itu air hujan yang bersifat asam dapat
mempercepat terjadinya proses oksidasi baja tulangan, sehingga menimbulkan
bintik karat pada permukaan baja tulangan. Karat pada baja tulangan dapat dilihat
pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Karat Pada Baja Tulangan
33
Penulangan dilakukan berdasarkan gambar kerja dengan menggunakan
kawat baja sebagai pengikat pertemuan antar tulangan. Sedangkan penulangan
untuk pelat dilakukan ditempat pelat yang akan dicor dan penulangan dilakukan
setelah bekisting pelat terpasang. Adapun tulangan yang digunakan pada pelat
adalah wiremesh. Wiremesh diletakkan diatas permukaan bekisting dengan
ditopang oleh beton decking dan tulangan baja yang dibentuk menjadi spiral agar
wiremesh memiliki jarak tertentu di atas bekisting sesuai dengan gambar kerja
(pada Gambar 4.4).
Gambar 4.4 Penulangan Pelat
4.2.4 Pemasangan Bekisting dan Perancah
Sebelum dilakukan pengecoran, dibuat terlebih dahulu cetakan balok, pelat, dan
kolom berdasarkan dimensi yang sudah direncanakan. Bekisting berguna untuk
memberi bentuk balok, kolom, dan pelat sesuai dengan gambar kerja. Meskipun
bekisting hanyalah struktur yang dalam penggunaannya bersifat sementara,
namun kualitas dan kekuatan bekisting harus juga diperhatikan dengan baik
karena campuran beton mempunyai daya tekan yang cukup besar untuk membuat
34
bekisting melendut. Oleh karena itu, bekisting harus dibuat dari bahan yang
bermutu dan perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga kontruksi tidak
mengalami kerusakan akibat lendutan atau lenturan ketika beton dituangkan.
Pada balok dan pelat, bekisting yang digunakan adalah bekisting kayu yang
dilapisi polyfilm dan dipasang dengan bantuan scaffolding sebagai penopang
bekisting. Mula-mula beberapa scaffolding didirikan kemudian pada puncak tiang
scaffolding dipasang batang pengaku baja sehingga scaffolding dapat berdiri
sendiri (Gambar 4.5). Ketinggian scaffolding disesuaikan dengan ketinggian
lantai.
Untuk kolom, pemasangan bekisting dilakukan dengan menggunakan
bekisting sistem (pada Gambar 4.6). Sebelum bekisting dipasang, diletakkan
terlebih dahulu tahu beton pada sisi-sisi luar tulangan dengan ketebalan tertentu
untuk menjaga agar tulangan tidak sampai menonjol atau menjorok keluar
sewaktu pembongkaran bekisting setelah pengecoran dan didapatkan selimut
beton yang merata, sehingga tulangan tertutup semua dan didapatkan struktur
yang sesuai dengan rencana.
Setelah itu bekisting baja diangkat oleh tower crane kemudian diletakkan
masuk ke dalam tulangan kolom. Bekisting baja yang sudah menutupi tulangan
kolom kemudian dikencangkan baut-baut nya dan batang penopang diangkur pada
lantai. Batang penopang memiliki pelat berlubang pada kaki nya yang digunakan
untuk mengangkur tulangan.
35
Gambar 4.5 Scaffolding
Gambar 4.6 Bekisting Sistem
4.2.5 Pengecoran
Sebelum dilakukan pengecoran, campuran beton yang akan dipakai harus
dilakukan uji slump dan pengambilan sampel untuk uji kuat tekan karakteristik
beton tersebut. Pengecoran balok dan pelat dilakukan secara bersamaan dengan
menggunakan concrete pump. Mula-mula campuran beton dimasukkan ke dalam
concrete pump yang sudah terpasang pipa besi untuk mengalirkan campuran beton
36
ke lantai tertentu dimana balok dan pelat akan dicor. Kemudian mesin concrete
pump dinyalakan dan mulai mengalirkan campuran beton.
Campuran beton yang keluar dari mulut pipa akan mengisi bekisting balok
dan pelat. Saat campuran beton mengisi bekisting, digunakan concrete vibrator
yang dimasukkan kedalam bekisting balok dan pelat yang memberi getaran pada
campuran beton yang mengisi bekisting agar balok dan pelat terisi padat.
Pada proses ini alat penggetar beton tidak boleh mengenai tulangan karena
dikhawatirkan akan dapat mengubah letak tulangan yang telah terpasang. Setelah
campuran beton dituangkan kemudian diratakan. Pengecoran balok dan pelat
dapat dilihat pada Gambar 4.7. Pada pengecoran kolom campuran beton
dimasukkan kedalam concrete bucket dalam keadaan terkunci sehingga campuran
beton tidak tumpah ke dalam pipa karet.
Concrete bucket lalu dibawa oleh tower crane menuju bekisting sistem
kolom yang akan dicor kemudian pipa karet pada concrete bucket dimasukkan ke
dalam bekisting baja kolom. Setelah pipa karet berada di dalam bekisting baja,
penutup lubang concrete bucket dibuka oleh pekerja sehingga campuran beton
mengalir ke dalam pipa karet dan mengisi bekisting baja kolom.
Saat bekisting terisi campuran beton, digunakan concrete vibrator yang
dimasukkan ke dalam bekisting baja untuk menggetarkan beton pada saat
pengecoran agar beton dapat mengisi seluruh ruangan dan tidak terdapat rongga-
rongga udara diantara beton yang dapat membuat beton keropos. Proses
pengecoran kolom dapat dilihat pada Gambar 4.8
37
Gambar 4.7 Pengecoran Balok dan Pelat
Gambar 4.8 Pengecoran Kolom
4.2.6 Pembongkaran Bekisting dan Perancah
Langkah pertama yang dilakukan dalam pembongkaran bekisting dan perancah
pada balok dan pelat adalah melepas reshore yang digunakan di beberapa titik
38
disusul dengan melepas scaffolding. Setelah reshore dan scaffolding dilepas,
bekisting dilepas menggunakan palu dan tang.
Pada proyek ini, para pekerja mencabut kayu bekisting yang menempel
pada beton menggunakan tang dan memukul permukaan bekisting yang sudah
terkelupas dari beton dengan menggunakan palu untuk melepas bekisting.
Untuk kolom, langkah pertama adalah melepas plat tumpuan batang
penahan bekisting baja dari angkur tulangan (Gambar 4.9). Setelah plat tumpuan
dilepas dari angkur tulangan, baut-baut pada bekisting baja dilonggarkan
kemudian bekisting baja ditarik dari atas dengan menggunakan tower crane
sampai bekisting tercabut dari kolom.
Gambar 4.9 Pelat Tumpuan Batang Penahan Bekisting Baja
4.2.7 Perawatan dan Perlindungan Beton
Perawatan pada beton dilakukan dengan membasahi permukaan beton dengan air
yang berfungsi untuk mengurangi panas berlebih yang akan mempercepat proses
penguapan air dalam campuran beton, mempertahankan jumlah air dalam beton
selama proses pengerasan awal, mengurangi kehilangan air pada permukaan
39
beton, dan mencapai perkembangan kuat tekan karakteristik beton yang dicapai
pada umur 28 hari.
Secara umum harus memenuhi persyaratan di dalam PBI 1971 NI-2 bab 6.6
dan ACI 301-72/75, ACI 301, ACI-308. Pada pedoman kerja, segera setelah
pengecoran beton harus di curing dan berlangsung terus menerus selama paling
sedikit dua minggu jika tidak ditentukan lain dan suhu beton pada awal
pengecoran harus dipertahankan tidak melebihi 35oC.
