lap_ankel joint.docx

download lap_ankel joint.docx

of 24

Transcript of lap_ankel joint.docx

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    1/24

    1

    LAPORAN KASUS

    SEORANG PEREMPUAN USIA 23 TAHUN POST KLL DENGAN

    KELUHAN PERGELANGAN KAKI SEBELAH KANAN SAKIT BILA

    BERJALAN

    Disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah

    di RSUD Tugurejo Semarang

    Pembimbing :

    dr. Suhardiyono, Sp.OT

    Disusun oleh :

    Supartiningsih H2A009044

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

    2013

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    2/24

    2

    BAB I

    STATUS PASIEN

    I. Identitas Pasien

    Nama : Nn. V

    Umur : 23 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Garment

    Alamat : Silandak RT 2 / 3 Purwoyoso, Semarang

    No. CM : 41. 65. 44

    Ruang : Flamboyan no. 4

    Tanggal Masuk : 4 September 2013

    II. Primary Survey

    1)

    Airway : adekuat, Sumbatan jalan napas (-), secret pada mulut (-)

    2)

    Breathing : Napas spontan, respirasi 20 x/menit

    3) Circulation : tekanan darah 110/70, nadi 90 x/menit, regular

    4)

    Disbility : GCS E4M6V5 : 15

    5) Exposure : suhu 37 0C, dengan balutan pada pergelangan kaki kanan

    III.Secondary Survey

    A. Anamnesis

    1.

    Keluhan utama : nyeri kaki sebelah kanan

    2. Riwayat penyakit sekarang

    pada tanggal 21 Mei 2013 pasien kecelakaan menggunakan sepeda

    motor dengan jari ke 3, 4, 5 sudah tertindas truk. Posisi pasien tidak terjatuh,

    terdapat luka lecet dan bengkak. Pasien segera di bawa ke IGD RS Tugurejo

    Semarang dan dirawat di ruang Anggrek. Setelah 1 hari di rumah sakit

    pasien pulang paksa dan melanjutkan perawatannya dengan membawa ke

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    3/24

    3

    sangkal putung. Nyeri dirasakan terus menerus dan keluhan bertambah saat

    dibuat jalan. Keluhan dirasakan berkurang saat tiduran.

    Sabtu tanggal 31 Agustus 2013 pasien datang ke tempat prakter dokter

    bedah dengan membawa hasil foto rongent. Pasien juga mengeluh nyeri,

    panjang kaki tidak sama dan pincang ketika jalan. Dokter mengatakan

    terdapat patah tulang dan disarankan untuk operasi.

    Tanggal 4 September 2013 pasien datang rawat inap untuk persiapan

    operasi. Pasien juga mengeluh kaki masih bengkak.

    3. Riwayat penyakit dahulu

    1) Riwayat trauma kepala : disangkal

    2) Riwayat makan minum sebelum kejadian : disangkal

    3)

    Riwayat darah tinggi : disangkal

    4) Riwayat kencing manis : disangkal

    5) Riwayat magg : (+) diakui

    6)

    Riwayat gangguan perdarahan : disangkal

    7)

    Allergy : disangkal

    8) Medication : disangkal

    9)

    Pain last : disangkal

    10)Environment : diatas motor

    4. Riwayat penyakit keluarga

    1) Riwayat darah tinggi : disangkal

    2)

    Riwayat kencing manis : disangkal

    3)

    Riwayat alergi : disangkal

    5. Riwayat sosial ekonomi

    Pasien bekerja di Garment, Tanjung Emas Semarang. Biaya

    pengobatan ditanggung sendiri.

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    4/24

    4

    B. Pemeriksaan fisik

    1. Keadaan umum: tampak sehat

    2. Kesadaran: compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)

    3. Vital sign

    a. Tekanan darah : 110/80 mmHg

    b. Nadi : 100 x/menit isi dan tegangan cukup

    c. Respiratory rate : 20 x/menit

    d. Suhu : 37 C aksila

    4. Status gizi: kesan cukup

    5. Status Generalis

    a. Kepala : Bentuk mesochepal, rambut warna hitam, mudah dicabut (-),

    luka (-)

    b.Mata : konjungtiva anemis (-/-), pupil bulat, central, reguler, 3 mm

    dan isokor, lesi (-)

    c. Hidung: napas cuping (-), deformitas (-), secret (-), lesi (-), darah (-)

    d.Telinga: serumen (-/-), lesi (-), darah (-), deformitas (-)

    e.

