I. PENDAHULUAN
I.1 Pengertian Penyakit
Penyakit tumbuhan yaitu setiap kerusakan pada tumbuhan yang berkaitan
dengan pengambilan nutrisi, mineral, dan air, atau gangguan sintesis bahan
makanan, translokasi dan metabolisme sedemikian rupa sehingga mempengaruhi
penampakan dan atau hasil tumbuhan bila dibandingkan dengan tumbuhan sehat
atau normal dari varietas tumbuhan yang sama. Penyakit Tumbuhan adalah
ketidaknormalan pada tumbuhan akibat serangan patogen atau gangguan faktor
lingkungan yang dinampakkan dalam bentuk gejala kerusakan pada tumbuhan.
(Abadi, 2003)
I.2 Mekanisme Terjadinya Penyakit
Pada penyakit tumbuhan yang infeksius (menular) ada beberapa rangkaian
kejadian yang berurutan satu dengan yang lainnya. Ada dua rangkaian kejadian
penting, yaitu siklus hidup patogen dan siklus penyakit. Rangkaian kejadian
tersebut berperan dalam perkembangan patogen dan perkembangan penyakit.
Siklus hidup patogen dimulai dari tumbuh sampai menghasilkan alat reproduksi.
Siklus penyakit meliputi perubahan-perubahan patogen di dalam tubuh tanaman
dan rangkaian perubahan tanaman inang serta keberadaan patogen (siklus hidup
patogen) di dalamnya dalam rentang waktu tertentu selama masa pertumbuhan
tanaman. Kejadian penting dalam siklus penyakit meliputi : inokulasi (penularan),
penetrasi (masuk tubuh), infeksi (pemanfaatan nutrien inang), invasi (perluasan
serangan ke jaringan lain), penyebaran ke tempat lain dan pertahanan patogen.
a. Inokulasi atau penularan
Bagian dari patogen atau patogen yang terbawa agen tertentu yang
mengadakan kontak dengan tanaman disebut inokulum atau penular. Dengan
demikian inokulum merupakan bagian dari patogen atau patogen itu sendiri
yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman.
Langkah-langkah yang terjadi pada proses inokulasi, dimulai dari :
inokulum patogen sampai ke permukaan tubuh tanaman inang melalui
perantaraan angin, air, serangga dan sebagainya. Meskipun inokulum yang
dihasilkan patogen banyak sekali tetapi yang dapat mencapai tanaman inang
yang sesuai hanya sedikit sekali. Beberapa tipe inokulum yang terbawa
tanah, seperti zoospora dan nematoda dapat mencapai tanaman inang yang
sesuai melalui substansi yang dikeluarkan oleh akar tanaman.
b. Penetrasi
Patogen melakukan penetrasi dari permukaan tanaman ke dalam sel,
jaringan atau tubuh tanaman inang melalui empat macam cara, yaitu secara
langsung menembus permukaan tubuh tanaman, melalui lubang-lubang
alami, melalui luka, dan melalui perantara (pembawa, vektor). Ada patogen
yang dapat melakukan penetrasi melalui beberapa macam cara dan ada pula
yang hanya dapat melakukan penetrasi melalui satu macam cara saja. Sering
patogen melakukan penetrasi terhadap sel-sel tanaman yang tidak rentan
sehingga patogen tidak mampu melakukan proses selanjutnya atau bahkan
patogen mati tanpa menyebabkan tanaman menjadi sakit.
c. Infeksi
Infeksi merupakan suatu proses dimulainya patogen memanfaatkan
nutrien (‘sari makanan’) dari inang. Proses ini terjadi setelah patogen
melakukan kontak dengan sel-sel atau jaringan rentan dan mendapatkan
nutrien dari sel-sel atau jaringan tersebut. Selama proses infeksi, patogen
akan tumbuh dan berkembang di dalam jaringan tanaman.
Infeksi yang terjadi pada tanaman inang, akan menghasilkan gejala
penyakit yang tampak dari luar seperti : menguning, berubah bentuk
(malformasi), atau bercak (nekrotik). Beberapa proses infeksi dapat bersifat
laten atau tidak menimbulkan gejala yang tampak mata, akan tetapi pada saat
keadaan lingkungan lebih sesuai untuk pertumbuhan patogen atau pada
tingkat pertumbuhan tanaman selanjutnya, patogen akan melanjutkan
pertumbuhannya, sehingga tanaman menampakan gejala sakit.
d. Invasi
Invasi merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan patogen
setelah terjadi infeksi. Individu jamur dan tumbuhan parasitik umumnya
melakukan invasi pada tanaman dimulai sejak proses infeksi dengan cara
tumbuh dalam jaringan tanaman inang, sehingga tanaman inang selain
kehilangan nutrien, sel-selnya atau jaringan juga rusak karenanya.
e. Penyebaran
Penyebaran patogen berarti proses berpindahnya patogen atau
inokulum dari sumbernya ke tempat lain. Penyebaran patogen dapat terjadi
secara aktif maupun pasif. Penyebaran pasif yang berperan besar dalam
menimbulkan penyakit, yaitu dengan perantaraan angin, air, hewan (terutama
serangga), dan manusia. Beberapa patogen dapat melakukan penyebaran
secara aktif, misalnya nematoda, zoospora dan bakteri motil. Ketiga macam
inokulum ini mampu berpindah dalam jarak yang relatif pendek (mungkin
hanya beberapa milimeter atau sentimeter) dengan menggunakan kekuatan
sendiri sehingga kurang efektif dari segi perkembangan penyakit.
(Purnomo, 2006)
I.3 Cara Patogen Menyerang Tumbuhan
Patogen menyerang tumbuhan inang dengan berbagai macam cara guna
memperoleh zat makanan yang dibutuhkan oleh patogen yang ada pada inang.
Untuk dapat masuk kedalam inang patogen mampu mematahkan reaksi
pertahanan tumbuhan inang. Dalam menyerang tumbuhan, patogen mengeluarkan
sekresi zat kimia yang akan berpengaruh terhadap komponen tertentu dari
tumbuhan dan juga berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme tumbuhan inang.
Beberapa cara patogen untuk dapat masuk kedalam inang diantaranya dengan
cara mekanis dan cara kimia.
a. Cara Mekanis
Cara mekanis yang dilakukan oleh patogen yaitu dengan cara penetrasi
langsung ke tumbuhan inang. Dalam proses penetrasi ini seringkali dibantu
oleh enzim yang dikeluarkan patogen untuk melunakkan dinding sel. Pada
jamur dan tumbuhan tingkat tinggi parasit, dalam melakukan penetrasi
sebelumnya diameter sebagian hifa atau radikel yang kontak dengan inang
tersebut membesar dan membentuk semacam gelembung pipih yang biasa
disebut dengan appresorium yang akhirnya dapat masuk ke dalam lapisan
kutikula dan dinding sel.
b. Cara Kimia
Pengaruh patogen terhadap tumbuhan inang hampir seluruhnya karena
proses biokimia akibat dari senyawa kimia yang dikeluarkan patogen atau
karena adanya senyawa kimia yang diproduksi tumbuhan akibat adanya
serangan patogen. Substansi kimia yang dikeluarkan patogen diantaranya
enzim, toksin, zat tumbuh dan polisakarida. Dari keempat substansi kimia
tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda terhadap kerusakan inang.
Misalnya saja, enzim sangat berperan terhadap timbulnya gejala busuk basah,
sedang zat tumbuh sangat berperan pada terjadinya bengkak akar atau
batang. Selain itu toksin berpengaruh terhadap terjadinya hawar.