Pada cuaca panas, waktu temperatur udara 32oC atau lebih, pada 24 jam
pertama dilakukan perawatan dengan air, kemudian dipasang bahan campuran
perawatan (curing compound). Permukaan-permukaan beton yang akan
berhubungan dengan beton lain atau bahan cementitious, atau yang diindikasikan
akan menerima bahan perkerasan (hardener) dan dust proofer treatment, atau
diindikasikan menerima membran waterproofing atau atap, harus dirawat dengan
air dan dilindungi dengan kertas perawatan seperti yang diisyaratkan, atau bahan
lain yang disetujui, dijaga selalu pada tempatnya selama masa perawatan.
Bahan campuran perawatan yang akan menjaga perlekatan dari lantai pegas
(resilient flooring) terhadap beton tidak boleh digunakan. Jangan memakai bahan
campuran perawatan pada permukaan yang akan menerima bahan perkerasan dan
dust proofer treatment, atau membran waterproofing. Dalam udara panas, bahan-
bahan beton didinginkan (memakai es sampai air dingin) sebelum dicampur, agar
pemeliharaan dari suhu beton masih dalam batasan yang diisyaratkan dan tidak
diijinkan pemakaian air hujan untuk menambah campuran air.
40
4.2.8 Perubahan Pekerjaan
Seiring dengan berjalannya proyek, desain awal mengalami perubahan. Perubahan
desain itu menyebabkan perubahan pekerjaan. Adapun perubahan yang terjadi
adalah perubahan jumlah tulangan pada kolom dan shearwall bisa berupa
penambahan ataupun pengurangan dari desain awal.
41
BAB 5
TINJAUAN KHUSUS
5.1 Ground Water Tank
5.1.1 Pengertian Water Tank
Air adalah sumber kehidupan utama yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup
dan menjalani aktivitas sehari-hari dengan normal. Ketersediaan air haruslah tetap
terjaga demi kehidupan kita bersama. Air secara umum dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu air bersih dan air kotor. Pembagian tersebut didasarkan
kepada kondisi dari air tersebut apakah sudah tercemar atau tidak.
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya yang bisa dimanfaatkan
oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-
hari. Pemanfaatannya dapat beraneka ragam mulai dari kebutuhan air minum,
mandi, mencuci, dan kebutuhan yang lainnya. Air bersih tetap harus dijaga
kualitas dan kuantitasnya agar kebutuhan manusia dapat terpenuhi secara
menyeluruh. Kebutuhan manusia akan air bersih tentunya mengakibatkan
dibutuhkan sebuah wadah yang dapat menampung air bersih dengan jumlah
tertentu agar tidak kekurangan.
Water tank merupakan suatu wadah untuk menampung air bersih agar
ketersediaannya dapat dijaga. Water tank memiliki kapasitas tertentu yang
disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan oleh orang-orang yang berada di
gedung tersebut. Terdapat beberapa jenis dari water tank dilihat dari letaknya:
42
Ground Water Tank
merupakan tempat penyimpanan air yang berada di bawah tanah. Alasan
utama dipilih ground water tank karena letaknya yang terpendam di bawah
tanah sehingga memungkingkan dibangun untuk dimensi yang besar.
Alasan estetika/ keindahan dan biaya, juga yang membuat konsultan
perencana arsitektur memilih menggunakan ground water tank, karena
letaknya yang terpendam di bawah tanah dan dari segi pembuatan juga
relatif lebih murah jika dibandingkan tower water tank.
Elevated Water Tank
merupakan tempat penyimpanan air yang berada di atas suatu bangunan,
biasanya dengan menggunakan suatu tower tertentu yang memang telah
dipersiapakan secara khusus untuk menjadi tempat water tank tersebut.
5.1.2 Pembangunan Ground Water Tank
Pada proyek Gallery Ciumbuleuit 2 ini akan digunakan ground water tank dan
roof water tank sebagai tempat penampungan air namun digunakan ground water
tank sebagai tempat penampungan air utama karena memiliki dimensi yang lebih
besar sedangkan untuk roof water tank hanya akan menggunakan torrent
sebanyak 2 buah. Oleh karena itu, proses pembangunan ground water tank
menjadi penting untuk diperhatikan karena jika terjadi kegagalan pada
konstruksinya maka dapat menyebabkan kerugian bagi banyak pihak. Ground
water tank merupakan sebuah sarana yang dibangun untuk menyimpan air bersih
dengan kapasistas tertentu. Perbedaan antara ground water tank dan roof water
tank terletak pada dimana tempat penyimpanan air (storage) tersebut berada. Pada
43
roof water tank tempat penyimpannya berada di atap (roof) dari suatu bangunan,
sedangkan pada ground water tank, tempat penyimpanan air berada pada bawah
tanah. Ground water tank sendiri berkapasitas lebih besar daripada roof water
tank karena tempat penyimpannya yang berada di bawah tanah sebab jika
penampungan air berada di atap akan menjadi beban tambahan bagi struktur
bangunan yang dapat memperbesar hasil perencanaan sehingga meningkatkan
biaya dalam pembangunan bangunan tersebut.
Pada awal konstruksi ground water tank dilakukan penggalian tanah
sampai elevasi yang dibutuhkan untuk ruang mechanical dan electrical yaitu pada
-24.50 meter. Penggalian dilaksanakan dengan alat-alat berat karena volume tanah
yang harus dibuang sangat banyak dan tidak memungkinkan untuk dilakukannya
pengerjaan dengan tenaga manusia karena akan membutuhkan waktu yang lama
dan tidak efisien. Pengerjaan dengan menggunakan alat-alat berat ini
membutuhkan waktu yang lebih singkat tetapi walaupun begitu pengerjaan
ground water tank ini dibuat overlap (tumpang tindih) dengan pengerjaan yang
lain seperti pengecoran kolom dan pelat untuk struktur dari bangunan itu.
Pada saat pelaksanaan pekerjaan galian dimungkinkan tanah yang digali
tersebut basah karena pada kedalaman tertentu air tanah sudah dapat meresap
sampai lapisan tanah yang digali. Jika hal tersebut terjadi dibutuhkan bantuan
pompa untuk dapat membantu mengeringkan tanah sehingga kemungkinan
longsornya tanah ketika sedang digali menjadi lebih kecil. Kegiatan seperti itu
disebut sebagai dewatering (pada gambar 5.1), dengan bantuan pompa maka dapat
diatur permukaan air tanah sehingga tidak berada pada kedalaman dimana
penggalian akan dilaksanakan.
44
Gambar 5.1 Dewatering
Kegiatan penggalian tersebut dilakukan secara berkelanjutan, setelah
penggalian yang dilaksanakan mencapai elevasi yang direncanakan maka
selanjutnya adalah pemasangan tulangan pile cap dan tulangan pelat lantai ground
water tank yang akan dicor bersamaan. Pengecoran yang akan dilaksanakan pada
pelat lantai ground water tank ini menggunakan bahan aditif berjenis integral
waterproofing (pada gambar 5.2) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
peresapan air dari dalam tanah atau ke dalam tanah. Selain itu, pada batas sisi dari
pengecoran sebelumnya dipasang waterstop (pada Gambar 5.3) untuk mencegah
air tanah masuk ke sambungan antara beton lama dan beton baru.
