LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM BIOKIMIA
Devi Handayani Putri
G1A 009 007
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat telah mengikuti praktikum biokimia.
Mataram : 27 Desember 2012
Mengetahui :
Koordinator
(Ayu Kusnandini)
G1C 009004
Co. Ass Acara I Co. Ass Acara II
(Ratna Dewi Komalasari) ( Rizky wahyuni)
G1C 009031 G1C009011
Co. Ass Acara III Co. Ass Acara IV
( Ni Luh Gede Dita Riasti Giri) (Erwinda Tenti Primasari)
G1C 009032 G1C 009028
Co. Ass Acara V
(Harira)
GIC 009033
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat dan hidayah-Nya laporan tetap
biokimia ini dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan tetap biokimia ini disusun dari hasil
praktikum yang telah dilakukan setiap minggunya, yang digunakan sebagai syarat mengikuti
respon akhir. Penyusunan laporan tetap ini tidak lepas dari bantuan co. ass baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis mengakui bahwa penyusunan laporan tetap ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, diharapkan adanya kritik serta saran yang membangun guna menjadikan
laporan tetap ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata semoga laporan tetap ini dapat
berguna bagi para pembaca.
Mataram, 27 desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul...............................................................................................
Halaman Pengesahan.....................................................................................
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi........................................................................................................
Acara I
Karbohidrat....................................................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................
Acara II
Lipid...............................................................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................
Acara III
Air Liur Dan Cairan Empedu.........................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................
Acara IV
Bahan Makanan.............................................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................
Acara V
Menentukan Kadar Kolesterol.......................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
KARBOHIDRAT
Oleh:
Baiq Witha Yulisvia
G1A 009012
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2011
ACARA I
KARBOHIDRAT
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
a. Tujuan praktikum : - Mengetahui cara melakukan isolasi amilum dari umbi
- Melakukan identifikasi karbohidrat (monosakarida,
disakarida dan polisakarida) berdasarkan reaksi-reaksi dan
perubahan warnanaya
b. Hari, tanggal : Senin, 14 November 2011.
c. Tempat : Laboratorium Kimia Dasar Lantai III Fakultas MIPA
Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehid/keton dengan rumus empirik (CH2O)n.
Karbohidrat terdiri atas monosakarida merupakan gula sederhana memiliki satu unit aldehida
atau keton; oligosakarida (beberapa unit monosakarida); dan polisakarida, molekul besar
linear atau bercabang yang mengandung banyak unit mosakarida. Gula yang paling banyak
terdapat di alam, seperti ribose, glukosa, fruktosa dan monosakarida adalah rangkaian gula D.
Gula sederhana dengan 5 atau lebih atom karbon dapat berada dalam bentuk cincin-tertutup
hemiasetal, sebagai furanosa (cincin beranggota-lima) atau piranosa (cincin beranggota-
enam). Furanosa dan piranosa terdapat dalam proses mutarotasi. Gula yang dapat mereduksi
senyawa oksidator disebut gula pereduksi (Lehinger,1975:313).
Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hydrogen, dan oksigen. Jumlah
atom hydrogen dan oksigegen merupakan perbandingan 2:1 seperti pada molekul air.
Sebagai contoh molekul glukosa mempunyai rumus kimia C6H12O6, sedangkan rumus
sukrossa adalah C12H22O11. Pada glukosa tampak bahwa jumlah atom hydrogen berbanding
jumlah atom oksigen ialah 12:6 atau 2:1, sedangkan pada sukrosa 22:11 atau 2:1. Dengan
demikian dahulu orang berkesimpulan adanya air dalam karbohidrat.Berbagai senyawa yang
termasuk kelompok karbohidrat mempunyai molekul yang berbeda ukurannya, yaitu dari
senyawa yang mempumyai berat molekul 90 hingga senyawa yang mempunyai berat
molekul 500.000 bahkan lebih. Berbagai senyawa itu di bagi menjadi beberapa golongan,
yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida adalah
karbohidrat yang paling sederhana, dalam artian molekulnya hanya terdiri atas beberapa
atom karbon saja dan tidaak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak
menjadi karbohidrat lain. Contoh yang paling sederhana ialah gliseradehida dan
dihidroksiaseton. Selain itu terdapat juga beberapa monosakarida yang penting yaitu glukosa,
fruktosa, galaktosa dan pentosa. Yang ke dua adalah oligosakarida yakni dua molekul
mmonosakaridaa yang tersusun berikatan satu dengan yang lain, membentuk satu molekul
disakarida. Contohnya adalah sukrosa, laktosa, maltose, rafinosadan stakiosa. Pada
umumnya molekul yang berukuran besar dan lebih kompleks dari pada monosakarida dan
oligosakarida disebut dengan polisakarida, yakni molekul yang terdiri atas banyak molekul
monosakarida. Yang termasuk dalam molekul ini adalah amilum, glikogen, dekstrin, selulosa
dan mukopolisakarida(Winarno, 1992).
Dalam larutan asam encer , walaupun dipanaskan monosakarida umumnya stabil.
Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan furfural
dan derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan
molekul air dari suatu senyawa. Fural dan derivatnya dapat membentuk senyawa yang
berwarna apabila di reaksikan dengan α naftol atau timol.Pereaksi molisch terdiri atas larutan
α naftol dalam alcohol. Apabila peraksi ini ditambahkan pada larutan glukosa
misalnya,kemudian secara hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat akan terbentuk dua lapisan
zat cair. Pada batas antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadai
kondensasi antara furfural dengan α naftol. Selain itu untuk mengetahui suatu kandumgan
karbohidrat dalam suatau zat makanan digunakanlah suatau proses yang dinamakan reaksi
benedict.preaksi ini mengandung kuprisulfat, natriumkarbonat dan natriumsitrat.glukosa dapat
mereduksi ion CU++ dari kuprisulfat menjadi ion CU+ yang kemudian mengendap sebagai
CU2O. adanya natrium karbonat dan natriun sitrat membuat peraksi Benedict bersifat basa
lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata. Warna
endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang dikandungnya (Poedjiadi, , 2007).
Komposisi pati pada umumnya terdiri dari amilopektin sebagai bagian terbesar dan
sisanya amilosa. Adanya informasi mengenai komposisi pati diharapkan dapat menjadi data
pendukung dalam menentukan jenis produk yang akan dibuat dari pati atau tepung talas.
Penelitian pada 71 sampel umbi talas yang diambil dari negara Fiji, Samoa Barat dan
Kepualauan Solomon, diperoleh kadar pati rata-rata sebesar 24,5% dan serat sebesar 1,46%
(Kusnawijaya, 1993).
Reaksi Molish merupakan salah satu cara uji kualitatif karbohidrat dengan memiliki
Prinsip kerja yaitu ikatan glikosida pada karbohidrat akan terhydrolisa oleh H2SO4 (pekat)
menghasilkan monosakarida yang kemudian dihydrasi membentuk Furtural. Dan bila
direaksikan dengan Alpha Naftol akan memberikan warna ungu.Ada juga cara uji kualitatif
lainnya yaitru Reaksi Benedict yang memiliki prinsip kerja Cu 2+ akan direduksi oleh gula
menjadi Cu+. Dalam hal ini terbentuk endapan Cu2O. reaksi dinyatakan positif apabila
terbentuk endapan berwarna biru kehijauan sampai merah batu bata /tergantung pada kadar
gula reduksi yang tersedia ( Anonim, 2009 ).
Benedict Reagen digunakan untuk mentes atau memeriksa kehadiran gula
monosakarida dalam suatu cairan. Monosakarida bersifat redutor, dengan diteteskannya
Reagen akan menimbulkan endapan merah bata. Selain menguji kualitas, secara kasar juga
berlaku secara kuantitatif, karena semakin banyak gula dalam larutan maka semakin gelap
warna endapan (Anonim, 2009 ).
Identifikasi monosakarida dilakukan berdasarkan sifat kemampuannya mereduksi,
yang dilakukan menggunakan uji Benedict. Uji Molicsch dipergunakan untuk mengenal
karbohidrat yang mudah mengalami dehidrasi membentuk furfural maupun dihidrosifurfural
yang lebih lanjut berkondensasi dengan resorsinol, orsinol ataupun a-naftol. Reagen
Seliwanof dipergunakan untuk mengenal adanya karbohidrat yang mengandung gugus
fungsional aldehid seperti fruktosa dan sukrosa. Pereaksi barfoed digunakan secara umum
untuk mengenal adanya monosakarida. Uji iodin secara khusus dipergunakan untuk
mengidentifikasi adanya polisakarida amilum(Anonim, 2010).
Pereaksi Barfoed, Pereaksi ini terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam
air, dan digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida. Monosakarida
dapat mereduksi lebih cepat daripada disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh
monosakarida daripada oleh disakarida, dengan anggapan bahwa konsentrasi mopnosakarida
dan disakarida dalam larutan tidak berbeda banyak. Tauber dan Kleiner membuat modifikasi
atas pereaksi ini, yaitu dengan jalan mengganti asam asetat dengan asam laktat dan ion Cu+
yang dihasilkan direaksikan dengan pereaksi warna fosfomolibdat hingga menghasilkan
warna biru adanya monosakarida. Disakarida dengan konsentrasi rendah tidak memberikan
hasil positif. Perbedaan antara pereaksi Barfoed dengan pereaksi Fehling atau Benedict ialah
bahwa pereaksi Barfoed digunakan pada suasana asam. (Anonim, 2009).
C. ALAT DAN BAHAN
A. Alat ;
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pipet tetes
- blender
- Gelas ukur
- Timbangan analitik
- Gelas kimia
- Pengaduk
- Kertas saring
- Penangas air
- Stop watch
- Penjepit
- Satu set alat penyaring buchner
- Gelas arloji
- Kertas label
- Tissue
- Kain kasa
B. Bahan :
- Aquades
- Ubi kayu 100 gram (yang sudah di blender)
- Alkohol 95 %
- Larutan amilum
- Larutan glukosa
- Larutan 10% alfa naftol
- H2SO4 pekat
- Reagen benedict
- Larutan Fruktosa
- Larutan Iodine
- Reagen saliwanoff
- HCl 2N
D. SKEMA KERJA
1. Isolasi Amilum dari Umbi/Biji-bijian.
- (+) 200 ml aquades kemudian di blender selama 30 detik,
dilakukan beberapa kali
- Disaring residu dengan kain dan larutan yang keruh ditampung
dalam gelas ukur 500 ml ( residu dibuang)
- (+) 200 ml aquades dan dikocok
- Didekantasi
- (+) 200 mL aquadest dan dikocok.
- (+) 100 mL alkohol 95% - Disaring dengan kertas saring.
- Dikeringkan pada suhu kamar - Ditimbang
2. Uji Kualitatif Karbohidrat
a. Reaksi Mollisch
- 2 mL larutan glukosa
- 2 tetes larutan 10% alfa naftol
- dialirkan 2 mL H2SO4 melalui dinding tabung
100 gram ubi kayu yang sudah diparut
Larutan yang jenuh
Larutan yang jenuh Endapan
Larutan yang jernih Endapan
Pati
Hasil
Tabung reaksi
hasil
- 2 mL larutan fruktosa
- 2 tetes larutan 10% alfa naftol
- dialirkan 2 mL H2SO4 melalui dindingtabung
b. Reaksi Benedict
- 5 mL reagen Benedict
- 8 tetes larutan glukosa
Dilakukan cara yang sama untuk larutan fruktosa
c. Reaksi Iodine
- 1 ml larutan karbohidrat
- HCl encer beberapa tetes
- 2 tetes larutan iodine
d. Reaksi Saliwanoff
Tabung reaksi
hasil
Tabung reaksi
hasil
Tabung reaksi
hasil
Tabung reaksi
- 2 ml reagen saliwanoff
- 2 tetes larutan glukosa
- di panaskan
Dilakukan cara yang sama untuk larutan fruktosa
E. HASIL PENGAMATAN
1.Isolasi Amilum Dari Umbi
Berat ubi kayu = 100 gr
Setelah diblender akan terjadi penggumpalan
Amilum dalam suspensi alcohol 95 % berwarna putih keruh
Setelah kering berwarna putih jernih
Berat amilum kering = 15,43 gr
Berat kertas saring = 1,07 gr
Berat kertas saring + pati = 16,50 gr
Kadar amilum = 15,43 gr/100 gr × 100 % = 15,43 %
Kesimpulan : Diperoleh amilum kering 15,43 gr dengan kadar amilum 15,43 %
dengan warna putih jernih.
2 .Uji Kualitatif Karbohidrat
No Langkah kerja Hasil Pengamatan
1. .Reaksi Molissch
glukosa
2 ml glukosa + 2 tetes larutan 10 % alfa
naftol yang masih baru dan
dicampur,dialirkan perlahan-lahan 2 ml
H2SO4.
Terdapat 2 lapisan yaitu bagian
bawah kuning keemasan dan
bagian atas putih keruh serta
terdapat bagian pemisah yang
berupa cincin yang berwarna ungu
hasil
Fruktosa
2 ml fruktosa + 2 tetes larutan 10 % alfa
naftol yang masih baru dan
dicampur,dialirkan perlahan-lahan 2 ml
H2SO4.
yang menandakan adanya
kandungan karbohidrat.Larutan ini
lama-kelamaan akan terasa panas
akibat reaksi dengan asam kuat.
-Terdapat seperti kotoran yang
melayang di atas larutan dan
setelah ditambah dengan 2 ml
H2SO4.
- Terdapat 2 lapisan,bagian atas
keruh kehitaman dan bagian bawah
bening.
- Terdapat cincin berwarna ungu
pekat sehingga dapat dilihat pada
percobaan ini mengandung
karbohidrat.
3. Reaksi Benedict
2 ml reagen Benedict + 8 tetes (0,5 ml)
larutan glukosa dan glukosa diletakkan pada
tabung reaksi dan dimasukkan dalam
penangas selama 5 menit
Perlakuan terhadap fruktosa (sama seperti
glukosa)
Warna bennedict biru,glukosa
warna orange
Benedict + Glukosa = Biru
Setelah dipanaskan menjadi
berwarna hijau
lumut.Menunjukkan terjadi reaksi
positif.
Warna bennedict biru,fruktosa
warna orange
Benedict + Glukosa = Biru
Benedict + fruktosa dipanaskan
warnanya orange dan terdapat
endapan merah bata.
4. Reaksi Iodine
1 ml larutan karbohidrat + HCl encer + 2 tetes
larutan iodine
Larutan karbohidrat (amilum)
berwarna putih bening + HCl +
iodine= biru keunguan
5. Reaksi Saliwanoff
2 ml reagen saliwanoff + 2 tetes larutan
karbohidrat (Glukosa dan Fruktosa)
dipanaskan 1 menit
Saliwanoff (bening)
Saliwanoff+glukosa=
menjadi merah
Saliwanoff + fruktosa =
menjadi agak merah
Ini menandakan bahwa
mengandung karbohidrat
F. ANALISA DATA
a. Isolasi amilum dari singkong (Manihot utilisima)
Diket : Berat amilum kering = 15,43 gr
Berat kertas saring = 1,07 gr
Berat kertas saring + pati = 16,50gr
Dit : Kadar amilum. . .???
