LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS
PENGETAHUAN KELUARGA BINAAN TENTANG FAKTOR RESIKO
HIPERTENSI
(STUDI PADA KELUARGA BINAAN DI RT 01 RW 03 KAMPUNG GAGA
DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN
TANGERANG PROVINSI BANTEN)
PERIODE 23 SEPTEMBER 2013 – 25 OKTOBER 2013
Disusun Oleh : KELOMPOK 6
DHANNISA AZZAHRA (110.2007.083)
DHITA LARASATI (110.2008.070)
NADIA UTAMI (110.2008.171)
NURUL QOMARIYAH (110.2008.296)
Pembimbing :
Dr. dr. Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes.
KEPANITRAAN KEDOKTERAN KOMUNITASBAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK. UNIVERSITAS YARSI2013
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 GAMBARAN UMUM DESA
1.1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis
Desa Tanjung Pasir terletak di utara dari Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan
daerah pesisir pantai dan mempunyai luas wilayah 564,25 hektar
dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian satu
meter dari permukaan laut dengan suhu udara 300-370C.
Luas wilayah terdiri dari sawah seluas 79 hektar, daratan seluas
108,185 hektar dan empang seluas 377,065 hektar. Pada daratan
terdiri dari dua hektar pemakaman umum.
Batas-batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada
gambar 1.1 adalah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
b. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung
c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo
dan Pangkalan
Gambar 1.1 Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir
1
Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang
terletak di wilayah Kecamatan Teluk Naga. Kecamatan Teluk
Naga Kabupaten Tangerang Propinsi Banten, mempunyai luas
wilayah 4.763.198 ha (47,631 km2). Terdiri dari luas daratan
2.170.120 ha dan sawah 2.593.078 ha dengan ketinggian dari
permukaan laut 2-3 meter dengan curah hujan rata-rata 24
mm/tahun. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Tangerang sekitar 47
km.
Batas – batas wilayah Kecamata Teluknaga adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah laut Jawa
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang/Kecamatan
Neglasari
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sepatan/Pakuhaji
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah
Kecamatan Teluk Naga bagian utara yang terdiri dari enam desa
binaan yaitu desa Pangkalan, Tanjung Burung, Tegal Angus,
Tanjung Pasir, Muara dan Lemo.
Gambar 1.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
2
Puskesmas Tegal Angus terdapat di:
a) Desa Tegal Angus
b) Jl Raya Tanjung Pasir
c) Kode Pos 15510
d) Status kepemilikan Tanah : Tanah Pemkab
e) Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
f) Batas wilayah sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Kosambi
g) Batas wilayah sebelah Selatan berbatasan dengan desa
Kampung Melayu
h) Batas wilayah sebelah Barat dengan desa Pakuhaji
Prasarana perhubungan dan pengairan di Kecamatan Teluk Naga
dihubungkan oleh:
A. Jalan
Panjang jalan yang ada di wilayah Kecamatan Teluk Naga
sepanjang 108 km,dengan klasifikasi sebagai berikut :
1. Berdasarkan status
a. Jalan Propinsi : 9,5 km
b. Jalan Kabupaten : 5 km
c. Jalan Desa : 93,5 km
2. Berdasarkan kondisi fisik
a. Jalan hotmik : 17,5 km
b. Jalan aspal : 67 km
c. Jalan tanah : 14,5 km
B. Jembatan
a. Jembatan besi : 1 km
b. Jembatan beton : 7 km
C. Sungai/kali
Sungai / kali yang mengalir di wilayah Kecamatan Teluk Naga
adalah sungai Cisadane dengan panjang saluran sejauh 12 km
3
1. Irigasi/Pengairan
Pengairan dapat mengairi sawah seluas 20.593.649 ha.
2. Bendungan air/Dam
Bendungan dapat digunakan Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) yang menjadi salah satu sumber air bersih
yang dimanfaatkan masyarakat.
1.1.2 Gambaran Umum Desa Secara Demografi
1.1.2.1 Situasi Kependudukan
Desa Tanjung Pasir terdiri dari enam kepala dusun, 14
Rukun Warga (RW), dan 34 Rukun Tetangga (RT) yang
dapat dilihat pada gambar 1.2. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 jumlah penduduk di
wilayah Desa Tanjung Pasir adalah 10.225 jiwa terdiri dari
4.115 jiwa laki-laki dan 6.110 jiwa perempuan.
1.1.2.2 Jumlah Penduduk
Kepadatan penduduk rata-rata 1,625 jiwa/km2.
Dengan jumlah rumah tangga 1.4853 dan rata-rata jumlah
jiwa per rumah tangga adalah 3.7 jiwa.
Berdasarkan data dari Kecamatan Teluk Naga pada
tahun 2012 jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus adalah 53,831 jiwa yang tersebar di 6 desa
seperti yang tercantum di tabel 1.1 dibawah ini :
4
Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah
Tangga Dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan
No. Desa/Kel
Luas
Wilayah
(km2)
Jumlah
Rat
a-R
ata
Jiw
a/
Ru
mah
Kep
adat
an P
end
ud
uk
(km
2 )
Pen
du
du
k
(Jiw
a)
Pen
du
du
k M
isk
in
(Jiw
a)
RT
RW
KK
Ru
mah
1. Lemo 3,61 6,682 734 32 15 1,408 1408 10.31 1850.97
2. Muara 5,14 3,566 490 22 6 793 793 7.19 693.77
3. Pangkalan 7,54 16,888 1,495 35 11 3,229 3229 4.08 2239.79
4. Tanjung
Burung
5,24 7,699 740 16 8 1,484 1572 3.10 1463.55
5. Tanjung Pasir 5,64 9,513 1,348 31 18 1,936 2319 5.32 1686.70
6. Tegal Angus 2,83 9,513 1,081 23 7 1,895 1895 3.30 3361.48
Jumlah 30,02 53,831 5,889 139 45 10,745 10,745 4.33 1794
Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012
Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di
wilayah kerja Puskemas Tegal Angus dilihat pada tabel 1.2
dibawah ini :
5
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
No.KELOMPOK UMUR
(TAHUN)
JUMLAH PENDUDUK
LAKI-
LAKIPEREMPUAN
LAKI-LAKI +
PEREMPUAN
1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
2,702
2,657
2,896
2,980
2,910
2,877
2,336
1,994
1,704
1,401
1,135
741
546
337
252
203
2,505
2,511
2,563
2,895
2,960
2,790
2,153
1,888
1,613
1,262
925
656
533
318
281
307
5,207
5,168
5,459
5,875
5,870
5,667
4,489
3,882
3,317
2,663
2,060
1,397
1,079
655
533
510
JUMLAH 27,671 26,160 53,831
Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang 2012
6
1.1.2.3 Lapangan Pekerjaan Penduduk
Lapangan pekerjaan penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus cukup beragam, hal ini
berhubungan dengan geografis kecamatan Teluk Naga
dimana terdapat persawahan dan berbatasan dengan laut
serta daerah kota Tangerang dan akses ke daerah Jakarta.
Tabel 1.3. Lapangan Pekerjaan Penduduk Desa Tegal Angus
No. Lapangan Kerja Penduduk Jumlah
1. Buruh 4592
2. Buruh industri 13757
3. Industri rakyat 13536
4. Nelayan 386
5. Pedagang 6373
6. Pengangguran 4004
7. Pensiunan PNS 45
8. Pensiunan TNI/POLRI 43
9. Perangkat Desa 141
10. Pertukangan 4109
11. Petani pemilik 13316
12. Petani penggarap 6063
13. PNS 222
14. TNI/POLRI 65
Sumber : Profil Puskesmas Tegal Angus 2012
1.1.2.4 Tingkat Pendidikan
7
Aspek pendidikan merupakan salah satu indikator
yang dapat mempengaruhi kualitas kehidupan penduduk di
wilayah Kecamatan Teluk Naga.Tingkat pendidikan
diwilayah kerja Puskesmas Tegal Angus masih rendah,dari
jumlah 53.831 penduduk hanya sebagian kecil yang
mengenyam pendidikan seperti terlihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 1.4 Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan
di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
No. Jenjang Pendidikan Jumlah
1. Tidak/belum tamat SD 12598
2. SD/MI 15738
3. SLTP/MTS 4060
4. SLTA/MA 3601
5. AK/Diploma 159
6. Universitas 130
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2012
1.1.2.5 Sarana dan Prasarana
1. Gedung Puskesmas yang terdiri dari:
a. Ruang Kepala Puskesmas : 1 Ruang
b. Ruang TU : 1 Ruang
c. Ruang Dokter : 1 Ruang
d. Ruang Aula : 1 Ruang
e. Ruang Imunisasi : 1 Ruang
f. Ruang Loket : 1 Ruang
g. Ruang Apotik : 1 Ruang
h. Ruang BP umum : 1 Ruang
8
i. Ruang BP Anak : 1 Ruang
j. Ruang BP Gigi : 1 Ruang
k. Ruang KIA/KB : 1 Ruang
l. Ruang Gizi : 1 Ruang
m. Ruang Gudang Obat : 1 Ruang
n. Ruang TB : 1 Ruang
o. Ruang Lansia : 1 Ruang
p. Ruang Kesling : 1 Ruang
q. Ruang Perpustakaan : 1 Ruang
r. Ruang Mushola : 1 Ruang
s. Ruang Bidan : 1 Ruang
t. Dapur : 1 Ruang
u. Ruang Gudang Perkakas : 1 Ruang
2. Bidan di Desa : 6 orang
3. Posyandu 45 buah, terdiri dari :
a. Tegal Angus : 7 Posyandu
b. Pangkalan : 10 Posyandu
c. Tanjung Burung : 7 Posyandu
d. Tanjung Pasir : 9 Posyandu
e. Lemo : 6 Posyandu
f. Muara : 6 Posyandu
4. Pembinaan UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat) :
9
a. Jumlah Posyandu : 45 buah
b. Jumlah Kader Posyandu di bina : 225 orang
c. Jumlah kader dasa wisma dibina :34 orang
d. Jumlah TOMA (Tokoh Masyarakat) dibina : 60
orang
5. Sarana Sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus
Tabel 1.5 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja
Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
No Nama Desa JUMLAH SEKOLAH
PAUD TK RA SD MI SMP MTs SMA SMK MA
1 Pangkalan 1 2 0 5 1 2 1 0 1 0
2 Tanjung
Burung1 0 0 2 1 0 0 0 0 0
3 Tegal Angus 0 1 0 2 2 2 1 1 0 0
4 Tanjung Pasir 0 2 0 2 1 0 1 0 0 0
5 Muara 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0
6 Lemo 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0
Puskesmas 1 3 0 12 4 2 2 1 0 0
Sarana pelayanan kesehatan wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
10
Tabel 1.6. Sarana Pelayanan Kesehatan
No. Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah1. Apotik 02. Balai pengobatan/klinik 13. Polindes 04. Posbindu 65. Poskesdes 16. Posyandu 457. Praktek dokter (perorangan)
Dokter umum 7 Dokter gigi 0 Dokter spesialis 0
8. Puskesmas 19. Puskesmas keliling (pusling) 110. Puskesmas pembantu (pustu) 011. Rumah Sakit Bersalin 012. Rumah Sakit Jiwa 013. Rumah Sakit Khusus Lainnya 014. Rumah Sakit Umum 015. Toko obat 0
Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012
1.1.2.6 Kesehatan
Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan Instansi
terkait, dalam hal ini Puskesmas untuk pelayanan kesehatan
masyarakat, antara lain :
1. Peningkatan Gizi keluarga
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita
yang ada di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan
kepada ibu hamil.
2. Pencegahan penyakit, Vaksinasi Filariasis (kaki gajah),
imunisasi polio bagi Balita, pemberian vitamin A.
3. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam
Berdarah dengue, Flu Burung, Chikungunya, dan
sejenisnya.
4. Penanganan bagi Balita yang kekurangan Gizi dengan
memberikan susu dan makanan yang bernutrisi
11
5. Penyuluhan Kessehatan tentang bagaimana menjaga
dan memelihara lingkungan dengan membersihkan
rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya.
6. Pemanfaatan dengan ditanami sayur mayor dan
tanaman Obat keluarga (TOGA), tabulapot dan
Tabulakar.
Sebagai penunjang kegiatan tersebut, dibutuhkan sarana
kesehatan yang tersedia di Desa Tanjung Pasir :
1. Poskesdes : 1 unit
2. Pos KB Keluarga : - unit
3. Posyandu : 6 unit
4. Pos Mandiri : - unit
5. Klinik Bersalin/BKIA : - unit
6. Praktek dokter/Bidan : 4 unit
7. Praktek Bidan : 4 unit
8. Paraji : 4 orang
9. Keluarga Berencana : - orang
a. Jumlah Pos/ Klinik KB : - unit
b. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) : 334 Pasang
c. Jumlah Akseptor KB :
1. Pil : 127 orang
2. IUD : 14 orang
3. Kondom : - orang
4. Suntik : 190 orang
5. Implan : 13 orang
1.1.2.7 Ketenagaan Puskesmas Tegal Angus
12
Staf Puskesmas Tegal Angus berjumlah 30 orang dengan
status ketenagaan seperti tercantum dalam tabel dibawah
ini:
Tabel 1.7. Kategori Tenaga di Puskesmas Tegal Angus
No. Kategori TenagaStatus
JumlahPNS PTT/TKK Lain-Lain
1. Dokter Gigi 1 0 0 12. Dokter Umum 3 0 0 33. AKBID 4 6 1 114. AKPER 1 0 0 15. D3 Gizi 1 0 0 16. D3 Kesling 0 0 0 07. Bidan 4 0 0 48. Perawat 3 2 1 69. Pekarya 1 0 0 110. Honor 0 0 2 2JUMLAH 18 8 4 30
Sumber : Ketata Usahaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
1.1.2.8 Ketersediaan Pekarangan
Desa Tanjung Pasir merupakan sebuah desa nelayan
yang ada di wilayah Banten, di desa ini tanaman yang dapat
tumbuh amat terbatas hal ini dikarenakan kondisi air yang
berkadar garam tinggi dan tanah yang mengandung pasir
amat menyulitkan untuk bertanaman sayuran, tanaman obat
maupun tanaman buah-buahan. Mengingat kondisi ini maka
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman
Obat melakukan pengamatan dan menyimpulkan bahwa
warga di Desa Tanjung Pasir melirik pekarangan yang
dapat dimanfaatkan dalam berbudidaya sayuran.
