8/11/2019 lap_ankel joint.docx
1/24
1
LAPORAN KASUS
SEORANG PEREMPUAN USIA 23 TAHUN POST KLL DENGAN
KELUHAN PERGELANGAN KAKI SEBELAH KANAN SAKIT BILA
BERJALAN
Disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah
di RSUD Tugurejo Semarang
Pembimbing :
dr. Suhardiyono, Sp.OT
Disusun oleh :
Supartiningsih H2A009044
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2013
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
2/24
2
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : Nn. V
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Garment
Alamat : Silandak RT 2 / 3 Purwoyoso, Semarang
No. CM : 41. 65. 44
Ruang : Flamboyan no. 4
Tanggal Masuk : 4 September 2013
II. Primary Survey
1)
Airway : adekuat, Sumbatan jalan napas (-), secret pada mulut (-)
2)
Breathing : Napas spontan, respirasi 20 x/menit
3) Circulation : tekanan darah 110/70, nadi 90 x/menit, regular
4)
Disbility : GCS E4M6V5 : 15
5) Exposure : suhu 37 0C, dengan balutan pada pergelangan kaki kanan
III.Secondary Survey
A. Anamnesis
1.
Keluhan utama : nyeri kaki sebelah kanan
2. Riwayat penyakit sekarang
pada tanggal 21 Mei 2013 pasien kecelakaan menggunakan sepeda
motor dengan jari ke 3, 4, 5 sudah tertindas truk. Posisi pasien tidak terjatuh,
terdapat luka lecet dan bengkak. Pasien segera di bawa ke IGD RS Tugurejo
Semarang dan dirawat di ruang Anggrek. Setelah 1 hari di rumah sakit
pasien pulang paksa dan melanjutkan perawatannya dengan membawa ke
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
3/24
3
sangkal putung. Nyeri dirasakan terus menerus dan keluhan bertambah saat
dibuat jalan. Keluhan dirasakan berkurang saat tiduran.
Sabtu tanggal 31 Agustus 2013 pasien datang ke tempat prakter dokter
bedah dengan membawa hasil foto rongent. Pasien juga mengeluh nyeri,
panjang kaki tidak sama dan pincang ketika jalan. Dokter mengatakan
terdapat patah tulang dan disarankan untuk operasi.
Tanggal 4 September 2013 pasien datang rawat inap untuk persiapan
operasi. Pasien juga mengeluh kaki masih bengkak.
3. Riwayat penyakit dahulu
1) Riwayat trauma kepala : disangkal
2) Riwayat makan minum sebelum kejadian : disangkal
3)
Riwayat darah tinggi : disangkal
4) Riwayat kencing manis : disangkal
5) Riwayat magg : (+) diakui
6)
Riwayat gangguan perdarahan : disangkal
7)
Allergy : disangkal
8) Medication : disangkal
9)
Pain last : disangkal
10)Environment : diatas motor
4. Riwayat penyakit keluarga
1) Riwayat darah tinggi : disangkal
2)
Riwayat kencing manis : disangkal
3)
Riwayat alergi : disangkal
5. Riwayat sosial ekonomi
Pasien bekerja di Garment, Tanjung Emas Semarang. Biaya
pengobatan ditanggung sendiri.
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
4/24
4
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum: tampak sehat
2. Kesadaran: compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
3. Vital sign
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 100 x/menit isi dan tegangan cukup
c. Respiratory rate : 20 x/menit
d. Suhu : 37 C aksila
4. Status gizi: kesan cukup
5. Status Generalis
a. Kepala : Bentuk mesochepal, rambut warna hitam, mudah dicabut (-),
luka (-)
b.Mata : konjungtiva anemis (-/-), pupil bulat, central, reguler, 3 mm
dan isokor, lesi (-)
c. Hidung: napas cuping (-), deformitas (-), secret (-), lesi (-), darah (-)
d.Telinga: serumen (-/-), lesi (-), darah (-), deformitas (-)
e.
