LAPORAN KASUS
SEORANG LAKI – LAKI 67 TAHUN DENGAN HEPATOMA, DIARE, DAN SUSPEK TB PARU
Pembimbing
dr. Idil Fitri, Sp.PD
Disusun olehJacky Tanzil406117006
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KUDUS
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus
SEORANG LAKI – LAKI 67 TAHUN DENGAN HEPATOMA, DIARE, DAN SUSPEK TB PARU
Telah didiskusikan tanggal: 21 Juli 2012
Pelapor
(Jacky Tanzil)
(406117006)
Pembimbing Mengetahui,
(dr. Idil Fitri, Sp.PD ) (dr. Amrita, Sp.PD)
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
DAFTAR MASALAH
NO AKTIF Tanggal PASIF Tanggal
1 HEPATOMA 26 – 07 – 2012
2 DIARE 26 – 07 – 2012
3 SUSPEK TB PARU 26 – 07 – 2012
4 MELENA 24 – 07 – 2012
DATA SOSIAL
• Nama : Tn. NS
• Umur : 67 thn
• Jenis Kelamin : Pria
• Agama : Islam
• Status : Menikah
• Pendidikan : Tamat SMA
• Alamat : Kedung Sari 5/7 Gebog Kudus
• Nomor CM : 196595
• Dirawat di Ruang : Cempaka 2
• Masuk RSUD : 24 Juni 2012
• Dikasuskan : 26 Juni 2012
• Status : Pribadi
DATA DASAR
A. ANAMNESIS : Anamnesis dengan penderita dan keluarga penderita tanggal 26 Juni 2012
Keluhan Utama : nyeri perut
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan perut sakit pada daerah kanan atas, sejak 3
minggu yang lalu, disertai BAB cair sebanyak ± 3x/hari. Pada bagian kanan atas
perut teraba benjolan, dan sakitnya bertambah jika ditekan. Pasien sudah
berobat sebelumnya ke dokter untuk rawat jalan dan sudah diberi obat tetapi
keluhan tidak berkurang. Sakitnya dirasakan terutama saat berjalan atau
beraktivitas, dan berkurang apabila sedang istirahat. Rasa sakit dirasakan
semakin bertambah dan benjolan dirasakan juga semakin membesar, serta BAB
cair yang tidak pernah membaik dan berwarna hitam sejak 3 hari yang lalu,
sehingga oleh keluarga pasien dibawa ke RSUD dan disarankan untuk rawat inap.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang sama disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat minum minuman keras disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sudah tidak bekerja, istrinya juga tidak bekerja, memiliki 2 orang anak dan
semuanya sudah mandiri. Biaya pengobatan ditanggung keluarga / PRIBADI
Kesan Ekonomi : Cukup
Riwayat perawatan dan pengobatan:
Perawatan di RSUD Kudus Juni 2012:
Penderita telah dirawat selama 2 hari di Cempaka II dengan problem sebagai berikut:
1. Hepatoma2. Diare3. Suspek TB4. Uremia5. Hipoalbuminemia
Pengobatan yang telah diberikan:
Infus RL 20 tpm Metronidazole 4x500 Cefotaxim 2x1 Loperamid HCl 2x1
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak lemah
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 87x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Laju pernapasan : 16×/menit
Suhu
SPO2
GDS
:
:
:
36,4°C (aksila)
97
134 mg/dl
Kulit : anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), turgor kulit baik
Kepala : Mesocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut
Mata
Hidung
:
:
Pupil isokor, diameter pupil 2mm, konjungtiva
palpebra pucat (-), sklera ikterik (-), reflek cahaya +/+
Penciuman baik, nafas cuping hidung tidak ada,
Rhinorrhea (-), Epistaksis (-)
Telinga : Nyeri tekan tragus (-), Keluar cairan (-), keluar darah (-)
Mulut : Bentuk rahang normal, mulut tidak kering, Sulkus
nasolabialis simetris, lidah normal, tremor (-), deviasi
lidah (-), faring hiperemis (-).
Leher : Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), nodul
(-), JVP R-2 cmH2O.
JantungInspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Teraba ictus cordis di ICS V MCLS, tidak kuat angkat
Perkusi : Redup, Batas atas ICS II PSLS
Batas kanan ICS IV PSLD
Batas kiri ICS V MCLS
Auskultasi : BJ I-II reguler, isi dan tegangan cukup, murmur (-),
gallop (-)
Paru depan
Kanan KiriInspeksi Pergerakan statis, dinamis sama
dengan kiriRetraksi interkostal (-)
Pergerakan statis, dinamis sama dengan kanan
Retraksi interkostal (-)Palpasi nyeri tekan (-)
stem fremitus normal, sama kuat dengan kiri
nyeri tekan (-)stem fremitus normal, sama
kuat dengan kananPerkusi Sonor Seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru,
Auskultasi suara dasar vesikuler sama dengan kiri
Wheezing (-), Ronchi (-)
suara dasar vesikuler sama dengan kanan
Wheezing (-), Ronchi (-)
Paru belakang
Kanan KiriInpeksi Pergerakan statis, dinamis sama
dengan kiriRetraksi interkostal (-)
Pergerakan statis, dinamis sama dengan kanan
Retraksi interkostal (-)Palpasi nyeri tekan (-)
stem fremitus normal, sama kuat dengan kiri
nyeri tekan (-)stem fremitus normal, sama
kuat dengan kananPerkusi Sonor pada seluruh lapang paru Sonor pada seluruh lapang
paruAuskultasi suara dasar vesikuler sama
dengan kiriWheezing (-), Ronchi (-)
suara dasar vesikuler sama dengan kanan
Wheezing (-), Ronchi (-)
AbdomenInspeksi : Datar, asimetris
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : Redup dikuadran kanan atas
Timpani di kuadran lainnya.
Palpasi : Hepar teraba 5cm dibawa arcus costae konsistensi
keras dengan permukaan rata dan tepi tumpul
Ekstremitas Superior Inferior
Ptekhie -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Pembesaran limfe aksila -/-
Pembesaranlimfe inguinal -/-
Gerakan +/+ +/+
Kekuatan 5/5 5/5
Refleks fisiologis N/N N/N
Refleks patologis -/- -/-
Tonus N/N N/N
C. Pemeriksaan Penunjang (Data yang sudah ada sebelum dikasuskan)
HEMATOLOGI tgl 24 Juni 2012
Jumlah
WBC 9,3 / mm
3
(N) 4,0 – 10,0
RBC 4,08 / mm
3 à ↓ (N) 4,5 – 5,8
HBG 12,4 g/dl (N) 10,0 – 23,7 HCT 32,5 % (N) 28,0 – 75,0 PLT
320 / mm3
(N) 150 – 450
PCT .195 % (N) .100 - .500
KIMIA DARAH tgl 24 Juni 2012
Ureum 71,7 à ↑ (N) 11 – 55
Creatinin 0,9 (N) 0,6 – 1,36
SGOT 227 à ↑ (N) < 37
SGPT 84 à ↑ (N) < 41
K 4,7 (N) 3,6 – 5,5
Na 139 (N) 135 – 155
Cl 107 (N) 75 – 108
Albumin 2,7 à ↓ (N) 3,8 – 5,4
Foto Thorax :
Cor : bentuk dan letak normal, tidak membesar
Pulmo : corakan bronkovaskuler normal, bercak infiltrat di kedua paru atas
Diafragma sinus normal
Kesan : KP aktif
USG Abdomen :
Hepar : ukuran membesar, tepi rata, densitas gama inhomogen dengan nodul + di lobus kanan hepar, ukuran nodul 8,73x8,13cm
Lien : ukuran normal, densitas gama inhomogen, nodul (-), vena lien tidak membesar
Pankreas : ukuran normal, massa (-)
Ginjal kiri : ukuran normal, batas korteks medula kabur, pielocalyses system tidak melebar, batu (-)
Ginjal kanan : ukuran normal, batas korteks medula kabur, pielocalyses system tidak melebar, batu (-)
Vesika urinaria: Dinding tidak melebar, batu (-), massa (-)
Kesan : Hepatomegali dengan nodul dilobus kanan hepar, cenderung hepatoma
DAFTAR MASALAH
1. Hepatoma
2. Diare Kronik
3. Suspek TB
PEMECAHAN MASALAH
1. Problem : Hepatoma
Assessment DD : hepatitis
Plan Diagnostik : Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, USG abdomen, Kimia darah
(SGOT, SGPT, HbSAg)
Plan Terapi :
Non Farmakologi
Tirah baring
Farmakologi
Infus RL 20 tpm
Curcuma 3x1
Proliva 1x1
Plan Monitoring : Keluhan subjektif, objektif
Plan Edukasi : Memberitahu kepada pasien dan keluarga tentang
penyakitnya dan terapi yang diberikan
2. Problem : Diare Kronik
Assessment DD : -
Plan Diagnostik : RT, pemeriksaan feses rutin
Plan Terapi :
a. Non Farmakologi
Tirah baring
Diet rendah asam dan pedas
b. Farmakologi
Infus RL 20 tpm
Loperamid HCl 2x1
Metroclopramide 2x ½ ampul
Ceftriaxone 1x2gr
Plan Monitoring : Keluhan subjektif, objektif
Plan Edukasi : Memberitahu Kepada pasien dan keluarga tentang
penyakitnya serta pemeriksaan dan terapi yang akan
diberikan.