(Puskesmas,2011)
Pada saat ini, desa Tanjung Pasir dijadikan sebagai
percontohan dan pembelajaran agar budidaya sayuran dapat
dilakukan juga di tingkat rumah tangga untuk mengurangi
13
pengeluaran akan kebutuhan pangan namun dapat
meningkatkan pendapatan keluarga.
1.1.2.9 Transportasi
Sarana transportasi masyarakat Desa Tanjung Pasir dengan
menggunakan angkutan umum, ojek motor,becak serta
sepeda.
1.2 GAMBARAN KELUARGA BINAAN
1.2.1 Lokasi keluarga binaan
Keluarga binaan berada di RT 01/RW 03 Kampung Gaga, Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten.
14
Gambar 1.3 Denah Rumah Keluarga Binaan
1.2.2 Gambaran Keluarga Binaan
Keluarga binaan terdiri dari empat, yaitu keluarga Tn. Samun,
keluarga Tn. Saja, keluarga Tn. Naol dan keluarga Tn. Endi.
15
1.2.2.1 Keluarga Binaan Tn. Samun
Tabel 1.9 Data Dasar Keluarga Tn. Samun
No Nama Status Keluarga Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan Pekerjaan
1. Tn.Samun Kepala keluarga Laki-laki 45 tahun Tidak
bersekolah
Wiraswasta
2. Ny.Rohamah Istri Perempuan 40 tahun Tidak
bersekolah
Wiraswasta
3. An. Guntur Anak Laki-laki 13 tahun SD -
4. An. Elfi Anak Perempuan 7 tahun SD Pelajar
Keluarga Tn. Samun bertempat tinggal di RT 01/RW 03
Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari
Tn. Samun sebagai kepala keluarga dengan seorang istri
yang bernama Ny. Rohamah dan empat orang anak,
bernama Mega, Mewa, Guntur dan Elfi.
Tn. Samun berusia 45 tahun dan bekerja sebagai
wiraswasta berupa pedagang warung dan alat-alat pancing
dengan penghasilan berkisar Rp.200.000,00-
Rp.500.000,00 perhari. Pendapatan Tn. Samun ini tidak
menentu setiap harinya namun dalam sebulan biasanya
sekitar Rp.6.000.000,00 – Rp.8.000.000,00 per bulan.
Pendapatan ini menurut Ny. Rohamah cukup untuk
kebutuhan sehari-hari. Tn. Samun pernah bersekolah
sampai kelas 3 SD lalu tidak melanjutkan pendidikannya.
Istrinya, Ny. Rohamah berusia 40 tahun bekerja sebagai ibu
rumah tangga dan ikut membantu usaha suaminya. Ny.
Rohamah tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah.
Anak pertama pasangan Tn. Samun dan Ny.Rohamah
adalah seorang perempuan bernama Mega berusia 20 tahun
16
dan saat ini sudah berkeluarga dan tidak tinggal serumah
dengan Tn. Samun dan Ny.Rohamah. Anak kedua pasangan
Tn. Samun dan Ny.Rohamah seorang perempuan bernama
Mewa berusia 18 tahun yang juga sudah berkeluarga dan
tidak tinggal serumah dengan Tn. Samun dan Ny.Rohamah.
Anak ketiga pasangan Tn. Samun dan Ny.Rohamah
seorang laki-laki berusia 13 tahun bernama Guntur yang
baru saja menamatkan pendidikan sekolah dasarnya, namun
tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP. Anak
keempat Tn. Samun dan Ny.Rohamah seorang perempuan
berusia 7 tahun bernama Elfi yang merupakan pelajar
Sekolah Dasar kelas 3. Karena letak sekolah cukup dekat
dari rumah maka anak keempat berangkat ke sekolah
dengan berjalan kaki. Tn. Samun memberikan uang saku
untuk kedua anaknya sebesar Rp.2.000,00 per hari. Tempat
tinggal yang sekarang mereka huni merupakan milik
pribadi dan bukan warisan, mereka tinggal berempat di
dalam rumah tersebut.
Keluarga Tn. Samun tinggal di rumah dengan luas
bangunan berukuran 66 m2 dan tidak bertingkat. Rumah ini
terdiri dari ruang tamu berukuran 4 m x 3 m, satu kamar
tidur yang berukuran 3 m x 3 m, satu ruang keluarga yang
berfungsi sebagai kamar tidur berukuran 5 m x 3 m, kamar
mandi berukuran 2 m x 2 m, dua dapur yang berukuran
masing-masing 2 m x 3 m dan 2 m x 2 m, dan satu gudang
berukuran 3 m x 2 m.
Rumah Tn. Samun ini terletak di pinggir jalan raya.
Rumah ini berlantaikan keramik. Atap rumah terbuat dari
genteng;beberapa bagian plafon sudah ada yang bolong
namun Ny. Rohamah mengatakan rumahnya tidak bocor
saat datang hujan. Sedangkan seluruh dinding rumah
terbuat dari batu bata. Untuk ventilasi, rumah ini memiliki
17
empat buah jendela di ruang tamu yang masing-masing
berukuran 1 m x 60 cm dan dua buah jendela di kamar
paling depan yang berukuran 1 m x 60 cm sedangkan ruang
keluarga mempunyai dua buah jendela yang berukuran 1 m
x 60 cm. Jendela tersebut berfungsi sebagai ventilasi untuk
aliran keluar masuk udara atau masuknya cahaya sinar
matahari kedalam rumah. Jumlah total ventilasi
dibandingkan dengan total luas lantai yaitu 5,4% sehingga
tidak memenuhi kriteria ventilasi rumah sehat yaitu 10%.
Rumah ini tidak berlangganan listrik secara resmi, dengan
fasilitas empst buah lampu dan satu buah televisi.
Keluarga ini memiliki kamar mandi dengan jamban.
Untuk mandi dan kebutuhan air sehari-hari keluarga ini
menggunakan air PAM. Air PAM yang didapat diperoleh
dengan cara membeli air PAM yang dijual oleh warga
sekitar. Dalam sehari keluarga tersebut membutuhkan lima
sampai enam jerigen air PAM (satu jerigen = 20 liter). Satu
jerigen air PAM seharga Rp.5.000,00.
Keluarga Tn. Samun biasa membuang sampah di
samping rumah mereka. Sampah baru dibakar jika sudah
menumpuk.
Keluarga Tn. Samun memiliki kebiasaan makan dua
kali sehari. Ny. Rohamah memasak makanan dengan menu
seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah
tahu, tempe dan sayur terkadang juga memasak ikan. Ny.
Rohamah memasak tanpa membatasi jumlah garam untuk
makanan Tn. Samun. Semua makanan dimasak sampai
matang dengan menggunakan kompor gas 3 kg. Peralatan
makan yang digunakan terbuat dari plastik. Karena tidak
memiliki ruang makan, keluarga ini biasanya makan di
ruang keluarga atau ruang tamu.
18
Anak ketiga pasangan Tn. Samun dan Ny.Rohamah
yaitu Guntur, sudah tidak bersekolah setelah tamat SD.
Guntur sehari-harinya bekerja lepas seperti mencangkul
sawah atau membantu ayahnya. Anak keempat pasangan
Tn. Samun dan Ny.Rohamah yaitu Elfi pelajar kelas 3 SD.
Mereka mengatakan jika keluar rumah selalu memakai
sendal.
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini
biasanya membeli obat warung terlebih dahulu. Namun,
jika dengan obat warung keadaannya tidak juga membaik
barulah dibawa ke praktik dokter terdekat. Keluarga ini
tidak pernah berobat ke puskesmas karena tidak memiliki
kartu jamkesmas. Dalam keluarga Tn. Samun, hanya beliau
yang merokok. Tn. Samun merupakan perokok aktif. Sehari
biasa menghabiskan setengah bungkus rokok. Tn. Samun
merokok sejak remaja. Tn. Samun merokok dimana saja
sesukanya. Penyakit darah tinggi diakui diketahui sejak
kurang lebih 10 tahun yang lalu, namun Tn. Samun malas
berobat.
Dari keterangan Ny. Rohamah keempat anaknya lahir di
paraji. Dia tidak pernah memberikan imunisasi kepada
kedua anaknya. Tetapi, sewaktu kecil keempat anak Ny.
Rohamah selalu diberikan ASI selama dua tahun. Ny.
Rohamah juga mengatakan bahwa dirinya juga memakai
KB suntik per tiga bulan dan sudah memakai selama 6
tahun karena menurut Ny. Rohamah ia merasa cukup
dengan empat orang anak.
19
Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Tn. Samun
No. Faktor Internal Permasalahan
1. Kebiasaan Merokok Tn. Samun merokok sekitar satu sampai dua
bungkus dalam satu hari, biasanya kebiasaan
merokok ini dilakukan di dalam dan di luar
rumah. Semakin banyak pekerjaan, biasanya
Tn.Samun juga semakin banyak
menghabiskan rokoknya, yakni bisa lebih
dari dua bungkus rokok dalam sehari
2. Olah raga Keluarga Tn. Samun tidak ada yang memiliki
kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak
20
pernah melakukan olahraga.
3. Pola Makan Ny. Rohamah memasak sendiri dengan
komposisi makanan seperti nasi, tahu, tempe,
ikan, dan jarang memakan sayur, buah-
buahan, apalagi susu. Ny Rohamah juga
menggunakan penyedap rasa untuk memasak.
4. Aktivitas sehari-hari a. Tn. Samun bekerja sebagai pedagang.
Tn. Samun membuka warungnya 24 jam
non stop.
b. Ny. Rohamah bekerja sebagai ibu rumah
tangga
c. An.Guntur yang berusia 13 tahun dan
bekerja di rumah makan dekat tempat
tinggal Tn Samun
No. Faktor Eksternal Permasalahan
1. Riwayat Pendidikan a. Tn Samun hanya mengenyam pendidikan
sampai dengan kelas 3 SD dan tidak
menyelesaikan pendidikan dasarnya.
b. Ny Rohamah tidak pernah bersekolah.
c. An. Guntur yang berusia 13 tahun hanya
bersekolah sampai dengan bangku sekolah
dasar dan tidak melanjutkan ke pendidikan
menengah.
d. An Elfi berusia 7 tahun dan masih duduk di
bangku sekolah dasar.
2. Pendapatan Tn. Samun bekerja sebagai wiraswasta berupa
pedagang warung dan lat-alat pancing dengan
21
penghasilan berkisar Rp.200.000,00-
Rp.500.000,00 perhari. Pendapatan Tn. Samun
ini tidak menentu setiap harinya namun dalam
sebulan biasanya sekitar Rp.6.000.000,00 –
Rp.8.000.000,00 per bulan.
3. Informasi Tn. Samun dan keluarganya tidak pernah
mendapatkan informasi mengenai penyakit
hipertensi dari petugas kesehatan. Keluarga ini
juga tidak diberitahu mengenai faktor resiko
penyakit hipertensi.
4. Pola Pencarian
Pengobatan
Apabila sakit, keluarga Tn.Samun tidak pergi
berobat ke puskesmas dan memilih untuk
berobat ke dokter praktek umum di dekat
rumahnya jika memiliki keluhan mengenai
kondisi kesehatannya.
1.2.2.2 Keluarga Binaan Tn. Saja
Tabel 1.10 Data Dasar Keluarga Binaan Tn. Saja
No. Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan
Terakhir
Pekerjaan
1. Tn. Saja Kepala
Keluarga
Laki-laki 50 tahun SD Wiraswasta
2. Ny. Ima Istri Perempuan 49 tahun SD Ibu Rumah
Tangga
3. An. Alfian Anak Laki-laki 20 tahun SMP Buruh
4. An. Asifa Anak Perempuan 5 tahun SD Tidak Bekerja
22
Keluarga Tn. Saja bertempat tinggal di RT 01/RW 03
Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari
Tn. Saja sebagai kepala keluarga dengan seorang istri yang
bernama Ny. Ima, mereka tinggal bersama dua orang anak
mereka, anak Alfian yang berusia 18 tahun dan berprofesi
sebagai buruh di pabrik melamin dan Asifa yang berusia
lima tahun dan masih duduk di sekolah dasar.
Tn. Saja berusia 50 tahun bekerja sebagai wiraswasta
bersama istri memilik satu toko klontong, satu depot air
minum isi ulang, satu usaha tambal ban, dan menjual
bensin eceran dengan penghasilan sekitar Rp 150.000,00 –
Rp 200.000,00 per hari, pendapatan Tn. Saja ini tidak
menentu setiap harinya tergantung pada ramai atau
tidaknya pembeli di tokonya, namun dalam sebulan
biasanya sekitar Rp 6.000.000,00 - Rp 8.000.000,00 per
bulan. Pendapatan ini dapat disisihkan untuk menabung
dan menopang kehidupan anaknya yang paling besar serta
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti
membeli air PAM, makanan, bensin, dan lain-lain. Tn. Saja
pernah mengenyam pendidikan hingga bangku sekolah
dasar sampai tamat, namun tidak melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi dengan alasan biaya. Istrinya, Ny. Ima
berusia 49 tahun selain sebagai ibu rumah tangga juga
membantu suaminya di toko. Pendidikan terakhir Ny. Ima
hanya sampai tingkat sekolah dasar . Tn. Saja dan Ny. Ima
telah menikah selama 25 tahun, dan dikaruniai 4 orang
anak. Dua orang anak sudah menikah dan tinggal terpisah
dari Tn. Saja dan Ny. Ima, sementara dua orang lagi Alfian
dan Asifa masih tinggal bersama dengan Tn. Saja dan Ny.