Mulut: sianosis (-), lesi (-), darah (-), hematom (-)
f. Leher : tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), deviasi trakea (-)
g. Thorak
Pulmo
Paru depan Paru belakang
Inspeksi
Statis
Dinamis
Normochest, simetris, lesi (-/-
), sudut arcus costa dalam
batas normal, ICS dalam
batas normal
Pengembangan pernafasan
paru Normal, fail chest (-)
Normochest, simetris,
kelainan kulit (-/-)
Pengembangan pernapasan
paru normal
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
5/24
5
Palpasi Simetris (N/N), Nyeri tekan (-
/-), ICS dalam batas normal,
taktil fremitus dalam batas
normal
Simetris (N/N), Nyeri
tekan (-/-), ICS dalam
batas normal, taktil
fremitus dalam batas
normal
Perkusi
Kanan
Kiri
Sonor seluruh lapang paru
Sonor seluruh lapang paru.
Sonor seluruh lapang paru
Sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi Suara dasar vesicular, Ronki
(-/-), Wheezing (-/-)
Suara dasar vesicular,
Ronki (-/-) Wheezing (-/-)
Cor
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS IV 1-2 cm ke arah medial
midclavikula sinistra, thrill (-), pulsus epigastrium (-), pulsus
parasternal (-), sternal lift(-)
- Perkusi :
Batas atas jantung : ICS II linea parasternal
sinistra
Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternal
sinsitra
Batas kanan bawah jantung : ICS V linea sternalis dextra
Batas kiri bawah jantung : ICS IV 1-2 cm ke arah medial
midclavikula sinistra
Konfigurasi jantung (dalam batas normal)
- Auskultasi : regular
Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-),
SIV (-)
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
6/24
6
h.Abdomen
- Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di
sekitar
-
Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, Pekak sisi (-),
pekak alih (-), nyeri ketok ginjal (-/-)
- Palpasi : Nyeri tekan seluruh lapang perut (-), Tidak teraba
pembesaran hepar, Lien dan ginjal tidak teraba
i. Pelvis: deformitas (-), hematom (-), jejas (-), nyeri tekan (-)
j. Ekstremitas
Superior Inferior
Capp Refill
Akral dingin
Sianosis
Edema
Nyeri gerak
Motorik :
- Gerakan
- Kekuatan
-
Tonus
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
7/24
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
8/24
8
IV.DIAGNOSA SEMENTARA
Suspek Fraktur dislokasi angkle joint pedis dekstra
V. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Foto rongent AP / LAT
VI.DIAGNOSA KERJA
Fraktur dislokasi angkle joint pedis dekstra
VII.PENATALAKSANAAN
1. Diagnosis
1)Subjektif : -
2)Objektif : Foto x-ray
2. Terapi
1)IV line RL 20 tetes per menit
2)
Antibiotik (Injeksi Cefotaxim 2x1 gr IV)
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
9/24
9
3)
Ketorolac 1 x 30 mg IV
4)Ranitidine 2 x 150 mg PO
5)Pemasangan bidai pada articulatio talocruralis pedis dekstra
6)
Rujuk spesialis Orthopedi untuk penanganan lebih lanjut
3. Ip. Monitoring
1)Monitoring kesadaran dan tanda vital
2)Monitoring reaksi dan efek obat
3)Monitoring komplikasi
4. Ip. Edukasi
a.
Menjelaskan jenis penyakit, penyebab penyakit dan komplikasi
b. Menjelaskan perlunya rujukan ke dokter bedah orthopedi untuk
penanganan lebih lanjut
c.
Perawatan sehari-hari bagian cedera
d. Perbaikan fungsi bagian cedera
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
10/24
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
11/24
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
12/24
12
Gerakan plantar flexi dihambat oleh ligamentum-ligamentum yang berjalan dari
malleolus bagian depan ke punggung kaki yaitu ligamentum talofibulare anterior,
tibiotalare anterior dan lig. tibionaviculare.
Gerakan dorsal flexi terutama dihambat oleh tendon achilles. Disamping itu,
karena trochlea tali bagian anterior lebih lebar dari pada bagian posterior
sehingga pada saat gerakan dorsal flexi, trochlea tali bagian anterior ini terjepit
rapat di antara kedua malleolus sehingga tidak memungkinkan untuk bergerak ke
dorsal flexi lebih lanjut.
b. Subtalar (talocalcancan) joint
Sendi ini dibentuk oleh tulang-tulang talus dan calcaneus. Ligamentum
yang menstabilisasi sendi ini antara lain yaitu lig. talocalcanearis anterius dan
posterius. Gerakan yang terjadi adalah valgus dan varus.