    Mulut: sianosis (-), lesi (-), darah (-), hematom (-)

    f. Leher : tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), deviasi trakea (-)

    g. Thorak

    Pulmo

    Paru depan Paru belakang

    Inspeksi

    Statis

    Dinamis

    Normochest, simetris, lesi (-/-

    ), sudut arcus costa dalam

    batas normal, ICS dalam

    batas normal

    Pengembangan pernafasan

    paru Normal, fail chest (-)

    Normochest, simetris,

    kelainan kulit (-/-)

    Pengembangan pernapasan

    paru normal

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    5/24

    5

    Palpasi Simetris (N/N), Nyeri tekan (-

    /-), ICS dalam batas normal,

    taktil fremitus dalam batas

    normal

    Simetris (N/N), Nyeri

    tekan (-/-), ICS dalam

    batas normal, taktil

    fremitus dalam batas

    normal

    Perkusi

    Kanan

    Kiri

    Sonor seluruh lapang paru

    Sonor seluruh lapang paru.

    Sonor seluruh lapang paru

    Sonor seluruh lapang paru.

    Auskultasi Suara dasar vesicular, Ronki

    (-/-), Wheezing (-/-)

    Suara dasar vesicular,

    Ronki (-/-) Wheezing (-/-)

    Cor

    - Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

    - Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS IV 1-2 cm ke arah medial

    midclavikula sinistra, thrill (-), pulsus epigastrium (-), pulsus

    parasternal (-), sternal lift(-)

    - Perkusi :

    Batas atas jantung : ICS II linea parasternal

    sinistra

    Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternal

    sinsitra

    Batas kanan bawah jantung : ICS V linea sternalis dextra

    Batas kiri bawah jantung : ICS IV 1-2 cm ke arah medial

    midclavikula sinistra

    Konfigurasi jantung (dalam batas normal)

    - Auskultasi : regular

    Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.

    Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-),

    SIV (-)

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    6/24

    6

    h.Abdomen

    - Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di

    sekitar

    -

    Auskultasi : Bising usus (+) normal

    - Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, Pekak sisi (-),

    pekak alih (-), nyeri ketok ginjal (-/-)

    - Palpasi : Nyeri tekan seluruh lapang perut (-), Tidak teraba

    pembesaran hepar, Lien dan ginjal tidak teraba

    i. Pelvis: deformitas (-), hematom (-), jejas (-), nyeri tekan (-)

    j. Ekstremitas

    Superior Inferior

    Capp Refill

    Akral dingin

    Sianosis

    Edema

    Nyeri gerak

    Motorik :

    - Gerakan

    - Kekuatan

    -

    Tonus

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    7/24

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    8/24

    8

    IV.DIAGNOSA SEMENTARA

    Suspek Fraktur dislokasi angkle joint pedis dekstra

    V. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

    Foto rongent AP / LAT

    VI.DIAGNOSA KERJA

    Fraktur dislokasi angkle joint pedis dekstra

    VII.PENATALAKSANAAN

    1. Diagnosis

    1)Subjektif : -

    2)Objektif : Foto x-ray

    2. Terapi

    1)IV line RL 20 tetes per menit

    2)

    Antibiotik (Injeksi Cefotaxim 2x1 gr IV)

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    9/24

    9

    3)

    Ketorolac 1 x 30 mg IV

    4)Ranitidine 2 x 150 mg PO

    5)Pemasangan bidai pada articulatio talocruralis pedis dekstra

    6)

    Rujuk spesialis Orthopedi untuk penanganan lebih lanjut

    3. Ip. Monitoring

    1)Monitoring kesadaran dan tanda vital

    2)Monitoring reaksi dan efek obat

    3)Monitoring komplikasi

    4. Ip. Edukasi

    a.