Gambar 5.2 Integral Waterproofing
45
Gambar 5.3 Waterstop
Waterproofing biasa digunakan agar beton menjadi kedap air, karena
beton merupakan salah satu elemen penting dalam bangunan untuk menopang
suatu bangunan. Karena beton tersusun dari material yang tidak kedap air,
sehingga bersifat absortif, terkadang pada bagian tertentu beton diharuskan
ditempatkan pada lokasi yang bersentuhan dengan tekanan hidrostatik. Untuk itu
pada lokasi-lokasi tersebut mengharuskan beton menggunakan bahan tambahan
yang dapat membuat beton tahan air.
Tekanan hidrostatik yang tejadi pada ground water tank ini akan
berbanding lurus dengan kedalamannya artinya makin dalam maka tekanan airnya
akan semakin besar. Tekanan hidrostatik yang terjadi pada bidang tegak dapat
diplot menjadi suatu diagram tekanan berbentuk segitiga. Diagram tekanan seperti
pada Gambar 5.4 adalah diagram tekanan yang terjadi pada bidang tegak di
ground water tank seperti dinding dan kolom.
46
Gambar 5.4 Diagram Tekanan Hidrostatik pada Ground Water Tank
Berikut cara menghitung tekanan hidrostatik di ground water tank :
Rumus : P = ρ x g x h
Dimana : P adalah tekanan akibat zat cair (N/m2)
ρ adalah massa jenis zat cair yaitu 1000 kg/m3
g adalah percepatan gravitasi yaitu 9.8 m/s
2
h adalah kedalaman (m)
Contoh perhitungan :
- Tekanan yang terjadi pada kedalaman 1 meter
P = ρ x g x h
6 meter
19600 N/m2
29400 N/m2
9800 N/m2
39200 N/m2
49000 N/m2
58800 N/m2
47
1000 x 9,8 x 1 = 9800 N/m2
- Tekanan maksimum yang terjadi pada kedalaman 6 meter
P = ρ x g x h
1000 x 9,8 x 1 = 58800 N/m2
- Letak titik berat
Ῡ = 1/3 x h
1/3 x 6 = 2 meter
Integral waterproofing dan waterstop tidak hanya digunakan pada pelat
lantai ground water tank saja tetapi digunakan disemua komponen pembangun
ground water tank tersebut seperti kolom, dinding, dan balok yang menjadi batas
ground water tank. Adapun proporsi yang disarankan untuk pencampuran integral
waterproofing adalah semen yang digunakan minimum 350 kg/m3, water cement
ratio maksimum 0,45, slump awal dari campuran beton adalah 80 ± 20 mm, dosis
dari intergral waterproofing 1,5-2 liter/m3
karena jika terlalu banyak akan
menyebabkan beton tersebut akan lebih encer dan lama mengering namun
walaupun begitu kekuatan ultimate beton tersebut tidak akan turun, slump awal
dibuat kecil karena penambahan integral waterproofing akan menyebabkan
pengenceran pada campuran beton sehingga akan menambah slump pada saat
setelah ditambah menjadi 140-200 mm.
Pada pembangunan ground water tank ini jenis waterproofing yang
digunakan tidak hanya integral waterproofing tetapi juga dilapisi menggunakan
jenis waterproofing coating. Waterproofing jenis coating merupakan lapisan
pelindung anti bocor yang digunakan pada beton, dinding, atau permukaan lain
dalam bentuk cairan dengan cara kuas/coating atau spray. Jadi, waterproofing
48
coating ini digunakan pada tahap finishing setelah pipa-pipa untuk menyalurkan
air dipasang. Untuk mengatasi kebocoran di lokasi yang bersudut, dengan ukuran
yang tidak terlalu besar maka penggunaan waterproofing jenis ini lebih efisien.
Pada tahap akhir dari pembangunan ground water tank bagian dalam dari
ground water tank akan dipasangi keramik. Salah satu penyebab PT. Wijaya
Karya Gedung sebagai kontraktor memasang keramik adalah kekhawatiran akan
faktor human error saat pembangunan ground water tank ini. Maka dari itu, PT.
Wijaya Karya Gedung memasang keramik pada bagian dalamnya.
5.1.3 Kapasitas Ground Water Tank
Kapasitas ground water tank untuk bangunan Gallery Ciumbuleuit 2 adalah
sebagai berikut:
Ground Water Tank Direncanakan untuk memenuhi air bersih bervolume 760 m3
sehingga didesain ground water tank yang berdimensi 8,5 x 15 x 6 meter yang
kemudian dibagi menjadi 2 bagian yang sama besar. Supply air yang ditampung di
ground water tank ini berasal dari PDAM dan sumur bor yang pengisiannya
dilakukan secara otomatis dengan cara memasang sensor ketinggian air dengan
sistem tuas pelampung yang dipasang pada ketinggian 3 meter dan ketinggian 5,8
meter jika level air kurang dari sensor yang berada di ketinggian 2 meter maka
tuas pelampung otomatis akan terbuka dan mengisi air ke dalam ground water
tank sampai air melewati sensor yang ada di 5,8 dan tuas pelampung akan
otomatis tertutup.
49
5.1.4 Pemanfaatan Water Tank
Water tank memiliki kegunaan yang tentunya mempengaruhi pada kapasitas yang
akan digunakan. Berikut ini adalah pemanfaatan dari water tank yang kemudian
dikaitkan dengan kapasitas yang direncanakan. Water tank terdiri dari dua bagian
yaitu roof water tank dan ground water tank namun yang dibahas adalah sebatas
ground water tank.
Pada ground water tank air yang disiapkan 80% untuk dipakai oleh
penghuni Gallery Ciumbuleuit 2 untuk keperluan sehari-hari sedangkan 20%
untuk cadangan air bersih dan bisa juga untuk penanganan kebakaran yang
nantinya akan ditambah oleh air hasil sterilisasi oleh sewage treatment plant.
Pemasangan hydrant adalah hal yang utama dalam apartemen karena
merupakan biaya yang mahal untuk membangun sebuah apartement yang mewah
dan harus jauh dari resiko terjadinya kebakaran karena bukan hanya pihak pemilik
apartemen tersebut melainkan para penghuni yang lainnya juga akan mendapatkan
kerugian yang besar. Penyaluran air dari ground water tank ke masing-masing
hydrant dibantu dengan pompa tambahan. Pompa tersebut mendistribusikan air ke
hydrant yang sebelumnya tekanan air dalam pipa dicek dengan menggunakan
preassure tank.
50
5.2 Estimasi Biaya dalam Menjalankan Tower Crane per Bulan dan
Pengaruh Tower Crane terhadap Produktivitas Kerja Proyek dalam
Proses Pembangunan.
5.2.1 Pengertian Tower Crane
Menurut Rostiyanti (2002), Tower Crane merupakan suatu alat yang digunakan
untuk mengangkat material secara vertikal dan horizontal ke suatu tempat yang
tinggi pada ruang gerak terbatas. Disebut Tower karena memiliki rangka vertikal
dengan bentuk standard dan ditancapkan pada perletakan yang tetap. Fungsi
utama dari tower crane adalah mendistribusikan material dan peralatan yang
dibutuhkan oleh proyek baik dalam arah vertikal ataupun horizontal. Tower crane
merupakan peralatan elektromotor, artinya menggunakan listrik sebagai
penggeraknya. Tenaga gerak tersebut diperoleh dari PLN maupun generator set.