■ Enzim
Secara umum, enzim dari patogen berperan dalam memecah struktur
komponen sel inang, merusak substansi makanan dalam sel dan merusak
fungsi protoplas. Toksin berpengaruh terhadap fungsi protoplas,
merubah permeabilitas dan fungsi membran sel. Zat tumbuh
mempengaruhi fungsi hormonal sel dalam meningkatkan atau
mengurangi kemampuan membelah dan membesarnya sel. Sedang
polisakarida hanya berperan pasif dalam penyakit vaskuler yang
berkaitan dengan translokasi air dalam inang dan ada kemungkinan
polisakarida bersifat toksik terhadap sel tumbuhan.
Enzim oleh sebagian besar jenis patogen dikeluarkan setelah kontak
dengan tumbuhan inang. Tempat terjadinya kontak antara patogen
dengan permukaan tumbuhan adalah dinding sel epidermis yang terdiri
dari beberapa lapisan substansi kimia. Degradasi setiap lapisan tersebut
melibatkan satu atau beberapa enzim yang dikeluarkan patogen.
■ Toksin
Toksin merupakan substansi yang sangat beracun dan efektif pada
konsentrasi yang sangat rendah. Toksin dapat menyebabkan kerusakan
pada sel inang dengan merubah permeabilitas membran sel, inaktivasi
atau menghambat kerja enzim sehingga dapat menghentikan reaksi-
reaksi enzimatis. Toksin tertentu juga bertindak sebagai antimetabolit
yang mengakibatkan defisiensi faktor pertumbuhan esensial. Toksin
yang dikeluarkan oleh patogen dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
patotoksin, vivotoksin dan fitotoksin.
Patotoksin. Toksin yang sangat berperan dalam menentukan tingkat
keparahan penyakit. Berdasarkan luas kisaran inangnya patotoksin
digolongkan menjadi dua, yaitu spesifik dan non-spesifik. Vivotoksin
dan fitotoksin umumnya bersifat non-spesifik.
Vivotoksin. Substansi kimia yang diproduksi oleh patogen dalam
tumbuhan inang dan/atau oleh inang itu sendiri yang ada kaitanya
dengan terjadinya penyakit, tetapi toksin ini bukan agen yang memulai
terjadinya penyakit. Beberapa kriteria yang ditunjukkan oleh vivotoksin
diantaranya: dapat dipisahkan dari tumbuhan inang sakit, dapat
dipurifikasi dan karakterisasi kimia, menyebabkan dari sebagian gejala
kerusakan pada tumbuhan sehat, dan dapat diproduksi oleh organisme
penyebab penyakit.
Fitotoksin. Toksin yang diproduksi oleh parasit yang dapat
menyebabkan sebagian kecil atau tidak sama sekali gejala kerusakan
pada tumbuhan inang oleh pathogen. Tidak ada hubungan antara
produksi toksin oleh patogen dengan patogenesitas penyebab penyakit.
■ Zat Tumbuh
Zat tumbuh yang terpenting yaitu auksin, giberellin dan sitokinin,
selain itu etilen dan penghambat tumbuh juga memegang peranan
penting dalam kehidupan tumbuhan. Patogen tumbuhan dapat
memproduksi beberapa macam zat tumbuh atau zat penghambat yang
sama dengan yang diproduksi oleh tumbuhan, dapat memproduksi zat
tumbuh lain atau zat penghambat yang berbeda dengan yang ada dalam
tumbuhan, atau dapat memproduksi substansi yang merangsang atau
menghambat produksi zat tumbuh atau zat penghambat oleh tumbuhan.
■ Polisakarida
Beberapa patogen mungkin dapat mengeluarkan substansi lender
yang menyelubungi tubuh patogen tersebut untuk melindungi diri dari
faktor lingkungan luar yang tidak menguntungkan. Peranan polisakarida
pada penyakit tumbuhan hanya terbatas pada layu. Pada vaskuler,
polisakarida dalam jumlah yang cukup banyak akan terakumulasi pada
xilem yang akan menyumbat aliran air pada tanaman.
(Abadi, 2003)
II. ISOLASI PATOGEN
II.1Pengertian Isolasi
Isolasi patogen adalah proses mengambil patogen dari medium atau
lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh
biakan yang murni. Patogen dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus
menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi
terkontaminasi karena mikroorganisme lain.
(Singleton dan Sainsbury, 2006)
II.2Gejala Yang Ditimbulkan Oleh Patogen
a. Phakopsora pachyrrizi
Gejala umum penyakit ini terjadi pada saat tanaman selesai berbunga. Bintik-
bintik coklat lebih banyak nampak di permukaan daun bagian bawah. Apabila
daun disentuh sporanya menyerupai tepung berwarna coklat bertaburan. Penyakit
ini dapat mengurangi fotosintesa sehingga serangannya berat banyak polong yang
tidak terisi penuh (Suprapto, 1990).
Gejala tampak pada daun, tangkai, dan kadang-kadang pada batang. Mula-
mula di sini terjadi bercak-bercak kecil kelabu atau bercak yang sedikit demi
sedikit berubah menjadi coklat atau coklat tua. Bercak-bercak karat terlihat
sebelum bisul-bisul (pustul) pecah. Bercak tampak bersudut-sudut, karena
dibatasi oleh tulang-tulang daun di dekat tempat terjadinya infeksi. Pada
perkembangan tanaman berikutnya, setelah tanaman mulai berbunga, bercak-
bercak menjadi lebih besar atau kadang-kadang bersatu dan menjadi coklat tua
bahkan hitam. Pada umumnya gejala karat mula-mula tampak pada daun-daun
bawah, yang lalu berkembang ke daun-daun yang lebih muda. Bercak-bercak,
meskipun umumnya terdapat pada sisi bawah, dapat juga terbentuk pada sisi atas
daun (Semangun, 1993).
Penyakit ini menyerang tanaman kedelai yang umurnya belum tua, dan pada
tanaman seperti ini dapat menyebabkan hampanya polong. Pada tanaman yang
telah berumur lebih dari 65 hari penyakit tidak berpengaruh terhadap
produktivitas biji kedelai (Matnawy, 1989).
Gejala penyakit karat tampak pada daun, tangkai daun dan kadang-kadang
pada batang, yang mula-mula terbentuk bercak-bercak dan kemudian berkembang
menjadi bisul (pustul) yang berwarna seperti karat. Pada umumnya serangan
terjadi pada permukaan bawah daun dan serangan awal biasanya terjadi pada
daun-daun bawah yang kemudian berkembang ke daun yang lebih atas (Yusmani
dan Sumartini, 2001).
Gambar Gejala yang Disebabkan Phakopsora pachyrrizi (Google, 2015)
b. Hemileia vastatrix
Gejala tanaman yang terserang, daun yang sakit timbul bercak kuning
kemudian berubah menjadi coklat. Permukaan bercak pada sisi bawah daun
terdapat uredospora seperti tepung berwarna oranye atau jingga. Pada
serangan berat pohon tampak kekuningan, daunnya gugur akhirnya pohon
menjadi gundul.
Sisi bawah daun yang terserang karat (Hemileia vastatrix) menunjukkan
adanya bercak-bercak yang semula berwarna kuning muda yang akhirnya
akan menjadi kuning tua. Pada bercak terbentuk tepung berwarna jingga
cerah (bright orange) yang terdiri atas urediospora jamur. Bercak tua
berwarna coklat tua sampai hitam dan mengering, daun akhirnya gugur
sehingga pohon menjadi gundul (Semangun, 2000).
Gambar gejala yang disebabkan Hemileia vastatrix (Google, 2015)
c. Colletotrichum capsici
Jamur Colletotrichum dapat menginfeksi cabang, ranting, daun dan
buah. Infeksi pada buah terjadi biasanya pada buah menjelang tua dan
sesudah tua. Gejala diawali berupa bintik-bintik kecil yang berwarna kehitam-
hitaman dan sedikit melekuk. Serangan yang lebih lanjut mengakibatkan buah
mengerut, kering, membusuk dan jatuh.