    Menjelaskan jenis penyakit, penyebab penyakit dan komplikasi

    b. Menjelaskan perlunya rujukan ke dokter bedah orthopedi untuk

    penanganan lebih lanjut

    c.

    Perawatan sehari-hari bagian cedera

    d. Perbaikan fungsi bagian cedera

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    10/24

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    11/24

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    12/24

    12

    Gerakan plantar flexi dihambat oleh ligamentum-ligamentum yang berjalan dari

    malleolus bagian depan ke punggung kaki yaitu ligamentum talofibulare anterior,

    tibiotalare anterior dan lig. tibionaviculare.

    Gerakan dorsal flexi terutama dihambat oleh tendon achilles. Disamping itu,

    karena trochlea tali bagian anterior lebih lebar dari pada bagian posterior

    sehingga pada saat gerakan dorsal flexi, trochlea tali bagian anterior ini terjepit

    rapat di antara kedua malleolus sehingga tidak memungkinkan untuk bergerak ke

    dorsal flexi lebih lanjut.

    b. Subtalar (talocalcancan) joint

    Sendi ini dibentuk oleh tulang-tulang talus dan calcaneus. Ligamentum

    yang menstabilisasi sendi ini antara lain yaitu lig. talocalcanearis anterius dan

    posterius. Gerakan yang terjadi adalah valgus dan varus.

    2. Kaki bagian tengah

    Persendian-persendian yang terdapat pada kaki bagian tengah ini secara

    keseluruhan disebut dengan midtarsal joint, yang terdiri dan talonavicular joint,

    cuneonavicular joint, cuboideonavicular joint, intercuneiform joint, cuneocuboid

    joint dan calcaneocuboid joint. Tulang-tulang tarsal satu sama lain saling

    dihubungkan oleh ligamentum-ligamentum.

    Gerakan-gerakan pada midtarsal joint secara keseluruhan dapat dikelompokkan

    menjadi dua yaitu:

    - inversi (plantar flexi + supinasi + adduksi)

    - Eversi (dorsal flexi + pronasi + abduksi)

    3. Kaki bagian depan

    a. Tarsometatarsal joint

    Dibentuk oleh tulang metatarsal dengan tulang tarsal. Tulang metatarsal I

    III bersendi dengan tulang cuneiform I III, sedangkan tulang metatarsal IV

    dan V bersendi dengan cuboideum. Gerakan yang utama adalah plantar flexi dan

    dorsal flexi.

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    13/24

    13

    b. IntermetatarsaI Joint

    Yaitu persendian antara tulang metatarsal yang satu dengan yang lain.

    Gerakan: gerakan geser antara yang satu dengan yang lain.

    c. Metatarsophalangeal( joint)

    Persendian antara tulang metatarsal dengan phalang pertama.

    Gerakan yang terjadi yaitu flexi-extensi, abduksi-adduksi dan rotasi. Tetapi

    karena sering tidak digunakan maka gerakan yang berkembang biasanya hanya

    gerakan flexi-extensi dan sedikit abduksi-adduksi.

    d. Interphalangeal joint

    Gerakan yang terjadi yaitu flexi-extensi.

    Otot dan Tendon

    Disekitar pergelangan kaki banyak terdapat tendon otot. Tendon otot-otot

    tersebut diikat oleh retinaculum.

    Otot tibialis anterior terletak pada samping antero lateralis tibia. Tendonnya

    melekat pada sendi antara cuneiforme medialis dan metatarsal 1. Tendon ini akan

    nampak jelas pada saat gerakan pada dorsal flexi aktif. Selain berfungsi sebagai

    dorsal flexor, otot ini juga berfungsi sebagai supinator dan midtarsal joint.

    Otot tibialis posterior terletak pada samping belakang tibia belakang tibia.

    Tendonnya berjalan persis dipermukaan malleolus medialis dan melekat pada

    tuberositas os naviculare. Fungsi otot ini untuk plantar flexi dan supinasi. Tendon

    otot peroneus longus dan brevis berjalan dibelakang malleolus lateralis.