Jawab :
Kadar Amilum = Berat amilum kering / 100 gr × 100%
= 15,43gr / 100 gr × 100 %
= 15,43 %
b. Persamaan Reaksi
1. Reaksi Molisch
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH— HCOH—C=O + H2SO4 → ─C —H +
│ Glukosa OH
Furfural α-naftol
Rumus cincin yang terbentuk
O ║
║ __SO3HH2C─ ─────C───── ─OH
Cincin ungu senyawa kompleks
2). Reaksi benedict
3).Reaksi iodine
4).reaksi saliwanof
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum karbohidrat ini dilakukan proses pengisolasian senyawa
karbohidrat yang ada pada umbi. Seperti yang kita ketahui umbi mengandung karbohidrat
yang berfungsi sebagai simpanan energi. Karbohidratnya di simpan dalam bentuk amilum.
Dan juga dilakukan pengidentifikasian karbohidrat berdasarkan reaksi-reaksi dari perubahan
warnanya, menggunakan uji kualitatif karbohidrat.
Percobaan yang dilakukan yang pertama yaitu pengisolasian amilum dari
umbi, umbi yang digunakan adalah umbi kayu. Untuk mempermudah proses isolasi amilum
dari umbi,maka terlebih dahulu dilakukan proses penghancuran atau pemblenderan umbi
yang masih utuh sehingga terjadi proses koagulasi (penggumpalan) amilum.Untuk
memperjelas adanya amilum maka digunakan suspense alcohol 95 %,karena akan
mempengaruhi warna yang akan menjadi alat identifikasi ada tidaknya amilum. Berdasarkan
hasil praktikum dan analisis data,dari 100 gr berat umbi kayu diperoleh 15,43 gr amilum
dengan kadar 15,43 %.
Untuk hidrolisis karbohidrat, dilakukan uji kualitatif karbohidrat yang terdiri
dari uji reaksi molisch, uji raksi benedict, uji reaksi iodine dan uji reaksi saliwanoff
digunakan kaebohidrat (glukosaa dan fruktosa). Pada reaksi Molisch, adanya senyawa
karbohidrat ditandai dengan adanya cincin ungu pada bidang batas dua cairan.Cincin ungu
tersebut terbentuk dari adannya ikatan antara glukosa atau fruktosa dengan guguas –OH
yang ada pada larutan alfa naftol melalui reaksi hidrolisis dimana H2SO4 mengkatalis reaksi
tersebut.
Pada uji benedict, teori yang mendasarinya adalah gula yang mengandung
gugus aldehit atau keton bebas akan mereduksi ion Cu dalam suasana alkalis menjadi Cu
yang mengendap sebagai Cu2O ( kupro oksida ) berwarna merah bata. Sukrosa oleh HCL
dalam keadaan panas akan terhidrolisis lalu menghasilkan glukosa dan fruktosa, hal ini
menyebabkan uji benedict yang sebelum terhidrolisis memberikan hasil negatif menjadi
positif. Dari hasil percobaan diperoleh warna hijau lumut yang menunjukan terjadinya reaksi
positif, hal ini untuk perlakuan pada glukosa. Sedangkan pada fruktosa diperoleh warna
merah bata yang juga menunjukan reaksi positif.
Pada reaksi benedict adnya karbohidrat ditunjukan oleh beberapa macam
warna. Yang menyebabkan terjadinya bermacam – macam kemungkinan warna karena ada
ikatan spesifik antara ragen benedict dengan karbohidrat itu dan konsentrasi larutan yang
ditambahkan kedalamnya berbeda- beda. Semakin besar konsentrasinya maka warnanya juga
akan semakin pekat.
Pada uji reaksi iodine, amilum yang ditambahkan dengan HCl dan iodine
menghasilkan warna biru, hal ini menunjukkan bahwa terjadi reaksi positif dan membuktikan
adanya polisakarida. Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks
adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna biru
(Anonim, 2009)
Sedangkan pada uji reaksi saliwanoff diperoleh hasil larutan warna merah
setelah dipanaskan di dalam penangas air pada larutan glukosa maupun fruktosa. Hal ini
menandakan terjadinya reaksi positif antara larutan dengan reagen saliwanoff yang
menghasilkan warna merah pada larutan. Berdasarkan Anonim(2009) pendidihan lebih lama
harus dihindarakan karena aldosa-aldosa akan diubah menjadi ketosa.
H. PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dan analisis data dapat diambil kmesimpulan sebagai berikut :
Untuk mengisolasi amilum dari umbi dapat menggunakan suspense alcohol 95 %
Dari 100 gr berat umbi terdapat 15,43 gr amilum dengan kadar 15,43%
Karbohidrat merupakan senyawa yang memiliki gugus fungsi –OH,gugus aldehid
atau gugus keton dengan hasil metabolisme antara lain glukosa dan fruktosa
Untuk uji kualitatif karbohidrat dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
a. Reaksi Molissch : adanya cincin warna ungu pada bidanng batas dua
cairan menunjukkan bahwa pada larutan tersebut
terdapat karbohidrat.
b.Reaksi Benedict : adanya karbohidrat ditandai dengan terbentuknya
berbagai warna seperti orange,biru,hijau,dan merah
bata.
c. Reaksi Iodine : adanya karbohidrat ditandai dengan terbentuknya
warna biru pada larutan.
d. Reaksi Saliwanoff : adanya karbohidrat ditandai dengan terbentuknya
warna merah pada larutan setelah dipanaskan.
b. Saran
Bagi para praktikan diharapkan lebih teliti dan hati-hati dalam menjalankan praktikum
agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diingkan serta tujuan dari praktikum dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Petunjuk Praktikum Biokimia Umum. Mataram : UNRAM.
Anonim. 2010. Laporan biokimia karbohidrat. Diunduh dari: http://sukseskimia-
sukseskimia.blogspot.com/2010/04/laporan-biokimia-karbohidrat.html pada tanggal 7
januari 2012.
Kusnawijaya. 1993. Biokimia. Bandung : Exact Ganeca.
Lehninger, A.L. 1997. Dasar-dasar Biokimia : edisi ke-Jilid 1. Erlangga. Jakarta
Poedijadi, Anna. 2007. Dasar – Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Winarno,F.G. 1992. Kimia pangan Dan Gizi. Jakarta: Grahamedia .
Yukiicettea. 2009. Laporan biokimia. Diunduh dari: http://yukiicettea.blogspot.com
/2009/10/ biochemistry-laporan-biokimia.html. pada tanggal 7 januari 2012.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
LIPIDA
Oleh:
Baiq Witha Yulisvia
G1A 009012
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2011
ACARA II
LIPIDA
1) PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan : - Mengidentifikasi kualitas minyak dengan uji sifat fisik dan kimia
(bilangan penyabunan, bilangan asam, bilangan peroksida dan
grease spot test ).
- Mempelajari sifat-sifat lipid.
- Melakukan analisa lipid secara kualitatif.
2. Hari, tanggal : Minggu, 11 Desember 2011.
3. Tempat : Laboratorium Kimia Dasar Lantai III, Fakultas Mipa Universitas
Mataram.
2) LANDASAN TEORI
Lemak adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol adalah suatu
trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. jadi tiap atom karbon mempunyai
gugus –OH. Suatu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua atau tiga molekul asam lemak
dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida,atau trigliserida. Lemak pada
hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan, sedangkan lemak yang berasal
dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam
lemak cair atau yang biasa disebut minyak mengandung asam lemak tak jenuh. Lemak
hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yang berbeda-beda. Untuk
menentukan derajat ketidak jenuhan asam lemak yang terkandung didalamnya diukur
dengan bilangan iodium. Minyak kelapa sawit mengandung asam lemak tidak jenuh dan
dengan proses hidrogenasi ini akan terjadi lemak padat. Ini adalah salah satu proses pada
pembuatan margarin dan minyak kelapa sawit. (Poedjiadi,2007:59).
Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa. Kandungan
minyak pada daging buah kelapa tua adalah 34,7%, minyak kelapa digunakan sebagai bahan
baku industri atau sebagai minyak goreng. Minyak kelapa diperoleh dari daging buah kelapa
segar. Proses untuk membuat minyak kelapa dari daging buah kelapa segar dikenal dengan
proses basah karena pada proses ini ditambahkan air untuk mengekstraksi minyak.
(Tarwiyah,2001:56).
Lemak diklasifikasikan berdasarkan panjang rantai karbon yang dimilikinya.
Hampir dua per tiga dari kandungan minyak kelapa merupakan asam lemak yang berantai
karbon sedang. Hampir 50% dan asam lemak yang terkandung dalam minyak kelapa adalah
golongan lauric acid.(Setiabudi,2004:78).
Lemak dan minyak merupakan makronutrien penting yang menempati urutan
kedua setelah HA sebagai bahan bakar untuk memberikan energi kepada sel-sel tubuh. Lemak
mempunyai fungsi lain yang tidak dimiliki oleh HA seperti pembentukan komponen membran
vitamin larut lemak. Berdasarkan bentuknya, lemak dibedakan drngan minyak yaitu lemak
berbentuk padat sedangkan minyak berbentuk cair. Lemak atau minyak yang terdapat didalam
tubuh disebut pula lipid. Lemak yang ada dalam makanan maupun tubuh dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama yaitu:trigliserida, kolesterol dan fosfolipid. Asam
lemak dapat dibedakan pula antara asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Keduanya dibedakan
berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap antara dua atom karbonnya dalam rumus bangunnya.
Minyak nabati seperti minyak jaitu, kanola dan kacang lebih banyak mengandung asam lemak
omega-9 atau asam oleat sementara minyak kelapa mengandung lebih banyak asam lemak
jenuh atau asam palmitat. Karena itu, dua jenis minyak yang disebutkan terakhir ini sering
digolongkan kedalam jenis minyak jenuh kendati minyak sawit sendiri dengan pemrosesan
dalam industri sudah terolah menjadi jenis minyak yang mengandung cukup banyak asam
lemak tak jenuh.(Hartono,2006:28).
Dalam cairan yang mengandung asam lemak dikenal peristiwa “tengik”. Bau yang
khas ini disebabkan karena adanya senyawa campuran asam keto dan asam hidroksiketo yang
berasal dari dekomposisi asam lemak yang terdapat dalam cairan itu. Sampai sekarang reaksi
menjadi tengik dikenal sebagai reaksi asam lemak tak jenuh.(Martoharsono,2006:59).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
- Gelas ukur 25 mL.
- Gelas ukur 50 mL.
- Pipet volume 50 ml.
- Pipet tetes.
- Gelas arloji.
- Erlenmeyer 100 mL.
- Erlenmeyer 250 mL.
- Labu takar.
- Corong.
- Statif.
- Klem.
- Timbangan Analitik.
- Hot Plate (penangas uap).
- Alat refluks.
- Alat titrasi.
- Labu pengenceran.
2. Bahan
a. Minyak goreng bekas.
b. Minyak goreng baru.
c.Kertas Saring.
d. Larutan KOH 0,5 N.
e.Alkohol 95%.
f. Indikator PP.
g. Larutan HCl 0,5 N.
h. Larutan KOH 0,1 N.
i. Aquades.
j. Campuran kloroform-asam asetat glasial (3:2 V/V).
k. Larutan KI jenuh.
l. Larutan Na2S2O3 (tiosulfat) 0,1N.
m. Larutan indikator amilum.
n. Kertas label.
o. Tissue.
D. SKEMA KERJA
1. Grease Spot Test ( Test Noda Lemak)
- Dilakukan untuk minyak baru dan minyak bekas.
- + sedikit dietil eter 2 tetes,
- dikocok
- Dituang dalam gelas arloji
- diuapkan eternya
- diusap larutan dengan kertas saring
2. Penentuan Bilangan Penyabunan
- Dilakukan untuk minyak baru dan minyak bekas.
- Ditimbang dalam erlenmeyer 20 ml
- + 50 ml KOH dalam etanol
- Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin
tegak
- Minyak dididihkan sampai semua minyak
tersabunkan
- Didinginkan
- + indikator fenoftalin
- Dititrasi dengan larutan standar HCl 0,5 N
3. Penentuan Bilangan Asam
- Dilakukan untuk minyak baru dan minyak bekas.
- Dimasukan dalam erlenmeyer
Minyak
Hasil (ada/tidak noda minyak)
Minyak 4 gram
Gliserol & garam asam lemak
Hasil (volume HCl untuk titrasi)
10 gr minyak
- + 25 ml alkohol 95 %
- Erlenmeyer ditutup dengan pendingin balik
- Dipanaskan sampai mendidih
- Digojog kuat-kuat untuk melarutkan asam
lemak
- Didinginkan
- Dititrasi dengan KOH 0,1 N menggunakan
indikator fenoftalin
4. Penentuan Bilangan Peroksida
- Dilakukan untuk minyak baru dan minyak bekas.
- Dimasukkan dalam erlnmeyer 250 mL
- + 30 mL pelarut campuran klorofom
- asam asetat glasial (3:2) v/v
- + 0,5 larutan KI jenuh
- Dikocok
- + 30 mL aquadest
- dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3
(natrium tiosulfat) sampai warna kuning
hampir hilang (kuning muda)
Larutan
Hasil (volume larutan KOH
untuk titrasi)
0,5 gr minyak
Larutan digoyangkan
Larutan
- + 0,5 mL indikator amilum
- titrasi kembali dengan Na2S2O3 0,1 N sampai
jernih.
E. HASIL PENGAMATAN
a.Minyak Baru
Langkah kerja Hasil
1. Grease Spot test (tes noda lemak)
Lemak/minyak dikocok dengan eter,tuang
dalam kaca arloji uapkan eternya. Usap
kaca arloji dengan kertas saring kertas
lakmus.
2. Penentuan bilangan penyabunan
4 gr minyak dalam erlemeyer 50 ml + 50
ml KOH 0,5 N dalam etanol.
Erlemeyer dihubungkan dengan pendingin
tegak dan minyak didihkan dengan
penangas air sampai minyak tersabunkan.
Larutan didinginkan + 5 tetes indikator
PP.
Dititrasi dengan larutan HCL standar 0,5
N.
1. - Uji Blanko
50 ml KOH dalam etanol ditambahkan 5
- Terbentuk warna transparan pada
kertas saring, menandakan uji
positif (adanya noda minyak).
- Minyak yang awalnya berwarna
kuning menjadi bening.
- Larutan menjadi putih keruh/putih
susu.
- Saat dititrasi larutan terbentuk 2
lapisan: atas putih keruh dan bawah
putih susu.
- Larutan berwarna pink.
- V titrasi HCL = 41,2 mL, larutan
kembali ke warna semula pada saat
dititrasi.
- Larutan bening menjadi pink dan
lama kelamaan menjadi ungu
bening.
- Larutan bening, HCL yang dipakai
tetes indicator PP
lalu dititrasi dengan HCL 0,5 N sampai
larutan bening.
2.
3. Penentuan bilangan asam.
20 gr minyak dalam erlemeyer 250 ml +
50 ml alkohol 95 % dipanaskan.
Erlemeyer ditutup dengan pendingin balik
dipanaskan sampai mendidih dan digosok
kuat.
Didinginkan,larutan dititrasi dengan
larutan standar KOH 0,1 N dengan
indikator PP.
4. Penentuan bilangan peroksida
0,5 gr minyak + 30 ml pelarut kloroform :
asam asetat glasial (2:3 v/v) dikocok.
Ditambahkan 0,5 ml KI jenuh 7 tetes
sambil dikocok + 30 ml aquadest.