Bercak berbentuk bundar atau cekung dan berkembang pada buah yang
belum dewasa atau matang dari berbagai ukuran. Biasanya bentuk bercak
beragam pada satu buah cabai. Ketika penyakit mengeras, bercak akan
bersatu. Massa spora jamur berwarna merah jambu ke orange terbentuk dalam
cincin yang konsentris pada permukaan bercak. Bercak yang sudah menua,
aservuli akan kelihatan. Dengan rabaan, akan terasa titik-titik hitam kecil, di
bawah mikroskop akan tampak rambut-rambut halus berwarna hitam. Spora
terbentuk cepat dan berlebihan dan memencar secara cepat pada hasil cabai,
mengakibatkan kehilangan sampai 100%. Bercak dapat sampai ke tangkai dan
meninggalkan bintik yang tidak beraturan berwarna merah tua dengan tepinya
berwarna merah tua gelap.
Gejala pada cabai yang terserang jamur Gloesporium piperatum yaitu
buah berbentuk cekung dan terdapat bintik-bintik hitam pada pinggiran buah.
Sedangkan gejala yang ditimbulkan oleh cabai yang terserang
jamur Colletothricum capsici adalah terdapat bintik-bintik hitam dibagian
tengah buah (Wijayanti, 2014).
Gambar gejala yang disebabkan oleh Colletotrichym capsici
(Penyuluhan RANING. 2014)
d. Phythopthora infestans
Daun – daun yang sakit mempunyai bercak – bercak nekrotis pada tepi
dan ujungnya. Apabila suhu tidak terlalu rendah dan kelembaban cukup
tinggi, bercak-bercak akan meluas dengan cepat dan mematikan seluruh daun.
Bahkan kalau cuaca demikian berlangsung lama, seluruh bagian tanaman di
atas tanah akan mati. Dalam cuaca kering jumlah bercak terbatas, segera
mengering dan tidak meluas. Umumnya gejala baru tampak bila tanaman
sudah berumur lebih dari 1 bulan, meskipun kadang-kadang sudah terlihat
pada tanaman yang berumur 21 hari.
Gambar gejala yang disebabkan oleh Phytophthora infestans (Google, 2015)
e. Pyricularia oryzae
Pada daun tampak bintik-bintik kecil, warna bintik ungu kekuning-
kuningan, kemudian lama-lama menjadi membesar dan terdapat titik kecil
berwarna putih ditengahnya. Jumlah titik ungu kekuningan bisa banyak atau
sedikit tergantung tingkat serangan jamur dan ketahanan varietas padi yang
ditanam. Gejala pada daun yang sering disebut blas daun berbentuk bercak-
bercak jorong dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau
keputih-putihan dan biasanya mempunyai tepi coklat atau coklat kemerahan.
Bentuk dan warna bercak bervariasi tergantung dari keadaan lingkungan,
umur, bercak, dan derajat ketahanan jenis padi.
Gejala tipe akut berbentuk bulat, bercak hijau tua dengan bagian ujung
runcing, akhirnya berkembang menjadi berbentuk gelendong atau kumparan.
Pada bagian tengah kelihatan adanya koloni penyebab penyakit yang
disebabkan oleh konidiofor atau konidia.
Gambar gejala yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae (Google, 2015)
II.3Kenampakan Mikroskopis Patogen Pada Media PDA
a. Phakopsora pachyrrizi
b. Hemileia vastatrix
Ciri-ciri Hemileia vastatrix yaitu miselium yang tumbuh pada media
PDA awalnya berwarna putih selanjutnya terlihat ada semburat warna pink
muda dibagian tengah. Konidiofor ramping, konidia hialin terdiri dari
mikrokonidia dan makrokonidia. Mikrokonidia berbentuk lonjong dan
melengkung terdiri dari 1 sel sedangkan makrokonidia terdiri dari beberapa
sel bentuknya sedikit melengkung dengan ujung yang lancip seperti kano
(Haddad, et al., 2009).
(Kenampakan makroskopis Hemileia vastratrix)
c. Colletotrichum capsici
Pertumbuhan awal jamur Colletotrichum capsici membentuk koloni
miselium yang berwarna putih dengan miselium yang timbul di permukaan.
Kemudian secara perlahan-lahan berubah menjadi hitam dan akhirnya
berbentuk aservulus. Aservulus ditutupi oleh warna merah muda sampai
coklat muda yang sebetulnya adalah massa konidia (.J. Butler & Bisby, 1931).
Kenampakan makroskopis Colletotrichum capsici
d. Phytophthora infestans
Kenampakan makroskopis koloni Phytophthora infestans seperti
kelopak bunga, berwarna putih menyerupai kapas, pertumbuhan koloni
melingkar konsentris, miselium lembut yang bagian ujung lebih tebal, bagian
tepi koloni bergerigi, warna dasar koloni berwarna putih dan memenuhi
cawan petri (diameter 9cm) (Zevita yunade, 2013).
Kenampakan makroskopis Phytophthora infestans
e. Pyricularia oryzae
Hasil pengamatan terhadap hasil ekplorasi cendawan P. oryzae yang
ditumbuhkan pada media PDA didapatkan ciri khas cendawan ini yaitu secara
morfologi makro miseliumnya seperti kumpulan serabut halus berwarna putih
susu (Sulistyowati, 2013).
Kenampakan makroskopis Pyricularia oryzae
II.4Cara kerja
II.4.1 Alat, Bahan dana Fungsi
Gunting : Untuk memotong bagian tanaman yang terserang patogen.
Cutter : Untuk memotong bagian tanaman yang terserang patogen.
Pinset : Untuk memindahkan potongan sampel bagian yang bergejala.
Cawan Petri : Sebagai tempat media alkohol, khloroks dan aquadest.
Bunsen : Untuk menciptakan kondisi aseptis.
Gelas ukur : Untuk tempat alkohol (sterilisasi alat)
Wrapping : Untuk membungkus hasil isolasi di cawan petri.
Kamera : Untuk mengambil gambar patogen hasil isolasi.
Daun kedelai bergejala : Objek pengamatan
Khlorox : Untuk membersihkan permukaan daun dari mikroorganisme.
Alkohol : Untuk mensterilkan bahan.
Aquadest : Untuk mebilas bahan yang telah dicuci.
Media PDA : Media pertumbuhan patogen yang diisolasi.
II.4.2 Cara Kerja Isolasi Patogen Pada Media PDA
Cuci sampel tanaman bergejala di air mengalir
↓
Potong bagian tanaman ½ sakit dan ½ sehat (± 1 cm)
↓
Potongan Sampel Dicuci Dengan :
Kholorox selama 1 menit
Alkhohol selama 1 menit
Aquadest selama 1 menit
↓
Keringkan di tissue / ditiriskan
↓
Sterilisasi tempat dan alat yang akan digunakan
↓
Dekatkan media PDA di dekat bunsen, tanam di media PDA
↓
Beri label dan tutup dengan wrapping
↓
Amati setiap hari selama 1 minggu
↓
Dokumentasi
Terdapat beberapa sampel tanaman yang terserang patogen sebagai
bahan isolasi yang akan digunakan, antara lain: Phytophthora infestans,
Hemileia vastatrix, Colletotrichum capsici, Phakopsora pachyrrizi dan
Pyricularia oryzae. Kemudian kelima inokulum dicuci dengan air mengalir
untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terdapat pada permukaan bagian
tanaman yang akan diisolasi. Setelah itu tiriskan sebentar pada tissue agar
bagian tanaman yang akan diisolasi tidak basah. Lalu bagian tanaman yang
akan diisolasi dipotong kecil-kecil ½ sakit dan ½ sehat (± 1 cm). Sebelum
dilakukan isolasi, alat dan tempat yang akan digunakan disterilkan dengan
menggunakan alkohol, dan inokulum dibersihkan dengan khlorox selama 1
menit, alkohol selama 1 menit dan aquadest selama 1 menit secara berurutan.