Menurut Rostiyanti (2002), Jenis-jenis tower crane dibagi berdasarkan cara crane
tersebut berdiri yaitu :
Free Standing Crane
Crane yang berdiri bebas (free standing crane) berdiri diatas pondasi yang
khusus dipersiapkan untuk alat tersebut. Jika crane harus mencapai
ketinggian yang besar maka kadang – kadang digunakan pondasi dalam
seperti tiang pancang.
Rail Mounted Crane
Penggunaan rel pada rail mounted crane mempermudah alat untuk
bergerak sepanjang rel tersebut. Tetapi supaya tetap seimbang gerakan
51
crane tidak dapat terlalu cepat. Kelemahan dari crane tipe ini adalah harga
rel yang cukup mahal, rel harus diletakkan pada permukaan yang datar
sehingga tiang tidak menjadi miring.
Climbing Tower Crane
Crane ini diletakkan didalam struktur bangunan yaitu pada core atau inti
bangunan. Crane ini bergerak naik bersamaan dengan struktur naik.
Pengangkatan crane dimungkinkan dengan adanya dongkrak hidrolis atau
hydraulic jacks. Dengan lahan terbatas maka alternative penggunaan crane
climbing.
Tied In Crane
Crane tipe ini mampu berdiri bebas pada ketinggian kurang dari 100
meter. Jika diperlukan crane dengan ketinggian lebih dari 100 meter, maka
crane harus ditambatkan atau dijangkar pada struktur bangunan.
Fungsinya untuk menahan gaya horizontal.
52
5.2.2 Bagian- bagian Tower Crane
Gambar 5.5 Bagian-Bagian Tower Crane
1
2
3 4 5
6 7
8
9
10
11
Keterangan Gambar 5.5 :
1. Tie Ropes
2. Counter Weight
3. Counter Jib
4. Kabin Operator
5. Slewing Ring
6. Jib
7. Trolley
8. Hook
9. Climbing Device
10. Mast
11. Footing Block
53
1. Tie ropes
Tie ropes adalah kawat yang berfungsi untuk menahan jib supaya tetap dalam
kondisi lurus 900 terhadap tiang utama.
2. Counter weight
Counter weight adalah beban penyeimbang yang diletakan di counter jib. Dengan
adanya counterweight ini, ketika jib mengangkat beban maka tower crane tidak
tertarik ke arah beban muatan.
3. Counter jib
Counter jib adalah tiang penyeimbang dari jib.
4. Kabin operator
Tempat untuk operator tower crane mengoperasikan crane.
5. Slewing ring
Slewing ring merupakan cincin pemutar jib yang terletak di bawah kabin operator.
6. Jib
Jib merupakan tiang horizontal yang panjangnya ditentukan berdasarkan
jangkauan yang diinginkan Trolley.
7. Trolley
Trolley merupakan alat yang berada di atas hook dan dioperesikan maju mundur
sesuai daerah jangkauan yang diinginkan.
8. Hook (kait)
Kait ini dapat bergerak vertikal yang berfungsi sebagai pengangkut barang yang
akan dipindahkan oleh tower crane.
54
9. Climbing device (hydraulic)
Climbing device merupakan alat yang terletak di bawah slewing ring yang
berfungsi sebagai penambah ketinggian dari tower crane.
10. Mast (section)
Mast (tiang utama) merupakan tiang vertikal yang berdiri di atas base atau dasar.
11. Footing block
Footing block merupakan tempat (dasar) berdirinya tower crane.
Saat ini proyek konstruksi bangunan bertingkat sangat berkembang, dalam
pelaksanaannya segala sesuatu perlu direncanakan dengan tepat dan cermat. Salah
satunya adalah perencanaan penggunaan alat konstruksi yang tepat agar dapat
menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan dilapangan dalam memilih alat
konstruksi yang terpenting adalah mengidentifikasi alat untuk mengetahui fungsi
serta cara pengoperasiannya dan dapat memperkirakan produktivitas dan efisiensi
kerja alat.
Salah satu alat yang sering digunakan pada proyek bangunan bertingkat
adalah tower crane. Alat ini digunakan sebagai alat pemindah material dari suatu
tempat ketempat lain secara vertikal maupun horizontal. Tower crane banyak
digunakan karena ketinggian tower crane dapat disesuaikan dengan tinggi
bangunan dan juga memiliki jarak jangkauan yang luas.
Masalah yang sering dihadapi kontraktor dalam pemakaian tower crane
adalah biaya pengoperasian yang cukup mahal (biaya sewa dan operasional), dan
efektifitas penggunaan tower crane terhadap jadwal proyek. Hal ini menyebabkan
terjadinya pemborosan biaya pada penggunaan tower crane, maka diperlukan
55
suatu perhitungan yang dapat menghitung efektivitas penggunaan tower crane
dimana perhitungan tersebut dapat membantu kontraktor untuk memperkirakan
produktivitas dari tower crane tersebut.
Dalam suatu konstruksi bangunan bertingkat penentuan dan pemilihan
tower crane sangatlah berpengaruh terhadap kecepatan dan percepatan pekerjaan
konstruksi nantinya.dimana hal tersebut berpengaruh terhadap produktivitas
pekerjaan yang dihasilkan sebuah tower crane. Apabila penentuan dan pemilihan
tower crane tidak sesuai dengan keadaan dilapangan maka produktivitas
pekerjaan yang dihasilkan sebuah tower crane tersebut akan berkurang hal ini
akan berdampak pada time schedule pekerjaan dan menyebabkan kemunduran
waktu penyelesaian proyek. Disamping itu akan terjadi peningkatan biaya.
Untuk itu penulis mencoba menjabarkan beberapa hal yang sangat
berpengaruh terhadap penentuan dan pemilihan tower crane yang tepat, aktivitas
dari tower crane dan manfaat dari penggunaan tower crane.
5.2.3 Penentuan dan Pemilihan Tower Crane
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tower crane antara lain:
Spesifikasi alat : berisi data-data spesifikasi alat yang dikeluarkan oleh pabrik
yang memproduksi alat tower crane seperti ketinggian tower crane, dan letak
beban maksimum pada jangkauan jib. Besarnya muatan yang dapat diangkat oleh
tower crane telah diatur dan didapatkan dalam manual operasi tower crane yang
dikeluarkan oleh pabrik pembuat tower crane tersebut. Prinsip dalam penentuan
beban yang bias diangkat adalah berdasarkan prinsip momen. Jadi pada jarak dan
56
ketinggian tertentu tower crane memiliki momen batas yang tidak boleh dilewati.
Panjang lengan muatan dan daya angkut muatan merupakan suatu perbandingan
yang bersifat linear. Perkalian panjang lengan dan daya angkat maksimum pada
setiap titik adalah sama dan menunjukkan kemampuan momen yang bisa diterima
oleh tower crane tersebut.
Kondisi Proyek : merupakan gambaran umum proyek yang dikerjakan seperti
luas area proyek, ketinggian bangunan, dan jam kerja perhari.
Volume Pekerjaan : karakteristik material yang akan diangkat oleh tower crane.
Kemudahan Pelaksanaan : pemasangan dan pembongkaran tower crane tidak
boleh menggangu struktur bangunan yang ada disekitar proyek ataupun struktur
bangunan yang akan di bangun.