Iodium yang dibebaskan oleh peroksida
dititrasi dengan larutan standar Na-
tiosulfat 0,1 N dengan indikator amilum 7
tetes (sampai jernih).
45,4 mL.
- Tebentuk 2 lapisan yaitu atas:
bening dan bawah: kuning.
- Terbentuk 2 lapisan yaitu, bawah:
kuning (merupakan minyak), dan
atas: keruh (air).
- setelah penambahan indikator tidak
terjadi perubahan warna tetapi
setelah dititrasi terbentuk 2 lapisan
yaitu atas: pink dan bawah: kuning.
- V KOH yang terpakai = 9,5 mL.
- Larutan berwarna bening.
- Warna menjadi agak kuning.
- Terbentuk 2 lapisan yaitu atas:
kuning dan bawah: pink muda
- V Na2S2O3 yang dipakai = 1,5 mL.
b.Minyak Bekas
Langkah kerja Hasil
1.Grease Spot test (tes noda lemak)
Lemak/minyak dikocok dengan
eter,tuang dalam kaca arloji
uapkan eternya.Usap kaca arloji
dengan kertas saring kertas
lakmus.
2. Penentuan bilangan penyabunan
4 gr minyak dalam erlemeyer 50
ml + 50 ml KOH 0,5 N dalam
etanol.
Erlemeyer dihubungkan dengan
pendingin tegak dan minyak
didihkan dengan penangas.
Sampai minyak tersabunkan.
Larutan didinginkan + 5 tetes
indikator PP.
Dititrasi dengan larutan HCL
standar 0,5 N.
3. Penentuan bilangan asam.
10 gr minyak dalam erlemeyer
250 ml + 25 ml alkohol 95 %.
Erlemeyer ditutup dengan
pendingin balik dipanaskan
sampai mendidih dan digosok
kuat.
- Minyak kotor yang awalnya
berwarna merah teh menjadi
bening/kuning.
- Terbentuk warna transparan pada
kertas saring, menandakan uji
positif (adanya noda minyak).
- Larutan berwarna putih kekuningan.
- Terbentuk 2 lapisan yaitu atas: putih
kekuningan dan bawah: keruh.
- Menjadi pink.
- Menjadi warna bening
- Volume HCL yang dipakai = 41,9
mL.
- Terbentuk 2 lapisan, atas kuning
bening dan bawah kuning
kecoklatan.
- Terbentuk 2 lapisan: diatas berwarna
kuning keruh dan bawah kuning
pekat.
- Setelah ditambah inikator PP tidak
ada perubahan tetapi setelah titrasi
tebentuk 2 lapisan, atas: pink dan
bawah: kecoklatan.
Didinginkan,larutan dititrasi
dengan larutan standar KOH 0,1
N dengan indikator PP.
4.Penentuan Bilangan Peroksida
0,5 gr minyak + 30 ml pelarut
kloroform : asam asetat glasial
(2:3 v/v) dikocok.
Ditambahkan 0,5 ml KI jenuh 7
tetes sambil dikocok + 30 mL
aquadest.
Iodium yang dibebaskan oleh
peroksida dititrasi dengan larutan
standar Na-tiosulfat 0,1 N dengan
indikator amilum 7 tetes sampai
jernih.
- V KOH yang dipakai = 10 mL.
- Larutan berwarna kuning bening.
- Berwarna kuning.
- terbentuk 2 lapisan, atas: kuning
keruh dan bawah: keruh.
- V Na2S2O3 yang dipakai = 23,5 mL.
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
KOH + HCl → KCl + H2O
Asam lemak + etanol → Larut
Minyak + kloroform + asam asetat glacial → Larut
I3- + amilum → kompleks I3
- amilum
I3 + 2S2O32- → 2I- + 3S4O6
2-
2. Perhitungan
a) Bilangan Penyabunan
Reaksi :
Perhitungan :
Minyak Goreng Baru
Diket : Berat minyak = 4 gram
V1 untuk titrasi blanko = 45,4 mL
V2 untuk titrasi minyak = 41,2 mL
Penyelesaian :
Bilangan penyabunan = =
= ml/gr
= 29,92 ml/gr
Minyak Goreng Bekas
Diket : Berat minyak = 4 gram
V1 untuk titrasi blanko = 45,4 ml
V2 untuk titrasi minyak = 41,9 ml
Penyelesaian :
Bilangan penyabunan = =
= ml/gr
= 24,94 ml/gr
b) Bilangan Asam
Reaksi:
Perhitungan :
Minyak Goreng Baru
Diket : Berat minyak = 20 gram
VKOH = 9,5 ml
NKOH = 0,1 N
Penyelesaian :
Bilangan asam = =
= ml/gr
= 2,66 ml/gr
Minyak Goreng Bekas
Diket : Berat minyak = 10 gram
VKOH = 10 ml
NKOH = 0,1 N
Penyelesaian :
Bilangan asam = =
= ml/gr
= 5,61 ml/gr
c) Bilangan Peroksida
Reaksi :
CH3CH2CHCOOH + O2 → CH3CH2COOCH2COOH
As.lemak tak jenuh Peroksida
Perhitungan :
Minyak Goreng Baru
Diket : Berat minyak = 0,5 gram
VNa2S2O3 = 1,5 ml
NNa2S2O3 = 0,1 N
Penyelesaian :
Bilangan peroksida = =
=
= 300
Minyak Goreng Bekas
Diket : Berat minyak = 0,5 gram
VNa2S2O3 = 23,5 ml
NNa2S2O3 = 0,1 N
Penyelesaian :
Bilangan peroksida = =
=
= 4700
d) Bilangan Ester
Minyak goreng baru
Bilangan ester = bilangan penyabunan - bilangan asam
= 29,92-2,66
= 27,26 ml/gr
Minyak goreng bekas
Bilangan ester = bilangan penyabunan - bilangan asam
= 24,94-5,61
= 19,33 ml/gr
G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan Identifikasi senyawa dengan menggunakan Grease
spot test (tes noda lemak), Identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan
penyabunan, penentuan bilangan asam, dan bilangan peroksida. Identifikasi yang
dimaksudkan disini adalah secara kualitatif berdasarkan sifat- sifat yang diuji tadi. Minyak
yang digunakan adalah minyak kelapa yang merupakan salah satu bahan pokok yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain dimanfaatkan sebagai minyak goreng, dapat
juga dimanfaatkan untuk keperluan lainnya yaitu sebagai minyak kesehatan.
Pada percobaan pertama yaitu identifikasi senyawa dengan tes noda lemak atau
Grease spot tes dilakukan dengan meneteskan minyak pada gelas arloji dan ditetesi dengan 1
tetes ester. Dari hasil pengamatan diatas didapatkan warna minyak yang kuning bening
setelah eter diuapakan. Warna kuning ini sesuai dengan warna minyak semula. Hal ini berarti
minyak tersebut tidak mengalami hidrolisis karena reaksinya dengan eter. Hal ini berarti
warna kuning adalah warna yang khas bagi suatu minyak. Suatu sampel (minyak) dilarutkan
dalam eter dan dibiarkan menguap lalu diusap dengan kertas saring maka akan tampak adanya
bercak pada kertas saring tersebut dan terlihat transparan hal ini menunjukkan bahwa adanya
lipid pada munyak tersebut.
Pada percobaan kedua dilakukan penentuan bilangan penyabunan. Dimana
bilangan penyabunan merupakan jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menetralkan asam
lemak bebas dan asam lemak hasil hidrolisis dalam 1 gram zat. Atau dapat juga didefinisikan
sebagai jumlah mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan satu gram minyak. Jika
sejumlah sampel minyak disabunkan dengan larutan KOH dalam alkohol, maka KOH akan
bereaksi dengan trigliserida yaitu, tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak,
yang penentuannya dilakukan dengan cara me-refluks dengan larutan KOH-alkohol hingga
larutan mendidih, kemudian dilakukan titrasi menggunakan HCl sehingga KOH yang bereaksi
dapat diketahui yaitu terbentuknya warna oranye dan minyak tidak bisa menyatu dengan
KOH. Ketika minyak dididihkan maka pengaruh panas yang berlebihan pada minyak goreng
akan menyebabakan perubahan fisik dan kimia karena adanya oksidasi dan menghasilkan
produk seperti asam lemak bebas, dan dari praktikum ini diperoleh bilangan penyabunan
yaitu 24,94 ml /gram untuk minyak kotor dan 29,92 ml/gram untuk minyak baru. Jadi dapat
kita ketahui bahwa disini terjadi adanya suatu reaksi yang disebut sebagai hidrolisis. Lemak
pada praktikum ini dihidroisis menggunakan basa, sehingga dihasilkan gliserol dan garam
asam lemak atau sabun (Poedjiadi, 1994).
Untuk menentukan kualitas minyak, dapat diketahui dengan menentukan bilangan
asam dan bilangan peroksida. Menurut penelitian yang telah dilakukan, bahwa minyak yang
telah digunakan beberapa kali dan mengalami beberapa kali pemanasan memiliki bilangan
peroksida dan bilangan asam yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan minyak baru
(Hawab, 2009). Pada umumnya, jika minyak dibiarkan di udara dalam jangka waktu yang
lama, maka akan menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal demikian diebabkan karena adanya
proses hidrolisis oleh asam lemak bebas. selain itu terjadi pula adanya proses oksidasi asam
lemak tak jenuh yang menghasilkan peroksida yang dapoat menambah bau semakin tidak
sedap dan akhir dari proses ini akan membentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan minyak
menjadi tengik (Poedjiadi, 1994).
Pada percobaan ketiga yaitu penentuan bilangan asam didapatkan hasil bilangan
asam untuk minyak baru lebih sedikit daripada minyak kotor. Hal ini adalah sesuai dengan
teori yang ada bahwa bilangan asam minyak kotor atau minyak bekas lebih tinggi daripada
minyak baru. Minyak baru sebesar 2,66 ml/gram sedangkan untuk minyak kotor yaitu 5,61
ml/gram. Bilangan asam didefinisikan sebagai jumlah KOH yang diperlukan untuk
menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram zat. Bilangan asam menunjukkan banyaknya
asam lemak bebas dalam minyak yang dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak.
Bilangan asam merupakan parameter penting untuk penentuan kualitas minyak, dan bilangan
ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat adanya reaksi
hidrolisis akibat dari reaksi kimia dan pemanasan. Bilangan asam ini menunjukkan banyaknya
asam lemak bebas dalam minyak. untuk menentukannya dilakukan dengan cara titrasi
menggunakan KOH-Alkohol yang ditambahkan dengan indikator pp. Semakin tinggi bilangan
asamnya maka akan semakin banyak minyak yang sudah terhidrolisis. Sehingga dengan
bilangan asam yang relatif kecil dapat dikatakan bahwa minyak tersebut masih bagus karena
belum terhidrolisis.
H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, dapat ditarik beberapa kesimpulan dianataranya :
a. Grease spot test dapat digunakan untuk menetukan tes noda suatu lemak atau minyak .
b. Bilangan Penyabunan adalah jumah KOH (mg) yang diperlukan untuk
menetralkan asam lemak bebas dan asam lemak hasil hidrolisis dalam 1 gram zat.
c. Dalam penetapan bilangan penyabunan digunakan basa kuat yaitu KOH
d. Diperoleh bilangan penyabunan yaitu 29,92 ml/gram untuk minyak baru dan untuk
minyak kotor yaitu 24,94 ml/gram ,yang menunjukkan bahwa kualitas minyak kotor
kurang bagus karena nilainya lebih sedikit dari minyak baru. .
e. Bilangan asam adalah jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menetralkan asam
lemak bebas dalam 1 gram zat.
f. Bilangan Asam untuk minyak baru diperoleh nilai 2,66 ml/grm dan untuk minyak
kotor yaitu 5,61 ml/gram dan bilangan peroksida pada minyak baru adalah 300
sedangkan untuk minyak kotor adalah 4700.
g. Semakin kecil bilangan asam dan bilangan peroksida pada suatu minyak maka
minyak tersebut semakin bagus.
h. Lipid bersifat larut dalam air.
2. Saran
Praktikkkan lebih memperhatikan prosedur yang ada, untuk meminimaslisir kesalahan
DAFTAR PUSTAKA
Charles E.. 2010. Lipids introduction. Elmhurst College.
Hart H. 1983. Organic Chemistry, a Short Course, 6th Edition. Michigan State University, Houghton Mifflin Co.Page 87-88.
Hartono, Andry.2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hawab, Mansjur. 2009. Lipid. http;digilib.biologi.lipid.go.id/view.html?idm=4440
Herlina, Netti dan Ginting.2002. Lemak dan Minyak jurusan teknik kimia. Sumatera Utara : Universitas Sumut Press
Iskandar S. 2005. Minyak Tumbuhan, Sumber Energi Alami.
Kusumastuti.1990. Stabilitas Krim Santan, optimasi Proses Pengasaman dan Kelarutan protein Kelompok Dalam Air, skripsi FMIPA UGM Yogyakarta
Lea PJ, Leegood RC.1999. Plant Biochemistry and Molecular Biology 2nd edition. West Sussex, England: John Wiley & Sons.Page 103.
Martoharsono, Soeharsono.2006. Biokimia 1. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Poedjiadi, Anna.2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press
Poedjiadi, Anna.1994.. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press
Taiz L, Zeiger E. 2006. Plant physiology ed ke-4. Sinaver associates, inc., publishers:Massachusetts.Page 56-57.
Tarwiyah, Kemal.2001. Minyak Kelapa Dalam Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri. Sumatera Barat
Yasya, Wichitra. 2007. Pembuatan Minyak Kelapa Murni Secara Enzimatis. Bogor: ITP Central Library
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH
(AIR LIUR & EMPEDU)
Oleh:
Baiq Witha Yulisvia
G1A 009012
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2011
ACARA III
UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH
(AIR LIUR DAN EMPEDU)
A.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan : Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia dari air liur dan empedu
2. Hari, tanggal : Minggu, 11 Desember 2011
3. Tempat : Laboraturium Kimia Dasar Lantai III, Fakultas MIPA Universitas
Mataram
B. LANDASAN TEORI
Cairan yang terdapat dalam tubuh dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu yang
terdapat di dalam sel (intra sel) dan di luar sel (ekstra sel). Cairan dalam sel berfungsi untuk
medium bagi reaksi-reaksi metabolisme yang berlangsung dalam sel ; sedangkan cairan luar
sel berfungsi memberikan zat-zat yang diperlukan oleh sel, baik cairan dalam sel maupun
cairan luar sel harus selaalu dalam kondisi konstan. Salah satu cairan tubuh yaitu air liur dan
empedu yang berguna dalam proses pengubahan makanan dari awal hingga menjadi
berbentuk molekuler yang siap untuk diserap melalui dinding usus, disebut pencernaan
makanan dan proses ini berlangsung dalam system pencernaan makanan yang terdiri atas
beberapa organ tubuh, yaitu mulut, lambung, dan usus dengan bantuan pankreas dan empedu.
Dalam proses pencernaan terdiri dari pencernaan mekanik dan kimiawi. Air liur dan empedu
digunakan dalam proses pencernaan secara kimiawi (Poedjiadi, 1994).
Dalam pencernaan, air liur berperan dalam membantu pencernaan karbohidrat.
Karbohidrat atau tepung sudah mulai dipecah sebagian kecil dalam mulut oleh enzim ptyalin.