    Otot peroneus brevis berinsertio pada basis metatarsal V, dan yang longus

    berjalan terus melalui telapak kaki dan melekat pada persendian antara os

    cuneiforme medialis dan metatarsal I. Fungsi otot peroneus ini untuk gerakan

    pronasi dan plantar flexi. Pada saat gerakan aktif jari-jari kaki akan nampak jelas

    tendon extensor hallucis longus dan 4 tendon extensor digitorum longus. Tendon

    achilles merupakan gabungan tendon . otot gastroenemius dan soleus. Tendon ini

    melekat pada calcaneus.

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    14/24

    14

    C. Definisi

    Fraktur (patah tulang) pada ujung distal fibula dan tibia merupakan istilah

    yang digunakan untuk menyatakan fraktur pergelangan kaki (ankle fracture).

    Fraktur ini biasanya disebabkan oleh terpuntirnya tubuh ketika kaki sedang

    bertumpu di tanah atau akibat salah langkah yang menyebabkan tekanan yang

    berlebihan (overstressing) pada sendi pergelangan kaki.

    Fraktur yang parah dapat terjadi pada dislokasi pergelangan kaki

    D. Klasifikasi

    Ada 2 sistem klasifikasi yang biasa digunakan membedakan jenis jenis

    fraktur pergelangan kaki, yakni: (1) Lauge-Hansen dan (2) Weber/AO; masing-

    masing klasifikasi ini memiliki kelemahan yang membuatnya sulit digunakan

    sebagai penutun pasti dalam melakukan penatalaksanaan.

    a. Sistem klasifikasi Lauge-Hansen disusun berdasarkan pada posisi kaki dan

    gaya yang bekerja terhadapnya ketika persitiwa trauma terjadi

    Kata pertama pada system klasifikasi ini digunakan untuk menyatakan

    posisi sedangkan kata kedua menyatakan gaya yang bekerja

    Ada 4 tipe utama pada klasifikasi ini, yakni supinasi-rotasi eksternal,

    supinasi-adduksi, pronasi-rotasi eksternal, dan pronasi-abduksi

    b. Sistem klasifikasi Weber atau AO lebih mudah digunakan karena disusun

    berdasarkan letak fraktur fibula:

    di bawah garis sendi pergelangan kaki

    pada garis persendian

    di atas garis pergelangan kaki

    E. Gejala dan tanda

    Nyeri pada pergelangan kaki dan ketidakmampuan menahan berat tubuh.

    Deformitas dapat timbul bersama dengan fraktur/dislokasi.

    Sering juga ditemukan pembengkakan dan ekimosis

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    15/24

    15

    F. Pemeriksaan fisik

    Pasien Berdiri:

    Look:

    o Gait: normal, antalgic gait, high-stepping gait (tabes dorsalis).

    oDrop foot.

    o Stiff foot.

    o Kulit: Sikatrik,fistulae.

    o Pembengkakan, atrophy.

    o Deformitas.

    o Bandingkan dengan kaki sebelah

    Move:

    o Pasien berjalan dengan ujung jari kaki.

    Pasien terlentang:

    Look:

    o Kulit: Sikatrik,fistulae, perubahan warna kulit.

    o Pembengkakan, atrophy.

    oAlignment (kesegarisan): equines, varus, valgus, dll

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    16/24

    16

    Feel:

    o Kulit

    o Temperatur

    o Sensasi

    o Soft tissue: pembengkakan, penebalan, atrophy.

    o Nyeri tekan.

    o Pulsasi perifer: a. Dorsalis pedis, a. Tibialis posterior.

    Move:

    oDorsofleksi.

    oPlantarfleksi.

    oAbduksi.

    oAdduksi.

    oInversi.

    oEversi

    G. Pemeriksaan penunjang

    Mengambil gambar pergelangan kaki pasien yang sedang mengeluhkan

    nyeri dan bengkak merupakan hal yang lazim dilakukan, namun ada suatu

    keadaan di mana meskipun radiografi dilakukan secara terbatas, hal ini tidak

    akan menghalangi penegakan diagnosis hingga 50%.