5.2.4 Estimasi Biaya dalam Menjalankan Tower Crane per Bulan
Spesifikasi Peralatan Tower Crane
Penentuan tipe dan jenis peralatan ( spesifikasi peralatan seperti pada Tabel 5.1)
merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum menghitung kapasitas operasi
peralatan dan waktu pelaksanaan, serta biaya pelaksanaan. Spesifikasi dari tower
crane yang digunakan adalah tipe Free Standing Crane karena tipe tower crane
ini mampu berdiri bebas dengan pondasi khusus untuk tower crane itu sendiri :
dengan Lifting capacity ; 2,4 ton di ujung jib dan maximum capacity ; 8 ton dan
memiliki jib radius 61,5 m yang karena mampu menjangkau 100% area proyek.
57
Tabel 5.1 Tabel Spesifikasi Tower Crane
Penggunaan tarif PLN untuk 20 kwh pertama besarnya tarif Rp. 390/jam , untuk
40 kwh pertama sebesar Rp. 445/jam , untuk kwh berikutnya tarif sebesar Rp
495/jam.
Tower crane menggunakan daya sebesar 44 KVA atau 44 kwh dengan pengunaan
efektif alat sehari selama 12 jam maka dapat dihitung besarnya pengeluaran dalam
satu bulan biaya yang dikeluarkan untuk daya penggerak tower crane sebagai
berikut:
30 x 12 x 44 x Rp. 495 = Rp. 7.840.800
Tower crane yang digunakan free standing dengan kapsitas 1,4 ton/45 m dengan
harga/6 bulan sebesar Rp. 35.000.000 maka per bulan biaya yang harus
dikeluarkan sebesar kurang lebih Rp. 5.833.333
Gaji operator alat berat tower crane dalam sebulan sebesar Rp. 5.000.000
58
Maka dapat disimpulkan besarnya biaya yang dikeluarkan dalam sebulan untuk
pengoperasian tower crane dapat dihitung sebagai berikut:
Rp.7.840.000 + Rp. 5.833.333 + Rp. 5.000.000 = Rp. 18.673.333
5.2.5 Pengaruh Tower Crane terhadap Produktivitas dalam Proses
Pembangunan
5.2.5.1 Produktivitas Tower Crane menurut Imam Soeharto,(1997)
Dengan mengacu pada prinsip kerja tower crane dan pemilihan serta pemilihan
tower crane yang tepat maka kita dapat menghitung produktivitas sebuah tower
crane. Secara umum produktivitas adalah produk atau hasil kerja dibagi satuan
kerja sumber daya manusia atau alat.
Maka indeks produktivitas =
Dimana:
h merupakan jumlah jam kerja tower crane yang sesungguhnya digunakan untuk
menyelesaikan proyek.
H merupakan jam kerja tower crane yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan identik pada kondisi standar.
Pada proyek konstruksi produktivitas alat adalah hasil kerja dari sebuah
alat persatuan waktu. Satuan produktivitas tower crane sangat dipengaruhi oleh
waktu siklus. Waktu siklus adalah waktu tempuh yang diperlukan tower crane
untuk melakukan satu kali putaran yang terdiri dari gerakan vertikal (hoist),
59
horisontal (trolley), dan perputaran (swing). Di mana ketiga gerakan utama ini
terdiri dari enam tahap pekerjaan yaitu: mengikat material, mengangkat,
memutar, menurunkan dan melepaskan material sampai kembali lagi menuju
lokasi persediaan material.
Waktu siklus meliputi waktu tetap (fixed time) dan waktu variable
(variable time). Waktu tetap meliputi waktu mengikat dan melepas material yang
tergantung pada jenis material yang diangkat, untuk setiap pekerjaan memiliki
waktu tetap yang berbeda misalnya waktu untuk mengikat tulangan berbeda
dengan waktu untuk mengikat bekisting. Waktu variable tergantung pada jarak
tempuh vertikal bergantung tinggi angkat, waktu tempuh rotasi bergantung sudut
putar, dan waktu tempuh horizontal tergantung pada jarak titik tujuan dan sumber
material. Waktu tersebut dikategorikan dalam jarak tempuh:
Jarak Tempuh Vertikal : jarak tempuh vertical tower crane adalah jarak
total yang ditempuh oleh hoist secara vertikal. Jarak tempuh vertikal meliputi
jarak tempuh vertikal angkat dan jarak tempuh vertikal kembali. Jarak tempuh
vertikal angkat untuk pengecoran, tulangan, bekisting berbeda dengan jarak
tempuh vertikal untuk pengangkatan material.
Jarak Tempuh Rotasi : jarak tempuh rotasi berupa sudut rotasi. Sudut
rotasi adalah sudut yang terbentuk antara sumber tower crane ke tujuan. Jarak
tempuh rotasi meliputi jarak tempuh rotasi angkat ketempat tujuan material dan
jarak tempuh rotasi kembali ke sumber material.
60
Jarak Tempuh Horizontal : jarak tempuh horizontal tower crane adalah
jarak total yang ditempuh oleh trolley secara horizontal. Jarak tempuh horizontal
meliputi jarak tempuh horizontal angkat dan jarak tempuh horizontal kembali.
5.2.5.2 Produktivitas Pada Pekerjaan Pemindahan Material menurut Varma,
(1979)
Material yang dipindahkan seperti scafilding, muliplex, besi beton, beton pre cast,
pasir, batu bata, atap rangka baja, unit-unit elektrikal dan mekanikal. Data-data
yang diperlukan untuk menentukan produktivitas tower crane pada pemindahan
material diantaranya berat material dan waktu siklus untuk perpindahan maka
hubungan antara produktivitas material dan barat material adalah sebagi berikut P
Dimana :
P merupakan produktivitas material.
B merupakan berat material yang dipindahkan.
N merupakan jumlah siklus pekerjaan per jam.
5.2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Produktivitas alat tower crane dipengaruhin oleh kondisi alat, kondisi lapangan,
manajemen proyek dan kemampuan operator.
Kondisi alat : umur ekonomis alat sangatlah mempengaruhi produktivitas
tower crane. Alat tower crane yang telah melebihi produktivitasnya lebih
rendah jika dibandingkan dengan alat tower crane yang belum melebihi
umur ekonomisnya. Untuk menjaga agar alat tower crane tetap pada
61
kondisi baik maka perlu dilakukan pemeriksaan secara periodik yaitu
sebulan sekali.
Kondisi Lapangan : kondisi lapangan suatu proyek konstruksi sangat
mempengaruhi produktivitas alat tower crane. Kondisi lapangan yang
penuh dengan hambatan akan menyebabkan produktivitas tower crane
menurun faktor-faktor tersebut diantaranya kondisi disekitar proyek misal
terdapat bangunan tinggi yang membatasi ruang gerak tower crane,
kondisi cuaca misal hujan atau angin yang menyebabkan tower crane
harus berhenti beroperasi, jenis material yang diangat dapat mempengaruhi
kecepatan tower crane.
Faktor Manajemen: menurut Peurifoy (1997) kondisi manajemen yang
baik dan teratur akan semakin meningkatkan produktivitas tower crane.
Sebaliknya kondisi manajemen yang buruk akan menurunkan
produktivitas tower crane faktor manajemen meliputi pemeliharaan untuk
mengntrol dan menjaga kondisi tower crane, tata letak tower crane yang
baik akan memperlihatkan suatu penyususnan daerah kerja dan peralatan
(site layout) yang paling ekonomis untuk dilaksanakan, penempatan
material diausahakan mudah dijangkau tower crane, rencana kerja dapat
mambantu pemasangan dan pembongkaran material.
Kemampuan operator: operator tower crane merupakan orang yang paling
penting konstribusinya terhadap penggunaan tower crane yang aman dan
ekonomis. Operator tower crane harus memiliki keahlian dalam
mengoprasian serta mekanisme tower crane.