3. Suspek TB
Asessment DD : -
Plan Diagnostik : Anamnesis, Foto Thoraks, Pemeriksaan lab (BTA)
Plan Terapi :
Non Farmakologi
Tirah baring
Farmakologi
Rifampisin 1x1
Plan Monitoring : BTA, keluhan subjektif, foto thoraks
Plan Edukasi : Memberitahu kepada pasien dan keluarga tentang
penyakitnya dan terapi yang diberikan
RINGKASAN:Seorang laki-laki berumur 67 tahun datang dengan keluhan perut sakit,
dan teraba benjolan di bagian kanan atas sejak3minggu yang lalu. Keluhan ini
disertai BAB cair. Benjolan makin lama maakin membesar dan BAB cair berwarna
hitam sejak 3 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Nyeri tekan abdomen di kuadran kanan atas, hepar teraba 5 cm dibawah arcus
costae
Foto thoraks: KP aktif
USG : Hepatomegali dengan nodul dilobus kanan hepar, cenderung hepatoma. Pemeriksaan kimia darah: SGOT 227, SGPT 84.
Catatan Kemajuan
Tanggal 26 Juni 201 2
Subyektif:
Nyeri di perut bagian kanan atas, mencret 1x, warna kuning kecoklatan
Obyektif:
Tensi 110/70mmHg
Nadi 87×/menit
Suhu 36,4°C
Abd: Perkusi: redup di kuadran kanan atas
Palpasi: hepar teraba membesar, 4 cm dari arcus costae, konsistensi keras,
permukaan rata, nyeri tekan +
Assesment: Hepatoma, diare kronik, suspek TB paru
Planning:
Diagnostik : periksa HbsAg, periksa BTA, periksa feses rutin
Terapi : Tirah baring
Diet rendah asam dan pedas
Infus RL 20tpm Curcuma 3x1
Proliva 1x1
Metronidazol 2x1
Rifampisin 1x1
Monitoring : TTV, Lab Hematologi, keluhan subyektif, objektif
Edukasi : Menjelaskan Kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya, pemeriksaan dan terapi yang akan diberikan.
Tanggal 27 Juni 201 2
Subyektif:
Lemas, nyeri perut bagian kanan atas
Obyektif:
Tensi 110/70mmHg
Nadi 96×/menit
Suhu 35,7°C
Abd: Perkusi: redup di kuadran kanan atas
Palpasi: hepar teraba membesar, 4 cm dari arcus costae,
konsistensi keras, permukaan rata,
Lab: HbsAg (-)
Pemeriksaan feses: Makro: warna coklat, konsistensi keras, darah +, lendir + Mikro: leukosit +, eritrosit +, amuba, sisa makanan,dan telur cacing -
Assesment: Hepatoma, suspek TB paru
Planning:
Diagnosis : Periksa BTA, kolonoskopi, RT, anti HAV, anti HCV
Terapi : Tirah Baring Infus RL 20 tpm
Curcuma 3x1
Proliva 1x1
Metronidazol 2x1
Loperamid HCl 2x1 Rifampisin 1x1
Monitoring : TTV, lab Hematologi (SGOT, SGPT)
Edukasi : Menjelaskan Kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya, pemeriksaan dan terapi yang akan diberikan.