Enzim dalam air liur memecah amilum menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil
lainnya. Saliva mengandung 3 protein pencernaan yaitu lipase lingual, musin dan alpha
amilase (ptialin). Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, sublim encer. Saliva
mempunyai pH antara 6,0 - 7,4. Kisaran ini merupakan rentang keasaman yg tepat dan
menguntungkan untuk kerja pencernaan dari ptialin. Pada kondisi normal,sekitar 0,5 ml saliva
yang hampir semuanya bertipe mukus, disekresikan setiap detik sepanjang waktu kecuali
selama tidur, saat sekresi menjadi sangat sedikit. Sekresi ini sangat berperan penting dalam
mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut. Rongga mulut berisi bakteri patogen yang
dengan mudah merusak jaringan dan menimbulkan karies gigi. Saliva mempunyai daya
antibakteri, dan pada penderita dengan defisiensi atau kekurangan salivasi (xerostomia)
mempunyai insiden karies gigi yang lebih tinggi daripada normal (Poedjiadi, 2007).
Air liur (saliva) juga melindungi gigi deng Air liur adalah cairan bening yang
dihasilkan dalam mulut manusia dan beberapa jenis hewan. Air liur atau saliva sebagian besar
diproduksi oleh tiga kelenjar utama yakni kelenjar parotis, kelenjar sublingual dan kelenjar
submandibula. Volume air liur yang diproduksi bervariasi yaitu 0,5 – 1,5 liter setiap hari
tergantung pada tingkat perangsangannya. Air liur atau saliva mengandung dua tipe
pengeluaran atau sekresi cairan yang utama yakni sekresi serus yang mengandung ptyalin
yang merupakan enzim untuk mencernakan karbohidrat dan sekresi mucus yang mengandung
musin untuk tujuan pelumasan atau perlindungan permukaan yang sebagian besar dihasilkan
oleh kelenjar parotis (Bresnick, 1994). Saliva banyak mengandung elektrolit, mukosa yang
terutama mengandung mukopolisakarida dan glikoprotein, senyawaan antibakteri (tiosianat,
hidrogen peroksida, dan immunoglobulin A), beberapa macam enzim, di antaranya alfa-
amilase (EC3.2.1.1), lisozim (EC3.2.1.17), dan lingual lipase (EC3.1.1.3). Amilase dan lipase
berturut-turut memulai pencernaan pati dan lemak sebelum makanan ditelan. Enzim-enzim
tersebut bekerja optimal pada pH 7,4. Lingual lipase memiliki pH optimum ~4,0, sehingga tak
akan aktif jika belum memasuki lingkungan asam. Lisozim berperan dalam lisis bakteri,
fosfatase asam ludah A+B (EC3.1.3.2), N-asetilmuramil-L-alanin amidase (EC3.5.1.28),
NAD(P)H dehidrogenase-quinone (EC1.6.99.2), laktoperoksidase ludah (EC1.11.1.7),
superoksida dismutase (EC1.15.1.1), glutation transferase (EC2.5.1.18), dehidrogenase
aldehid kelas 3 (EC1.2.1.3), glukosa-6-fosfat isomerase (EC5.3.1.9), dan kallikrein jaringan
(EC3.4.21.35). Adanya produk-produk ini kadang mengakibatkan air liur berbau tidak sedap
(Mayes, 1985).
Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan,
yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Pada beberapa spesies,
empedu disimpan di kantung empedu dan dilepaskan ke usus dua belas jari untuk membantu
proses pencernaan ( Anonim, 2010). Kantung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang
dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan.
Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.Empedu
juga berfungsi untuk memberi warna pada feses (Vogel,1985). Saat pencernaan makanan,
kantung empedu berkontraksi dan mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum melalui
saluran yang menyatu dengan saluran cairan pangkreas pada bagian akhir. Cairan empedu
merupakan cairan jernih, berwarna kuning, agak kental dan berasa pahit. Cairan empedu
mengandung zat-zat anorganik yaitu, HCO3-, Cl-, Na+ dan K +, serta zat-zat organic yaitu
asam-asam empedu, bilirubin, kolesterol ( Poedjiadi, 1994).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
- Tabung Reaksi 10 buah
- Gelas kimia 100 ml 2 buah
- Pipet tetes 12 buah
2. Bahan
- Aquades
- Empedu 6 biji, 80 tetes
- Air liur
- Kertas indikator pH 1 helai
- NaOH 10 %
- CuSO4 setetes
- Sukrosa 5 %
- Larutan HNO3 pekat 30 tetes
- Pereaksi Molisch
- H2SO4 pekat
- Minyak 1 tetes
- Kertas Saring
D. SKEMA KERJA
1. AIR LIUR
a. Penetapan pH Air Liur
b. Uji biuret
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambah 20 tetes NaOH 10 %
- Ditambah 3 tetes larutan CuSO4
Air liur ( tidak disaring)
Hasil(pH air liur)
2 ml air liur (tidak disaring)
Larutan campuran
- Dicelupkan indicator universal
- Dicocokkan warna indicator dengan standar warna pH
- Ditentukan pH air liur
c. Uji Mollisch
- D
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksiDitambah 2 tetes pereaksi mollisch
- Tabung reaksi dimiringkan dan dialirkan dengan hati-hati
- Ditambah 20 tetes asam sulfat pekat dari biuret melalui dinding tabung
sehingga tidak bercampur
d. Uji presipitasi
-
2. EMPEDU
a. Sifat empedu
- Diperhatikan dan dicatat sifat fisiknya
+2 tetes warna ungu, +
3 tetes warna makin
pekat
20 tetes air liur (tidak disaring)
Reaksi negatif
2 0 tetes air liur
(disaring)
+ asam asetat encer tidak bercampur,
Terbentuk presipitasi amorf
Empedu
Warna hijau, ada yang kecoklatan,
kenyal, bau tidak sedap
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi - Ditambah 1 tetes asam asetat encer
b. Uji Gmelin
- Dimasukkan dalam tabung reaksi, dimiringkan
- Dialirkan secara hati-hati 30 tetes larutan empedu encer dari dinding
tabung
Diperhatikan warna yang terbentuk pada perbatasan
c. Uji Pettenkofer
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambah 5 tetes larutan sukrosa 5 %
- Dimiringkan tabung
- Dialirkan dengan hati-hati dari dinding tabung 3 ml asam sulfat pekat
-
-
30 tetes HNO3 pekat
Tidak tercampur , 2
lapisan: atas hijau
lumut dan bawah
bening
20 tetes (seharusnya 50
tetes) cairan empedu
Terbentuk 2 lapisan
dan cincin pada
perbatasannya
terbentuk)
Coklat kehitaman
d. Fungsi empedu sebagai emulgator
- Dimasukkan dalam tabung reaksi I
- Ditambah satu tetes minyak
- Dikocok
- Dimasukkan dalam tabung reaksi II
- Ditambah satu tetes minyak
- Ditambah 30 tetes larutan empedu encer dan dikocok
E. HASIL PENGAMATAN
1. Air Liur
NO LANGKAH KERJA HASIL PENGAMATAN
1 Penetapan pH air liur (saliva)
-sepotong indikator universal ke dalam air liur yang
tidak disaring
-warna pada indikator dicocokan dengan warna
standar pH
PH 6- 7
2 Uji Biuret
-2 ml air liur tidak disaring dimasukan ke dalam
tabung reaksi
-ditambahkan 2 ml NaOH 10 % dan dicampur dengan
-Air liur ditambahkan 20
tetes NaOH 10% kemudian
ditambahkan lagi 1 tetes
CuSO4 warna air liur
3 0 tetes air suling
Tidak terjadi emulsi
30 tetes air suling
Terjadi emulsi
baik
-ditambah setets larutan CuSO4
-dicampur dengan baik. Bila belum terbentuk warna
lembayung, ditambahkan lagi setetes CuSO4 hingga
maksimum 10 tetes.
berubah menjadi keungu-
unguan.
3 Uji Molisch
-masukan 2 ml air liur yang tidak disaring dalam
tabung reaksi
-tambahkan 2 tetes pereaksi molisch
-miringkan tabung reaksi lalu alirkan dengan hati-hati.
-tambahkan 2 ml asam sulfat pekat. Reaksi positif
ditandai dengan pembentukan cincin ungu antara 2
lapisan cairan.
-setelah ditambah pereaksi
molisch, menghasilkan warna
coklat. Terdapat endapan
coklat dan gelembung saliva.
-setelah ditambahkan asam
sulfat pekat terdapat 2
lapisan yang dipisahkan oleh
cincin berwarna ungu pada
batas kedua lapisan dan
stelah dikocok larutan
menjadi itam dan terasa
panas.
4 Uji Presipitasi
-masukan 2 ml air liur yang disaring dalam tabung
reaksi
-ditambahkan 1 tetes asam asetat encer dan dicampur
dengan baik. Diperhatikan dan dicatat, apa ada
presipitasi amorf terbentuk
-awalnya berwarna bening
-warna berubah menjadi
keruh menandakan terjadinya
presipitasi amorf.
5 Uji Sulfat
-dimasukan 1 ml air liur yang disaring ke dalam
tabung reaksi
-ditambah 3-5 tetes HCL
-ditambahkan 5- 10 tetes BaCL2 2 %, dicampur
dengan baik
-saat ditambah HCL terbentu
larutan keruh
-saat ditambahkan BaCL2
larutan bertambah keruh dan
terdapat endapan putih.
-diperhatikan dan dicatat apakah ada endapan putih
yang menyatakan adanya sulfat.
2. Empedu
NO LANGKAH KERJA HASIL PENGAMATAN
1 Sifat Empedu
-diperhatikan dan dicatat sifat empedu
-sifat fisik empedu lonjong
dengan warna hijau lumut
diselubungi oleh lapisan
membran
2 Uji Gmelin
-Dimasukan 3 ml HNO3 pekat ke dalam tabung reaksi
-dimiringkan tabung reaksi, dialirkan dengan pipet 3
ml larutan empedu encer melalui dinding tabung
sehingga kedua larutan tidak bercampur
-diperhatikan warna yang terbentuk pada perbatasan
antara kedua cairan
- sebelum dikocok, lapisan
atas berwarna hijau lumut, di
tengah muncul cincin
berwarna ungu dan lapisan
bawah berwarna jingga.
- setelah dikocok pada bagian
atas terdapat gelembung
karena penggunaan HNO3
.Lapisan bagian tengah
berwarna jingga dan lapisan
ketiga (paling bawah)
berwarna kuning.
3 Uji Pettenkofer
-dimasukan 5 ml larutan empedu encr ke dalam
tabung reaksi
-ditambahkan 5 tetes larutan sukrosa 5 %
-tabung reaksi dimiringkan dan dialirkan 3 ml asam
sulfat pekat melalui dinding tabung sehingga
terbentuk 2 lapisan cairan.
-diperhatikan cincin yang terbentuk pada perbatasan
antara kedua lapisan.
- warna larutan empedu hijau
lumut pada awalnya, setelah
ditambahkan larutan sukrosa,
larutan empedu menjadi
hangat.
-setelah dicmapurkan asam
sulfat pekat terbentuk 3
lapisan, dimana bagian atas
hijau lumut, terdapat cincin
berwarna ungu pada bagian
tengah, dan bagian paling
bawah berwarna kuning
bening serta terasa hangat
4 Fungsi Empedu sebagai Emulgator
- Disediakan 2 tabung reaksi .pada masing-
masing tabung masukkan 3 ml aquades
- - pada kedua tabung ditambahkan 4 tetes
minyak
- -Pada tabung kedua ditambahkan 3 ml larutan
empedu encer.
- Kedua tabung dikocok, dicatat dan
diperhatikan apakah terbentuk emulsi yang
stabil
-terjadi 2 fase, bagian atas
minyak dan bagian bawah
aquades.
-setelah dikocok kedua
larutan tercampur,
menandakan terbentuknya
emulsi yang stabil.
F. ANALISIS DATA
1. pH air liur adalah 6-7
2. Reaksi molisch
H O │ ║
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4 → ─C—H + │
Pentosa OH Furfural α-naftol
H │
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4
Heksosa
O ║
→ H2C─ ─C—H + │ │
OH OH5-hidroksimetil furfural α-naftol
Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah sebagai berikut :
O ║
║ __SO3HH2C─ ─────C───── ─OH
Cincin ungu senyawa kompleks
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami melakukan dua pengujian sifat yaitu pengujian sifat fisik dan
pengujian sifat kimia. Pengujian yang kami lakukan ini berdasarkan pada uji kualitatif,
artinya bahwa disini kami melakukan pengujian tidak didasarkan pada jumlah atau kuantitas
dari sampel yang digunakan akan tetapi berdasarkan pada akibat yang terjadi dari
pencampuran sample- sample yang digunakan, namun tetap memperhatikan perbandingan
jumlah sampel. Sampel yang kami gunakan adalah air liur dan empedu, secara biologis kedua
cairan ini berfungsi dalam proses pencernaan secara kimiawi. Jika dilihat dari fisik, maka
kedua cairan tampak berbeda, dari segi kandungan keduanya pun berbeda. Menurut Setiawan
(2008), bahwa air liur mengandung air, bahan organic seperti musin serta enzim dan bahan
anorganik diantaranya natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfat dn bikarbonat. Enzim
yang terdapat dalam air liur adalah enzim amylase yang berfungsi sebagai penghidrolisis
karbohidrat kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Enzim ini mengandung α-
amilase yang mampu menghidrolisis pati dan glikogen menjadi maltosa dan oligosakarida lain
dengan menyerang bagian α-1,4-glikosidik. Amylase air liur akan segera terinaktivasi pada
pH 4 atau kurang, sehingga enzim ini tidak aktif di lambung.
Adapun pengujian sifat fisik yang kami lakukan pada air liur adalah berdasarkan kondisi
fisik dari kedua cairan tersebut, mulai warna, bau, sedangkan untuk pengujian sifat kimia
adalah dengan pegukuran pH, uji molisch, uji biuret, uji presipitasi dan uji sulfat . Dari hasil
penguran pH maka kami mendapatkan pH 6-7, nilai ini menandakan bahwa pH adalah netral.
Pengukuran pH kami lakukan dengan menggunakan kertas indicator pH. Menurut referensi
yang ada bahwa enzim yang terkandung pada air liur aktif pada kisaran pH 6-7, sehingga pH
yang kami dapatkan sudah sesuai dengan teori yang ada.
Menurut (Harrow 1946 : 17 ) bahwa uji molish dilakukan untuk menentukan ada
tidaknya karbohidrat ,yaitu dengan menambahkan 2 tetes pereaksi molish ke dalam tabung
yang berisi air liur. Ketika ada beberapa larutan yang tidak dikenal secara pasti bahwa
larutan tersebut mengandung karbohidrat atau tidak maka uji inilah yang dilakukan. Larutan
yang bereaksi positif akan memberikan cincin yang berwarna ungu ketika direaksikan dengan
α-naftol atau yang kita sebut sebagai pereaksi molish dan asam sulfat pekat. Diperkirakan,
konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula
untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan α-naftol
untuk membentuk produk berwarna, sehingga menghasilkan cincin ungu pada bidang batas
dua cairan tersebut. Jadi uji molisch merupakan pengujian untuk mengetahui ada tidaknya
karbohidrat secara umum pada sample yang digunakan. Jika terdapat karbohidrat pada sample
tersebut, maka akan terbentuk cincin ungu pada batas antara kedua cairan yang telah
dicampur yaitu antara pereaksi molisch dengan larutan asam sulfat hal ini menunjukkan hasil
yang positif. Dari pengamatan yang kami lakukan, terdapat cincin berwarna ungu yang
memisahkan kedua campuran teursebut yaitu antara pereaksi molisch dengan asam sulfat, hal
ini menunjukkan bahwa praktikum yang dilakukan berhasil karna sesuai dengan teori.
menurut referensi yang ada bahwa air liur memiliki komponen enzim yang disebut amylase
dan menurut Setiawan (2008) bahwa enzim amylase mengandung α-amilase yang mampu
menghidrolisis pati atau karbohidrat, untuk menghidrolisis pati maka enzim tersebut hrus
memilki komponen yang ditandai oleh molekulpati tersebut yang tersusun dari pati (kofaktor).