Ima. Ny. Ima menggunakan alat kontrasepsi berupa pil KB,
23
sebelumnya Ny Ima menggunakan kontrasepsi suntik
selama 3 bulan sekali dan baru sebulan terakhir ini
mengganti kontrasepsinya dengan pil KB.
Keluarga Tn. Saja tinggal di rumahnya sendiri dengan
luas bangunan berukuran 12 m x 9 m dan bertingkat.
Terdiri dari tiga kamar tidur masing-masing berukuran 5 m
x 3 m, 4 m x 3 m, 3 m x 3 m, dimana masing-masing kamar
memiliki ventilasi untuk pertukaran udara berukuran 60 cm
x 40 cm dan tiap kamar memiliki 2 ventilasi. Ruang tamu
berukuran 8 m x 6 m dan menjadi satu dengan ruang
keluarga. Tn. Saja mempunyai satu buah dapur, terletak di
dalam rumah. Dapur menggunakan kompor gas dan
menjadi satu dengan ruang makan, berukuran sekitar 6 m x
3 m.
Tn. Saja memiliki satu kamar mandi yang terletak di
dalam rumahnya berukuran 2.5 m x 1.5 m, tepat di samping
dapur yang berada di dalam dan bersebelahan dengan
tempat mencuci piring yang berukuran 2.5 m x 1.5 m.
Sementara untuk buang besar, Tn. Saja dan keluarga
menggunakan jamban di luar rumah, terdapat jamban
berukuran 1 m x 1 m. Lantai kamar mandi berupa keramik
Rumah Tn. Saja berlantaikan keramik. Atap rumah
terbuat dari genteng dengan plafon. Sedangkan seluruh
dinding rumah terbuat dari batu bata. Untuk ventilasi,
rumah ini memiliki buah jendela, yaitu di ruang tamu dan
di ruang keluarga, masing-masing berukuran kurang lebih
1,5 m x 1,5 m sedangkan ruangan yang lain tidak memiliki
jendela. Jendela tersebut dapat dibuka tetapi jarang
dilakukan dengan alasan debu akan masuk jika jendela
dibuka. Jumlah total ventilasi dibandingkan dengan total
luas lantai yaitu 3% sehingga tidak memenuhi kriteria
ventilasi rumah sehat yaitu 10%.
24
Untuk melakukan aktifitas BAB keluarga ini
melakukannya di jamban yang terdapat di dekat teras
rumah berukuran 1 m x 1 m. Sumber air yang digunakan
keluarga Tn. Saja merupakan air PAM untuk mencuci baju
serta mandi. Menurut keterangan keluarga Tn. Saja air
PAM cukup bersih namun terkadang hanya mengalir kecil
atau bahkan mati sama sekali. Tn Saja menggunakan air
mineral galon untuk minum dan memasak.
Untuk pengolahan sampah dan limbah, keluarga Tn.
Nasir membuang sampah di belakang rumah dan jika angin
tidak terlalu keras, Tn. Saja membakar sampah tersebut,
tempat keluarga Tn. Saja membakar sampah berdekatan
dengan balong yang menampung air namun tidak terdapat
ikan sehingga sering banyak nyamuk yang masuk ke rumah
Tn. Saja.
Keluarga Tn. Saja memiliki kebiasaan makan tiga kali
sehari. Ny. Ima memasak makanan dengan menu yang
disukai keluarganya, contoh menu yang disajikan sehari-
hari ialah tahu, tempe dan sayur terkadang juga memasak
lauk pauk seperti ikan dan ayam. Namun Tn. Saja lebih
suka jika Ny. Ima memasak sup iga atau memasak makanan
yang asin dan berlemak. Semua makanan dimasak sampai
matang. Peralatan makan yang digunakan sebagian terbuat
dari kaca dan sebagian lagi terbuat dari plastik. Karena
ruang makan menjadi satu dengan dapur, keluarga ini
biasanya makan di ruang keluarga. Keluarga Tn. Saja tidak
biasa menutupi makanannya dengan tudung makanan
sehingga makanan suka dihinggapi lalat.
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini
biasanya langsung berobat ke dokter di sebuah rumah sakit
swasta. Keluarga ini jarang mau berobat ke puskesmas
karena menurut keluarga Tn. Saja pelayanan di puskesmas
25
tidak memuaskan. Dalam keluarga Tn. Saja, anak laki-laki
Tn. Saja merupakan perokok aktif. Meskipun telah
mengetahui bahwa Tn. Saja menderita hipertensi dan stroke
namun Tn. Saja tidak mengontrol pola makannya dan
memakan apa saja yang ia ingin makan.
26
Gambar 1.5 Demah Rumah Keluarga Tn. Saja
27
U
No. Faktor Internal Permasalahan
1. Kebiasaan Merokok Tn. Saja tidak pernah merokok. Bahkan sejak
masih muda Tn. Saja mengaku tidak pernah
mengisap rokok satu batangpun. Namun anak
Tn. Saja, Alfian, merupakan seorang
perokok, dalam sehari Alfian dapat
menghabiskan satu hingga dua bungkus
rokok dan biasanya merokok di dalam rumah
setelah makan
2. Olah raga Keluarga Tn. Saja tidak ada yang memiliki
kebiasaan berolahraga. Namun setiap pagi
semenjak terkena stroke Tn. Saja selalu
menyempatkan diri untuk jalan pagi selama
15-30 menit.
3. Pola Makan Ny. Ima jarang memasak sendiri untuk
makan keluarganya, biasanya Ny. Ima
membeli makanan dari warung makanan di
dekat rumahnya. Makanan yang dibeli
bervariasi namun lebih sering membeli sop
iga dan semur daging ataupun ikan bumbu
kuning karena makanan tersebut merupakan
menu favorit Tn. Saja.
4. Aktivitas sehari-hari a. Tn. Saja bekerja sebagai pedagang. Tn.
Saja membuka warungnya pukul 5 pagi
setelah sholat subuh dan tutup pukul 8
malam.
b. Selain sebagai ibu rumah tangga, Ny.
Ima juga menjaga warung klontong di
rumahnya.
28
c. An.Alfian yang berusia 20 tahun dan
bekerja di pabrik melamin sebagai buruh.
No. Faktor Eksternal Permasalahan
1. Riwayat Pendidikan a. Tn Saja hanya mengenyam pendidikan
sampai bangku sekolah dasar dan tidak
melanjutkan ke pendidikan menengah.
b. Ny Ima hanya mengenyam pendidikan
sampai bangku sekolah dasar dan tidak
melanjutkan ke pendidikan menengah.
c. An. Alfian yang berusia 20 tahun
bersekolah sampai sekolah kejuruan dan
tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.
d. An. Asifa berusia 5 tahun dan masih duduk
di bangku sekolah dasar.
2. Pendapatan Tn. Saja bekerja sebagai wirausaha, membuka
warung klontong, depot air minum isi ulang,
warung bensin, dan bengkel motor dengan
penghasilan sekitar Rp 150.000,00 – Rp
200.000,00 per hari, pendapatan Tn. Saja ini
tidak menentu setiap harinya tergantung pada
ramai atau tidaknya pembeli di tokonya, namun
dalam sebulan biasanya sekitar Rp
6.000.000,00 per bulan.
3. Informasi Tn. Saja dan keluarganya sering mendapatkan
informasi mengenai penyakit hipertensi dari
dokter yang merawat Tn. Saja. Keluarga ini
juga diberitahu mengenai faktor resiko penyakit
hipertensi. Namun Tn Saja dan Ny. Ima tidak
terlalu mengerti dengan penjelasan yang
29
diberikan oleh dokter
4. Pola Pencarian
Pengobatan
Apabila sakit, keluarga Tn.Saja dan
keluarganya biasanya mengunjungi dokter
umum di rumah sakit swasta.
1.2.2.3 Keluarga Binaan Tn. Naol
Tabel 1.11 Data Dasar Keluarga Binaan Tn. Naol
No Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia
(tahun)
Pendidikan Pekerjaan
1. Tn. Naol Kepala
keluarga
Laki-laki 62 Tidak
bersekolah
Wiraswata
2. Ny. Enas Istri Perempuan 55 Tidak
bersekolah
Ibu Rumah
Tangga
3. Ny. Musta Anak pertama Perempuan 40 SD Wiraswata
4. Ny. Epih Anak ke dua Perempuan 35 SD Wiraswata
5. Ny. Erna Anak ketiga Perempuan 34 SD Wiraswata
6 Ny. Teti Anak keempat Perempuan 22 SMP Wiraswata -
Keluarga Tn.Naol terdiri dari 6 orang yang terdiri dari
Tn. Naol sebagai kepala keluarga dengan seorang istri yang
bernama Ny. Enas dan empat orang anak. Anak pertama
bernama Musta, anak kedua bernama Epih, anak ketiga
bernama Erna dan anak keempat bernama Teti. Keluarga
ini bertempat tinggal di RT 01/RW 03 Kampung Gaga,
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang.
Saat ini, Tn. Naol berusia 62 tahun dan bekerja sebagai
seorang wiraswata ,yaitu membuka warung di teras
30
rumahnya,dengan jam kerja sebanyak kurang lebih 10 jam
per hari. Pendapatan Tn. Naol ini tidak menentu setiap
harinya, namun dalam sebulan biasanya sekitar Rp
800.000,00- Rp 1.200.000,00 per bulan. Dari hasil
pendapatan ini sebagian dapat disisihkan untuk menabung
dan sisanya habis untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari seperti membeli air PAM, listrik, makanan, bensin, dan
lain-lain. Tn. Naol tidak pernah mengikuti pendidikan
sekolah formal.
Istrinya, Ny. Enas berusia 55 tahun dan pekerjaannya
sehari-hari adalah sebagai ibu rumah tangga. Ny. Enas tidak
bersekolah.
Anak pertama pasangan Tn. Naol dan Ny. Enas adalah
seorang perempuan yang bernama Ny. Musta berusia 40
tahun dan hanya sekolah tamat SD. Anak kedua adalah
seorang perempuan bernama Ny. Epih berusia 35 tahun,
dan sekolah sampai tamat SD. Anak ketiga adalah seorang
perempuan bernama Ny. Erna dan berusia 34 tahun, dan
sekolah sampai tamat SD. Anak keempat Ny. Teti berusia
22 tahun, dan pernah mengenyam pendidikan sampai tamat
SMP.
Keluarga Tn. Naol tinggal di rumah milik sendiri
dengan luas bangunan berukuran 7,3 m x 4,8 m dan tidak
bertingkat. Terdiri dari dua kamar tidur yang masing-
masing berukuran 2 m x 2,8 m dan 2 m x 2 m, ruang tamu
berukuran 3,8 m x 4,8 m, kamar mandi yang menjadi satu
dengan dapur berukuran 1,5 m x 4,8 m. Rumah ini
berlantaikan tanah, namun kamar tidur, dapur dan kamar
mandi masih berlantaikan semen. Atap rumah terbuat dari
genteng tanpa plafon. Dinding rumah terbuat dari batu
bata,semen dan bilik bambu.
31
Untuk ventilasi, rumah ini memiliki dua buah jendela di
ruang tamu, yang masing-masing berukuran 2,5 x 1,5 m
dan satu buah jendela di kamar kedua yang berkuran 1,5 m
x 1,5 m. Jendela tersebut berfungsi sebagai ventilasi untuk
aliran keluar masuk udara dan masuknya cahaya sinar
matahari ke dalam rumah. Di dalam rumah tidak terdapat
ventilasi. Jumlah total ventilasi dibandingkan dengan total
luas lantai yaitu 27,8 % sehingga memenuhi kriteria
ventilasi rumah sehat yaitu 10%. Rumah ini difasilitasi
listrik berdaya 450 watt, dengan fasilitas tiga buah lampu
dan satu buah televisi serta 1 buah lemari pendingin
(kulkas).
Keluarga Tn.Naol memiliki kamar mandi tanpa jamban
yang bergabung dengan dapur dan hanya di batasi oleh
semen setinggi 60 cm. Keluarga Tn. Naol tidak memiliki
sumur air sendiri di rumahnya. Untuk aktivitas buang air
besar dilakukan di jamban umum yang terdapat di sawah
belakang rumahnya. Menurut keluarga Tn. Naol jamban
umum yang biasa digunakan tidak nyaman karena
dindingnya hanya terbuat dari kain terpal, tanpa atap dan
lantai yang ada terbuat dari semen dengan luas kurang lebih
1,5 m x 1,5 m. Selain itu, tidak terdapat sumber air yang
digunakan untuk membersihkan kotoran sehingga jamban
umum tersebut berbau menyengat dan sering ditemukan
kecoa dan tikus.
Dalam keperluan sumber air bersih, keluarga Tn. Naol
membeli air PAM dari penjual keliling untuk keperluan
seperti mandi, minum, mencuci alat makan dan bahan
makanan. Dalam sehari keluarga tersebut membutuhkan
lima sampai enam jerigen air PAM (satu jerigen = 20 liter)
dengan harga satu jerigen sebesar Rp.1.000,00.
32
Keluarga Tn. Naol membakar sampah sehari-hari di
perkarangan belakang rumahnya, dan tempat pembuangan
sampah terakhir berada di kebon dekat dengan jamban
umum warga. Sampah tersebut ditumpuk hingga banyak
kemudian dibakar.