62
Proses pemindahan material menggunakan tower crane membutuhkan
perhatian besar. Selain karena alat tersebut cukup besar jangkauan penghilahan
operator juga kadang kal terbatas, maka dari itu seorang operator saja tidak cukup,
butuh bantuan orang lain.
Dengan melakukan perencanaan perhitungan awal yang tepat dan cermat
dalam hal melakukan pemilihan, penentuan sebuah tower crane atau lebih
ditambah tata letak tower crane serta kondisi lapangannya. Hal ini membuat
kontraktor memiliki nilai lebih dalam hal time schedule dimana produktivitas
pekerjaan pengankatan akan lebih baik, kontraktor bisa memperkirakan waktu
penggunaan tower crane dan penghematan biaya operasional dan sewa tower
crane, seperti yang kita ketahui bersama biaya operasional dan sewa dari tower
crane ini sangatlah mahal.
Kerugian pemilihan tower crane ini lebih kepada kesalahan kontraktor dalam
menganalisa dan mengkaji pemasangan tower crane baik sebuah maupun lebih.
Sebagai contoh menganalisa produktivitas yang efektif, sehinga penyewaan lebih
lama yang akan mengeluarkan biaya yang lebih besar. Kerugian lainya berkaitan
dengan tata letak tower crane, kondisi lapangan yang sulit untuk mengoprasikan
tower crane sehinga menyebakan produktivitas kerja tower crane menurun.
Penempatan tower crane yang tepat pada lokasi proyek akan dapat
memperlancar kegiatan proyek. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menganalisa
kondisi lokasi proyek, diantaranya jalur mobilisai alat tersebut terhadap
perencanan tata letak atau penempatan baik itu penimbunan material, gudang,
kantor dan lainnya. Dimana penempatan alat ini harus mampu dimanfaatkan
semaksimal mungkin dalam proses pelaksanaan proyek tersebut.
63
Posisi operasional tower crane adalah penempatan tower crane pada suatu
lokasi proyek untuk melakukan pekerjaan pengangkatan, pengecoran dan lain –
lain. Dimana radius perputaran dari tower crane tersebut dapat mampu
menjangkau seluruh lokasi proyek sehingga tower crane dapat menyelesaikan
pekerjaan sefektif mungkin.
Menurut (Nugraha dkk,1985), dalam menentukan tata letak alat tower crane
harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut ini :
1. Arah gerak atau lintasan tower crane sebaiknya sejajar dengan arah
memanjang dari bangunan.
2. Harus tersedia ruang cukup untuk proses erection dan dismantling.
3. Dengan ukuran tower crane yang minimum, radius dan tinggi dan dapat
menjangkau 100 % area gedung. Letak tower crane direncakan sebaiknya
mengikuti poin-poin berikut :
o letak crane tepat ditengah – tengah bangunan dari posisi
memanjang, karena pada posisi tersebut tower crane dapat
menjangkau 100 % area bangunan dengan jib radius yang
minimum.
o tower crane berada di samping kanan bangunan dari tampak utara
dengan free standing setinggi 50 m supaya tidak membentur
bangunan lain pada saat proses kerja.
o jarak tower crane dari bangunan disesuaikan dengan data teknis
dari tipe tower crane yang digunakan. Letak penempatan tower
crane sendiri sesuai dengan kondisi eksisting di lapangan.
64
5.3 Proses Pengerjaan Bored Pile
5.3.1 Pengertian Bored Pile
Bored pile adalah salah satu pondasi dalam yang merupakan elemen struktur yang
berfungsi meneruskan beban kepada tanah, baik beban dalam arah vertikal
maupun horizontal. Pada umumnya pondasi bored pile digunakan untuk pondasi
jembatan, pondasi menara tinggi, pondasi fasilitas dok, pondasi bangunan ringan
pada tanah lunak, sebagai barisan tiang atau soldier piles untuk meningkatkan
stabilitas lereng atau sebagai dinding penahan tanah, pondasi bangunan tinggi, dan
struktur yang membutuhkan gaya lateral yang cukup besar, dan lain-lain
Dalam proyek pembangunan Gallery Ciumbuleuit 2 kondisi tanah
sangatlah labil, lunak, dan tidak seragam. Karena itu digunakan bored pile untuk
keperluan sebagai pondasi bangunan struktur yang membutuhkan gaya lateral
yang cukup besar sedangkan kondisi tanah di permukaan dangkal adalah lunak
dan sebagai barisan tiang atau soldier piles untuk meningkatkan stabilitas tanah
dan sebagai dinding penahan tanah karena adanya longsor akibat tanah yang labil.
5.3.2 Bahan dan Peralatan yang Digunakan Untuk Bored Pile
Berikut adalah bahan yang digunakan dalam pengerjaan bored pile di Gallery
Ciumbuleuit 2 Appartement :
1. Besi Tulangan
Setiap bored pile pada proyek ini menggunakan 21 tulangan utama dengan
diameter 16 mm dengan panjang 12 m dan sengkang menggunakan besi
tulangan dengan diameter 10 mm dipasang setiap jarak 15 cm. Tulangan
65
dianyam menyesuaikan dengan bentuk bored pile (dapat dilihat pada Gambar
5.6). Diameter tulangan yang sudah dianyam 80 cm.
Gambar 5.6 Besi Tulangan Bored Pile
2. Beton
Seluruh bored pile pada proyek pembangunan Gallery Ciumbuleuit 2
Appartement menggunakan beton tipe D. Beton tipe D mempunyai
spesifikasi sebagai berikut :
Ratio air semen maksimum : 0,55
Mininmum semen konten per volume beton : 343 kg/cm3
Kekuatan karakteristik : 25 Mpa
Campuran beton tipe D tersebut menggunakan slump 16 ± 2 cm sehingga
campuran beton akan menjadi semakin cair. Hal ini bertujuan agar pada saat
campuran beton masuk ke dalam pipa tremi tidak ada material yang
tersangkut.
66
Berikut adalah peralatan yang digunakan dalam pengerjaan bored pile di Gallery
Ciumbuleuit 2 :
1. Mesin Bor
Pengerjaan bored pile di Gallery Ciumbuleuit 2 menggunakan mesin bor
yang disebut Bored Pile Soilmec (dapat dilihat pada Gambar 5.7). Hal ini
dikarenakan kedalaman bor yang harus di gali bervariasi dari 10 m sampai 20
m. Bored Pile Soilmec merupakan alat utama dalam melaksanakan bored pile.
Gambar 5.7 Bored Pile Soilmec
Bored Pile Soilmec dilengkapi dengan 2 jenis mata bor yang dapat diganti
sesuai kebutuhan, yaitu :
a. Bucket Auger
Bucket auger digunakan untuk menggali sekaligus mengangkat tanah
galian ke permukaan. Boring bucket ini mempunyai diameter 80 cm dan
tinggi 80 cm. (dapat di lihat pada Gambar 5.8).
Gambar 5.8 Bucket Auger
67
b. Flight Auger
Flight auger adalah salah satu mata bor yang berfungsi untuk menggali
tanah dan material lainnya di dalam tanah. Flight auger digunakan ketika
pada saat tahap penggalian ditemukan batuan yang keras yang tidak dapat
dihancurkan oleh bucket auger (Flight Auger dapat dilihat pada Gambar
5.9).