2. Kaki bagian tengah
Persendian-persendian yang terdapat pada kaki bagian tengah ini secara
keseluruhan disebut dengan midtarsal joint, yang terdiri dan talonavicular joint,
cuneonavicular joint, cuboideonavicular joint, intercuneiform joint, cuneocuboid
joint dan calcaneocuboid joint. Tulang-tulang tarsal satu sama lain saling
dihubungkan oleh ligamentum-ligamentum.
Gerakan-gerakan pada midtarsal joint secara keseluruhan dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
- inversi (plantar flexi + supinasi + adduksi)
- Eversi (dorsal flexi + pronasi + abduksi)
3. Kaki bagian depan
a. Tarsometatarsal joint
Dibentuk oleh tulang metatarsal dengan tulang tarsal. Tulang metatarsal I
III bersendi dengan tulang cuneiform I III, sedangkan tulang metatarsal IV
dan V bersendi dengan cuboideum. Gerakan yang utama adalah plantar flexi dan
dorsal flexi.
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
13/24
13
b. IntermetatarsaI Joint
Yaitu persendian antara tulang metatarsal yang satu dengan yang lain.
Gerakan: gerakan geser antara yang satu dengan yang lain.
c. Metatarsophalangeal( joint)
Persendian antara tulang metatarsal dengan phalang pertama.
Gerakan yang terjadi yaitu flexi-extensi, abduksi-adduksi dan rotasi. Tetapi
karena sering tidak digunakan maka gerakan yang berkembang biasanya hanya
gerakan flexi-extensi dan sedikit abduksi-adduksi.
d. Interphalangeal joint
Gerakan yang terjadi yaitu flexi-extensi.
Otot dan Tendon
Disekitar pergelangan kaki banyak terdapat tendon otot. Tendon otot-otot
tersebut diikat oleh retinaculum.
Otot tibialis anterior terletak pada samping antero lateralis tibia. Tendonnya
melekat pada sendi antara cuneiforme medialis dan metatarsal 1. Tendon ini akan
nampak jelas pada saat gerakan pada dorsal flexi aktif. Selain berfungsi sebagai
dorsal flexor, otot ini juga berfungsi sebagai supinator dan midtarsal joint.
Otot tibialis posterior terletak pada samping belakang tibia belakang tibia.
Tendonnya berjalan persis dipermukaan malleolus medialis dan melekat pada
tuberositas os naviculare. Fungsi otot ini untuk plantar flexi dan supinasi. Tendon
otot peroneus longus dan brevis berjalan dibelakang malleolus lateralis.
Otot peroneus brevis berinsertio pada basis metatarsal V, dan yang longus
berjalan terus melalui telapak kaki dan melekat pada persendian antara os
cuneiforme medialis dan metatarsal I. Fungsi otot peroneus ini untuk gerakan
pronasi dan plantar flexi. Pada saat gerakan aktif jari-jari kaki akan nampak jelas
tendon extensor hallucis longus dan 4 tendon extensor digitorum longus. Tendon
achilles merupakan gabungan tendon . otot gastroenemius dan soleus. Tendon ini
melekat pada calcaneus.
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
14/24
14
C. Definisi
Fraktur (patah tulang) pada ujung distal fibula dan tibia merupakan istilah
yang digunakan untuk menyatakan fraktur pergelangan kaki (ankle fracture).
Fraktur ini biasanya disebabkan oleh terpuntirnya tubuh ketika kaki sedang
bertumpu di tanah atau akibat salah langkah yang menyebabkan tekanan yang
berlebihan (overstressing) pada sendi pergelangan kaki.
Fraktur yang parah dapat terjadi pada dislokasi pergelangan kaki
D. Klasifikasi
Ada 2 sistem klasifikasi yang biasa digunakan membedakan jenis jenis
fraktur pergelangan kaki, yakni: (1) Lauge-Hansen dan (2) Weber/AO; masing-
masing klasifikasi ini memiliki kelemahan yang membuatnya sulit digunakan
sebagai penutun pasti dalam melakukan penatalaksanaan.
a. Sistem klasifikasi Lauge-Hansen disusun berdasarkan pada posisi kaki dan
gaya yang bekerja terhadapnya ketika persitiwa trauma terjadi
Kata pertama pada system klasifikasi ini digunakan untuk menyatakan
posisi sedangkan kata kedua menyatakan gaya yang bekerja
Ada 4 tipe utama pada klasifikasi ini, yakni supinasi-rotasi eksternal,
supinasi-adduksi, pronasi-rotasi eksternal, dan pronasi-abduksi
b. Sistem klasifikasi Weber atau AO lebih mudah digunakan karena disusun
berdasarkan letak fraktur fibula:
di bawah garis sendi pergelangan kaki
pada garis persendian
di atas garis pergelangan kaki
E. Gejala dan tanda
Nyeri pada pergelangan kaki dan ketidakmampuan menahan berat tubuh.