Tanggal 28 Juni 201 2
Subyektif:
Lemas, mencret 1x,
Obyektif:
Tensi 110/70mmHg
Nadi 76×/menit
Suhu 36,3°C
Abd: Perkusi: redup di kuadran kanan atas
Palpasi: hepar teraba membesar, 4 cm dari arcus costae,
konsistensi keras, permukaan rata,
LAB : Sputum I : BTA (-)
Assesment: Hepatoma, diare kronik, suspek TBPlanning:
Diagnosis : Periksa Sputum II dan III, kolonoskopi, anti HAV, anti HCV
Terapi : Tirah Baring
Diet rendah asam dan pedas
Infus RL 20tpm Curcuma 3x1
Proliva 1x1
Metronidazol 2x1
Rifampisin 1x1
Monitoring : Keluhan subjektif, TTV, lab Hematologi (SGOT,SGPT)
Edukasi : Menjelaskan Kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya, pemeriksaan dan terapi yang akan diberikan.
Tanggal 29 Juni 201 2
Subyektif:
Lemas, nyeri perut bagian kanan atas
Obyektif:
Tensi 130/90mmHg
Nadi 80×/menit
Suhu 36,2°C
Assesment: Hepatoma, suspek TB
Pasien minta pulang atas permintaan sendiri dengan alasan sudah
bosan di rumah sakit
ALUR PIKIRLaki-laki 67 tahun mengeluh perut sakit pada daerah kanan atas disertai BAB cair berwarna hitamPF: Nyeri tekan abdomendi bagian kanan atas, hepar teraba 4cm dari arcus costae Foto Thoraks: KP aktifUSG : Hepatomegali dengan nodul dilobus kanan hepar, cenderung hepatoma. Pemeriksaan kimia darah: SGOT 227, SGPT 84.
BAB Cair Foto Thoraks: Bercak infiltrat
Nyeri perut di kanan atas
Diare akut Diare kronik Suspek TB
Hepatomegali, SGOT & SGPT ↑↑
USG abd: nodul dilobus kanan hepar (+) HbsAg ( - )
Hepatoma
PEMBAHASANHEPATOMA
Definisi
Tumor ganas hati Biasanya disebabkan oleh infeksi/penyakit hati kronik akibat virus hepatitis, sirosis,
atau parasit (Clonorchis sinensis)
Klinis
Nyeri perut kanan atas Nafsu makan berkurang, BB turun Hati membesar Lemas
Pemeriksaan Penunjang
USG abdomen Uji faal hati à SGOT, SGPT CT-scan dan angiografi
Diagnosis
Laboratorium : SGOT dan SGPT ↑↑ USG : hepatomegali dan nodul (+)
Terapi
Kemoterapi : 5 fluorourasil (5 FU) dan adriamisin Embolisasi transkateter arteri hepatik Pembedahan
Diare kronik
Definisi
Diare kronis adalah diare yang onset gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari.
Etiologi
Etiologi diare kronik sangat beragam dan tidak selalu hanya disebabkan kelainan
pada usus. Kelainan yang dapat menimbulkan diare kronis antara lain kelainan
usus, kelainan hati, kelainan pancreas, endokrin, dan lain-lain. Walaupun telah
diusahakan secara maksimal, diperkirakan sekitar 10-15% pasien diare kronik
tidak diketahui etiologinya.
Patofisiologi
1. Diare Inflamasi, pada pasien tanpa penyakit sistemik, adanya fases yang
berisi cairan atau darah tersamar kemungkinan suatu neoplasma kolon atau
proktitis ulcerative. Terjadinya diare kronik yang berdarah dapat
disebabkan oleh Collitis Ulcerativa atau Chron’s Disease.
2. Osmotic (malabsorbsi), jika cairan yang dicerna tidak seluruhnya
diabsorbsi oleh usus halus akibat tekanan osmotic yang mendesak cairan
kedalam lumen intestinal. Pada umumnya penyebab diare osmotic adalah
malabsorbsi lemak atau karbohidrat.