    Indikasi pembatasan radiografi pada pergelangan kaki seperti ini dinamakan

    aturan pergelangan kaki Ottawa dan termasuk deformitas yang nyata, instabilitas

    pergelangan kaki, krepitasi, nyeri tulang yang terlokalisasi, pembengkakan, dan

    ketidakmampuan menahan berat tubuh.

    3 jenis posisi pengambilan foto radiologi harus dilakukan: Foto AP, Foto

    lateral, dan Foto mortise (kaki melakukan rotasi internal lalu difoto secara

    oblique)

    Foto pergelangan kaki posisi tertekan dapat membantu dalam mengevaluasi

    cedera ligament dan harus diambil pada pasien dengan bukti fraktur fibula tanpa

    fraktur maleolus.

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    17/24

    17

    Pasien yang mengalami fraktur kominutif intra-artikuler sebaiknya difoto

    CT-scan

    H. Prinsip penanganan fraktur

    Penanganan fraktur ankle bisa secara konservatif maupun operatif dan

    tergantung pada tipe fraktur, keadaan sirkulasi dan kondisi kulit, kondisi umum

    pasien dan kemungkinan ada tidaknya berbagai komplikasi.

    Aturan/pedoman yang penting dalam penanganan fraktur ankle adalah

    sebagai berikut:

    a)

    fraktur dan fraktur/dislokasi sebaiknya direduksi secepat mungkin pada

    korban (pasien) karena gross displacement bisa menyebabkan gangguan

    sirkulasi perifer, neuropraxia, dan ischemic loss of skin.

    b)

    Semua permukaan articular harus direkonstruksi secara anatomis, karena

    inkongruen bisa menyebabkan post traumatic arthritis

    c) Reduksi fraktur harus dipertahankan selama periode penyembuhan, namun

    external cast immobilization (gips) yang berlebihan memiliki efek yang

    sangat buruk terhadap cartilago

    Pergerakan ankle seharusnya dimulai pada saat awal untuk mencegah dan

    meminimalkan efek imobilisasi yang tidak diinginkan misalnya atropi,

    kontraktur, perlekatan synovium, degenerasi cartilago, dan perubahan vaskuler

    yang disertai dengan edema.

    I. Prinsip umum pengobatan fraktur

    1)

    Jangan membuat keadaan lebih jelek

    2)

    Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat

    Dengan melakukan diagnosis yang tepat pada fraktur dapat menentukan

    prognosis trauma yang dialami. Faktor-faktor yang penting dalam penyembuhan

    fraktur adalah waktu penyembuhan fraktur yang bervariasi secara individual dan

    berhubungan dengan beberapa factor penting pada penderita, antara lain:

    - Umur penderita

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    18/24

    18

    Waktu penyembuhan tulang pada anak anak jauh lebih cepat pada orng

    dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena aktivitas proses osteogenesis pada

    daerah periosteum dan endoestium dan juga berhubungan dengan proses

    remodeling tulang pada bayi pada bayi sangat aktif dan makin berkurang apabila

    unur bertambah.

    - Lokalisasi dan konfigurasi fraktur

    Lokalisasi fraktur memegang peranan sangat penting. Fraktur metafisis

    penyembuhannya lebih cepat dari pada diafisis. Disamping itu konfigurasi fraktur

    seperti fraktur tranversal lebih lambat penyembuhannya dibanding dengan fraktur

    oblik karena kontak yang lebih banyak.

    - Pergeseran awal fraktur

    Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum intak, maka

    penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang bergeser.

    Terjadinya pergeseran fraktur yang lebih besar juga akan menyebabkan

    kerusakan periosteum yang lebih hebat.

    -

    Vaskularisasi pada kedua fragmen

    Apabila kedua fragmen memiliki vaskularisasi yang baik, maka

    penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur

    vaskularisasinya jelek sehingga mengalami kematian, maka akan menghambat

    terjadinya union atau bahkan mungkin terjadi nonunion.