Deformitas dapat timbul bersama dengan fraktur/dislokasi.
Sering juga ditemukan pembengkakan dan ekimosis
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
15/24
15
F. Pemeriksaan fisik
Pasien Berdiri:
Look:
o Gait: normal, antalgic gait, high-stepping gait (tabes dorsalis).
oDrop foot.
o Stiff foot.
o Kulit: Sikatrik,fistulae.
o Pembengkakan, atrophy.
o Deformitas.
o Bandingkan dengan kaki sebelah
Move:
o Pasien berjalan dengan ujung jari kaki.
Pasien terlentang:
Look:
o Kulit: Sikatrik,fistulae, perubahan warna kulit.
o Pembengkakan, atrophy.
oAlignment (kesegarisan): equines, varus, valgus, dll
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
16/24
16
Feel:
o Kulit
o Temperatur
o Sensasi
o Soft tissue: pembengkakan, penebalan, atrophy.
o Nyeri tekan.
o Pulsasi perifer: a. Dorsalis pedis, a. Tibialis posterior.
Move:
oDorsofleksi.
oPlantarfleksi.
oAbduksi.
oAdduksi.
oInversi.
oEversi
G. Pemeriksaan penunjang
Mengambil gambar pergelangan kaki pasien yang sedang mengeluhkan
nyeri dan bengkak merupakan hal yang lazim dilakukan, namun ada suatu
keadaan di mana meskipun radiografi dilakukan secara terbatas, hal ini tidak
akan menghalangi penegakan diagnosis hingga 50%.
Indikasi pembatasan radiografi pada pergelangan kaki seperti ini dinamakan
aturan pergelangan kaki Ottawa dan termasuk deformitas yang nyata, instabilitas
pergelangan kaki, krepitasi, nyeri tulang yang terlokalisasi, pembengkakan, dan
ketidakmampuan menahan berat tubuh.
3 jenis posisi pengambilan foto radiologi harus dilakukan: Foto AP, Foto
lateral, dan Foto mortise (kaki melakukan rotasi internal lalu difoto secara
oblique)
Foto pergelangan kaki posisi tertekan dapat membantu dalam mengevaluasi
cedera ligament dan harus diambil pada pasien dengan bukti fraktur fibula tanpa
fraktur maleolus.
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
17/24
17
Pasien yang mengalami fraktur kominutif intra-artikuler sebaiknya difoto
CT-scan
H. Prinsip penanganan fraktur
Penanganan fraktur ankle bisa secara konservatif maupun operatif dan
tergantung pada tipe fraktur, keadaan sirkulasi dan kondisi kulit, kondisi umum
pasien dan kemungkinan ada tidaknya berbagai komplikasi.
Aturan/pedoman yang penting dalam penanganan fraktur ankle adalah
sebagai berikut:
a)
fraktur dan fraktur/dislokasi sebaiknya direduksi secepat mungkin pada
korban (pasien) karena gross displacement bisa menyebabkan gangguan
sirkulasi perifer, neuropraxia, dan ischemic loss of skin.
b)
Semua permukaan articular harus direkonstruksi secara anatomis, karena
inkongruen bisa menyebabkan post traumatic arthritis
c) Reduksi fraktur harus dipertahankan selama periode penyembuhan, namun
external cast immobilization (gips) yang berlebihan memiliki efek yang
sangat buruk terhadap cartilago
Pergerakan ankle seharusnya dimulai pada saat awal untuk mencegah dan
meminimalkan efek imobilisasi yang tidak diinginkan misalnya atropi,
kontraktur, perlekatan synovium, degenerasi cartilago, dan perubahan vaskuler
yang disertai dengan edema.