3. Sekretori, Diare sekretori biasanya disebabkan abnormalitas baik absorbsi
maupun sekresi elektrolit. Diare Sekretori secara normal berhubungan
dengan meningkatnya camp inttraselular. Meningkatnya cAMP
menghambat absorbsi NaCL dan menstimulasi sekresi klorida tanpa
merubah mekanisme transport lainnya. Asam empedu yang tidak
diabsorbsi dan asam-asam lemak dapat menstimulasi sekresi ion dalam
kolon, menyebabkan diare massif yang berlanjut walaupun dalam keadaan
puasa. Pada diare ini yang menonjol adalah air dan elektrolit. Diare
osmotic disebabkan oleh akumulasi larutan yang sulit diserap dalam lumen
intestinal. Malabsorbsi Karbohidrat menyebabkan diare osmotic,
menghasilan fases yang asam karena fermentasi bakteri terhadap
karbohidrat.
4. Dismotilitas, Diare ini disebabkan oleh kelainan yang menyebabkan
perubahan motilitas intestinal. Ditandai dengan konstipasi, nyeri abdomen,
passase mucus dan rasa tidak sempurna dalam defaksi. Pada beberapa
pasien dijumpai konstipasi dengan kejang perut yang berkurang dengan
diare, kemungkinan disebabkan kelainan motilitas intestinal. Kasus paling
sering adalah Irritable Bowel Syndrome.
GEJALA KLINIS
1. Diare Inflamasi ditandai dengan adanya demam, nyeri perut, fases yang
berdarah dan berisi lekosit serta lesi inflamasi pada biopsy mukosa
intestinal.
2. Diare osmotic ditandai peningkatan volume cairan lumen, artralgia,
demam, menggigil, hipotensi, limfadenopati dan keterlibatan system saraf.
Gejala berupa artralgia, demam, menggigil, hipotensi, limfadenopati dan
keterlibatan system saraf merupakan manisfestasi pada Malabsorbsi
Intestinal (Whipp;e’s Disease) disebabkan tropehyma whippeli, umumnya
terjadi pada usia dewasa.
3. Diare sekretori ditandai ditandai oleh volume feses yang besar oleh karena
abnormalitas cairan dan transport elektrolit yang tidak selalu berhubungan
dengan makanan yang dimakan, tidak ada malabsorbsi larutan.
4. Diare dismotilitas ditandai dengan adanya konstipasi, nyeri abdomen,
passase mucus dan rasa tidak sempurna dalam defaksi, konstipasi dengan
kejang perut yang berkurang dengan diare, kemungkinan disebabkan
kelainan motilitas intestinal.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANG LAINNYA
1. Lekosit Feses (Stool Leukocytes) : Merupakan pemeriksaan
awal terhadap diare kronik. Lekosit dalan feses
menunjukkan adanya inflamasi intestinal.
2. Volume Feses : Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau
eritrosit, infeksi enteric atau imfalasi sedikit
kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24 jam
harus dikumpulkan untuk mengukur output harian.
3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24
jam : Jika berat feses > 300/g24jam mengkonfirmasikan
adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr mengesankan
proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h
menunjukkan proses malabsorbstif.
4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk
menetapkan suatu steatore, lemak feses kualitatif dapat
menolong yaitu >100 bercak merak orange per ½ lapang
pandang
5. Osmolalitas Feses : Diperlukan dalam evaluasi untuk
menentukan diare osmotic atau diare sekretori.
6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses : Untuk
menunjukkan adanya Giardia, E Histolitika pada
pemeriksaan rutin.
7. Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan
lekositosis, LED yang meningkat dan hipoproteinemia.
8. Pemeriksaan imunodefisiensi (CD4, CDS), feses lengkap
dan darah samar.
Pemeriksaan anatomi usus : Barium enema, colon in loop
(didahului BNO).
9. Kolonoskopi, ileoskopi, dan biopsi, barium follow through
atau enteroclysis, ERCP, USG abdomen, CT Scan abdomen.
10. Fungsi usus dan pankreas : tes fungsi ileum dan
yeyunum, tes fungsi pankreas, tes Schilling.
DIAGNOSA
Terbagi menjadi pemeriksaan awal (dasar), yang meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah sederhana,
tinja & urin dan Pemeriksaan lanjutan yang disesuaikan dengan
perkiraan diagnosis yang sudah didapatkan pada pemeriksaan
awal, yaitu meliputi:
1. Pemeriksaan anatomi usus : Barium enema kontras ganda
(colon in loop) & BNO, Kolonoskopi & ileoskopi, Barium
follow thruogh dan/atau enteroclysis, Gastroduodeno-
jejunoskopi, Endoscopic Retrograde Cholangio
Pncreatography (ERCP), Sidik Indium 111 leukosit, USG
abdomen, Sidik perut (CT-scan abdomen),
Arteriography/angiografi mesenterika duperior & inferior.