    - Reduksi dan Imobilisasi

    Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang

    lebih baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah

    pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu

    penyembuhan fraktur.

    - Waktu imobilisasi

    Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum

    terjadi union, maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat besar.

    - Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lemak

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    19/24

    19

    Bila ditemukan interposisi jaringan baik berupa periosteal, maupun otot

    atau jaringan fibrosa lainnya, maka akan menghambat vaskularisasi kedua ujung

    fraktur.

    -

    Adanya infeksi

    Bila terjadi infeksi didaerah fraktur, misalnya operasi terbuka pada fraktur

    tertutup atau fraktur terbuka, maka akan mengganggu terjadinya proses

    penyembuhan.

    - Cairan Sinovia

    Pada persendian dimana terdapat cairan sinovia merupakan hambatan

    dalam penyembuhan fraktur.

    - Gerakan aktif dan pasif anggota gerak

    Gerakan pasif dan aktif pada anggota gerak akan meningkatkan

    vaskularisasi daerah fraktur tapi gerakan yang dilakukan didaerah fraktur tanpa

    imobilisasi yang baik juga akan mengganggu vaskularisasi.

    Penyembuhan fraktur berkisar antara 3 minggu 4 bulan. Waktu penyembuhan

    pada anak secara kasar setengah waktu penyembuhan daripada orang dewasa.

    Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang dewasa dapat di lihat pada table

    berikut :

    LOKALISASI WAKTU PENYEMBUHAN

    (MINGGU)

    Phalang / metacarpal/ metatarsal /

    kosta

    3-6

    Distal radius 6

    Diafisis ulna dan radius 12

    Humerus 10-12

    Clavicula 6

    Panggul 10-12

    Femur 12-16

    Condilus femur/tibia 8-10

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    20/24

    20

    Tibia/fibula 12-16

    Vertebra 12

    3)Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus

    -

    Menghilangkan nyeri

    Nyeri dapat diatasi dengan melakukan imobilisasi dan pemberian

    analgetik.

    -

    Memperoleh posisi yang baik dari fragmen

    Beberapa fraktur tanpa pergeseran fragmen tulang atau dengan

    pergeseran yang sedikit saja sehingga tidak diperlukan reduksi. Reduksi

    tidak harus akurat secara radiologi karena kita mengobati penderita tidak

    mengobati gambaran radiologi.

    -

    Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang

    - Mengembalikan fungsi secara optimal

    - Bersifat realistik dan praktis dalam memilih jenis pengobatan

    - Seleksi pengobatan sesuai penderita secara individual

    Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan harus

    memperhatikan 4 Rprinsip pengobatan :

    Recognition

    Mengetahui dan emnilai keadaan fraktur mulai dari anamnesis,

    pemeriksan fisik, diagnosis, pemeriksaan penunjang. Pada awal

    pengobatan perlu diperhatikan :

    - Lokasi fraktur

    -

    Bentuk fraktur

    - Menentukan teknik yang sesuai dengan pengobatan

    - Komplikasi yang mungkin terjadi selama atau sesudah pengobatan

    Reduction / reposition

    Mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai

    penyembuhan tulang solid terjadi.

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    21/24

    21

    Retail / imobilisasi

    Dapat dilakukan dengan fiksasi interna dan eksterna. Metode fiksasi

    eksterna meliputi pemasangan gips, bidai, traksi kontinu, pin, sedangkan

    implant logam digunakan untuk fiksasi interna.

    Rehabilitasi

    Mengembalikan aktifitas fungsional secara maksimal

    J. Metodemetode pengobatan fraktur

    1) Fraktur tertutup

    a. Konservatif

    -

    Proteksi

    Mencegah trauma lebih lanjut misalnya dengan cara memberikan mitela

    -Imobilisasi dengan bidai eksterna

    -

    Reduksi tertutup dengan traksi

    Contohnya traksi kulit dan traksi tulang.