Dimana fungsi khlorox, alkohol adalah untuk menghilangkan/membersihkan
inokulum dari kotoran dan mikroorganisme lain yang tidak diinginkan dan
fungsi aquadest adalah untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran serta
membersihkan inokulum dari sisa-sisa khlorox dan alkohol. Kemudian
inokulum diisolasi pada media PDA. Media PDA berfungsi sebagai nutrisi
bagi isolat jamur yang akan diisolasi.
II.5Pembahasan Hasil Isolasi
a. Phakopsora pachyrrizi
Hari Ke- Gambar Keterangan
1
Ketiga inokulum telah tumbuh
ditandai dengan adanya miselium
yang berkembang tetapi
warnanya belum terlihat jelas
2 Ketiga inokulum telah tumbuh
ditandai dengan adanya miselium
yang berkembang tetapi
warnanya belum terlihat jelas
3
Ketiga inokulum potongan telah
tumbuh ditandai dengan adanya
miselium yang berkembang dan
berwarna putih.
4
Ketiga inokulum telah tumbuh
ditandai dengan adanya miselium
berwarna putih yang semakin
melebar.
5
Ketiga inokulum telah tumbuh
ditandai dengan adanya miselium
berwarna putih yang semakin
melebar.
6
Ketiga inokulum telah tumbuh
ditandai dengan adanya miselium
berwarna putih yang semakin
melebar.
7
Pada ketiga inokulum
berkembang dengan baik dengan
miselium berwarna putih, tidak
terdapat kontaminasi
Pada praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan mengenai isolasi patogen, terdapat
beberapa jenis patogen yang akan diisolasi ke dalam media buatan. Isolasi
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui teknik isolasi yang tepat serta
mengidentifikasi patogen yang menyerang tanaman. Patogen yang menjadi objek
untuk diisolasi dan selanjutnya akan diidentifikasi adalah cendawan Phakopsora
pachyrrizi penyebab karat pada daun kedelai.
Jamur Phakopsora pachyrrizi yang telah diisolasi menunjukkan
perkembangan yang baik. Hari pertama setelah ditanam pada media PDA,
masing-masing inokulum Phakopsora pachyrrizi menunjukkan perkembangan
dengan tumbuhnya miselium pada ketiga inokulum tetapi warnanya masih
transparan (tidak jelas). Setelah itu pada hari kedua sampai ketujuh menunjukkan
perkembangan yang sama yaitu masing-masing inokulum berkembang dengan
baik yang ditandai dengan tumbuhnya miselium jamur berwarna putih yang
semakin melebar dan terlihat tidak adanya kontaminasi pada media.
b. Hemileia vastatrix
Hari Ke- Gambar Keterangan
1
Ketiga inokulum mengalami
perkembangan yang ditunjukkan
dengan pertumbuhan miselium,
namun belum begitu jelas
warnanya (transparan/bening)
2
Perkembangan miselium ketiga
inokulum semakin jelas warnanya
yaitu berwarna putih.
3
Perkembangan miselium ketiga
inokulum semakin jelas warnanya
yaitu berwarna putih.
4
Perkembangan miselium ketiga
inokulum semakin jelas warnanya
yaitu berwarna putih..
5
Perkembangan miselium ketiga
inokulum semakin melebar,
berwarna putih.
6
Perkembangan miselium ketiga
inokulum semakin melebar,
berwarna putih.
7 Ketiga inokulum miseliumnya
semakin melebar berwarna putih
dan bagian tepinya gelap.
Perkemabangan dari ketiga inokulum Hemileia vastatrix mengalami
pertumbuhan yang baik, sampai pada hari ketujuh pengamatan terlihat bahwa
miselium pada masing-masing inokulum mengalami pertumbuhan dengan
semakin melebar miselium yang berwarna putih. Pada setiap pengamatan tidak
ditemukan adanya kontaminasi yang berarti pelaksaan dari isolasi tidak terganggu
oleh faktor luar seperti ligkungan.
Kemudian dari hasil pengamatan tersebut juga dapat diketahui kenampakan
dari patogen ini, dimana isolat H. Vastatrix berbentuk bulat dengan hifa yang
nampak lembut dan berwarna agak kemerah-mudaan. Hal ini sesuai dengan
literatur (Haddad, et al., 2009) yang menyatakan ciri-ciri Hemileia vastratrix
yaitu miselium yang tumbuh pada media PDA awalnya berwarna putih
selanjutnya terlihat ada semburat warna pink muda dibagian tengah. Konidiofor
ramping, konidia hialin terdiri dari mikrokonidia dan makrokonidia.
c. Colletotrichum capsici
Hari Ke- Gambar Keterangan
1
Ketiga inokulum miseliumnya masih
sedikit yang tumbuh dan belum begitu
jelas warnanya.
2Pada dua inokulum, miselium sudah
terlihat berwarna putih.
3Pada dua inokulum, miselium semakin
melebar dan berwarna putih.
4Pada dua inokulum, miselium semakin
melebar dan berwarna putih.
5Pada dua inokulum, miselium semakin
melebar dan berwarna putih.
6Pada dua inokulum, miselium semakin
melebar dan berwarna putih.
7
Pada dua inokulum, miselium semakin
melebar dan berwarna putih. Inokulum
yang ketiga pertumbuhan miseliumnya
lambat.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, dua inokulum yang telah diisolasi
mengalami pertumbuhan yang baik yaitu miselium yang berwarna putih setiap
harinya semakin melebar. Sedangkan satu inokulum yang lain pertumbuhannya
tergolong cukup lambat yang ditunjukkan dengan tumbuhnya miselium yang
masih kecil dan terlihat tidak begitu jelas sampai pada hari ketujuh pengamatan.
Hal ini mungkin disebabkan karena satu inokulum ini kurang mendapatkan nutrisi
dari media yang ditumbuhinya atau dalam kompetisi dengan dua inokulum yang
lain tergolong kurang kompetitif.
Menurut literatur (Semangun, 2000), jamur C. capsici mempunyai banyak
aservulus, tersebar, di bawah kutikula atau pada permukaan, garis tengahnya
sampai 10 μm, hitam dengan banyak seta. Seta coklat tua, bersekat, kaku,
meruncing ke atas, 75-100 x 2-6,2 μm. Konidium hialin, berbentuk tabung
(silindris), 18,6-25,0 x 3,5-5,3 μm, ujung-ujungnya tumpul, atau bengkok seperti
sabit. Jamur membentuk banyak sklerotium dalam jaringan tanaman sakit atau
dalam medium biakan. Koloni pada media PDA saat pertama putih dengan cepat
menjadi kelabu. Pada area miselium berwarna dari terang menjadi abu-abu gelap
pada seluruh permukaan koloni, dengan aservulus yang runcing untuk seta
gelapnya. Titik-titik spora berwarna pucat kekuning-kuningan seperti salmon
(ikan) (Mordue, 1971 dalam Firdausyi, 2005).
Pada hari terakhir pengamatan terlihat bahwa perkembangan jamur belum
berkembang secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Barnet dan
Hunter (1972 dalam Rosanti, et al., 2014), bahwa morfologi jamur secara
mikroskopis di ketahui bahwa pertumbuhan jamur Colletotrichum capsici lambat
serta jamur ini memiliki makrokonidia berbentuk seperti bulan sabit dan hifa
tidak mempunyai sekat.
d. Phytophthora infestans
Hari Ke- Gambar Keterangan
1Ketiga inokulum belum terlihat adanya
pertumbuhan dari miselium.