2. Fungsi Usus & Pankreas: Tes fungsi ileum & yeyenum, Tes
fungsi pancreas, Tes Schilling: utk def B12, Test bile acid
breath, Tes lainnya meliputi: Tes permeabilitas usus, Tes
small & large bowel transit time.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan diare kronik ditujukan terhadap penyakit yang
mendasari. Sejumlah agen anti diare dapat digunakan pada diare
kronik. Opiat mungkin dapat digunakan dengan aman pada
keadaan gejala stabil.
1. Loperamid : 4 mg dosis awal, kemudian 2 mg setiap
mencret. Dosis maksimum 16 mg/hari.
2. Dhypenoxylat dengan atropin : diberikan 3-4 kali per hari.
3. Kodein, paregoric : Disebabkan memiliki potensi additif,
obat ini sebaiknya dihindari. Kecuali pada keadaan diare
yang intractable. Kodein dapat diberikan dengan dosis 15-
60 mg setiap 4 jam, Paregoric diberikan 4-8 ml.
4. Klonidin : adrenergic agonis yang menghambat sekresi
elektrolit intestinal. Diberikan 0,1-0,2 mg/hariselama 7 hari.
Bermanfaat pada pasien dengan diare sekretori,
kriptospdidiosis dan diabetes.
5. Octreotide : Suatu analog somatostatin yang menstimulasi
cairan instestinal dan absorbs elektrolit dan menghambat
sekresi melalui pelepasan peptide gastrointestinal.
Berguna pada pengobatan diare sekretori yang disebabkan
oleh VIPoma dan tumor carcinoid dan pada beberapa kasus
diare kronik yang berkaitan dengan AIDS. Dosis efektif
50mg –250mg subkutan tiga kali sehari.
6. Cholestiramin : Garam empedu yang mengikat resin,
berguna pada pasien diare sekunder karena garam
empedu akibat reseksi intestinal atau penyakit ileum. Dosis
4 gr 1 s/d 3 kali sehari.
TB PARU
Definisi
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama
kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk
mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit
TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
Cara Penularan Penyakit TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan
pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang
biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah),
dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh
sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti:
paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan
lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru.
Gejala sistemik/umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
JENIS OBAT SIFAT Dosis yang direkomendasikan
Harian 3x seminggu
IZONIAZID(H) Bakterisid 5(4-6) 10(8-12)
RIFAMPICIN(R) Bakterizid 10(8-12) 10(8-12)
PYRAZINAMIDE(Z) Bakterizid 25(20-30) 35(30-40)
ALUR DIAGNOSIS TB PARU BATUK 2-3MG
Pemeriksaan sputum mikroskopis SPSHASIL BTA
+ ++HASIL BTA+ - -Foto torak dan
pertimbangan dokter
HASIL BTA- - -
Antibiotika non OATAda
perbaikan
Tidak Ada
perbaikan
Pemeriksaan sputum mikroskopis
HASIL BTA- - -
HASIL BTA+ +++ + -
+
TB
BUKAN TB
STREPTOMYCIN(S) Bakterizid 15(12-18) 15(12-18)
ETHAMBUTOL(E) Bakteriostatik 15(15-20) 30(20-35)
Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150/150)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Berat
badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (150/75/400/275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150/150) + E(400)
Selama 56 hari Selama
28 hari selama 20 minggu
30-37 kg 2 tab 4KDT 2 tab 2 tab 2KDT
+ 500 mg Streptomisin inj. 4KDT + 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tab 4KDT
+ 750 mg Streptomisin inj.
3tab
4KDT
3 tab 2KDT
+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tab 4KDT+ 1000 mg Streptomisin inj. 4 tab
4KDT
4 tab 4KDT
+ 4 tab Etambutol
≥71 kg 5 tab 4KDT
+ 1000mg Streptomisin inj.
5 tab
4KDT
5 tab 4KDT
+ 5 tab Etambutol