Dan pada hasil pengamatan terdapat warna coklat, adanya warna coklat ini disebabkan karena
karbohidrt menglami hidrolisis, menurut Anonim 2009 bahwa pati lebih mudah terhidrolisis
pada suasana asam daripada basa. Perbedaan nilai anomerik hidrolisis β-D-glikosidis adalah
lebih kecil dari pada α-D-anomer, perbedaan ini disebabkan variasi structural dan perbedaan
pada derajad gabungan antara oligo dan polisakarida. Cincin furanosa jauh lebih mudah
dihidrolisis daripada cincin firanosa, walaupun hidrolisa pyranosa adalah gabungan molekul,
hidrolisis furanosa dianggap sebagai bimolekuler karena entropy negatifnya diaktifkan
(Anonim, 2009).
Uji presifitasi dilakukan dengan menambahkan asam asetat encer pada air liur yang
telah disaring, disini kami mendapatkan adanya endapan berupa partikel kecil- kecil yang
disebut presipitasi amorf. Presipitasi memilki arti pengendapan dan amorf berarti tidak
berbentuk . Pengendapan tidak berbentuk ini menunjukkan sifat kimia dari air liur yang dapat
membentuk endapan amorf ketika ditambahkan asam asetat encer.
Uji biuret merupakan pengujian untuk mengetahui adanya protein dari suatu sampel,
atau yang terlarut dalam suatu larutan. Pereaksi yang kami gunakan adalah NaOH dan CUSO4
. menurut Anonim (2008) bahwa kedua pereaksi ini mengikat ikatan peptide sampel, jika
sampel memilki ikatan peptide maka akan terjadi perubahan warna pada larutan. Pada
percobaan yang kami lakukan, kami mendapatkn hasil adanya perubahan warna dari bening
menjadi keungu-unguan ketika dilakukan penambahan CUSO4 sebanyak 1 tetes, hal ini
menandakan bahwa memang pada air liur terdapat protein. Adanya protein dalam air liur
sebenarnya sudah dapat kita ketahui dari komponen yang terkandung di dalamnya yaitu
adanya enzim yang tersusun dari kompleks protein. Dalam air liur juga terdapat atau
mengandung asam sulfat.Untuk mengujinya digunakan larutan HCL dan BaCl2 2% yang
dicampur. Reaksi positif diitandai dengann adanya endapan putih dan hal ini sama seperti
yang dihasilkan pada percobaan.
Cairan empedu merupakan cairan jernih berwarna kuning, agak kental dan berasa
pahit. Cairan empedu mengandung zat-zat anorganik yaitu : HCO3 , Cl-, Na++, dan K+, serta zat-
zat organic yaitu asam asam empedu, bilirubin, kolesterol (Poedjiadi, 1994). Adapun empedu
yang kami gunkan dalam praktikum ini adalah empedu ayam, empedu ini mudah didapatkan
dibandingkan dengan hewan lain. Uji sifat kimia untuk empedu dilakukan dengan melakukan
beberapa uji yaitu uji gmelin, uji pettenkofer, dan uji fungsi sebagai emulgator. Uji gmelin
dilakukan dengan adanya penambahan asam nitrat pada empedu encer, adanya penambahan
asam nitrat menyebabkan terjadinya perubahan warna yang menandakan adanya pigmen
empedu diantaranya Bilirubin yang berwarna jingga/ kuning coklat, Biliverdin berwarna
hijau, warna warna yang terbentuk merupakan hasil reaksi dari empedu dengan HNO3 tadi,
reaksi yang terjadi diantaranya adalah reksi oksidasi yang mengahasilkan turunan warna
tertentu. Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, kami mendapatkan hasil bahwa terdapat
warna hijau dan warna jingga pada hasil praktikum kami, hal ini menunjukkan adanya pigmen
Bilirubin dan Biliverdin pada empedu. Pada uji Pettenkofer, kami menemukan adanya cincin
berwarna ungu.
Pengujian selanjutnya yaitu uji fungsi empedu sebagai emulgtor, disini dilakukan
perbandingan antara perbedaan yang terjadi dengan penambahan empedu dan tanpa
penambahan empedu. Dari pencampuran minyak dengan air suling, tidak terjadi emulsi hal ini
ditandakan dengan hasil yang kami dapatkan yaitu tidak adanya perubahan yang terjadi antara
pencampuran minyak denga air suling, minyak berada pada bagian atas dari air suling.
Berbeda yang terjadi pada penambahan minyak, yaitu pada tabung II yang mengalami
perubahan pada saat setelah dikocok terjadi percampuran larutan, tampak tidak ada lagi
bentuk minyak, terdapat endapan hitam di dasar tabung, hal ini menandakan bahwa empedu
mengemulsikan minyak. Artinya bahwa empedu dapat menghomogenkan minyak dengan air
secara sempurna dapat menguraikan lemak menjadi partikel kecil sehingga keduanya tidak
dapat dibedakan, fungsi ini berkaitan dengan kemampuan menurunkan tegangan permukaan
oleh garam empedu Menurut Murray (2003) bahwa garam empedu memang memiliki
kemampuan dalam menurunkan tegangan permukaan. Kemampuan ini membuat getah
empedu mampu mengemulsikan lemak di dalam usus dan melarutkan asam lemak serta sabun
yang tidak larut dalam air.
H. PENUTUP
a. Kesimpulan
- Kisaran pH air liur adalah antara 6-7 dan hasil yang didapati adalah pH 6-7.
- Uji biuret dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan protein terlarut dalam
air liur.
- Uji molisch dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat terlarut
pada air liur yang ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu.
- Pada air liur terjadi pengendapan yang dibuktikan dengan melakukan uji
presipitasi yang menunjukkan adanya gumpalan kecil kecil berwarna putih.
- Empedu mengandung pigmen /zat warna bilirubin dan biliverdin yang ditandai
dari adanya warna kuning kehitaman dan hijau pada uji gmelin.
- Empedu berfungsi sebagai emulgator karena empedu mampu memecah molekul
lemak menjadi butiran-butiran yang lebih halus sehingga membentuk suatu
emulsi.
b. Saran
- Praktikan lebih teliti, serius dalam melakukan praktikum agar tidak terjadi atau
meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam melakukan praktikum, sehingga hasil
atau data yang didapatkan valid.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Definisi Uji Gmelin. http/wikipedia/definisiuji-gmelin/ diakses pada 8
Desember 2010
Anonim, 2010. Empedu. http://id.wikipedia.org/wiki/Empedu diakses pada 8 desember 2010
Harrow, Benjamin. 1946. Textbook of Biochemistry. London: W. B. Saunder Company.
Mayes, A. Peter, dkk.. 1985. Biokimia Harper Edisi ke -20. EGC Penerbit Buku Kedokteran :
Jakarta
Murray, Robert K., 2003. Biokimia Harper Edisi ke- 25. Penerbit Buku kedokteran: Jakarta
Poedjiadi, Anna, 2007. Dasar-dasar Biokimia.Jakarta : UI Press
Poedjiadi, Anna, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI: Jakarta
Setiawan, T., 2008. Enzim Amilase. http//teguhsetiawanto.blogspot.com/2007/10/enzim.html
diakses pada 8 Desember 2010
Vogel, A.I., 1985. Buku Tes Analisis Anorganik Kualitatif Anorganik Makro dan Semimikro,
Kalman media Pustaka: Jakarta
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
BAHAN MAKANAN
Oleh:
Baiq Witha Yulisvia
G1A 009012
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2012
ACARA IV
BAHAN MAKANAN
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum :
Menentukan dan membandingkan berat jenis air susu (air susu murni,
air susu yang di encerkan 1 kali dengan aquades dan filtrate air susu
dari percobaan pengendapan kasein (B3).
Menguji reaksi air susu.
Menguji air susu secara kualitatif dengan pengendapa kasein.
Menguji reaksi warna protein dengan menggunakan beberapa pereaksi.
Menguji kadar P-Organik dari kasein dengan menggunakan pereaksi
newmann.
Menguji endapan kasein dengan menggunakan Grease Spot Test (tes
noda lemak).
Menunjukkan adanya laktalbumin dari pengendapan kasein.
Menunjukkan adanya laktosa dari filtrat pengendapan kasein.
Menunjukkan adanya ion Ca dan P-anorganik dari filtrate pengendapan
kasein.
2. Hari/ tanggal Praktikum : Minggu, 11 Desember 2011.
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar Lantai III, Fakultas MIPA
Universitam Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau
manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuhnya, maka protein yang terdapat
pada makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan
pertumbuhan.tumbuhan membentuk protein dari co2, h2o dan senywa nitrogen. Hewan
yang makan tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani.disamping
digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber
energi apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Unit-unit pembentuk protein
dinamakan asam amino. Asam amino ialah asam karboksilat yang mmempunyai gugs
amino. Asm amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2
pada atom karbon α dari posisi gugus –COOH(Poedjiadi,2007).
Klasifikasi protein dalam biokimia didasarkan pada fungsi biologinya yakni
berupa enzim, protein pembangun,protein kontraktil, protein pengangkut, protein
hormone, protein bersifat racun pelindung dan protein cadangan.Struktur tiga dimensi
protein dapat dijelaskan dengan mempelajari tingkat organisasi struktur, yaitu struktur
primer, skkunder, tersier dan kuaterterner. Berbagai interaksi yang digunakan
untukmempertahankan masing-masing struktur tersebut merupakan pemisahantingkat
organisai satu denngan yang lainnya(Winarno,1992)
Kasein merupakan jenis protein terpenting dalam susu dan terdapat dalam
bentuk kalsium kaseinat. Kasein merupakan partikel-partikel halus berdiameter sekitar 80
µm dan membentuk suspense koloidal dalam susu. Kasein dapat diendapkan dengan
asam, alkohol, renet, dan logam berat. Asam dapat memindahkan kasein dari kalsium
kaseinat sehingga diperoleh endapan kasein yang terpisah dari kalsium. Pada suhu yang
tinggi jumlah asam yang diperlukan untuk koagulasi kasein lebih sedikit dibandingkan
jika koagulasi dilakukan pada suhu rendah. Susu segar mempunyai pH sekitar 6,6.
Apabila pH tersebut diturunkan sampai pada pH 4,7, susu mulai membentuk Curd. pH 4,7
ini merupakan titik isoelektrik kasein. Berat molekul kasein berkisar antara 12.800 –
375.000.Kasein adalah protein yang bermutu tinggi karena mengandung semua asam-
asam amino esensial. Karena itu kasein baik dalam susu maupun dalam susu maupun
dalam produk-produk olahan susu merupakan komponen yang penting. Kasein dalam susu
terdiri dari tiga fraksi yang berbeda, yaitu α-kasein, β-kasein dan γ-kasein. Berbeda
dengan kasein, albumin merupakan protein yang tidak mengandung fosfor. Pada
umumnya albumin dianggap berbentuk larutan sejati dalam susu, tetapi albumin berbentuk
larutan koloidal yang sangat halus. Albumin memiliki berat molekul yang lebih rendah
daripada kasein, yaitu berkisar antara 1.000 – 25.000 ( Anonim, 2008 ).