Keluarga Tn. Naol memiliki kebiasaan makan dua kali
sehari, yaitu tiap pagi dan sore. Ny. Enas memasak
makanan sehari-hari dengan menu seadanya, contoh menu
yang disajikan ialah tahu, tempe, telor, sayur, ikan, dan
terkadang ayam. Semua makanan dimasak sampai matang.
Peralatan makan yang digunakan sebagian terbuat dari kaca
dan sebagian lagi terbuat dari plastik. Karena tidak
memiliki ruang makan, keluarga ini biasanya makan di
ruang tamu.
Dari keterangan Tn. Naol, dirinya menikah saat berusia
19 tahun dan istrinya 14 tahun. Saat itu Tn. Naol sudah
bekerja sebagai tukang ojek dan Ny. Enas tidak bekerja.
Persalinan keempat anak Tn. Naol, ditolong oleh paraji
setempat. Ny. Enas menyusui anak-anaknya hingga usia
kurang lebih 2 tahun. Menurut keterangan Ny. Enas, anak
pertama hingga keempat tidak mendapatkan imunisasi,
karena Ny. Enas takut mendengar setelah imunisasi banyak
anak yang demam, dan tidak mau makan . Dari keterangan
Ny. Enas, dirinya tidak mengikuti program Keluarga
Berencana (KB).
Dalam hal pencarian pengobatan, ketika ada anggota
keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya membeli obat di
warung, dan bila gejala tidak berkurang biasanya akan
berobat ke dukun terdekat. Menurut keterangan keluarga
Tn. Naol berobat ke dukun lebih cepat dan tidak perlu
mengantri. Dukun tersebut akan menyembur dengan air
putih pada bagian yang sakit. Jika masih tidak sembuh juga,
33
Tn. Naol akan mencari pengobatan ke dokter di
PUSKESMAS.
PUSKESMAS yang biasa didatangi oleh keluarga Tn.
Naol saat mereka sakit ialah PUSKESMAS Tegal Angus
yang letaknya cukup jauh dari rumah mereka. Oleh karena
itu biasanya mereka menggunakan motor sebagai sarana
transportasi menuju PUSKESMAS tersebut. Menurut
keluarga ini tarif pelayanan di PUSKESMAS masih
terjangkau karena tidak perlu membayar untuk obat. Saat
ini keluarga Tn. Naol belum mempunyai ASKES maupun
asuransi atau jaminan kesehatan lainnya, karena tidak tahu
bagaimana mendaftar untuk mendapatkan asuransi
kesehatan tersebut.
Gambar 1.6 Denah Rumah Keluarga Tn. Naol
No. Faktor Internal Permasalahan
34
1. Kebiasaan Merokok Tn. Naol merupakan seorang perokok, dalam
sehari Naol dapat menghabiskan satu hingga
dua bungkus rokok dan biasanya merokok di
dalam rumah.Semakin banyak pekerjaan
biasanya Tn. Naol semakin sering merokok.
2. Olah raga Keluarga Tn. Naol sering berjalan kaki pada
pagi hari sekitar 15-30 menit. Selain itu,
terkadang Tn. Naol sering menggunakan
sepeda untuk berolah raga selama kurang
lebih setengah jam.
3. Pola Makan Ny. Enas memasak sendiri untuk makanan
sehari-hari. Ny. Enas biasanya memasak
ikan, sayur, dan kadang-kadang memasak
daging. Ny. Enas dan Tn. Naol lebih
menyukai masakan yang rasanya asin dan
menggunakan penyedap rasa.
4. Aktivitas sehari-hari a. Tn. Naol bekerja sebagai pedagang. Tn.
Saja membuka warungnya pukul 8 pagi
dan tutup pukul 10 malam.
b. Ny. Enas bekerja sebagai ibu rumah
tangga dan sekali-kali membantu di
warung suaminya.
No. Faktor Eksternal Permasalahan
35
1. Riwayat Pendidikan a. Tn Naol sama sekali tidak pernah
mengenyam bangku pendidikan formal.
b. Ny. Enas sama sekali tidak pernah
mengenyam bangku pendidikan formal.
2. Pendapatan Tn. Naol bekerja sebagai seorang
wiraswata ,yaitu membuka warung di teras
rumahnya,dengan jam kerja sebanyak kurang
lebih 10 jam per hari. Pendapatan Tn. Naol ini
tidak menentu setiap harinya, namun dalam
sebulan biasanya sekitar Rp 800.000,00- Rp
1.200.000,00 per bulan.
3. Informasi Tn. Naol dan keluarganya tidak pernah
mendapatkan informasi mengenai penyakit
hipertensi dari petugas kesehatan. Keluarga ini
juga tidak pernah diberitahu mengenai faktor
resiko penyakit hipertensi.
4. Pola Pencarian
Pengobatan
Tn. Naol dan istri tidak pernah berobat ke
puskesmas maupun dokter umum dan lebih
memilih berobat ke dukun karena merasa lebih
cepat sembuh jika berobat ke dukun.
1.2.2.4 Keluarga Binaan Tn. Endi
Tabel 1.12 Data Dasar Keluarga Binaan Tn. Endi
36
No Nama Status Keluarga Jenis
Kelamin
Usia
(tahun)
Pendidikan Pekerjaan
1. Tn. Endi Kepala keluarga Laki-laki 27 Tamat SMP Wiraswasta
2. Ny. Teti Istri Perempuan 22 Tamat SMP Wiraswasta
3. Cinta Laura Anak pertama Perempuan 14 SD kelas 1 Pelajar
Keluarga binaan keempat ialah keluarga Tn. Endi. Tn.
Endi sebagai kepala keluarga, tinggal bersama istri dan
seorang anaknya. Data keluarga Tn. Endi dapat dilihat pada
tabel 1.12. Keluarga Tn. Endi bertempat tinggal di RT
01/RW 03 Desa Gaga, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang.
Keluarga Tn. Endi sudah tinggal di rumah milik sendiri
selama 8 tahun. Rumah Tn. Endi memiliki luas bangunan
berukuran 150m2. Terdiri dari dua kamar tidur yang
masing-masing berukuran 3m x 4m, ruang tamu berukuran
2,5mx2m, kamar mandi yang menjadi satu dengan dapur
berukuran 4 m x 3 m. Rumah ini belum berlantaikan
keramik masih berupa tanah. Atap rumah terbuat dari asbes
untuk di luar, dan genteng untuk di dalam. Sedangkan
seluruh dinding rumah terbuat dari anyaman bambu dan
sebagian dari batu bata serta dilapisi semen.
Untuk ventilasi dalam rumah Tn. Endi, terdapan dua
buah jendela, satu buah jendela di kamar tidur yang
masing-masing berukuran 1 m x 1 m dan satu buah jendela
di dapur yang gabung dengan kamar mandi yang berukuran
1 m x 1 m dan satu buah jendela di ruang depan dengan
ukuran 3 m x 2,5 m. Jumlah total ventilasi dibandingkan
dengan total luas lantai yaitu 8,4 % sehingga tidak
memenuhi kriteria ventilasi rumah sehat yaitu 10%.
37
Keluarga Tn. Endi memiliki kamar mandi yang
bergabung dengan dapur dan hanya dibatasi oleh semen
setinggi kurang lebih 50 cm. Menurut keterangan keluarga
Tn. Endi, lahan rumahnya tidak cukup untuk membangun
jamban di dalam rumah sehingga bila ingin buang air besar
keluarga ini harus menggunakan jamban dirumah Tn. Naol.
Menurut keluarga Tn. Endi jamban yang biasa digunakan
tidak layak, karena tidak disediakan air bersih untuk
membersihkan diri, kemudian tempat jamban umumnya
pun hanya berukuran 1,5 x 1,5 m dan hanya ditutup dengan
steroform. Selain itu, tidak terdapat pula sumber air yang
digunakan untuk membersihkan kotoran sehingga jamban
umum tersebut berbau menyengat dan sering ditemukan
serangga seperti kecoa dan tikus. Terlebih lagi bersebelahan
dengan tempat pembuangan sampah dan kandang ternak,
dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Untuk sumber air bersih, keluarga ini memiliki sumur
di dalam rumahnya, di kamar mandinya, tetapi saat ini
sedang kering. Bila musim hujan banyak air, tetapi airnya
coklat. Sehingga untuk mendapatkan sumber air yang
bersih, keluarga Tn. Endi harus membeli air PAM setiap
harinya. Dalam sehari keluarga tersebut membutuhkan
sekitar 12 jerigen air. Satu jerigen air PAM seharga sekitar
Rp. 1000.
Kegiatan pembuangan sampah langsung dibuang ke
tumpukan sampah di samping tempat jamban umum yang
digunakan oleh keluarga dan tetangganya. Tidak terdapat
tempat pembuangan sampah yang tertutup, dan biasanya
bila sampah sudah menumpuk banyak baru dibakar oleh
warga tetangganya.
Tn. Endi berusia 27 tahun bekerja sebagai montir
bengkel dengan penghasilan Rp. 30.000-50.000 per hari,
38
pendapatan Tn. Endi ini tidak menentu setiap harinya
namun dalam sebulan biasanya sekitar kurang lebih Rp.
1.000.000-1.500.000 per bulan itupun sudah ditambah
dengan penghasilan yang berasal dari istrinya dan
pendapatan tidak menentu. Pendapatan dikatakan tidak
dapat disisihkan untuk menabung karena habis karena
dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
seperti membeli air bersih untuk mandi dan makan,
makanan, biaya bensin motor untuk pekerjaannya, dan lain-
lain. Tn. Endi pernah mengenyam pendidikan hingga
bangku Sekolah Menengah Atas sampai selesai, tidak
melanjutkan pendidikannya dengan alasan tidak ada biaya.
Istrinya, Ny. Teti berusia 22 tahun bekerja sebagai
pedagang pulsa dan peralatan memancing, membantu tugas
suaminya, dalam sehari bisa mendapat penghasilan sebesar
kurang lebih Rp. 30.000. Pendidikan terakhir Ny. Teti
hanya sampai kelas dua Sekolah Menengah Atas. Anak
pertama seorang perempuan yang bernama Cinta berusia 5
tahun 7 bulan merupakan pelajar di Sekolah Dasar (SD)
kelas satu.
Keluarga Tn. Endi memiliki kebiasaan makan dua kali
sehari, pagi dan sore. Ny. Teti memasak makanan dengan
menu seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari
ialah tahu, tempe dan sayur terkadang juga memasak ayam.
Semua makanan dimasak sampai matang. Peralatan makan
yang digunakan sebagian terbuat dari beling dan sebagian
lagi terbuat dari plastik. Karena tidak memiliki ruang
makan, keluarga ini biasanya makan di ruang depan.
Tn. Endi dan Ny. Teti sudah menikah selama 8 tahun,
menikah saat Tn. Endi berusia 19 tahun dan saat itu tidak
bekerja hanya sebagai tamatan pelajar Sekolah Menengah
Atas. Dan Ny. Teti menikah saat usia 14 Tahun hanya
39
sampai kelas dua Sekolah Menengah Atas dan tidak bekerja
saat menikah. Untuk kelahiran anaknya, Ny. Teti
melahirkan anak pertama di Rumah Sakit Mitra Husada
dengan persalinan caesar atas indikasi ketuban pecah dini
yang dirujuk oleh paraji setempat. Semasa kehamilannya
ibu jarang memeriksakan dirinya ke bidan, karena
dikatakan tidak ada keluhan saat mengandung pertamanya
anaknya. Untuk riwayat imunisasi, tidak ada yang
mendapatkan imunisasi lengkap sejak lahir sampai usia 9
bulan.
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini
biasanya mengobati sendiri dengan membeli obat di
warung. Namun, jika dengan obat warung keadaannya tidak
juga membaik barulah dibawa ke mantri terdekat. Bila
masih sakit, baru dibawa ke bidan setempat. Jika masih
belum sembuh juga, mereka membawanya ke
PUSKESMAS.
Keluarga Tn. Endi biasanya datang untuk berobat ke
PUSKESMAS Tegal Angus bila sakit. Letak
PUSKESMAS dikatakan cukup dekat dari rumah mereka.
Keluarga Tn. Endi tidak mempunyai kartu JAMKESMAS
ataupun asuransi kesehatan lainnya sehingga bila berobat
keluarga Tn. Endi dapat mengelarkan uang sekitar Rp.
15.000 – 30.000 untuk sekali berobat, baik ke mantri
ataupun ke bidan. Tetapi keluarga Tn. Endi mengatakan
obat dari PUSKESMAS tidak banyak membantu dan lebih
ampuh obat dari mantri ataupun bidan dekat rumahnya.
40
Gambar 1.7 Denah Rumah Keluarga Tn. Endi
No. Faktor Internal Permasalahan
1. Kebiasaan Merokok Tn. Endi tidak pernah merokok. Bahkan
sejak masih muda Tn. Endi mengaku tidak
pernah mengisap rokok satu batangpun.
Namun mertua Tn. Endi, Tn. Naol, yang
rumahnya sering menjadi tempat singgah
pada Tn Endi pada siang hari merupakan
seorang perokok.
2. Olah raga Keluarga Tn. Endi beserta istri dan anaknya
tidak suka berolah raga. Hanya saja Tn Endi
dan Ny. Teti sering mengantar anaknya
bersekolah dengan sepeda atau berjalan kaki.
3. Pola Makan Ny. Teti memasak sendiri untuk makanan
sehari-hari. Ny. Enas biasanya memasak
ikan, sayur, dan kadang-kadang memasak
daging atau ayam. Ny. Teti jarang
41
menyediakan buah untuk keluarganya.
4. Aktivitas sehari-hari a. Tn. Endi bekerja sebagai montir di
bengkel milik pribadi.
b. Ny. Teti bekerja sebagai ibu rumah
tangga dan selain itu menjaga warung
yang berada di sebelah bengkel milik
suaminya.