I. Prinsip umum pengobatan fraktur
1)
Jangan membuat keadaan lebih jelek
2)
Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat
Dengan melakukan diagnosis yang tepat pada fraktur dapat menentukan
prognosis trauma yang dialami. Faktor-faktor yang penting dalam penyembuhan
fraktur adalah waktu penyembuhan fraktur yang bervariasi secara individual dan
berhubungan dengan beberapa factor penting pada penderita, antara lain:
- Umur penderita
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
18/24
18
Waktu penyembuhan tulang pada anak anak jauh lebih cepat pada orng
dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena aktivitas proses osteogenesis pada
daerah periosteum dan endoestium dan juga berhubungan dengan proses
remodeling tulang pada bayi pada bayi sangat aktif dan makin berkurang apabila
unur bertambah.
- Lokalisasi dan konfigurasi fraktur
Lokalisasi fraktur memegang peranan sangat penting. Fraktur metafisis
penyembuhannya lebih cepat dari pada diafisis. Disamping itu konfigurasi fraktur
seperti fraktur tranversal lebih lambat penyembuhannya dibanding dengan fraktur
oblik karena kontak yang lebih banyak.
- Pergeseran awal fraktur
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum intak, maka
penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang bergeser.
Terjadinya pergeseran fraktur yang lebih besar juga akan menyebabkan
kerusakan periosteum yang lebih hebat.
-
Vaskularisasi pada kedua fragmen
Apabila kedua fragmen memiliki vaskularisasi yang baik, maka
penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur
vaskularisasinya jelek sehingga mengalami kematian, maka akan menghambat
terjadinya union atau bahkan mungkin terjadi nonunion.
- Reduksi dan Imobilisasi
Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang
lebih baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah
pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu
penyembuhan fraktur.
- Waktu imobilisasi
Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum
terjadi union, maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat besar.
- Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lemak
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
19/24
19
Bila ditemukan interposisi jaringan baik berupa periosteal, maupun otot
atau jaringan fibrosa lainnya, maka akan menghambat vaskularisasi kedua ujung
fraktur.
-
Adanya infeksi
Bila terjadi infeksi didaerah fraktur, misalnya operasi terbuka pada fraktur
tertutup atau fraktur terbuka, maka akan mengganggu terjadinya proses
penyembuhan.
- Cairan Sinovia
Pada persendian dimana terdapat cairan sinovia merupakan hambatan
dalam penyembuhan fraktur.
- Gerakan aktif dan pasif anggota gerak
Gerakan pasif dan aktif pada anggota gerak akan meningkatkan
vaskularisasi daerah fraktur tapi gerakan yang dilakukan didaerah fraktur tanpa
imobilisasi yang baik juga akan mengganggu vaskularisasi.
Penyembuhan fraktur berkisar antara 3 minggu 4 bulan. Waktu penyembuhan
pada anak secara kasar setengah waktu penyembuhan daripada orang dewasa.
Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang dewasa dapat di lihat pada table
berikut :
LOKALISASI WAKTU PENYEMBUHAN
(MINGGU)
Phalang / metacarpal/ metatarsal /
kosta
3-6
Distal radius 6
Diafisis ulna dan radius 12
Humerus 10-12
Clavicula 6
Panggul 10-12
Femur 12-16
Condilus femur/tibia 8-10
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
20/24
20
Tibia/fibula 12-16
Vertebra 12
3)Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus
-
Menghilangkan nyeri
Nyeri dapat diatasi dengan melakukan imobilisasi dan pemberian
analgetik.
-
Memperoleh posisi yang baik dari fragmen
Beberapa fraktur tanpa pergeseran fragmen tulang atau dengan
pergeseran yang sedikit saja sehingga tidak diperlukan reduksi. Reduksi
tidak harus akurat secara radiologi karena kita mengobati penderita tidak
mengobati gambaran radiologi.
-
Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang
- Mengembalikan fungsi secara optimal
- Bersifat realistik dan praktis dalam memilih jenis pengobatan
- Seleksi pengobatan sesuai penderita secara individual
Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan harus
memperhatikan 4 Rprinsip pengobatan :
Recognition
Mengetahui dan emnilai keadaan fraktur mulai dari anamnesis,
pemeriksan fisik, diagnosis, pemeriksaan penunjang. Pada awal
pengobatan perlu diperhatikan :
- Lokasi fraktur
-
Bentuk fraktur
- Menentukan teknik yang sesuai dengan pengobatan
- Komplikasi yang mungkin terjadi selama atau sesudah pengobatan
Reduction / reposition
Mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan tulang solid terjadi.