Dalam susu terdapat laktosa yang sering disebut gula susu. Dibandingkan
terhadap glukosa, laktosa mempunyai rasa yang kurang manis. Jenis protein ini walaupun
terdapat dalam konsentrasi yang sangat rendah tetapi mempunyai peranan yang cukup
berarti dalam nilai gizi susu dan produk susu. Laktosa terdapat dalam dua macam bentuk,
yaitu α-laktosa dan β-laktosa. α-laktosa dapat berupa hidrat maupun anhidrat. Apabila α-
laktosa atau β-laktosa dilarutkan dalam air, masing-masing bentuk laktosa akan berubah
menjadi bentuk lain sampai tercapai keseimbangan. Oleh bakteri asam laktat, laktosa akan
difermentasikan menjadi asam laktat (Poedjiadi, 2007).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Penjepit
Gelas kimia 10 mL
Erlenmeyer 10 mL
Gelas ukur 25 mL
Penangas air
Bunsen
Neraca analitik
Neraca goyang
Corong kaca
Gelas arloji
Piknometer
Pipet tetes
Batang pengaduk
Gelas kimia 250 mL
Labu takar 10 mL
Labu takar 50 mL
Labu takar 250 mL
Pipet volume 1mL
Pipet volume 5mL
2. Bahan
Air susu sapi ( Susu ultra)
Air susu kedelai
CH3COOH glassial 2%
HNO3 pekat
H2SO4 pekat
K-oksalat
Eter
Aquades
Fehling A
Fehling B
Benedict
NaOH 40%
CuSO4 0,5%
Alpa naftol 1%
Kertas saring
Amonium Molibdat
Biuret
Pereaksi Molish
Amoniak solution
Fruktosa
Glukosa
Kertas lakmus
Tissue
Kertas label
Reagen Benedict
Larutan formaldeid encer (diencerkan 500 kali)
Mercuri Sulfat
Amonium hidroksida
D. SKEMA KERJA
1. Penetapan Berat Jenis
Ditentukan berat jenis air susu piknometer atau labu takar 5ml yang meliputi:
Susu kedelai
a. Air susu murni
- Dimasukan ke dalam tabung
- Ditentukan berat jenisnya
Hasil
b. Air susu yang diencerkan 1 kali
- Dimasukan ke dalam labu takar
- Diencerkan satu kali dengan aquades 20 tetes
- Ditentukan berat jenis dari air susu
c. Filtrat air susu (dari endapan kasein)
Susu ultra (Susu sapi)
a. Air susu murni
- Dimasukan ke dalam tabung
Hasil
Hasil
- Ditimbang
- Ditentukan berat jenis filtratnya
- Ditentukan berat jenisnya
Hasil
b. Air susu yang diencerkan 1 kali
- Dimasukan ke dalam labu takar
- Diencerkan satu kali dengan aquades 20 tetes
- Ditentukan berat jenis dari air susu
c. Filtrat air susu (dari endapan kasein)
Hasil
2. Reaksi Air Susu
Susu kedelai
a. Susu murni
b. Air susu yang diencerkan 1 kali
- Dicek dengan lakmus merah, dicatat PH
c. Filtrat air susu (dari endapan kasein)
- Dicek dengan lakmus merah, dicatat PH
Hasil
d. Susu murni didiamkan 2 jam
Susu ultra (Susu sapi)
Hasil
Hasil
Dicek dengan lakmus merah, dicatat PH
Dicek dengan lakmus merah, dicatat PH
Hasil
- Ditimbang
- Ditentukan berat jenis filtratnya
Hasil
a. Susu murni
b. Air susu yang diencerkan 1 kali
c. Filtrat air susu (dari endapan kasein)
- Dicek dengan lakmus merah, dicatat PH
Hasil
d. Susu murni didiamkan 2 jam
2. Pengendapan Kasein
Susu kedelai
Susu ultra
20 ml air susu ultra
3. Reaksi-reaksi
warna protein
20 ml air susu kedelai
- Diencerkan dengan 20 ml aquades + asam Asetat
glasial 2% tetes demi tetes sampai terjadi endapan
kasein dan filtrat bening Hasil
- disaring
Endapan (untuk percobaan 4-6) Filtrat (untuk percobaan 7-9)
Hasil
Hasil
Dicek dengan lakmus merah, dicatat PH
Dicek dengan lakmus merah, dicatat PH
Hasil
- disaring
Endapan (untuk percobaan 4-6) Filtrat (untuk percobaan 7-9)
- Diencerkan dengan 20 ml aquades + asam Asetat
glasial 2% tetes demi tetes sampai terjadi endapan
kasein dan filtrat bening
Dicek dengan lakmus merah, dicatat PH
Hasil
a. Reaksi Biuret (untuk ikatan peptida)
Susu ultra
Susu kedelai
3 ml susu kedelai
Hasil
b. Reaksi Hopkins-Cole (untuk Triptofan)
Susu ultra
Susu kedelai
1 ml (15 tetes) susu kedelai
3 ml susu ultra yang telah
- Dimasukan ke dalam tabung reaksi
- + 2 ml larutan NaOH 40%
Hasil
- + 1 tetes larutan CuSO4 0.5% hingga terjadi
warna merah muda atau ungu
Hasil
- Dimasukan ke dalam tabung reaksi
- + 1 tetes larutan formaldehid encer
- + 1 tetes reagen merkuri sulfat
Hasil
- Digojog dan ditambah 2-3 tetes H2SO4
pekat perlahan-lahan
Hasil
1 ml susu ultra
- Dimasukan ke dalam tabung reaksi
- + 2 ml larutan NaOH 10%
- + 6 tetes larutan CuSO4 0.5% hingga terjadi
warna merah muda atau ungu
Hasil
- Dimasukan ke dalam tabung reaksi
- + 1 tetes larutan formaldehid encer
- + 1 tetes reagen merkuri sulfat
c. Reaksi Xantoprotein (untuk asam amino deengan inti benzena)
Susu ultra
Susu kedelai
Tabung I
Hasil
Tabung II
Hasil
+ Amonia (NH3)
3 ml larutan susu ultra
- Dimasukan ke dalam tabung reaksi
- + 3 tetes Asam Nitrat (HNO3) pekat
Hasil
- Dipanaskan dengan pemanas air
mendidih hingga larutan menjadi kuning
- Didinginkan dan dibagi menjadi dua
tabung
Hasil
- Dikocok dan ditambah 3 tetes H2SO4 pekat
perlahan-lahan
Hasil
3 ml larutan susu kedelai
- Dimasukan ke dalam tabung reaksi
- + 3 tetes Asam Nitrat (HNO3) pekat
Hasil
- Dipanaskan dengan pemanas air
mendidih hingga larutan menjadi kuning
- Didinginkan dan dibagi menjadi dua
tabung
d. Reaksi Molish
Susu ultra atau Susu keelai
4. Reaksi Neumann untuk Kasein (P-organik dari Kasein)
15 tetes susu ultra/ susu kedelai
- Dimasukan ke dalam tabung reaksi
- + 20 tetes larutan Alpha Neftol 1% dan dikocok
Hasil.
- + 10 tetes H2SO4 pekat perlahan-lahan melalui
dinding tabung hingga membentuk lapisan di
bawah campuran
Hasil
- Dikeringkan di kertas saring dengan
memijatnyaHasil
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- + 2 tetes nitrat (HNO3) pekat
- + 10 tetes asam sulfat pekat (H2SO4)Campuran
- Dipanaskan(dalam lemari asam)
sampai keluar asap sulfat putih.
- Jika isi tabung berwarna coklat atau
hitam maka ditambah 1 tetes asam
nitrat pekat.Campuran
Sisa endapan kasein susu murni
Tabung I
Hasil
Tabung II
Hasil
+ Amonia (NH3)
5. Grease Spot Test (Test noda lemak)
Untuk Susu Kedelai atau Susu Ultra
7. Menunjukan adanya laktobumin
8. Menunjukan adanya laktosa
Untuk Susu Kedelai atau Susu Ultra
Uji Fehling
- Dipanaskan hingga keluar asam
putih dan larutan tidak berwarna
- Didinginkan
- + ammonium molibdat 30 tetes,
dikocok dan dipanaskan
Campuran
Hasil
Endapan kasein kering
- Sebagian dikocok dengan sedikit ester
- Dituang ke dalam gelas arloji dan diuapkan
esternya
- Di asup gelas arloji dengan kertas saring
- Diamati
Hasil
Filtrat pengendapan kasein
Dibuat pH 5,4 kemudian dipanaskan
Hasil adanya koagulan menunjukkan adanya laktalbumin:
Disaring dengan kertas saring
Filtrat untuk percobaan 8
Filtrat dari percobaan 7
9. Menunjukan adanya ion Ca dan P-anorganik
Untuk susu kedelai atau susu ultra
E. HASIL PENGAMATAN
1. Untuk Susu Kedelai
- Dimasukan ke dalam tabung reaksi
- + campuran pereaksi fehling A dan B (masing-
masimg 5 tetes).
- dipanaskan (penangas air) selama 5 menit
- Reaksi positif jika terbentuk endapan merah
Hasil
Filtrat dari percobaan 7
- Ditambah beberapa tetes amonium hidroksida
kemudian dipanaskan. Terdapat endapan yang
kemudian disaring dengan kertas saring
Hasil
-Endapan dilarutkan dengan menuangi
-asam cuka encer di atas kertas saring
Hasil
Filtrat dikumpulkan dalam tabung sebagian
Filtrat ditambah K-Oksalat
Hasil
- Didinginkan
- + 2 mL ammonium molibdat, dikocok,
panaskan
Hasil
Hasil berupa fitltrat (untuk menunjukkan fosfat anorganik)
No Langkah kerja Hasil Pengamatan
1 Penetapan berat jenis:
ditentukan berat jenis dengan
piknometer atau sejenisnya untuk:
a. Air susu murni
b. Air susu diencerkan 1 kali dengan
aquades
c. Filtrat air susu dari percobaan
pengeendapan kasein (B3)
Berat dari masing-masing air susu:
a. Berat ar susu murni = 60,59-41,12
=19,47 gram
b. Berat susu encer = 59,62 -41,12
= 18,50 gram
c. Berat filtrat air susu = 73,18 -41,12
= 32,06 gram
(berat erlenmeyer = 41,12 gram)
2 Reaksi air susu:
diselidiki reaksi air susu dengan kertas
lakmus merah, untuk:
a. Air susu yang masih baru (murni)
b. Pengenceran dengan aquades 20
tetes
c. Filtrat kasein
PH= 8
PH=7
PH= 4
d. Air susu yang sudah dibiarkan ±2
jam
PH= 6
3 Pengendapan Kasein
20 mL air susu + 20mL air ditamahkan
bertetes-tetes asam asetat glasial 2%
sampai terjadi endapan.
disaring endapan dengan kertas saring
Terbentuknya endapan berwarna putih
kekuningan (setelah didiamkan
mengering)
Larutan/filtrat berwarna bening
4 Reaksi warna protein
Reaksi Biuret (untuk ikatan peptida):
a. 3 mL susu kedelai + 2 mL NaOH
40%
b. ditambahkan 6 tetes CuSO4 0,5%
Uji biuret:
a. Larutan tetap bening, tidak berwarna
b. Setelah ditambahkan dengan CuSO4
0,5% warna menjadi ungu (+)
Reaksi Hopkins-Cole (untuk
triptofan):
a. 1mL (15 tetes) susu kedelai + 1
tetes formaldehid encer
(diencerkan 500 kali) + 1 tetes
reagen merkuri sulfat.
b. Dikocok + asam sulfat pekat
(perlahan-lahan) melalui dinding
tabung.
Reaksi Hopkins-Cole:
Tidak berubah warna
Setelah ditambah H2SO4 timbul warna
orange
reaksi Xantoprotein (asam amino
dengan inti benzena):
a. 3mL susu kedelai + 3 tetes HNO3
pekat
b. Dipanaskan dengan penangas air
mendidih sampai kuning.
Dinginkan di bawah air leding,
campuran dibagi 2 tabung,
c. tabung 1 tanpa ammonia
d. tabung 2 ditamabhkan ammonia
e. dibandingkan warna tabung 1 dan
2!
Reaksi Xantoprotein:
a. 3mL susu kedelai + 3 tetes HNO3
larutan menjadi bening kekuningan
b. Setelah dipanaskan warna larutan
kuning (+).
c. Untuk tabung 1, tanpa ammonia
berwarna putih dan terdapat endapan
kuning, tabung 2 +, ammonia warna
kuning dan terdapat endapan
5 Reaksi uji Molisch:
15 tetes susu kedelai + 20 tetes larutan
alpha-Naftol dan dikocok
dialirkan perlahan-lahan + 10 tetes
H2SO4 pekat perlahan-lahan
Menghasilkan warna putih keruh
Setelah ditambahkan H2SO4 terdapat 2
lapisan, di atas keruh dan di bawah
berwarna ungu
6 Reaksi Neumann untuk Kasein
(P-organik dari kasein)
Dalam percobaan hanya menggunakan
susu ultra/susu sapi
7 Grease spot test (tes noda lemak)
Kasein kering+ sedikit eter, dikocok
Diusap dengan kertas saring: kertas
dalam tabung reaksi.
dituang dalam kaca arloji dan
diuapkan eternya.
diusap denan kertas saring
saring berwarna bening/ transparan.
8 Menunjukkan laktalbumin
Fitrat dari pengendapan kasein dibuat
pH 5,4 kemudian dipanaskan.
Adanya koagulan menunjukkan
adanya laktalbumin.
disaring dengan kertas saring.
Fitrat untuk perccobaan selanjutnya.
Tidak terbentuk endapan (koagulan)
9 Menunjukkan adanya laktosa
Uji Fehling:
Fitrat ditambahkan dengan reagen
Fehling (Fehling A + Fehling B)
masing-masing 5 tetes, dimasukkan
dalam penangas air selama 5 menit.
Untuk Fehling:
Fehling A + fehling B (warna biru tua),
setelah dipanaskan terbentuk gumpalan
berwarna hijau
10 Menunjukkan adanya ion Ca dan P-
anorganik
a. Fitrat dari percobaan nomor 7 +
Amonium hidroksida beberapa
tetes kemudian dipanaskan terjadi
endapan.
b. diaring endapan di larutkan dalam
(2mL aquades + 10 tetes asam
asetat glasial)
c. Fitrat dikumpulkan dalam tabung
bersih.
d. Sebagian fitrat + larutan K-oksalat
yang jernih.
e. Fitrat lain dikerjakan seperti
percobaan ammonium molibdat
untuk menunjukkan fosfat organik.
a. Endapan putih, fitrat jernih.
b. Setelah ditambahkan asam tidak terjadi
perubahan
c. Larutan keruh (fitrat asam cuka + fitrat
7).
e. Tidak dikerjakan
2. Untuk Susu Ultra
No Langkah kerja Hasil Pengamatan
1 Penetapan berat jenis:
ditentukan berat jenis dengan
piknometer untuk:
a. Air susu murni
b. Air susu diencerkan 1 kali
dengan aquades
c. Filtrat air susu dari percobaan
pengeendapan kasein (B3)
Berat dari masing-masing air susu:
a. Berat ar susu murni = 51,35-41,12
= 10,23 gram
b. Berat susu encer = 47,47 -41,12
= 6,35gram
c. Berat filtrat air susu = 67,23-41,12
= 26,11 gram
(berat erlenmeyer = 41,12 gram)
2 Reaksi air susu:
diselidiki reaksi air susu dengan kertas
lakmus merah, untuk:
a. Air susu yang masih baru
b. Pengenceran dengan aquades 20
tetes
c. Filtrat air susu dari percobaan
pengeendapan kasein (B3)
PH=9
PH=8
PH=4
d. Air susu yang sudah dibiarkan ±2
jam
PH=6
3 Pengendapan Kasein
10 ml air susu + 10 mL aquades
ditamahkan bertetes-tetes asam asetat
glasial 2% sampai terjadi endapan.
disaringlah endapan dengan kertas
saring
Terbentuknya endapan berwarna putih
(setelah didiamkan mongering)
Larutan /filtrat berwarna bening
kekuningan.
4 Reaksi warna protein
Reaksi Biuret (untuk ikatan peptida):
a. 3ml larutan protein + 1ml NaOH
40%
b. Tambahkan 1 tetes CuSO4 0,5%
Uji biuret:
a. Larutan tetap bening
b. Setelah ditambahkan dengan CuSO4
0,5% warna menjadi ungu (+)
Reaksi Hopkins-Cole (untuk
triptofan):
a. 1ml larutan protein + 1 tetes
frmaldehid encer (diencerkan 500
kali) + 1 tetes reagen merkuri sulfat.
b. Dikocok + 2-3 tetes asam sulfat
pekat (perlahan-lahan) melalui
dinding tabung.
Reaksi Hopkins-Cole:
a. Tidak berwarna
b. berwarna ungu
Reaksi Xantoprotein (asam amino
dengan inti benzena):
a. 3ml susu ultra + HNO3 pekat
b. Dipanaskan dengan penangas air
mendidih sampai kuning.
didinginkan di bawah air leding,
campuran dibagi 2 tabung,
c. Tabung 1 tanpa amonia
d. Tabung 2 ditambahkan ammonia
e. dibandingkan warna tabung 1 dan 2!
Reaksi Xantoprotein:
a. 3mL protein + 1 mL HNO3 larutan
menjadi bening kekuningan
b. Setelah dipanaskan warna larutan
kuning (+).
c. Berwarna putih dan terdapat endapan
berwarna kuning
d. Tabung 2, terdapat 2 lapisan kuning di
bagian atas dan putih dibagian bawah
5 Reaksi uji Molisch:
- 15 tetes susu ultra + 20 tetes
larutan alpha-Naftol 1% dan
dikocok.
- Alirkan perlahan-lahan + 1 mL
H2SO4 pekat perlahan-lahan
- Menghasilkan warna putih
keruh
- Terbentuk 2 fase,Lapisan atas
berwarna keruh, lapisan bawah
berwarna ungu.
6 Reaksi Neumann untuk Kasein
(P-organik dari kasein)
Sisa endapan dikeringkan di kertas
saring
dimasukkan sedikit kasein ke dalam
tabung reaksi + 2 tetes HNO3 pekat +
10 tetes H2SO4 pekat dipanaskan
dengan api kecil dalam lemari asam.
Berwarna cokelat
Jika tabung berwarna coklat/hitam +1
tetes HNO3 pekat. dipanaskan.
dibiarkan tabung dingin + 30 tetes
ammonium molibdat, dikocok dan
dipanaskan.
Berwarana hitam
Tetap berwarna hitam
7 Grease spot test (tes noda lemak)
Kasein kering + sedikit eter, dikocok
dalam tabung reaksi.
dituangkan dalam kaca arloji dan
diuapkan eternya.
diusap dengan kertas saring.