No. Faktor Eksternal Permasalahan
1. Riwayat Pendidikan a. Tn. Endi mengenyam pendidikan sampai
dengan sekolah menengah pertama.
b. Ny. Teti mengenyam pendidikan sampai
dengan sekolah menengah pertama.
c. An. Cinta masih duduk di bangku sekolah
dasar.
2. Pendapatan Tn. Endi berusia bekerja sebagai montir
bengkel dengan penghasilan Rp. 30.000-50.000
per hari, pendapatan Tn. Endi ini tidak menentu
setiap harinya namun dalam sebulan biasanya
pendapatan Tn. Endi ditambah dengan
penghasilan istrinya di warung sekitar kurang
lebih Rp. 1.000.000-1.500.000 per bulan
3. Informasi Tn. Endi dan keluarganya tidak pernah
mendapatkan informasi mengenai penyakit
hipertensi dari petugas kesehatan. Keluarga ini
juga tidak pernah diberitahu mengenai faktor
resiko penyakit hipertensi.
42
4. Pola Pencarian
Pengobatan
Tn. Endi dan istri biasanya berobat ke
puskesmas untuk mendapatkan pengobatan jika
keluarga ini memiliki keluhan kesehatan.
1.3 PENENTUAN AREA MASALAH
1.3.1 Rumusan Area Masalah Keluarga Binaan
1.3.1.1 Keluarga Binaan Tn. Samun
a. Masalah Non Medis
1) Lingkungan
a) Kurangnya pengetahuan mengenai
pembuangan dan pengelolaan sampah maupun
limbah rumah tangga
2) Kesehatan
a) Kurangnya ventilasi udara yang ada di rumah
keluarga binaan
b) Kebiasaan merokok di dalam rumah terhadap
kesehatan keluarga
c) Kurangnya pengetahuan tentang imunisasi
yang tidak lengkap
d) Kurangnya kesadaran berobat ke tenaga
kesehatan
e) Kurangnya pengetahuan mengenai faktor
resiko hipertensi
b. Masalah Medis
1) Peyakit hipertensi dalam keluarga
43
1.3.1.2 Keluarga Binaan Tn. Saja
a. Masalah Non Medis
1) Lingkungan
a) Kurangnya sarana sanitasi lingkungan yang
memadai
b) Kurangnya pengetahuan mengenai
pembuangan dan pengelolaan sampah maupun
limbah rumah tangga
2) Kesehatan
a) Kurangnya ventilasi udara yang ada di rumah
keluarga binaan
b) Kebiasaan merokok di dalam rumah terhadap
kesehatan keluarga
c) Kurangnya ketersediaan air bersih pada
keluarga binaan
d) Kurangnya pengetahuan mengenai imunisasi
yang tidak lengkap
e) Kurangnya pengetahuan mengenai faktor
resiko hipertensi
b. Masalah Medis
1) Penyakit hipertensi dalam keluarga
2) Penyakit stroke dalam keluarga
3) Penyakit diabetes dalam keluarga
4) Penyakit hiperkolesterol dalam keluarga
1.3.1.3 Keluarga Binaan Tn. Naol
a. Masalah Non Medis
1) Lingkungan
a) Kurangnya pengetahuan mengenai pembuangan
dan pengelolaan sampah maupun limbah rumah
tangga.
44
b) Perilaku penggunaan jamban umum yang tidak
sehat pada keluarga binaan.
2) Kesehatan
a) Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan ibu
anak serta imunisasi yang tidak lengkap
b) Tidak memiliki kartu jaminan kesehatan
c) Perilaku melahirkan di tenaga non-medis.
d) Kebiasaan merokok di dalam rumah terhadap
kesehatan keluarga.
b. Masalah Medis
1) Penyakit hipertensi dalam keluarga
1.3.1.4 Area Masalah Keluarga Binaan Tn. Endi
a. Masalah Non Medis
1) Lingkungan
a) Perilaku peggunaan jamban umum yang tidak
sehat pada keluarga binaan
b) Kurangnya pengetahuan mengenai pembuangan
dan pengelolaan sampah maupun limbah rumah
tangga
c) Kurangnya kesadaran berobat di tenaga
kesehatan
2) Kesehatan
a) Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan ibu
dan anak serta imunisasi yang tidak lengkap
b) Kurangnya pengetahuan mengenai jaminan
kesehatan
c) Kurangnya ventilasi udara yang ada di rumah
keluarga binaan
b. Masalah Medis
1) Penyakit diare dalam keluarga
45
2) Riwayat hipertensi dalam keluarga
1.3.2 Alasan Pemilihan Area Masalah
Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu
dengan menganalisis laporan tahunan Puskesmas mengenai data-
data penderita hipertensi dan 10 penyakit terbesar yang ada di
wilayah Puskesmas Tegal Angus.
Kemudian informasi tersebut dibandingkan dengan laporan
kader desa setempat yang menyatakan bahwa jumlah penderita
hipertensi masih banyak. Setelah mengamati, mewawancarai, dan
melakukan observasi masing-masing keluarga binaan di Kampung
Gaga, Desa Tegal Angus terdapat berbagai area permasalahan pada
keluarga binaan tersebut, yaitu:
1. Kurangnya ventilasi udara yang ada di rumah keluarga binaan
2. Kurangnya pengetahuan mengenai pembuangan dan
pengelolaan sampah maupun limbah rumah tangga
3. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak serta
imunisasi yang tidak lengkap
4. Kebiasaan merokok di dalam rumah terhadap kesehatan
keluarga
5. Kurangnya kesadaran berobat di tenaga kesehatan
6. Penyakit Hipertensi dalam keluarga
7. Kurangnya pengetahuan mengenai faktor resiko hipertensi
46
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, maka
diputuskan untuk mengangkat permasalahan “Pengetahuan
Keluarga Binaan Tentang Faktor Resiko Hipertensi”. Pemilihan
area masalah kesehatan ini didasarkan atas berbagai pertimbangan
yaitu :
1. Berdasarkan data yang diperoleh dari PUSKESMAS bulan Juli
sampai September tahun 2013, hipertensi menduduki salah satu
dari sepuluh besar penyakit dengan masing-masing jumlah
penderita hipertensi yang datang berkunjung ke Puskesmas
Tegal Angus sebanyak 141, 184, dan 171 penderita.
Tabel 1.13
Daftar 10 Besar Penyakit di PUSKESMAS Tegal Angus Tahun 2013
No Penyakit Jumlah Kasus
Juli Agustus September
1 ISPA 373 375 377
2 FUO 183 184 188
3 SAKIT KEPALA 157 158 160
4 TB PARU KLINIS 153 160 159
5 HIPERTENSI
ESENSIAL
147 184 171
6 BATUK 140 155 152
7 DERMATITIS
LAINNYA
114 130 133
8 GANGGUAN GIGI
DAN JAR.LAINNYA
76 84 94
9 GASTRITIS DAN
DUODENITIS
72 87 81
10 ABSES, FURUNKEL,
KARBUNKEL
11 9 14
47
2. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun
2007 mengenai prevalensi hipertensi menurut provinsi di
Indonesia proporsi kasus hipertensi yang telah didiagnosis oleh
tenaga kesehatan dan/atau minum obat hipertensi hanya sebesar
31,2.
3. Dari hasil survey dan wawancara langsung ke keluarga binaan,
didapatkan adanya anggota keluarga yang memiliki hipertensi
dan riwayat hipertensi pada keluarga.
48
4. Semua keluarga binaan tidak mengetahui mengenai hipertensi
dan faktor resiko yang terkait dengan hipertensi, sehingga
keluarga binaan tidak dapat menghindari faktor resiko yang
dapat meningkatkan tekanan darah..
5. Sebagian besar keluarga binaan tidak mendapat pengetahuan
mengenai pentingnya berobat untuk mengontrol tekanan darah,
sehingga tidak mau berobat secara teratur di samping tidak mau
menjaga pola makannya.
49
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas
Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya
suatu masalah dengan cara pengumpulan data di masyarakat (lapangan).
Dengan demikian diagnosis komunitas merupakan kegiatan survey.
Dengan melakukan diagnosis komunitas ini maka masalah kesehatan di
komunitas akan dapat diidentifikasi dan dibuat intervensi pemecahannya.
Dengan adanya diagnosis komunitas diharapkan dapat menerapkan
prinsip kedokteran pencegahan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Berdasarkan latar belakang, profil keluarga binaan,
penentuan area masalah dan hasil jawaban kuesioner maka kami
mengangkat diagnosis komunitas mengenai pengetahuan faktor resiko
hipertensi pada keluaarga binaan di desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk
Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.
2.1.1 Teori Pengetahuan
2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2005) pengetahuan merupakan
hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu subyek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan,
pendengaran penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat berperan untuk
terbentuknya suatu tindakan seseorang.
Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
50
2.1.1.2 Tingkat Pengetahuan
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall).Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang
cukup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,
yaitu: (Notoatmodjo, 2007).
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, “Tahu” ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
telah dipelajari antara lain : menyabutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memehami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang menganai obyek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan meteri tersebut
secara benar.
Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh
menyimpulkan, merencanakan, dan sebagainya
terhadap obyek yang telah dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini
51
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks dan situasi yang lain. Dalam menggunakan
prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem
solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan
dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam
komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja. Dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokan, dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah menunjukan kepada suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk kesluruhan yang
baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan
suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
52
2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkatan
Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang
mempengaruhi terbagi atas dua, yaitu faktor internal dan
eksternal.
A. Intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa
sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat
sesuatu dengan cara tertentu. Orang berpikir
menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat atau
tidaknya dan terpecahkan tidaknya suatu masalah
tergantung kemampuan intelegensinya. Salah satu
faktor yang mempengaruhi penerimaan pesan dalam
komunikasi adalah taraf intelegensi seseorang.
Secara common sence dapat dikatakan bahwa orang-
orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima
suatu pesan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
orang yang mempunyai taraf intelegensi tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.
b. Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman
dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka
53
makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap
masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).
2.1.1.4 Faktor Eksternal
a. Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 Masehi, J. Largevelt,
yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) mendefinisikan
bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak
yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN
Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan
sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.
b. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun
sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih
mudah tercukupibanding dengan keluarga dengan status
ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan
akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
c. Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat
diartikan sebagai pemberitahuan seseorang adanya
informasi baru mengenai suatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap
hal tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh
informasi tersebut apabila arah sikap tertentu.
54
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggunakan
kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang
berpengaruh perubahan perilaku, biasanya digunakan
melalui media massa.
d. Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita.
Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk
selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat
mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap
pribadi atau sikap seseorang.
e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami
seseorang (Middle Brook, 1974), yang dikutip oleh
Azwar (2009). Mengatakan bahwa tidak adanya suatu
pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis
cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut
untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena
itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang
melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan lebih
mendalam dan lama membekas.
2.1.1.5 CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional
(non-ilmiah) dan cara modern (ilmiah).
55
a. Cara tradisional (non-ilmiah)
Cara ini dipakai untuk memperoleh pengetahuan
sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode
penemuan secara sistematis dan logis. Cara penentuan
pengetahuan secara tradisional antara lain:
Coba-coba dan salah
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya
kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya
peradaban. Cara ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba
dengan kemungkinan yang lain.
Cara kekuasaan (otoritas)
Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima
pendapat yang ditemukan oleh orang yang
mempunyai aktivitas tanpa menguji atau
membuktikan kebenaran terlebih dahulu
berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan
penalaran sendiri.
Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang ada pada masa
lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun kembali
seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar.
Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan
benar, diperlukan berpikir kritis dan logis.
56
Melalui jalan pikir
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan,
manusia telah menggunakan jalan pikirannya secara
induksi dan deduksi.
b. Cara modern (ilmiah)
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan
pada saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam
memperoleh kesimpulan dilakukan dengan jalan
mengadakan observasi langsung dan membuat
pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan
obyek penelitian (Notoatmodjo, 2005).
2.1.1.6 SUMBER PENGETAHUAN
Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang
biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya
media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
kesehhatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya.
Sumber pengalaman dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama,
pemegang pemerintahan dan sebagainya. (Notoatmodjo,
2005).
57
2.2 Teori Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Istilah ”hipertensi” diambil dari bahasa Inggris ”hypertension”.
Hypertension merupakan istilah kedokteran yang populer untuk
menyebutkan penyakit tekanan darah tinggi. Hipertensi atau lebih
dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
sesorang mengalami peningkatan darah diatas normal yaitu lebih
dari 140/90 mmHg (Rahma, 2009).
2.2.2 Klasifikasi
a. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluasion
and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII)
Normal <120 < 80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi
Derajat 1 140 – 159 90 – 99
Derajat 2 >160 >100
b. WHO (World Health Organization)
Menurut WHO (World Health Organization), organisasi
kesehatan dunia di bawah PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa),
klasifikasi tekanan darah tinggi sebagai berikut
a. Tekanan darah normal, yakni jika sistolik kurang atau sama
dengan 140 dan diastolik kurang atau sama dengan 90
mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan, yakin sistolik 141-149 dan
diastolik 91-94 mmHg. Tekanan darah tinggi atau
hipertensi, yakni jika sistoliklebih besar atau sama dengan
58
160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95
mmHg.
2.2.3. Etiologi / Penyebab
Hipertensi yang tidak terkendali dapat memyebabkan
kerusakan pada organ-organ penting didalam tubuh. Akan tetapi
perubahan yang menyebabkan masalah tekanan darah pada setiap
individu sulit untuk dilacak dan masih belum diketahui dengan
jelas. Namun para ahli mengungkapkan bahkan paling tidak, ada
dua faktor yang memudahkan seseorang terkena hipertensi yaitu:
faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat di kontrol.
a. Faktor yang tidak dapat dikontrol
Beberapa faktor yang tidak dikontrol antarnya adalah:
1) Keturunan
Faktor keturunan menunjukkan, jika kedua orang tua kita
menderita hipertensi kemungkinan kita terkena penyakit ini
sebesar 60 % karena menunjukan ada faktor gen keturunan
yang berperan.