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
21/24
21
Retail / imobilisasi
Dapat dilakukan dengan fiksasi interna dan eksterna. Metode fiksasi
eksterna meliputi pemasangan gips, bidai, traksi kontinu, pin, sedangkan
implant logam digunakan untuk fiksasi interna.
Rehabilitasi
Mengembalikan aktifitas fungsional secara maksimal
J. Metodemetode pengobatan fraktur
1) Fraktur tertutup
a. Konservatif
-
Proteksi
Mencegah trauma lebih lanjut misalnya dengan cara memberikan mitela
-Imobilisasi dengan bidai eksterna
-
Reduksi tertutup dengan traksi
Contohnya traksi kulit dan traksi tulang.
-Reduksi tertutup dengan traksi kontinu
Ada 4 macam traksi kontinu ;
1. Traksi kulit
2. Traksi menetap
3.
Traksi tulang
4. Traksi berimbang dan traksi sliding
b. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi kutaneus
c.
Reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang
2)
Fraktur terbuka
Secara klinis patah tulang terbuka dibagi menjadi 3 derajat :
Derajat I : Terdapat luka tembus kecil seujung jarum, luka ini didapat dari
tusukan fragmen-fragmen tulang dari dalam
Derajat II : Luka lebih besar disertai dengan rusaknya kulit subkutis
Derajat III : Kerusakan lebih hebat karena sampai mengenai tendon dan
otot-otot saraf tepi.
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
22/24
22
K. Penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan fraktur pada tulang terdiri dari 5 fase, yaitu
1. Fase hematoma
Apabila tejadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil
yang melewati kanalikuli dalam system haversian mengalami robekan dalam
daerah fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur.
Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong
dan mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat
terjadi ekstravasasi darah kedalam jaringan lunak.Osteosit dengan lakunannya yang terletak beberapa millimeter dari daerah
fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah
cincin avaskular tulang yang mati pada sisi sisi fraktur segera setelah
trauma. Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 3
minggu.
2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu
reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel sel
osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus
eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna sebagi
aktivitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat
pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferansiasi sel sel
mesenkimal yang berdiferensiasi kedalam jaringan lunak. Pada tahap awal
dari penyembuhan fraktur ini terjadi penambahan jumlah dari sel sel
osteogenik yang memberi penyembuhan yang cepat pada jaringan osteogenik
yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk
dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa
minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi
jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologist kalus belum mengandung
tulang sehingga merupakan suatu daerah radioluscen. Pada fase ini dimulai
pada minggu ke 23 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke 4
8.
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
23/24
23
3. Fase pembentukan kalus (Fase union secara klinis)
Setelah pembentukan jaringan seluler yang tumbuh dari setiap fragmen sel
dasar yang berasal dari osteoblast dan kemudian pada kondroblast membentuk
tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen
dan perlekatan polisakarida oleh garam garam kalsium pembentuk suatu
tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut moven bone. Pada pemeriksaan
radiolgis kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi
radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.
4. Fase konsolidasi (Fase union secara radiology)
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan lahan
diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang
menjadi struktur lamellar dan kelebihan kalus akan di resorpsi secara
bertahap. Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 8 dan berakhir pada
minggu ke 812 setelah terjadinya fraktur.
5. Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk
bagian yang meyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis
medularis. Pada fase remodeling ini perlahan lahan terjadi resorpsi secara
osteoklastik dan tetapi terjadi osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna
secara perlahan lahan menghilang. Kalus intermediet berubah menjadi
tulang yang kompak dan berisi system haversian dan kalus bagian dalam akan
mengalami peronggaan untuk membentuk susmsum. Pada fase terakhir ini,
dimulai dari minggu ke 8 12 dan berakhir sampai beberapa tahun dari
terjadinya fraktur.
8/11/2019 lap_ankel joint.docx
24/24
DAFTAR PUSTAKA
1. S, Richard. 2006.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC
2. Apley A.G. 1995.Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley Edisi Ketujuh.
Jakarta : Widya Medika
3. Sjamsuhidajat S dan De Jong Wim, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi kedua.
Jakarta: EGC
4. Carter Michel A. 2006. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendidalam: Price
Sylvia A, Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC
5. Rasjad, Chairuddin. 2007.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang
Lamumpatue
6.
Hadiwidjaja, Satimin. 2004. Anatomi Extremitas (Suatu Pendekatan Anatomi
Regional) Jilid 2 Sei Extremitas Inferior. Sebelas Maret University Press.
Surakarta