Gambar 5.9 Flight Auger
2. Pipa Tremi
Pipa tremi adalah pipa yang digunakan sebagai saluran untuk memasukan
campuran beton kedalam lubang galian bored pile (dapat dilihat pada gambar
5.10). Pipa tremi yang digunakan pada proyek ini mempunyai diameter 20
cm dan panjang 3 m.
Gambar 5.10 Pipa Tremi
68
3. Casing
Casing pada bored pile digunakan untuk mencegah tanah yang berada
didalam lubang mengalami runtuh dan menutup kembali galian. Casing pada
proyek ini mempunyai diameter 80 cm dan panjang 2 m (dapat dilihat pada
Gambar 5.11).
Gambar 5.11 Casing
4. Corong Tremi
Corong tremi digunakan untuk mempermudah memasukan campuran beton
kedalam pipa tremi. Corong tremi mempunyai sisi 40x40cm dan diameter
bagian bawah ± 20 cm (dapat di lihat pada Gambar 5.12).
Gambar 5.12 Corong Tremi
69
5. Concrete Pump dan Talang
Concrete Pump dan Talang digunakan untuk membawa campuran beton dari
mixing truck ke corong (dapat dilihat pada Gambar 5.13). Hal ini dapat
dilakukan karena posisi truk mixer berada di elevasi yang lebih tinggi dari
lokasi yang akan dilakukan pengecoran, sehingga campuran beton dapat
dialirkan.
Gambar 5.13 Concrete Pump
6. Mixing Truck
Mixing Truck digunakan untuk membawa beton dari batching plant ke lokasi
pengecoran. Mixing Truck yang digunakan mempunyai volume mixer 5 m3
dan 6 m3
(dapat dilihat pada gambar 5.14).
Gambar 5.14 Mixing Truck
70
5.3.3 Metode Bored Pile di Gallery Ciumbuleuit 2
Metode pelaksanaan bored pile di Gallery Ciumbuleuit sama seperti
pelaksanaan bored pile pada umumnya. Tahapan pelaksanaan pekerjaan bored
pile di Gallery Ciumbuleuit 2 (dapat dilihat pada gambar 5.15) yang pertama
adalah melakukan pengeboran tanah pada titik yang sudah ditentukan
menggunakan clay auger hingga kedalaman 5 meter setelah itu memasukan
casing ke dalam lubang yang sudah di gali. Setelah itu, melanjutkan galian hingga
kedalaman sesuai dengan rencana kedalaman bored pile pada titik tersebut. Lalu,
memasukan baja tulangan ke dalam lubang yang sudah dibor tersebut dan bila
lubang tersebut kedalamannya lebih dari 12 meter maka baja tulangan akan
disambung.
Setelah itu, memasukan pipa tremi kedalam lubang, pipa tremi disambung
hingga mencapai dasar kedalaman lubang bored pile tersebut. Hal ini dilakukan
secara paralel dengan mempersiapkan talang. Setelah pipa tremi siap dipasang
corong diatasnya untuk memudahkan beton masuk kedalam pipa tremi. Setelah
itu, pemasangan talang karena pada saat pengecoran beton dialirkan secara
gravitasi.
Setelah pipa tremi dan talang siap pengecoran dapat dilakukan dengan
memasukan campuran beton kedalam corong. Setelah bagian dasar dari lubang
tersebut dicor pipa tremi akan dilepas secara bertahap sambil melakukan
pengecoran. Setelah selesai mengecor casing dapat dilepaskan.
71
Gambar 5.15 Metode Pondasi Bored pile
5.3.4 Pelaksanaan Bored Pile di Gallery Ciumbeuluit 2
Bored pile di Gallery Ciumbuleuit 2 digunakan sebagai pondasi bangunan struktur
apartemen yang membutuhkan gaya lateral yang cukup besar sedangkan kondisi
tanah di lokasi proyek berkontur, lapis tanah bagian atas pada daerah lereng cukup
baik tetapi pada bagian dekat sungai berupah tanah lunak.
Bored pile pada struktur ini juga berfungsi sebagai perkuatan agar struktur
tidak bergerak akibat adanya aliran air sungai yang mendorong secara terus
menerus dan juga mencegah agar struktur tidak guling akibat adanya uplift yang
cukup besar yang ditimbulkan oleh aliran air sungai. Setiap bagian bored pile
mempunyai kedalaman yang berbeda-beda.
72
Yang kedua adalah sebagai barisan tiang atau soldier piles untuk
meningkatkan stabilitas lereng dan atau sebagai dinding penahan tanah karena
adanya longsor akibat penggalian dengan volume yang besar dan tanah yang labil.
Dipilihnya soldier pile dengan menggunakan barisan tiang bored pile.
Pada pelaksanaan bored pile PT. Wijaya Karya Gedung mempunyai
subkontraktor. Subkontaktor yang melakukan pekerjaan bored pile yaitu PT.
FRANKIPILE INDONESIA.
Pelaksanaan bored pile di Gallery Ciumbuleuit 2 sudah sesuai dengan
metoda kerja yang ada namun dalam pelaksanaanya sering kali terjadi hal-hal
yang tidak terduga yang menyebabkan pelaksanaan bored pile menjadi terlambat.
Pada pengerjaan satu titik bored pile membutuhkan waktu satu hari penuh.
Berikut adalah detil lengkap untuk pelaksanaan satu titik bored pile dengan
kedalaman 20 m:
1. Melakukan pengeboran tanah pada titik yang sudah ditentukan menggunakan
bored pile soilmac (dapat dilihat pada gambar 5.16) hingga kedalaman 5 m.
Dalam satu cycle pengeboran dengan bucket auger dapat menggali hingga
± 40 cm.
Maka untuk menggali kedalaman 5 m diperlukan :
,dengan 1 cycle membutuhkan waktu ± 3
menit.
Maka waktu yang diperlukan adalah 3 x 13 = 39 menit.
73
Gambar 5.16 Memulai Pengeboran untuk Bored Pile
2. Memasukan casing ke dalam lubang yang sudah di gali (dapat dilihat pada
gambar 5.17).
Pada tahap ini diperlukan waktu ± 6 menit.
Gambar 5.17 Memasukkan Casing Ke Lubang Bored Pile
3. Melanjutkan galian hingga kedalaman sesuai dengan rencana kedalaman
bored pile (dapat dilihat pada gambar 5.18) yaitu 20 m.
Pada penggalian hingga 20 m, pekerja menyemprotkan air ke dalam
lubang. Hal ini bertujuan untuk mempermudah penggalian.
Maka untuk menggali sisa kedalaman 15 m diperlukan :
74
,dengan 1 cycle membutuhkan waktu ± 3
menit.
Maka waktu yang diperlukan adalah 3 x 38 = 114 menit.
Gambar 5.18 Melanjutkan Galian Lubang Bored Pile
4. Memasukan baja tulangan ke dalam lubang yang sudah dibor tersebut (dapat
dilihat pada gambar 5.19).
Pada tahap ini diperlukan waktu ± 20 menit
Gambar 5.19 Memasukkan Baja Tulangan Bored Pile
75
5. Besi tulangan disambung (dapat dilihat pada gambar 5.20).apabila kedalaman
lubang lebih dari 12 m.
Pada tahap ini diperlukan waktu ± 30 menit
Gambar 5.20 Menyambung Baja Tulangan Bored Pile
6. Memasukan pipa tremi kedalam lubang (dapat dilihat pada gambar 5.21), pipa
tremi disambung hingga mencapai dasar kedalaman lubang bored pile
tersebut.