2) Ciri Perseorangan
Ciri perserorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur, jenis kelamin, dan ras. Umur yang bertambah
akan menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah.
Individu yang berumur diatas 50 tahun, mempunyai 50-60%
mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan
140/90 mmHg. Pada perempuan, tekanan darah umumnya
meningkat setelah menopause. Mereka yang sudah
menopause memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi
dibanding yang belum menopause. Jumlah wanita yang
terserang hipertensi lebih besar dari pria. Kesimpulan ini
59
dikemukakan Prof. Boedhi Darmojo, setelah melakukan
pengamatan selama 10 tahun lebih. Guru besar Universitas
Diponegoro ini mengungkapkan, di hampir semua
penelitian, persentase hipertensi dikalangan wanita kita
selalu lehih lebih besar dari persentase pria.tingginya angka
penderita darah tinggi secara langsung berhubungan
dengantingginya angka penderita stres dan depresi di
kalangan wanita.
Beban kerja yang harus ditanggung wanita sangat berat.
Dalam membina karier mereka berusaha keras di luar
rumah, tapi masih harus melakukan kewajiban juga sebagai
ibu rumah tangga. Statistik di Amerika menunjukan
prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali
lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih (Iqbal,
2008).
b. Faktor yang dapat dikontrol
Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada
umumnya berkaitan dengan perilaku dan pola makanan. Faktor
- faktor tersebut antara lain:
1) Merokok
Fakta otentik menunjukkan bahwa merokok dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi. Kebanyakan efek ini
berkaitan dengan kandungan nikotin (Lovastatin, 2005).
2) Konsumsi alkohol
3) Obesitas
Seseorang dikatakan menderita obesitas bila berat badannya
pada laki-laki melebihi 15 % dan pada wanita 20% dari
berat badan ideal menurut umurnya. Pada orang yang
60
menderita obesitas, organ-organ tubuhnya dipaksa untuk
bekerja lebih berat karena harus membawa kelebihan berat
badannya. Oleh sebab itu, pada umumnya orang obesitas
lebih cepat gerah, capai, dan mempunyai kecenderungan
untuk membuat kekeliruan bekerja (Notoatmojo, 2007).
4) Stress
Hubungan stress dengan hipertensi adalah melalui aktivitas
saraf simpatis. Saraf simpatis merupakan saraf yang bekerja
pada saat kita beraktivitas. Peningkatan saraf simpatis dapat
meningkatan tekanan darah secara tidak menentu. Apabila
stress berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi (Lovastatin, 2005)
5) Asupan Natrium
Asupan natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak kepada timbulnya hipertensi, karena itu
disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium (Budi
Sutomo, 2009).
2.2.4. Patofisiologi
Asupan garam berlebihan terus menerus tentu akan memicu
tekanan darah tinggi. Tubuh hanya membutuhkan natrium sekitar
500 mg per hari, sedangkan konsumsi garam harian orang
Indonesia sekitar 30-40 gram per hari.
Ginjal akan menahan natrium saat tubuh kekurangan natrium
dan sebaliknya ginjal akan mengeluarkan natrium melalui urin
61
pada saat kadar natrium meningkat didalam tubuh. Apabila kadar
natrium terus-menerus meningkat didalam tubuh, ginjal akan
bekerja keras untuk mengeluarkan natrium melalui urin dan dapat
mengakibatkan fungsi ginjal terganggu. Apabila fungsi ginjal tidak
normal, kelebihan natrium tidak bisa dibuang dan menumpuk
didalam darah. Volume cairan dalam tubuh meningkat dan
membuat jantung dan pembuluh darah bekerja lebih keras untuk
memompa darah dan mengalirkannya keseluruh tubuh, tekanan
darah pun akhirnya meningkat (Rizannisa, 2009).
2.2.5. Gejala Hipertensi
Perjalanan Penyakit hipertensi berkembang secara perlahan
tetapi secara potensial sangat membahayakann kadang - kadang
seseorang tidak mengetahui setelah hipertensi dideritanya
menyebabkan komplikasi Gejala hipertensi yang sering muncul
adalah : Sakit kepala, secara akan pingsan,penglihatan menjadi
kabur , rasa sakit pada tengkuk. Dikatakan seseorang menderita
hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg dan
normal bila tekanan darahnya kurang dari 130/80mmHg
( William, 2007).
2.2.6. Komplikasi Hipertensi
a. Arterosklorosis
Orang yang menderita hipertensi kemungkinan besar akan
menderita arterosklorosis. Arterosklorosis merupakan suatu
penyakit pada dinding pembuluh darah yakni lapisan dalamnya
menjadi tebal karena timbunan lemak yang dinamakan plaque
atau suatu endapan keras yang tidak normal pada dinding arteri.
Pembuluh darah mendapat pukulan paling berat, jika tekanan
darah terus menerus tinggi dan berubah, sehingga saluran darah
tersebut menjadi sempit dan aliran darah menjadi tidak lancar
(Soeharto, 2002).
62
b. Jantung
Jantung berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Untuk
itu otot jantung memerlukan oksigen dan zat gizi yang cukup.
Zat gizi dan oksigen diangkut oleh darah melalui pembuluh
darah. Persoalan akan timbul bila terdapat halangan atau
kelainan dipembuluh darah, yang berarti kurangnya suplai
oksigen dan zat gizi untuk menggerakan jantung secara normal
( Maulana, 2008).
c. Stroke
Hipertensi dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar
pada dinding pembuluh darah sehingga dinding pembuluh
darah menjadi lemah dan pembuluh darah akan mudah pecah.
Pada kasus seperti itu, biasanya pembuluh darah akan pecah
akibat lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba.
Pecahnya pembuluh darah di otak dapat menyebabkan sel-sel
otak yang seharusnya mendapatkan asupan oksigen dan zat gizi
yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi
kekurangan zat gizi dan akhirnya mati (Auryn, 2007).
2.2.7. Usaha Pencegahan Hipertensi
Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan, demikian juga
dengan hipertensi. Sebenarnya sangat sederhana dan tidak
memerlukan biaya,hanya diperlukan disiplin dan ketekunan
menjalankan aturan hidup sehat, sabar dan ikhlas dalam
mengendalikan perasaan dan keinginan. Usaha pencegahan juga
bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak
menjadi parah dan terhindar dari komplikasi fatal hipertensi.
Usaha pencegahan antara lain dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
63
a. Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2
gram garam dapur untuk diet setiap hari.
b. Menghindari kegemukan (obesitas)
Hindarkan kegemukan dengan menjaga berat badan. Batasan
kegemukan adalah jika berat badan lebih 15% pada laki-laki
dan pada wanita melebihi 20% dari berat badan ideal.
c. Membatasi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolestrol
darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolestrol darah yang tinggi
dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolestrol pada dinding
pembuluh darah yang lama kelamaan akan menyumbat
pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan
demikian, akan memperberat kerja jantung dan memperparah
hipertensi. Himpunan Ahli Jantung Amerika (America Heart
Association) menganjurkan agar mengkonsumsi kolestrol
dalam makanan dibatasi tidak lebih dari 300 mg setiap hari.
d. Olahraga teratur
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat menyerap
atau menghilangkan endapan kolestrol pada pembuluh darah.
Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua
sendi dan otot tubuh seperti : gerak jalan, berenang, naik
sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang
menegangkan.
e. Banyak makan buah dan sayuran
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan
mineral. Buah yang mengandung mineral kalium dapat
membantumenurunkan tekanan darah.
64
f. Tidak merokok dan minuman alkohol
g. Berusaha dan membina hidup yang positif
Dalam kehidupan penuh dengan persaingan, tuntutan atau
tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress
bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga
melampaui daya tahan seseorang maka akan menimbulkan
sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya hipertensi. Agar terhindar dari efek
negatif tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang
positif (Bustan, 2007).
2.2.8 Penatalaksanaan Diet Bagi Penderita Hipertensi
1. Macam Diet Garam Rendah
a. Diet Garam Rendah I (200-400 mg)
Diet ini diberikan pada pasien dengan odema, asitesis, dan
hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak
ditambahkan garam dapur, hindari makanan tinggi natrium.
b. Diet Garam Rendah II (600-800 mg)
Diet ini berlaku kepada pasien odema, asitesis, dan hipertensi
tidak terlalu berat. Dalam pengolahan makanannya boleh
menggunakan ½ sendok teh garam dapur (2 gr).
c. Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diet ini diberikan pada pasien dengan odema atau hipertensi
ringan. Dalam pengolahan makananya boleh menggunakan
garam 1 sendok teh (6 gr) garam dapur ( Almatsier, 2005 )
2.2.9 Pengobatan
Tujuan dari pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan
tekanan darah batas normal, tanpa mengganggu aktifitas sehari-
65
hari. Obat-obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi
meliputi: diuretic, obat penghambat enzim konvensi angiotensin,
antagonis kalium, dan penghambat reseptor angiotesin II
(William, 2007 ).
2.3 Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori
Notoatmodjo (2003), yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan,
yaitu:
a. Intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.
Orang berpikir menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat atau
tidaknya dan terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung
kemampuan intelegensinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi
penerimaan pesan dalam komunikasi adalah taraf intelegensi
seseorang. Secara common sence dapat dikatakan bahwa orang-
orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu
pesan.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang
mempunyai taraf intelegensi tinggi akan mempunyai pengetahuan
yang baik dan sebaliknya.
b. Pendidikan
Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau rneningkatkan
pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau
meningkatkan kemampuan masyarakat atau individu tentang aspek-
aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang
berkembang. Sistem pendidikan (formal dan non-formal) yang
berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan
66
melalui pola tertentu (Notoatmodjo, 2003). Jadi tingkat pengetahuan
seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh tingkat
pendidikan.
c. Pengalaman
Menurut teori Determinan Perilaku yang disampaikan WHO, yang
menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya
disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri
seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap,
kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap
objek tersebut, dimana seseorang mendapatkan pengetahuan baik dari
pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain. (Notoatmodjo,
2003).
d. Informasi
Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan
bahwa media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki
peranan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik
dalam tatanan masyarakat, kelompok, atau individu dalam aktivitas
sosial dimana media massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi
kognitif, afektif, dan behavioral. Pada fungsi kognitif diantaranya
adalah berfungsi untuk menciptakan atau menghilangkan ambiguitas,
pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan
penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu (Notoatmodjo: 2003).
Media dibagi menjadi tiga yaitu media cetak, yang meliputi
booklet, leaflet, rubrik yang terdapat pada surat kabar atau majalah dan
poster. Kemudian media elektronik yang meliputi televisi, video, slide,
dan film serta papan (billboard) (Notoatmodjo, 2003).
67
e. Kepercayaan
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang, mengenai apa
yang berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk,
maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa
yang dapat diharapkan dari objek tertentu. (Saifudin, 2002).
f. Umur
Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur
tingkat kemampuan; kematangan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan menerima informasi.
g. Sosial budaya
Sosial, termasuk di dalamnya pandangan agama dan kelompok
etnis,dapat mempengaruhi proses pengetahuan, khususnya dalam
penerapan nilai-nilai keagamaan untuk memperkuat super egonya.
Disini dilihat tentang bagaimana interaksi sosial; semakin baik
interaksi sosialnya, maka akan semakin baik pula pengetahuan yang
akan didapatkan.
h. Ekonomi
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya.
Individu yang berasal dan keluarga yang bestatus sosial ekonomi yang
baik dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan
masa depannya dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga
dengan status ekonomi rendah.
68
Bagan 2.1 Kerangka terori
2.4. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep
yang berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga
binaan RT 01/RW 05 Kampung Sukamulya, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Kerangka konsep ini terdiri dari variabel independen dari kerangka teori
yang dihubungkan dengan area permasalahan.
69
Pengetahuan
Mengenai
Resiko
Terjadinya
Hipertensi
Pengetahuan
Mengenai
Resiko
Terjadinya
Hipertensi
Variabel Independen Variabel Dependen
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
2.5. Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel
yang diamati atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi
operasional. Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan
kepada pengukuran atau pengamanan terhadap variabel-variabel yang
70
Tingkat PendidikanTingkat Pendidikan
Paparan InformasiPaparan Informasi
Kebudayaan:
Tidak mau berobat ke tenaga kesehatan
Kebiasaan mengonsumsi makanan asin dan merokok
Kebudayaan:
Tidak mau berobat ke tenaga kesehatan
Kebiasaan mengonsumsi makanan asin dan merokok
Pendapatan rata – rata Pendapatan rata – rata
Pengetahuan tentang Faktor Resiko terjadinya
HIpertensi
Pengetahuan tentang Faktor Resiko terjadinya
HIpertensi
bersangkutan serta mengembangkan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo,
2006). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 2.1 Definisi Operasional
NO Variabel Definisi Alat Cara Hasil Skala
1 Pengetahuan Informasi yang diketahui sebagai respon penggunaan panca indera, tersimpan sebagai memori dalam ingatan, yang apabila dipahami akan dapat menjadi dasar dalam menentukan tindakan. Dalam hal ini berkaitan dengan pengetahuan mengenai faktor risiko hipertensi
Kuesioner Wawancara Buruk = 8-12
Kurang= 13-
16
Baik= 17-2
Ordinal
71
2 Tingkat
pendidikan
Jenjang
pendidikan
formal yang
terakhir
ditempuh
responden
Kuesioner Wawancara Kurang = 1
Sedang = 2
Baik = 3
Ordinal
3 Paparan
informasi
Ada
tidaknya
informasi
tentang
faktor resiko
hipertensi
Kuesioner Wawancara Kurang = 4-
5
Cukup = 6-7
Baik = 7-8
Ordinal
4 Kebudayaan Ada atau
tidaknya
pola
kebiasaan
dan
hubungan
sosial antar
masyarakat
yang
berhubungan
dengan
pengetahuan
responden
tentang
faktor resiko
hipertensi
Kuesioner Wawancara Dipengaruhi
kebudayaan
= 6-8
Sedikit
dipengaruhi
kebudayaan
= 9-11
Tidak
dipengaruhi
kebudayaan
= 12-14
Ordinal
5 Pendapatan
rata-rata
Jumlah total
pendapatan
keluarga per
bulan
Kuesioner Wawancara UMR kota
Tangerang
(Tahun 2012:
Ordinal
72
berdasarkan
Upah
Minimum
Rakyat kota
Tangerang
sebesar Rp
1.379.000,00
Rp. 1.379.000,-)
Di bawah
UMR
Sama dengan
UMR
Di atas UMR
BAB III
METODE
3.1 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara, dengan kuesioner
sebagai instrumen untuk mengumpulkan data. Selain itu, dilakukan juga
observasi langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang lebih
lengkap.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti ( Arikunto,
2003 ). Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah empat keluarga binaan
di RT 01/RW03 Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
Sumber Data
a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner semua anggota
warga binaan di Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Teluk Naga
melalui wawancara terpimpin dan observasi.
b. Data sekunder
Data dalam bentuk laporan yang didapat dari data yang sudah ada di
Puskesmas Tegal Angus.
c. Data tersier
Data yang didapat dari jurnal ilmiah dan internet.