Diusap dengan kertas saring: kertas saring
terlihat bening/ transparan.
8 Menunjukkan laktalbumin
Fitrat dari pengendapan kasein dibuat
pH 5,4 kemudian dipanaskan.
Adanya koagulan menunjukkan
adanya laktalbumin.
disaring dengan kertas saring.
Fitrat untuk perccobaan selanjutnya.
(+) terbentuk laktalbumin: terlihat
adanya koagulan atau endapan putih.
9 Menunjukkan adanya laktosa.
Uji Fehling:
Fitrat ditambahkan dengan reagen
Fehling (Fehling A + Fehling B)
masing-masing 5 tetes, dimasukkan
dalam penangas air selama 5 menit.
Untuk Fehling:
Filtrat dari susu ultra + fehling A dan
fehling B berwarna biru muda, setelah
dimasukkan kedalam penangas selama
5 menit warnanya berubah menjadi
gumpalan biru tua
10 Menunjukkan adanya ion Ca dan P-
anorganik
a. Fitrat dari percobaan nomor 7
+ Amonium hidroksida
beberapa tetes kemudian
dipanaskan terjadi endapan.
b. disaring endapan di larutkan
dalam (2mL aquades + 10 tetes
a. Endapan putih, fitrat jernih.
b. Setelah ditambahkan asam tidak terjadi
perubahan
asam asetat glasial)
c. Fitrat dikumpulkan dalam
tabung bersih.
d. Sebagian fitrat + larutan K-
oksalat yang jernih.
Fitrat lain dikerjakan seperti
percobaan ammonium molibdat
untuk menunjukkan fosfat organik.
c. Larutan keruh (fitrat asam cuka + fitrat
7) dan terdapat endapan.
Tidak dikerjakan
F. ANALISIS DATA
1. Berat Jenis
susu kedelai
Susu murni (susu + labu takar) : 60,59 gram
(labu takar kosong) : 41,12 gram
Susu murni : 19,47 gram
Volume : 3 mL
Susu diencerkan 1 kali (susu + labu takar) : 59,62 gram
(labu takar kosong) : 41,12 gram
Susu encer : 18,50 gram
Volume : 3 mL
Fitrat air susu (susu + gelas kimia) : 73,18 gram
(gelas kimia kosong) : 41,12 gram
Fitrat air susu : 32,06 gram
Volume : 20 mL
susu sapi
Susu murni (susu + labu takar) : 51,35gram
(gelas kimia kosong) : 41,12gram
Susu murni : 10,23 gram
Volume : 3 mL
Susu diencerkan 1 kali (susu + labu takar) : 47,47 gram
(labu takar kosong) : 41,12 gram
Susu encer : 6,35 gram
Volume : 3 mL
Fitrat air susu (susu + gelas kimia) : 67,23 gram
(gelas kimia kosong) : 41,12 gram
Fitrat air susu : 26,11 gram
Volume : 20 mL
Perhitungan berat jenis:
Susu Kedelai
Untuk susu murni
=
= 6,49 gram/mL
Untuk susu encer
=
= 6,16 gram/mL
Untuk fitrat air susu
=
= 1,603 gram/mL
Susu Ultra
Untuk Susu murni
=
= 3,41 gram/mL
Untuk susu encer
=
= 2,1167 gram/mL
Untuk fitrat air susu
=
= 1,3055 gram/mL
2. Reaksi Air Susu
Susu Kedelai
Susu murni : Lakmus Merah à Biru
(bersifat basa), PH= 8
Pengenceran dengan aquades: Lakmus merahàSedikit Biru
(Bersifat sedikit asam dan basa), PH= 7 (netral)
Filtrat Kasein : Lakmus Merah à warna tetap
(bersifat asam), PH= 4
Susu murni setelah 2 jam : Lakmus Merah à warna tetap
(bersifat asam), PH= 6
Susu Ultra
Susu murni: Lakmus Merah à Biru
(bersifat basa), PH= 9
Pengenceran dengan aquades: Lakmus Merah à Biru
(bersifat basa), PH= 8
Filtrat Kasein : Lakmus Merah à warna tetap
(bersifat asam), PH= 4
Susu murni setelah 2 jam : Lakmus Merah à warna tetap
(bersifat asam), PH= 6
3. Pengendapan Kasein
Reaksi pengendapan kasein
[ Ca2+] [Kaseinat2-] + 2 CH3COOH Ca (CH3COO)2 + kasein
Susu Kedelai
- Warna Filtrat : bening
- Warna Endapan: putih kekuningan menunjukan adanya kasein
Susu Ultra
- Warna Filtrat : kuning bening
- Warna Endapan: putih
4. Reaksi Warna Protein
Reaksi Biuret
Reaksi Hopkins-Cole
COOH
COOH Mg
asam glioksilatasam oksalat
serbuk CHO
COOH
Reaksi Xantoprotein
5 Reaksi Molish
6. Reaksi Neumann
7. Grease Spot Test (Tes Noda Lemak)
Baik susu kedelai maupun susu ultra:
Endapan kasein + eter à tidak larut
dalam eter
Terdapat tetesan bening, kertas menjadi transparan yang mandakan ada
lemak
8. Menunjukkan Adanya Laktalbumin
a. Susu Kedelai
Filtrat kasein (pH: 5,4) Tidak terbentuk endapan (koagulan)
b. Susu Ultra
Filtrat kasein (pH 5,4) (+) terdapat koagulan + endapan putih (terdapat
laktalbumin)
9. Menunjukkan Adanya Laktosa
Reaksi Fehling A/B
10 Menunjukkan Adanya Ion Ca dan P-Anorganik
Baik pada susu kedelai maupun susu ultra didapatkan hasil:
- Fitrat (nomor 7) + NH4OH endapan gelartinous dari Ca dan Mg fosfat
(endapan putih)
- Endapan + CH3COOH → tidak terjadi perubahan
- Disaring endapan di larutkan dalam (2mL aquades + 10 tetes asam asetat glasial)
menghasilkan larutan keruh (fitrat asam cuka + fitrat 7) dan terdapat endapan.
G. PEMBAHASAN
Susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garam mineral
dan protein dalam bentuk suspense koloidal. Komponen utama susu adalah air, lemak, protein
(kasein dan albumin), laktosa (gula susu) dan abu. Komponen susu selain air merupakan Total
Solid (TS) dan Total Solid tanpa komponen lemak merupakan Solid non Fat (SNF). Beberapa
istilah lain yang biasa digunakan sehubungan dengan komponen utama susu ini adalah plasma
susu atau susu skim, yaitu bagian susu yang mengandung semua komponen kecuali lemak dan
∆
∆
∆
serum susu atau biasa disebut Whey, yaitu bagian susu yang mengandung semua komponen
susu kecuali lemak dan kasein ( Anonim, 2009 ).
Pengujian secara biologis dilakukan pada proses pengukuran atau penetapan berat
jenis pada air susu kedelai dan air susu sapi/ultra yaitu dengan piknometer. Susu kedelai
berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data diperoleh massa jenis berturut-turut untuk
ketiga tabung reaksi pada volume tetap yaitu 6,49 gr/ml(air susu murni); 6,16 gr/ml(air susu
encer); 1,603gr/ml(filtrate air susu). Sedangkan untuk susu sapi berat jenisnya berturut-turut
yaitu 3,41 gr/ml(air susu murni); 2,17 gr/ml(air susu encer); 1,30gr/ml(filtrate air susu). Dari
hasil yang diperoleh tersebut dapat di lihat dengan jelas perbedaan massa jenisnya,hal tersebut
dipengaruhi oleh penambahan aquadest, dengan penambahan aquadest membuat kerapatan air
susu berkurang.
Selanjutnya dilakukan uji kimia pada air susu tersebut untuk mengetahui apakah
bersifat asam atau basa.Uji ini dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus merah dan biru.
pada reaksi air susu, ketika air susu baru dicelupkan lakmus merah menghasilkan warna
lakmus tetap merah yang berarti keadaannya netral sedangkan ketika lakmus merah
dicelupkan dalam air susu lama warnanya lakmus menjadi merah yang berarti dalam keadaan
asam. Air susu yang sudah lama bersifat asam karena ada bakteri asam laktat dalam susu
dimana bakteri itu mengubah laktosa menjadi asam laktat sehingga pH pada susu turun. Pada
pengendapan kasein setelah difiltrat menghasilkan warna bening dan terdapat endapan kasein
yang berwarna putih kekuningan.
Kemudian pada percobaan mengenai reaksi-reaksi warna protein, yaitu dengan
melakukan reaksi biuret, Reaksi Hopkins-Cole, reaksi xantoprotein dan reaksi molisch..
Dimana reaksi biuret merupakan suatu peptide yang mempunyai dua buah ikatan peptide atau
lebih dan dapat bereaksi dengan ion Cu2+ dalam suasana basa dan menghasilkan senyawa
kompleks yang berwarna biru ungu. Dari hasil percobaan larutan protein dengan NaOH
(bening) ketika ditambahkan CuSO4 dengan menghasilkan warna ungu yang menandakan
bahwa pada kedua zat tersebut terdapat ikatan peptide. Ikatan peptida akan terbentuk apabila
terdapat dua asam amino esensial yang bereaksi. Pada percobaan reaksi Hopkins-Cole + 2-3
tetes asam sulfat berwarna ungu untuk susu sapi artinya mengandung triptopan dan pada susu
kedelai menghasilkan warna orange. Reaksi Hopkins-Cole pada susu kedelai tidak terjadi atau
terbentuk dua lapisan, sedangkan pada susu ultra terbentuk dua lapisan yang terdiri dari
bagian atas berwarna ungu dan bagian bawah berwarna bening.
Selanjutnya reaksi xantoprotein, dimana larutan protein baik yang berasal dari susu
kedelai ataupun susu sapi/ultra direaksikan dengan larutan HNO3 pekat yang dipanaskan tidak
menghasilkan gumpalan putih dan warna larutan kuning. Hal ini bertentangan dengan teori,
berdasarkan teori jika susu ditambhkan dengan HNO3 maka akan terbentuk endapan putih
yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Sedangkan untuk reaksi Molisch
pada susu ultra maupun susu kedelai menghasilkan 2 lapisan larutan yang berwarna ungu
(bawah) dan putih keruh (atas) setelah ditambahkan pereaksi molisch dan H2SO4.
Untuk uji tes noda lemak(Grease Spot Test), tetap menggunakan endapan kasein
tersebut yang ditambahkan dengan sedikit eter. Berdasarkan hasil praktikum,diperoleh bahwa
terdapat noda minyak atau lemak pada gelas arloji . Adanya laktalbumin dapat di buktikan
dengan ada atau tidaknya koagulan. Dimana, adanya koagulan menunjukkan bahwa zat
tersebut mengandung laktalbumin. Sementara, untuk menunjukkan adanya laktosa di lakukan
uji fehling, dimana adanya laktosa ditandai dengan adanya endapan merah bata. Pada hasil
percobaan diperoleh gumpalan pada larutan yaitu pada susu kedelai berwarna hijau sedangkan
pada susu sapi/ultra terdapat gumpalan berwarna biru.
H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada praktikum bahan makanan digunakan susu kedelai dan susu sapi/ ultra
Dilakukan perhitumgan massa jenis, dan dilakukan beberapa uji kimia
Untuk uji Reaksi – reaksi warna protein dilakukan dengan beberapa cara yaitu
dengan reaksi biuret, reaksi Hopkins-cole, reaksi xantoprotein dan reaksi molish.
Susu yang telah diencerkan mempunyai pH netral, sedangkan yang telah
didiamkan bersifat asam.
Air susu yang sudah lama bersifat asam karena ada bakteri asam laktat dalam susu
dimana bakteri itu mengubah laktosa menjadi asam laktat sehingga pH pada susu
turun.
Pada percobaan identifikasi senyawa dengan tes noda lemak, di dapatkan hasil
berupa bercak yang teransparan pada kertas saring yang menandakan bahwa susu
mengandung lemak
Untuk membuktikan adanya laktabumin biasanya ditandai dengan adanya
koagulan.
Untuk menunjukan adanya laktosa biasanya ditandai dengan adanya
endapan merah bata.
2. Saran
Kerjasama antar co.asst dan praktikan perlu ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Kasein. http://www.id.wikipwdia.org.wiki/ kasein. diakses pada tanggal14
Desember 2011.
Poedjiadi, Anna Dan Supriyanti,F.M. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI
Press. .
Winarno,F.G. 1992. Kimia pangan Dan Gizi. Jakarta :Grahamedia
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
MENENTUKAN KADAR KOLESTEROL
Oleh:
Baiq Witha Yulisvia
G1A 009012
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2011
ACAR VMENETAPKAN KADAR KOLESTEROL
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum : Untuk menentukan kadar kolesterol suatu sampel.
2. Hari, tanggal : Senin, 21 November 2011
3. Tempat : Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Mataram
B. LANDASAN TEORI
Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan berbentuk seperti lilin yang
diproduksi oleh tubuh manusia, terutama di lever (hati). Kolesterol terbentuk secara
alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang
dihasilkan oleh tubuh dengan berbagai macam fungsi, antara lain untuk membuat hormon
seks, hormon korteks adrenal, vitamin D, dan untuk membuat garam empedu untuk
membantu usus untuk menyerap lemak. Jadi, bila takarannya pas atau normal, kolesterol
adalah lemak yang berperan penting dalam tubuh. Namun, jika terlalu banyak, kolesterol
dalam aliran darah justru berbahaya bagi tubuh (Nilawati, 2008 : 12).
Kolesterol ialah jenis khusus lipid yang disebut steroid. Steroid ialah lipid yang
memiliki struktur kimia khusus. Struktur ini terdiri dari 4 cincin atom karbon. Steroid lain
termasuk steroid hormon seperti kortisol, estrogen, dan testosteron. Nyatanya, semua
hormon steroid terbuat dari perubahan struktur dasar kimia kolesterol (Achmad, 1986).
Steroid adalah lipid yang ditandai dengan suatu kerangka karbon yang terdiri atas 4
cincin yang menyatu. Steroid yang berbeda bervariasi dalam gugus fungsional yang
terikat dalam kumpulan cincin ini. Salah satu steroid adalah kolesterol yang merupakan
komponen umum membran sel hewan dan juga merupakan prekursor yang mna dari
prekursor ini steroid lain yang sintesis. Banyak hormon termasuk hormon seks vertebrata
merupakan streroid yang dihasilkan dari kolesterol. Dengan demikian kolesterol
merupakan molekul penting dalam tubuh hewan meskipun dalam konsentrasi tinggi dalam
darah akan menyebabkan aterosklerosis (Campbell, 2002).
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan
rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang
terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan
tersertifikasi. Kalibrasi, pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran
atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar
yang digunakan dalam akurasi tertentu. Contohnya, termometer dapat dikalibrasi sehingga
kesalahan indikasi atau koreksi dapat ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta
kalibrasi), sehingga termometer tersebut menunjukan temperatur yang sebenarnya dalam
celcius pada titik-titik tertentu di skala (Vogel, 1985).