    -Reduksi tertutup dengan traksi kontinu

    Ada 4 macam traksi kontinu ;

    1. Traksi kulit

    2. Traksi menetap

    3.

    Traksi tulang

    4. Traksi berimbang dan traksi sliding

    b. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi kutaneus

    c.

    Reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang

    2)

    Fraktur terbuka

    Secara klinis patah tulang terbuka dibagi menjadi 3 derajat :

    Derajat I : Terdapat luka tembus kecil seujung jarum, luka ini didapat dari

    tusukan fragmen-fragmen tulang dari dalam

    Derajat II : Luka lebih besar disertai dengan rusaknya kulit subkutis

    Derajat III : Kerusakan lebih hebat karena sampai mengenai tendon dan

    otot-otot saraf tepi.

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    22/24

    22

    K. Penyembuhan fraktur

    Proses penyembuhan fraktur pada tulang terdiri dari 5 fase, yaitu

    1. Fase hematoma

    Apabila tejadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil

    yang melewati kanalikuli dalam system haversian mengalami robekan dalam

    daerah fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur.

    Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong

    dan mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat

    terjadi ekstravasasi darah kedalam jaringan lunak.Osteosit dengan lakunannya yang terletak beberapa millimeter dari daerah

    fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah

    cincin avaskular tulang yang mati pada sisi sisi fraktur segera setelah

    trauma. Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 3

    minggu.

    2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal

    Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu

    reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel sel

    osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus

    eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna sebagi

    aktivitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat

    pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferansiasi sel sel

    mesenkimal yang berdiferensiasi kedalam jaringan lunak. Pada tahap awal

    dari penyembuhan fraktur ini terjadi penambahan jumlah dari sel sel

    osteogenik yang memberi penyembuhan yang cepat pada jaringan osteogenik

    yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk

    dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa

    minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi

    jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologist kalus belum mengandung

    tulang sehingga merupakan suatu daerah radioluscen. Pada fase ini dimulai

    pada minggu ke 23 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke 4

    8.

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    23/24

    23

    3. Fase pembentukan kalus (Fase union secara klinis)

    Setelah pembentukan jaringan seluler yang tumbuh dari setiap fragmen sel

    dasar yang berasal dari osteoblast dan kemudian pada kondroblast membentuk

    tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen

    dan perlekatan polisakarida oleh garam garam kalsium pembentuk suatu

    tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut moven bone. Pada pemeriksaan

    radiolgis kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi

    radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.

    4. Fase konsolidasi (Fase union secara radiology)

    Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan lahan

    diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang

    menjadi struktur lamellar dan kelebihan kalus akan di resorpsi secara

    bertahap. Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 8 dan berakhir pada

    minggu ke 812 setelah terjadinya fraktur.

    5. Fase remodeling

    Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk

    bagian yang meyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis

    medularis. Pada fase remodeling ini perlahan lahan terjadi resorpsi secara

    osteoklastik dan tetapi terjadi osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna

    secara perlahan lahan menghilang. Kalus intermediet berubah menjadi

    tulang yang kompak dan berisi system haversian dan kalus bagian dalam akan

    mengalami peronggaan untuk membentuk susmsum. Pada fase terakhir ini,

    dimulai dari minggu ke 8 12 dan berakhir sampai beberapa tahun dari

    terjadinya fraktur.

  • 8/11/2019 lap_ankel joint.docx

    24/24

    DAFTAR PUSTAKA

    1. S, Richard. 2006.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC

    2. Apley A.G. 1995.Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley Edisi Ketujuh.

    Jakarta : Widya Medika

    3. Sjamsuhidajat S dan De Jong Wim, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi kedua.

    Jakarta: EGC

    4. Carter Michel A. 2006. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendidalam: Price

    Sylvia A, Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

    Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC

    5. Rasjad, Chairuddin. 2007.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang

    Lamumpatue

    6.

    Hadiwidjaja, Satimin. 2004. Anatomi Extremitas (Suatu Pendekatan Anatomi

    Regional) Jilid 2 Sei Extremitas Inferior. Sebelas Maret University Press.

    Surakarta