2Ketiga inokulum belum terlihat adanya
pertumbuhan dari miselium.
3Ketiga inokulum belum terlihat adanya
pertumbuhan dari miselium.
4
Dua inokulum terlihat mengalami
pertumbuhan dengan ditandai adanya
miselium, namun masih sedikit.
5Dua inokulum pertumbuhan miseliumnya
semakin melebar.
6Dua inokulum pertumbuhan miseliumnya
semakin melebar.
7
Dua inokulum pertumbuhan miseliumnya
semakin melebar. Satu inokulum lagi
telah tampak miseliumnya namun belum
begitu jelas.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa sampai
pada hari keempat pengamatan ketiga inokulum yang ditanam belum terlihat
mengalami pertumbuhan yang ditandai dengan tidak adanya miselium yang
terbentuk. Pada hari kelima dua inokulum yang ditanam terlihat telah mengalami
pertumbuhan dengan adanya miselium yang terbentuk, namun masih belum
begitu jelas. Kemudian sampai pengamatan hari ketujuh dua inokulum
miseliumnya mengalami pertumbuhan dengan semakin melebarnya miselium
berwarna putih, sedangkan satu inokulum yang lain terlihat baru mengalami
pertumbuhan yang ditandai dengan terbentuknya miselium yang masih belum
terlihat dengan jelas. Tidak semua inokulum yang menunjukkan adanya jamur
tersebut.
Pada hasil pengamatan dapat juga diketahui bahwa koloni patogen berwarna
putih yang membulat dan hifanya nampak halus seperti kapas. Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa patogen P. infestans dicirikan dengan
morfologi sporangium yang berbentuk bulat dengan papila pada ujungnya serta
hifa yang tidak bersekat. Pada medium PDA koloni jamur berwarna putih dengan
miselium yang lembut menyerupai kapas (Semangun, 1989 dalam Purwantisari,
2009).
e. Pyricularia oryzae
Hari Ke- Gambar Keterangan
1Ketiga inokulum belum terlihat adanya
pertumbuhan dari miselium.
2Ketiga inokulum belum terlihat adanya
pertumbuhan dari miselium.
3Miselium ketiga inokulum semakin
melebar dan berwarna putih.
4
Miselium ketiga inokulum semakin
melebar dan berwarna putih.
5 Miselium ketiga inokulum semakin
melebar dan berwarna putih keabu-abuan.
6
Miselium ketiga inokulum semakin
melebar dan berwarna putih keabu-abuan,
tetapi satu inokulum pertumbuhan
miseliumnya lambat.
7Miselium ketiga inokulum semakin
melebar dan berwarna putih keabu-abuan.
Pada praktikum isolasi Pyricularia oryzae, pengamatan yang dilakukan
hanya sampai 5 HSI. Dimana pada hari pertama setelah isolasi miselium jamur
belum tumbuh pada media PDA. Pada hari ke-2, ke-3 dan ke-4 mulai terdapat
miselium berwarna putih yang tumbuh dan berkembang. Pada hari ke-5, ke-6, dan
ke-7 miselium mulai menjadi kehitaman dan kuning mengkilat. Hal ini sesuai
menurut literatur (Kang dan Lee, 2000 dalam Lestari, et al. 2014), isolat P.
oryzae biasanya ditandai dengan warna kekuningan yang mengkilap ataupun
hitam keabu-abuan. Dengan demikian dapat dikatakan isolat cendawan P. oryzae
pada media PDA menunjukkan pertumbuhan yang baik.
Menurut Meena (2005) pada suhu ruang 25-30°C koloni cendawan P. oryzae
pada media PDA menunjukkan pertumbuhan yang baik. Observasi di bawah
mikroskop menunjukkan bahwa isolat P. oryzae memiliki bentuk konidia
pyriform dimana umumnya bagian dasarnya bulat dan ujungnya menyempit,
tidak berwarna atau transparan (hialin) dan berwarna pucat olive. Beberapa isolat
menampakkan pinggiran koloni yang lebih halus namun ada juga yang tidak
teratur. Pada umumnya miselia cendawan P. oryzae mempunyai bentuk lingkar
seperti cincin konsentris yang mengarah ke pusat.
III. PURIFIKASI
III.1 Pengertian Purifikasi
Purifikasi adalah proses pemisahan yang dilakukan pada suatu koloni patogen
tanaman yang tumbuh bersama kelompok koloni lain pada medium tertentu.
(Anonymous, 2015)
III.2 Tujuan Purifikasi
Purifikasi adalah proses pemisahan mikroorganisme yang diinginkan dari
populasi campuran ke media biakan (buatan ) untuk mendapatkan kultur murni.
Sebelum melakukan pemurnian (purifikasi) terhadap suatu patogen tanaman,
maka patogen tanaman pertama kali harus diisolasi ke dalam media buatan dan
dibiakkan secara aseptik. Patogen selalu berasosiasi dengan bagian tanaman yang
sakit sehingga harus dilakukan isolasi. Purifikasi bertujuan untuk mengisolasi
mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium
baru.
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Alat, Bahan dan Fungsi
Jarum Ose : Digunakan untuk mengambil/memindahkan koloni patogen.
Wrapping : Untuk membungkus media dan cawan petri.
Bunsen : Digunakan untuk sterilisasi alat
Alkohol : Digunakan untuk sterilisasi
Spirtus : Sebagai bahan bakar bunsen
Media PDA : Untuk membiakkan biakan murni yang telah dipurifikasi.
III.3.2 Cara kerja purifikasi patogen
Sterilisasi tempat dan alat yang akan digunakan
↓
Ambil sejumlah kecil koloni isolat P. infestans dan H. vastatrix
↓
Dekatkan pada bunsen yang menyala
↓
Letakkan masing-masing isolat pada masing-masing media PDA
↓
Wrapping
↓
Amati dan dokumentasi hasil purifikasi
Sebelum dilakukan purifikasi, tempat dan alat yang akan digunakan
harus di sterilkan terlebih dahulu agar tidak menyebabkan kontaminasi.
Setelah itu ambil sejumlah koloni yang akan dipindahkan ke media biakan
yang baru, selama proses pemindahan berlangsung dekatkan media pada
bunsen. Letakkan sejumlah koloni yang telah diambil ke media yang baru,
kemudian wrapping serta beri label. Amati perkembangannya dan
dokumentasikan.
III.4 Pembahasan Hasil Purifikasi
a. Phakopsora pachyrrizi
Hari Ke- Gambar Keterangan
1
Biakan murni yang ditumbuhan
terlihat tumbuh dan bagian
tepinya berwarna putih bening.
2
Biakan murni tumbuh dengan
bagian tepinya yang awalnya
berwarna bening (transparan)
berubah menjadi berwarna
putih pekat
3
Biakan murni yang tumbuh
semakin melebar berwarna
putih pekat dan tidak ada
kontaminasi.
4
Biakan murni tumbuh melebar
berwarna putih pekat dan tidak
terdapat kontaminasi.
5
Biakan murni tumbuh melebar
berwarna putih pekat dan tidak
terdapat kontaminasi.
6
Biakan murni tumbuh melebar
berwarna putih pekat dan tidak
terdapat kontaminasi.
7
Biakan murni tumbuh semakin
melebar berwarna putih pekat
hampir memenuhi caean dan
tidak terdapat kontaminasi.