C. ALAT DAN BAHAN
a. Alat yang dipakai :
Labu ukur 10 ml
Vortex mixer
Penangas air
Pipet tetes
UV-VIS
Kuvet
Tabung reaksi
Penjepit
Pipet volume 5 ml
Bolb
Rak tabung reaksi
b. Bahan yang dipakai :
Alkohol absolut
Serum darah (kolesterol rendah dan kolesterol tinggi)
Petroleum benzine
Aquades
Colour reagen (1,0 mgr FeCl3.6H2O/ml asam asetat glasial)
Asam sulfat pekat
Larutan kolesterol standar 0,05 mg/ml petroleum benzine
Kertas label
Tissue
D. SKEMA KERJA
1. Uji Sampel
2,5 ml alkohol absolut
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
bertutup
+ 0,1 ml serum
Dikocok
Hasil
+ 5 ml petroleum benzine
Tabung ditutup rapat
Dicampur menggunakan vortex mixer
selama 30 detik
Hasil
+ 3 ml aquades
Dikocok lagi selama 10-15 detik
Didiamkan sampai terbentuk 2
lapisan
Lapisan atas lapisan bawah
Diambil dg pipet ukur
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Lapisan atas (dalam tabung reaksi)
Diuapkan (tabung reaksi dimasukkan ke
dalam penangas air (80oC) sampai cairan
tinggal sedikit)
Hasil (cairan sedikit dlm tabung)
Tabung diambil & dibiarkan mengering
di udara terbuka
Hasil
+ 4ml colour reagen
Tabung blanko B
Diambil
Dimasukkan 4 ml colour reagen (0,000 gr
FeCl3.6H2O/ml asam asetat glasial)
Tabung S
Dimasukkan ke dalam penangas air
hangat beberapa menit untuk melarutkan
sisa-sisa kolesterol
Didinginkan pada temperatur kamar
Tabung S dan B
+ 3 ml asam sulfat pekat dengan
mengalirkan melalui dinding tabung yang
dimiringkan sehingga dasar tabung
terbentuk 2 lapisan yang terpisah
Dikocok dengan vortex mixer
Hasil
Didiamkan dalam ruang gelap selama 30
menit
Diukur A dan %T larutan S dan B
spektrofotometer pada = 560 nm (kuvet
sebelumnya dicuci dengan aquades dan
dikeringkan di udara). Untuk ini
dibutuhkan waktu inisial selama 30 menit
& warna stabil selama 1 jam.
Hasil
2. Kurva Kalibrasi
3 tabung reaksi
Masing-masing dimasukkan 0,5 ml, 1
ml dan 2 ml larutan kolesterol standar
0,05 mg/ml + petroleum benzine
Diuapkan sampai kering dalam
penangas air (80oC) dan sisanya yang
tertinggal diuapkan pada temperatur
kamar. Kadar kolesterol masing-
masing adalah 125mg %, 250 mg %,
dan 500 mg %.
Hasil
+ 4ml colour reagen
Tabung blanko B
Diambil
Dimasukkan 4 ml colour reagen
(0,000 gr FeCl3.6H2O/ml asam asetat
glasial)
Tabung S
Dimasukkan ke dalam penangas air
hangat beberapa menit untuk
melarutkan sisa-sisa kolesterol
Didinginkan pada temperatur kamar
Tabung S dan B
+ 3 ml asam sulfat pekat dengan
mengalirkan melalui dinding tabung
yang dimiringkan sehingga dasar
tabung terbentuk 2 lapisan yang
terpisah
Dikocok dengan vortex mixer
Hasil
Didiamkan dalam ruang gelap selama
30 menit
Diukur A dan %T larutan S dan B
spektrofotometer pada = 560 nm
(kuvet sebelumnya dicuci dengan
asam asetat glasial dan dikeringkan di
udara). Untuk ini dibutuhkan waktu
inisial selama 30 menit & warna
stabil selama 1 jam.
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
a. Uji Sampel
Langkah Kerja Hasil Pengamatan
1. Tabung reaksi
bertutup (tabung S)
disediakan.
Belum di masukkan larutan
2. 2,5 ml alkohol
dimasukkan dalam tabung
reaksi
Alkohol berwarna bening
3. 0,1 ml serum
ditambahkan dan dikocok
Sampel
kolesterol rendah berubah menjadi keruh
dan terdapat endapan kecil.
Sampel
kolesterol tinggi lebih keruh dibandingkan
sampel kolesterol rendah dan endapannya
lebih banyak dan besar.
4. 5 ml petroleum
benzine ditambahkan dan
tabung ditutup rapat
Tidak terjadi perubahan
5. Dicampur dengan
vortex mixer selama 30 detik
Kecepatan putaran = 1500 rpm.
Larutan menjadi homogen
Sampel
kolesterol rendah keruh
Sampel
kolesterol tinggi bening dan terdapat
endapan di dasar tabung
6. 3 ml aquades Sampel
ditambahkan dan dikocok lagi
selama 10-15 detik, kemudian
didiamkan sampai terjadi 2
lapisan
kolesterol rendah : terdapat 2 lapisan yaitu
bening (atas) dan keruh (bawah).
Sampel
kolesterol tinggi : lapisan atas bening,
terdapat endapan dan lapisan bawah keruh.
7. Lapisan atas
dimasukkan ke tabung reaksi
Tabung I
(Sampel kolesterol rendah) : bening.
Tabung II
(Sampel kolesterol tinggi) : bening
8. Diuapkan dalam
penangas air (80oC) sampai
cairan tinggal sedikit. Tabung
diambil dan dibiarkan
mengering
Sampel kolesterol rendah dan Sampel
kolesterol tinggi sama-sama keruh
9. 4 ml Colour reagen
ditambahkan
Sampel
kolesterol rendah berwarna orange
Sampel
kolesterol tinggi berwarna kuning.
10. Dimasukkan 4 ml
colour reagen ke dalam
tabung balanko
Berwarna bening
11. Tabung S
dimasukkan dalam penangas
air selama beberapa menit
kemudian didinginkan
Terbentuk endapan merah
12. 3 ml H2SO4
ditambahkan ke dalam tabung
S dan B dengan mengalirkan
melalui dinding tabung yang
dimiringkan
Sampel
kolesterol tinggi : terbentuk 2 lapisan yaitu
hijau muda (atas) dan agak kemerahan
(bawah)
Sampel
kolesterol rendah : terbentuk 2 lapisan yaitu
kuning bening (atas) dan kuning (bawah)
Blanko :
terdapat 2 lapisan yaitu bening (atas) dan
kuning (bawah)
Terasa panas pada tabung
13. Dikocok dengan
vortex mixer
Larutan menjadi homogen
14. Tabung S dan B
didiamkan dalam ruang gelap
selama 30 menit
Sampel
kolesterol tinggi : terjadi perubahan warna.
Lapisan atas berwarna kuning keemasan
dan lapisan bawah berwarna cokelat
Sampel
kolesterol rendah : terjadi perubahan
warna. Lapisan atas berwarna kuning dan
lapisan bawah berwarna kuning keemasan.
15. Diukur A dan % T
larutan S terhadap B dengan
spektrofotometer pada = 560
nm
Nilai absorban :
Sampel
kolesterol rendah = 0,075 A
Sampel
kolesterol tinggi = 0,68 A
b. Kurva Kalibrasi
Langkah Kerja Hasil Pengamatan
1. 3 tabung reaksi
disediakan, masing-masing
tabung diisi 0,5 ml, 1 ml, dan 2
ml larutan kolesterol standar
0,05 mg/ml + petroleum
benzine
Berwana kuning keruh
2. Diuapkan sampai
kering dalam penangas air
(80oC) dan sisanya diuapkan
pada temperatur kamar.
Kadar kolesterol masing-
Tidak terjadi perubahan warna
masing :
Tabung I : 125 mg %
Tabung II : 250 mg %
Tabung III : 500 mg %
3. 4 ml Colour reagen
ditambahkan
Terjadi perubahan warna menjadi kuning
4. Dimasukkan 4 ml
colour reagen ke dalam tabung
blanko
Berwarna bening
5. Tabung S
dimasukkan dalam penangas
air selama beberapa kemudian
didinginkan
Tidak terjadi perubahan warna
6. 3 ml H2SO4
ditambahkan ke dalam tabung
S dan B dengan mengalirkan
melalui dinding tabung yang
dimiringkan
Sampel 0,5 ml : terdapat 2
lapisan yaitu orange (atas) dan bening
(bawah)
Sampel 1 ml : terdapat 2
lapisan yaitu kuning cerah (atas) dan
bening (bawah)
Sampel 2 ml : terdapat 2
lapisan yaitu kuning (atas) dan bening
(bawah)
7. Dikocok dengan
vortex mixer
Tidak terjadi perubahan
8. Tabung S dan B
didiamkan dalam ruang gelap
selama 30 menit
Sampel 0,5 ml :
tidak terjadi perubahan warna, namun lebih
banyak warna bening
Sampel 1 ml :
terjadi perubahan warna yaitu hitam (atas)
dan cokelat (bawah) dan larutannya lebih
pekat
Sampel 2 ml :
terjadi perubahan warna yaitu cokelat
(atas) dan kuning (bawah)
9. Diukur A dan % T
larutan S terhadap B dengan
spektrofotometer pada = 560
nm
Nilai absorban :
Sampel 0,5 ml
= 0,96 A
Sampel 1 ml =
1,86 A
Sampel 2 ml =
0,86 A
F. ANALISIS DATA
1. Perhitungan
a. Hitungan % Transmitan
Diket : Sampel 0,5 ml = A1 = 0,96 A
Sampel 1 ml = A2 = 1,86 A
Sampel 2 ml = A3 = 0,86 A
Dit : %T
Jawab :
A1 = -log T
T1 = -10A
= -100,96
T1 = - 9,12
A2 = -log T2
T2 = -10 A
= -101,86
= -72,44
A3 = -log T3
T3 = -10A
= -100,86
= -7,24
b. Hitungan Berat Kolesterol
kadar kolesterol standar = 0,05 mg/ml
massa = V x kadar kolesterol standar (mg/ml)
Sampel 0,5 ml
Massa = 0,5 ml x 0,05 mg/ml
= 0,025 mg
Sampel 1 ml
Massa = 1 ml x 0,05 mg/ml
= 0,05 mg
Sampel 2 ml
Massa = 2 ml x 0,05 mg/ml
= 0,1 mg
2.Persamaan Reaksi
2. Kurva
Penentuan kadar kolesterol dalam serum darah (x)
Y=-0,05X+1,326
Sampel kolesterol rendah
Y= 0,075 A
0,075= - 0,05X+1,326
0,05X=1,326-0,075
0,05X= 1,251
X= 1,251/0,05
= 25,02 mg/ml
Sampel kolesterol tinggi
Y=0,68 A
0,68= - 0,05X+1,326
0,05X= 1,326-0,68
0,05X= 0,646
X= 0,646/0,05
= 12,92 mg/ml
G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas tentang menentukan kadar kolesterol dari suatu sampel
dan dilakukan 2 percobaan yaitu uji sampel dan kurva kalibrasi. Pada uji sampel, kami
menggunakan 2 macam sampel yaitu kolesterol rendah dan kolesterol tinggi.
Kolesterol merupakan steroida penting, bukan saja karena merupakan komponen
membran tetapi juga karena merupakan pelopor biosintetik umum untuk steroid lain
termasuk hormon steroida dan garam empedu. Pada manusia kolesterol diperoleh secara
langsung dari makanan dan juga dibiosintesis dari asetat melalui skualena di dalam limpa.
Jumlah seluruh kolesterol dalam darah tergantung pada sebagian besar makanan, umur,
kelamin. Kolesterol dalam tubuh manusia sumbernya 2 yaitu berasal dari diet makanan
asal hewan yang mengandung kolesterol dan juga disintesis oleh liver dari Asetil KoA
(Asetil KoA berasal dari penguraian karbohidrat dan lemak) (Kusnawijaya, 1993).
Sintesis kolesterol terutama di hati dan di usus. Semua atom C-nya (27) berasal
dari asetil-KoA yang dapat berasal dari oksidasi karbohidrat, lipid, dan asam amino.
Proses ini berasal dari oksidasi karbohidrat, lipid dan asam amino. Sintesis kolesterol
berlangsung di sitosol dalam 4 tahap, dengan enzim HMG-KoA reduktase sebagai (enzim
regulator), yaitu (Anonim, 2010) :
1. Sintesis mevalonat, dari asetil-KoA: 2 mol asetil-KoA berkondensasi
menjadi asetoasetil-KoA kemudian kondensasi dengan asetil-KoA ketiga membentuk
beta-OH-beta metilglutaril- KoA (HMG – KoA) dengan enzim HMG – KoA sintase,
tereduksi menjadi mevalonat, enzim HMG – KoA reduktase (enzim regulator).
2. Konversi mevalonat menjadi 2 isopren aktif (5 atom C).
3. Kondensasi 6 isoprene aktif menjadi skualen (30 atom C).
4. Perubahan skualen, lanosterol, inti steroid yang mengandung 4 cincin segi
enam.
Pada saat praktikum, serum dicampurkan dengan alkohol. Alkohol disini berfungsi
untuk melarutkan kolesterol yang terdapat dalam serum darah karena kolesterol
merupakan senyawa yang tidak dapat larut dalam air tetapi larut dalam minyak atau
alkohol (Vogel, 1985). Pelarut lain yang digunakan dalam praktikum adalah dietil eter.
Pada saat praktikum digunakan pula H2SO4 yang berfungsi sebagai katalisator.
Pada saat praktikum uji sampel digunakan vortex mixer yang berfungsi untuk
menghomogenkan larutan. Setelah itu ditambahkan aquades agar terbentuk 2 lapisan.
Selain itu, vortex mixer juga digunakan dalam percobaan kurva kalibrasi. Setelah itu,
larutan kolesterol didiamkan di ruang gelap sebelum diukur absorbannya. Hal ini
dilakukan agar cepat terjadi pemisahan larutan menjadi 2 lapisan dan agar larutan
kolesterol tidak cepat menguap (Anonim, 2010).
H. PENUTUP
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
Kesimpulan
1. Kolesterol ialah jenis khusus lipid yang disebut steroid.
2. Kolesterol dalam tubuh manusia sumbernya 2 yaitu berasal dari diet makanan
asal hewan yang mengandung kolesterol dan juga disintesis oleh liver dari Asetil
KoA (Asetil KoA berasal dari penguraian karbohidrat dan lemak).
3. Asetil koA merupakan sumber semua atom karbon pada kolesterol.
4. Kolesterol merupakan senyawa yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam
minyak , alkohol atau dietil eter.
5. Vortex mixer berfungsi untuk menghomogenkan larutan.
6. Larutan kolesterol didiamkan di ruang gelap sebelum diukur absorbannya, agar
cepat terjadi pemisahan larutan menjadi 2 lapisan dan agar larutan tersebut tidak
cepat menguap.
saran
Diharapkan kerja sama yang baik antara co.ass dan praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Sjamsul Arifin. 1986. Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta : Penerbit
Karunika.
Anonim.2010. “Metabolisme Lipid”
(http://merumerume.wordpress.com/2010/04/17/metabolisme-lipid/ ; diakses 18
November 2011).
Campbell, Neil. 2002. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Kusnawijaya. 1993. Biokimia. Bandung : Exact Ganeca.
Nilawati, Sri. 2008. Care Yourself, Kolesterol. Jakarta : Penebar Plus.
Vogel, A.I. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Anorganik Makro dan Semimikro,
Penerjemah L. Setiono dan A.H Pudjaatmaka. Jakarta : Kalman Media Pustaka.
Top Related