Satu pipa tremi dengan panjang 3 m memerlukan waktu ± 2,5 menit
Untuk lubang dengan kedalaman 20 m dipasang 7 buah pipa tremi
Maka waktu yang diperlukan adalah 2,5 x 7 = 17,5 menit
76
Gambar 5.21 Memasukkan Pipa Tremi Ke Dalam Lubang Bored Pile
7. Pasang corong diatas pipa tremi (dapat dilihat pada gambar 5.22).
Pada tahap ini diperlukan waktu ± 1,5 menit
Gambar 5.22 Memasang Corong Di Atas Pipa Tremi
77
8. Pemasangan talang karena pada saat pengecoran beton dialirkan secara
gravitasi (dapat dilihat pada gambar 5.23).
Pada tahap ini diperlukan sangatlah relatif tergantung dari lokasi titik bor,
namun waktu yang diperlukan berkisar antara ± 60 menit.
Gambar 5.23 Memasang Talang Saat Pengecoran
9. Melakukan pengecoran dengan memasukan campuran beton kedalam corong
(dapat dilihat pada gambar 5.24).
Satu titik bored pile dengan kedalaman 20 m dan diameter 80 cm
mempunyai volume = 0,25 x π x 0,82 x 20 = 10 m
3, namun karena pada
saat pengecoran sering terjadi tumpah pada campuran beton maka volume
ditambah menjadi 12 m3.
Satu mixing truck mempunyai volume 5 m3
Jumlah mixing truck yang diperlukan :
78
Waktu yang di perlukan satu mixing truck untuk mengecor adalah 10
menit dan waktu parkir yang diperlukan adalah 2 menit maka total waktu
satu mixing truck adalah 12 menit.
Maka waktu yang diperlukan adalah 3 x 12 = 36 menit
Pada saat pengecoran air tidak bercampur dengan beton melainkan meluap
ke permukaan.
Gambar 5.24 Melakukan Pengecoran
10. Melepas pipa tremi. Pada tahap ini pipa tremi di lepas secara bertahap sambil
melanjutkan pengecoran (dapat dilihat pada gambar 5.25).
Satu pipa tremi dengan panjang 3 m memerlukan waktu ± 3 menit
Untuk lubang dengan kedalaman 20 m dipasang 7 buah pipa tremi
Maka waktu yang diperlukan adalah 3 x 7 = 21 menit
79
Gambar 5.25 Melepas Pipa Tremie
11. Melepas casing (dapat dilihat pada gambar 5.26).
Pada tahap ini diperlukan waktu ± 6 menit
Gambar 5.26 Melepas Casing
80
Jadi total waktu yang diperlukan untuk satu titik dengan metoda yang sudah
ada dan dalam kondisi normal adalah : 39 + 6 + 114 + 20 + 30 + 17,5 + 1,5 +
60 + 36 + 21 + 6 = 351 menit = 5,85 jam.
12. Bored pile yang sudah selesai sesuai lokasi titik pengeboran diikat dan
dihubungkan antara bored pile lainnya dengan pile cap.
Namun banyak sekali hambatan sehingga pada saat pengerjaan bored pile
seringkali membutuhkan waktu yang lebih lama. Hambatan yang sering
sekali terjadi adalah:
Longsornya tanah sehingga lubang yang sudah digali tertutup kembali
sebagian. Hal ini seharusnya ditanggulangi dengan menggunakan slurry
yaitu campuran air dengan bentonite. Meskipun kurang efektif tetapi
pengeboran dapat dilanjutkan. Jumlah tanah yang dapat digali pun
berkurang. Pada awalnya satu cycle dapat menggali hingga ± 40 cm
berkurang menjadi ± 20 cm. Hal ini akan menyebabkan bertambahnya
waktu pengerjaan.
Adanya batuan yang cukup keras. Hal ini menyebabkan waktu pengeboran
menjadi lebih lama. Karena dengan mata bor yang tajam sekalipun tetap
memerlukan waktu tambahan.
Bored pile soilmac yang digunakan sudah cukup tua dan berada dalam
kondisi yang kurang baik, sehingga seringkali terjadi kerusakan mesin.
Kerusakan ini membutuhkan waktu perbaikan yang cukup lama. Karena
itu waktu pengerjaanpun menjadi bertambah.
81
Beton yang terlambat datang. Pada proyek pembangunan Gallery
Ciumbuleuit 2 akan mengakibatkan waktu pengerjaan pembetonan bored
pile bertambah.
Akibat hambatan-hambatan tersebut waktu tambahan yang dibutuhkan tidak dapat
dipastikan. Hal ini jelas sangat merugikan pihak kontraktor.
82
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama kerja praktek dari tanggal 16
Januari 2012 sampai dengan tanggal 15 Mei 2012, dapat ditarik beberapa
simpulan dan saran, diantaranya adalah sebagai berikut
6.1 Simpulan
Beberapa simpulan yang ditarik, antara lain :
1. Pengawasan yang baik dan kontinu serta ketelitian dalam setiap tahap
pelaksanaan pekerjaan akan sangat menentukan dalam mendapatkan hasil
pekerjaan yang sesuai dengan rencana yang diinginkan.
2. Sejauh ini PT. Wijaya Karya Gedung sebagai kontraktor telah
menjalankan proyek Gallery Ciumbuleuit 2 ini dengan baik karena dapat
dilihat dari progres pembangunan gedung yang terhitung cepat dan
hubungan yang baik dari seluruh staf dan karyawan.
3. Ground Water Tank merupakan tempat penyimpanan air yang utama bagi
gedung Gallery Ciumbuleuit 2 ini sehingga harus memiliki dimensi yang
besar agar cukup untuk memenuhi kebutuhan air seluruh penghuninya.
4. Alasan utama PT. Wijaya Karya Gedung memilih pondasi bored pile
karena letak tanah keras yang dalam sehingga harus menggunakan
pondasi dalam dan agar tidak mengganggu penduduk karena jika
menggunakan tiang pancang akan menyebabkan kebisingan.
83
5. Dalam pemilihan dan penggunaan peralatan yang akan digunakan harus
memperhatikan aspek biaya, aspek efektifitas dan efisiensi dari alat
tersebut terutama dalam penggunaan tower crane.
6.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan demi kelancaran pelaksanaan pekerjaan
konstruksi pada proyek, adalah :
1. Dalam pelaksanaan pekerjaan proyek ini, pengawas harus mempunyai
alternatif dalam mengantisipasi dan mengambil tindakan atau keputusan
yang tepat, sehingga pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan lancar dan
tidak terjadi keterlambatan didalam penyelesaian pekerjaan, dimana
pekerjaan harus selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
2. Seharusnya koordinasi antara pemilik (owner), arsitek, dan kontraktor
lebih diperkuat agar pembangunan proyek berjalan sinergis, sehingga bisa
lebih efektif, efisien dan ekonomis.
85
LAMPIRAN
LAMPIRAN L1
DRAFT TINJAUAN KHUSUS
LAMPIRAN L2
LAPORAN FAKTUAL PENYELIDIKAN
TANAH
LAMPIRAN L3
JOBMIX FORMULA TRIALMIX
LAMPIRAN L4
DENAH LOKASI UJI PENYELIDIKAN
TANAH
LAMPIRAN L5
ABSENSI KERJA PRAKTEK
LAMPIRAN L6
UNDANG-UNDANG
KESELAMATAN KERJA
LAMPIRAN L7
KELENGKAPAN K-3
LAMPIRAN L8
ABSENSI KERJA PRAKTEK