Dokumentasi diatas merupakan biakan murni dari hasil purifikasi terhadap
isolat patogen yang terdapat pada daun kedelai. Dugaan sementara dari gejala
yang terlihat pada saat pengamatan menunjukkan gejala penyakit karat pada daun
kedelai yang disebabkan oleh Phakopsora pachyrrizi. Biakan tersebut memiliki
kenampakan morfologis yaitu berwarna putih yang awalnya putih bening
(transparan) menjadi putih pekat dan perkembangannya tergolong cukup lambat.
b. Hemileia vastatrix
Hari Ke- Gambar Keterangan
1
Biakan murni yang ditumbuhan
terlihat tumbuh dan bagian
tepinya bening.
2
Biakan murni yang ditumbuhan
berwarna putih kemerah-
merahan dan semakin melebar.
Sedangkan satunya berwarna
putih agak kekuningan.
3
Biakan murni yang ditumbuhan
berwarna putih kemerah-
merahan dan semakin melebar.
Sedangkan satunya berwarna
putih agak kekuningan.
4
Biakan murni yang ditumbuhan
berwarna putih kemerah-
merahan dan semakin melebar.
Sedangkan satunya berwarna
putih agak kekuningan.
5
Biakan murni yang ditumbuhan
berwarna putih kemerah-
merahan dan semakin melebar.
Sedangkan satunya berwarna
putih agak kekuningan.
6
Biakan murni yang ditumbuhan
berwarna putih kemerah-
merahan dan semakin melebar.
Sedangkan satunya berwarna
putih agak kekuningan.
7
Biakan murni yang ditumbuhan
berwarna putih kemerah-
merahan dan semakin melebar.
Sedangkan satunya berwarna
putih agak kekuningan.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui hasil pengamatan purifikasi dari isolat
H. vastatrix dari hari pertama sampai hari terakhir pengamatan. Biakan murni H.
vastatrix berbentuk membulat agak memanjang berwarna putih dan miselium
menggumpal. Menurut literatur (Haddad, et al., 2009) ciri-ciri Hemileia vastatrix
yaitu miselium yang tumbuh pada media PDA awalnya berwarna putih
selanjutnya terlihat ada semburat warna pink muda dibagian tengah. Konidiofor
ramping, konidia hialin terdiri dari mikrokonidia dan makrokonidia.
Mikrokonidia berbentuk lonjong dan melengkung terdiri dari 1 sel sedangkan
makrokonidia terdiri dari beberapa sel bentuknya sedikit melengkung dengan
ujung yang lancip seperti kano.
c. Colletotrichum capsici
Hari Ke- Gambar Keterangan
7
Sampai hari ketujuh biakan
murni yang tumbuh berwarna
putih dan tidak terjadi
kontaminasi.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui hasil pengamatan purifikasi dari
isolat C. capsici dari hari pertama sampai hari terakhir pengamatan trelihat
bahwa miselium yang tumbuh dari biakan yaitu berwarna putih dan tidak
terdapat adanya kontaminasi. Hal ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan pertumbuhan awal jamur Colletotrichum capsici membentuk
koloni miselium yang berwarna putih dengan miselium yang timbul di
permukaan. Kemudian secara perlahan-lahan berubah menjadi hitam.
Morfologi jamur secara mikroskopis di ketahui bahwa pertumbuhan jamur
Colletotrichum capsici lambat, dan hifa tidak bersekat (Rusly, 2000 dalam
Rosanti, et al., 2014). Miselium yang tumbuh pada media PDA yaitu
berwarna putih, karena pertumbuhannya yang lambat pada media belum
terlihat perubahan warna miselium dari putih menjadi hitam.
d. Phytophthora infestans
Hari Ke- Gambar Keterangan
1
Biakan murni yang
ditumbuhkan mengalami
pertumbuhan dengan adanya
miselium berwarna putih
bening.
2Miseliumnya berwarna putih
semakin lebar
3Miseliumnya berwarna putih
semakin lebar
4Miselium yang berwarna putih
semakin lebar pertumbuhannya.
5
Miseliumnya berwarna putih
semakin lebar hampir
memenuhi media.
6
Miseliumnya berwarna putih
semakin lebar hampir
memenuhi media.
7
Miseliumnya berwarna putih
semakin lebar hampir
memenuhi media.
Dari hasil pengamatan purifikasi isolat P. infestans pada media PDA dari hari
pertama sampai hari terakhir pengamatan dilihat isolat murni P. infestans yang
berkembang selama seminggu berbentuk bulat dan berwarna putih dengan tekstur
miselium nampak lembut seperti kapas. Pada hari ke-3 setelah purifikasi terdapat
benda asing didalam cawan petri yang berbentuk bulat kekuningan yang terdapat
miselium putih di pinggir. Diperkirakan benda tersebut adalah isolat jamur lain
ataupun isolat jamur P. infestans yang ikut masuk ketika kegiatan purifikasi
dilakukan.
Menurut penelitian (Tirtana, 2013) koloni seperti kelopak bunga, berwarna
putih menyerupai kapas, pertumbuhan koloni melingkar konsentris, miselium
lembut yang bagian ujung lebih tebal, bagian tepi koloni bergerigi, warna dasar
koloni berwarna putih dan memenuhi cawan petri. Secara mikroskopis P.
infestans menunjukkan hifa tidak bersekat dan tidak beraturan, sporangiofor
hialin dan tidak bersekat, sporangium berbentuk seperti buah pear yang ujungnya
terdapat papilla. Menurut Semangun (2004 dalam Tirtana, et al., 2013)
diantarannya miselium interseluler, tidak bersekat, mempunyai banyak
haustorium, sporangiofor keluar dari mulut kulit dengan percabangan simpodial,
mempunyai bengkakan-bengkakan yang khas, sporangium berbentuk oval seperti
buar pear atau lemon, berinti banyak 7-32. Sporangium berkecambah secara
langsung dengan membentuk hifa (benang) baru, atau tidak langsung dengan
membentuk spora kembara (zoospora).
e. Pyricularia oryzae
Hari Ke- Gambar Keterangan
1
Biakan murni terlihat
mengalami pertumbuhan
dengan adanya miselium.
2
Miselium dari biakan murni
semakin melebar dan berwarna
putih.
3
Miselium dari biakan murni
semakin melebar dan berwarna
putih, dibagian tengah berwarna
agak kehitaman.
4
Miselium dari biakan murni
semakin melebar dan berwarna
putih, dibagian tengah berwarna
agak kehitaman.
5
Miselium dari biakan murni
semakin melebar dan berwarna
putih, dibagian tengah berwarna
agak kehitaman.
Dari hasil pengamatan purifikasi isolat P. Oryzae pada media PDA dari hari
pertama sampai hari terakhir pengamatan terlihat bahwa isolat murni tumbuh
dengan ditandai adanya miselium berwarna putih yang semakin melebar dan
dibagian tengah berwarna kehitaman atau ke abu-abuan. Dari hari pertama
terlihat adanya benda asing didalam cawan petri yang berbentuk bulat kehitaman
yang terdapat miselium putih di pinggir. Diperkirakan benda tersebut adalah
isolat jamur lain ataupun isolat jamur P. oryzae yang ikut masuk ketika kegiatan
purifikasi dilakukan.
Menurut literatur, kenampakan dari P. Oryzae yang ditumbuhkan pada media
PDA didapatkan ciri khas cendawan ini yaitu secara morfologi makro
miseliumnya seperti kumpulan serabut halus berwarna putih susu. Observasi di
bawah mikroskop menunjukkan bahwa isolat P. oryzae memiliki bentuk konidia
pyriform dimana umumnya bagian dasarnya bulat dan ujungnya menyempit,
tidak berwarna/transparan (hialin) dan berwarna pucat olive (Meena, 2005).