73
Jenis Data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam
bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data, misalnya wawancara, analisis, observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data
kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau
rekaman video.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.
Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.
Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya, data kuantitatif
dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu:
1) Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan)
yang diperoleh dengan cara membilang. Contoh data diskrit
misalnya: jumlah perempuan dan laki-laki, jumlah orang
yang menyelesaikan pendidikan terakhir. Karena diperoleh
dengan cara membilang, data diskrit akan berbentuk
bilangan bulat (bukan bilangan pecahan).
2) Data kontinyu adalah data dalam bentuk angka atau
bilangan yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran.
Data kontinum dapat berbentuk bilangan pecahan,
contohnya adalah umur.
Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian, dan kejelasan data,
pencatatan data harusdilengkapi dengan:
1) Nama pengumpul data.
2) Nama peserta yang datanya diambil.
3) Tanggal dan waktu pengumpulan data.
74
4) Lokasi pengumpulan data.
5) Keterangan-keterangan tambahan data.
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan
untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat
diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan,
tes, dokumentasi dan sebagainya.
Berdasarkan uraian–uraian tersebut, maka dipilih instrumen
pengumpulan data berupa wawancara terpimpin dengan menggunakan
kuesioner. Dipilihnya kuesioner ini dikarenakan kuesioner bersifat objektif
dan jujur karena berasal dari sumber data (responden) secara langsung,
diharapkan dapat lebih mendengar tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dari
responden secara langsung sehingga secara tercipta hubungan yang baik
antara pewawancara dan responden, selain itu dapat diterapkan untuk
pengumpulan data dalam lingkup yang luas, serta cukup efisien dalam
penggunaan waktu untuk mengumpulkan data.
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu
enam keluarga binaan di RT 01/RW 03, Kampung Gaga Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di RT 01/RW 03 Kampung Gaga, Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.
Pengumpulan data ini dilakukan selama 5 hari, mulai dari tanggal 1
Oktober 2013 dengan 5 Oktober 2013.
Wawancara dengan kuesioner dilakukan terhadap empat keluarga
binaan yang telah ditentukan oleh kader setempat. Dari empat keluarga
binaan ini diambil 8 orang sebagai responden untuk menjawab kuesioner.
Dengan kriteria responden sebagai berikut :
1. Yang bersedia untuk di wawancarai
75
2. Merupakan anggota keluarga binaan
3. Usia diatas 17 tahun
Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1. Pengumpulan Data
No. Tanggal Kegiatan
1. Selasa, 1 Oktober 2013 Perkenalan dan sambung rasa dengan seluruh
anggota keluarga binaan.
2. Rabu, 2 Oktober 2013 Pengumpulan data dari masing-masing
keluarga binaan.
3. Kamis, 3 Oktober 2013 Pengumpulan data dari masing-masing
keluarga binaan dilanjutkan dengan
penentuan area masalah.
4. Jumat, 4 Oktober 2013 Pengumpulan data dari masing-masing
keluarga binaan dilanjutkan dengan
penentuan area masalah.
5. Kamis,5 Oktober 2013 Dokumentasi rumah keluarga binaan,
lingkungan sekitar, dan pola makan.
6. Sabtu, 6 Oktober 2012 Penentuan dan pembuatan instrumen
pengumpul data.
7. Senin, 8 Oktober 2012 Pembagian kuesioner kepada masing-masing
responden dari keluarga binaan.
8. Selasa, 9 Oktober 2013 Pengambilan dan pengolahan hasil kuesioner
dari masing-masing keluarga binaan.
9. Rabu, 10 Oktober i 2013 Pengambilan dan pengolahan hasil kuesioner
dari masing-masing keluarga binaan.
10. Kamis 11 Oktober 2013 Pengambilan dan pengolahan hasil kuesioner
dari masing-masing keluarga binaan.
76
3.3 Pengolahan dan Analisa Data
Data diolah secara manual dan komputerisasi. Cara manual yang
digunakan adalah dengan bantuan kalkulator, sedangkan cara
komputerisasi dengan menggunakan program Microsoft Word dan
Microsoft Excel.
Kuesioner terdiri dari enam variabel dengan jumlah pertanyaan
sebanyak 22 buah. Masing-masing variabel memiliki penilaian yang
berbeda-beda. Semua jawaban pada variabel ini disajikan dalam bentuk
pilihan ganda. Variabel pertama, yaitu mengenai aspek pengetahuan
seputar penyakit hipertensi dan faktor resikonya sebanyak delapan
pertanyaan. Variabel kedua menilai tentang aspek pendidikan, yang terdiri
dari satu pertanyaan. Variabel ketiga tentang aspek informasi, terdiri dari
empat pertanyaan. Variabel keempat tentang aspek kebudayaan, yang
terdiri dari enam pertanyaan. Variabel kelima berisi tentang aspek
ekonomi, yang terdiri dari tiga pertanyaan.
77
BAB IV
HASIL ANALISIS
4.1 Karakteristik Keluarga Binaan
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari
karakteristik responden yang terdiri dari limakeluarga binaan di Kampung
Gaga RT 001/RW 003, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang.
Diagram 4.1
Distribusi Frekuensi Usia
Pada Keluarga Binaan di RT 001/RW 003, Desa Tanjung Pasir, Oktober
2013
Berdasarkan dari diagram 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada keluarga
binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia 21 - 40
tahun (41%)
78
Diagram 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan
Pada Keluarga Binaan di RT 001/RW 003, Desa Tanjung Pasir, Oktober
2013
Berdasarkan dari diagram 4.2 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari keluarga
binaan adalah SD (53%).
Diagram 4.3
79
Distribusi Frekuensi Pekerjaan
Pada Keluarga Binaan di RT 001/RW 003, Desa Tanjung Pasir, Oktober
2013
Dari diagram 4.3 terlihat jenis pekerjaan terbanyak dari keluarga binaan adalah
wiraswasta (59%).
4.2 Analisis Univariat
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-
variabel dalam kuesioner yang dijawab 12 responden pada bulan Oktober
2013.
Tabel 4.1
80
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Binaan terhadap Hal Yang
Memepermudah Terjadinya Hipertensi
Pengetahuan Jumlah Responden %
Baik 2 16.7%
Cukup 3 25%
Kurang 7 58.3%
Total 12 100 %
Dari Tabel 4.1. didapatkan sembilan responden (58.3%) memiliki
pengetahuan yang kurang.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Keluarga Binaan terhadap
Pengetahuan Faktor Resiko Hipertensi
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden %
Tinggi 3 25%
Rendah 9 75%
Total 12 100%
Dari Tabel 4.2.didapatkan semua responden (75%) memiliki
pendidikan yang rendah.
Tabel 4.3
81
Distribusi Frekuensi Paparan Informasi terhadap Faktor Resiko
Hipertensi
Paparan Informasi Jumlah Responden %
Kurang 8 66.6%
Cukup 2 16.7%
Baik 2 16.7%
Total 12 100%
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa keluarga binaan kurang mendapat informasi
(66.6%) mengenai faktor resiko hipertensi
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Kebudayaan terhadap Pengetahuan Tentang Faktor
Resiko Hipertensi
Kebudayaan Jumlah Responden %
Dipengaruhi Kebudayaan
8 66.6%
Sedikit Dipengaruhi Kebudayaan
2 16.7%
Tidak Dipengaruhi Kebudayaan
2 16.7%
Total 12 100%
Dari Tabel 4.4. didapatkan 8 orang dari 12 responden (66.6%)
memiliki hubungan antara sosial budaya terhadap Pengetahuan Tentang
Faktor Resiko Hipertensi
Tabel 4.5
82
Distribusi Frekuensi Ekonomi terhadap Pengetahuan Tentang Hipertensi
Pendapatan Jumlah Responden %
Dibawah UMR 4 33.3%
Diatas UMR 8 66.7%
Total 12 100%
Dari Tabel 4.5. Dari semua responden tidak ada (66.7%) yang
memiliki pendapatan diatas UMR.
83
4.3 Fishbone
Diagram 4.4 Fishbone
5
Rendahnya latar belakang pendidikan anggota keluarga binaan
Kurangnya pemahaman akan pentingnya memahami faktor resiko hipertensi
Pengetahuan anggota keluarga binaan mengenai faktor resiko hipertensi
Pengetahuan anggota keluarga binaan mengenai faktor resiko hipertensi
EKONOMIEKONOMI
Kecenderungan berobat ke tenaga non medis atau memilih untuk obat yang dijual bebas di warung
Rendahnya kemampuan finansial keluarga binaan untuk berobat ke tenaaga kesehatan
Rendahnya kemampuan finansial keluarga binaan untuk berobat ke tenaaga kesehatan
INFORMASIINFORMASI
Rendahnya rasa ingin tahu terhadap penyakit hipertensi dan faktor resikonya
Rendahnya rasa ingin tahu terhadap penyakit hipertensi dan faktor resikonya
Rendahnya kebutuhan akan informasi
Kurangnya motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
Kurangnya motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
Kurangnya kepedulian untuk mengatur pola makan rendah garam
Kurangnya perilaku berobat ke tenaga kesehaatan dan pola makan rendah garam
Kurangnya perilaku berobat ke tenaga kesehaatan dan pola makan rendah garam
PENDIDIKANPENDIDIKANKEBUDAYAANKEBUDAYAAN
Kurangnya kemampuan untuk mengolah informasi
Kurangnya dukungan tokoh masyarakat untuk mengajak keluarga binaan berobat ke tenaga kesehatan
Ketidaktahuan mengenai prosedur kepemilikan jaminan kesehatan
4.4. Rencana Intervensi Pemecahan Masalah
Intervensi dapat diartikan sebagai cara atau strategi memberi bantuan
kepada individu, masyarakat dan komunitas dalam hal ini menunjukkan
kondisi dimana seseorang dapat berperan sebagaimana seharusnya. Tujuan
intervensi adalah membawa perubahan kearah yang lebih baik sehingga
tindakan sesuai dengan peran yang dimilikinya.