IV. IDENTIFIKASI JAMUR
IV.1 Pengertiaan Identifikasi
Pengertian identifikasi (penyakit) secara umum adalah membuat kepastian
terhadap suatu penyakit berdasarkan gejala yang tampak, atau suatu proses untuk
mengenali suatu penyakit tanaman melalui gejala dan tanda penyakit yang khas
termasuk faktor-faktor lain yang berhubungan dengan proses penyakit tersebut.
(Nurhayati, 2012)
IV.2 Cara Kerja
IV.2.1 Alat, Bahan dan Fungsi
Mikroskop :Untuk mengidentifikasi kenampakan mikroskopis patogen
Objek glass : Sebagai tempat spesimen yang diamati.
Cover glass : Penutup spesimen di atas objek glass
Jarum ose : Untuk mengambil spesimen.
Kamera : Untuk mendokumentasikan hasil identifikasi.
Aquades : Untuk membersihkan alat.
Alkohol : Untuk mensterilkan alat.
Biakan murni patogen : Spesimen yang diamati
IV.2.2 Cara Kerja Identifikasi
Siapkan biakkan murni patogen
↓
Sterilisasi tempat dan alat yang akan digunakan
↓
Dekatkan biakkan murni patogen pada bunsen yang menyala
↓
Ambil dengan jarum ose
↓
Letakkan di preparat
↓
Amati dibawah mikroskop perbesaran 100x
↓
Amati dan dokumentasi
Spesimen yang akan diidentifikasi berasal dari hasil purifikasi yaitu
Phytophthora infestans, Hemileia vastatrix, Pyricularia oryzae, Phakopsora
pachyrrizi, dan Colletotrichum capsici. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan mikroskop. Objek pengamatan (hasil purifikasi Phytophthora
infestans, Hemileia vastatrix, Pyricularia oryzae, Phakopsora pachyrrizi, dan
Colletotrichum capsici) diletakkan pada kaca preparat, lalu tutup dengan cover
glass. Jangan di tekan dan di squah agar tidak merusak jamur yang akan
diidentifikasi. Kemudian amati dengan menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 100-400x. Amati kenampakan mikroskopis pada jamur tersebut.
IV.3 Pembahasan Hasil Identifikasi
a. Phakopsora pachyrrizi
Gambar Identifikasi Gambar Literatur Keterangan
Tampak adanya miselium.
Dari hasil identifikasi menggunakan mikroskop terlihat bahwa kenampakan
dari hasil mikroskopis berbeda dengan yang ada pada literatur. Menurut literatur
Phakopsora pachyrhizi mempunyai uredium pada sisi bawah dan atas daun coklat
muda sampai coklat, bergaris tengah 100-200 µm, sering kali tersebar merata
memenuhi permukaan daun. Parafisa pangkalnya bersatu, membentuk penutup
yang mirip dengan kubah di atas uredium. Parafisa membengkok, berbentuk gada
atau mempunyai ujung membengkak, hialin atau berwarna jerami dengan ruang
sel sempit. Ujungnya berukuran 7,5-1,5 µm, dengan panjang 20-47 µm
(Semangun, 1993).
Jamur ini mempunyai uredium pada permukaan daun bagian bawah dan
bagian atas, berwarna coklat, berbentuk tonjolan seperti gunung api kecil, dan
bergaris tengah 100-200 µm. Pada bagian atas tonjolannya terdapat lubang yang
menjadi jalan keluarnya urediospora (Tim Penulis PS, 1992).
Urediumnya berbentuk seperti piknidium, mirip dengan gunung api kecil.
Uredium dibentuk dibawah epidermis, jika dilihat dari atas berbentuk bulat atau
jorong. Di pusar bagian uredium yang menonjol terbentuk lubang yang menjadi
jalan keluarnya urediospora. Urediospora membulat pendek, bulat telur, atau
jorong hialin sampai coklat kekuningan, 15-34 x 15-24 µm, dengan dinding hialin
yang tebalnya 1-1,5 µm, berduri-duri halus (Semangun, 1993).
Perbedaan hasil identifikasi mungkin disebabkan karena perkembangan dari
Phakopsora pachyrrizi yang cukup lambat sehingga miselium atau hifanya belum
terbentuk dan tidak terlihat jelas. Selain itu juga karena sifat dari jamur yang
parasit obligat sulit untuk dibiakkan, sehingga saat identifikasi yang terlihat
bukan karakteristik dari Phakopsora pachyrrizi.
b. Hemileia vastatrix
Gambar Identifikasi Gambar Literatur Keterangan
Tampak adanya hifa.
Dari hasil identifikasi menggunakan mikroskopis terlihat bahwa kenampakan
hasil mikroskopis berbeda dengan kenampakan mikroskopis yang ada pada
literatur. Menurut Haddad, et al., (2009), Cendawan Hemileia vastratrix memiliki
spora dengan inti haploid sederhana. Spora berkecambah menjadi hifa, yang
mengandung inti haploid. Hifa dapat menghasilkan spora haploid lagi atau
bersatu dengan hifa lain membentuk jalinan hifa yang kompleks. Zigot dihasilkan
dari dua hifa yang intinya bersatu. Zigot membelah secara meiosis. Dalam
perkembangbiakannya, spermatia (sel sperma) membuahi hifa khusus penerima
(reseptif) pada spermogonia dan menghasilkan urediospora. Urediospora hialin,
semula bulat tetapi segera memanjang dan bentuknya mirip juring buah jeruk.
Urediospora yang matang isinya berwarna jingga, sedang dindingnya tetap tidak
berwarna. Sisi luar yang cembung mempunyai duri-duri, sedang sisi lainnya tetap
halus (hemi leios = setengah licin). Uredospora berukuran 26 – 40 x 20 – 30 µm.
c. Colletotrichum capsici
Gambar Identifikasi Gambar Literatur Keterangan
Tidak terlihat adanya
miselium atau hifa.
Dari hasil identifikasi dengan menggunakan mikroskopis terlihat bahwa hasil
pengamatan berbeda dengan kenampakan mikroskopis yang ada pada literatur.
Menurut Agrios (1997) yang menyatakan bahwa Colletotrichum capsici
menghasilkan spora berupa konidia yang berbentuk silindris, hialin dengan ujung-
ujungnya yang tumpul dan bengkok seperti bulan sabit.
Jamur ini mempunyai miselium yang terdiri dari beberapa septa, inter dan
intraseluler hifa. Aservulus dan stroma pada batang berbentuk hemispirakel dan
ukuran 70-120 μm. Seta menyebar, berwarna coklat gelap sampai coklat muda,
seta terdiri dari beberapa septa dan ukuran ±150μm. Konidiofor tidak bercabang,
massa konidia nampak berwarna kemerah-merahan. Konidia berada pada ujung
konidiofor. Konidia berbentuk hialin, uniseluler, ukuran 17-18 x 3-4 μm. Konidia
dapat berkecambah pada permukaan buah yang hijau atau merah tua. Jadi,
kenampakan mikroskopis pada saat pengamatan menunjukkan bahwa jamur yang
diidentifikasi bukan bukan merupakan jamur Colletotrichum capsici.
d. Phytophthora infestans
Gambar Identifikasi Gambar Literatur Keterangan
Tanpa Inkubasi
Setelah Inkubasi
Terlihat adanya
miselium dan hifa.
Dari hasil identifikasi dengan menggunakan mikroskopis menunjukkan
bahwa kenampakan dari hasil mikroskopis memiliki kesamaan dengan
kenampakan mikroskopis yang ada pada literatur yaitu patogen P. infestans
dicirikan dengan morfologi sporangium yang berbentuk bulat dengan papila pada
ujungnya serta hifa yang tidak bersekat (Purwantisari, 2009). Literatur lain
mengatakan miselium P. Infestans interseluler, tidak bersekat, mempunyai
banyak haustorium. Konidiofor keluar dari mulut kulit, berkumpul 1-5 buah,
dengan percabangan simpodial, mempunyai bengkakan-bengkakan khas.