Merujuk dari beberapa akar masalah yang telah diuraikan didapatkan
alternatif pemecahan masalah sehingga didapatkan intervensi pemecahan
masalah, dipilih beberapa akar masalah yang di prioritaskan untuk
dilakukan pemecahan masalah terhadap pengetahuan keluarga binaan
mengenai faktor resiko hipertensi. Dari akar-akar penyebab masalah
terdapat alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
1. Variabel Pengetahuan
a. Akar penyebab masalah yang didapatkan yaitu kurangnya
kesadaran keluarga binaan untuk mencari tahu tentang faktor-
faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi
b. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan memberikan
sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang pentingnya
mengetahui faktor resiko hipertensi
c. Rencana intervensi pemecahan masalah adalah dengan:
1) Melakukan penyuluhan menggunakan poster, brosur, dan
video simulasi tentang faktor resiko hipertensi
2. Variabel Pendidikan
a. Akar penyebab masalah yang didapatkan yaitu rendahnya tingkat
pendidikan keluarga binaan
b. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan meningkatkan
pengetahuan warga mengenai faktor resiko hipertensi sesuai
dengan tingkat pendidikan keluarga binaan
c. Rencana intervensi pemecahan masalah ini adalah dengan:
85
1) Menambah pengetahuan, pemahaman, dan rasa ingin tahu
keluarga binaan dengan memberikan penyuluhan yang sesuai
dengan tingkat pendidikannya mengenai pentingnya
mengetahui faktor resiko hipertensi
3. Variabel Informasi
a. Akar penyebab masalah yang didapatkan yaitu kurangnya petugas
kesehatan yang memberikan penyuluhan mengenai faktor resiko
hipertensi
b. Alternatif pemecahan masalah dengan menambah petugas
kesehatan untuk memberikan penyuluhan
c. Rencana intervensi pemecahan masalah dengan:
1) Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung
tentang pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi
2) Membuat pre test dan post test mengenai faktor resiko
hipertensi untuk mengukur pengetahuan keluarga binaan
sebelum dan sesudah penyuluhan
3) Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten guna
menambah jumlah petugas kesehatan di Puskesmas Tegal
Angus
4. Variabel Kebudayaan
a. Akar penyebab masalah yang didapatkan yaitu kebiasaan pada
masyarakat untuk mengonsumsi makanan asin dan lebih memilih
berobat ke dukun
b. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan memberikan
sosialisasi mengenai pentingnya berobat ke petugas kesehatan dan
membatasi konsumsi makanan tinggi garam
c. Rencana intervensi pemecahan masalah:
1) Memotivasi keluarga binaan untuk mengurangi makanan
tinggi garam
2) Membagikan garam rendah natrium kepada keluarga binaan
86
3) Mengajak keluarga binaan untuk mendukung program berobat
ke puskesmas bagi penderita hipertensi
4) Memaparkan resiko yang dapat terjadi jika penyakit hipertensi
tidak dikontrol oleh petugas kesehatan
5. Variabel Ekonomi
a. Akar penyebab masalah yang didapatkan adalah biaya yang
diperlukan untuk berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit
b. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan mensosialisasikan
adanya jaminan kesehatan bagi keluarga yang tidak mampu
c. Rencana intervensi pemecahan masalah ini dengan:
1) Mengajak keluarga binaan untuk membuat kartu jaminan
kesehatan
2) Berkoordinasi dengan kader puskesmas beserta aparat
masyarakat untuk mensosialisasikan mengenai kartu jaminan
kesehatan masyarakat
3) Merekomendasikan kepada dinas ketenagakerjaan untuk
menghimbau dan mempermudah pinjaman modal kepada
masyarakat guna mampu secara swadaya membuka usaha
kecil menengah
4.5. Intervensi Pemecahan Masalah
Dari berbagai rencana intervensi yang telah dibuat untuk memecahkan
akar penyebab masalah yang ada, intervensi yang dapat dilakukan antara
lain adalah:
a. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang
pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi:
Melakukan penyuluhan menggunakan poster, brosur, dan video
simulasi tentang faktor resiko hipertensi
87
b. Meningkatkan pengetahuan warga mengenai faktor resiko hipertensi
sesuai dengan tingkat pendidikan keluarga binaan:
Menambah pengetahuan, pemahaman, dan rasa ingin tahu
keluarga binaan dengan memberikan penyuluhan yang sesuai
dengan tingkat pendidikannya mengenai pentingnya mengetahui
faktor resiko hipertensi
c. Menambah petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan:
Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang
pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi
Membuat pre test dan post test mengenai faktor resiko hipertensi
untuk mengukur pengetahuan keluarga binaan sebelum dan
sesudah penyuluhan
d. Memberikan sosialisasi mengenai pentingnya berobat ke petugas
kesehatan dan membatasi konsumsi makanan tinggi garam
Memotivasi keluarga binaan untuk mengurangi makanan tinggi
garam
Membagikan garam rendah natrium kepada keluarga binaan
Mengajak keluarga binaan untuk mendukung program berobat ke
puskesmas bagi penderita hipertensi
Memaparkan resiko yang dapat terjadi jika penyakit hipertensi
tidak dikontrol oleh petugas kesehatan
e. Mensosialisasikan adanya jaminan kesehatan bagi keluarga yang tidak
mampu
Mengajak keluarga binaan untuk membuat kartu jaminan
kesehatan
88
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data dari Puskesmas
Tegal Angus dan dari kunjungan ke keluarga binaan yang bertempat
tinggal di Desa Tanjung Pasir, maka dilakukanlah diskusi kelompok
dan merumuskan serta menetapkan area masalah, yaitu “Pengetahuan
Keluarga Binaan Tentang Faktor Resiko Hipertensi”.
5.1.2 Akar Penyebab Masalah
a. Kurangnya kesadaran keluarga binaan untuk mencari tahu tentang
faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi
b. Rendahnya tingkat pendidikan keluarga binaan
c. Kurangnya petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan
mengenai faktor resiko hipertensi
d. Kebiasaan pada masyarakat untuk mengonsumsi makanan asin dan
lebih memilih berobat ke dukun
e. Biaya yang diperlukan untuk berobat ke puskesmas atau ke rumah
sakit
5.1.3 Alternatif Pemecahan Masalah
a. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang
pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi
b. Meningkatkan pengetahuan warga mengenai faktor resiko hipertensi
sesuai dengan tingkat pendidikan keluarga binaan
c. Menambah petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan
d. Memberikan sosialisasi mengenai pentingnya berobat ke petugas
kesehatan dan membatasi konsumsi makanan tinggi garam
89
e. Mensosialisasikan adanya jaminan kesehatan bagi keluarga yang
tidak mampu
5.1.4 Intervensi yang Dilakukan
a. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang
pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi:
1) Melakukan penyuluhan menggunakan poster, brosur, dan video
simulasi tentang faktor resiko hipertensi
b. Meningkatkan pengetahuan warga mengenai faktor resiko hipertensi
sesuai dengan tingkat pendidikan keluarga binaan:
1) Menambah pengetahuan, pemahaman, dan rasa ingin tahu
keluarga binaan dengan memberikan penyuluhan yang sesuai
dengan tingkat pendidikannya mengenai pentingnya mengetahui
faktor resiko hipertensi
c. Menambah petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan:
1) Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang
pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi
2) Membuat pre test dan post test mengenai faktor resiko hipertensi
untuk mengukur pengetahuan keluarga binaan sebelum dan
sesudah penyuluhan
d. Memberikan sosialisasi mengenai pentingnya berobat ke petugas
kesehatan dan membatasi konsumsi makanan tinggi garam
1) Memotivasi keluarga binaan untuk mengurangi makanan tinggi
garam
2) Membagikan garam rendah natrium kepada keluarga binaan
3) Mengajak keluarga binaan untuk mendukung program berobat ke
puskesmas bagi penderita hipertensi
4) Memaparkan resiko yang dapat terjadi jika penyakit hipertensi
tidak dikontrol oleh petugas kesehatan
90
e. Mensosialisasikan adanya jaminan kesehatan bagi keluarga yang
tidak mampu
1) Mengajak keluarga binaan untuk membuat kartu jaminan
kesehatan
5.2 Saran
5.2.1 Rekomendasi
a. Menambah jumlah petugas kesehatan
Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten guna
menambah jumlah petugas kesehatan di Puskesmas Tegal Angus
b. Mensosialisasikan adanya jaminan kesehatan bagi keluarga yang
tidak mampu
Berkoordinasi dengan kader puskesmas beserta aparat masyarakat
untuk mensosialisasikan mengenai kartu jaminan kesehatan
masyarakat
Merekomendasikan kepada dinas ketenagakerjaan untuk
menghimbau dan mempermudah pinjaman modal kepada
masyarakat guna mampu secara swadaya membuka usaha kecil
menengah
91
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas YARSI. 2011. Modul
Kepaniteraan Kedokteran Komunitas FK Universitas YARSI 2011. Jakarta.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas Yarsi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.(2010). Profil Puskesmas Tegal Angus.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
Kartikawatie, Trully, Yusnita, & Dwi Yanto. 2012. Dinas Kesehatan Pemerintah
Daerah Kabupaten Tangerang: Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus 2011.
Tangerang: Puskesmas Tegal Angus
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka
Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, S (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni edisi Revisi. Rineka
Cipta. Jakarta.
Soenarto. 1992. Pemanfaatan Sarana Komunal Pembuangan Tinja di Lingkungan
Permukiman Padat. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.
Sugandhy, Acadan Rustam Hakim. 2007. Prinnsip dasar Kebijakan
Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.
92
LAMPIRAN
Lampiran I : Kuesioner
KUESIONER
PENGETAHUAN KELUARGA BINAAN MENGENAI FAKTOR RESIKO
HIPERTENSI PADA KELUARGA BINAAN DI DESA TANJUNG
PASIR
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Usia
3. Alamat :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
I. ASPEK PENGETAHUAN
1. Apakah bapak/ibu tahu mengenai hipertensi?
a. Tahu
b. Tidak tahu
2. Menurut bapak/ibu apa pengertian dari hipertensi?
a. Peningkatan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
b. Tekanan darah normal
c. Tidak tahu
1. Menurut Bapak/ Ibu apa saja faktor penyebab timbulnya hipertensi?
a. Keturunan, pola makan, stres, merokok
b. Batuk, kurang memperhatikan kebersihan diri
c. Tidak tahu
3. Menurut Bapak/ Ibu seperti apa gejala hipertensi ?
a. Pusing, nyeri leher
b. Batuk, panas badan
93
NO.
RESPONDEN
c. Tidak tahu
4. Apakah Anda pernah mengukur tekanan darah/tensi?
a. Pernah
b. Tidak pernah
2. Jika pernah, apakah Anda ditensi secara rutin?
a. Ya
b. Tidak
3. Menurut Bapak/ Ibu bagaimana upaya pencegahan hipertensi?
a. Menghindari stres, makanan berlemak dan rokok
b. Menghindari panas matahari dan debu
c. Tidak tahu
4. Apakah di keluarga Anda ada yang menderita hipertensi?
a. Ada
b. Tidak ada
II. ASPEK PENDIDIKAN
5. Apakah pendidikan terkahir Anda?
a. SMP
b. SD
c. Tidak bersekolah
III. ASPEK INFORMASI
6. Apakah Anda memiliki media informasi seperti TV atau radio?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah Anda pernah menonton atau mendengar informasi mengenai
hipertensi?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah Anda pernah mendapat kunjungan dari petugas kesehatan tentang
penyuluhan yang berkaitan dengan hipertensi?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
94
9. Apakah Anda pernah diberitahukan oleh dokter/mantri/perawat bahwa
Anda menderita hipertensi?
a. Pernah
b. Tidak pernah
IV. ASPEK KEBUDAYAAN
10. Apakah Anda berobat ke Puskesmas atau dokter jika sakit?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah Anda suka mengkonsumsi makanan asin seperti ikan asin ataupun
makanan yang yang banyak mengandung penyebab rasa?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
12. Apakah Anda suka mengkonsumsi makanan berlemak atau kolesterol
tinggi seperti daging kambing, durian, bebek?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
13. Apakah Anda merokok?
a. Ya
b. Tidak
14. Jika ya, berapa bungkus rokok yang Anda habiskan dalam satu hari?
a. Lebih dari satu bungkus
b. Kurang dari satu bungkus
15. Dimana biasanya Anda merokok?
a. Di dalam rumah
b. Di luar rumah
V. ASPEK EKONOMI
16. Apakah penghasilan Bapak/Ibu di atas Rp.1.379.000 tiap bulan?
a. Ya
b. Tidak
95
17. Apakah Bapak/ Ibu selalu mendapatkan penghasilan yang tetap setiap
bulannya ?
a. Ya
b. Kadang – kadang
c. Tidak
18. Dari penghasilan tersebut, apakah cukup untuk kebutuhan sehari-hari?
a. Ya
b. Tidak
SKORING KUESIONER
I. ASPEK PENGETAHUAN
No. 1 Jika responden menjawab
a = diberi poin 2
b = diberi poin 1
No. 2 Jika responden menjawab
a = diberi poin 3
b = diberi poin 2
c = diberi poin 1
No. 3 Jika responden menjawab
a = diberi poin 3
b = diberi poin 2
c = diberi poin 1
No. 4 Jika responden menjawab
a = diberi poin 3
b = diberi poin 2
c = diberi poin 1
96
No. 5 Jika responden menjawab
a = diberi poin 2
b = diberi poin 1
No. 6 Jika responden menjawab
a = diberi poin 2
b = diberi poin 1
No. 7 Jika responden menjawab
a = diberi poin 3
b = diberi poin 2
c = diberi poin 1
No. 8 Jika responden menjawab
a = diberi poin 2
b = diberi poin 1
II. ASPEK PENDIDIKAN
No. 9 Jika responden menjawab
a = diberi poin 3
b = diberi poin 2
c = diberi poin 1
III. ASPEK INFORMASI
No 10. Jika responden menjawab
a = diberi poin 2
b = diberi poin 1
97
No. 11 Jika responden menjawab
a = diberi poin 2
b = diberi poin 1
No. 12 Jika responden menjawab
a = diberi poin 2
b = diberi poin 1
No. 13 Jika responden menjawab
a = diberi poin 2
b = diberi poin 1
IV. ASPEK KEBUDAYAAN
No. 14 Jika responden menjawab
a = diberi poin 2
b = diberi poin 1
No. 15 Jika responden menjawab
a = diberi poin 3
b = diberi poin 2
c = diberi poin 1
No. 16 Jika responden menjawab
a = diberi poin 3
b = diberi poin 2
c = diberi poin 1
No 17. Jika responden menjawab
a = diberi poin 2
b = diberi poin 1
98
No 18. Jika responden menjawab
a = diberi poin 2
b = diberi poin 1
No 19. Jika responden menjawab
a = diberi poin 2
b = diberi poin 1
V. ASPEK EKONOMI
No 20. Jika responden menjawab
a = diberi poin 2
b = diberi poin 1
No 21. Jika responden menjawab
a = diberi poin 3
b = diberi poin 2
c= diberi poin 1
No 22. Jika responden menjawab
a = diberi poin 2
b = diberi poin 1
99
PENILAIAN VARIABEL
I. ASPEK PENGETAHUAN
Pengetahuan buruk = 8-12
Pengetahuan kurang = 13-16
Pengetahuan baik = 17-20
II. ASPEK PENDIDIKAN
Pendidikan rendah = 1-2
Pendidikan tinggi = 3
III. ASPEK INFORMASI
Informasi kurang = 4- 5
Informasi cukup = 6-7
Informasi baik = 7-8
IV. ASPEK KEBUDAYAAN
Dipengaruhi kebudayaan = 6-8
Sedikit dipengaruhi kebudayaan = 9-11
Tidak dipengaruhi kebudayaan = 12-14
V. ASPEK EKONOMI
Di bawah UMR Kota Tangerang = ≤ 4
Di atas UMR Kota Tangerang = > 4
100
Keluarga Tn Samun
101
Keluarga Tn Saja
102
103
Keluarga Tn. Naol
104
Keluarga Tn. Endi
105
Top Related