Konidium berbentuk buah per, dengan ukuran 22-32 x 16-24 µm, berinti banyak,
7-32 buah. Konidium berkecambah secara langsung dengan membentuk hifa
(benang) baru, atau secara tidak langsung dengan membentuk spora kembara atau
zoospora (Semangun, 2007).
e. Pyricularia oryzae
Gambar Identifikasi Gambar Literatur Keterangan
Secara morfologi, cendawan Pyricularia oryzae mempunyai konidia
berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua (3 ruangan) (Ou,
1985). Satu daur penyakit dimulai ketika spora cendawan menginfeksi dan
rnenghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika cendawan
bersporulasi dan rnenyebarkan spora baru rnelalui udara. Apabila kondisi
lingkungan menguntungkan, satu daur dapat terjadi dalam waktu sekitar 1
minggu. Selanjutnya dari satu bercak dapat rnenghasilkan ratusan sampai ribuan
spora dalam satu malam dan dapat terus rnenghasilkan spora selama lebih dari 20
hari. Pada kondisi kelembapan dan suhu yang mendukung, cendawan blas dapat
mengalami banyak daur penyakit dan menghasilkan kelimpahan spora yang
dahsyat pada akhir musim. Tingkat inokulum yang tinggi ini sangat berbahaya
bagi tanaman padi yang rentan (Scardaci et al., 1997)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1Kesimpulan
Dari pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengamatan isolasi
menggunakan lima inokulum antara lain Phytophthora infestans, Hemileia vastatrix,
Colletotrichum capsici, Pyricularia oryzae dan Phakopsora pachyrrizi. Pengamatan
isolasi patogen dilakukan untuk mendapatkan isolat patogen yang diinginkan yang
nantinya akan dilanjutkan dengan melakukan purifikasi serta identifikasi. Tujuan dari
purifikasi adalah mendapatkan biakan murni dari isolat patogen yang diinginkan yang
selanjutnya diidentifikasi yang akan bermanfaat bagi peneliatian-penelitian lainnya.
Semua spesimen yang digunakan yang telah diisolasi, kemuadian dilakukan purifikasi
dan identifikasi. Keberhasilan isolasi, purifikasi dan identifikasi dipengaruhi oleh banyak
faktor, salah satunya adalah kelihaian peneliti dalam menjaga kesterilan lingkungan
disekitar ketika melakukan kegiatan tersebut agar terhindar dari kontaminasi yang tidak
diinginkan.
V.2Saran
Sebaiknya laporan tidak diberikan sekaligus pada akhir materi jamur,
dikarenakan akan menyebabkan kebingungan bagi praktikan yang akan mengerjkan
laporan, banyak data dan dokumentasi yang berpencar-pencar tidak hanya di bawa 1
orang, sehingga kurang lancar pengerjaan laporannya. Jadi, alangkah baiknya untuk
laporan selanjutnya diberikan per-minggu. Terima kasih.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Abdul Latief., 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Malang: Bayumedia Publishing
Anonymous. 2015. Praktikum Mikrobiologi Umum. http://kutankrobek.wordpress.
com/2009/10/20/pratikum-mikrobiologi-umum-teknik-isolasi-dan-transfer-
kultur. Diakses pada tanggal 19 April 2015
Firdausyi, Fitri K. 2005. SKRIPSI: Peningkatan Peran Bakteri Bacillus subtilis Untuk
Mengendalikan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) Pada Cabai
Merah Dengan Penambahan Tepung. Departemen Pendidikan Nasional
Universitas Jember. Fakultas Pertanian.
Google, 2015. http://google.com. Diakses tanggal 20 April 2015
Haddad, F., LA. Maffia, ESG. Mizubuti, and H. Teixeira. 2009. Biological Control of
Coffee Rust by Antagonistic Bacteria under Field Conditions in
Brazil. Biological Control.
Lestari, P., Wawan, Tri P. Priyatno, Wening Enggarini, Reflinur, dan Yadi Suryadi.
2014. Isolasi, Identifikasi, dan karakterisasi Cendawan Pyricularia
oryzae. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Sumber Daya Genetik Pertanian.
Malinda N., Dwi Suryanto , dan Kiki Nurtjahja. 2012. Penghambatan Serangan
Sclerotium rolfsii Penyebab Rebah Kecambah Pada Kedelai Dengan
Bakteri Kitinolitik. Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas
Sumatera Utara. Volume 01 Nomor 01.
Matnawy, H. 1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Meena, B.S. 2005. Morphological and molecular variabilityof rice blast
pathogen P. grisea. Master Thesis.Dharwal Univ. of Agric. Sci. 87 p.
Nurhayati. 2012. Diagnose Penyakit Tumbuhan. Http://nurhayatisite.blogspot.com/
2011/03/diagnosis-penyakit-tanaman Diunduh 28 April 2013
Penyuluhan RANING. Pyricularia oryzae pada Padi. (online). 2014.
http://bkp3malangke.blogspot.com/2014/06/penyakit-blas-dan-
pengendaliannya-pada.html. diakses pada tanggal 20 April 2015.
Purnomo, Bambang., 2006. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman: Proses Terjadinya
Penyakit Tumbuhan.
Purwantisari, S., Rejeki Siti Ferniah, Budi Raharjo. 2008. Pengendalian Hayati
Penyakit Lodoh (Busuk Umbi Kentang) Dengan Agens Hayati Jamur-jamur
Antagonis Isolat Lokal. Lab. Mikrobiogenetika Jurusan Biologi FMIPA
Undip. Vol. 10, No. 2, Hal. 13-19.
Purwantisari, Susiana dan Rini Budi Hastuti. 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen
Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi
Tanaman Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal.
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan. Biologi FMIPA Undip. Vol. 11, No. 1,
Hal. 24-32.
Rosanti, K. Try, Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Abdul Latief Abadi. 2014. Pengaruh
Jenis Air Terhadap Perkecambahan Spora Jamur Colletotrichum capsici
PADA CABAI DAN Fusarium Oxysporum F. Sp. Lycopersicii PADA
TOMAT. Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan, Universitas Brawijaya. Jurnal HPT Volume 2 Nomor 3 ISSN:
2338-4336.
Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology
3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England.
Semangun, H., 1993. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta. Hlm 168-173.
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta. 835p. (online)
Semangun H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta. 845 Hlm.
Suprapto, H.S., 1990. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta . Hlm1, 47.
Tim Penulis PS., 1992. Hama dan Penyakit, Sayur dan Palawija. Tim Penulis PS.
Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 157-158.
Tirtana, Zevita Y. G., Liliek Sulistyowati, Abdul Cholil. 2013. Eksplorasi Jamur
Endofit Pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Serta Potensi
Antagonismenya Terhadap Phytophthora infestans (Mont.) De Barry
Penyebab Penyakit Hawar Daun Secara In Vitro. Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Jurnal HPT
Volume 1 Nomor 3 September 2013 ISSN : 2338 – 4336
Wijayanti, Rani. 2014. Laporan Praktikum Penyakit Penting Tanaman; Pengenalan
Penyakit Penting Tanaman Cabai. Jurusan Agroteknologi. Fakultas
Pertanian. Universitas Lampung.
Yusmani dan Sumartini., 2001. Identifikasi Bahan Nabati Untuk Pengendalian
Penyakit Karat Pada Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan
dan Umbi-umbian. Malang. dalam Prosiding Kongres Nasional, XVI dan
seminar ilmiah PFI.IPB. Hlm 101.